ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RETURN ON EQUITY BANK PERSERO
Proposal Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Manajemen (S.M)
NAMA : MUHAMMAD IQBAL SYAHPUTRA NIM
: 2013-11-420
PROGRAM STUDI S-1 MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA 2017 1
2
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dalam perekonomian modern, industri perbankan memegang peranan penting karena hampir semua sektor yang berhubungan dengan kegiatan keuangan membutuhkan jasa bank. Salah satu kelompok dari industri perbankan yang memegang peranan penting pada perekonomian Negara adalah bank persero (BUMN). Oleh karena itu, kondisi kinerja bank persero harus selalu sehat karena memegang peran yang sangat penting, yaitu sebagai lembaga keuangan yang mencerminkan kinerja ekonomi Negara. Hal tersebut sesuai dengan pemberitaan yang dilansir dari berita Kompas tahun 2006, Sunarsip selaku Ekonom Kepala The Indonesia Economic Intelligence (IEI) mengemukakan bahwa ada korelasi yang kuat antara kinerja ekonomi dan kinerja bank BUMN. Sebab selain porsi yang besar dalam perbankan nasional, karakteristik bank BUMN juga memiliki keterkaitan kuat, khususnya dengan sektor ekonomi yang menjadi penopang perekonomian Negara. Sehingga setiap pergerakan bank BUMN akan turut mempengaruhi kondisi perekonomian nasional. Kondisi perbankan harus tetap sehat agar dapat tetap menjalankan fungsinya dengan baik. Perbankan yang sehat dapat dinilai dengan
3
menilai kinerja keuangannya. Sebagaimana yang dijelaskan dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 Tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Pasal 4 Ayat 3, salah satu komponen penilaian terhadap faktor rentabilitas perbankan adalah penilaian Return On Equity (ROE). Menurut Kasmir (2014:328) ROE merupakan rasio untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola capital yang ada untuk mendapatkan net income. Dengan kata lain, Return on Equity dapat
mengukur seberapa efektif ekuitas yang diberikan oleh investor dalam pengelolaannya oleh manajemen untuk menghasilkan keuntungan. Bank persero adalah bank yang sebagian besar atau seluruh sahamnya dimiliki oleh pemerintah Republik Indonesia. Menurut Kasmir (2014:29), bank milik pemerintah yaitu dimana baik akta pendirian maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah, sehingga keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah pula. Seluruh bank persero sampai saat ini sudah menjadi perusahaan Go Public, berikut daftar komposisi kepemilikan bank persero: Tabel 1.1 Daftar Kepemilikan Bank Persero per Juli 2016 Kepemilikan Saham Kode No Nama Bank Saham Pemerintah Masyarakat 1 PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk BMRI 60% 40% 2 PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk BBNI 60% 40% 3 PT. Bank Rakyat indonesia (Persero), Tbk BBRI 56.75% 43.25% 4 PT. Bank Tabungan Negara (Persero), Tbk BBTN 60% 40% Sumber: idx.co.id
4
Tabel 1.1 menunjukkan daftar seluruh bank persero yang masih aktif beserta komposisi sahamnya, menunjukkan pemerintah sebagai pemilik saham mayoritas. Sebagai perusahaan milik pemerintah (BUMN) sudah menjadi kewajiban bagi bank persero untuk menghasilkan kinerja yang baik terutama kinerja keuangan. Dimana perusahaan BUMN diharapkan dapat berkontribusi dalam kegiatan pengeluaran untuk membiayai kebutuhan maupun kegiatan-kegiatan pada Negara demi mewujudkan kesejahteraan rakyat melalui imbal hasil yang diterima oleh perusahaan. Adapun Return on Equity (ROE) bank umum dan bank persero di Indonesia selama periode penelitian dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 1.2 Data Laba Bersih, Total Ekuitas dan ROE Bank Umum dan ROE Bank Persero Periode 2005-2015
Sumber: Statistik Perbankan Indonesia 2016
5
Tabel 1.3 Data Laba Bersih, Total Ekuitas dan ROE Bank Persero dan ROE Umum Periode 2005-2015
Sumber: Statistik Perbankan Indonesia 2016
Berdasarkan grafik di atas menggambarkan data laba bersih, total ekuitas dan tingkat ROE dari bank umum dan bank persero. Bank umum ditunjukkan sebagai dasar terhadap bank persero. Laba bersih dan total ekuitas sebagai
komponen pembentuk ROE. Return on equity yang
ditunjukkan oleh grafik di atas sangat berfluktuatif setiap tahunnya. Meningkatnya ROE disebabkan total kenaikan laba bersih yang lebih tinggi dibandingkan total kenaikan ekuitas dari tahun sebelumnya. Sedangkan menurunnya ROE disebabkan total kenaikan laba bersih lebih rendah dibandingkan total kenaikan ekuitas dari tahun sebelumnya. Fluktuasinya ROE juga dapat dipengaruhi oleh kondisi eksternal dan internal perusahaan. Kondisi eksternal ialah dimana unsur-unsur di luar perusahaan yang sebagian besar tak dapat dikendalikan dan berpengaruh dalam pembuatan keputusan oleh manajer, contohnya seperti suku bunga, inflasi, kebijakan
6
pemerintah, dan lain sebagainya. Sedangkan kondisi internal ialah unsurunsur di dalam perusahaan yang berpengaruh kepada kinerja perusahaan, contohnya seperti sumber daya manusia, laporan keuangan, peraturan perusahaan dan lain sebagainya. Adapun faktor eksternal (inflasi) yang terjadi di Indonesia selama periode penelitian adalah sebagai berikut: Tabel 1.4. Data Inflasi Periode (2005-2015)
Sumber: Bank Indonesia Berdasarkan grafik di atas menggambarkan data inflasi dari 2005 sampai dengan 2015. Pada bulan Oktober 2005 sampai September 2006 dan juga pada tahun 2008, angka inflasi menunjukkan hasil yang tinggi sampai dengan 2 digit. Inflasi yang terjadi pada Oktober 2005 sampai September 2006 disebabkan oleh kenaikan harga minyak dunia pada tahun 2005 menyebabkan membengkaknya jumlah subsidi BBM yang harus disediakan pemerintah. Sehingga pemerintah melakukan penyesuaian harga
7
BBM dengan mengurangi subsidi BBM. Hal ini menyebabkan kenaikan harga BBM yang berdampak juga pada naiknya tarif angkutan, dan hargaharga yang lain secara keseluruhan di hampir semua sektor termasuk sektor perbankan. Hal tersebut sesuai dengan pemberitaan yang dilansir dari detik finance tahun 2006, Sigit Pramono selaku Dirut BNI mengatakan bahwa penyebab membengkaknya kredit macet, terjadi karena perekonomian yang cenderung tertekan pada akhir-akhir ini, sehingga menyebabkan nasabah sulit membayar utang-utangnya sehingga berpengaruh pada pembayaran, nasabah bayarnya telat, sehingga kolektibilitas bank turun, yang membuat pencadangan penyisihan aktiva produktif (PPAP) semakin meningkat dan menyebabkan profitabiltas bank turun. Sedangkan inflasi yang terjadi pada tahun 2008 disebabkan oleh adanya pengaruh krisis global yang berasal dari Amerika Serikat berdampak kepada Indonesia. Krisis ini terjadi karena adanya greedy di pasar modal yang menyebabkan Economic Bubble-kenaikan harga tidak sebanding dengan euforia. Harga mengalami kenaikan yang menyebabkan inflasi yang tinggi yang berdampak terhadap suku bunga kredit naik. Pada tabel 1.3 terlihat juga ROE bank persero pada tahun 2014 dan 2015 terus menerus menurun. Hal tersebut disebabkan pada tahun 2014 kinerja ekonomi Indonesia mengalami perlambatan bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sebagaimana dengan berita yang dilansir oleh Bisnis
8
Indonesia tahun 2015, Totong Sudarto selaku Junior Sub Manager-Banking System and Systematic Risk Analyst LPS mengemukakan bahwa, “Sepanjang tahun 2014 kinerja ekonomi Indonesia mengalami perlambatan bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya”. Profitabilitas perbankan pada 2014 mengalami tekanan disebabkan penurunan Net Interest Margin (NIM) dan kenaikan biaya penghapusan kredit. Ada berbagai macam cara dalam analisis kinerja keuangan. Salah satu metode analisis kinerja keuangan adalah dengan metode du pont system. Menurut Hawawini dan Viallet (1999) dalam Baah Aye Kusi, dkk (2015) menjelaskan bahwa terdapat lima rasio yang dikombinasikan dan dapat mempengaruhi Return on Equity dalam Du Pont System, rasio tersebut yaitu Operating Profit Margin, Interest Burden, Tax Burden, Total Asset Turnover, Equity Multipler / Financial Leverage Margin. Namun pada penelitian ini, ditambahkan variabel pendukung lainnya yaitu Net Interest Margin dan Loan to Deposit Ratio yang bertujuan untuk mengetahui variabel yang mempengaruhi Return on Equity bank persero dengan lebih komprehensif. Berikut ini adalah penelitian yang berkaitan dengan Return On Equity (ROE) sebagai proksi dari profitabilitas bank menunjukkan hasil yang berbeda – beda, antara lain : Hasil penelitian mengenai pengaruh Operating Profit Margin (OPM) terhadap Profitabilitas menunjukkan hasil yang sama. Penelitian yang dilakukan Kusi, Kwadjo dan Albert (2015) dan Liesz dan Maranville (2008)
9
menunjukkan bahwa Operating Profit Margin (OPM) berpengaruh positif terhadap profitabilitas perbankan. Hasil penelitian mengenai pengaruh Interest Burden (IB) terhadap profitabilitas yang diteliti menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Penelitian yang dilakukan oleh Kusi, Kwadjo dan Albert (2015) menunjukkan hasil bahwa Interest Burden (IB) berpengaruh negatif terhadap profitabilitas. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Liesz dan Maranville (2008) menunjukkan hasil bahwa Interest Burden (IB) berpengaruh positif terhadap profitabilitas. Hasil penelitian mengenai pengaruh Tax Burden (TB) terhadap profitabilitas yang diteliti oleh Kusi, Kwadjo dan Albert (2015) dan Liesz dan Maranville (2008) menunjukkan hasil bahwa Tax Burden (TB) berpengaruh terhadap profitabilitas. Hasil penelitian mengenai pengaruh Total Asset Turnover (TATO) terhadap profitabilitas yang diteliti menunjukkan hasil yang berbeda. Penelitian yang dilakukan oleh Kusi, Kwadjo dan Albert (2015) menunjukkan hasil bahwa Total Asset Turnover (TATO) berpengaruh negatif terhadap profitabilitas. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Pongrangga, dkk (2015) dan Animah, dkk (2009), Leunupun (2003) dan Liesz dan Maranville (2008) menunjukkan hasil bahwa Total Asset Turnover (TATO) berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas.
10
Hasil penelitian mengenai pengaruh Total Equity Multiplier (EM) terhadap profitabilitas yang diteliti oleh Leunupun (2003), Liesz dan Maranville (2008) dan Animah (2009) menunjukkan hasil bahwa Equity Multiplier (EM) berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas. Hasil penelitian mengenai pengaruh Net Interest Margin (NIM) terhadap profitabilitas yang diteliti oleh Erna Wati (2011) menunjukkan hasil bahwa Net Interest Margin (NIM) berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas. Hasil penelitian mengenai pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap profitabilitas yang diteliti menunjukkan hasil yang berbeda. Penelitian yang dilakukan oleh Ali (2015) menunjukkan hasil bahwa Loan to Deposit Ratio (LDR) tidak berpengaruh terhadap profitabilitas. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Ulfa (2015), Erna Wati (2011) dan Irhamsyah (2010) menunjukkan hasil bahwa Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas. Berdasarkan penelitian sebelumnya masih terdapat research gap mengenai tingkat ROE bank persero yang belum memberikan hasil yang konsisten dan memuaskan. Maka dari itu penelitian ini berfokus dalam menganalisis faktor-faktor internal yang dapat mempengaruhi Return on Equity dari tahun 2005-2015 dengan variabel penelitian (OPM, IB, TB, TATO, EM, NIM dan LDR). Periode penelitian yang digunakan selama 11
11
tahun dikarenakan untuk mengetahui pengaruh antar variabel yang dipengaruhi oleh adanya 2 kali inflasi yang tinggi. Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas terdapat fenomena yang terjadi yaitu adanya fluktuasi bahkan cenderung menurun pada dua tahun terakhir pada tingkat Return on Equity (ROE) Bank Persero serta adanya research gap dari hasil penelitian sebelumnya. Sehingga penelitian ini diberi judul, “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Return on Equity (Studi pada Bank Persero 2005.Q1-2015.Q4). 1.2. Identifikasi dan Pembatasan Masalah 1.2.1. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian di atas, peneliti dapat mengidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut: 1. ROE bank persero berfluktuatif bahkan pada dua tahun terakhir terus menerus menurun 2. Pendapatan bersih setiap tahunnya mengalami peningkatan namun persentase ROE cenderung menurun 3. Adanya research gap dari hasil penelitian terdahulu yang belum memberikan hasil yang konsisten dan memuaskan
12
1.2.2. Pembatasan Masalah a. Objek penelitian ini dibatasi pada bank persero yang terdaftar di Bank Indonesia pada tahun 2005 sampai dengan 2015. b.
Sampel yang digunakan juga dibatasi, hanya data laporan keuangan bank persero yang melaporkan laporan keuangannya secara terus menerus selama periode penelitian.
c.
Banyak faktor yang mempengaruhi ROE, namun pada penelitian ini dibatasi pada rasio keuangan yang mempengaruhi ROE yaitu Operating Profit Margin (OPM), Interest Burden (IB), Tax Burden (TB), Total Asset Turn Over (TATO), Equity Multiplier (EM), Net Interest Margin (NIM), Loan to Deposit Ratio (LDR).
1.3. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh OPM terhadap ROE pada bank persero yang terdaftar di Bank Indonesia tahun 2005-2015? 2. Bagaimana pengaruh IB terhadap ROE pada bank persero yang terdaftar di Bank Indonesia tahun 2005-2015? 3. Bagaimana pengaruh TB terhadap ROE pada bank persero yang terdaftar di Bank Indonesia tahun 2005-2015?
13
4. Bagaimana pengaruh TATO terhadap ROE pada bank persero yang terdaftar di Bank Indonesia tahun 2005-2015? 5. Bagaimana pengaruh EM terhadap ROE pada bank persero yang terdaftar di Bank Indonesia tahun 2005-2015? 6. Bagaimana pengaruh NIM terhadap ROE pada bank persero yang terdaftar di Bank Indonesia tahun 2005-2015? 7. Bagaimana pengaruh LDR terhadap ROE pada bank persero yang terdaftar di Bank Indonesia tahun 2005-2015? 8. Bagaimana pengaruh OPM, IB, TB, TATO, EM, NIM, LDR secara bersama-sama terhadap ROE bank persero yang terdaftar di Bank Indonesia tahun 2005-2015? 1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Pengaruh OPM terhadap ROE pada bank persero yang terdaftar di Bank Indonesia tahun 2005-2015 2. Pengaruh IB terhadap ROE pada bank persero yang terdaftar di Bank Indonesia tahun 2005-2015 3. Pengaruh TB terhadap ROE pada bank persero yang terdaftar di Bank Indonesia tahun 2005-2015
14
4. Pengaruh TATO terhadap ROE pada bank persero yang terdaftar di Bank Indonesia tahun 2005-2015 5. Pengaruh EM terhadap ROE pada bank persero yang terdaftar di Bank Indonesia tahun 2005-2015 6. Pengaruh NIM terhadap ROE pada bank persero yang terdaftar di Bank Indonesia tahun 2005-2015 7. Pengaruh LDR terhadap ROE pada bank persero yang terdaftar di Bank Indonesia tahun 2005-2015 8. Pengaruh OPM, IB, TB, TATO, EM, NIM, LDR secara bersama-sama terhadap ROE pada bank persero yang terdaftar di Bank Indonesia tahun 2005-2015 1.4.2. Manfaat Penelitian Kegunaan yang diperoleh dari penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Bagi Perusahaan Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan perusahaan guna memperoleh informasi yang digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan manajemen terhadap strategi perusahaan agar dapat mengoptimalkan kinerja perusahaan untuk memperoleh laba.
15
2. Bagi Investor Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi tentang kondisi kesehatan dan kinerja keuangan perusahaan, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk berinvestasi saham perbankan di Bursa Efek Indonesia. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil dari penelitian ini di harapkan dapat menjadi refrensi bagi peneliti selanjutnya serta dapat dijadikan acuan pengembangan penelitian yang berkaitan tentang penelusuran terhadap perubahan kinerja (ROE) perbankan. 4. Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber pengetahuan dalam memilih bank yang sehat terutama untuk melakukakan proses transaksi (penyimpanan atau peminjaman) dana. BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Teori 2.1.1. Pengertian Bank Pada dasarnya perbankan merupakan lembaga keuangan yang memfasilitasi pada hampir seluruh kegiatan usaha dan bisnis serta lembaga
16
yang dapat memberikan jasa-jasa keuangan lainnya. Sebagaimana pengertian perbankan menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan Bab I pasal I ayat (2) adalah sebagai berikut: “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.” Sedangkan pengertian perbankan menurut nomor Undang–Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 Bab I pasal I ayat (1), “Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.” Menurut Kasmir (2014:12) bank dapat diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya. Menurut Lukman Dendawijaya (2009:14) bank merupakan lembaga perantara keuangan (financial intermediaries) yang menyalurkan dana dari pihak kelebihan dana (surplus unit) kepada pihak yang membutuhkan dana (deficit unit) pada waktu yang ditentukan.
17
Menurut Adelya dan Jafar (2009) dalam Tito Adhitya Galih (2011), sumber dana bank atau dari mana bank mendapatkan dana untuk keperluan operasionalnya dibedakan menjadi tiga sumber, yaitu dana yang berasal dari modal sendiri, pinjaman dan masyarakat. 1.
Dana yang berasal dari modal sendiri Sumber dana ini sering disebut sumber dana pihak pertama yaitu dana yang berasal dari dalam bank, baik pemegang saham maupun sumber lain.
2.
Dana yang berasal dari pinjaman Sumber dana ini sering disebut dana pihak kedua yaitu sumber dana yang berasal dari pinjaman bank lain maupun lembaga keuangan lain kepada bank.
3.
Dana yang berasal dari masyarakat Sumber dana ini sering disebut sumber dana pihak ketiga yaitu sumber dana yang berasal dari masyarakat sebagai nasabah dalam bentuk simpanan giro, tabungan dan deposito.
2.1.2 Fungsi Bank
18
Menurut Undang-Undang Perbankan Bab II Pasal 3 Nomor 10 Tahun 1998, fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat. Sebagaimana dua fungsi uatama tersebut, bank disebut juga sebagai lembaga intermediasi (perantara) keuangan. Bank sebagai financial intermediary adalah bagaimana bank dapat memperoleh sumber dana dari pihak-pihak yang surplus, kemudian menyalurkannya ke pihak yang deficit. Jika diilustrasikan, bank sebagai seorang dengan memiliki dua tangan, tangan kanannya bertugas sebagai penghimpun dana (source of fund) dengan berbagai program untuk memperoleh dana dan tangan kiri sebagai penyalur dana (use of fund) dengan berbagai program dalam menyalurkan dana. Tangan kanan bank bergandengan dengan tangan kiri masyarakat yang berlebihan dana dan tangan kiri bank bergandengan dengan tangan kanan masyarakat yang membutuhkan pinjaman. 2.1.3. Jenis Bank Menurut Kasmir (2014: 22), praktik perbankan di Indonesia saat ini yang diatur dalam undang-undang perbankan memiliki beberapa jenis bank. Perbedaan jenis perbankan dapat dilihat dari segi fungsi, kepemilikan, dari segi status dan dari segi menentukan harga. 2.1.3.1. Segi Fungsi Dari segi fungsi perbedaan yang terjadi terletak pada luasnya kegiatan atau jumlah produk yang dapat ditawarkan maupun jangkauan
19
wilayah operasinya. Menurut Undang-Undang Pokok Perbankan nomor 14 tahun 1967 jenis perbankan menurut fungsinya terdiri dari: 1. Bank umum 2. Bank Pembangunan 3. Bank Tabungan 4. Bank Pasar 5. Bank Desa 6. Lumbung Desa 7. Bank Pegawai 8. dan Bank jenis lainnya. Setelah keluarnya Undang-Undang Pokok Perbankan No. 7 Tahun 1992 dan ditegaskan lagi dengan keluarnya Undang-undang RI nomor 10 tahun 1998. Jenis perbankan dibagi menjadi Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Bank Pembangunan dan Bank Tabungan berubah fungsi menjadi Bank Umum, sedangkan Bank Desa, Bank Pasar, Lumbungan desa dan Bank Pegawai menjadi Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Maka jenis perbankan terdiri dari tiga jenis bank, yaitu: 1. Bank Umum 2. Bank Perkreditan Rakyat
20
3. Bank Sentral Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sifat jasa yang diberikan adalah umum, dalam arti dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada. Bank umum sering disebut bank komersil (commercial bank). Sedangkan pengertian Bank Perkreditan Rakyat (BPR) menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun1998 adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Kegiatan BPR jauh lebih sempit dibandingkan dengan kegiatan bank umum. Kegiatan BPR hanya meliputi kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana jasa saja, bahkan dalam menghimpun dana BPR dilarang untuk menerima simpanan giro. Dalam hal jangkauan wilayah operasi, BPR hanya dibatasi dalam wilayah tertentu saja. Bank Sentral yang ada di Indonesia dipegang oleh Bank Indonesia (BI). Tujuan Bank Indonesia dalam Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 1999 bab III Pasal 7 adalah untuk mencapai dan memelihara kestabilan rupiah. Adapun maksud dari kestabilan rupiah yang diinginkan oleh Bank Indonesia adalah sebagai berikut: 1.
Kestabilan nilai rupiah terhadap barang dan jasa yang dapat diukur dengan atau tercermin dari perkembangan laju inflasi.
21
2.
Kestabilan nilai rupiah terhadap mata uang Negara lain. Hal ini dapat diukur dengan atau tercermin dari perkembangan nilai tukar rupiah terhadap mata uang Negara lain. Agar kestabilan nilai rupiah dapat tercapai dan terpelihara, maka
Bank Indonesia memiliki tugas antara lain: 1.
Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter.
2.
Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran.
3.
Mengatur dan mengawasi bank.
2.1.3.2. Segi Kepemilikan Jenis bank dilihat dari segi kepemilikan maksudnya adalah siapa saja yang memiliki bank tersebut. Kepemilikan ini dapat dilihat dari akta pendirian dan penguasaan saham yang dimiliki bank yang bersangkutan. Jenis bank berdasarkan segi kepemilikannya adalah sebagai berikut:
1.
Bank Milik Pemerintah Dimana baik antara pendirian maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah, sehingga keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah pula. Bank persero berdasarkan direktorat Bank Indonesia antara lain: a. Bank Negara Indonesia (BNI) b. Bank Rakyat Indonesia (BRI)
22
c. Bank Tabungan Negara (BTN) d. Bank Mandiri 2. Bank Milik Swasta Nasional Merupakan bank yang seluruh atau sebagian besarnya dimiliki oleh swasta nasional serta akta pendiriannya pun didirikan oleh swasta. Contoh bank milik swasta antara lain: a. Bank Bukopin b. Bank Central Asia c. Bank Danamon d. Maybank, dan lain sebagainya. 3. Bank Milik Asing Merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri, bank milik swasta asing maupun pemerintah asing suatu Negara. Contoh bank milik asing antara lain: a. American Express Bank b. Bank of America c. Bangkok Bank d. Bank of Tokyo, dan lain sebagainya. 4. Bank Campuran Merupakan bank yang kepemilikan sahamnya dimiliki oleh pihak asing dan swasta nasional. Dimana kepemilikan sahamnya secara mayoritas dipegang oleh warga Negara Indonesia. Contoh bank campuran antara lain:
23
a. Bank Agris b. Bank ANZ Indonesia c. Bank BNP Paribas Indonesia d. Bank Capital Indonesia Tbk e. Bank Chinatrust Indonesia, dan lain sebagainya. 2.1.3.3. Segi Status Pembagian jenis bank dari segi status merupakan pembagian berdasarkan kedudukan atau status bank tersebut. Kedudukan atau status ini menunjukkan ukuran kemampuan bank dalam melayani masyarakat baik dari segi jumlah produk, modal maupun kualitas pelayanannya. Jenis bank tersebut dibagi menjadi dua macam, yaitu: 1. Bank Devisa Merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan, misalnya transfer ke luar negeri, inkaso ke luar negeri, pembukaan dan pembayaran Letter of credit (L/C) . 2. Bank Non Devisa Merupakan bank yang belum mempunyai ijin untuk melaksanakan transaksi sebagaimana yang dilakukan bank devisa. Dimana transaksi yang dilakukan masih dalam batas-batas suatu Negara. 2.1.3.4. Segi Cara Menentukan Harga Dilihat dari segi cara menentukan harga dapat diartikan sebagai cara penentuan keuntungan yang akan diperoleh. Dalam menentukan
24
harga, baik harga jual maupun harga beli terbagi dalam dua kelompok, yaitu: 1. Bank yang Berdasarkan Prinsip Konvensional Menurut Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 Bank Konvensional adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Pada prinsipnya bank konvensional menggunakan dua metode, yaitu: a. Menetapkan bunga sebagai harga, baik untuk produk simpanan seperti tabungan, deposito berjangka, maupun produk pinjaman (kredit) yang diberikan berdasarkan tingkat bunga tertentu. b. Untuk jasa-jasa bank lainnya, pihak bank menggunakan atau menerapkan berbagai biaya dalam nominal atau persentase tertentu. Sistem penetapan biaya ini disebut fee based.
2. Bank yang Berdasarkan Prinsip Syariah
Menurut Undang-undang No.10 tahun 1998 bank syariah adalah Bank yang melaksanakan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
25
Prinsip syariah menurut Pasal 1 ayat 13 Undang-undang No.10 Tahun 1998 tentang perbankan adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dengan pihak lain untuk penyimpanan dana atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya. Penentuan harga atau mencari keuntungan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah adalah dengan cara:
a. Pembiayaan
berdasarkan
prinsip
bagi
hasil
(mudharabah), b. Pembiayaan berdasarkan prinsip
penyertaan modal
(musyarakah), c. Prinsip jual beli barang dengan keuntungan (murabahah), d. Pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), e. Atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).
2.1.4. Kegiatan Usaha Bank Menurut Kasmir (2014:35) kegiatan-kegiatan perbankan yang ada di Indonesia terutama kegiatan bank umum adalah sebagai berikut: 1. Menghimpun dana dari masyarakat (funding) dalam bentuk:
26
a. Simpanan giro (demand deposit) yang merupakan simpanan pada bank dimana penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek atau bilyet giro. b. Simpanan tabungan (saving deposit), yaitu simpanan pada bank yang penarikannya dapat dilakukan sesuai perjanjian antara bank dengan nasabah. c. Simpanan deposito (time deposit), yaitu simpanan pada bank yang penarikannya sesuai jangka waktu / jatuh tempo dan dapat ditarik dengan bilyet deposito. 2. Menyalurkan dana ke masyarakat (lending) dalam bentuk kredit, seperti: a. Kredit investasi adalah kredit yang diberikan kepada para investor untuk investasi yang penggunannya jangka panjang. b. Kredit modal kerja merupakan kredit yang diberikan untuk membiayai kegiatan usaha dan biasanya bersifat jangka pendek guna memperlancar transaksi perdagangan. c. Kredit perdagangan adalah kredit yang diberikan kepada para pedagang, baik agen maupun pengecer. d. Kredit konsumtif merupakan kredit yang digunakan untuk dikonsumsi atau dipakai untuk keperluan pribadi.
27
e. Kredit produktif adalah kredit yang digunakan untuk menghasilkan barang atau jasa. 3. Memberikan jasa bank lainnya (services) antara lain: a. Jasa setoran seperti setoran telepon, listrik, air, atau uang kuliah. b. Jasa pembayaran seperti pembayaran gaji, pensiun atau hadiah. c. Jasa pengiriman uang (transfer) d. Jasa kliring (clearing) e. Jasa penjualan mata uang asing (valas) f. Jasa penyimpanan dokumen (safe deposit box) g. Jasa cek wisata (travellers cheque), dan lain sebagainya 2.1.5. Laporan Keuangan Bank Laporan keuangan bank menunjukkan kondisi keuangan bank secara keseluruhan dan juga menunjukkan kinerja manajemen bank selama satu periode. Pada laporan keuangan termuat informasi mengenai jumlah kekayaan (assets) dan jenis-jenis kekayaan yang dimiliki (di sisi aktiva), dan juga tergambarkan kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang serta ekuitas / modal sendiri yang dimiliknya. Informasi yang memuat keterangan tersebut dalam laporan keuangan disebut neraca.
28
Laporan keuangan juga memberikan informasi tentang hasil-hasil usaha yang diperoleh bank dalam suatu periode tertentu dan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam menjalankan usahanya. Informasi tersebut akan termuat dalam laporan laba rugi. Laporan keuangan bank juga memberikan gambaran tentang arus kas suatu bank yang tergambar dalam laporan arus kas. Ketiga laporan keuangan tersebut berhubungan satu sama lainnya. Menurut Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim (2012:61) tujuan pelaporan keuangan bisa didefinisikan untuk investor, kreditur dan pihak-pihak lain menaksir besarnya, waktu, serta ketidakpastian aliran kas suatu perusahaan dan juga untuk membuat pihak luar menganalisis likuiditas perusahaan, fleksibilitas keuangan, kemampuan operasional perusahaan dan kemampuan menghasilkan pendapatan selama periode tertentu. Menurut Hanafi (2007:69) dalam A. Trio Prayudah (2015) pengukuran kinerja didefinisikan sebagai “performing measurement“, yaitu kualifikasi dan efisiensi serta efektifitas perusahaan dalam pengoperasian bisnis selama periode akuntansi. Pengertian kinerja adalah suatu usaha formal yang dilaksanakan perusahaan untuk mengevaluasi efisien dan efektivitas dari aktivitas perusahaan yang telah dilaksanakan pada periode waktu tertentu. Pengukuran kinerja keuangan digunakan oleh perusahaan untuk mengetahui kondisi internal dan eksternal perusahaan yang dapat digunakan
29
sebagai dasar dalam kegiatan operasionalnya dan perbandingan dengan perusahaan lain. Analisis kinerja keuangan merupakan proses pengkajian secara
kritis
terhadap
review
data,
menghitung,
mengukur,
menginterprestasi, dan memberi solusi terhadap keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu. Menurut Kasmir (2014:310), untuk dapat melihat kondisi keuangan suatu bank, maka dapat dilihat laporan keuangan yang disajikan oleh suatu bank secara periodik. Laporan ini juga menggambarkan kinerja bank selama periode tersebut. Setiap laporan yang disajikan haruslah dibuat sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Agar laporan ini dapat dibaca dan dapat dianalisis dengan baik, digunakanlah rasio-rasio keuangan sesuai standar yang ditetapkan. Analisis rasio merupakan salah satu alat analisis keuangan yang paling popular dan banyak digunakan. Menurut K. R. Subramanyam dan John J Wild (2010:42), rasio merupakan salah satu titik awal, bukan titik akhir. Analisis rasio dapat mengungkapkan hubungan penting dan menjadi dasar perbandingan dalam menemukan kondisi dan tren yang sulit untuk dideteksi. Seperti alat analisis lainnya, rasio paling bermanfaat bila berorientasi ke depan. Dengan hal ini berarti dapat menyesuaikan faktorfaktor yang mempengaruhi rasio untuk kemungkinan trend dan ukurannya di masa depan. 2.1.6 Return on Equity
30
Sesuai Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001 Lampiran 14
…………………………….…..(2.1)
Rumus :
Menurut Kasmir (2014:328) ROE merupakan rasio untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola capital yang ada untuk mendapatkan net income. Menurut Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim (2012:82) ROE mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan modal saham tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pemegang saham. Namun rasio ini tidak memperhitungkan deviden maupun capital gain untuk pemegang saham.
Dari pernyataan di atas dapat ditarik kesimpulan ROE merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menitikberatkan pada bagaimana efisiensi operasi perusahaan ditranslasi menjadi keuntungan bagi para pemilik perusahaan. 2.1.7. Operating Profit Margin Berikut rumus persamaan pembentuk Operating Profit Margin (OPM), yaitu:
……………………………..………..(2.2) Selisih antara margin net profit rasio dengan 100% menunjukkan presentase yang tersisa untuk menutup harga pokok penjualan dan biaya
31
operasi, persentase yang tersisa ini dinamakan operating margin ratio atau rasio antara (harga pokok penjualan + biaya operasi) dengan penjualan bersih (munawir, 2001:100). Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba operasi. Menurut Syamsudin dalam Yunita (2015), rasio ini menggambarkan apa yang biasa disebut pure profit karena laba yang diukur di sini adalah laba yang diterima atas setiap rupiah dari penjualan yang dilakukan, tanpa melihat beban keuangan (bunga) dan beban terhadap pemerintah (pajak). Nilai OPM dapat ditingkatkan jika perusahaan mampu mengelola penggunaan biaya operasional dengan baik serta adanya peningkatan penjualan, sehingga laba operasional dapat diperoleh secara maksimal. Dengan kata lain, OPM adalah rasio untuk mengukur efisiensi biaya operasional dari penjualan yang dilakukan perusahaan. 2.1.8. Interest Burden Berikut rumus persamaan pembentuk Interest Burden (IB) yaitu:
…………………………………….(2.3) Interest burden merupakan rasio yang menggambarkan pendapatan yang diterima perusahaan terhadap besarnnya biaya hutang / beban bunga. Dalam perusahaan, Interest Burden merupakan financial cost ratio, dimana manajemen keuangan perusahaan mengambil keputusan dalam menetapkan
32
besarnya hutang untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan (Liesz dan Maranville, 2008). Dari hutang yang dipinjam perusahaan akan mengakibatkan adanya biaya hutang / beban bunga yang harus ditanggung oleh perusahaan. Jika perusahaan tidak memiliki hutang, maka besarnya rasio Interest Burden adalah 1. 2.1.9. Tax Burden Berikut rumus persamaan pembentuk Tax Burden (TB) yaitu:
……………………………………(2.4) Tax Burden merupakan rasio yang menggambarkan pendapatan yang diterima perusahaan terhadap besarnya pajak. Atau biasa juga disebut dengan tax effect, adalah rasio yang menggambarkan pendapatan yang diterima perusahaan dipengaruhi besarnya pajak (Kusi. B. A, dkk, 2015). Besarnya pajak menjadi variabel di luar kontrol
perusahaan, karena
penetapan besarnya pajak ditetapkan oleh pemerintah. Perusahaan dapat mengambil keuntungan dari insentif pajak yang ditawarkan pemerintah sehingga dapat mengoptimalkan pendapatan (Liesz dan Maranville, 2008). 2.1.10. Total Asset Trurn Over Berikut rumus persamaan pembentuk Total Asset Trurn Over (TATO) yaitu:
……………………………………….(2.5)
33
Total Asset Turn Over merupakan salah satu rasio aktivitas. Menurut Mamduh M Hanafi dan Abdul Halim (2012:78), TATO mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan penjualan berdasarkan aktiva tetap yang dimiliki perusahaan. Rasio ini juga memperlihatkan sejauh mana efektifitas perusahaan menggunakan aktiva tetapnya. Dengan demikian, besarnya nilai TATO akan menunjukkan aktiva yang lebih cepat berputar dalam
menghasilkan
penjualan
untuk
memperoleh
laba.
Menurut
Syamsudin (2011:62) dalam Rizki Adriani Pongrangga, dkk (2015) Volume penjualan dapat diperbesar dengan jumlah asset yang sama jika total asset turn overnya ditingkatkan atau diperbesar.
2.1.11. Equity Multiplier Berikut rumus persamaan pembentuk Equity Multiplier (EM) yaitu:
………….………………………………….(2.6) Equity Multiplier menurut Kasmir (2014:332) merupakan alat untuk mengukur kemampuan manajemen dalam mengelola assetnya, karena adanya biaya yang harus dikeluarkan akibat penggunaan aktiva. EM juga merupakan rasio Leverage pemegang saham yang mengukur bagian aktiva yang didanai oleh pemegang saham. Dengan
34
kata lain, EM menjelaskan sampai seberapa jauh kemampuan perusahaan menginvestasi modal pada aktiva dengan menggunakan modal sendiri. 2.1.12. Net Interest Margin Berikut rumus persamaan pembentuk Net Interest Margin (NIM) yaitu:
……………………….(2.7) Net Interest Margin adalah rasio yang digunakan untuk mengetahui kemampuan manajemen bank dalam hal terutama dalam hal pengelolaan aktiva produktif sehingga bisa menghasilkan bunga bersih. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga dikurangi beban bunga. Sementara aktiva produktif menurut peraturan BI Nomor 7/2/PBI/2005, adalah penyediaan dana Bank untuk memperoleh penghasilan, dalam bentuk kredit, surat berharga, penempatan dana antar bank, tagihan akseptasi, tagihan atas surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali (reverse repurchase agreement), tagihan derivatif, penyertaan, transaksi rekening administratif serta bentuk penyediaan dana lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu. Menurut Kasmir (2014:331), Interest Margin on Earning Asset merupakan rasio untuk mengukur kemampuan manajemen dalam mengendalikan biaya-biaya. Menurut Slamet Riyadi dalam Erna Wati (2011), Net Interest Margin (NIM) menunjukkan kemampuan bank dalam menghasilkan pendapatan dari bunga dengan melihat kinerja bank dalam menyalurkan kredit.
35
2.1.13. Loan to Deposit Ratio Berikut rumus persamaan pembentuk Loan to Deposit Ratio (LDR) yaitu:
…………………………………….(2.8) Menurut Selamet Riyadi (2006) dalam Erna Wati (2011) Loan to Deposit Ratio mencerminkan kemampuan bank dalam menyalurkan dana pihak ketiga pada kredit untuk menghasilkan pendapatan. LDR ditentukan
oleh perbandingan antara jumlah pinjaman yang diberikan, dengan dana masyarakat yang dihimpun yaitu mencakup giro, simpanan berjangka (deposito) dan tabungan. Rasio ini juga menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/7/PBI/2013 menetapkan besar LDR berada pada kisaran 78% - 92%. 2.2. Penelitian Terdahulu No 1
Peneliti Animah, Elin Erliana Sasanti dan Nina Karina (2009)
Judul Pengaruh Profit Margin, Investment Turnover, Equity Multiplier Terhadap Return On Equity
Variabel Dependen: Return on Equity; Independen: Profit Margin, Investment Turnover dan Equity Multiplier
2
Pieter
Profitabilitas
Dependen:
Hasil Penelitian Profit Margin Berpengaruh negatif signifikan terhadap ROE, Invesment Turnover dan Equity Multiplier berpengaruh positif signifikan terhadap ROE Profit Margin,
36
Leunupun (2003)
Ekuitas dan Beberapa Faktor yang Mempengaruhinya (Studi pada Beberapa KUD di Kota Ambon)
3
Thomas J. Liesz dan Steven J. Maranville (2008)
Ratio Analysis Featuring The Dupont Method: An Overlooked Topic In The Finance Module Of Small Business Management And Entrepreneurship Courses
4
Shofar Akbar Analisis Pengaruh ‘Ali (2015) Loan To Deposit Ratio (LDR) dan Debt To Equity Ratio (DER) Terhadap Kinerja Keuangan Return On Equity (ROE) Perusahaan Perbankan Di Indonesia Tahun 2009-2013 Erna Wati, SS Analisis Pengaruh (2011) BOPO, NIM, GWM, LDR, PPAP dan NPL Terhadap ROE Pada Bank Go Public Dan Non Go Public Di Indonesia Periode Tahun 2007-2009 Anwar Analisis Pengaruh Irhamsyah Capital Adequacy (2010) Ratio (CAR),
5
6
Return on Equity; Independen: Profit Margin, Investment Turnover dan Equity Multiplier Dependen: Return on Equity; Independen: Interest Burden, Tax Burden, Operating Profit Margin, Total Asset Turnover dan Equity Multiplier Dependen: Return on Equity; Independen: Loan To Deposit Ratio dan Debt To Equity Ratio
Invesment Turnover dan Equity Multiplier masing-masing berpengaruh positif signifikan terhadap ROE Interest Burden, Tax Burden, Operating Profit Margin, Total Asset Turnover dan Equity Multiplier secara parsial dan simultan berpengaruh positif terhadap ROE
Loan To Deposit Ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap ROE, Debt to Equity Ratio berpengaruh secara signifikan terhadap variabel ROE Dependen: BOPO dan NPL Return on berpengaruh Equity; negatif Independen: Signifikan BOPO, NIM, terhadap ROE, GWM, LDR, sedangkan NIM, PPAP dan NPL LDR berpengaruh positif signifikan terhadap ROE Dependen: Capital Return on Adequacy Ratio Equity; (CAR)
37
Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Financing to Deposit Ratio (FDR) terhadap Return on Equity (ROE)
Independen: Capital Adequacy Ratio (CAR), Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Financing to Deposit Ratio (FDR)
7
Meilia Ulfa (2015)
Pengaruh Loan To Deposit Ratio, Loan To Asset Ratio, Net Profit Margin dan Gross Profit Margin Terhadap Return On Equity pada Industri Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
Dependen: Return On Equity; Independen: Loan To Deposit Ratio, Loan To Asset Ratio, Net Profit Margin dan Gross Profit Margin
8
Hery Prasetyo Dan Sony Sunaryo (2015)
The Branch Expansion And The Performance Of The Banks: The Case Of Indonesia
Dependen: Return On Equity dan Return On Asset; Independen: Jumlah Cabang dan Jumlah Pegawai: Intervening: BOPO, LDR, NPL, NIM
berpengaruh negatif signifikan terhadap ROE sedangkan Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Financing to Deposit Ratio (FDR) berpengaruh positif signifikan terhadap ROE Loan To Deposit Ratio (LDR), Loan To Asset Ratio (LAR), Net Profit Margin (NPM) berpengaruh signifikan terhadap ROE Sedangkan Gross Profit Margin (GPM) tidak berpengaruh signifikan terhadap ROE Jumlah Cabang dan Jumlah Pegawai Industri Perbankan di Indonesia tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan rasio BOPO, LDR, NPL, NIM, ROA dan ROE di Tahun 2011-
38
9
Baah Aye Kusi, Kwadjo Ansah-Adu Dan Albert Agyei (2015)
Evaluating Banking Profit Performance In Ghana During And Post Profit Decline: A Five Step Du-Pont Approach
Dependen: Return On Equity; Independen: OPM, ATO, LR, IB dan Tax Effect
10
Rizki Adriani Pongrangga Moch. Dzulkirom Muhammad Saifi (2015)
Pengaruh Current Ratio, Total Asset Turnover dan Debt To Equity Ratio terhadap Return On Equity (Studi Pada Perusahaan Sub Sektor Property dan Real Estate yang terdaftar Di BEI Periode 20112014)
Dependen: Return On Equity; Independen: Current Ratio, Total Asset Turnover dan Debt To Equity Ratio
2012 OPM, LR dan Tax Effect berpengaruh positif tidak signifikan terhadap ROE, ATO berpengaruh negatif tidak signifikan, IB berpengaruh negatif signifikan terhadap ROE Total Asset Turnover (TATO), dan Debt To Equity Ratio (DER) dinyatakan secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Return On Equity (ROE), Sedangkan Current Ratio (CR) dinyatakan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ROE
2.3. Hubungan antar Variabel dan Perumusan Hipotesis 2.3.1. Pengaruh Operating Profit Margin Terhadap Return on Equity Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba operasi. Menurut Syamsudin dalam Yunita
39
(2015), rasio ini menggambarkan apa yang biasa disebut pure profit karena laba yang diukur di sini adalah laba yang diterima atas setiap rupiah dari penjualan yang dilakukan, tanpa melihat beban keuangan (bunga) dan beban terhadap pemerintah (pajak). Nilai OPM dapat ditingkatkan jika perusahaan mampu mengelola penggunaan biaya operasional dengan baik serta adanya peningkatan penjualan, sehingga laba operasional dapat diperoleh secara maksimal. Dengan kata lain, OPM adalah rasio untuk mengukur efisiensi biaya operasional dari penjualan yang dilakukan perusahaan. Semakin tinggi OPM akan semakin baik pula operasi suatu perusahaan sehingga menghasilkan profitabilitas, hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kusi, Kwadjo dan Albert (2015) dan Liesz dan Maranville (2008) menunjukkan bahwa Operating Profit Margin (OPM) berpengaruh positif terhadap ROE perusahaan.
2.3.2. Pengaruh Interest Burden Terhadap Return on Equity Interest burden merupakan perbandingan profit before tax dengan operating profit. Interest burden merupakan rasio yang menggambarkan pendapatan yang diterima terhadap besarnnya beban bunga pinjaman. Dalam perusahaan, Interest Burden merupakan financial cost ratio, dimana manajemen keuangan perusahaan mengambil keputusan dalam menetapkan besarnya hutang untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan (Liesz dan Maranville, 2008). Dari hutang yang dipinjam
40
perusahaan akan mengakibatkan adanya biaya hutang / beban bunga yang harus ditanggung oleh perusahaan. Jika perusahaan tidak memiliki hutang, maka besarnya rasio Interest Burden adalah 1. Semakin besarnya pendapatan yang diterima terhadap besarnnya beban bunga pinjaman semakin besar juga pendapatan yang diterima perusahaan, hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Liesz dan Maranville (2008) menunjukkan bahwa Interest Burden (IB) berpengaruh positif terhadap ROE perusahaan. 2.3.3. Pengaruh Tax Burden Terhadap Return on Equity Tax burden merupakan perbandingan profit after tax dengan profit before tax. Tax Burden merupakan rasio yang menggambarkan pendapatan yang diterima perusahaan terhadap besarnya pajak. Atau biasa juga disebut dengan tax effect, adalah rasio yang menggambarkan pendapatan yang diterima perusahaan dipengaruhi besarnya pajak (Kusi. B. A, dkk, 2015). Besarnya pajak menjadi variabel di luar kontrol
perusahaan, karena
penetapan besarnya pajak ditetapkan oleh pemerintah. Perusahaan dapat mengambil keuntungan dari insentif pajak yang ditawarkan pemerintah sehingga dapat mengoptimalkan pendapatan (Liesz dan Maranville, 2008). Rasio ini digunakan untuk mengukur besarnya proporsi laba bersih yang diperoleh setelah pajak, semakin besarnya rasio ini akan semakin tinggi juga profitabilitas perusahaan, hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kusi, Kwadjo dan Albert (2015) dan Liesz dan Maranville
41
(2008) menunjukkan bahwa Tax Burden (TB) berpengaruh positif terhadap ROE perusahaan. 2.3.4. Pengaruh Total Asset Turnover Terhadap Return on Equity Total Asset Turn Over (TATO) merupakan salah satu rasio aktivitas. Rasio ini memperlihatkan sejauh mana efektifitas perusahaan menggunakan aktiva tetapnya. Dengan demikian, besarnya nilai TATO akan menunjukkan aktiva yang lebih cepat berputar dalam menghasilkan penjualan untuk memperoleh laba. Menurut Syamsudin (2011:62) dalam Rizki Adriani Pongrangga, dkk (2015) volume penjualan dapat diperbesar dengan jumlah asset yang sama jika total asset turn overnya ditingkatkan atau diperbesar. Menurut Mamduh M Hanafi dan Abdul Halim (2012:78), rasio ini digunakan untuk mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan
penjualan
berdasarkan
aktiva
tetap
yang
dimiliki
perusahaan. Semakin baik rasio ini akan semakin baik juga profitabititas perusahaan, hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pongrangga, dkk (2015) dan Animah, dkk (2009), Leunupun (2003) dan Liesz dan Maranville (2008) menunjukkan bahwa Total Asset Turn Over (TATO) berpengaruh positif terhadap ROE perusahaan. 2.3.5. Pengaruh Equity Multiplier Terhadap Return on Equity Equity Multiplier (EM) atau biasa disebut juga dengan Leverage Multiplier (LM). Menurut Kasmir (2014:332), leverage multiplier merupakan alat untuk mengukur kemampuan manajemen dalam
mengelola assetnya,
karena adanya
biaya
yang
harus
42
dikeluarkan akibat penggunaan aktiva. EM juga juga merupakan rasio Leverage pemegang saham yang mengukur bagian aktiva yang didanai oleh pemegang saham. Dengan kata lain, EM menjelaskan sampai seberapa jauh kemampuan perusahaan menginvestasi modal pada aktiva dengan menggunakan modal sendiri. Semakin besar rasio ini, menunjukkan semakin besanya hutang yang digunakan dalam aktiva, hal ini menandakan bahwa perusahaan membutuhkan dana untuk menambah asset yang akan meningkatkan profitabilitas, hal ini
sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Leunupun (2003), Liesz dan Maranville (2008) dan Animah (2009) menunjukkan hasil bahwa Equity Multiplier (EM) berpengaruh positif signifikan terhadap ROE perusahaan. 2.3.6. Pengaruh Net Interest Margin Terhadap Return on Equity Net Interest Margin (NIM) adalah rasio yang digunakan untuk mengetahui kemampuan manajemen bank dalam hal terutama dalam hal pengelolaan aktiva produktif sehingga bisa menghasilkan bunga bersih. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga dikurangi beban bunga. Semakin besar rasio ini maka meningkatnya pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank semakin baik sehingga kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil (Hery Prasetyo dan Sony Sunaryo, 2015) Menurut Kasmir (2014:331), Interest Margin on Earning Asset merupakan rasio untuk mengukur kemampuan manajemen dalam mengendalikan biaya-biaya. Menurut Slamet Riyadi dalam Erna Wati
43
(2011), Net Interest Margin (NIM) menunjukkan kemampuan bank dalam menghasilkan pendapatan dari bunga dengan melihat kinerja bank dalam menyalurkan kredit. Semakin besar NIM akan semakin meningkat profitabiltas perbankan, hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Erna Wati (2011) menunjukkan hasil bahwa Net Interest Margin (NIM) berpengaruh positif signifikan terhadap ROE perbankan. 2.3.7. Pengaruh Loan to Deposit Ratio Terhadap Return on Equity Menurut Selamet Riyadi (2006) dalam Erna Wati (2011) Loan to Deposit
Ratio
(LDR)
mencerminkan
kemampuan
bank
dalam
menyalurkan dana pihak ketiga pada kredit untuk menghasilkan pendapatan. LDR ditentukan oleh perbandingan antara jumlah pinjaman yang diberikan, dengan dana masyarakat yang dihimpun yaitu mencakup giro, simpanan berjangka (deposito) dan tabungan. Rasio ini juga menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/7/PBI/2013 menetapkan besar LDR berada pada kisaran 78% - 92%. Semakin besar kredit yang disalurkan maka pendapatan yang diterima perbankan semakin besar, hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ulfa (2015), Erna Wati (2011) dan Irhamsyah (2010)
menunjukkan hasil bahwa Loan to Deposit Ratio
(LDR) berpengaruh positif signifikan terhadap ROE perbankan.
44
2.4. Hipotesis Hipotesis adalah pernyataan sementara masalah penelitian yang kebenarannya belum tentu benar sehingga harus diuji secara empiris. Berdasarkan rumusan masalah, tujuan, teori dan penelitian terdahulu maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Hipotesis 1 : OPM diduga berpengaruh positif signifikan terhadap ROE Hipotesis 2 : IB diduga berpengaruh positif signifikan terhadap ROE Hipotesis 3 : TB diduga berpengaruh positif signifikan terhadap ROE Hipotesis 4 : TATO diduga berpengaruh positif signifikan terhadap ROE Hipotesis 5 : EM diduga berpengaruh positif signifikan terhadap ROE Hipotesis 6 : NIM diduga berpengaruh positif signifikan terhadap ROE Hipotesis 7 : LDR diduga berpengaruh positif signifikan terhadap ROE Hipotesis 8 : OPM, IB, TB, TATO, EM, NIM dan LDR secara bersama-sama diduga berpengaruh positif signifikan terhadap ROE
45
2.5. Model Peneltian
OPM
H1
IB
H2
TB
H3
TATO
H4
EM
H5
NIM
H6
LDR
H7 H8
ROE
46
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian Desain penelitian dalam menganalisis data bank persero dalam penelitian ini adalah menggunakan metode penelitian asosiatif – kausal. Menurut Mala (2017), penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih. Dengan penelitian ini maka akan dapat dibangun suatu teori yang dapat berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan dan mengontrol suatu gejala. Dan tujuan dari penelitian kausal adalah untuk mengidentifikasi hubungan sebab akibat antara variabel – variabel yang berfungsi sebagai penyebab (variabel independen) dan variabel mana berfungsi sebagai variabel akibat (variabel dependen). 3.2. Populasi dan Sampel 3.2.1. Populasi Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan dengan kategori bank persero yang terdaftar di Bank Indonesia dalam kurun waktu penelitian (periode 2005 sampai dengan 2015). Jumlah bank yang menjadi populasi sebanyak 5 bank. Berikut adalah daftar bank yang menjadi populasi penelitian di Bank Indonesia:
47
Tabel 3.1 Daftar Populasi Bank Persero di Bank Indonesia No Nama Bank 1 PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk 2 PT. Bank Tabungan Negara (Persero), Tbk 3 PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk 4 PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk 5 PT. Bank Ekspor Indonesia (Persero) Sumber: www.bi.go.id
3.2.2. Sampel Sampel dalam penelitian ini diambil secara purposive sampling, yaitu metode pengambilan sampel berdasarkan kriteria-kriteria dan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu yang didasarkan pada kepentingan dan tujuan penelitian. Kriteria penentuan sampel sebagai berikut: 1. Bank yang masuk kategori bank yang ke dalam persero dari tahun 2005 sampai 2015. 2. Bank yang menerbitkan laporan keuangan secara terus menerus pada periode 2005 sampai 2015 dan tersedia dalam laporan keuangan per triwulan yang telah dipublikasikan pada website Bank Indonesia (www.bi.go.id). 3. Terdaftar dan tetap aktif dalam industri perbankan Indonesia dari tahun 2005-2015. 4. Bank tersebut memiliki data lengkap yang diperlukan selama periode 2005-2015 yaitu laporan keuangan yang terdiri dari laporan neraca, laporan laba-rugi dan laporan rasio keuangan untuk dijadikan sebagai data penelitian.
48
Berdasarkan pada kriteria sampel tersebut, jumlah sampel yang memenuhi kriteria untuk digunakan dalam penelitian sebanyak 4 (empat) bank. Daftar bank yang dijadikan objek penelitian sebagai berikut:
Tabel 3.2 Daftar Sampel Penelitian Bank Persero No Nama Bank 1 PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk 2 PT. Bank Tabungan Negara (Persero), Tbk 3 PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk 4 PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk Sumber: www.bi.go.id (diolah)
3.3. Jenis dan Sumber Data 3.3.1. Jenis Data Dalam penelitian ini jenis, data yang digunakan adalah data kuantitatif, yaitu data yang yang berupa angka. Data yang yang dikumpulkan berupa laporan keuangan per triwulan dari masing-masing bank yang menjadi sampel, yaitu laporan neraca, laporan laba rugi, dan laporan rasio keuangan bank. Jenis data yang digunakan adalah data panel yang merupakan gabungan antara time series (periode 2005-2015) dan cross section (bank persero yang terdaftar di BI). 3.3.2. Sumber Data Sumber data pada penelitian ini adalah berupa data sekunder yang diperoleh dari Bank Indonesia (BI), seperti laporan keuangan per triwulan yang dipublikasikan pada website Bank Indonesia pada periode 2005 sampai 20015.
49
3.4. Operasionalisasi Variabel Definisi operasional variabel adalah penjelasan yang diberikan terhadap suatu variabel yang menjadi bagian dari penelitian sehingga variabel tersebut dapat dianalisis atau diukur. Operasionalisasi variabel dalam penelitian ini sebagai berikut: 3.4.1. Variabel Independen No 1
Variabel Operating Profit Margin (OPM)
2
Interest Burden (IB)
3
Tax Burden (TB)
No 4
Variabel Total Asset Turn Over (TATO)
Definisi Untuk mengukur laba yang diterima atas setiap rupiah dari penjualan yang dilakukan, tanpa melihat beban keuangan (bunga) dan beban terhadap pemerintah (pajak) Untuk mengukur besarnya pendapatan yang diterima terhadap besarnnya beban bunga pinjaman Untuk mengukur besarnya proporsi laba yang diperoleh setelah pajak (laba bersih) Definisi Untuk mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan
Indikator
Skala Rasio
Rasio
Rasio
Indikator
Skala Rasio
50
5
Equity Multiplier (EM)
6
Net Interest Margin (NIM)
7
Loan to Deposit Ratio (LDR)
menghasilkan penjualan berdasarkan aktiva tetap yang dimiliki perusahaan Menjelaskan sampai seberapa jauh kemampuan perusahaan menginvestasi modal pada aktiva dengan menggunakan modal sendiri Menunjukkan kemampuan bank dalam menghasilkan pendapatan dari bunga dengan melihat kinerja bank dalam menyalurkan kredit Untuk mengukur proporsi jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana pihak ketiga yang diterima oleh bank
Rasio
Rasio
Rasio
3.4.2. Variabel Dependen No 1
Variabel Return on Equity (ROE)
Definisi Indikator Untuk mengukur seberapa besar imbal hasil ekuitas yang didapatkan dari laba bersih perusahaan
Skala Rasio
51
3.5. Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode analisis data regression panel data, procedural mengikuti Jumono (2015, 2016). Berikut ini adalah penjelasan mengenai regresi data panel: 3.5.1. Model Estimasi Panel Data Model ini menggabungkan observasi lintas sektor dan runtun waktu sehingga jumlah observasi mengingkat. Menurut Agus Widarjono (2007:249-250), keuntungan menggunakan data panel, yaitu data panel yang merupakan gabungan dua data time series dan cross section mampu menyediakan data yang lebih banyak sehingga akan menghasilkan degree of freedom yang lebih besar dan juga dengan menggabungkan informasi dari time series dan cross section dapat mengatasi masalah yang timbul ketika ada masalah yang timbul ketika ada masalah penghilangan variabel. Data panel merupakan gabungan dari data time series dan cross section, dalam hal modelnya dapat dituliskan sebagai berikut:
Y іᵼ = α+ ΒXіᵼ + εіᵼ I = 1,2,3 …., N; t = 1, 2, …., T ……………... (3.1) Keterangan: N
= banyaknya observasi
T
= banyaknya waktu
N x T = banyaknya data panel
52
Keunggulan penggunaan data panel dibanding data runtun waktu dan data lintas sector adalah sebagai berikut: 1. Oleh karena data yang berhubungan dengan individu perusahaan, Negara bagian, Negara, dan lain-lain dari waktu ke waktu, ada batasan heterogenitas dalam unit–unit tersebut. Teknik estimasi data panel dapat mengatasi heterogenita tersebut secara eksplisit dengan memberikan variable spesifik-subjek. Subjek disini merupaka istilah sederhana
yang
mencakup
unit-unit
mikro
seperti
individu,
perusahaan, Negara bagian dan Negara. 2. Adanya penggabungan time series dan cross section, data panel memberi lebih banyak informasi, lebih banyak variasi, sedikit kolinearitas antar variable, lebih banyak degree of freedom, dan lebih efisien. 3. Dengan mempelajari observasi cross sectionyang berulang-ulang, data panel paling cocok untuk mempelajari dinamika perubahan.
4. Data panel paling baik untu mendeteksi dan mengukur dampak yang secara sederhana tiak bias dilihatpada data cross section murni atau time series murni. 5. Data panel memudahkan untuk mempelajari model perilaku yang rumit. Contohnya fenomena keekonomian berskala (economies of scale) dan perubahan teknologi lebih tepat dipelajari menggunakan data panel daripada data cross section murni atau time series murni.
53
Gambar 3.3 Estimasi Model Panel Data Estimasi Model Panel Data
Common Effect
Fixed Effect
Chow Test
Random Effect Hausman Test
LM Test
Model Terbaik Sebelum Postestimation Test Postestimation Test (Diagnostic Testing)
Tidak Lolos Postestimation Test
Treatment
Postestimation Test (Diagnostic Testing)
Lolos Postestimation Test Model Terbaik Lolos Postestimation Test Kajian Hasil Penelitian
Berdasarkan tabel 3.3 di atas, dalam mengestimasi model regresi data panel terdapat tiga spesifikasi model yang mungkin digunakan, yakni model common effect, fixed effect, dan random effect. Pada dasarnya, keberadaan efek spesifik individu (αi) dan korelasinya dengan variabel penjelas yang teramati sangat menentukan spesifikasi model yang akan digunakan.
54
3.5.1.1. Common effect Model common effect atau pooled regression merupakan model regresi data panel yang paling sederhana. Model ini apada dasarnya mengabaikan struktur panel dari data, sehngga diasumsikan bahwa perilaku antar individu sama dalam berbagai kurun waktu atau dengan kata lain pengaruh spesifik dari masing-masing individu diabaikan atau dianggap tidak ada. Dengan demikian, akan dihasilkan sebuah persamanaan regresi yang sama untuk setiap unit cross-section. Sesuatu yang secara realistis tentunya kurang dapat diterima. Karena itu, model ini sangat jarang digunakan dalam analisis data panel. Persamaan regresi model common effect dapat dituliskan sebagai berikut: ………....(3.2) Y
= Varibel dependen
α
= Koefisien regresi
X
= Varibel independen = Estimasi parameter
εit
= error term
N
= Jumlah (individu)
T
= Jumlah periode waktu.
55
3.5.1.2. Fixed Effect Model common effect cenderung mengabaikan struktur panel dari data dan pengaruh spesifik masing-masing idividu, maka model fixed effect adalah sebaliknya. Pada model ini, terdapat efek spesifik individu diasumsikan berkolerasi dengan variabel penjelas yang teramati Xit. Maka dalam model efek tetap hal tersebut diatasi yang mana model ini memungkinkan adanya perubahan α pada setiap i dan t. secara matematis, model efek tetap dapat dituliskan sebagai berikut:
…..+ …………………………………………………..(3.3) Keterangan: = variabel terikat untuk individu bank ke –i dan tahun ke – t = variabel bebas untuk individu bank ke –i dan tahun ke – t dan
varibel dummy yang didefinisikan sebagai berikut:
= 1; untuk bank I; = 1; untuk tahun t i = 1,2, …, N=0 ; lainnya t=1.2,…, T=0 ; lainnya
56
3.5.1.3. Random Effect Dalam memasukkan perubah dummy dalam model fixed effect akan menimbulkan konsekuensi tersendiri yaitu dapat mengurangi banyaknya derajat kebebasan yang pada akhirnya akan mengurangi efesiensi dari parameter yang diestimasi. Untuk mengatasi masalah tersebut maka dapat digunakan random effect. Parameter yang berbeda antar individu maupun antar waktu dimasukkan ke dalam error, karena hal inilah model ini sering juga disebut sebagai error component model. Melihat persamaan di atas, maka dapat dinyatakan bahwa model random effect menganggap efek rata-rata dari time series dan cross section direpresentasikan dalam intercept. Sedangkan deviasi efek secara random untuk data time series direpresentasikan dalam cross section dinyatakan dalam
dan deviasi untuk data
.
Asumsi yang digunakan dalam model efek random ini adalah error secara individual tidak saling berkolerasi, begitu pula dengan error kombinasinya. Penggunaan pendekatan random effect dapat menghemat derajat kebebasan dan tidak mengurangi jumlahnya seperti pada pendekatan fixed effect. Hal ini berimplikasi pada parameter hasil estimasi akan menjadi efisien. Semakin efisien maka model akan semakin baik. Terkait dengan beberapa pilihan teknik untuk permodelan panel data, sebelum model diestimasi dengan model yang tepat, terlebih dahulu dilakukan uji spesifikasi apakah common effect, fixed effect atau random effect memberikan hasil yang sama.
57
3.5.2. Penyeleksian Model Estimasi Data Panel Gambar 3.4. Seleksi Model Estimasi Data Panel
Chow Test H0 : PLS H1 : FE
LM Test H0 : PLS H1 : RE
Hausman Test H0 : RE H1 : FE
Berdasarkan tabel 3.4 di atas, uji statistic F digunakan untuk memilih antara beberapa model. Pertama, Chow Test merupakan pengujian dalam memilih metode PLS atau Fixed Effect. Kedua, Langrange Multiplier Test digunakan untuk memilih antara PLS atau Random Effect. Terakhir, untuk memilih antara Fixed Effect atau Random Effect digunakan Hausman Test. (Jumono, 2016). 3.5.2.1. Chow Test Uji Chow dilakukan untuk menentukan model common effect atau Fixed effect yang paling tepat digunakan dalam mengestimasi data panel. Asumsinya adalah bahwa setiap unit cross section memiliki perilaku
yang
cenderung
sama
tidaklah
realistis.
Mengingat
58
dimungkinkan saja setiap unit cross section memiliki perilaku yang berbeda. Hipotesis uji chow adalah sebagai berikut : H₀ : Model Common Effect atau Pooled Least Square H₁ : Metode Fixed Effect Signifikasi model fixed effect dapat dilakukan dengan uji statistic F. Uji F digunakan untuk mengetahui
………………(3.4)
Keterangan : n = jumlah individu T = perode watku K = parameter dalam model fixed effect RSS1 dan RSS2 masing-masing merupakan residual sum of squares teknik tanpa variabel dummy dan teknik fixed effect dengan variable dummy. Nilai stastistik F hitung akan mengikuti distribusi statistik F dengan derajat bebas sebanyak (n-1) untuk numerator dan (nTn-k) untuk denumerator. Jika nilai statistik F hitung lebih besar dari F tabel, maka hipotesis nul akan ditolak, yang berarti koefisien intersep dan slope adalah sama, sehingga teknik regresi dengan data panel dengan fixed effect lebih baik dari common effect.
59
3.5.2.2. Hausman Test Hausman test digunakan untk menguji / menganalisis data dalam memilih model yang akan digunakan, antara metode random effect atau fixed effect. Hipotesis yang akan digunakan pada uji spesifikasi hausman adalah sebagai berikut:
Dengan perbandingan terhadap Chi Square tabel dan α = 0.05, jika hausman statistics lebih besar dari Chi Square tabel atau lebih kecil dari α = 0.05 (< α = 0.05), maka hipotesis nul ditolak, sehingga model yang terpilih atau lebih sesuai dalam menjelaskan permodelan data panel tersebut adalah model fixed effect. 3.5.2.3. Langrange Multiplier Test LM test dipergunakan untuk pengujian dalam memilih model yang dianalisis, apakah model yang terpilih random effect atau pooled least square. Hipotesisnya sebagai berikut : H0
= Model Pooled Least Square (restricted)
H1
= Model Random Effect
Pemilihan antara H0 dengan H1 menggunakan statistik LM Test, didasarkan dari distribusi Chi Square. Jika LM statistics lebih besar dari Chi Square tabel atau lebih kecil dari α = 0.05, maka H0 ditolak, dan
60
model yang lebih sesuai dalam menjelaskan permodelan data panel adalah model random effect, begitu pun sebaliknya. 3.5.3. Uji Postestimation (Diagnostic Testing) Model yang terpilih akan diuji menggunakan beberapa uji postestimation untuk mengetahui apakah model tersebut valid sebagai estimator untuk menjawab hipotesis penelitian. 3.5.3.1. Uji Heteroskedastisitas Pada asumsi kedua, var(u1) = σ2 < ∞, variasi dari error diharapkan konstan
untuk
setiap
observasi.
Asumsi
ini
disebut
dengan
homoscedasticity. Ketika variasi dari error tidaklah konstan, maka akan ditemui heteroscedasticity di dalam error. Heteroskedastisitas adalah varian variabel pada model regresi yang tidak sama (Suliyanto, 2011). Apabila varian variabel pada model regresi memiliki
nilai
yang
sama
(konstan),
maka
disebut
dengan
regresi
adalah
adanya
homoskedastisitas. Yang
diharapkan
dari
model
homoskedastisitas. Heteroskedastisitas biasanya terjadi pada data yang bersifat
cross
section.
Terdapat
beberapa
alasan
munculnya
heteroskedastisitas (Sarwoko, 2005), yaitu : 1) Database dari satu atau lebih variabel mengandung nilai-nilai dengan suatu jarak (range) yang besar.
61
2) Perbedaan laju pertumbuhan antara variabel dependen dan variabel
independen
adalah
signifikan
dalam
periode
pengamatan untuk data runtun waktu. 3) Dalam data itu sendiri ternyata terdapat heteroskedastisitas. Terutama pada data seksi silang. Heteroskedastisitas tidak menghilangkan sifat-sifat ketidakbiasan dan konsistensi dari estimator OLS, tetapi heteroskedastisitas tidak lagi efisien, bahkan tidak asimtotis (pada sampel yang besar). Persoalan heteroskedastisitas seringkali ditangani dengan dua cara. Pertama, mentransformasi data dengan suatu faktor yang tepa. Kemudian menggunakan prosedur OLS terhadap data yang telah ditransformasi. Prosedur dengan dua langkah ini dikenal dengan nama General Least Square (GLS). Cara kedua trasfomrasi data dalam bentuk translog (Sarwoko, 2005). Heteroskedastisitas memiliki konsekuensi antara lain : 1. Estimator yang dihasilkan tetap konsisten, tetapi tidak lagi efisien. Ada estimator lain yang mempunyai variance lebih kecil dari pada estimator yang memiliki error yang heteroscedastic. 2. Standard error yang dihitung dari OLS memiliki error heteroscedastic yang tidak lagi akurat. Hal ini menyebabkan inferensi (uji hipotesis) yang menggunakan standard error tidak akurat.
62
Cara mendeteksi terjadinya heteroskedastisitas dilakukan dengan metode informal maupun uji formal. Pengamatan informal dilakukan dengan cara mem-plot residual kuadrat dengan ŷ atau dengan mem-plot residual kuadrat dengan salah satu variabel independen. 3.5.3.2. Uji Autokorelasi Menurut Agus Widarjono (2007:155), secara harfiah autokorelasi berarti adanya korelasi antara anggota observasi satu dengan observasi lain yang berlainan waktu. Pada uji autokorelasi, diharapkan error tidak berkorelasi (uncorrelated) antar satu observasi dengan observasi lainnya. Adanya korelasi error antar observasi menimbulkan autokorelasi. Autokorelasi merupakan keadaan dimana kesalahan pengganggu dari periode tertentu berkorelasi dengan kesalahan pengganggu dari priode sebelumnya. Dalam kondisi ini, kesalahan pengganggu tidak bebas tetapi satu sama lain berhubungan, intisari dari autokorelasi adalah error term pada periode-periode waktu lain. Untuk menguji ada atu tidaknya atukorelasi, dapat menggunakan uji formal. Uji formal dengan DW (Durbin-Watson) statistics. Dalam uji Durbin Watson, apabila DW > 2 atau DW < 2 (tidak mendekati 2) maka dapat
dikatakan
adanya
indikasi
autokorelasi.
Tetapi
pengujian
menggunakan DW sering menimbulkan ambiguitas sehingga diperlukan pengujian formal. Pengujian formal dilakukan dengan menggunakan uji BreuschGodfrey Serial Correlation LM Test. Apabila p value < α, maka terdapat
63
indikasi adanya autokorelasi pada model tersebut. untuk mengatasi autokorelasi,
dapat
menggunakan
cara
menambah
variabel
AR
(autoregressive) atau MA (moving average), menambah lag pada variabel terikat atau menambah lag pada variabel bebas, serta melakukan differencing atau melakukan regresi nilai turunan. 3.5.3.3. Uji Multikolinieritas Multikolinieritas menurut Agus Widarjono (2007:111), dapat didefinisikan sebagai suatu situasi dimana terjadi hubungan linear antara variabel independen dalam persamaan regresi berganda. Hal ini melanggar asumsi regresi dimana disyaratkan sebaliknya (tidak terjadi hubungan linear
antar
variabel
independen).
Konsekuensi
dari
adanya
multikolinieritas, yaitu : apabila terjadi multikolinieritas, parameter yang diestimasi akan bersifat BLUE tetapi estimator akan memiliki variance dan standard error yang besar sehingga dalam uji hipotesis kurang akurat. Karena standard error yang besar, maka interval pengujian akan besar sehingga hipotesis nol akan sering ditolak. 1) T-stat akan banyak yang tidak signifikan walaupun R2 tinggi. 2) Estimator OLS akan sensitif terhadap perubahan kecil pada data. Cara mendeteksi multikolinieritas antara lain : 1. Menghitung koefisien korelasi antar variabel independen 2. Melihat apabila R2 tinggi tetapi tidak ada atau sedikit t-stat yang signifikan.
64
3. Melakukan regresi antar satu variabel independen dengan variabel independen lainnya. Apabila terdapat hasil regresi R2 tinggi, kemungkinan ada multikolinieritas. Uji multikolinieritas dilakukan dengan tujuan untuk menguji apakah ada korelasi antara variabel independen. Multikolinieritas juga bertujuan untuk menguji apakah di dalam model regresi yang terbentuk, ada korelasi yang tinggi atau sempurna di antara variabel bebas atau tidak. Apabila di dalam model regresi terdapat korelasi yang tinggi atau sempurna di antara variabel bebas, maka model regresi tersebut dinyatakan mengandung gejala multikolinier. 3.5.3.4. Uji Normalitas Menguji apakah model penelitian yang terdiri dari variabel dependen dan variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Metode statistik yang popular digunakan untuk pengujian normalitas adalah dengan menggunakan Uji Skewness Kurtosis. Kriteria pengujiannya berdasarkan pada nilai signifikan yang diperoleh. Jika hasil uji tersebut signifikansi (p < 0.05), maka data tersebut tidak normal distribusinya. Sebaliknya jika hasil uji signifikansi (p < 0.05), maka data tersebut mempunyai distribusi normal.
65
3.5.4. Uji Hipotesis Uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu : 3.5.4.1. Uji F Statistik Dalam pengujian ini diuji apakah semua variabel bebas secara simultan (bersama-sama) mempengaruhi variabel terikat. Pengujian ini dilakukan dengan distribusi F. Signifikansi pengujian ini dapat dilihat dari besarnya angka probabilitas. Apabila p-value (F-statistik) lebih kecil dari α (α = 5% atau 0.05) maka seluruh variabel bebas secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel terikatnya. 3.5.4.2. Uji t Statistik Analisis uji t secara parsial digunakan untuk melihat signifikan dari variabel bebas secara individual. Pada uji t, variabel bebas secara individual dapat menjelaskan variabel terikat pada model dengan hipotesis nol (H0 : β = 0) yang artinya, nilai koefisien sama dengan nol, dan hipotesis alternatif (H1 : β ≠ 0) yang artinya, nilai koefisien berbeda dengan nol. Signifikan ini secara jelas dapat dilihat dari besarnya angka probabilitas. Jika p-value (t-statistik) lebih kecil dari α (α = 5% atau 0.05), maka variabel bebas tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikatnya atau H0 ditolak. 3.5.5. Koefisien Determinasi (R2) Masalah yang bisa terjadi ketika melakukan pengujian dengan R 2 adalah apabila variabel bebasnya ditambah. Ketika hal itu terjadi, maka nilai R2 akan bertambah besar. Pengujian dengan AdjustedR2 secara
66
obyektif melihat adanya pengaruh dari penambahan variabel bebas, apakah variabel tersebut mampu memperkuat variasi penjelas dari variabel terikat. Perhitungan nilai AdjustedR2 adalah sebagai berikut : AdjustedR2 = 1 – (1 - R2)
………………………………...………..(3.5)
Dimana : N = banyaknya observasi K = banyaknya variabel bebas
DAFTAR PUSTAKA Agnes, Sawir. 2008. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Umum. Agus, Harjitodan Martono. 2004. Manajemen Keuangan. Jakarta: Ekonisia. Ahmed, Neveed, et al. 2011. Risk Management Practices and Islamic Banks: An Empirical Investigation From Pakistan. International Journal of Research in Business, Vol. 1: 50-57. Akhtar, et al. 2011. Liquidity Risk Management : A Comparative Study Between Conventional and Islamic Bank of Pakistan. Interdisciplinary Journal of Research in Business, Vol. 1: 35-44. Ambarriani, A. Susty. 2003. Faktor-faktor yang mempengaruhi Efisiensi Perbankan di Indonesia. Andriyani, Nina. 2007. Analisis Pengaruh Pemberian Kredit, Suku Bunga Tabungan dan Suku Bunga Deposito terhadap Loan to Deposit Ratio. Skripsi. Universitas Muhammadiah Surakarta.
67
Damodar, Gurajati. 2012. Dasar - Dasar Ekonometrika. Edisi 5. Jakarta : Salemba Empat. Darmawi, Herman. 2011. Manajemen Perbankan. Jakarta : Bumi Aksara. Ferry, Idroes. 2008. Manajemen Risiko Perbankan Edisi 1. Jakarta : Rajawali Pers. Galih, Adhitya, Tito. 2011. Pengaruh Dana Pihak, Ketiga, Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Return On Asset dan Loan to Deposit RatioTerhadap Jumlah Penyaluran Kredit Pada Bank Indonesia. Skripsi. Universitas Diponegoro. Hamonangan, Reynaldo. 2009. Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Debt to Equity Ratio, Non Performing Loan, Operating Ratio, Loan to Deposit Ratio Terhadap Return On Equity (ROE) Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Harahap, Sofyan, Syafri. 2010. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Hg. Suseno dan Bambang Hartono. 2005. “Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Loan to Deposit Ratio (LDR) Perbankan Nasional 2004 – 2005. Iqbal, Anjum. 2012. Liquidity Risk Management : A Comparative Study Between Conventional And Islamic Bank Of Pakistan. Global Journal Of Management And Business Research, Vol. 12: 54-64. Islam, M. Muzahidul dan Hasibul Alam Chowdhury. 2009. A Comparative Study Of Liquidity Management Of An Islamic Economic, Banking And Finance, Vol. 5: 89-108 Ismail. 2010. Manajemen Perbankan. Jakarta : Kencana.
68
Isnaisyah, Fitri. 2010. Pengaruh Risiko Kredit Yang Diberikan Dan Tingkat Likuiditas Terhadap Profitabilitas Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Jumono, S., Achsani, N. A., Hakim, D. B., & Fidaus, M. (2015). Market Concentration, Market Share, and Profitability (Study at Indonesian Commercial Banking in the Period of 2001-2012). Asian Social Science, 11(27), 18. Jumono, S., Achsani, N. A., Hakim, D. B., & Firdaus, M. (2015). The Impacts of ALMA Primary Variables on Profitability An Empirical Study of Indonesian Banking, International Research Journal of Business Studies (IRJBS), 8(1), 13. Jumono, S., Achsani, N. A., Hakim, D. B., & Fidaus, M. (2016). The Effect of Loan Market Concentration on Banking Rentability: A Study of Indonesian Commercial Banking, Dynamics Panel Data Regression Approach. International Journal of Economics and Financial Issues, 6(1). Jumono, S., Adhikara, M.F.A., Mala, C.M.F. (2016). Profit Structure of Indonesian Banking Industry (An Empirical Study Based on Du Pont Model). Journal of Emerging Issues in Economics, Finance and Banking, 5 (2), 1938. Jumono, S., Abdurrahman, A., Mala, C.M.F. (2017). Market Concentration Index and Performance: Evidence from Indonesian Banking Industry. International Journal of Economics and Financial Issues, 7 (2), 249.
Mala, C.M.F. (2017). The Prospect of Dual Unit Banking System in Indonesian
Regional Banking. Account and Financial Management Journal, 2(1).