ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI (Studi Kasus di KPP Pratama Kalideres) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh
Dessy NIM 1112015000105
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2017
ABSTRAK Dessy (NIM:1112015000105): Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Orang pribadi (Studi Kasus di KPP Pratama Kalideres) Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh faktor-faktor apakah yang mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi. Dalam kaitannya dengan penelitian ini Faktor-faktor yang dimaksud adalah (1) hukum perpajakan, (2) sanksi perpajakan, (3) tarif pajak, (4) manfaat NPWP, (5) pemahaman Wajib Pajak, (6) pengetahuan dasar perpajakan, (7) kesadaran Wajib Pajak, (8) tingkat pendidikan, (9) kualitas pelayanan pajak, (10) reformasi administrasi perpajakan, (11) modernisasi sistem administrasi perpajakan, (12) penerapan E-Filing, (13) pengawasan Account Reprsentative, (14) biaya kepatuhan, (15) sosialisasi pajak, dan (16) tingkat pendapatan. Responden dalam penelitian ini adalah wajib pajak orang prbadi yang terdaftar di KPP Pratama Kalideres. Penelitian ini menggunakan data primer dengan metode system random sampling dalam penentuan sampel dengan jumlah sampel 100 orang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan pendekatan kuantitatif. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis faktor. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan angket yang berhubungan dengan kepatuhan wajib pajak. Hasil analisis faktor menunjukan empat faktor yang terbentuk ini merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak, faktor-faktor ini muncul dengan nama baru yang ditentukan dengan nilai tertinggi, yaitu faktor pertama pengetahuan dasar perpajakan dengan nilai 0,764, faktor kedua penerapan e-filing dengan nilai 0,944, faktor ketiga tingkat pendapatan dengan nilai 0,809 dan faktor keempat tingkat pendidikan dengan nilai 0,753. Kata kunci : kepatuhan wajib pajak, analisis faktor
iv
ABSTRACT Dessy (NIM:1112015000105): Factors Analysis Affecting Tax Compliance Individual (Case Study in KPP Pratama Kalideres) The Purpose of the research is to determine factors that affect individual taxpayer compliance. In relation to this research the factors consist of : (1) tax law, (2) tax penalties, (3) tax rate, (4) benefits of TIN, (5) taxpayer understanding, (6) basic knowledge of tax, (7) awareness taxpayer, (8) level of education (9) quality of services, (10) tax administration reform, (11) modernization of tax administration system, (12) e-filing application, (13) supervision of account representative, (14) compliance cost, (15) socialization tax, (16) level of income. This research used primary data with system random sampling method in determining the sample. The research method used is survey method with quantitative approach. The analytical techniq used in this research is factor analysis. The data is collected by using questionnaire related to tax compliance. The result of factor analysis shows there are 4 factors that formed which are all factors infulence of tax compliance. These factors appear with new name determined by the highest value, which are: 1st factor is basic knowledge of tax with score 0,764, 2nd factor is e-filing application with score 0,944, 3rd factor is level of income with score 0,809, and the last, 4th factor is level of education with score0,753. The Key Words : tax compliance, factors
v
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul: “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Studi Empiris di Wilayah KPP Pratama Kalideres)” dengan baik. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan program Sarjana (S1) pada Program Sarjana Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Selama proses penyusunan skripsi ini penulis mendapatkan bimbingan, arahan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan 3. Bapak Syaripulloh, M.Si selaku sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan 4. Ibu Anissa Windarti, M.Sc selaku dosen pembimbing I yang telah meluangkan waktu dan dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan dan arahan yang sangat bermanfaat sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. 5. Ibu Cut Dhien Nourwahida, MA selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan dan arahan yang sangat bermanfaat sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. 6. Ibu Jakiatin Nisa, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Akademik yang senantiasa membimbing dan memberikan motivasi kepada penulis.
vi
7. Seluruh Dosen, Staf, dan Karyawan FITK UIN Sayrif Hidayatullah Jakarta
yang
telah
memberikan
pengetahuan,
pemahaman,
dan
pelayananan salama melaksanakan studi. 8. Orang tua saya Bapak Sadelih dan Ibu Jumanah yang telah membesarkan saya dengan penuh kasih sayang dan mendoakan saya tiada henti serta memberikan dukungan yang sangat besar. Semoga Allah SWT selalu mencurahkan rahmat dan hidayat Nya kepada kalian. 9. Untuk Kakak dan Adik tercinta, Linda Riati dam Muhamad Risky Khollid yang selalu memberikan kasih sayang dan dukungannya dan membantu saya dalam proses penyusunan skripsi ini. 10. Ana Okta Septiyana, Ichwan Nur Wulan, dan Linda Purnama Sari sahabat-sahabat ku yang selalu ada untuk memberikan semangat, dukungan dan motivasi. 11. Yenni Dien, Maharani Della, Fairuz Azkia sahabat yang seperti keluarga yang selalu memberikan dukungan, terutama Yenni Dien untuk segalanya yang sangat membantu saya dalam penyusunan skripsi ini. 12. Sahabat–sahabat saya yang bertemu semasa kuliah, Sri Setiyowati, Luna, Wulan Permatasari, Laelatul Sa’diyah, dan Dina Khairunnisa yang selalu memebrikan doa, semangat, dan keceriaan. 13. Penghuni Kosan Hijau Aida Sri Rahayu, Sheila Muria, Kak Ami yang mengisi kekosongan hari-hari penulis, selalu memberikan doa, semangat, dan keceriaan. 14. Teman-teman Pendidikan IPS angkatan 2012 yang telah memberikan pengalaman dan warna selama menjalani perkuliahan. 15. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu penulis ucapkan terima kasih banyak atas dukungan dan bantuannya.
vii
Akhirnya tiada kata lain yang lebih berarti selain harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi para pembaca. Jakarta, 12 November 2016
Penulis
viii
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ i LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ................................... ii LEMBAR PERNYATAAN KARYA ILMIAH ................................................ iii ABSTRAK........................................................................................................ iv ABSTRACT ...................................................................................................... v KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi DAFTAR ISI .................................................................................................... ix DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii DAFTAR GRAFIK ........................................................................................ xiv DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xv DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1 B. Identifikasi Masalah .............................................................................. 9 C. Pembatasan Masalah ............................................................................. 9 D. Perumusan Masalah............................................................................. 10 E. Tujuan Penelitian................................................................................. 10 F.
Manfaat Penelitian .............................................................................. 10
BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. LandasanTeori ..................................................................................... 12 1. Dasar-dasar Perpajakan ................................................................... 12 2. Manfaat NPWP ............................................................................... 18
ix
3. Pemahaman Wajib Pajak ................................................................. 20 4. Pengetahuan Dasar Perpajakan ....................................................... 22 5. Kesadaran Wajib Pajak ................................................................... 22 6. Tingkat Pendidikan ......................................................................... 23 7. Kualitas Pelayanan ......................................................................... 24 8. Administrasi Perpajakan ................................................................. 27 9. Reformasi Administrasi Perpajakan ................................................. 28 10. Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan ................................. 28 11. Penerapan e-Filing ......................................................................... 30 12. Pengawasan Account Representative (AR) .................................... 30 13. Biaya Kepatuhan ........................................................................... 32 14. Sosialisasi Pajak ............................................................................ 32 15. Tingkat Pendapatan ....................................................................... 33 16. Kepatuhan Wajib Pajak .................................................................. 33 B. Hasil Penelitian yang Relevam ............................................................ 35 C. Kerangka Berpikir ............................................................................... 42 D. Hipotesis Penelitian ............................................................................. 43 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 45 B. Metode Penelitian................................................................................ 45 C. Populasi dan Sampel ........................................................................... 46 D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 47 E. Instrumen Penelitian ............................................................................ 48 F.
Variabel Penelitian .............................................................................. 49
x
G. Teknik Analisis Data ........................................................................... 59 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ..................................................... 64 B. Statistik Deskriptif Responden ............................................................ 68 C. Teknik Analisis Data ........................................................................... 72 1.
2.
Uji Instrumen Angket ................................................................... 72 a.
Uji Validitas ........................................................................... 74
b.
Uji Reliabilitas ....................................................................... 75
Uji Prasyarat Analisis ................................................................... 75 a.
Uji Normalitas ....................................................................... 76
b.
Uji Homgenitas...................................................................... 70
3.
Statistik Deskripitf ........................................................................ 78
4.
Analisis Faktor ............................................................................. 83
D. Pembahasan dan Interpretasi ............................................................... 93 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan ......................................................................................... 97 B. Implikasi ............................................................................................. 97 C. Saran ................................................................................................... 98 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 99 LAMPIRAN .................................................................................................. 103
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Hasil Penelitian yang Relevan............................................................ 19 Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan ................................................................................ 32 Tabel 3.2 Operasional Variabel Penelitian ......................................................... 37 Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Penelitian ............................................................ 37 Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ......................... 46 Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ........................................ 46 Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ................. 48 Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Status ..................................... 49 Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas .............................................................................. 50 Tabel 4.6 Hasil Uji Reliabilitas.......................................................................... 52 Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas .......................................................................... 56 Tabel 4.8 Hasil Uji Homogenitas....................................................................... 57 Tabel 4.9 Statistik Deskriptif ............................................................................. 58 Tabel 4.10 KMO dan Barlett's Test .................................................................... 59 Tabel 4.11 Communalities ................................................................................. 60 Tabel 4.12 Total Variance Explained ................................................................. 60 Tabel 4.13 Component Matrix ........................................................................... 61 Tabel 4.14 Rotated Component Matrix .............................................................. 61 Tabel 4.15 Daftar Faktor Terbentuk 1 ................................................................ 61 Tabel 4.16 Daftar Faktor Terbentuk 2 ................................................................ 61 Tabel 4.17 Daftar Faktor Terbentuk 3 ................................................................ 61
xii
Tabel 4.18 Daftar Faktor Terbentuk 4 ................................................................ 61 Tabel 4.19 Component Transformation Matrix .................................................. 61
xiii
DAFTAR GRAFIK Grafik 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ....................... 46 Grafik 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ...................................... 46 Grafik 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ............... 48 Garfik 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Status .................................... 49
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Pendapatan Negara Tahun 2016 ..................................................... 46 Gambar 2.2 Penerimaan Perpajakan dari 2010-2016 ......................................... 46 Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ......................................................................... 46
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kisi-kisi Angket Lampiran 2 Angket Lampiran 3 Hasil Angket Lampiran 4 Uji Validitas dan Reliabilitas Lampiran 5 Uji Analisis Lampiran 6 Surat-surat terkait Lampiran 7 Biografi Penulis
xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Balakang Dalam rangka memajukan kesejahteraan rakyat dapat diwujudkan apabila pemerintah menjalankan pemerintahannya dengan baik dan melaksanakan pembangunan disegala bidang. Hal ini tentunya didukung oleh pembiayaan Negara yang mamadai. Suatu Negara akan berjalan dengan baik ketika sumber keuangan Negara stabil ataupun kuat. Sumber penerimaan dana untuk Negara di dominasi oleh pajak. Sebenarnya, sumber penerimaan Negara ada dua jensi yaitu berasal dari internal maupun eksternal, sumber penerimaan Negara yang berasal dari dalam adalah pajak, dan eksternal adalah penerimaan bukan pajak seperti pemanfaatan sumber daya alam, pinjaman luar negeri dan sebagainya. Sumber dana yang berasal dari eksternal bersifat tidak stabil untuk menangani pembiayaan Negara, dan Negara tidak bisa terus bergantung dari sumber eksternal. Maka dari itu pemerintah mengandalkan penerimaan dari faktor internal yaitu yang berasal dari pajak. Pajak merupakan sumber terbesar pembiayaan Negara. Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan menyebutkan bahwa: “Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.” 1 Pada saat ini pajak memiliki peran yang mendominasi terhadap pendapatan Negara. Salah satu fungsi pajak adalah fungsi penerimaan (budgetair). Pajak berfungsi
sebagai
sumber
dana
yang
digunakan
untuk
membiayai
pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Secara keseluruhan pendapatan Negara di tahun 2016 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan. 1
1
2
ditargetkan
mencapai
Rp.
1.822,5T.
Pendapatan
Negara
yang
paling
mendominasi adalah pendapatan dari hasil pungutan pajak. Hal ini bisa dibuktikan dengan grafik di bawah ini:
sumber : http://www.kemenkeu.go.id/apbn2016 Gambar 1.1 Pendapatan Negara tahun 2016 Dari gambar di atas pendapatan Negara yang dihasilkan melalui pungutan pajak mencapai 75% atau setara dengan Rp. 1.360,2T perbandingan yang sangat jauh jika dibandingkan dengan pendapatan dari objek lain. Pemerintah menargetkan Pendapatan Negara naik Rp.60,9 T dari APBNP 2015 atau tumbuh sebesar 3,5%. Kenaikan tersebut terutama bersumber dari meningkatnya penerimaan perpajakan sebesar Rp57,4 T.2 Dapat dilihat dari grafik di atas pajak sangat mendominasi sumber penerimaan Negara. Hal ini dapat dibuktikan dengan melihat gambar di bawah ini.
2
http://www.kemenkeu.go.id/apbn2016, (di akses pada tanggal 25 Februari 2016)
3
Gambar 1.2 Penerimaan Perpajakan dari tahun 2010 - 2016 Jika dilihat dari gambar 1.2 pertumbuhan perpajakan dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2016 itu tiap tahunnya mengalami peningkatan. Rata-rata pertumbuhan perpajakan dari tahun 2010 sampai dengan 2016 adalah sebesar 13,5%.
3
Pertumbuhan perpajakan terus meningkat di dukung dengan
perekonomian Indonesia yang dikatakan terus meningkat juga. Dana dari penerimaan pajak sebagai sumber utama APBN akan dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan pembangunan suatu Negara. Maka dari itu pengelolaan dana pajak harus dikelola dengan baik agar tujuan pemerintah untuk kesejahteraan rakyat terwujud. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 23A 4 menyebutkan bahwa pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan Negara diatur oleh undang-undang. Pajak merupakan hal yang paling utama untuk dijadikan perhatian, maka dari itu banyak hal yang dilakukan pemerintah untuk terus meningkatkan penerimaan Negara. Dalam hal ini diperlukan peran aktif dari Direktorat Pajak ataupun petugas pajak dalam pemungutan pajak, untuk terus meningkatkan penerimaan pajak. Usaha memaksimalkan penerimaan pajak harus lebih mengarah pada upaya meningkatkan
penerimaan
dengan
berbagai
macam
program.
3
http://www.kemenkeu.go.id/apbn2016 (di akses pada tanggal 25 Februari 2016)
4
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 23A
Upaya
4
memaksimalkan penerimaan pajak juga tidak dapat hanya mengandalkan peran dari Direktorat Jendral Pajak maupun petugas pajak, tetapi dibutuhkan juga peran aktif dari para wajib pajak itu sendiri. 5 Reformasi sistem perpajakan sudah dilakukan pemerintah, sistem perpajakan dari Official Assessment menjadi Self Assessment, Self Assessment System merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar. Hal ini menjadi dasar kepatuhan dan kesadaran wajib pajak dan menjadi faktor yang sangat penting dalam hal untuk mencapai keberhasilan penerimaan pajak. Menganut Self Assessment System membawa misi dan konsekuensi perubahan sikap (kesadaran) warga masyarakat untuk membayar pajak secara sukarela (voluntary compliance). Kepatuhan memenuhi kewajiban perpajakan secara sukarela merupakan tulang punggung sistem Self Assessment. Secara umum, kewajiban perpajakan yang harus dipenuhi oleh wajib pajak berdasarkan sistem Self Assessment adalah: 1. Mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). 2. Membayar dan melaporkan pajak penghasilan dan pajak lainnya. 6 Sistem pemungutan pajak sebenarnya ada tiga macam yaitu: a.
Official Assessment System Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak terutang.
b. Self Assessment System Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada wajib pajak untuk menghitung, 5
Harjanti Puspa Arum., “Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pelayanan Fiskus, dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Kegiatan Usaha dan Pekerjaan Bebas (Studi di Wilayah KPP Pratama Cilacap)”, Skripsi S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Diponegoro, 2012, h.2 6 Siti Masruroh, “Pengaruh Kemanfaatan NPWP, Pemahaman Wajib Pajak, Kualitas Pelayanan, dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris WP OP di Kabupaten Tegal)”, Skripsi S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Diponegoro, 2013, h.3
5
memperhitungkan, membayar, dan melaporan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar. c.
With Holding System Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.7
Pada kenyataannya sistem yang telah dianut di Indonesia masih belum bisa dikatakan berjalan dengan baik, meskipun penerimaan pajak terus meningkat tiap tahun tetapi kepatuhan pajak di Indonesia masih dikatakan rendah, karena masih banyak warga Negara Indonesia yang belum mendaftarkan diri sebagai wajib pajak. Wajib pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif berdasarkan Undang-Undang perpajakan wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP. Memiliki NPWP merupakan sebuah kewajiban bagi setiap wajib pajak. Dengan memiliki NPWP, maka segala aktifitas yang dilakukan oleh wajib pajak akan lebih mudah dan tercatat serta terpantau oleh Direktorat Jendral Pajak. Namun dengan memiliki NPWP tidak menjamin wajib pajak melakukan kewajiban sebagai wajib pajak. Karena masih banyak wajib pajak yang memiliki NPWP tidak melaporkan SPT. Self Assessment System menuntut adanya kesadaran dan peran aktif dari dalam diri masyarakat dalam memenuhi kewajiban sebagai wajib pajak. Dengan sistem seperti ini yang telah diterapkan di Indonesia berharap wajib pajak yang telah memiliki NPWP akan menjadi wajib pajak yang patuh dalam memenuhi kewajibannya sebagai wajib pajak. Kewajiban perpajakan tersebut harus dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang perpajakan yang berlaku. Oleh karena itu wajib pajak perlu pemahaman yang baik dan benar tentang peraturan 7
Siti Masruroh, “Pengaruh Kemanfaatan NPWP, Pemahaman Wajib Pajak, Kualitas Pelayanan, dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris WP OP di Kabupaten Tegal)”, Skripsi S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Diponegoro, 2013, h.14
6
perpajakan yang ada dalam Undang-Undang perpajakan untuk memenuhi kewajiban perpajakan. Pengetahuan dan pemahaman yang dimaksud adalah mengerti dan paham tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan tentang bagaimana cara membayar pajak, melaporkan SPT (Surat Pemberitahuan), mengetahui dimana tempat membayar pajak, mengetahui kapan batas waktu pembayaran atau pelaporan SPT dan mengetahui sanksi yang akan didapatkan jika tidak membayar pajak. Ada kemungkinan rendahnya kepatuhan wajib pajak dikarenakan kurangnya pemahaman tentang tata cara membayar pajak. Hingga tahun 2015, Wajib Pajak (WP) yang terdaftar dalam sistem administrasi Direktorat Jenderal Pajak (DJP) mencapai 30.044.103 WP, yang terdiri atas 2.472.632 WP Badan, 5.239.385 WP Orang Pribadi (OP) Non Karyawan, dan 22.332.086 WP OP Karyawan. Hal ini cukup memprihatinkan mengingat menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), hingga tahun 2013, jumlah penduduk Indonesia yang bekerja mencapai 93,72 juta orang. Artinya baru sekitar 29,4% dari total jumlah Orang Pribadi Pekerja dan berpenghasilan di Indonesia yang mendaftarkan diri atau terdaftar sebagai Wajib Pajak. Meskipun begitu tingkat kepatuhan Wajib Pajak (WP) di DKI Jakarta telah mengalami peningkatan di tahun 2015, pada tahun 2014 kepatuhan Wajib Pajak (WP) membayar PPh di DKI mencapai 70 persen, di tahun 2015 angka tersebut naik menjadi 92 persen, angka yang cukup tinggi. Walaupun tingkat kepatuhan Wajib Pajak di DKI Jakarta mengalami peningkatan tetapi itu belum mencapai target pemerintah, pemerintah merencanakan tingkat kepatuhan mencapai 100 persen di tahun 2016 ini. 8
8 http://www.pajak.go.id/content/article/refleksi-tingkat-kepatuhan-wajib-pajak, (di akses pada 23 Mei 2016 pukul 21.11)
7
Tabel 1.1 Jumlah Wajib Pajak Terdaftar sampai Tahun 2015 Wajib Pajak Badan Wajib Pajak Orang Pribadi Karyawan Wajib Pajak Orang Pribadi Non Karyawan Jumlah
2.472.632 22.332.086 5.239.385 30.044.103
Dengan data di atas tidak dapat dipungkiri masih ada saja perusahaan atau orang pribadi yang tidak mau membayar pajak karena menganggap membayar pajak merupakan sebuah kerugian. Kecenderungan tersebut merupakan persoalan yang cukup serius bagi Direktorat Jenderal Pajak. Kepatuhan Wajib Pajak sangat berdampak terhadap penerimaan pajak dan juga berdampak terhadap penerimaan Negara. Jika penerimaan Negara dari sektor pajak berkurang hal ini akan sangat mempengaruhi keuangan Negara. Hal tersebut akan menjadi kendala yang besar bagi pemerntah dalam proses pembangunan Negara. Kajian seperti ini merupakan hal yang penting untuk terus meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Faktor-faktor yang mungkin menjadi pengaruh kepatuhan pajak seperti, tarif pajak, hukum pajak, manfaat NPWP, sanksi pajak, pemahaman Wajib Pajak, pengetahuan dasar perpajakan, kesadaran Wajib Pajak, pendidikan, kualitas pelayanan pajak, reformasi administrasi perpajakan, modernisasi sistem administrasi perpajakan, penerapan e-Filing, pengawasan Account Representative, biaya kepatuhan (Compliance Cost), sosialisasi pajak, dan tingkat pendapatan. Dalam penelitian Marvina Ramdhan (2015) tentang pengaruh hukum pajak dan sanksi administrasi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak, dengan hasil penelitian bahwa hukum perpajakan dan sanksi pajak memberikan pengaruh besar terhadap kepatuhan wajib pajak. Penelitian Masruroh (2013) mengenai pengaruh kemanfaatan NPWP, pemahaman wajib pajak, kualitas pelayanan dan sanksi perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak dengan jumlah responden sebanyak 100 wajib pajak dengan hasil penelitian bahwa pemahaman wajib pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Sedangkan kemanfaatan NPWP, kualitas
8
pelayanan dan sanksi perpajakan tidak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Penelitian dari Nova Kristanty, Siti Khairani dan Icha Fajriana yang meneliti tentang pengaruh pengetahuan wajib pajak, tarif pajak, dan penyuluhan pajak terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak badan di kantor pelayanan pajak madya Palembang. Hasilnya menunjukkan bahwa pengetahuan wajib pajak, tarif pajak, dan penyuluhan wajib pajak memiliki pengaruh yang signifikan sebesar 36,6% terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak badan di kantor pelayanan pajak madya Palembang. Penelitian lain oleh Berly Angkoso (2010) adalah pengaruh refromasi administrasi perpajakan, pengetahuan dasar wajib pajak tentang perpajakan dan kesadaran wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak pada kantor pelayanan pajak pratama Jakarta Selatan, penelitian ini dilakukan pada 6 kantor pelayanan pajak pratama di wilayah Jakarta Selatan dengan hasil penelitian reformasi administrasi perpajakan, pengetahuan dasar wajib pajak tentang perpajakan dan kesadaran perpajakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Dalam
penelitian
Sandi
(2010)
pengaruh
pelayanan,
konsultasi,
dan pengawasan Account Representative terhadap kepatuhan wajib pajak yang menyatakan pelayanan dan pengawasan account representative berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak, sedangkan konsultasi tidak berpengaruh secara signifikan. Secara simultan variabel pelayanan, konsultasi dan pengawasan
account
representative
berpengaruh
secara
signifikan terh
adap kepatuhan wajib pajak. Ernawati (2014) juga melakukan penelitian dengan judul pengaruh tingkat pendidikan, pendapatan dan kualitas pelayanan fiskus terhadap kepatuhan wajib pajak di kantor pelayanan pajak pratama Bulukumba dengan hasil tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan kualitas pelayanan fiskus berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak.
9
Agus Nugroho Jatmiko (2013) meneliti pengaruh sanksi denda, pelayanan fiskus dan kesadaran perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak, dengan menggunakan metode regresi berganda memiliki hasil bahwa sikap wajib pajak terhadap pelaksanaan sanksi denda, sikap wajib pajak terhadap pelayanan fiskus dan sikap wajib pajak terhadap kesadaran perpajakan memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganilisis faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak. Kajian seperti ini merupakan hal yang penting untuk terus meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Faktor-faktor yang mungkin menjadi pengaruh kepatuhan pajak seperti, tarif pajak, hukum pajak, manfaat NPWP, sanksi pajak, pemahaman Wajib Pajak, pengetahuan dasar perpajakan, kesadaran Wajib Pajak, pendidikan, kualitas pelayanan pajak, reformasi administrasi perpajakan, modernisasi sistem administrasi perpajakan, penerapan e-Filing, pengawasan Account Representative, biaya kepatuhan (Compliance Cost), sosialisasi pajak, dan tingkat pendapatan. Saya tertarik untuk melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan. Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa peran wajib pajak sangat penting untuk meningkatkan pendapatan Negara dalam penerimaan pajak. Dengan menambah dua variabel penelitian yaitu penerapan e-filing dan pengawasan Account Representative. Berdasarkan uraian mengenai hasil dari penelitian-penelitian terdahulu, memberikan motivasi untuk melakukan penelitian kembali mengenai beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam bentuk skripsi dengan judul “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN PAJAK ORANG PRIBADI (Studi Kasus di KPP Pratama Kalideres)” B. Identifikasi
Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang dapat diidentifikasi adalah: 1. Adanya kenaikan tingkat kepatuhan pajak, tetapi belum mencapai target pemerintah.
10
2. Direktorat Jenderal Pajak belum maksimal dalam menerapkan sistem perpajakan yang terbaru. 3. Masih banyak Wajib Pajak yang tidak membayarkan pajaknya. C. Pembatasan Masalah Agar permasalahan penelitian menjadi lebih spesifik, maka perlu dilakukan pembatasan masalah, Penelitian ini menguji faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi tingkat kepatuhan wajib pajak. Faktor-faktor yang akan diteliti adalah tarif pajak, hukum pajak, manfaat NPWP, sanksi pajak, pemahaman Wajib Pajak, pengetahuan dasar perpajakan, kesadaran Wajib Pajak, pendidikan, kualitas pelayanan pajak, reformasi administrasi perpajakan, modernisasi sistem administrasi perpajakan, penerapan E-Filing, pengawasan Account Reprsentative, biaya kepatuhan (Compliance Cost), sosialisasi pajak, tingkat pendapatan dan pengaruh struktur pengendalian internal. D. Perumusan Masalah Masalah yang terjadi pada saat ini adalah tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi yang masih rendah. Berdasarkan hal tersebut maka dirumuskan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama Kalideres? E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: Untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama Kalideres. F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan kegunaan baik secara teoritis maupun secara praktis. 1.
Secara Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperkaya pengetahuan mengenai perpajakan khususnya dalam kepatuhan pajak.
11
2.
Secara Praktis a. Bagi Direktorat Jenderal Pajak, hasil penelitian diharapkan mampu memberikan masukan dalam upaya meningkatkan kepatuhan wajib pajak melalui peningkatan kualitas pelayanan dan pemberian sanksi perpajakan. b. Bagi peneliti selanjutnya, hasil dalam penelitian ini dapat dijadikan literature bagi penelitian selanjutnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak. c. Bagi wajib pajak, hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai kontribusi dalam usaha peningkatan kepatuhan wajib pajak dengan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak. serta sebagai cerminan bagi wajib pajak untuk menjadi wajib pajak yang patuh terhadap ketentuan perpajakan di Indonesia.
BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. Landasan Teori 1. Dasar-dasar Perpajakan
a. Pengertian Pajak Pajak menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang perubahan Ketiga atas Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.9 Pajak dalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. 10 Pajak dari persepektif ekonomi dapat dipahami sebagai beralihnya sumber dari kepada sektor publik. Pemahaman ini memberi gambaran bahwa adanya pajak menyebabkan dua situasi menjadi berubah. Pertama, berkurangnya kemampuan individu dalam menguasai sumber daya untuk kepentingan penguasaan barang dan jasa. Kedua, bertambahnya kemampuan keuangan negara dalam penyediaan barang dan jasa publik yang merupakan kebutuhan masyarakat.11 Dapat disimpulkan pengertian pajak adalah kewajiban menyerahkan sebagian kekayaan yang dimiliki Wajib Pajak ke kas Negara yang sifatnya memaksa.
9
Thomas Sumarsan, Perpajakan Indonesia Edisi 2 : Pedoman Perpajakan yang Lengkap Berdasarkan Undang-Undang Terbaru, (Jakarta : PT. Indeks, cetakan kesatu 2012), h. 4. 10 Siti Resmi, Perpajakan : Teori dan Kasus Edisi 6, (Jakarta : Penerbit Salemba Empat, 2011), h.1. 11 Sumarsan, Perpajakan Indonesia Edisi 2 : Pedoman Perpajakan yang Lengkap Berdasarkan Undang-Undang Terbaru, (Jakarta : PT. Indeks, cetakan kesatu 2012), h. 4.
12
13
b. Fungsi Pajak Pajak memiliki peranan penting dalam sebuah negara, khususnya dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber pendapatan negara untuk membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan. Pajak memiliki beberapa fungsi, yaitu: 1) Fungsi Penerima (Budgetair) Pajak berfungsi untuk menghimpun dana dari masyarakat bagi kas
negara,
yang
diperuntukkan
bagi
pembiayaan
pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Biaya ini dapat diperoleh dari penerimaan pajak. 2) Fungsi Pengatur (Regulerend) Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur struktur pendapatan ditengah masyarakat dan struktur kekayaan antara para pelaku ekonomi. Fungsi ini sering menjadi tujuan pokok dari sistem pajak, paling tidak dalam sistem perpajakan yang benar tidak terjadi pertentangan dengan kebijaksanaan negara dalam bidanng ekonomi dan sosial. 12
c. Sistem Pemungutan Pajak Sistem pemungutan pajak dibagi menjadi : 1) Official Assessment System Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pemerintah untuk menentukan besarnya pajak terutang. 2) Self Assessment System Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada wajib pajak untuk
menghitung,
memperhitungkan,
membayar,
dan
melaporan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar.
12
Sumarsan, Perpajakan Indonesia Edisi 2 : Pedoman Perpajakan yang Lengkap Berdasarkan Undang-Undang Terbaru, (Jakarta : PT. Indeks, cetakan kesatu 2012), h. 11.
14
3) With Holding System Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga untuk
memotong atau
memungut besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.13
d. Hukum Perpajakan Hukum pajak adalah
suatu kumpulan peraturan-peraturan yang
mengatur hubungan antara pemerintah sebagai penerima pajak dan rakyat sebagai pembayar pajak.14 Jika memperhatikan materinya, Hukum Pajak dibedakan menjadi hukum pajak materiil dan hukum pajak formil, yaitu : 1) Hukum pajak materill, memuat norma-norma yang menerangkan keadaan, perbuatan, peristiwa hukum yang dikenakan pajak (objek pajak), siapa yang dikenakan pajak (subjek pajak), berapa besar pajak yang dikenakan, segala sesuatu yang timbul dan dihapusnya
utang
pajak,
dan
hubungan
hukum
antara
pemerintah da wajib pajak. 2) Hukum pajak formil,
memuat
bentuk tata cara untuk
mewujudkan hukum materiil menjadi kenyataan, hukum pajak formil ini memuat, antara lain : a) Tata cara penetapan pajak b) Hak-hak aparat pajak untuk mengawasi wajib pajak mengenai keadaan, perbuatan, dan peristiwa yang dapat menimbulkan utang pajak c) Kewajiban wajib pajak sebagai contoh penyelenggaraan pembukuan,
pencatatan,
dan
hak-hak
wajib
pajak
mengajukan keberatan dan banding. 15
e. Sanksi Perpajakan Menurut Mardiasmo, "Sanksi perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan Undang-Undang perpajakan dipatuhi atau bisa dengan kata 13 Sumarsan, Perpajakan Indonesia Edisi 2 : Pedoman Perpajakan yang Lengkap Berdasarkan Undang-Undang Terbaru, (Jakarta : PT. Indeks, cetakan kesatu 2012), h. 14. 14 Mardiasmo, Perpajakan Edisi Revisi, (Yogyakarta : ANDI OFSET, 2008), h. 4 15 Mardiasmo, Perpajakan Edisi Revisi, (Yogyakarta : ANDI OFSET, 2008), h. 5.
15
lain sanksi perpajakan merupakan alat pencegahan agar wajib pajak tidak melanggar norma perpajakan."16 Dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan disebutkan bahwa ada dua macam sanksi, yaitu : 1) Sanksi administrasi yang terdiri dari : a) Sanksi administrasi berupa denda. b) Sanksi administrasi berupa bunga. c) Sanksi administrasi berupa kenaikan. 2) Sanksi pidana yang terdiri dari : a)
Pidana kurungan.
b) Pidana penjara.17 Terdapat empat hal yang diharapkan atau dituntut dari wajib pajak apabila dikaitkan dengan Undang-Undang Perpajakan yang berlaku, yaitu: 1. Dituntut kepatuhan (compliance) wajib pajak dalam membayar pajak yang dilaksanakan dengan kesadaran penuh. 2. Dituntut tanggung jawab (responsibility) wajib pajak dalam menyampaikan atau memasukan Surat Pemberitahuan tepat waktu sesuai Pasal 3 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983. 3. Dituntut kejujuran (honesty) wajib pajak dalam mengisi Surat Pemberitahuan sesuai dengan keadaan sebenarnya. 4. Memberikan sanksi (law enforcement) yang lebih berat kepada wajib pajak yang tidak taat pada ketentuan yang berlaku. 18 Pemberian sanksi (law enforcement) tanpa memandang golongan
16
Mardiasmo, Perpajakan Edisi Revisi, (Yogyakarta : ANDI OFSET, 2008), h. 57. Mardiasmo, Perpajakan Edisi Revisi, (Yogyakarta : ANDI OFSET, 2008), h. 57., 18 Arum, “Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pelayanan Fiskus, dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Kegiatan Usaha dan Pekerjaan Bebas (Studi di Wilayah KPP Pratama Cilacap)”, Skripsi S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Diponegoro, 2012, h.23. 17
16
dan dilaksanakan secara konsekuen merupakan cara yang paling efektif dari keempat hal di atas.19 Wajib pajak akan patuh membayar pajak bila memandang sanksi perpajakan akan lebih banyak merugikannya. 20 Namun, pada saat ini tidak sedikit wajib pajak yang menganggap remeh dan menyepelekan sanksi perpajakan. Wajib pajak berpikir bahwa sanksi perpajakan yang diberlakukan tidak menakutkan. Di masa sekarang ini bahkan wajib pajak tidak segan untuk menyuap aparat pajak agar dapat terbebas dari sanksi. Padahal pengenaan sanksi perpajakan bertujuan untuk menciptakan kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.
f. Pengertian Wajib Pajak Wajib pajak atau disebut juga subjek pajak adalah orang pribadi atau badan
yang
menurut
ketentuan
peraturan
perundang-undangan
perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungut pajak dan pemotong pajak tertentu.21 Menurut Pasal 1 UU No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang–undangan perpajakan. Jadi dapat disimpulkan bahwa wajib pajak dapat terbagi menjadi dua, yaitu wajib pajak orang pribadi dan wajib pajak badan. 22
g. Pengertian Objek Pajak 19
Arum, “Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pelayanan Fiskus, dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Kegiatan Usaha dan Pekerjaan Bebas (Studi di Wilayah KPP Pratama Cilacap)”, Skripsi S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Diponegoro, 2012, h.23. 20 Jatmiko, “Pengaruh Sikap Pajak Pada Pelaksanaan Sanksi Denda, Pelayanan Fiskus dan Kesadaran Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris WP OP di Kota Semarang)”, Tesis S2 Program Pascasarjana, Universitas Diponegoro, 2013, h. 20. 21 Resmi, Perpajakan : Teori dan Kasus Edisi 6, (Jakarta : Penerbit Salemba Empat, 2011), h.75. 22 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan.
17
Objek pajak adalah segala sesuatu (barang, jasa, kegiatan atau keadaan) yang dikenakan pajak. Objek pajak penghasilan adalah penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak.23
h. Tarif Pajak Tarif pajak adalah ketentuan persentase (%) atau jumlah (rupiah) pajak yang harus dibayar oleh Wajib Pajak sesuai dengan dasar pajak atau objek pajak. Tarif pajak digunakan dalam perhitungan besarnya pajak terutang dengan kata lain tarif pajak merupakan tarif yang digunakan untuk menentukan besarnya pajak yang harus dibayar. Secara umum, tarif pajak dinyatakan dalam bentuk persen. Berdasarkan pola persen pajak, tarif pajak dibagi menjadi 4 macam, antara lain: 1) Tarif pajak proporsional atau sebanding Tarif pajak proporsional adalah presentase penggunaan pajak yang tetap atas berapapun dasar pengenaan pajaknya. 2) Tarif pajak tetap Tarif pajak tetap adalah jumah nominal pajak yang tetap terhadap berapapun yang menjadi dasar pengenaan pajak. Contohnya, tarif atas bea materai. 3) Tarif pajak degresif Tarif pajak degresif adalah presentase pajak yang menurun seiring dengan peningkatan dasar pengenaan pajaknya. 4) Tarif pajak progresif Tarif pajak progresif adalah presentase pajak yang bertambah seirinng dengan peninngkatan dasar pengenaan pajaknya. 24 2. Manfaat NPWP
23
h.78.
24
Resmi, Perpajakan : Teori dan Kasus Edisi 6, (Jakarta : Penerbit Salemba Empat, 2011),
Supramono dan Theresia Woro Damayanti, Perpajakan Indonesia Mekanisme dan Perhitungan, (Yogyakarta : ANDI Offset, 2010), h.7.
18
Dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan dalam Pasal 1 menyatakan bahwa, “Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.”25 Pasal 2 menyatakan bahwa, “Setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan wajib mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak dan kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak.” Sesuai dengan ketentuan UU No. 18 Tahun 2000, sistem pemungutan pajak di Indonesia adalah Self Assessment System. Semua Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif wajib mendaftarkan diri ke kantor Direktorat Jendral Pajak untuk dicatat sebagai Wajib Pajak dan sekaligus untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak. 26 Pasal 2 ayat (4) Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 Direktorat Jenderal Pajak diberikan kewenangan untuk memberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) secara jabatan kepada wajib pajak.
27
Hal ini
menunjukan bahwa wajib pajak harus memilik NPWP, kesadaran kepemilikan NPWP bukan hanya dari wajib pajak yang sukarela mendaftarkan diri tetapi juga dapat dipaksakan oleh pemerintah yang diberikan wewenang untuk mengurus masalah pajak atas dasar peraturan perunsang-undangan. NPWP
25
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan. 26
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan. 27
19
bisa diberikan secara jabatan apabila data yang diperoleh atau dimiliki Direktorat Jenderal Pajak menunjukan bahwa wajib pajak tersebut telah memenuhi syarat untuk memiliki NPWP. Fungsi NPWP adalah sebagai tanda pengenal diri dan untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan pengawasan administrasi perpajakan. Terdapat beberapa manfaat yang diperoleh Wajib Pajak jika memiliki NPWP yaitu : a.
Wajib pajak dapat menghitung sendiri pajak yang wajib dibayarkan dan wajib pajak dapat meminta restitusi atau pembayaran kembali jika wajib pajak kelebihan dalam membayar pajak.
b. Tarif pajak PPh pasal 21 lebih tinggi 20% dan tarif PPh pasal 23 lebih tinggi 100% dapat dihindari. c.
Wajib pajak dapat menjalankan transaksi yang mensyaratkan kepemilikan NPWP, misalnya dalam mengajukan kredit, penjualan tanah dan sebagainya.
d. Bebas fiskal luar negeri jika bepergian keluar negeri e.
Jika terjadi kekeliruan atau penetapan sepihak, wajib pajak dapat menggunakan
hak
untuk
mengajukan
keberatan,
banding,
pembatalan ketetapan, pengurangan sanksi, dan sebagainya. f.
Berhak mendapatkan pelayanan dari petugas pajak, baik yang bersifat informatif maupun teknis seperti ketika akan melakukan impor barang, pengajuan syarat ikut lelang pemerintah dan sebagainya. 28
Fungsi NPWP yang disebutkan dalam UU KUP antara lain : a.
Sebagai sarana dalam administrasi perpajakan.
b.
Sebagai identitas wajib pajak.
c.
Menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan pengawasan administrasi perpajakan.
28
Yustinus Prastowo, Manfaat dan Risiko Memiliki NPWP, (Jakarta : Raih Asa Sukses, 2009), h.18.
20
d.
Dicantumkan dalam setiap dokumen perpajakan. 29
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 dalam Pasal 39, setiap orang yang dengan sengaja tidak mendaftarkan diri untuk diberikan NPWP sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara maka akan dikenai sanksi. Sanksi tersebut yaitu sanksi pidana penjara paling singkat enam bulan dan paling lama enam tahun dan denda paling sedikit dua kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak empat kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar. 30 3. Pemahaman Wajib Pajak Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayaran pajak, pemotongan pajak dan pemungutan pajak yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan Undang-Undang. Pengetahuan dan pemahaman akan peraturan perpajakan adalah proses dimana wajib pajak mengetahui tentang perpajakan dan mengaplikasikan pengetahuan itu untuk membayar pajak.31 Pemahaman yang dimaksud adalah mengerti dan paham tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan tentang bagaimana cara membayar pajak, melaporkan SPT (Surat Pemberitahuan), mengetahui dimana tempat membayar pajak, mengetahui kapan batas waktu pembayaran atau pelaporan SPT dan mengetahui sanksi yang akan didapatkan jika tidak membayar pajak. Sesuai dengan sistem yang telah diterapkan di Indonesia yaitu Self Assessment System yang telah diberi kepercayaan untuk menghitung, membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayarkan. Sistem tersebut mengharuskan peran aktif dari wajib pajak itu sendiri untuk memenuhi kewajiban dalam membayar pajak. Kewajiban perpajakan tersebut 29
Prastowo, Manfaat dan Risiko Memiliki NPWP, (Jakarta : Raih Asa Sukses, 2009), h.18. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan. 31 Siti Masruroh, “Pengaruh Kemanfaatan NPWP, Pemahaman Wajib Pajak, Kualitas Pelayanan, dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris WP OP di Kabupaten Tegal)”, Skripsi S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Diponegoro, 2013, h.23. 30
21
harus dilaksanakan sesuai aturan undang-undang perpajakan yang berlaku di Indonesia. Dalam hal ini wajib pajak harus mempunyai pemahaman yang baik tentang aturan perpajakan yang berlaku untuk memenuhi kewajiban perpajakan. Kesadaran dan kedisiplinan dari masyarakat sangat diperlukan untuk memahami
dan
mematuhi
kewajiban perpajakan.
Semua
ketentuan
pemenuhan kewajiban perpajakan dapat dilakukan dengan baik oleh wajib pajak apabila wajib pajak memiliki pengetahuan yang cukup mengenai keempat hal berikut: a.
Pengisian Surat Pemberitahuan (SPT) secara benar, sehingga wajib pajak harus memiliki pemahaman yang cukup mengenai pengisian SPT.
b.
Penghitungan pajak sesuai dengan pajak terutang yang ditanggung oleh wajib pajak, sehingga wajib pajak harus memiliki pemahaman yang cukup dalam menghitung pajak terutang yang ditanggung oleh wajib pajak.
c.
Penyetoran pajak (pembayaran) secara tepat waktu sesuai yang ditentukan, sehingga wajib pajak harus mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai hal-hal yang berhubungan dengan penyetoran pajak.
d.
Pelaporan atas pajaknya ke kantor pajak setempat oleh wajib pajak. Pemenuhan kewajiban perpajakan akan terlaksana dengan baik jika didukung dengan pemahaman wajib pajak yang baik mengenai peraturan perpajakan.32
Pemahaman
tersebut
akan
memudahkan
wajib
pajak
dalam
melaksanakan kewajiban perpajakan. Wajib pajak yang tidak memahami peraturan perpajakan secara jelas akan cenderung menjadi wajib pajak yang tidak patuh. Demikian pula sebaliknya, semakin wajib pajak paham mengenai 32
Masruroh, “Pengaruh Kemanfaatan NPWP, Pemahaman Wajib Pajak, Kualitas Pelayanan, dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris WP OP di Kabupaten Tegal)”, Skripsi S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Diponegoro, 2013, h.23.
22
peraturan perpajakan, maka wajib pajak akan cenderung menjadi wajib pajak yang patuh. Dapat disimpulkan bahwa pemahaman dapat dijadikan dugaan sebagai pengaruh dalam kepatuhan wajib pajak. 4. Pengetahuan Dasar Perpajakan Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui proses sensoris khususnya mata dan telinga terhadap objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku terbuka. Perilaku yang didasari pengetahuan bersifat lama. 33 Pengetahuan seorang Melalui
Pajak
wajib pajak pendidikan
yaitu melalui
formal
langkah upaya
dan
non
pendewasaan pengajaran
formal
dapat
dan
pemikiran pelatihan.
meningkatkan
pengetahuan wajib pajak, karena pengetahuan perpajakan merupakan hal yang paling
mendasar harus dimiliki wajib pajak.34
Pengetahuan dasar perpajakan adalah pemahaman wajib pajak mengenai hukum Undang-undang, tata cara perpajakan yang benar. Pengetahuan akan peraturan perpajakan masyarakat melalui pendidikan formal maupun non formal akan berdampak positif terhadap kesadaran wajib pajak untuk membayar pajak. Pengetahuan perpajakan dalam sistem perpajakan yang baru, wajib pajak diberi kepercayaan untuk menghitung, membayar dan melaporkan sendiri pajak terutangnya.35 5. Kesadaran Wajib Pajak Menurut Suyatmin dalam tesis Jatmiko, kesadaran adalah keadaan mengetahui atau mengerti, sedangkan perpajakan adalah perihal pajak. Sehingga kesadaranperpajakan adalah keadaan mengetahui atau mengerti perihal pajak. Penilaian positif masyarakat wajib pajak terhadap pelaksanaan fungsi negara oleh pemerintah akan menggerakkan 33
h.5.
34
Sunaryo, Psikologi Untuk Keperawatan, (Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2002),
Evi Susilawati dan Ketut Budiarthi, “Pengaruh kesadaran wajib pajak, pengetahuan pajak, sanksi perpajakan dan akuntabilitas pelayanan publik pada kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak kendaraan bermotor”, E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 4.2 (2013), h.349. 35 Nova Kristanty dkk, "Pengaruh Pengetahuan Wajib Pajak, Tarif Pajak, dan Penyuluhan Pajak terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan di Kantor Pelayanan Pajak Madya Palembang", Jurnal Akuntansi STIE MDP Palembang, h.3.
23
masyarakat untuk mematuhi kewajibannya untuk membayar pajak. 36 Indonesia telah menerapkan Self Assessment System, yang mana dalam sistem tersebut wajib pajak diberikan kepercayaan penuh untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri pajak terutangnya. Dengan telah diterapkannya seperti itu diharapkan adanya kesadaran sendiri dari wajib pajak untuk melaksanakan tanggung
jawabnya secara penuh.
Kesadaran perpajakan masyarakat yang rendah seringkali menjadi salah satu sebab banyaknya potensi pajak tidak dapat dijaring. 37 Artinya jika kesadaran masyarakat masih rendah, maka tingkat kepatuhan wajib pajak juga masih dikatakan rendah. Kesadaran wajib pajak atas perpajakan sangat diperlukan dengan tujuan meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Secara empiris juga telah dibuktikan bahwa makin tinggi kesadaran perpajakan wajib pajak maka makin tinggi tingkat kepatuhan wajib pajak. 38 6. Tingkat Pendidikan Tujuan pendidikan nasional menurut GBHN adalah pendidikan yang bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa diselenggarakan secara terpadu dan diarahkan pada peningkatan kualitas serta pemerataan pendidikan terutama peningkatan kualitas pendidikan dasar serta jumlah dan kualitas kejuruan. Pendidikan yang diselenggarakan di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat harus mampu meningkatkan kualitas manusia dan menumbutuhkan kesadaran, serta sikap budaya bangsa untuk selalu berupaya menambah pengetahuan dan keterampilan, serta mengamalkannya sehingga terwujud manusia-manusia masyarakat Indonesia yang beriman dan bertaqwa
36
Jatmiko, “Pengaruh Sikap Pajak Pada Pelaksanaan Sanksi Denda, Pelayanan Fiskus dan Kesadaran Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris WP OP di Kota Semarang)”, Tesis S2 Program Pascasarjana, Universitas Diponegoro, 2013, h. 21. 37 Jatmiko, “Pengaruh Sikap Pajak Pada Pelaksanaan Sanksi Denda, Pelayanan Fiskus dan Kesadaran Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris WP OP di Kota Semarang)”, Tesis S2 Program Pascasarjana, Universitas Diponegoro, 2013, h.23. 38 Jatmiko, “Pengaruh Sikap Pajak Pada Pelaksanaan Sanksi Denda, Pelayanan Fiskus dan Kesadaran Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris WP OP di Kota Semarang)”, Tesis S2 Program Pascasarjana, Universitas Diponegoro, 2013, h.23.
24
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, lebih maju, mandiri, berkualitas dan menghargai setiap jenis pekerjaan yang memiliki harkat dan martabat filsafah Pancasila.39 Tingkat Pendidikan yang semakin tinggi akan meyebabkan masyarakat lebih mudah memahami ketentuan dan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan yang berlaku. Tingkat Pendidikan yang rendah akan berpeluang wajib pajak malas melaksanakan kewajiban perpajakan karena kurangnya pemahaman mereka terhadap sistem perpajakan yang telah diterapkan.40 Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan menjadikan seseorang tersebut lebih mudah untuk memahami dan mengerti segala hal, dalam hal perpajakan seseorang akan mampu memahami tata cara ketentuan perpajakan dan Undang-Undang yang berlaku. Sedangkan rendahnya tingkat pendidikan seseorang kemungkinan besar akan mempersulit orang tersebut memahami sesuatu dan memungkinkan wajib pajak tidak melaksanakan kewajibannya sebagai wajib pajak karena kurangnya pemahaman terhadap sistem perpajakan yang diterapkan, dan kurangnya pemahaman cara membayar pajak. 7. Kualitas Pelayanan Pajak Pelayanan adalah suatu proses bantuan kepada orang lain dengan cara-cara tertentu yang memerlukan kepekaan dan hubungan interpersonal agar tercipta kepuasan dan keberhasilan. 41 Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik Pasal 1, “Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan
pelayanan
sesuai
dengan
peraturan
perundangundangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, 39
Ernawati, "Pengaruh Tingkat Pendidikan, Pendapatan, dan Kualitas Pelayanan Fiskus terhdapa Kepatuhan Wajib Pajak", Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Hasanuddin Makasar, 2014, h.17. 40 Rolalita Lukmana Putri, "Pengaruh Motivasi Membayar Pajak dan Tingkat Pendidikan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi", Skripsi S1 Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Yogyakarta, 2016, h.20. 41 Masruroh, “Pengaruh Kemanfaatan NPWP, Pemahaman Wajib Pajak, Kualitas Pelayanan, dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris WP OP di Kabupaten Tegal)”, Skripsi S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Diponegoro, 2013, h.25.
25
dan pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.” 42 Pelayanan pada sektor perpajakan dapat diartikan sebagai pelayanan yang diberikan oleh Direktorat Jenderal Pajak kepada wajib pajak untuk membantu wajib pajak memenuhi kewajiban perpajakannya. 43 Pelayanan yang berkualitas adalah pelayanan yang dapat memberikan kepuasan kepada wajib pajak dan tetap dalam batas memenuhi standar pelayanan yang dapat dipertangungjawabkan serta harus dilakukan secara terus-menerus. Kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pihak yang menginginkannya. 44 Dengan demikian, kualitas yang dimaksud di sini adalah kondisi dinamis yang dapat menghasilkan: a.
Produk yang memenuhi atau melebihi harapan wajib pajak.
b. Jasa yang memenuhi atau melebihi harapan wajib pajak. c.
Suatu proses yang memenuhi atau melebihi harapan wajib pajak.
d. Lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan wajib pajak. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-84/PJ/2011 Tentang Pelayanan Prima menjelaskan bahwa, “Pelayanan yang baik adalah sentra dan indikator utama dalam membangun citra Direktorat Jenderal Pajak, sehingga kualitas pelayanan harus terus menerus ditingkatkan dalam rangka mewujudkan harapan dan membangun kepercayaan seluruh stakeholder perpajakan terhadap Direktorat Jenderal Pajak.” 45 Strategi Direktorat Jenderal Pajak dalam rangka mewujudkan tingkat kepercayaan masyarakat dan upaya untuk mencapai tingkat kepuasan yang
42
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik Pasal 1 Masruroh, “Pengaruh Kemanfaatan NPWP, Pemahaman Wajib Pajak, Kualitas Pelayanan, dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris WP OP di Kabupaten Tegal)”, Skripsi S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Diponegoro, 2013, h.25. 44 Masruroh, “Pengaruh Kemanfaatan NPWP, Pemahaman Wajib Pajak, Kualitas Pelayanan, dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris WP OP di Kabupaten Tegal)”, Skripsi S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Diponegoro, 2013, h. 25. 45 Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-84/PJ/2011 Tentang Pelayanan Prima 43
26
tinggi adalah dengan meningkatkan kualitas pelayananpajak kepada wajib pajak. Hal ini diwujudkan melalui Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE84/PJ/2011 Tentang Pelayanan Prima yang menjadi pedoman bagi aparat pajak dalam melaksanakan pelayanan kepada wajib pajak. Pelayanan Prima yang dilakukan Direktorat Jenderal Pajak secara tidak langsung akan dapat menamankan citra positif. Konsep pelayanan prima merupakan pelayanan ideal, yang mengadopsi pelayanan terbaik dan universal yang telah disesuaikan dengan situasi dan kondisi lingkungan Direktorat Jenderal Pajak. Disadari sepenuhnya bahwa proses tersebut tidak memberikan hasil dalam waktu singkat, namun demikian diharapkan kepatuhan sukarela akan terbentuk, dengan sinergi dalam pelayanan dan kehumasan dan ditambah komunikasi internal dan eksternal, diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada Direktorat Jenderal Pajak. 46 Ada lima dimensi yang digunakan untuk menilai kualitas pelayanan, yaitu: 1. Kehandalan (Reliability) Kehandalan berkaitan dengan kemampuan aparat pajak untuk memberikan pelayanan yang akurat sejak pertama kali tanpa membuat kesalahan apapun dan menyampaikan pelayanan sesuai dengan waktu yang disepakati. 2. Daya Tanggap (Responsiveness) Daya tanggap berkenaan dengan kesediaan dan kemampuan aparat pajak untuk membantu wajib pajak dan merespon permintaan mereka, serta menginformasikan kapan pelayanan akan diberikan dan kemudian memberikan pelayanan secara cepat. 3. Jaminan (Assurance) Jaminan yaitu perilaku aparat pajak mampu menumbuhkan kepercayaan dan menciptakan rasa aman bagi wajib pajak. Jaminan juga berarti bahwa aparat pajak selalu bersikap sopan dan menguasai 46
http://www.pajak.go.id/blog-entry/kp2kpngabang/pelayanan-prima-salah-satu-kuncisukses-penerimaan-pajak, (di akses pada tanggal 25 Februari 2016).
27
pengetahuan dan ketrampilan yang dibutuhkan untuk menangani setiap pertanyaan atau masalah wajib pajak. 4. Empati (Emphaty) Empati berarti aparat pajak memahami masalah wajib pajak dan bertindak demi kepentingan wajib pajak, serta memberikan perhatian personal kepada wajib pajak dan memiliki jam operasi yang nyaman. 5. Bukti Fisik (Tangibles) Bukti fisik berkenaan dengan daya tarik fasilitas fisik, perlengkapan, dan material yang digunakan aparat pajak, serta penampilan aparat pajak. 47 Kualitas pelayanan pajak berhubungan erat dengan kepatuhan wajib pajak. Jika pelayanan yang dilakukan aparat pajak baik dan memberikan kesan baik terhadap wajib pajak ada kemungkinan wajib pajak akan rajin dalam melaporkan SPT dan membayar pajak, begitu pun sebaliknya jika pelayanan tidak baik akan ada kemungkinan hal tersebut yang dapat membuat wajib pajak malas untuk melaporkan atau membayar pajak. Dengan demikian kualitas pelayanan pajak diprediksi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak. 9. Administrasi Perpajakan (Tax Compliance) Administrasi pajak dapat dilihat sebagai fungsi, sistem, atau lembaga. Sebagai
fungsi,
administrasi
pajak
meliputi
pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan.
fungsi 48
perencanaan,
Administrasi pajak
sebagai sistem adalah seperangkat unsur yang saling berkaitan yang berfungsi bersama-sama untuk mencapai tujuan atau menyelesaikan suatu tugas tertentu. Sebagai lembaga administrasi pajak merupakan salah satu Direktorat pada Departemen Keuangan. 49 10. Reformasi Administrasi Perpajakan 47 Masruroh, “Pengaruh Kemanfaatan NPWP, Pemahaman Wajib Pajak, Kualitas Pelayanan, dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris WP OP di Kabupaten Tegal)”, Skripsi S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Diponegoro, 2013, h.25. 48 Safri Nurmantu, Pengantar Perpajakan, (Jakarta : Granit, 1994), h.88. 49 Nurmantu, Pengantar Perpajakan, (Jakarta : Granit, 1994), h. 96.
28
Reformasi
administrasi
perpajakan
bertujuan
untuk
mencapai
administrasi perpajakan yang efektif dan efisien. Pembaharuan perpajakan memerlukan pembenahan administrasi perpajakan secara menyeluruhh, baik menyangkut prosedur maupun tata kerja dan peralatan yang memadai. Administrasi perpajakan harus berfungsi secara efisien dan efektif, segera tanggap atas perkembangan dalam masyarakat.50 11. Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan Modernisasi perpajakan adalah bagian dari reformasi perpajakan. Ada nuansa tersendiri yang membuatnya menjadi lebih teknis, fokus, dan dinamis sejalan dengan reformasi perpajakan itu sendiri. Modernisasi administrasi perpajakan yang dilakukan pada dasarnya meliputi tiga unsur. Unsur-unsur tersebut antara lain : a.
Restrukturisasi organisasi
b. Penyempurnaan proses bisnis melalui pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi c.
Penyempurnaan manajemen sumber daya manusia 51
Dalam rangka modernisasi administrasi perpajakan, pihak Direktorat Jenderal Pajak mengupayakan perbaikan administrasi, diantaranya perbaikan mutu aparatur pajak dan perbaikan peralatan. 52 Tujuan dari modernisasi perpajakan, antara lain: a.
Tercapainya tingkat kepatuhan pajak (tax compliance) yang tinggi
b.
Tercapainya tingkat kepercayaan (trust) terhadap administrasi perpajakan yang tinggi
c.
Tercapainya tingkat produktivitas pegawai pajak yang tinggi 53
Direktorat Jenderal Pajak memberikan usaha yang maksimal agar organisasi perpajakan semakin memenuhi tuntutan kebutuhan sejalan dengan 50
Intan Gayatri, "Pengelolaan Data Wajib Pajak Melalui Program Profiling Wajib Pajak Dalam Rangka Modernisasi Administrasi Perpajakan", Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, 2009, h.21 51 Liberti Pandiangan, Modernisasi dan Reformasi Pelayanan Perpajakan berdasarkan UU terbaru, (Jakarta : PT. Elex Media Komputindo, 2008), h.7. 52 Gayatri, "Pengelolaan Data Wajib Pajak Melalui Program Profiling Wajib Pajak Dalam Rangka Modernisasi Administrasi Perpajakan", Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, 2009, h.23. 53 Pandiangan, Modernisasi dan Reformasi Pelayanan Perpajakan berdasarkan UU terbaru, (Jakarta : PT. Elex Media Komputindo, 2008), h.8.
29
pelaksanaan pembaharuan perpajakan. 54 Dalam membangun administrasi perpajakan yang baik, akurat dan cepat, tidak satupun data dari informasi perpajakan yang tidak termanfaatkan yang digunakan untuk menguji tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. 55 Kebijakan pemerintah mengenai perpajakan sering kali berubah, namun perubahan kebijakan perpajakan oleh pemerintah tidak akan berjalan dengan baik apabila sistem administrasi perpajakan nya juga belum baik. Reformasi perpajakan adalah perubahan yang mendasar disegala aspek perpajakan yang mencakup modernisasi perpajakan jangka menengah dengan tujuan tercapainya: a.
Tingkat kepatuhan sukarela yang tinggi
b. Kepercayaan terhadapa administrasi perpajakan yang tinggi c.
Produktivitas aparat perpajakan yang tinggi56
Direktorat Jenderal Pajak dalam meningkatkan pelayanan kepada wajib pajak adalah dengan adanya sistem administrasi perpajakan yang lebih modern. Direktorat Jenderal Pajak memanfaatkan teknologi yang ada saat ini, dan akan terus mengembangkannya sejalan dengan teknologi yang terus maju. Penerapan teknologi komunikasi dalam organisasi Direktorat Jenderal Pajak menggunakan sistem komputerisasi yang dapat memproses informasi dengan efisien dan efektif sehingga dapat mendukung modernisasi adminsitrasi perpajakan. 57 54 Gayatri, "Pengelolaan Data Wajib Pajak Melalui Program Profiling Wajib Pajak Dalam Rangka Modernisasi Administrasi Perpajakan", Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, h.23. 55 Gayatri, "Pengelolaan Data Wajib Pajak Melalui Program Profiling Wajib Pajak Dalam Rangka Modernisasi Administrasi Perpajakan", Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, h.23. 56 Gayatri, "Pengelolaan Data Wajib Pajak Melalui Program Profiling Wajib Pajak Dalam Rangka Modernisasi Administrasi Perpajakan", Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, h.22. 57 Gayatri, "Pengelolaan Data Wajib Pajak Melalui Program Profiling Wajib Pajak Dalam Rangka Modernisasi Administrasi Perpajakan", Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, h.22.
30
12. Penerapan e-Filing E-Filing adalah penyampaian SPT Tahunan melalui internet, setelah sebelumnya Wajib Pajak mendapatkan nomor e-FIN. Nomor e-FIN sendiri dapat diperoleh dengan mengajukan permohonan ke Kantor Pelayananan Pajak terdekat atau langsung melalui website. Manfaat e-Filing bagi Wajib Pajak yang telah memiliki e-FIN tidak perlu lagi bersusah payah antri berjam-jam di Kantor Pelayanan Pajak untuk menyampaikan SPT Tahunan-nya.
Bisa
dilakukan
secara
online
melalui website
resmi
www.pajak.go.id.58 Alasan dibalik diadakannya e-Filing ini karena dilihat masih rendahnya tingkat kepatuhan Wajib Pajak dibandingkan jumlah Wajib Pajak yang terdaftar. Namun, pemerintah optimis rendahnya cost of compliance e-Filing ini ditargetkan akan meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak. Karena jika dilihat dari segi waktu jauh lebih efisien jika menggunakan e-Filing, Wajib Pajak pun dapat melaporkan SPT kapan saja dan di mana saja, tidak harus datang ke Kantor Pelayanan Pajak seperti yang selama ini dilakukan. Lalu, tidak perlu datang jauh-jauh ke Kantor Pelayanan Pajak dan tidak memerlukan ongkos untuk melaporkan SPT, baik ongkos yang dikeluarkan untuk mencetak SPT Tahunan ataupun untuk transportasi yang harus dikeluarkan ketika melaporkan ke Kantor Pelayanan Pajak terdekat. 13. Pengawasan Account Representative Account Representative (AR) pajak adalah aparat pajak yang berada di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang telah melaksanakan sistem administrasi modern dan bertugas untuk memberikan pelayanan, pengawasan dan pengarahan secara langsung kepada sejumlah wajib pajak tertentu yang telah ditugaskan kepada Account Representative (AR) tersebut.59 Setiap Account Representative (AR) pajak melayani beberapa wajib pajak yang harus diawasi 58
Dewi Damiyanti, "Biaya Kepatuhan E-Filing Rendah, Benarkah?", http://www.pajak.go.id/content/article/biaya-kepatuhan-e-filing-rendah-benarkah, (di akses pada tanggal 12 Juli 2016 pukul 20.15). 59 Delia Davina, "Kinerja Account Representative", http://www.kompasiana.com/davina16/hubungan-antara-kinerja-account-representative-dengan-pe nerimaan-pajak, (di akses pada tanggal 10 Juli 2016 pukul 22.10).
31
dan diarahkan. Penugasan Account Representative (AR) pajak dilakukan berdasarkan jenis usaha sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja serta profesionalisme karena pelaksanaan pekerjaan lebih terfokus. Dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 79/PMK.01/2015 Account Representative terdiri dari: a.
Account Representative yang menjalankan fungsi pelayanan dan konsultasi Wajib Pajak
b. Account Representative yang menjalankan fungsi pengawasan dan penggalian potensi Wajib Pajak. Account Representative yang menjalankan fungsi pelayanan dan konsultasi Wajib Pajak mempunyai tugas: a.
Melakukan proses penyelesaian permohonan Wajib Pajak.
b. Melakukan proses penyelesaian usulan pembetulan ketetapan pajak. c.
Melakukan bimbingan dan konsultasi teknis perpajakan kepada Wajib Pajak.
d. Melakukan proses penyelesaian usulan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan. Account Representative yang menjalankan fungsi pengawasan dan penggalian potensi Wajib Pajak mempunyai tugas: a.
Melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak.
b. Menyusun profil Wajib Pajak. c.
Analisis kinerja Wajib Pajak.
d. Rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka intensifikasi dan himbauan kepada Wajib Pajak. Salah satu ciri khas Kantor Pelayanan Pajak modern adalah adanya Account Representative (AR) yang melaksanakan tugas pengawasan terhadap pelaksanaan kewajiban oleh wajib pajak dan melayani penyelesaian hak wajib pajak. Juga untuk konsultasi, jika wajib pajak memerlukan informasi atau hal lainnya terkait pelaksanaan hak dan kewajiban perpajakannya. Sehingga
32
Account Representative berfungsi sebagai jembatan atau mediator antara wajib pajak dengan Kantor Pelayanan Pajak. 60 14. Biaya Kepatuhan (Compliance cost) Sasaran perencanaan pajak bukan hanya meminimalisasi beban pajak, tetapi juga menekan biaya perpajakan secara umum. Karena itu, kita perlu memahami arti dari biaya perpajakan. 61 Besarnya biaya-biaya yang harus dikeluarkan oleh Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan dalam berbagai literatur disebut compliance cost.62 Compliance Cost yang akan timbul dalam memenuhi kewajiban perpajakan antara lain : a.
Direct Money Cost, yaitu seluruh biaya yang dapat diukur dengan nilai uang yang dikorbankan wajib pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban pepajakan. Misalnya, gaji pegawai bagian pajak, honor konsultan jika menggunakan jasa konsultan, biaya transportasi ke kantor pajak, biaya pengadaan dokumen perpajakan.
b. Time Cost, yaitu biaya berupa waktu yang dikorbankan untuk menuntaskan hak dan kewajiban perpajakan. Misalanya, waktu mengisi
formulir
perpajakan,
waktu
menyiapkan
surat
pemberitahuan, waktu untuk memenuhi panggilan kantor pajak. 63 c.
Psychological Cost, yaitu rasa stres dan berbagai rasa takut dan cemas karena melakukan tax evasion.64
15. Sosialisasi Pajak Sosialisasi perpajakan merupakan suatu upaya yang dilakukan Direktorat Jenderal Pajak untuk memberikan informasi, pengertian, dan pembinaan kepada masyarakat khususnya wajib pajak mengenai perpajakan dan
60
Pandiangan, "Modernisasi dan Reformasi Pelayanan Perpajakan berdasarkan UU terbaru", (Jakarta : PT. Elex Media Komputindo, 2008), h. 27. 61 Gatot SM Faisal, "How To Be Smarter Taxpayer", (Jakarta : Grasindo, 2009), h. 286. 62 Anissa Anggadewi, "Pengaruh Pemahaman Pajak dan Biaya Kepatuhan Terhadap TIngkat Kepatuhan Wajib Pajak", Skripsi S1 Fakultas Ekonomi, Universitas Widyatama, 2015, h. 19. 63 Faisal, "How To Be Smarter Taxpayer", (Jakarta : Grasindo, 2009), h. 286. 64 Anggadewi, "Pengaruh Pemahaman Pajak dan Biaya Kepatuhan Terhadap TIngkat Kepatuhan Wajib Pajak", Skripsi S1 Fakultas Ekonomi, Universitas WIdyatama, 2015, h.21.
33
Undang-Undang Perpajakan. 65 Penyuluhan merupakan salah satu bentuk sosialisasi yang dilakukan melalui berbagai media baik elektronik maupun cetak. Terkadang dilakukan langsung ke daerah, daerah yang potensi pajaknya besar dan membutuhkan banyak informasi mengenai perpajakan. 66 16. Tingkat Pendapatan Menurut pengertian akuntansi keuangan, pendapatan adalah peningkatan jumlah aktiva dari penjualan barang dan jasa kepada pihak lain dalam periode tertentu.67 Soemitro dalam Ernawati menyatakan bahwa masyarakat tidak akan menemukan kesulitan dalam memenuhi kewajiban membayar pajaknya kalau nilai yang harus dibayar itu masih di bawah penghasilan yang sebenarnya merekaperoleh secara rutin. Faktor ekonomi merupakan hal yang sangat fundamental dalam hal melaksanakan kewajiban. Masyarakat yang miskin akan menemukan kesulitan untuk membayar pajak. Kebanyakan mereka akan memenuhi kebutuhan hidup terlebih dahulu sebelum membayar pajak. Karenanya, tingkat pendapatan seseorang dapat memengaruhi bagaimana seseorang tersebut memiliki kesadaran dan kepatuhan akan ketentuan hukum dan kewajibannya. 68 Pendapatan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah hasil kerja (usaha dan sebagainya), pendapatan adalah penghasilan seseorang yang didapatkan dengan cara melakukan pekerjaan, dan pendapatan tersebut berupa uang. 17. Kepatuhan Wajib Pajak Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kepatuhan berarti tunduk atau patuh pada ajaran atau aturan. Kepatuhan adalah motivasi seseorang, kelompok atau organisasi untuk berbuat atau tidak berbuat sesuai dengan 65
Arya Yogatama, "Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi", S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Diponegoro, 2014, h. 26. 66 Yogatama, "Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi", S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Diponegoro, 2014, h. 27 67 M Fuad dkk, Pengantar Bisnis, (Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2006), h. 168. 68 Ernawati, "Pengaruh Tingkat Pendidikan, Pendapatan, dan Kualitas Pelayanan Fiskus terhdapa Kepatuhan Wajib Pajak", Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Hasanuddin Makasar, 2014, h. 18-19.
34
aturan yang ditetapkan.
69
Dalam pajak, aturan yang berlaku adalah
Undang-Undang Perpajakan. Jadi, kepatuhan pajak merupakan kepatuhan seseorang, dalam hal ini adalah wajib pajak, terhadap peraturan atau Undang-Undang Perpajakan. "Kepatuhan pajak adalah kesediaan wajib pajak untuk memenuhi kewajiban pajaknya sesuai dengan aturan yang berlaku tanpa perlu diadakannya pemeriksaan, investigasi seksama, peringatan ataupun
ancaman,
dalam
penerapan
sanksi
baik
hukum
maupun
administrasi".70 Kepatuhan pajak (tax compliance) adalah wajib pajak mempunyai kesediaan untuk memenuhi kewajiban pajaknya sesuai dengan aturan yang berlaku tanpa perlu diadakannya pemeriksaan,
investigasi seksama,
peringatan ataupun ancaman, dalam penerapan sanksi baik hukum maupun administrasi. 71 Dalam masalah pajak, aturan yang berlaku adalah aturan perpajakan yang ada dalam Undang-Undang perpajakan. Jadi pengertian kepatuhan pajak adalah suatu hal yang berhubungan dengan ketaatan, ketaatan dalam melakukan sesuatu dengan ketentuaan-ketentuan atau aturan-aturan pajak yang berlaku dan wajib dilaksanakan. Kepatuhan perpajakan merupakan suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya. 72
69
Jatmiko, “Pengaruh Sikap Pajak Pada Pelaksanaan Sanksi Denda, Pelayanan Fiskus dan Kesadaran Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris WP OP di Kota Semarang)”, Tesis S2 Program Pascasarjana, Universitas Diponegoro, 2013, h.16. 70 Yogatama, "Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi", S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Diponegoro, 2014, h.27. 71 Arum, “Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pelayanan Fiskus, dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Kegiatan Usaha dan Pekerjaan Bebas (Studi di Wilayah KPP Pratama Cilacap)”, Skripsi S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Diponegoro, 2012, h.6. 72 Arum, “Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pelayanan Fiskus, dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Kegiatan Usaha dan Pekerjaan Bebas (Studi di Wilayah KPP Pratama Cilacap)”, Skripsi S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Diponegoro, 2012, h.6.
35
B. Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian ini merupakan replika dari penelitian sebelumnya yang dijalaskan dalam tabel 2.1 dibawah ini : Tabel 2.1 Hasil Penelitian yang Relevan Peneliti
Jatmiko (2013)73
Judul Penelitian
Pengaruh Sanksi Denda, Pelayanan Fiskus dan Kesadaran Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Variabel Penelitian
1. Sanksi Denda (X1) 2. Pelayanan Fiskus (X2) 3. Kesadaran Perpajakan
Metode Penelitian
Temuan
Metode Regresi Berganda
Sikap wajib pajak terhadap pelaksanaan sanksi denda, sikap wajib pajak terhadap pelayanan fiskus dan sikap wajib pajak terhadap kesadaran perpajakan memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak
Persamaan dengan Penelitian Terdahulu
Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu
Variabel independen yang digunakan sama
Menambahkan variabel independen, subjek penelitian dan teknik analisis data yang digunakan berbeda, dalam penelitian ini menggunakan analisis faktor.
73 Jatmiko, “Pengaruh Sikap Pajak Pada Pelaksanaan Sanksi Denda, Pelayanan Fiskus dan Kesadaran Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris WP OP di Kota Semarang)”, Tesis S2 Program Pascasarjana, Universitas Diponegoro, 2013
36
74
Masruroh (2013)74
Pengaruh Kemanfaatan NPWP, Pemahaman Wajib Pajak, Kualitas Pelayanan dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Arum (2012)75
Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pelayanan Fiskus, dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan
1. Kemanfaatan NPWP 2. Pemahaman Wajib Pajak 3. Kualitas Pelayanan 4. Sanksi Perpajakan
1. Kesadaran Wajib Pajak 2. Pelayanan Fiskus 3. Sanksi Pajak
Metode Regresi Logistik
Metode Regresi Ganda
Pemahaman wajib pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Kemanfaatan NPWP, kualitas pelayanan dan sanksi perpajakan tidak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak
Kesadaran wajib pajak, pelayanan fiskus, dan sanksi pajak memiliki pengaruh yang positif dan
Variabel independen yang digunakan sama
Menambahkan variabel independen, subjek penelitian dan teknik analisis data yang digunakan berbeda, dalam penelitian ini menggunakan analisis faktor.
Variabel independen yang digunakan sama
Menambahkan variabel independen, subjek penelitian dan teknik analisis data yang digunakan berbeda, dalam penelitian ini
Masruroh, “Pengaruh Kemanfaatan NPWP, Pemahaman Wajib Pajak, Kualitas Pelayanan, dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris WP OP di Kabupaten Tegal)”, Skripsi S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Diponegoro, 2013 75 Arum, “Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pelayanan Fiskus, dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Kegiatan Usaha dan Pekerjaan Bebas (Studi di Wilayah KPP Pratama Cilacap)”, Skripsi S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Diponegoro, 2012
37
Cindy dan Yenni (2013)76
Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Kegiatan Usaha dan Pekerjaan Bebas Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Kualitas Pelayanan Fiskus, Sanksi Perpajakan, Lingkungan Wajib Pajak Berada terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di Surabaya
signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.
1. Kesadaran Wajib Pajak 2. Kualitas Pelayanan Fiskus 3. Sanksi Perpajakan 4. Lingkungan Wajib Pajak
Metode Regresi Linear Berganda
Kesadaran Wajib Pajak, kualitas pelayanan fiskus, sanksi perpajakan, dan lingkungan Wajib Pajak berada berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak
menggunakan analisis faktor.
Ketiga Variabel independen yang digunakan sama, yaitu variabel kesadaran wajib pajak, kualitas pelayanan, dan sanksi perpajakan
Menambahkan variabel independen, subjek penelitian dan teknik analisis data yang digunakan berbeda, dalam penelitian ini menggunakan analisis faktor.
76 Cindy dan Yenni, “Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Kualitas Pelayanan Fiskus, Sanksi Perpajakan, Lingkungan Wajib Pajak Berada terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di Surabaya”, Jurnal Program Akuntansi Pajak Program Studi Akuntansi, Universitas Kristen Petra, Vol. 1 No. 1, 2013.
38
77
Sri Rahayu dan Ita Salsalina Lingga (2009)77
Pengaruh Sistem Administrasi Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.
Sandi (2010)78
Pengaruh Pelayanan, Konsultasi,da n Pengawasan Account Representativ eterhadap Kepatuhan Wajib Pajak
1. Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan
1. Pelayanan 2. Konsultasi 3. Pengawasan Account Representative
Analisis Regresi dan t-test
Metode Regresi Linear Berganda
Modernisasi sistem administrasi perpajakan modern tidak memiliki pengaruh yang dignifikan terhadapa kepatuhan wajib pajak.
Variabel pelayanan dan pengawasan berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak, sedangkan variabel konsultasi tidakberpengaruh
Variabel independen yang digunakan sama,
Menambahkan variabel independen, subjek penelitian dan teknik analisis data yang digunakan berbeda, dalam penelitian ini menggunakan analisis faktor.
Variabel independen yang digunakan sama
Menambahkan variabel independen, subjek penelitian dan teknik analisis data yang digunakan berbeda, dalam penelitian ini menggunakan analisis faktor.
Sri dan Ita, “Pengaruh Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak”, Jurnal Akuntansi, Universitas Kristen Maranatha, Vol. 1 No. 2, 2009. 78 Nofri Boy Sandi, “Analisis Pengaruh Pelayanan, Konsultasi, dan Pengawasan Account Representative terhadap Kepatuhan Wajib Pajak”, Skripsi S1, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah, 2010.
39
secara signifikan. Secara simultan variabel pelayanan, konsultasi dan pengawasan account representative berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak
Nova Kristanty, Siti Khairani dan Icha Fajriani (2014)79
Pengaruh Pengetahuan Wajib Pajak, Tarif Pajak dan Penyuluhan Pajak terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak
1. Pengetahuan Wajib Pajak 2. Tarif Pajak 3. Penyuluhan Pajak
Metode Regresi Linear Berganda
Pengetahuan Wajib Pajak, tarif pajak, dan penyuluhan pajak memiliki pengaruh yang signifikan sebesar 36,6% terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak. Secara
Variabel independen yang digunakan sama
Menambahkan variabel independen, subjek penelitian dan teknik analisis data yang digunakan berbeda, dalam penelitian ini menggunakan analisis faktor.
79 Nova Kristanty dkk, "Pengaruh Pengetahuan Wajib Pajak, Tarif Pajak, dan Penyuluhan Pajak terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan di Kantor Pelayanan Pajak Madya Palembang", Jurnal Akuntansi STIE MDP Palembang.
40
Badan di Kantor Pelayanan Pajak Madya Palembang
Stefani Galuh Widorini dan Joko Purwanto Nugroho (2014)80
80
Pengaruh Pengetahuan, 1. Pengetahuan Persepsi 2. Persepsi Tarif tentang Tarif Pajak Pajak dan 3. Penegakkan Penegakkan Hukum Hukum Perpajakan Perpajakan
parsial, pengetahuan Wajib Pajak dan tarif pajak berpengaruh signifikan terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak Badan, sedangkan penyuluhan pajak tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak Badan.
Metode Regresi Linear Berganda
Pengetahuan wajib pajak tentang perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak, persepsi
Variabel independen yang digunakan sama
Menambahkan variabel independen, subjek penelitian dan teknik analisis data yang digunakan berbeda, dalam penelitian ini
Stefani dan Joko, “Pengaruh Pengetahuan, Persepsi tentang Tarif Pajak dan Penegakkan Hukum Perpajakan, terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Yogyakarta”, Jurnal Bisnis dan Ekonomi, Universitas Janabadra, Vol. 5 No. 1, 2014.
41
terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Yogyakarta
Ernawati (2014)81
81
Pengaruh Tingkat Pendidikan, 1. Tingkat Pendapatan, Pendidikan dan Kualitas 2. Pendapatan Pelayanan 3. Kualitas Fiskus Pelayanan terhadap Fiskus Kepatuhan Wajib Pajak
tentang penegakan hukum perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak, sedangkan persepsi tentang tarif pajak yang berlaku tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.
Metode Regresi Linear Berganda
Variabel tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan kualitas pelayanan fiskus berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak.
menggunakan analisis faktor.
Variabel independen yang digunakan sama
Menambahkan variabel independen, subjek penelitian dan teknik analisis data yang digunakan berbeda, dalam penelitian ini menggunakan analisis faktor.
Ernawati. "Pengaruh Tingkat Pendidikan, Pendapatan, dan Kualitas Pelayanan Fiskus terhadap Kepatuhan Wajib Pajak". Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Hasanuddin Makasar. 2014.
42
Witono (2008)82
Peranan Pengetahuan Pajak pada Kepatuhan Wajib Pajak
1. Pengetahuan Pajak
Metode Regresi Linear Berganda
Terdapat pengaruh yang signifikan pengetahuan pajak dan persepsi keadilan pajak terhadap tingkat kepatuhan pajak.
Variabel independen yang digunakan sama
Menambahkan variabel independen, subjek penelitian dan teknik analisis data yang digunakan berbeda, dalam penelitian ini menggunakan analisis faktor.
82 Watono, “Peranan Pengetahuan Pajak pada Kepatuhan Wajib Pajak”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Vol. 7 No. 2, 2008.
43
C. Kerangka Berpikir Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 17 variabel yaitu 16 variabel independen dan satu variabel dependen. Variabel Independen yang digunakan yaitu Hukum perpajakan, Sanksi Perpajakan, Tarif Pajak, Manfaat NPWP, Pemahaman Wajib Pajak, Pengetahuan Dasar Perpajakan, Kesadaran Wajib Pajak, Tingkat Pendidikan, Kualitas Pelayanan pajak, Reformasi Administrasi Perpajakan, Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan, Penerapan E-Filing, Pengawasan Account Reprsentative, Biaya Kepatuhan (Compliance Cost), Sosialisasi Pajak, dan Tingkat Pendapatan.Sedangkan Variabel dependen yang digunakan yaitu Kepatuhan Pajak.
Faktor-faktor yang Mempengaru hi Kepatuhan Wajib Pajak
Lanjutan
44
Faktor-faktor yang Mempengaru hi Kepatuhan Wajib Pajak
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir D. Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah jawaban sementara, terhadap rumusan masalah penelitian di mana rumusan masalah penelitian ternyata telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru
45
berdasarkan pada teori yang relevan belum berdasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. 83 Melihat dari penelitian-penelitian terdahulu dan tinjauan teoritis yang sudah ada maka peneliti dapat merumuskan hipotesis sebagai berikut: Hukum perpajakan, Sanksi Perpajakan, Tarif Pajak, Manfaat NPWP, Pemahaman Wajib Pajak, Pengetahuan Dasar Perpajakan, Kesadaran Wajib Pajak, Tingkat Pendidikan, Kualitas Pelayanan pajak, Reformasi Administrasi Perpajakan, Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan, Penerapan E-Filing, Pengawasan Account Reprsentative, Biaya Kepatuhan (Compliance Cost), Sosialisasi Pajak, dan Tingkat Pendapatan memiliki pengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.
83
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung : ALFABET, 2014), Cet. Ke-21, h.64.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Dalam penelitian ini penulis memilih KPP Pratama Kalideres sebagai tempat melakukan
penelitian.
Penelitian
ini
dimaksudkan
untuk
menganalisis
faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak. Waktu yang digunakan untuk penelitian adalah selama 6 (enam) bulan yang dimulai dari bulan Mei 2016 sampai dengan bulan Oktober 2016. Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Tahapan Penelitian
Mei 2016
Juni 2016
Juli 2016
Agustus 2016
September 2016
Oktober 2016
Studi Pustaka Penyusunan Laporan Pengumpulan Data Pengolahan & Analisis Data Penyelesaian Laporan B. Metode Penelitian Metode yang disarankan dalam penelitian ini adalah kuantitatif yaitu metode survey yang digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu yang alamiah (bukan buatan) tetapi peneliti melakukan perlakuan dalam pengumpulan data,
46
47
misalnya dengan mengedarkan kuesioner, test, wawancara terstruktur dan sebagainya. 84 Dalam pengumpulan data dengan mengedarkan kuesioner. Jadi metode penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode kuantitaif dan data penelitian merupakan data primer. C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas, obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. 85 Populasi dalam penelitian ini adalah para wajib pajak orang pribadi (WP OP) yang ada di Kecamatan Kalideres Jakarta Barat yang berjumlah 7500 orang yang telah memiliki NPWP. Tidak semua WP OP efektif ini menjadi obyek dalam penelitian ini karena jumlahnya sangat besar dan guna efisiensi waktu dan biaya. Oleh sebab itu dilakukan pengambilan sampel. 2. Sampel Sample adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, dikarenakan karena keterbatasan tenaga dan waktu. maka peneliti dapat menggunakan sample yang di ambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dalam sample itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul reprsentatif. 86 Untuk mendapatkan sample yang akan menggambarkan populasi diperlukan teknik sampling. Teknik sampling terdapat bebefapa macam tetapi peneliti hanya menggunakan simple random sampilng. Simple random sampling dikatakan simple (sederhana) karena
84
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung : ALFABET, 2014), Cet. Ke-21, h.6. 85 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung : ALFABET, 2014), Cet. Ke-21, h. 80. 86 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung : ALFABET, 2014), Cet. Ke-21, h.81.
48
dalam pengambilan anggota sample dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersevut. 87 Yang menjadi sample dalam penelitian ini adalah Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Kalideres Jakarta Barat. Penentuan
jumlah sampel ditentukan dengan mengunakan rumus Slovin
berikut:
n = jumlah sampel N = populasi e=persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir atau diinginkan dalam penelitian ini adalah 10% (0.10). n=
7500 1 + 7500(0.1)2 = 9.99 dibulatkan menjadi 100
Jadi sampel dalam penelitian ini adalah berjumlah 100 responden dari 7500 populasi. D. Teknik Pengumpulan Data 1. Pengumpulan Data Primer Data Primer adalah sumber data yang diperoleh secara langsung, salah satu contoh pengumpulan data primer adalah data yang diperoleh dari responden melalui kuesioner. Dalam mencari data dan informasi yang berupa fakta harus memperhatikan teknik pengumpulan data yang dinilai tepat. Sehingga
informasi
yang
didapat
benar-benar
valid
dan
reliabel.
87 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung : ALFABET, 2014), Cet. Ke-21, h.82.
49
Pengumpulan data primer dilakukan dengan metode survei menggunakan media angket (kuesioner). Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. 88 Dalam pendistribusian kuesioner dilakukan dengan secara langsung maupun tidak langsung melalui perantara kepada responden. 2.
Pengumpulan Data Sekunder Data sekunder adalah pegumpulan data secara tidak langsung,
pengumpulan data yang diambil dengan cara studi pustaka, yaitu dari berbagai buku, artikel, jurnal, undang-undang dan lain sebagainya. E. Instrumen Penelitian Dalam penelitian kuantitatif, peneliti akan menggunakan instrumen untuk mengumpulkan data. Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang diteliti. Dengan demikian jumlah instrumen yang akan digunakan untuk penelitian tergantung jumlah variabel yang diteliti. 89 Untuk menghasilkan data kuantutatif yang akurat, maka setiap instrumen harus mempunyai skala pengukuran. Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif. 90 Terdapat berbagai macam skala pengukuran, tetapi peneliti hanya menggunakan satu skala pengukuran yaitu menggunakan skala likert. Skala Likert digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian 88
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung : ALFABET, 2014), Cet. Ke-21, h.142. 89 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung : ALFABET, 2014), Cet. Ke-21, h.92. 90 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung : ALFABET, 2014), Cet. Ke-21, h.92.
50
indikator tersebut menjadi titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan.91 Untuk mengukur data yang telah didapatkan digunakan skala Likert. Skala Likert yang akan digunakan adalah sebagai berikut: a. Sangat Setuju (SS) b.
Setuju (S)
c. Tidak Setuju (TS) d.
Sangat Tidak Setuju (STS)
Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu diberi skor sebagai berikut:92 a. Sangat Setuju (SS) diberi skor 4 b.
Setuju (S) diberi skor 3
c. Tidak Setuju (TS) diberi skor 2 d.
Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 1
F. Variabel Penelitian 1. Definisi Konseptual Menurut teori – teori yang di uraikan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan : a. Kepatuhan Wajib Pajak Menurut Siti Kurnia Rahayu, “Kepatuhan perpajakan dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya”. Dalam Skripsi Yogatama, “Kepatuhan pajak adalah kesediaan wajib pajak untuk memenuhi kewajiban pajaknya sesuai dengan aturan yang berlaku tanpa perlu diadakannya pemeriksaan, investigasi seksama,
91
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung : ALFABET, 2014), Cet. Ke-21, h.93. 92 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung : ALFABET, 2014), Cet. Ke-21, h.94.
51
peringatan ataupun ancaman, dalam penerapan sanksi baik hukum maupun administrasi”. 93
b. Hukum Pajak Rachmat Soemitro berpendapat bahwa hukum pajak adalah suatu kumpulan
peraturan-peraturan
yang
mengatur
hubungan
antara
pemerintah sebagai penerima pajak dan rakyat sebagai pembayar pajak. 94 c.
Sanksi Pajak Menurut Mardiasmo, Sanksi perpajakan merupakan jaminan bahwa
ketentuan perundang undangan perpajakan (norma perpajakan) akan dipatuhi atau bisa dengan kata lain sanksi perpajakan merupakan alat pencegahan agar wajib pajak tidak melanggar norma perpajakan. d. Tarif Pajak Supramono dan Theresia Woro Damayanti mengungkapkan, Tarif pajak merupakan tarif yang digunakan untuk menentukan besarnya pajak yang harus dibayar. Secara umum, tarif pajak dinyatakan dalam bentuk persentase. 95 e.
Manfaat NPWP Menurut Yustinus Prastowo, Manfaat NPWP adalah sebagai tanda
pengenal diri dan untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan pengawasan administrasi perpajakan. Terdapat beberapa manfaat yang diperoleh Wajib Pajak jika memiliki NPWP yaitu : 1) Wajib pajak dapat menghitung sendiri pajak yang wajib dibayarkan dan wajib pajak dapat meminta restitusi atau pembayaran kembali jika wajib pajak kelebihan dalam membayar pajak. 93
Arya Yogatama, "Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi", S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Diponegoro, 2014, h.27. 94
Mardiasmo, Perpajakan Edisi Revisi, (Yogyakarta : ANDI OFSET, 2008), h. 4 Supramono dan Theresia Woro Damayanti, Perpajakan Indonesia Mekanisme dan Perhitungan, (Yogyakarta : ANDI Offset, 2010), h.7 95
52
2) Tarif pajak PPh pasal 21 lebih tinggi 20% dan tarif PPh pasal 23 lebih tinggi 100% dapat dihindari. 3) Wajib pajak dapat menjalankan transaksi yang mensyaratkan kepemilikan NPWP, misalnya dalam mengajukan kredit, penjualan tanah dan sebagainya. 4) Bebas fiskal luar negeri jika bepergian keluar negeri 5) Jika terjadi kekeliruan atau penetapan sepihak, wajib pajak dapat menggunakan hak untuk mengajukan keberatan, banding, pembatalan ketetapan, pengurangan sanksi, dan sebagainya. 6) Berhak mendapatkan pelayanan dari petugas pajak, baik yang bersifat
informatif
melakukan impor
maupun teknis barang,
seperti
pengjuan syarat
ketika
akan
ikut
lelang
pemerintah dan sebagainya. 96 f.
Pemahaman Wajib Pajak Menurut Siti Masruroh, pemahaman adalah proses dimana wajib
pajak mengetahui tentang perpajakan dan mengaplikasikan pengetahuan itu untuk membayar pajak. 97 Pemahaman yang dimaksud adalah mengerti dan paham tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan tentang bagaimana cara membayar pajak, melaporkan SPT (Surat Pemberitahuan), mengetahui dimana tempat membayar pajak, mengetahui kapan batas waktu pembayaran atau pelaporan SPT dan mengetahui sanksi yang akan didapatkan jika tidak membayar pajak. g. Pengetahuan Dasar Perpajakan Menurut Nova Kristanty, pengetahuan dasar perpajakan adalah pemahaman wajib pajak mengenai hukum Undang-undang, tata cara 96
Yustinus Prastowo, Manfaat dan Risiko Memiliki NPWP, (Jakarta : Raih Asa Sukses, 2009), h.18. 97 Siti Masruroh, “Pengaruh Kemanfaatan NPWP, Pemahaman Wajib Pajak, Kualitas Pelayanan, dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris WP OP di Kabupaten Tegal)”, Skripsi S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Diponegoro, 2013, h.23.
53
perpajakan yang benar. Pengetahuan akan peraturan perpajakan masyarakat melalui pendidikan formal maupun non formal akan berdampak positif terhadap kesadaran wajib pajak untuk membayar pajak. Pengetahuan perpajakan dalam sistem perpajakan yang baru, wajib pajak diberi kepercayaan untuk menghitung, membayar dan melaporkan sendiri pajak terutangnya.98 h. Kesadaran Wajib Pajak Menurut Suyatmin dalam tesis Jatmiko, kesadaran adalah keadaan mengetahui atau mengerti, sedangkan perpajakan adalah perihal pajak. Sehingga kesadaranperpajakan adalah keadaan mengetahui atau mengerti perihal pajak. Penilaian positif masyarakat wajib pajak terhadap pelaksanaan fungsi negara oleh pemerintah akan menggerakkan masyarakat untuk mematuhi kewajibannya untuk membayar pajak. 99 i.
Tingkat Pendidikan Menurut Rolalita, Tingkat Pendidikan yang semakin tinggi akan
meyebabkan masyarakat lebih mudah memahami ketentuan dan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan yang berlaku. Tingkat Pendidikan yang rendah akan berpeluang wajib pajak enggan melaksanakan kewajiban perpajakan karena kurangnya pemahaman mereka terhadap sistem perpajakan yang telah diterapkan. 100 j.
Kualitas Pelayanan Pajak Menurut Siti Masruroh, Pelayanan pada sektor perpajakan dapat
diartikan sebagai pelayanan yang diberikan oleh Direktorat Jenderal
98
Nova Kristanty dkk, "Pengaruh Pengetahuan Wajib Pajak, Tarif Pajak, dan Penyuluhan Pajak terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan di Kantor Pelayanan Pajak Madya Palembang", Jurnal Akuntansi STIE MDP Palembang, h.3. 99 Agus Nugroho Jatmiko, “Pengaruh Sikap Pajak Pada Pelaksanaan Sanksi Denda, Pelayanan Fiskus dan Kesadaran Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris WP OP di Kota Semarang)”, Tesis S2 Program Pascasarjana, Universitas Diponegoro, 2013, h. 21. 100 Rolalita Lukmana Putri, "Pengaruh Motivasi Membayar Pajak dan Tingkat Pendidikan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi", Skripsi S1 Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Yogyakarta, 2016, h.20.
54
Pajak kepada wajib pajak untuk membantu wajib pajak memenuhi kewajiban perpajakannya. 101 k. Reformasi Administrasi Perpajakan Menurut Salamun, Reformasi administrasi perpajakan bertujuan untuk mencapai administrasi perpajakan yang efektif dan efisien. pembaruan
perpajakan
memerlukan
pembenahan
administrasi
perpajakan secara menyeluruhh, baik menyangkut prosedur maupun tata kerja dan peralatan yang memadai. Administrasi perpajakan harus berfungsi secara efisien dan efektif, segera tanggap atas perkembangan dalam masyarakat.102 l.
Modernisasi Administrasi Perpajakan Modernisasi perpajakan sebagai bagian dari reformasi perpajakan
menjadi hal menarik dan trend di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak.Ada nuansa tersendiri yang membuatnya menjadi lebih teknis, fokus, dan dinamis sejalan dengan reformasi perpajakan itu sendiri. Modernisasi administrasi perpajakan yang dilakukan pada dasarnya meliputi tiga unsur. Unsur-unsur tersebut antara lain : 1) Restrukturisasi organisasi 2) Penyempurnaan proses bisnis melalui pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi 3) Penyempurnaan manajemen sumber daya manusia103 m. Penerapan e-Filing Menurut Direktorat Jenderal Pajak, e-Filing adalah penyampaian SPT Tahunan melalui internet, setelah sebelumnya Wajib Pajak mendapatkan nomor e-FIN. Nomor e-FIN sendiri dapat diperoleh
101
Masruroh, “Pengaruh Kemanfaatan NPWP, Pemahaman Wajib Pajak, Kualitas Pelayanan, dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris WP OP di Kabupaten Tegal)”, Skripsi S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Diponegoro, 2013, h.25. 102 Safri Nurmantu, Pengantar Perpajakan, (Jakarta : Granit, 1994), h.88. 103 Liberti Pandiangan, Modernisasi dan Reformasi Pelayanan Perpajakan berdasarkan UU terbaru, (Jakarta : PT. Elex Media Komputindo, 2008), h.7.
55
dengan mengajukan permohonan ke Kantor Pelayananan Pajak terdekat atau langsung melalui website.104
n. Pengawasan Account Representative Account Representative (AR) pajak adalah aparat pajak yang berada di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang telah melaksanakan sistem administrasi modern dan bertugas untuk memberikan pelayanan, pengawasan dan pengarahan secara langsung kepada sejumlah wajib pajak tertentu yang telah ditugaskan kepada Account Representative (AR) tersebut.105 o. Biaya Kepatuhan (Compliance Cost) Menurut Anissa Anggadewi, Besarnya biaya-biaya yang harus dikeluarkan oleh Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan dalam berbagai literatur disebut compliance cost.106 p. Sosialisasi Pajak Menurut Arya Yogatama, Sosialisasi perpajakan merupakan suatu upaya yang dilakukan Direktorat Jenderal Pajak untuk memberikan informasi, pengertian, dan pembinaan kepada masyarakat khususnya wajib pajak mengenai perpajakan dan perundang-undangannya. 107 q. Tingkat Pendapatan Pendapatan adalah peningkatan jumlah aktiva dari penjualan barang dan jasa kepada pihak lain dalam periode tertentu. Soemitro menyatakan bahwa 104
masyarakat
tidak akan menemui kesulitan dalam memenuhi
Intan Gayatri, "Pengelolaan Data Wajib Pajak Melalui Program Profiling Wajib Pajak Dalam Rangka Modernisasi Administrasi Perpajakan", Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, h.22 105 Delia Davina, "Kinerja Account Representative", http://www.kompasiana.com/davina16/hubungan-antara-kinerja-account-representative-dengan-p enerimaan-pajak, (di akses pada tanggal 10 Juli 2016 pukul 22.10). 106 Anissa Anggadewi, "Pengaruh Pemahaman Pajak dan Biaya Kepatuhan Terhadap TIngkat Kepatuhan Wajib Pajak", Skripsi S1 Fakultas Ekonomi, Universitas Widyatama, 2015, h. 19 107 Yogatama, "Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi", S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Diponegoro, 2014, h. 26.
56
kewajiban membayar masih di
pajaknya kalau
bawah penghasilan
yang
nilaiyang harus dibayar
itu
sebenarnya mereka dapatkan
secara rutin.108
2. Definisi Operasional Penelitian ini terdiri atas lima belas variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kepatuhan wajib pajak, sedangkan variabel bebas dalam penelitian ini yaitu hukum pajak, sanksi pajak, tarif pajak, manfaat NPWP, pemahaman wajib pajak, pengetahuan dasar perpajakan, kesadaran wajib pajak, tingkat pendidikan, kualitas pelayanan pajak, reformasi administrasi perpajakan, modernisasi sistem administrasi
perpajakan,
penerapan
e-filing,
pengawasan
account
representative, biaya kepatuhan (compliance cost), sosialisasi pajak, dan tingkat pendapatan. Kelima belas variabel dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan skala likert. Tabel 3.2 Operasional Variabel Penelitian Variabel Indikator
Hukum Pajak Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Sanksi Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi
Tarif Pajak
1. Undang-Undang pajak dapat memberikan kepastian hukum kepada wajib pajak
Skala
Likert
2. Pajak harus dipungut pada saat yang tepat 1. Sanksi administrasi berupa denda 2. Denda dikenakan atas keterlambatan dalam pelaporan SPT tahunan 1. Pengenaan tarif pajak yang adil
Likert
Likert
2. Penerima penghasilan tinggi 108
M Fuad dkk, Pengantar Bisnis, (Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2006), h. 168.
57
dikenakan tarif pajak secara proporsional 1. NPWP berfungsi sebagai identitas wajib pajak Manfaat NPWP
Pemahaman Wajib Pajak
2. NPWP memberikan kemudahan dalam mengurus segala jenis perpajakan 1. Memahami ketentuan umum dan tata cara perpajakan yang berlaku 2. Memahami sistem perpajakan yang digunakan saat ini
Likert
Likert
1. Pajak adalah sumber dana terbesar bagi negara Pengetahuan Dasar Perpajakan
Kesadaran Wajib Pajak
Tingkat Pendidikan
2. Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan dibidang sosial dan ekonomi
Likert
1. Kesadaran wajib pajak untuk memenuhi kewajiban pajak 2. Kondisi keuangan tidak Likert mempengaruhi kepatuhan membayar pajak 1. Rendahnya tingkat pengetahuan Wajib Pajak mempengaruhi tingkat kepatuhan Wajib Pajak 2. Rendahnya tingkat pendidikan Wajib Pajak mempengaruhi tingkat kepatuhan Wajib Pajak
Likert
1. Petugas pajak selalu menindaklanjuti pengaduan dari masyarakat secara cepat Kualitas Pelayanan Pajak
2. Petugas pajak selalu siap membantu Wajib Pajak jika terjadi masalah atau pertanyaan dari wajib pajak 3. Petugas pajak menguasai
Likert
58
peraturan perpajakan dengan baik 1. Reformasi administrasi perpajakan memudahkan jalur pelayanan dan pemeriksaan Wajib Pajak Reformasi Administrasi Perpajakan
2. Reformasi administrasi perpajakan memudahkan Wajib Pajak untuk memenuhi kewajibannya
Likert
3. Reformasi administrasi perpajakan memberikan peningkatan terhadap kualitas pelayanan 1. E-Banking memudahkan saya dalam melakukan pembayaran pajak Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan
2. Pendaftaran NPWP melalui E-Registration lebih mudah
Likert
3. Penyampaian SPT melalui dropbox lebih memudahkan Wajib Pajak dalam pelaporan pajak 1. E-filing lebih efisien
Penerapan E-filing
2. E-filing hemat waktu dan biaya
Likert
3. E-filing memberikan kemudahan 1. Account Representative memberikan himbauan mengenai pelaporan dan penyetoran SPT masa SPT tahunan Pengawasan Account Representative
2. Account Representative Likert memberikan motivasi kepada Wajib Pajak untuk selalu patuh terhadap kewajiban pajaknya 3. Account Representative memberikan kemudahan
59
untuk konsultasi kepada Wajib Pajak mengenai kewajiban perpajakannya
Biaya Kepatuhan (Compliance Cost)
1. Makin rendah biaya kepatuhan, makin mudah bagi wajib pajak untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya
Likert
2. Keberatan dengan adanya biaya kepatuhan 1. Pemberian Sosialisasi tentang pajak akan menyadarkan Wajib Pajak Sosialisasi Pajak
Likert 2. Hal-hal yang disampaikan dalam sosialisasi pajak, cukup memberikan informasi mengenai pentingnya pajak 1. Tinggi rendahnya pendapatan seseorang
Tingkat Pendapatan
2. Besar kecilnya pendapatan tidak akan menjadi penghalang untuk membayar pajak
Likert
3. Kisi-kisi Instumen Penelitian Agar pengumpulan data lebih tertuju pada tujuan yang akan dicapai, maka peneliti membuat kisi-kisi instrumen spenelitian sebagai berikut. Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris di KPP Pratama Kalideres Jakarta Barat) No. Jumla No Variabel Indikator Butir hSoal Melaporkan SPT 1,2 2 tepat waktu 1 Kepatuhan Wajib Pajak (Y1) Menghitung dan membayar pajak 3 1 dengan benar Undang-undang 2 Hukum Pajak (X1) 4 1 Pajak Sanksi perpajakan 3 Sanksi Pajak (X2) 5 1 yang dikenakan
60
4
Tarif Pajak (X3)
5
Manfaat NPWP (X4)
6
Pemahaman Wajib Pajak (X5)
7
Pengetahuan Dasar Perpajakan (X6)
8
Kesadaran Wajib Pajak (X7)
9
Tingkat Pendidikan (X8)
10
Kualitas Pelayanan Pajak (X9)
11
Reformasi Administrasi Perpajakan (X10)
12
Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan (X11)
13
Penerapan E-filing (X12)
16
Pengawasan Account Representative (X13) Biaya Kepatuhan (Compliance Cost) (X14) Sosialisasi Pajak (X15)
17
Tingkat Pendapatan (X16)
14 15
G. Teknik Analisis Data
cukup berat Sanksi pajak yang cukup berat merupakan sarana untuk mendidik Wajib Pajak Tarif Pajak Proporsional dan adil Kemudahan memiliki NPWP Memahami ketentuan umum dan tata cara perpajakan Mengetahui apa itu pajak Mengetahui apa fungsi pajak Karakteristik Wajib Pajak Kondisi keuangan Wajib Pajak Tinggi rendahnya pendidikan Ketanggapan (Responsiveness) Empati (Empathy) Manfaat adanya Reformasi administrasi perpajakan Sistem Administrasi Lebih hemat Perhitungan lebih cepat Kegunaan Account Representative Beratnya biaya kepatuhan Penyuluhan pajak Besar kecilnya pendapatan
6
1
7,8
2
9,10
1
11.12
2
13
1
14
1
15
1
16
1
17
1
18
1
19
1
20,21
2
22,23
2
24
1
25
1
26,27
2
28
1
19
1
30
1
61
1. Uji Instrumen Angket a. Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner, maka kesioner tersebut dikatakan valid.109 Validitas bertujuan untuk mengukur apakahpertanyaan dalam kuesioner yang dibuat betul-betul dapat mengukur apa yang hendak diukur. Pengukuran validitas dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu melakukan korelasi antar skor butir pertanyaan dengan total skor konstruk atau variable, melakukan korelasi bivariate antara masing-masing skor indikator dengan total skor konstruk. dan di uji dengan confirmatory factor analysis (CFA)110. Pengujian validitas dalam penelitian ini menggunakan Pearson correlation perhitungan mengunakan SPSS versi 23.0, uji validitas dikatakan valid jika tingkat signifikan dibawah 0.05 maka butir pernyataan tersebut dikatakan valid. b. Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu, maka kuesioner dikatakan reliabel atau handal. 111 Reliabilitas dapat diukur dengan dua cara yaitu repeated measuri atau pengukuran ulang yang artinya pengukuran dilakukan 2 kali dengan pertanyaan yang sama diwaktu yang berbeda, kemudian dilihat apakah jawabannya tetap 109
Imam Gozali, Aplikasi Analisis Multivariete dengan Program IBM SPSS 23, (Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2016), h.52. 110 Gozali, Aplikasi Analisis Multivariete dengan Program IBM SPSS 23, (Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2016), h.52-55. 111 Gozali, Aplikasi Analisis Multivariete dengan Program IBM SPSS 23, (Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2016), h.47.
62
konsisten. Sedangkan one shot atau pengukuran sekali saja, adalah pengukuran
hanya
dilakukan
sekali
dan
kemudian
hasilnya
dibandingkan dengan pertanyaan lain atau mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan.Pengukuran reliabilitas dilakukan menggunakan uji statistik Cronbach Alpha (α). Jika suatu konstruk atau variabel memiliki nilai Cronbach Alpha > 0.70 maka dapat dikatakan bahwa konstruk atau variabel tersebut reliabel. 112 2. Uji Prasyarat Analisis a. Uji Normalitas Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Uji Normalitas yang digunakan pada penelitian ini adalah uji normalitas Kolmogorov-smirnov. Uji Kolmogorov smirnov merupakan pengujian normalitas yang sering dipakai setelah adanya program statistik yang beredar. Konsep dasar dari uji normalitas Kolmogorov smirnov adalah dengan membandingkan distribusi data dengan distribusi normal baku. b. Uji Homogenitas Uji Homogenitas pada prinsipnya ingin menguji apakah sebuah data mempunya varians yang sama di antara anggota data tersebut. Jika varians sama, dan ini yang seharusnya terjadi, maka dikatakan ada homogenitas. Sedangkan jika varians tidak sama, dikatakan terjadi heteroskedastisitas.113 Uji ini dilakukan sebagai prasyarat dalam analisis independent sampel t test dan ANOVA. Sebagai kriteria pengujian, Jika nilai signifikan lebih dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa varian dari dua atau lebih kelompok populasi data adalah sama. 114 112
Gozali, Aplikasi Analisis Multivariete dengan Program IBM SPSS 23, (Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2016), h.48. 113 Singgih Santoso, Statistik Multivariat, (Jakarta : PT. Elex Media Komputindo, 2014), h.48. 114 Asep Saipul, “Metode Penelitian Kuantitatif Aplikasi dalam Pendidikan”, (Yogyakarta : Deepublish, 2014), h.119
63
3. Analisis Faktor Teknik analisis yang digunakan peneliti adalah analisis faktor.Analisis faktor pertama kali digunakan oleh Charles Spearmen untuk memecahkan masalah psikologi, mengenai penetapan dan pengukuran intelektual. Analisis faktor pada dasarnya digunakan untuk mereduksi data. Mereduksi data merupakan proses untuk meringkas faktor menjadi lebih sedikit dan menamakannya sebagai faktor.115 Tujuan utama dari analisis faktor adalah mendefinisikan struktur suatu data matrik dan menganalisis struktur saling berhubungan (korelasi) antara sejumlah besar variabel dengan cara mendefinisikan satu kesamaan variabel atau dimensi dan sering disebut dengan faktor atau komponen. 116 Analisis faktor menghendaki bahwa matrik data harus memiliki korelasi yang cukup agar dapat dilakukan analisis faktor.Jika berdasarkan data visual tidak ada nilai korelasi yang diatas 0.30, maka analisis faktor tidak dapat dilakukan. Korelasi antar variabel dapat juga dianalisis dengan menghitung partial correlation antar variabel yaitu korelasi antar variabel dengan asumsi variabel lain dianggap konstan. 117 Cara lain dalam menentukan dapat tidaknya analisis faktor dilakukan adalah melihat korelasi secara keseluruhan. Untuk menguji apakah terdapat korelasi antar variabel digunakan uji Bartlett test of sphericity. Jika hasilnya signifikan berarti matrik korelasi memiliki korelasi signifikan dengan sejumlah variabel. Uji lain yang digunakan untuk melihat interkorelasi antar variabel dan dapat tidaknya analisis faktor digunakan adalah Measure of 115
Paisal Amir Zaini, "Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan wajib pajak orang pribadi", (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 37 116 Zaini, "Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan wajib pajak orang pribadi", (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 376. 117 Zaini, "Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan wajib pajak orang pribadi", (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 378.
64
Sampling Adequacy (MSA). Nilai MSA bervariasi dari 0 sampai 1, jika nilai MSA < 0.50 maka analisis faktor tidak dapat dilakukan. 118 Proses Dasar Analisis Faktor a. Menentukan Variabel apa saja yang akan dianalisis b. Menguji variabel-variabel yang telah ditentukan, dengan metode Barlett’s test of sphecirity serta pengukuran MSA (Measure of Sampling Adequacy). c. Setelah sejumlah variabel memenuhi syarat didapat, selanjutnya menuju proses inti pada analisis faktor, yaitu proses factoring, proses ini akan mengekestrak satu atau lebih faktor dari variabel-variabel yang telah lolos pada uji variabel sebelumnya. d. Interprestasi atau faktor yang telah terbentuk, khususnya pemberian nama pada faktor yang terbentuk, yang dianggap bisa mewakili variabel-variabel anggota faktor tersebut. e. Validasi atas hasil faktor untuk mengetahui apakah faktor yang terbentuk telah valid.119 Uji KMO memiliki nilai harus diatas 0,5 dan signifikan harus dibawah 0,05. Sedangkan uji MSA memiliki nilai harus berada pada 0 sampai 1 dengan kriteria : a. MSA = 1, variabel tersebut dapat diprediksi tanpa kesalahan oleh variabel lain. b. MSA >0,5, variabel masih bisa diprediksi dan bisa dianalisis lebih lanjut. c. MSA <0,5, variabel tidak bisa diprediksi dan tidak bisa dianalisis lebih lanjut, atau dikeluarkan dari variabel lainnya. 120
118
Zaini, "Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan wajib pajak orang pribadi", (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 378. 119 Santoso, Statistik Multivariat, (Jakarta : PT. Elex Media Komputindo, 2014), h.59 120 Santoso, Statistik Multivariat, (Jakarta : PT. Elex Media Komputindo, 2014), h. 66
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1.
Sejarah Singkat Kantor Pajak Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Kalideres Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kalideres merupakan
pemecahan dari Kantor Pelayanan Pajak Jakarta Cengkareng. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kalideres beralamat di Jalan Raya Duri Kosambi no. 36/37 Duri Kosambi, Cengkareng Jakarta Barat. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kalideres dibentuk dalam rangka reorganisasi dilingkungan Direktorat Jenderal Pajak berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 55/PMK.01/2007 tanggal 31 Mei 2007 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 132/PMK.01/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak dan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-86/PJ/2007 tanggal 11 Juni 2007 tentang Penerapan Organisasi Tata Kerja dan Saat Mulai Beroperasinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama dan Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan di Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak di Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta selain Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jakarta Pusat. Saat mulai beroperasinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kalideres adalah sejak tanggal 2 Oktober 2007. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kalideres merupakan instansi vertical Direktorat Jenderal Pajak yang dipimpin oleh seorang kepala kantor yang bertanggung jawab kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jakarta Barat.121
121
Data dari KPP Pratama Kalideres
65
66
2.
Visi, Misi dan Nilai Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Kalideres a. Visi Menjadi
intuisi
pemerintah
yang
menyelenggarakan
sistem
administrasi modern yang efektif, efisien, dan dipercaya masyarakat dengan integritas dan profesionalisme yang tinggi. b. Misi Menghimpun
penerimaan
pajak
negara
berdasarkan
Undang-Undang Perpajakan yang mampu mewujudkan kemandirian pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara melalui sistem administrasi perpajakan yang efektif dan efisien. c.
Nilai 1) Integritas Menjalankan tugas dan pekerjaan dengan selalu memegang teguh kode etik dan prinsip-prinsip moral, yang diterjemahkan dengan bertindak jujur, konsisten, dan menepati janji. 2) Professionalisme Memiliki kompetensi di bidang profesi dan menjalankan tugas dan pekerjaan sesuai dengan kompetensi, kewenangan, serta norma-norma profesi, etika dan sesuai dengan kompetensi, kewenangan, serta norma-norma profesi, etika dan sosial. 3) Inovasi Memiliki pemikiran yang bersifat terobosan atau alternatif pemecahan masalah yang kreatif, dengan memperhatikan aturan dan norma yang berlaku. 4) Teamwork Memiliki kemampuan untuk bekerjasama dengan orang/pihak lain, serta membangun network untuk menunjang tugas dan pekerjaan.
67
3.
Struktur Organisasi
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kalideres
Sub Bagian Umum Seksi PDI
Seksi Pelaya nan
Seksi Penagi han
Seksi Pemeri ksaan
Seksi Eksten sifikas i
Seksi Waskon I
Seksi Waskon II
Seksi Waskon III
Kelompok Jabatan Fungsional
Gambar 4.1 Struktur Organisasi KPP Pratama Kalideres Note : PDI adalah Pengolahan Data dan Informasi Wakson adalah Pengawasan dan Konsultasi 4.
Fungsi dan Tugas a.
Sub bagian umum, memiliki tugas melakukan urusan menganai kepegawaian, keuangan, tata usaha, dan rumah tangga.
b.
Seksi pengolahan data dan informasi mempunyai tugas melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data, penyajian informasi perpajakan dan perekaman dokumen perpajakan, urusan tata usaha penerimaan perpajakan, pengalokasian Pajak Bumi dan Bangunan, pelayanan dukungan teknis computer, pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filing serta penyiapan laporan kinerja.
Seksi Waskon IV
68
c.
Seksi Pelayanan bertugas melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan, administrasi dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi Wajib Pajak, serta melakukan kerjasama perpajakan.
d.
Seksi Penagihan bertugas melakukan urusan penatausaha piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak, penagihan aktif, usulan
penghapusan
piutang
pajak,
serta
penyimpanan
dokumen-dokumen penagihan. e.
Seksi Pemeriksaan mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan panyaluran Surat Perintah pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.
f.
Seksi Ekstensifikasi Perpajakan, bertugas melakukan pengamatan potensi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, pembentukan nilai objek pajak dalam menunjang eksistensifikasi.
g.
Seksi Pengawasan dan Konsultasi I, Seksi Pengawasan dan Konsultasi II, Seksi Pengawasan dan Konsultasi III, serta Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV, masing-masing mempunyai tugas melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan WAjib Pajak, memberi himbauan kepada Wajib Pajak
dan konsultasi
teknis perpajakan, penyusunan biodata Wajib Pajak, analisis kinerja Wajib Pajak, melakukan rekonsiliasi data Wajib Pajak dengan tujuan melakukan intensifikasi, usulan pembetulan ketetapan pajak, usulan pengurangan pajak dan melakukan evaluasi hasil banding. h.
Kelompok Jabatan Fungsional terdiri atas pejabat fungsional pemeriksa dan pejabat funfsional penilai yang bertanggung jawab secara langsung kepada kepala kantor.
5.
Cakupan Wilayah Kerja Wajib KPP Pratama Kalideres melayani Pajak yang berdomisili di wilayah
Kecamatan Kalideres yang terdiri dari 5 (lima) kelurahan yaitu :
69
a.
Kelurahan Semanan
b.
Kelurahan Kalideres
c.
Kelurahan Pegadungan
d.
Kelurahan Tegal Alur
e.
Kelurahan Kamal
6.
Karaktersitik dan Jumlah Wajib Pajak Wilayah KPP Pratama Kalideres mayoritas meliputi pemukiman
masyarakat menengah kebawah dengan potensi yang sangat rendah untuk dilakukan penggalian penerimaan pajaknya. Jumlah wajib pajak yang terdaftar saja hanya mencapai 7.500 orang . B. Statistik Deskriptif Responden Berdasarkan data yang telah berhasil dikumpulkan dalam penelitian ini dengan cara menyebarkan kuesioner yang berjumlah 100 buah kepada wajib pajak berdasarkan data Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar di KPP Pratama Kalideres. Data responden disajikan dalam tabel berikut ini : 1. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No
Tabel 4.1 Data Statistik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Frekuensi Presentase
1.
Laki-laki
57 orang
57%
2.
Perempuan
43 orang
43%
Jumlah
100 Orang
100%
Berdasarkan tabel di atas jumlah responden di KPP Pratama Kalideres Jakarta barat berdasarkan jenis kelamin, responden jenis kelamin laki - laki berjumlah 57% atau 57 orang sedangkan wanitanya berjumlah 43 orang atau 43%. Artinya responden dalam penelitian ini lebih banyak didominasi oleh laki-laki.
70
Grafik 4.1 Data Statistik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
43%
57%
2. Responden Berdasarkan Usia
No
Tabel 4.2 Data Statistik Responden Berdasarkan Usia Usia Frekuensi Presentase
1.
< 20 tahun
4 Orang
4%
2.
20 – 30 tahun
63 Orang
63%
3.
31 – 40 tahun
19 Orang
19%
4.
41 – 50 tahun
13 Orang
13%
5.
> 50 tahun
1 Orang
1%
100 Orang
100%
Jumlah
Berdasarkan usia, responden dalam penelitian ini 63% mendominasi di umur 20 - 30 tahun, yang berumur kurang dari 20 tahun hanya 4 orang atau 4%, yang berumur 31 - 40 tahun hanya 19%, yang berumur 41 - 50 tahun 13% dan yang berumur lebih dari 50 tahun hanya 1%.
71
Grafik 4.2 Data Statistik Responden Berdasarkan Usia
1% 4% 13%
19%
63%
3. Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tabel 4.3 Data Statistik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan No Pendidikan Frekuensi Presentase 1.
SMA/Sederajat
58 Orang
58%
2.
D3
9 Orang
9%
3.
S1
32 Orang
32%
4.
S2
1 Orang
1%
5.
S3
-
-
6.
Lainnya
-
-
100 Orang
100%
Jumlah
Berdasarkan jenjang pendidikan terakhir
di dominasi pada
pendidikan tingkat SMA/Sederajat yaitu sebanyak 58%, sedangkan responden yang pendidikan terakhir perguruan tinggi meliputi Diploma (D1, D2, D3), S1, S2, dan S3 berjumlah 48%. Kondisi ini menggambarkan bahwa Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar di KPP Pratama
Kalideres
SMA/Sederajat.
sebagian
besar
pendidikan
terakhirnya
72
Grafik 4.3 Data Statistik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Data Statistik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan 1%
32%
58%
9%
4. Responden Berdasarkan Status
No
Tabel 4.4 Data Statistik Responden Berdasarkan Status Jenis Kelamin Frekuensi Presentase
1.
Belum Menikah
57 orang
57%
2.
Menikah
43 orang
43%
Jumlah
100
100%
Jika berdasarkan status menunjukan bahwa responden dalam penelitian ini kategori belum menikah lebih banyak yaitu sekitar 57% dan yang menikah 43%. Grafik 4.4 Data Statistik Responden Berdasarkan Status
43%
57%
73
C. Teknik Analisis Data 1. Uji Instrumen Angket c.
Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya
suatu kuesioner.Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner, maka kesioner tersebut dikatakan valid.122 Validitas bertujuan untuk mengukur apakahpertanyaan dalam kuesioner yang dibuat betul-betul dapat mengukur apa yang hendak diukur. Pengukuran validitas dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu melakukan korelasi antar skor butir pertanyaan dengan total skor konstruk
atau
variable,
melakukan
korelasi
bivariate
antara
masing-masing skor indikator dengan total skor konstruk. dan di uji dengan confirmatory factor analysis (CFA). 123 Pengujian validitas dalam penelitian ini menggunakan Pearson correlation perhitungan mengunakan SPSS versi 23.0, uji validitas dikatakan valid jika tingkat signifikan dibawah 0.05 maka butir pernyataan tersebut dikatakan valid. Pernyataan dikatakan valid juga apabila r hitung lebih besar dari r tabel. Dibawah ini adalah tabel uji validitas yang telah diolah dengan menggunakan program SPSS 23,0. Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Sig
Variabel
Butir Pernyataan
Hukum Pajak
4
1**
0,304
0,000
Valid
Sanksi Pajak
5
0,785**
0,304
0,000
Valid
r
hitung
r
tabel
(2-tiled)
Ket
122 Imam Gozali, "Aplikasi Analisis Multivariete dengan Program IBM SPSS 21", (Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2016), h. 52 123 Gozali, "Aplikasi Analisis Multivariete dengan Program IBM SPSS 21", (Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2016), h. 52-55
74
6
0,801**
0,304
0,000
Valid
7
0,953**
0,304
0,000
Valid
8
0,915**
0,304
0,000
Valid
9
0,909**
0,304
0,000
Valid
10
0,890**
0,304
0,000
Valid
11
0,933**
0,304
0,000
Valid
12
0,918**
0,304
0,000
Valid
Pengetahuan Dasar Perpajakan
13
0,878**
0,304
0,000
Valid
14
0,826**
0,304
0,000
Valid
Kesadaran Wajib Pajak
15
0,788**
0,304
0,000
Valid
16
0,778**
0,304
0,000
Valid
17
1**
0,304
0,000
Valid
18
0,879**
0,304
0,000
Valid
19
0,821**
0,304
0,000
Valid
20
0,834**
0,304
0,000
Valid
21
0,890**
0,304
0,000
Valid
22
0,886**
0,304
0,000
Valid
23
0,851**
0,304
0,000
Valid
Penerapan 24 0,869** 0,304 E-Filling 25 0,837** 0,304 Pengawasan 26 0,941** 0,304 Account 27 0,845** 0,304 Representative Biaya Kepatuhan 28 1** 0,304 (Compliance Cost) Sosialisasi 29 1** 0,304 Pajak Tingkat 30 1** 0,304 Pendapatan Sumber : Data primer yang diolah menggunakan SPSS
0,000 0,000
Valid Valid
0,000 0,000
Valid Valid
0,000
Valid
0,000
Valid
0,000
Valid
Tarif Pajak Manfaat NPWP Pemahaman Wajib Pajak
Tingkat Pendidikan Kualitas Pelayanan Pajak Reformasi Administrasi Perpajakan Modernisasi Sistem Administrasi
Berdasarkan tabel di atas dari hasil pengujian validitas kuesioner
75
pada penelitian ini dapat dilihat bahwa semua pernyataan pada masing masing pernyataan dari setiap variabel dikatakan valid karena setiap pernyataan memiliki hasil yang signifikan dibawah 0,05, dan juga dikatakan valid karena nilai rhitung lebih besar dari rtabel. d. Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu, maka kuesioner dikatakan reliabel atau handal. 124 Reliabilitas dapat diukur dengan dua cara yaitu repeated measuri atau pengukuran ulang yang artinya pengukuran dilakukan 2 kali dengan pertanyaan yang sama diwaktu yang berbeda, kemudian dilihat apakah jawabannya tetap konsisten. Sedangkan one shot atau pengukuran sekali saja, adalah pengukuran hanya dilakukan sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain atau mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan. Pengukuran reliabilitas dilakukan menggunakan uji statistik Cronbach Alpha (α). Jika suatu konstruk atau variabel memiliki nilai Cronbach Alpha > 0.70 maka dapat dikatakan bahwa konstruk atau variabel tersebut reliabel. 125 Tabel berikut ini menunjukan hasil uji reliabilitas yang diolah dengan menggunakan program SPSS 23,0. Tabel 4.6 Hasil Uji Reliabilitas Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Cronbach’s Variabel Ket Alpha Hukum Pajak
1
Reliabel
Sanksi Pajak
0,827
Reliabel
Tarif Pajak
0,907
Reliabel
124 Gozali, "Aplikasi Analisis Multivariete dengan Program IBM SPSS 21", (Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2016), h. 47 125 Gozali, "Aplikasi Analisis Multivariete dengan Program IBM SPSS 21", (Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2016), h. 48
76
Manfaat NPWP
0,893
Reliabel
Pemahaman Wajib Pajak
0,906
Reliabel
0,866
Reliabel
Kesadaran Wajib Pajak
0,819
Reliabel
Tingkat Pendidikan
1
Reliabel
Kualitas Pelayanan Pajak
0,865
Reliabel
0,872
Reliabel
0,876
Reliabel
0,896
Reliabel
0,884
Reliabel
1
Reliabel
Sosialisasi Pajak
1
Reliabel
Tingkat Pendapatan
1
Reliabel
Pengetahuan Dasar Perpajakan
Reformasi Administrasi Perpajakan Modernisasi Sistem Administrasi Penerapan E-Filling Pengawasan Account Representative Biaya Kepatuhan (Compliance Cost)
Sumber : Perhitungan menggunakan SPSS 23.0
2. Uji Prasyarat Analisis a. Uji Normalitas Uji Normalitas yang digunakan pada penelitian ini adalah uji normalitas Kolmogorov-smirnov. Uji Kolmogorov smirnov merupakan pengujian normalitas yang sering dipakai setelah adanya program statistik yang beredar. Konsep dasar dari uji normalitas Kolmogorov smirnov adalah dengan membandingkan distribusi data dengan distribusi normal baku. Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas
77
Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 40 Normal Parametersa,b Mean .0000000 Std. Deviation .96817658 Most Extreme Differences Absolute .080 Positive .051 Negative -.080 Test Statistic .080 Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. c. Lilliefors Significance Correction. d. This is a lower bound of the true significance.
Dapat dilihat pada tabel di atas bahwa nilai Asymp.Sig (2-talied) bernilai 0,200 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa residual telah memenuhi asumsi distribusi normal. b. Uji Homogenitas Uji Homogenitas pada prinsipnya ingin menguji apakah sebuah data mempunya varians yang sama di antara anggota data tersebut. Jika varians sama, dan ini yang seharusnya terjadi, maka dikatakan ada homogenitas. Sedangkan jika varians tidak sama, dikatakan terjadi heteroskedastisitas. 126 Uji Homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah kedua kelompok sampel berasal dari populasi yang homogeni atau tidak. Uji homogenitas yang digunakan pada penelitian ini adalah One Way Anova (Analisis of Varians) dengan alat bantu SPSS 23, dengan kriteria nilai sig. < 0,05 maka dikatakan bahwa varian dari dua atau lebih kelompok populasi data adalah tidak sama dan apabila sig. > 0,05 maka dikatakan bahwa varian dua atau lebih kelompok populasi data adalah sama. Berikut hasil output uji homogenitas: Tabel 4.8 126
Singgih Santoso, "Statistik Multivariat", (Jakarta : PT. Elex Media Komputindo, 2014), h. 48
78
Hasil Uji Homogenitas Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Lavene df1 df2 Sig. Statistic Hukum Perpajakan
.093
2
.37
.912
Sanksi Perpajakan
4.649
2
.36
.016
Tarif Pajak
.744
3
35
.533
Hukum NPWP
.109
2
37
.897
1.013
4
35
.414
568
2
36
.571
1.373
3
35
.267
Tingkat Pendidikan
.079
2
37
.924
Kualitas Pelayanan Pajak
.282
3
36
.838
Reformasi Administrasi Perpajakan
.235
2
36
.792
Modernisasi Sistem Adm. Perpajakan
.345
2
36
.710
Penerpan E-Filing
.525
2
36
.596
1.183
2
36
.318
.263
2
37
.770
.409
1
37
.526
.244
1
38
.624
Pemahaman Wajib Pajak Pengetahuan Dasar Perpajakan Kesadaran Wajib Pajak
Pengawasan Account Represemtatif Biaya Kepatuhan Sosialisasi perpajakan Tingat pendidikan.
Berdasalkan tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi pada variabel Kepatuhan Wajib Pajak (Y) terhadap ke enam belas variabel X dikatakan homogen, dikarenakan semua nilai signifikan di atas 0,05 Hampir semua variabel dikatakan sangat homogen karena memiliki nilai yang cukup tinggi dari 0,05 kecuali pada variabel sanksi pajak (X2) yang nilai signifikannya hanya 0,16 dan tetap dikatakan homogen.
79
3. Statistik Deskriptif Deskripsi variabel-variabel penelitian ditampilkan untuk mempermudah dalam mengetahui tanggapan umum responden terhadap variabel-variabel yang diteliti, variabel yang diteliti dalam penelitian ini kepatuhan wajib pajak, hukum perpajakan, sanksi perpajakan, tarif pajak, manfaat NPWP, pemahaman wajib pajak, pengetahuan dasar perpajakan, tingkat pendidikan, kualitas pelayanan, reformasi administrasi perpajakan, modernisasi sistem administrasi
perpajakan,
representative, pendapatan.
penerapan
biaya kepatuhan,
e-filing,
sosialisasi
Pada tabel 4.9 dapat
pengawasan
perpajakan,
dilihat
account
dan tingkat
hasil ringkasan analisis
variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian. Tabel 4.9 Statistik Deskriptif Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak
Sumber : Data Primer, diolah 1. Variabel Kepatuhan Wajib Pajak Berdasarkan pada tabel 4.9 di atas dapat diketahuai bahwa variabel kepatuhan wajib pajak memiliki nilai rata-rata 9,9. Ini menunjukan
80
bahwa responden menjawab dengan pasti tiap butir pernyataan yang berhubungan dengan kepatuhan wajib pajak. Dilihat dari nilai minimum dan maksimum ini menunjukan bahwa responden yang menjawab setuju untuk pernyataan dalam variabel kepatuhan wajib pajak lebih mendominasi. 2. Variabel Hukum Perpajakan Variabel hukum perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak memiliki nilai rata-rata 3,3. Ini menunjukan bahwa sebagian besar responden menjawab tidak yakin untuk pernyataan “Undang-undang pajak dapat memberikan kepastian hukum kepada wajib pajak, mengenai kapan ia harus membayar pajak, hak dan kewajiban wajib pajak”. Nilai minimumnya adalah 2 yang artinya terdapat responden yang menjawab tidak setuju untuk pernyataan yang diajukan, dan nilai maksimumnya adalah 4 yang menunjukkan bahwa terdapat responden yang menjawab sangat setuju untuk butir pernyataan yang berhubungan dengan hukum pajak. 3. Variabel Sanksi Perpajakan Variabel sanksi perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak memiliki nilai rata-rata 5,3. Untuk pernyataan “sanksi administrasi berupa denda 50% dari pajak yang kurang bayar, apabila pengisian SPT tidak benar” dan pernyataan denda keterlambatan pelaporan SPT tahunan pajak penghasilan orang pribadi adalah Rp. 100.000 memiliki nilai minimum masing-masing 1 itu artinya ada beberapa responden yang menjawab sangat tidak setuju untuk pernyataan tersebut. Nilai maksimumnya adalah 4, nilai yang menunjukkan bahwa
terdapat responden yang menjawab
sangat setuju untuk
masing-masing pernyataan yang berhubungan dengan sanksi. 4. Variabel Tarif Pajak Variabel tarif pajak terhadap kepatuhan wajib pajak memiliki nilai rata-rata 6,2. Ini menunjukan bahwa sebagian besar responden menjawab pasti untuk pernyataan yang diajukan berkaitan dengan
81
masalah tarif pajak terhadap patuh tidaknya wajib pajak. Nilai minimum nya adalah 3 yang artinya tidak ada responden yang menjawab tidak setuju untuk pernyataan yang diajukan, dan nilai maksimumnya adalah 8, nilai 8 ini adalah hasil akumulasi 2 pernyataan yang berhubungan dengan sanksi perpajakan, nilai yang menunjukkan bahwa terdapat responden yang menjawab sangat setuju untuk butir pernyataan yang berhubungan dengan tarif pajak. 5. Variabel Manfaat NPWP Variabel Manfaat NPWP terhadap kepatuhan wajib pajak memiliki nilai rata-rata 6,8. Ini menunjukan bahwa sebagian besar responden menjawab pasti untuk pernyataan yang diajukan berkaitan dengan masalah manfaat npwp terhadap patuh tidaknya wajib pajak.Nilai minimum dan nilai maksimumnya menunjukan bahwa responden cenderung menjawab setuju yang berhubungan dengan Manfaat NPWP. 6. Variabel Pemahaman Wajib Pajak Variabel pemahaman wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak memiliki nilai rata-rata 5,9. Ini menunjukan bahwa sebagian besar responden menjawab pasti untuk pernyataan yang diajukan berkaitan dengan masalah pemahaman wajib pajak terhadap patuh tidaknya wajib pajak.Nilai minimum dan nilai maksimumnya menunjukan bahwa responden cenderung menjawab setuju yang berhubungan dengan pemahaman wajib pajak. 7. Variabel Pengetahuan Dasar Perpajakan Variabel pengetahuan dasar perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak memiliki nilai rata-rata 6,7 .Ini menunjukan bahwa sebagian besar responden menjawab pasti untuk pernyataan yang diajukan berkaitan dengan masalah pengetahuan dasar perpajakan terhadap patuh tidaknya wajib pajak. Nilai minimum dan nilai maksimumnya menunjukan bahwa responden cenderung menjawab setuju yang berhubungan dengan pengetahuan dasar perpajakan.
82
8. Variabel Kesadaran Wajib Pajak Variabel kesadaran wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak memiliki nilai rata-rata 6,1. Ini menunjukan bahwa sebagian besar responden menjawab pasti untuk pernyataan yang diajukan berkaitan dengan masalah kesadaran wajib pajak terhadap patuh tidaknya wajib pajak.Nilai minimum dan nilai maksimumnya menunjukan bahwa responden cenderung menjawab setuju yang berhubungan dengan kesadaran wajib pajak. 9. Variabel Tingkat Pendidikan Variabel tingkat pendidikan terhadap kepatuhan wajib pajak memiliki nilai rata-rata 3,0. Menunjukan bahwa sebagian besar responden menjawab tidak pasti untuk pernyataan “Rendahnya tingkat pendidikan wajib pajak mempengaruhi kepatuhan wajib pajak”. Dengan nilai minimum 1 menunjukkan bahwa ada responden yang menjawab sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut. 10. Variabel Kualitas Pelayanan Pajak Variabel kualitas pelayanan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak memiliki nilai rata-rata 6,5. Ini menunjukan bahwa sebagian besar responden menjawab pasti untuk pernyataan mengenai kualitas pelayanan yang diajukan, nilai minimum menunjukkan angka 4 dimana angka 4 ini akumulasi dari 2 pernyataan itu artinya dari pernyataan-pernyataan mengenai kualitas pelayanan ada beberapa responden yang menjawab tidak setuju dengan pernyataan tersebut. 11. Variabel Reformasi Administrasi Perpajakan Nilai rata-rata menunjukkan di angka 6,6. sebagian besar responden menjawab pasti untuk pernyataan yang diajukan berkaitan dengan masalah reformasi administrasi perpajakan terhadap patuh tidaknya wajib pajak. 12. Variabel Modernisasi Administrasi Perpajakan Variabel modernisasi sistem administrasi perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak memiliki nilai rata-rata 3,4. Ini menunjukan
83
bahwa sebagian besar responden menjawab tidak pasti untuk pernyataan yang diajukan berkaitan dengan masalah modernisasi sistem administrasi perpajakan terhadap patuh tidaknya wajib pajak. Nilai minimum dan nilai maksimumnya menunjukan bahwa responden cenderung menjawab setuju yang berhubungan dengan modernisasi sistem administrasi perpajakan. 13. Variabel Penerapan E-Filing Rata-rata variabel penerapan e-filing adalah 3,4, sebagian besar responden menjawab tidak pasti untuk pernyataan yang diajukan berkaitan dengan masalah penerapan e-filing terhadap patuh tidaknya wajib pajak. Nilai minimum dan nilai maksimumnya menunjukan bahwa responden cenderung menjawab setuju yang berhubungan dengan penerapan e-filing. 14. Variabel Pengawasan Account Representative Rata-rata pengawasan account representative 6,4, banyak responden menjawab dengan yakin untuk pernyataan yang diajukan berkaitan dengan masalah pengawasan account representative terhadap patuh tidaknya wajib pajak. 15. Variabel Biaya Kepatuhan Variabel biaya kepatuhan terhadap kepatuhan wajib pajak memiliki nilai rata-rata 3,2. Ini menunjukan bahwa sebagian besar responden menjawab tidak pasti untuk pernyataan yang diajukan berkaitan dengan masalah biaya kepatuhan terhadap patuh tidaknya wajib pajak.Nilai minimum adalah 2 yang artinya ada responden yang menjawab tidak setuju dan nilai maksimumnya menunjukan nilai 4 bahwa responden cenderung menjawab setuju yang berhubungan dengan biaya kepatuhan. 16. Variabel Sosialisasi Perpajakan Variabel sosialisasi perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak memiliki nilai rata-rata 3,3. Ini menunjukan bahwa sebagian besar responden menjawab tidak pasti untuk pernyataan yang diajukan
84
berkaitan dengan masalah sosialisasi perpajakan terhadap patuh tidaknya wajib pajak. Nilai minimum adalah 2 yang artinya ada responden yang menjawab tidak setuju dan nilai maksimumnya menunjukan nilai 4 bahwa responden cenderung menjawab setuju yang berhubungan dengan sosialisasi perpajakan. 17. Variabel Tingkat Pendapatan tingkat pendapatan terhadap kepatuhan wajib pajak memiliki nilai rata-rata 3,3. Nilai minimum adalah 1 yang artinya ada responden yang menjawab sangat tidak setuju dengan tetap pernyataan “besar kecilnya pendapatan saya tidak akan menjadi penghalangsaya untuk membayar pajak.
4. Analisis Faktor Analisis
faktor
dalam
penelitian
ini
menggunakan
metode
Kaiser-Meiyer-Olkin (KMO) yang dimana hasil uji nya harus lebih dari 0,5 dan menggunakan metode pengukuran Measure of Sampling Adequacy (MSA). Untuk melakukan proses ektraksi dalam penelitian ini menggunakan metode Principal Component Analysis (PCA). Proses seleksi variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a.
Uji Kaiser-Meiyer-Olkin (KMO) dan Barlett’s Test Uji KMO dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor dalam penelitian itu valid atau tidak. Angka KMO dan Barlett’s Test harus di atas 0,5. Kriteria KMO adalah : 1) Jika probabilitas angka sig <0,05 maka variabel penelitian dapat dianalisis lebih lanjut 2) Jika probabilitas angka sig >0,05 maka variabel penelitian tidak dapat dianalisis lebih lanjut.127
b. Anti Image Matrics Anti Image Matrics digunakan untuk melihat variabel-variabel mana saja yang layak dibuat analisis faktor, serta untuk mengetahui faktor analisis tersebut memiliki korelasi yang kuat atau tidak 127
dengan
Santoso,“Statistik Multivariat”, (Jakarta : PT. Elex Media Komputindo, 2014), h.66.
85
nilai yang lebih besar atau sama dengan 0,05. Pada bagian Anti Image Matrics yang pertama kali harus dikeluarkan adalah variabel yang tidak memenuhi kriteria atau variabel yang memiliki nilai MAS paling kecil dan kurang dari 0,5. Angka MSA (Measure of Sampling Adequacy) berkisar 0 sampai 1. 128 c.
Eigenvalue Digunakan untuk menganalisis layak atau tidaknya sutau faktor, dengan mengacu pada angka lebih dari 1 atau sama dengan 1 maka faktor tersebut dapat digunakan, sedangkan jika eigenvalue kurang dari 1 maka faktor tersebut akan dikeluarkan atau tidak digunakan.129 Dalam penelitian ini tahap pertama yang dilakukan dalam analisis
faktor adalah menilai 30 pernyataan yang terbentuk dari 16 variabel, yaitu Hukum Perpajakan (X1), Sanksi Perpajakan (X2), Tarif Perpajakan (X3), Manfaat NPWP (X4), Pemahaman Wajib Pajak (X5), Pengetahuan Dasar Perpajakan (X6), Kesadaran Wajib Pajak (X7), Tingkat Pendidikan (X8), Kualitas Pelayanan Pajak (X9), Reformasi Administrasi Perpajakan (X10), Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan (X11), Penerapan E-Filing (X12), Pengawasan Account Representative (X13), Biaya Kepatuhan (X14), Sosialisasi Perpajakan (X15), dan Tingkat Pendapatan (X16).Variabel ini terdiri dalam beberapa item-item pernyataan. Data ini diolah menggunakan software SPSS 23,0. Korelasi antarvariabel independen (X) dalam analisis faktor harus >0,5 dengan signifikansi 0,05. Hasil uji korelasi antarvariabel x pada output KMO and Barlett’s Test dapat dilihat pada tabel 4.10.
128 129
80.
Santoso,“Statistik Multivariat”, (Jakarta : PT. Elex Media Komputindo, 2014), h.66. Santoso,”Statistik Multivariat”, (Jakarta : PT. Elex Media Komputindo, 2014), h.
86
Tabel 4.10 KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. Bartlett's Test of Sphericity
Approx. Chi-Square
.829 760.990
Df
120
Sig.
.000
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS Dilihat dari hasil statistik KMO pada tabel 4.10 di atas menunjukan bahwa hasil KMO adalah 0,829 dan tingkat signifikasinya adalah 0,000. Hasil KMO yang sudah memenuhi syarat yaitu di atas 0,5, begitu juga dengan Barlett’s Test yang juga signifikan pada 0,05, menunjukan bahwa variabel-variabel
tersebut
dapat
dianalisis
lebih
lanjut
dengan
menggunakan analisis faktor. Selanjutnya untuk meilhat korelasi antarvariabel x dapat dilihat pada tabel Anti Image Matrices (tabel ada dalam lampiran), nilai yang diperhatikan adalah nilai MSA
(Measure of Sampling Adequacy),
masing-masing variabel memiliki nilai MSA sebesar 0,836 untuk Hukum Perpajakan (X1),
0,905 untuk Sanksi Perpajakan(X2), 0,911 untuk Tarif
Pajak (X3), 0,839 untuk Manfaat NPWP (X4), 0,904 untuk Pemahaman Wajib Pajak (X5), 0,803 untuk Pengetahuan Dasar Perpajakan (X6), 0,815 untuk Kesadaran Wajib Pajak (X7), 0,719 untuk Tingkat Pendidikan (X8), 0,819 untuk Kualitas Pelayanan Pajak (X9), 0,845 untuk
Reformasi
Administrasi
Perpajakan
(X10),
0,782
untuk
Modernisasi Sistem Perpajakan (X11), 0,700 untuk Penerapan E-Filing (X12), 0,845 untuk Penerapan Account Representative (X13), 0,905 untuk Biaya Kepatuhan (X14), 0,902 untuk Sosialisasi Perpajakan (X15) dan 0,757 untuk Tingkat Pendapatan (X16).
87
Berdasarkan hasilnya nilai Measure of Sample Adequacy (MSA) secara keseluruhan nilainya sudah di atas 0,5 dengan tingkat signifikan jauh dibawah 0,05. Maka keseluruhan variabel dapat dianalisis lebih lanjut. Pengelompokan Faktor Tahapan selanjutnya untuk menentukan apakah variabel-variabel independen (X) bisa dikelompokkan ke dalam satu atau beberapa faktor. Jadi ke-16 variabel ini akan dilihat apakah variabel tersebut bisa disederhanakan ke dalam satu atau beberapa faktor. Berdasarkan tabel 4.11 dapat dilihat nilai komunalnya. Pada dasarnya communalities adalah proporsi dari varian suatu item pengubah yang dapat dijelaskan oleh faktor utamanya. Hasilnya adalah faktor mampu menjelaskan variabel penerapan e-filing yaitu sebesar 0,914 yang berarti 91,4% varian dari penerapan e-filing dapat dijelaskan oleh faktor-faktor yang terbentuk. Sedangkan nilai terkecil dimiliki oleh variabel biaya kepatuhan yaitu sebesar 0,400 yang berarti 40% varian dari biaya kepatuhan juga dapat dijelaskan oleh faktor-faktor terbentuk. Semakin besar nilai communalities semakin erat hubungannya dengan faktor terbentuk. Tabel 4.11
88
Selanjutnya, pada tahap ini dilakukan pengujian Total Variance Explained. Total Variance Explained. Untuk menentukan berapa banyak faktor yang terbentuk dapat dilihat pada tabel Total Variance Explained, dan dilihat pada kolom eigenvalue. Nilai eigenvalue harus berada di atas satu (1) jika dibawah satu (1) maka tidak bisa dijadikan faktor terbentuk. Jumlah eigenvalue susunannya selalu diurutkan dari nilai yang terbesar sampai yang terkecil. Tabel 4.12
Dapat dilihat bahwa dari ke-16 variabel yang dianalisis ternyata hasil ekstraksi kepatuhan wajib pajak menjadi 4 faktor yang terbentuk, hal ini dikarenakan keempat faktor tersebut telah memenuhi syarat dengan nilai eigenvalue-nya lebih dari 1, tetapi untuk keduabelas faktor nilai eigenvalue-nya kurang dari 1, yaitu 0,899 dan yang terkecil dengan nilai 0,093. Sehingga proses factoring hanya terbentuk pada 4 faktor saja. Faktor 1 mampu menjelaskan 39,66% variasi, faktor 2 mampu menjelaskan 10,70% variasi, faktor 3 mampu menjelaskan 7,22% variasi, dan faktor 4 hanya mampu menjelaskan 6,55% variasi, keempat faktor keseluruhan mampu menjelaskan 64,14% variasi. Setelah mengetahui bahwa faktor yang terbentuk adalah 4 faktor,
89
selanjutnya adalah menentukaan masing-masing variabel yang akan masuk ke dalam faktor 1, faktor 2, faktor 3 atau faktor 4. Cara menentukannya adalah dengan melihat tabel Component Matrix sebagai berikut : Tabel 4.13
Setelah diketahui bahwa keempat faktor adalah jumlah yang paling optimal, tabel Component Matrix menunjukan distribusi ke enam belas variabel tersebut pada empat faktor. Angka-angka yang ada pada tabel tersebut adalah factor loading. Angka-angka tersebut menunjukan besar korelasi antara suatu variabel dengan faktor 1, faktor 2, faktor 3 dan faktor 4. Proses penentuan variabel mana yang akan masuk ke faktor yang mana dilakukan dengan melihat perbandingan besar korelasi tiap baris. Pada variabel tingkat pendidikan, korelasi antara variabel dengan keempat faktor sama-sama memiliki nilai korelasi yang rendah, sulit
90
menentukan masuk ke dalam faktor yang mana variabel tingkat pendidikan, karena masih ada variabel yang belum jelas dimasukkan ke dalam faktor 1, faktor 2, faktor 3 atau faktor 4 maka diperlukan proses rotasi. Untuk memperjelas variabel mana saja yang masuk ke faktor mana, perlu dilihat pada tabel Rotated Component Matrix sebagai berikut : Tabel 4.14 Rotated Component Matrixa Component 1
2
3
4
Hukum Perpajakan
.525
.326
.223
.435
Sanksi Perpajakan
.219
.141
.749
.090
Tarif Perpajakan
.239
.291
.555
.128
Manfaat NPWP
.655
.168
.178
.054
Pemahaman Wajib Pajak
.301
.323
.379
.535
Pengetahuan Dasar Perpajakan
.764
.032
.167
-.085
Kesadaran Wajib Pajak
.271
.127
.777
-.021
Tingkat Pendidikan
.196
.391
.146
-.753
Kualitas Pelayanan Pajak
.433
.199
.496
.114
Reformasi Administrasi Perpajakan
.610
.325
.267
.329
Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan
.226
.856
.188
.042
Penerapan e-filing
.115
.944
.057
-.075
Pengawasan Account Representative
.238
.806
.274
-.020
Biaya Kepatuhan
.523
.204
.262
.128
Sosialisasi Perpajakan
.714
.132
.205
-.137
TIngkat Pendapatan
.129
.044
.809
-.059
Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization. a a. Rotation converged in 7 iterations.
Untuk mengatasi permasalahan pada tabel 4.13 maka dilakukan rotasi yang dapat dilihat pada tabel 4.14 di atas. Dalam penelitian ini yang dipakai adalah rotasi varimax. Mekanisme rotasi varimax adalah dengan membuat korelasi variabel yang hanya dominan pada satu faktor.
91
Atau yang korelasinya besar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel-tabel berikut :
Tabel 4.15 Data Faktor Terbentuk 1 Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak No Faktor 1 Nilai 1
Hukum Perpajakan (X1)
.525
2
Manfaat NPWP (X4)
.655
3
Pengetahuan Dasar Perpajakan (X6)
.764
4
Reformasi Administrasi Perpajakan (X10)
.610
5
Biaya Kepatuhan (X14)
.523
6
Sosialisasi Perpajakan (X15)
.714
Dapat dilihat bahwa yang mengelompok pada faktor 1 adalah Hukum Perpajakan (X1), Manfaat NPWP (X4), Pengetahuan Dasar Perpajakan (X6), Reformasi Administrasi Perpajakan (X10), Biaya Kepatuhan (X14) dan Sosialisasi Perpajakan (X15). Pada faktor 1 nilai terbesar ada pada variabel Pengetahuan Dasar Perpajakan yaitu dengan nilai 0,764 Tabel 4.16 Data Faktor Terbentuk 2 Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak No Faktor 2 Nilai 1
Modernisasi Sistem Perpajakan (X11)
.856
2
Penerapan E-Filing (X12)
.944
3
Pengawasan Account Representative (X13)
.806
92
Pada faktor 2 adalah Modernisasi Sistem Perpajakan (X11), Penerapan E-Filing (X12) dan Pengawasan Account Representative (X13).Nilai terbesar pada fakor 2 ada pada variabel Penerapan E-Filing dengan nilai 0,944. Tabel 4.17 Data Faktor Terbentuk 3 Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak No Faktor 3 Nilai 1
Sanksi Perpajakan (X2)
.749
2
Tarif Perpajakan (X3)
.555
3
Kesadaran Wajib Pajak (X7)
.777
4
Kualitas Pelayanan Pajak (X9)
.496
5
Tingkat Pendapatan
.809
Yang termasuk dalam faktor 3 adalah Sanksi Perpajakan (X2), Tarif Perpajakan (X3), Kesadaran Wajib Pajak (X7), Kualitas Pelayanan Pajak (X9), dan Tingkat Pendapatan (X16). Nilai terbesar pada faktor ini ada pada variabel Tingkat Pendapatan yaitu 0,809. Tabel 4.18 Data Faktor Terbentuk 4 Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak No Faktor 4 Nilai 1
Pemahaman Wajib Pajak (X5)
2
Tingkat Pendidikan (X8).
.535 -.753
Selanjutnya pada faktor 4 adalah , Pemahaman Wajib Pajak (X5) dan Tingkat Pendidikan (X8).Nilai terbesar pada faktor ini adalah variabel Tingkat Pendidikan. Dari tabel–tabel faktor di atas, selanjutnya melakukan pemberian
93
nama baru untuk setiap faktor, biasanya pemberian nama baru untuk masing – masing faktor bersifat subyektif, terkadang nilai factor loading tertinggi digunakan untuk memberi nama faktor. Dalam penelitian ini memberikan nama untuk faktor baru dengan menggunakan nilai factor loading tertinggi. Berikut ini nama baru untuk setiap faktor : 1. Faktor 1 nilai tertinggi ada pada Pengetahuan Dasar Perpajakan dengan nilai 0,764 maka dari itu nama untuk faktor 1 adalah “Pengetahuan Dasar Perpajakan”. 2. Faktor 2 nilai tertinggi ada pada Penerapan E-Filing dengan nilai 0,944 maka dari itu nama untuk faktor 2 adalah “Penerapan E-Filing”. 3. Faktor 3 nilai tertinggi ada pada Tingkat Pendapatan dengan nilai 0,809 maka dari itu nama untuk faktor 3 adalah “Tingkat Pendapatan”. 4. Faktor 4 nilai tertinggi ada pada Tingkat Pendidikan dengan nilai -0,753 maka dari itu nama untuk faktor 4 adalah “Tingkat Pendidikan”. Tabel 4.19 Component Transformation Matrix Component
1
2
3
4
1
.610
.535
.572
.118
2
-.244
.805
-.422
-.338
3
-.403
-.069
.630
-.660
4
.637
-.248
-.312
-.660
Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.
Langkah terakhir dari penentuan faktor dapat dilihat pada tabel Component Transformer, untuk melihat keempat faktor tersebut memiliki nilai di atas 0,5, lihat komponen 1 dengan 1 yang nilainya 0,610, komponen 2 dengan 2 yang nilainya 0,805, komponen 3 dengan 3 yang nilainya 0,630 dan komponen 4 dengan 4 yang nilainya 0,660. Hal
94
tersebut membuktikan keempat faktor yang terbentuk sudah tepat, karena mempunyai korelasi yang cukup tinggi. D. Pembahasan dan Interpretasi Berdasarkan hasil analisis faktor yang dilakukan dengan bantuan statistik SPSS diketahui bahwa terbentuk empat faktor baru. Dari hasil analisis data pada pengujian KMO dan Barlett's test hasilnya sebesar 0,829 > 0,5 maka proses analisis dapat dilanjutkan. Hasil Measure of Sampling Adequacy (MSA) secara keseluruhan telah memenuhi syarat yaitu di atas 0,5. Maka ke enam belas variabel dapat dianalisis lebih lanjut lagi. Dan dapat disimpulkan jika ke enam belas variabel ini memiliki pengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi yang terdaftar di KPP Pratama Kalideres. Kepatuhan wajib pajak berkaitan erat dengan perilaku. Hal ini juga didukung dengan teori atribusi yang mana keinginan wajib pajak untuk membayar pajak nya berkaitan dengan persepsi wajib pajak dalam membuat penialaian pajak itu sendiri. Hasil pengujian Total Variance Explained diperoleh bahwa dari enam belas variabel yang dianalisis terbentuk empat faktor. Faktor pertama mampu menjelaskan 39,66% variasi, faktor kedua mampu menjelaskan 10,70% variasi, faktor ketiga mampu menjelaskan 7,22% variasi, dan faktor keempat hanya mampu menjelaskan 6,55% variasi. Akumulasi dari keempat faktor mampu menjelaskan 64,14% variasi. Faktor pertama berisi variabel Hukum Perpajakan, hal ini juga ditunjukan oleh peneliti sebelumnya yaitu Marvina Ramdhan (2015) bahwa Hukum perpajakan memberikan pengaruh besar terhadap kepatuhan wajib pajak. 130 Manfaat NPWP dalam penelitian Masruroh (2013) tidak memiliki pengaruh yang signifikan tetapi dalam penelitian ini menunjukan hasil yang berbeda dalam penelitian ini manfaat NPWP cukup memberikan pengaruh yang signifikan. 131 Pengetahuan Dasar Perpajakan memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak hal ini didukung oleh peneliti sebelumnya yaitu Nova Kristanty dkk (2014) dalam penelitiannya pengetahuan wajib pajak dan 130 131
Penelitian Marvina Ramdhan, 2015. Penelitian Siti Masruroh, 2014.
95
Sosilasisai Perpajakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. 132 Reformasi Administrasi Perpajakan memiliki pengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak hal ini juga ditunjukkan pada penelitian sebelumnya yang diteliti oleh Berly Angkoso (2010) dalam penelitiannya reformasi perpajakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. 133 Biaya Kepatuhan pada peneliti sebelumnya Anggadewi (2014) hasil penelitiannya menunjukkan bahwa secara parsial dan secara simultan biaya kepatuhan (compliance cost) berpengaruh signifikan terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak. 134 Faktor kedua berisi variabel Modernisasi Sistem Perpajakan pada penelitian sebelumnya yang diteliti oleh Sri Rahayu dkk (2009) sistem administrasi berbasis modern tidak memiliki pengaruh yang signifikan.135 Penerapan E-Filing dalam penelitian ini memberikan pengaruh yang sangat signifikan karena memiliki nilai yang paling tinggi dan Pengawasan Account Representative memiliki pengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak hal ini juga ditunjukkan oleh peneliti sebelumnya Sandi (2010) yang menyatakan bahwa pengawasan Account Representative memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. 136 Faktor ketiga Sanksi Perpajakan, Tarif Perpajakan, Kesadaran Wajib Pajak, Kualitas Pelayanan Pajak, dan Tingkat Pendapatan memiliki pengaruh dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak, hal ini juga ditunjukan oleh peneliti sebelumnya ernawati (2010) yang menyatakan bahwa kualitas pelayanan dan tingkat pendapatan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak. 137 Faktor keempat berisi variabel Pemahaman Wajib Pajak dan Tingkat Pendidikan yang mana memiliki pengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak hal ini didukung dengan penelitian sebelumnya oleh Masruroh dan Ernawati yang
132 133 134 135 136 137
Penelitian Nova Kristanty, Siti Khairani dan Icha Fajriana, 2014. Penelitian Berly Angkoso, 2010. Penelitian Anissa Anggadewi, 2014. Penelitian Sri Rahayu, 2009. Penelitian Sandi, 2010. Penelitian Ernawati, 2010.
96
menyatakan pada penelitian mereka bahwa pemahaman wajib pajak dan tingkat pendidikan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. 138 Interpretasi Analisis Faktor Dalam penelitian ini telah terbentuk empat faktor dikarenakan keempat faktor ini memiliki eigenvalue >1 (lebih dari satu). Faktor pertama di dominasi dengan variabel Pengetahuan dasar perpajakan dengan nilai loading 0,764. Sosialisasi Perpajakan memiliki nilai loading 0,714. Manfaat NPWP memiliki nilai loading 0,655, Reformasi Administrasi Perpajakan memiliki nilai loading 0,610, Hukum Perpajakan memiliki nilai loading 0,525 dan Biaya Kepatuhan memiliki nilai loading0,523. Faktor kedua di dominasi dengan variabel Penerapan e-filing nilai loading 0,944. Modernisasi memiliki nilai loading 0,856.dan nilai loading terendah pada faktor kedua terdapat pada variabel Pengawasan account representative yaitu 0,804. Faktor ketiga didominasi dengan variabel Tingkat Pendidikan dengan nilai loading 0,809, Kesadaran Wajib Pajak dengan nilai loading 0,777, Sanksi Perpajakan memiliki nilai loading 0,749, nilai loading variabel Tarif Perpajakan yaitu 0,555, dan nilai loading terendah pada faktor ketiga terdapat pada Kualitas Pelayanan Pajak. Dan pada Faktor keempat hanya ada dua variabel yaitu Tingkat Pendidikan dan Pemahaman Wajib Pajak, dengan nilai loading tertinggi adalah Tingkat Pendidikan dengan nilai 0,753, dan terendahnya adalah Pemahaman Wajib Pajak 0,535. Nilai rata-rata Communalities dari semua variabel adalah 0,641 meskipun nilai ini lebih kecil daripada nilai KMO yaitu sebesar 0,829, faktor-faktor yang dianalisis dalam penelitian ini dapat dipercaya dalam memprediksi kepatuhan wajib pajak orang pribadi.Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh penulis, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak orang pribadi adalah Hukum Perpajakan, Sanksi Perpajakan, Tarif Perpajakan, Manfaat NPWP, Pemahaman Wajib Pajak, Pengetahuan Dasar Perpajakan, Kesadaran Wajib Pajak, Tingkat Pendidikan, Kualitas Pelayanan, Reformasi Administrasi Perpajakan, Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan, 138
Penelitian Siti Masruroh dan Ernawati.
97
Penerapan E-filing, Pengawasan Account Representative, Biaya Kepatuhan, Sosialisasi Perpajakan dan Tingkat Pendapatan.
Dan faktor yang paling
dominan dalam mempengaruhi kepatuhan wajib pajak orang pribadi adalah Penerapan E-filing dengan nilai loading 0,944. Penerapan E-filing ini berisi tentang kemudahan masyarakat dalam melaporkan pajaknya, karena pelaporan pajak bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja dengan menggunakan internet. Penerapan E-filing ini merupakan sebuah pelayanan yang dibuat Direktorat Jenderal Pajak dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak orang pribadi.
98
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan data berupa kuesioner yang telah dikumpulkan dari 100 responden wajib pajak yang terdaftar di KPP Kecamatan Kalideres dan pengujian yang dilakukan terhadap permasalahan yang menggunakan analisis faktor, maka dapat diambil kesimpulan faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak orang pribadi terdiri dari empat faktor terbentuk dengan menggunakan uji kelayakan dengan metode Rotated Component Matrix. Faktor tersebut adalah Pertama, terdiri dari Hukum Perpajakan 0,525, Manfaat NPWP 0,655, Pengetahuan Dasar Perpajakan 0,764, Reformasi Administrasi Perpajakan 0,610, Biaya Kepatuhan 0,523, dan Sosialisasi Perpajakan 0,714. Kedua, terdiri dari Modernisasi Sistem Perpajakan 0,856, Penerapan E-Filing 0,944, dan Pengawasan Account Representative 0,806. Ketiga, terdiri dari Sanksi Perpajakan 0,794, Tarif Perpajakan 0,555, Kesadaran Wajib Pajak 0,777, Kualitas Pelayanan Pajak 0,496, dan Tingkat Pendapatan 0,809. Keempat, terdiri dari Pemahaman Wajib Pajak 0,535 dan Tingkat Pendidikan 0,753. Faktor-faktor ini muncul dengan nama baru yang ditentukan dengan nilai tertinggi, yaitu faktor pertama pengetahuan dasar perpajakan dengan nilai 0,764, faktor kedua penerapan e-filing dengan nilai 0,944, faktor ketiga tingkat pendapatan dengan nilai 0,809 dan faktor keempat tingkat pendidikan dengan nilai 0,753. B. Implikasi Implikasi dari penelitian ini adalah kesadaran bagi wajib pajak untuk mematuhi kepatuhan wajib pajaknya sangat erat dengan persepsi masyarakat itu sendiri mengenai pajak. Kantor Pelayanan Pajak harus memperbaiki kinerjanya untu kedepannya agar masyarakat lebih percaya untuk membayar pajaknya.
98
99
Perilaku patuh atau tidaknya wajib pajak sangat dipengaruhi oleh individu dan juga pelayanan dari Kantor Pelayanan Pajak yang dalam penelitian ini dalam penerapan e-Filing memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak, yang artinya masyarakat sekarang lebih menyukai sesuatu yang mudah dan cepat, diharapkan pemerintah ataupun aparat pajak mampu meningkatkan lagi dalam memberikan kepada masyarakat. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukkan yang penting bagi Direktorat Jenderal Pajak mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam melaporkan pajaknya. Hal ini dikarenakan peran dan partisipasi seluruh masyarakat Indonesia sangatlah dibutuhkan dalam kelancaran reformasi perpajakan dan meningkatkan pencapaian target penerimaan negara dari sektor pajak. C. Saran Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti mengemukakan beberapa saran, yaitu sebagai berikut : 1. Penelitian berikutnya sebaiknya menambahkan variabel lain yang sesuai dengan kepatuhan wajib pajak, salah satunya adalah Amnesti Pajak yang mungkin juga akan mempengaruhi kepatuhan wajib pajak. 2. Untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak Kantor Pelayanan Pajak (KPP) harus lebih meningkatkan lagi kualitas-kualitas pelayanan yang lebih mudah diaplikasikan pada masyarakat, agar memberikan kepuasan bagi wajib pajak sehingga memberikan kecenderungan untuk melakukan pembayaran pajak tepat pada waktunya. 3. Pada saat ini penerimaan yang berasal dari pajak terus mengalami peningkatan dikarenakan sistem administrasi perpajakan yang semakin baik. Diharapkan aparat pajak selalu meningktakan sistem administrasi untuk yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA BUKU A T, Salamun. Pajak, Citra dan Upaya Pembaharuannya.Jakarta : PT. Bina Rena Pariwara. 1991. Faisal, Gatot SM. How To Be Smarter Taxpayer. Jakarta :Grasindo. 2009. Fuad, M. Pengantar Bisnis. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. 2006. Gozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivarietedengan Program IBM SPSS 23. Semarang :Badan Penerbit Universitas Diponegoro. 2016. John M.Ivanceich, Robet Kanopaske, dan Michael T. Mattesons, Perilaku dan Manajemen Organisasi,Diterjemahkan oleh : Gina Gania. Jakarta. Penerbit Erlangga, 2006. Mardiasmo. Perpajakan Edisi Revisi. Yogyakarta : Andi Offset.2008. Nurmantu, Safri. Pengantar Perpajakan. Jakarta : Granit. 1994. Pandiangan, Liberti. Modernisasi dan Reformasi Pelayanan Perpajakan berdasarkan UU terbaru.Jakarta : PT. Elex Media Komputindo. 2008. Prastowo, Yustinus. Manfaat dan Risiko Memiliki NPWP.Jakarta : Raih Asa Sukses. 2009. Resmi, Siti. Perpajakan :Teori dan Kasus Edisi 6. Jakarta :Penerbit Salemba Empat, 2011. Saipul, Asep. Metode Penelitian Kuantitatif Aplikasi dalam Pendidikan, (Yogyakarta : Deepublish. 2014. Santoso. Statistik Multivariat. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo. 2014 Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Alfabeta. 2014.
99
Kualitatif dan R&D. Bandung :
100
Sumarsan, Thomas. Perpajakan Indonesia Edisi2 :Pedoman Perpajakan yang Lengkap Berdasarkan Undang-Undang Terbaru. Jakarta : PT. Indeks. 2012. Sunaryo. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2002. Supramono dan Theresia Woro Damayanti, Perpajakan Indonesia-Mekanisme dan Perhitungan.Yogyakarta : Andi Offset. 2010. Waluyo. Perpajakan Indonesia. Jakarta : Salemba Empat.2011. SKRIPSI, TESIS, DISERTASI Arum, Harjanti Puspa. "Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pelayanan Fiskus, dan Sanksi Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Kegiatan Usaha dan Pekerjaan Bebas (Studi di Wilayah KPP Pratama Cilacap)". Skripsi, Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Diponegoro. 2012. Ernawati. "Pengaruh Tingkat Pendidikan, Pendapatan, dan Kualitas Pelayanan Fiskus terhadap Kepatuhan Wajib Pajak". Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Hasanuddin Makasar. 2014. Gayatri, Intan. "Pengelolaan Data Wajib Pajak Melalui Program Profiling Wajib Pajak Dalam Rangka Modernisasi Administrasi Perpajakan".Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia. 2009. Jatmiko, Agus Nugroho. "Pengaruh Sikap Wajib Pajak Pada Pelaksanaan Sanksi Denda, Pelayanan Aparat pajak dan Kesadaran Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris Terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi di Semarang)". Tesis. Program S2 Magister Akuntansi Universitas Diponegoro.2006. Masruroh, Siti. "Pengaruh Manfaat NPWP, Pemahaman Wajib Pajak, Kualitas Pelayanan dan Sanksi Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris Pada WP OP di Kabupaten Tegal)". Skripsi, Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Diponegoro.2013. Putri, Rolalita Lukmana. "Pengaruh Motivasi Membayar Pajak dan Tingkat Pendidikan Terhadap Kepatuhan WajibPajak Orang Pribadi". Skripsi S1 Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Yogyakarta. 2015. Yogatama, Arya. “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi”. Skripsi S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis,
101
Universitas Diponegoro. 2014. Zaini, Paisal Amir. “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi”. Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2010. JURNAL Anggadewi, Anissa. Pengaruh Pemahaman Pajak dan Biaya Kepatuhan Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak. Skripsi S1 Fakultas Ekonomi. Universitas Widyatama. 2015. Hardiningsih, Pancawati. 2011. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemauan Membayar Pajak.Program Studi Akuntansi, Universitas Stikubank, Dinamika Keuangan dan Perbankan, Vol. 3, No. 1, Hal: 126–142. Nova Kristanty, Siti Khairani, dan Icah Fajriana. Pengaruh Pengetahuan Wajib Pajak, Tarif Pajak, dan Penyuluhan Pajak terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan di Kantor Pelayanan Pajak Madya Palembang. Jurnal Akuntansi STIE MDP Palembang. Susilawati , Evi dan Ketut Budiarthi, Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pengetahuan Pajak, Sanksi Perpajakan dan Akuntabilitas Pelayanan Publik Pada Kepatuhan Wajib Pajak dalam Membayar Pajak Kendaraan Bermotor, E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana. 2013. WEBSITE ___________.http://www.kemenkeu.go.id/apbn2016. Diakses pada tanggal 25 Februari 2016. ___________.http://www.pajak.go.id/blog-entry/kp2kpngabang/pelayanan-primasalah-satu-kunci-sukses-penerimaan-pajak. Diakses padat anggal 25 Februari 2016. Dewi Damiyanti, "Biaya Kepatuhan E-Filing Rendah, Benarkah?", http://www.pajak.go.id/content/article/biaya-kepatuhan-e-filing-rendah benarkah. Di akses pada tanggal 12 Juli 2016 pukul 20.15. Delia Davina, "Kinerja Account Representative", http://www.kompasiana.com/davina16/hubungan-antara-kinerja-account-rep resentative-dengan-penerimaan-pajak. Diakses pada tanggal 10 Juli 2016 pukul 22.10.
102
UNDANG-UNDANG dan PERATURAN MENTERI Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia 79/PMK.01/2015. Republik Indonesia, 2016 Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 23A Tentang Pajak dan Pungutan Lain yang Bersifat Memaksa untuk Keperluan Negara diatur dengan Undang-Undang. Republik Indonesia, 2016 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000 Tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah. Republik Indonesia, 2016 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
103
\LAMPIRAN 1 KISI-KISI ANGKET No
1
2
3
Variabel
Kepatuhan Wajib Pajak (Y1)
Hukum Pajak (X1)
Sanksi Pajak (X2)
4
Tarif Pajak (X3)
5
Manfaat NPWP (X4)
6
Pemahaman Wajib Pajak (X5)
7
8
Pengetahuan Dasar Perpajakan (X6)
Kesadaran Wajib Pajak (X7)
9
Tingkat Pendidikan (X8)
10
Kualitas Pelayanan Pajak (X9)
Indikator Melaporkan SPT tepat waktu Menghitung dan membayar pajak dengan benar Undang-undang Pajak Sanksi perpajakan yang dikenakan cukup berat Sanksi pajak yang cukup berat merupakan sarana untuk mendidik Wajib Pajak Tarif Pajak Proporsional dan adil Kemudahan memiliki NPWP Memahami ketentuan umum dan tata cara perpajakan Mengetahui apa itu pajak Mengetahui apa fungsi pajak Karakteristik Wajib Pajak Kondisi keuangan Wajib Pajak Tinggi rendahnya pendidikan Ketanggapan (Responsiveness) Empati (Empathy)
No. Butir
Jumla hSoal
1,2
2
3
1
4
1
5
1
6
1
7,8
2
9,10
1
11.12
2
13
1
14
1
15
1
16
1
17
1
18
1
19
1
11
Reformasi Administrasi Perpajakan (X10)
12
Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan (X11)
13
Penerapan E-Filling (X12)
16
Pengawasan Account Representative (X13) Biaya Kepatuhan (Compliance Cost) (X14) Sosialisasi Pajak (X15)
17
Tingkat Pendapatan (X16)
14 15
Manfaat adanya Reformasi administrasi perpajakan Sistem Administrasi Lebih hemat Perhitungan lebih cepat Kegunaan Account Representative Beratnya biaya kepatuhan Penyuluhan pajak Besar kecilnya pendapatan
20,21
2
22,23
2
24
1
25
1
26,27
2
28
1
19
1
30
1
LAMPIRAN 2 ANGKET A. Petunjuk Pengisian Angket 1. Bacalah petunjuk pengisian dengan cermat sebelum memberi jawaban 2. Isilah biodata pada instrumen ini yang terdapat pada poin B 3. Berilah satu jawaban pada setiap pernyataan yang terdapat pada bagian C dengan memberi tanda √ (Cheklist) Keterangan Pilihan Jawaban SS = Sangat Setuju S = Setuju TS = Tidak Setuju STS= Sangat Tidak Setuju
B. Identitas Responden Berilah tanda (√) sesuai dengan data diri anda. 1. Jenis Kelamin
: □ Pria□ Wanita
2. Usia
: □ < 20 □ 31-40
3. Tingkat Pendidikan
□ 20-30 □ 41-50
: □ SMA/Sederajat □ S2
□>50
□ D3 □ S1
□ S3
□ Lainnya : 4. Status
: □ Belum Menikah
□ Menikah
C. Berikut Pernyataan mengenai Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Berilah satu jawaban pada setiap pernyataan yang adadibawah ini dengan memberi tanda √ (Cheklist) No 1 2 3 4
5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Pernyataan Saya selalu mengisi SPT saya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan Saya selalu melaporkan SPT tepat waktu Saya selalu menghitung pajak yang terutang dengan benar dan membayarkannya tepat waktu Undang-undang pajak dapat memberikan kepastian hukum kepada wajib pajak, mengenai kapan ia harus membayar pajak, hak dan kewajiban wajib pajak Sanksi administrasi berupa denda 50% dari pajak yang kurang bayar, apabila pengisian SPT dilakukan dengan tidak benar Denda keterlambatan pelaporan SPT tahunan pajak penghasilan orang pribadi adalah Rp. 100.000,00 Tarif pajak yang adil berarti harus sama untuk setiap wajib pajak Penerima penghasilan tinggi dikenakan tarif pajak secara proporsional dibandingkan penerima penghasilan rendah NPWP berfungsi sebagai identitas wajib pajak dan setiap wajib pajak harus memilikinya Dengan adanya NPWP memberikan kemudahan dalam mengurus segala jenis perpajakan Saya telah memahami ketentuan umum dan tata cara perpajakan yang berlaku Saya paham dengan sistem perpajakan yang digunakan saat ini (menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melapor sendiri) Pajak adalah sumber dana terbesar untuk negara Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau
SS
S
TS
STS
21
melaksanakan kebijakan dibidang sosial dan ekonomi Kesadaran wajib pajak untuk memenuhi kewajiban pajak tepat waktu tanpa pengaruh orang lain dan sadar bahwa pajak digunakan untuk membiayai pembangunan sarana publik Bagaimanapun kondisi keuangan saya, saya akan tetap membayar pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku Rendahnya tingkat pendidikan Wajib Pajak mempengaruhi tingkat kepatuhan Wajib Pajak Petugas pajak selalu menindaklanjuti pengaduan dari masyarakat secara cepat Petugas pajak menguasai peraturan perpajakan dengan baik sehingga dapat membantu wajib pajak dalam menyelesaikan kewajiban pajaknya Adanya reformasi administrasi perpajakan memudahkan Wajib Pajak untuk memenuhi kewajibannya Reformasi administrasi perpajakan memberikan peningkatan terhadap kualitas pelayanan
22
E-Banking memudahkan saya dalam melakukan pembayaran pajak
15
16 17 18 19 20
23
24
25 26 27 28
Pendaftaran NPWP melalui E-Registration lebih mudah Dengan diterapkannya sistem e-filling, dapat menghemat waktu dan saya dapat melaporkan pajak kapan saja dan dimana saja ketika saya memiliki waktu luang dan terhubung dengan internet Dengan diterapkannya sistem e-filling, memudahkan saya dalam melakukan perhitungan pajak Account Representative memberikan motivasi kepada Wajib Pajak untuk selalu patuh terhadap kewajiban pajaknya Adanya Account Representative memberikan kemudahan untuk konsultasi kepada Wajib Pajak mengenai kewajiban perpajakannya Makin rendah biaya kepatuhan, makin mudah bagi
29 30
wajib pajak untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya Pemberian Sosialisasi tentang pajak menyadarkan saya akan pentingnya membayar pajak dan menjadi wajib pajak yang patuh Besar kecilnya pendapatan saya, itu tidak akan menjadi penghalang saya untuk tetap membayar pajak Terima Kasih.
LAMPIRAN 3 HASIL ANGKET Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Studi Kasus di KPP Pratama Kalideres) Res pon den 1
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
3
3
4
3
2
3
2
2
4
3
2
3
2
3
3
3
2
4
4
2
4
3
3
4
4
3
3
3
3
3
2
4
4
4
3
3
3
4
4
4
4
3
3
3
3
4
4
3
3
3
3
3
3
4
4
4
3
3
4
4
3
3
3
3
4
3
3
3
4
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
4
4
3
3
3
3
3
4
4
3
3
3
3
3
3
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
5
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
6
4
3
3
3
1
3
3
2
4
4
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
2
2
2
2
2
3
3
3
2
7
3
3
3
4
2
3
4
4
3
4
3
3
4
4
3
4
4
3
3
4
4
4
4
3
4
3
4
3
4
4
8
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
3
3
4
4
4
3
4
3
3
4
3
3
4
3
4
9
3
3
2
4
2
2
3
3
3
3
3
4
4
3
3
2
1
3
1
3
4
4
3
3
3
2
2
3
3
2
10
4
3
4
4
4
4
3
3
4
3
4
4
4
4
4
4
3
3
3
4
4
3
3
3
3
3
4
4
3
3
11
3
3
3
4
3
3
3
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3
4
3
3
3
4
3
3
3
3
3
3
3
4
12
3
3
3
3
1
3
3
1
3
4
3
3
3
3
3
1
4
3
4
4
4
4
4
4
4
3
3
3
3
1
13
3
3
2
4
2
2
3
3
3
3
3
4
4
3
3
2
1
3
1
3
4
4
3
3
3
2
2
3
3
2
14
3
3
3
3
2
3
3
4
3
3
3
3
4
2
3
2
3
3
3
3
4
3
4
3
3
3
3
3
4
3
15
3
3
3
3
3
3
3
3
4
4
4
3
4
4
3
4
3
3
3
3
4
4
3
3
4
3
3
3
3
3
16
3
3
3
3
3
2
4
3
4
2
2
2
4
3
3
3
4
4
4
3
4
3
3
4
4
3
3
3
3
3
17
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
3
3
4
3
3
3
3
3
4
4
4
4
4
3
3
4
4
3
3
3
18
4
3
3
4
1
3
1
4
4
4
3
3
4
4
4
3
4
3
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
19
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
2
2
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
20
3
3
4
3
2
2
4
4
3
4
3
3
3
3
3
2
3
3
4
3
3
3
4
4
3
3
3
4
3
4
21
4
4
4
4
2
1
3
4
4
4
3
3
4
3
4
1
3
4
4
4
4
1
3
3
3
3
3
3
4
1
22
4
4
4
3
3
3
4
4
4
4
4
4
4
3
4
3
3
3
3
3
3
4
4
4
4
3
3
3
3
3
23
3
3
3
4
2
2
3
3
4
4
3
3
4
3
4
3
3
3
3
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3
2
24
3
3
3
3
2
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
4
3
3
3
4
3
4
4
4
4
3
3
3
3
25
4
4
3
3
2
2
3
3
3
4
3
3
4
3
3
2
3
3
4
3
3
3
3
4
4
3
3
3
3
2
26
4
4
4
4
3
3
4
4
4
3
4
3
3
3
3
3
3
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3
3
27
4
4
3
3
2
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
4
4
4
3
3
3
4
4
4
4
4
4
4
3
28
4
4
4
4
4
4
3
4
3
4
4
4
4
4
3
3
3
3
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
29
3
3
3
3
2
2
3
3
3
3
4
4
3
4
3
3
3
4
4
3
3
4
4
4
4
4
4
4
3
3
30
3
3
3
3
3
3
3
4
3
4
3
3
3
3
3
4
4
4
3
3
3
4
4
4
4
4
4
3
3
3
31
3
4
3
3
4
2
4
3
4
4
3
3
4
4
3
3
3
4
4
4
4
3
3
4
3
4
3
4
3
3
32
3
4
3
3
1
2
3
4
3
3
3
3
4
3
3
2
3
2
3
3
3
3
4
4
4
4
4
3
3
1
33
3
4
3
3
1
2
3
4
3
3
3
3
3
3
4
1
3
2
3
3
3
3
4
4
4
4
4
4
3
1
34
4
4
3
3
3
3
4
3
4
4
3
3
4
4
3
3
2
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
4
4
35
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
36
4
4
3
3
3
3
4
4
4
3
3
3
4
4
3
3
3
3
4
4
3
4
4
4
4
3
3
3
3
3
37
4
3
3
3
4
3
2
4
3
3
4
2
4
3
3
3
2
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
4
3
38
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
39
3
3
2
3
2
2
3
2
3
3
2
2
2
2
3
3
3
2
2
3
2
3
3
3
3
2
2
2
2
3
40
3
3
2
3
3
2
3
3
3
3
4
4
4
3
3
2
2
3
4
4
3
3
3
3
4
3
3
4
3
3
41
4
4
4
4
3
3
3
3
3
3
3
3
4
3
3
2
2
3
4
4
3
3
3
3
4
3
3
4
3
3
42
4
4
4
4
4
3
4
4
3
3
4
3
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
43
4
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
4
3
3
3
3
4
4
3
4
2
2
2
2
2
3
3
4
3
44
3
3
3
3
3
3
4
4
3
3
3
3
4
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
4
4
4
4
4
4
4
45
4
4
3
4
2
3
3
4
4
4
3
2
4
4
4
2
2
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
46
3
3
3
3
3
3
4
4
4
4
2
2
4
4
4
3
3
3
4
3
4
4
3
3
3
3
3
3
4
3
47
4
4
4
3
3
3
4
4
4
4
2
2
4
4
3
3
3
3
3
3
3
3
4
4
4
4
3
3
4
3
48
4
4
4
4
2
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
2
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
49
4
4
3
3
2
3
2
3
4
4
3
4
4
3
4
4
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
4
50
4
4
4
4
4
1
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
51
3
3
3
3
2
3
3
3
4
3
2
3
4
3
4
3
4
2
3
3
3
4
4
4
4
3
4
4
3
3
52
3
2
3
3
3
2
3
3
3
3
2
2
3
2
2
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
53
4
4
3
2
2
2
1
2
4
2
2
2
3
3
2
2
4
1
2
3
2
2
4
4
4
2
2
3
3
2
54
3
3
3
3
2
2
3
3
3
3
2
2
4
3
3
3
3
2
2
2
2
3
2
3
3
3
3
3
3
3
55
3
3
2
3
3
4
2
4
4
4
3
2
4
3
4
3
4
3
4
4
4
4
3
4
4
3
3
3
4
2
56
3
3
3
2
2
3
2
3
3
3
3
3
4
4
3
3
4
3
3
3
3
3
4
3
3
3
3
3
3
3
57
3
3
3
2
3
3
4
3
3
3
2
2
4
3
3
2
3
2
2
2
3
3
3
3
2
3
3
2
3
2
58
3
3
2
3
3
3
4
3
3
3
3
3
4
4
4
3
3
2
3
3
3
3
4
4
4
4
4
3
3
3
59
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
60
3
3
3
3
2
3
2
3
4
4
3
3
4
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
61
3
3
3
3
2
2
2
4
3
4
3
3
3
3
3
2
4
2
3
3
3
4
4
4
4
3
3
3
3
3
62
3
3
3
3
3
1
2
3
3
3
2
3
3
4
4
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
63
3
3
4
4
3
2
3
4
4
4
3
3
3
3
3
3
3
2
2
3
3
4
4
4
4
4
4
3
3
3
64
3
3
3
3
3
2
2
3
3
3
2
2
3
3
3
3
4
3
3
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
65
2
2
2
4
3
3
2
3
4
4
3
3
4
4
3
2
3
3
3
3
3
4
3
3
3
3
3
4
4
2
66
3
3
3
3
2
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
67
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
2
4
4
4
2
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
68
2
2
2
2
2
2
1
3
3
3
2
2
3
3
2
2
3
2
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
2
69
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
70
3
3
3
3
3
3
2
3
2
3
2
1
2
3
3
3
2
3
3
3
4
2
3
3
3
3
3
3
3
3
71
3
3
3
3
2
2
2
3
3
3
3
3
4
3
3
3
3
2
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
72
4
4
4
4
4
3
3
4
4
4
3
3
4
4
3
4
4
4
4
3
3
4
3
4
4
4
4
4
4
4
73
4
4
4
4
3
3
2
2
4
4
3
3
3
4
3
3
2
3
3
4
3
4
4
4
4
2
3
4
3
3
74
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
75
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3
4
3
4
4
4
76
4
3
3
4
4
4
3
4
4
3
3
4
3
4
4
4
3
4
4
3
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
77
4
3
3
3
4
4
4
3
3
4
3
4
4
4
3
3
4
4
3
3
4
4
4
3
3
3
4
4
4
4
78
4
4
3
3
2
2
3
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
79
4
4
3
3
2
3
2
3
4
4
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
4
3
3
3
3
3
3
80
3
3
3
3
2
2
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
4
4
4
3
3
3
3
3
81
4
4
4
3
3
2
2
3
3
3
3
2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
3
3
3
3
2
2
3
3
2
82
4
4
4
4
2
2
2
4
4
3
3
3
4
4
3
2
3
2
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
2
83
3
3
3
2
2
2
3
4
3
4
2
2
4
4
3
2
3
2
3
3
3
3
2
3
3
2
2
4
3
2
84
3
3
3
3
1
1
1
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
4
3
85
3
3
3
4
2
2
1
2
4
2
3
3
4
4
3
3
4
1
2
3
3
3
3
3
2
3
2
2
4
4
86
3
3
3
2
1
2
2
3
3
3
2
2
3
3
3
2
2
2
2
2
3
3
1
2
2
3
3
4
3
3
87
3
3
3
3
3
3
3
3
4
4
3
3
4
3
3
3
3
3
3
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
88
3
3
3
3
3
3
2
3
4
4
4
3
2
3
3
4
3
3
4
4
3
3
4
4
4
3
3
3
4
3
89
3
3
3
3
2
2
4
3
3
3
3
3
3
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
90
4
3
4
4
4
2
4
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
4
3
3
3
3
4
3
3
3
4
3
91
4
4
3
4
4
2
2
4
4
4
3
3
4
4
4
3
4
3
3
3
4
4
4
4
4
4
4
3
4
3
92
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3
4
3
4
3
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
93
3
3
3
3
2
2
2
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
94
4
3
3
4
3
3
3
4
3
3
3
4
4
4
3
4
3
3
4
4
4
4
4
4
4
3
3
3
3
4
95
4
4
4
4
3
2
2
3
4
3
3
3
3
3
2
2
3
2
3
3
3
4
4
4
4
3
3
2
4
3
96
3
3
3
2
2
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
97
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
4
3
3
2
3
3
3
3
3
3
2
2
2
3
3
3
3
3
98
4
3
3
4
1
2
2
3
4
4
2
3
4
4
3
3
4
3
3
3
3
4
4
4
3
3
3
4
4
3
99
3
3
3
3
2
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
2
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
100
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
LAMPIRAN 3 Uji Validitas dan Reliabilitas Hukum Perpajakan Correlations P4 P4
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
N Total Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Total 1.000**
1
.000 40
40
1.000**
1
.000 40
40
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Reliability Statistics Cronbach's Alpha Cronbach's Based on Alpha Standardized Items 1.000 1.000
N of Items 2
Sanksi Perpajakan Correlations P5 P6 P5
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
N P6 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Total Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Total
.257
.785**
.105
.000
41
41
41
.257
1
.801**
.105 41
41
.000 41
.785**
.801**
1
.000
.000
41
41
1
41
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Reliability Statistics Cronbach's Alpha Cronbach's Based on Alpha Standardized Items .827 .827
N of Items 3
Tarif Pajak Correlations P7 P8 P7
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
N P8 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Total Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Total
.749**
.953**
.000
.000
41
41
41
.749**
1
.915**
.000 41
41
.000 41
.953**
.915**
1
.000
.000
41
41
1
41
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Cronbach's Alpha .907
Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Standardized Items N of Items .953
3
Manfaat NPWP Correlations P9 P10 P9
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed) N P10 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Total Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Total
1
.619**
.909**
41
.000 41
.000 41
.619**
1
.890**
.000 41
41
.000 41
.909**
.890**
1
.000
.000
41
41
41
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Reliability Statistics Cronbach's Alpha Cronbach's Based on Alpha Standardized Items N of Items .893 .926
3
Pemahaman Wajib Pajak Correlations P11 P12 P11
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed) N P12 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Total Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Total
1
.713**
.933**
41
.000 41
.000 41
.713**
1
.918**
.000 41
41
.000 41
.933**
.918**
1
.000
.000
41
41
41
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Cronbach's Standardized Alpha Items N of Items .906 .946
3
Pengetahuan Dasar Perpajakan Correlations P13 P14 P13
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed) N P14 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Total Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Total
1
.456**
.878**
41
.003 41
.000 41
.456**
1
.826**
.003 41
41
.000 41
.878**
.826**
1
.000
.000
41
41
41
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Reliability Statistics Cronbach's Alpha Cronbach's Based on Alpha Standardized Items .866 .885
N of Items 3
Kesadaran Wajib Pajak Correlations P15 P16 P15
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed) N P16 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Total Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Total
1
.225
.788**
41
.156 41
.000 41
.225
1
.778**
.156 41
41
.000 41
.788**
.778**
1
.000
.000
41
41
41
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Cronbach's Standardized Alpha Items N of Items .819 .816
3
Tingkat Pendidikan Correlations P17 P17
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
N Total Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Total 1.000**
1
.000 40
40
1.000**
1
.000 40
40
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Cronbach's Standardized Alpha Items N of Items 1.000 1.000
2
Kualitas Pelayanan Pajak Correlations P18 P19 P18
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed) N P19 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Total Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Total
1
.448**
.879**
41
.003 41
.000 41
.448**
1
.821**
.003 41
41
.000 41
.879**
.821**
1
.000
.000
41
41
41
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Reliability Statistics Cronbach's Alpha Cronbach's Based on Alpha Standardized Items N of Items .865 .883
3
Reformasi Administrasi Perpajakan Correlations P20 P21 P20 Pearson 1 .491** Correlation Sig. (2-tailed) .001 N P21 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Total Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Total .834** .000
41
41
41
.491**
1
.890**
.001 41
41
.000 41
.834**
.890**
1
.000
.000
41
41
41
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Cronbach's Standardized Alpha Items N of Items .872 .894
3
Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan Correlations P22 P23 P22 Pearson 1 .511** Correlation Sig. (2-tailed) .001 N P23 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Total Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Total .886** .000
41
41
41
.511**
1
.851**
.001 41
41
.000 41
.886**
.851**
1
.000
.000
41
41
41
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Reliability Statistics Cronbach's Alpha Cronbach's Based on Alpha Standardized Items N of Items .876 .900
3
Penerapan E-Filing Correlations P24 P25 P24
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
N P25 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Total Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Total
.637**
.909**
.000
.000
41
41
41
.637**
1
.900**
.000 41
41
.000 41
.909**
.900**
1
.000
.000
41
41
1
41
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Reliability Statistics Cronbach's Alpha Cronbach's Based on Alpha Standardized Items N of Items .896 .930
3
Pengawasan Account Representative Correlations P26 P27 P26 Pearson 1 .615** Correlation Sig. (2-tailed) .000 N P27 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Total Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Total .941** .000
41
41
41
.615**
1
.845**
.000 41
41
.000 41
.941**
.845**
1
.000
.000
41
41
41
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Cronbach's Standardized Alpha Items N of Items .884 .923
3
Biaya Kepatuhan Correlations P28 P28
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
N Total Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Total 1.000**
1
.000 40
40
1.000**
1
.000 40
40
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Reliability Statistics Cronbach's Alpha Cronbach's Based on Alpha Standardized Items N of Items 1.000 1.000
2
Sosialisasi Perpajakan Correlations P29 P29
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
N Total Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Total 1.000**
1
.000 40
40
1.000**
1
.000 40
40
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Reliability Statistics Cronbach's Alpha Cronbach's Based on Alpha Standardized Items N of Items 1.000 1.000
2
Tingkat pendapatan Correlations P30 P30
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
N Total Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Total 1.000**
1
.000 40
40
1.000**
1
.000 40
40
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Reliability Statistics Cronbach's Alpha Cronbach's Based on Alpha Standardized Items N of Items 1.000 1.000
2
LAMPIRAN 4 UJI ANALISIS DATA Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 40 Normal Parametersa,b Mean .0000000 Std. Deviation .96817658 Most Extreme Differences Absolute .080 Positive .051 Negative -.080 Test Statistic .080 Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. c. Lilliefors Significance Correction. d. This is a lower bound of the true significance.
Uji Homogenitas Oneway Hukum Perpajakan Test of Homogeneity of Variances Kepatuhan Wajib Pajak Levene Statistic
df1
.093
df2 2
Sig. 37
.912
Sanksi Perpajakan Test of Homogeneity of Variances Kepatuhan Wajib Pajak Levene Statistic 4.649
df1
df2 2
Sig. 36
.016
Tarif Pajak Test of Homogeneity of Variances Kepatuhan Wajib Pajak Levene Statistic
df1
.744
df2 3
Sig. 35
.533
Manfaat NPWP Test of Homogeneity of Variances Kepatuhan Wajib Pajak Levene Statistic
df1
.109
df2 2
Sig. 37
.897
Pemahaman Wajib Pajak Test of Homogeneity of Variances Kepatuhan Wajib Pajak Levene Statistic
df1
1.013
df2 4
Sig. 35
.414
Pengetahuan Dasar Perpajakan Test of Homogeneity of Variances Kepatuhan Wajib Pajak Levene Statistic
df1
.568
df2 2
Sig. 36
.571
Kesadaran Wajib Pajak Test of Homogeneity of Variances Kepatuhan Wajib Pajak Levene Statistic 1.373
df1
df2 3
Sig. 35
Tingkat Pendidikan Test of Homogeneity of Variances
.267
Kepatuhan Wajib Pajak Levene Statistic
df1
.079
df2 2
Sig. 37
.924
Kualitas Pelayanan Pajak Test of Homogeneity of Variances Kepatuhan Wajib Pajak Levene Statistic
df1
.282
df2 3
Sig. 36
.838
Reformasi Administrasi Perpajakan Test of Homogeneity of Variances Kepatuhan Wajib Pajak Levene Statistic
df1
.235
df2 2
Sig. 36
.792
Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan Test of Homogeneity of Variances Kepatuhan Wajib Pajak Levene Statistic
df1
.345
df2 2
Sig. 36
.710
Penerapan e-Filing Test of Homogeneity of Variances Kepatuhan Wajib Pajak Levene Statistic
df1
.525
df2 2
Sig. 36
.596
Pengawasan Account Representative Test of Homogeneity of Variances Kepatuhan Wajib Pajak Levene Statistic 1.183
df1
df2 2
Sig. 36
.318
Biaya Kepatuhan Test of Homogeneity of Variances Kepatuhan Wajib Pajak Levene Statistic .263
df1
df2 2
Sig. 37
.770
Sosialisasi Perpajakan Test of Homogeneity of Variances Kepatuhan Wajib Pajak Levene Statistic
df1
.409
df2 1
Sig. 37
.526
Tingkat Pedapatan Test of Homogeneity of Variances Kepatuhan Wajib Pajak Levene Statistic .244
df1
df2 1
Sig. 38
.624
Analisis Faktor
LAMPIRAN 5 DOKUMENTASI
Tampak Depan KPP Pratama Kalideres
Tampak Depan Pintu Gerbang KPP Pratama Kalideres
Tampak Depan Pintu Gerbang KPP Pratama Kalideres
Ruang Tunggu
Ruang Tunggu
Ruang Tunggu
Antrian Wajib Pajak yang Ingin Membayar Pajak
Ruang untuk Amnesti Pajak