“ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA PT BANK MUAMALAT INDONESIA TBK”
Oleh : Miftahul Jannah 105081002579
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H/2009 M
“ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA PT BANK MUAMALAT INDONESIA TBK” Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat-Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh : Miftahul Jannah 105081002579
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H/2009 M
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI Nama Tempat/Tanggal Lahir Alamat Asal
Jenis Kelamin Status Anak ke dari Telepon/HP Email IPK Terakhir
: Miftahul Jannah : Bengkulu / 16 April 1986 : Jl. Sukabangun II Komp. Nuansa Puspita Blok H1 rt/rw 44 / 02 Km.6 Palembang 30151 : Wanita : Belum Menikah : 6 dari 6 bersaudara : (0711) 420-359 / 081510878742 :
[email protected] : 3,56
II. PENDIDIKAN FORMAL 2005-2009 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Jurusan Manajemen Perbankan 2001-2004 : SMU Negeri 6 Palembang 1998-2001 : SMP Negeri 46 Palembang 1992-1998 : SD Negeri 615 Palembang 1991-1992 : TK Babussalam Aisyah bengkulu
III. PENGALAMAN ORGANISASI
1999-2000 : Wakil Ketua OSIS SMPN 46 Palembang 2001-2003 : Anggota OSIS SMUN 6 Palembang 2001-2003 : Sekretaris ROHIS SMUN 6 Palembang 2005-2006 : Anggota Ikatan Mahasiswa UIN Sum-Sel 2006-2007 : Anggota LDK UIN Syarif Hidayatullah
IV. LATAR BELAKANG KELUARGA Nama Ayah
: Drs. A. Maid Matcik
Tempat/Tanggal Lahir
: Lubuk Puding / 19 Agustus 1946
Pekerjaan
: Pensiun PNS Depag
Nama Ibu
: Dra. Ummul Chairiah
Tempat/Tanggal Lahir
: Curup / 29 September 1946
Pekerjaan
: Pensiun PNS Depag
Alamat
: Jl. Sukabangun II Komp. Nuansa Puspita Blok H1 rt/rw 44 / 02 Km.6 Palembang 30151
VI. PENGALAMAN KERJA Tenaga Magang di PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk ( Bagian Lending, Funding, Remedial). Tenaga Magang di SMU Negeri 70 Jakarta. Tenaga Pengajar Les Privat Bimbel ’Supercham’.
VII. SEMINAR DAN PELATIHAN Workshop ”Kiat Sukses Menghadapi Dunia Kerja” (2008). Workshop ” Menjelajah Dunia Kerja Korea Selatan ” (2007). Seminar Ekonomi Islam ” Urgensitas Perekonomian Syariah di Indonesia dalam Arus Global” (2007). Seminar ”Audit Investigatif dan Perannya dalam Pemberantasan Korupsi” (2007). Seminar ”Cara Mudah Mahasiswa Menjadi Enterpreneur” (2006). Pelatihan Perbankan di Bank Mini UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pelatihan Perbankan di Bank Muamalat Indonesia Tbk.
Abstract by. Miftahul Jannah Management Banking
The purpose of this research is to analyze the factors that affect the demand of Murabahah financing at PT Bank Muamalat Indonesia Tbk. The Data which is used in this research is the primary data. The sample in this research consists of 100 respondents with the number of variables examined are 5 variables which consist of : Costs Contract (X1), The Financing Disbursement (X2), Profit Margin (X3), Financing Risk (X4), Conventional Interest Rates Bank (X5) which using 20 items statement. The Data are obtained for 30 respondents which is using the validity and reliability testing and 100 respondents for factor analysis test. The test result shows that the factor analysis of 4 variables are feasible to use. There are 2 factors they are first factor and second factor, the first factor is called Transaction Unic factors which consist of Costs Contract and Financing Risk. The second factor is Speed factors of Financing Disbursement and Conventional Interest Rates Bank. The second can be called as Customer Services factors.
Key Words: murabaha financing, the costs contract, speed of disbursement, profit margins, financing risk, conventional interest rates bank.
Abstrak Miftahul Jannah Manajemen Perbankan
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan pembiayaan murabahah pada PT Bank Muamalat Indonesia Tbk. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Sampel yang diteliti sebanyak 100 responden dengan jumlah variabel yang diteliti sebanyak 5 variabel terdiri dari Biaya Akad (X1), Kecepatan Pencairan Pembiayaan (X2), Margin Keuntungan (X3), Resiko Pembiayaan (X4), Suku Bunga Bank Konvensional (X5) dengan menggunakan 20 item pernyataan. Data yang diperoleh sebanyak 30 responden dengan uji validitas dan reliabilitas dan 100 responden untuk uji analisis faktor. Hasil uji analisis faktor menunjukkan bahwa dari 4 variabel yang layak digunakan terdapat 2 faktor yaitu faktor 1 dan faktor 2. Faktor 1 dinamakan faktor Keunikan Transaksi yang terdiri dari Biaya Akad dan Resiko Pembiayaan. Faktor 2 adalah Kecepatan Pencairan Pembiayaan dan Suku Bunga Bank Konvensional. Faktor 2 ini dinamakan sebagai faktor Pelayanan Nasabah.
Kata Kunci: Pembiayaan Murabahah, Biaya Akad, Kecepatan Pencairan Pembiayaan, Margin Keuntungan, Resiko Pembiayaan, Suku Bunga Bank Konvensional.
KATA PENGANTAR Bismillahirahmanirrahim Assalamu’alaikum Warrahmaatullahi Wabarakatuh Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, berkah dan karunia yang telah diberikan dan dilimpahkan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA PT BANK MUAMALAT INDONESIA Tbk”. Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah guna memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak menemukan hambatan dan kesulitan. Namun berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik moral maupun spiritual akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya : 1. Kepada kedua orang tua Ayahanda Drs. A. Maid Matcik dan Ibunda Dra. Ummul Chairiah, terima kasih untuk semua cinta kasih sayang yang telah diberikan kepadaku, serta setiap doa yang selalu dipanjatkan untuk kebaikanku. 2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni MM., selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan saran dan kritik yang membangun bagi penulis. 4. Bapak M. Arief Mufraini Lc., M.Si., selaku Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan fikiran membantu penulis dalam menyusun skripsi. 5. Kepada kakak-kakakku tersayang terima kasih atas perhatian, support, bantuan moril dan materilnya. Semoga ALLAH membalas semua keikhlasan kalian dengan selalu memberikan kebahagiaan dan kebaikan. 6. Kepada semua keponakanku yang lucu Fahri, Fatim, Muthia, Alif, Rifqi, Iza, Arif, Zizah, Akhyar terima kasih karena kalian memberikan inspirasi dan motivasi bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 7. Seluruh dosen dan karyawan di Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. Bapak / Ibu dan para karyawan PT Bank Muamalat Indonesia Tbk yang telah membantu memberikan support dan meluangkan banyak waktu. 9. Kepada sahabatku: Cece, Lutfah, Desie, Andan, Perwanty, Meirama, Mey Winda, Nuy, Veta makasih ya untuk setiap support, semangat, nasehat dan doanya. Terima kasih telah menjadi sahabat yang ada dalam suka dan duka, kalian sahabat-sahabat yang hebat dan semoga persahabatan kita tak lekang oleh jarak dan waktu. 10. Buat Adick, Ahmad, Aditya makasih ya untuk support dan perhatiannya. 11. Untuk sepupuku: Arrum, makasih ya atas dukungan, saling berbagi cerita kapan dan dimana aja...serta buat semua anak2 kos-an semoga persaudaraan kita selamanya. 12. Untuk teman2ku seperjuangan: Firdha, Eka, Rini, serta Haryo dan pak ketua Mr. Wilis serta seluruh anak kelas Manajemen E, terima kasih untuk persahabatan, kekompakan yang selama ini tercipta selamanya. 13. Buat teman2ku: Vini, Faisal, Najahi, terima kasih atas kebersamaan, dukungan, selama magang di Bank Muamalat. Serta buat semua teman2ku dikls Manajemen Perbankan ’05, terima kasih walau kebersamaan kita singkat tapi berarti, bahagia bisa mengenal kalian semua yang telah memberikan inspirasi karena keberagaman karakter masing-masing menjadi keunikan tersendiri yang tak terlupakan. Semoga persaudaraan kita akan terjalin selamanya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Hal ini disebabkan karena keterbatasan dari pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki. Untuk itu penulis mengharapkan adanya masukan, baik berupa saran maupun kritik yang sifatnya membangun.Akhirnya, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan Mahasiswa IImu Manajemen khususnya.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakhatuh
- Miftah -
DAFTAR ISI Daftar Riwayat Hidup .................................................................................
i
Abstract .......................................................................................................
iii
Abstrak ........................................................................................................
iv
Kata Pengantar ............................................................................................
v
Daftar Isi......................................................................................................
vii
Daftar Tabel ................................................................................................
x
Daftar Gambar .............................................................................................
xi
Daftar Grafik ..............................................................................................
xii
Daftar Lampiran ..........................................................................................
xiii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ...................................................
1
B. Perumusan Masalah ............................................................
10
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...........................................
11
TINJAUAN PUSTAKA A. Akad Dalam Sistem Ekonomi Syariah................................
12
B. Prinsip Jual Beli Perbankan Syariah ...................................
14
C. Pengertian Murabahah ........................................................
18
D. Jenis Akad Murabahah ........................................................
20
E. Karakteristik Pembiayaan Murabahah .................................
21
F. Landasan Syariah Murabahah ..............................................
23
G. Rukun dan Syarat Murabahah .............................................
25
H. Implementasi dalam Perbankan Syariah .............................
26
I. Praktek Transaksi Murabahah .............................................
28
J. Hal yang Dilarang dalam Transaksi Murabahah .................
28
BAB III
K. Manfaat dan Resiko Murabahah .........................................
30
L. Faktor yang Mempengaruhi Permintaan .............................
32
M. Penelitian Terdahulu ............................................................
33
N. Kerangka Pemikiran .............................................................
35
O. Hipotesis ...............................................................................
35
METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ...................................................
36
B. Metode Penentuan Sampel ..................................................
36
C. Metode Pengumpulan Data .................................................
38
D. Metode Analisis ...................................................................
39
E. Uji Validitas dan Reliabilitas...............................................
39
F. Uji Analisis Faktor……………. .........................................
40
G. Operasional Variabel Penelitian ..........................................
45
BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ....................................
47
a. Sejarah Singkat Perusahaan ....................................
47
b. Perkembangan Usaha ..............................................
49
c. Struktur Organisasi .................................................
50
d. Visi dan Misi ...........................................................
52
e. Produk-Produk Bank Muamalat ..............................
52
B. Hasil dan Pembahasan .........................................................
57
a. Responden Penelitian ..............................................
57
b. Karakteristik Responden .........................................
58
BAB V
c. Analisis Tiap Item Pernyataan ................................
59
d. Uji Validitas dan Reliabilitas ..................................
79
e. Uji Analisis Faktor ..................................................
81
KESIMPULAN A. Kesimpulan..........................................................................
89
B. Implikasi .............................................................................
89
C. Saran ....................................................................................
90
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Komposisi Penyaluran Dana Bank Syariah ................................
3
Tabel 2.1 Kerangka Pemikiran....................................................................
35
Tabel 3.1 Skala Likert .................................................................................
38
Tabel 3.2 Operasional Variabel...................................................................
45
Tabel 4.1 Job Description PT BMI .............................................................
51
Tabel 4.2 Karakteristik Responden .............................................................
58
Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas-Reliabilitas ...................................................
80
Tabel 4.4 Uji KMO dan Bartlett .................................................................
84
Tabel 4.5 Anti-Image Matrices ...................................................................
84
Tabel 4.6 Nilai Komunitas dari Item...........................................................
85
Tabel 4.7 Matriks Komponen .....................................................................
86
Tabel 4.8 Matriks Komponen Hasil Rotasi .................................................
87
Tabel 4.9 Persentase dari Proporsi Kumulatif.............................................
87
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skema Ba’i Al Murabahah ......................................................
15
Gambar 2.2 Skema Ba’i Salam ...................................................................
16
Gambar 2.3 Skema Ba’i Istishna’ ...............................................................
18
Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT BMI ...................................................
50
DAFTAR GRAFIK Grafik 4.1 Biaya Akad Sebagai Elemen Penting ........................................
60
Grafik 4.2 Biaya Notaris Ditanggung Nasabah ..........................................
61
Grafik 4.3 Biaya Administrasi Ditanggung Nasabah..................................
62
Grafik 4.4 Produk Murabahah Menguntungkan .........................................
63
Grafik 4.5 Prosedur Pelayanan Memuaskan ...............................................
64
Grafik 4.6 Kecepatan Pencairan ..................................................................
65
Grafik 4.7 BMI Fleksibel Bernegosiasi ......................................................
66
Grafik 4.8 BMI Kompetitif Menetapkan Harga Jual ..................................
67
Grafik 4.9 Margin Berbeda dengan Tingkat Bunga ....................................
68
Grafik 4.10 BMI Memberi Muqasah ..........................................................
69
Grafik 4.11 BMI Transparan Menyebut Harga Pokok................................
70
Grafik 4.12 Nasabah Menanggung Kerugian Pembatalan ..........................
71
Grafik 4.13 Nasabah Menyerahkan Jaminan ..............................................
72
Grafik 4.14 BMI Transparan Mengungkap Cacat.......................................
73
Grafik 4.15 Denda Bagi yang Terlambat ....................................................
74
Grafik 4.16 Denda sebagai Pendapatan Non Halal .....................................
75
Grafik 4.17 BMI Alokasikan Denda dalam ZIS .........................................
76
Grafik 4.18 Nasabah Membandingkan Margin dan Suku Bunga ...............
77
Grafik 4.19 Nasabah Kompetitif Terhadap Tingkat Bunga ........................
78
Grafik 4.20 Margin Mengacu Tingkat Bunga .............................................
79
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Surat Izin Penyebaran Kuesioner pada PT. Bank Muamalat Indonesia Lampiran 2 Bentuk Kuesioner yang Disebarkan kepada Nasabah Pembiayaan Lampiran 3 Hasil Penilaian Kuesioner untuk 100 Responden Lampiran 4 Hasil Output Validitas dan Reliabilitas SPSS 15 Lampiran 5 Hasil Output Analisis Faktor SPSS 15 Lampiran 6 Contoh Formulir Aplikasi Nasabah Pembiayaan pada PT BMI Tbk Lampiran 7 Prosedur Usulan Pembiayaan pada PT Bank Muamalat Indonesia Tbk Lampiran 8 Fatwa Dewan Pengawas Syariah Tentang Murabahah
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Dalam perekonomian suatu negara salah satu lembaga keuangan yang mempunyai nilai strategis adalah lembaga keuangan bank. Bank sebagai lembaga keuangan yang menciptakan uang untuk kelancaran perdagangan (transmission) dan sebagai perantara antara pihak penabung (ultimate lenders) dengan pihak peminjam (ultimate borrowers). Lembaga keuangan sendiri terbagi menjadi bank konvensional dan bank yang berdasarkan prisip syariah (Siamat, 2004 : 7). Dana yang dihimpun oleh bank syariah digabung menjadi satu, yang sering disebut dengan pooling of fund dan sesuai dengan fungsinya bank syariah menginvestasikan dana tersebut dengan pola-pola penyaluran dana yang dibenarkan syariah. Secara garis besar penyaluran dana oleh bank syariah dilakukan dengan tiga pola penyaluran yaitu: a) Prinsip jual beli meliputi murabahah, salam dan salam paralel, istishna dan istishna paralel. Jual beli disini sebagaimana transaksi jual beli dalam perdagangan, bukan merupakan pembiayaan. b) Prinsip bagi hasil meliputi pembiayaan mudharabah dan musyarakah. c) Prinsip ujroh, meliputi ijarah dan ijarah muntahiyah bittamlik. Salah satu karakteristik bank syariah antara lain bahwa bank syariah tidak jelas bergerak di sektor moneter atau sektor riil. Secara konseptual, kegiatan usaha bank syariah lebih banyak terkait sektor riil dibandingkan dengan sektor moneter. Bank syariah dapat menjalankan usaha mini market atau supermarket seperti yang
dijalankan dengan prinsip jual beli (murabahah), juga dapat menjalankan usaha dealer yang dapat dijalankan dengan prinsip jual beli (murabahah) atau ujroh (sewa), atau dapat mempunyai usaha wartel yang dijalankan dengan prinsip sewa (ijarah). Bank syariah bahkan dapat pula menjalankan usaha sebagai kontraktor yang dijalankan dengan prinsip istishna. Namun sesuai penjelasan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, pasal 6 huruf (m), yang mempunyai kewenangan untuk mengatur kegiatan bank adalah Bank Indonesia, sehingga dalam pelaksanaan kegiatan usaha bank syariah yang diperkenankan, diatur dan ditentuan oleh Bank Indonesia. Dari sejak awal perkembangan perbankan syariah di Indonesia, dari sisi pembiayaan, akad murabahah lebih mendominasi pembiayaan tersebut. Semestinya, pembiayaan dengan akad mudharabah dan akad musyarakah harus lebih banyak. Karena pada akad inilah karakteristik dasar perbankan syariah terbentuk. Kedua akad tersebut merupakan akad dengan sistem bagi hasil. Perbankan syariah dengan sistem bagi hasil inilah yang menjadi pembeda dengan bank konvensional. Produk pembiayaan dengan sistem bagi hasil seolah-olah tidak berdaya untuk menjadi pendamping operasional perbankan syariah. Sehingga pembiayaan dengan sistem jual beli menjadi pengganti sebagai produk inti dari beroperasinya bank syariah, seperti murabahah, salam dan istishna. Dalam laporan perkembangan bank syariah 2008 yang ada di Bank Indonesia menyebutkan bahwa penyaluran pembiayaan oleh perbankan syariah selama tahun 2008 secara konsisten terus mengalami peningkatan dengan
pertumbuhan sebesar 17,6% dari triwulan keempat tahun 2007 atau menjadi 42,05% pada triwulan keempat tahun 2008, meskipun kondisi di tahun 2008 tersebut mengalami perlambatan sejak posisi pada Triwulan ke II sebesar 51%. Sementara itu, nilai pembiayaan yang disalurkan oleh perbankan syariah mencapai Rp38,19 triliun. Tabel 1.1 Komposisi Pembiayaan pada Bank Syariah Bulan Maret sampai Desember 2008
Sumber : Data Bank Indonesia pada Statistik Perbankan Syariah
Islamic bank pada umumnya telah menggunakan murabahah sebagai instumen pembiayaan (financing) yang utama. Pada dataran aplikatifnya di Indonesia Islamic bank, portofolio pembiayaan (financing) murabahah mencapai 70-80% dari keseluruhan pembiayaan. Kondisi ini tidak hanya terjadi di bumi Indonesia saja, akan tetapi mewarnai pembiayaan-pembiayaan di Islamic bank dibeberapa Negara seperti Malaysia, Pakistan dan lainnya.
Ada sejumlah alasan kenapa murabahah begitu populer dalam operasi investasi perbankan. Menurut Saeed (2004:140), pertama, murabahah adalah suatu mekanisme investasi jangka pendek, dan dibandingkan dengan profit and loss sharing cukup memudahkan; kedua, mark-up dalam murabahah dapat ditetapkan demikian rupa sehingga memastikan bahwa bank dapat memperoleh keuntungan yang sebanding dengan keuntungan bank-bank berbasis bunga yang menjadi saingan bank-bank Islam; ketiga, murabahah menjauhkan dari ketidakpastian yang ada pada pendapatan bisnis-bisnis dengan sistem profit and loss sharing; keempat, murabahah tidak memungkinkan bank-bank Islam untuk mencampuri manajemen bisnis, karena bukanlah mitra si nasabah, sebab hubungan mereka dalam murabahah adalah hubungan hutang-piutang dagang. Dengan pergeseran posisi utama atas pembiayaan dengan basis bagi hasil yang digantikan oleh pembiayaan dengan basis jual beli, berdasarkan laporan data dari Bank Indonesia, setidaknya ada empat faktor yang menjadi sebab atas rendahnya pembiayaan berbasis bagi hasil, yaitu: (1) risiko investasi relatif tinggi karena sulitnya memonitor kegiatan investasi; (2) masalah principal-agent, dimana agen (mudharib) tidak selalu bertindak sesuai dengan kepentingan principal (shahibul maal). (3) kompetensi sumber daya manusia perbankan yang masih rendah untuk melakukan investasi pola bagi hasil; dan (4) ketidaktersediaan informasi kinerja bisnis yang mendalam untuk setiap sektor industri yang menjadi target investasi.
Adapun kelebihan kontrak murabahah dengan pembayaran tangguh (ditunda) adalah pertama, pembeli mengetahui semua biaya (cost) yang semestinya serta mengetahui harga pokok barang dan keuntungan (mark up). Kedua, subjek penjualan adalah barang atau komoditas. Ketiga, subjek penjualan hendaknya dimiliki penjual dan ia harus mampu mengirimkannya kepada pembeli. Keempat, pembayaran ditunda. Hal ini tidak menjadi persoalan inti dari besarnya pembiayaan murabahah. Sah-sah saja bank syariah lebih memperbanyak pembiayaan murabahah. Karena murabahah relatif lebih mudah dan lebih tidak berisiko dibanding dengan pembiayaan mudharabah dan musyarakah. Begitupun umumnya paradigma masyarakat masih terpola seperti halnya bank konvensional yang menyalurkan pembiayaan kredit. Namun, masih terdapat kritikan-kritikan terhadap beberapa praktek yang dilakukan perbankan syariah selama ini terutama pada akad Al-bay’ AlMurabahah yang dianggap masih sama dengan kredit pada perbankan konvensional. Ada semacam “kecaman” dari masyarakat bahwa praktik bank Islam tidak berbeda dengan bank konvensional (bank bunga). Dari hasil penelitian yang dilakukan BI menunjukkan bahwa 15% responden menilai Islamic bank tidak ada bedanya dengan dengan bank kovensional, “yang beda hanya bungkusnya.” Kalangan awam juga menilai bahwa keuntungan (margin) yang diambil oleh Islamic bank lebih besar dari keuntungan yang diambil bank konvensional.
Selama ini kalangan awam menilai lembaga keuangan Islam selalu identik dengan harga murah baik dari segi administrasinya ataupun yang lainnya bahkan akhir-akhir ini sering diperbincangkan di bank syariah riba haram tapi administrasi tinggi. Adanya penilaian murah di lembaga keuangan syari’ah oleh kalangan awam tersebut berimplikasi pada penilaian tidak islami. Jika terjadi penjualan barang dengan harga lebih tinggi jika dibandingkan harga jual bank yang tidak Islam. Padahal, suatu ketika memang bisa terjadi demikian adanya. Oleh karena itu, perlu kiranya dicarikan kemasan murabahah yang mencerminkan keuntungan secara adil antara pihak bank dengan nasabah murabahah. Tingginya harga jual murabahah tidak terlepas dari dijadikannya tingkat suku bunga sebagai bahan rujukan dalam penentuan harga jual (pokok+margin). Dijadikannya tingkat suku bunga sebagai acuan penetapan margin bisa jadi merupakan implikasi dari keinginan Islamic bank untuk selalu kompetetif dengan bank konvensional dalam pembendaharaan asset dan juga bisa merupakan implikasi dari target perolehan asset dari keseluruhan asset bank konvensional yang dicanangkan oleh bank Islami dalam tiap tahunnya, disamping merupakan implikasi dari keinginan bank Islami untuk mendapatkan customer yang bersifat floating customer. Berkompetisi, memasang target dan ingin mendapatkan floating customer memang bukan tidak baik, tapi yang harus menjadi perhatian adalah kenyamanan pihak-pihak yang terlibat aktivitas perbankan dalam hal ini nasabah. Dalam masalah perolehan keuntungan dalam dunia bisnis, Ibnu Khaldun telah mengatakan bahwa keuntungan kecil tapi selalu berkesinambungan lebih baik
daripada untung besar tapi sesaat, teori inilah yang menjadi rahasia sukses pebisnis cina. Berkorelasi dengan ini M. Quraish Shihab mengatakan”dalam prinsip bisnis, interaksi yang memberi untung sedikit tapi berkali-kali lebih baik daripada untung yang banyak tapi hanya sekali atau dua tiga kali.” (Shihab, 2008 : 15). Dengan penetapan margin murabahah yang tinggi, secara tidak langung akan mengakibatkan inflasi yang lebih besar daripada yang disebabkan oleh suku bunga, oleh karena itu, perlu di cari format dan formula yang tepat, agar nilai penjualan dengan murabahah tidak mengacu pada sikap mengantisipasi kenaikan suku bunga selama pembayaran cicilan. Karena, mengaitkan margin murabahah dengan suku bunga, baik di atasnya atau di bawahnya, tetaplah bukan merupakan cara yang baik. Solusi yang ditawarkan adalah sebaiknya, penetapan harga jual murabahah dilakukan dengan cara Rasulullah ketika berdagang. Dalam menentukan harga penjualan, Rasulullah secara transparan menjelaskan nominal harga belinya, nominal biaya yang dikeluarkan untuk setiap komoditas dan berapa nominal kuntungan yang wajar yang diinginkan (Muhamad, 2005 : 142). Dengan demikian dapat dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut (Muhamad, 2005 : 140): Harga Jual Bank = harga beli bank + cost recovery + keuntungan Proyeksi Biaya Operasional Cost Recovery = __________________________ Target Volume Pembiayaan
Cost recovery + keuntungan Margin dalam Persentase = _________________________ x 100 % Harga beli bank
Selain itu tinggi rendahnya permintaan atas akad jual-beli murabahah juga ditentukan oleh kecepatan pencairan yang dilakukan oleh bank syariah. Semakin cepat proses aplikasi pencairan dana akad murabahah, maka nasabah akan merasa puas terhadap pelayanan yang diberikan oleh bank syariah. Dalam hal ini nasabah akan membandingkan kecepatan pencairan antara satu bank syariah dengan bank syariah lainnya. Bank syariah juga harus mempertimbangkan biaya akad yang meliputi biaya administrasi dan umum, biaya notaris, biaya penyusutan, biaya pencadangan penghapusan aktiva produktif, biaya tenaga kerja, biaya asuransi dan biaya-biaya lainnya yang terkait dengan operasional bank. Biaya akad inilah yang akan mempengaruhi harga jual akad murabahah (Wiroso, 2004 : 141). Selain itu ada pula risiko pembiayaan yang harus ditanggung oleh bank. Risiko ini seperti terjadinya default/kelalaian, nasabah sengaja tidak membayar angsuran, adanya fluktuasi harga komparatif (Antonio, 2008 : 152). Bila harga suatu barang dipasar naik setelah bank membelikannya untuk nasabah. Bank tidak bisa karena berbagai sebab. Rusak diperjalanan sehingga nasabah tidak mau menerimanya karena itu sebaiknya dilindungi oleh asuransi. Kemungkinan lain karena nasabah merasa spesifikasi barang tersebut berbeda dengan yang ia pesan,
dijual oleh nasabah karena murabahah bersifat jual beli dengan hutang, maka ketika kontrak ditandatangani barang itu akan menjadi milik nasabah. Metode yang dapat digunakan untuk menentukan nilai kredit adalah dengan menggunakan formula 4P, yaitu : (1) Personality ; (2) Purpose ; (3) Prospect; (4) Payment. Faktor-faktor yang mempengaruhi resiko penilaian kredit antara lain (Siamat, 2004 : 171).: (1) Character ; (2) Capacity ; (3) Capital ; (4) Conditional ; (5) Collateral. Menurut Nasution (2005), risiko Bank Syariah sebetulnya lebih kecil dibanding bank konvensional. Bank Syariah tidak akan mengalami negative spread, karena dari dana yang dikucurkan untuk pembiayaan akan diperoleh pendapatan, bukan bunga seperti di bank biasa. Sementara untuk deposan, Bank Syariah tidak memberikan bunga melainkan sistem bagi hasil atau mudharabah. Jika pendapatan dari kredit atau dalam Bank Syariah disebut murabahah ditetapkan 10 persen, maka pada mudharabah (sistem bagi hasil) akan ditetapkan angka lebih rendah. Selisihnya merupakan pendapatan bank sebagai biaya jasa. Risiko Bank Syariah terhadap transaksi foreign exchange juga rendah karena, pada Bank Syariah transaksi valas hanya diizinkan dalam bentuk transaksi spot. Sementara forward dan swap tidak diizinkan karena bersifat gambling. Analisis pengaruh suku bunga terhadap pembiayaan pada bank syariah dilakukan Herdiyanto (2004) dengan melihat perilaku peminjam pada sisi syariah dan konvensional disertai tren yang serupa di sisi syariah. Menurutnya hal ini merupakan refleksi dari konsumen perbankan di Indonesia yang belum
mengetahui subtansi dari produk bank syariah. Akibatnya perubahan dari nilai suku bunga mempunyai pengaruh yang positif kepada pinjaman syariah. Dengan melihat latar belakang diatas serta pentingnya faktor-faktor seperti biaya akad, kecepatan pencairan pembiayaan, margin keuntungan murabahah, risiko pembiayaan dan tingkat suku bunga bank konvensional maka penulis memilih judul penelitian ini adalah “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA PT BANK MUAMALAT INDONESIA TBK”.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas dapat diambil suatu rumusan masalah dengan maksud akan memperjelas apa yang akan penulis kemukakan yaitu penulis mencoba untuk memberikan diskripsi kualitatif dan kuantitatif tentang faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan pada akad murabahah pada PT Bank Muamalat Indonesia Tbk. Berdasarkan uraian tersebut, maka perumusan masalah yang akan penulis kemukakan pada skripsi ini adalah : ”Faktor apa saja yang akan terbentuk dari faktor biaya akad, kecepatan pencairan pembiayaan, faktor margin murabahah, faktor resiko pembiayaan, faktor suku bunga bank konvensional yang mempengaruhi permintaan pembiayaan murabahah pada PT Bank Muamalat Indonesia?”.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan yang ingin dicapai penulis dalam skripsi ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang terbentuk dan mempengaruhi permintaan pembiayaan murabahah pada Bank Muamalat Indonesia. Adapun manfaat penelitian ini adalah 1. Bagi Penulis Sebagai tolok ukur kemampuan pribadi dalam penguasaan materi mengenai akad pembiayaan murabahah yang ada di bank syariah. 2. Bagi Mahasiswa Menambah wawasan, pengetahuan mengenai perbankan syariah serta memperdalam ilmu yang telah diterima di perkulihan agar dapat diterapkan di dunia kerja pada saatnya nanti. 3. Bagi Bank Syariah Untuk menganalisis pentingnya mempertimbangkan kecepatan pencairan pembiayaan murabahah, suku bunga pinjaman yang kompetitif dengan bank konvensional serta faktor-faktor lainnya untuk menarik nasabah.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Akad Dalam Sistem Ekonomi Syariah Di dalam system ekonomi syariah pada umumnya akad dibedakan menjadi dua kelompok yaitu (Zulkifli, 2003): •
Akad Tabbarru : -
Non Profit Transaction.
-
Tujuan transaksi adalah tolong menolong dan bukan keuntungan komersil.
-
Pihak yang berbuat kebaikan boleh meminta kepada counter partnya untuk menutup sekedar biaya untuk melakukan akad tabarru.
-
Tidak dapat dirubah menjadi akad tijarah, kecuali ada persetujuan sebelumnya. Contoh : qardul hasan, hibah, sadaqah, waqaf, rahn, wakalah, kafalah.
•
Akad Tijarah : -
Profit transaction oriented.
-
Tujuan transaksi adalah mencari keuntungan yang bersifat komersil.
-
Akad tijarah dapat dirubah menjadi akad tabarru dengan cara pihak yang tertahan haknya dengan rela melepaskan haknya.
Dilihat dari sifat keuntungannya yang diperoleh akad tijarah dibagi dua yaitu (Wiyono, 2005:37) : Natural Certainty Contract (NCC) NCC merupakan suatu jenis kontrak transaksi dalam bisnis yang memiliki kepastian keuntungan dan pendapatannya baik dari segi jumlah dan waktu penyerahannya. Yang dimaksud dengan memiliki kepastian adalah masing-masing yang terlibat dalam kontrak dapat melakukan prediksi terhadap pembayaran maupun waktu pembayarannya. Dengan demikian sifat transaksinya adalah pasti dan dapat ditentukan besarannya. Prinsip jual beli untuk memiliki barang contoh : Murabahah, salam dan istishna yang merupakan teori pertukaran prinsip sewa untuk mendapatkan upah atau jasa seperti Ijarah, IMBT (Ijarah Muntahia Bit Tamlik) termasuk teori pertukaran.
Natural Uncertainty Contract (NUC) Kontrak atas transaksi
yang secara alamiah mengandung
ketidakpastian merupakan bagian dari akad tijarah, yaitu akad transaksi dalam ekonomi syariah yang bertujuan mencari keuntungan. contoh: mudharabah, musyarakah termasuk teori percampuran.
B. Prinsip Jual Beli Pada Perbankan Syariah Pada perbankan syariah, prinsip jual beli dilakukan melalui perpindahan kepemilikan barang (transfer of property). Tingkat keuntungan bank ditentukan di depan dan menjadi salah satu bagian harga atas barang yang dijual (Rodoni dan Hamid,
2007:23).
Transaksi
jual-beli
dibedakan
berdasarkan
bentuk
pembayarannya dan waktu penyerahan barang seperti: Pembiayaan Murabahah Murabahah berasal dari kata ribhu (keuntungan) adalah transaksi jual-beli di mana bank menyebut jumlah keuntungannya (Antonio, 2008:150). Para Fuqaha mendefinisikan murabahah sebagai penjualan barang seharga biaya/harga pokok (cost) barang tersebut ditambah mark-up atau margin keuntungan yang disepakati. Prinsip murabahah umumnya diterapkan dalam pembiayaan pengadaan barang investasi. Skema ini banyak digunakan karena sederhana dan menyerupai kredit investasi pada bank konvensional. Skim murabahah sangat berguna bagi seseorang yang membutuhkan barang secara mendesak tetapi kekurangan dana. Ia kemudian meminta pada bank agar membiayai pembelian barang tersebut dan bersedia menebusnya pada saat barang diterima. Harga jual pada pemesanan adalah harga pokok ditambah margin keuntungan yang disepakati. Kesepakatan harga jual dicantumkan dalam akad jual beli dan tidak dapat dirubah menjadi lebih mahal selama berlakunya akad.
Gambar 2.1 Skema Ba’i Al- Murabahah 1. Negosiasi
2. Akad Jual Beli
BANK
NASABAH 6. Bayar 5. Terima Barang & Dokumen
SUPPLIER PENJUAL 3. Beli
4. Kirim
Sumber : Muhamad, 2005 : 94
Salam Salam adalah transaksi jual beli di mana barang yang diperjualbelikan belum ada. Oleh karena itu barang diserahkan secara penangguhan sedangkan pembayaran dilakukan tunai. Bank bertindak sebagai pembeli, sementara nasabah sebagai penjual. Transaksi ini mirip jual beli ijon, namun dalam transaksi ini kuantitas, kualitas, harga, dan waktu penyerahan barang harus ditentukan secara pasti. Pada praktek perbankan, ketika barang telah diserahkan kepada bank, maka bank akan menjualnya kepada rekanan nasabah atau kepada nasabah itu sendiri secara tunai atau secara cicilan. Harga jual yang ditetapkan bank adalah harga beli bank dari nasabah ditambah keuntungan. Dalam hal bank menjualnya secara tunai biasanya disebut pembiayaan talangan (bridging financing).
Sedangkan dalam hal bank menjualnya secara cicilan, kedua pihak harus menyepakati harga jual dan jangka waktu pembayaran. Harga jual dicantumkan dalam akad jual-beli dan jika telah disepakati tidak dapat berubah selama berlakunya akad. Umumnya transaksi ini diterapkan dalam pembiayaan barang yang belum ada seperti pembelian komoditi pertanian oleh bank untuk kemudian dijual kembali secara tunai atau secara cicilan.
Gambar 2.2 Skema Bai’ Salam (Paralel)
NASABAH PENJUAL
1. Pemesanan barang nasabah bayar tunai
PEMBELI
4. Kirim Pesanan
3. Kirim Dokumen
3. Bayar
2. Negosiasi pesanan dgn kriteria
BANK SYARIAH
Sumber : Muhamad, 2005 : 95
Ketentuan umum Salam (Muhamad, 2005 : 94): •
Pembelian hasil produksi harus diketahui spesifikasinya secara jelas seperti jenis, macam, ukuran, mutu dan jumlahnya. Misalnya jual beli 100 kg mangga harum manis kualitas "A" dengan harga Rp5000 / kg, akan diserahkan pada panen dua bulan mendatang.
•
Apabila hasil produksi yang diterima cacat atau tidak sesuai dengan akad maka
nasabah
harus
bertanggung
jawab
dengan
cara
antara
lain
mengembalikan dana yang telah diterimanya atau mengganti barang yang sesuai dengan pesanan. •
Mengingat bank tidak menjadikan barang yang dibeli atau dipesannya sebagai persediaan (inventory), maka dimungkinkan bagi bank untuk melakukan akad salam kepada pihak ketiga (pembeli kedua) seperti bulog, pedagang pasar induk atau rekanan. Mekanisme seperti ini disebut dengan paralel salam.
Istishna’ Produk istishna menyerupai produk salam, namun dalam istishna pembayarannya dapat dilakukan oleh bank dalam beberapa kali (termin) pembayaran. Skim istishna dalam bank syariah umumnya diaplikasikan pada pembiayaan
manufaktur
dan
konstruksi
(Siamat,
2004:193).
Dalam
pelaksanaannya istishna’ dapat dilakukan dengan 2 macam cara yaitu: pihak produsen ditentukan oleh bank, kedua, pihak produsen ditentukan oleh nasabah.
Ketentuan umum Istishna’ (Muhamad, 2005 : 95): •
Spesifikasi barang pesanan harus jelas seperti jenis, macam ukuran, mutu dan jumlah.
•
Harga jual yang telah disepakati dicantumkan dalam akad istishna dan tidak boleh berubah selama berlakunya akad.
•
Jika terjadi perubahan dari kriteria pesanan dan terjadi perubahan harga setelah akad ditandatangani, maka seluruh biaya tambahan tetap ditanggung nasabah.
•
Sebagai contoh dari pelaksanaan istishna adalah melakukan pemesanan barang dimana pembayarannya dilakukan dengan angsuran.
Gambar 2.3 Skema Istishna’ Produsen Pilihan Bank NASABAH KONSUMEN
Produsen Pilihan Nasabah
PRODUSEN PEMBUAT
NASABAH KONSUMEN
1. Pesan Beli
1. Pesan
2. Pesan & Beli
2. Beli 3. Jual Beli
3. Jual
PRODUSEN PEMBUAT
BANK PENJUAL
BANK PENJUAL
Sumber : Muhamad, 2005 : 95
C. Pengertian Akad Murabahah Murabahah berasal dari kata ribhu (keuntungan) adalah transaksi jual-beli di mana bank menyebut jumlah keuntungannya. Bank bertindak sebagai penjual, sementara nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli bank dari pemasok ditambah keuntungan. Kedua belah pihak harus menyepakati harga jual
dan jangka waktu pembayaran. Harga jual tersebut dicantumkan dalam akad dan jika telah disepakati tidak berubah selama berlakunya akad. Dalam perbankan, murabahah yang lazim dilakukan dengan cara pembayaran cicilan disebut bi tsaman ajil. Dalam transaksi ini barang diserahkan segera setelah akad sedangkan pembayaran dilakukan secara tangguh (Rodoni dan Hamid, 2007:24). Dalam beberapa kitab fikih, murabahah merupakan salah satu dari bentuk jual beli yang bersifat amanah. Jual beli ini berbeda dengan jual beli musawwamah (tawar-menawar). Murabahah terlaksana antara penjual dan pembeli berdasarkan harga barang, harga asli pembelian penjual yang diketahui oleh pembeli dan keuntungan penjual pun diberitahukan kepada pembeli. Sedangkan musawwamah adalah transaksi yang terlaksana antara penjual dan pembeli dengan suatu harga tanpa melihat harga asli barang. Bai’ al musawwamah dapat juga diartikan jual beli biasa, dimana penjual tidak memberitahukan harga pokok dan keuntungan yang didapatnya (Arifin, 2009 : 23). Jual beli yang juga termasuk amanah adalah jual beli wadhi’ah, yaitu mejual kembali dengan harga rendah (lebih kecil dari harga asli pembelian). Jual beli wadhi’ah terlaksana apabila nilai barang turun dari harga asli. Namun apabila menjual dengan harga yang sama dengan harga pembelian, maka disebut jual beli tauliyah. Dalam teknis perbankan akad jual beli antara bank selaku penyedia barang dengan nasabah yang memesan untuk membeli barang. Bank memperoleh keuntungan jual beli yang disepakati bersama. Rukun dan syarat murabahah sama
dengan rukun dan syarat dalam fiqih. Sedangkan barang, harga dan cara sesuai dengan kebijakan bank (Arifin, 2009 : 27). Selama akad belum berakhir maka harga jual beli tidak boleh berubah. Apabila terjadi perubahan maka akad tersebut menjadi batal. Cara pembayaran dan jangka waktunya disepakati bersama bisa secara langsung atau angsuran. Dalam praktiknya nasabah yang memesan untuk membeli barang menunjuk pemasok yang telah diketahuinya menyediakan barang dengan spesifikasi dan harga yang sesuai keinginannya. Atau atas dasar bank melakukan pembelian tunai dengan pemasok yang dikehendaki oleh nasabah kemudian menjualnya secara tangguh (Arifin, 2009 : 28).
D. Jenis Akad Murabahah Secara konsep bank syariah dapat menjalankan usaha supermarket atau perdagangan yang dijalankan dengan prinsip murabahah. Murabahah dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu (Wiroso, 2004 : 45) : Murabahah tanpa pesanan, maksudnya ada yang pesan atau tidak, ada yang beli atau tidak, bank syariah menyediakan barang dagangannya. Penyediaan barang pada murabahah ini tidak terpengaruh atau terkait langsung dengan ada tidaknya pesanan atau pembeli. Murabahah berdasarkan pesanan, maksudnya bank syariah baru akan melakukan transaksi murabahah atau jual beli apabila ada nasabah yang memesan barang sehingga penyediaan barang baru dilakukan jika ada
pesanan. Pada murabahah ini, pengadaan barang sangat tergantung atau terkait langsung dengan pesanan atau pembelian barang tersebut.
Berdasarkan sumber dana yang digunakan, pembiayaan murabahah secara garis besar dapat dibedakan menjadi tiga kelompok (Karim, 2004 : 117) yaitu: •
Pembiayaan murabahah yang didanai dengan URIA (Unresticted Investment Account = Investasi tidak terikat).
•
Pembiayaan murabahah yang didanai dengan RIA (Restricted Investment Account = Investasi terikat).
•
Pembiayaan murabahah yang didanai dengan modal bank.
E. Karakteristik Pembiayaan Murabahah Di dalam kitab Al-Umm karya Imam Syafi'i, beliau menguraikan karakteristik murabahah, di antaranya : •
Boleh bagi pemesan/ nasabah menentukan spesifikasi pesanannya.
•
Terjadi kesepakatan dalam penentuan keuntungan (margin) pada saat perjanjian.
•
Penentuan besar kecilnya keuntungan (margin) berdasarkan kelihaian yang diberi pesanan dalam menyediakan pesanan sesuai spesifikasi yang diminta, kualitas pesanan dan kemampuannya memperoleh dengan harga yang relatif murah.
•
Sistem pembayaran pemesan (cash atau cicil) jadi patokan dalam penentuan keuntungan.
•
Kebebasan yang sempurna bagi yang diberi pesanan dalam penyediaan barang dari berbagai suplaier dan produsen agar dapat memperoleh barang yang lebih berkualitas dan biaya-biaya pengadaannya dapat di tekan.
•
Imam Syafi'i menguraikan alasan ketidakterikatnya pemesan disebabkan janji walaupun sudah memesan barang (pemesan dapat menerima atau membatalkan barang tersebut) disaat perjanjian, yaitu: menghindari praktik jual-beli barang/ komoditas apapun yang belum dimiliki oleh penjual dan unsur spekulasinya.
Menurut M. Syafii Antonio karakteristik murabahah secara umum adalah (Antonio, 2008:102) : 1. Bank Islam harus memberitahukan tentang biaya atau modal yang dikeluarkan (capital outlay) atas barang tersebut kepada nasabah. 2. Akad pertama harus sah. 3. Akad tersebut harus bebas riba. 4. Bank Islam harus mengungkapkan dengan jelas dan rinci tentang ingkar janji/wanpretasi yang terjadi setelah pembelian. 5. Bank Islam harus mengungkapkan tentang syarat yang diminta dari harga pembelian kepada nasabah, misalnya pembelian berdasarkan angsuran.
Jika salah satu syarat a, d, atau e tidak terpenuhi, maka pembelian harus mempunyai pilihan untuk :
(1) Melakukan pembayaran penjualan tersebut sebagaimana adanya. (2) Menghubungi penjual atas perbedaan (kekurangan) yang terjadi atau (3) Membatalkan akad.
F. Landasan Syariah Murabahah Murabahah merupakan bagian terpenting dari jual beli dan prinsip akad ini mendominasi pendapatan bank dari produk-produk yang ada di semua bank Islam. Dalam Islam, jual beli sebagai sarana tolong-menolong antara sesama umat manusia yang diridhoi Allah SWT.
o Al-Qur’an Menurut Syafii Antonio (2008:102) landasan murabahah adalah
[... وأ ا ا وّم ا...] “dan padahal Allah telah menghalalkan jual-beli dan mengharam kan riba” (AlBaqarah 2:275)
[... إ! أن ن رة اض# ا أ ا$] ( أ(* ا)( ' ا ! &آ “Hai orang orang yang beriman , jangan lah kamu memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu” (An Nissa 4:29).
o Hadist Dalam hadist juga disebutkan, ”Pembeli dan penjual berhak untuk membatalkan perjanjian mereka selama mereka tidak terpisah. Apabila mereka itu berbicara benar dan menjalankannya, maka transaksi itu akan diberkahi, tetapi bila mereka saling menyembunyikannya dan berdusta, maka berkah atas transaksi mereka itu akan pupus” (HR Bukhari). Dalam jual-beli juga sangat diharapkan adanya unsur suka sama suka, seperti yang tercantum dalam hadist: “Sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan secara suka sama suka” (HR AlBaihaqi dan Ibnu Majah).
o Sunnah Transaksi jual beli yang terjadi pada saat sahabat Nabi, Abu Bakar membelikan sebuah unta yang di perlukan Nabi Muhammad SAW untuk hijrah ke madinah dengan harga tawliyyah, yaitu harga pokok tanpa laba. Sesungguhnya Abu Bakar hendak menghadiah kan unta tersebut kepada Nabi, namun Nabi Muhammad menolak nya dan membayar harga unta tersebut kepada Abu Bakar sesuai dengan harga yang di beli oleh abu bakar, tanpa tambahan. Implikasi dari hadist ini adalah jual beli dapat di lakukan dengan harga pokok nya saja dan juga dengan tambahan atau laba, dengan syarat pembeli mengetahui harga pokok dan harga tambahannya (laba).
o Mazhab Para Ulama Para ulama mazhab berbeda pendapat tentang biaya apa saja yang dapat dibebankan kepada harga jual barang tersebut : -
Mazhab Maliki, membolehkan biaya-biaya langsung terkait dengan transaksi jual beli itu dan biaya-biaya tidak langsung terkait dengan transaksi tersebut, namun memberikan nilai tambah pada barang tersebut.
-
Mazhab Syafi’i membolehkan membebankan biaya-biaya yang secara umum timbul dalam suatu transaksi jual beli kecuali biaya tenaga kerjanya sendiri. Begitu pula biaya-biaya yang tidak menambah nilai barang tidak boleh dimasukkan sebagai komponen biaya.
-
Mazhab Hanafi membolehkan membebankan biaya-biaya yang secara umum timbul dalam suatu transaksi jual beli, namun mereka tidak membolehkan biaya-biaya yang memang semestinya dikerjakan oleh si penjual.
-
Mazhab Hambali berpendapat bahwa semua biaya langsung maupun tidak langsung dapat dibebankan pada harga jual selama biaya-biaya itu harus dibayarkan kepada pihak ketiga dan akan menambah nilai barang yang dijual.
G. Rukun dan Syarat Murabahah Adapun rukun yang harus dipenuhi dalam pembiayaan murabahah (Wiyono, 2005 : 41) sebagai berikut: 1. Penjual (bai’) 2. Pembeli (musytari’) 3. Barang/objek (mabi’)
4. Harga (tsaman) 5. Ijab qabul (sighat)
Adapun syarat dari murabahah yaitu : 1. Penjual memberitahu biaya modal kepada nasabah. 2. Kontrak pertama harus sah sesuai rukun yang ditetapkan. 3. Kontrak harus bebas riba. 4. Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang setelah pembelian. 5. Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian misalnya jika pembelian dilakukan secara utang.
H. Implementasi Murabahah dalam Pembiayaan Perbankan Syariah Pembiayaan dalam bentuk jual-beli harus berpedoman kepada ketentuan paragraph 2 Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/46/PBI/2005 tentang Akad Penghimpunan dan Penyaluran Dana bagi bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah yaitu berkaitan dengan kegiatan penyaluran dana berdasarkan murabahah, salam dan istishna’. Ketentuan mengenai akad murabahah dalam Perbankan Syariah harus berpedoman pada Pasal 9 ayat (1) yang menyebutkan bahwa kegiatan penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan berdasarkan Murabahah berlaku persyaratan sebagai berikut (Ansori, 2007 : 109):
1. Bank menyediakan dana pembiayaan berdasarkan perjanjian jual-beli barang. 2. Jangka waktu pembayaran harga barang oleh nasabah kepada Bank ditentukan berdasarkan kesepakatan antara bank dan nasabah. 3. Bank dapat membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah disepakati kualifikasinya. 4. Dalam hal bank mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang, maka akad murabahah harus dilakukan setelah secara prinsip menjadi milik bank. 5. Bank dapat meminta nasabah untuk membayar uang muka atau urbun saat menandatangani kesepakatan awal pemesanan barang oleh nasabah. 6. Bank dapat meminta nasabah untuk menyediakan agunan tambahan selain barang yang dibiayai oleh bank 7. Besarnya kesepakatan margin harus ditentukan satu kali pada awal akad dan tidak berubah selama periode akad. 8. Angsuran pembiayaan selama periode akad harus dilakukan secara proporsional.
Kemudian jika bank meminta nasabah untuk memberikan uang muka (urbun), maka berlaku Pasal 9 ayat (2) ketentuan sebagai berikut : 1. Dalam hal uang muka, jika nasabah menolak untuk membeli barang setelah membayar uang muka, maka biaya riil bank harus dibayar dari uang muka tersebut dan bank harus mengembalikan kelebihan uang kepada nasabah. Namun jika nilai uang muka kurang dari nilai kerugian yang harus ditanggung
oleh bank, maka bank dapat meminta lagi pembayaran sisa kerugiannya kepada nasabah. 2. Dalam hal urbun, jika nasabah batal membeli barang, maka urbun yang telah dibayarkan nasabah menjadi milik bank maksimal sebesar kerugian yang ditanggung oleh bank akibat pembatalan tersebut, dan jika urbun tidak mencukupi, nasabah wajib melunasi kekurangannya.
I. Praktek Transaksi Murabahah pada Bank Syariah Nasabah berjanji akan membeli komoditi dari Bank syariah dengan menggunakan akad wa’ad (janji). Lalu Bank mewakilkan pembelian komoditi tersebut kepada nasabah menggunakan akad wakalah, dengan akad wakalah itu, nasabah pergi ke supplier/dealer/developer untuk membeli komoditi atas nama bank. Setelah bank mendapatkan barang yang di beli nya lewat nasabah, lalu bank menjual nya kembali kepada nasabah dengan menggunakan akad murabahah. Sedangkan Praktek transaksi murabahah pada salah satu bank syariah di Saudi Arabia adalah Bank mempunyai show room kendaraan bermotor roda dua dan empat dan juga barang-barang elektronik, dimana bank menjual komoditi tersebut langsung kepada nasabahnya.
J. Hal-Hal yang Dilarang dalam Transaksi Murabahah Ada beberapa hal yang dilarang dalam melakukan transaksi murabahah : •
Transaksi bay al-murabahah hanya di perbolehkan untuk transaksi jual-beli barang atau komoditi tidak untuk penambahan modal atau di gunakan untuk
modal kerja. Untuk modal kerja bisa menggunakan akad lain seperti mudharabah (bagi-hasil) dan musyarakah (kemitraan, bagi hasil dan bagi rugi), bukan akad murabahah. •
Nasabah menggunakan dana pinjaman dari Bank dengan akad murabahah untuk di gunakan pada keperluannya yang lain, bukan untuk membeli komoditi dari bank. Padahal jelas sekali akad bay al-murabahah adalah akad jual-beli dimana bank syariah bertindak sebagai pihak penjual.
•
Bank menjual komoditi kepada nasabah sebelum bank memiliki komoditi tersebut. Hal ini tidak sesuai dengan prinsip ekonomi syariah di mana bank sebagai pihak penjual harus sudah memiliki barang yang hendak di jualnya kepada pihak pembeli.
•
Bank dan nasabah melakukan perjanjian akad Murabahah pada saat nasabah sudah membeli komoditi dari pihak lain. Seharusnya nasabah membeli komoditi dari bank pada saat akad berlangsung. Bukannya membeli barang pada pihak lain dan mendapatkan pinjaman pembayarannya dari pihak Bank. Dalam hal ini transaksinya sama dengan memberi pinjaman dengan imbalan bunga (riba) pada Bank Konvensional.
•
Murabahah tidak boleh di roll-over, karena prinsip murabahah adalah jual beli, bukan pinjaman berbasis bunga.
•
Nasabah tidak boleh di kenakan sangsi untuk late or default payment, karena sekali lagi transaksi murabahah adalah prinsip syariah berdasarkan jual beli, bukan pinjaman dengan imbalan bunga. Kalau memang nasabahnya dengan sengaja memanfaatkan kondisi seperti ini, maka bank syariah dapat
mengenakan sangsi berupa denda atas keterlambatan pembayaran kepada nasabah, dan harus menyalurkan pendapatan dari pembayaran denda tersebut kepada Badan Zakat.
K. Manfaat dan Resiko Murabahah Sesuai dengan sifat bisnis transaksi murabahah memiliki beberapa manfaat dan resiko. Manfaat murabahah adanya keuntungan yang muncul dari selisih harga beli dari penjual dengan harga jual kepada nasabah. Sedangkan resiko yang harus diantisipasi antara lain (Antonio, 2008 : 107) : 1. Default/kelalaian, nasabah sengaja tidak membayar angsuran. Apabila nasabah mampu akan tetapi tidak mau membayar angsuran (tidak mempunyai i’tikad yang baik), maka bank dapat memberikan teguran secara bertahap mulai dari Surat peringatan sampai sita jaminan. Bahkan bank dapat memberikan ta’wid atas perilaku wanprestasi nasabah ini. Untuk memberikan kepastian hukum dalam hal ini maka dalam akta murabahah yang ditandatangani nasabah dan bank harus diadaptasi dengan baik sehingga segala langkah dan solusi yang diambil oleh bank tidak cacat hukum. Dalam hal pemberian ta’wid misalnya, maka bank harus membuat draft perjanjian yang mengakomodir seluruh langkah dan konsekwensi hukum dari akad murabahah yang telah disepakati dengan nasabah. Sehingga tidak akan terjadi permasalahan hukum yang melemahkan bagi pihak bank dan nasabah karena perilaku yang dibuatnya. Sementara apabila yang menjadi penyebab nasabah tidak mampu membayar angsuran karena memang ketidakmampuannya maka demi mencari jalan
keluar yang terbaik antara bank dan nasabah dapat memutuskan dengan jalan musyawarah dengan cara yang terbaik. Hal ini sebagai mana firman Allah swt dalam surat al Baqarah ayat 280. (٢٨٠) َ ن-ُ $َْ/َ ْ0ٌُْْ َ ُْ إِنْ ُآ3 َ ا4ُ 567 َ َ َْةٍ وَأَن9 َ َْ :َِ;َةٌ إ ِ َ <َ ٍَْة9 ُ وَإِنْ آَنَ ذُو “dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, Maka berilah tangguh sampai Dia berkelapangan. dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui”.
Namun apabila musyawarah pun tidak memberikan jalan keluar yang terbaik maka salah satu pihak boleh mengajukan perkaranya ke Pengadilan Agama untuk dimintakan putusan atas perkara tersebut. Karena apabila hal ini dibiarkan berlarut larut maka akan merugikan bank karena bank harus menjaga rentabilitasnya.
2. Fluktuasi harga komparatif. Bila harga suatu barang dipasar naik setelah bank membelikannya untuk nasabah. Bank tidak bisa karena berbagai sebab. Rusak diperjalanan sehingga nasabah tidak mau menerimanya karena itu sebaiknya dilindungi oleh asuransi. Kemungkinan lain karena nasabah merasa spesifikasi barang tersebut berbeda dengan yang ia pesan. Bila bank telah menandatangani kontrak pembelian dengan penjualnya, barang tersebut akan menjadi milik bank. Bank mempunyai resiko untuk menjualnya kepada pihak lain.
3. Dijual, karena murabahah bersifat jual beli dengan hutang, maka ketika kontrak ditandatangani barang itu akan menjadi milik nasabah. Nasabah bebas melakukan apapun terhadap asset miliknya tersebut termasuk untuk menjualnya. Jika terjadi demikian maka resiko untuk terjadinya default semakin besar.
L. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Murabahah Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi permintaan akad murabahah meliputi (Bank Muamalat Indonesia) : 1. Biaya Akad Merupakan biaya yang harus dikeluarkan oleh nasabah atas pengikatan pembiayaan murabahah dengan pihak bank. Biaya ini meliputi biaya administrasi, biaya asuransi, biaya notaris. 2. Kecepatan Pencairan Pembiayaan Murabahah Merupakan jangka waktu yang dibutuhkan dari permohonan aplikasi sampai dengan pencairan dana pembiayaan murabahah ke rekening nasabah. Pencairan pembiayaan yang mudah dan cepat akan meningkatkan kepuasan nasabah terhadap pelayanan bank syariah. 3. Margin Keuntungan Merupakan persentase tertentu yang ditetapkan per tahun dan biasanya ditetapkan dalam rapat ALCO bank syariah. Penetapan margin keuntungan pada bank syariah merupakan selisih antara pembelian dan penjualan atas suatu barang yang diambil berdasarkan besaran pembiayaan yang telah
dikeluarkan bank. Bank-bank syariah dalam perhitungan margin keuntungan bersifat tetap (Flat), yang tidak akan terjadi perubahan harga, baik dalam kondisi ekonomi yang stabil ataupun tidak stabil, dan berlaku sejak akad pembiayaan ditandatangani antara pihak nasabah dengan pihak bank hingga masa jatuh tempo dari waktu pembiayaan. 4. Resiko Pembiayaan Murabahah Dalam melakukan pengikatan pembiayaan tentunya baik bank syariah maupun nasabah harus menanggung resiko yang mungkin akan terjadi di kemudian hari seperti resiko nasabah tidak mampu membayar angsuran, ataupun resiko barang cacat maupun rusak dan lainnya. 5. Tingkat Suku Bunga Bank Konvensional Nasabah tentunya akan melihat seberapa kompetitif margin yang ditawarkan oleh bank syariah jika dibandingkan dengan tingkat suku bunga yang ada di bank konvensional. Semakin tinggi margin yang ditawarkan oleh bank syariah maka akan semakin menarik perhatian nasabah.
M. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu oleh Septiana Ambarwati (2008) disimpulkan bahwa pembiayaan murabahah pada bank umum syariah dipengaruhi secara signifikan oleh Non Performing Loan (negatif), bonus SWBI (positif), tingkat suku bunga pinjaman (positif). Dalam penelitian ini, analisis yang digunakan adalah analisis data panel dengan metode Pooled EGLS (period random effect), selama periode kuartal keempat 2004 sampai kuartal pertama 2008.
Sementara itu hasil penelitian yang dilakukan oleh Vina Kharisma Dewi (2006) dapat disimpulkan bahwa dari keseluruhan pola pembiayaan yang disalurkan pada nasabah Bank Syariah X, risiko terendah adalah pembiayaan murabahah. Hal ini disebabkan oleh pembiayaan murabahah tersebut untuk keperluan konsumtif yang melebihi 50% dari total outstanding pembiayaan yang telah disalurkan. Sedangkan dalam thesis Adi Nugroho (2005) yang bertujuan untuk mengetahui apakah biaya overhead, volume pembiayaan murabahah, tingkat keuntungan yang diinginkan (profit target) dan bagi hasil Dana Pihak Ketiga (DPK) mempengaruhi dalam penetapan margin murabahah hasil yang diperoleh adalah pengaruh biaya overhead terhadap margin murabahah adalah sebesar 1.734E-06, volume pembiayaan murabahah dan profit target tidak berpengaruh terhadap margin murabahah, sedangkan bagi hasil DPK berpengaruh terhadap margin murabahah sebesar 3.854E-06. Adapun Budi Asmita (2004) mengemukakan bahwa faktor overhead dan bagi hasil DPK berpengaruh positif terhadap besarnya margin pembiayaan murabahah, sedangkan keuntungan yang diinginkan tidak berpengaruh signifikan walaupun terdapat korelasi positif. Penelitian yang dilakukan Budi Asmita merupakan jenis penelitian deskriptif korelasional yang akan menjelaskan adanya hubungan dan pengaruh tiap variable bebas murabahah, metode analisis yang digunakan adalah model regresi berganda.
N. Kerangka Pemikiran
No
1
INPUT
Tabel 2.1 Kerangka Pemikiran PROSES
OUTPUT
Permintaan Pembiayaan Murabahah 1.Biaya Akad 2. Kecepatan Pencairan 3. Margin Keuntungan
Uji Validitas dan Reliabilitas
Analisi s Faktor
Faktor Loading
4. Resiko Pembiayaan 5. Suku Bunga Bank Konvensional
O. Hipotesis Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah diduga faktor biaya akad, kecepatan pencairan pembiayaan, margin keuntungan, resiko pembiayaan dan suku bunga bank konvensional mempengaruhi permintaan pembiayaan murabahah pada PT Bank Muamalat Indonesia Tbk.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang lingkup Penelitian Objek dari penelitian ini adalah PT Bank Muamalat Indonesia Tbk. Penelitian ini akan membahas mengenai permintaan pembiayaan murabahah pada PT Bank Muamalat Indonesia serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis seberapa besar faktor-faktor seperti biaya akad, kecepatan pencairan dana, margin keuntungan, resiko pembiayaan murabahah dan tingkat suku bunga bank konvensional mempengaruhi permintaan pembiayaan murabahah pada PT Bank Muamalat Indonesia Tbk. Sampel yang digunakan sebanyak 100 orang responden yang merupakan nasabah PT Bank Muamalat Indonesia Tbk.
B. Metode Penentuan Sampel Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk kemudian dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah Non Probability Sampling, yaitu teknik pengambilan yang tidak memberi peluang, kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota untuk dijadikan sampel.
Teknik Sampling adalah teknik pengambilan sampel untuk menentukan sampel yang akan digunakan yaitu dengan metode snowball sampling. Dalam metode ini penarikan sampel dilakukan secara berantai, dari satu sampel responden yang diketahui diteruskan kepada responden berikutnya sesuai dengan informasi responden pertama, begitu seterusnya, sehingga jumlah responden yang dihubungi semakin lama semakin besar (Hamid, 2007 : 30). Metode penarikan sampel ini dijumpai pada jenis-jenis penelitian yang respondennya sulit dipantau secara umum dan penelitian yang datanya bersifat rahasia. Untuk mengukur konstruk yang merupakan abstraksi dari fenomena yang dapat berupa kejadian, proses, atribut, subyek, obyek tertentu. Dalam hal ini peneliti menggunakan skala likert (Likert Scale) yaitu metode yang mengukur sikap dengan menyatakan setuju atau ketidaksetujuan-nya terhadap subyek, obyek, atau kejadian tertentu. Responden diminta untuk menyusun urutan pilihan terhadap masingmasing variabel yang berhubungan dengan permintaan pembiayaan murabahah dengan menyatakan dalam bentuk angka 1 sampai dengan 5 atau angka 1 sampai dengan 7. Skala pengukuran ini menggunakan konsep jarak atau interval yang sama (equality interval) karena skala ini tidak menggunakan angka 0 (nol) sebagai titik awal perhitungan. Sebagai contoh pengukuran konstruk dengan menggunakan skala Likert yang akan dilakukan oleh peneliti sebagai berikut :
Keterangan Nilai
SS 5
S 4
Tabel 3.1 Skala Likert RR 3
TS 2
STS 1
C. Metode Pengumpulan Data Untuk mengumpulkan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dengan metode survei. Metode survei ini merupakan metode pengumpulan data primer yang diperoleh secara langsung dari sumber asli dengan menggunakan pertanyaan lisan dan tertulis. Metode ini memerlukan adanya kontak atau hubungan antara peneliti dengan subyek (responden) penelitian untuk memperoleh data yang diperlukan. Ada dua teknik pengumpulan data dengan menggunakan metode survei ini sebagai berikut : a. Studi Kepustakaan Yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan studi pustaka dengan cara mempelajari buku-buku panduan, buku-buku pedoman, jurnal-jurnal dan literatur yang relevan dengan penyusunan skripsi. b. Kuesioner Pengumpulan data penelitian pada kondisi tertentu kemungkinan tidak memerlukan kehadiran peneliti. Pertanyaan peneliti dan jawaban responden dapat dikemukakan secara tertulis melalui suatu kuesioner. Teknik ini memberikan tanggungjawab kepada responden untuk membaca dan menjawab pertanyaan. Peneliti dapat berhubungan langsung dengan responden dan memberikan penjelasan seperlunya kemudian kuesioner dapat langsung dikumpulkan setelah selesai dijawab oleh responden.
D. Metode Analisis Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis dengan menggunakan dua macam uji yang terbagi menjadi :
1. Uji Validitas dan Reliabilitas Untuk mendapatkan hasil penelitian yang baik maka sebelum dilakukan uji statistik, terlebih dahulu data yang diperoleh harus dilakukan uji validitas dan reliabilitas. o Validitas Validitas data penelitian ditentukan oleh proses pengukuran yang akurat. Suatu instrumen pengukur dikatakan valid jika instrumen tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur (Sarwono, 2006 : 218). Dengan kata lain istrumen tersebut dapat mengukur constuct sesuai dengan yang diharapkan peneliti. Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah validitas konstruksi yaitu kerangka dari suatu konsep. Dengan menghitung korelasi antara masing-masing pertanyaan dengan skor total korelasi. Menurut Azwar (2008) semua item pernyataan yang mencapai batas minimal koefisien korelasi 0.30 dianggap memuaskan. o Reliabilitas Reliabilitas sebenarnya adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk (Ghozali, 2005 : 41). Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Menurut Imam Ghozali (2005 : 42) pengukuran reliabilitas dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu:
a. Repeated Measure atau pengukuran ulang: Disini seseorang akan diberikan pertanyaan yang sama pada waktu yang berbeda, dan kemudian dilihat apakah ia tetap konsisten dengan jawabannya. b. One Shot atau pengukuran sekali saja: Disini pengukurannya hanya sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain atau mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan. SPSS memberikan fasilitas untuk mengukur reliabilitas dengan uji statistik Cronbach Alpha (α). Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0.60 (Nunnally,1967).
2. Uji Analisis Faktor Analisis faktor merupakan metode statistik yang digunakan untuk meringkas informasi dalam jumlah banyak yang dihasilkan dari proses pengukuran (berupa konsep-konsep) menjadi sebuah dimensi atau construct yang lebih kecil. Analisis faktor dapat digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi penyebab atau mempunyai hubungan kausalitas antar variabel (Ghozali, 2005 : 10). Peneliti melakukan pengamatan terhadap konsekuensi-konsekuensi yang timbul dan menelusuri fakta yang ada sebagai faktor-faktor penyebabnya atau yang mempengaruhi. Misalnya, informasi mengenai umur, tinggi, berat, jabatan, pendidikan dan sumber penghasilan karyawan dari sejumlah perusahaan melalui factor analysis dapat diringkas menjadi dua faktor, yaitu: ukuran (umur, tinggi, berat) dan status sosial (jabatan, pendidikan, dan sumber penghasilan).
Menurut Malhotra (2006) yang dikutip oleh Hasbi Ramli (2004) analisis faktor merupakan suatu teknik statistik untuk mengidentifikasi jumlah faktor yang relatif kecil yang dapat digunakan untuk menggambarkan hubungan diantara beberapa variabel yang saling berhubungan. Dengan analisis faktor, indikator dari variabel dalam instrumen penelitian dikategorikan atau dikelompokkan. Metode ini digunakan untuk meringkas informasi yang tersedia dalam sejumlah variabel yang banyak direduksi menjadi sejumlah faktor. Menurut Bhuono (2005) analisis faktor merupakan analisis statistik yang bertujuan untuk mengidentifikasi, mengelompokkan, dan meringkas faktor-faktor yang merupakan dimensi suatu variabel, definisi dan sebuah fenomena tertentu. Jadi
analisis
faktor
merupakan
cara
yang
digunakan
untuk
mengidentifikasi variabel dasar atau faktor-faktor yang menerangkan pola hubungan dalam suatu komponen variabel observasi. Ada beberapa variabel yang harus dipenuhi dalam melakukan analisis faktor : a. Data Variabel terikat harus berupa data kuantitatif pada tingkat pengukuran interval atau rasio. Data kategori tidak dapat dibuat analisis faktor. b. Asumsi Data harus berdistribusi normal untuk tiap pasangan variabel dan observasi harus saling bebas. Model analisis faktor menentukan variabel yang ditentukan oleh faktor umum dan faktor unik agar tidak tumpang tindih antara variabel observasi.
Kegunaan Analisis faktor ialah melakukan pengurangan data atau peringkasan sejumlah variabel menjadi lebih kecil jumlahnya. Pengurangan dilakukan dengan melihat intedependensi beberapa variabel yang dapat dijadikan satu yang disebut faktor sehingga ditemukan variabel-bariabel yang dominan atau pending untuk dianalisis lebih lanjut. Adapun model analisis faktor dapat dirumuskan sebagai berikut (Purwaningsih, 2008 : 3): X1 - µ1 = l11 F1 + l12 F2 + . . . + l1m Fm + ε1. Xp - µp = lp1 F1 + lp2 F2 + . . . + lpm Fm + εp Dengan Fj = Common factor ke –j Lij = Loading factor ke-j dari varia bel ke-i εi = specific factor ke-i , i = 1, 2, . . . , p dan j = 1, 2, . . . , m
Prosedur untuk menganalisis faktor adalah sebagai berikut : a. Formulate The Problem (Perumusan Masalah) yang merupakan proses mengidentifikasi sasaran/tujuan analisis faktor dan pengukuran variabelvariabel atas dasar skala Likert. b. Construct The Correlation Matrix (Penyusunan Matrik Korelasi). Data disusun dalam matrik korelasi, proses analitik didasarkan pada korelasi matrik antara variabel-variabel yang ada. Apabila antar variabel tersebut saling berkorelasi maka analisis faktor adalah tepat untuk digunakan. Pengujian Barlett’s test of sphericity dapat dipakan untuk menguji ketepatan model faktor. KMO berguna untuk pengukuran kelayakan sampel. c. Determine The Number of Factors (Penentuan banyaknya faktor).
d. Rotate Factors (Melakukan Rotasi terhadap Faktor). Hasil penting dari analisis faktor adalah matriks faktor, yang disebut juga pattern matrx (matrik pola faktor), berisi koefisien yang digunakan untuk menunjukkan variabel-variabel yang distandarisasi dalam batasan sebagai faktor. Di dalam suatu matriks yang kompleks sulit menginterpretasikan suatu faktor. Oleh karena itu, melalui rotasi matriks, faktor ditraformasikan ke dalam bentuk
yang lebih sederhana
yang lebih mudah untuk
diinterpretasikan, dengan harapan setiap faktor memiliki nilai non zero (tidak 0) atau signifikan. Rotasi tidak berpengaruh pada communalities dan prosentase variance total yang dijelaskan. Tetapi prosentase variance yang diperhitungkan untuk setiap faktor berubah. Variance yang dijelaskan oleh faktor individual diretribusikan melalui rotasi. Perbedaan metode rotasi akan menghasilkan identifikasi faktor yang berbeda. Metode yang digunakan untuk rotasi dalam penelitian ini adalah varimax procedure, yang meminimalkan banyaknya variabel dengan loading tinggi pada faktor, sehingga meningkatkan kemampuan menginterpretasikan faktor-faktor yang ada. e. Interpret Factors (Menginterpretasikan Faktor). Interpretasi dipercepat melalui variabel-variabel yang memiliki loading lebih besar pada faktor yang sama yang kemudian dapat diinterpretasikan dalam batasan variabelvariabel yang loadingnya tinggi. f. Select Surrogratr Variables (Memilih Variabel Pengganti). Memilih variabel pengganti sehingga peneliti dapat melaksanakan analisis
berikutnya dan menginterpretasikan hasil dalam batasan variabel semula daripada skor faktor dengan menguji matriks faktor dan memilih setiap faktor variabel yang memiliki loading paling tinggi pada faktor tersebut. g. Determine Model Fit (Menetapkan Model yang Sesuai). Langkah akhir dalam analisis faktor adalah penentuan ketetapan model. Perbedaan antara korelasi yang diamati (yang terdapat dalam input matriks korelasi) dan korelasi yang dihasilkan kembali (seperti yang diestimasikan pada matriks faktor) dapat diuji melalui model itu sendiri, yang disebut residual. Jika terdapat banyak residual yang besar, maka model faktor kurang tepat dan model perlu dipertimbangkan kembali.
E. Variabel Operasional Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas yaitu biaya akad (X1), kecepatan pencairan pembiayaan murabahah (X2), margin keuntungan (X3), resiko pembiayaan murabahah (X4), tingkat suku bunga bank konvensional (X5) dengan variabel terikat yaitu yaitu permintaan pembiayaan murabahah (Y). Variabel-variabel bebas tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
Tabel 3.2 Operasional Variabel 1. Biaya Akad
Merupakan rata-rata beban overhead riil yang lalu yang meliputi antara lain
Skala
beban promosi, beban administrasi,
Likert
beban personalia, biaya notaries, biaya asuransi 2. Kecepatan Pencairan
- Kecepatan pencairan pembiayaan murabahah di suatu bank syariah dibandingkan dengan bank syariah lainnya. - Respon yang cepat yang dilakukan
Skala Likert
oleh bank syariah terhadap keinginan nasabah. Hal ini erat kaitannya dengan pelayanan yang memuaskan dari bank. 3. Margin
- Persentase yang merupakan patokan
Keuntungan
dalam melakukan negosiasi dengan
Murabahah
nasabah. - Muqasah yang diberikan bank syariah kepada nasabahnya. - Dilakukan sekali dari harga perolehan barang setelah dikurangi uang muka (jika ada). Jika telah disepakati tidak boleh berubah sampai akhir akad. - Pembagian pokok dan margin harus dilakukan secara proporsional merata dan tetap selama jangka waktu angsuran.
4. Resiko Pembiayaan
- Nasabah dapat diminta untuk memberikan jaminan.
Skala Likert
- Denda diberikan hanya kepada nasabah yang mampu tetapi tidak mau membayar. - Nasabah yang tidak mampu tidak
Skala
diperkenankan dikenakan denda.
Likert
- Denda yang diterima merupakan pendapatan non halal (dana kebajikan). - Jika pesanan dibatalkan, bank mengalami rugi, maka nasabah harus mengganti kerugian riil bank dari uang muka. 5. Tingkat Suku
Sebagai acuan dalam menentukan
Bunga Bank
margin
Konvensional
Karena
keuntungan dalam
murabahah.
praktiknya
untuk
menentukan keuntungan murabahah didasarkan perhitungan based lending
Skala
rate yang dipergunakan oleh bank
Likert
konvensional
walaupun
telah
diperoleh perhitungan terhadap angka yang dalam
akan
dipergunakan, penerapannya
memperhatikan bunga pasar.
namun tetap
BAB IV PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian a. Sejarah Singkat Perusahaan Pada awal Juni 1991 Prof. Dr. B.J Habibi sebagai ketua umum Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) membentuk tim pendanaan, tim hokum, dan tim anggaran dasar dan komposisi manajemen yang berhasil merumuskan pemrakarsa pendirian Bank Syariat Isalm. Ikut sertanya Bapak Presiden RI soeharto sebagai pemrakarsa pendirian Bank Bagi Hasil pertama di Indonesia serta peran pribadi beberapa menteri dan menteri Kabinet Pembangunann V dalam proses pendiriannya telah semakin memantapkan pelaksanaan rencana tersebut. Tanggal 27 Agustus 1991 diadakan pertemuan dengan presiden Soeharto untuk memohon kesediaan beliau mengadakan silaturrahmi dengan masyarakat Jawa Barat di Istana Bogor pada tangal 3 November 1991 dalam rangka penjualan saham pendirian Bank Syariat Islam. Beberapa calon nama diajukan untuk Bank syariat Islam yang akan didirikan ini, antara lain Bank Amanah, Bank Islam Indonesia, Bank Islam Muamalat. Dalam pertemuan Majelis Ulama Indonesia dengan Presiden Soeharto diputuskan agar nama yang dipakai adalah Bank Muamalat tanpa tambahan kata Islam dibelakangnya. Mengingat kata Muamalat ini juga sudah mencerminkan keislamannya.
Setelah kurang lebih setahun tercetusnya ide mendirikan Bank Islam Tanpa Bunga (Bank Bagi Hasil) tersebut, maka pada tanggal 1 November 1991 terlaksana penandatanganan Akte Pendirian PT Bank Muamalat Indonesia di Hotel Sahid Jaya di hadapan Notaris Yudo Paripurno SH. Dengan Akte Notaris No.1 tanggal 1 November 1991 (izin Menteri Kehakiman No.C2.2413 HT.01.01 tanggal 21 Maret 1992/Berita Negara Republik Indonesia tanggal 28 April 1991 No.34). Pada saat penandatanganan Akte Pendirian terkumpul komitmen Pembelian Saham sebanyak 84 Milyar rupiah. Dari acara silaturrahmi Bapak Presiden dengan masyarakat Jawa Barat pada hari Minggu tanggal 3 November 1991 telah didapatkan suatu hasil bahwa modal dasar Rp 500 Milyar pada tahap awal dapat dipenuhi dengan total komitmen modal di setor sebesar Rp. 106.126.382.000. Dengan dana ini Bank Muamalat Indonesia mulai beroperasi pada tanggal 1 Mei 1992 bertepatan dengan 27 Syawal 1412 H. Pada tahun 1993 BMI melakukan Penawaran Umum Saham dan mencatatkan sahamnya di BEJ, sehingga sejak tahun 1993, Perseroan merupakan perusahaan public dan mengubahnya menjadi PT Bank Muamalat Indonesia Tbk. Pada tanggal 27 Oktober 1994, hanya 2 tahun setelah didirikan, PT Bank Muamalat Indonesia Tbk berhasil menyandang predikat Bank Devisa. Pengakuan ini semakin memperkokoh posisi PT Bank Muamalat Indonesia sebagai bank syariah pertama dan terkemuka di Indonesia dengan beragam produk dan jasa yang terus dikembangkan.
b. Perkembangan Usaha Melalui masa-masa sulit, PT Bank Muamalat Indonesia berhasil bangkit dari keterpurukan. Diawali dari pengangkatan kepengurusan baru dimana seluruh anggota Direksi diangkat dari dalam tubuh PT Bank Muamalat Indonesia, kemudian menggelar rencana kerja lima tahun dengan penekanan pada o Tidak mengandalkan setoran modal tambahan dari para pemegang saham, o Tidak melakukan PHK satu pun terhadap sumber daya insani yang ada, dan dalam hal pemangkasan biaya, tidak memotong hak Kru Muamalat sedikitpun, o
Pemulihan kepercayaan dan rasa percaya diri Kru Muamalat menjadi prioritas utama di tahun pertama kepengurusan Direksi baru,
o
Peletakan landasan usaha baru dengan menegakkaan disiplin kerja Muamalat menjadi agenda utama di tahun kedua, dan
o Pembangunan
tonggak-tonggak
usaha
dengan
menciptakan
serta
menumbuhkan peluang usaha menjadi sasaran PT bank Muamalat Indonesia pada tahun ketiga dan seterusnya, yang akhirnya membawa PT Bank Muamalat Indonesia memesuki tahun 2004 dan seterusnya.
Hingga akhir tahun 2004, Bank Muamalat tetap merupakan bank syariah terkemuka di Indonesia dengan jumlah aktiva sebesar Rp 5,2 M, modal pemegang saham sebesar Rp. 269,7 M serta perolehan laba bersih sebesar Rp 48,4 M pada tahun 2004. Pada saat ini Kantor Pusat PT Bank Muamalat Indonesia berlokasi di
Gedung arthaloka, Jl Jend sudirman No.2 Jakarta 10220 dan telah memiliki 42 cabang, 14 cabang pembantu, 83 kantor kas dan 42 gerai. c. Struktur Organisasi Struktur Organisasi PT Bank Muamalat Indonesia Tbk ditetapkan di Jakarta, 2 Agustus 2004/15 Jumadas Tsaniyah 1425 H sebagai berikut : Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT Bank Muamalat Indonesia Tbk
Sumber : website Bank Muamalat Indonesia (www.bankmuamalat.com)
Job Description struktur organisasi yang ada pada PT bank Muamalat Indonesia Tbk adalah Tabel 4.1 Job Description PT Bank Muamalat Indonesia Tbk
- Resident Auditor - Administration and Information Technology System INTERNAL AUDIT GROUP - Data Control - Financing and Treasury - Monitoring and Audit Analysis - Corporate Secretary - Communication and Public Relation CORPORATE SUPPORT - Corporate Legal and Investor Relation - Protocolair and Internal Relation - Corporate Planning
ADMINISTRATION
- MIS and Tax - Personnel Administration and Logistic - Information and Technology - Technical Support and Data Center - Operation Supervision and SOP
- Financing Supervision & SOP FINANCING & SETTLEMENT - F.I and Sharia Financial Institution - Financing Product Development
BUSINESS UNITS
- Operational Head Office - Coordinating Branches and Branches Office - DPLK
BUSINESS INNOVATION
- System Development and SOP - Product Development and Maintenance - Treasury - Network Alliance (POS, Da'i Muamalat, Pegadaian) - Shar-E and Gerai Optimizing - Virtual Banking Operations (Call Center and Card Center)
Sumber : website Bank Muamalat Indonesia (www.bankmuamalat.com)
d. Visi dan Misi -Visi Menjadi bank syariah utama di Indonesia, dominan di pasar spiritual, dikagumi di pasar rasional. -Misi Menjadi ROLE MODEL Lembaga Keuangan Syariah dunia dengan penekanan pada semangat kewirausahaan, keunggulan manajemen dan orientasi investasi yang inovatif untuk memaksimumkan nilai bagi stakeholder.
e. Produk - Produk PT BMI Tbk 1. Produk Penghimpunan Dana - Shar-E Shar-E adalah investasi syariah yang dikemas khusus dalam bentuk paket perdana seharga Rp. 125.000.- dan dapat diperoleh di Kantor-Kantor Pos Online di seluruh Indonesia. Slogan produk shar-E yaitu Easy; mudah memilikinya, mudah penyetorannya, mudah pengelolaan dananya. Dengan membeli paket perdana Shar-E Anda akan langsung menjadi Nasabah Bank Muamalat, Everywhere; cukup membeli paket Shar-E di kantor pos online terdekat di seluruh Indonesia. Selanjutnya Anda dapat melakukan penyetoran tabungan investasi Anda melalui seluruh kantor pos online. Extraordinary; setiap bulan Anda memperoleh bagi hasil murni syariah yang akan ditambahkan ke rekening Anda setiap bulannya.
- Tabungan Ummat Merupakan investasi tabungan dengan akad Mudharabah di Counter Bank Muamalat di seluruh Indonesia maupun gerai Muamalat yang penarikannya dapat dilakukan di seluruh ATM Muamalat, jaringan ATM BCA/PRIMA dan jaringan ATM Bersama serta di seluruh counter Bank Muamalat di seluruh Indonesia. Tabungan Ummat dengan kartu Muamalat juga berfungsi sebagai akses merchant debit BCA/PRIMA di seluruh Indonesia. Nasabah memperoleh bagi hasil yang berasal dari pendapatan bank atas dana tersebut.
- Tabungan Arafah Merupakan tabungan yang dimaksudkan untuk mewujudkan niat nasabah untuk menunaikan ibadah haji. Produk ini akan membantu nasabah untuk merencanakan ibadah haji sesuai dengan kemampuan dan waktu pelaksanaan yang diinginkan. Dengan fasilitas asuransi jiwa, Insya Allah pelaksanaan ibadah haji tetap terjamin. Dengan keistimewaan tersebut, nasabah Tabungan Arafah bisa memilih jadwal waktu keberangkatannya sendiri dengan setoran tetap tiap bulan, keberangkatan nasabah terjamin dengan asuransi jiwa, apabila penabung meninggal dunia, maka ahli waris dapat berangkat.
- Deposito Mudharabah Merupakan jenis investasi bagi nasabah perorangan dan badan hukum dengan bagi hasil yang menarik. Simpanan dana masyarakat akan dikelola melalui pembiayaan kepada sector riil yang halal dan baik saja, sehingga memberikan bagi hasil yang halal. Tersedia dalam jangka waktu 1,3,6,12 bulan.
- Deposito Fulinves Merupakan jenis produk
yang dikhususkan bagi nasabah
perorangan dengan jangka waktu 6 atau 12 bulan dengan nominal minimal Rp 2000.000,- atau USD 500 dengan fasilitas asuransi jiwa yang dapat perpanjang secara otomatis (Otomatic Roll Over) dan dapat dipergunakan sebagai jaminan pembiayaan atau untuk referensi Bank Muamalat. Nasabah memperoleh bagi hasil yang sangat menarik setiap bulan.
- Giro Wadi’ah Current Account Merupakan titipan dana pihak ketiga berupa simpanan giro yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet, giro dan pemindahbukuan. Diperuntukkan bagi nasabah pribadi maupun perusahaan untuk mendukung aktivitas usaha. Dengan fasilitas kartu ATM dan Debit, tarif tunai bebas biaya di lebih dari 8.888 jaringan ATM BCA/PRIMA dan ATM Bersama, akses di lebih dari 18.000 merchant Debit BCA/PRIMA dan fasilitas SalaMuamalat (Phone Banking 24 jam
untuk layanan otomatis cek saldo, informasi history transaksi, transfer antar rekening sampai dengan Rp. 50 juta dan berbagai pembayaran).
- Dana Pensiun Dana pensiun Muamalat dapat diikuti oleh mereka yang berusia minimal 18 tahun, atau sudah menikah dan pilihan usia pension 45-65 tahun dengan iuran sangat terjangkau yaitu minimal Rp. 20.000 per bulan dan pembayarannya dapat didebet secara otomatis dari rekening Bank Muamalat atau dapat di transfer dari bank lain. Peserta juga dapat mengikuti program WASIAT UMMAT dimana selama masa kepesertaan, peserta dilindungi asuransi jiwa sebesar nilai tertentu dengan premi tertentu. Dengan asuransi ini, keluarga peserta akan memperoleh dana pension sebesar yang diproyeksikan sejak awal jika peserta meninggal dunia sebelum memasuki masa pension.
2. Produk Penanaman Dana - Konsep Jual Beli - Murabahah Adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Harga tidak boleh berubah selama masa perjanjian.
- Salam Adalah pembelian barang yang diserahkan di kemudian hari dimana pembayarannya dilakukan dimuka, tunai.
- Istishna’ Adalah jual beli barang dimana shaani’ (produsen) ditugaskan untuk membuat suatu barang dari Mustashni’ (pemesan). Istishna’ sama dengan salam yaitu dari segi objek pemesanannya yang harus dibuat atau dipesan terlebih dahulu dengan ciri-ciri khusus. Perbedaannya hanya pada system pembayarannya yaitu Istishna’ dapat dilakukan diawal, di tengah, atau di akhir pesanan.
- Konsep Bagi Hasil - Musyarakah Adalah kerjasama antar dua pihak atau lebih untuk suatu usaha
tertentu,
dimana
masing-masing
pihak
memberikan
kontribusi dana (amal/expertise) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung sesuai kesepakatan.
- Mudharabah Adalah kerjasama antar Bank dengan Mudharib (nasabah) yang mempunyai keahlian atau ketrampilan untuk mengeloa usaha.
Dalam pihak pemilik modal menyerahkan modalnya kepada pekerja atau mudharib untuk dikelola.
- Konsep Sewa - Ijarah Adalah perjanjian antara bank dengan nasabah sebagai penyewa suatu barang milik bank dan bank mendapatkan imbalan jasa atas barang yang disewakannya.
- Ijarah Muntahia Bittamlik Adalah perjanjian antara bank dan nasabah sebagai penyewa. Penyewa setuju akan membayar uang sewa selama masa sewa yang diperjanjikan dan bila sewa berakhir penyewa mempunyai hak opsi untuk memindahkan kepemilikan objek sewa tersebut.
B. Hasil dan Pembahasan a. Responden Penelitian Sebagaimana telah dikemukakan dalam bab terdahulu, pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik snowball sampling. Adapun jumlah responden dalam penelitian ini adalah 100 responden. Sebelum kuesioner diberikan kepada 100 responden, penulis melakukan try out terhadap 30 responden dengan memberikan 20 butir pernyataan, 4 butir item pernyataan untuk
biaya akad, 3 pernyataan untuk kecepatan pencairan pembiayaan, 4 pernyataan untuk margin keuntungan, 6 pernyataan untuk resiko pembiayaan dan 3 butir item pernyataan untuk suku bunga bank konvensional. Hal ini dilakukan untuk menguji validitas dan reliabilitas dari seluruh pernyataan tersebut.
b. Karakteristik Responden Adapun karakteristik responden berdasarkan hasil pengisian kuesioner yang dibagikan dalam penelitian ini dapat digambarkan berikut : Tabel 4.2 Karakteristik Responden Variabel
Jenis Kelamin Usia
Kategori
Laki-laki Perempuan 20-30 Tahun 30-40 Tahun 40-50 Tahun > 50 Tahun Pekerjaan Pengusaha Guru/Dosen Lain-Lain Sumber: Data diolah
Frekuensi
Percent (%)
Valid Percent
Commulative Percent
62 38 24 41 27 8 83 11 6
62.0 38.0 24.0 41.0 27.0 8.0 83.0 11.0 6.0
62.0 38.0 24.0 41.0 27.0 8.0 83.0 11.0 6.0
62.0 100.0 24.0 65.0 92.0 100.0 83.0 94.0 100.0
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa : 1. Jenis kelamin laki-laki memperoleh frekwensi sebesar 62 sedangkan perempuan memiliki frekwensi sebesar 38. Hal ini menunjukkan bahwa permintaan pembiayaan murabahah banyak didominasi oleh laki-laki daripada perempuan.
2. Jika dilihat dari segi usia, permintaan pembiayaan murabahah di dominasi oleh usia antara 30 sampai 40 tahun dengan frekwensi sebesar 41. Hal ini penulis anggap sesuai dengan karakteristik pembiayaan murabahah itu sendiri yang merupakan pembiayaan untuk barang kebutuhan mewah seperti mobil, motor, maupun mesin-mesin produksi bagi sektor usaha. 3. Selain itu rata-rata responden memiliki pekerjaan sebagai pengusaha sehingga mereka membutuhkan alat-alat yang menunjang kegiatan operasional usahanya, seperti mesin, mobil dsb. Dari tabel di atas diketahui bahwa 83 responden berprofesi sebagai pengusaha dan sisanya sebanyak 11 dan 6 responden masing-masing berprofesi sebagai guru/dosen dan lain-lain seperti ibu rumah tangga.
c. Analisis Tiap Item Pernyataan Setelah melihat karakteristik responden kita akan menganalisis lebih jauh jawaban dari kuesioner yang telah dibagikan kepada responden yang dalam hal ini nasabah PT Bank Muamalat Indonesia. Analisis ini meliputi tiap item pernyataan yang didasarkan kepada kesesuaian dengan variabelnya masing-masing.
o Biaya Akad Grafik 4.1 Biaya Akad Sebagai Elemen Penting Pembiayaan 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Frekuensi Persentase Cumulative Percent sangat tidak setuju
tidak setuju
raguragu
setuju
sangat setuju
Sumber : Data diolah Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa lebih dari 50 persen yaitu 52 responden sangat setuju dengan pernyataan bahwa biaya akad merupakan elemen penting dalam pembiayaan murabahah. Sisanya 42 responden menjawab setuju, 1 responden merasa ragu dan 1 responden lainnya menjawab tidak setuju. Dalam setiap perjanjian pengikatan pembiayaan tentunya ada butir-butir perjanjian yang disepakati termasuk mengenai biaya akad. Oleh karena itu baik bagi bank maupun nasabah pasti memperhatikan biaya akad yang akan ditanggung dan dicantumkan dalam butir perjanjian keduanya.
Grafik 4.2 Biaya Asuransi dan Notaris ditanggung Nasabah 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Frekuensi
Persentase
Cumulative Percent
sangat tidak setuju
tidak setuju
raguragu
setuju
sangat setuju
Sumber : Data diolah Dalam pembiayaan murabahah, biaya asuransi dan notaris menjadi tanggungan nasabah. Terlihat dari banyaknya responden yang setuju dengan pernyataan ini yaitu 39 responden menjawab sangat setuju, 48 responden menjawab setuju, 7 responden menjawab ragu-ragu, 6 responden menjawab tidak setuju dan tidak ada responden yang menjawab sangat tidak setuju. Hal ini membuktikan bahwa biaya asuransi dan notaris merupakan elemen penting akad murabahah yang dipertimbangkan oleh nasabah.
Grafik 4.3 Biaya Administrasi ditanggung Nasabah 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Frekuensi
Persentase Cumulative Percent
sangat tidak setuju
tidak setuju
raguragu
setuju
sangat setuju
Sumber : Data diolah Selain itu nasabah juga harus menanggung biaya administrasi yang dikeluarkan dalam pengikatan akad murabahah. Kebanyakan dari responden menyatakan setuju dengan pernyataan ini. Mereka yang menyatakan sangat setuju ada 37 responden, 49 responden menjawab setuju, 11 responden menjawab raguragu, 3 responden menjawab tidak setuju dan tidak ada responden yang menjawab sangat tidak setuju. Kesepakatan antara pihak bank dan nasabah dalam hal biaya administrasi yang ditanggung nasabah sudah menjadi kesepakatan di awal dan tentunya telah disetujui oleh kedua belah pihak.
Grafik 4.4 Produk Murabahah Menguntungkan daripada Produk Lain 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Frekuensi
Persentase
Cumulative Percent sangat tidak setuju
tidak setuju
raguragu
setuju
sangat setuju
Sumber : Data diolah Diantara beberapa produk pembiayaan yang ada di bank muamalat, nasabah merasa bawa produk murabahah lebih menguntungkan daripada produk lainnya. Hal ini dikarenakan kemudahan dalam memperoleh pembiayaan, jangka waktu pembayaran angsuran dan cicilan pembayaran yang jumlahnya tetap. Dalam tabel diatas 39 responden menjawab sangat setuju, 52 responden menjawab setuju, 7 responden menjawab ragu-ragu, 1 responden menjawab tidak setuju dan 1 responden menjawab sangat tidak setuju.
o Kecepatan Pencairan Pembiayaan Grafik 4.5 Prosedur Pelayanan yang Memuaskan 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Frekuensi
Persentase
Cumulative Percent
sangat tidak setuju ragu-ragu tidak setuju
setuju
sangat setuju
Sumber : Data diolah Kepuasan nasabah dalam mendapatkan layanan dari pihak bank sangatlah penting. Setiap bank pasti memberikan pelayanan yang maksimal kepada nasabahnya karena prosedur pelayanan yang memuaskan dari bank menjadi salah satu faktor penting yang menjadi pertimbangan nasabah dalam memilih bank yang dapat memenuhi kebutuhan mereka. Ketika ditanya mengenai prosedur pelayanan yang memuaskan 3 responden menjawab ragu-ragu, 56 responden menjawab setuju dan sisanya 41 responden menjawab sangat setuju.
Tabel 4.6 Kecepatan Persetujuan dan Pencairan Pembiayaan
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Frekuensi
Persentase
Cumulative Percent
sangat tidak setuju ragu-ragu tidak setuju
setuju
sangat setuju
Sumber : Data diolah Kecepatan persetujuan dan pencairan pembiayaan menjadi faktor penting bagi nasabah dalam mempertimbangkan pengikatan pembiayaan murabahah. Umumnya nasabah membutuhkan barang murabahah untuk proses produksi perusahaannya. Oleh karena itu barang seperti mesin dibutuhkan cepat agar tidak menghambat proses produksi. Berdasarkan kuesioner yang telah dibagikan 46 responden menjawab menjawab sangat setuju jika pencairan pembiayaan menjadi faktor yang mempengaruhi permintaan pembiayaan murabahah, 51 responden menjawab setuju, 2 responden menjawab ragu-ragu dan sisanya 1 responden menjawab tidak setuju.
Grafik 4.7 Bank Muamalat Fleksibel dalam Bernegosiasi 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Frekuensi Persentase Cumulative Percent
sangat tidak setuju
tidak setuju
ragu-ragu
setuju
sangat setuju
Sumber : Data diolah Nasabah tentunya menginginkan bank muamalat fleksibel dalam bernegosiasi dan melayani nasabah. Sebagian besar nasabah sangat setuju dengan pernyataan ini, dari tabel dapat dijelaskan bahwa 51 responden sangat setuju, 48 responden menjawab setuju, hanya 1 responden menjawab ragu-ragu. Hal ini membuktikan bahwa dalam bernegosiasi dan melayani nasabahnya bank muamalat termasuk fleksibel sehingga menarik nasabah.
o Margin Murabahah Grafik 4.8 Bank Muamalat Kompetitif dalam Menetapkan Harga Jual 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Frekuensi Persentase Cumulative Percent
sangat tidak setuju
tidak setuju
raguragu
setuju
sangat setuju
Sumber : Data diolah Harga jual yang kompetitif menjadi latar belakang nasabah dalam memilih jasa di suatu bank. Nasabah pasti mempertimbangkan harga jual yang menguntungkan baginya yaitu harga jual yang kompetitif dengan harga yang ada di pasar maupun harga yang ditawarkan oleh bank lain. Dari penelitian yang dilakukan, penulis mendapatkan 51 responden menjawab sangat setuju, 47 responden menjawab setuju, 2 responden menjawab ragu-ragu dan tidak ada responden yang menjawab tidak setuju atau sangat tidak setuju.
Grafik 4.9 Margin Berbeda dengan Tingkat Bunga 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Frekuensi Persentase Cumulative Percent sangat tidak setuju
tidak ragu-ragu setuju setuju
sangat setuju
Sumber : Data diolah Pemahaman nasabah akan perbedaan antara margin dan tingkat bunga sangatlah penting. Hal ini dikarenakan kurangnya pemahaman masyarakat mengenai perbedaan margin dan tingkat bunga. Namun dari hasil penelitian dan hasil jawaban atas pernyataan bahwa margin berbeda dengan tingkat bunga, penulis mendapatkan 37 responden yang menjawab sangat setuju, 50 responden menjawab setuju, 12 responden ragu-ragu dan 1 responden sangat tidak setuju.
Grafik 4.10 Bank Muamalat Memberi Muqasah kepada Nasabah 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Frekuensi Persentase Cumulative Percent
sangat tidak setuju
tidak setuju
raguragu
setuju
sangat setuju
Sumber : Data diolah Pada PT Bank Muamalat Indonesia, nasabah akan diberi muqasah (diskon) apabila nasabah tersebut membayar angsuran pembiayaan tepat pada waktu yang telah ditentukan (tidak melebihi jatuh tempo yang diberikan oleh bank). Responden menjawab sangat setuju jika bank memberikan muqasah kepada nasabahnya. Hanya ada 1 responden yang menjawab ragu-ragu. Sedangkan responden yang menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju jumlahnya 0.
Grafik 4.11 Bank Muamalat Transparan dalam Menyebutkan Harga Pokok+Margin 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Frekuensi Persentase Cumulative Percent
sangat tidak setuju
tidak setuju
raguragu
setuju
sangat setuju
Sumber : Data diolah Jika ditanya mengenai transparan atau tidaknya bank muamalat dalam menyebutkan harga pokok + margin, maka dari 100 responden yang ada 45 responden menjawab sangat setuju, 53 responden lain menjawab setuju, sisanya 2 responden menjawab ragu-ragu. Sedangkan untuk pilihan tidak setuju dan sangat tidak setuju tidak ada responden yang memilih jawaban tersebut.
o Resiko Pembiayaan Grafik 4.12 Nasabah Menanggung Kerugian atas Pembatalan Pesanan 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Frekuensi Persentase Cumulative Percent
sangat tidak setuju
tidak ragu-ragu setuju setuju
sangat setuju
Sumber : Data diolah Pada saat nasabah melakukan pesanan barang murabahah kepada pihak bank, maka hendaknya nasabah memastikan bahwa tidak akan ada pembatalan pesanan barang murabahah dikemudian hari karena hal ini akan merugikan pihak nasabah itu sendiri. Biasanya jika terjadi pembatalan pesanan nasabah harus menanggung kerugian atas pembatalan pesanan tersebut. Bank akan mengambil ganti rugi pembatalan pesanan dari uang muka (urbun) yang telah disetor nasabah kepada bank. Dari hasil penelitian yang penulis lakukan 54 responden menjawab sangat setuju, 29 responden menjawab setuju, 8 responden menjawab ragu-ragu dan sisanya 9 responden menjawab tidak setuju. Dapat disimpulkan bahwa ratarata nasabah mau bertanggungjawab atas pembatalan pesanan yang mungkin mereka lakukan di kemudian hari.
Grafik 4.13 Nasabah Harus Menyerahkan Jaminan 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Frekuensi Persentase Cumulative Percent
sangat tidak setuju
tidak setuju
raguragu
setuju
sangat setuju
Sumber: Data diolah Baik bagi bank maupun nasabah jaminan dianggap perlu dan penting agar setiap perjanjian pembiayaan dapat dipertanggungjawabkan. Untuk memperkecil resiko seperti default maka bank akan megharuskan nasabahnya untuk menyerahkan jaminan sebagai bukti pengikatan. 37 responden menjawab sangat setuju, 50 menjawab setuju, 9 responden menjawab ragu-ragu, 3 responden menjawab tidak setuju dan 1 responden menjawab sangat tidak setuju.
Grafik 4.14 Transparansi Bank Muamalat dalam Mengungkap Cacat 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Frekuensi Persentase Cumulative Percent
sangat tidak setuju
tidak setuju
raguragu
setuju
sangat setuju
Sumber : Data diolah Ketika nasabah memesan barang murabahah maka bank akan membelinya dari supplier dan mejualnya kepada nasabah sesuai dengan kriteria yang diingikan. Bagi nasabah bank sebagai pihak yang menyediakan barang pesanan diharapkan dapat berlaku jujur jika ternyata terdapat cacat pada barang murabahah yang mereka pesan. Pernyataan ini banyak disetujui oleh nasabah yaitu sebanyak 33 responden menjawab sangat setuju, 58 responden menjawab setuju, 6 responden menjawab ragu-ragu dan sisanya 3 responden menjawab tidak setuju.
Grafik 4.15 Denda yang Diberbankan kepada Nasabah yang Terlambat 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Frekuensi Persentase Cumulative Percent sangat tidak setuju
tidak setuju
raguragu
setuju
sangat setuju
Sumber : Data diolah Bank muamalat menetapkan akan membebankan denda kepada nasabah yang mampu namun terlambat membayar angsuran murabahah. Hal ini dibuat agar nasabah disiplin dalam membayar angsuran yang telah menjadi tanggung jawabnya sehingga pihak bank tidak akan dirugikan oleh sikap nasabah yang tidak mau membayar angsuran. Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat 29 responden menjawab sangat setuju, 57 responden menjawab setuju, 6 responden menjawab ragu-ragu, 10 responden menjawab tidak setuju, dan 1 responden menjawab sangat tidak setuju. Namun dari keseluruhan jawaban responden menunjukkan bahwa nasabah setuju jika bank mengenakan denda bagi nasabah yang terlambat membayar angsuran pembiayaan murabahah.
Grafik 4.16 Denda yang Diterima Merupakan Pendapatan Non Halal 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Frekuensi Persentase Cumulative Percent
sangat tidak setuju
tidak setuju
raguragu
setuju
sangat setuju
Sumber : Data diolah Perbedaan antara bank syariah dan bank konvensional diantaranya adalah jika bagi bank syariah denda atas keterlambatan nasabah dalam membayar angsuran tidak diakui sebagai pendapatan melainkan merupakan bagian pendapatan yang tidak halal sehingga pendapatan tersebut tidak termasuk kedalam bagian operasional bank melainkan akan dialokasikan dalam bentuk ZIS (zakat, infaq, shadaqah). Sebanyak 35 responden sangat setuju jika denda tersebut dianggap pendapatan non halal, 43 responden menjawab setuju, 21 responden menjawab ragu-ragu, dan 1 responden lainnya menjawab sangat tidak setuju.
Grafik 4.17 Bank Muamalat Mengalokasikan Denda dalam Bentuk ZIS 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Frekuensi Persentase Cumulative Percent
sangat tidak setuju
tidak setuju
raguragu
setuju
sangat setuju
Sumber : Data diolah Bank muamalat akan mengalokasikan denda tersebut dalam bentuk ZIS. Hal ini disambut baik oleh nasabah, terbuktidari hasil kuesioner yang disebarkan kepada nasabah sebanyak 60 responden menjawab sangat setuju, 36 responden menjawab setuju, 3 responden menjawab ragu-ragu, dan 1 responden menjawab tidak setuju.
o Suku Banga Bank Konvensional Grafik 4.18 Nasabah Pasti Membandingkan Margin dan Suku Bunga 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Frekuensi Persentase Cumulative Percent
sangat tidak setuju
tidak setuju
raguragu
setuju
sangat setuju
Sumber : Data diolah Sebelum nasabah mengambil keputusan untuk mengikat perjanjian pembiayaan murabahah dengan bank syariah, nasabah pasti membandingkan margin dengan suku bunga bank konvensional. Sebanyak 51 responden menjawab sangat setuju, 45 responden menjawab setuju, dan sisanya hanya 4 responden menjawab ragu-ragu. Hal ini membuktikan bahwa sebagian besar nasabah pasti membandingkan antara margin yang akan didapat di bank syariah dengan suku bunga yang ada di bank konvensional.
Grafik 4.19 Bank Muamalat Kompetitif Terhadap Tingkat Bunga 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Frekuensi Persentase Cumulative Percent sangat tidak setuju
tidak setuju
raguragu
setuju
sangat setuju
Sumber : Data diolah Bank muamalat harus kompetitif dalam menetapkan margin sehingga bank syariah kompetitif terhadap tingkat bunga. Bank muamalat dapat dikategorikan sebagai bank yang dalam menetapkan margin kompetitif terhadap tingkat bunga. Dalam tabel terlihat bahwa 37 responden menjawab sangat setuju, 49 responden menjawab setuju, 12 responden menjawab tidak setuju dan 2 responden menjawab tidak setuju.
Grafik 4.20 Penetapan Margin Mengacu kepada Tingkat Bunga 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Frekuensi Persentase Cumulative Percent
sangat tidak setuju
tidak setuju
raguragu
setuju
sangat setuju
Sumber : Data diolah Bank syariah masih termasuk baru dalam beroperasi, sehingga penetapan margin masih mengacu kepada tingkat bunga yang ada di bank konvensional. Dari 100 responden yang menjawab pertanyaan mengenai penetapan margin yang mengacu kepada tingkat bunga ada 36 responden yang menjawab sangat setuju, 46 responden menjawab setuju, 13 responden menjawab ragu-ragu, 1 responden menjawab tidak setuju dan 4 responden menjawab sangat tidak setuju.
d. Uji Validitas dan Reliabilitas Pengujian validitas dan reliabilitas kuesioner dilakukan untuk menguji butir-butir pertanyaan dari variabel Biaya Akad (X1), Kecepatan Pencairan Pembiayaan (X2), Margin Keuntungan (X3), Resiko Pembiayaan (X4) dan Suku Bunga Bank Konvensional (X5). Pengujian ini dengan menggunakan sampel sebanyak 30 responden dengan tingkat kepercayaan 95 persen. Nilai titik kritis pada uji validitas untuk 30 responden adalah sebesar 0,30 sedangkan nilai
koefisien reliabilitasnya adalah lebih besar dari 0.6. Pengujian validitas dan reliabilitas terhadap kuesioner ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS 15. Berikut hasil pengujian validitas dan reliabilitas.
Tabel 4.3 Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas Corrected Cronbach's Butir Variabel Item-Total Alpha Pertanyaan Correlation Biaya Akad (X1) 0.785 1 0.738 2 0.655 3 0.478 4 0.521 Kecepatan Pencairan 0.726 1 0.400 Pembiayaan (X2) 2 0.732 3 0.537 Resiko 0.819 1 0.544 Pembiayaan (X3) 2 0.799 3 0.752 4 0.662 5 0.568 Suku Bunga Bank 0.658 1 0.397 Konvensional (X4) 2 0.511 3 0.551 Sumber : Data diolah
Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Pada output SPSS menunjukkan bahwa nilai Cronbach's Alpha atau nilai koefisien reliabilitas untuk tiap variabel lebih besar dari 0.6. Dari 5 variabel, terdapat 1 variabel yang nilainya < 0.6, yaitu variabel Margin Keuntungan, sehingga variabel ini tidak akan digunakan pada penelitian ini. Sedangkan untuk
pengujian pada tiap-tiap butir pernyataan, dilakukan uji validitas. Diketahui bahwa terdapat 1 butir pertanyaan yang tidak valid dari variabel Resiko Pembiayaan yaitu Bank Muamalat transparan dalam mengungkapkan cacat yang mungkin ada pada barang murabahah. Sehingga untuk variabel ini hanya akan digunakan 5 butir pertanyaan. Setelah uji reliabilitas dan validitas dilakukan, maka kuesioner dapat dinyatakan layak digunakan untuk mengumpulkan data, yaitu yang terdiri dari 4 variabel dengan jumlah pertanyaan sebanyak 15 butir yang akan dilanjutkan pengujian pada analisis faktor.
e. Uji Analisis Faktor Analisis faktor dalam penelitian ini menggunakan Metode Kaiser-MeiyerOlkin (KMO) yang nilainya harus lebih dari 0,5 dan metode pengukuran Measure of Sampling Adequacy atau MSA. Adapun proses seleksi variabel dalam penelitian ini adalah : Uji Kaiser- Meiyer-Olkin (KMO) dan Barlette’s Test Uji KMO dilakukan untuk mengetahui apakah faktor-faktor dalam penelitian valid atau tidak. Angka KMO dan Barlette’s Test harus di atas 0,5. Ketentuan tersebut didasarkan pada kriteria (Sarwono, 2008 : 257) : o Jika probabilitas (sig) < 0,05 maka variabel penelitian dapat dianalisis lebih lanjut. o Jika probabilitas (sig) > 0,05 maka variabel penelitian tidak dapat dianalisis lebih lanjut.
Anti-Image Matrics Untuk melihat variabel-variabel mana yang layak untuk dibuat analisis faktor serta untuk mengetahui faktor-faktor yang dijadikan sebagai faktor analisis mempunyai korelasi yang kuat atau tidak dengan nilai lebih besar atau sama dengan 0,5. Jika nilainya > = 0,5 maka semua faktor pembentuk variabel tersebut telah valid dan tidak ada faktor yang direduksi. Pada bagian AntiImage Correlation yang pertama kali harus dikeluarkan adalah variabel yang memiliki nilai MSA paling kecil dan kurang dari 0,5. Besarnya angka MSA berkisar antara 0 dan 1 dengan kriteria sebagai berikut (Sarwono, 2008 : 257) : o MSA = 1, item tersebut dapat diprediksi tanpa kesalahan oleh item lain. o MSA > 0.5, item masih bisa diprediksi dan dianalisis lebih lanjut. o MSA < 0.5, item tidak bisa diprediksi dan tidak bisa dianalisis lebih lanjut.
Eigen Value Eigen value digunakan untuk menganalisis layak suatu faktor baru. Syarat layak menjadi suatu faktor baru adalah eigen value > atau = 1. Sedangkan apabila terdapat faktor yang memiliki eigen value < 1 maka faktor tersebut akan dikeluarkan atau tidak digunakan.
Kumulatif Varians Nilai kumulatif varians menunjukkan besarnya tingkat keterwakilan faktor baru yang terbentuk terhadap faktor awal atau semula. Syaratnya
apabila faktor baru yang terbentuk mampu mewakili faktor awal atau semula maka nilai kumulatif varians > 60%.
Nilai Loading Nilai loading bertujuan untuk mengetahui layak atau tidaknya suatu varian masuk ke dalam faktor baru. Nilai loading ini dapat dilihat dari eigen value, jika eigen value > 1 maka suatu varian layak masuk kedalam faktor baru. Dalam penelitian ini tahap pertama pada analisis faktor adalah menilai 20 item pertanyaan yang akan membentuk 4 variabel, yaitu Biaya Akad (X1), Kecepatan Pencairan Pembiayaan (X2), Resiko Pembiayaan (X3) dan Suku Bunga Bank Konvensional (X4). Variabel-variabel ini terdiri dari item-item pertanyaan yaitu masing-masing sebanyak 4, 3 5 dan 3 item pertanyaan. Data diolah dengan menggunakan software SPSS 15. Tabel 4.4 Uji KMO dan Bartlett Uji KMO&Bartlett Nilai (1) (2) KMO 0, 668 Chi-Square 68, 688 Df 6 Signifikansi 0, 000 Sumber : Data diolah Pengujian untuk melihat apakah data dan variabel/item cukup layak, dapat dilihat nilai dari statistik KMO (Keiser-Meiyer-Olkin). Tabel 4.4 di atas menunjukkan bahwa nilai KMO adalah 0,668 dan tingkat signifikansinya 0,000.
Nilai KMO yang lebih besar dari 0.5 menunjukkan bahwa variabel-variabel yang digunakan dapat dianalisis lebih lanjut dengan analisis faktor.
Tabel 4.5 Anti-Image Matrices x1 x2 x3 Anti-image x1 .709 -.158 -.292 Covariance x2 -.158 .762 .008 x3 -.292 .008 .718 x4 -.056 -.274 -.173 Anti-image x1 .670(a) -.215 -.409 Correlation x2 -.215 .666(a) .011 x3 -.409 .011 .651(a) x4 -.078 -.367 -.239 a Measures of Sampling Adequacy(MSA) Sumber : Data diolah Kita akan menganalisis nilai Measures of
x4 -.056 -.274 -.173 .729 -.078 -.367 -.239 .683(a)
Sampling Adequacy (MSA)
dengan melihat tabel anti image matriks. Pada tabel 4.5 di atas dapat dilihat bahwa nilai Anti-Image Correlation untuk masing-masing variabel baik X1, X2, X3 maupun X4 adalah lebih besar dari 0,5 maka semua variabel masih dapat diprediksi dan dianalisa lebih lanjut. Dimana masing-masing variabel memiliki nilai MSA sebesar 0,670 untuk X1, 0,666 untuk X2, 0,651 untuk X3 dan 0,683 untuk X4. Tabel 4.6 Nilai Komunalitas dari item/ peubah-peubah
x1 x2 x3 x4
Initial 1,000 1,000 1,000 1,000
Extraction
Extraction Method: Principal Component Analysis Sumber : Data diolah
,701 ,784 ,779 ,671
Selanjutnya, output SPSS yang ada pada tabel 4.6 di atas kita dapat melihat nilai komunalnya. Dimana pada dasarnya Communalities adalah proporsi dari varian suatu item/peubah asal yang bisa dijelaskan oleh faktor utamanya. Nilai communalities menjelaskan seberapa besar keragaman atau variasi item/peubah asal yang dapat diterangkan oleh faktor-faktor yang terbentuk. Nilainilai yang ada menunjukkan kemampuan faktor-faktor yang terbentuk dalam menerangkan varian item/peubah asal. Nilai yang terbesar dimiliki item Kecepatan Pencairan Pembiayaan sebesar 0,784, yang artinya 78,4 persen varian dari Kecepatan Pencairan Pembiayaan dapat diterangkan oleh faktor-faktor yang terbentuk. Sedangkan nilai terkecil dimiliki oleh variabel Suku Bunga Bank Konvensional, yaitu sebesar 0,671, yang artinya 67,1 persen varian dari Suku Bunga Bank Konvensional dapat diterangkan oleh faktor-faktor yang terbentuk. Semakin besar nilai communalities, berarti semakin erat hubungannya dengan faktor yang terbentuk. Tabel 4.7 Matriks Komponen Component Matrix(a) Component 1 2 x1 ,746 -,379 x2 ,684 ,562 x3 ,722 -,507 x4 ,736 ,359 Sumber : Data Diolah Extraction Method: Principal Component Analysis. a 2 components extracted.
Tahapan selanjutnya adalah menentukan item-item yang dominan pada setiap komponen tersebut. Hal ini dapat dilihat dari Component Matrix yang menunjukkan distribusi item penelitian ke dalam dua faktor yang terbentuk. Component Matrix terdiri dari angka-angka yang merupakan loading factor (faktor pembobot) dari item awal terhadap faktor yang terbentuk. Dengan melihat faktor pembobot dapat ditentukan suatu item masuk ke faktor mana dengan melihat besarnya faktor pembobot pada setiap item terhadap dua komponen utama tersebut (ekstraksi). Pada awalnya, ekstraksi tersebut masih sulit untuk menentukan item dominan yang termasuk dalam faktor karena nilai korelasi yang hampir sama dari tiap item. Kesulitan tersebut terjadi pada variabel X2, dimana kita sulit menentukan apakah variabel tersebut masuk ke faktor 1 atau faktor 2. Tabel 4.8 Matriks Komponen Hasil Rotasi Rotated Component Matrix(a)
x1 x2 x3 x4
1 ,801 ,105 ,872 ,283
Component 2 ,242 ,879 ,133 ,768
Sumber : Data diolah Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization. a Rotation converged in 3 iterations. Untuk mengatasi hal itu maka dilakukan rotasi yang dapat dilihat pada tabel 4.8 di atas. Dalam penelitian ini rotasi yang dipakai adalah dengan metode varimax. Mekanisme rotasi varimax adalah dengan membuat korelasi item hanya
dominan terhadap satu faktor. Caranya dengan membuat korelasi item mendekati nilai mutlak 1 dan 0 pada setiap faktor, sehingga memudahkan dalam interpretasi item dominan. Dapat dilihat bahwa setelah rotasi, kita dapat lebih mudah menentukan ke faktor 1 atau 2 suatu item/ peubahakan masuk. Tabel 4.9 Persentase dari Proporsi Kumulatif Component
1
Initial Eigenvalues % of Cumulative Total Variance % 2,088 52,202 52,202
2
,846
21,155
73,357
3
,607
15,177
88,534
,459
11,466
100,000
4
Extraction Sums of Squared Loadings % of Cumulative Total Variance % 2,088 52,202 52,202 ,846
21,155
73,357
Rotation Sums of Squared Loadings % of Cumulative Total Variance % 1,494 37,355 37,355 1,440
36,002
Extraction Method: Principal Component Analysis. Sumber : Data diolah
Jumlah faktor pada analisis faktor ini ditentukan berdasarkan nilai proporsi kumulatif. Bila nilai proporsi kumulatifnya berkisar antara 70 sampai 80 persen, maka komponen tersebut dapat dipilih sebagai komponen/faktor utamanya. Berdasarkan ketentuan tersebut maka terdapat dua komponen utama yang mempunyai proporsi kumulatifnya berkisar antara 70-80 persen. Sehingga kedua komponen utama tersebut merupakan ringkasan informasi terbaik dari sejumlah item yang akan dianalisis. Pada tabel 4.9 dapat dijelaskan terbentuknya dua faktor setelah terjadi penyederhanaan dari beberapa item aslinya. Faktor pertama dengan proporsi kumulatif berkisar antara 70-80 persen mampu menjelaskan 52,202 persen dari keragaman total item-item penelitian, sedangkan faktor kedua dapat menjelaskan 21,155 persen dari keragaman total. Jadi secara kumulatif kedua faktor yang terbentuk dapat menerangkan sebesar 73,357 persen dari total keragaman item-item penelitian.
73,357
Hasil faktor loading sebagai berikut: a. Faktor 1 : faktor 1 variabel Biaya Akad dan Resiko Pembiayaan. b. Faktor 2 : faktor 2 variabel Kecepatan Pencairan Pembiayaan dan Suku Bunga Bank Konvensional.
BAB V KESIMPULAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dikemukakan di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ada 2 faktor yang terbentuk dari beberapa item/variabel yang ada yaitu: a) Faktor 1 : faktor 1 yaitu Biaya Akad yang terdiri dari biaya asuransi, biaya notaris, biaya administrasi. dan Resiko Pembiayaan terdiri dari resiko pembatalan pesanan, terlambat membayar angsuran, mengungkap cacat pada barang. b) Faktor 2 : faktor 2 yaitu Kecepatan Pencairan Pembiayaan terdiri dari prosedur pelayanan, kecepatan persetujuan aplikasi murabahah, fleksibel dalam bernegosiasi dan Suku Bunga Bank Konvensional yang terdiri dari suku bunga sebagai pembanding dengan margin, kompetitif, suku bunga menjadi acuan dalam penetapan margin.
B. Implikasi Adapun implikasi yang diperoleh dari hasil analisis penelitian ini adalah : 1.
Bagi Perbankan: Pihak bank hendaknya lebih memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan untuk menjadi nasabah suatu produk bank yang berkaitan dengan pembentuk kedua faktor
tersebut. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan 2 faktor utama yang harus diperhatikan bank adalah resiko pembiayaan dan kecepatan pencairan. 2.
Bagi Akademisi: Para akademisi diharapkan dapat mengembangkan dan meneliti lebih lanjut mengenai produk-produk bank syariah lainnya. Sehingga masyarakat dapat menngenal lebih dekat apa dan bagaimana bank syariah.
C. Saran 1. Bank syariah dapat mengembangkan produk-produk pembiayaan lebih inovatif sehingga permintaan akan produk pembiayaan tersebut meningkat dari tahun ke tahun. 2. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan metode klaster dengan cara mengelompokkan objek atas dasar karakteristik yang dimiliki. 3. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat menemukan lebih banyak faktor-faktor baru yang mempengaruhi permintaan pembiayaan murabahah.
DAFTAR PUSTAKA Ambarwati, Septiana. Thesis “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan Murabahah dan Mudharabah pada Bank Umum Syariah di Indonesia”, PSKTTI-UI, Jakarta, 2008. Ansori, Abdul Ghofur. ”Perbankan Syariah di Indonesia”, UGM Press, Yogyakarta, 2007. Antonio, Muhammad Syafi’i. “Bank Syariah dari Teori ke Praktik”, Cetakan ke12, Tazkia Institute, Jakarta, 2008. Arifin, Zainul. “Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah”, Cetakan ke-7, Azkia Publisher, Jakarta, 2009. Asmita, Budi. Thesis ”Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Margin Pembiayaan Murabahah (Studi Kasus BPRS PNM Mentari)”, PSKTTIUI, Jakarta, 2004. Ghozali, Imam. “Analisis Multivariate dengan Program SPSS”, Penerbit Universitas Diponogoro, Jakarta, 2005. Hamid, Abdul. “Buku Panduan Penulisan Skripsi”, FEIS UIN Press, Jakarta, 2007. Jogiyanto. ”Metodologi Penelitian Bisnis:Salah Kaprah dan PengalamanPengalaman”, BPFE, Yogyakarta, 2004. Karim, Adiwarman, “BANK ISLAM Analisis Fiqih dan Keuangan”, Rajawali Pers, Jakarta, 2004. Katsmir, ”Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”, Edisi Revisi, Raja Grafindo, Jakarta, 2008. Muhammad. ”Manajemen Bank Syariah”, Edisi Revisi, UPP AMPYKPN, Yogyakarta, 2005. Nasution, Chaeruddin. ”Manajemen Kredit Bank Syariah”, Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7 No. 3 September, Jakarta, 2005. Nugroho, Adi. Thesis “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Margin Pembiayaan Murabahah (Studi Kasus PT Bank Muamalat Indonesia)”, PSKTTI-UI, Jakarta, 2005.
Nugroho, Agung Bhuono. “Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian dengan SPSS”, Penerbit ANDI, Semarang, 2005. Perwataatmadja, Karnaen. “Pemurnian Pembiayaan Murabahah”, Kantor Berita Ekonomi Syariah, Jakarta, 2008. Priyatno, Dwi. ”Mandiri Belajar SPSS untuk Analisis Data dan Uji Statistik”, Media Komputer, Yogyakarta, 2008. Purwaningsih, Anik. “Penentuan Rotasi yang Sesuai dalam Analisis Faktor dengan Analisis Prorustes”, Universitas Airlangga, Surabaya, 2008. Ramli, Hasbi. “Analisa Pembiayaan dan Income Statement pada Lembaga Keuangan Syariah”, Dirjen Perbankan Syariah BI, Jakarta 2004. Rodoni, Ahmad dan Abdul Hamid. “Lembaga Keuangan Syariah”, Zikrul Media Intelektual, Jakarta, 2008. Saeed, Abdullah.”Bank Islam dan Bunga Studi Kritis dan Interpretasi Kontemporer tentang Riba (Terjemahan)”, Cetakan Kedua, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2004. Sarwono, Jonathan. ”Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS”, Penerbit ANDI, Yogyakarta, 2006. ________________. ”Statistik Itu Mudah SPSS 16”, Penerbit ANDI, Yogyakarta, 2008. Siamat, Dahlan. “Manajemen Lembaga Keuangan, Edisi Ketiga”, FEUI, Jakarta, 2004. Sunarto, Zulkifli. “Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah”, Zikrul Hakim, Jakarta, 2004. Syaifuddin, Azwar. “Penyusunan Skala Psikologi”, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2008. Taruno, Budiyoso. “Analisis Risiko Pembiayaan dengan Akad Murabahah pada Bank Syariah”, STEI SEBI, Jakarta, 2007. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Vibiznews-Syariah, “Prinsip Jual Beli Pada Perbankan Syariah”, Jakarta, 2007.
Vina, Dewi Kharisma. “Perhitungan Risiko Pembiayaan dengan Metode Pendekatan Internal dan Standar (Studi Kasus pada Bank Syariah X)”, Jurnal EKSIS Vol 2 No.1 Januari-Maret, Jakarta, 2006. Wijayanti, Tri dkk.”Faktor-faktor Motivasi Yang Dipertimbangkan Masyarakat Terhadap Pemilihan Sistem Perbankan Syariah (Studi Perilaku Konsumen pada BMT di Purwokerto)”, Jurnal SMART Vol.1 No.1 Januari, Purwokerto, 2004. Wiroso. “Jual Beli Murabahah”, UII Press, Yogyakarta, 2004. Wiyono, Slamet. “Cara Mudah Memahami Akuntansi Perbankan Syariah Berdasar PSAK dan PAPSI”, PT Grasindo, Jakarta, 2005. Yasni, Muhammad Gunawan. “Kritik Syariah terhadap Transaksi Murabahah Bank-Bank Asing”, Praktisi Pengajar Keuangan, Jakarta, 19 juli 2008.