ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN TABANAN IDA BAGUS GDE WIRAKUSUMA I DEWA GEDE RASTANA, I NYOMAN ARIANA GUNA Fakultas Ekonomi Universitas Tabanan ABSTRAK Kabupaten Tabanan didalam era otonomi daerah in mulai memacu diri untuk menggali potensi-potensi dalam bidang ekonomi khususnya dalam meningkatkan pendapatan asli daerah, maka atas upaya tersebut diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Tabanan untuk digunakan dalam pembiayaan pembangunan yang sedang dan yang akan dilaksanakan. Sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan sumber keuangan daerah yang harus digali dari dalam wilayah daerah yang bersangkutan yang terdiri dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Berdasarkan hasil perhitungan, dapat dibuat satu persamaan model regresi linier berganda sebagai berikut : Y = -53418110287,21 + 2,610 X1 + 9,337 X2 +1,141 X3. Retribusi daerah (X1), koefisien regresinya sebesar 2,610. Laba Usaha Daerah (X2) koefisien regresinya sebesar 9,337. Koefisien regresi untuk penerimaan pendapatan lain-lain yang sah (X3) adalah sebesar 1,141. Secara statistik dengan menggunakan uji t, diketahui bahwa untuk 69eneliti penerimaan retribusi daerah (X1), nilai t hitung sebesar 8,241 dan ttabel sebesar 2,447 signifikansinya adalah sebesar 0,000. Angka ini memberikan arti bahwa penerimaan retribusi daerah mempunyai pengaruh nyata terhadap penerimaan pendapatan asli daerah Kabupaten Tabanan. Pengaruh Laba Usaha Daerah (X2) terhadap Penerimaan Pendapatan Asli Daerah sedangkan ttabel diperoleh 2,447 dan thitung sebesar 2,721. Angka-angka in memberikan arti bahwa Laba Usaha Daerah mempunyai pengaruh nyata terhadap Penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Tabanan atau signifikansinya lebih kecil dari 5 % atau 0, 035 < 0,05. Untuk penerimaan Pendapatan lain-lain yang sah, nilai t hitung sebesar 10,387 dan signifikansinya 0,000 sedangkan ttabel diperoleh 2,447. Angka-angka ini memberikan arti bahwa Penerimaan Pendapatan Lain-Lain Yang Sah mempunyai pengaruh nyata terhadap Penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Tabanan, atau signifikansinya lebih kecil dari 5 % atau 0,000 < 0,05. Hasil perhitungan secara statistik diketahui bahwa Ftabel dengan taraf nyata 5 % adalah sebesar 8,94 dan ternyata Frasio lebih besar dari Ftabel atau 743,875 ˃ 8,94. Begitu juga jika dilihat dari nilai signifikansinya yaitu sebesar 0,000 yang berarti lebih kecil dari 0,05 (5 %) atau 0,000 < 0,05. Selanjutnya koefisien determinasi (R2) dalam penelitian ini diperoleh sebesar 0,997. Hal ini berarti bahwa sebesar 99,7 % variasi penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Tabanan (Y) mampu dijelaskan oleh variabel bebas Retribusi Daerah (X1), Laba Usaha Daerah (X2) dan Penerimaan Pendapatan Lain-Lain Yang Sah (X3), sedangkan sisanya sebesar 0,30 % dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini. Kata kunci : Retribusi Daerah, Laba Usaha Daerah, Pendapatan Lain-Lain Yang Sah dan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara
berkelanjutan, berlandaskan kemampuan nasional, dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memperhatikan tantangan perkembangan global. Dalam pelaksanaannya mengacu pada
Majalah Ilmiah Untab, Vol. 13 No. 1 Maret 2016
69
PENDAHULUAN
kepribadian bangsa dan nilai luhur yang universal untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang berdaulat, mandiri, berkeadilan, sejahtera, maju dan kukuh kekuatan moral dan etikanaya, pada hahekatnya telah ditetapkan sebagai kebijaksanaan pembangunan yang merupakan satu-satunya alat yang dapat memberikan arah dan strategi dalam pembangunan dan perjuangan negara dan bangsa. Pembangunan adalah suatu proses atau kegiatan yang berjalan secara terus menerus dari waktu ke waktu untuk mewujudkan suatu tujuan tertentu yang pada dasarnya tujuan tersebut adalah untuk tercapainya suatu kemakmuran dan keadilan. Sebagaimana dimaksud dalam ketetapan GBHN adalah untuk memberikan arah penyelnggaraan negara, dengan tujuan mewujudkan kehidupan yang demokratis, berkeadilan sosial, melindungi hak asasi manusia, menegakkan supremasi hukum dalam tatanan masyarakat dan negara yang beradab, berahlak, mulia, mandiri, bebas, maju dan sejahtera dalam kurun waktu jangka panjang. Untuk mewujudkan maksud dan tujuan pembangunan tersebut, usaha-usaha seperti perbaikan kehidupan dan kemajuan seluruh bangsa di segala bidang selalu dihadapkan pada permasalahan yaitu mengumpulkan dana atau menggali sumbersumber pendapatan negara guna menunjang kelangsungan roda pemerintahan dan pembangunan. Pendapatan suatu negara merupakan salah satu indikator untuk mengukur tingkat kemakmuran yang dicapai oleh suatu negara, dan didalam meningkatkan pendapatan suatu Negara diperlukan laju pertumbuhan ekonomi yang mantap dan dinamis. Untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi dan pembangunan di Indonesia pemerintah telah berusaha untuk meningkatkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang merupakan indikator kerja terhadap pembangunan nasional dan ini menunjukkan bahwa dalam melaksanakan pembangunan yang terus menerus dan berkesinambungan sudah tentu diperlukan dana yang jumlahnya sangat besar. Dan untuk memperoleh dana pembangunan yang sangat besar tersebut penerimaan negara/pemerintah masih didominasi dari 70
penerimaan sektor migas (minyak dan gas bumi) yang walaupun pada tahun belakangan ini, cendrung mulai menurun dan sudah tentu pula pemerintah berupaya mencari alternatif lain, yaitu penerimaan atau pendapatan negara yang bersumber dari sektor non migas seperti penerimaan sektor pajak dan non pajak. Berdasarkan Undang-Undang Nomor : 22 Tahun 1999, tentang Pemerintahan Daerah serta dalam rangka memberikan pelayanan dan mewujudkan pelaksanaan pembangunan daerah, maka dibentuk suatu daerah otonom. Daerah otonom selanjutnya merupakan kesatuan masyarakat hukum dengan batas daerah tertentu, berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat. Dengan demikian otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat. Seperti halnya pembangunan nasional, dalam melaksanakan pembangunan di daerah, masalah dana/pembiayaan pembangunan memegang peranan yang sangat penting, dengan demikian penerimaan/pendapatan asli daerah merupakan unsur yang sangat penting dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah. Sesuai arah dan kebijaksanaan pembangunan nasional yang dilaksanakan, maka tidak terlepas kaitannya dengan pelaksanaan pembangunan daerah, dimana pembangunan daerah yang dilaksanakan hendaknya dapat berjalan bersama-sama dalam ruang lingkup pembangunan nasional, dan sesuai dengan asas negara kesatuan dimana daerah adalah bagian yang tidak terpisahkan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Untuk menyelenggarakan pemerintahan, daerah berhak mengenakan pungutan kepada masyarakat. Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 yang menempatkan perpajakan sebagai salah satu perwujudan kenegaraan, ditegaskan bahwa penempatan beban kepada rakyat, seperti pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa diatur dengan Undang-Undang, dengan demikian
Ida Bagus Gde Wirakusuma, I Dewa Gede Rastana, I Nyoman Ariana Guna, Analisis Faktor-Faktor ....
pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah harus berdasarkan pada Undang-Undang. Pembiayaan pembangunan daerah, khususnya pembangunan untuk daerah Kabupaten Tabanan sebagian besar masih didominasi adanya dana bantuan dari pemerintah yang lebih tinggi, baik bantuan dari pemerintah pusat, maupun dari pemerintah provinsi yang berupa dana alokasi umum, dana alokasi khusus ataupun dana-dana untuk kegiatan proyek-proyek pembangunan dan lain-lain. Mengingat kemampuan negara/pemerintah pusat adalah sangat terbatas untuk membiayai pembangunan di seluruh tanah air, dimana tidak sebanding antara dana yang tersedia dengan kebutuhan akan besarnya dana untuk pembiayaan pembangunan dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan, maka setiap daerah diwajibkan untuk menggali sumber-sumber pendapatan daerah sendiri dengan mengoptimalkan semua sumber dan potensi yang ada. Kabupaten Tabanan didalam era otonomi daerah ini mulai memacu diri untuk menggali potensi-potensi dalam bidang ekonomi khususnya dalam meningkatkan pendapatan asli daerah, maka atas upaya tersebut diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Tabanan untuk digunakan dalam pembiayaan pembangunan yang sedang dan yang akan dilaksanakan. Pembangunan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten
Tabanan adalah pembangunan disegala bidang kehidupan yaitu pembangunan yang lebih menyentuh kepentingan masyarakat baik pembangunan fisik maupun non fisik, yang pada nantinya dapat memberikan arah dan landasan yang kuat untuk tahapan-tahapan pembangunan dimasa-masa yang akan datang. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, sudah tentu harus didukung oleh dana yang memadai dan berdasarkan kenyataan yang ada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Tabanan terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Ini menunjukkan bahwa kebutuhan akan dana untuk membiayai pembangunan sangat besar. Sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan sumber keuangan daerah yang harus digali dari dalam wilayah daerah yang bersangkutan yang terdiri dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka penulis mencoba untuk menganalisis dan menyikapi perencanaan pembangunan ekonomi yang bersumber dari berbagai subyek-subyek sumber pendapatan yaitu yang berupa penerimaan retribusi daerah, penerimaan laba usaha daerah, dan sumber penerimaan lain-lain yang sah. Untuk mengetahui gambaran target dan realisasi penerimaan Retribusi Daerah Kabupaten Tabanan, periode 2005 – 2014, seperti Tabel dibawah ini :
Tabel 1.1 : Target dan Realisasi Penerimaan Retribusi Daerah Kabupaten Tabanan periode Tahun 2005 – 2014 No.
Tahun
Penerimaan Retribusi Daerah Target (Rp.) Realisasi (Rp.) 1. 2005 24.314.678.011,00 24.456.165.358,00 2. 2006 25.770.196.025,01 25.242.455.940,76 3. 2007 25.824.172.890,57 25.528.424.376,09 4. 2008 27.071.474.342,00 27.884.328.247,62 5. 2009 14.360.055.701,00 15.143.387.702,91 6. 2010 18.626.998.158,00 16.536.413.339,04 7. 2011 21.737.294.345,00 20.524.711.592,18 8. 2012 24.998.771.400,00 28.527.311.057,25 9. 2013 34.935.650.300,00 40.405.100.092,73 10. 2014 39.113.973.387,00 42.569.528.866,41 Sumber : Dinas Pendapatan/Pasedahan Agung Kabupaten Tabanan, 2015 Majalah Ilmiah Untab, Vol. 13 No. 1 Maret 2016
% Perubahan 0,58 -2,05 -1,15 3,00 5,45 -11,22 -5,58 14,12 15,66 8,84 71
Dari Tabel 1.1 diatas terlihat bahwa tahun 2005 terjadi peningkatan capaian realisasi penerimaan retribusi daerah yang melebihi dari target yang ditentukan yaitu peningkatan sebesar Rp. 141.487.347,00 Juta atau capaian sebesar 0,58 % dari target yang ditetapkan. Pada tahun 2006 terjadi penurunan realisasi penerimaan retribusi daerah sebesar Rp. 527.740.084,00 juta atau turun dari target yang ditentukan pada tahun 2006 atau capaian sebesar -2,05 %. Penurunan realisasi penerimaan retribusi daerah terjadi pada tahun 2007 yaitu antara target dan realisasi turun sebesar Rp. 295.748.515,00 atau capaian turun sebesar -1,15 %, . Pada tahun 2008 terjadi kenaikan antara target dan realisasi penerimaan retribusi daerah sebesar Rp. 812.853.906,00 atau kenaikan sebesar 3 %. Sedangkan pada tahun 2009 antara target dan realisasi penerimaan retribusi daerah cendrung terjadi
kenaikan yang cukup besar yaitu sebesar Rp. 783.332.002,00 atau naik sebesar 5,45 %. Pada tahun 2010 antara target dan realisasi terjadi penurunan yang cukup besar yaitu sebesar Rp. 2.090.584.819,00 atau turun sebesar -11,22 %. Pada tahun 2011 terjadi penurunan antara target dengan realisasi sebesar Rp. 1.212.582.753,atau turun sebesar -5,58 %. Kemudian tahun 2012 terjadi kenaikan sebesar Rp. 3.528.539.657,- atau naik sebesar 14,12 %. Tahun 2013 antara target dan realisasi naik sebesar Rp. 5.469.449.793,- atau naik sebesar 15,66 %, sedangkan tahun 2014 mengalami kenaikan sebesar Rp. 3.455.555.479,- atau naik sebesar 8,84 %. Sebagai gambaran untuk mengetahui target dan realisasi penerimaan laba usaha daerah, Kabupaten Tabanan periode tahun 2005 – 2014 dapat dilihat pada Tabel 1.2 dibawah ini :
Tabel 1.2 : Target dan Realisasi Penerimaan Laba Usaha Daerah Kabupaten Tabanan periode Tahun 2005 – 2014 No.
Tahun
Penerimaan Laba Usaha Daerah Target (Rp.) Realisasi (Rp.) 1. 2005 2.562.466.999,81 2.562.466.139,83 2. 2006 3.165.818.786,04 3.165.818.786,04 3. 2007 3.413.758.022,42 3.413.758.022,42 4. 2008 3.688.172.412,54 3.688.172.412,54 5. 2009 4.236.293.465,01 4.236.293.465,01 6. 2010 4.788.026.159,45 4.788.026.159,45 7. 2011 5.404.979.182,21 5.404.979.182,21 8. 2012 5.900.000.000,00 5.925.320.739,72 9. 2013 8.046.089.498,73 8.397.258.998,73 10. 2014 7.197.219.008,81 7.197.219.008,81 Sumber : Dinas Pendapatan/Pasedahan Agung Kabupaten Tabanan, 2015 Dari Tabel 1.2 diatas target dan realisasi penerimaan laba usaha daerah tidak mengalami perubahan dimana realisasi tercapai sesuai dengan target yang telah ditentukan dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2011 atau prosentase capaian adalah 0 % atau target dan realisasi tidak mengalami perubahan.
72
% Perubahan 0 0 0 0 0 0 0 0,43 4,36 0
Sedangkan tahun 2012 dan 2013 antara target dan realisasi mengalami peningkatan yang kecil yaitu masing-masing sebesar Rp. 25.320.740,atau sebesar 0,43 % dan sebesar Rp. 351.169.499,70 atau naik sebesar 4,36 %, sedangkan tahun 2014 tidak ada perubahan atau antara target dan realisasi sama besarnya.
Ida Bagus Gde Wirakusuma, I Dewa Gede Rastana, I Nyoman Ariana Guna, Analisis Faktor-Faktor ....
Tabel 1.3 : Target dan Realisasi Penerimaan Pendapatan Lain-Lain Yang Sah Kabupaten Tabanan periode Tahun 2005 – 2014 No.
Tahun
Penerimaan Pendapatan Lain-Lain Target (Rp.) Realisasi (Rp.) 1. 2005 1.948.885.754,00 2.209.649.534,40 2. 2006 2.758.712.504,98 3.162.384.236,36 3. 2007 2.371.650.000,00 2.888.184.568,70 4. 2008 3.639.917.654,42 4.633.900.005,59 5. 2009 45.983.389.775,96 52.812.986.079,00 6. 2010 62.234.913.832,73 71.823.863.408,02 7. 2011 76.976.603.030,39 84.106.441.897,86 8. 2012 94.945.325.700,00 98.614.773.106,47 9. 2013 98.351.554.498,40 106.853.598.898,07 10. 2014 110.939.608.263,79 128.245.045.452,05 Sumber : Dinas Pendapatan/Pasedahan Agung Kabupaten Tabanan, 2015 Dari Tabel 1.3 diatas penerimaan pendapatan lain-lain yang sah, cendrung mengalami peningkatan yang bervariasi. Pada tahun 2005 terjadi peningkatan realisasi sebesar Rp.260.763.780,40 atau terjadi kenaikan sebesar 13,38 %. Pada tahun 2006 terjadi peningkatan realisasi penerimaan pendapatan lain-lain yang sah sebesar Rp.403.671.731,40 atau naik sebesar 14,63 %. Sedangkan pada tahun 2007 dan 2008 penerimaan pendapatan lain-lain yang sah mengalami kenaikan yang cukup tinggi yaitu masing-masing sebesar Rp. 516.534.569,00 dan sebesar Rp.993.982.352,00 atau mengalami peningkatan masing-masing sebesar 21,78% dan 27,31 %. Pada tahun 2009 dan 2010 antara target dan realisasi terjadi
% Perubahan 13,38 14,63 21,78 27,31 14,85 13,96 9,26 3,86 8,64 15,60
kenaikan yang relatif kecil jika dibandingkan dengan tahun 2007 dan 2008 yaitu masingmasing sebesar Rp.6.829.596.303,00 dan Rp. 8.686.061.687,00 atau terjadi peningkatan masing-masing sebesar 14,85 % dan 13,96 %. Tahun 2009 dan 2010 kenaikan realisasi penerimaan pendapatan lain-lain yang sah sebesar 14,85 % dan 13,96 %. Tahun 2011, 2012 dan 2013 terjadi kenaikan realisasi yang relatif kecil dan masing-masing sebesar 9,26 %, 3,86 % dan 8,64 %, sedangkan tahun 2014 target dan realisasi penerimaan pendapatan lain-lain yang sah mengalami peningkatan sebesar Rp. 17.305.437.188,- atau naik sebesar 15,60 % dari tahun 2013.
Tabel 1.4 : Target dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Tabanan periode Tahun 2005 – 2014 No.
Tahun
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Target (Rp.) Realisasi (Rp.) 1. 2005 41.700.000.000,00 42.294.874.987,23 2. 2006 43.003.464.928,00 43.821.929.731,06 3. 2007 45.346.533.000,00 47.419.747.973,21 4. 2008 51.063.584.889,92 54.471.238.541,28 5. 2009 85.438.908.598,64 93.089.817.671,95 6. 2010 107.836.347.718,63 116.860.678.336,51 7. 2011 131.326.046.214,60 141.046.016.976,85 8. 2012 167.624.055.100,00 183.281.408.005,14 9. 2013 202.741.692.547,13 255.418.218.554,83 10. 2014 224.159.198.909,60 273.426.482.901,78 Sumber : Dinas Pendapatan/Pasedahan Agung Kabupaten Tabanan, 2015 Majalah Ilmiah Untab, Vol. 13 No. 1 Maret 2016
% Perubahan 1,43 1,90 4,57 6,67 8,95 7,52 7,40 9,34 25,98 21,98 73
Dari Tabel 1.4 diatas menunjukkan bahwa penerimaan pendapatan asli daerah (PAD) setiap tahunnya cendrung mengalami peningkatan yang bervariasi, bahkan pada tahun 2007, 2008, 2009, dan tahun 2010 mengalami peningkatan yang relatif besar dengan prosentase masing-masing sebesar 4,57 %, 6,67 %, 8,95 %, dan 7,52 %. Sedangkan peningkatan antara target dan realisasi yang kecil terjadi pada tahun 2005 dan tahun 2006, yaitu antara target dan realisasi mengalami peningkatan masing-masing sebesar 1,43 % dan 1,90 %. Atau terjadi kenaikan masingmasing sebesar Rp. 594.874.987,00 dan sebesar Rp. 818.464.803,00. Sedangkan kenaikan yang cukup besar dari pendapatan asli daerah (PAD) antara target dan realisasi terjadi pada tahun 2007, 2008, 2009 dan 2010 masingmasing sebesar Rp. 2.073.214.973,00 ; Rp. 3.407.653.651,00 ; Rp. 7.650.909.073,00 ; dan Rp. 8.112.442.730,00. Pada tahun 2011dan tahun 2012 peningkatan target dan realisasi relatif kecil yaitu masing-masing sebesar 7,40 % dan 9,34 %, sedangkan tahun 2013 dan 2014 terjadi kenaikan realisasi penerimaan PAD masing-masing sebesar Rp. 52.676.526.008,dan Rp. 49.267.283.992,- atau perubahan masing – masing sebesar 25,98 % dan 21,98 %. Peningkatan dari penerimaan pendapatan asli daerah (PAD) ini, merupakan cermin kerja keras dari pemerintah Kabupaten Tabanan dalam mengupayakan dan meningkatkan perolehan sumber-sumber pendapatan dari retribusi daerah, laba usaha daerah dan pendapatan lain-lain yang sah serta sumber-sumber yang berasal dari pajak daerah, merupakan sumber pembiayaan dalam pelaksanaan pembangunan yang sedang dan akan dilaksanakan oleh pemerintah Kabupaten Tabanan. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka pokok permasalahan yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut : 1. Apakah ada pengaruh antara penerimaan retribusi, laba usaha daerah, dan penerimaan pendapatan lain-lain yang sah secara parsial terhadap penerimaan 74
pendapatan asli daerah (PAD) di Kabupaten Tabanan periode tahun 2005 sampai dengan 2014. 2. Apakah ada pengaruh penerimaan retribusi daerah, laba usaha daerah dan penerimaan pendapatan lain-lain yang sah secara bersama-sama terhadap penerimaan pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Tabanan periode tahun 2005 sampai dengan 2014. Metodelogi Penelitian a. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Tabanan pada instansi pemerintah Kabupaten Tabanan yaitu pada Dinas Pendapatan dan Pasedahan Agung Kabupaten Tabanan. b. Metode Pengambilan Data Data-data yang dikumpulkan adalah dengan mempergunakan data sekunder yaitu data yang didapat dari laporan pada Dinas Pendapatan dan Pasedahan Agung Kabupaten Tabanan. Jenis data yang dikumpulkan dibedakan menjadi dua, yaitu: - Data kualitatif Data yang tidak berupa angka-angka yang tidak dapat dihitung dimana data ini dianalisis dengan mempergunakan argumentasi dari teori dan literatur dan pedoman yang menunjang dikaitkan dengan keadaan di lapangan. - Data kuantitatif Data yang berupa angka-angka atau data yang besarnya dapat dihitung dengan satuan tertentu, seperti data tentang jumlah penerimaan retribusi daerah, jumlah penerimaan laba usaha daerah, jumlah penerimaan pendapatan lain-lain yang sah dan jumlah penerimaan pendapatan asli daerah (PAD) pada Dinas Pendapatan dan Pasedahan Agung Kabupaten Tabanan. c. Definisi Operasional 1. Penerimaan Retribusi Daerah (X1), Laba Usaha Daerah (X2) dan Penerimaan Pendapatan Lain-Lain Yang Sah (X3) adalah pungutan yang dilakukan oleh pemerintah
Ida Bagus Gde Wirakusuma, I Dewa Gede Rastana, I Nyoman Ariana Guna, Analisis Faktor-Faktor ....
daerah berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang hasilnya dipergunakan untuk pembiayaan pengeluaran umum pemerintah daerah dari tahun 2005 sampai dengan 2014, dalam satuan rupiah. 2. Penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) (Y) adalah sesuatu yang diperoleh oleh pemerintah daerah yang dapat diukur dengan uang karena kewenangan (otoritas) yang diberikan masyarakat yang berupa hasil dari retribusi daerah, laba usaha daerah dan penerimaan pendapatan lain-lain yang sah, dari tahun 2005 sampai dengan 2014 dalam satuan rupiah. d. Teknik Analisis Data Untuk menguji hipotesa diatas, maka dipergunakan analisa data yang mencakup : 1. Analisis regresi linier berganda Dalam melakukan pengujian terhadap permasalahan yang pertama, kedua dan ketiga yaitu untuk mengetahui pengaruh antara penerimaan retribusi daerah, laba usaha daerah dan penerimaan pendapatan lain-lain yang sah, secara parsial terhadap pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Tabanan periode 2005 – 2014. Adapun persamaan regresinya adalah sebagai berikut : Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + ei Dimana : Y= Pendapatan Asli Daerah (PAD) X1 = Besarnya retribusi daerah X2 = Besarnya laba usaha daerah X3 = Besarnya pendapatan lain-lain b0 = Konstanta b1, b2, b3 = Parameter yang ditaksir ei = Tingkat kesalahan 2. Koefisien korelasi berganda Analisa ini dipergunakan untuk mengetahui kuat lemahnya keempat variable yaitu hubungan antara Penerimaan Pendapatan Asli Daerah (Y) dengan variabel Retribusi Daerah (X1), Laba Usaha Daerah (X2) dan Majalah Ilmiah Untab, Vol. 13 No. 1 Maret 2016
Pendapatan Lain-lain yang sah (X3) dan apabila koefisien korelasi berganda adalah Ry akan diperoleh koefisien penentuan yang dihitung dengan rumus : Ry =
r1 y 2 r2 y 2 r3 y 2 2.r1 y.r2 y.r3 y.r123 2 1 r123
Ry menunjukkan kuat atau lemahnya hubungan antara Retribusi Daerah (X1), Laba Usaha Daerah (X2) dan Pendapatan Lain-Lain Yang Sah (X3) secara bersama-sama terhadap Pendapatan Asli Daerah (Y). 3. Koefisien Determinasi Berganda Analisa ini untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variable bebas X1, X2 dan X3 terhadap Y yang diukur dengan prosentase, dengan rumus sebagai berikut : Jumlah Kofisien Regressi R2 = ---------------------------------∑ Y2 Dimana : 2 R = Koefisen determinasi Y= Pendapatan Asli Daerah (PAD) X1= Penerimaan Retribusi Daerah X2= Penerimaan Laba Usaha Daerah X3= Penerimaan Pendapatan LainLain Selanjutnya untuk mengetahui seberapa pengaruh X1, X2 dan X3 secara bersama-sama terhadap Y maka diukur dengan koefisien determinasi, yaitu koefisen determinasi dikalikan 100 %. Untuk mengetahui garis regressi dari koefisen regresi terhadap b digunakan rumus t-test, yaitu : b1 - β t hitung = -------------Sb1 Formula Hipotesa : Ho : b1 = b2 = b3 = 0, tidak ada pengaruh antara X1, X2 dan X3 terhadap Y Ha : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ 0, ada pengaruh antara X1, X2 dan X3 terhadap Y Kriteria penolakan / penerimaan Ho : 75
Ho Ha Ho :
Ho ditolak, jika to ˂ -ta/2 ; atau to ˃ ta/2 Ho diterima, jika –ta/2 ≤ to ≤ ta/2 : b1= b2 = b3 = 0, tidak ada pengaruh antara X1, X2 dan X3 terhadap Y : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ 0, ada pengaruh antara X1, X2 dan X3 terhadap Y Kriteria penolakan/penerimaan Ho ditolak : jika to ˂ -ta/2 ; atau to ˃ ta/2 Ho diterima : jika –ta/2 ≤ to ≤
ta/2 a. Uji F (Varians dengan Regresi Linier Berganda) Untuk mengetahui pengaruh variable bebas terhadap variable terikat secara bersama-sama yaitu antara variable X1, X2 dan X3 terhadap Y dapat diketahui dengan mempergunakan rumus : Jumlah koefisen regresi/k F = -----------------------------Jumlah koefisen residu/ n-k -1 Formula Hipotesa : Ho : b1 = b2 = b3 = 0, Secara bersama-sama tidak ada pengaruh antara X1, X2 dan X3 terhadap Y. Ha : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ 0, Paling sedikit ada satu diantara X1, X2 dan X3 berpengaruh terhadap Y. Kriteria penerimaan/penolakan Ho : Ho diterima jika Fo ≤ Ft Ho ditolak jika Fo ˃ Ft HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Penelitian Kabupaten Tabanan terletak dibagian Selatan Pulau Bali yang merupakan salah satu dari beberapa kabupaten yang ada di propinsi Bali memiliki daerah pegunungan dan pantai dengan batas wilayah sebagai berikut : Sebelah Utara, merupakan daerah pegunungan yang berbatasan dengan Kabupaten Buleleng, sebelah Timur, Kabupaten Badung, sebelah Selatan Samudra Indonesia, dan sebelah Barat, Kabupaten Jembrana. 76
Luas Kabupaten Tabanan adalah sebesar 839,33 Km2 atau 14,90 % dari luas Provinsi Bali dimana luas Provinsi Bali adalah 5.632,86 Berdasarkan luas wilayah, maka Km2. Kabupaten Tabanan termasuk Kabupaten terbesar kedua di Provinsi Bali setelah Kabupaten Buleleng, yang terbagi dalam 10 (sepuluh) kecamatan 117 Desa dan 739 Banjar/Dusun. Secara geografis Kabupaten Tabanan berada pada posisi 80 14҆ 30”- 80 30҆ 07” lintang selatan, 1140 54҆ 53” – 1150 12’ 57” Bujur Timur. Kabupaten Tabanan merupakan wilayah yang cukup strategis karena berdekatan dengan Ibu Kota Provinsi Bali yang hanya berjarak sekitar 25 Km dengan waktu tempuh ± 45 menit dan dilalui oleh jalur arteri yaitu jalur antar Provinsi. Berdasarkan hasil registrasi penduduk tahun 2014, penduduk Kabupaten Tabanan tercatat berjumlah 433.300 jiwa dengan laju pertumbuhan alami sebesar 0,06. Dari jumlah tersebut 215.100 jiwa (49,64 %) diantaranya merupakan jumlah penduduk lakilaki dan 218.200 jiwa (50,36 %) merupakan jumlah penduduk perempuan. Kabupaten Tabanan dengan luas wilayah sebesar 839,33 Km2 dan jumlah penduduk sebanyak 433.300 jiwa, kepadatan penduduknya mencapai 516,25 jiwa per km2. Apabila dilihat dari tingkat kepadatan penduduk per kecamatan, persebaran penduduk di Kabupaten Tabanan, tidak merata. Jumlah penduduk Kabupaten Tabanan setiap tahunnya relatif cendrung mengalami peningkatan dan tingkat perkembangan jumlah penduduk per kecamatan di Kabupaten Tabanan relatif stabil. Perkembangan jumlah penduduk per kecamatan yang cukup besar jumlahnya adalah di Kecamatan Kediri sebanyak 89.580 jiwa , menyusul Kecamatan Tabanan sebanyak 72.860 jiwa, Baturiti sebanyak 47.610 jiwa, Penebel sebanyak 44.520 jiwa, Kecamatan Marga berjumlah 41.280 jiwa kemudian disusul kecamatan Pupuan sebanyak 38.830 jiwa, Kecamatan Kerambitan sebanyak 38.520 jiwa, sedangkan Kecamatan lainnya jumlah penduduknya relatif sama yang rata-rata berjumlah 20.003 jiwa. Dilihat dari angkatan kerja, penduduk Kabupaten Tabanan tahun 2014 jumlah angkatan kerja sebanyak 268.033 jiwa (97,75
Ida Bagus Gde Wirakusuma, I Dewa Gede Rastana, I Nyoman Ariana Guna, Analisis Faktor-Faktor ....
%) diantaranya penduduk yang bekerja dan sisanya 6.027 jiwa (2,25 %) merupakan pengangguran terbuka. Dari penduduk yang bekerja dapat dirinci yaitu penduduk yang bekerja di sektor pertanian sebanyak 93.181 jiwa/orang (35,56 %), yang bekerja di sektor perdagangan sebanyak 57.763 jiwa/orang (22,04 %), yang bekerja di sektor industri sebanyak 27.186 jiwa/orang (10,37 %) dan sisanya tersebar di sektor lainnya. Jumlah penduduk yang bukan angkatan kerja di Kabupaten Tabanan sebanyak 74.057 jiwa dimana 17.701 jiwa (23,90 %) masih bersekolah, 46.368 jiwa (62,61 %) mengurus rumah tangga, dan sisanya sebanyak 9.988 jiwa karena alasan lainnya. Kabupaten Tabanan memiliki 10 (sepuluh) Kecamatan dengan jumlah penduduk 433.300 jiwa yang tersebar di sepuluh kecamatan, dimana kecamatan yang paling banyak jumlah penduduknya adalah kecamatan Kediri yaitu sebanyak 89.580 jiwa, kemudian disusul kecamatan Tabanan sebanyak 72.860 jiwa , Baturiti sebanyak 47.610 jiwa, Marga sebanyak 41.280 jiwa, kecamatan Kerambitan dan Pupuan memiliki jumlah penduduk yang relatif sama dengan jumlah penduduknya masing-masing adalah 38.520 jiwa dan 38.830 jiwa. Sedangkan Kecamatan yang paling kecil jumlah penduduknya adalah kecamatan Selemadeg Barat dan kecamatan Selemadeg yaitu masing-masing berjumlah 19.200 jiwa dan 19.520 jiwa. Dilihat dari kepadatan jumlah penduduk/km2 yang paling padat adalah Kecamatan Kediri dengan kepadatan penduduk 1.671,27 jiwa/km2 , kemudian kecamatan Tabanan 1.417,51 jiwa/km2, kecamatan Marga dengan kepadatan penduduk 921,63 jiwa/km2 serta kepadatan penduduk yang paling kecil adalah kecamatan Selemadeg Barat yaitu sebesar 159,80 jiwa/km2. Sedangkan rata-rata kepadatan penduduk di Kabupaten Tabanan adalah sebesar 516,25 jiwa/km2. Dilihat dari segi kegiatan perkotaan Kabupaten Tabanan memiliki dua fungsi yang sangat penting, dimana fungsi pertama merupakan fungsi dasar yang berkenaan dengan berbagai kegiatan akomodasi, antara lain : Pusat perdagangan
Pusat industri Pusat komunikasi Pusat kegiatan jasa regional. Sedangkan fungsi kedua merupakan penunjang bagi penyelenggaraan kegiatan yang lain, antara lain : Pusat pemerintahan Pusat kegiatan pendidikan Pusat pelayanan kesehatan Pusat utilities perkotaan dan Pusat pertahanan keamanan Pertumbuhan penduduk diperkotaan sangat pesat, yang disebabkan oleh 3(tiga) factor, antara lain : a. Pertumbuhan penduduk merupakan selisih dari tingkat fertilitas dengan mortalitas. b. Urbanisasi, yaitu masuknya penduduk pendatang dari Desa ke Kota baik dengan tujuan sementara maupun dengan tujuan tetap. c. Pemekaran kota dengan menggabungkan kota dengan kota sekitarnya. Dari uraian diatas maka keberadaan masyarakat baik sebagai kelompok masyarakat buruh, pedagang, pegawai/karyawan, wisatawan yang selanjutnya akan membentuk pola-pola masyarakat di kota Tabanan. Adapun titik berat pembangunan pemerintah Kabupaten Tabanan, tetap berlandaskan pada pedoman dengan tetap memberikan skala prioritas, yang menyangkut bidang utama, yaitu: a. Bidang ekonomi Kondisi pembangunan daerah di Kabupaten Tabanan yang cuku mendesak dan perlu untuk diatasi adalah pembangunan di sektor pertanian, mengingat Kabupaten Tabanan adalah daerah agraris/pertanian dan bagaimana mengupayakan agar pembangunan di sektor pertanian yang saling kait mengkait dengan sector pembangunan lainnya seperti sector pariwisata, sector industri, dapat berjalan sesuai perencanaan yang telah diprogramkan. Sektor pariwisata bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat, khususnya para petani, peternak, dan nelayan serta dapat memperluas kesempatan kerja/lapangan
Majalah Ilmiah Untab, Vol. 13 No. 1 Maret 2016
77
kerja. Sektor Industri agar mendapatkan perhatian yang serius, yang diarahkan pada usaha peningkatan jumlah dan jenis industri serta dapat mengusahakan peningkatan mutu dari hasil industry yang dihasilkan. Pembinaan di sektor industri yang dapat menyerap tenaga kerja yang banyak seperti industri kerajinan rakyat dimana daerah kabupaten Tabanan sangat berpotensi dalam pengembangan kegiatan kerajinan rakyat dalam mendukung pembangunan sector pariwisata, dalam memperluas kesempatan berusaha dan dapat meningkatkan penerimaan devisa. b. Bidang sosial Pembangunan di bidang social meliputi beberapa sector seperti kesehatan, pendidikan, agama dan lingkungan perkotaan. Dari segi kesehatan, usaha peningkatan kesehatan masyarakat yang dilaksanakan melalui pembangunan sarana dan prasarana kesehatan seperti : rumah sakit/puskesmas, pemberantasan penyakit menular, penyediaan obat-obatan, dan penyebaran pos-pos keluarga berencana disetiap kecamatan sampai ditingkat desa/banjar. Pembangunan dibidang pendidikan telah dilaksanakan pembangunan sarana dan prasarana dibidang pendidikan seperti : pembangunan gedung-gedung dan rehabilitasi gedung Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA) serta peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) di bidang pendidikan, pembangunan dibidang agama juga tidak kalah pentingnya yang tetap menjadi fokus perhatian pemerintah untuk dilaksanakan. Hal ini terbukti dari usaha pemerintah yang telah melaksanakan pembangunan tempattempat ibadah atau persembahyangan, memberikan bantuan-bantuan kepada desa adat, serta pembinaan kerukunan antar umat beragama. c. Bidang umum Pembangunan dibidang umum diarahkan pada kepentingan yang sangat mendesak yang meliputi : peningkatan 78
prasarana pisik pemerintahan dan keamanan serta ketertiban umum. Peningkatan prasarana pisik pemerintah sangat penting dalam usaha menciptakan lapangan kerja yang dapat memberikan suasana ketenangan dan kesegaran serta rasa kenyamanan dari pelaksanaan pemerintahan. Hal ini merupakan syarat untuk meningkatkan kreatifitas serta untuk mencapai daya guna dan hasil guna yang maksimal. Sasaran pokok pembangunan daerah di Kabupaten Tabanan yang diharapkan adalah terciptanya landasan yang kuat untuk tumbuh dan berkembang atau kekuatan sendiri menuju masyarakat adil dan makmur bersadarkan Pancasila. HASIL PENELITIAN Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda, yaitu untuk menganalisis faktorfaktor yang mempengaruhi penerimaan pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Tabanan Tahun 2005 sampai dengan 2014. Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui arah dan besarnya pengaruh retribusi daerah, laba usaha daerah dan pendapatan lain-lain yang sah terhadap penerimaan pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Tabanan periode tahun 2005 sampai dengan 2014. Pembuktian hipotesis digunakan uji statistik, yaitu uji regresi parsial (uji t) dan uji regresi secara serempak (uji F). A. Analisis Regresi Linier Berganda Hasil analisis data dilakukan dengan menggunakan program SPSS release 15. Adapun rangkuman hasil pengolahan data terlihat pada dibawah ini. Hasil Perhitungan Regresi Linier Berganda Metode Full Regression
Ida Bagus Gde Wirakusuma, I Dewa Gede Rastana, I Nyoman Ariana Guna, Analisis Faktor-Faktor ....
Variabel Bebas Konstanta Retribusi Daerah (X1) Laba Usaha Daerah (X2) Pendapatan Lain-Lain (X3) Koefisien Determinasi (R2) F rasio Signifikansi
Koefisien Regresi -53418110287,21 2,610 9,337 1,141
t -6,828 8,241 2,721 10,387
Sig 0,000 0,000 0,035 0,000
= 0,997 = 743,875 = 0,000
Sumber : Hasil Perhitungan SPSS
Berdasarkan Tabel diatas, dapat dibuat satu persamaan model regresi linier berganda sebagai berikut : Y = -53418110287,21 + 2,610 X1 + 9,337 X2 +1,141 X3 Hasil dari persamaan regresi linier berganda di atas menunjukkan arah pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat yang ditunjukkan oleh koefisien masing-masing variabel bebasnya. Koefisien regresi b1, b2, dan b3 bertanda positif, yang berarti variabel retribusi daerah, laba usaha daerah dan pendapatan lain-lain yang sah mempunyai pengaruh yang searah terhadap penerimaan pendapatan asli daerah tahun 2005 – 2014. Melihat dari persamaan regresi berganda diatas serta bermakna tidaknya pengaruh masing-masing faktor tersebut, maka perlu dilakukan pengujian baik secara parsial maupun simultan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) periode tahun 2005 sampai dengan 2014, dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Retribusi Daerah Koefisien regresi untuk variabel Penerimaan Retribusi Daerah (X1) sebesar 2,610 berarti bahwa peningkatan atas penerimaan retribusi daerah sebesar satu milyard rupiah, akan mempengaruhi peningkatan penerimaan pendapatan asli daerah (PAD) sebesar 2,610 milyard dengan asumsi variabel X2 dan X3 konstan. Jadi peningkatan atau penurunan penerimaan retribusi daerah sebesar satu milyard akan mempengaruhi perubahan penerimaan pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Tabanan sebesar 2,610 milyar.
Majalah Ilmiah Untab, Vol. 13 No. 1 Maret 2016
2. Laba Usaha Daerah Koefisien regresi untuk penerimaan laba usaha daerah (X2) adalah sebesar 9,337 berarti bahwa peningkatan atas penerimaan laba usaha daerah sebesar satu milyar akan mempengaruhi peningkatan penerimaan pendapatan asli daerah (PAD) sebesar 9,337 milyar dengan asumsi Jadi variable X1 dan X3 konstan. peningkatan atau penurunan penerimaan laba usaha daerah sebesar satu milyard akan mempengaruhi perubahan penerimaan pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Tabanan sebesar 9,337 milyar rupiah. 3. Pendapatan Lain-Lain yang sah Koefisien regresi untuk penerimaan pendapatan lain-lain yang sah (X3) adalah sebesar 1,141 berarti bahwa peningkatan atas penerimaan pendapatan lain-lain yang sah sebesar satu milyard akan mempengaruhi peningkatan penerimaan pendapatan asli daerah (PAD) sebesar 1,141 milyar dengan asumsi variabel X1 dan X2 konstan. Jadi peningkatan atau penurunan penerimaan pendapatan lainlain yang sah sebesar satu milyard akan mempengaruhi perubahan penerimaan pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Tabanan sebesar 1,141 milyar rupiah. B. Pengujian Koefisien Secara Parsial dengan Uji t. Uji parsial atau uji t digunakan untuk menguji pengaruh masing-masing variabel bebas (X) terhadap variabel tergantung (Y). Dengan melakukan pengujian secara parsial maka dapat diketahui signifikan tidaknya pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap pajak daerah Kabupaten Tabanan periode tahun 2005 – 2014. Dari pengujian ini sekaligus dapat dibuktikan apakah hipotesis pertama yang menyatakan bahwa variabel retribusi daerah, laba usaha daerah dan pendapatan lain-lain yang sah mempunyai pengaruh signifikan secara parsial terhadap penerimaan pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Tabanan diterima atau ditolak. 79
Pengujian dengan menggunakan uji t dilakukan dengan cara membandingkan nilai t tabel dengan t hitung atau membandingkan signifikansinya pada taraf 5%. a. Pengaruh penerimaan retribusi daerah (X1) terhadap penerimaan pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Tabanan periode tahun 2005 sampai dengan 2014. Dengan melihat Tabel diatas dapat diketahui bahwa untuk variabel penerimaan retribusi daerah (X1), nilai t hitung sebesar 8,241 dan signifikansinya adalah sebesar 0,000. Angka ini memberikan arti bahwa penerimaan retribusi daerah mempunyai pengaruh nyata terhadap penerimaan pendapatan asli daerah Kabupaten Tabanan, karena thitung lebih besar dari ttabel yaitu 8,241 > 2,447 atau signifikansinya lebih kecil dari 5% atau 0,000 < 0,05. b. Pengaruh Laba Usaha Daerah (X2) terhadap Penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Tabanan periode 2005 sampai dengan 2014. Dengan melihat diatas, diketahui bahwa untuk variabel laba usaha daerah sebesar 2,721 dan nilai thitung signifikansinya 0,035, sedangkan ttabel diperoleh 2,447. Angka-angka ini memberikan arti bahwa Laba Usaha Daerah mempunyai pengaruh nyata terhadap Penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Tabanan, karena thitung lebih besar dari ttabel atau 2,721 > 2,447 atau signifikansinya lebih besar dari 5 % atau 0, 035 < 0,05. c. Pengaruh Penerimaan Pendapatan Lain-Lain Yang Sah (X3) terhadap Penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Tabanan periode 2005 sampai dengan 2014. Dengan melihat Tabel diatas, diketahui bahwa untuk variabel Penerimaan Pendapatan Lain-Lain Yang Sah, nilai t hitung sebesar 10,387 dan signifikansinya 0,000, sedangkan ttabel diperoleh 2,447. Angka-angka ini memberikan arti bahwa Penerimaan Pendapatan Lain-Lain Yang Sah 80
mempunyai pengaruh nyata terhadap Penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Tabanan, karena thitung lebih besar dari ttable atau 10,387 ˃ 2,447 atau signifikansinya lebih kecil dari 5 % atau 0,000 < 0,05. C. Pengujian Kofisien Secara Serempak Dengan Uji F Berdasarkan Tabel diatas diketahui bahwa Ftabel dengan taraf nyata 5 % adalah sebesar 8,94 dan ternyata Frasio lebih besar dari Ftabel atau 743,875 ˃ 8,94. Begitu juga jika dilihat dari nilai signifikansinya yaitu sebesar 0,000 yang berarti lebih kecil dari 0,05 (5 %) atau 0,000 < 0,05. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa variabelvariabel Penerimaan Retribusi Daerah (X1), Laba Usaha Daerah (X2) dan Penerimaan Pendapatan Lain-Lain Yang Sah (X3) secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Tabanan periode tahun 2005 – 2014. Berdasarkan uraian diatas dapat dijelaskan bahwa hipotesis kedua yang menyatakan bahwa variabel-variabel Penerimaan Retribusi Daerah, Laba Usaha Daerah dan Penerimaan Pendapatan Lain-Lain Yang Sah mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Tabanan adalah terbukti. Selanjutnya koefisien determinasi 2 (R ) dalam penelitian ini diperoleh sebesar 0,997. Hal ini berarti bahwa sebesar 99,7 % variasi penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Tabanan (Y) mampu dijelaskan oleh variabel bebas Retribusi Daerah (X1), Laba Usaha Daerah (X2) dan Penerimaan Pendapatan LainLain Yang Sah (X3), sedangkan sisanya sebesar 0,30 % dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini.
Ida Bagus Gde Wirakusuma, I Dewa Gede Rastana, I Nyoman Ariana Guna, Analisis Faktor-Faktor ....
SIMPULAN DAN SARAN
usaha daerah dalam meningkatkan penerimaan laba usaha daerah, maupun kemungkinan adanya penerimaan retribusi daerah, sehingga memungkinkan penerimaan pendapatan asli daerah (PAD) dapat lebih ditingkatkan lagi. 2. Penerimaan retribusi daerah dan laba usaha daerah serta pendapatan lain-lain yang sah, yang secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang nyata, dalam meningkatkan penerimaan pendapatan asli daerah (PAD), maka kondisi ini supaya tetap dipertahankan dan tidak menutup kemungkinan kedepan, sumber-sumber penerimaan seperti tersebut diatas supaya terus ditingkatkan, mengingat potensi sumber daya alam dan ekonomi Kabupaten Tabanan cukup besar yang memberikan peluang penerimaan pendapatan daerah dapat ditingkatkan lagi.
Simpulan Berdasarkan dari hasil pembahasan yang telah diuraikan diatas, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan antara lain : 1. Penerimaan Retribusi daerah, Laba Usaha Daerah dan penerimaan pendapatan lainlain yang sah mempunyai pengaruh nyata (signifikan) secara parsial terhadap Penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Tabanan, periode 2005 – 2014. 2. Penerimaan Retribusi Daerah, Laba Usaha Daerah dan Penerimaan Pendapatan LainLain Yang Sah secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang nyata dan signifikan terhadap penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Tabanan tahun 2005 – 2014. Sedangkan besarnya pengaruh ketiga variabel bebas yaitu retribusi daerah, laba usaha daerah, dan pendapatan lain-lain yang sah tersebut dapat dilihat dari besarnya nilai koefisien determinasinya (R2) = 0,997. Ini berarti ketiga variabel bebas tersebut secara bersama–sama memberikan kontribusi atau pengaruh sebesar 99,7 % terhadap penerimaan pendapatan asli daerah (PAD) periode 2005 –2014, sedangkan sisanya sebesar 0,3 % di pengaruhi oleh variabel lain yang tidak dijelaskan dalam model atau dalam penelitian ini. Saran-Saran Berdasarkan dari hasil kesimpulan diatas, maka dapat diajukan saran-saran sebagai berikut : 1. Mengingat penerimaan retribusi daerah, laba usaha daerah dan penerimaan pendapatan lain-lain yang sah, mempunyai pengaruh nyata terhadap penerimaan pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Tabanan, maka langkah-langkah atau upaya-upaya untuk meningkatkan penerimaan retribusi daerah, laba usaha daerah dan penerimaan pendapatan lainlain yang sah hendaknya terus ditingkatkan lagi dengan tidak menutup kemungkinan adanya peningkatan penerimaan dari sumber-sumber lain, penambahan usaha-
Algifari, Analisis Regresi. Teori, Kasus, dan Solusi. Edisi 2. Penerbit : BPFE Yogyakarta, 2000. Djarwanto Ps. Drs. dan Pangestu Subagyo, Drs.M.B.A, Statistik Induktif, Edisi ketiga, BPFE Yogyakarta, 1985. Husein Umar. Metode Riset. Jakarta, Penerbit Ghalia Indonesia. 2003. -------------, Kantor Statistik Kabupaten Tabanan, Tabanan Dalam Angka 2000. Kumpulan Ketetapan MPR-RI, Ketetapan No. IV/MPR/1998, tentang GBHN. CV. Amin Surabaya. M.Suparmoko, Drs. Ph.D., M.A. Ekonomi Publik, Untuk Keuangan & Pembangunan Daerah. Penerbit : Andi Yogyakarta. 2001. M.Suparmoko, Drs. Ph.D., M.A. Asas-Asas Keuangan Negara, Penerbit : BPFE Yogyakarta, 2000. Mudrajad Kuncoro, Ph.D. Otonomi & Pembangunan Daerah, Reformasi, Perencanaan, Strategi, dan Peluang, Penerbit Erlangga. 2004. R.Santoso Brotodihardjo, S.H. Pengantar Ilmu Hukum Pajak. Penerbit : PT.Eresco. Bandung. 1986.
Majalah Ilmiah Untab, Vol. 13 No. 1 Maret 2016
81
DAFTAR PUSTAKA
Rochmat Soemitro, Prof. Dr. SH., DasarDasar Hukum Pajak Pendapatan, Penerbit : PT. Eresco. 1999. ----------, Undang-Undang No. 28 Tahun 2009, Tentang Pajah Daerah Dan Retribusi Daerah Beserta Penjelasannya, Visi Media, 2011. ----------, Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintahan Daerah, Beserta Penjelasannya, Penerbit Arkola, Surabaya, 2004. ----------, Undang-Undang Dasar RI 1945 & GBHN, Penerbit Multi Media, Jakarta, 2009.
82
Sutrisno, PH. Drs. Dasar-Dasar Ilmu Keuangan Negara. Penerbit : BPFE Yogyakarta, 1998. Sudjana, Prof. DR. M.A. M.Sc., Statistik Untuk Ekonomi dan Niaga, Jilid II. Penerbit : Alumni Bandung. 1998. Subiyakto Indra Kusuma, SH. Mengenal Dasar-Dasar Perpajakan, Penerbit : Usaha Nasional Surabaya – Indonesia, 1987. ----------, Undang-Undang Otonomi Daerah, Penerbit Arkola Surabaya, 2004. Tulis S.Meliala, Drs.,Akt. Perpajakan, Dalam Teori dan Praktek, Penerbit : CV. Vrama Widya Dharma, Bandung. 1989.
Ida Bagus Gde Wirakusuma, I Dewa Gede Rastana, I Nyoman Ariana Guna, Analisis Faktor-Faktor ....