ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN KOTA TANGERANG PERIODE 2005-2010 Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk memenuhi syarat-syarat untuk meraih gelar sarjana ekonomi
Oleh : Dimas Aditiya Susanto NIM. 109084000039
JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI JAKARTA 1434 H/2013 M
i
i
ii
iii
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama Lengkap
: DIMAS ADITIYA SUSANTO
Nama Panggilan
: DIMAS
NIM
: 109084000039
Jurusan
: ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN
Tempat/Tanggal Lahir
: TANGERANG, 25 OKTOBER 1991
Alamat
: PERUM. BENUA INDAH JALAN BATARA WISNU BLOK B5 NO. 14 RT. 004/ RW. 006, KELURAHAN PABURAN TUMPENG, KECAMATAN KARAWACI, KOTA TANGERANG – BANTEN.
Nama Ayah Kandung
: ENDANG SUSANTO
Nama Ibu Kandung
: YUYUN MARYUNAH
Agama
: ISLAM
No. Telepon
: 021 55 19 246 / 021 998 53 729
RIWAYAT PENDIDIKAN : Tahun 1996 – 1997
: TK AISYIYAH
Tahun 1997 – 2000
: SDN SUKASARI 5 TANGERANG
Tahun 2000 – 2003
: SDN PABUARAN TUMPENG I TANGERANG
Tahun 2003 – 2006
: SMP NEGERI 2 TANGERANG
Tahun 2006 – 2009
: SMK NEGERI 1 TANGERANG v
Tahun 2009 – 2013
: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
RIWAYAT PENGALAMAN ORGANISASI 2004 - 2005
: Ketua ROHIS SMP Negeri 2 Tangerang
2008 - 2009
: Ketua MPK SMK Negeri 1 Tangerang
2008 – 2009
: Koordinator Bidang Muamalah RISMA SMK Negeri 1 Tangerang
2011 - 2012
: Anggota BEMJ IESP UIN Syarif Hidayatullah (Bidang Keagamaan)
2012 - 2013
: Koordinator Bidang Humas dan Media HMJ IESP UIN
RIWAYAT PENGALAMAN KERJA 1. Staff pengajar di ISMI Learning Center
vi
ABSTRACT Indicators of regional economy the gross Regional domestic product (GRDP). GDP consists of nine of the sectors in which the city of Tangerang who contributed greatly to the sector of the economy is the sector of the processing industry. Tangerang is a city that has a thriving industries. Industrial activity is divided into nine sub sector of the industry. In this study intended to analyze the industrial sector where the sub base in Tangerang city and its development. The methods used in this study uses the Location Quotient, Shift Share, and SWOT. The results of this research show that there are four Sub sectors of the processing industry which became the base. Sub industrial sector is industry's first other items with an average of 1,886 LQ. The second industry namely industrial transport equipment, machinery and equipment with an average of $ 1,558 LQ. The third and fourth industry namely industrial fertilizers, chemicals, and items of rubber; and the food industry, beverages and tobacco, with an average of 1,160 LQ and 1,117. Results the next research use analysis shift share namely based on components proportional shift produced 7 industry who specializes and rapid growth if compare to the namely food industries drink, and tobacco; the textile industry, skins, tobacco; metal industry base, iron and steel; industry paper and printed materials; cement maker and goods excavation non metal; industry instrument transport, machinery and equipment; and goods industry other with average 379,051; 21,827; 587,006; 10,196; 7.631; 151,395; 91,337. Shift Differential components generate industries that have high competitiveness and the rapid growth of industrial fertilizers, chemicals and rubber goods; and basic metal industry, iron and steel with an average 3191,269 and 342,955. Components of the National Share industry which has resulted in the rapid growth of the provincial level compared to that of the food industry, beverages, and tobacco; industrial paper and printed matter; basic metal industry, iron and steel; as well as other goods industries with average 271,2; 2894,2; 351,4; 9.2. Results of the study on SWOT to analyse a guidance from industry which is the base in the town of Tangerang which other goods industry; industrial tools, machinery and transport equipment; the fertilizer industry, chemical and rubber goods; as well as the food industry, beverages and tobacco. The results of the SWOT analysis showed that a fourth of the industry is a strong industry and a chance to develop. Key Word : PDRB, Sector of the processing industry, Location Quotient, Shift Share, SWOT.
vii
ABSTRAK Indikator perekonomian daerah yaitu Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB terdiri dari sembilan sektor di mana Kota Tangerang sektor yang menyumbang besar terhadap perekonomian adalah Sektor Industri Pengolahan. Kota Tangerang merupakan Kota yang memiliki industri-industri yang berkembang. Kegiatan industri ini terbagi dalam sembilan sub sektor industri. Dalam penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisa sub sektor industri mana yang menjadi basis di Kota Tangerang dan pengembangannya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Location Quotient, Shift Share, dan SWOT. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat empat Sub Sektor Industri Pengolahan yang menjadi basis. Sub sektor industri yang pertama adalah industri barang lainnya dengan rata-rata LQ sebesar 1,886. Industri yang kedua yaitu industri alat angkutan, mesin dan peralatan dengan rata-rata LQ sebesar 1,558. Industri yang ketiga dan keempat yaitu industri pupuk, kimia, dan barang dari karet; dan industri makanan, minuman dan tembakau dengan rata-rata LQ sebesar 1,160 dan 1,117. Hasil penelitian selanjutnya menggunakan analisa Shift Share yaitu berdasarkan komponen Proportional Shift dihasilkan 7 industri yang memiliki spesialisasi dan pertumbuhan yang cepat bila dibandingkan dengan Provinsi yaitu industri makanan, minuman, dan tembakau; industri tekstil, barang kulit dan tembakau; industri logam dasar, besi dan baja; industri kertas dan barang cetakan; industri semen dan barang galian non logam; industri alat angkutan, mesin dan peralatan; serta industri barang lainnya dengan rata-rata 379,051; 21,827; 587,006; 10,196; 7.631; 151,395; 91,337. Komponen Differential Shift menghasilkan industri yang memiliki daya saing tinggi dan pertumbuhan yang cepat yaitu industri pupuk, kimia dan barang dari karet; dan industri logam dasar, besi dan baja dengan rata-rata 3191,269 dan 342,955. Komponen National Share menghasilkan industri yang memiliki pertumbuhan cepat dibandingkan dengan tingkat Provinsi yaitu industri makanan, minuman, dan tembakau; industri kertas dan barang cetakan; industri logam dasar, besi dan baja; serta industri barang lainnya dengan rata-rata 271,2; 2894,2; 351,4; 9,2. Hasil penelitian di atas menjadi petunjuk untuk menganalisa SWOT dari industri yang merupakan basis di Kota Tangerang yaitu industri barang lainnya; industri alat angkutan, mesin dan peralatan; industri pupuk, kimia dan barang dari karet; serta industri makanan, minuman dan tembakau. Hasil dari analisa SWOT menunjukkan bahwa keempat industri ini merupakan industri yang kuat dan berpeluang untuk dikembangkan. Kata kunci : PDRB, Sektor Industri Pengolahan, Location Quotient, Shift Share, SWOT.
viii
KATA PENGANTAR Assalammu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh Alhamdulillah atas ke hadirat Allah SWT yang memberikan karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul : “ANALISIS POTENSI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN KOTA TANGERANG PERIODE 2005-2010”. Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi syarat agar mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari dalam penyelesaian penulisan skripsi ini mendapatkan banyak bantuan dari semua pihak, baik tenaga, waktu, semangat, informasi dan biaya yang tak henti-hentinya diberikan kepada penulis. Dengan ketulusan hati penulis, mengucapkan banyak terima kasih terutama kepada : 1. Kedua Orang Tua penulis khususnya Ibu penulis yaitu Yuyun Maryunah, Ruhiat Susanto, S.Kom, M.Kom, Yuri Pebrianti, S.Pd, dan Taufik Rachman yang memberikan semangat kepada penulis. Sebagai orang tua dan saudara kandung penulis, yang senantiasa mendukung penulis agar mendapatkan hasil yang maksimal. 2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis serta Pembimbing I, yang telah memberikan pengetahuan dan ilmunya kepada penulis serta meluangkan waktu untuk memberikan arahan dalam penulisan skripsi penulis. 3. Bapak Zuhairan Yunmi Yunan, SE, M.Sc, selaku Pembimbing II yang telah memberikan masukkan yang berarti dalam penulisan skripsi penulis serta meluangkan waktu untuk membimbing penulis. 4. Bapak Dr. Lukman, M.Si selaku Ketua Prodi Ilmu Ekonomi dan studi Pembangunan yang memberikan pengetahuan dan pengalamannya dalam melakukan penelitian.
ix
5. Ibu Utami Baroroh, M.Si selaku Sekretaris Prodi Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan yang meluangkan waktunya untuk mendengarkan keluh kesah penulis dalam akademik. 6. Ibu Fitri Amalia, S.Pd, M.Si, selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis sejak semester 1 sampai 5, yang memberikan nasihat kepada penulis dalam akademik di kampus. 7. Bapak dan Ibu Selaku Staf Badan Pusat Statistika Kota Tangerang dan Provinsi Banten yang telah membantu dalam fasilitas data-data yang terkait dengan penelitian penulis. 8. Bapak/Ibu Dinas Perindustrian Kota Tangerang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan wawancara untuk penyelesaian penelitian penulis. 9. Bapak Kepala KesBangLinMas dan Bapak Helly sebagai staffnya, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian di Dinas Perindustrian Kota Tangerang. 10. Bapak/Ibu pimpinan Industri yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan wawancara dan observasi lapangan. 11. Teman-teman IESP angkatan 2009, yang telah memberikan semangat, dorongan, motivasi, dan bantuan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Kalian tak kan pernah terlupakan, kenal dengan kalian adalah suatu kebahagiaan buat penulis. Penulis juga menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis dengan segala kerendahan, mohon kritik dan saran yang membangun untuk sempurnanya skripsi ini. Penulis juga mohon ma’af bila dalam penulisan terdapat kesalahan kata, isi, dan penulisan yang kiranya menyinggung hati para pembaca. Akhirnya semoga skripsi ini dapat berguna bagi pendidikan di kampus penulis. Wassalammu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh. Tangerang, 24 Juni 2013
Penulis x
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan Pembimbing ................................................................ i Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif ................................................... ii Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ............................................................... iii Lembar Pernyataan Keaslian Skripsi .......................................................... iv Daftar Riwayat Hidup ................................................................................. v Abstract ....................................................................................................... vi Abstrak ........................................................................................................ vii Kata Pengantar ............................................................................................ viii Daftar Isi ..................................................................................................... x Daftar Tabel ................................................................................................ xiv Daftar Diagram ........................................................................................... xvi Daftar Gambar ............................................................................................. xvii Daftar Rumus .............................................................................................. xviii Daftar Lampiran .......................................................................................... xix
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1 A. Latar Belakang Penelitian .............................................................
1
B. Perumusan Masalah ......................................................................
7
C. Tujuan Penelitian ..........................................................................
8
xi
D. Manfaat Penelitian ........................................................................
9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 10 A. Teori Yang Berkenaan Dengan Variabel ....................................... 10 1. Konsep Pembangunan Ekonomi .............................................
10
a. Tahap Pertumbuhan Ekonomi WW Rostow ...............
10
b. Teori Malthus ..............................................................
13
c. Teori Arthur Lewis .....................................................
14
2. Pembangunan Ekonomi Daerah .............................................
15
3. Teori Pertumbuhan Ekonomi .................................................
16
a. Teori Simon Kuznet …………………………………. 17 b. Teori Harrod Domar …………………………………. 18 c. Teori Pertumbuhan Neo-Klasik ……………………… 18 4. Teori Pertumbuhan Ekonomi Daerah .....................................
20
a. Model Basis Ekspor ………………………………….. 21 b. Model Neo-Klasik …………………………………… 22 c. Teori Harrod Domar Dalam Sistem Daerah ………… 23 d. Teori Basis Ekonomi ………………………………… 23 5. Analisis Shift Share ………………………………………….. 26 6. Analisis SWOT ……………………………………………… 27 7. Produk Domestik Regional Bruto …………………………...
31
8. Pengembangan Sub Sektor Potensial ………………………..
32
xii
B. Penelitian Terdahulu ...................................................................
33
C. Kerangka Pemikiran ....................................................................
39
BAB II METODE PENELITIAN ............................................................ 42 A. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................
42
B. Metode Penentuan Sampel ............................................................
42
C. Metode Pengumpulan Data ...........................................................
43
D. Metode Analisis ............................................................................
43
1. Analisis Location Quotient ………………………………….. 43 2. Analisis Shift Share ………………………………………….
44
3. Analisis SWOT ……………………………………………… 46 E. Operasional Variabel Penelitian...................................................
50
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ............................................ 54 A. Sekilas Gambaran Umum Kota Tangerang ................................... 54 1. Keadaan Geografi …………………………………………….. 54 a. Letak Geografi ……………………………………….. 54 b. Keadaan Iklim ……………………………………….. 54 c. Jarak Kota Tangerang dengan Kota/Kabupaten lain … 55 2. Luas Kota Tangerang ………………………………………… 55 3. Demografi ……………………………………………………. 58 4. Pendidikan …………………………………………………… 58 5. Kesehatan ……………………………………………………. 59 xiii
6. Pemerintahan ………………………………………………… 60 7. Perekonomian Daerah ……………………………………….. 61 B. Analisis dan Pembahasan .............................................................
63
1. Analisis Potensi Sub Sektor Industri Pengolahan Non Migas dan pengembangan Sub Sektor Unggulan …………………… 63 a. Analisis Potensi Sub Sektor Industri ………………… 64 b. Analisis Shift Share ………………………………….
67
c. Pengembangan Sub Sektor Industri Pengolahan ……
76
d. Potensi Pengembangan Sub Sektor Industri Pengolahan Dengan Pendekatan SWOT ………………………….. 76 C. Pengembangan SWOT Dengan Pendekatan Kuantitatif ...............
81
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ............................................ 93 A. Kesimpulan ...................................................................................
93
B. Implikasi ................ ......................................................................
96
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 98 LAMPIRAN .............................................................................................. 100
xiv
DAFTAR TABEL
No. 1.1
Keterangan
Halaman
Perkembangan PDRB Sektor Industri Pengolahan Non Migas Atas Harga Konstan menurut Kota/Kabupaten 2008-2010 ............
1.2
3
Banyaknya Perusahaan Industri Besar/Sedang Menurut Sub Sektor Kegiatan di Kota Tangerang Tahun 2010 …………………………
6
2.1
Matriks Penelitian Terdahulu ……………………………………..
37
3.1
Faktor-faktor Strategis Internal Industri Kota Tangerang ………..
47
3.2
Faktor-faktor Strategis Eksternal Industri Kota Tangerang ……….
47
3.3
Matriks SWOT Industri-industri Kota Tangerang ………………… 48
3.4
Tabel Operasional Variabel Penelitian ……………………………. 53
4.1
Jarak Kota Tangerang dengan Kota/Kab Lain …………………….
55
4.2
Luas Kota/Kabupaten Provinsi Banten ……………………………
56
4.3
Luas Daerah menurut Kecamatan di Kota Tangerang ……………
56
4.4
Jumlah PNS di Lingkungan Pemerintahan Kota Tangerang ……...
60
4.5
Perolehan Tenaga Kerja Sub Sektor Industri Pengolahan Non Migas Tahun 2005-2010 ………………………………………………….. 61
4.6
Hasil Perhitungan Indeks Location Quotient di Kota Tangerang Tahun 2005-2010 ………………………………………………….. 65
4.7
Komponen Shift Share Kota Tangerang Tahun 2005-2010 ………
xv
68
No
Keterangan
Halaman
4.8
Komponen Proportional Shift Kota Tangerang Tahun 2005-2010 …. 70
4.9
Komponen Differential Shift Kota Tangerang Tahun 2005-2010 …. 71
4.10 Hasil Perhitungan Shift Share Kota Tangerang Tahun 2005-2010 … 73 4.11 Klasifikasi Industri Pengolahan Non Migas Kota Tangerang …….. 76 4.12 Analisis SWOT Industri Barang Lainnya ………………………….. 78 4.13 Analisis SWOT Industri Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan …….. 78 4.14 Analisis SWOT Industri Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet ……
79
4.15 Analisis SWOT Industri Makanan, Minuman dan Tembakau ……..
80
4.16 Matriks Strategi Internal dan Eksternal Industri Daur Ulang ……… 83 4.17 Matriks SWOT Industri Daur Ulang ……………………………….. 84 4.18 Matriks Strategi Internal dan Eksternal Industri Peralatan ………… 85 4.19 Matriks SWOT Industri Peralatan Kantor …………………………. 87 4.20 Matriks Strategi Internal dan Eksternal Industri Cat Furniture ……
87
4.21 Matriks SWOT Industri Cat Furniture ……………………………… 89 4.22 Matriks Strategi Internal dan Eksternal Industri Roti ……………… 90 4.23 Matriks SWOT Industri Roti ………………………………………. 92
xvi
DAFTAR DIAGRAM
No
Keterangan
Halaman
1.1 Statistik Industri Besar dan Sedang Kota Tangerang ……………….
4
1.2 Perolehan Tenaga Kerja IBS di Kota Tangerang ……………………
5
4.1 Suhu Udara, Curah Hujan dan Kelembaban Udara …………………
54
4.2 Jumlah Penduduk menurut Kecamatan ……………………………..
58
4.3 Jumlah Sekolah, Murid dan Ruang Kelas ………………………….
59
4.4 Jumlah Fasilitas Kesehatan menurut Kecamatan …………………..
59
4.5 Banyaknya Kelurahan, Rukun Tetangga dan Warga ……………….
60
xvii
DAFTAR GAMBAR
No
Keterangan
Halaman
2.1 Matriks SWOT Kearns ………………………………………………. 28 2.2 Kerangka Pemikiran …………………………………………………. 39
xviii
DAFTAR RUMUS
No
Keterangan
Halaman
2.1 Model Pertumbuhan Solow……………………………….………….. 19 2.2 Perhitungan Pertumbuhan Ekonomi melalui PDB/PDRB………..….. 20 2.3 Model Formal Income menurut John. P Blair…………………….…. 21 2.4 Model Cobb Douglas………………………………………………… 22 2.5 Model Harrod Domar Sistem Daerah…………………………….….. 23 2.6 Pengganda Basis Lapangan……………………………………….….. 24 3.1 Perhitungan Location Quotitent………………………………….…… 44 3.2 Perhitungan Shift Share………………………………………………. 45
xix
DAFTAR LAMPIRAN
A. Jumlah Tenaga Kerja Sub Sektor Industri Pengolahan Provinsi Banten Tahun 2005-2010 B. Jumlah Tenaga Kerja Sub Sektor Industri Pengolahan Kota Tangerang Tahun 2005-2010 C. Perhitungan Location Quotient D. Komponen Shift Share Kota Tangerang E. Komponen Share Kota Tangerang F. Komponen Differential Shift Kota Tangerang G. Komponen Proportional Shitf Kota Tangerang H. Rata-rata komponen Shift Share Kota Tangerang I. Checking perhitungan Shift Share Kota Tangerang
xx
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian Sejak Reformasi berlalu, pemerintahan Indonesia memperkenalkan sistem pemerintahan yang terdesentralisasi atau disebut Otonomi Daerah yang memberikan kewenangan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk mengelola dan mengatur sumber-sumber yang ada di daerahnya. Berdasarkan hal tersebut dikeluarkanlah UU No. 22 Tahun 1999 yang kemudian diganti menjadi UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Dan UU No. 25 Tahun 1999 yang diganti menjadi UU No. 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah. Hal ini memberikan kesempatan kepada pemerintah daerah untuk mengelola daerahnya sendiri Menurut Syarifah Lies F.A dan M. Nasir A (2001:1), pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Dan pembangunan daerah ini ditujukan pada urusan peningkatan kualitas masyarakat, pertambahan ekonomi dan pemerataan ekonomi yang optimal, perluasan tenaga kerja, peningkatan taraf hidup masyarakat. Pembangunan yang dilakukan akan berdampak pada tumbuhnya perekonomian dan segala bidang lainnya baik di pusat maupun di daerah dengan sektor-sektor ekonomi yang dimiliki. Pembangunan yang dilakukan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk memasuki kegiatan-kegiatan ekonomi yang berdampak positif kepada keadaan keuangan mereka.
1
Pertumbuhan dan pembangunan dapat dirasakan oleh masyarakat dengan adanya perubahan keadaan ekonomi di masyarakat sehingga mereka dapat hidup dengan cukup. Menurut Tarigan (2005,55) pertumbuhan ekonomi daerah adalah pertambahan pendapatan masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di daerah tersebut dengan adanya kenaikan seluruh nilai tambah (value added) yang terjadi. Pendapatan daerah ini menggambarkan balas jasa bagi faktor-faktor produksi yang berada di daerah tersebut (tanah, modal, tenaga kerja, dan teknologi) yang berarti secara kasar dapat menggambarkan kemakmuran daerah tersebut. Kemakmuran suatu daerah juga ditentukan oleh besarnya nilai tambah yang tercipta di daerah tersebut juga oleh seberapa besar terjadi transfer payment, yaitu bagian pendapatan yang mengalir ke luar daerah atau mendapat aliran dana dari luar daerah. Untuk mengukur pertumbuhan dan pembangunan tersebut sebagai indikatornya dapat dilihat dari Produk Domestik Regional Bruto yang dihasilkan oleh setiap daerah baik Provinsi/Kota/Kabupaten. Masing-masing daerah memiliki hasil yang berbeda-beda terlihat dalam perolehan PDRB daerah tersebut. Sedangkan PDRB ini terdiri dari sembilan sektor ekonomi. Sembilan sektor ekonomi tersebut menunjukkan bahwa daerah tersebut berspesialisasi pada sektor tertentu yang memiliki keunggulan. Dalam kaitan penelitian ini Provinsi Banten ditunjukkan dengan perkembangan yang pesat dari sektor industri pengolahan. Di bawah ini disajikan tabel mengenai sektor industri pengolahan non migas di Provinsi Banten.
2
Tabel 1.1 Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Berdasarkan Sektor Industri Pengolahan Non Migas Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Kota/Kabupaten Tahun 2008-2010 (Jutaan Rupiah) PDRB 2008 2009 2010 Kota/Kabupaten Kota Tangerang 13.229.930 13.502.460 13.985.850 Kota Serang 137.918,16 137.918,16 140.690,31 Kota Cilegon 6.848.341,04 11.814.829,89 12.399.688,73 Kota Tangerang Selatan 822.793,85 836.534,51 850.893,62 Kabupaten Tangerang 10.082.057 10.297.265 10.675.857 6.619.873.36 6.958.942.30 Kabupaten Serang 4.371.008,99 Kabupaten Lebak 354.578 360.131 368.468 Kabupaten Pandeglang 438.456,66 456.270,83 473.163,81 Sumber : Badan Pusat Statistik - 2011 (diolah kembali) Berdasarkan tabel 1.1 di atas Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto berdasarkan sektor industri pengolahan non migas atas dasar harga konstan menurut Kota dan Kabupaten di wilayah Provinsi Banten. Tabel di atas dapat menjelaskan mengenai sektor industri pengolahan non migas yang berada diperoleh Kota/Kabupaten dalam wilayah Provinsi Banten dari tahun 2009-2010. Hasilnya menunjukkan bahwa Sektor Industri Pengolahan Non Migas Kota Tangerang lebih besar dibandingkan dengan Sektor Industri yang dihasilkan oleh Kota/Kabupaten yang lain di wilayah Provinsi Banten. Pada tahun 2009-2010, kegiatan Sektor Industri Pengolahan Non Migas Kota Tangerang lebih unggul dibandingkan dengan kegiatan sektor Industri Pengolahan Non Migas di Kota/Kabupaten lainnya. Urutan kedua dari kegiatan sektor Industri Pengolahan Non Migas yang maju yaitu Kabupaten Tangerang selanjutnya Kota Cilegon dan Kabupaten Serang. Urutan empat terbawah dengan kegiatan sektor Industri Pengolahan Non Migas yaitu Kota Tangerang Selatan, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak dan Kota
3
Serang. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan sektor Industri Pengolahan Non Migas yang berada di Provinsi Banten tidak hanya mendominasi di daerah Kota tetapi daerah Kabupaten pun memiliki kompetitif yang baik dan tinggi. Berdasarkan pemaparan di atas bahwa terlihat di mana kegiatan sektor Industri Pengolahan Non Migas sangat dominan di Provinsi Banten. Kegiatan sektor ini didominasi oleh kegiatan yang berlangsung di Kota Tangerang. Kota Tangerang yang paling maju dalam kegiatan sektor Industri Pengolahan Non Migas dibandingkan dengan daerah lainnya. Kegiatan sektor Industri Pengolahan ini didukung oleh kegiatan industri-industri yang berada di dalam daerah. Industri-industri yang memadai di Kota Tangerang memberikan sumbangan bagi kemajuan industri di Kota Tangerang. Kegiatan sektor ini berkorelasi dengan terserapnya sumber daya manusia yang sangat banyak. Di tambah dengan kegiatan sektor industri pengolahan non migas di Kota Tangerang sangat didominasi dengan kegiatan yang berskala menengah dan besar. Oleh karena itu, kegiatan industri Kota Tangerang sangat maju dan berkembang serta dapat memberikan kesejahteraan bagi masyarakat. Diagram 1.1 Statistik Industri Besar dan Sedang Kota Tangerang tahun 2008-2010 (unit usaha)
Sumber : BPS Kota Tangerang:2011 (diolah kembali)
4
Berdasarkan tabel di atas, menjelaskan bagaimana keadaan sektor industri pengolahan non migas di Kota Tangerang. Industri-industri pengolahan banyak berdiri di Kota Tangerang. Sejak 2008-2011, Industri Besar berdiri di Kota Tangerang mengalami fluktuasi. Di mana pada tahun 2008-2009 mengalami peningkatan sebesar 18.5 %. Sedangkan pada tahun 2009-2010 mengalami penurunan sebesar 18.9 %. Selanjutnya Industri sedang yang berdiri pada tahun 2008-2011 mengalami penurunan. Di mana pada tahun 2008-2009 mengalami penurunan sebesar 22.2 % dan tahun 2009-2010 sebesar 0.3 %. Diagram 1.2 Perolehan Tenaga Kerja IBS Kota Tangerang
Sumber : BPS Kota Tangerang 2011 (diolah kembali) Meskipun jumlah IBS di Kota Tangerang menurun, tetapi penyerapan tenaga kerja mengalami fluktuasi sepanjang tahun 2008-2011. Pada tahun 2008-2009 penyerapan tenaga kerja melalui IBS sebanyak 173.265 orang meningkat sebesar 5.61 % yaitu sebanyak 182.997 orang. Sedangkan pada tahun 2010 menurun sebesar 2 % sebanyak 179.439 orang yang terserap dalam IBS Kota Tangerang.
5
Keadaan IBS tersebut terbagi atas beberapa perusahaan menurut sub sektor Industri Pengolahan Non Migas. Sub sektor Industri Pengolahan tersebut terbagi menjadi 9 sub sektor yaitu di bawah ini : Tabel 1.2 Banyaknya Perusahaan Industri Besar/Sedang Menurut Sub Sektor Kegiatan di Kota Tangerang Tahun 2010 No Sub Sektor Kegiatan Perusahaan Total Total Tenaga Perusahaan Kerja 1 Industri Makanan, Minuman dan 70 12693 Tembakau 2 Industri Tekstil, Barang Kulit dan 129 53997 Tembakau 3 Industri Barang Kayu dan Hasil Hutan 53 9232 Lainnya 4 Industri Kertas, dan Barang Cetakan 47 6121 5 Industri Pupuk, Kimia, dan Barang dari 138 56704 Karet 6 Industri Semen dan Barang Galian Non 17 4552 Logam 7 Industri Logam Dasar, Besi dan Baja 60 11414 8 Industri Alat Angkutan, Mesin dan 95 24631 Peralatan 9 Industri Barang Lainnya 2 95 Sumber : Kota Tangerang Dalam Angka (diolah kembali) Berdasarkan tabel di atas, memberikan kondisi dan gambaran dari sub sektor industri pengolahan yang berada di Kota Tangerang pada tahun 2010. Jumlah perusahaan masing-masing sub sektor dapat dilihat banyak berdiri Industri Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet sebanyak 138 perusahaan, sedangkan jumlah perusahaan yang sedikit berdiri di Kota Tangerang yaitu Industri Barang Lainnya sebanyak 2 perusahaan. Sedangkan penyerapan tenaga kerja banyak dilakukan akibat banyak berdirinya perusahaan industriindustri sub sektor di Kota Tangerang. Jumlah tenaga kerja yang terserap dalam sub sektor industri paling banyak di Kota Tangerang yaitu berasal dari
6
Industri Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet sebanyak 56704 orang, dan paling sedikit yang terserap dalam Industri Barang Lainnya sebanyak 95 orang. Bagaimana ingin mengembangkan industri tersebut bilamana tenaga kerja yang terserap tidak sebanding dengan jumlah usaha yang berdiri. Sehingga akhirnya akan menghambat perekonomian daerah tersebut. Oleh karena itu, judul dari penelitian ini adalah “Analisis Potensi Ekonomi Sub Sektor Industri Pengolahan Kota Tangerang Periode 2005-2010”.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian di atas memberikan gambaran keadaan
Kota
Tangerang
yang
lebih
maju
dibandingkan
dengan
Kota/Kabupaten di Provinsi Banten. Kemajuan yang diperoleh oleh Kota Tangerang dikarenakan sektor Industri Pengolahan Non Migas yang maju pesat dan keadaan industri di Kota Tangerang pun menggambarkan keadaan yang positif meningkat. Keadaan industri di Kota Tangerang sendiri didominasi oleh industri besar dan sedang oleh karena itu industri Kota Tangerang maju dengan pesat. Keadaan geografi Kota Tangerang yang merupakan daerah perluasan administrasi dari Kabupaten Tangerang, dan merupakan Kota yang terkecil kedua setelah Kota Tangerang Selatan. Keadaan geografis yang lebih kecil dibanding dengan Kota dan Kabupaten lain memberikan gambaran bahwa dengan daerah yang kecil ini Kota Tangerang dapat tumbuh dan berkembang dengan pesat. Keterkaitannya dengan daerah di sekitar Kota Tangerang 7
memberikan masukan yang baik kepada Kota untuk perolehan sektor-sektor yang berkembang di Kota Tangerang. Industri yang berdiri dan berkembang di Kota Tangerang banyak ragam dan jenisnya. Sehingga memberikan kesempatan masyarakat untuk memasuki dunia industri kemudian masyarakat di daerah lain pun banyak yang memasuki dunia ini. Tenaga yang terserap memberikan produktifitas untuk komoditas yang dihasilkan pun memiliki hasil yang berbeda pula. Ini menyebabkan penulis ingin mengetahui sub sektor yang berpotensi di Kota Tangerang dalam menyumbang nilai perolehan PDRB Kota Tangerang. Berdasarkan paparan di atas dapat dirincikan rumusan masalah yang terdapat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Sub Sektor Industri manakah yang merupakan basis dan non basis di Kota Tangerang sebagai penunjang pertumbuhan ekonomi; 2. Bagaimana struktur ekonomi dari Sub Sektor Industri Pengolahan Non Migas Kota Tangerang; 3. Apa yang menjadi kekuatan, kelemahan, dan peluang dari masing-masing industri yang berada di Kota Tangerang serta hambatan yang dihadapi;
C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui dan menganalisis : 1. Untuk mengetahui jenis industri yang basis dan non basis di Kota Tangerang. 2. Untuk menganalisis struktur dari sub sektor Industri Pengolahan Non Migas di Kota Tangerang. 8
3. Untuk menganalisis kekuatan, kelemahan, peluang dan hambatan dari sub sektor industri pengolahan unggulan yang berada di Kota Tangerang.
D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat bagi Pemerintah Daerah Kegiatan penelitian ini semoga dapat bermanfaat bagi Pemerintah Daerah sebagai bahan acuan, petunjuk, dan masukkan untuk menjalankan perekonomian dan pengambil kebijakan sehingga dapat mengembangkan daerahnya. Serta khususnya dalam pengembangan sub sektor industri pengolahan non migas. 2. Manfaat bagi Akademisi Kegiatan penelitian ini semoga dapat bermanfaat bagi akademisi sebagai bahan rujukan, referensi, dan bacaan yang berguna bagi kegiatan pembelajaran. Dan akhirnya penelitian ini juga dapat mengembangkan kemampuan analisis dan berpikir kritis mengenai permasalahan ekonomi khususnya ekonomi daerah. 3. Manfaat bagi peneliti sendiri Kegiatan penelitian ini semoga dapat bermanfaat bagi peneliti dapat memberikan banyak pengetahuan dan pembelajaran. Penelitian ini juga bermanfaat bagi pengembangan skill dan kemahiran peneliti dalam menganalisis keadaan ekonomi daerah selanjutnya.
9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori yang Berkenaan dengan Variabel 1. Konsep Pembangunan Ekonomi Pembangunan ekonomi berarti proses yang dilakukan oleh pemerintah sehingga maksud dari pembangunan ini baik itu perubahan struktur ekonomi dan penambahan pendapatan secara jangka panjang dapat tercapai. Kemudian kemajuan ekonomi bukan satu-satunya komponen dalam proses pembangunan ekonomi (Todaro:2009,100). Sehingga dengan demikian maksud dan tujuan dari pembangunan ekonomi sangat luas dan dalam kurun waktu yang lama. Konsep-konsep pembangunan ekonomi banyak dikembangkan oleh para ahli yaitu di antaranya: a. Tahap-tahap pertumbuhan ekonomi menurut W.W Rostow Rostow memakai pendekatan sejarah dalam menjelaskan proses perkembangan ekonomi. Rostow membedakan adanya lima tahap pertumbuhan ekonomi yaitu: 1) Masyarakat Tradisional Masyarakat tradisional diartikan sebagai suatu masyarakat yang strukturnya berkembang di sepanjang fungsi produksi berdasarkan ilmu dan teknologi pra-Newton dan sebagai hasil pandangan pra-Newton terhadap dunia fisika. Ini berarti bahwa dalam masyarakat seperti itu sama sekali tidak terjadi perubahan 10
10
ekonomi. Sebenarnya, banyak tanah dapat digarap, skala dan pola perdagangan dapat diperluas, manufaktur dapat dibangun dan produktifitas
pertanian
dapat
ditingkatkan
sejalan
dengan
peningkatan penduduk dan pendapatan nyata. Fakta menunjukkan bahwa keinginan untuk menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi modern secara teratur dan sistematis tertahan pada adanya suatu batas yaitu tingkat output per kapita yang dapat dicapai. Sedangkan bukan tidak ada daya cipta dan pembaruan tetapi karena tidak ada sarana yang mendukung. Pada tahap ini seluruh sistem yang berjalan masih sangat terbatas, sehingga
pencapaian
produktifitasnya
pun
masih
terbatas
(Jhingan:2010,143). 2) Pra Syarat Tinggal Landas Tahap kedua ini merupakan masa transisi di mana prasyarat-prasyarat
pertumbuhan
swadaya
dibangun
atau
diciptakan. Pada mulanya berkembang suatu gagasan bahwa kemajuan ekonomi bukanlah sesuatu yang mustahil dan merupakan satu syarat penting bagi tujuan lain yang dianggap terbaik baik itu berupa kebanggaan nasional, keuntungan pribadi, kesejahteraan umum atau kehidupan yang lebih baik bagi anak cucu. Prasyarat
yang
diperlukan
untuk
mempertahankan
industrialisasi menurut Rostow biasanya memerlukan perubahan radikal pada tiga sektor non industry yaitu pertama perluasan
11
modal overhead sosial. Kedua, revolusi teknologi di bidang pertanian, sehingga produktifitas pertanian meningkat untuk memenuhi permintaan penduduk kota. Ketiga, perluasan impor termasuk impor modal (Jhingan:2010,144). 3) Tinggal Landas Tahap tinggal landas merupakan titik yang menentukan di dalam kehidupan suatu masyarakat. Rostow mendefinisikan tinggal landas sebagai revolusi industri yang bertalian secara langsung dengan perubahan radikal di dalam metode produksi yang dalam jangka waktu relatif singkat menimbulkan konsekuensi yang menentukan. Syarat tinggal landas menurut Rostow yaitu sebagai berikut : 1) Kenaikan laju investasi produktif 2) Perkembangan salah satu atau beberapa sektor manufaktur penting dengan laju pertumbuhan yang tinggi 3) Hadirnya secara cepat kerangka politik, sosial, dan organisasi yang menampung hasrat ekspansi di sektor modern dan memberikan daya dorong pada pertumbuhan (Jhingan: 2010,145) 4) Dorongan Menuju Kedewasaan Rostow mendefinisikannya sebagai tahap ketika masyarakat telah dengan efektif menerapkan serentetan teknologi modern terhadap keseluruhan sumber daya mereka. Ini merupakan tahap
12
pertumbuhan swadaya jangka panjang yang merentang melebihi masa empat dasawarsa. Teknik produksi menggantikan teknik yang lama. Berbagai sektor penting baru tercipta. Tingkat investasi netto lebih dari 10 persen dari pendapatan nasional. Dan perekonomian dapat menahan segala goncangan yang tak terduga (Jhingan: 2010,148). 5) Era Konsumsi Massa Besar-besaran Abad konsumsi massa besar-besaran ditandai dengan migrasi ke pinggiran kota, pemakaian mobil secara luas, barangbarang konsumen dan peralatan rumah tangga yang tahan lama. Keseimbangan perhatian masyrakat beralih dari penawaran ke permintaan, dari persoalan produksi ke persoalan konsumsi dan kesejahteraan dalam arti luas. Kecenderungan kepada konsumsi besar-besaran barang yang tahan lama, ketiadaan pengangguran dan peningkatan kesadaran akan jaminan sosial, membawa kepada laju pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi (Jhingan: 2010,149). b. Teori Malthus Konsep pembangunan menurut Malthus dalam (Jhingan: 2010,97) tidak menganggap proses pembangunan ekonomi terjadi dengan
sendirinya.
Malahan
proses
pembangunan
ekonomi
memerlukan berbagai usaha yang konsisten di pihak rakyat. Jadi menurut Malthus proses pembangunan adalah suatu proses naik
13
turunnya aktifitas ekonomi lebih dari pada sekedar lancar tidaknya aktifitas ekonomi. Malthus menitikberatkan perhatiannya kepada perkembangan kesejahteraan suatu Negara yaitu pembangunan ekonomi yang dapat dicapai
dengan
meningkatkan
kesejahteraan
suatu
Negara.
Kesejahteraan ini bergantung kepada kuantitas produk yang dihasilkan oleh tenaga kerjanya, dan sebagian lainnya dihasilakan atas nilai produk tersebut. Menurut Malthus, faktor-faktor dalam pembangunan ekonomi yaitu Gross National Product (GNP). GNP ini menurut Malthus dibagi 2 yaitu GNP Potensial dan GNP aktual. GNP potensial tergantung pada tanah, tenaga kerja, modal dan organisasi. Bila keempat faktor tersebut dipakai dalam proporsi yang benar maka akan memaksimasi produksi di dua sektor yaitu industri dan pertanian. c. Teori Arthur Lewis Salah satu model teoritis tentang pembangunan yang paling terkenal, yang memusatkan pada transformasi structural (structural transformation) suatu perekonomian subsisten, mula-mula dirumuskan oleh W. Arthur Lewis, salah satu ekonom besar dan penerima Hadiah Nobel
pada
pertengahan
decade
1950-an.
Menurut
model
pembangunan yang diajukan oleh Lewis, perekonomian yang terbelakang terdiri dari dua sektor yakni sektor tradisional dan sektor industri perkotaan (Todaro,1998:89). Profesor W. Arthur Lewis dalam Jhingan (2010:156) membangun teori yang sangat sistematis mengenai pembangunan
14
ekonomi dengan penawaran buruh yang tidak terbatas. Lewis percaya bahwa di banyak Negara terbelakang tersedia buruh dalam jumlah yang tak terbatas dan dengan upah sekedar cukup untuk hidup (subsistem). Pembangunan ekonomi berlangsung apabila modal terakumulasi sebagai akibat peralihan buruh surplus dan sektor subsisten ke sektor kapitalis. Perhatian utama dari model ini diarahkan pada terjadinya proses pengalihan tenaga kerja, serta pertumbuhan output dan peningkatan penyerapan tenaga kerja di sektor modern/sektor kapitalis. Pengalihan tenaga kerja dan pertumbuhan kesempatan tenaga kerja tersebut dimungkinkan oleh adanya perluasan output pada sektor modern tersebut. Adapun laju atau kecepatan terjadinya perluasan tersebut ditentukan oleh tingkat investasi di bidang industri dan akumulasi modal secara keseluruhan di sektor modern. 2. Pembangunan Ekonomi Daerah Arsyad (1999:108) dalam Lina Suherty (2011) menjelaskan pembangunan ekonomi daerah merupakan proses di mana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut. Pembangunan ekonomi daerah juga berdasarkan pada (Lia:2007): 1. Prinsip-prinsip renovasi 2. Daya tarik unsur yang aktif 15
3. Perhitungan efek multiplier 4. Hubungan dan kaitan yang dapat diharapkan akan timbul Dalam membangun daerah diperlukan kebijakan yang mengatur. Kebijakan pembangunan ekonomi daerah adalah penggunaan secara sadar berbagai macam pendapatan untuk merealisasikan tujuan-tujuan daerah yang tanpa adanya usaha yang sengaja tersebut tidak dapat tercapai (Lia: 2007). Tujuan utama pembangunan regional menurut Syarijudin (1997) dalam Siti Rukhmi Fuadati (2008) sebenarnya diarahkan kepada pengurangan ketimpangan pendapatan yang terlalu mencolok, dan pemberian pelayanan sosial yang lebih baik. Kebijakan muncul akibat dari adanya perencanaan yang tepat. Perencanaan pembangunan ekonomi daerah bisa dianggap sebagai perencanaan untuk memperbaiki penggunaan sumber-sumber daya publik yang tersedia di daerah dan untuk memperbaiki kapasitas sektor swasta dalam rangka menciptakan nilai sumber-sumber daya swasta secara bertanggung jawab. Dengan demikian diharapkan perekonomian wilayah dapat mencapai keadaan perekonomian yang lebih baik pada masa dating disbanding dengan keadaan sekarang ini, atau minimal sama dengan keadaan ekonomi sekarang. (Arief Daryanto, 2010:1) 3. Teori Pertumbuhan Ekonomi Menurut Sukirno (2004, 200) dalam kegiatan perekonomian, di mana pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan fiskal produksi barang dan jasa yang berlaku di suatu Negara seperti penambahan dan jumlah
16
produksi barang industri, perkembangan infrastruktur, pertambahan jumlah sekolah, penambahan sektor jasa dan penambahan barang modal. Dari penjelasan di atas berikut akan disajikan model-model pertumbuhan ekonomi yang dikemukakan oleh ahli ekonom dunia, yaitu sebagai berikut : a. Teori Simon Kuznets Prof. Simon Kuznets dalam Jhingan (2010:57) mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu Negara untuk menyediakan semakin banyak jenis barang-barang ekonomi kepada penduduknya. Kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi, dan penyesuaian kelembagaan dan ideologis yang diperlukannya. Definisi ini memiliki tiga komponen yaitu pertama, pertumbuhan ekonomi suatu bangsa terlihat dari meningkatnya secara terus-menerus persediaan barang. Kedua, teknologi maju merupakan faktor dalam pertumbuhan ekonomi yang menentukan derajat pertumbuhan kemampuan dalam penyediaan
aneka
macam
barang
kepada
penduduk.
Ketiga,
penggunaan teknologi secara luas dan efisien memerlukan adanya penyesuaian di bidang kelembagaan ideology sehingga inovasi yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan umat manusia dapat dimanfaatkan secara tepat. Prof. Simon Kuznets menunjukkan enam ciri-ciri pertumbuhan ekonomi modern yaitu laju pertumbuhan penduduk dan produk per kapita, peningkatan produktifitas, laju perubahan struktural
17
yang tinggi, urbanisasi, ekspansi Negara maju, dan arus barang, modal, dan orang antar bangsa. b. Teori Harrod-Domar Model pertumbuhan ekonomi Harrod Domar dalam Jhingan (2010: 229) dibangun berdasarkan pengalaman Negara maju. Ke semuanya terutama dialamatkan kepada perekonomian kapitalis maju dan mencoba menelaah persyaratan pertumbuhan mantap (steady growth) dalam perekonomian. Baik Harrod dan Domar tertarik untuk mencari tingkat pertumbuhan pendapatan yang diperlukan bagi kehidupan perekonomian yang berjalan mulus dan tersendat-sendat. Kendati model mereka berbeda dalam rincian, namun keduanya nyaris sampai pada kesimpulan yang sama. Harrod Domar memberikan peranan kunci kepada investasi di dalam proses pertumbuhan ekonomi, khususnya mengenai watak ganda yang dimiliki investasi. Pertama ia menciptakan pendapatan, dan kedua ia memperbesar kapasitas produksi perekonomian dengan cara meningkatkan stok modal. Yang pertama dapat disebut sebagai dampak permintaan, dan yang kedua disebut dampak penawaran investasi. c. Teori Pertumbuhan Neo-Klasik Teori pertumbuhan melihat dari sudut pandang yang berbeda, yaitu dari segi penawaran. Menurut teori ini, yang dikembangkan oleh Abramovits dan Solow dikenal dengan model pertumbuhan Solow
18
(Solow Growth Model). Pertumbuhan ekonomi tergantung kepada pengembangan faktor-faktor produksi. Pandangan ini dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut : (2.1) Di mana : adalah tingkat pertumbuhan ekonomi. adalah tingkat pertumbuhan modal. adalah tingkat pertumbuhan penduduk/tenaga kerja. adalah tingkat pertumbuhan teknologi. Faktor terpenting yang mewujudkan pertumbuhan ekonomi bukanlah pertambahan modal dan pertambahan tenaga kerja. Tetapi faktor
yang paling
penting adalah
kemajuan
teknologi
dan
pertambahan kemahiran dan kepakaran tenaga kerja. Hal tersebut dikarenakan dalam proses pertumbuhan ekonomi diperlukan keahlian dari tenaga kerja dalam menggunakan teknologi yang tersedia. Sedangkan faktor-faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi adalah sebagai berikut : a. Tanah dan kekayaan alam lainnya b. Jumlah dan mutu dari penduduk dan tenaga kerja c. Barang-barang modal dan tingkat teknologi d. Sistem sosial dan sikap masyarakat Berdasarkan pemaparan di atas mengenai pertumbuhan yang mana sebuah proses penambahan dari output yang dihasilkan oleh suatu daerah. 19
Sedangkan sering kita mendengar mengenai laju pertumbuhan ekonomi. Laju pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan output per kapita dalam jangka panjang. Laju pertumbuhan ini dapat diukur melalui indikator perkembangan PDB dari tahun ke tahun untuk tingkat nasional sedangkan indikator yang digunakan dalam perkembangan ekonomi di daerah adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Perhitungan pertumbuhan ekonomi melalui PDB/PDRB ini dapat dilakukan dalam jangka waktu triwulan dan tahunan. Maka perhitungannya adalah sebagai berikut :
Gt Dimana: Gt
( PDBRt PDBRt 1 ) 100% PDBRt 1 =Pertumbuhan ekonomi
(2.2) periode t
(triwulan
atau
tahunan). PDBRt = Produk Domestik Bruto Riil periode t (berdasarkan harga konstan). PDBRt-1 = Produk Domestik Bruto Riil satu periode sebelumnya. 4. Teori Pertumbuhan Ekonomi Daerah Menurut
Tarigan
(2005,80)
Pertumbuhan
ekonomi
wilayah/daerah adalah pertambahan pendapatan masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah (added value) yang terjadi. Penjelasan lain menurut Sjahrizal (2008,90), teori pertumbuhan ekonomi daerah ini merupakan bagian penting dalam analisa ekonomi regional karena pertumbuhan merupakan unsur utama dalam pembangunan ekonomi regional dan mempunyai implikasi kebijakan yang cukup luas. Adapun teori-teori pertumbuhan ekonomi daerah yang dikembangkan antara lain : 20
a. Model Basis Ekspor (Ekspor Base Model) Model ini mula-mula diperkenalkan oleh Douglas C. North pada tahun 1956. Menurut model ini, pertumbuhan ekonomi suatu daerah
ditentukan
oleh
keuntungan
kompetitif
(Competitive
Advantage) yang dimiliki oleh daerah yang bersangkutan. Bila daerah yang bersangkutan dapat mendorong pertumbuhan sektor-sektor yang mempunyai keuntungan kompetitif sebagai basis untuk ekspor, maka pertumbuhan daerah yang bersangkutan akan dapat ditingkatkan (Sjafrizal : 2008,87). Hal ini akan terjadi karena peningkatan ekspor tersebut akan memberikan dampak berganda (multiplier effect) kepada perekonomian daerah. Sebagaimana dikemukakan oleh John P. Blair dalam Sjafrizal (2007:87) model basis ekspor ini dapat diformulasikan dengan menggunakan apa yang disebut sebagai Formal Income Model. Dalam model ini, Pendapatan Regional (PDRB) suatu daerah dapat diungkapkan sebagai berikut : Y = C + MI – MO
(2.3)
Di mana Y adalah pendapatan regional, C adalah konsumsi, MI menunjukkan arus uang masuk karena adanya ekspor dan MO adalh arus uang keluar karena adanya impor. Model basis ekspor dapat pula diformulasikan dengan model basis ekonomi (Economic Base Model) dengan hasil yang sangat bersamaan. Dalam hal ini, perekonomian suatu daerah (Y) dibagi atas 2 kelompok sektor utama yaitu sektor
21
basis (B) dan sektor non basis (S). Sektor basis adalah sektor yang menjadi tulang punggung perekonomian daerah karena mempunyai keuntungan kompetitif (Competitive Advantage) yang cukup tinggi. Sedangkan sektor non basis adalah sektor-sektor lainnya yang kurang potensial tetapi berfungsi sebgai penunjang sektor basis atau dapat dikatakan service industries (Sjafrizal: 2005,89). b. Model Neo-Klasik Model Neo Klasik dalam Sjafrizal (2008:95) dipelopori oleh George H. Bort (1960) dengan mendasarkan analisanya pada Teori Ekonomi Neo-Klasik. Menurut model ini, pertumbuhan ekonomi suatu daerah akan sangat ditentukan oleh kemampuan daerah tersebut untuk meningkatkan kegiatan produksinya. Sedangkan kegiatan produksi pada suatu daerah tidak hanya ditentukan oleh potensi daerah yang bersangkutan, tetapi juga ditentukan oleh mobilitas tenaga kerja dan mobilitas modal antar daerah. Karena kunci utama pertumbuhan ekonomi daerah adalah peningkatan kegiatan produksi, maka mengikuti Richardson (1978) dalam Sjafrizal (2008:95) model Neo-Klasik ini dapat diformulasikan mulai dari fungsi produksi. Dengan menganggap bahwa fungsi produksi adalah adalam bentuk Cobb-Douglas, maka dapat ditulis : Y = A Kα Lβ, α + β = 1
(2.4)
Di mana Y melambangkan PDRB, K dan L masing-masingnya adalah modal dan tenaga kerja. Karena analisa menyangkut
22
pertumbuhan maka semua variabel dianggap adalah fungsi waktu (t). Selanjutnya Model Neo-Klasik yaitu pertumbuhan ekonomi suatu daerah ditentukan oleh 3 faktor utama, yaitu kemajuan teknologi (a), penambahan modal atau investasi (k), dan peningkatan jumlah dan kualitas tenaga kerja (l). c. Teori Harrod Domar dalam sistem daerah Teori Harrod Domar sangat diperhatikan bagi wilayah yang masih terbelakang dan terpencil atau hubungan keluarnya sangat sulit. Atas dasar asumsi tersebut Harrod Domar membuat analisis dan menyimpulkan bahwa pertumbuhan jangka panjang yang mantap (seluruh kenaikan produksi dapat diserap oleh pasar) hanya bisa tercapai apabila terpenuhi syarat-syarat keseimbangan sebagai berikut : g=k=n
(2.5)
di mana: g : Growth (tingkat pertumbuhan output) k : Capital (tingkat pertumbuhan modal) n
: Tingkat pertumbuhan angkatan kerja
Agar dapat keseimbangan maka antara tabungan (S) dan investasi (I) harus terdapat kaitan yang saling menyeimbangkan, padahal peran k untuk menghasilkan tambahan produksi ditentukan oleh v (capital output ratio = rasio modal output). d. Teori Basis Ekonomi Teori basis ekonomi (economic base theory) dalam Tarigan (2005,28) mendasarkan pandangannya bahwa laju pertumbuhan
23
ekonomi suatu wilayah ditentukan oleh besarnya peningkatan ekspor dari wilayah tersebut. Kegiatan ekonomi dikelompokkan atas kegiatan basis dan non basis. Hanya kegiatan basis yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah/daerah. Analisis basis dan non basis pada umumnya didasarkan atas nilai tambah ataupun lapangan kerja yaitu dihitung berapa besarnya lapangan kerja basis dan lapangan kerja non basis. Dan apabila kedua angka itu dapat dibandingkan, dapat dihitung nilai rasio basis (ratio base) dan kemudian dapat dipakai untuk menghitung nilai pengganda basis. Nilai pengganda basis lapangan kerja dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : Pengganda basis = total lapangan kerja
(2.6)
lapangan kerja basis Hal yang sama dapat juga dilakukan dengan menggunakan ukuran lain, misalnya pendapatan. Dalam menggunakan ukuran pendapatan, nilai pengganda basis adalah besarnya kenaikan pendapatan seluruh masyarakat setiap satu unit kenaikan pendapatan di sektor basis. Dalam hal pendapatan, nilai pengganda basis yang diperoleh dinamakan pengganda basis pendapatan (income base multiplier). Peningkatan pendapatan di sektor basis akan mendorong kenaikan pendapatan di sektor non basis dalam bentuk korelasi yang lebih ketat dibandingkan dengan menggunakan variabel lapangan
24
kerja. Berikut beberapa metode untuk memilah antara kegiatan basis dan kegiatan non basis adalah sebagai berikut : a. Metode Langsung Metode langsung dapat dilakukan dengan survei langsung kepada usaha ke mana mereka memasarkan barang yang diproduksi dan dari mana mereka membeli bahan-bahan kebutuhan untuk menghasilkan produk tersebut. b. Metode Tidak Langsung Mengingat rumitnya melakukan survei langsung ditinjau dari sudut waktu dan biaya, banyak juga dipakai metode tidak langsung dalam mengukur kegiatan basis dan non basis. Salah satu metode tidak langsung adalah dengan menggunakan asumsi atau disebut metode asumsi. Dalam metode asumsi, berdasarkan kondisi wilayah/daerah tersebut (berdasarkan data sekunder), ada kegiatan tertentu yang diasumsikan kegiatan basis dan kegiatan lainnya sebagai kegiatan non basis. c. Metode Campuran Suatu wilayah/daerah yang sudah berkembang, cukup banyak usaha yang tercampur antara kegiatan basis dan non basis. Penggunaan metode asumsi murni akan memberikan kesalahan yang besar. Akan tetapi, penggunaan metode langsung yang murni juga cukup berat. Yang sering dilakukan orang adalah gabungan antara metode asumsi dengan metode langsung yang disebut
25
metode campuran. Dalam metode campuran diadakan survei pendahuluan, yaitu pengumpulan data seperti BPS. Dari data sekunder berdasarkan analisis kegiatan mana yang dianggap basis dan non basis. d. Metode Location Quotient Metode
lain
yang
tidak
langsung
adalah
dengan
menggunakan location quotient (metode LQ). Metode LQ membandingkan porsi lapangan kerja/nilai tambah untuk sektor tertentu di wilayah/daerah kita, dibandingkan dengan porsi lapangan kerja/nilai tambah untuk sektor yang sama secara nasional. 5. Analisis Shift Share Lina Suherty (2008) menjelaskan analisis Shift Share sangat berguna dalam menganalisis perubahan struktur ekonomi daerah dibandingkan dengan perekonomian nasional. Tarigan (2005,145) analisis ini lebih tajam dibandingkan dengan analisis LQ. Metode LQ tidak memberikan penjelasan atas faktor penyebab perubahan sedangkan metode Shift Share memperinci penyebab perubahan atas beberapa variabel. Arief Daryanto (2010:25) Analisis Shift Share mengakui adanya perbedaan dan kesamaan antar wilayah. Analisis ini mengasumsikan bahwa perubahan pendapatan, produksi atau tenaga kerja suatu wilayah dapat dibagi dalam tiga komponen yaitu komponen pertumbuhan regional (regional growth component atau komponen national shift), komponen
26
pertumbuhan proporsional (proportional or industrial mix growth component atau proportional shift) dan komponen pertumbuhan pangsa wilayah (regional share growth component atau differential shift). Tujuan analisis ini adalah untuk menentukan kinerja atau produktifitas kerja perekonomian daerah dengan membandingkannya dengan daerah yang lebih besar. Arsyard dalam Lina Suherty (2008) analisis ini memberikan data tentang kinerja perekonomian dalam tiga bidang
yang
meliputi
pertumbuhan
ekonomi
daerah,
pergeseran
proportional dan pergeseran diferensial. 6. Analisis SWOT Analisis SWOT adalah analisis kondisi internal maupun eksternal suatu organisasi yang selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk merancang strategi dan program kerja. Analisis internal ini meliputi penilaian terhadap faktor kekuatan (Strenght) dan kelemahan (Weakness). Sementara analisis eksternal mencakup faktor peluang (Opportunity) dan tantangan (Threaths) (BPS:2011,10). Ada dua macam pendekatan dalam analisis SWOT adalah : a. Pendekatan kualitatif matriks SWOT Pendekatan
kualitatif
matriks
SWOT
sebagaimana
dikembangkan oleh Kearns menampilkan delapan kotak, yaitu dua paling atas adalah kotak faktor eksternal (peluang dan tantangan) sedangkan dua kota sebelah kiri adalah faktor internal (kekuatan dan kelemahan). Empat kotak lainnya merupakan kotak isu-isu strategis
27
yang timbul sebagai hasil titik pertemuan antara faktor-faktor internal dan eksternal. Gambar 2.1 Matriks SWOT Kearns Eksternal OPPORTUNITY THREATHS Internal STRENGTH
Comparative Advantage
Mobilization
WEAKNESS
Divestment/Investment
Damage Control
Sumber : Hisyam (1998) dalam BPS Comparative advantages merupakan dua elemen kekuatan dan peluang sehingga memberikan kemungkinan bagi suatu organisasi untuk bisa berkembang lebih cepat. Mobilization merupakan interaksi antara ancaman dan kekuatan. Di sini harus dilakukan upaya mobilisasi sumber daya yang merupakan kekuatan organisasi untuk memperlunak ancaman dari luar tersebut, bahkan kemudian mengubah ancaman itu menjadi peluang. Divestment/Investment merupakan interaksi antara kelemahan organisasi dan peluang dari luar. Situasi seperti ini memberikan suatu pilihan pada situasi yang kabur. Peluang yang tersedia sangat meyakinkan namun tidak dapat dimanfaatkan karena kekuatan yang ada tidak cukup untuk menggarapnya. Pilihan keputusan yang diambil adalah melepas peluang yang ada untuk dimanfaatkan organisasi lain atau memaksakan menggarap peluang itu. Damage Control merupakan kondisi yang paling lemah dari semua sel karena merupakan pertemuan antara kelemahan organisasi
28
dengan ancaman dari luar dan karenanya keputusan yang salah akan membawa bencana yang besar bagi organisasi. Strategi yang harus diambil adalah damage control (mengendalikan kerugian) sehingga tidak menjadi lebih parah dari yang diperkirakan. b. Pendekatan kuantitatif analisis SWOT Data SWOT kualitatif di atas dapat dikembangkan secara kuantitatif melalui perhitungan analisis SWOT yang dikembangkan oleh Pearce dan Robinson (1998) agar diketahui secara pasti posisi organisasi yang sesungguhnya. Perhitungan yang dilakukan melalui tiga tahap, yaitu : 1) Melakukan perhitungan skor (a) dan bobot (b) point faktor serta jumlah total perkalian skor dan bobot (c = a x b) pada setiap faktor S-W-O-T. 2) Melakukan pengurangan antara jumlah total faktor S dengan W (d) dan faktor O dengan T (e); perolehan angka d = x selanjutnya menjadi nilai atau titik pada sumbu X, sementara perolehan angka (e = y) selanjutnya menjadi nilai atau titik pada sumbu Y. 3) Mencari posisi organisasi yang ditunjukkan oleh titik (x,y) pada kuadran SWOT, yaitu : a) Kuadran I (positif, positif), posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat dan berpeluang. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Progresif, artinya organisasi dalam kondisi prima dan mantap sehingga sangat dimungkinkan untuk terus melakukan ekspansi, memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal. 29
b) Kuadran II (positif, negatif), posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat namun menghadapi tantangan yang besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Diversifikasi Strategi, artinya organisasi dalam kondisi mantap namun menghadapi sejumlah tantangan berat sehingga diperkirakan roda organisasi akan mengalami kesulitan untuk terus berputar bila hanya bertumpu pada strategi sebelumnya. Oleh karena itu, organisasi disarankan untuk segera memperbanyak ragam strategi taktisnya. c) Kuadran III (negatif, positif), posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah namun sangat berpeluang. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Ubah Strategi, artinya organisasi disarankan untuk mengubah strategi sebelumnya. Sebab strategi yang lama dikhawatirkan sulit untuk dapat menangkap peluang yang ada sekaligus memperbaiki kinerja organisasi. d) Kuadran IV (negatif, negatif), posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah dan menghadapi tantangan besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Strategi Bertahan, artinya kondisi internal organisasi berada pada pilihan dilematis.
Oleh
karenanya
organisasi
disarankan
untuk
menggunakan strategi bertahan, mengendalikan kinerja internal agar tidak semakin terperosok. Strategi ini dipertahankan sambil terus berupaya membenahi diri.
30
7. Produk Domestik Regional Bruto Produk Domestik Bruto adalah total nilai atau harga pasar dari seluruh barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh suatu perekonomian dalam suatu negara dalam kurun satu tahun. Sedangkan pada daerah dapat dihitung dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Untuk menghitung PDRB yang didapat dari suatu daerah, ada 3 pendekatan yang dapat digunakan, yaitu: a. Pendekatan Produksi adalah menghitung nilai tambah dari suatu barang dan jasa yang diproduksi oleh seluruh kegiatan ekonomi dalam suatu wilayah, dengan cara mengurangkan biaya dari masing-masing total produksi produk bruto dari tiap-tiap kegiatan, sub sektor atau sektor dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). b. Pendekatan Pendapatan, PDRB merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Balas jasa faktor produksi yang dimaksud yaitu gaji dan upah, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan, semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainya. c. Menurut Pendekatan Pengeluaran, PDRB adalah semua komponen permintaan akhir seperti: 1) Pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang tidak mencari untung. 2) Konsumsi pemerintah.
31
3) Pembentukan modal tetap domestik bruto. 4) Perubahan stock. 5) Ekspor netto. Dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Ekspor netto merupakan ekspor dikurangi impor. 8. Pengembangan Sub Sektor Industri Potensial Chenery dalam Sukirno (2007,250) mengenai corak perubahan struktur sektor industri dalam proses pembangunan. Dalam analisis Chenery yaitu menganalisis perubahan peranan industri-industri yang tergolong dalam sub sektor industri pengolahan dalam menciptakan produk nasional. Pola ekonomi yang bergeser menjadi sektor industri yang dulunya sektor pertanian menyebabkan masyarakat terjun dalam sektor ini. Ditambah sektor industri yang menjadi penyumbang dalam perekonomian suatu Negara dan daerah. Kemudian sektor industri itu banyak jenisnya baik yang migas dan non migas. Sektor non migas pun banyak jenisnya sehingga menjadikan banyak pilihan bagi masyarakat. Hal demikian menunjukkan bahwa dalam pengembangan sub sektor industri harus disiapkan dengan perencanaan yang matang agar tujuannya dalam memajukan masyarakat dapat tercapai. Sedangkan dikenal pula istilah mengenai competitive advantage (keunggulan kompetitif) di mana keunggulan ini diperoleh melalui usaha, kerja, karya dan cipta suatu daerah dengan menciptakan karya baru yang memberikan pengaruh kepada daerah ditambah dengan daerah tersebut
32
memiliki potensi dari kekayaan alamnya. Kegiatan perekonomian yang berada di daerah akan berpengaruh kepada suatu kegiatan tersebut dapat dikatakan maju atau tidak. Perubahan struktur yang dikemukakan oleh Chenery menunjukkan kegiatan ekonomi yang makin beragam ditambah dengan keunggulan yang dihasilkan tiap daerah dengan mengolah sumber daya masing-masing sehingga timbullah pengembangan dari sub sektor yang ada. Kaitan hal tersebut untuk keberlanjutan dari kegiatan produksi suatu daerah dengan potensi yang dimiliki sehingga akhirnya masyarakat akan maju dan sejahtera. B. Penelitian Terdahulu Kartika Hendra Titi Sari (2010) dengan judul penelitian Indentifikasi Potensi Ekonomi Daerah Boyolali, Karanganyar dan Sragen tahun 1993-2003. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Model Rasio Pertumbuhan (MRP), Analisis Tipologi Klasen dan Analisis Location Quotient (LQ). Variabel-variabel yang dimasukkan dalam penelitian ini adalah Produk Domestik Regional Bruto. Objek penelitian ini berada pada daerah Boyolali, Karanganyar, dan Sragen. Hasil penelitian ini adalah sektor pertanian, perdagangan dan industri menduduki urutan pertama sektor yang basis di Boyolali. Sektor industri dan perdagangan menduduki urutan pertama sektor yang basis di Karanganyar. Sektor jasa menduduki urutan pertama yang menjadi sektor basis di Sragen. Lina Suherty (2011) dengan judul penelitian Analisis Pengembangan Sektor Ekonomi Potensial Kabupaten Barito Kuala periode 2005-2009. 33
Variabel-variabel yang dimasukkan dalam penelitian ini adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), laju pertumbuhan ekonomi, sektor-sektor ekonomi, pertumbuhan sektor ekonomi, perkembangan sektor ekonomi potensial, komponen share, komponen net shift, differential shift dan proportional shift. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Location Quoteient, analisis Shift Share dan Tipologi Sektoral. Hasil dari penelitian ini terdapat 3 sektor yang basis di Kabupaten Barito Kuala yaitu Sektor pertanian, Sektor industri pengolahan, dan Sektor bangunan. Sedangkan sisanya termasuk sektor yang non basis. Syarifah Lies Fuaidah Azhar dan M. Nassir Abdussamad (2006) dengan judul penelitian Analisis sector basis dan non basis di provinsi Nangroe Aceh Darussalam periode 1992-2001. Variabel yang dimasukkan dalam penelitian ini adalah PNB (Produk Nasional Bruto) dan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) NAD. Metode analisis yang digunakan adalah Analisis Location Quotient (LQ). Hasil dari penelitian ini adalah diperoleh bahwa sektor yang menjadi basis di NAD adalah sektor pertanian, industry pengolahan dan pertambangan dan penggalian kemudian sektor lainnya merupakan sektor non basis. Galih Permatasari (2012) dengan judul Strategi pengembangan wilayah melalui analisis sektor basis terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Sragen. Metode analisis yang digunakan adalah Analisis Location Quotient, Analisis Shift Share dan Analisis SWOT. Variabel yang digunakan PDRB Kabupaten Sragen, Laju Pertumbuhan. Hasil penelitian ini adalah Kabupaten Sragen memiliki empat sektor basis yaitu, sektor pertanian, listrik, 34
gas dan air, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, jasa-jasa. Sedangkan analisis shift share sektor pertambangan, industri, listrik, bangunan, perdagangan, angkutan dan sektor bank adalah sektor yang berspesialisasi pada sektor yang di tingkat provinsi tumbuh lebih cepat dan sektor pertanian, sektor perdagangan, sektor bank, sektor jasa-jasa adalah sektor yang pertumbuhannya lebih cepat dari pada propinsi. Strategi pengembangan sektor potensial di
Kabupaten Sragen adalah melakukan penyuluhan dan
pemeliharaan terhadap sektor pertanian, memanfaatkan teknologi dan menaikkan kualitas produk agar kesempatan ekspor semakin luas, memperbaiki infrastruktur daerah, masyarakat dan pemerintah saling bekerja sama untuk mewujudkan visi misi daerah. Muzafar Shah Habibullah dan Alias Radam (2009) dengan judul Industry Concentration in Rich and Poor State in Malaysia: Location Quotient and Shift Share Analyses. Variabel yang digunakan dalam penelitian adalah Gross Domestic Product (GDP) tahun 1997 dan 2000. Metode analisis yang digunakan adalah Analisis Location Quotient dan Shift Share. Hasil penelitian ini adalah sektor pertanian menjadi basis pada wilayah Kedah dan Perlis. Untuk wilayah Kelantan yang menjadi basis adalah sektor pertanian dan jasa. Wilayah Penang yang menjadi basis adalah sektor industri dan jasa. Untuk wilayah Selangor yang menjadi basis adalah sektor industri, konstruksi dan jasa. Larisa Bugaian, Maria Gheorghita, dan Doina Nistor (2010) dengan judul Analysis of Industry Potential in Republic of Moldova. Variabel yang
35
digunakan adalah Gross Domestic Bruto (GDP) 2000-2008. Metode analisis yang digunakan adalah analisis kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian ini adalah sektor inudstri : anggur; Tekstil dan pakaian; teknologi informasi dan komunikasi; alas kaki; bahan konstruksi dan perabot telah yang paling potensial
untuk
berkontribusi
terhadap
transformasi
pertumbuhan
perekonomian Republik Moldova. Untuk lebih lengkapnya, penulis akan menyajikan penelitian-penelitian di atas dalam bentuk sebagai berikut :
36
Tabel 2.1 Matrik Penelitian Terdahulu No Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Metode Analisis Domestik Model Rasio 1. Kartika Hendra Titi Indentifikasi Potensi Ekonomi Produk Sari (2010) Daerah Boyolali, Karanganyar dan Regional Bruto Pertumbuhan Sragen tahun 1993-2003 (MRP), analisis Tipologi Klasen, dan analisis Location Quotient
Hasil Penelitian sektor pertanian, perdagangan dan industri menduduki urutan pertama sektor yang basis di Boyolali. Sektor industri dan perdagangan menduduki urutan pertama sektor yang basis di Karanganyar. Sektor jasa menduduki urutan pertama yang menjadi sektor basis di Sragen
2.
Terdapat 3 sektor yang basis di Kabupaten Barito Kuala yaitu Sektor pertanian, Sektor industri pengolahan, dan Sektor bangunan. Sedangkan sisanya termasuk sektor yang non basis. Sektor yang menjadi basis di NAD adalah sektor pertanian, industry pengolahan dan pertambangan dan penggalian. Dan sisanya sektor non basis. Kabupaten Sragen memiliki empat sektor basis yaitu, sektor pertanian, listrik, gas dan air, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, jasajasa
3.
4.
Lina Suherty (2011)
Analisis Pengembangan Sektor PDRB, laju Ekonomi Potensial Kabupaten pertumbuhan Barito Kuala ekonomi, sektor-sektor ekonomi, pertumbuhan sektor ekonomi, Syarifah Lies Analisis sector basis dan non basis PNB (Produk Nasional Fuaidah Azhar dan di provinsi Nangroe Aceh Bruto) dan PDRB M. Nassir Darussalam. (Produk Domestik Abdussamad Regional Bruto) NAD (2006) Galih Permatasari Strategi pengembangan wilayah PDRB Kabupaten (2012) melalui analisis sektor basis Sragen, Laju terhadap pertumbuhan ekonomi di Pertumbuhan Kabupaten Sragen Ekonomi
Analisis Location Quoteient, analisis Shift Share dan Tipologi Sektoral
Analisis Location Quotient (LQ)
Analisis Location Quotient, Analisis Shift Share dan Analisis SWOT
37
5.
6.
Muzafar Shah Industry Concentration in Rich and Gross Domestic Analisis Location Habibullah dan Poor State in Malaysia: Location Product (GDP) tahun Quotient dan Shift Alias Radam Quotient and Shift Share Analyses 1997 dan 2000 Share (2009)
sektor pertanian menjadi basis pada wilayah Kedah dan Perlis. Untuk wilayah Kelantan yang menjadi basis adalah sektor pertanian dan jasa. Wilayah Penang yang menjadi basis adalah sektor industri dan jasa. Untuk wilayah Selangor yang menjadi basis adalah sektor industri, konstruksi dan jasa. Larisa Bugaian, Analysis of Industry Potential in Gross Domestic Bruto Analisis kuantitatif sektor inudstri : anggur; Tekstil dan Maria Gheorghita, Republic of Moldova (GDP) 2000-2008 dan kualitatif pakaian; teknologi informasi dan dan Doina Nistor komunikasi; alas kaki; bahan (2010) konstruksi dan perabot telah yang paling potensial untuk berkontribusi terhadap transformasi pertumbuhan perekonomian Republik Moldova.
38 11
C. Kerangka Pemikiran Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Tenaga Kerja Sub Sektor Industri Pengolahan Non Migas Provinsi Banten Tenaga Kerja Sub Sektor Industri Pengolahan Non Migas Kota Tangerang 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Makanan, Minuman dan Tembakau Tekstil, Barang Kulit dan Tembakau Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya Kertas dan Barang Cetakan Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet Semen dan Barang Galian non Logam Logam Dasar, Besi, dan Baja Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan Barang Lainnya.
1. Sub sektor basis dan non basis 2. Komponen Share : Komponen Share, Differential Shift, dan Proportional Shift. 3. Faktor-faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan hambatan dari sub sektor industri pengolahan unggulan.
Analisis Data : Location Quotient, Shift Share, dan SWOT Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi Daerah
39
Berdasarkan gambar di atas menjelaskan bahwa dengan menggunakan tenaga kerja yang berada dalam sub sektor industri dapat digunakan untuk perhitungan kegiatan sub sektor industri yang menjadi unggulan bagi Kota Tangerang. Tenaga kerja ini diambil dari jumlah tenaga kerja yang berada dalam masing-masing jenis industri dan dibandingkan dengan daerah di atas Kota Tangerang yaitu Provinsi Banten. Sehingga pada akhirnya dimaksudkan untuk mengetahui keadaan industri baik di Kota Tangerang maupun daerah di atasnya yaitu Provinsi Banten. Selanjutnya dalam identifikasi masalah telah ditetapkan akan dikaji sub sektor industri pengolahan yang menjadi basis di Kota Tangerang sejak 2005-2010. Berdasarkan peneliti sebelumnya yaitu Lina Suherty (2011) di mana dalam mengetahui sektor yang basis di daerah dengan menggunakan Location Quotient. Sedangkan perubahan struktur dalam ekonomi daerah dilihat bagaimana share PDRB terhadap sektor-sektor ekonomi. Dan penulis ingin mengembangkan bila mana metode tersebut ingin disajikan untuk melihat sub sektor yang basis di daerah dan bagaimana share sub sektor tersebut terhadap PDRB dan sub sektor lainnya. Kemudian dalam penelitian Siti Ruchmi F (2008) di mana beliau meneliti pengembangan untuk sub sektor yang unggul dan potensial di Kabupaten Blitar. Pengembangan ini dilakukan dengan metode SWOT. Kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan yang dimiliki oleh sub sektor itu dianalisa sehingga dapat memberikan masukan ke depannya. Sehingga pemerintah pun ikut menstimulus terhadap perkembangan industri. Kemudian
40
penulis ingin mengembangkan konsep SWOT ini dalam penelitian ini. Dalam kaitannya penelitian ini dengan kegiatan yang menjadi unggulan di Kota Tangerang dianalisa faktor-faktor pendukung dan penghambat dari industri sehingga menjadi bahan pedoman bagi pemerintah dalam menerapkan kebijakan regional untuk masing-masing industri. Yang pada akhirnya kegiatan
industri
akan
tumbuh
dan
berkembang untuk
menunjang
perekonomian daerah.
41
BAB III METODELOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif dan data yang digunakan adalah data time series (runtun waktu) dari tahun 2005 sampai 2010. Penelitian ini dilakukan dengan objek penelitian yaitu Kota Tangerang dengan membandingkan keadaan perekonomian di Provinsi Banten. Data yang digunakan berupa Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan dengan melihat Sub Sektor Industri Pengolahan Non Migas yaitu terdiri dari sembilan sub sektor. Sub sektor industri pengolahan yang diperoleh dari Kota Tangerang dan Provinsi Banten.
B. Metode Penentuan Sampel Dalam penelitian ini tidak memerlukan sampel karena seluruh populasi dapat dijangkau oleh penulis. Tetapi dalam penentuan objek penelitian penulis menentukan sub sektor industri pengolahan untuk dianalisa sebagai penelitian karena Kota Tangerang merupakan wilayah maju di Provinsi Banten dengan sektor industri yang berkembang. Oleh karena itu penulis menganalisa sub sektor industri pengolahan Kota tangerang yang menjadi potensi bagi daerah dari tahun 2005-2010 dikarenakan pada tahun ini perkembangan
Kota
Tangerang
semakin
sebelumnya.
42
baik
dibandingkan
tahun
C. Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan oleh peneliti dalam melakukan penelitian ini adalah menggunakan data sekunder. Data sekunder ini merupakan data yang diambil dari instansi-instansi terkait yaitu Badan Pusat Statistik (BPS), dan Badan Pusat Statistik Kota Tangerang. Data yang digunakan berupa PDRB sub sektor industri pengolahan yang terdiri dari sembilan jenis industri periode 2005-2010 dan jumlah tenaga kerja dari masing-masing jenis industri dalam sektor industri pengolahan di Kota Tangerang.
D. Metode Analisis Analisis data yang dilakukan penulis adalah dengan menggunakan Analisis Kuantitatif yang merupakan suatu metode analisis yang bersifat hitungan dengan mengumpulkan, mengolah, dan menganalisa data yang berbentuk angka. Dalam penelitian ini juga menggunakan analisis Kualitatif dengan mengadakan wawancara dan observasi terhadap objek penelitiannya. Data yang digunakan yaitu PDRB sub sektor industri pengolahan Kota Tangerang atas dasar harga konstan periode tahun 2005-2010 dan tenaga kerja dalam sembilan jenis industri. Dengan judul penelitian “Analisis Potensi Ekonomi Sub Sektor Industri Pengolahan Kota Tangerang Periode 20052010”. Metode yang digunakan adalah sebagai berikut : 1. Analisis Location Quotient (LQ) Analisis ini merupakan perbandingan tentang besarnya peranan suatu sektor/industri di suatu daerah/kota terhadap besarmya peranan suatu sektor/industri tersebut secara provinsi (Tarigan:2005,80). Ada dua cara untuk mengukur LQ dari suatu sektor dalam suatu perekonomian wilayah 43
yakni melalui pendekatan nilai tambah atau PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) dan tenaga kerja (Arief Daryanto,2010:20). Berdasarkan penelitian ini adalah membandingkan sub sektor industri pengolahan Kota Tangerang dengan Provinsi Banten dengan pendekatan tenaga kerja. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui sub sektor yang basis dan non basis di Kota Tangerang. Rumusnya adalah sebagai berikut (Arief Daryanto,2010:21) :
(3.1) Di mana : Li : Jumlah Tenaga Kerja Sub Sektor i di Kota Tangerang Lt : Jumlah Tenaga Kerja Sub Sektor di Kota Tangerang Ni : Jumlah Tenaga Kerja Sub Sektor di Provinsi Banten Nt : Jumlah Tenaga Kerja Sub Sektor di Provinsi Banten Hasil dari analisis ini adalah apabila LQ > 1 artinya peranan sektor tersebut di daerah itu lebih menonjol dari pada sektor lain di daerah tersebut (Sektor Basis Ekonomi) dan sektor ini menjadi kekuatan daerah untuk mengekspor produksnya ke luar daerah. Sebaliknya, apabila LQ < 1 maka peranan sektor tersebut di daerah itu lebih kecil dari pada sektor lain (Sektor Non Basis Ekonomi) dan sektor ini hanya menjadi pengimpor dari luar daerah. 2. Analisis Shift Share Berdasarkan Lina Suherty (2008) analisis Shift Share digunakan untuk menentukan kinerja/produktifitas suatu daerah, pergeseran struktur, posisi relatif sektor-sektor ekonomi dan identifikasi sektor-sektor ekonomi 44
potensial suatu daerah, kemudian membandingkananya dengan daerah yang lebih besar (regional/daerah). Rumus analisis Shift Share dalam Lina Suherty (Glasson, 1990:95-96) adalah sebagai berikut : Gj
= Yjt - Yjo = Nj + Pj + Dj
Nj
= [Yjo (Yt/Yo)] - Yjo
(P+D)j
= Yjt - [(Yt/Yo) Yjo] = (Gj - Nj)
Pj
= [(Yit/Yio) - (Yt/Yo)] Yijo
Dj
= Yijt - [(Yit/Yio)Yijo] = (P+D)j - Pj
(3.2)
Keterangan : Gj
: Pertumbuhan PDRB Total Kota Tangerang
Nj
: Komponen Share Kota Tangerang
(P+D)j
: Komponen Net Shift Kota Tangerang
Pj
: Proportional Shift Kota Tangerang
Dj
: Differential Shift Kota Tangerang
Yj
: PDRB Sektor Total Kota Tangerang
Y
: PDRB Sektor Total Provinsi Banten
o,t
: periode awal dan periode akhir perhitungan
i
: sub sektor pada PDRB
Jika Dj > 0, maka pertumbuhan sub sektor i di Kota Tangerang lebih cepat dari pertumbuhan sub sektor yang sama di Provinsi Banten.
45
Dan bila Dj < 0, maka pertumbuhan sub sektor i di Kota Tangerang relatif lebih lambat dari pertumbuhan sub sektor yang sama di Provinsi Banten. Bila Pj > 0, maka Kota Tangerang akan berspesialisasi pada sub sektor di tingkat Provinsi tumbuh lebih cepat. Sebaliknya bila Pj < 0, maka Kota Tangerang akan berspesialisasi pada sub sektor yang ditingkat Provinsi tumbuh lebih lambat. 3. Analisis SWOT Berdasarkan Rangkuti, (2002) dalam penelitian Rukhmi (2008), metode analisis yang digunakan adalah Analisis Matriks SWOT untuk menganalisis kekuatan, kelemahan, peluang dan tantang/hambatan tentang potensi industri dan peluang pasar di wilayah Kota Tangerang dengan memperhatikan External Strategic Factors Analysis Summary (EFAS) untuk menganalisis peluang dan ancaman dalam mengembangkan potensi industri yang sudah ada. Internal Strategic Factors Analysis Summary (IFAS) untuk menganalisis kekuatan dan kelemahan sehingga dapat menciptakan peluang pasar untuk produk yang tersedia. Kegiatan industri yang dijalankan para pengusaha di Kota Tangerang memberikan pendapatan bagi Kota Tangerang sendiri. Identifikasi faktor-faktor baik secara internal yang berasal dari dalam industri-industri di Kota Tangerang. Kekuatan dan kelemahan kegiatan industri di Kota Tangerang bila dibandingkan dengan kegiatan industri di luar Kota Tangerang dalam lingkup Provinsi Banten yaitu dapat dilihat dalam tabel :
46
Tabel 3.1 Faktor-faktor Strategi Internal Industri-Industri Kota Tangerang No Faktor-Faktor Strategi Internal KEKUATAN 1. Ketersediaan SDM yang banyak dan berpotensi dalam skill dan keterampilan 2. Sarana transportasi yang terjangkau bagi pihak pengusaha 3. Tingkat pembayaran upah yang tinggi dibandingkan dengan daerah lain 4. Dekat dengan pusat Ibu Kota Negara 5. Kelancaran kegiatan keluar masuk bahan baku, dan barang jadi 6. Keunggulan produk yang dihasilkan oleh industri di Kota Tangerang KELEMAHAN 1. Keterbatasan lahan bagi industri-industri dalam berdirinya dan pengembangannya 2. Biaya Produksi yang tinggi dikeluarkan oleh pengusaha Tabel 3.2 Faktor-faktor Strategi Eksternal Industri-industri Kota Tangerang No Faktor-Faktor Strategi Internal PELUANG 1. Dekat dengan pusat Ibu Kota Negara Indonesia 2. Proses perizinan pendirian Industri yang mudah dan terjangkau 3. Kegiatan pemasaran hasil produk industri terjangkau 4. Akses informasi yang terjangkau dan mudah 5. Adanya dukungan dari pemerintah Kota Tangerang HAMBATAN 1. Kebijakan mengenai industri dapat mempengaruhi industri di Kota Tangerang 2. Persaingan produk dari industri-industri di luar Kota Tangerang Berdasarkan faktor-faktor strategi internal dan eksternal dapat menunjukkan di mana kegiatan industri di Kota Tangerang dapat dengan mudah berdiri dan berkembang di daerah kemudian mereka pun dapat bersaing dengan industri di luar daerah. Berikut akan disajikan matriks dari faktor-faktor di atas sehingga memunculkan kombinasi dari faktor internal dan eksternal :
47
Eksternal Internal STRENGTH/ KEKUATAN
Tabel 3.3 Matriks SWOT Industri-Industri Kota Tangerang OPPORTUNITY/ THREATHS/ PELUANG ANCAMAN Dalam kajian ini dapat dilihat dari kombinasi eksternal dan Kajian ini melihat kombinasi antara faktor kekuatan yang internal dalam pengembangan Industri-industri di Kota dimiliki oleh industri-industri dan ancaman/hambatan yang Tangerang. Dengan memiliki factor kekuatan dari industry dihadapi oleh industri di Kota Tangerang. Bila faktor tersebut dikombinasikan dengan adanya peluang akan memberikan dilakukan akan menjadi sebuah mobilisasi bagi daerah dalam keuntungan komparatif bagi Kota Tangerang. Pengembangan menghadapi persaingan. Dalam pengembangannya yaitu : industri di Kota Tangerang pun dapat dilakukan dengan : 1. Peningkatan kualitas dari SDM memberikan kesempatan 1. Kegiatan industri Kota Tangerang sangat menarik dilihat kepada SDM mendapatkan upah yang sesuai. Sehingga bila karena berbatasan langsung dengan pusat Kota Jakarta. kebijakan dari luar mempengaruhi keadaan internal dari Atas dasar ini kegiatan industri di Kota Tangerang sangat perusahaan, perusahaan pun akan mempertimbangkan untuk erat hubungannya dengan kegiatan di pusat Kota Jakarta. melihat skill dan kemampuan dari SDM yang berkualitas Industri yang berdiri di Kota Tangerang dengan pusatnya tadi. di Kota Jakarta, hal ini berkaitan dengan kegiatan industri 2. Peningkatan kualitas produk-produk yang dihasilkan oleh dapat lancar dilaksanakan. perusahaan pun menjadi poin utama sehingga para 2. Dengan berdekatannya Kota Tangerang dengan Kota konsumen tidak pindah ke lain produk selain produk Jakarta memberikan peluang bagi akses-akses informasi perusahaan kita. Kemudian produk yang dihasilkan harus masuk mempengaruhi kegiatan industri di Kota Tangerang. terdiferensiasi dari produk yang sudah ada sebelumnya Sehingga akses informasi yang diperoleh dapat sehingga adanya inovasi diperlukan agar perkembangan dimanfaatkan untuk kegiatan industri ke depannya agar industri dapat tercapai. lebih baik. Kemudian sarana dan prasarana transportasi 3. Kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah umum, dan fasilitas yang mendukung arus masuk dan haruslah mendukung dari kegiatan industri di dalam daerah keluar produk dan bahan baku lebih mudah. Ditambah itu sehingga tidak menghambat kegiatan arus masuk dan dengan adanya transportasi antar daerah yang terintegrasi. keluar barang-barang modal maupun jadi ke luar/dalam.
48
42
WEAKNESS/ KELEMAHAN
Kajian ini melihat antara faktor adanya peluang dari kegiatan industri dapat berkembang tetapi potensi kelemahan membuat para pengusaha untuk melakukan investasi di Kota Tangerang ataupun sebaliknya bila kelemahan tidak dapat dikendalikan maka investasi akan diambil oleh pihak investor. Dalam kaitan tersebut dalam pengembangannya yaitu : 1. Proses perizinan yang mudah dan berada dekat dengan pusat pemerintahan Negara memberikan kesempatan bagi investor melirik kegiatan industri di Kota Tangerang sehingga dapat berkembang. 2. Keterbatasan lahan memberikan dampak bagi perkembangan industri sehingga investasi ini dapat dilakukan dengan pihak asing ataupun pemerintah sehingga dapat dilakukan di luar daerah Kota Tangerang dalam mengembangkan industri yang berpotensial. 3. Sebagai pengatur jalannya perekonomian, pemerintah daerah tetap mengawasi, mengatur dan mengambil segala kebijakan yang berkaitan dengan industri sehingga investasi yang ditanamkan tidak ditarik kembali agar rasa kepercayaan pihak asing tidak berubah kepada industri di dalam daerah.
Kajian yang mempertemukan faktor kelemahan dari perkembangan industri dengan faktor hambatan/ancaman dari luar daerah. Hal ini akan memperlihatkan bagaimana kontrol dari pemerintah sehingga tidak berdampak buruk bagi kerusakan di dalam daerah. Dalam pengembangannya yaitu : 1. Pembenahan kepada industri-industri yang kurang berkembang menjadi prioritas utama bagi pemerintah daerah sehingga mereka dapat lebih berkembang lagi. 2. Pembinaan juga dilakukan kepada industri yang lebih maju agar mereka dapat mengembangkan kegiatan di luar daerah sehingga menjadi pendapatan bagi daerah dan perusahaan tersebut. 3. Pelatihan-pelatihan kepada SDM dapat dilakukan untuk menambah nilai manfaat dan kemampuan dari tenaga kerja sehingga mereka pun dapat lebih memajukan daerahnya dengan keahliannya. 4. Pengendali perizinan pendirian industri yang dilakukan oleh pemerintah daerah sehingga tidak dapat merusak kegiatan ekonomi di masyarakat. Dan justru diharapkan sebaliknya industri yang berdiri menjadi lahan pembukaan lapangan pekerjaan.
49 46
E. Operasional Variabel Penelitian Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai definisi dari masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Penjelasan variabel yang terlibat adalah sebagai berikut : 1. Pertumbuhan ekonomi Pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan produksi barang dan jasa dalam suatu Negara atau daerah. Indikator pengukuran pertumbuhan ekonomi yaitu dengan melihat perkembangan nilai dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). 2. Pertumbuhan sektor ekonomi Pertumbuhan sektor ekonomi adalah pertumbuhan nilai barang dan jasa dari setiap sektor ekonomi yang dihitung dengan angka PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 (ADHK) yang dinyatakan dalam jutaan rupiah. PDRB (ADHK) merupakan nilai produksi barang dan jasa akhir dalam suatu kurun waktu tertentu orang-orang dan perusahaan. Dinamakan bruto karena memasukkan komponen penyusutan. Disebut domestik karena menyangkut batas wilayah. Disebut konstan karena harga yang digunakan mengacu pada tahun tertentu (tahun dasar = 2000). 3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Pengertian PDRB menurut Badan Pusat Statistik (BPS), bila dipandang dari sudut produksi, PDRB merupakan jumlah nilai produksi neto barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi dalam satu region atau wilayah selama jangka waktu tertentu yaitu satu tahun.
42
50
Unit-unit produksi tersebut dalam penyajian ini dikelompokkan menjadi 9 (sembilan) kelompok lapangan usaha (sektor). Dalam penyajian ini PDRB dihitung berdasarkan harga tetap (harga konstan), yaitu pada harga-harga barang yang berlaku di tahun dasar yang dipilih, yakni tahun dasar 2005. Perhitungan berdasarkan harga konstan ini dilakukan karena sudah dibersihkan dari unsur inflasi. 4. Pengembangan Sektor Ekonomi Potensial Menurut Schumpeter dan Hicks dalam Jhingan (2010:4), Perkembangan ekonomi merupakan perubahan spontan dan terputusputus dalam keadaan stasioner yang senantiasa mengubah dan mengganti situasi keseimbangan yang ada sebelumnya. Berdasarkan pengertian di atas yang dimaksud dengan pengembangan sektor potensial dalam penelitian ini adalah upaya untuk mengubah/menaikkan keadaan yang ada (mengganti keseimbangan yang telah ada) pada sub sektor industri pengolahan non migas potensial (unggul, mampu, dan strategis) guna meningkatkan PDRB sektor industri pengolahan Kota Tangerang. 5. Tenaga kerja Menurut Badan Pusat Statistika Indonesia (BPS), tenaga kerja adalah Penduduk usia 15 tahun ke atas yang sedang bekerja, yang memiliki pekerjaan namun sementara tidak bekerja, seseorang yang tidak memiliki pekerjaan dan sedang mencari pekerjaan dikategorikan
51
bekerja. Dalam kaitann penelitian ini tenaga kerja digunakan dalam pengukuran sub sektor yang potensial untuk dikembangkan oleh daerah. 6. Komponen Share (Nj) Komponen Share adalah banyaknya pertambahan lapangan kerja daerah
seandainya
proporsi
perubahannya
sama
dengan
laju
pertambahan provinsi selama jangka waktu tertentu. 7. Komponen Net Shift (P+D)j Komponen Net Shift (P+D)j adalah penyimpangan (deviation) dari komponen Share (Nj) dalam pertumbuhan lapangan kerja daerah. 8. Komponen Proportional Shift (Pj) Komponen Proportional Shift adalah komponen yang digunakan untuk mengukur besarnya Shift Netto yang diakibatkan oleh perubahan PDRB di daerah yang bersangkutan. Komponen ini positif di daerahdaerah yang berspesialisasi dalam sektor-sektor yang secara Provinsi tumbuh cepat dan negatif di daerah-daerah yang berspesialisasi dalam sektor-sektor yang secara Provinsi tumbuh dengan lambat atau bahkan sedang merosot. 9. Komponen Differential Shift (Dj) Komponen Differential Shift adalah Komponen yang digunakan untuk mengukur besarnya Shift Netto yang diakibatkan oleh sektor tertentu yang lebih cepat di daerah yang bersangkutan dari pada tingkat Provinsi.
52
10. Kinerja Industri Pengolahan Non Migas Potensial Kinerja Industri Pengolahan Non Migas Potensial dapat dilakukan dengan mengukur Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Tantangan dari sektor yang potensial. Tabel 3.4 Tabel Opersional Variabel Penelitian Variabel
Indikator pengukuran
Pertumbuhan Ekonomi Sektor Basis dan non basis
PDRB
Sektor Potensial
LQ (Location Quatient)
LQ (Location Quatient)
Shift Share:
Komponen Share (Nj) Komponen net shift (P+D)j Differential Shift (Dj) Proportional Shift (Pj) Kinerja Sub Sektor Industri Pengolahan Non Migas
SWOT (Strenght, Weakness, Opportunity, dan Threath)
Data dan Sumber data BPS
Data tahun Skala 2005-2010
Nominal
Jumlah Tenaga Kerja Sub Sektor Industri Pengolahan Non Migas Kota Tangerang dan Jumlah Tenaga Kerja Sub Sektor Industri Pengolahan Non Migas Provinsi Banten (BPS) Jumlah Tenaga Kerja Sub Sektor Industri Pengolahan Non Migas Kota Tangerang dan Jumlah Tenaga Kerja Sub Sektor Industri Pengolahan Non Migas di Provinsi Banten (BPS) Faktor-faktor yang berada di Internal dan Eksternal Industri dengan melakukan Survei ke Industri terkait
2005-2010
Nominal
2005-2010
Nominal
-
Nominal
53
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Kota Tangerang 1. Keadaan Geografi a. Letak Geografi Kota Tangerang merupakan salah satu Kota yang berada di Provinsi Banten. Secara astronomis Kota Tangerang berada pada garis 06o06’00”-06o13’00” Lintang Selatan dan 106o36’00”-103o42’00” Bujur Timur. Batas-batas Kota Tangerang secara administrasi yaitu berbatasan langsung dengan : Sebelah Utara dan Barat berbatasan dengan Kabupaten Tangerang. Sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kota Tangerang Selatan. b. Keadaan Iklim Keadaan iklim di suatu daerah dapat terlihat dari suhu udara, kecepatan angin, curah hujan yang melanda daerah, serta kelembaban udara di daerah tersebut. Diagram 4.1 Suhu udara, curah hujan dan kelembaban udara Kota Tangerang 2010
Sumber : Badan Meteorologi Kimatologi Geofisika Kota Tangerang 2010 54
c. Jarak Kota Tangerang dengan Kota/Kabupaten lain Keterkaitan Kota Tangerang dengan daerah yang berada di sekitarnya menyebabkan Kota Tangerang tumbuh dan berkembang menjadi daerah yang maju. Hubungan ini dilihat dari bagaimana jarak antara Kota Tangerang dengan Kota/Kabupaten lainnya yang mengelilingi Kota Tangerang. Adapun jarak tersebut adalah sebagai berikut : Tabel 4.1 Jarak Kota Tangerang dengan Kota/Kabupaten lain No Ibu kota Jarak Kota dengan Kota/Kabupaten Kota/Kabupaten (km) 1 Jakarta 25 2 Pandeglang 86 3 Rangkas Bitung 106 4 Tiga Raksa 32 5 Pamulang 28 6 Ciruas 56 7 Serang 65 8 Cilegon 85 9 Bekasi 54 10 Bandung 212 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Tangerang 2010
2. Luas Kota Tangerang Provinsi Banten yang terdiri dari 4 Kotamadya dan 4 Kabupaten, Kota Tangerang merupakan daerah yang terkecil kedua setelah Kota Tangerang Selatan yang merupakan daerah pemekaran dari Kabupaten Tangerang. Adapun luas Kota Tangerang dan Kota/Kabupaten lain disajikan sebagai berkut :
55
Tabel 4.2 Luas Kota/Kabupaten Provinsi Banten No Kota/Kabupaten Luas Daerah (km2) 1 Provinsi Banten 9662.92 2 Kota Serang 266.71 3 Kota Cilegon 175.50 4 Kota Tangerang 153.93 5 Kota Tangerang Selatan 147.19 6 Kabupaten Tangerang 1011.86 7 Kabupaten Serang 1734.28 8 Kabupaten Lebak 3426.56 9 Kabupaten Pandeglang 2746.89 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Tangerang 2010 Kota Tangerang terdiri dari 13 Kecamatan dan 104 Kelurahan yang tersebar di daerah Kota Tangerang. Luas masing-masing kecamatan dapat disajikan di bawah ini : Tabel 4.3 Luas Daerah menurut Kecamatan di Kota Tangerang Tahun 2010 Distribusi terhadap Luas No Nama Kecamatan Luas (km2) Kota Tangerang (%) 1 Ciledug 8.77 4.87 2 Larangan 9.40 4.47 3 Karang Tengah 10.47 5.64 4 Cipondoh 17.91 9.72 5 Pinang 21.59 12.13 6 Tangerang 15.79 8.60 7 Karawaci 13.48 7.28 8 Jatiuwung 14.41 7.93 9 Cibodas 9.61 5.08 10 Periuk 9.54 6.34 11 Batu Ceper 11.58 4.99 12 Neglasari 16.08 8.12 13 Benda 5.92 14.84 Total 164.55 100.00 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Tangerang 2010
Tidak hanya itu, Kota Tangerang juga memiliki danau. Danaudanau yang berada di Kota Tangerang sangat memiliki peranan penting bagi kehidupan masyarakat di Kota Tangerang. Danau-danau tersebut juga 56
menjadi peranan dalam dunia pariwisata di Kota Tangerang. adapun danau-danau tersebut adalah sebagai berikut : a. Danau Bulakan Danau Bulakan ini memiliki luas sebesar 15,00 Ha dan tinggi 2.5 meter. Danau ini digunakan oleh masyarakat Kota Tangerang sebagai pengendalian banjir dan sebagai sarana pariwisata untuk Kota Tangerang. b. Danau Cangkring Danau Cangkring ini memiliki luas sebesar 6,17 Ha dan tinggi sebesar 3 meter. Danau ini digunakan oleh masyarakat Kota Tangerang sebagai pengendalian dan sarana pariwisata sama halnya dengan Danau Bulakan. c. Danau Bojong Danau Bojong memiliki luas sebesar 0,60 Ha dan memiliki tinggi sebesar 2 meter. Danau ini digunakan oleh masyarakat Kota Tangerang sebagai daerah Reservoar. d. Danau Cipondoh Danau Cipondoh memiliki luas sebesar 126,17 Ha dan tinggi sebesar 3 meter. Danau ini merupakan danau yang terluas di Kota Tangerang. Kegunaan dari danau ini sama halnya dengan danau sebelumnya yaitu sebagai pengendalian banjir dan saran pariwisat bagi masyarakat Kota Tangerang.
57
e. Danau Kunciran Danau Kunciran memiliki luas sebesar 0,30 Ha dan tinggi sebesar 2 meter. Danau ini digunakan sebagai danau Reservoar. 3. Demografi Keadaan demografi dilihat dari keadaan jumlah banyak dan sedikitnya penduduk yang berada di daerah khususnya Kota Tangerang. Adapun keadaan penduduk Kota Tangerang disajikan di bawah ini : Diagram 4.2 Jumlah Penduduk menurut Kecamatan di Kota Tangerang Tahun 2010
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Tangerang 2010 4. Pendidikan Pendidikan sangat berperan penting dalam kemajuan sumber daya manusia yang dimiliki daerah agar dapat bersaing dengan daerah lain. Oleh karena itu, pendidikan sangat ditingkatkan baik di tingkat pusat maupun daerah khususnya Kota Tangerang. Pembangunan fasilitas sekolah dan gedung sekolah merupakan suatu usaha agar penyelenggaraan pendidikan dapat berjalan dengan baik. Adapun pemaparan tersebut dapat disajikan dalam bentuk tabel di bawah ini :
58
Diagram 4.3 Jumlah Sekolah, Murid dan Ruang Kelas Kota Tangerang Tahun 2010
Sumber : Dinas Pendidikan Kota Tangerang 2010 5. Kesehatan Tingkat kesehatan suatu daerah dapat terlihat dari fasilitas-fasilitas kesehatan yang berada di daerah khususnya Kota Tangerang. Fasilitas kesehatan yang telah dibangun berupa Rumah Sakit, Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) serta Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu). Fasilitas-fasilitas ini digunakan untuk melayani dan memenuhi segala kebutuhan masyarakat akan kesehatan. Adapun fasilitas kesehatan dapat disajikan dalam tabel di bawah ini : Diagram 4.4 Jumlah Fasilitas Kesehatan Menurut Kecamatan di Kota Tangerang Tahun 2010
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Tangerang 2010
59
6. Pemerintahan Kegiatan pemerintahan di daerah secara administrasi terdiri dari beberapa kecamatan dan kelurahan serta tingkatan yang lebih rendah yaitu rukun warga dan tetangga. Adapun tabel di bawah akan menjelaskan pemerintahan Kota Tangerang secara administrasi : Diagram 4.5 Banyaknya Kelurahan, Rukun Warga dan Rukun Tetangga di Kota Tangerang Tahun 2010
Sumber : Pemerintah Kota Tangerang Tahun 2010 Kegiatan pemerintahan juga didukung dengan adanya pegawai yang berada di dalamnya sehingga kegiatan-kegiatan pelayanan serta pembangunan di masyarakat dapat terlaksana dengan baik. Tabel 4.4 Jumlah PNS di Lingkungan Pemerintahan Kota Tangerang menurut Jenis Kelamin per Kelompok Instansi Tahun 2010 Jumlah Kelompok Instansi Laki-laki Perempuan Total Instansi Sekretariat Daerah 1 141 56 197 Sekretariat DPRD 1 36 12 48 Sekretariat Korpri 1 3 4 7 Sekretariat KPU 1 14 2 16 Inspektorat 1 34 15 49 SatPol PP 1 180 8 188 Badan 5 155 125 280 Kantor 4 39 39 78 Dinas 15 2769 5403 8172 Kecamatan/Kelurahan 13/104 697 241 938 Total 147 4067 5035 9973 Sumber : Badan Kepegawaian dan Diklat Kota Tangerang Tahun 2010 60
7. Perekonomian Daerah Potensi yang berada di daerah pun sangat beragam adanya. Potensi tersebut
memberikan
dampak
terhadap
kemajuan
suatu
daerah.
Perekonomian Kota Tangerang merupakan perekonomian yang maju pesat dengan tingkat sektor industri pengolahan khususnya pada sub sektor industri pengolahan non migas. Sub sektor ini yang terdiri dari Sembilan sub penopang dari sektor industri di Kota Tangerang. Sub sektor yang ada sangat berpengaruh kepada penyerapan tenaga kerja yang bekerja. Tenaga kerja sangat menentukan dalam suatu proses produksi yang dijalankan suatu industri. Sumbangan tenaga kerja pada masing-masing sub sektor industri pengolahan non migas dapat ditunjukkan pada tabel di bawah ini : Table 4.5 Perolehan Tenaga Kerja dalam Sub Sektor Industri Pengolahan Non Migas Tahun 2005-2010 No Jenis Sub Sektor Industri Makanan, Minuman dan 1 Tembakau Tekstil, Barang Kulit 2 dan Tembakau Barang Kayu dan Hasil 3 Hutan Lainnya Kertas dan Barang 4 Cetakan Pupuk, Kimia, dan 5 Barang dari Karet Semen dan Barang 6 Galian non Logam Logam Dasar, Besi, dan 7 Baja Alat Angkutan, Mesin 8 dan Peralatan 9 Barang Lainnya. JUMLAH
2005
2006
2007
2008
2009
2010
11337
14673
12958
13310
14294
12693
70083
82747
72566
73405
78066
53997
10232
9590
9661
9067
8160
9232
8215
6701
6306
6405
5950
6121
42233
25188
22298
22624
34681
56704
6414
5773
5220
5498
5423
4552
9657
11989
10762
11012
12478
11414
27995
34132
30855
31426
23649
24631
49
552
506
519
296
95
186215 191345 171132 173266 182997 179439
Keterangan : *) Data Sementara Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Tangerang (diolah kembali) 61
Tabel di atas menunjukkan bagaimana perolehan PDRB Kota Tangerang dengan melihat unsur penyerapan tenaga kerja dalam sub sektor industri pengolahan non migas di Kota Tangerang. Tenaga kerja yang terjun dalam dunia industri di Kota Tangerang mengalami fluktuasi dari tahun 2005 hingga 2010. Dapat dilihat pada tahun 2005 tenaga kerja yang masuk dalam dunia industri sebanyak 186215 tenaga kerja, dengan masing-masing tenaga kerja banyak yang memasuki industri tekstil, barang kulit dan tembakau sebanyak 70083 tenaga kerja dan paling kecil dalam industri barang lainnya sebanyak 49 tenaga kerja. Pada tahun selanjutnya 2006, mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Tenaga kerja yang memasuki industri pengolahan pada tahun 2006 sebanyak 191345 tenaga kerja. Dan pada tahun 2007 mengalami penurunan dalam penyerapan tenaga kerja di Kota Tangerang sebanyak 171132 tenaga kerja. Tahun 2008, meningkat menjadi 173266, dan mengalami peningkatan kembali pada tahun 2009 menjadi 182997. Kemudian pada tahun 2010 mengalami penurunan dalam penyerapan tenaga kerja di industri, penurunan terjadi menjadi 179439. Hal ini menunjukkan bahwa sub sektor industri pengolahan non migas di Kota Tangerang, sangat kuat dalam menghadapi perekonomian yang terjadi baik di daerahnya maupun berada di luar sana baik pusat maupun luar negeri. Penurunan yang terjadi selama tahun 2006-2007 kemudian penyerapan tenaga kerja kembali membaik dengan meningkat selama 2 tahun selanjutnya yaitu 2007-2008 dan 2008-2009. Di tahun
62
2009-2010 mengalami penurunan kembali yang diakibatkan krisis global Negara maju. Dengan demikian kesejahteraan tenaga kerja pun semakin baik di Kota Tangerang setelah melewati masa-masa yang fluktuasi.
B. Analisis dan Pembahasan 1. Analisis Potensi Sub Sektor Industri Pengolahan Non Migas, dan Pengembangan Sub Sektor Potensial Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk mengetahui dan menganalisis potensi sub sektor industri pengolahan Kota Tangerang. Sebelumnya potensi ekonomi Kota Tangerang berada pada 3 sektor yang merupakan basis diantaranya sektor industri pengolahan yaitu non migas. Kemudian penulis bermaksud untuk mengidentifikasi potensi dari sub sektor industri pengolahan non migas Kota Tangerang sehingga hasil yang akan diperoleh yaitu sub sektor mana yang merupakan unggulan dan potensial untuk dapat dikembangkan oleh pemerintah daerah khususnya Kota Tangerang. Selanjutnya penulis ingin menganalisis bagaimana kekuatan, kelemahan, peluang, dan tantangan dari sub sektor yang merupakan basis di Kota Tangerang. Sehingga sub sektor dapat membuat strategi yang tepat bagi industri yang bersangkutan dalam pengembangan usaha bahkan pendapatan dari industri. Untuk mengetahui potensi sub-sub sektor industri pengolahan non migas yang mendukung PDRB sektor industri pengolahan Kota Tangerang digunakan analisis Location Quotient (LQ) dengan Pendekatan Jumlah 63
Tenaga Kerja yang berada dalam Sub Sektor Industri Pengolahan. Analisis ini digunakan untuk mengetahui sub sektor mana yang merupakan basis dan non basis. Kemudian untuk menunjang dari analisis LQ ini, digunakan analisis Shift Share yaitu mengetahui Komponen Shift, Differensial Shift dan Proportional Shift di Kota Tangerang berdasarkan perkembangan PDRB yang berasal dari jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan sub sektor industri itu. Selanjutnya dari sub sektor yang unggulan itu dianalisis pengembangan sub sektor tersebut sehingga memberikan strategi yang tepat bagi para perusahaan sehingga mereka dapat lebih meningkatkan hasil
produksinya.
Analisis
ini
menggunakan
SWOT
(kekuatan,
kelemahan, peluang, dan tantangan). a. Analisis Potensi Sub Sektor Industri Analisis LQ ini digunakan untuk mengetahui sub sektor industri pengolahan non migas mana yang merupakan kegiatan basis dan kegiatan non basis di Kota Tangerang. Kriteria dari analisis ini bila hasil LQ > 1 maka kegiatan sub sektor industri dikatakan sub sektor yang basis, sedangkan bila LQ < 1 maka kegiatan sub sektor industri dikatakan sub sektor yang non basis. Hasil perhitungan LQ dapat dilihat di bawah ini yaitu selama 6 tahun terakhir dari tahun 2005-2010 sebagai berikut :
64
Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Indeks Location Quotient di Kota Tangerang Tahun 2005-2010 Lapangan Usaha Makanan, Minuman dan Tembakau Tekstil, Barang Kulit dan Tembakau Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya Kertas dan Barang Cetakan Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet Semen dan Barang Galian non Logam Logam Dasar, Besi, dan Baja Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan Barang Lainnya.
Ratarata
2005
2006
2007
2008
2009
2010
1.061
1.019
1.194 1.145
1.194
1.088 1.117*
0.896
1.114
0.980 1.003
1.042
0.729 0.961
0.721
0.543
0.759 0.770
0.662
0.735 0.698
1.047
0.573
0.854 0.876
0.658
0.699 0.784
1.353
0.902
0.824 0.837
1.127
1.919 1.160*
0.624
0.542
0.509 0.524
0.546
0.461 0.534
0.675
0.764
0.898 0.805
0.883
0.831 0.809
1.441
1.808
1.854 1.749
1.205
1.293 1.558*
0.911
3.866
2.613 2.421
1.063
0.445 1.886*
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Tangerang (diolah kembali) Keterangan : *) sektor basis Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diidentifikasikan bahwa sub sektor mana yang merupakan sub sektor basis dan non basis. Kota Tangerang memiliki 4 sub sektor industri pengolahan non migas yang merupakan basis, yaitu sub sektor industri barang lainnya merupakan sub sektor basis peringkat pertama dengan rata-rata LQ sebesar 1.886 Sub sektor industri yang basis kedua merupaka sub sektor industri alat angkutan, mesin dan peralatan dengan rata-rata LQ sebesar 1.558. Sub sektor yang ketiga merupakan sub sektor industri pupuk, kimia dan barang dari karet dengan rata-rata LQ sebesar 1.160. Dan sub sektor industri yang basis keempat merupakan sub sektor makanan, minuman dan tembakau dengan rata-rata LQ sebesara 1.117. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat sub sektor industri pengolahan non migas yang merupakan sub yang basis. Sub sektor ini
65
memiliki
kekuatan
ekonomi
dan
dapat
berpengaruh
kepada
peningkatan pertumbuhan ekonomi Kota Tangerang. Kemudian sub sektor basis ini sudah mampu memenuhi kebutuhan dari masyarakat Kota Tangerang dan dapat diekspor lintas daerah dengan produk yang dihasilkan. Dengan demikian sub sektor ini menjadi unggulan dan berpotensi
untuk
lebih
dikembangkan
oleh
pemerintah
Kota
Tangerang. Berdasarkan tabel di atas pula, bahwa terdapat 5 sub sektor industri pengolahan non migas yang non basis. Di antaranya sub sektor industri tekstil, barang kulit, dan tembakau dengan rata-rata LQ sebesar 0.961. Sub sektor kedua yang merupakan non basis dengan rata-rata LQ sebesar 0.809 yaitu industri logam dasar, besi dan baja. Rata-rata LQ ketiga yaitu sub sektor industri kertas dan barang cetakan sebesar 0.784. Sub sektor non basis keempat yaitu sub sektor industri barang kayu dan hasil hutan lainnya dengan rata-rata LQ sebesar 0.698 dan terakhir sub sektor industri semen dan barang galian non logam dengan rata-rata LQ sebesar 0.534. Hal ini menunjukkan bahwa 5 sub sektor ini merupakan sub sektor yang merupakan non basis. Yang mana sub sektor ini tidak dapat melakukan kegiatan ekspor lintas daerah karena sub sektor ini merupakan sub sektor yang hanya memenuhi kebutuhan masyarakat Kota Tangerang. Produk yang dihasilkan dapat dinikmati oleh masyarakat Kota Tangerang. Oleh karena itu, sub-sub sektor industri pengolahan non migas ini merupakan sub sektor yang potensial untuk 66
dapat dikembangkan lebih lagi oleh pemerintah daerah Kota Tangerang sehingga dapat lebih baik dan dapat melakukan kegiatan ekspor lintas daerah serta akhirnya dapat memberikan sumbangan kepada PDRB Kota Tangerang ke depannya. b. Analisis Shift Share Analisis Shift Share digunakan untuk mengetahui kinerja dan produktifitas suatu daerah sehingga dapat melihat pertumbuhan ekonomi daerah tersebut apakah mengalami pergeseran struktur sektor/sub sektor ekonomi dalam kaitannya ini membandingkan dengan daerah yang lebih tinggi. Dalam hal ini adalah Kota Tangerang dengan Provinsi Banten. Analisis Shift Share dapat diaplikasikan dengan membandingkan tenaga kerja dan pendapatan dari daerah di tingkat yang lebih rendah dengan daerah yang lebih tinggi. Dalam penelitian yang dilakukan ini menggunakan pendekatan tenaga kerja untuk melihat pertumbuhan ekonomi Kota Tangerang. Pertumbuhan Tenaga Kerja Total (G) dapat diuraikan menjadi 3 bagian yaitu : 1) Komponen National Share adalah banyaknya pertambahan tenaga kerja
seandainya
proporsi
perubahan
sama
dengan
laju
pertambahan tenaga kerja tingkat Provinsi selama periode studi. 2) Komponen Proportional Shift adalah mengukur besarnya shift regional netto yang diakibatkan oleh komposisi tenaga kerja pada sub sektor industri di Kota Tangerang yang bersangkutan berubah. Bila Pj > 0, maka Kota Tangerang akan berspesialisasi pada sub
67
sektor di tingkat Provinsi tumbuh lebih cepat. Sebaliknya bila Pj < 0, maka Kota Tangerang akan berspesialisasi pada sub sektor yang ditingkat Provinsi tumbuh lebih lambat. 3) Komponen Differential Shift adalah mengukur besarnya shift regional netto yang diakibatkan oleh tenaga kerja pada sub sektorsektor industri tertentu lebih cepat atau lebih cepat di Kota Tangerang dari pada tingkat Provinsi Banten yang disebabkan oleh faktor-faktor lokasional intern. Bila Dj > 0, maka pertumbuhan tenaga kerja sub sektor industri di Kota Tangerang lebih cepat dari pertumbuhan tenaga kerja sub sektor industri yang sama di Provinsi Banten. Dan bila Dj < 0, maka pertumbuhan tenaga kerja sub sektor industri di Kota Tangerang relatif lebih lambat dari pertumbuhan tenaga kerja sub sektor yang sama di Provinsi Banten. Tabel 4.7 Komponen Shift Share Kota Tangerang Tahun 2005-2010 2005 - 2006
Tahun
Gj 5130
Nj 13658.34346
Gj - Nj -8528.343464
2006 - 2007
-20213
-7271.395569
-12941.60443
2007 - 2008
2134
-666.8971273
2800.897127
2008 - 2009
9731
- 3728.917496
13459.9175
2009 - 2010
-3558
444.2565521
-4002.256552
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Tangerang (diolah kembali) Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa komponen pertumbuhan total tenaga kerja pada tahun 2005-2006 Kota Tangerang adalah 5130 padahal pertumbuhan total tenaga kerja tahun yang sama Provinsi Banten adalah 13658.34346 sehingga terjadi penyimpangan 68
negatif sebesar -8528.343464 dan ini menunjukkan pertumbuhan tenaga kerja di Kota Tangerang lebih lambat bila dibandingkan dengan pertumbuhan tenaga kerja di Provinsi Banten. Selanjutnya
untuk
tahun
kedua
menunjukkan
bahwa
pertumbuhan total tenaga kerja pada tahun 2006-2007 Kota Tangerang mengalami penurunan menjadi -20213. Sedangkan pertumbuhan total tenaga kerja tahun yang sama di Provinsi Banten mengalami penurunan menjadi -7271.395569 sehingga menandakan terjadi penyimpangan negatif sebesar -12941.60443 dan ini menunjukkan bahwa pertumbuhan tenaga kerja di Kota Tangerang lebih lambat dibandingkan dengan pertumbuhan tenaga kerja di Provinsi Banten. Kemudian pada tahun 2007-2008 dan 2008-2009, pertumbuhan total tenaga kerja di Kota Tangerang mengalami peningkatan menjadi 2134 dan 9731, sedangkan pertumbuhan total tenaga kerja berfluktuasi yaitu sebesar -666.8971273 dan -3728.917496. Dengan hasil tersebut menunjukkan bahwa terjadi penyimpangan yang positif sebesar 2800.897127 dan 13459.9175 sehingga hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan tenaga kerja Kota Tangerang lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan tenaga kerja Provinsi Banten. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui sub sektor mana yang menjadi unggulan dan potensial bagi daerah sehingga dapat memicu perkembangan dari pertumbuhan ekonomi Kota Tangerang. Untuk mengetahui sub sektor yang menjadi spesialisasi daerah untuk
69
memacu pertumbuhan ekonomi, dalam kaitan ini digunakan komponen Proportional Shift dan komponen Differential Shift. Untuk itu analisis selanjutnya dimaksudkan untuk mengetahui pertumbuhan sub sektor yang cepat atau lambat, dan sub sektor mana yang memiliki daya saing tinggi atau rendah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di bawah ini : Tabel 4.8 Komponen Proportional Shift Kota Tangerang Tahun 2005-2010 Sub Sektor Industri Makanan, Minuman dan Tembakau Tekstil, Barang Kulit dan Tembakau Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya Kertas dan Barang Cetakan Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet Semen dan Barang Galian non Logam Logam Dasar, Besi, dan Baja Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan Barang Lainnya. Jumlah
2005 2006
2006 2007
2007 2008
2008 2009
2009 2010
Rata-rata
3783.232
-2223.019
756.532
-325.924
-95.568
379.051
-5672.949
9090.806
-1730.058
-2190.661
611.994
21.826
2317.629
-1797.051
-831.924
-79.732
327.152
-12.785
3973.583
-1894.471
-141.049
1066.864
-69.898
587.006
-5851.392
2020.400
-298.659
1726.648
-733.230
-627.247
50.766
432.003
55.815
-560.703
73.098
10.196
693.001
-1683.163
1368.765
-230.040
-110.411
7.631
-1621.179
-484.185
2046.353
1047.506
-231.521
151.395
83.237
274.282
47.052
116.876
-64.763
91.337
-2244.073
3735.601
1272.827
570.834
-293.146
608.408
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Tangerang (diolah kembali) Berdasarkan
tabel
komponen
Proportional
Shift
Kota
Tangerang selama tahun 2005-2010 terdapat nilai yang postitif dan negatif, di mana semua sub sektor industri pengolahan non migas masing-masing dapat berspesialisasi dengan pertumbuhan ada yang lambat dan cepat. Hasil Proportional ini menunjukkan bahwa 2 sub sektor industri pengolahan non migas yang memiliki pertumbuhan 70
lambat dibandingkan dengan Provinsi Banten yaitu industri pupuk, kimia dan barang dari karet dengan nilai rata-rata Pj sebesar -627.247, industri barang kayu dan hasil hutan lainnya dengan nilai rata-rata Pj sebesar -12.785. Sedangkan 7 sub sektor lainnya memiliki spesialisasi di daerah dan memiliki pertumbuhan yang cepat bila dibandingkan dengan sub sektor yang sama di tingkat Provinsi Banten. Sub sektor industri tersebut adalah sub sektor industri makanan, minuman, dan tembakau; industri tekstil, barang kulit dan tembakau; industri logam dasar, besi dan baja; industri kertas dan barang cetakan; industri alat angkutan, mesin dan peralatan, industri semen dan barang galian non logam serta industri barang lainnya. Di mana ketujuh sektor ini memiliki nilai ratarata Pj > 0 dan positif. Tabel 4.9 Komponen Differential Shift Kota Tangerang Tahun 2005-2010 Sub Sektor Industri 2005 - 2006 Makanan, Minuman -1278.769 dan Tembakau Tekstil, Barang Kulit 13196.560 dan Tembakau Barang Kayu dan -3710.118 Hasil Hutan Lainnya Kertas dan Barang -6090.130 Cetakan Pupuk, Kimia, dan -14291.279 Barang dari Karet Semen dan Barang -1162.215 Galian non Logam Logam Dasar, Besi, 930.686 dan Baja Alat Angkutan, 5704.825 Mesin dan Peralatan Barang Lainnya. 416.169 Jumlah -6284.270
2006 - 2007 2007 - 2008
2008 2009
2009 - 2010
Rata-rata
1065.615
-354.035
1596.373
-1540.133
-102.190
-16127.296
2851.846
8431.436
-24870.513
-3303.594
2232.486
275.573
-632.134
725.038
-221.831
1754.119
264.623
-1384.020
226.453
-1045.791
-3953.219
711.554
10817.251
22672.036
3191.269
-765.620
242.528
604.027
-957.263
-407.709
911.763
-1076.826
1933.033
-983.882
342.955
-1495.748
-1355.111
-8148.176
1156.109
-827.620
-299.305 -16677.205
-32.080 1528.070
-328.706 12889.084
-136.956 -3709.111
-76.176 -2450.686
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Tangerang (diolah kembali) 71
Berdasarkan tabel komponen Differensial Shift Kota Tangerang Tahun 2005-2010 terdapat nilai yang positif dan negatif. Di mana bila nilainya negatif maka menunjukkan sub sektor tersebut memiliki daya saing yang rendah sedangkan bila nilainya positif memiliki daya saing yang tinggi. Dan memiliki pertumbuhan yang lambat dan cepat. Hasil menunjukkan bahwa 7 sub sektor yang memiliki pertumbuhan lambat dan daya saing yang rendah bila dibandingkan dengan sub sektor pada tingkat Provinsi Banten. Sub sektor itu adalah sub sektor industri makanan, minuman, dan tembakau; industri tekstil, barang kulit dan tembakau; industri barang kayu dan hasil hutan lainnya; industri kertas dan barang cetakan; industri semen dan barang galian non logam; industri alat angkutan, mesin dan peralatan; serta industri barang lainnya. Tujuh sub sektor ini memiliki nilai negatif dan nilainya tidak lebih besar dari 1. Sedangkan terdapat 2 sub sektor yang memiliki pertumbuhan yang cepat dan daya saing yang tinggi bila dibandingkan dengan sub sektor yang sama pada tingkat Provinsi Banten. Sub sektor industri itu adalah industri pupuk,kimia dan barang dari kimia; dan industri logam dasar, besi dan baja. Nilai rata-rata dari Dj kedua sub sektor industri pengolahan non migas ini memiliki nilai yang lebih besar dari nol dan bertanda positif.
72
Tabel 4.10 Hasil Perhitungan Shift Share Kota Tangerang Tahun 2005-2010 Lapangan Usaha Makanan, Minuman dan Tembakau Tekstil, Barang Kulit dan Tembakau Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya Kertas dan Barang Cetakan Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet Semen dan Barang Galian non Logam Logam Dasar, Besi, dan Baja Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan Barang Lainnya. Jumlah
2005 2006
2006 2007
2007 2008
2008 2009
2009 2010
Ratarata
3336
-1715
352
984
-1601
271.2
12664
-10181
839
4661
-24069
-3217.2
-1514
-395
99
-455
171
-418.8
-17045
-2890
326
12057
22023
2894.2
-641
-553
278
-75
-871
-372.4
-642
71
-594
-907
1072
-200
2332
-1227
250
1466
-1064
351.4
6137
-3277
571
-7777
982
-672.8
503
-46
13
-223
-201
9.2
5130
-20213
2134
9731
-3558
-1355.2
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Tangerang (diolah kembali) Berdasarkan
tabel
di
atas
menerangkan
bahwa
hasil
perhitungan Shift Share Kota Tangerang Tahun 2005-2010, hasil menunjukkan bahwa ada beberapa sub sektor industri pengolahan non migas yang memiliki rata-rata negatif dan beberapa yang lain dengan rata-rata positif. Perhitungan sub sektor industri pengolahan non migas yang memiliki rata-rata negatif adalah industri barang kayu dan hasil hutan lainnya; industri tekstil, barang kulit dan tembakau; industri pupuk, kimia dan barang dari karet; industri semen dan barang galian non logam serta industri alat angkutan, mesin dan peralatan. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan dari sub sektor di atas rendah. Sedangkan sub sektor yang memiliki nilai rata-rata postitif adalah sub sektor industri makanan,minuman, dan tembakau; industri kertas dan barang cetakan; industri logam dasar, besi dan baja; serta 73
industri barang lainnya. Ini menunjukkan bahwa pertumbuhan dari sub sektor diatas adalah pertumbuhan tinggi. c. Pengembangan Sub Sektor Industri Pengolahan Setelah melakukan analisis dengan menggunakan metode analisis LQ, dan Shift Share, maka dapat diketahui potensi masingmasing sub sektor industri pengolahan non migas di Kota Tangerang. Setelah adanya hasil di atas, sehingga dapat diberikan masukan bagi industri-industri di Kota Tangerang yang unggulan ini dapat lebih mengembangkan usaha dan produksinya sedangkan industri yang potensial dapat dibantu oleh pemerintah serta industri yang masih kurang berkembang semoga menjadi perhatian dari pemerintah Kota Tangerang agar ke depannya nanti dapat bersaing lagi. Dan akhirnya nanti akan dirasakan pembangunan yang merata di semua lini sub sektor industri pengolahan di Kota Tangerang. Dalam penelitian ini, sub sektor yang memiliki keunggulan dibandingkan dengan sub sektor industri pengolahan non migas terdapat 4 sub sektor yang unggul. Keempat sub sektor industri pengolahan migas ini sangat maju dan berkembang dibanding yang lain. Perbedaan penyerapan tenaga kerja yang dilakukan industriindustri tersebut tidak terlalu jauh. Dalam kaitan ini pengembangan sub sektor industri pengolahan non migas di Kota Tangerang dapat dikembangkan melalui keempat sub sektor industri pengolahan ini dikarenakan :
74
1) Industri barang lainnya : industri ini merupakan industri yang menduduki urutan pertama untuk industri basis di Kota Tangerang. Tenaga kerja yang dipekerja lebih kecil dibandingkan dengan industri yang lain yang merupakan industri pengolahan non migas basis di Kota Tangerang. 2) Industri alat angkutan, mesin dan peralatan : industri ini merupakan industri yang menduduki urutan ketiga dari empat industri yang unggul dan dominan di Kota Tangerang. Sehingga menjadi industri yang basis di Kota Tangerang dengan tenaga kerja yang dipekerjakan paling banyak di antara lain.. 3) Industri pupuk, kimia dan barang dari karet : industri ini merupakan industri yang menduduki urutan ketiga industri basis di Kota Tangerang. Di mana jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan banyak sehingga mampu memproduksi lebih untuk daerahnya. 4) Industri makanan, minuman, dan tembakau : industri ini merupakan industri yang menduduki urutan terakhir untuk industri basis di Kota Tangerang. Tenaga kerja juga banyak yang memasuki industri meskipun di bawah industri alat angkutan dan kertas. Selanjutnya kegiatan perindustrian pengolahan non migas di Kota Tangerang sangat didominasi dengan kegiatan industri dengan skala menengah dan besar. Badan Pusat Statistik Kota Tangerang mengidentifikasikan industri pengolahan non migas ke dalam 4 golongan, yaitu :
75
Tabel 4.11 Klasifikasi Industri Pengolahan Non Migas Kota Tangerang Jenis Industri Pengolahan Non Migas 1 Industri Besar 2 Industri Sedang / Menengah 3 Industri Kecil 4 Industri Mikro Sumber : Badan Pusat Statistika Kota Tangerang No
Jumlah Tenaga Kerja >100 orang 20-99 orang 5-19 orang 1-4 orang
Kegiatan industri di Kota Tangerang sangat didominasi dengan kegiatan industri yang berskala menengah sampai besar sehingga majunya Kota Tangerang akibat dari tumbuhnya industri-industri tersebut dalam skala yang cukup kemudian mereka bersaing dengan masing-masing industri yang lain. Hal ini menyebabkan kegiatan industri kecil dan mikro pun tidak dapat bersaing dengan mereka. Dalam kaitan penelitian ini ingin mengembangkan kegiatan yang berskala menengah dan besar ini agar mampu bersaing dengan industri-industri yang berada di luar daerah. Sehingga akhirnya kegiatan industri semakin maju dan berkembang dengan tidak melupakan bagaimana keadaan industri dengan skala kecil dan mikro yang memerlukan suplai/masukan dari industri yang menengah dan besar ini. d. Potensi pengembangan sub sektor industri pengolahan dengan pendekatan SWOT Dalam penelitian ini, guna memberikan gambaran yang lebih rinci, detail dan mendalam, dengan menggunakan pendekatan SWOT peneliti ingin menganalisis Keunggulan (S), Kelemahan (W), Peluang
76
(O) dan Hambatan/Tantangan (T) dari sub sektor industri pengolahan di Kota Tangerang. Adapun peneliti memberikan batasan dalam penelitian ini adalah dengan menganalisis SWOT dari sub sektor industri pengolahan non migas Kota Tangerang yang merupakan kegiatan basis di Kota Tangerang. Industri pengolahan yang merupakan basis terdiri dari 4 macam industri pengolahan. Selanjutnya dalam analisis SWOT diperoleh berupa klasifikasi berdasarkan SWOT tadi, kemudian hasil tersebut dianalisis dan diidentifikasi dalam kombinasi strategi antar S-O dan W-T sehingga kombinasi antara S-O dan W-T akan memperoleh kombinasi strategi yaitu S-O, S-W, W-T dan W-O. Kemudian dilanjutkan analisis untuk mengetahui di mana kuadran dari industri yang berada di Kota Tangerang. Analisis kuadran ini dapat diperoleh dengan melihat IFAS dan EFAS dari sub sektor industri yang diteliti. Dalam strategi kuadran IFAS-EFAS, S-O ini merupakan faktorfaktor yang berasal dari dalam industri yang menunjang kegiatan produksi dalam kurun waktu tertentu. Sedangkan W-T merupakan faktor-faktor yang berasal dari luar yang menghambat kegiatan produksi sehingga akan berpengaruh pada jalannya industri. Analisis ini diperoleh dengan komponen SWOT dilakukan bobot dan skor kemudian dijumlah lalu dikalikan maka akan diperoleh jumlah dari komponen SWOT. Selanjutnya jumlah tadi dilakukan pengurangan antar komponen S dengan O dan komponen W dan T. Pada akhirnya
77
akan diperoleh angka yang dapat melihat pada kuadran berapa industri yang diteliti. Tabel 4.12 Analisis SWOT Industri Barang Lainnya Industri Pengolahan Non Migas Industri daur ulang plastik dan sampah 1. Harga yang terjangkau bagi konsumen Strenght 2. Memiliki keunggulan produk berupa kualitas yang baik, motif produk dan tahan lama. 3. Ketersediaan SDM dalam mengerjakan produk. 4. Memiliki pangsa pasar sendiri untuk produk daur ulang. 5. Modal untuk produksi barang daur ulang terjangkau. 6. Ketersediaan bahan baku berupa sampah dan plastik. Weakness 1. Kurang memadainya gerai-gerai untuk memasang hasil produk daur ulang di Kota Tangerang, 2. Bila dibandingkan dengan merek terkenal, produk daur ulang jauh berbeda. 1. Adanya dukungan pemerintah daerah untuk meningkatkan Opportunity kegiatan produksi produk dari daur ulang sampah dan plastik. 2. Produksi daur ulang ini memberikan kesempatan untuk meningkatkan potensi ekonomi masyarakat 3. Produksi daur ulang dapat mengurangi sampah di Kota. 4. Produksi daur ulang mengajak masyarakat peduli dengan lingkungan. 5. Adanya ketertarikan luar negeri dan daerah untuk memproduksi barang daur ulang. 1. Persaingan yang berasal dari produk-produk sejenis yang Threaths bermerek jika produk yang dihasilkan tidak memiliki kualitas. 2. Kompetitor yang berasal dari luar daerah yang menghasilkan produk sejenis. Sumber : Hasil Wawancara SWOT
Tabel 4.13 Analisis SWOT Industri Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan Industri Pengolahan Non Migas SWOT Industri peralatan kantor Strenght 1. Produk yang inovatif dihasilkan dari perusahaan. 2. Harga yang terjangkau bagi konsumen 3. Produk yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik dan tahan lama. 4. Ketersediaan SDM dalam mengerjakan produk. 5. Terjalinnya hubungan baik dengan para konsumen sehingga kegiatan pemasaran produk pun dapat dilakukan. 1. Manajemen perusahaan yang tidak berjalan dengan sehat. Weakness 2. Pendidikan SDM yang kurang memadai. 78
3. Proses perekrutan SDM masih bersifat kekeluargaan. 4. Belum adanya dukungan dari pemerintah karena adanya kekurangan dari internal industri. 5. Gaji tidak berdasarkan UMR tetapi berdasarkan lama kerja dan tingkat kesulitan pekerjaan dan loyalitas. Serta upah masih bersifat borongan. Opportunity 1. Pengelolaan yang baik dan transparan memberikan perubahan bagi perkembangan industri. 2. Pengelolaan limbah yang sudah baik. 3. Pemanfaatan limbah kembali oleh perusahaan sehingga tidak mencemari lingkungan masyarakat. Threaths 1. Persaingan yang berasal dari perusahaan yang sejenis. 2. Kenaikan harga bahan produksi sehingga akan menaikkan harga jual produk. 3. Industri akan tidak berjalan dengan baik bila masih melakukan proses yang tidak sehat. Sumber : Hasil Wawancara Tabel 4.14 Analisis SWOT Industri Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet Industri Pengolahan Non Migas SWOT Industri peralatan kantor 1. Produk memiliki karakteristik, inovasi dan kualitas yang Strenght berbeda dengan produk lain. 2. Ketersediaan bahan baku dan teknologi. 3. Hubungan yang baik dengan pihak konsumen sebagai sarana pemasaran 4. Manajemen keuangan dan arus produksi sangat diperhitungkan 5. Dekat dengan akses keluar masuk tol. Weakness 1. Gaji dan pendidikan karyawan masih minim. 2. Tidak adanya dukungan dari pemerintah daerah dalam pengembangan industri. 3. Letak industri yang jauh dari pusat kota. 4. Kurang tersedianya transportasi dan lahan dalam industri 5. Modal yang tinggi dalam pengembangan industri ini. Opportunity 1. Pengelolaan limbah yang sudah baik dan ramah lingkungan. 2. Produk yang dihasilkan beda dibandingkan dengan industri cat yang sudah besar dan memiliki keunggulan. 3. Produk yang dibuat memiliki harga yang terjangkau dan inovatif. 4. Konsumen yang banyak dan memiliki permintaan yang tinggi. 5. Pengelolaan keuangan yang tertata memberikan gambaran perusahaan terus memperoleh keuntungan. 6. Skala produksi yang terus meningkat. 79
1. Tidak mempermasalahkan persaingan dengan industri lain. 2. Pungutan liar yang berasal dari oknum pemerintah dalam pengurusan legalitas 3. Perputaran uang akan bermasalah bila pemasukan dari konsumen dan supplier tidak berjalan. 4. Kehilangan kepercayaan supplier dan konsumen bila perusahaan melakukan kesalahan. Sumber : Hasil Wawancara Threaths
Tabel 4.15 Analisis SWOT Industri Makanan, Minuman dan Tembakau Industri Pengolahan Non Migas SWOT Industri Roti 1. Produknya memiliki keunggulan dari rasa, bebas dari bahan Strenght pengawet, tahan lama, bebas jamur dan harga bersaing. 2. Teknologi sudah banyak digunakan dalam proses produksi. 3. Memiliki konsumen yang setia terhadap produk ini. 4. Ketersediaan bahan baku dalam proses produksi. 5. Resep buatan produk sudah teruji. Weakness 1. SDM tidak memiliki pendidikan tinggi hanya sampai jenjang SMP. 2. Pengelolaan industri masih bersifat keluarga. 3. Gaji/upah masih bersifat upah harian dan tergantung penjualan yang habis. 4. Komunikasi yang sulit untuk konsumen melakukan permintaan besar. 5. Kegiatan pemasaran hanya lewat konsumen setia dan gerobak-gerobak yang digunakan berjualan. Opportunity 1. Adanya dukungan dari pemerintah berupa pemberian pelatihan kepada tenaga kerja untuk membuat produk yang inovatif. 2. Konsumen yang paling besar berasal dari kalangan pemerintahan dan sekolah. 3. Memiliki beberapa varian yang disukai oleh konsumen. 4. Produk yang dihasilkan dekat dengan masyarakat dan pusat industri pun dekat pula dengan masyarakat. 5. Permintaan yang banyak memberikan peluang menciptakan penawaran itu sendiri. 1. Persaingan dalam industri produk ini sangat maju dan pesat. Threaths 2. Kurangnya inovasi dan kreatifitas dalam menghasilkan produk. 3. Pengelolaan yang bebas dari sifat keluarga sehingga perusahaan pun akan maju dengan pesat. 4. Banyaknya tenaga kerja yang keluar akibat banyak industri produk yang serupa. Sumber : Hasil Wawancara
80
C. Pengembangan SWOT dengan Pendekatan Kuantitatif Metode SWOT dengan pendekatan kuantitatif
yaitu melakukan
perhitungan dari faktor-faktor strategi internal dan eksternal dari industri yang bersangkutan. Dengan demikian perhitungan tersebut akan memperoleh posisi dari industri terbagi dalam beberapa kuadran sehingga dapat menjadi masukkan bagi industri tersebut. Faktor-faktor strategi internal terdiri dari faktor kekuatan dan kelemahan industri sedangkan faktor-faktor strategi eksternal terdiri dari faktor peluang dan hambatan. Tahap-tahap perhitungan SWOT dengan pendekatan ini (Siti Ruchmi:2008) dan (Fredi Rangkuti:2006) adalah : 1. Menentukan faktor-faktor strategi internal dan eksternal 5-10 faktor. Faktor strategi internal berupa kekuatan dan kelemahan industri terdiri dari 5-10 faktor
sedangkan faktor strategi eksternal berupa peluang dan
hambatan terdiri dari 5-10 faktor. 2. Menentukan nilai bobot dari masing-masing faktor baik internal dan eksternal yang terdiri dari 5-10 faktor. Ketentuan dari nilai bobot ini dari 0.0 (tidak penting) sampai 1.0 (penting). Faktor-faktor tersebut kemungkinan dapat memberikan dampak terhadap faktor strategis. 3. Menjumlahkan nilai bobot dari masing-masing faktor baik internal maupun eksternal. Jumlah dari bobot masing-masing faktor internal dan eksternal tersebut tidak melebihi nilai 1.00. 4. Menentukan nilai rating dari masing-masing faktor internal dan eksternal yang terdiri dari 5-10 faktor. Ketentuan dari nilai bobot ini dari 1 (kecil)
81
sampai 4 (sangat besar) untuk faktor kekuatan dan peluang. Sedangkan untuk faktor kelemahan dan hambatan dengan nilai rating 1 (sangat besar) sampai dengan 4 (kecil). 5. Menentukan nilai dari masing-masing faktor internal dan eksternal yang terdiri dari 5-10 faktor dengan mengalikan antara nilai bobot dengan nilai rating. 6. Menentukan posisi kuadran dari industri-industri tersebut yaitu dengan cara menghitung antara nilai kekuatan dengan kelemahan serta selisih antara nilai peluang dengan hambatan. Kemudian hasil pengurangan antara nilai kekuatan dan kelemahan dikategorikan sebagai sumbu X sedangkan pengurangan antara nilai peluang dan hambatan dikategorikan sebagai sumbu Y. 7. Setelah didapatkan hasil pengurangan antar masing-masing faktor. Kemudian membandingkan antara sumbu X dan sumbu Y. Ketentuannya sudah dibahas dalam pembahasan sebelumnya. 8. Tahap akhir diperoleh kuadran dari masing-masing industri dengan melihat dari SWOT masing-masing industri.
82
Tabel 4.16 Matriks Strategi Internal dan Eksternal Industri Daur Ulang Faktor-faktor Strategi Internal Bobot Rating KEKUATAN 1. Harga yang terjangkau bagi 0.10 3 konsumen 2. Memiliki keunggulan produk 0.10 3 berupa kualitas yang baik, motif produk dan tahan lama. 3. Ketersediaan SDM dalam 0.15 4 mengerjakan produk. 4. Memiliki pangsa pasar sendiri 0.10 3 untuk produk daur ulang. 5. Modal untuk produksi barang daur 0.15 4 ulang terjangkau. 6. Ketersediaan bahan baku berupa 0.10 3 sampah dan plastik. KELEMAHAN 1. Kurang memadainya gerai-gerai 0.15 3 untuk memasang hasil produk daur ulang di Kota Tangerang, 2. Bila dibandingkan dengan merek 0.15 3 terkenal, produk daur ulang jauh berbeda. Jumlah 1.00 PELUANG 1. Adanya dukungan pemerintah 0.15 4 daerah untuk meningkatkan kegiatan produksi produk dari daur ulang sampah dan plastik. 2. Produksi daur ulang ini 0.15 4 memberikan kesempatan untuk meningkatkan potensi ekonomi masyarakat 3. Produksi daur ulang dapat 0.10 3 mengurangi sampah di Kota. 4. Produksi daur ulang mengajak 0.10 3 masyarakat peduli dengan lingkungan. 5. Adanya ketertarikan luar negeri 0.20 4 dan daerah untuk memproduksi barang daur ulang. HAMBATAN 1. Persaingan yang berasal dari 0.15 3 produk-produk sejenis yang
Nilai 0.30 0.30
0.60 0.30 0.60 0.30
0.45
0.45
3.30 0.60
0.60
0.30 0.30
0.80
0.45
83
bermerek jika produk yang dihasilkan tidak memiliki kualitas. 2. Kompetitor yang berasal dari luar daerah yang menghasilkan produk sejenis. Jumlah Sumber : hasil diolah
0.15
1
0.15
1.00
-
3.20
Berdasarkan hasil perhitungan di atas pengurangan antara faktor kekuatan dan kelemahan yaitu 1.50. Sedangkan pengurangan faktor peluang dan ancaman yaitu 2.00. Hal ini menunjukkan bahwa industri daur ulang berada pada kuadran I yaitu sumbu X bernilai positif sedangkan sumbu Y bersumbu positif. Dalam hal ini industri di atas merupakan sebuah industri yang kuat dan berpeluang. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Progresif, artinya industri dalam kondisi prima dan mantap sehingga sangat dimungkinkan untuk terus melakukan ekspansi, memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal.
Internal
Tabel 4.17 Matriks SWOT Industri Daur Ulang Eksternal OPPORTUNITY THREATHS
STRENGTH
WEAKNESS
1. Meningkatkan hasil 1. Meningkatkan produk daur ulang kreatifitas dalam dengan produk hasil daur memperhatikan ulang dengan konsistensi kualitas memperhatikan agar tidak kalah motif dan kualitas dengan merek lain 2. Meningkatkan skala 2. Melakukan promosi produksi dari produk produk daur ulang daur ulang sehingga baik di daerah permintaan tidak sendiri maupun di turun luar daerah dan asing 1. Pemerintah daerah 1. Gerai promosi memberikan bantuan produk daur ulang berupa modal, sarana harus dekat dengan 84
dan prasarana untuk masyarakat agar memasarkan produk produk dapat daur ulang menarik pasar 2. Melakukan kegiatan 2. Jalin kerja sama promosi dengan dengan pihak asing kegiatan bazaar agar diperoleh sehingga produk investasi untuk dapat dikenal jalanya produksi masyarakat Sumber : Hasil diolah Tabel 4.18 Matriks Strategi Internal dan Eksternal Industri Peralatan Kantor Faktor-faktor Strategi Internal KEKUATAN 1. Harga yang terjangkau bagi konsumen 2. Produk yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik dan tahan lama. 3. Ketersediaan SDM dalam mengerjakan produk. 4. Terjalinnya hubungan baik dengan para konsumen sehingga kegiatan pemasaran produk pun dapat dilakukan. 5. Produk yang inovatif dihasilkan dari perusahaan. KELEMAHAN 1. Pendidikan SDM yang kurang memadai. 2. Proses perekrutan SDM masih bersifat kekeluargaan. 3. Belum adanya dukungan dari pemerintah karena adanya kekurangan dari internal industri. 4. Gaji tidak berdasarkan UMR tetapi berdasarkan lama kerja dan tingkat kesulitan pekerjaan dan loyalitas. Serta upah masih bersifat borongan. 5. Manajemen perusahaan yang tidak berjalan dengan sehat. Jumlah Faktor-faktor Strategi Eksternal
Bobot
Rating
Nilai
0.10
3
0.30
0.15
3
0.45
0.10
3
0.30
0.10
4
0.40
0.10
3
0.30
0.15
1
0.15
0.05
2
0.10
0.05
3
0.15
0.15
2
0.30
0.10
2
0.20
1.00
-
2.65
Bobot
Rating
Nilai 85
PELUANG 1. Pengelolaan dan pemanfaatan limbah dari sisa-sisa produksi 2. Pengelolaan yang baik dan transparan memberikan perubahan bagi perkembangan industri. 3. Permintaan pasar yang banyak. HAMBATAN 1. Kenaikan harga bahan produksi sehingga akan menaikkan harga jual produk. 2. Industri akan tidak berjalan dengan baik bila masih melakukan proses yang tidak sehat. 3. Persaingan yang berasal dari perusahaan yang sejenis. Jumlah Sumber : Hasil diolah
0.25
3
0.75
0.15
3
0.45
0.25
4
1.00
0.10
2
0.20
0.10
2
0.20
0.15
1
0.15
1.00
-
2.75
Berdasarkan hasil perhitungan di atas pengurangan antara faktor kekuatan dan kelemahan yaitu 0.85. Sedangkan pengurangan faktor peluang dan ancaman yaitu 1.65. Hal ini menunjukkan bahwa industri daur ulang berada pada kuadran I yaitu sumbu X bernilai positif sedangkan sumbu Y bersumbu positif. Dalam hal ini industri di atas merupakan sebuah industri yang kuat dan berpeluang. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Progresif, artinya industri dalam kondisi prima dan mantap sehingga sangat dimungkinkan untuk terus melakukan ekspansi, memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal.
86
Internal
Tabel 4.19 Matriks SWOT Industri Peralatan Kantor Eksternal OPPORTUNITY THREATHS
STRENGTH
WEAKNESS
1. Meningkatkan produk 1. Merekrut yang dihasilkan karyawan yang sehingga permintaan bersifat terbuka dari masyarakat akan dan bebas tidak tetap meningkat hanya dari 2. Merektrut SDM yang kalangan tertentu tepat dalam 2. Menjaga bidangnya sehingga konsistensi mampu kualitas produk mengembangkan agar konsumen industri tidak ke lain hati 1. Memberikan fasilitas 1. Membuat sistem pendidikan, pelatihan pengelolaan dan pengetahuan bagi industry yang karyawan yang bersifat terbuka dan kurang bertanggung jawab 2. Meningkatkan 2. Melakukan pengolahan hasil evaluasi pada akhir limbah dari produksi produksi untuk agar menjadi nilai mengendalikan ekonomis bagi keadaan baik dari industri internal maupun eksternal industri
Sumber : Hasil diolah Tabel 4.20 Matriks Strategi Internal dan Eksternal Industri Cat Furniture Faktor-faktor Strategi Internal Bobot Rating KEKUATAN 1. Produk memiliki karakteristik, 0.10 4 inovasi dan kualitas yang berbeda dengan produk lain. 2. Ketersediaan bahan baku dan 0.10 4 teknologi. 3. Hubungan yang baik dengan pihak 0.10 4 konsumen sebagai sarana pemasaran. 4. Manajemen keuangan dan arus 0.10 2 produksi sangat diperhitungkan 5. Dekat dengan akses keluar masuk 0.10 3 tol.
Nilai 0.40
0.40 0.40
0.20 0.30
87
KELEMAHAN 1. Gaji dan pendidikan karyawan masih minim. 2. Tidak adanya dukungan dari pemerintah daerah dalam pengembangan industri. 3. Letak industri yang jauh dari pusat kota. 4. Kurang tersedianya transportasi dan lahan untuk industri 5. Modal yang tinggi dalam pengembangan industri ini. Jumlah Faktor-faktor Strategi Eksternal PELUANG 1. Produk yang dihasilkan beda dibandingkan dengan industri cat yang sudah besar dan memiliki keunggulan. 2. Produk yang dibuat memiliki harga yang terjangkau dan inovatif. 3. Konsumen yang banyak dan memiliki permintaan yang tinggi. 4. Pengelolaan keuangan yang tertata memberikan gambaran perusahaan terus memperoleh keuntungan. 5. Skala produksi yang terus meningkat.
HAMBATAN 1. Pungutan liar yang berasal dari oknum pemerintah dalam pengurusan legalitas 2. Perputaran uang akan bermasalah bila pemasukan dari konsumen dan supplier tidak berjalan. 3. Kehilangan kepercayaan supplier dan konsumen bila perusahaan melakukan kesalahan. 4. Tidak mempermasalahkan persaingan dengan industri lain. Jumlah Sumber : Hasil diolah
0.15
2
0.30
0.05
3
0.15
0.10
3
0.30
0.10
3
0.30
0.10
1
0.10
1.00 Bobot
Rating
2.85 Nilai
0.10
3
0.30
0.10
4
0.40
0.15
4
0.60
0.10
2
0.20
0.10
3
0.30
0.10
2
0.20
0.10
2
0.20
0.15
1
0.15
0.10
1
0.10
1.00
-
2.45
88
Berdasarkan hasil perhitungan di atas pengurangan antara faktor kekuatan dan kelemahan yaitu 0.55 sedangkan pengurangan faktor peluang dan ancaman yaitu 1.15. Hal ini menunjukkan bahwa industri daur ulang berada pada kuadran I yaitu sumbu X bernilai positif sedangkan sumbu Y bersumbu positif. Dalam hal ini industri di atas merupakan sebuah industri yang kuat dan berpeluang. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Progresif, artinya industri dalam kondisi prima dan mantap sehingga sangat dimungkinkan untuk terus melakukan ekspansi, memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal.
Internal
Tabel 4.21 Matriks SWOT Industri Cat Furniture Eksternal OPPORTUNITY THREATHS
STRENGTH
WEAKNESS
1. Menjaga konsistensi 1. Menjalin hubungan kualitas produk yang yang baik dengan dihasilkan semua supplier bahan 2. Meningkatkan produksi baku dan konsumen produk yang dihasilkan 2. Pengelolaan laporan dan memanfaatkan keuangan yang baik kembali terhadap dan benar limbah yang digunakan 3. Produk yang 3. Perekrutan SDM yang memiliki kualitas handal dalam baik tetap pengelolaan keuangan dipertahankan di tengah persaingan 1. Peningkatan pendidikan 1. Perekrutan tenaga karyawan dengan ahli dalam segala memberikan pelatihan bidang di dalam dan pengalaman lebih industry sehingga lanjut lagi kelemahan dan 2. Mengajukan proposal hambatan dapat usaha kepada dinas tertanggulangi terkait untuk 2. Menciptakan produk mendapatkan modal unggulan yang baru yang berguna bagi sehingga menambah produksi produksi dari industri 3. Mempromosikan hasil produk saat ada acaraacara tertentu
Sumber : Hasil diolah 89
Tabel 4.22 Matriks Strategi Internal dan Eksternal Industri Roti Faktor-faktor Strategi Internal Bobot Rating KEKUATAN 1. Produknya memiliki keunggulan 0.10 4 dari rasa, bebas dari bahan pengawet, tahan lama, bebas jamur. Dan harga yang bersaing 2. Teknologi sudah banyak 0.10 4 digunakan dalam proses produksi. 3. Memiliki konsumen yang setia 0.10 4 terhadap produk ini. 4. Ketersediaan bahan baku dalam 0.10 3 proses produksi. 5. Resep buatan produk sudah teruji. 0.10 3 KELEMAHAN 1. SDM tidak memiliki pendidikan 0.10 2 tinggi hanya sampai jenjang SMP. 2. Pengelolaan industri masih bersifat 0.10 4 keluarga. 3. Gaji/upah masih bersifat upah 0.10 2 harian dan tergantung penjualan yang habis. 4. Komunikasi yang sulit untuk 0.10 4 konsumen melakukan permintaan besar. 5. Kegiatan pemasaran hanya lewat 0.10 3 konsumen setia dan gerobakgerobak yang digunakan berjualan. Jumlah 1.00 Faktor-faktor Strategi Eksternal Bobot Rating PELUANG 1. Konsumen yang paling besar 0.10 3 berasal dari kalangan pemerintahan dan sekolah. 2. Memiliki beberapa varian yang 0.10 3 disukai oleh konsumen. 3. Produk yang dihasilkan dekat 0.10 3 dengan masyarakat dan pusat industri pun dekat pula dengan masyarakat. 4. Permintaan yang banyak 0.15 4 memberikan peluang menciptakan penawaran itu sendiri. 5. Adanya dukungan dari pemerintah 0.15 4
Nilai 0.40
0.40 0.40 0.30 0.30 0.20 0.40 0.20
0.40
0.30
3.30 Nilai 0.30
0.30 0.30
0.60
0.60 90
berupa pemberian pelatihan kepada tenaga kerja untuk membuat produk yang inovatif. HAMBATAN 1. Kurangnya inovasi dan kreatifitas dalam menghasilkan produk. 2. Pengelolaan yang bebas dari sifat keluarga sehingga perusahaan pun akan maju dengan pesat. 3. Banyaknya tenaga kerja yang keluar akibat banyak industri produk yang serupa. 4. Persaingan dalam industri produk ini sangat maju dan pesat. Jumlah Sumber : Hasil diolah
0.10
3
0.30
0.10
2
0.20
0.10
2
0.20
0.10
4
0.40
1.00
-
3.20
Berdasarkan hasil perhitungan di atas pengurangan antara faktor kekuatan dan kelemahan yaitu 0.30. Sedangkan pengurangan faktor peluang dan ancaman yaitu 1.00. Hal ini menunjukkan bahwa industri roti berada pada kuadran I yaitu sumbu X bernilai positif sedangkan sumbu Y bersumbu positif pula. Dalam hal ini industri di atas merupakan sebuah industri yang kuat dan berpeluang. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Progresif, artinya industri dalam kondisi prima dan mantap sehingga sangat dimungkinkan untuk terus melakukan ekspansi, memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal.
91
Tabel 4.23 Matriks SWOT Industri Roti Eksternal Internal
STRENGTH
WEAKNESS
OPPORTUNITY
THREATHS
1. Menjaga keunggulan produk roti yang dihasilkan sehingga industry dapat menghadapi persaingan 2. Menambah jenisjenis rasa dari produk roti sehingga memberikan pengaruh positif terhadap permintaan dari konsumen 1. Melakukan kegiatan yang menarik minat dari pemerintah sehingga memunculkan investasi dari pihak manapun 2. Pengadaan media pemasaran agar produk dapat diketahui oleh konsumen yang sulit dijangkau
1. Menjaga kualitas produk di tengah persaingan 2. Menciptakan inovasi dalam produk yang dihasilkan
1. Memberikan pendidikan, pelatihan dan pengetahuan kepada seluruh karyawan sehingga mengurangi dampak upah yang kecil dan keluar masuknya karyawan 2. Pengelolaan diberikan kepada SDM yang berpengetahuan dan berpengalaman 3. Penyediaan sarana dan prasarana komunikasi dan alat untuk memasarkan produk
Sumber : Hasil diolah
92
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang dipaparkan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Sub sektor industri pengolahan non migas yang unggulan di Kota Tangerang pada tahun 2005-2010 adalah sub sektor industri makanan, minuman, dan tembakau; industri pupuk, kimia dan barang dari karet; industri alat angkutan, mesin dan peralatan; dan industri barang lainnya. 2. Berdasarkan hasil perhitungan dari analisis Shift Share maka diperoleh : a. Industri yang memiliki spesialisasi dan pertumbuhannya cepat bila dibandingkan dengan pertumbuhan pada tingkat Provinsi terdapat 7 industri yaitu industri makanan, minuman, dan tembakau; industri tekstil, barang kulit dan tembakau; industri barang kayu dan hasil hutan lainnya; industri pupuk, kimia dan barang dari karet; industri logam dasar, besi dan baja; industri alat angkutan, mesin dan peralatan serta industri barang lainnya. b. Industri yang memiliki daya saing tinggi dan pertumbuhan yang cepat bila dibandingkan dengan industri yang berada di provinsi terdapat 2 industri yaitu industri pupuk,kimia dan barang dari kimia; dan industri logam dasar, besi dan baja. c. Industri yang memiliki rata-rata positif yaitu terdapat 4 industri yaitu industri makanan,minuman, dan tembakau; industri kertas dan barang 93
cetakan; industri logam dasar, besi dan baja; serta industri barang lainnya. 3. Dalam pengembangan kegiatan industri memerlukan strategi yang tepat. Strategi ini dapat dilihat dari faktor-faktor yang berada di dalam maupun di luar perusahaan tersebut. Strategi-strategi tersebut dibahas dalam kajian SWOT. SWOT ini dilakukan terhadap industri yang basis dan unggul di Kota Tangerang. Berikut ini adalah strategi yang dilakukan dalam pengembangan industri di Kota Tangerang : a. Faktor kekuatan dan peluang akan memberikan sebuah keuntungan komparatif bagi perusahaan, strategi yang dapat dilakukan adalah : 1) Pemerintah
daerah
harus
meningkatkan
pelayanannya
dengan
memberikan fasilitas, sarana dan prasarana serta dukungan berupa modal bagi perusahaan yang ingin mengembangkan kegiatan produksinya. 2) Meningkatkan hubungan kemitraan dengan industri-industri basis di Kota Tangerang sehingga industri dapat menjalin hubungan baik dengan pemerintah daerah. Mengadakan kegiatan bazaar dari hasil industri Kota Tangerang. 3) Perbaiki infrastruktur jalan untuk proses mobilitas barang produksi baik dari dalam dan luar Kota Tangerang. b. Faktor kekuatan dengan ancaman akan memberikan sebuah mobilisasi bagi perusahaan, strategi yang dapat dilakukan yaitu : 1) Memberikan
sarana
pengembangan
bagi
kegiatan
industry 94
khususnya peningkatan kualitas dari SDM yang berada di dalam industri sehingga produktifitas pun semakin meningkat. 2) Pemberian upah dan gaji oleh industri di Kota Tangerang harus dengan kualitas SDM dari industri tersebut. c. Faktor
kelemahan
dengan
peluang
akan
memberikan
sebuah
kesempatan investasi dapat masuk dan keluar dari dalam dan luar daerah, strategi yang dapat dilakukan yaitu : 1) Kegiatan-kegiatan industri juga harus memperhatikan untuk menarik investasi yang berasal dari dalam maupun luar sehingga mampu menjalankan produksi tidak bergantung kepada kemampuan internal perusahaan. 2) Tidak ada pungutan liar yang meresahkan para pengusaha. Tindakan tegas bagi oknum yang melanggar harus dikenakan. 3) Peranan masyarakat pun harus digalakan agar mereka dapat melakukan permintaan yang tinggi untuk barang-barang hasil daerah berupa produk industri yang unggul. d. Faktor kelemahan dengan ancaman akan memberikan sebuah tindakan pencegahan terhadap seluruh dampak yang diakibatkan, strategi yang dilakukan yaitu : 1) Permudah akses izin pendirian industri oleh pemerintah daerah sehingga industri di Kota Tangerang akan tumbuh. 2) Melakukan pengolahan akibat limbah yang dihasilkan oleh industri sehingga limbah yang dianggap sampah dapat berdaya guna bagi masyarakat. 95
3) Penciptaan industri menjadi sarana penciptaan lapangan kerja yang baru bagi industri. Pengangguran pun akan semakin ditekan dari kegiatan yang memprioritaskan karyawannya dari lingkungan sekitar. e. Berdasarkan pendekatan SWOT kuantitatif diperoleh hasil yaitu : 1) Kegiatan industri daur ulang berada pada kuadran I yang menandakan industri ini merupakan industri yang kuat dan berpeluang untuk berkembang dan tumbuh lebih baik. 2) Kegiatan industri peralatan kantor berada pada kuadran I yang menandakan industri ini merupakan industri yang kuat dan berpeluang untuk berkembang dan tumbuh lebih baik. 3) Kegiatan industri cat furniture berada pada kuadran I yang menandakan industri ini merupakan industri yang kuat dan berpeluang untuk berkembang dan tumbuh lebih baik. 4) Kegiatan industri roti berada pada kuadran I yang menandakan industri ini merupakan industri yang kuat dan berpeluang untuk berkembang dan tumbuh lebih baik.
B. Implikasi 1. Bagi Pemerintah Kota Tangerang Berdasarkan kajian dan penelitian di atas menunjukkan bahwa keadaan ekonomi di daerah Kota Tangerang di mana yang menjadi penopang perekonomian berasal dari sektor industri pengolahan non 96
migas. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan suatu bahan masukan agar pemerintah Kota Tangerang mulai memperbaiki kekurangan dalam infrastruktur jalan untuk mobilitas produk, memperbaiki hubungan kemitraan dengan para pengusaha sehingga tidak ada lagi pengusaha kecil yang harus merugi. Serta reformasi birokrasi pelayanan industri dengan tidak adanya pungutan liar serta hukuman tegas bagi para pelaku. Dengan demikian pemerintah Kota Tangerang dapat melaksanakan apa yang sudah dibahas di atas dengan perhitungan yang matang. 2. Bagi Peneliti Lainnya Berdasarkan penelitian ini memiliki cacat dan kekurangan dari segi kajian dan pembahasan. Oleh karena itu, bagi peneliti lain ini menjadi sebuah masukan dan acuan untuk kajian yang lebih baru dan berbeda sehingga dapat dirasakan oleh pemerintah daerah. Dengan demikian pemerintah pun dapat memperbaiki apa yang kurang dari daerahnya.
97
DAFTAR PUSTAKA Amalia, Lia. “Ekonomi Pembangunan”, Yogyakarta : Graha Ilmu, Jilid 1, 2007. Azhar, Syarifah Lies Fuaidah dan M. Nassir Abdussamad. “Analisis sector basis dan non basis di provinsi Nangroe Aceh Darussalam”. 2006. BPS Kota Tangerang. Kota Tangerang Dalam Angka. 2006-2011. BPS Provinsi Banten. Provinsi Banten Dalam Angka. 2006-2011. Bugaian, Larisa, Maria Gheorghita, dan Doina Nistor. “Analysis of Industry Potential in Republic of Moldova”. 2010 Daryanto, Arief. “Model-model kuantitatif ekonomi regional”, Bogor : IPB Press, 2010. Fuadati, Siti Rokhmi. “Analisis SWOT untuk Pengembangan Potensi dan Peluang Pasar Kabupaten Blitar yang Bertumpu Pada Potensi Sumber Daya Alam”. Ekuitas Vol. 12 No. 2 Juni 2008. Halaman 248-267. Habibullah, Muzafar Shah dan Alias Radam. ” Industry Concentration in Rich and Poor State in Malaysia: Location Quotient and Shift Share Analyses”. 2009. Jhingan, M.L. “Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan”, Jakarta : Rajawali Pers, 2010. Permatasari, Galih. “Strategi pengembangan wilayah melalui analisis sektor basis terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Sragen”. 2012. Rangkuti, Freddy. “Analisis SWOT : Teknik Membedah Kasus Bisnis”, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. 2006. Saerofi, Mujib. “Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan Pengembangan Sektor Potensial di Kabupaten Semarang (Pendekatan Model Basis Ekonomi dan SWOT)”. 2005. Sjafrizal. “Ekonomi Regional : Teori dan Aplikasi”, Padang : Praninta Offset, 2008. Sukirno, Sadono. “Ekonomi Pembangunan : Proses, Masalah, dan Dasar Kebijakan”, Jakarta : Kencana. Edisi kedua, 2007. Sukirno, Sadono. “Makroekonomi : Teori Pengantar”, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Edisi III, Cet. 16, 2004. 98
Supranto, J. “Metode Riset Aplikasinya Dalam Pemasaran”, Jakarta : PT. Rineka Cipta, Edisi Revisi ke-7, 2003. Tarigan, Robinson. “Ekonomi Regional : Teori dan Aplikasi-Edisi Revis”, Jakarta : Sinar Grafika, 2005. Todaro, Michael P. “Pembangunan Ekonomi”, Jakarta : Erlangga, Edisi kesembilan, 2006. Sari, Kartika Hendra Titi. “Indentifikasi Potensi Ekonomi Daerah Boyolali, Karanganyar dan Sragen tahun 1993-2003”. 2010. Suherty, Lina. Analisis Pengembangan Sektor Ekonomi Potensial Kabupaten Barito Kuala. Volume 12 Nomor 2. Oktober 2011.
99
LAMPIRAN-LAMPIRAN
A. PROVINSI BANTEN JUMLAH TENAGA KERJA PROPINSI BANTEN MENURUT SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN (DENGAN TENAGA KERJA) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Jenis Komoditi Sektor Makanan, Minuman dan Tembakau Tekstil, Barang Kulit dan Tembakau Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya Kertas dan Barang Cetakan Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet Semen dan Barang Galian non Logam Logam Dasar, Besi, dan Baja Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan Barang Lainnya. JUMLAH
2005 27021 197658 35894 19835 78892 25990 36166 49101 136 470693
2006 38020 196156 46657 30884 73748 28102 41414 49859 377 505217
2007 30815 210252 36141 20979 76861 29137 34026 47257 550 486018
2008 32494 204420 32888 20428 75532 29335 38221 50207 599 484124
2009 30999 193920 31891 23391 79671 25712 36600 50800 721 473705
2010 30867 195911 33247 23173 78180 26121 36365 50426 565 474855
100
B. KOTA TANGERANG JUMLAH TENAGA KERJA KOTA TANGERANG MENURUT SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN (DENGAN TENAGA KERJA) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Jenis Sub Sektor Industri Makanan, Minuman dan Tembakau Tekstil, Barang Kulit dan Tembakau Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya Kertas dan Barang Cetakan Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet Semen dan Barang Galian non Logam Logam Dasar, Besi, dan Baja Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan Barang Lainnya. JUMLAH
2005 11337 70083 10232 8215 42233 6414 9657 27995 49 186215
2006 14673 82747 9590 6701 25188 5773 11989 34132 552 191345
2007 12958 72566 9661 6306 22298 5220 10762 30855 506 171132
2008 13310 73405 9067 6405 22624 5498 11012 31426 519 173266
2009 14294 78066 8160 5950 34681 5423 12478 23649 296 182997
2010 12693 53997 9232 6121 56704 4552 11414 24631 95 179439
101
C. PERHITUNGAN LOCATION QUOTIENT (LQ) TAHUN 2005-2010 LQ Tahun 2005 Lapangan Usaha Makanan, Minuman dan Tembakau Tekstil, Barang Kulit dan Tembakau Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya Kertas dan Barang Cetakan Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet Semen dan Barang Galian non Logam Logam Dasar, Besi, dan Baja Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan Barang Lainnya. JUMLAH
TANGERANG(Si) 11337 70083 10232 8215 42233 6414 9657 27995 49 186215
BANTEN (Ni) 27021 197658 35894 19835 78892 25990 36166 49101 136 470693
Si/S 0.060881239 0.376355288 0.054947238 0.044115673 0.226796982 0.034444057 0.05185941 0.150336976 0.000263137 1
Ni/N 0.057406845 0.419929763 0.076257773 0.042139994 0.167608186 0.055216457 0.076835644 0.104316402 0.000288936 1
LQ 1.060522306 0.896233897 0.720546066 1.046883708 1.353137857 0.623800552 0.674939479 1.441163363 0.910710303
LQ Tahun 2006 Lapangan Usaha Makanan, Minuman dan Tembakau Tekstil, Barang Kulit dan Tembakau Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya Kertas dan Barang Cetakan Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet Semen dan Barang Galian non Logam Logam Dasar, Besi, dan Baja Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan Barang Lainnya. JUMLAH
TANGERANG (Si) 14673 82747 9590 6701 25188 5773 11989 34132 552 191345
BANTEN (Ni) 38020 196156 46657 30884 73748 28102 41414 49859 377 505217
Si/S 0.076683477 0.432449241 0.050118895 0.035020513 0.131636573 0.030170634 0.062656458 0.178379367 0.002884842 1
Ni/N 0.075254792 0.388260886 0.092350416 0.061130168 0.145972919 0.055623623 0.081972697 0.098688286 0.000746214 1
LQ 1.018984651 1.113810988 0.542703514 0.572884288 0.901787633 0.54240685 0.764357653 1.807502933 3.86597076 102
LQ Tahun 2007 Lapangan Usaha Makanan, Minuman dan Tembakau Tekstil, Barang Kulit dan Tembakau Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya Kertas dan Barang Cetakan Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet Semen dan Barang Galian non Logam Logam Dasar, Besi, dan Baja Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan Barang Lainnya. JUMLAH
TANGERANG(Si) 12958 72566 9661 6306 22298 5220 10762 30855 506 171132
BANTEN (Ni) 30815 210252 36141 20979 76861 29137 34026 47257 550 486018
Si/S 0.075719328 0.424035248 0.056453498 0.036848748 0.130297081 0.03050277 0.062887128 0.180299418 0.002956782 1
Ni/N 0.063403002 0.432601262 0.074361443 0.043165068 0.158144349 0.059950455 0.070009753 0.097233024 0.001131645 1
LQ 1.194254624 0.980198823 0.759177005 0.853670574 0.823912342 0.508799642 0.898262394 1.854302273 2.612816773
LQ Tahun 2008 Lapangan Usaha Makanan, Minuman dan Tembakau Tekstil, Barang Kulit dan Tembakau Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya Kertas dan Barang Cetakan Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet Semen dan Barang Galian non Logam Logam Dasar, Besi, dan Baja Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan Barang Lainnya. JUMLAH
TANGERANG(Si) 13310 73405 9067 6405 22624 5498 11012 31426 519 173266
BANTEN (Ni) 32494 204420 32888 20428 75532 29335 38221 50207 599 484124
Si/S 0.076818302 0.423654958 0.052329944 0.036966283 0.1305738 0.031731557 0.063555458 0.181374303 0.002995394 1
Ni/N 0.067119168 0.422247193 0.067933009 0.042195801 0.15601788 0.06059398 0.078948782 0.103706902 0.001237286 1
LQ 1.144506182 1.003333984 0.770316881 0.87606544 0.836915615 0.523675078 0.805021391 1.748912564 2.420938734
103
LQ Tahun 2009 Lapangan Usaha Makanan, Minuman dan Tembakau Tekstil, Barang Kulit dan Tembakau Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya Kertas dan Barang Cetakan Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet Semen dan Barang Galian non Logam Logam Dasar, Besi, dan Baja Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan Barang Lainnya. JUMLAH
TANGERANG(Si) 14294 78066 8160 5950 34681 5423 12478 23649 296 182997
BANTEN (Ni) 30999 193920 31891 23391 79671 25712 36600 50800 721 473705
LQ Tahun 2010 Lapangan Usaha Makanan, Minuman dan Tembakau Tekstil, Barang Kulit dan Tembakau Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya Kertas dan Barang Cetakan Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet Semen dan Barang Galian non Logam Logam Dasar, Besi, dan Baja Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan Barang Lainnya. JUMLAH
TANGERANG(Si) 12693 53997 9232 6121 56704 4552 11414 24631 95 179439
BANTEN (Ni) 30867 195911 33247 23173 78180 26121 36365 50426 565 474855
Si/S 0.07811057 0.426597157 0.044590895 0.032514194 0.189516768 0.029634366 0.06818691 0.129231627 0.001617513 1 Si/S 0.070737131 0.300921204 0.051449239 0.034111871 0.316007111 0.025367952 0.06360936 0.137266703 0.000529428 1
Ni/N 0.065439461 0.4093687 0.06732249 0.049378833 0.168186952 0.054278507 0.077263276 0.107239738 0.001522044 1 Ni/N 0.065003001 0.412570153 0.070015057 0.04880016 0.164639732 0.055008371 0.076581272 0.106192417 0.001189837 1
LQ 1.193631008 1.042085429 0.662347681 0.658464212 1.126822063 0.545968698 0.882526784 1.2050722 1.062723893
LQ 1.088213309 0.729381906 0.734831064 0.699011455 1.919385479 0.461165308 0.830612478 1.292622466 0.444958321 104
Hasil Perhitungan Indeks Location Quotient (LQ) Kabupaten Kota Tangerang Tahun 2005-2011 Lapangan Usaha 2005 2006 2007 2008 Makanan, Minuman dan Tembakau 1.061 1.019 1.194 1.145 Tekstil, Barang Kulit dan Tembakau 0.896 1.114 0.980 1.003 Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 0.721 0.543 0.759 0.770 Kertas dan Barang Cetakan 1.047 0.573 0.854 0.876 Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet 1.353 0.902 0.824 0.837 Semen dan Barang Galian non Logam 0.624 0.542 0.509 0.524 Logam Dasar, Besi, dan Baja 0.675 0.764 0.898 0.805 Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan 1.441 1.808 1.854 1.749 Barang Lainnya. 0.911 3.866 2.613 2.421 Sumber: BPS Kota Tangerang, (data diolah) Keterangan: *) Sektor Basis
2009 1.194 1.042 0.662 0.658 1.127 0.546 0.883 1.205 1.063
2010 1.088 0.729 0.735 0.699 1.919 0.461 0.831 1.293 0.445
Rata-rata 1.117 0.961 0.698 0.784 1.160 0.534 0.809 1.558 1.886
105
D. KOMPONEN SHIFT SHARE KOTA TANGERANG Pertambahan Tenaga Kerja Tahunan (Gj) Kota Tangerang Tahun 2005 - 2006 2006 - 2007 2007 - 2008 2008 - 2009 2009 - 2010
Yjt 191345 171132 173266 182997 179439
Yjo 186215 191345 171132 173266 182997
Pertambahan Tenaga Kerja (Gj) Sektoral Kota Tangerang 2005 - 2006 Lapangan Usaha Yijt Yijo Makanan, Minuman dan Tembakau 14673 11337 Tekstil, Barang Kulit dan Tembakau 82747 70083 Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 9590 10232 Kertas dan Barang Cetakan 6701 8215 Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet 25188 42233 Semen dan Barang Galian non Logam 5773 6414 Logam Dasar, Besi, dan Baja 11989 9657 Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan 34132 27995 Barang Lainnya. 552 49 Jumlah 191345 186215
Gj 5130 -20213 2134 9731 -3558
Gij 3336 12664 -642 -1514 -17045 -641 2332 6137 503 5130
106
Yijt 12958 72566 9661 6306 22298 5220 10762 30855 506 171132
Yijo 14673 82747 9590 6701 25188 5773 11989 34132 552 191345
Gij -1715 -10181 71 -395 -2890 -553 -1227 -3277 -46 -20213
2007 - 2008 Lapangan Usaha Makanan, Minuman dan Tembakau Tekstil, Barang Kulit dan Tembakau Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya Kertas dan Barang Cetakan Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet Semen dan Barang Galian non Logam Logam Dasar, Besi, dan Baja Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan Barang Lainnya. Jumlah
Yijt 13310 73405 9067 6405 22624 5498 11012 31426 519 173266
Yijo 12958 72566 9661 6306 22298 5220 10762 30855 506 171132
Gij 352 839 -594 99 326 278 250 571 13 2134
107
2006 - 2007 Lapangan Usaha Makanan, Minuman dan Tembakau Tekstil, Barang Kulit dan Tembakau Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya Kertas dan Barang Cetakan Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet Semen dan Barang Galian non Logam Logam Dasar, Besi, dan Baja Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan Barang Lainnya. Jumlah
Yijt 14294 78066 8160 5950 34681 5423 12478 23649 296 182997
Yijo 13310 73405 9067 6405 22624 5498 11012 31426 519 173266
Gij 984 4661 -907 -455 12057 -75 1466 -7777 -223 9731
2009 - 2010 Lapangan Usaha Makanan, Minuman dan Tembakau Tekstil, Barang Kulit dan Tembakau Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya Kertas dan Barang Cetakan Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet Semen dan Barang Galian non Logam Logam Dasar, Besi, dan Baja Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan Barang Lainnya. Jumlah
Yijt 12693 53997 9232 6121 56704 4552 11414 24631 95 179439
Yijo 14294 78066 8160 5950 34681 5423 12478 23649 296 182997
Gij -1601 -24069 1072 171 22023 -871 -1064 982 -201 -3558
108
2008 - 2009 Lapangan Usaha Makanan, Minuman dan Tembakau Tekstil, Barang Kulit dan Tembakau Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya Kertas dan Barang Cetakan Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet Semen dan Barang Galian non Logam Logam Dasar, Besi, dan Baja Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan Barang Lainnya. Jumlah
E. KOMPONEN SHARE KOTA TANGERANG Komponen Nasional Share (Nj) No Tahun Yjo Yt Yo 1 2005 - 2006 186215 505217 470693 2 2006 - 2007 191345 486018 505217 3 2007 - 2008 171132 484124 486018 4 2008 - 2009 173266 473705 484124 5 2009 - 2010 182997 474855 473705 Nasional Share Sektor 2005 - 2006 Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan, Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas, Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel, Restoran Pengangkutan, komunikasi Keuangan,Persewaan,Jasa Perusahaan Jasa-jasa lain Jumlah
Yjo 11337 70083 10232 8215 42233 6414 9657 27995 49 186215
Yt/Yo 1.073347171 1.073347171 1.073347171 1.073347171 1.073347171 1.073347171 1.073347171 1.073347171 1.073347171 9.66012454
Yt/Yo 1.073347171 0.961998508 0.996103025 0.978478654 1.002427671
Yjo (Yt/Y0) 12168.53688 75223.38979 10982.48825 8817.54701 45330.67108 6884.448755 10365.31363 30048.35405 52.59401138 199873.3435
Yjo (Yt/Y0) 199873.3435 184073.6044 170465.1029 169537.0825 183441.2566
Nj 13658.34346 -7271.395569 -666.8971273 -3728.917496 444.2565521
Nasional Share 831.5368786 5140.389791 750.4882546 602.5470105 3097.671076 470.4487553 708.3136312 2053.354055 3.594011383 13658.34346
109
Yjo 14673 82747 9590 6701 25188 5773 11989 34132 552 191345
Yt/Yo 0.961998508 0.961998508 0.961998508 0.961998508 0.961998508 0.961998508 0.961998508 0.961998508 0.961998508 8.657986568
Yjo (Yt/Y0) 14115.4041 79602.49051 9225.565688 6446.351999 24230.81841 5553.617384 11533.40011 32834.93306 531.0231762 184073.6044
Nasional Share -557.5958984 -3144.509494 -364.4343124 -254.6480008 -957.1815913 -219.3826158 -455.5998927 -1297.06694 -20.97682382 -7271.395569
Tahun 2007 - 2008 Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan, Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas, Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel, Restoran Pengangkutan, komunikasi Keuangan,Persewaan,Jasa Perusahaan Jasa-jasa lain Jumlah
Yjo 12958 72566 9661 6306 22298 5220 10762 30855 506 171132
Yt/Yo 0.996103025 0.996103025 0.996103025 0.996103025 0.996103025 0.996103025 0.996103025 0.996103025 0.996103025 8.964927225
Yjo (Yt/Y0) 12907.503 72283.21211 9623.351324 6281.425676 22211.10525 5199.65779 10720.06075 30734.75884 504.0281306 170465.1029
Nasional Share -50.49700217 -282.7878885 -37.64867556 -24.57432441 -86.89474875 -20.34220955 -41.93924505 -120.2411639 -1.971869355 -666.8971273
110
Tahun 2006 - 2007 Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan, Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas, Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel, Restoran Pengangkutan, komunikasi Keuangan,Persewaan,Jasa Perusahaan Jasa-jasa lain Jumlah
Yjo 13310 73405 9067 6405 22624 5498 11012 31426 519 173266
Yt/Yo 0.978478654 0.978478654 0.978478654 0.978478654 0.978478654 0.978478654 0.978478654 0.978478654 0.978478654 8.806307888
Yjo (Yt/Y0) 13023.55089 71825.22561 8871.865958 6267.15578 22137.10107 5379.675641 10775.00694 30749.67019 507.8304215 169537.0825
Nasional Share -286.4491122 -1579.774386 -195.1340421 -137.8442197 -486.8989267 -118.324359 -236.9930596 -676.3298122 -11.16957846 -3728.917496
Tahun 2009 - 2010 Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan, Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas, Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel, Restoran Pengangkutan, komunikasi Keuangan,Persewaan,Jasa Perusahaan Jasa-jasa lain Jumlah
Yjo 14294 78066 8160 5950 34681 5423 12478 23649 296 182997
Yt/Yo 1.002427671 1.002427671 1.002427671 1.002427671 1.002427671 1.002427671 1.002427671 1.002427671 1.002427671 9.021849041
Yjo (Yt/Y0) 14328.70113 78255.51858 8179.809797 5964.444644 34765.19407 5436.165261 12508.29248 23706.412 296.7185907 183441.2566
Nasional Share 34.70113256 189.5185822 19.80979724 14.44464382 84.19406593 13.16526108 30.29248161 57.41199692 0.718590684 444.2565521
111
Tahun 2008 - 2009 Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan, Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas, Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel, Restoran Pengangkutan, komunikasi Keuangan,Persewaan,Jasa Perusahaan Jasa-jasa lain Jumlah
(P+D)j Tahun 2005 - 2006 2006 - 2007 2007 - 2008 2008 - 2009 2009 - 2010
Yjt 191345 171132 173266 182997 179439
Yt 505217 486018 484124 473705 474855
Yo 470693 505217 486018 484124 473705
Yjo 186215 191345 171132 173266 182997
F. KOMPONEN DIFFERENTIAL SHIFT KOTA TANGERANG Tahun 2005 - 2006 Lapangan Usaha Yijt Yit Yio Makanan, Minuman dan Tembakau 14673 38020 27021 Tekstil, Barang Kulit dan Tembakau 82747 196156 197658 Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 9590 46657 35894 Kertas dan Barang Cetakan 6701 30884 19835 Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet 25188 73748 78892 Semen dan Barang Galian non Logam 5773 28102 25990 Logam Dasar, Besi, dan Baja 11989 41414 36166 Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan 34132 49859 49101 Barang Lainnya. 552 377 136 Jumlah 191345 505217 470693
Yt/Yo 1.073347171 0.961998508 0.996103025 0.978478654 1.002427671
Yijo 11337 70083 10232 8215 42233 6414 9657 27995 49 186215
Yjo (Yt/Yo) 199873.3435 184073.6044 170465.1029 169537.0825 183441.2566
Yit/Yio 1.407053773 0.992401016 1.299855129 1.557045626 0.934796938 1.081262024 1.145108666 1.015437567 2.772058824 12.20501956
Yjt - (Yt/Yo) Yjo -8528.343464 -12941.60443 2800.897127 13459.9175 -4002.256552
(Yit/Yio)Yijo 15951.76862 69550.4404 13300.11768 12791.12982 39479.27907 6935.214621 11058.31438 28427.1747 135.8308824 197629.2702
Dj -1278.768624 13196.5596 -3710.11768 -6090.129821 -14291.27907 -1162.214621 930.6856163 5704.825299 416.1691176 -6284.270176 112
Tahun 2006- 2007 Lapangan Usaha Makanan, Minuman dan Tembakau Tekstil, Barang Kulit dan Tembakau Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya Kertas dan Barang Cetakan Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet Semen dan Barang Galian non Logam Logam Dasar, Besi, dan Baja Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan Barang Lainnya. Jumlah
Yijt 12958 72566 9661 6306 22298 5220 10762 30855 506 171132
Yit 30815 210252 36141 20979 76861 29137 34026 47257 550 486018
Yio 38020 196156 46657 30884 73748 28102 41414 49859 377 505217
Yijo 14673 82747 9590 6701 25188 5773 11989 34132 552 191345
Yit/Yio 0.810494477 1.071861172 0.774610455 0.679283772 1.042211314 1.036830119 0.82160622 0.947812832 1.458885942 8.643596302
(Yit/Yio)Yijo 11892.38546 88693.29638 7428.514264 4551.880553 26251.21858 5985.620276 9850.236973 32350.74759 805.3050398 187809.2051
Dj 1065.614545 -16127.29638 2232.485736 1754.119447 -3953.218582 -765.6202761 911.763027 -1495.747588 -299.3050398 -16677.20511
Tahun 2007 - 2008 Lapangan Usaha Makanan, Minuman dan Tembakau Tekstil, Barang Kulit dan Tembakau Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya Kertas dan Barang Cetakan Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet Semen dan Barang Galian non Logam Logam Dasar, Besi, dan Baja Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan Barang Lainnya. Jumlah
Yijt 13310 73405 9067 6405 22624 5498 11012 31426 519 173266
Yit 32494 204420 32888 20428 75532 29335 38221 50207 599 484124
Yio 30815 210252 36141 20979 76861 29137 34026 47257 550 486018
Yijo 12958 72566 9661 6306 22298 5220 10762 30855 506 171132
Yit/Yio 1.054486451 0.972261857 0.909991422 0.97373564 0.982709046 1.006795483 1.123288074 1.062424614 1.089090909 9.174783498
(Yit/Yio)Yijo 13664.03544 70553.15393 8791.427133 6140.376948 21912.44631 5255.472423 12088.82625 32781.11148 551.08 171737.9299
Dj -354.0354373 2851.84607 275.5728674 264.6230516 711.5536878 242.5275766 -1076.826251 -1355.111476 -32.08 1528.070091 113
Tahun 2008 - 2009 Lapangan Usaha Makanan, Minuman dan Tembakau Tekstil, Barang Kulit dan Tembakau Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya Kertas dan Barang Cetakan Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet Semen dan Barang Galian non Logam Logam Dasar, Besi, dan Baja Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan Barang Lainnya. Jumlah
Yijt 14294 78066 8160 5950 34681 5423 12478 23649 296 182997
Yit 30999 193920 31891 23391 79671 25712 36600 50800 721 473705
Yio 32494 204420 32888 20428 75532 29335 38221 50207 599 484124
Yijo 13310 73405 9067 6405 22624 5498 11012 31426 519 173266
Yit/Yio 0.953991506 0.948635163 0.969684991 1.145046015 1.054797966 0.876495654 0.95758876 1.011811102 1.203672788 9.121723946
(Yit/Yio)Yijo 12697.62695 69634.56413 8792.133818 7334.019728 23863.74919 4818.973104 10544.96743 31797.17569 624.706177 170107.9162
Dj 1596.373053 8431.435867 -632.1338178 -1384.019728 10817.25081 604.0268962 1933.032574 -8148.175693 -328.706177 12889.08378
Tahun 2009 - 2010 Lapangan Usaha Makanan, Minuman dan Tembakau Tekstil, Barang Kulit dan Tembakau Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya Kertas dan Barang Cetakan Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet Semen dan Barang Galian non Logam Logam Dasar, Besi, dan Baja Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan Barang Lainnya. Jumlah
Yijt 12693 53997 9232 6121 56704 4552 11414 24631 95 179439
Yit 30867 195911 33247 23173 78180 26121 36365 50426 565 474855
Yio 30999 193920 31891 23391 79671 25712 36600 50800 721 473705
Yijo 14294 78066 8160 5950 34681 5423 12478 23649 296 182997
Yit/Yio 0.995741798 1.01026712 1.042519833 0.990680176 0.981285537 1.01590697 0.993579235 0.992637795 0.783633842 8.806252306
(Yit/Yio)Yijo 14233.13326 78867.51303 8506.961839 5894.547048 34031.9637 5509.263496 12397.88169 23474.89122 231.9556172 183148.1109
Dj -1540.133262 -24870.51303 725.0381612 226.452952 22672.0363 -957.2634956 -983.881694 1156.10878 -136.9556172 -3709.110903 114
G. KOMPONEN PROPORTIONAL SHIFT KOTA TANGERANG Tahun 2005 - 2006 Lapangan Usaha Yit Yio Yt Yo Yijo Makanan, Minuman dan Tembakau 38020 27021 505217 470693 11337 Tekstil, Barang Kulit dan Tembakau 196156 197658 505217 470693 70083 Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 46657 35894 505217 470693 10232 Kertas dan Barang Cetakan 30884 19835 505217 470693 8215 Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet 73748 78892 505217 470693 42233 Semen dan Barang Galian non Logam 28102 25990 505217 470693 6414 Logam Dasar, Besi, dan Baja 41414 36166 505217 470693 9657 Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan 49859 49101 505217 470693 27995 Barang Lainnya. 377 136 505217 470693 49 Jumlah 505217 470693 4546953 4236237 186215 Tahun 2006 - 2007 Lapangan Usaha Yit Yio Yt Yo Yijo Makanan, Minuman dan Tembakau 30815 38020 486018 505217 14673 Tekstil, Barang Kulit dan Tembakau 210252 196156 486018 505217 82747 Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 36141 46657 486018 505217 9590 Kertas dan Barang Cetakan 20979 30884 486018 505217 6701 Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet 76861 73748 486018 505217 25188 Semen dan Barang Galian non Logam 29137 28102 486018 505217 5773 Logam Dasar, Besi, dan Baja 34026 41414 486018 505217 11989 Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan 47257 49859 486018 505217 34132 Barang Lainnya. 550 377 486018 505217 552 Jumlah 486018 505217 4374162 4546953 191345
Yit/Yio 1.407053773 0.992401016 1.299855129 1.557045626 0.934796938 1.081262024 1.145108666 1.015437567 2.772058824 12.20501956
Yt/Yo 1.073347171 1.073347171 1.073347171 1.073347171 1.073347171 1.073347171 1.073347171 1.073347171 1.073347171 9.66012454
(Yit/Yio) - (Yt/Yo)
Yit/Yio 0.810494477 1.071861172 0.774610455 0.679283772 1.042211314 1.036830119 0.82160622 0.947812832 1.458885942 8.643596302
Yt/Yo 0.961998508 0.961998508 0.961998508 0.961998508 0.961998508 0.961998508 0.961998508 0.961998508 0.961998508 8.657986568
(Yit/Yio) - (Yt/Yo)
0.333706602 -0.080946155 0.226507958 0.483698455 -0.138550234 0.007914853 0.071761495 -0.057909604 1.698711652 2.544895023
-0.151504031 0.109862664 -0.187388053 -0.282714736 0.080212807 0.074831611 -0.140392287 -0.014185675 0.496887434 -0.014390266
Pj 3783.231746 -5672.949394 2317.629425 3973.582811 -5851.392011 50.76586566 693.0007525 -1621.179353 83.23687097 -2244.073288 Pj -2223.018647 9090.80587 -1797.051424 -1894.471446 2020.400173 432.0028919 -1683.163134 -484.1854722 274.2818636 3735.600676 115
Tahun 2007 - 2008 Lapangan Usaha Makanan, Minuman dan Tembakau Tekstil, Barang Kulit dan Tembakau Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya Kertas dan Barang Cetakan Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet Semen dan Barang Galian non Logam Logam Dasar, Besi, dan Baja Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan Barang Lainnya. Jumlah Tahun 2008 - 2009 Lapangan Usaha Makanan, Minuman dan Tembakau Tekstil, Barang Kulit dan Tembakau Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya Kertas dan Barang Cetakan Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet Semen dan Barang Galian non Logam Logam Dasar, Besi, dan Baja Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan Barang Lainnya. Jumlah
Yit 32494 204420 32888 20428 75532 29335 38221 50207 599 484124
Yio 30815 210252 36141 20979 76861 29137 34026 47257 550 486018
Yit Yio 30999 32494 193920 204420 31891 32888 23391 20428 79671 75532 25712 29335 36600 38221 50800 50207 721 599 473705 484124
Yt Yo 484124 486018 484124 486018 484124 486018 484124 486018 484124 486018 484124 486018 484124 486018 484124 486018 484124 486018 4357116 4374162 Yt 473705 473705 473705 473705 473705 473705 473705 473705 473705 4263345
Yijo 12958 72566 9661 6306 22298 5220 10762 30855 506 171132
Yit/Yio 1.054486451 0.972261857 0.909991422 0.97373564 0.982709046 1.006795483 1.123288074 1.062424614 1.089090909 9.174783498
Yo Yijo Yit/Yio 484124 13310 0.953991506 484124 73405 0.948635163 484124 9067 0.969684991 484124 6405 1.145046015 484124 22624 1.054797966 484124 5498 0.876495654 484124 11012 0.95758876 484124 31426 1.011811102 484124 519 1.203672788 4357116 173266 9.121723946
Yt/Yo 0.996103025 0.996103025 0.996103025 0.996103025 0.996103025 0.996103025 0.996103025 0.996103025 0.996103025 8.964927225 Yt/Yo 0.978478654 0.978478654 0.978478654 0.978478654 0.978478654 0.978478654 0.978478654 0.978478654 0.978478654 8.806307888
(Yit/Yio) (Yt/Yo) 0.058383426 -0.023841168 -0.086111603 -0.022367385 -0.013393979 0.010692458 0.127185049 0.066321589 0.092987884 0.209856273
Pj 756.5324395 -1730.058182 -831.9241918 -141.0487272 -298.6589391 55.81463293 1368.765496 2046.352639 47.05186935 1272.827037
(Yit/Yio) (Yt/Yo)
Pj
-0.024487148 -0.029843491 -0.008793663 0.166567361 0.076319312 -0.101983001 -0.020889894 0.033332448 0.225194134 0.315416058
-325.9239413 -2190.661481 -79.73214009 1066.863947 1726.648119 -560.7025372 -230.0395141 1047.505505 116.8757554 570.8337132 116
Tahun 2009 - 2010 Lapangan Usaha Makanan, Minuman dan Tembakau Tekstil, Barang Kulit dan Tembakau Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya Kertas dan Barang Cetakan Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet Semen dan Barang Galian non Logam Logam Dasar, Besi, dan Baja Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan Barang Lainnya. Jumlah
Yit Yio Yt Yo 30867 30999 474855 473705 195911 193920 474855 473705 33247 31891 474855 473705 23173 23391 474855 473705 78180 79671 474855 473705 26121 25712 474855 473705 36365 36600 474855 473705 50426 50800 474855 473705 565 721 474855 473705 474855 473705 4273695 4263345
Yijo 14294 78066 8160 5950 34681 5423 12478 23649 296 182997
Yit/Yio 0.995741798 1.01026712 1.042519833 0.990680176 0.981285537 1.01590697 0.993579235 0.992637795 0.783633842 8.806252306
Yt/Yo 1.002427671 1.002427671 1.002427671 1.002427671 1.002427671 1.002427671 1.002427671 1.002427671 1.002427671 9.021849041
(Yit/Yio) - (Yt/Yo)
-0.006685873 0.007839449 0.040092162 -0.011747495 -0.021142134 0.013479298 -0.008848436 -0.009789876 -0.218793829 -0.215596735
Pj -95.5678702 611.9944438 327.1520415 -69.89759581 -733.2303652 73.09823456 -110.4107876 -231.5207764 -64.76297349 -293.1456489
117
H. RATA-RATA KOMPONEN SHIFT SHARE RATA-RATA Gj Lapangan Usaha 2005 - 2006 Makanan, Minuman dan Tembakau 3336 Tekstil, Barang Kulit dan Tembakau 12664 Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya -642 Kertas dan Barang Cetakan -1514 Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet -17045 Semen dan Barang Galian non Logam -641 Logam Dasar, Besi, dan Baja 2332 Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan 6137 Barang Lainnya. 503 Jumlah 5130 Rata-rata Nj Lapangan Usaha Makanan, Minuman dan Tembakau Tekstil, Barang Kulit dan Tembakau Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya Kertas dan Barang Cetakan Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet Semen dan Barang Galian non Logam Logam Dasar, Besi, dan Baja Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan Barang Lainnya. Jumlah
2005 - 2006 831.5368786 5140.389791 750.4882546 602.5470105 3097.671076 470.4487553 708.3136312 2053.354055 3.594011383 13658.34346
2006 - 2007 -1715 -10181 71 -395 -2890 -553 -1227 -3277 -46 -20213
2006 - 2007 -557.5958984 -3144.509494 -364.4343124 -254.6480008 -957.1815913 -219.3826158 -455.5998927 -1297.06694 -20.97682382 -7271.395569
2007 - 2008 352 839 -594 99 326 278 250 571 13 2134
2008 - 2009 984 4661 -907 -455 12057 -75 1466 -7777 -223 9731
2007 - 2008 -50.49700217 -282.7878885 -37.64867556 -24.57432441 -86.89474875 -20.34220955 -41.93924505 -120.2411639 -1.971869355 -666.8971273
2009 - 2010 -1601 -24069 1072 171 22023 -871 -1064 982 -201 -3558
2008 - 2009 -286.4491122 -1579.774386 -195.1340421 -137.8442197 -486.8989267 -118.324359 -236.9930596 -676.3298122 -11.16957846 -3728.917496
Rata-rata 271.2 -3217.2 -200 -418.8 2894.2 -372.4 351.4 -672.8 9.2 -1355.2
2009 - 2010 34.70113256 189.5185822 19.80979724 14.44464382 84.19406593 13.16526108 30.29248161 57.41199692 0.718590684 444.2565521
Rata-rata -5.660800322 64.56732094 34.61620435 39.98502189 330.1779751 25.11296641 0.814783078 3.425627163 -5.961133913 487.0779647 118
Rata-rata Dj Lapangan Usaha Makanan, Minuman dan Tembakau Tekstil, Barang Kulit dan Tembakau Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya Kertas dan Barang Cetakan Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet Semen dan Barang Galian non Logam Logam Dasar, Besi, dan Baja Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan Barang Lainnya. Jumlah
2005 - 2006 -1278.769 13196.560 -3710.118 -6090.130 -14291.279 -1162.215 930.686 5704.825 416.169 -6284.270
2006 - 2007 1065.615 -16127.296 2232.486 1754.119 -3953.219 -765.620 911.763 -1495.748 -299.305 -16677.205
2007 - 2008 -354.035 2851.846 275.573 264.623 711.554 242.528 -1076.826 -1355.111 -32.080 1528.070
2008 - 2009 1596.373 8431.436 -632.134 -1384.020 10817.251 604.027 1933.033 -8148.176 -328.706 12889.084
2009 - 2010 -1540.133 -24870.513 725.038 226.453 22672.036 -957.263 -983.882 1156.109 -136.956 -3709.111
Rata-rata -102.1899451 -3303.593572 -221.8309465 -1045.79082 3191.268629 -407.708784 342.9546545 -827.6201356 -76.17554326 -2450.686
Rata-rata Pj Lapangan Usaha Makanan, Minuman dan Tembakau Tekstil, Barang Kulit dan Tembakau Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya Kertas dan Barang Cetakan Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet Semen dan Barang Galian non Logam Logam Dasar, Besi, dan Baja Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan Barang Lainnya. Jumlah
2005 - 2006 3783.232 -5672.949 2317.629 3973.583 -5851.392 50.766 693.001 -1621.179 83.237 -2244.073
2006 - 2007 -2223.019 9090.806 -1797.051 -1894.471 2020.400 432.003 -1683.163 -484.185 274.282 3735.601
2007 - 2008 756.532 -1730.058 -831.924 -141.049 -298.659 55.815 1368.765 2046.353 47.052 1272.827
2008 - 2009 -325.924 -2190.661 -79.732 1066.864 1726.648 -560.703 -230.040 1047.506 116.876 570.834
2009 - 2010 -95.568 611.994 327.152 -69.898 -733.230 73.098 -110.411 -231.521 -64.763 -293.146
Rata-rata 379.0507454 21.82625139 -12.78525781 587.0057978 -627.2466046 10.19581759 7.630562416 151.3945084 91.33667717 608.4084978 119
I. CHECKING PERHITUNGAN SHIFT SHARE Lapangan Usaha Gj Makanan, Minuman dan Tembakau 271.2 Tekstil, Barang Kulit dan Tembakau -3217.2 Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya -200 Kertas dan Barang Cetakan -418.8 Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet 2894.2 Semen dan Barang Galian non Logam -372.4 Logam Dasar, Besi, dan Baja 351.4 Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan -672.8 Barang Lainnya. 9.2 Jumlah -1355.2
Nj -5.660800322 64.56732094 34.61620435 39.98502189 330.1779751 25.11296641 0.814783078 3.425627163 -5.961133913 487.0779647
Pj 379.0507454 21.82625139 -12.78525781 587.0057978 -627.2466046 10.19581759 7.630562416 151.3945084 91.33667717 608.4084978
Dj -102.1899451 -3303.593572 -221.8309465 -1045.79082 3191.268629 -407.708784 342.9546545 -827.6201356 -76.17554326 -2450.686462
Nj+Pj+Dj 271.2 -3217.2 -200 -418.8 2894.2 -372.4 351.4 -672.8 9.2 -1355.2
120
BAGIAN A : INDUSTRI DAUR ULANG PLASTIK 1. Faktor Kekuatan dan Kelemahan (Strenght dan Weakness) 0.10
0.15
0.20
0.25
0.30
0.35
0.40
Bobot 0.45 0.50
0.55
0.60
0.65
0.70
0.75
0.80
0.85
0.90
1
121
Faktor-faktor Strategis Internal 0.05 Harga yang terjangkau bagi konsumen Memiliki keunggulan produk berupa kualitas yang baik, motif produk dan tahan lama. Ketersediaan SDM dalam mengerjakan produk. Memiliki pangsa pasar sendiri untuk produk daur ulang. Modal untuk produksi barang daur ulang terjangkau. Ketersediaan bahan baku berupa sampah dan plastik. Kurang memadainya gerai-
gerai untuk memasang hasil produk daur ulang di Kota Tangerang, Bila dibandingkan dengan merek terkenal, produk daur ulang jauh berbeda. Jumlah Keterangan : 0.05 (Penting) – 1.00 ( sangat penting)
1.00
2. Faktor Peluang dan Hambatan (Opportunity dan Threaths) Faktor-faktor Strategis Internal 0.05 Adanya dukungan pemerintah daerah untuk meningkatkan kegiatan produksi produk dari daur ulang sampah dan plastik.
0.10
0.15
0.20
0.25
0.30
0.35
0.40
Bobot 0.45 0.50
0.55
0.60
0.65
0.70
0.75
0.80
0.85
0.90
1
122
Produksi daur ulang ini memberikan kesempatan untuk meningkatkan potensi ekonomi masyarakat Produksi daur ulang dapat mengurangi sampah di Kota. Produksi daur ulang mengajak masyarakat peduli dengan lingkungan. Adanya ketertarikan luar negeri dan daerah untuk memproduksi barang daur ulang.
123
Persaingan yang berasal dari produk-produk sejenis yang bermerek jika produk yang dihasilkan tidak memiliki kualitas. Kompetitor yang berasal dari luar daerah yang menghasilkan produk sejenis. Jumlah Keterangan : 0.05 (Penting) – 1.00 ( sangat penting)
1.00
124
3. Faktor Kekuatan dan Peluang (Strenght dan Opportunity) Faktor-faktor Strategis
Rating 1
2
3
Harga yang terjangkau bagi konsumen Memiliki keunggulan produk berupa kualitas yang baik, motif produk dan tahan lama. Ketersediaan SDM dalam mengerjakan produk. Memiliki pangsa pasar sendiri untuk produk daur ulang. Modal untuk produksi barang daur ulang terjangkau. Ketersediaan bahan baku berupa sampah dan plastik. Adanya dukungan pemerintah daerah untuk meningkatkan kegiatan produksi produk dari daur ulang sampah dan plastik. Produksi daur ulang ini memberikan kesempatan untuk meningkatkan potensi ekonomi masyarakat Produksi daur ulang dapat mengurangi sampah di Kota. Produksi daur ulang mengajak masyarakat peduli dengan lingkungan. Adanya ketertarikan luar negeri dan daerah untuk memproduksi barang daur ulang.
4 Keterangan :
1 (kecil) 2 (hampir kecil) 3 (besar) 4 (sangat besar)
4. Faktor Kelemahan dan Hambatan (Weakness dan Threaths) Faktor-faktor Strategis
Rating 1
Kurang memadainya gerai-gerai untuk memasang hasil produk daur ulang di Kota Tangerang, Bila dibandingkan dengan merek terkenal, produk daur ulang jauh berbeda.
3
4
Keterangan : 1 (sangat besar) 2 (besar) 3 (hamper kecil) 4 (kecil) 125
Persaingan yang berasal dari produk-produk sejenis yang bermerek jika produk yang dihasilkan tidak memiliki kualitas. Kompetitor yang berasal dari luar daerah yang menghasilkan produk sejenis.
2
BAGIAN B : INDUSTRI KIMIA 1. Faktor Kekuatan dan Kelemahan (Strenght dan Weakness) Bobot 0.10
0.15
0.20
0.25
0.30
0.35
0.40
0.45
0.50
0.55
0.60
0.65
0.70
0.75
0.80
0.85
0.90
1
126
Faktor-faktor Strategis 0.05 Internal Produk memiliki karakteristik, inovasi dan kualitas yang berbeda dengan produk lain. Ketersediaan bahan baku dan teknologi. Hubungan yang baik dengan pihak konsumen sebagai sarana pemasaran Manajemen keuangan dan arus produksi sangat diperhitungkan Dekat dengan akses keluar masuk tol. Gaji dan pendidikan karyawan masih minim.
Tidak adanya dukungan dari pemerintah daerah dalam pengembangan industri. Letak industri yang jauh dari pusat kota. Kurangtersedian ya transportasi dan lahan dalam industri Modal yang tinggi dalam pengembangan industri ini. Jumlah Keterangan : 0.05 (Penting) – 1.00 ( sangat penting)
1.00
127
2. Faktor Peluang dan Hambatan (Opportunity dan Threaths) Bobot 0.10
0.15
0.20
0.25
0.30
0.35
0.40
0.45
0.50
0.55
0.60
0.65
0.70
0.75
0.80
0.85
0.90
1
128
Faktor-faktor Strategis 0.05 Eksternal Produk yang dihasilkan beda dibandingkan dengan industri cat yang sudah besar dan memiliki keunggulan. Produk yang dibuat memiliki harga yang terjangkau dan inovatif. Konsumen yang banyak dan memiliki permintaan yang tinggi. Pengelolaan keuangan yang tertata memberikan gambaran perusahaan terus memperoleh keuntungan. Skala produksi yang terus
meningkat. Tidak mempermasalah kan persaingan dengan industri lain. Pungutan liar yang berasal dari oknum pemerintah dalam pengurusan legalitas Perputaran uang akan bermasalah bila pemasukan dari konsumen dan supplier tidak berjalan. Kehilangan kepercayaan supplier dan konsumen bila perusahaan melakukan kesalahan. Jumlah Keterangan : 0.05 (Penting) – 1.00 ( sangat penting)
1.00
129
3. Faktor Kekuatan dan Peluang (Strenght dan Opportunity) Faktor-faktor Strategis
Rating 1
Produk memiliki karakteristik, inovasi dan kualitas yang berbeda dengan produk lain. Ketersediaan bahan baku dan teknologi. Hubungan yang baik dengan pihak konsumen sebagai sarana pemasaran Manajemen keuangan dan arus produksi sangat diperhitungkan Dekat dengan akses keluar masuk tol. Produk yang dihasilkan beda dibandingkan dengan industri cat yang sudah besar dan memiliki keunggulan. Produk yang dibuat memiliki harga yang terjangkau dan inovatif. Konsumen yang banyak dan memiliki permintaan yang tinggi. Pengelolaan keuangan yang tertata memberikan gambaran perusahaan terus memperoleh keuntungan. Skala produksi yang terus meningkat.
2
3
4
Keterangan : 1 (kecil) 2 (hampir kecil) 3 (besar) 4 (sangat besar)
4. Faktor Kelemahan dan Hambatan (Weakness dan Threaths) Faktor-faktor Strategis Gaji dan pendidikan karyawan masih minim. Tidak adanya dukungan dari pemerintah daerah dalam pengembangan industri. Letak industri yang jauh dari pusat kota. Kurangtersedianya transportasi dan lahan dalam industri Modal yang tinggi dalam pengembangan industri ini. Tidak mempermasalahkan persaingan dengan industri lain. Pungutan liar yang berasal dari oknum pemerintah dalam pengurusan legalitas Perputaran uang akan bermasalah bila pemasukan dari konsumen dan supplier tidak berjalan. Kehilangan kepercayaan supplier dan konsumen bila perusahaan melakukan kesalahan.
Rating 1
2
3
4
Keterangan : 1 (sangat besar) 2 (besar) 3 (hamper kecil) 4 (kecil)
130
BAGIAN C : INDUSTRI ROTI 1. Faktor Kekuatan dan Kelemahan (Strenght dan Weakness) Bobot 0.10
0.15
0.20
0.25
0.30
0.35
0.40
0.45
0.50
0.55
0.60
0.65
0.70
0.75
0.80
0.85
0.90
1
131
Faktor-faktor Strategis 0.05 Internal Produknya memiliki keunggulan dari rasa, bebas dari bahan pengawet, tahan lama, bebas jamur dan harga bersaing. Teknologi sudah banyak digunakan dalam proses produksi. Memiliki konsumen yang setia terhadap produk ini. Ketersediaan bahan baku dalam proses produksi Resep buatan produk sudah teruji. SDM tidak memiliki pendidikan tinggi hanya
sampai jenjang SMP. Pengelolaan industri masih bersifat keluarga. Gaji/upah masih bersifat upah harian dan tergantung penjualan yang habis. Komunikasi yang sulit untuk konsumen melakukan permintaan besar. Kegiatan pemasaran hanya lewat konsumen setia dan gerobak-gerobak yang digunakan berjualan. Jumlah Keterangan : 0.05 (Penting) – 1.00 ( sangat penting)
1.00
132
2. Faktor Peluang dan Hambatan (Opportunity dan Threaths) Bobot 0.10
0.15 0.20
0.25
0.30
0.35
0.40
0.45
0.50
0.55
0.60
0.65
0.70
0.75
0.80
0.85
0.90
1
133
Faktor-faktor Strategis 0.05 Eksternal Adanya dukungan dari pemerintah berupa pemberian pelatihan kepada tenaga kerja untuk membuat produk yang inovatif. Konsumen yang paling besar berasal dari kalangan pemerintahan dan sekolah. Memiliki beberapa varian yang disukai oleh konsumen. Produk yang dihasilkan dekat dengan masyarakat dan pusat industri pun dekat pula dengan masyarakat.
Permintaan yang banyak memberikan peluang menciptakan penawaran itu sendiri. Persaingan dalam industri produk ini sangat maju dan pesat. Kurangnya inovasi dan kreatifitas dalam menghasilkan produk. Pengelolaan yang bebas dari sifat keluarga sehingga perusahaan pun akan maju dengan pesat. Banyaknya tenaga kerja yang keluar akibat banyak industri produk yang serupa. Jumlah Keterangan : 0.05 (Penting) – 1.00 ( sangat penting)
1.00 134
3. Faktor Kekuatan dan Peluang (Strenght dan Opportunity) Faktor-faktor Strategis
Rating 1
2
3
Produknya memiliki keunggulan dari rasa, bebas dari bahan pengawet, tahan lama, bebas jamur dan harga bersaing. Teknologi sudah banyak digunakan dalam proses produksi. Memiliki konsumen yang setia terhadap produk ini. Ketersediaan bahan baku dalam proses produksi. Resep buatan produk sudah teruji. Adanya dukungan dari pemerintah berupa pemberian pelatihan kepada tenaga kerja untuk membuat produk yang inovatif. Konsumen yang paling besar berasal dari kalangan pemerintahan dan sekolah. Memiliki beberapa varian yang disukai oleh konsumen. Produk yang dihasilkan dekat dengan masyarakat dan pusat industri pun dekat pula dengan masyarakat. Permintaan yang banyak memberikan peluang menciptakan penawaran itu sendiri.
4
Keterangan :
1 (kecil) 2 (hampir kecil) 3 (besar) 4 (sangat besar)
4. Faktor Kelemahan dan Hambatan (Weakness dan Threaths) Faktor-faktor Strategis
2
3
4
Keterangan : 1 (sangat besar) 2 (besar) 3 (hamper kecil) 4 (kecil)
135
SDM tidak memiliki pendidikan tinggi hanya sampai jenjang SMP. Pengelolaan industri masih bersifat keluarga. Gaji/upah masih bersifat upah harian dan tergantung penjualan yang habis. Komunikasi yang sulit untuk konsumen melakukan permintaan besar. Kegiatan pemasaran hanya lewat konsumen setia dan gerobak-gerobak yang digunakan berjualan. Persaingan dalam industri produk ini sangat maju dan pesat. Kurangnya inovasi dan kreatifitas dalam menghasilkan produk. Pengelolaan yang bebas dari sifat keluarga sehingga perusahaan pun akan maju dengan pesat. Banyaknya tenaga kerja yang keluar akibat banyak industri produk yang serupa.
Rating 1
BAGIAN D : INDUSTRI PERALATAN 1. Faktor Kekuatan dan Kelemahan (Strenght dan Weakness) Bobot 0.10
0.15
0.20
0.25
0.30
0.35
0.40
0.45
0.50
0.55
0.60
0.65
0.70
0.75
0.80
0.85
0.90
1
136
Faktor-faktor Strategis 0.05 Internal Produk yang inovatif dihasilkan dari perusahaan. Harga yang terjangkau bagi konsumen Produk yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik dan tahan lama. Ketersediaan SDM dalam mengerjakan produk. Terjalinnya hubungan baik dengan para konsumen sehingga kegiatan pemasaran produk pun dapat dilakukan.
1.00 137
Manajemen perusahaan yang tidak berjalan dengan sehat. Pendidikan SDM yang kurang memadai. Proses perekrutan SDM masih bersifat kekeluargaan. Belum adanya dukungan dari pemerintah karena adanya kekurangan dari internal industri. Gaji tidak berdasarkan UMR tetapi berdasarkan lama kerja dan tingkat kesulitan pekerjaan dan loyalitas. Serta upah masih bersifat borongan. Jumlah Keterangan : 0.05 (Penting) – 1.00 ( sangat penting)
2. Faktor Peluang dan Hambatan (Opportunity dan Threaths) Faktor-faktor Strategis 0.05 0.10 0.15 0.20 0.25 Eksternal Pengelolaan yang baik dan transparan memberikan perubahan bagi perkembangan industri. Pengelolaan dan pemanfaatan limbah dari sisasisa produksi Persaingan yang berasal dari perusahaan yang sejenis. Kenaikan harga bahan produksi sehingga akan menaikkan harga jual produk. Industri akan tidak berjalan dengan baik bila masih melakukan proses yang tidak sehat. Jumlah Keterangan : 0.05 (Penting) – 1.00 ( sangat penting)
Bobot 0.30
0.35
0.40
0.45
0.50
0.55
0.60
0.65
0.70
0.75
0.80
0.85
0.90
1
1.00 138
3. Faktor Kekuatan dan Peluang (Strenght dan Opportunity) Faktor-faktor Strategis
Rating 1
2
3
Produk yang inovatif dihasilkan dari perusahaan. Harga yang terjangkau bagi konsumen Produk yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik dan tahan lama. Ketersediaan SDM dalam mengerjakan produk. Terjalinnya hubungan baik dengan para konsumen sehingga kegiatan pemasaran produk pun dapat dilakukan. Pengelolaan yang baik dan transparan memberikan perubahan bagi perkembangan industri. Pengelolaan limbah yang sudah baik. Pemanfaatan limbah kembali oleh perusahaan sehingga tidak mencemari lingkungan masyarakat.
4 Keterangan :
1 (kecil) 2 (hampir kecil) 3 (besar) 4 (sangat besar)
4. Faktor Kelemahan dan Hambatan (Weakness dan Threaths) Faktor-faktor Strategis Manajemen perusahaan yang tidak berjalan dengan sehat. Pendidikan SDM yang kurang memadai. Proses perekrutan SDM masih bersifat kekeluargaan. Belum adanya dukungan dari pemerintah karena adanya kekurangan dari internal industri. Gaji tidak berdasarkan UMR tetapi berdasarkan lama kerja dan tingkat kesulitan pekerjaan dan loyalitas. Serta upah masih bersifat borongan. Persaingan yang berasal dari perusahaan yang sejenis. Kenaikan harga bahan produksi sehingga akan menaikkan harga jual produk. Industri akan tidak berjalan dengan baik bila masih melakukan proses yang tidak sehat.
Rating 1
2
3
4
Keterangan : 1 (sangat besar) 2 (besar) 3 (hamper kecil) 4 (kecil)
139