perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ANALISIS PERBANDINGAN KEPATUHAN SPT PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DENGAN WAJIB PAJAK BADAN DI KPP PRATAMA BOYOLALI
Tugas Akhir Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Ahli Madya Program Studi Diploma III Perpajakan Disusun Oleh: CREDO AGENDO RIZKI WIBOWO NIM. F3409019
PROGRAM STUDI DIPLOMA III PERPAJAKAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2012
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PERSETUJUAN
Tugas Akhir dengan judul “ANALISIS PERBANDINGAN KEPATUHAN SPT
PAJAK
PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG
PRIBADI
DENGAN WAJIB PAJAK BADAN DI KPP PRATAMA BOYOLALI” telah disetujui oleh dosen Pembimbing untuk diujikan guna mencapai derajat Ahli Madya Program DIII Perpajakan FE UNS
Surakarta, Juli 2012 Telah disetujui oleh Dosen Pembimbing
Taufiq Arifin, SE., M.SC. NIP 19821011 200912 1 004
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PENGESAHAN
Telah disetujui dan diterima baik oleh tim penguji Tugas Akhir Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret guna melengkapi Tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat tuntuk memperoleh gelar Ahli Madya Perpajakan.
Surakarta, Juli 2012 Tim penguji Tugas Akhir
1.
Sutaryo, SE., M.Si., Ak., NIP.19771001 201012 1 002
(...............................................)
Dosen Penguji
2.
Taufiq Arifin, SE., M.SC. NIP. 19821011 200912 1 004
(...............................................)
Dosen Pembimbing
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Orang luar biasa bukanlah orang yang mampu membeli apa saja yang mereka inginkan, tetapi orang luar biasa ialah meraka yang mampu mengalahkan batas kemampuan dirinya sendiri (Penulis).
Karya ini dipersembahkan kepada: o Tuhan Yesus Kristus o
Orang Tua ku tercinta
o
Saudaraku tersayang
o Orang terdekat yang selalu menemaniku o
Sahabat-sahabatku yang selalu membantuku
o
Pembimbing, dosen, dan staf pengajar
o
Almamaterku
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Salam sejahtera, Puji syukur kepada Tuhan Yesus, atas kasih, pertolongan, penghiburan, dan kekuatan yang Dia berikan. sehingga penulisan, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir ini dalam rangka memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Ahli Madya pada Fakultas Ekonomi Program Studi Perpajakan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Adapun judul yang penulis ambil
dalam
penyusunan
Tugas
Akhir
ini
adalah
“ANALISIS
PERBANDINGAN KEPATUHAN SPT PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DENGAN WAJIB PAJAK BADAN DI KPP PRATAMA BOYOLALI”. Tugas Akhir ini dapat terwujud berkat adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, maka dari itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua yang telah membantu yaitu kepada : 1.
Yesus Kristus yang senantiasa memberikan kasih, berkat dan pertolongan kepada penulis.
2.
Bapak Dr. Wisnu Untoro, M.S, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3.
Bapak Drs. Hanung Triatmoko, M.Si., Ak., selaku Ketua Program Diploma III Perpajakan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret
4.
Bapak Taufiq Arifin, SE., M.SC. selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu, pikiran dan tenaga dalam memberikan bimbingan commit to user dan pengarahan yang sangat berguna bagi penulis.
vi
perpustakaan.uns.ac.id
5.
digilib.uns.ac.id
Keluarga besar KPP Pratama Boyolali yang telah membantu penulis dalam menyediakan data dan memberikan ilmu-ilmu serta pengalaman yang sangat bernilai.
6.
Ibu, bapak, kakak, orang terdekat yang selalu mendukung dan menyayangi penulis tanpa mengenal lelah.
7.
Teman-teman almamater D III Perpajakan angkatan 2009 yang selalu memberikan kenangan yang berharga bagi penulis.
8.
Untuk Natalia Setya Sawitri yang selalu mendukung dan memberi semangat dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.
9.
Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Dengan segala keterbatasan dan kemampuan, penulis menyadari bahwa
masih banyak kekurangan dan kelemahan yang perlu diperbaiki dalam Tugas Akhir ini.Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun. Semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya. Selamat membaca dan terima kasih.
Surakarta, Juli 2012
Penulis
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i ABSTRAK ....................................................................................................... ii LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iii HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... v KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi DAFTAR ISI.................................................................................................... viii DAFTAR TABEL............................................................................................ xi DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiii BAB I
PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Perusahaan ...................................... 1 1. Sejarah KPP Pratama Boyolali.............................. 1 2. Wilayah Kerja KPP Pratama Boyolali .................. 2 3. Struktur Organisasi KPP Pratama Boyolali ......... 4 4. Deskripsi Tugas Jabatan Struktural ....................... 6 5. Visi Misi Direktorat Jenderal Pajak ...................... 8 B. Latar Belakang Masalah ............................................... .9 C. Rumusan Masalah ....................................................... 11 D. Tujuan Penelitian......................................................... 11 E. Manfaat Penelitian....................................................... 12 commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
F. Metode Penelitian ........................................................ 13 BAB IIANALISA DATA DAN PEMBAHASAN I.
Tinjauan Pustaka .................................................... 16 A. Pajak ..................................................................... 16 1. Definisi Pajak .................................................. 16 2. Fungsi Pajak ......................................................... 18 3. Asas Pemungutan Pajak .................................. 18 4. Sisem Pemungutan Pajak ................................ 19 5. Pembagian Pajak ............................................. 20 B. Pajak Penghasilan (PPh) ...................................... 22 1. Pengertian Pajak Penghasilan .......................... 22 2. Dasar Hukum ................................................... 22 3. Subjek Pajak .................................................... 22 4. Tidak Termasuk Subjek Pajak ......................... 25 5. Objek Pajak ..................................................... 25 6. Tidak Termasuk Objek Pajak .......................... 28 C. Ketentuan Perpajakan Bagi Wajib Pajak Orang Pibadi 32 D. Surat Pemberitahuan ............................................ 33 1. Pengertian surat pemberitahuan ...................... 33 2. Fungsi surat pemberitahuan ............................. 33 3. Kriteria kepatuhan penyampaian surat pemberitahuan Tahunan........................................................... 34 commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
II. Analisis Data dan pembahasan .................................... 37 A. Perkembangan Jumlah Wajib Pajak di KPP Boyolali Tahun 2011 - 2012 ................................................ 37 B. Perkembangan Penyampaian Surat Pemberitahuan C. Tahunan Pajak Penghasilan Orang Pribadi di KPP D. Pratama Boyolali Tahun 2010 - 2012. ................. 41 E. Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Dan Wajib Pajak Badan Tiap Bulan Dalam Penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan KPP Boyolali Tahun 2011 ........................................................... 42 F. Masalah-Masalah dan Upaya Dalam Mengatasi G. Masalah yang Dihadapi oleh KPP Pratama Surakarta Dalam Penyampaian SPT Tahunan Pajak Pengahasilan Wajib Pajak Orang Pribadi ............. 47 BAB IIITEMUAN A. Kelebihan .................................................................... 51 B. Kekurangan ................................................................. 52 BAB IVPENUTUP A. Kesimpulan.................................................................. 53 B. Saran dan Rekomendasi .............................................. 55 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
TABEL II. 1
Halaman Perkembangan Jumlah Wajib Pajak di KPP Pratama Boyolali tahun 2010 - 2012.............................................. 39
II.2
Perkembangan Penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Orang Pribadi di KPP Pratama Surakarta Tahun 2010 - 2012.............................. 41
II.3
Perbandingan Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Tiap Bulan Per Tahun 2011 KPP Pratama Boyolali ................ 43
II.4
Perbandingan Kepatuhan Wajib Pajak Badan Tiap Bulan Per Tahun 2011 KPP Pratama Boyolali ........................... 45
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR I.1
Halaman
Struktur Organisasi KPP Pratama Boyolali .............................. ....5
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN 1.
Surat Pernyataan Penulisan Tugas Akhir.
2.
Surat Perijinan Magang.
3.
Formulir Nilai Magang.
4.
Tanda Terima Laporan Kuliah Magang Kerja.
5.
Surat Edaran Dirjen Pajak SE–18/PJ/2011, Tentang Rasio Kepatuhan Penyampaian Surat Pemberitauan Pada Tahun 2011.
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
ANALISIS PERBANDINGAN KEPATUHAN SPT PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DENGAN WAJIB PAJAK BADAN DI KPP BOYOLALI. Credo Agendo Rizki Wibowo NIM. F3409019
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui tingkat kepatuhan penyampaian Surat Pemberitahuan oleh Wajib Pajak, khususnya Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi dan Badan di KPP Pratama Boyolali dengan membandingkan data pelaporan SPT per Bulan dan menganalisa tingkat kepatuhan tersebut serta mengulas masalah yang masih sering terjadi guna mendapatkan solusinya. Prosedur yang digunakan dalam penelitian ini adalah menentukan ruang lingkup penelitian sehingga diperoleh hasil untuk dapat mengangkat suatu permasalahan. Selanjutnya dilakukan pendekatan secara diskriptif sesuai situasi dan kondisi di Kota Boyolalli melalui tehnik pengumpulan data antara lain: observasi, wawancara, dan dokumenter. Setelah dilakukan penelitian diperoleh hasil bahwa total dari ratarata tingkat kepatuhan pelaporan SPT Tahunan di kota Boyolali, masih banyak Wajib Pajak yang melaporkan SPT Tahunan melebihi batas waktu yang telah ditetapkan, yaitu bulan Maret untuk WP OP dan bulan April untuk WP Badan. Dan untuk rasio kepatuhan, WP OP lebih baik daripada WP Badan karena WP OP memiliki rata – rata rasio kepatuhan diatas 60%, sedangkan WP Badan masih dibawah 60%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Tingkat kepatuhan pelaporan SPT Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi dan Wajib Pajak Badan di kota Boyolali masih dibawah target pemerintah, selain itu juga masih banyak WP yang terlambat dalam melaporkan SPT Tahunannya. Ini terjadi karena beberapa faktor salah satunya karena kurangnya kesadaran Wajib Pajak dalam pentingnya memenuhi kewajiban perpajakannya.
Kata kunci : Tingkat Kepatuhan Pelaporan, SPT Tahunan WP OP & Badan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
ANALISIS PERBANDINGAN KEPATUHAN SPT PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DENGAN WAJIB PAJAK BADAN DI KPP BOYOLALI. Credo Agendo Rizki Wibowo NIM. F3409019
The purpose of this study was to determine the level of compliance with the delivery of the Notice by the taxpayer, particularly income tax and the individual taxpayer in the KPP Pratama Boyolali by comparing the reporting of data per month SPT and analyze the level of compliance and review issues that are still common in order to obtain the solution . The procedure used in this study is to determine the scope of the study in order to obtain the results in order to raise an issue. Then performed a descriptive approach to suit the situation and conditions in the City Boyolalli through data collection techniques include: observation, interviews, and documentaries. After doing the research that the results obtained from the total average annual tax return reporting compliance rate in the city of Boyolali, there are many taxpayers who report SPT exceeds a predetermined time limit, the WP OP for March and April for the WP Board. And for the compliance ratio, WP OP better than WP because WP OP Agency has average - average compliance ratio above 60%, while the WP Board is still below 60%. So it can be concluded that the level of reporting compliance SPT individual taxpayer and the taxpayer in the town of Boyolali Agency still below the government's target, but it is still a lot of tax payers who are late in reporting Annual SPT. This happens because of several factors one of them due to lack of awareness of the importance of taxpayers meeting the tax obligations.
Keywords : Level Of Reporting Compliance, Annual Report Of Tax Payers commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Gambaran Umum KPP Boyolali 1. Sejarah KPP Pratama Boyolali Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Boyolali dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia nomor 55/ PMK.01/2007 tanggal 31 Mei 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 132/PMK.01/2006 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak dan mulai beroperasi pada tanggal 30 Oktober 2007 sesuai dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak nomor KEP- 141/PJ/2007 tanggal 03 Oktober 2007 tentang Penerapan Organisasi dan Saat Mulai Beroperasinya Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Tengah II dan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Daerah Istimewa Yogyakarta, serta Kantor Pelayanan Pajak Pratama dan Kantor Penyuluhan, Pelayanan dan Konsultasi Perpajakan di Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Tengah I, Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Tengah II dan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Daerah Istimewa Yogyakarta. KPP Pratama Boyolali beralamat di Jalan Raya Solo – Boyolali Km. 24 Mojosongo Boyolali. commit1to user
2 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Wilayah Kerja KPP Pratama Boyolali Wilayah kerja KPP Pratama Boyolali meliputi Kabupaten Boyolali. Sebelumnya di Boyolali telah berdiri Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KP PBB) Boyolali yang menangani administrasi PBB dan
BPHTB yang wilayah kerjanya meliputi
Kabupaten Boyolali dan Kabupten Sragen. Sedangkan untuk administrasi Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPn), Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM), dan Pajak Tidak Langsung Lainnya (PTLL) untuk wilayah Kabupaten Boyolali pada saat itu ditangani oleh KPP Surakarta. Sehubungan dengan modernisasi Direktorat Jenderal Pajak yang diikuti dengan reorganisasi di lingkungan DJP Departemen Keuangan
Republik
Indonesia,
dimana
bertujuan
untuk
menggabungkan fungsi kerja instansi vertikal di lingkungan DJP yaitu KPP, KP PBB, Karikpa (Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak) serta KP4 (Kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan) menjadi KPP Pratama dan KP2KP (Kantor Penyuluhan, Pelayanan dan Konsultasi Perpajakan), maka dibentuk KPP Pratama Boyolali yang merupakan pecahan dari KPP Surakarta. Dengan dibentuknya KPP Pratama maka penanganan administrasi Pajak Pusat yang terdiri PBB dan BPHTB, PPh, PPN, PPnBM dan PTLL digabung menjadi satu kantor. commit to user
3 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Wilayah kerja KPP Pratama Boyolali meliputi Kabupaten Boyolali, yang letak geografisnya antara 1100 22’ – 1100 50’ Bujur Timur dan 70 36’ – 70 71’ Lintang Selatan, dengan ketinggian antara 75 s.d. 1500 meter di atas permukaan laut. Batas-batas Wilayah Kabupaten Boyolali adalah sebagai berikut, a. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Semarang. b. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sragen, Kabupaten Sukoharjo. c. Sebelah selatan Kabupaten Klaten dan Daerah Istimewa Yogyakarta. d. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Magelang dan Kabupaten Semarang. Luas Kabupaten Boyolali adalah 101.510,1955 Ha yang terdiri dari tanah sawah seluas 22.946,6594 Ha dan tanah kering 78.563,5361 Ha.
commit to user
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kabupaten Boyolali terdiri dari 19 kecamatan, yaitu: 1. Boyolali
8. Banyudono
15. Klego
2. Ampel
9. Sawit
16. Andong
3. Selo
10. Sambi
17. Wonosegoro
4. Cepogo
11. Ngemplak
18. Kemusu
5. Musuk
12. Nogosari
19. Juwangi
6. Mojosongo
13. Simo
7. Teras
14. Karanggede
3. Struktur Organisasi KPP Pratama Boyolali Susunan organisasi KPP Pratama Boyolali adalah sebagai berikut: a. Kepala Kantor b. Subbagian Umum c. Seksi PDI (Pusat Data dan Informasi) d. Seksi Pelayanan e. Seksi Penagihan f. Seksi Pemeriksaan g. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan h. Seksi Pengawasan dan Konsultasi Untuk lebih jelas, struktur organisasi KPP Pratama Boyolali dapat dilihat pada Gambar I.1
commit to user
Gambar I.1 PENYEBARAN PEGAWAI PER SEKSI PADA KPP PRATAMA BOYOLALI UPDATE 1 Nopember 2011 KEPALA KANTOR Indra Susila, S.E., M.M. 195808071980031002
Subbag Umum Pejabat Fungsional
Penilai PBB 1 Tugiman
1 2 3 4 5 6
Wahono, S.Sos. 120131799 1 2 3 4 5 6 7 8
Pem eriksa Pajak Sum argono Rio Vabella, S.H. Eko Indroprasetyo, S.H. Udi Marwoto, S.E. Sriyanto, S.E. Dennis Arfinanda, S.E. Safi'i Wisnu Suryadi
1 2 3 4
Zainuddin Ati Purwiati Miftahur Roiva Sri Wahyuningsih
5 6
Indaryati Sri Hartoyo
Seksi PDI
Seksi Pelayanan
Seksi Penagihan
Seksi Pemeriksaan
Seksi Ekstensifikasi Perpajakan
Seksi Waskon I
Seksi Waskon II
Agung Marhaendra 19760221995111001
Agus Salim 197008051997031002
Sri Hidayati 197104181995032001
Nartun, S.I.P. 195703101978031001
Wagiyono, S.E.,M.T. 196906061991031001
Dandun Aji Wisnu W 060089817
Retno Hadi Cahyani 196801021995012001
Sumarsih, S.E. Pardoyo Mila Isiyana Wardani, S.E. Warno Joko Budianto Winahyu Hapsoro
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Joko Sudaryanto, S.H. R. S. Handoyo Kusumo Arteria Siti Yuniarti Warih Sri Romanti Sudiyati Ladiyono Muh. Arifin Bagus Pratom o Didie Yetno Setyadi Jaka Widiyana Ana Sulistiani Astri Apriliana Dewi Nisa Puspita Sari
AR
Account Representative
OC
Operator Console
1 2 3 4
Sumarno Rosida Eko Supriyono Triyatno
1 Esti Wahyuningsih, S.E. 1 Karmidi 2 Hari Suryono 3 Sukidah
IV.b IV.a III.d III.c III.b III.a II.d II.c II.b II.a
Es. III Es. IV F. Rikpa F. Penilai AR Bendahara OC Juru Sita Pelaksana
1 1 7 10 15 16 11 4 4 0 69
1 7 8 1 16 1 2 2 31 69 Total Pelaks. 36 AR+Pelaksana 52
5
S2 S1 DIV DIII DII DI SMA SMP SD
1 2 3 4 5 6 7 5 28 0 9 0 9 18 0 0 69
AR Yuni Sulistyo Rini, S.T. Sukir, S.E. Reni Febriani, S.E. Isak Purnomo, S.E., Ak. Subiyanto, S.E. Y. Cahyo Purnomo, S.E. Dhudy Susilo Nugroho, S.E. Pelaksana Agung Nugroho
1 2 3 4 5 6 7 8 9
AR Jeane Rosenila, S.E. F. Iwan Widiyatmoko, S.Pt., M.Si. Bayu Hariadi Mu'awannah, S.E.,M.M. Nursanti Retno K., S.E. Wiyanto, S.E. Edy Rustono, S.E. Kukuh Adhi Waluyo, S.E. Susanto Nugroho, S.E. Pelaksana Sri Hastuti Rahajeng
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Deskripsi Tugas Jabatan Struktural a. Kepala Kantor Tugas
dari
seorang
kepala
kantor
adalah
mengelola
pelaksanaan, penyuluhan, pelayanan dan pengawasan Wajib Pajak di bidang perpajakan dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. b. Subbagian Umum Tugas
yang
dilaksanakan
bagian
umum
diantaranya
melaksanakan pelayanan kesekretariatan dengan cara mengatur kegiatan tata usaha dan kepegawaian, keuangan, rumah tangga, serta perlengkapan untuk menunjang kelancaran tugas Kantor Pelayanan Pajak. c. Seksi PDI Kegiatan yang dilakukan oleh seksi PDI adalah pengumpulan, pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi e-SPT dan e-filing serta penyiapan laporan kinerja.
commit6to user
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d. Seksi Pelayanan Tugas pada seksi pelayanan antara lain melaksanakan penetapan
dan
penerbitan
produk
hukum
perpajakan,
pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi wajib pajak, dan kerjasama perpajakan sesuai ketentuan yang berlaku. e. Seksi Penagihan Kegaiatan yang dilaksanakan oleh seksi penagihan antara lain menatausahakan urusan piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak, penagihan aktif, usulan penghapusan piutang pajak, serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan sesuai ketentuan yang berlaku. f. Seksi Pemeriksaan Kegiatan yang dilakukan oleh seksi pemeriksaan diantaranya menyusun rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan,
penerbitan
dan
penyaluran
Surat
Perintah
Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan pajak lainnya. g. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan Tugas dari seksi ektensifikasi perpajakan adalah melaksanakan pengamatan potensi perpajakan, pencarian data dari pihak ketiga, commit to user
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pendataan objek dan subjek pajak, penilaian objek pajak dalam rangka ekstensifikasi perpajakan sesuai ketentuan yang berlaku. h. Seksi Pengawasan dan Konsultasi Tugas yang dilaksanakan oleh seksi pengawasan dan konsultasi antara lain melaksanakan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak, bimbingan/himbauan kepada wajib pajak dan konsultasi teknis perpajakan, penyusunan profil wajib pajak, analisis kinerja wajib pajak, rekonsiliasi data wajib pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, dan melakukan evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku. 5. Visi dan Misi Direktorat Jenderal Pajak a. Visi: “Menjadi institusi pemerintah yang menyelenggarakan sistem administrasi perpajakan modern yang efektif, efisien dan dipercaya masyarakat dengan integritas dan profesionalisme yang tinggi.” b. Misi: “Menghimpun penerimaan pajak negara berdasarkan Undang-Undang
Perpajakan
yang
mampu
mewujudkan
kemandirian pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara melalui sistem administrasi perpajakan yang efektif dan efisien.” commit to user
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan iuran masyarakat kepada negara yang dapat dipaksakan berdasar peraturan perundang-undangan yang digunakan untuk pengeluaran negara dalam menjalankan pemerintahan. Oleh karena itu, pajak merupakan partisipasi rakyat yang nyata dalam pembangunan Negara. Dengan membayar pajak, rakyat ikut serta dalam penyelenggaraan Negara Dewasa ini peranan pajak dalam Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara sangatlah besar. 70% APBN Pemerintah Indonesia dibiayai dengan hasil penerimaan dari pajak. Oleh karena itu diperlukan kebijakan-kebijakan dalam mengamankan dan meningkatkan penerimaan negara dalam sektor pajak. Kebijakan dalam bidang perpajakan telah dimulai saat adanya reformasi perpajakan tahun 1983 yang merubah sistem perpajakan dari official assessment menjadi self assessment. Dalam sistem Self Assessment seluruh perhitungan pajak terutang dilakukan oleh petugas pajak. Sedangkan dalam sistem Self Assessment berarti Wajib Pajak
diberi
kepercayaan
untuk
menghitung,
memperhitungkan,
membayar dan melaporkan pajak terutangnya. Fungsi pengawasan ini dilakukan oleh Seksi Pengawasan dan Konsultasi
di
Kantor
Pelayanan
Pajak
Representative.
commit to user
terutama
oleh
Account
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Salah satu bentuk pengawasan tersebut adalah pengawasan terhadap penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Wajib Pajak. Surat Pemberitahuan Tahunan ini berfungsi sebagai sarana Wajib Pajak dalam melaporkan perhitungan jumlah pajak terutangnya. Selain itu juga untuk melaporkan pajak yang telah dibayar sendiri atau pajak yang telah dipungut atau dipotong oleh pihak lain dalam Tahun Pajak berjalan. Oleh karena itu Surat Pemberitahuan dapat dikatakan sebagai alat komunikasi antara Wajib Pajak dengan fiskus. Menurut data yang ada dalam KPP Pratama Boyolali, terjadi penurunan pada tingkat kepatuhan pelaporan SPT Pajak Penghasilan. Dapat dilihat pada Tahun 2010 kepatuahan SPT Wajib Pajak OP sebesar 95.15%, 2011 sebesar 67.83%, & 2012 sebesar 54.75%. Sedangkan pada data kepatuhan Wajib Pajak Badan belum terjadi peningkatan yang signifikan, dapat dilihat dari data Tahun 2010 kepatuhan SPT Wajib Pajak Badan sebesar 48.72%, 2011 sebesar 46.00%, & 2012 sebesar 53.10%. OIeh karena itu penulis tertarik untuk melakukan tinjauan atas perbandingan kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dengan Wajib Pajak Badan dalam melaporkan Surat Pemberitahuan Tahunan di KPP, Tiap Bulannya dan menganalisa tingkat kepatuhan tersebut dan mengkaji masalah-masalah yang timbul di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Boyolali dalam rangka melakukan pengawasan serta langkah-langkah yang dapat diambil dalam mengatasi masalah masalah tersebut. commit to user
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Atas dasar tersebut maka penulis tertarik untuk mengangkat topik tersebut dalam “ANALISIS PERBANDINGAN KEPATUHAN SPT PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DENGAN WAJIB PAJAK BADAN DI KPP PRATAMA BOYOLALI.” C. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang yang telah ditulis, maka rumusan masalah yang dapat diambil adalah: 1. Bagaimana perkembangan jumlah Wajib Pajak di KPP Pratama Boyolali tahun 2010-2012? 2. Bagaimana tingkat kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dan Wajib Pajak Badan dalam penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan
Pajak Penghasilan di KPP Pratama Boyolali tahun
2011? 3. Apa masalah-masalah yang dihadapi oleh KPP Pratama Boyolali dan upaya-upaya yang dilakukan dalam
mengatasi
masalah
yang dihadapi oleh KPP Pratama Boyolali dalam penyampaian SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi ? D. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan ,maka tujuan yang akan dicapai adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui perbedaan kepatuhan antara Wajib Pajak Orang pribadi dengan Wajib Pajak Badan di KPP Pratama Boyolali. commit to user
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Memperdalam
wawasan
penulis
dalam
bidang
perpajakan
khususnya mengenai tingkat kepatuhan wajib pajak. 3. Untuk
mengetahui
kendala-kendala
apa
saja
yang
dapat
mempengaruhi peningkatan atau penurunan kepatuhan SPT
di
KPP Pratama Boyolali dan bagaimana upaya-upaya yang dilakukan dalam menghadapi kendala tersebut E. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi KPP Pratama Boyolali Sebagai bahan masukan, dan pertimbangan dan pengetahuan bagi KPP Pratama Boyolali yang berkaitan dengan Surat Pemberitahuan 2. Bagi masyarakat dan pembaca Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan, referensi, dasar penelitian selanjutnya, dan informasi tambahan dengan pokok permasalahan yang sama. Diharapkan melalui penelitian ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat luas agar lebih tepat waktu dalam melaporkan SPT tahunan.
commit to user
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
F. Metode Penelitian Karya ilmiah selalu menggunakan cara atau metode – metode tertentu yang digunakan oleh penulis agar dalam penulisan tersebut dapat memenuhi syarat
sehingga dapat mengghasilkan hasil yang maksimal
dalam suatu metode ilmiah. Metode yang digunakan penulis terkait dengan penelitian yang dibahas adalah sebagai berikut. 1. Objek penelitian Penelitian dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Boyolali. Hal yang akan di bahas adalah tingkat kepatuhan SPT tahunan. 2. Lokasi penelitian Lokasi penelitian dilakukan di KPP Pratama Boyolali yang terletak di Jl. Raya Solo-Boyolali Km. 24 Mojosongo Boyolali Jawa Tengah 3. Sumber Data a. Data primer Data primer yaitu teknik untuk pengumpulan data dalam suatu penelitian atau karya ilmiah yang di perolah dari sumber petama dan biasanya belum diolah (Ketut, 2009).Data primer yang digunakan diambil dari KPP Pratama Boyolali .Data ini berupa : 1) Data berupa Tingkat Kepatuhan Pelaporan SPT KPP Pratama Boyolali 2) Data lain yang di gunakan sebagai acuhan dalam penyusunan karya tulis.
commit to user
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Sumber Data Sekunder Data skunder yaitu teknik pengumpula data yang diperoleh dari sumber lain atau pihak kedua dan data ini biasanya sudah dalam keadaan diolah (Ketut, 2009). Data sekunder yang digunakan adalah data yang diperoleh dengan mempelajari bukubuku ,literatur, Undang-Undang Ketentuan Umum Perpajakan (UU KUP), Surat Pemberitahuan. 4. Teknik Pengumpulan Data Dalam penyusunan tugas akhir ini, penulis menggunakan beberapa metode dalam pengumpulan data dan informasi yaitu: a. Wawancara Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh nformasi dari yang terwawancara (Arikunto Suharsimi, 2002). Penulis melakukan wawancara kepada orang yang berkomten untuk memperoleh data mengenai tingkat kepatuhan pelaporan SPT Pajak Penghasilan Orang Pribadi tahunan Dengan metode wawancara, penulis dapat bertanya secara langsung kepada pegawai KPP Pratama Boyolali mengenai singkat kepatuhan SPT Tahunan, jumlah wajib pajak yang menyampaikan SPT tahunan di KPP.
commit to user
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Studi kepustakaan Studi pustaka ialah kegaiatan yang meliputi mencari, membaca dan menelaah laporan-laporan penelitian dan bahan pustaka yang memuat teori-teori yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan (Arikunto Suharsimi, 2002). Penulis memanfaatkan buku atau literatur- literatur dari berbagai sumber sebagai menunjang untuk melakukan analisa yang berkaitan dengan kepatuhan pelaporan SPT Pajak Penghasilan Orang Pribadi tahunan sebagai tema dari Tugas Akhir. c. Teknik Analisis Data Teknis analisis data yang digunakan penulis yaitu metode pendekatan secara kualitatif. Metode kualitatif adalah metode yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Ismail, 2009). Metode pendekatan kualitatif yang digunakan penulis yaitu hasil wawancara dengan Bag. Pelayanan Penyajian Data di KPP Pratama Boyolali.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
I. TINJAUAN PUSTAKA A. PAJAK 1. Definisi Pajak Pajak menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3984) adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan UndangUndang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan
untuk
keperluan
negara
bagi
sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. Pajak adalah salah satu komponen atau media yang penting dalam pemberian kontribusi yang cukup besar untuk kelangsungan Pemerintah dan Pembangunan Nasional di Indonesia Indonesia sedang berupaya memperbaiki perekonomiannya dan sedapat mungkin terlepas dari bantuan negara asing terutama di bidang keuangan. Hal ini dapat ditempuh dengan cara mengoptimalkan
sumber-sumber
pendapatan
nasional
pada
umumnya dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada khususnya. Oleh karena itu dalam rangka mewujudkan tujuan tersebut diperlukan adanya partisipasi dan kerjasama yang baik antara
commit16to user
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pemerintah dengan masyarakat. Salah satu kerjasama yang bisa dilakukan adalah dalam hal pemungutan pajak. Definisi pajak menurut Dr. Rochmat Soemitro, S.H. adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat
dipaksakan)
dengan
tiada
mendapat
jasa
timbal
(kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. (Mardiasmo, 2008). Pudyatmoko (2002) yang mengutip pendapat P.J.A. Andriani mendefinisikan pajak sebagai iuran kepada kas Negara (yang dapat dipaksakan) yang terhutang oleh yang wajib membayarnya
menurut
peraturan-peraturan,
dengan
tidak
mendapatkan prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan. Dari definisi pajak diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara yang dipungut oleh pemerintah berdasarkan peraturan perundangundangan yang dapat dipaksakan, tanpa mendapat kontraprestasi yang
langsung
dapat
ditunjukkan
penegeluaran umum pemerintah. commit to user
dan
untuk
membiayai
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Fungsi Pajak Menurut Mardiasmo (2008: 1) ada dua fungsi pajak, yaitu: a. Fungsi Budgetair: Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya b. Fungsi Regulerend: Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakasanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi 3. Asas Pemungutan Pajak a. Asas Domisili (Asal Tempat Tinggal) Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan Wajib Pajak yang bertempat tinggal di wilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Asas ini berlaku untuk Wajib Pajak dalam negeri. b. Asas Sumber Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber di wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal Wajib Pajak. c. Asas Kebangsaan Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara. Misalnya pajak bangsa asing di Indonesia dikenakan pada setiap orang yang bukan berkebangsaan Indonesia yang bertempat tinggal di Indonesia. Asas ini berlaku untuk Wajib Pajak Luar Negeri. commit to user
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4. Sistem Pemungutan Pajak a. Official Assessment System Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak. Ciri-cirinya: 1) wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus, 2) wajib Pajak bersifat pasif, 3) utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus. b. Self Assessment System Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang. Ciri-cirinya: 1) wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada Wajib Pajak sendiri, 2) wajib Pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri pajak yang terutang, 3) Ffskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.
commit to user
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. With Holding System Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak. Ciri-cirinya: wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak ketiga, pihak selain fiskus dan Wajib Pajak. 5. Pembagian Pajak Pembagian pajak dapat dilakukan berdasarkan golongan, wewenang pemungutan, maupun sifatnya (Prakoso: 2003). Adapun penjelasannya sebagai berikut. a. Pembagian pajak berdasarkan golongannya dapat dibagi menjadi dua, yaitu: 1) Pajak Langsung adalah pajak yang bebannya harus ditanggung sendiri oleh Wajib Pajak yang bersangkutan dan tidak dapat dialihkan kepada pihak lain. 2) Pajak Tidak Langsung adalah pajak yang bebannya dapat dialihkan atau digeser kepada pihak lain sehingga sering disebut sebagai pajak tidak langsung. b. Pembagian pajak berdasarkan wewenang pemungutnya dapat dibagi menjadi dua, yaitu: commit to user
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1) Pajak Pusat/ Negara adalah pajak yang wewenang pemungutnya
ada
pada
pemerintah
pusat
yang
pelaksanaannya dilakukan oleh Departemen Keuangan melalui Direktorat Jenderal 2) Pajak Daerah adalah pajak yang wewenang pemungutannya ada pada pemerintahan daerah yang pelaksanaannya dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah. c. Pembagian pajak berdasarkan sifanya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: 1) Pajak Subyektif adalah pajak yang memperhatikan kondisi atau keadaan Wajib Pajak. 2) Pajak
Obyektif
adalah
pajak
yang
pada
awalnya
memperhatikan obyek yang menyebabkan timbulnya kewajiban membayar, kemudian baru mencari subyeknya baik orang pribadi maupun badan. B. Pajak Penghasilan (PPh) 1. Pengertian Pajak Penghasilan Pajak Penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap Subjek Pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam tahun pajak. 2. Dasar Hukum Dasar hukum yang mengatur PPh yang diterima/ diperoleh Orang Pribadi/ Badan adalah UU No. 7 tahun 1983 sebagaimana commit to user
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
diubah dengan UU No. 17 tahun 2000 dan terakhir kali diubah dengan UU No. 36 tahun 2008. 3. Subjek Pajak Penghasilan Adalah orang yang dituju oleh Undang-undang untuk dikenakan pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak, yang dapat disebutkan sebagai berikut (Suandy, 2002): a. Orang pribadi b. Warisan
yang
belum
terbagi
sebagai
satu
kesatuan
menggantikan yang berhak. c. Badan, terdiri dari PT, CV, perseroan lainnya, BUMN/ BUMD dengan nama dan bentuk apapun, firma kongsi, koperasi, dana pension, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi yang sejenis, lembaga, dan bentuk badan lainnya. d. Bentuk Usaha Tetap (BUT), yaitu badan usaha yang dipergunakan oleh Orang Pribadi sebagai Wajib Pajak Luar Negeri (WPLN), atau badan yang tidak didirikan di Indonesia untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia. Subjek Pajak dapat dibedakan menjadi: 1)
Subjek Pajak Dalam Negeri yang terdiri dari: commit to user
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a) Subjek Pajak Orang Pribadi, yaitu: i) Orang Pribadi yang bertempat tinggal/ berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan. ii) Orang Pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat bertempat tinggal di Indonesia. b) Subjek Pajak Badan, yaitu: Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, melakukan usaha maupun tidak. c) Subjek Pajak Warisan, yaitu: Warisan yang belum dibagi sebagai suatu kesatuan, menggantikan yang berhak. 2) Subjek Pajak Luar Negeri yang terdiri, yaitu: a) Subjek Pajak Orang Pribadi, yaitu: Orang Pribadi yang tidak bertempat tinggal atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan yang: i) Menjalankan
usaha
atau
melakukan
kegiatan
melalui BUT di Indonesia. ii) Dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia bukan dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui BUT di Indoneia. commit to user
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b) Subjek Pajak Badan, yaitu: Badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang: i) Menjalankan
usaha
atau
melakukan
kegiatan
melalui BUT di Indonesia. ii) Dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia bukan dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui BUT di Indonesia. 4. Tidak Termasuk Subjek Pajak (Suandy, 2002) a. Badan Perwakilan Negara Asing. b. Pejabat Perwakilan Diplomatik dan Konsulat atau pejabat lain dari negara asing, dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama-sama mereka, dengan syarat: 1) Bukan WNI dan di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan lain di luar jabatannya di Indonesia, dan 2) Negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik. c. Organisasi
Internasional
yang
ditetapkan
oleh
Menteri
Keuangan dengan syarat tidak menjalankan usaha di Indonesia.
commit to user
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d. Pejabat Perwakilan Internasional yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan dengan syarat bukan Warga Negara Indonesia dan tidak menjalankan usaha di Indonesia. 5. Objek Pajak (UU No 36 Tahun 2008) Dalam hal ini objek pajak adalah penghasilan. Penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau menambah kekayaan Wajib Pajak dengan nama dan bentuk apapun, meliputi: a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam Undang-undang ini. b. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan; c. Laba usaha. d. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk: 1) Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal. commit to user
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu, atau anggota yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya. 3) Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, pengambilalihan usaha, atau reorganisasi dengan nama dan dalam bentuk apa pun. 4) Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan, atau sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat dan badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan. 5) Keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan, tanda turut serta dalam pembiayaan,
atau
permodalan
dalam
perusahaan
pertambangan. e. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak. f. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang. commit to user
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
g. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi. h. Royalti atau imbalan atas penggunaan hak. i. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta. j. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala. k. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. l. Keuntungan selisih kurs mata uang asing. m. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva. n. Premi asuransi. o. Iuran
yang
diterima
atau
diperoleh
perkumpulan
dar
anggotanya yang terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas. p. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak. q. Penghasilan dari usaha yang berbasis syariah. r. Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang yang mengatur mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan. s. Surplus Bank Indonesia. commit to user
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
6. Tidak Termasuk Objek Pajak (UU No 36 Tahun 2008) a. Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima zakat yang berhak atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima sumbangan yang berhak yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah; dan b. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan,
1) Warisan. 2) Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti saham atau penyertaan modal. 3) Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan atau kenikmatan dari WP atau Pemerintah. commit to user
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4) Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan
dengan
asuransi
kesehatan,
asuransi
kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa. 5) Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh PT sebagai WPDN, koperasi, BUMN, atau BUMD, dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat: a) Dividen yang berasal dari cadangan laba yang ditahan. b) Bagi PT, BUMN dan BUMD yang menerima dividen paling rendah 25% dari jumlah modal yang disetor dan harus mempunyai usaha aktif di luar kepemilikan saham tersebut. 6) Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai. 7) Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan. 8) Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari CV yang
modalnya
tidak
terbagi
atas
saham-saham,
persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi. commit to user
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
9) Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia, dengan syarat badan pasangan usaha tersebut: a) Merupakan perusahaan kecil, menengah, atau yang menjalankan kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan. b) Sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia. 10) Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. 11) Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang bergerak dalam bidang pendidikan dan/ atau bidang penelitian dan pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi yang membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/ atau penelitian dan pengembangan, dalam jangka waktu paling lama 4 (empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. commit to user
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
12) Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial kepada Wajib Pajak tertentu, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. C. Ketentuan perpajakan bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Wajib pajak diharuskan melaksanakan kewajiban perpajakanya dengan cara sebagi berikut: 1. Mendaftarkan diri menjadi Wajib Pajak dan Pengusaha Kena Pajak (pasal 2 (1) & (2) UU KUP) 2. Mengambil Surat Pemberitahuan sendiri ke KPP atau tempat lain yang telah ditentukan oleg DJP (pasal 3(2) UU KUP) 3. Mengisi
SPT
dengan
benar,
lengkap,
dan
jelas
serta
menandatangani dan melaporkan SPT pasal3 (1) UU KUP) 4. Membayar pajak yang terutang yang telah dihitung sendiri tanpa menunggun adanya SKP atau STP (pasal 12 (1) UU KUP) 5. Menyelenggarakan pembukuan, kecuali Wajib Pajak yang di bebaskan dari kewajiban menyelenggarakan pembukuan tetapi wajib menyelenggarakan pencatatan (paal 28 (1) UU KUP) 6. Menyimpan dokumen sebagai dasar perhitungan pajak selama 10 tahun (pasal 28 (11) UU KUP) 7. Memperlihatkan pembukuan dan memikan keterangan apabila dilakukan pemeriksaan (pasal 29 (3) UU KUP) commit to user
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D. Surat Pemberitahuan Tahunan 1. Pengertian Surat Pemberitahuan Tahunan Menurut Mardiasmo (2008) Surat Pemberitahuan adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/ atau pebayaran pajak, objek pajak dan/ atau bukan objek pajak, dan/ atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Surat Pemberitahuan dibagi dua, yaitu Surat Pemberitahuan Masa dan Tahunan. Surat Pemberitahuan Masa adalah Surat Pembertahuan
untuk
suatu
masa
pajak.
Sedangkan
surat
pemberitahuan tahunan adalah surat pemberitahuan untuk suatu tahun pajak atau bagian tahun pajak. 2. Fungsi Surat Pemberitahuan Tahunan Fungsi Surat Pemberitahuan bagi Wajib Pajak adalah sebagai sarana
untuk
melaporkan
dan
mempertanggung
jawabkan
penghitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang: a. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiridan/ atau melalui pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam 1(satu) Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak; b. Penghasilan yang merupakan objek pajak dan/ atau bukan objek pajak; c. Harta dan kewajiban; dan/ atau commit to user
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d. Pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang pemotongan atau pemungutan pajak ornag ribadi atau badan lain dalam 1 (satu) Masa Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan 3. Kriteria Kepatuhan Penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Safri Nurmantu dalam artikelnya yang berjudul “Kepatuhan Perpajakan” mengatakan bahwa ada dua macam kepatuhan, yakni kepatuhan formal dan kepatuhan material. a. Kepatuhan formal. Kepatuhan formal adalah suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi kewajiban perpajakan dengan menitik beratkan
pada
memperhatikan
nama hakekat
dan
bentukkewajiban
kewajiban
itu.
saja,tanpa
Dalam
kasus
penyampaian SPT Tahunan ini, misalnya, Wajib Pajak Orang Pribadi menyampaikan SPT Tahunannya sebelum batas waktu 3 (tiga) bulan setelah akhir tahun pajak dengan mengabaikan apakah isi pelaporannya sudah benar atau belum. b. Kepatuhan material. Kepatuhan material adalah suatu keadaan dimana Wajib Pajak selain memenuhi kewajiban yang berhubungan dengan nama dan bentuk kewajiban perpajakan, juga memenuhi hakekat kewajiban perpajakannya. Dalam hal penyampaian commit to user
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
SPT
Tahunan,
memperhatikan
Wajib batas
Pajak waktu
Orang
Pribadi
penyampaian
SPT,
selain juga
memperhatikan kebenaran yang sesungguhnya dari isi dan hakekat penyampaian SPT Tahunan tersebut. Kepatuhan material dalam penyampaian SPT Tahunan ini secara eksplisit disebutkan dalam Undang-Undang KUPPasal 3 ayat (1).Dalam penjelasan
pasal
tersebutdisebutkan,
bahwa
Surat
Pemberitahuan harus diisi dengan benar, lengkap, dan jelas sesuai dengan petunjuk pengisian yang diberikan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undang perpajakan. Adapun yang dimaksud dengan: 1) Benar adalah benar dalam perhitungan, termasuk benar dalam penerapan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, dalam penulisan, dan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya; 2) Lengkap adalah memuat semua unsur-unsur yang berkaitan dengan objek pajak dan unsur-unsur lain yang harus dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan; dan 3) Jelas adalah melaporkan asal-usul atau sumber dari objek pajak dan unsur-unsur lain yang harus dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan. Kemudian, batas waktu penyampaian untuk SPT Masa adalah paling lama 20 (dua puluh) hari setelah akhir masa commit to user
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pajak. Untuk SPT Tahunan PPh Orang Pribadi, paling lambat 3 (tiga) bulan setelah akhir tahun pajak, sedangkan untuk SPT Tahunan PPh Badan paling lambat 4 bulan setelah akhir tahun pajak. 4) Sanksi-sanksi yang berkaitan dengan Surat Pembertahuan Untuk wajib pajak yang terlambat menyampaikan SPT, akan dikenakan denda: a) Rp100.000 untuk SPT Masa PPh, b) Rp500.000 untuk SPT Masa PPN, c) Rp100.000 untuk SPT Tahunan PPh Orang Pribadi d) Rp1.000.000 untuk SPT Tahunan PPh Badan. Sedangkan bila diketahui bahwa data yang disampaikan dalam SPT ternyata tidak benar, wajib pajak dapat mengajukan pembetulan. Hanya saja, bila ternyata setelah pembetulan pajak yang masih harus dibayar menjadi bertambah, wajib pajak dikenakan sanksi bunga sebesar 2% perbulan.
commit to user
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
II. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Perkembangan Jumlah Wajib Pajak di KPP Boyolali Tahun 2011-2012. Selain dari kesadaran Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan, peran Account Representative juga menjadi penentu dari kepatuhan
Wajib
Pajak.
Account
Representaive
merupakan
penghubung antara KPP Pratama Boyolali dengan Wajib Pajak dan bertugas melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak serta memberikan bimbingan dan himbauan. Dalam hubungannya dengan penyampaian SPT Tahunan Account
Representative
mempunyai
tugas
melakukan
pengawasan terhadap kepatuhan Wajib Pajak dalam menyampaikan SPT Tahunannya dengan memberikan himbauan atau teguran-teguran kepada Wajib Pajak yang belum menyampaikan SPT. Terhadap Wajib Pajak yang tidak menyampaikan SPT tepat pada waktunya maka Account Representative mempunyai tugas untuk melakukan penerbitan produk hukum perpajakan berupa Surat Tagihan Pajak. Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Boyolali tiap Seksi Pengawasan dan Konsultasi mendapatkan tugas untuk melakukan pengawasan terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi sesuai wilayahnya masing-masing. Account Representative disini mengakui bahwa banyak sekali Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar di KPP Pratama Boyoylali yang
belum
patuh
dalam memenuhi commit to user
salah
satu
kewajiban
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
perpajakannya yaitu melaporkan SPT Tahunan Pajak Penghasilan. Mereka mengakui bahwa dalam melakukan pengawasan ini cukup sulit, hal ini dikarenakan beban kerja AR yang cukup berat. Seorang AR di KPP Pratama Boyoylali dapat menangani ratusan Wajib Pajak Orang Pribadi sekaligus, belum lagi ditambah puluhan Wajib Pajak Badan yang juga harus diawasi oleh para AR tersebut. Dalam mengukur tingkat kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi menyampaikan SPT Tahunannnya di KPP Pratama Boyolali penulis akan menggunakan perhitungan sederhana untuk mengolah data yang ada yaitu dengan cara membandingkan antara jumlah SPT Tahunan yang disampaikan dengan jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi terdaftar efektif di KPP Pratama Boyolali. Dari perhitungan tersebut akan diperoleh persentase atas tingkat kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi. Secara matematis persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut : Prosentase Kepatuhan =
Untuk
.
memberikan gambaran keadaan yang sebenarnya di
KPP Pratama Boyolali tentang jumlah keseluruhan perkembangan jumlah Wajib Pajak terdaftar maupun Wajib Pajak efektif tiap jenis pajak di KPP Pratama Boyolali pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 ditampilkan pada tabel II.1 commit to user
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel II.1 Perkembangan Jumlah Wajib Pajak Terdaftar KPP Pratama Boyolali Tahun Pajak 2010-2012 Jenis Pajak OP
Badan
Tahun Pajak 2010 2011 20121 2010 2011 20122
SPT Yang WP Efektif Disampaikan Jumlah Kenaikan Jumlah Kenaikan 27.003 0 25.699 0 44.932 17.929 29.406 4.785 44.540 -392 23.262 -6.144 1.640 0 799 0 1.900 260 874 75 1.595 -305 847 -27
Prosentase (%) 95.15 67.83 54.75 48.72 46.00 53.10
Sumber : diolah dari Seksi Pengolahan Data dan Informasi Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa seiring berjalannya waktu jumlah Wajib Pajak Oramg Pribadi yang tedaftar terus mengalami peningkatan. Hal ini bisa dilihat pada tahun 2011 Wajib Pajak Orang Pribadi mengalami peningkatan sebesar 17.929 dan pada tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 392. Sedangkan untuk prosentase kepatuhan bisa dilihat pada tahun 2010 jenis pajak Orang Pribadi diperoleh prosentase perbandingan sebesar 95,15%, pada tahun 2011 sebesar 67,83% turun 27.32% dari tahun lalu dan pada tahun 2012 jumlah prosentase menjadi 54.75%,turun13.08% % dari tahun lalu. Tetapi pada tahun 2012 belum bisa dijadikan acuan karena data pada tahun 2012 hanya sampai bulan Mei. Dan untuk jenis pajak Badan mengalami peningkatan sebesar 260 pada tahun 2011 dan pada tahun 2012 mengalami penurunan 12
Data yang diperoleh hingga bulan Meicommit to
user
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sebesar 305 Dan untuk prosentase kepatuhan pada tahun 2010 prosentasenya sebesar 48,72%, tahun 2011 sebesar 46,00% turun 2.72% dari tahun sebelumnya dan pada tahun 2012 jumlah prosentase sebesar 53.10%, naik sebesar 7.10% dari tahun lalu.. Dapat dilihat setiap tahun tidak terjadi kenaikan atau penurunan yang signifikan di pertumbuhan jumlah wajib pajak, Dilihat dari tabel di atas, Wajib Pajak Orang Pribadi lah yang perkembangannya sangat baik, namun tidak diikuti kenaikan pada prosentase kepatuhan. Begitu juga pada Wajib Pajak badan, Wajib Pajak terdaftar terus meningkat tetapi tidak diikui dengan kenaikan prosentase kepatuhan. B. Perkembangan Penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Orang Pribadi di KPP Pratama Boyolali Tahun 2010 - 2012. Perkembangan SPT Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam penyampaian SPT Tahunan KPP Pratama Boyolali data yang didapatkan penulis hanya dari tahun 2010 sampai tahun 2012. Ini disebabkan karena belum masuknya Sebagian data tahun 2012 di Sistem Informasi Direktorat Jendral Pajak (SIDJP) karena saat penulis melakukan penelitian di KPP Pratama Boyolali, perekaman dan entri data SPT Tahunan tahun 2012 belum selesai dilakukan, maka bisa dilihat pada tabel II.2 di bawah ini commit to user
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel II.2 Perkembangan SPT Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi Di KPP Pratama Boyolali Tahun Pajak 2010 - 2012 Tahun pajak
Kurang Bayar
Lebih Bayar
Nihil
2010 450 41 28.007 2011 474 47 29.957 1 2012 462 44 19.037 Sumber : diolah dari Seksi Pengolahan Data dan Informasi
Total 28.498 30.478 19.543
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa penyampaian SPT Tahunan Nihil memiliki kuantitas terbanyak di bandingkan SPT Tahunan yang lain (SPT Tahunan Kurang bayar dan SPT Tahunan Lebih bayar). Ini disebabkan karena sebagian Wajib Pajak Orang Pribadi terdaftar di KPP Pratama Boyolali merupakan pegawai dan karyawan dimana pajak yang terutang telah dipungut oleh pemberi kerja dan mengakibatkan SPT Tahunan yang disampaikan merupakan SPT Nihil. Namun dari segi total penerimaan SPT Tahunan mengalami penurunan pada tahun 2012, menurut pegawai KPP Pratama Boyolali seksi PDI hal ini disebabkan karena pada tahun 2012 banyak Wajib Pajak Orang Pribadi yang mengajukan Non Efektif sehingga SPT Tahunan yang disampaikan lebih sedikit.
1
Data yang diperoleh hingga bulan Mei commit to
user
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Dan Wajib Pajak Badan Tiap Bulan Dalam Penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan KPP Boyolali Tahun 2011 Rasio kepatuhan merupakan alat ukur yang menunjukkan tingkat penyampaian SPT Tahunan Wajib Pajak dalam suatu tahun. Untuk mengetahui tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan pelaporan SPT Tahunan Pajak Penghasilan, penulis menggunakan perhitungan rasio kepatuhan. Setelah mengetahui Kepatuhan per tahun, penulis ingin mengetahui bagaimana kepatuhan penyampaian SPT Tahunan Pajak Penghasilan di KPP Pratama Boyolali setiap bulannya, penulis akan membandingkan penyampaian SPT Tahunan Wajib Pajak
Orang
Pribadi dan Badan bulan januari hingga desember di KPP Pratama Boyolali per Tahun 2011. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel II.3 & II.4
commit to user
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel II.3 Perbandingan Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Tiap Bulan Per Tahun 2011 KPP Pratama Boyolali Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total
WP Terdaftar Jumlah Kenaikan 44,772 44,909 137 44,909 44,909 44,932 23 44,932 44,932 44,932 44,932 44,932 44,932 44,932 44,932
SPT Yang Disampaikan Prosentase Jumlah Total 158 158 0.35% 1,759 1,917 3.92% 19,714 21,631 43.90% 4,198 25,829 9.35% 1,852 27,681 4.12% 938 28,619 2.09% 579 29,198 1.29% 285 29,483 0.63% 120 29,603 0.27% 507 30,110 1.13% 46 30,156 0.10% 41 30,478 0.09% 30,478 67,83%
Sumber : diolah dari Seksi Pengolahan Data dan Informasi Dari data di atas dapat dilihat, prosentase kepatuhan tertinggi jelas ada pada bulan maret, itu disebabkan karena pada bulan Maret adalah batas akhir pelaporan Spt Tahunan unuk Wajib Pajak Orang Pribadi. Pada bulan sebelum Maret yaitu bulan Januari dan Februari terdapat sekitar 4% kepatuhan, itu berari bahwa tidak sedikit warga Boyolali yang sanggup melaporkan SPT Tahunan lebih cepat atau disiplin dalam penyampaian SPT Tahunannya, Namun angka yang cukup besar justru terjadi pada bulan-bulan setelah bulan Maret. Hampir 20% kepatuhan terjadi pada bulan-bulan itu. Angka yang cukup besar memang, itu menunjukkan masih banyaknya warga boyolali yang kurang sadar akan pentingnya melaporkan SPT Tahunan tepat waktu. Apalagi masih ditambah lagi commit to user
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dengan wajib pajak yang melapor pada akhir tahun, yang sangat jauh dari batas pelaporan SPT Tahunan yang ditetapkan pada bulan maret. Dilihat dari segi wajib pajak terdaftar, terjadi kenaikan wajib pajak pada bulan Februari dan bulan Mei. Pada akhir tahun KPP Pratama Boyolali juga memberikan surat teguran yang dikeluarkan untuk wajib pajak yang belum melaporkan SPT Tahunannya. Sehingga pada tahun berikutnya dapat menaikkan jumlah rasio kepatuhan. Secara keseluruhan prosentase kepatuhan wajib pajak orang pribadi di KPP Pratama Boyolali cukup bagus karena
prosentase
kepatuhannya
hampir
mencapai
menunjukkan kinerja KPP Pratama Boyolali cukup bagus.
commit to user
70%.
Itu
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel II.4 Perbandingan Kepatuhan Wajib Pajak Badan Tiap Bulan Per Tahun 2011 KPP Pratama Boyolali Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total
WP Terdaftar Jumlah 1,749 1,749 1,898 1,898 1,900 1,900 1,900 1,900 1,900 1,900 1,900 1,900 1,900
Kenaikan 149 2 -
SPT Yang Disampaikan Jumlah
Total
4 31 185 576 63 15 -
4 35 220 796 859 874 874 874 874 874 874 874 874
Prosentase 0.23% 1.77% 9.75% 30.35% 3.32% 0.79% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 46.00%
Sumber : diolah dari Seksi Pengolahan Data dan Informasi Dari data di atas dapat dilihat, prosentase kepatuhan tertinggi jelas ada pada bulan April, itu disebabkan karena pada bulan april adalah batas akhir pelaporan Spt Tahunan unuk Wajib Pajak Badan. Berbeda dengan SPT Tahunan orang pribadi, Rasio kepatuhan Wajib Pajak Badan yang lebih besar terjadi Pada bulan sebelum April yaitu bulan Januari sampai Maret. Terdapat lebih dari 10% kepatuhan yang terjadi antara bulan januari hingga bulan Maret, itu berari bahwa tidak sedikit perusahaanperusahaan yang ada di Boyolali sanggup melaporkan SPT Tahunan lebih cepat atau disiplin dalam penyampaian SPT Tahunannya, commit to user
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sedangkan pada bulan setelah batas pelaporan atau bulan April, terdapat rasio kepatuhan sekitar 4% kepatuhan. Angka yang cukup kecil untuk mengukur jumlah rasio kepatuhan wajib pajak badan selah batas pelaporan, itu menunjukkan bahwa banyak perusahaan di Boyolali yang tepat waktu dalam penyampaian SPT Tahunannya. Tetapi dari sisi lain, keterlambatan pelaporan yang lebih sedikit ketimbang Orang Pribadi ternyata tidak bisa dijadikan parameter bahwa Kepatuhan SPT Badan lebih baik daripada SPT Orang Pribadi. Karena prosentase badan yang tidak melapor lebih besar daripada orang pribadi. Dapat diketahui dari total rasio kepatuhan Tahun 2011 yaitu sebesar 46.00%. lebih buruk dari rasio kepatuhan SPT Tahunan Orang
Pribadi.
Mungkin
hal
ini
disebabkan
karena
denda
keterlambatan PPh Badan yang tinggi sehingga banyak perusahaanperusahaan yang memilih tidak melaporkan SPT Tahunannya daripada harus membayar denda.
commit to user
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D. Masalah-Masalah dan Upaya Dalam Mengatasi Masalah yang Dihadapi oleh KPP Pratama Boyolali Dalam Penyampaian SPT Tahunan Pajak Pengahasilan Wajib Pajak Orang Pribadi Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan Account Representative (AR) diperoleh keterangan bahwa: 1. Dari sisi Wajib Pajak a. Pendidikan yang rendah, banyak Wajib Pajak Orang Pribadi yang tingkat pendidikanya rendah, sehingga sulit dalam memahami dan mengisi SPT tahunan. b. Kurangnya kesadaran Wajib Pajak dalam penyampaian SPT tahunan, Wajib Pajak kurang mengerti arti penting pajak, karna pada dasarnya tidak ada satu orangpun yang rela memberikan kekayaanya kepada Negara. c. Inisiatif Wajib Pajak kurang karena berita miring tentang fiskus seperti kasus Gayus Tambunan pada tahun 2009 dan yang paling baru pada tahun 2012 pada bulan Februari Dhana Widyatmika yang sama-sama dikenal sebagai koruptor penyelewengan uang pajak, benar-benar membuat pencintraan dunia perpajakan tercoreng, maka dari itu masyarakat enggan melaporkan & membayar pajak terutang mereka karena pencitraan yang buruk, yang nyatanya KPP Pratama hanyalah tempat melapor dan bukan
tempat pembayaran pajak.
Sehingga sosialisasi yang dilakukan oleh KPP kurang commit to user
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mendapat respon dari Wajib Pajak yang kurang mendapat informasi mengenai perpajakan. 2. Dari KPP Pratama Surakarta a. Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP) yang sering terjadigangguan. Saat melaksanakan Praktik Kerja Lapangan, beberapa kali terjadi gangguan pada SIDJP di KPP Pratama Boyolali. Gangguan ini tentunya sangat mengganggu kinerja pegawai pajak di KPP Pratama Boyolali karena hampir banyak tugas yang mereka lakukan memerlukan SIDJP ini. Selain itu beberapa kali juga terdapat gangguan dalam pengaksesan Portal DJP. Portal DJP ini sangat penting dalam hal melihat Master File Wajib Pajak. Oleh karena itu diperlukan adanya pemeliharaan dan perbaikan dari sistem ini secara terus-menerus b. Komputer-komputer
yang
terserang
virus
sehingga
menghambat kinerja dari petugas pajak. Komputer adalah hal yang sangat krusial sehubungan dengan pekerjaan petugas pajak. Apabila komputer yang digunakan petugas pajak terserang virus-virus komputer maka dapat menghambat kinerja
komputer
tersebut
dan
secara
langsung
juga
menghambat kinerja dari petugas pajak. Oleh karena itu diperlukan dukungan teknologi informasi yang baik agar hal – hal seperti ini dapat dihindari. commit to user
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Sedikitnya AR yang hanya berjumlah 16 orang tidak sebanding dengan jumlah Wajib Pajak yang ada di KPP Pratama Boyolali. d. Peraturan perpajakan yang terus berkembang mengikuti jaman. Hal ini mengakibatkan perlu adanya pemahaman dalam peraturan yang berlaku oleh Wajib Pajak dan petugas pajak. Petugas pajak perlu mempelajari peraturan yang berlaku agar memiliki dasar hukum dalam melakukan tugasnya terutama dalam kaitan pengawasan terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Sedangkan
Wajib
Pajak
perlu
mempelajari
peraturan
perpajakan agar mengetahui kewajiban perpajakan sehingga tidak terjadi kesalahan dalam melakukan pemenuhan kewajiban perpajakan. 3.
Upaya – upaya yang dapat dilakukan guna penyelesaian masalah yang terjadi di KPP Pratama Boyolali, a. Memberikan sosialisasi tentang peraturan perpajakan kepada masyarakat yang kurang mengerti tentang pentingnya SPT Tahunan.. b. Menerbitkan Surat Teguran Pajak (STP) bagi Wajib Pajak yang tidak menyampaikan SPT tahunanya sampai batas waktu yang telah ditentukan yaitu 3 bulan setelah akhir tahun pajak. c. Meningkatkan kualitas dan kinerja petugas pajak. Perlu adanya peningkatan kualitas petugas pajak salah satunya dalam hal teknologi informasi. Hal ini diperlukan agar petugas pajak commit to user
49 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dapat mengoperasikan komputer lebih baik. Di beberapa komputer KPP Pratama Boyolali banyak yang terserang virus sehingga dapat menghambat kinerja petugasnya. Hal ini seharusnya dapat dihindari apabila petugas pajak yang menggunakan komputer memiliki pengetahuan mengenai teknologi informasi yang cukup baik. d. Pembekalan petugas sebagai bentuk peningkatan kualitas SDM petugas agar tidak terjadi kasus-kasus yang bisa menambah buruknya citra perpajakan di mata masyarakat umum. e. Mengenalkan E-SPT sejak dini kepada Wajib Pajak, agar Wajib Pajak lebih menyukai pelaporan SPT melalui E-SPT daripada
cara
manual.
Karena
penyampaiannya
yang
menghemat waktu, biaya dan kenyamanan kerja. f. Penambahan jumlah AR agar Wajib Pajak selalu terawasi dengan baik dan benar sehingga Wajib Pajak tidak melupakan kewajibanya karena bisa terawasi oleh AR.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III TEMUAN Berdasarkan pembahasan yang telah diuraiakan, maka penulis dapat menemukan kelebihan dan kelemahan dari tinjauan tingkat kepatuhan penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Orang Pribadi dan Badan Di Boyolali. Adapun kelebihan dan kelemahan tersebut adalah sebagai berikut, A.
KELEBIHAN 1. Terjadi poeningkatan secara terus menerus jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi & Badan di KPP Pratama Boyolali. 2. KPP pratama sudah bekerja sesuai dengan operating procedure dalam penyampaian dan pengolahan SPT tahunan Wajib Pajak
Orang
Pribadi. 3. Adanya AR yang penting bagi KPP sebagai upaya peningkatan penerimaan pajak dan kepatuhan Wajib Pajak karena AR berperan sebagai pengawas terhadap penyampaian SPT Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi dan sebagai penghubung anatara KPP Pratama Boyolali sehingga dapat memberikan teguran yang bersifat himbauan secara langsung terhadap Wajib Pajak. 4. KPP menggunakan E-SPT sebagai sarana penyampaian SPT sehingga diharapkan akan lebih mudah dan efisiensi.
commit51to user
52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. KEKURANGAN 1. Kurangnya kesadaran Wajib Pajak dalam mencari informasi tentang kewajiban
perpajakannya,
sehingga
terjadi
kesalahan
dalam
perhitungan, penyampaian dan pelaporan SPT Tahunan. 2. Wajib Pajak belum bisa memanfaatkan fasilitas yang diberikan oleh PJP dengan sebaik mungkin, ini dilihat dari tradisi Wajib Pajak yang selalu menunda penyampaian SPT nya sampai pada batas akhir penyampaian SPT, sehingga membuat antrian yang panjang dan membuat para petugas kualahandalam menanganinya,yang justru akan terlihat kurang menyenangkandalam proses pelayanannya. 3. Tingkat pelaporan SPT tahunan yang belum stabil atau masih terus terjadi penurunan dalam prosentase kepatuhan. Terutama pada Wajib Pajak Orang Pribadi yang terus menurun dari Tahun 2010 sebesar 95.15%, 2011 sebesar 67.83%, & 2012 sebesar 54.75%. 4. AR yang berjumlah 16 orang dirasa kurang dalam melayani jumlah Wajib Pajak di KPP Pratama Boyolali yang sudah mencapai puluhan ribu orang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan di KPP Pratama Boyolali mengenai tinjauan tingkat kepatuhan penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Orang Pribadi tiap kecamatan di Kantor Pelayanan Pajak Surakarta maka penulis mengambil kesimpulan bahwa, 1. Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi yang efektif di KPP Pratama Boyolali sudah stabil karena tidak terjadi penurunan yang signifikan. Dapat dilihat dari jumlah Wajib Pajak efektif yaitu, terjadi peningkatan di tahun 2011 sebesar 17.929, dan sedikit penurunan pada tahun 2012 sebesar 392 . Tetapi tidak diikuti dengan prosentase kepatuhan yang baik, karena terus mengalami penurunan yaitu 95,15% di tahun 2010, 67,83% di tahun 2011 dan 54,75%. 2. Sedangkan jumlah Wajib Pajak Badan yang efektif di KPP Pratama Boyolali juga sudah stabil karena tidak terjadi penurunan yang signifikan. Dapat dilihat dari jumlah Wajib Pajak efektif yaitu, terjadi peningkatan di tahun 2011 sebesar 260, dan sedikit penurunan pada tahun 2012 sebesar 305 . Prosentase kepatuhan Wajib Pajak Badan tergolong cukup, karena terus stabil di tiap commit53to user
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tahunnya yaitu 48,72% di tahun 2010, 46,00% di tahun 2011 dan 53,10%. 3. Masih banyak Wajib Pajak yang melaporkan SPT Tahunan melebihi batas waktu yang telah ditetapkan, yaitu bulan Maret untuk WP OP dan bulan April untuk WP Badan. 4. Wajib Pajak Badan dan Wajib Pajak Orang Pribadi adalah Penyumbang jumlah Wajib Pajak paling banyak. Karena mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, meskipun terjadi penurunan pada prosentase kepatuhannya tetapi terjadi peningkatan terus menurus pada Wajib Pajak efektif . 5. Rasio kepatuhan Penyampaian SPT Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi Di KPP Pratama Boyolali tergolong cukup. Karena hanya pada Tahun 2010 saja melebihi batas target Direktorat Jedral Pajak yaitu melebihi 70% dan pada Tahun selanjutnya sedikit dibawah target pemerintah. Berbeda dengan Penyampaian SPT Tahunan Wajib Pajak Badan yang kurang dari 60%. 6. Tingkat Kepatuhan tertinggi terjadi di bulan April untuk Wajib Pajak Badan dan bulan Maret untuk Wajib Pajak Orang Pribadi. 7. Prosentase tingkat kepatuhan pelaporan SPT Tahunan tidak bisa diukur dari jumlah Wajib Pajak terdaftar maupun wajib pajak efektif di suatu Kecamatan, melainkan kesadaran dari masing – masing Wajib Pajak dalam pemenuhan kewajibannya. commit to user
55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
8. Perkembangan jumlah SPT Tahunan yang disampaikan Wajib Pajak Orang Pribadi setiap tahunnya sangat berpengaruh terhadap peningkatan penerimaan pajak di KPP Pratama Boyolali. Semakin meningkatnya
jumlah
SPT
Tahunan
yang
disampaikan,
penerimaan pajak pun semakin bertambah. 9. Kurangnya pengetahuan Wajib Pajak tentang tata cara pengisian dan
penyampaian
SPT
Tahunan
merupakan
faktor
yang
menyebabkan ketidak patuhan Wajib Pajak dalam menyampaikan SPT Tahunan. 10. Jumlah Account Representative di KPP Pratama Boyolali masih kurang jika dibandingkan dengan Wajib Pajak yang terdaftar sehingga pengawasan kepatuhan terhadap pelaporan SPT Tahunan masih belum maksimal. B. Saran dan Rekomendasi Berdasarkan pada kesimpulan yang dibuat oleh penulis maka penulis memberikan saran dan rekomendasi yang diharapkan dapat memperbaiki dan meningkatkan penyampaian SPT Tahunan di KPP Pratama Boyolali antara lain sebagai berikut: 1. Meningkatkan pelayanan prima sehingga Wajib Pajak tidak merasa kesulitan dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. 2. Penyuluhan dalam bentuk seminar maupun pemberian booklet/ pamflet kepada Wajib Pajak yang berisi informasi mengenai hak commit to user
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dan kewajibannya, terutama dalam penyampaian dan cara pengisian SPT Tahunan. 3. Mengenalkan E-SPT sejak dini kepada Wajib Pajak, agar Wajib Pajak lebih menyukai pelaporan SPT melalui E-SPT daripada cara manual. Karena penyampaian nya yang menghemat waktu, biaya dan kenyamanan kerja. 4. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia dengan cara memberikan pelatihan dan pembekalan agar kinerja pegawai di KPP Pratama Boyolali dapat lebih ditingkatkan lagi. 5. Menambah jumlah pelaksana dan Account Representative di KPP Pratama Boyolali sehingga dapat meningkatkan kinerja perekaman SPT Tahunan dan pengawasan terhadap kepatuhan Wajib Pajak. 6. Menambah jumlah mobil, dropbox, dan pojok pajak di setiap kecamatan agar Wajib Pajak tidak perlu pergi jauh ke KPP Pratama Boyolali dalam pemenuhan kewajiban perpajaknya sehingga Wajib Pajak akan dipermudah dan menumbuhkan kesadaran akan kewajiban perpajakannya.
commit to user