ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PRODUKSI SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN DI KOTA TASIKMALAYA PERIODE 2005 – 2011 (Studi Kasus Pada Komoditi Unggulan di Sektor Industri Pengolahan di Kota Tasikmalaya) Samsur Rizal Solihat 083401009 Jurusan Ekomomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Siliwang Jl. Siliwangi no. 24 Tasikmalaya 46115, Telp (0265) 323537 E-mail :
[email protected]
ABSTRAK Sektor unggulan industri pengolahan Kota Tasikmalaya, mempunyai delapan komoditi unggulan yaitu di antaranya 1) bordir 2) kerajinan anyaman mendong 3) kerajinan anyaman bambu 4) kerajinan alas kaki 5) kayu olahan 6) batik 7) payung gelis 8) makanan olahan. keberadaan komoditi – komoditi tersebut diarahkan untuk dapat memberikan sumbangan terhadap PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) dan dapat menciptakan lapangan kerja. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh faktor-faktor produksi (tenaga kerja, investasi dan bahan baku) terhadap hasil produksi sektor industri pengolahan. Data yang di gunakan adalah data skunder yang di peroleh dari DISPERINDAG Kota Tasikmalaya dan di analisis dengan regresi data panel dengan metode fixed effects. Hasil regresi data panel tersebut di uji dengan pengujian
asumsi klasik (uji autokorelasi, uji heteroskedastisitas dan uji multikolinieritas) dan pengujian statistik (uji F, uji T dan uji R2). hasil penelitian ini menunjukan bahwa model regresi yang digunakan terbebas dari penyimpangan asumsi klasik. Dari hasil uji statistik terdapat dua variabel indevenden yaitu tenaga kerja dan bahan baku yang berpengaruh positif terhadap hasil industri pengolahan Kota Tasikmalaya. sedangkan variabel investasi tidak memberikan pengaruh nyata terhadap industri pengolahan Kota Tasikmalaya, tetapi walaupun demikian koefisien regresi dari variabel ini menunjukan angka positif. Untuk itu variabel investasi harus di infermentasikan secara hatihati. Kata Kunci : hasil industri pengolaha, tenaga kerja, investasi dan bahan baku.
ANALYSIS OF FACTORS AFFECTING PRODUCTION PROCESSING INDUSTRY SECTOR TASIKMALAYA IN THE 2005 - 2011 (Case Study On Commodity Sector Manufacturing Industry In The City Of Tasikmalaya)
Samsur Rizal Solihat 083401009
Department of Development Economics, Faculty of Economics, University of Siliwang Jl. Siliwangi no. Tasikmalaya 24 46 115, Tel (0265) 323 537 E-mail :
[email protected]
ABSTRACT Leading sectors of processing industry Tasikmalaya City, has eight commodities which include 1) embroidery 2) rushes woven handicraft 3) bamboo handicraft 4) crafting footwear 5) wood 6) batik 7) umbrella Gelis 8) processed foods. existence of commodities - commodities geared to contribute to the GDP (Gross Domestic Product) and to create jobs. The purpose of this study was to analyze the influence of the factors of production (labor, investment and raw materials) to production manufacturing. The data used are secondary data obtained from City Disperindag Tasikmalaya and analysis with panel data regression with fixed effects methods. The results of the panel data regression in the test with the classical assumption test (test of autocorrelation,
heteroscedasticity test and multicollinearity test) and statistical tests (F test, test and test T R2). the results of this study indicate that the regression model used free of irregularities classical assumptions. From the results of the statistical test, there are two variables indevenden namely labor and raw material positive effect on the results of the processing industry Tasikmalaya City. while the variable investment does not give a significant effect on the processing industry Tasikmalaya town, but even so the regression coefficients of these variables showed a positive number. For that variable should invest in infermentasikan carefully. Keyword: results of the processing industry, labor, investment and raw materials.
1.
pencapaian sasaran utama pembangunan jangka
PENDAHULUAN Berdirinya Kota Tasikmalaya sebagai daerah
panjang.
Sasaran
yang
dimaksud
adalah
otonomi tidak terlepas dari sejarah berdirinya
tercapainya kondisi ekonomi yang seimbang
Kabupaten Tasikmalaya sebagai daerah induk.
dimana terdapat kemampuan dan kekuatan industri
Salah satu tujuan dari otonomi daerah tiada lain
yang lebih maju dalam menciptakan lapangan kerja
supaya lebih mampu menggali potensi sumber
dan meningkatkan PDRB (Produk Domestik
daya alam dan sumber daya manusia yang
Regional Bruto) Kota Tasikmalaya.
dimilikinya untuk dapat menggerakkan roda
Kondisi ekonomi yang terjadi yang mengalami
perekonomian wilayahnya dengan perencanaan
pasang surut telah memberikan pengaruh yang
yang
besar terhadap perkembangan sektor industri
lebih
terarah
dan
berkesinambungan.
Undang-undang Nomor 10 Tahun 2001 tentang
pengolahan
Pembentukan Kota Tasikmalaya, telah menjadi
disebabkan karena sebagian besar dari output
dasar hukum bagi Pemerintah Kota Administratif
produksi pada sektor industri pengolahan di Kota
Tasikmalaya menjadi Daerah Otonomi Kota
Tasikmalaya merupakan pangsa pasar ekspor.
Tasikmalaya, dengan diberlakukannya Undang-
Adanya resesi ekonomi di Amerika dan negara
undang tersebut Kota Tasikmalaya menjadi daerah
maju lainnya berakibat pada penurunan permintaan
yang mempunyai kewenangan dalam mengatur
impor akan barang produksi industri pengolahan di
rumah tangga sendiri.
Indonesia maupun Kota Tasikmalaya, sehingga
Menurut disperindag salah satu potensi yang di mliki oleh kota tasikmalaya adalah sektor industri pengolahan dimana sektor industri pengolahan ini terbagi menjadi 8 komoditi unggulan yaitu, 1) bordir 2) kerajinan anyaman mendong 3) kerajinan anyaman bambu 4) kerajinanan alas kaki 5) kayu olahan 6) batik 7) payung gelis 8) makanan olahan. Pembangunan sektor industri pengolahan pada masa sekarang diarahkan untuk dapat memberikan sumbangan yang nyata
dan optimal dalam
di
Kota
Tasikmalaya.
Hal
ini
berpengaruh pula pada penggunaan input serta pencapaian output sektor industri pengolahan.
Tabel 1.1. Perkembangan
Nilai
Input
dan
Output Industri Pengolahan di Kota
industri pengolahan di Kota Tasikmalaya. Metode analisis kuantitatif digunakan untuk menjelaskan
Tasikmalaya Tahun 2009-20011
2009
Output (Nominal) Pertu Nilai mbu han (Rp. 000) % 755.897.558
Input (Nominal) Pertu Nilai mbu han (Rp. 000) % 435.982.122
2010
877.388.003
16,1
613.032.308
40,6
2011
1.020.353.89 1 2.653.639.45 2 884.546.484
16,3
812.594.809
32,6
32,4
1.861.609.23 9 620.536.413
73,2
Tahun
Jumlah RataRata
16,2
36,6
hubungan
antara
variabel-variabel
yang
mempengaruhi produksi industri pengolahan Kota Tasikmalaya di beberapa komoditi unggulan ( bordir, kerajinan anyaman mendong, kerajinan anyaman bambu, alas kaki, kayu olahan, batik, payung gelis dan makanan olahan). Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data
Sumber: Disperindag Tahun 2011 (diolah) Kondisi perekonomian di Kota Tasikmalaya
sekunder. Data sekunder yang diperoleh merupakan
berpengaruh terhadap penggunaan nilai input serta
data
kuantitatif,
sehingga
diolah
dengan
pencapaian nilai output pada industri pengolahan di
menggunakan program Microsoft Excel 2010 dan
Kota Tasikmalaya tercermin pada Tabel 1.2.
Eviews 6.1. Sementara untuk data kualitatif yang
Penggunaan input mengalami kenaikan dengan
diperoleh, diolah dan disajikan dalam bentuk narasi.
rata-rata 36,6 persen begitu pula pencapaian nilai output yang mempunyai kecenderungan yang sama
3.
dengan laju pertumbuhan ratarata 16,2 percen.
4.1. Hasil
Berdasar uraian di atas maka penulis ingin mengetahui
faktor-faktor
apa
saja
yang
Hasil Dan Pembahasan Penelitian
4.1.1 Analisis
Regresi
Data
Panel
Hasil
Produksi Industri Pengolahan Di Kota Tasikmalaya.
mempengaruhi hasil produksi
sektor industri
Analisis regresi dengan metode data panel
pengolahan di Kota Tasikmalaya periode 2005 –
terhadap fungsi produksi Cobb Douglas dilakukan
2011
untuk mengetahui pengaruh masing-masing faktor
.
produksi baik secara parsial ataupun secara
2.
Metode Penelitian simultan dengan asumsi intersep antar individu Metode analisis data yang digunakan adalah berbeda dan slop antar individu sama. Hasil
metode deskriptif dan metode analisis kuantitatif. pengolahan data dengan menggunakan perangkat Metode
analisis
deskriptif
digunakan
untuk
menggambarkan perkembangan hasil produksi
lunak “EViews 6.1” menghasilkan angka estimasi
dari fungsi produksi Cobb-Douglas seperti pada
Keterangan:
Tabel 4.3 berikut.
LOG (P) : nilai hasil output riil industri pengolahan LOG (T) : Jumlah tenaga kerja
Tabel 4.1 Hasil Analisis Regresi Data Panel Hasil Produksi Industri Pengolahan
LOG (I) : Nilai investasi
Di Kota Tasikmalaya Dengan Model
LOG (B) : Nilai riil bahan baku
Efek Tetap (Fixed Effect. 4.2. Pembahasan Variable C LOG(T?) LOG(I?) LOG(B?)
Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. -2.546817 1.933537 -1.317180 0.1944 0.563702 0.263356 2.140452 0.0378 0.014202 0.150486 0.094373 0.9252 0.929723 0.050920 18.25861 0.0000 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) 0.997402 Mean dependent 17.27654 R-squared var Adjusted R0.996825 S.D. dependent 2.216933 squared var S.E. of 0.124922 Akaike info -1.148090 regression criterion Sum squared 0.702246 -0.750253 resid Schwarz criterion 43.14651 Hannan-Quinn -0.993849 Log likelihood criter. 1727.674 Durbin-Watson 1.192772 F-statistic stat Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: Hasil Output Eviews 6.1 Berdasarkan Tabel di atas dapat dibuat persamaan linier dari fungsi produksi Cobb Douglas faktor-faktor yang mempengaruhi hasil produksi industri pengolahan di Kota Tasikmalaya. Persamaan linier tersebut adalah sebagai berikut. LOG P
= -2.546817 + 0.563702 LOG T(0.0378) + 0.014202 LOG I(0.9252) + 0.929723 LOG B(0.0000)
Berdasarkan hasil analisis uji kesesuaian model, analisis uji asumsi klasik dan analisis uji statistik dapat diketahui bahwa regresi data panel dengan model Fixed Effect dari fungsi produksi Cobb Douglas dengan asumsi intersep berbeda dan selop antar komoditi sama, layak digunakan sebagai estimator faktor yang mempengaruhi hasil produksi industri pengolahan di Kota Tasikmalaya dengan
persamaan
di
atas.
Persamaan
ini
menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja, nilai bahan baku mempengaruhi hasil produksi industri pengolahan di Kota Tasikmalaya, sedangkan faktor investasi tidak mempengaruhi hasil produksi industri pengolahan di Kota Tasikmalaya karena uji T atas koefisien variabel investasi
tidak
signifikan,
harus
maka
hasil
tersebut
diinterpretasikan dengan hati-hati. Faktor produksi yang paling
dominan
dalam mempengaruhi hasil produksi industri pengolahan di Kota Tasikmalaya adalah bahan baku. Faktor produksi bahan baku berpengaruh
positif terhadap nilai hasil produksi industri
menandakan bahwa penambahan tenaga kerja
pengolahan
ini
sebanyak satu persen bisa meningkatkan hasil
menandakan semakin banyak bahan baku yang
produksi sebesar 0.563702 persen, dengan asumsi
digunakan maka output yang dihasilkan akan
ceteris paribus.
di
Kota
Tasikmalaya.
Hal
semakin besar. Begitu juga sebaliknya jika pasokan
Faktor produksi investasi dalam penelitian
input produksi berupa bahan baku terhambat bisa
ini memberikan pengaruh yang positif dan tidak
mengakibatkan
produksi
nyata pada nilai hasil produksi industri pengolahan
industri pengolahan di Kota Tasikmalaya. Nilai
di Kota Tasikmalaya, yaitu sebesar 0.014202 .
koefisien
menandakan
bahan
berkurangnya
baku
hasil
yang
menunjukkan
bahwa
penambahan
investasi
elastisitas produksi dari faktor produksi bahan baku
sebanyak satu persen bisa menaikan hasil produksi
sebesar 0.929723 menandakan bahwa penambahan
sebesar 0.014202 persen, dengan asumsi ceteris
bahan
paribus.
baku
sebanyak
satu
persen
bisa
Berdasarkan
teori
ekonomi,
hasil
meningkatkan hasil produksi sebesar 0.929723
pengujian ini tidak sesuai dengan kenyataan Hal ini
persen, dengan asumsi ceteris paribus.
diduga karena investasi yang mencakup banguan,
Faktor produksi lain yang mempengaruhi
mesin, tanah, kendaraan merupakan aset-aset
tingkat hasil produksi industri pengolahan di Kota
jangka panjang dan karakteristik pengusaha di
Tasikmalaya adalah jumlah tenaga kerja. Faktor
bidang sektor industri pengolahan di tasikmalaya
produksi tenaga kerja ini mempunyai pengaruh
dalam
yang
berdasarkan
positif terhadap hasil produksi industri
memproduksi barang pada umumnya pesanan
(makloon)
yang
pengolahan di Kota Tasikmalaya. Hal tersebut
mengandalkan modal kerja atau penyediaan bahan
dibuktikan dengan nilai koefisien jumlah tenaga
baku dari DP, sehingga penambahan investasi
kerja bertanda positif yang menandakan jika
tersebut tidak efisien lagi untuk meningkatkan nilai
jumlah tenaga kerja yang dilibatkan dalam proses
output.
produksi ditambah maka akan meningkatkan
Dari hasil analisis di atas (Tabel 4.5)
jumlah tingkat hasil produksi industri pengolahan
menunjukan bahwa terdapat dua kefisien elastisitas
di Kota Tasikmalaya. Nilai koefisien jumlah tenaga
produksi dari masing-masing faktor produksi yang
kerja yang menunjukkan elastisitas produksi dari
mempunyai nilai yang lebih dari nol (positif) dan
faktor produksi tenaga kerja sebesar 0.563702.
memberikan pengaruh yang nyata terhadap hasil
produksi industri pengolahan di Kota Tasikmalaya
persen pada hasil produksi sektor industri
yaitu tenaga kerja dan bahan baku sedangkan
pengolahan di Kota Tasikmalaya.
faktor produksi investasi dalam penelitian ini
2.
Faktor produksi investasi dalam penelitian
memberikan pengaruh yang positif tetapi tidak
ini memberikan pengaruh yang positif dan
nyata pengaruhnya pada nilai hasil produksi
tidak nyata pada nilai hasil produksi industri
industri pengolahan di Kota Tasikmalaya. Hal ini
pengolahan di Kota Tasikmalaya, yaitu
sejalan dengan konsep fungsi produksi dan
sebesar
penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Diah
penambahan investasi sebanyak satu persen
Ananta Dewi (2008) dan
bisa menaikan
Elsa Tasliah (2006)
0.014202.
menandakan
bahwa
hasil produksi
sebesar
dimana tenaga kerja dan bahan baku mempunyai
0.014202 persen, pada nilai hasil produksi
kontribusi positif terhadap perubahan output
sektor
produksi.
Tasikmalaya. 3.
4.
Faktor
industri
pengolahan
produksi
bahan
di
baku
Kota
dalam
penelitian ini memberikan pengaruh yang
KESIMPULAN DAN SARAN
positif dan nyata pada nilai hasil produksi
5.1. Kesimpulan Penelitian mengenai Analisis Faktor-Faktor
industri pengolahan di Kota Tasikmalaya,
yang Mempengaruhi hasil produksi sektor Industri
yaitu sebesar 0.929723 persen. Artinya,
Pengolahan Kota Tasikmalaya Periode tahun
setiap penambahan satu persen pada bahan
2005
baku akan meningkatkan 0.929723 persen
sampai
2011
menghasilkan beberapa
kesimpulan, diantaranya: 1.
Faktor
produksi
pada nilai hasil produksi sektor industri tenaga
kerja
dalam
penelitian ini memberikan pengaruh yang
pengolahan di Kota Tasikmalaya. 4.
Dilihat dari pengujian statistik persamaan
positif dan nyata pada nilai hasil produksi
regresi pada penelitian ini menunjukan
industri pengolahan di Kota Tasikmalaya,
bahwa hanya dua faktor produksi yang
yaitu sebesar 0.563702 persen. Artinya,
berpengaruh
setiap penambahan satu persen pada nilai
perkembangan
tenaga kerja akan meningkatkan 0.563702
industri pengolahan yaitu nilai tenaga kerja
nyata hasil
positif produksi
terhadap sektor
dengan probability variabelnya sebesar
0.0378 dan nilai bahan baku dengan
industri dan di lihat dari elastisitasnya,
probability variabelnya sebesar 0.0000
apabila nilai investasi ini terus di tambah
lebih kecil dari tarap nyata 0,05. sedangkan
akan mengalami titik jenuh bahkan dapat
faktor
menurunkan hasil produksi.
nilai investasi tidak signifikan
dengan probability dari variabel investasi
3. Pada penelitian selanjutnya diharapkan
sebesar 0.9252 lebih besar dari tarap nyata
dapat memasukkan faktor produksi lainnya
yaitu 0,005.
seperti sumberdaya pengusaha dan faktor produksi lain selain bahan baku
didapatkan fungsi produksi yang lebih baik.
5.2. Saran Dari kesimpulan yang telah dijelaskan di atas maka dapat diajukan beberapa saran guna peningkatan
agar
perkembangan
sektor
industri
pengolahan di Kota Tasikmalaya diantaranya: 1. Hendaknya para pelaku usaha di sektor industri pengolahan di Kota Tasikmalaya memperhatikan
ketersediaan
faktor
produksi tenaga kerja dan bahan baku mengingat
ke
dua
faktor
tersebut
merupakan faktor produksi yang paling dominan
mempengaruhi
tingkat
hasil
produksi sektor industri pengolahan di Kota Tasikmalaya. 2. Sebaiknya para pengusaha mengalihkan sumber daya investasi untuk menambah tenaga kerja, membeli bahan baku atau bahkan membangun usaha baru, karna di lihat dari probability faktor investasi tidak memiliki pengaruh nyata terhadap hasil
5.
DAFTAR PUSTAKA
Agus Widarjono. 2005. Ekonometrika Teori dan
Dinas Koprasi, Perindustrian Dan Perdagangan.
aplikasi. Ekonisia. Depok Badan
Perencanaan
2005-2011. Statistik Tenaga Kerja Sektor
Pembangunan
(Bappeda)
Kota
Rencana
Pembangunan
Menengah
Daerah
Tasikmalaya.
Industri
2008.
Tasikmalaya
Jangka
2008-2012.
Kota
Pengolahan
Di
Tahun
Kota
2005-2011.
DISPERINDAG, Tasikmalaya. ______________. 2005-2011. Statistik Investasi
Tasikmalaya.
Sektor Industri Pengolahan Di Kota
Badan Pusat Statistik. 2002. Perindustrian. BPS,
Tasikmalaya
Jawa Barat
Tahun
2005-2011.
DISPERINDAG, Tasikmalaya.
______________. 2010. Statistik Industri Besar dan
______________.
2005-2011.
Statistik
Sedang Jawa Barat Volume 2. BPS,
Penggunaan Bahan Baku Sektor Industri
Bandung.
Pengolahan Di Kota Tasikmalaya Tahun
______________. 2010. Kota Tasik dalam Angka
2005-2011.
2011. BPS, Tasikmalaya.
Tasikmalaya.
______________. 2010. Kabupaten Tasik dalam
______________. 2005-2011. Statistik Produksi
Angka 2011. BPS, Tasikmalaya.
Sektor Industri Pengolahan Di Kota
Beattie, B.R. dan C.R. Taylor. 1994. Ekonomi Produksi.
John
Wileye
Sions,
DISPERINDAG,
Tasikmalaya
Inc
Tahun
DISPERINDAG, Tasikmalaya
[Penejemah]. Gajah Mada University
Dumairy.
Press, Yogyakarta.
Erlangga, Yogyakarta.
Dinas Koprasi, Perindustrian Dan Perdagangan.
1996.
Sumarsono
Industri
Jakarta.
Tasikmalaya
Tahun
Di
Kota
2005-2011.
DISPERINDAG, Tasikmalaya.
Perekonomian
Indonesia.
Gujarati, D. 1993. Ekonometrika Dasar. Zain dan
2005-2011. Statistik Unit Usaha Sektor Pengolahan
2005-2011.
Gujarati.
D.
Dan
[Penerjemah].
Sumarsono,
Erlangga.
Z.
1999.
Ekonometrika Dasar. Cetak ke Enam. Jakarta: Erlangga.
Hasibuan, N. 1993. Ekonomi Industri. Jakarta: LP3ES.
Pembangunan Ekonomi Jilid I. Edisi
Koutsoyiannis, A. 1997. Theory Of Econometrics: An
Introductory
Econometrics
Exposition
Methods.
of
Second
Edition. The Macmillan Press Ltd. United Kingdom. Lipsey,
Richard. Purvis,
Todaro, Michael P dan Smith, Stephen C. 2006.
Paul
Kesembilan. Haris Munandar dan Puji, A.L. [Penerjemah]. PT. Gelora Aksara Pratama, Jakarta. Undang-undang No. 5 Tahun 1984. Perindustrian. Departemen Perindustrian. Jakarta
Courant,
dan Peter
Douglas
Steiner.
1995.
Pengantar Makroekonomi. Jilid I. Bina Rupa Aksara, Jakarta.
Undang-undang No. 13 Tahun 2003. Ketenaga kerjaan.
Departemen
Tenaga
Kerja.
Jakarta Zain, W. 2005. Pokok-Pokok Masalah Dan
Lipsey, at al. 1995. Pengantar Makroekonomi.
Pemikiran
Mengenai
Jilid I. Bina Rupa Aksara, Jakarta.
Sebuah Tinjauan Umum. Prima No.1 Tahun XV. Jakarta.
Soekartawi.
1993.
Prinsip Dasar Ekonomi
PertanianTeori
dan
Aplikasi
Edisi
Revisi 2002. PT. Rajagrapindo Persada, Jakarta. Surat
Keputusan Menteri
Perindustrian
Indonesia No.19/M/I/1986.
Klasifikasi
Industri. Tasliah, Elsa. 2006. Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Output Industri Tepung Terigu di Indonesia Periode Tahun 1986-2003. Skripsi. Departemen Ilmu Ekonomi,
Fakultas
Ekonomi
dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Industrialisasi: