ANALISIS POTENSI SEKTOR EKONOMI DI KOTA DEPOK PERIODE 2000-2010
Knowledge, Piety, Integrity
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat – Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun Oleh: FATIA HILMIYATI 106084003586
JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434H/2013M
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I.
IDENTITAS PRIBADI 1. Nama Lengkap
: Fatia Hilmiyati
2. Tempat, Tanggal Lahir
: Jakarta, 24 Juli 1987
3. Jenis Kelamin
: Perempuan
4. Agama
: Islam
5. Alamat
: Jalan Semanggi I, Rt 001/03 No 21 Cempaka Putih - Ciputat Timur Tangerang Selatan
6. No Telepon
: 021-97688986
7. Email
: fatia_ku@yahoo.com
II. PENDIDIKAN FORMAL 1. Tk
: TK Mutiara
2. SD
: SD Negeri Legoso-Banten
3. SMP
: MTS Islamiyah Ciputat
4. SMA
: MAN 4 Pondok Pinang Jakarta
5. Universitas
: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
III. LATAR BELAKANG KELUARGA 1. Ayah
: Drs. H. Djedjen Zainuddin
2. Ibu
: Tikah Atikah
3. Alamat
: Jalan Semanggi I, Rt 001/03 No 21 Cempaka Putih - Ciputat Timur Tangerang Selatan
4. Anak Ke
: 3 (Tiga) dari 5 (Lima) Bersaudara
i
ANALYSIS OF THE POTENTIAL ECONOMIC SECTOR IN DEPOK 2000 – 2010 Periods By : Fatia Hilmiyati Abstract This Research is an effort to determine potential areas that affect the economic growth in Depok during 2000 through 2010, and some of the potential contribution of these sectors to the economic growth of the region. The data used is the Gross Regional Domestic Product (GRDP) and Depok West Java in 2000 until 2010. This study used analysis tools Location Quotient (LQ) equipped with analysts Shift share, which to know the leading sectors in Depok. In Depok which is a sector basis with an average LQ is the largest building sector, with an average of LQ (2.00 percent), then the setor trade, Hotel & Restaurant 1.48%; Sector Electricity, Gas & Water Supply 1,44%, and Sector Transportation & Communications. Shift share analysis results of the method using the differential growth component (Dj) in Depok City of 9 sector indicated that there are 8 sectors, where the proficiency level sector grew more slowly compared with the same economic sector in West Java, so to 8 sectors have low competitiveness and no potential to be developed to spur economic growth in the city of Depok, while the proportional growth component (Pj) show that there are 6 sectors which have an average positive value, it means the city of Depok has a faster growth in the same sector with the fastest growing sectors in economy of West Java Province. Of the 9 sectors in the city of Depok, based on the results of shift share analysis method using differential component (Dj) in Depok there is only one sector, namely the Manufacturing sector (Dj) average of 25383.19 is growing faster than the sector the same economy as the West Java Province.
Keywords : Economic Potency, Location Quotient, Shift Share
ii
ANALISIS POTENSI SEKTOR EKONOMI DI KOTA DEPOK PERIODE 2000 - 2010 Oleh : Fatia Hilmiyati ABSTRAK Penelitian ini merupakan salah satu upaya untuk mengetahui potensi-potensi daerah yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Depok selama tahun 2000 hingga tahun 2010, dan beberapa besar sumbangan sektor-sektor potensial tersebut terhadap pertumbuhan ekonomi daerah. Data yang digunakan yaitu Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Depok dan Jawa Barat tahun 2000 sampai dengan 2010. Dalam penelitian ini digunakan alat analisis Location Quotient (LQ) yang dilengkapi analis Shift share, yang digunakan untuk mengetahui sektor-sektor unggulan di Kota Depok. Untuk Kota Depok yang merupakan sektor basis dengan rata-rata LQ terbesar yaitu sektor Bangunan dengan LQ rata-rata sebesar 2,00%, kemudian sektor Perdagangan, Hotel & Restoran 1,48%, Sektor Listrik, Gas & Air Bersih 1,44%, dan Sektor Pengangkutan & Komunikasi. Hasil metode analisis Shift share menggunakan komponen pertumbuhan differensial (Dj) pada Kota Depok dari 9 sektor terindikasi bahwa terdapat 8 sektor, dimana sektor tesebut tumbuh lebih lambat dibandingkan sektor ekonomi yang sama dengan Propinsi Jawa Barat, sehingga ke 8 sektor tersebut memiliki daya saing rendah dan tidak berpotensi untuk dikembangkan untuk memacu pertumbuhan ekonomi Kota Depok, sedangkan komponen pertumbuhan proporsional (Pj) menunjukan bahwa terdapat 6 sektor yang memiliki nilai rata-rata positif, hal ini berarti Kota Depok memiliki pertumbuhan lebih cepat pada sektor yang sama dengan sektor yang tumbuh cepat di perekonomian Propinsi Jawa Barat. Dari ke 9 Sektor yang ada di Kota Depok, berdasarkan hasil metode analisis Shift Share menggunakan komponen differensial (Dj) pada Kota Depok hanya terdapat 1 sektor, yaitu sektor Industri Pengolahan dengan (Dj) rata-rata 25383,19 yang tumbuh lebih cepat dibandingkan sektor ekonomi yang sama dengan Propinsi Jawa Barat.
Kata Kunci : Potensi Ekonomi, Kuosien Lokasi, Shift Share
iii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb Alhamdulillah puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan limpahan nikmat, rahmat dan kasih sayang-Nya serta Hidayah-Nya kepada penulis selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW sang pembawa risalah islam, pembawa syafaat bagi umatnya dihari akhir kelak. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati penulis sangat menyarankan saran dan keritik yang dapat membangun dari berbagai pihak guna penyempurnaan skripsi ini. Disamping itu, dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak, yang tulus memberikan do’a, saran dan kritik, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Apresiasi dan terima kasih yang setinggitingginya, disampaikan kepada semua pihak yang telah berpatisipasi dalam penulisan skripsi ini. Smoga menjadi amal baik dan dibalas oleh Allah dengan balasan yang lebih baik. Secara khusus, apresiasi dan terima kasih tersebut disampaikan kepada: 1.
Ayahanda penulis Drs. H. Djedjen Zainuddin dan Ibunda Tikah Atikah atas do’a dan kasih sayangnya yang tiada terbatas kepada penulis, sehingga terselesaikanya skripsi ini.
2.
Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.
Bapak Dr. Lukman, M. Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah
Jakarta
dan
Dosen
Pembimbing
Pertama
Akademik, yang telah membantu membimbing dan mengarahkan penulis selama penulisan skripsi ini.
iv
4.
Bapak M. Hartana I. Putra, SE, M.Si, Dosen Pembimbing Kedua Akademik, yang telah membantu membimbing dan mengarahkan penulis selama penulisan skripsi ini.
5.
Ibu Utami Baroro, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
6.
Bapak Herni Ali HT, SE, MM sebagai Ketua penguji ujian skripsi, Bapak Yoghi Citra Pratama, M.Si sebagai Sekretaris penguji ujian skripsi, dan Bapak Zuhairan Yunmi Yunan, SE, M. Sc sebagai Penguji ahli ujian skripsi.
7.
Seluruh Dosen-dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Bapak Abas, Bapak Amir Syarifudin, Bapak Suhenda, Bapak Heri, Bapak Nurbelian, Bapak Muchtar lamo, Bapak Roikhan, Ibu Fitri Amalia, Ibu Rahmawati.
8.
Seluruh staf dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis khususnya Bapak Heri, Bapak Sofyan, Bapak Alfred, Bapak Rahmat, Pakde, Ibu Lili, Ibu Ani, Ibu Umi, Ibu Dewi dan Ibu Sizka walaupun di semester awal streng banget tapi setelah penulis menyelsaikan semester akhir, ibu sizka sangat baik banget terutama anak-anak IESP, terimakasih Bapak – bapak dan Ibu - ibu staf yang telah memberikan pelayanan dengan baik.
9.
Kepada Suami ku Taufik Hidayat, A.Md yang telah mencurahkan waktunya
sentatiasa
menemani dan membantu
penulis
dalam
menyelesaikan skripsi ini. 10. Kepada Kakak ku Nita Rihlati fadhilah Laila S.Hum dan Master Saeho; Syifa Syafariyah Rahmani SE dan Tarjudin MT; Nurhayati dan Iwan; kedua adik ku Imamul Azkiya dan Fikri Hidayatul Ilmi dan yang tercinta M. Rafa Al-Khwarizmi Hidayat.
v
11. My Best Friend “Kati Pane, SE dan Soraya MHJ” yang selalu setia dalam suka dan duka serta untuk setiap kebahagian dan kesedihan yang telah kita lalui bersama dalam menyelesaikan studi S1 ini. 12. Keluarga besar jurusan IESP (Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan) seluruh angkatan khususnya angkatan 2006 yaitu: Upi, Fera, Frizka, Leni, Yunita, Ifad, Bakar, Saras, Laras, Resna, Ibnu, Fadli, Ovi, Putra Aditya (2009). 13. Keluarga Besar dan Teman – teman di Kampung Semanggi - Ciputat yang selalu memberikan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 14. Kepada Guru-guru TKA-TPA AS-SALAM dan Ibu Kepala Sekolah, Pengajar serta Ibu-ibu Wali Murid TK Gemilang – Ciputat Timur yang senantiasa memberikan masukan dan semangat kepada penulis untuk selalu semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Ciputat, 30 Juli 2013
Fatia Hilmiyati
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI LEMBAR UJIAN KOMPREHENSIF SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIYAH DAFTAR RIWAYAT HIDUP …………………………………………… i ABSTRACT ………………………………………………………………. ii ABSTRAK ……………………………………………………………….... iii KATA PENGANTAR ……………………………………………………. iv DAFTAR ISI ……………………………………………………………… vii DAFTAR TABEL ………………………………………………………… xi DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………... xiii DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………... xiv BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah …………………………………….
1
B. Rumusan Masalah …………………………………………... 10
BAB II
C. Tujuan Penelitian …………………………………………....
10
D. Manfaat Penelitian …………………………………………..
11
TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi …………..
12
1. Teori Pembangunan Ekonomi …………………………..
13
2. Teori Pertumbuhan Ekonomi …………………………….
16
3. Teori Pertumbuhan Ekonomi Daerah …………………....
19
vii
a.
Teori Rostow ………………………………………… 19
b.
Teori Pertumbuhan Neo-Klasik ……………………... 20
c.
Teori Harrod-Domar Dalam System Regional ……… 20
d.
Teori Pertumbuhan Jalur Cepat Yang Disinergikan ...
21
B. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ………………....
22
C. Metode Basis Ekonomi ……………………………………...
22
1. Basis Ekonomi (LQ) ……………………………………… 22 2. Analisis Shift Share (SS) …………………………………. 27
BAB III
D. Penelitian Terdahulu ………………………………………...
28
E. Kerangka Penelitian …….…………………………………...
35
METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian …………………………………… 38 B. Jenis Data dan Sumber Data……………………………….
38
C. Metode Pengumpulan Data …………………………………. 39 D. Teknik Analisis Data ………………………………………... 39 1. Analisis Location Quentient (LQ) ……………………….
40
2. Analisis Shift Share (SS) ………………………………… 43 3. Tipologi …………………………………………………..
48
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian …………………...
51
viii
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sekitar Gambaran Umum Objek Penelitian ………………... 52
1. Gambaran Umum Propinsi Jawa Barat ………………….. 52 a.
Keadaan Geografis …………………………………..
52
b.
Kependudukan ………………………………………
53
c.
Ketenaga Kerjaan ……………………………...........
55
d.
Pemerintahan ……………………………………......
56
e.
Pendidikan ………………………………….…..…… 57
f.
Analisis Potensi pertumbuhan Ekonomi …....…..…..
58
2. Gambaran Umum Kota Depok …………………….…… 58 a.
Keadaan Geografis …………………………....….....
58
b.
Kependudukan ………………………………..….....
60
c.
Ketenaga Kerjaan …………………………….…......
60
d.
Pemerintah ……………………………………........
61
e.
Pendidikan ………………………………….......…...
64
f.
Kesehatan ………………………………….…....…..
66
B. Analisis Pertumbuhan Sektor ………….……………………
67
1. Analisis Perkembangan PDRB ……………………….....
67
a.
Kota Jawa Barat …………………………………….
69
b.
Propinsi Depok ………………………………….….
70
2. Analisis Potensi Location Quontient (LQ) ………..……..
71
Kota Depok ……………………………………..…..
72
a.
ix
3. Analisis Shift Share (SS) ………………………….…..…. 74 a.
Kota Depok …………………………….………...….
76
4. Tipologi sektoral ………………………………..…..…… 85 C. Pembahasan ………………………………………………….
89
1. Pembahasan Per Sektoral Kota Depok………….......…… 89 a.
Sektor Pertanian……………………….………....….
89
b.
Sektor Industri Pengolahan………….…………...….
91
c.
Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih…….………..…… 92
d.
Sektor Bangunan/ Kontruksi………………….…......
94
e.
Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran……….….....
96
f.
Sektor Pengangkutan & Komunikasi…………...……
97
g.
Sektor Bank & Lembaga Keuangan Lainnya .............. 99
h.
Sektor Jasa-jasa …………………..……………........
101
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ……………………………………………….…..
103
B. Saran …………………………………………………….……
106
DAFTAR PUSTAKA ………………………...………………….….……
108
LAMPIRAN……………………………………….……………….…..…
111
x
DAFTAR TABEL Nomer
Keterangan
1.1
Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Propinsi Jawa
Halaman
Barat atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha 6
Tahun 2000 s.d 2010 (Persen) 1.2
Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kota Depok atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2000 s.d 2010 (Persen)
7
2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
32
3.1
Makna tipologi sektoral ekonomi
50
4.1
Distribusi Persentase PDRB Menurut Lapangan Usaha Propinsi Jawa Barat Harga Konstan 2000 Tahun 2000-2010 69
(persen) 4.2
Distribusi Persentase PDRB Menurut Lapangan Usaha Kota Depok Harga Konstan 2000 Tahun 2000-2010 (persen) 70
4.3
Hasil Perhitungan Location Quotient (LQ) Kota DepokTahun 2000-2010
72
4.4
Komponen Shift Share kota Depok Tahun 2000-2010
76
4.5
Komponen Pertumbuhan propotional (Pj) Kota depok
81
4.6
Komponen Pertumbuhan Differensial (Dj) Kota depok
84
4.7
Makna Tipologi Sektor Ekonomi
88
4.8
Analisis Sektor Pertanian
89 xi
4.9
Analisis Sektor Industri Pengolahan
91
4.10
Analisis Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih
93
4.11
Analisis Sektor Bangunan
94
4.12
Analisis Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
96
4.13
Analisis Sektor Pengangkutan & Komunikasi
98
4.14
Analisis Sektor Bank & Lembaga Keuangan Lainnya
99
4.15
Analisis Sektor Jasa-jasa
101
xii
DAFTAR GAMBAR
Nomer
Keterangan
Halaman
2.1
Bagan Kerangka Pemikiran Di Kota Depok
37
4.1
Peta Propinsi Jawa Barat
52
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomer
Keterangan
Halaman
I
Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Propinsi Jawa Barat Tahun 2000-2010
II
114
Produk Domestik Regional Burto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kota Depok Tahun 2000-2010
117
III
Perhitungan Location Quotient (LQ) Kota Depok
118
IV
Location Quotient (LQ) Rata-rata Kota Depok Tahun 2000-2010
V
Komponen
119 Shift
Share
Propinsi
Jawa
Barat
Pertambahan (Gj) Tahunan Propinsi Jawa Barat
123
VI
Komponen National Share Propinsi Jawa Barat (Nj)
124
VII
Komponen Tumbuh Differential Shift (DJ) Propinsi Jawa Barat
130
(P + D)j Propinsi Jawa Barat
131
IX
Komponen Differential Shift (Dj) Kota depok
135
X
Komponen Propotional Shift (Pj) Propinsi Jawa Barat
136
XI
Rata-rata Propotional Shift (Pj) Propinsi Jawa Barat
139
XII
Checking Perhitungan Shift Share Propinsi Jawa Barat
139
VIII
xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional di negara-negara berkembang pada umumnya, terfokus pada pembangunan ekonomi melalui usaha pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi berkaitan erat dengan peningkatan produksi barang dan jasa, yang diukur antara lain melalui Produk Domestik Bruto (PDB) pada tingkat nasional dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada tingkat daerah baik Propinsi, Kabupaten maupun Kota. Pelaksanaan pembangunan Indonesia selama ini juga tidak terlepas dari pandangan tersebut. Pembangunan nasional mempunyai dampak atas pembangunan daerah, sebab daerah adalah bagian integral dari suatu negara. Indonesia sebagai suatu negara kesatuan, rencana pembangunannya meliputi rencana pembagunan nasional maupun rencana pembangunan dalam tataran regional. Pembangunan ekonomi nasional mempunyai dampak atas struktur ekonomi nasional dan struktur ekonomi daerah. (Robinson Tarigan, 2005:234). Pembangunan adalah usaha untuk menciptakan kesejahteraan rakyat. Sebab, hasil pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh rakyat sebagai wujud peningkatan kesejahteraan lahir dan batin secara adil dan merata. Pengembangan wilayah yang dapat dimulai dengan memahami kondisi wilayah saat ini (tingkat perkembangannya), serta potensi dan permasalahan yang ada di wilayah tersebut, yang selanjutnya dijadikan dasar pertimbangan
1
dalam
penentuan
prioritas
pembangunan.
Dengan
penggalian
dan
pengembangan potensi yang ada di daerah tersebut, maka secara langsung ataupun tidak langsung akan meningkatkan pendapatan asli daerah serta mengurangi ketergantungan bantuan dari luar wilayah (eksternal). (Fahrurrazy, 2009:11). Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah. Dalam upaya untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah daerah dan masyarakatnya harus secara bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah. Oleh karena itu, pemerintah daerah beserta partisipasi masyarakatnya dan dengan menggunakan sumber daya yang ada harus mampu menaksir potensi sumber daya yang diperlukan untuk merancang dan membangun perekonomian daerah. (Lincolin Arsyad, 2010:374). Kota Depok, merupakan bagian dari Kota Metropolitan Jabodetabek, selain merupakan Kota yang berbatasan langsung dengan Wilayah Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta, Kota Depok juga merupakan wilayah penyangga Ibu Kota Negara yang diarahkan untuk Kota Pemukiman, Kota Pendidikan, Pusat Pelayanan Perdagangan dan Jasa, Kota Pariwisata dan sebagai Kota Resapan Air. Ada empat faktor yang memicu perkembangan wilayah Kota Depok, yaitu kedekatan geografis dengan Ibukota Negara, adanya Universitas Indonesia, daya tarik sebagai tempat bermukim, dan otonomi daerah. Keempat faktor ini bekerja simultan mendongkrak setiap sektor-sektor yang ada di Kota
2
depok untuk menjadi salah satu indikator dalam mengukur tingkat perkembangan ekonomi tersebut. Konsekuensi dalam membangun ekonomi daerah membutuhkan tujuan yang matang dan peran serta pemerintah daerah serta masayarakat untuk merancang dan membangun perekonomian daerah. Peran serta masyarakat dan pemerintah dalam pembangunan daerah dapat terlaksana dengan kondusif, karena ditunjang adanya otonomi daerah yang ditandai dengan lahirnya dua produk undang-undang, yaitu UU. No. 22 tahun 1999 (sekarang UU tersebut diganti dengan UU No.32 Tahun 2004) tentang Pemerintahan Daerah dan UU. No 25 tahun 1999 (sekarang diganti dengan UU No 33 Tahun 2004) tentang perimbangan Keuangan antara Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat. Lahirnya Undang-Undang tersebut disambut positif oleh banyak kalangan dengan segenap harapan bahwa melalui otonomi daerah akan dapat merangsang terhadap adanya upaya untuk menghilangkan praktik-praktik sentralistik yang pada satu sisi dianggap kurang menguntungkan bagi daerah dan penduduk lokal. Era otonomi telah memberikan kesempatan kepada pemerintah
daerah,
baik
Propinsi
maupun
Kota/Propinsi
untuk
mengembangkan sendiri potensi daerah yang dimilikinya. Dengan kata lain, daerah diberi wewenang untuk mengelola sendiri keuangannya sekaligus menentukan arah pembangunan yang akan dilaksanakan demi tercapainya kemakmuran penduduk didaerahnya, dengan mempertimbangan segenap potensi, sumber daya serta faktor-faktor lainnya, baik faktor pendukung maupun faktor penghambat. 3
Selanjutnya dalam tahap pengembangan wilayah, Kota Depok juga menghadapi masalah dalam hal pemerataan pembangunan antar kecamatan. Sumber ketimpangan diperkirakan karena ketidakmerataan jumlah dan kepadatan penduduk, perbedaan
kecepatan perkembangan ekonomi di tiap
wilayah, perbedaan tingkat SDM dan penyediaan sarana dan prasarana yang dapat menunjang perekonomian serta kurangnya perhatian pemerintah dalam mengoptimalkan potensi lokal di setiap kecamatan. Untuk itu, sangat penting dilakukan identifikasi potensi lokal dan tingkat perkembangan wilayah, sehingga proses pembangunan dapat dilakukan optimal
dan efisien guna
penciptaan masyarakat yang mandiri dan tidak sepenuhnya bergantung pada bantuan wilayah lain. . Selain itu, Untuk mengetahui potensi pertumbuhan ekonomi wilayah Kota Depok dan Propinsi Jawa Barat diperlukan suatu metode yang berguna untuk mengkaji dan memproyeksi pertumbuhan ekonomi wilayah. Untuk selanjutnya dapat digunakan sebagai pedoman untuk menentukan tindakantindakan apa yang harus diambil untuk mempercepat laju pertumbuhan yang ada. Teori
basis
ekonomi
mendasarkan
pandangannya
bahwa
laju
pertumbuhan ekonomi suatu wilayah ditentukan oleh besarnya peningkatan ekspor dari wilayah tersebut. Kegiatan ekonomi dikelompokkan atas kegiatan basis dan kegiatan non basis. Kegiatan basis adalah semua kegiatan baik penghasil produk maupun penyedia jasa yang mendatangkan uang dari luar wilayah. Lapangan kerja dan pendapatan di sektor basis adalah fungsi 4
permintan yang bersifat exogenous (tidak tergantung pada kekuatan intern/permintaan lokal). Sedangkan kegiatan non basis adalah untuk memenuhi kebutuhan konsumsi lokal, karena itu permintaan sektor ini sangat dipengaruhi oleh tingkat kenaikan pendapatan masyarakat setempat. Dengan demikian sektor ini terikat terhadap kondisi ekonomi setempat dan tidak bisa berkembang melebihi pertumbuhan ekonomi wilayah. Atas dasar anggapan diatas, satu-satunya sektor yang bisa meningkatkan perekonomian wilayah melebihi pertumbuhan alamiah adalah sektor basis. Oleh karena itu analisis basis sangat berguna untuk mengkaji dan memproyeksi pertumbuhan ekonomi wilayah (Robinson Tarigan, 2005:28). Selanjutnya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang merupakan indikator penting di suatu wilayah yang dapat mengindikasikan totalitas produksi barang/jasa yang selanjutnya dapat digunakan sebagai dasar perencanaan dan evaluasi pembangunan wilayah. Laju pertumbuhan PDRB Kota Depok dan Propinsi Jawa Barat disumbang oleh 9 (sembilan) sektor yaitu: pertanian; pertambangan dan penggalian; industri pengolahan; listrik, gas dan air minum; bangunan dan konstruksi; perdagangan,hotel dan restoran; angkutan dan komunikasi; bank dan lembaga keuangan lainnya; jasa-jasa. Berikut ini adalah tabel Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha dalam perekonomian Kota Depok dan Propinsi Jawa Barat selama Tahun 2000 s.d 2010.
5
Tabel 1.1 Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Propinsi Jawa Barat atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2000 s.d 2010 (Persen) SEKTOR Pertanian
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
14.70
14.45
14.75
13.43
14.11
11.93
11.11
12.54
11.85
12.25
12.60
40.84
40.71
40.60
42.58
42.09
44.46
45.28
44.51
44.28
42.20
37.80
1.98
2.26
2.32
2.32
3.33
2.89
3.00
3.07
2.96
3.09
2.76
2.68
2.68
2.71
2.64
2.91
2.94
3.03
3.17
3.40
3.26
3.76
18.17
17.79
18.50
17.32
19.78
19.08
19.03
20.08
20.12
20.32
22.38
3.74
3.97
4.42
4.97
5.52
5.32
5.89
6.14
6.36
6.41
7.08
2.73
2.89
2.94
2.98
3.13
3.03
2.70
3.04
3.01
2.88
2.74
6.18
7.33
7.59
7.85
8.84
7.27
7.24
7.18
7.71
7.83
8.85
Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan/Konstruksi Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Bank & Lembaga Keuangan Lainnya Jasa – jasa PDRB ADHK
100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
BPS, Jawa Barat 2000-2010
6
Tabel 1.2 Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kota Depok atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2000 s.d 2010 (Persen) SEKTOR
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
4.02
3.84
3.92
3.59
3.21
2.99
2.64
2.43
2.31
2.21
2.21
-
-
-
-
Industri Pengolahan
38.45
38.24
38.38
38.37
38.25
38.49
37.58
37.55
36.60
36.27
35.95
Listrik, Gas dan Air Bersih
3.47
3.37
3.97
4.35
4.06
4.81
4.65
4.65
4.30
4.14
3.98
Bangunan/Kontruksi
6.60
6.33
5.81
5.88
5.94
5.27
4.84
4.84
4.67
4.61
4.73
Perdagangan, Hotel dan Restoran
30.49
30.61
30.54
30.50
30.37
30.07
32.19
33.12
34.67
35.55
36.29
Pengangkutan dan Komunikasi
5.04
5.48
5.72
5.67
6.33
6.81
6.81
6.42
6.61
6.55
6.28
Bank & Lembaga Keuangan Lainnya
3.80
3.82
3.65
3.65
3.91
3.85
3.52
3.50
3.40
3.31
3.26
Jasa – jasa
8.12
8.32
8.02
7.99
7.94
7.71
7.91
7.48
7.44
7.37
7.31
Pertanian Pertambangan dan Penggalian
PDRB ADHK
100.00
100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
BPS, Kota Depok 2000-2010
7
Dapat dilihat dalam PDRB Kota Depok periode 2000-2010, Industri Pengolahan memiliki kontribusi terbesar terhadap PDRB yaitu sebesar 38,45% pada tahun 2000 dan mengalami peningkatan menjadi 35,95% pada tahun 2010. Begitu juga dengan dengan PDRB Jawa Barat yang memiliki kontribusi terbesar sebanyak 40,84% di tahun 2000, hanya terpaut 2,39% dari jumlah PDRB Kota Depok. Sedangkan di tahun 2010, PDRB Propinsi Jawa Barat sebesar 37,80% yang hanya terpaut selisih angka dengan Kota Depok sebesar 1,85%. Selebihnya beberapa sektor yang memiliki kontribusi dengan nilai PDRB kedua setelah Sektor Industri Pengolahan adalah Sektor Perdagangan untuk Kota Depok dan Jawa Barat. Dengan nilai PDRB Propinsi Jawa Barat di tahun 2000 sebesar 18,17% dan tahun 2010 sebesar 22,38%, dan nilai PDRB atas dasar harga berlaku untuk Kota Depok sebesar 30,49% di tahun 2000 dan di tahun 2010 sebesar 36,29%, Pada urutan ketiga selanjutnya dengan nilai kontribusi PDRB yang berbeda antara Kota Depok dan Propinsi Jawa Barat adalah Sektor Jasa-jasa; dan Sektor Pertanian. Dimana pada Sektor Pertanian memiliki kontribusi PDRB diatas 11%, yang terus berfluktuasi tiap tahunya. Sedangkan untuk Sektor Jasa-jasa pada Kota Depok hanya 7% saja, masih terpaut tinggi dibandingakan dengan Propinsi. Pada urutan keempat selanjutnya dengan nilai kontribusi PDRB yang berbeda lagi antara Kota Depok dan Propinsi Jawa Barat adalah Sektor Jasajasa; dan Sektor Pengangkutan & Komunikasi. Dimana pada Sektor Jasa-jasa
8
memiliki kontribusi PDRB diatas 6% yang terus meningkat dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2010 sebesar 8,85%. Sedangkan untuk Sektor Pengangkutan & Komunikasi pada Kota Depok di atas 5%, dan terus menerus mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya yaitu di tahun 2000 sebesar 5,04% dan di tahun 2010 sebesar 6,28%. Selanjutnya Sektor-sektor dengan nilai PDRB atas dasar harga berlaku pada urutan kelima, untuk Propinsi Jawa Barat adalah Sektor Pengankutan & Komunikasi yang sangat tinggi nilai PDRB di bandingkan tahun lainya yaitu di tahun 2010 sebesar 7,08%, dan Sektor Bangunan untuk Kota Depok di tahun 2010 sebesar 4,73%, hanya terpaut selisih 2,35%. Adapun beberapa sektor yang memiliki kontribusi yang cukup rendah, persentase distribusi sektor berada dibawah lima persen yaitu Sektor Bangunan; Sektor Bank & Lembaga Keuangan Lainnya; dan Sektro Listrik, Gas & Air Bersih untuk Propinsi Jawa Barat. Sedangkan untuk Kota Depok itu sendiri adalah Sektor Pertanian; Sektor Listrik, Gas & Air Bersih; dan Sektor Bank & Lembaga Keuangan Lainnya.Tiap sektor masing-masing memiliki perannya yang berbeda sehingga dapat di jadikan acuan untuk keberlangsung bagi pertumbuhan baik itu di Kota maupun di Propinsi, sehingga dari ciri- ciri diatas dapat kita perhatikan peran setiap sektor dalam pertumbuhanya di Kota Depok
dan Propinsi Jawa Barat berdasarkan uraian singkat diatas maka
peneliti akan menganalisis data yang diperoleh BAPEDA Kota Depok dan BPS Kota Depok, sehingga penulis mengambil judul “ANALISIS POTENSI SEKTOR EKONOMI DI KOTA DEPOK PERIODE 2000-2010”.
9
B. Rumusan Masalah Berdasarkan permasalahan diatas muncul beberapa pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimana perkembangan PDRB selama 11 tahun pada masing-masing sektor ekonomi di Kota Depok? 2. Sektor basis ekonomi apa yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi masing-masing daerah analisis di Kota Depok? 3. Sektor-sektor ekonomi mana yang potensial untuk dikembangkan sebagai penunjang pertumbuhan ekonomi di Kota Depok?
C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui perkembangan PDRB selama 11 tahun (tahun 20002010) pada masing-masing sektor di Kota Depok dan Propinsi Jawa Barat. 2. Untuk mengetahui sektor basis ekonomi yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah Kota Depok. 3. Untuk
mengetahui
sektor-sektor
ekonomi
yang
potensial
untuk
dikembangkan sebagai penunjang pertumbuhan ekonomi di Kota Depok.
10
D. Manfaat Penelitian Selain itu penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai: 1. Tambahan informasi dan bahan kajian tentang gambaran/informasi tentang potensi pertumbuhan ekonomi di Kota Depok, sehingga Pemerintah daerah lebih dapat mengembangkan potensi daeranya secara optimal. 2. Dapat menjadi masukan bagi para pembuat kebijakan yang berhubungan dengan pembangunan Kota Depok. 3. Sumbangan pemikiran terhadap pembangunan yang ada.
11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Pertumbuhan dan pembangunan ekonomi adalah dua konsep yang tidak dapat dipisahkan. Pembangunan menentukan usaha pembangunan yang berkelanjutan dan tidak memusnahkan sumber daya asli, manakala teori dan model pertumbuhan yang dihasilkan dijadikan panduan dasar negara. Konsep pertumbuhan ekonomi sebagai suatu ukuran kuantitatif yang menggambarkan perkembangan suatu perekonomian dalam suatu tahun tertentu apabila dibandingkan tahun sebelumnya. Sedangkan pembangunan ekonomi meliputi berbagai aspek perubahan dalam kegiatan ekonomi, maka sampai dimana taraf pembangunan ekonomi yang dicapai suatu Negara telah meningkat, tidak mudah diukur secara kuantitatif (Sadono Sukirno, 2007:10). Walaupun tidak semua teori atau model dapat digunakan, namun perbincangan mengenai peranan faktor pengeluaran termasuk buruh, tanah, modal dan pengusaha boleh menjelaskan sebab-sebab berlakunya ketiadaan pembangunan dalam sebuah negara. Pada peringkat awal, pendapatan perkapita menjadi pengukur utama bagi pembangunan. Walau bagaimanapun, melalui perubahan masa, aspek pembangunan manusia dan pembangunan berwawasan lingkungan semakin ditekankan.
12
1. Teori Pembangunan Ekonomi Menurut
Prof
Meier
dalam
Mudjrajad
Kuncoro
(2005:17)
mendefinikasikan pembangunan ekonomi lebih dari sekedar pertumbuhan ekonomi. Proses pembangunan menghendaki adanya pertumbuhan ekonomi yang diikuti dengan adanya perubahan (growth plus change) dalam. Pertama, perubahn struktur ekonomi; dari pertanian ke industri atau jasa. Kedua, perubahan kelembagaan, balik lewat regulasi maupun reformasi kelembagaan itu sendiri. Penekanan pada kenaikan pendapatan per kapita (GNP riil dibagi jumlah penduduk) dan tidak hanya kenaikan pendapatan nasional riil menyiratkan bahwa perhatian pembangunan bagi negara miskin adalah penurunan tingkat kemiskinan. Pendapatan nasional riil (atau GNP pada harga konstan) yang meningkat seringkali tidak diikuti dengan perbaikan kualitas hidup. Bila pertumbuhan penduduk melebihi atau sama dengan pertumbuhan pendapatan nasional maka pendapatan perkapita bisa menurun atau tidak berubah, dan jelas ini tidak dapat disebut ada pembangunan ekonomi. Menurut Arthur lewis dalam Mudjrajad Kuncoro (2005:51) teori pembangunan pada dasarnya membahas pembangunan yang terjadi antara daerah Kota atau Desa, yang mengikut sertakan proses urbanisasi yang terjadi di antara kedua tempat tersebut. Teori ini juga membahas pola investasi yang terjadi di sektor modern dan juga sistem penetapan upah yang
13
berlaku di sistem modern, yang pada akhirnya berpengaruh besar terhadap arus urbanisasi yang ada. Mengawali teorinya, Lewis mengasumsikan bahwa perekonomian suatu Negara pada dasarnya terbagi menjadi dua yaitu: a. Perekonomian Tradisional Dalam teorinya Lewis mengasumsikan bahwa di daerah pedesaan, dengan perekonomian tradisionalnya, mengalami surplus tenaga kerja. Surplus tersebut erat kaitanya dengan basis utama perekonomian yang diasumsikan berada dari perkonomian tradisioanal adalah bahwa tingkat hidup masyarakat berada pada tingkat subsistem akibat perekonomian yang berifat subsitem pula. Hal ini ditandai dengan nilai-nilai marginal (marginal product) dari tenaga kerja yang bernilai nol, artinya fungsi produksi pada sektor pertanian telah sampai pada tingkat berlakunya hukum law of diminishing return. Kondisi ini menunjukan bahwa penambahan input variable, dalam hal ini tenaga kerja justru akan menurunkan total produksi yang ada. b. Perekonomian Industri Perekonomian ini terletak di perkotaan, di mana sektor yang berperan penting adalah sektor industri. Ciri dari perekonomian ini adalah tingkat produktivitas yang tinggi dari input yang digunakan, termaksud tenaga kerja. Hal ini menyiratkan bahwa nilai produk marginal terutama dari tenag kerja, bernilai positif. Dengan demikian, perekonomian perkotaan merupakan daerah tujuan bagi para pekerja yang berasal dari, karena nilai 14
produksi marginal dari tenaga kerja yang positif menunjukan bahwa fungsi produksi belum belum berada pada tingkat optimal yang mungkin dicapai. Jika ini terjadi, berarti penambahan tenaga kerja pada system produksi yang ada akan meningkatkan output yang akan diproduksi. Dengan demikian industri di perkotaan masih menyediakan lapangan pekerjaan, dan ini akan berusaha dipenuhi oleh penduduk pedesaan dengan jalan berurbanisasi. Pembangunan dapat dilihat dari berbagi segi. Pertama, dari segi pembangunan
sektoral.
Pencapaian
sasaran
pembangunan
Nasional
dilakukan melalui berbagai kegiatan pembangunan sektoral disesuaikan dengan kondisi dan potensi daerah. Kedua, dari segi pembangunan wilayah yang meliputi perkotaan dan pedesaan sebagai pusat dan lokasi kegiatan social ekonomi dari wilayah tersebut. Ketiga, pembangunan daerah dilihat dari segi pemerintah. Tujuan pembangunan daerah hanya dapat dicapi apabila pemerintah daerah dapat berjalan dengan baik. Oleh Karena itu pembanguna
daerah
merupakan
suatu
usaha
pengembangan
dan
memperkuat pemerintah daerah dalam rangka makin mantapnya otonomi daerah yang nyata, dinamis, serasi dan bertanggung jawab (Sjafrizal:2008). Dengan pemahaman pembanguna tersebut sebgai penjabaran dari pembangunan Nasional. Kinerja pembangunan Nasional merupakan agregat dari kinerja pembangunan dari seluruh daerah. Pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan Nasional merupakan agregat dari pencapaian semua Propinsi, dan pencapaian tujuan pembangunan di tingkat Propinsi 15
merupakan agregat pencapaian kabupaten/kota. Dengan demikian tanggung jawab untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan Nasional menjadi kewajiban bersama antar pemerintah pusat dan daerah. Perencanaan pembanguna daerah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem perencanaan pembangunan Nasional. Sinkronisasi kebijakan, program dan kegiatan pembanguna sangat penting untuk mengoptimalkan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya yang terbatas.
2. Teori Pertumbuhan Ekonomi Menurut Schumpeter dalam Sadono Sukirno (2007:434) menekankan pentingnya peranan pengusaha di dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi. Dalam teori ini ditunjukan bahwa para pengusaha merupakan golongan yang akan terus menerus membuat pembaharuan atau inovasi dalam kegiatan ekonomi. Inovasi tersebut meliputi: memperkenalkan barang-barang baru, mempertinggi efesian cara memproduksi dalam menghasilkan suatu barang, memperluas pasar suatu barang ke pasaranpasaran yang baru, mengembangkan sumber bahan mentah yang baru dan mengadakan
perubahan-perubahan
dalam
organisasi
dengan
tujuan
mempertinggi keefisienan kegiatan perusahaan. Di dalam mengemukakan teori pertumbuhanya Schumpeter memulai analisisnya dengan memisalkan bahwa perekonomian sedang dalam keadan tidak berkembang. Tetapi keadan ini tidak berlangsung lama. Pada waktu keadaan tersebut berlaku, segolongan pengusaha menyadari tentang 16
berbagai kemungkinan untuk mengadakan inovasi yang menguntungkan. Didorong
keinginan
mendapatkan
keuntungan
dari
mengadakan
pembaharuan tersebut, mereka akan meminjam modal dan akan melakukan penanaman modal. Inovasi yang baru ini akan meninggikan tingkat kegiatan ekonomi Negara. Menurut Harrod-Domar dalam Sadono Sukirno (2007:435) dalam menganalisis mengenai masalah pertumbuhan ekonomi bertujuan untuk menerangkan syarat yang harus dipenuhi supaya suatu perekonomian dapat mencapai pertumbuhan yang teguh atau steady growth dalam jangka panjang. Menurut Simon Kuznets dalam M.L Jhingan (2004:57) pertumbuhan ekonomi adalah “Peningkatan kemampuan suatu Negara (daerah) untuk menyediakan barang-barang ekonomi bagi penduduknya, yang terwujud dengan adanya kenaikan output nasional secara terus-manerus yang disertai
dengan
kemajuan
teknologi
serta
adanya
penyesuaian
kelembagaan, sikap dan ideologi yang dibutuhkannya”. Pertumbuhan ekonomi dapat diketahui dengan membandingkan PDRB pada suatu tahun tertentu (PDRBt) dengan PDRB tahun sebelumnya (PDRBt-1).
Laju Pertumbuhan Ekonomi
PDRBt – PDRB (t-1) ---------------------------- X 100% PDRB (t-1)
17
Menurut Arsyad (2010:270) Pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor sebagai berikut: a. Akumulasi Modal, termasuk investasi baru yang berwujud tanah (lahan), peralatan fiskal dan suberdaya manusia (human resources), akan terjadi jika ada bagian dari pendapatan sekarang yang akan ditabung dan diinvestasikan untuk memperbesar output pada masa yang akan datang. Akumulasi modal akan menambah suberdaya-sumberdaya yang baru dan meningkatkan sumberdaya-sumberdaya yang ada. b. Pertumbuhan penduduk, dan hal-hal yang berhubungan dengan kenaikan jumlah angkatan kerja dianggap sebagi faktor yang positif dalam merangsang pertumbuhan ekonomi yang berlaku dalam menyerap dan memperkerjakan tenaga kerja yang produktif. c. Kemajuan teknologi menurut para ekonom, merupakan faktor yang paling penting bagi pertumbuhan ekonomi. Dalam bentuknya yang paling sederhana, kemajuan teknologi disebabkan oleh cara-cara baru dan caracara lama yang diperbaiki dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan tradisional.
18
3. Teori Pertumbuhan Ekonomi Daerah Menurut Robinson Tarigan (2005:46) Pertumbuhan ekonomi daerah didefinisikasikan sebagai: Pertambahan pendapatan masyarakat yang terjadi di suatu wilayah, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah (added value) yang terjadi di wilayah tersebut. Perhitungan pendapatan wilayah pada awalnya dibuat dalam harga berlaku. Namun agar dapat melihat pertambahan dari kurun waktu ke kurun waktu berikutnya, harus dinyatakan dalam nilai riil, artinya dinyatakan dalam harga konstan. Terdapat beberapa teori pertumbuhan ekonomi daerah/wilayah sebagai berikut berikut; a. Teori Rostow. Teori ini melihat pembangunan ekonomi sebagai proses perubahan yang bersifat garis lurus dan bertahap. Salah satu teori yang terkenal adalah teori W.W Rostow tentang tahap-tahap pertumbuhan ekonomi. Menurut Rostow, suatu perekonomian akan berkembang menjadi perekonomian maju dalam lima tahap, yaitu: 1) Tahap Perekonomoan Tradisional . 2) Tahap Pra Lepas Landas. 3) Thap Lepas Landas “Take Of”. 4) Tahap Kedewasaan “Maturity”. 5) Tahap Konsumsi Masa Tingkat Tinggi “High Mass Consum ption” (Prathama Raharja, 2004:332).
19
b. Teori Pertumbuhan Neo-Klasik Teori pertumbuhan Neo Klasik dikembangkan oleh Robert M. Solow (1970) dari Amerika Serikat dan TW. Swan (1956) dari Australia. Menurut teori ini tingkat pertumbuhan berasal dari 3 sumber yaitu akumulasi
modal,
bertambahnya
penawaran
tenaga
kerja
dan
peningkatan teknologi. Teori Neo Klasik sebagai penerus dari teori klasik menganjurkan agar kondisi selalu diarahkan untuk menuju pasar sempurna. Dalam keadaan pasar sempurna perekonomian bisa tumbuh maksimal. Analisis lanjutan dari paham neo klasik menunjukkan bahwa terciptanya suatu pertumbuhan yang mantap (steady growth), diperlukan suatu tingkat s (saving) yang pas dan seluruh keuntungan pengusaha diinvestasikan kembali di wilayah itu. c. Teori Harrod-Domar Dalam Sistem Regional Teori ini dikembangkan pada waktu yang hampir bersamaan oleh Roy F. Harrod (1948) di Inggris dan Evsey D. Domar (1957) di Amerika Serikat. Teori ini didasarkan atas asumsi: 1) Perekonomian bersifat tertutup, 2) Hasrat menabung (MPS = s) adalah konstan, 3) Proses produksi memiliki koefisien yang tetap, serta 4) Tingkat pertumbuhan angkatan kerja (n) adalah konstan dan sama dengan tingkat pertumbuhan penduduk.
20
d. Teori Pertumbuhan Jalur Cepat Yang Disinergikan Teori
Pertumbuhan
Jalur
Cepat
(Turnpike)
diperkenalkan
oleh
Samuelson (1955). Setiap negara/wilayah perlu melihat sektor/komoditi apa yang memiliki potensi besar dan dapat dikembangkan dengan cepat, baik karena potensi alam maupun karena sektor itu memiliki competitive advantage untuk dikembangkan. Artinya dengan kebutuhan modal yang sama sektor tersebut dapat memberikan nilai tambah yang lebih besar, dapat berproduksi dalam waktu relative singkat dan volume sumbangan untuk perekonomian yang cukup besar. Agar pasarannya terjamin, produk tersebut harus dapat menembus dan mampu bersaing pada pasar yang lebih luas. Perkembangan struktur tersebut akan mendorong sektor lain untuk turut berkembang sehingga perekonomian secara keseluruhan akan tumbuh. Mensinergikan sektor-sektor adalah membuat sektorsektor saling terkait dan saling mendukung sehingga pertumbuhan sektor yang satu mendorong pertumbuhan sektor yang lain, begitu juga sebaliknya. Menggabungkan kebijakan jalur cepat dan mensinergikannya dengan sektor lain yang terkait akan mampu membuat perekonomian tumbuh cepat.
21
B. Produk domestic Regional Bruto (PDRB) Pengertian PDRB menurut Badan Pusat Statistik (2010:8) yaitu jumlah nilai tambah yang dihasilkan untuk seluruh wilayah usaha dalam suatu wilayah atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan seluruh unit ekonomi di suatu wilayah. Data PDRB juga menggambarkan kemampuan suatu daerah dalam mengelola sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dimiliki.
C. Metode Basis Ekonomi 1. Basis Ekonomi (LQ) Teori
basis
ekonomi
(economic
base
theory)
mendasarkan
pengalamanya bahwa laju pertumbuhan ekonomi suatu wilayah ditentuka oleh besarannya peningkatan eksport dari wilayah tersebut. Kegiatan ekonomi dikelompokkan atas kegiatan basis dan kegiatan non basis. Hanya kegiatan basis yang dpat mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah (Robinson Tarigan, 2005:28). Teori basis ekspor murni dikembangkan pertama kali oleh Tiebout. Teori ini membagi kegiatan produksi/jenis pekerjaan yang terdapat didalam satu wilayah atas sektor basis dan sektor non basis. Kegiatan basis adalah kegiatan yang bersifat exogenous artinya tidak terikat panda kondisi internal perekonomian wilayah dan sekaligus berfungsi mendorong tumbuhnya jenis pekerjaan lainnya. Sedang kegiatan non basis adalah kegiatan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di daerah itu sendiri. 22
Oleh karena itu, pertumbuhanya tergantung kepada kondisi umum perekonomian wilayah tersebut. Artinya, sektor ini bersifat endogenous (tidak bebas tumbuh), pertumbuhan tergantung kepada perekonomian wilayah secara keseluruhan. (Robinson Tarigan, 2005:55). Dalam perekonomian regional terdapat kegiatan-kegiatan basis dan kegiatan - kegiatan bukan basis. Menurut Glasson (1990) kegiatan-kegiatan Basis (Basic activities) adalah kegiatan mengekspor barang-barang dan jasa keluar batas perekonomian masyarakatnya atau memasarkan barang dan jasa mereka kepada orang yang datang dari luar perbatasan perekonomian masyarakat yang bersangkutan. Sedangkan kegiatan bukan basis (Non basic activities) adalah kegiatan menyediakan barang yang dibutuhkan oleh orang yang bertempat tinggal didalam batas perekonomian masyarakat yang bersangkutan. Kegiatan-kegiatan ini tidak mengekspor barang jadi; luas lingkup produksi dan daerah pasar yang terutama bersifat lokal. Implisit didalam pembagian kegiatan- kegiatan ini terdapat hubungan sebab akibat yang membentuk teori basis ekonomi. Bertambah banyaknya kegiatan basis dalam suatu daerah justru akan menambah arus pendapatan kedalam daerah yang bersangkutan, menambah permintaan barang dan jasa sehingga akan menimbulkan kenaikan volume kegiatan. Sebaliknya berkurangnya kegiatan basis dapat mengurangi pendapatan suatu daerah dan turunnya permintaan terhadap barang dan jasa dan akan menurunkan volume kegiatan (Richardson, 1977).
23
Kegiatan basis mempunyai peranan penggerak pertama (Prime mover role) dimana setiap perubahan mempunyai efek multiplier terhadap perekonomian regional. Pendekatan secara tidak langsung mengenai pemisahan antara kegiatan basis dan kegiatan bukan basis dapat menggunakan salah satu ataupun gabungan dari tiga metode yaitu: a. Menggunakan
asumsi-asumsi
atau
metode
arbetrer
sederhana
mengasumsikan bahwa semua industri primer dan manufakturing adalah Basis, dan semua industri Jasa adalah bukan basis, metode tidak memperhitungkan adanya kenyataan bahwa dalam sesuatu kelompok industri bisa terdapat industri-industri yang menghasilkan barang yang sebagian di ekspor atau dijual kepada lokal atau ke duanya. b. Metode Location Quotient (LQ). Metode Location Quotient (LQ) adalah salah satu tehnik pengukuran yang paling terkenal dari model basis ekonomi untuk menentukan sektor basis atau non basis (Prasetyo, 2001: 41-53; Lincolyn, 1997: 290). Analisis LQ dimaksudkan untuk mengidentifikasi dan merumuskan komposisi dan pergeseran sektor-sektor basis suatu wilayah dengan menggunakan produk domestik regional bruto (PDRB) sebagai indikator pertumbuhan wilayah.
Dengan dasar pemikiran economic base
kemampuan suatu sektor dalam suatu daerah dapat dihitung dari rasio berikut:
24
LQ = (Lij/LJ) / (Nip/Np)
Keterangan: Lij
= Nilai tambah sektor i di daerah j (Kabupaten/Kota)
Lj
= Total nilai tambah sektor di daerah j
Nip
= Nilai tambah sektor i di daerah p (Propinsi/ Nasional)
Np
= Total nilai tambah sektor di p
P
= Propinsi /Nasional
Lij/Lj
= Prosentasi employment regional dalam sektor i
Nip/Np
= Prosentase employment nasional dalam sektor i
Berdasarkan hasil perhitungan LQ tersebut dapat dianalisis dan disimpulkan sebagai berikut: 1) LQ > 1 Jika LQ lebih besar dari 1, berarti tingkat spesialisasi sektor tersebut di daerah analisis lebih besar dari sektor yang sama pada Propinsi daerah analisis. 2) LQ < 1 Jika LQ lebih kecil dari 1, berarti tingkat spesialisasi sektor tersebut di daerah analisis lebih kecil dari sektor yang sama pada Propinsi daerah analisis. 3) LQ = 1 Jika LQ sama dengan 1, berarti tingkat spesialisasi sektor tersebut di daerah analisis sama dari sektor yang sama pada Propinsi daerah analisis.
25
c. Metode ketiga, yakni kebutuhan minimum (minimum requirements) adalah modifikasi dari metode LQ dengan menggunakan distribusi minimum dari employment yang diperlukan untuk menopang industri regional dan bukannya distribusi rata–rata. Untuk setiap daerah yang pertama dihitung adalah persentase angkatan kerja regional yang dipekerjakan
dalam
setiap
industri.
Kemudian
persentase
itu
diperbandingkan dengan perhitungan hal-hal yang bersifat kelainan dan persentase terkecil dipergunakan sebagai ukuran kebutuhan minimum bagi industri tertentu. Persentase minimum ini dipergunakan sebagai batas dan semua employment di daerah-daerah lain yang lebih tinggi dari persentase dipandang sebagai employment basis. Proses ini dapat diulangi untuk setiap industri di daerah bersangkutan untuk memperoleh employmen basis total. Dibandingkan dengan metode LQ, metode ini justru lebih bersifat arbiter karena sangat tergantung pada pemilihan persentase minimum dan tingkat disagregasi-disagregasi yang terlalu terperinci, bahkan dapat mengakibatkan hampir semua sektor menjadi kegiatan basis atau ekspor. Teori basis ini mempunyai sifat yang mudah diterapkan, sederhana dan dapat menjelaskan struktur perekonomian suatu daerah dan dampak umum dari perubahan-perubahan jangka pendek. Keterbatasan teori ini tidak terlalu ketat dan dapat menjadi landasan yang sangat bermanfaat bagi peramalan jangka pendek
26
2. Analisi Shift Share Analisis Shift Share sangat berguna dalam menganalisis perubahan struktur ekonomi daerah dibandungkan dengan perekonomian daerah. Tujuan analisis ini adalah untuk menentukan kinerja atau produktifitas kerja perekonomian daerah dengan membandingkanya dengan daerah yang lebih besar. Analisis ini memberikan data tentang kinerja perekonomian dalam 3 (tiga) bidang yang berhubungan satu sama lain (Arsyad, 2010:314) meliputi: a. Pertambahan Ekonomi daerah diukur dengan cara menganalisi perubahan agregat secara sektoral dibandingakan dengan perubahan pada sektoral yang sama di perekonomian yang dijadika acuan. b. Pergeseran proposional merupakan perbedaan antara pertumbuhan daerah dengan menggunakan pertumbuhan Nasional sektoral dan pertumbuhan daerah dengan menggunakan pertumbuhan Nasional. Daerah dapat tumbuh dengan cepat/lebih lambat dari rata-rata Nasional jika mempunyai sektor atau industri yang tumbuh lebih cepat/lambat dari Nasional. Dengan, demikian perbedaan laju pertumbuhan dengan Nasional disebabkan oleh komposisi sektor yang berbeda. c. Pergeseran differensial, digunakan untuk beberapa jauh daya saing industri daerah (local) dengan perekonomian yang dijadikan acuan.
27
D. Penelitian Terdahulu 1. Dini (2007: 1), dalam penelitian skripsinya dengan judul “ Analisis Pertumbuhan Ekonomi di Kota Tanggerang (Pendekatan Model Basis Ekonomi) “. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sektor basis dan sektor potensial yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi daerah analisis dengan menggunakan pendekatan basis sektor. Periode analisis yang digunakan adalah tahun 2001-2004 dengan menggunakan data sekunder berupa PDRB daerah analisis.Dalam penelitian ini,alat analisis yang digunakan adalah Location Quotient, Shift Share dan Tipologi. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa terdapat 4 sektor yang menjadi basis di Kota tanggerang dilihat dari nilai LQ yang lebih dari satu serta berdasarkan perhitungan Shift Share dan tipologi terdapat 3 sektor yang potensial untuk dikembangkan. 2. Ropingi (2008:1) dengan judul analisis “Aplikasi Shift Share Estaben Marquillas Pada Sektor Pertanian di Kabupaten Boyolali”. Ruang Lingkup dalam penelitian adalah Kabupaten Boyolali dalam kurun waktu 10 bulan, data yang digunakan data time series Kabupaten Boyolali PDRB selama Lima tahun terakhir. Dengan analisis Shift Share Estaben Marquillas untuk meneliti efek alokasi, dimana dalam efek alokasi dapat diketahui apakah daerah tersebut terspesialisasi dengan sektor pertanian yang ada. Hasil penelitian berdasarkan nilai efek alokasi sektor perekonomian di Kabupaten Boyolali mempunyai 2 sektor unggulan kompetitif dan terspesialisasikan, 3 sektor keunggulan namun tidak terspesialisasikan dan 2 28
sektor
tidak
memiliki
keunggulan
kompetitif
dan
juga
tidak
terspesialisasikan serta 2 yang tidak memiliki keuntungan kompetitif namun terspesialisasi. Kontribusi Sektor Pertanian dalam perekonomian Kabupaten Boyolali dilihat dari pengganda pendapatan selama tahun 1998-2002 berkecenderungan meningkat kecuali pada tahun 2001 mengalami penurunan. 3. Roziana Ainul Hidayati (Juli 2008:83-97) dalam penelitianya yang berjudul “Analisis Ketimpangan Ekonomi Antar Kecamatan Di Kabupaten Gresik”. Tujuan penelitian ini adalah bagaimana pemerintah menggalakkan pembangunan ekonomi di kecamatan-kecamatan yang masuk kategori daerah tertinggal dengan meningkatkan sarana prasarana ekonomi dan social, dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif serta pengambilan sampel tentang pertumbuhan ekonomi sehingga mampu untuk bias di kembangkan. Penggunaan tipologi klassen untuk mengetahui adanya ketimpangan yang terjadi antar kecamatan. 4. Zuhairan Y. Yunan (2010:25) dalam penelitiannya dengan judul “Sektor Basis dan Non Basis di Kotamadya Tanggerang Selatan (Suatu Pendekatan Location Quotient)” Tujuan dari penelitian ini adalah pemecahan masalah dengan perlu adanya kemampuan di bidang ekonomi di daerah analisis, dengan menggunakan populasi sebagai subyek penelitian berupa PDRB sektoral Kota Tanggerang Selatan dan Propinsi Banten tahun 2007-2009 dihitung berdasarkan atas dasar harga konstan 2000, dengan Purposive Sample sebagai teknik pengambilan sampelnya. Identifikasi sektor basis dan 29
non basis menggunakan alat analisis Location Quotient. Penghitungan hasil dari LQ dalam penelitian tersebut. Menunjukan bahwa secara rata-rata selama 3 tahun terakhir, terdapat 6 sektor yang merpakan sektor basis yaitu sektor listrik, gas dan air bersih, sektor bangunan, sektor perdagangan, sektor hotel, restoran, pengangkutan dan komunikasi, sektor Bank & Lembaga Keuangan Lainnya serta sektor jasa-jasa. 5. Prof. S Chattopadhya (2011:41) “Forecasting Regional Economic Potentialis for economic Regional-Special Economic Zone and Investment Regions”. Penelitian ini membahas bagaimana mementukan dari setiap kebijakan local dan regional untuk meningkatakan taraf kesejahteraan wilayah. Terutama dalam membuat kebijakan pembangunan ekonomi, struktur sektoral dan kinerja daerah tersebut. Dengan menggunakan analisis Shift Share dan LQ sebagai acuan untuk mememenuhi standarisasi dalama penelitian ini, dan menggabungkan komponen Shift Share sebagai mengukur perubahan ekonomi regioanal, mengukur pangsa pasar, serta mengukur perubahan dalam industri di wilayah tersebut. 6. Lina Suherty (2011:143-148) “Analisis Pengembanagn Sektor Ekonomi Potensial Kabupaten Barito Kuala”. Ada 3 sektor yang termaksud ke dalam sektor basis yaitu : Sektor Pertanian, Sektor Industri Pengolahan dan Sektor Bangunan berarti sektor tersebut memiliki kekuatan ekonomi yang cukup baik dan sangat berpengaruh terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Barito Kuala, sektor ekonomi ini sudah mampu untuk memenuhi kebutuhan daerahnya sendiri bahkan berpotensi eksport. Sedangkan keenam 30
sektor lainya termaksud sektor non basis, akan tetapi sektor non basis tidak boleh di abaikan karena sektor ini juga di usahakan untuk di kembangkan agar menjadi sektor basis baru. 7. Lukman (2011:92) dalam penelitiany yang berjudul “Analisis Sektor Unggulan sektoral dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Sektor Ekonomi Daerah: Sumatra Barat, Riau dan Jambi” Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengkaji dan menganalisis besarnya pengaruh sektor ekonomi terhadap pertumbuhan ekonomi daerah serta sektor unggulan terhadap output nilai tambah bruto dan penyerapantenaga kerja di Propinsi Sumatra Barat, Riau dan Jambi. 8. Vibiz Regional Research (2011:1) “Analisis Sektoral Unggulan Di Kabupaten Keerom, Propinsi Papua” tujuan dari penelitian adalah bagaimana menunjang strategi one place one product dan sektor-sektor manakah yang termaksud ke dalam sektor potensial serta penyerapan tenaga kerja terbuka lebar. 9. Sulivanto (2012:27) “Analisis of Determining Basis Comodity and Pricing at Basis Commodity in Banyumas Indonesia” menggunakan alat analisis berupa LQ, shift dan share analysis sebagai pelengkap dalam meneliti basis commodity, basis sektor dan pricing. Dalam pembangunan ekonomi daerah Banyumas merupakan pembentukan suatu pola kemitraan antara sektor untuk menciptakan suatu lapangan pekerjaan baru dan merangsang kegiatan ekonomi di wilayah Banyumas. Kemudian teori basis ekonomi menunjukan suatu perubahan-perubahan regional yang menekankan hubungan antara 31
sektor-sektor perekonomian daerah lain khususnya daerah Banyumas. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan manakah produk Banyumas yang masuk ke dalam basis/ non basis. Sehingga diketahui mana saja prodakprodak yang mampu memenuhi kebutuhan daerahnya.
Table 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu No
Nama
1
Dini (2007:1)
2
Roping (2009:41)
Metode/Alat Analisis Skripsi “Analisis Data Sekunder Pertumbuhan dengan alat Ekonomi di Kota analisis LQ, Tanggerang Shift Share dan (Pendekatan Tipologi. Model Basis Ekonomi)". Judul
Aplikasi Shift Share Ebstaban Marquillas pada sektor Pertanian di Kabupaten Boyolali.
Alat analisis Shift Share Estaban Marquillas.
Hasil Hasil penelitian ini dengan menggunakan LQ dan SS serta tipologi sebagai penguat dari hasil analisi ini maka, pertumbuhan ekonomi di Kota Tangerang Selatan cukup baik untuk di kembangan, dengan melihat nilai LQ tertinggi serta tipologi yang baik untuk dikembangkan adalah Sektor bangunan, Sektor Bank dan Sektor Jasa-jasa. Hasil penelitian ini dengan meneliti efek lokasi, dengan melihat daerah spesialisasi, dimana sektor pertanian dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan merupakan yang mempunyai keunggulan kompetitif dan terspesialisasi sebgai penunjang dari analisis ini.
32
No
Metode/Alat Analisis Tehnik pengambilan sampel purposif sampel dengan alat analisis tipologi
Nama
Judul
3
Roziana Ainul Hidayat (2008:83-97)
Analisis Ketimpangan Ekonomi antara Kecamatan di Kabupaten Gresik
4
Zuhairan Y. Yunan (2010:25)
“Sektor Basis dan Non Basis di Kotamadya Tanggerang Selatan (Suatu Pendekatan Location Quotient)”.
Data yang di gunakan adalah sekunder, dengan metode analisis data yaitu LQ dan Shift Share.
Prof. S Forecasting Chattopadhya Regional (2011:41) Economic Potentialis for economic Regional-Special Economic Zone and Investment Regions.
Land Suitability matrix, Economic census, ShiftShare Analysi,LQ.
5
Hasil Hasil analisi tipologi daerah klasen di Kabupaten Gresik menunjukan bahwa Kec. Sedayu, Cerme, Manyar dan Gresik termsuk Kecamatan yang cepat maju dan tumbuh. Rata-rata angka indeks ekonomi antar kecamatan di Kabupaten Gersik selama periode 2003-2005, yaitu sebesar 0,47 Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa sektorsektor yang memiliki kekuatan ekonomi cukup baik dan sangat berpengaruh terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi Kota Tangsel dan mampu memenuhi kebutuhan daerahnya berpotensi ekspor yaitu sektor Bank, keuangan, perusahaan merupakan sektor basis yang memiliki indeks terbesar dibandingkan sektor basis lainya dengan nilai ratarata sebesar 3.396. Air pollution sensitivity matrix, Results from 4th economic census, (NS,IM,RS).
33
No 6
Nama
Judul
Lina Suherty Analisis (2011:143-148) Pengembanagn Sektor Ekonomi Potensial Kabupaten Barito Kuala
7
Lukman (2011:92)
8
Vibiz Regional Research (2011:1-12)
Metode/Alat Analisis Alat Analisis (LQ), analisis Shift Share & tipologi sektoral
Analisis Sektor Pendekatan Unggulan sektoral input - output dan Pengaruhnya integrational Terhadap Pertumbuhan Sektor Ekonomi Daerah: Sumatra Barat, Riau dan Jambi Analisis Sektor Unggulan di Kabupaten Keerom, Provinsi Papua
Metode Location Quotient (LQ), serta dengan melihat faktor-faktor eksternal yang sifatnya kualitatif.
Hasil Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sektorsektor yang kepotensialanya istimewa adalah sekor bangunan, yang menunjukan bahwa pengembangan ekonomi di Kota Barito kuala pada sektor ini sangat baik dan sektor-sektor lain sebagai penunjang dari pengenmbangan bagi Kabupaten Baroto Kuala. Eksploratif bersifat diskriptif yaitu untuk mengetahui situasi & memahami fenomena yang terjadi dalam perolehan pengertian. Eksplanatoris digunakan untuk menguji hipotesis tentang adanya sebab akibat berbagai variable. Hasil analisis ini menunjukan beberapa sektor potensial meliputi Tanaman Perkebunan, Industri Besar/Sedang, Khutanan, Restoran, Perdagangan, bank, Sewa Bangunan, KRT dan Angkutan jlana Raya. Sedangkan sektor yang belum komperatif adalah Lembaga Keuangan Non Bank, Komunikasi, Jasa Sosial Kemasyarakatan, Jasa Angkutan Udara dan Perikanan.
34
No 9
Nama
Judul
Sulivanto (2012:27)
Analisis of Determining Basis Comodity and Pricing at Basis Commodity in Banyumas Indonesia
Metode/Alat Analisis Economic Base Analysis, Location Quotien (LQ) and Shift and Share Analysis
Hasil Alat analisis LQ, SS analisis of rigity & descriptive analisis untuk mengetahui wilayah basis
E. Kerangka Penelitian Suatu daerah memiliki potensi ekonomi dapat terlihat dari besarnya PDRB yang dihasilkan, pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita. Dari PDRB akan dapat diketahui output yang dihasilkan tiap sektor serta digunakan untuk menentukan sektor basis dan sektor yang mempunyai keunggulan kompetitif dan spesialisasi. Dari pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita dapat diketahui Tipologi daerah. Untuk menentukan sektor basis dalam perencanaan pengembangan pembangunan daerah digunakan pengaruh variabel keunggulan kompetitif, spesialisasi dan pertumbuhan ekonomi persektor terhadap sektor basis yang signifikan dan disesuaikan dengan tipologi daerah yang bersangkutan. Dari bagan di bawah ini, menggambarkan pola perekonomian daerah yang terdiri dari sektor – sektor ekonomi yang nantinya beberapa sektor ini terdiri dari sektor basis dan sektor potensial, serta tipolagi yang di gunakan sebagai analisi ini. 35
Dimana LQ sebagai salah satu teknik pengukuran yang menentukan sektor basis dan sektro non basis dengan menggunakan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sebagai indikator pertumbuhan wilayah. kemudian sektor potensial yang menentukan sektor dengan keunggulan kompetitif dan spesikasi, dengan menggunakan teknik analisis Shift Share sehingga diketahui sektor – sektor mana yang produktifitasnya lebih besar dan laju pertumbuhan sektor – sektor dengan perekonomian yg lebih tinggi tingkatnya baik itu Kota maupun Propinsi.
36
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pemikiran Di Kota Depok
PDRB Propinsi Jawa Barat
PDRB Kota Depok
Sektor - Sektor
Alat Analisis
Location Quetient (LQ) Melakukan pengujian sektor-sektor ekonomi yang termasuk dalam sektor basis/non basis
Shift Share Menggambarkan kinerja dan produktifitas sektor-sektor yang lebih besar (Kota/Propinsi), menganalisa laju pertumbuhan perekonomian yang lebih tinggi tingkatnya
Tipologi Mengetahui gambaran pola dan struktur pertumbuhan ekonomi masing-masing daerah
Hasil Penelitian 37
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Secara umum penelitian ini mencangkup Propinsi Jawa Barat. Dengan mengkhususkan pada Kota Depok dengan ruang lingkup waktu yang dipakai 2000 hingga 2010 yang bertujuan untuk menganalisis potensi ekonomi di masing-masing daerah yaitu Propinsi jawa Barat dan Kota Depok.
B. Jenis Data dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Data
Skunder,
yaitu
data
yang
tidak
diusahakan
sendiri
pengumpulannya oleh peneliti. Data ini diambil dengan tujuan untuk melengkapi informasi yang akan disajikan pada penyususnan skripsi. Data diperoleh dari literatur-literatur yang ada serta badan-badan terkait yang sesuai dengan tema peneliti, seperti: 1. Metode dokumentasi Metode dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data tentang PDRB Kota Depok. Data tersebut merupakan data skunder yakni data yang diperoleh ataupun telah diolah oleh pihak yaitu instansi/lembaga. Kemudian oleh penulis diambil dijadikan objek atau bahan penulisan dalam pelaksanan tugas akhir.
38
2. Metode Kepustakaan/Literatur Metode kepustakaan/literatur digunakan untuk melancaran kegiatan penulis dalam memperoleh data.
C. Metode Pengumpulan Data Keberhasilan
dalam
pengumpulan
data
merupakan
syarat
bagi
keberhasilan suatu penelitian. Sedangkan keberhasilan dalam pengumpulan data tergantung pada metode yang digunakan. Berkaitan dengan hal tersebut maka pengumpulan data diperlukan guna mendapatkan data-data yang obyektif dan lengkap sesuai dengan pengumpulan data diperoleh melalui telaah kepustakaan dan hasil publikasi. Data yang diambil untuk penelitian berasal dari Badan Pusat Statistik (BPS) wilayah analisis. Data tersebut adalah: 1. Data PDRB Sektoral atas dasar harga konstan 2000 Kota Depok Periode 2000-2010,
data
ini
digunakan
untuk
mengetahui
perkembangan
pertumbuhan ekonomi serta analisis Sektor basis dan Sektor non basis ekonomi. Data ini diperolerh dari Badan Pusat Statistik Kota Depok.
D. Teknik Analisis Data Sesuai dengan permasalahan dan tujuan yang telah dirumuskan maka metode analisis dalam penelitian ini adalah metode analisis kuantitatif, yaitu dimana data yang digunakan dalam penelitian bentuk angka,dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah kuantitatif dengan format deskriptif bertujuan untuk menjelaskan meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, 39
atau beberapa variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian
itu
berdasarkan
apa
yang terjadi,
kemudian
mengangkat
kepermukaan karakter atau gambaran tentang kondisi, situasi ataupun variabel tersebut (Bungin, 2010:36). Dimana metode analisis dalam penelitian ini menggunakan beberapa teknik analisis, yaitu:
1. Analisis Location Quontient (LQ) Location Quontient atau disebut LQ, merupakan suatu pendekatan tidak langsung yang digunakan untuk mengukur kinerja basis ekonomi suatu daerah, artinya bahwa analisis itu digunakan untuk melakukan pengujian sektor-sektor ekonomi yang termasuk dalam sektor unggulan (Lincolin Arsyad, 2010:390). Lincolin Arsyad (2010:390), menjelaskan bahwa dalam tekhnik LQ ini kegiatan ekonomi suatu daerah dibagi kedalam dua golongan, yaitu: a. Sektor basis adalah sektor ekonomi yang mampu untuk memenuhi kebutuhan baik pasar domestik maupun pasar luar daerah. Artinya sektor ini dalam aktivitasnya mampu memenuhi kebutuhan daerah sendiri maupun daerah lain dan dapat dijadikan sektor unggulan. b. Sektor non basis merupakan sektor ekonomi yang hanya mampu memenuhi kebutuhan daerah itu sendiri, sektor seperti ini dikenal sebagai sektor non unggulan.
40
Dasar pemikiran dari teknik ini adalah teori basis ekonomi (economic base) yang intinya adalah: “karena industri basis menghasilkan barangbarang dan jasa-jasa untuk pasar didaerah maupun diluar daerah yang bersangkutan, maka penjualan keluar daerah akan menghasilkan pendapatan bagi daerah tersebut”. Dengan dasar teori ini maka sektor basis perlu diprioritaskan untuk dikembangkang dalam rangka memacu pertumbuhan ekonomi daerah. Rumusan LQ menurut Robinson Tarigan (2005:82), (Warpani, 1984, 68) dalam penentuan sektor basis dan non basis, dinyatakan dalam persamaan berikut:
Ki / K LQ = Wi / W
LQ
= Nilai Location Quotient (LQ)
Ki
= Produksi sektor i di Daerah analisis pada tahun tertentu
K
= Total PDRB Daerah analisis
Wi
= Produksi sektor i Propinsi daerah analisis pada tahun tertentu.
W
= Total PDRB Propinsi daerah analisis
Sektor basis/spesialisasi mengacu pada sektor ekonomi disuatu wilayah, dimana suatu wilayah dikatakan memiliki spesialisasi jika wilayah tersebut mengembangkan suatu sektor ekonomi sehingga pertumbuhan
41
maupun andil sektor tersebut lebih besar jika dibandingkan dengan sektor yang sama pada daerah lain. Spesialisasi juga tercipta akibat potensi sumber daya alam yang besar maupun peranan permintaan pasar yang besar terhadap output-output lokal. Bendavid Val memberikan pengakuan terhadap derajat spesialisasi/sektor basis dengan kriteria sebagai berikut. (Ghalib, 2005:169). a. LQ > 1 Jika LQ lebih besar dari 1, berarti tingkat spesialisasi sektor tersebut di daerah analisis lebih besar dari sektor yang sama pada Propinsi daerah analisis. b. LQ < 1 Jika LQ lebih kecil dari 1, berarti tingkat spesialisasi sektor tersebut di daerah analisis lebih kecil dari sektor yang sama pada Propinsi daerah analisis. c. LQ = 1 Jika LQ sama dengan 1, berarti tingkat spesialisasi sektor tersebut di daerah analisis sama dari sektor yang sama pada Propinsi daerah analisis. Derajat spesialisasi/sektor tidak dapat bernilai negatif, ini terlihat dari sektor rumus LQ sendiri yang menunjukan pencarian rasio yaitu mencari perbandingan sektor yang lebih unggul bukan mencari selisih dari sektor tersebut.
42
2. Analisis Shift Share (SS) Untuk mengkaji kinerja berbagai sektor ekonomi yang berkembang di suatu daerah dan membandingkannya dengan perekonomian regional maupun nasional digunakan teknik analisis Shift-Share. Dengan teknik ini, selain dapat mengamati penyimpangan dari berbagai perbandingan kinerja perekonmian antar daerah, maka keunggulan kompetitif (Competitive Advantage) suatu daerah juga dapat diketahui melalui analisis Shift-Share ini (Mukti, 2008: 35). Pada dasarnya, analisis Shift Share menggambarkan kinerja dan produktifitas sektor-sektor wilayah yang lebih besar (Propinsi/nasional). Analisis ini membandingkan laju pertumbuhan sektor-sektor ekonomi regional (Kota/Propinsi) dengan laju pertumbuhan perekonomian yang lebih tinggi tingkatannya (Propinsi). Dengan menggunakan analisis Shift Share dapat diketahui perubahan stuktur ekonomi selama periode pengamatan tertentu. Data yang digunakan adalah PDRB menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan. Komponen Share sering juga disebut komponen National Share sementara komponen Shift adalah penyimpanan atau (Deviation) dari national
Share
dalam
pertumbuhan
ekonomi
regional.
Dimana
penyimpanganya positif pada daerah-daerah yang tumbuh lebih lambat dibanding pertumbuhan pada regional yang lebih besar (Propinsi/National). Tujuan analisis ini adalah analisis ini di gunakan untuk menentukan kinerja atau produktifitas suatu daerah, pergeseran struktur, posisi relatif sektor43
sektor ekonomi dan identifikasi sektor-sektor ekonomi potensial suatu daerah kemudian membandingkannya dengan daerah yang lebih besar (Regional/Nasional). Analisis ini memberikan data tentang kinerja perekonomian dalam 3 bidang yang berhubungan satu sama lain (Lincolin Arsyad 2010:389). Tiga bidang yang saling berhubungan ini meliputi; a. Pertumbuhan ekonomi daerah diukur dengan cara melihat nilai PDRB daerah anlisis sebagai daerah pengamatan pada periode awal yang dipengaruhi oleh pergeseran prtumbuhan perekonomian Propinsi, sehingga diketahui perubahan-perubahan dan perbandingannya. b. Pergeseran proporsional (Proportional Shift) digunakan untuk mengukur perubahan
relatif,
pertumbuhan
atau
penurunan,
pada
daerah
dibandingkan dengan perekonomian yang lebih besar yang dijadikan acuan. Pengukuran ini memungkinkan kita untuk mengetahui apakah perekonomian daerah terkonsentrasi pada industri-industri yang tumbuh lebih cepat ketimbang perekonomian yang dijadikan acuan. c. Pergeseran diferensial (Differential Shift) digunakan untuk membantu dalam menentukan seberapa jauh daya saing industri daerah (lokal) dengan perekonomian yang dijadikan acuan. Oleh karena itu jika pergeseran diferensial dari satu indrustri-indrustri yang tumbuh lebih cepat ketimbang perekonomian yang dijadikan acuan.
44
Pertumbuhan suatu daerah pada dasarnya dipengaruhi oleh ketiga bidang yang telah diuraikan sebelumnya yaitu: share national, proposional Shift dan Differensial Shift. (Ghalib, 2005:175). Menurut Glasson (1990:95 96) dalam (Dini, 2007:45), metode analisis ini diawali dengan formulasi:
Gj
= Yјt - Yјo (Nј+Pј+Dј)
Nј
= Yјo (Yt/ Yo) - Yјo
(P+D) j
= Yјt-(Yt/ Yo) Yjo
Pј
= ∑i [(Yit/Yio)-(Yt/Yo)] Yiјo
Dј
= ∑t [Yiјt - (Yit / Yio) Yiјo] = (P + D) ј – Pј
Dimana: Gј
= Pertumbuhan PDRB total wilayah analisis
Nј
= Komponen Share
(P+D) j
= Komponen Net Shift
Pj
= Proportional Shift wilayah analisis
Dj
= Differential Shift wilayah analisis
YJ
= PDRB Total wilayah analisis
Y
= PDRB Total Propinsi wilayah analisis
O,t
= Periode awal dan periode akhir
I
= Subskripsi sektor pada PDRB 45
Catatan: Simbol E (tenaga kerja) dalam buku asli, diganti dengan simbol Y (PDRB) karena data yang diteliti adalah PDRB. Jika Pj > 0, maka wilayah analisis akan berspesialisasi pada sektor yang di tingkat Propinsi wilayah analisis tumbuh lebih cepat. Sebaiknya jika Pj < 0, maka wilayah analisis akan berspesalisasi pada sektor yang ditingkat Propinsi tumbuh lebih lambat. Bila Dj > 0, maka pertumbuhan sektor i diwilayah analisis lebih cepat dari pertumbuhan sektor yang sama di Propinsi wilayah analisis dan bila Dj < 0, maka pertumbuhan sektor i diwilayah analisis relatif lebih lambat dari pertumbuhan sektor yang sama di Propinsi wilayah analisis. Apabila nilai Pj maupun Dj bernilai positif, menunjukan bahwa sektor yang bersangkutan dalam perekonomian didaerah menempati posisi yang baik untuk daerah yang bersangkutan. Sebaiknya bila nilainya negatif menunjukan bahwa sektor tersebut dalam perekonomian masih memukinkan untuk
diperbaiki
dengan
membandingkannya
terhadap
struktur
perekonomian Propinsi (Harry W. Richardson, 1978, 202). Untuk sektor-sektor yang memiliki differential shift yang positif maka sektor tersebut memiliki keunggulan dalam arti komparatif terhadap sektor yang sama didaerah lain. Dan untuk sektor-sektor yang memiliki proportional shift positif berarti bahwa sektor tersebut konsentrasi di daerah dan mempunyai pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan daerah lainnya.
46
Apabila negatif maka tingkatan pertumbuhan sektor tersebut relatif lamban. Pengaruh pertumbuhan ekonomi nasional disebut pengaruh pangsa (share). Pertumbuhan atau perubahan perekonomian suatu daerah dianalisis dengan melihat pengaruh pertunbuhan ekonomi nasional terhadap variabel regional sektor/industri daearah yang diamati. Hasil perhitungan tersebut akan menggambarkan peranan nasional yang mempengaruhi pertumbuhan perekonomian daerah. Diharapkan bahwa apabila suatu Negara mengalami pertumbuhan
ekonomi
maka
akan
berdampak
positif
terhadap
perekonomian daerah. Secara umum nilai Pj dan Dj tidak dapat bernilai sama dengan nol, hal ini disebabkan nilai sama dengan nol menunjukan bahwa pertumbuhan total PDRB. Sektor pada daerah tersebut tidak mempunyai nilai atau sama dengan nol. Hal ini kemungkinan sangat kecil karena total PDRB sektor daerah tersebut bernilai negatif, hal itu menunjukan bahwa bahwa sektor pada daerah tersebut mengalami kebangkrutan. Menurut Lincolin Arsyad (2010:390), kelemahan dari analisis Shift Share antara lain analisis ini hanya dapat digunakan untuk analisis ex-post, masalah benchmark berkenaan dengan homothetic change, apakah t atau (t+1) tidak dapat dijelaskan dengan baik, terdapat pada priode waktu tertentu di tengah tahun pengamatan yang tidak terungkap. Analisis ini tidak handal sebagai alat peramalan, mengingat bahwa regional shift tidak konstan
47
dari suatu priode ke periode lainnya, analisis ini tidak dapat dipakai untuk melihat keterkaitan antar sektor dan tidak ada keterkaitan antar daerah.
3. Tipologi Karakteristik tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi daerah berdasarkan Klassen tipologi digunakan untuk mengetahui pola dan struktur petumbuhan ekonomi masing-masing daerah. Gambaran tentang tipologi di gunakan untuk daerah yang akan di amati menurut (Saerofi, 2005:66), Tipologi sebagai berikut: a. Tipologi I: Sektor tersebut adalah sektor basis dengan LQ rata-rata >1 dan pertumbuhan di Kota/Propinsi analisis lebih cepat dibandingkan Propinsi (Dj rata-rata 0) meskipun di tingkat Propinsi pertumbuhannya cepat (Pj rata-rata >0). b. Tipologi II: Sektor tersebut adalah sektor basis dengan LQ rata-rata >1 dan pertumbuhan di Kota/Propinsi analisis lebih cepat dibandingkan dengan Propinsi (Dj rata-rata > 0) karena ditingkat Propinsi pertumbuhannya lambat (Pj rata-rata < 0). c. Tipologi III: Sektor tersebut adalah sektor basis dengan LQ rata-rata > 1 dan di Kota/Propinsi analisis pertumbuhannya lebih lambat dibandingkan Propinsi (Dj rata-rata < 0). d. Tipologi IV: Sektor tersebut adalah sektor basis dengan LQ rata-rata > 1 dan di Kota/Propinsi analisis pertumbuhannya lebih lambat dibandingkan
48
Propinsi (Dj rata-rata < 0) padahal ditingkat Propinsi pertumbuhannya juga lambat (Pj rata-rata < 0 ). e. Tipologi V: Sektor tersebut adalah sektor non basis dengan LQ rata-rata < 1 dan pertumbuhannya di Kota/Propinsi analisis lebih cepat dibandingkan pertumbuhannya di tingkat Propinsi (Dj rata-rata > 0) padahal di Propinsi sendiri pertumbuhannya juga cepat (Pj rata-rata > 0). f. Tipologi VI: Sektor tersebut adalah sektor non basis dengan LQ rata-rata < 1 dan pertumbuhannya di Kota/Propinsi analisis lebih cepat di bandingkan pertumbuhan di tingkat Propinsi (Dj rata-rata > 0) meskipun di Propinsi sendiri pertumbuhannya lambat (Pj rata-rata < 0). g. Tipologi VII: Sektor tersebut adalah sektor non basis dengan LQ rata-rata < 1 dan pertumbuhan di Kota/Propinsi analisis lebih lambat di banding Propinsi (Dj rata-rata < 0) meskipun di Propinsi sendiri pertumbuhannya lambat (Pj rata-rata > 0). h. Tipologi VIII: Sektor tersebut adalah sektor non basis dengan LQ ratarata < 1 dan pertumbuhan di Kota/Propinsi analisis lebih lambat di banding Propinsi dengan Dj rata-rata < 0 meskipun di tingkat Propinsi sendiri pertumbuhannya lambat (Pj < 0).
49
Table 3.1 Makna tipologi sektoral ekonomi LQ
Dj
Pj
Tingkat
Rata-rata
Rata-rata
Rata-rata
Kepotensial
I
(LQ > 1)
(Dj > 0)
(Pj > 0)
Istimewa/Unggulan
II
(LQ > 1)
(Dj > 0)
(Pj < 0)
Tipologi
Baik sekali/Potensial I III
(LQ > 1)
(Dj < 0)
(Pj > 0)
Baik/Potensial II Lebih dari
IV
(LQ > 1)
(Dj < 0)
(Pj < 0) Cukup/Potensial III
V
(LQ < 1)
(Dj > 0)
(Pj > 0)
Cukup/potensial IV Hampir dari
VI
(LQ < 1)
(Dj > 0)
(Pj < 0) Cukup/Potensial V Kurang/Potensial
(LQ <1)
VII
(Dj < 0)
(Pj > 0) VI Kurang
VIII
(LQ < 1)
(Dj < 0)
(Pj < 0) Sekali/Potensial V
Sumber: Dini (2007:71)
50
E. Definisi Operasional Variable Penelitian Pada bagian ini akan diuraikan definisi dari masing-masing variable yang digunakan. Variable adalah atribut dari sekelompok orang penelitian yang mempunyai kriteria yang sama, Sugiono (2005:2). Penjelasan variabel yang terlibat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Laju pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan PDRB tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari pertumbuhan penduduk, atau apakah perubahan struktur ekonomi berlaku atau tidak. Laju pertumbuhan ekonomi di ukur dengan indikator perkembangan lebih besar PDRB dari tahun ketahun yang dinyatakan dalam persen pertahun. Analisis ini digunakan untuk mengetahui pembangunan daerah dilihat dari besarnya pertumbuhan PDRB setiap tahunnya. 2. Sektor ekonomi adalah lapangan usaha yang terdapat pada PDRB, yang mencangkup 9 (Sembilan) sektor. 3. Pertumbuhan sektor ekonomi adalah pertumbuhan nilai barang dan jasa dalam setiap sektor ekonomi yang dihitung dari angka PDRB atas dasar harga konstan (ADHK) tahun 2000 yang dinyatakan dalam persentase. PDRB (ADHK) merupakan nilai barng dan jasa akhir dalam suatu kurun waktu tertentu orang-orang dan perusahaan. Dinamakan bruto karena komponen penyusutan. Disebut domestic karena menyangkut batas wilayah. Disebut konstan karena harga yang digunakan mengacu pada tahun tertentu (tahun dasar 2000).
51
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekitar Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Gambaran Umum Propinsi Jawa Barat a. Keadaan Geografis Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5o50' - 7o50' Lintang Selatan dan 104o48' - 108o48'
Bujur
Timur, dengan
batas wilayahPnya: 1) Sebelah Utara, berbatasan dengan Laut Jawa dan DKI Jakarta 2) Sebelah Timur, berbatasan dengan Propinsi Jawa Tengah 3) Sebelah Selatan, berbatasan dengan Samudra Indonesia 4) Sebelah Barat, berbatasan dengan Propinsi Banten
Gambar 4.1 Peta Propinsi Jawa Barat
52
batas-
Jawa Barat memiliki lahan
yang
subur, sebagian
besar
dari
luas tanahnya digunakan untuk pertanian. Ini lebih dimungkinkan karena Jawa Barat yang beriklim tropis. Untuk tahun 2010, Kota Bandung sebagai Ibu Kota Propinsi Jawa Barat memiliki curah hujan yang tertinggi pada bulan Maret yaitu mencapai 365,7 mm, sedangkan curah hujan terendah pada bulan Agustus
yaitu
0,5 mm. Curah
hujan tertinggi selama tahun 2010
pada bulan Februari sebesar 557,1 mm. Kecepatan angin rata-rata selama tahun 2009 sebesar 3 knot dengan tekanan udara sebesar 922,9 mb dan kelembaban nisbi mencapai 79 persen. Sementara pada tahun 2010 sampai kondisi bulan Juni kecepatan rata-rata angin sudah berkisar 3 knot dengan kelembaban nisbi 84 persen.
b. Kependudukan Pada tahun 2010 penduduk di Kabupaten /Kota Jawa Barat yang terbanyak di Kabupaten Bogor, yaitu sebesar 4,9 juta jiwa dan diikuti oleh Kabupaten Bandung 3,2 juta jiwa. Hal ini tidak berbeda dengan kondisi di tahun lalu. Sedangkan penduduk terkecil berada di Kota Banjar yaitu sebanyak 0, 18 juta jiwa. Jumlah rumah tangga
pada
tahun 2010 di Jawa Barat mencapai 11.761.194 rumah tangga, dengan rata-rata per rumah tangga 4 anggota. Jumlah Rumah tangga tertinggi berada di Kabupaten Bogor, yaitu 1.192.895 rumah tangga, kabupaten
53
Bandung sebesar 842.877 rumah tangga dan ketiga terbesar adalah kota Bandung sebesar 666.856 rumah tangga. Jumlah Penduduk di Jawa Barat menurut Hasil Survei Sosial Ekonomi Masyarakat Nasional 2010 sebanyak 43.826.775 jiwa, dengan jumlah penduduk tertinggi di Kabupaten Bogor sebanyak 4.857.612 jiwa disusul kemudian di Kabupaten Bandung sebanyak 3.235.615 jiwa. Sementara penduduk terendah ada di Kota Tasikmalaya sebanyak 178 302 jiwa. Rata-rata Jumla Penduduk di Jawa Barat lebih banyak laki-laki dibandingkan perempuan, sehingga Sex rasio rara-rata diatas 100 %. Sex rasio tertinggi adalah Kabupaten Cianjur 107,15% disusul oleh Kabupaten Karawang sebesar 106,40 %. Kepadatan Penduduk di Jawa Barat Pada tahun 2010 1.181 orang/km, dengan luas wilayah sebesar 37.116,54 km2. Diantara Kabupaten/Kota se Jawa Barat kepadatan penduduk tertinggi adalah di Kota orang/km2,
disusul
oleh Kota
Bandung yaitu sebesar
Cimahi
13.371
14.491
orang/km2
dan
terendah di kabupaten Ciamis 569 orang/km2. Jumlah Penduduk Miskin diJawa Barat tahun 2009 sebesar 471.600 ribu jiwa. Adapun penduduk
miskin tertinggi
berada
di
kabupaten Bogor yaitu 477,10 ribu jiwa atau 10,12 persen, dan terendah di Kota Banjar sebesar 14,80 ribu jiwa atau 0,31 persen. Persentase penduduk miskin di Jawa Barat sebesar 10,93 persen, tertinggi ada di Kota Tasikmalaya yaitu sebesar 20,71 persen, disusul
54
oleh Kabupaten Cirebon sebesar 16,12 persen, terendah ada di Kota Depok 2,84 persen. Garis Kemiskinan di Jawa Barat tahun 2009 sebesar Rp. 230.445 per kapita per bulan, Tertinggi ada di Kota Bekasi sebesar Rp. 332.849 per kapita / bulan dan terendah ada di Kota Banjar yaitu Rp. 193.305 per kapita per bulan. Hubungan antara kemiskinan dan pendidikan sangat penting, karena pendidikan sangat berperan dalam mempengaruhi angka kemiskinan. Orang yang berpendidikan lebih baik dan memiliki pendapatan yang lebih tinggi akan mempunyai peluang yang rendah menjadi miskin. Data pendidikan yang diuraikan disini berdasarkan jenjang pendidika. Persentase rumah tangga miskin untuk jenjang pendidikan < SD sebesar 42,10 persen, Tamat SD/SLTP sebesar 52,80 persen dan SLTA+ sebesar 5,09 persen.
c. Ketenaga Kerjaan Penduduk usia kerja didefinisikan sebagai penduduk yang berumur 15 tahun dan lebih. Mereka
terdiri
dari
"Angkatan Kerja"
dan
"Bukan Angkatan Kerja". Proporsi penduduk yang tergolong "Angkatan Kerja" adalah mereka yang aktif dalam kegiatan ekonomi. Keterlibatan penduduk dalam kegiatan ekonomi diukur dengan porsi penduduk yang masuk dalam pasar kerja yakni yang bekerja atau mencari pekerjaan.
55
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) merupakan ukuran yang menggambarkan jumlah angkatan kerja untuk setiap 100 tenaga kerja. Pada
tahun 2010, jumlah angkatan kerja di seluruh Propinsi Jawa
Barat sebanyak
18.981.260 orang. Yang aktif bekerja sebanyak
901.430
atau sebesar 89,42 persen dan yang menganggur
orang
16.
sebanyak 2.079.830 orang sebesar 10,96 persen. Sebagian besar penduduk Jawa Barat yang bekerja pada tahun 2010, memiliki lapangan pekerjaan utama di Sektor Pertanian, Perdagangan, Industri dan Jasa-jasa. Persentase penduduk yang bekerja pada Sektor tersebut masing-masing 39,98 ; 27,84 ; 7,55 ; dan 5,83 persen. Bila dilihat berdasarkan tingkat pendidikan, jumlah pencari kerja pada tahun 2010 kelompok yang paling besar adalah berasal dari jenjang SLTA disusul oleh Sarjana Muda, SLTP dan Sarjana. Masingmasing sebesar: 70, 22; 22, 72; 3, 75 persen.
d. Pemerintahan Propinsi Jawa Barat terdiri dari
26 Kab/Kota,
meliputi
17
Kabupaten dan 9 Kota, Sedangkan jumlah kecamatan 626, daerah perkotaan 2.664 dan 3.254 perdesaan (MFD online, Desember 2010). Jumlah Pegawai Negeri Sipil di Propinsi Jawa Barat pada tahun 2011 sebanyak 364.188 orang yang terdiri dari Golongan I 10.109 (2,78 %) orang, Golongan
II 98.684 (27,10%) orang, Golongan III
161.074
dan
(44,23%)
orang
Golongan
IV
94.321
(25,90%)
56
orang.Berdasarkan
Jenis kelamin jumlah Pegawai Negeri Sipil Laki-
laki tahun 2010 sebanyak 191.513 orang sedangkan jumlah pegawai Perempuan sebesar 172.675 orang. Jumlah anggota DPR Propinsi Jawa Barat menurut Partai Politik pada tahun 2011, Laki-laki sebanyak 75 orang sedangkan Perempuan 23 orang.
Dengan komposisi tiga terbesar berturut-turut sebanyak
28
orang (28%) dari fraksi Partai Demokrat (FPD) 17 orang (17%) dari fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan 16 orang (16%) dari fraksi Partai Golongan Karya.
e. Pendidikan Tersedianya sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas merupakan salah satu faktor utama keberhasilan pembangunan di suatu daerah. Peningkatan SDM sekarang ini lebih di fokuskan pada pemberian kesempatan
seluas-luasnya
kepada
penduduk
untuk
mengecap
pendidikan. Oleh sebab itu pemerintah berusaha secara konsisten berupa peningkatan SDM penduduk melalui jalur pendidikan. Program wajib belajar 6 tahun dan 9 tahun, Gerakan Nasional Orang Tua Asuh (GNOT), dan berbagai program penduduk lainnya adalah bagian dari upaya pemerintah untuk mempercepat peningkatan kualitas SDM, yang pada akhirnya akan menciptakan SDM yang tangguh, yang siap bersaing di era globalisasi.
57
Ada empat perguruan Tinggi Negeri yang besar di Jawa Barat, yakni Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas
Padjajaran
(Unpad), Institut Pertanian Bogor (IPB), dan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).
f. Analisis Potensi Pertumbuhan Ekonomi Analisis
penulisan
dalam
penelitian
ini
bertujuan
untuk
mengidentifikasikan perkembangan PDRB Kota Depok dan Propinsi Jawa Barat potensi pertumbuhan ekonomi pada masing-masing wilayah sehingga Sektor strategis yang potensial dapat dikembangkan untuk meningkatkan PDRB wilayah analisis. Untuk
mengetahui
potensi
Sektor-Sektor
ekonomi
yang
mendukung PDRB Kota Depok dan Propinsi Jawa Barat maka digunakan alat analisis LQ yaitu untuk mengetahui apakah Sektor ekonomi Tersebut termasuk Sektor basis atau non basis, juga digunakan metode Shife Share Sebagai pendukung alat analisis LQ.
2. Gambaran Umum Kota Depok a. Keadaan geografis Secara geografis Kota Depok terletak pada koordinat 6º 19’00’’ - 6º 28’00’’ Lintang Selatan dan 106º43’00’’ - 106º55’30’’ Bujur Timur. Bentang alam Depok dari Selatan ke Utara merupakan daerah dataran rendah – perbukitan bergelombang lemah, dengan
58
elevasi antara 50–140 meter diatas permukaan laut dan kemiringan lerengnya kurang dari 15 persen. Kota Depok sebagai salah satu wilayah termuda di Jawa Barat, mempunyai luas wilayah sekitar 200.29 Km2 Wilayah Kota Depok berbatasan dengan tiga Kabupaten dan satu Propinsi. Secara lengkap wilayah ini mempunyai batas-batas sebagai berikut: 1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang dan Wilayah Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta. 2) Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Pondok Gede Kota Bekasi dan Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor. 3) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Cibinong dan Kecamatan Bojonggede Kabupaten Bogor. 4) Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Parung dan Kecamatan Gunung sindur Kabupaten Bogor. Letak Kota Depok sangat strategis, diapit oleh Kota Jakarta dan Kota Bogor. Hal ini menyebabkan Kota Depok semakin tumbuh dengan pesat seiring dengan meningkatnya perkembangan jaringan transportasi yang tersinkronisasi secara regional dengan Kota-kota lainnya.
59
b. Kependudukan Jumlah penduduk Kota Depok hasil Sensus Penduduk 2010 mencapai 1.736.565 jiwa, yang terdiri dari penduduk laki-laki 879.325 jiwa dan penduduk perempuan 857.240 jiwa sedangkan sex rasio 103. Kecamatan Cimanggis merupakan kecamatan yang paling banyak penduduknya dibanding dengan kecamatan lain di Kota Depok, yaitu 242.214 jiwa, sedangkan kecamatan dengan penduduk terkecil adalah Kecamatan Limo yaitu 87.615 jiwa. Di Tahun 2010 kepadatan penduduk Kota Depok mencapai 10.101 jiwa/km². Kecamatan Sukmajaya merupakan
kecamatan
terpadat
di
Kota Depok dengan
tingkat
kepadatan 12.495 jiwa/km2, kemudian Kecamatan Pancoran dengan tingkat kepadatan 11.568 jiwa/km2. Sedangkan
kecamatan dengan
kepadatan penduduk terendah adalah Kecamatan Sawangan yaitu sebesar 4.721 jiwa/km2.
c. Ketenaga Kerjaan Penduduk usia kerja didefinisikan sebagai penduduk yang berumur 15 tahun ke atas. Penduduk usia kerja terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Penduduk yang tergolong “Angkatan Kerja” adalah mereka yamg aktif dalam kegiatan ekonomi. Kesempatan kerja memberikan gambaran besarnya tingkat penyerapan pasar kerja, sehingga angkatan kerja yang tidak terserap dikategorikan sebagai pengangur.
60
Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional 2010, dapat diperoleh gambaran bahwa pada tahun 2010, penduduk Kota Depok yang bekerja 653.171 jiwa sedangkan yang menganggur sekitar 71.182 jiwa. Jadi penduduk Kota Depok yang tergolong angkatan kerja sebanyak 724.353 jiwa, sedangkan yang merupakan penduduk buka angkatan kerja sebanyak 417.433 jiwa. Penduduk yang bekerja masih didominasi laki-laki dari pada perempuan (laki-laki 65, 54% dan perempuan 34, 46%. Dari penduduk yang bekerja sebagian besar bekerja di Sektor 4 (Jasa Kemasyarakatan). Status pekerjaan masih didominasi sebagai buruh/karyawan/ pegawai sebanyak 60, 21%, kemudian berusaha sendiri 20, 49%.
d. Pemerintahan Berdasarkan
Surat
Keputusan
Dewan
Perwakilan
Rakyat
Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Bogor tanggal 16 Mei 1994 Nomor
135/SK.DPRD/03/1994
Kotamadya
Daerah
Perwakilan Rakyat
Tingkat
tentang Persetujuan II Depok
Pembentukan
dan Keputusan
Dewan
Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat
tanggal 7 Juli 1997 Nomor 135/Kep.Dewan 06/DPRD/1997 tentang Persetujuan Atas Pembentukan Kotamadya Dati II Depok dan untuk lebih meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintah,
pelaksanaan
pembangunan,
dan
pelayanan
kepada
masyarakat serta untuk lebih meningkatkan peran aktif masyarakat,
61
maka pembentukan Kota Depok
sebagai wilayah administratif baru
di Propinsi Jawa Barat ditetapkan dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 1999. Berdasarkan
Undang-undang
tersebut,
dalam
rangka
pengembangan fungsi kotanya sesuai dengan potensinya dan guna memenuhi kebutuhan pada masa-masa mendatang, terutama
untuk
sarana dan prasarana fisik kota, serta untuk kesatuan perencanaan, pembinaan wilayah, dan penduduk yang berbatasan dengan wilayah Kota Administratif Depok, maka wilayah Kota Depok tidak hanya terdiri dari wilayah Kota Administratif Depok, tetapi juga meliputi sebagian wilayah Kabupaten Bogor lainnya, yaitu Kecamatan Limo, Kecamatan Cimanggis, Kecamatan Sawangan dan sebagian wilayah Kecamatan Bojonggede yang terdiri dari Desa Pondok Terong, Desa Ratu Jaya, Desa Pondok Jaya, Desa Cipayung dan Desa Cipayung Jaya. Sehingga wilayah Kota Depok terdiri dari 6 Kecamatan. Hal ini mengakibatkan bertambahnya beban tugas dan volume kerja dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pembinaan serta pelayanan masyarakat di Kota Depok. Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk, tunututan masyarakat akan pelayanan prima dari pemerintah dan volume kegiatan penyelenggarakan pemerintahan pada akhir tahun 2008 Kota Depok pemekaran wilayah kecamatan yang semula 6 kecamatan menjadi 11 kecamatan. Adapun pemekaran ini dituangkan dalam Perda Kota depok
62
No. 8 Tahun 2006 dengan implementasai mulai dilaksanakan tahun 2007. Wilayah yang mengalami pemekaran ada 5 kecamatan teridiri atas
Kecamatan
Cimanggis,
Tapos
Kecamatan
merupakan
pemekaran
dari
Kecamatan
Bojongsari
pemekaran
dari
Kecamatan
Sawangan, Kecamatan Cilodong pemekaran dari Kecamatan Sukmajaya, Kecamatan Cipayung pemekaran dari kecamatan Pancoranmas dan Kecamatan Cinere pemekaran dari kecamatan Limo. Kota Depok memiliki 11 kecamatan, 63 kelurahan, 880 Rukun Warga (RW) dan 4920 Rukun Tetangga (RT). Jumlah Pegawai Negeri Sipil Daerah Kota Depok tahun 2010 adalah 8.053 orang, terdiri dari golongan I sebanyak 92 orang, golongan II sebanyak 2.321 orang, golongan III sebanyak 3.785 orang, dan golongan IV sebanyak 1.855 orang. Jumlah anggota DPRD Kota Depok hasil pemilu 2009 (periode 2009 – 2014) adalah 49 orang ( seharusnya 50 orang, 1 orang PAW belum ada penggantinya), laki-laki 32 orang, dan perempuan 17 orang. Anggota DPRD dari fraksi Demokrat 15 orang, fraksi Partai Keadilan Sejahtera 11 orang, kemudian Fraksi Partai Golkar 7 orang, Fraksi Partai Amanat Nasional 7 orang, Fraksi PDI Perjuangan 5 orang, dan Fraksi Gerindra Bangsa 4 orang. Jumlah keputusan DPRD Kota Depok pada
tahun 2008 yang berupa Surat keputusan Pimpinan DPRD
sebanyak 8, sedangkan Surat Keputusan Dewan (DPRD) ada 19 keputusan.
63
e. Pendidikan Pendidikan merupakan suatu proses berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan dan keterampilan manusia. Dan upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia ditempuh melalui pelaksanaan berbagai program pendidikan dan keterampilan. Mereka yang mempunyai tingkat pendidikan dan keterampilan yang tinggi mempunyai kemungkinan/peluang lebih besar untuk memperoleh pendapatan yang tinggi. Sebaliknya, mereka yang mempunyai pendapatan rendah, kecil kemungkinannya untuk mencapai tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Dengan demikian dari sudut sosial ekonomi, tingkat pendidikan seseorang
merefleksikan
tingkat
kesejahteraannya.
Pendidikan
merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kecerdasan dan keterampilan manusia sehingga kualitas sumber daya manusia sangat tergantung dari kualitas pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan suatu masyarakat, semakin baik kualitas sumber dayanya. Pada dasarnya pendidikan yang diupayakan bukan hanya tanggung jawab pemerintah tetapi juga masyarakat dan keluarga. Kerjasama yang erat telah dijalin dalam upaya meningkatkan derajat pendidikan masyarakat melalui Program Wajib Belajar Sembilan Tahun (Wajar 9 tahun) dan Gerakan Nasional Orang Tua Asuh (GN-OTA).
64
Dengan demikian apa yang tersirat dalam gagasan dasar Pembukaan UUD-45; yaitu mencerdaskan bangsa dicoba untuk diwujudkan secara konsekuen. Banyaknya penduduk yang mendapatkan pendidikan di sekolah merupakan indikator tersedianya tenaga terdidik atau sumber daya manusia terdidik yang tersedia saat ini. Besaran ini ditunjukkan oleh angka partisipasi sekolah. Tahun Ajaran 2010/2011 jumlah Sekolah Taman Kanak-kanak di Kota Depok sebanyak 357 sekolah, jumlah murid TK 16.828, dan 2.614 guru TK. Sekolah SD sebanyak 393 sekolah, dengan 153.890 murid dan 9.116 orang guru. Sekolah SMP berjumlah 162 sekolah dengan jumlah siswa 55.309 orang dan jumlah guru 3.526 orang. Di tingkat SMA terdapat 55 sekolah dengan jumlah murid dan guru masingmasing 17.535 orang dan 1.302 orang. Selain itu terdapat 97 sekolah SMK, dengan jumlah murid 34.534 orang dan jumlah guru 1.403 orang. Hasil Survei Susenas 2010, penduduk Kota Depok yang berumur 10 tahun keatas yang memiliki ijazah tertinggi SLTA dan sederajat 23,79%. Memiliki Ijazah tertinggi SLTA merupakan persentase terbesar dibanding jenjang pendidikan lainnya. Penduduk Kota Depok yang berumur 10 tahun ke atas yang bisa membaca dan menulis huruf latin 55,03 %, huruf lainnya 0,18 %, huruf latin dan huruf lainnya 42,95 %, dan yang buta huruf 1,84 %.
65
f. Kesehatan Tujuan utama dari program pembangunan bidang kesehatan di Kota Depok adalah meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Kota Depok secara keseluruhan. Sehingga dengan semakin baik derajat kesehatan masyarakat di Kota Depok ini, maka tujuan dari program dapat tercapai yaitu kesejahteraan masyarakat Kota Depok baik lahir maupun bathin. Salah satu ukuran yang digunakan untuk mengamati derajat kesehatan masyarakat di suatu wilayah adalah Angka Kematian Bayi (AKB). AKB dihitung dengan cara membuat rasio jumlah bayi yang mati untuk per 1000 kelahiran hidup pada tahun tertentu. Karena sulitnya mendapatkan data jumlah bayi yang mati pada kurun waktu tertentu, maka metode penghitungan AKB digunakan dengan cara lain yaitu melalui pendekatan ilmiah dari penerapan rumus-rumus di bidang demografi. Perubahan demografis
angka
dan
kematian
sosial ekonomi.
bayi
diakibatkan
Faktor-faktor
oleh
demografis
faktor yang
mempengaruhi angka kematian bayi antara lain adalah jenis kelamin, tempat tinggal, urutan anak, selang kelahiran dan umur ibu saat melahirkan. Faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi angka kematian bayi adalah pendidikan, pekerjaan dan keadaan perumahan dari ibu yang pernah melahirkan.
66
Untuk mengamati perkembangan peningkatan derajat kesehatan di Kota Depok, dapat diamati dari hasil perhitungan AKB, pada tahun 2003 mencapai 33,38 per 1000 kelahiran hidup, pada tahun 2004 sebesar 29,28 per 1000 kelahiran hidup dan pada tahun 2005 sebesar 28,07 per 1000 kelahiran hidup. Pada tahun 2008 AKB turun menjadi 26, 84 per 1000 kelahiran hidup. Terjadi penurunan Angka Kematian Bayi sebesar 6,14 persen dari tahun 2003 ke 2008, penurunan ini cukup berarti karena AKB merupakan salah satu indikator untuk mengetahui derajat kesehatan ibu dan anak di Kota Depok. Namun kita tidak boleh berpuas diri karena angka ini masih cukup tinggi dan masih harus diturunkan lagi.
B. Analisis Pertumbuhan Sektor 1. Analisis Perkembangan PDRB Struktur perekonomian menggambarkan peranan atau sumbangan dari Masing-masing Sektor dalam pembangunan PDRB yang dalam konteks lebih jauh akan memperhatikan bagaimana suatu Sektor perekonomian mengalokasikan sumber-sumber ekonomi di berbagai Sektor. Nilai PDRB dua wilayah analisis selama periode penelitian cenderung fluktuatif, di mana ada Sektor yang jumlah nominalnya mengalami penurunan jumlah nominal dari tahun sebelumnya.
67
Dilihat dari perkembangan PDRB pada sektor di Propinsi jawa Barat dan Kota Depok atas dasar harga konstan 2000 mengalami fluktuasi naik dan turun tiap tahunya. Pada Propinsi Jawa Barat rata-rata perkembangan PDRB terbesar dipegang oleh Sektor Industri Pengolahan, ditahun 2000 sebesra 44.86 persen terus meningkat smpai pada tahun 2010 mengalami sedikit penurunan dengan nilai PDRB sebesar 43.08 persen, walaupun Sektor Industri Pengolahan ini mengalami penurunan tetapi sektor ini memberikan kontribusi yang baik bagi derahnya. Sama halnya dengan Propinsi Jawa Barat, sektor yang nilainya terbesar pada Kota Depok adalah Sektor Industri Pengolahan di tahun 2010 sebesar 40.00 persen. Selanjutnya sektor dengan nilai terendah pada Propinsi Jawa barat dan Kota depok adalah Sektor Listrik, Gas & Air Bersih.
68
a. Propinsi Jawa Barat Tabel 4.1 Distribusi Persentase PDRB Menurut Lapangan Usaha Propinsi Jawa Barat Harga Konstan 2000 Tahun (2000-2010) (Persen)
No
Lapangan Usaha
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
16.15
15.84
15.01
14.30
15.10
14.82
13.90
13.34
13.06
14.10
13.39
1
Pertanian
2
Pertambangan dan Penggalian
3
Industri Pengolahan
44.86
44.47
44.24
44.78
43.44
44.68
45.63
45.87
47.04
44.41
43.08
4
Listrik, Gas & Air Bersih
2.18
2.23
2.26
2.18
2.37
2.40
2.17
2.15
2.11
2.31
2.32
5
Bangunan
2.95
2.76
2.87
2.93
2.93
3.30
3.29
3.34
3.42
3.48
3.75
6
Perdagangan, Hotel & Restoran
19.96
19.51
19.87
19.22
19.79
20.05
20.25
20.48
20.02
21.18
22.27
7
Pengangkutan dan Komunikasi
4.10
4.25
4.36
4.57
4.56
4.38
4.45
4.59
4.30
4.46
4.88
8
Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 3.00
3.15
3.34
3.47
3.22
3.23
3.06
3.23
3.19
3.25
3.36
9
Jasa-jasa
7.79
8.05
8.54
8.58
7.14
7.27
7.00
6.86
6.81
6.96
6.79 JUMLAH
100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
BPS, Propinsi Jawa Barat 2000-2010
69
b. Kota Depok Tabel 4.2 Distribusi Persentase PDRB Menurut Lapangan Usaha Kota Depok Harga Konstan 2000 Tahun (2000-2010) (Persen) No
Lapangan Usaha
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
4.02
3.91
3.82
3.67
3.59
3.52
3.16
2.97
2.90
2.84
2.87
1
Pertanian
2
Pertambangan
3
Industri Pengolahan
38.45
38.87
39.78
40.13
40.38
41.15
41.34
40.39
40.63
40.77
40.00
4
Listrik, Gas & Air Bersih
3.47
3.42
3.34
3.32
3.30
3.32
3.21
3.11
3.04
2.99
2.98
5
Bangunan
6.60
6.64
6.50
6.46
6.40
6.10
5.92
6.10
6.12
6.21
6.38
6
Perdagangan, Hotel & Restoran
30.49
30.41
29.42
29.31
29.13
28.88
29.62
31.02
30.70
30.57
31.15
7
Pengangkutan & Komunikasi
5.04
4.94
5.37
5.40
5.42
5.47
5.24
5.03
5.17
5.16
5.18
8
Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya
3.80
3.77
3.80
3.86
4.07
4.06
3.91
3.99
3.91
3.85
3.86
9
Jasa-jasa
8.12
8.03
7.96
7.85
7.72
7.50
7.60
7.38
7.53
7.61
7.59
JUMLAH
100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
Bps, Kota Depok 2000-2010
70
2. Analisis Location Quotient (LQ) Pada analisis Location Quotient (LQ) dapat digunakan untuk mengetahui Sektor-Sektor ekonomi manakah yang termasuk Sektor basis atau berpotensi ekspor dan manakah yang termasuk bukan merupakan Sektor basis. Hal tersebut dapat terlihat jika LQ menunjukan angka lebih dari satu (LQ>1) berarti Sektor tersebut merupakan Sektor basis. Kemudian jika hasil menunjukan angka kurang dari satu (LQ<1) berarti Sektor tersebut bukan merupakan Sektor basis (Ghalib, 2005:169).
71
a. Kota Depok Table 4.3 Hasil Perhitungan Location Quotient (LQ) Kota DepokTahun 2000-2010 Sektor
Sektor Pertanian
Pertanian Pertambangan & Penggalian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Industri Pengolahan
Listrik, GAS & Air Bersih
Listrik, GAS & Air Bersih Bangunan Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran Perdagangan, & Restoran PengangkutanHotel & Komunikasi Pengangkutan & Komunikasi Bank & Lembaga Keuangan Lainnya Jasa-jasa Bank & Lembaga Keuangan Lainnya
Jasa-jasa
LQ 2000
LQ 2000 0.24 (nb) 0.24 (nb)
0.85 (nb) 0.85 1.59 (nb) (b) 1.59 2.23 (b) (b) 2.23 1.52 (b) (b) 1.52 1.22 (b) (b) 1.22 1.26 (b) (b) 1.19 1.26 (b) (b)
Sumber Lampira II 1.19 Keterangan: (b) : Sektor Basis (nb) : Sektor Non(b) Basis
LQ 2001
LQ 2001 0.24
LQ 2002
LQ 2003
LQ 2004
LQ 2005
LQ 2006
LQ 2007
LQ 2008
LQ 2009
LQ 2010
LQ 2002 0.25
LQ 2003 0.25
LQ 0.23 2004
LQ 0.23 2005
LQ 0.22 2006
LQ 0.22 2007
LQ 0.22 2008
LQ 0.2 2009
LQ0.21 2010
(nb) 0.24 (nb)
(nb) 0.25 (nb)
(nb) 0.25 (nb)
(nb) 0.23 (nb)
(nb) 0.23 (nb)
(nb) 0.22 (nb)
(nb) 0.22 (nb)
(nb) 0.22
0.88 (nb) 0.88 1.44 (nb) (b) 1.44 1.82 (b) (b) 1.82 1.51 (b) (b) 1.51 1.09 (b) 1.09 1.23 (b) 1.05 1.23 (b)
0.86 (nb) 0.86 1.44 (nb) (b) 1.44 1.78 (b) (b) 1.78 1.53 (b) (b) 1.53 1.2 (b) 1.2 ` (b) 1.09 ` (b)
0.91 (nb) 0.91 1.29 (nb) (b) 1.29 1.78 (b) (b) 1.78 1.44 (b) (b) 1.44 1.15 (b) (b) 1.15 1.18 (b) (b) 1.11 1.18 (b) (b)
0.92 (nb) 0.92 1.28 (nb) (b) 1.28 1.7 (b) (b) 1.7 1.39 (b) (b) 1.39 1.06 (b) (b) 1.06 1.14 (b) (b) 1.09 1.14 (b) (b)
0.89 (nb) 0.89 1.44 (nb) (b) 1.44 2 (b) (b) 2 1.48 (b) (b) 1.48 1.17 (b) (b) 1.17 1.2 (b) (b) 1.04 1.2 (b) (b)
1.03 (b)
0.98 (nb)
0.91 (nb)
0.89 (nb)
1.05 (b)
1.04 (b)
1.05 (b)
1.09 (b)
1.11 (b)
1.09 (b)
1.04 (b)
0.87 (nb) 0.87 1.52 (nb) (b) 1.52 2.41 (b) (b) 2.41 1.55 (b) (b) 1.55 1.16 (b) (b) 1.16 1.19 (b) (b) 1.03 1.19 (b) (b)
0.89 (nb) 0.89 1.47 (nb) (b) 1.47 2.26 (b) (b) 2.26 1.48 (b) (b) 1.48 1.23 (b) (b) 1.23 1.13 (b) (b) 0.98 1.13 (nb) (b)
0.89 (nb) 0.89 1.52 (nb) (b) 1.52 2.2 (b) (b) 2.2 1.52 (b) (b) 1.52 1.18 (b) (b) 1.18 1.11 (b) (b) 0.91 1.11 (nb) (b)
0.92 (nb) 0.92 1.39 (nb) (b) 1.39 2.18 (b) (b) 2.18 1.47 (b) (b) 1.47 1.18 (b) (b) 1.18 1.26 (b) (b) 0.89 1.26 (nb) (b)
0.92 (nb) 0.92 1.39 (nb) (b) 1.39 1.84 (b) (b) 1.84 1.44 (b) (b) 1.44 1.24 (b) (b) 1.24 1.25 (b) (b) 1.05 1.25 (b) (b)
0.9 (nb) 0.9 1.48 (nb) (b) 1.48 1.8 (b) (b) 1.8 1.46 (b) (b) 1.46 1.17 (b) 1.17 1.27 (b) 1.04 1.27 (b)
(nb)
(nb) 0.2
(nb)
(nb) 0.21
LQ RATALQRATA RATA0.23 RATA (nb) 0.23
(nb)
(nb)
72
Dilihat dari tabel 4.3 hasil dari perhitungan Location Quotient (LQ) bahwa Kota Depok Tahun 2000-2010 memiliki nilai LQ yang signifikan, seperti terlihat dari Sembilan Sektor di atas, pada Sektor pertanian indeks LQ rata-rata sebesar 0.23 dan Sektor Industri Pengolahan sebesar 0.89 termaksud ke dalam kategori Sektor non basis yang hanya dapat memenuhi kebutuhan pangan daerahnya sendiri, Sektor industri ini walaupun hanya dapat memenuhi pangsa pasarnya sendri dalam segi pembangunan infra struktur Kota Depok itu sendiri akan tetapi Sektor industri ini dapat mampu bersaing di pasar luar. Sementara Sektor Listrik, Gas & Air Bersih memiliki nilia rata-rata LQ sebesar 1.44 merupakan Sektor basis yang dapat memenuhi kebutuhan local mampun dapat menhadi sumbangsih terhadapa daerah luar. Dan Sektor babis dengan niali rata-rata LQ tertinggi,adalah Sektor Bangunan sebesar 2.00, yang mamapu memenuhi kebutuhan daerahnya sendiri maupun luar daerahnya yang menjadikan Sektor ini mampu menunjang pembangunan yagng ada di Kota Depok. Sektor basis selanjutnya adalah Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran dengan nilai rata-rata LQ sebesar 1.48 dimana Sektor ini mampu bersaing dengan pasar luar dalam bidang perdangan dan hotel serta restoran menjadi tambahan pendapatan bagi pemerintah daerah nya sendiri, dan menjadi daya saing yang baik bagi Sektor ke enam ini. Dan Sektor Pengangkutan & Komunikasi menjadi urutan ke tujuh sebagai salah satu Sektor basis yang memilki nilai rata-rata LQ sebesar 1,17 basis yang mampu memenuhi kebutuhan baik untuk daerahnya sendiri maupun luar daerah lain dan
73
mobilitas untuk penyambung keberlangsungan komunikasi yang baik ke luar daerah lainnya. merupakan prasarana pengangkutan yang penting untuk memperlancar kegiatan perekonomian. Dengan makin meningkatnya usaha pembangunan maka akan menuntut peningkatan pembangunan jalan untuk memudahkan mobilitas penduduk dan memperlancar lalu lintas barang dari satu daerah ke daerah lain. Sektor basis selanjutnya adalah Sektor Bank & Lembaga Keuangan Lainnya dan Jasa-jasa dengan nilai rata-rata LQ sebesar 1.20 dan 1.04.
3. Analisis Shift Share (SS) Pada analisis Shift Share merupakan teknik yang sangat berguna dalam menganalisis perubahan struktur ekonomi daerah dibandingkan dengan perekonomian nasional. Analisis ini bertujuan untuk menentukan kinerja
atau
produktifitas
kerja
membandingkannya dengan
daerah
perekonomian
daerah
dengan
yang lebih besar. Selanjutnya
bagaimana cara mengetahui proses pertumbuhan ekonomi suatu daerah dengan menggunakan analisis Shift Share digunakan variabel penting seperti tenaga kerja, penduduk dan pendapatan. Dalam penelitian ini digunakan
variabel
pendapatan
yaitu
PDRB
untuk
menguraikan
pertumbuhan ekonomi Kota Depok dan Propinsi Jawa Barat. Pertumbuhan PDRB total (G) dapat diuraikan menjadi komponen Shift dan Share yaitu:
74
a. Komponen National Share (N) adalah banyaknya pertambahan PDRB seandainya pertumbuhannya sama dengan laju pertumbuhan PDRB Propinsi selama periode yang tercakup dalam studi. b. Komponen proportional Shift (P) mengukur besarnya net shift Kota/Propinsi yang diakibatkan oleh perubahan komposisi Sektor-Sektor PDRB daerah. Apabila Pj < 0 berarti Kota/Propinsi yang bersangkutan berspesialisasi pada Sektor yang ditingkat Propinsi tumbuh lebih lambat atau bahkan sedang menurun. c. Komponen Differential shift (D) mengukur besarnya shift netto yang diakibatkan oleh Sektor-Sektor industri tertentu yang tumbuh lebih cepat atau lebih lambat di daerah yang bersangkutan dibandingkan dengan tingkat nasional (Propinsi) yang disebabkan oleh faktor-faktor lokasional intern. Daerah yang mempunyai keuntungan lokasional, seperti sumber daya yang baik akan mempunyai differential shift component positif (Dj>0), sebaliknya daerah yang tidak memiliki keuntungan lokasional akan mempunyai differential shift component (Dj<0)
75
a. Kota Depok Table 4.4 Komponen Shift Share Kota Depok Tahun 2000-2010 (Y) Tahun 2000-2001 2001-2002 2002-2003 2003-2004 2004-2005 2005-2006 2006-2007 2007-2008 2008-2009 2009-2010
Gj
Nj
Gj-Nj
205408.9038
164545.5028
40863.40092
225509.93
155721.9499
69787.98007
246394.06
190967.1818
55426.87821
274250.51
437330.8922
-163080.3822
309157.27
204711.6572
104445.6128
316094.96
297738.1925
18356.76754
352117.88
343551.5164
8566.363602
352580.7
341287.2651
11293.43486
358821.98
235931.1813
122890.7987
389686.59
388891.3836
795.2064051
Sumber : lampiran VI dan VI
Dilihat dari tabel di atas pada tahun 2000-2010 dapat kita ketahui bahwa komponen pertumbuhan PDRB total Kota Depok (Gj) tahun 20002001 adalah sebesar 205408.9038 padahal banyaknya pertumbuhan PDRB Kota Depok seandainya pertumbuhannya sama dengan laju pertumbuhan PDRB Propinsi Jawa Barat (Nj) adalah sebesar 164545.5028 ini berarti terjadi penyimpangan positif sebesar 40863.40092 dan ini menunjukan
76
bahwa pertumbuhan PDRB Kota Depok lebih cepat jika dibandingkan dengan pertumbuhan PDRB di Porpinsi Jawa Barat Pada tahun berikutnya 2001-2002 komponen pertumbuhan PDRB total Kota Depok (Gj) adalah sebesar 225509.93 padahal banyaknya pertumbuhan PDRB Kota Depok seandainya pertumbuhannya sama dengan laju pertumbuhan PDRB Propinsi Jawa Barat (Nj) adalah sebesar 155721.9499 ini berarti terjadi penyimpangan positif sebesar 69787.98007 dan ini menunjukan bahwa pertumbuhan PDRB Kota Depok lebih cepat jika dibandingkan dengan pertumbuhan PDRB di Porpinsi Jawa Barat. Pada tahun 2002-2003 komponen pertumbuhan PDRB total Kota Depok (Gj) adalah sebesar 246394.06 padahal banyaknya pertumbuhan PDRB Kota Depok seandainya pertumbuhannya sama dengan laju pertumbuhan PDRB Propinsi Jawa Barat (Nj) adalah sebesar 190967.1818 ini berarti terjadi penyimpangan positif sebesar 55426.87821 dan ini menunjukan bahwa pertumbuhan PDRB Kota Depok lebih cepat jika dibandingkan dengan pertumbuhan PDRB di Porpinsi Jawa Barat. Dari kedua komponen (Dj) dan (Nj) masing-masing mengalami pertumbuhan yang variatif, dimana pada tahun 2003-2004 komponen (Gj) mengalami penurunan sebesar 274250.51 dan komponen (Nj) meningkat sebesar 437330.8922 dari tahun sebelumnya, sehingga ini satu-satunya tahun yang mengalami penyimpangan yang negatif. Untuk mengetahui sektor-sektor ekonomi yang menjadi spesialisasi serta pertumbuhannya digunakan propotional shift (Pj) dan differential shift (Dj). Oleh karena itu
77
analisis selanjutnya dilakukan untuk mencari sektor-sektor yang memilki pertumbuhan lebih cepat atau lambat. Tetapi terjadi penyimpangan positif di tahun 2004-2005 dimana komponen pertumbuhan PDRB total Kota Depok (Gj) adalah sebesar 309157.27 padahal banyaknya pertumbuhan PDRB Kota Depok seandainya pertumbuhannya sama dengan laju pertumbuhan PDRB Propinsi Jawa Barat (Nj) adalah sebesar 204711.6572 ini berarti terjadi penyimpangan positif sebesar 104445.6128 ini satu-satunya penyimpangan positif tertinggi dari tahun lain, dan ini menunjukan bahwa pertumbuhan PDRB Kota Depok lebih cepat jika dibandingkan dengan pertumbuhan PDRB di Porpinsi Jawa Barat. Tahun 2005-2006 pada komponen (Gj) dari tahun sebelumnya maka komponen (Gj) tahun ini meningkat sebesar 316094.96 dan begitu pula di ikuti dengan komponen (Nj) sebesar 297738.1925 dengan penyimpangan positif sebesar 18356.76754. Selanjutnya di tahun 2006-2007 komponen pertumbuhan PDRB total Kota Depok (Gj) adalah sebesar 352117.88 padahal banyaknya pertumbuhan PDRB Kota Depok
seandainya pertumbuhannya sama dengan laju
pertumbuhan PDRB Propinsi Jawa Barat (Nj) adalah sebesar 343551.5164 ini berarti terjadi penyimpangan positif sebesar 8566.363602, ini menunjukan bahwa pertumbuhan PDRB Kota Depok lebih cepat jika dibandingkan dengan pertumbuhan PDRB di Porpinsi Jawa Barat.
78
Tahun 2007-2008 dapat kita ketahui bahwa komponen pertumbuhan PDRB total Kota Depok (Gj) adalah sebesar 352580.7 padahal banyaknya pertumbuhan PDRB Kota Depok seandainya pertumbuhannya sama dengan laju pertumbuhan PDRB Propinsi Jawa Barat (Nj) adalah sebesar 341287.2651 ini berarti terjadi penyimpangan positif sebesar 11293.43486 dan ini menunjukan bahwa pertumbuhan PDRB Kota Depok lebih cepat jika dibandingkan dengan pertumbuhan PDRB di Porpinsi Jawa Barat. pada tahun 2008-2009 dapat kita ketahui bahwa komponen pertumbuhan PDRB total Kota Depok (Gj) adalah sebesar
358821.98
padahal banyaknya pertumbuhan PDRB Kota Depok
seandainya
pertumbuhannya sama dengan laju pertumbuhan PDRB Propinsi Jawa Barat (Nj) adalah sebesar 235931.1813 ini berarti terjadi penyimpangan positif sebesar 122890.7987 dan ini menunjukan bahwa pertumbuhan PDRB Kota Depok lebih cepat jika dibandingkan dengan pertumbuhan PDRB di Porpinsi Jawa Barat. pada tahun 2009-2010 dapat kita ketahui bahwa komponen pertumbuhan PDRB total Kota Depok (Gj) adalah sebesar 389686.59 padahal
banyaknya
pertumbuhan
PDRB
Kota
Depok
seandainya
pertumbuhannya sama dengan laju pertumbuhan PDRB Propinsi Jawa Barat (Nj) adalah sebesar 388891.3836 ini berarti terjadi penyimpangan positif sebesar 795.2064051 dan ini menunjukan bahwa pertumbuhan PDRB Kota Depok lebih cepat jika dibandingkan dengan pertumbuhan PDRB di Porpinsi Jawa Barat.
79
Untuk mengetahui Sektor-Sektor ekonomi yang memiliki spesialisasis serta pertumbuhanya digunakan Propotional Shift (Pj) dan Differensial Shift (Dj). Oleh karena itu analisis selanjutnya dilakukan untuk mencari SektorSektor yang memiliki pertumbuhan lebih cepat atau lamban pada tabel 4.5 dibawah ini menunjukan pertumbuhan dari masing-masing komponen yang memiliki nilai positif dan nilai negatif.
80
Table 4.5 Komponen Pertumbuhan propotional (Pj) Kota depok
Sumber Lampiran X Keterangan ( c ) : Sektor tumbuh lebih cepat di tingkat Propinsi ( i ) : Sektor tumbuh lebih lambat di tingkat Propinsi
81
Berdasarkan tabel pertumbuhan komponen proporsional Kota Depok diketahui bahwa Proporsional Shift (Pj) dan Differensial Shift (Dj) Kota Depok dari tahun 2000-2010 terdapat nilai positif dan nilai negatif. Apabila nilai Pj maupun Dj bernilai positif, menunjukan bahwa Sektor yang bersangkutan dalam perekonomian di daerah menempati posisi yang baik untuk daerah yang bersangkutan. Sebaliknya bila nilai negatif menunjukan bahwa Sektor tersebut dalam perekonomian masih memungkinakan untuk diperbaiki dengan membandingkannya terhadap struktur perekonomian Propinsi. hal ini berarti Kota Depok berspesialisasi pada Sektor yang sama, dengan Sektor yang tumbuh cepat pada perekonomian Propinsi Jawa Barat apabila nilai Pj rata-rata positif. Sedangkan apabila nilai Pj memiliki ratarata negatif maka Kota Depok berspesialisasi pada Sektor yang tumbuh lambat di perekonomian Propinsi Jawa Barat. Berdasarkan tabel 4.5 dapat di ketahu Pj rata-rata untuk nilai positif ada 6 Sektor yaitu Sektor Listrik, Gas & Air Bersih, Sektor Bangunan, Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran, Sektor Pengangkutan & Komunikasi, Sektor Bank & Lembaga Keuangan Lainnya Perusahaan, Sektor Jasa-jasa. Semua Sektor ini memiliki komponen pertumbuhan propotional
positif,
menunjukan
bahwa
Sektor-Sektor
tersebut
pertumbuhanya cepat sehingga berpotensi untuk dikembangkan dalam memacu pertumbuhan PDRB Propinsi.
82
Sisanya Sektor yang memiliki nilai komponen pertumbuhan propotional negatif adalah Sektor Pertanian dan Sektor Industri Pengolahan. Hal ini berarti menunjukan bahwa Kota Depok berspesialisasi pada Sektor yang sama, dengan Sektor yang tumbuh lambat pada perekonomian di Propinsi Jawa Barat.
83
Table 4.6 Komponen Pertumbuhan Differensial (Dj) Kota depok
Lapangan Usaha Pertanian
2000 - 2001 2001 - 2002 2002 - 2003 2003 - 2004 2004 - 2005 2005 - 2006 2006 - 2007 2007 - 2008 2008 - 2009 2009 - 2010 RATA - RATA 511.078272 6967.05671 3468.76029 -19110.713 3259.63749 -6558.7911 -2809.0668 -445.49522 -13952.118
11341.372
-1732.827905
Industri Pengolahan
43406.6645 70621.1608 16229.5876 1298.90946 25269.8041 -26668.019 -59938.665 -40716.476 194834.314 29494.6812
25383.19618
Listrik, Gas, Air Bersih
-3849.1766 -2057.4239 5917.73934 -19891.615 2947.16941 10996.0883 -4013.9259 275.817162 -17024.954 -2099.6363
-2879.991758
Bangunan
20125.3945 -11404.484 -4354.7087
-7552.039341
Perdagangan, Hotel, Restoran
34521.4278 -39230.882 51236.8569 -96206.694
Pengangkutan, komunikasi
-8136.5978 15331.4667 -6368.7915 -7602.8537 17845.3288 -14679.654 -19695.812 26396.4853 -5846.4309
-29600.31
-3235.716961
Keuangan,Persewaan,Jasa Perusahaan
-6558.8992 -5021.7903 -1331.6796 15940.5011 2607.40891 4166.67487 -7027.1078 -1185.7381 -3048.8623 -8000.6135
-946.0105869
Jasa-jasa lain
-43435.091 -7589.0603 -20247.587 -20222.133 58242.0901 -551.59638 3726.95737 18174.3361 17235.3478 -12365.606
-703.2343349
Pertambangan, Penggalian
Jumlah
36584.8003 27616.0442
44550.177
-12734.5 -45018.033 -6715.4127 5548.92295 -7507.4234 7018.59386 -20478.743
-158529.1
1472.3848 28338.8528 59761.2884 25073.0464 -77336.966 -63535.593
66625.791 -11671.857 -24447.409 20064.5521 101878.925 -95244.449
-7590.627778
742.7475129
Sumber: lampiran VIII
84
Berdasarkan tebel 4.6 dapat diketahui Dj rata-rata dimana dari 9 Sektor di Kota Depok dilihat dari nilai rata-rata Dj ada satu Sektor yang memiliki nilai yang positif, Sektor tersebut adalah Sektor Industri Pengolahan yang menunjukan bahwa Sektor-Sektor tersebut pertumbuhanya cepat
sehingga
berpotensi
untuk
dikembangkan
dalam
memacu
pertumbuhan PDRB Propinsi. sisanya 7 Sektor yang memiliki nilai rata-rata Dj negatif berati menunjukan bahwa Kota Depok berspesialisasi pada Sektor yang sama, dengan Sektor yang tumbuh lambat pada perekonomian di Propinsi Jawa Barat.
4. Tipologi Sektor Analisis ini mengembangkan hasil perhitungan indeks Location Quotient
(LQ>1), komponen differential shift (Dj > 0), dan komponen
proportional shift (Pj > 0) untuk ditentukan tipologi Sektoral. Tipologi ini mengklasifikasikan
Sektor
basis
dan
non
basis
serta
komponen
pertumbuhan internal dan eksternal. Dengan menggabungkan indeks LQ dengan komponen Dj dan Pj dalam analisis Shift Share, tipologi Sektoral diharapkan dapat memperjelas dan memperkuat hasil analisis.
85
Menurut (Saerofi 2005:66), Tipologi Sektoral tersebut adalah sebagai berikut: a. Tipologi I: Sektor tersebut adalah Sektor basis dengan LQ rata-rata >1 dan pertumbuhan di Kota/Propinsi analisis lebih cepat dibandingkan Propinsi (Dj rata-rata 0) meskipun di tingkat Propinsi pertumbuhannya cepat (Pj rata-rata >0). b. Tipologi II: Sektor tersebut adalah Sektor basis dengan LQ rata-rata >1 dan pertumbuhan di Kota/Propinsi analisis lebih cepat dibandingkan dengan Propinsi (Dj rata-rata > 0) karena ditingkat Propinsi pertumbuhannya lambat (Pj rata-rata < 0). c. Tipologi III: Sektor tersebut adalah Sektor basis dengan LQ rata-rata > 1 dan di Kota/Propinsi analisis pertumbuhannya lebih lambat dibandingkan Propinsi (Dj rata-rata < 0) karena tingkat nasional pertumbuhanya cepat (Pj rata-rata >0). d. Tipologi IV: Sektor tersebut adalah Sektor basis dengan LQ rata-rata > 1 dan di Kota/Propinsi analisis pertumbuhannya lebih lambat dibandingkan Propinsi (Dj rata-rata < 0) padahal ditingkat Propinsi pertumbuhannya juga lambat (Pj rata-rata < 0). e. Tipologi V: Sektor tersebut adalah Sektor non basis dengan LQ rata-rata < 1 dan pertumbuhannya di Kota/Propinsi analisis lebih cepat dibandingkan pertumbuhannya di tingkat Propinsi (Dj rata-rata > 0) padahal di Propinsi sendiri pertumbuhannya juga cepat (Pj rata-rata > 0).
86
f. Tipologi VI: Sektor tersebut adalah Sektor non basis dengan LQ rata-rata < 1 dan pertumbuhannya di Kota/Propinsi analisis lebih cepat di bandingkan pertumbuhan di tingkat Propinsi (Dj rata-rata > 0) meskipun di Propinsi sendiri pertumbuhannya lambat (Pj rata-rata < 0). g. Tipologi VII: Sektor tersebut adalah Sektor non basis dengan LQ ratarata < 1 dan pertumbuhan di Kota/Propinsi analisis lebih lambat di banding Propinsi (Dj rata-rata < 0) meskipun di Propinsi sendiri pertumbuhannya cepat (Pj rata-rata > 0). h. Tipologi VIII: Sektor tersebut adalah Sektor non basis dengan LQ ratarata < 1 dan pertumbuhan di Kota/Propinsi analisis lebih lambat di banding Propinsi dengan Dj rata-rata < 0 meskipun di tingkat Propinsi sendiri pertumbuhannya lambat (Pj < 0).
87
Tabel 4.7 Makna Tipologi Sektor Ekonomi
Tipologi
LQ Rata-rata
Dj Rata-
Pj Rata-
Tingkat
rata
rata
Kepotensial
I
(LQ > 1)
(Dj > 0)
(Pj > 0)
Istimewa/Unggulan
II
(LQ > 1)
(Dj > 0)
(Pj < 0)
Baik sekali/Potensial I
III
(LQ > 1)
(Dj < 0)
(Pj > 0)
Baik/Potensial II
IV
(LQ > 1)
(Dj < 0)
(Pj < 0)
Lebih dari Cukup/Potensial III
V
(LQ < 1)
(Dj > 0)
(Pj > 0)
Cukup/potensial IV
VI
(LQ < 1)
(Dj > 0)
(Pj < 0)
Hampir dari Cukup/Potensial V
VII
(LQ <1)
(Dj < 0)
(Pj > 0)
Kurang/Potensial VI
VIII
(LQ < 1)
(Dj < 0)
(Pj < 0)
Kurang Sekali/Potensial V
Sumber: Dini (2007:71)
Berdasarkan tabel 4.7 di atas dapat dijelaskan bahwa Sektor ekonomi dalam Tipologi I merupakan Sektor yang tingkat potensialanya ”Istimewa” untuk dikembangkan karena Sektor tersebut merupakan Sektor basis (LQ > 1). Selain itu, di Kota Depok pertumbuhannya lebih cepat dibandingkan dengan tingkat Propinsi (Dj > 0), meskipun ditingkat Propinsi juga tumbuh dengan cepat. (Pj rata-rata positif). Sektor ini akan mendatangkan pendapatan yang tinggi dan pada akhirnya akan dapat meningkatkan PDRB Kota Depok.
88
Dengan mempertimbangkan parameter seperti pada tabel 4.7 di atas (LQ, Dj dan Pj), maka masing-masing tipologi dapat dimaknai bahwa Sektor ekonomi yang masuk Tipologi II adalah Sektor yang tingkat kepotensialannya ” baik sekali ” untuk dikembangkan, Tipologi III ” baik ”, Tipologi IV ” lebih dari cukup ”, Tipologi V ” cukup”, Tipologi VI ”hampir dari cukup”, Tipologi VII ” kurang ”, Tipologi VIII ” kurang sekali ”
C. Pembahasan. 1. Pembahasan Per Sektor Kota Depok a. Sektor Pertanian Sektor pertanian mempunyai peran besar terlihat pada kontribusi Sektor pertanian terhadap PDRB Kota Depok. Besarnya kontribusi Sektor pertanian pada tahun 2010 sebesar 2,87 persen menempati urutan kedelapan dalam kontribusi terhadap PDRB Kota Depok dalam sektor pertanian.
No
Aspek
Tabel 4.8 Analisis Sektor Pertanian Parameter
Makna
1
LQ
<1
Sektor non Basis
2
Pj
Negatif
Tumbuh lambat di Propinsi
3
Dj
Negatif
4
Tipologi
VIII
Pertumbuhan lebih lambat dibandingkan Propinsi kurang sekali/potensial VII
Sumber: Lampiran I, VII dan X
89
Berdasarkan hasil LQ selama 11 tahun terakhir (2000-2010), Sektor pertanian menunjukan nilai rata-rata LQ yaitu sebesar 0, 23 (<1), hal ini menunjukan bahwa Sektor non basis. Nilai LQ yang lebih kecil dari satu berarti Sektor ini tidak dapat memenuhi kebutuhan Kota Depok, tapi juga tidak mampu memenuhi daerah lainnya sehingga Sektor pertanian merupakan Sektor yang tidak berpotensi untuk ekspor. Perhitungan analisis Shift Share selama periode penelitian (20002010) untuk Sektor pertanian, nilai rata-rata komponen Pj-nya adalah sebesar -2877.708187. Yang menunjukan bahwa pertumbuhan Sektor ini lambat petumbuhannya terhadap kontribusi Sektor yang sejenis ditingkat Propinsi karena nilainya negatif. Sedangkan dari hasil perhitungan komponen Dj Sektor pertanian adalah Sektor yang daya saingnya turun sehingga pertumbuhannya lebih lambat dibandingkan pertumbuhan Sektor yang sama ditingkat Propinsi. Hal ini ditunjukan dengan besaran rata-rata komponen Dj yang negatif, yaitu sebesar -1732.827905. Berdasarkan perhitungan analisis tipologi Sektoral pertanian memiliki LQ (<1), Pj negatif (<0) dan Dj negatif (<0) termasuk ke dalam tipologi VIII sehingga Sektor ini menunjukan kurang untuk dikembangkan.
90
b. Sektor Industri Pengolahan Sektor Industri Pengolahan pada Kota Depok mempunyai peran besar terlihat pada kontribusi Sektor Industri Pengolahan terhadap PDRB Kota Depok. Besarnya kontribusi Sektor Industri Pengolahan Pada tahun 2010 sebesar 40,00 Persen menempati urutan pertama dalam kontribusi terhadap PDRB Kota Depok.
No
Aspek
Tabel 4.9 Analisis Sektor Industri Pengolahan Parameter Makna
1
LQ
<1
Sektor non Basis
2
Pj
Positif
Tumbuh cepat di Propinsi
3
Dj
Negatif
Pertumbuhan lebih lambat dibandingkan Propinsi 4
Tipologi
VI
hampir dari cukup/potensial V
Sumber: Lampiran I, VII dan X
Berdasarkan hasil LQ selama 11 tahun terakhir (2000-2010), Sektor pertanian menunjukan nilai rata-rata LQ yaitu sebesar 0, 89 (<1), hal ini menunjukan bahwa Sektor non basis. Nilai LQ yang lebih kecil dari satu berarti Sektor ini tidak dapat memenuhi kebutuhan Kota Depok, tapi juga tidak mampu memenuhi daerah lainnya sehingga Sektor Industri Pengolahan merupakan Sektor yang tidak berpotensi untuk ekspor.
91
Perhitungan analisis Shift Share selama periode penelitian (20002010) untuk Sektor pertanian, nilai rata-rata komponen Pj-nya adalah sebesar -10270.409. Yang menunjukan bahwa pertumbuhan Sektor ini lambat petumbuhannya terhadap kontribusi Sektor yang sejenis ditingkat Propinsi karena nilainya negatif. Sedangkan dari hasil perhitungan komponen Dj Sektor Industri Pengolahan adalah Sektor yang daya saingnya tinggi sehingga pertumbuhannya cepat dibandingkan pertumbuhan Sektor yang sama ditingkat Propinsi. Hal ini ditunjukan dengan besaran rata-rata komponen Dj yang positif, yaitu sebesar 25383.19618. Berdasarkan perhitungan analisis tipologi Sektoral pertanian memiliki LQ (<1), Pj negatif (<0) dan Dj negatif (<0) termasuk ke dalam tipologi VIII sehingga Sektor ini menunjukan kurang untuk dikembangkan, termaksud ke dalam potensial VII.
c. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih pada Kota Depok mempunyai peran besar terlihat pada kontribusi Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih terhadap PDRB Kota Depok. Besarnya kontribusi Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih Pada tahun 2010 sebesar 2,98 Persen menempati urutan ketujuh dalam kontribusi terhadap PDRB Kota Depok.
92
Tabel 4.10 Analisis Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih No
Aspek
Parameter
Makna
1
LQ
>1
Sektor Basis
2
Pj
Negatif
Tumbuh lambat di Propinsi Pertumbuhan lebih cepat dibandingkan
3
Dj
Positif Propinsi
4
Tipologi
III
Baik/potensial II
Sumber: Lampiran I, VII dan X
Berdasarkan hasil LQ selama 11 tahun terakhir (2000-2010), Sektor pertanian menunjukan nilai rata-rata LQ yaitu sebesar 1,44 (>1), hal ini menunjukan bahwa Sektor non basis. Nilai LQ yang lebih besar dari satu berarti Sektor ini mampu memenuhi kebutuhan Kota Depok, tapi juga mampu memenuhi daerah lainnya sehingga Sektor pertanian merupakan Sektor yang berpotensi untuk ekspor. Perhitungan analisis Shift Share selama periode penelitian (20002010) untuk Sektor pertanian, nilai rata-rata komponen Pj-nya adalah sebesar 1274.226983. Yang menunjukan bahwa pertumbuhan Sektor ini cepat petumbuhannya terhadap kontribusi Sektor yang sejenis ditingkat Propinsi karena nilainya positif. Sedangkan dari hasil perhitungan komponen Dj Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih adalah Sektor yang daya saingnya turun sehingga pertumbuhannya lebih lambat dibandingkan pertumbuhan Sektor yang
93
sama ditingkat Propinsi. Hal ini ditunjukan dengan besaran rata-rata komponen Dj yang negatif, yaitu sebesar -2879.991758. Berdasarkan perhitungan analisis tipologi Sektoral Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih memiliki LQ (>1), Pj negatif (<0) dan Dj positif (>1) termasuk ke dalam tipologi III sehingga Sektor ini menunjukan baik untuk dikembangkan, termaksud ke dalam potensial II.
d. Bangunan/Konstruksi Sektor Bangunan pada Kota Depok mempunyai peran besar terlihat pada kontribusi Sektor Bangunan terhadap PDRB Kota Depok. Besarnya kontribusi Sektor Bangunan Pada tahun 2010 sebesar 6,38 Persen menempati urutan keempat dalam kontribusi terhadap PDRB Kota Depok.
No
Aspek
Tabel 4.11 Analisis Sektor Bangunan Parameter Makna
1
LQ
>1
Sektor Basis
2
Pj
Negatif
Tumbuh lambat di Propinsi
3
Dj
Positif
Pertumbuhan lebih cepat dibandingkan Propinsi 4
Tipologi
III
Baik/potensial II
Sumber: Lampiran I, VII dan X
94
Berdasarkan hasil LQ selama 11 tahun terakhir (2000-2010), Sektor pertanian menunjukan nilai rata-rata LQ yaitu sebesar 2.00 (>1), hal ini menunjukan bahwa Sektor non basis. Nilai LQ yang lebih besar dari satu berarti Sektor ini mampu memenuhi kebutuhan Kota Depok, tapi juga mampu memenuhi daerah lainnya sehingga Sektor pertanian merupakan Sektor yang berpotensi untuk ekspor. Perhitungan analisis Shift Share selama periode penelitian (20002010) untuk Sektor pertanian, nilai rata-rata komponen Pj-nya adalah sebesar 8839.927716. Yang menunjukan bahwa pertumbuhan Sektor ini cepat petumbuhannya terhadap kontribusi Sektor yang sejenis ditingkat Propinsi karena nilainya positif. Sedangkan dari hasil perhitungan komponen Dj Sektor pertanian adalah Sektor yang daya saingnya turun sehingga pertumbuhannya lebih lambat dibandingkan pertumbuhan Sektor yang sama ditingkat Propinsi. Hal ini ditunjukan dengan besaran rata-rata komponen Dj yang negatif, yaitu sebesar -7552.039341. Berdasarkan perhitungan analisis tipologi Sektoral Sektor Bangunan memiliki LQ (>1), Pj negatif (<0) dan Dj positif (>1) termasuk ke dalam tipologi III sehingga Sektor ini menunjukan baik untuk dikembangkan,masuk ke dalam potensial II.
95
e. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran pada Kota Depok mempunyai peran besar terlihat pada kontribusi Sektor Bangunan terhadap PDRB Kota Depok. Besarnya kontribusi Sektor Bangunan Pada tahun 2010 sebesar 31,15 Persen menempati urutan kedua dalam kontribusi terhadap PDRB Kota Depok.
No
Tabel 4.12 Analisis Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Aspek Parameter Makna
1
LQ
>1
Sektor Basis
2
Pj
Negatif
Tumbuh lambat di Propinsi
3
Dj
Positif
Pertumbuhan lebih cepat dibandingkan Propinsi 4
Tipologi
III
Baik/potensial II
Sumber: Lampiran I, VII dan X
Berdasarkan hasil LQ selama 11 tahun terakhir (2000-2010), Sektor pertanian menunjukan nilai rata-rata LQ yaitu sebesar 1,48 (>1), hal ini menunjukan bahwa Sektor basis. Nilai LQ yang lebih besar dari satu berarti Sektor ini dapat memenuhi kebutuhan Kota Depok, tapi juga mampu memenuhi daerah lainnya sehingga Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran merupakan Sektor yang berpotensi untuk ekspor. Perhitungan analisis Shift Share selama periode penelitian (20002010) untuk Sektor ini, nilai rata-rata komponen Pj-nya adalah sebesar 96
21636.77336. Yang menunjukan bahwa pertumbuhan Sektor ini cepat petumbuhannya terhadap kontribusi Sektor yang sejenis ditingkat Propinsi karena nilainya positif. Sedangkan
dari
hasil
perhitungan
komponen
Dj
Sektor
Perdagangan, Hotel dan Restoran adalah Sektor yang daya saingnya turun sehingga pertumbuhannya lebih lambat dibandingkan pertumbuhan Sektor yang sama ditingkat Propinsi. Hal ini ditunjukan dengan besaran rata-rata komponen Dj yang negatif, yaitu sebesar -7590.627778. Berdasarkan perhitungan analisis tipologi Sektoral Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran memiliki LQ (>1), Pj negatif (<0) dan Dj positif (>1) termasuk ke dalam tipologi III sehingga Sektor ini menunjukan baik untuk dikembangkan,masuk ke dalam potensial II.
f. Sektor Pengangkutan & Komunikasi Sektor Pengangkutan & Komunikasi pada Kota Depok mempunyai peran besar terlihat pada kontribusi Sektor Bangunan terhadap PDRB Kota Depok. Besarnya kontribusi Sektor Bangunan Pada tahun 2010 sebesar 5,18 Persen menempati urutan kelima dalam kontribusi terhadap PDRB Kota Depok.
97
Tabel 4.13 Analisis Pengangkutan & Komunikasi Parameter Makna
No
Aspek
1
LQ
>1
Sektor Basis
2
Pj
Negatif
Tumbuh lambat di Propinsi
3
Dj
positif
Pertumbuhan lebih cepat dibandingkan Propinsi 4
Tipologi
III
Baik/potensial II
Sumber: Lampiran I, VII dan X
Analisis LQ selama 11tahun (2000-2010), Sektor Pengangkutan & Komunikasi menunjukkan nilai rata-rata LQ di atas satu yaitu sebesar 1.17 ini berarti bahwa Sektor ini merupakan Sektor basis . Nilai LQ yang lebih dari satu ini berarti Sektor Pengangkutan & Komunikasi telah dapat memenuhi kebutuhan masyarakat daerah tersebut dan Sektor ini berpotensi ekspor ke daerah lain. Perhitungan analisis Shift Share selama periode penelitian (20002010) untuk Sektor pertanian, nilai rata-rata komponen Pj-nya adalah sebesar 4958.128682. Yang menunjukan bahwa pertumbuhan Sektor ini cepat petumbuhannya terhadap kontribusi Sektor yang sejenis ditingkat Propinsi karena nilainya positif. Sedangkan dari hasil perhitungan komponen Dj Sektor pertanian adalah Sektor yang daya saingnya turun sehingga pertumbuhannya lebih lambat dibandingkan pertumbuhan Sektor yang sama ditingkat Propinsi. Hal ini ditunjukan dengan besaran rata-rata komponen Dj yang negatif, 98
yaitu sebesar -3235.716961. Berdasarkan perhitungan analisis tipologi Sektoral Pengangkutan & Komunikasi memiliki LQ (>1), Pj negatif (<0) dan Dj positif (>1) termasuk ke dalam tipologi III sehingga Sektor ini menunjukan baik untuk dikembangkan,masuk ke dalam potensial II.
g. Sektor Bank & Lembaga Keuangan Lainnya Sektor Bank & Lembaga keuangan lainnya pada Kota Depok mempunyai peran besar terlihat pada kontribusi Sektor Bangunan terhadap PDRB Kota Depok. Besarnya kontribusi Sektor Bangunan Pada tahun 2010 sebesar 3,86 Persen menempati urutan keenam dalam kontribusi terhadap PDRB Kota Depok.
Tabel 4.14 Analisis Bank & Lembaga Keuangan Lainnya Parameter Makna
No
Aspek
1
LQ
>1
Sektor Basis
2
Pj
Negatif
Tumbuh lambat di Propinsi Pertumbuhan lebih cepat dibandingkan
3
Dj
Positif Propinsi
4
Tipologi
III
Baik/Potensial II
Sumber: Lampiran I, VII dan X
99
Analisis LQ selama 11 tahun (2000-2010), Sektor Bank & Lembaga Keuangan Lainnya menunjukkan nilai rata-rata LQ di atas satu yaitu sebesar 1.20 ini berarti bahwa Sektor ini merupakan Sektor basis . Nilai LQ yang lebih dari satu ini berarti Sektor Bank & Lembaga Keuangan telah dapat memenuhi kebutuhan masyarakat daerah tersebut dan Sektor ini berpotensi ekspor ke daerah lain. Perhitungan analisis Shift Share selama periode penelitian (20002010) untuk Sektor pertanian, nilai rata-rata komponen Pj-nya adalah sebesar 2021.964087. Yang menunjukan bahwa pertumbuhan Sektor ini cepat petumbuhannya terhadap kontribusi Sektor yang sejenis ditingkat Propinsi karena nilainya positif. Sedangkan dari hasil perhitungan komponen Dj Sektor Bank & Lembaga Keuangan Lainnya adalah Sektor yang daya saingnya turun sehingga pertumbuhannya lebih lambat dibandingkan pertumbuhan Sektor yang sama ditingkat Propinsi. Hal ini ditunjukan dengan besaran rata-rata komponen Dj yang negatif, yaitu sebesar -946.0105869. Berdasarkan perhitungan analisis tipologi Sektoral Bank & Lembaga Keuangan Lainnya memiliki LQ (>1), Pj negatif (<0) dan Dj positif (>1) termasuk ke dalam tipologi III sehingga Sektor ini menunjukan baik untuk dikembangkan,masuk ke dalam potensial II.
100
h. Sektor Jasa-jasa Sektor Jasa-jasa pada Kota Depok mempunyai peran besar terlihat pada kontribusi Sektor Bangunan terhadap PDRB Kota Depok. Besarnya kontribusi Sektor Bangunan Pada tahun 2010 sebesar 7,59 Persen menempati urutan ketiga dalam kontribusi terhadap PDRB Kota Depok.
No
Aspek
Tabel 4.15 Analisis Jasa-jasa Parameter Makna
1
LQ
>1
Sektor Basis
2
Pj
Negatif
Tumbuh lambat di Propinsi
3
Dj
Positif
Pertumbuhan lebih cepat dibandingkan Propinsi 4
Tipologi
III
Baik/Potensial II
Sumber: Lampiran I, VII dan X
Analisis LQ selama 11 tahun (2000-2010) Sektor Jasa-jasa menunjukkan nilai rata-rata LQ di atas satu yaitu sebesar 1.04 ini berarti bahwa Sektor ini merupakan Sektor basis . Nilai LQ yang lebih dari satu ini berarti Sektor Jasa-jasa telah dapat memenuhi kebutuhan masyarakat daerah tersebut dan Sektor ini berpotensi ekspor ke daerah lain. Perhitungan analisis Shift Share selama periode penelitian (20002010) untuk Sektor pertanian, nilai rata-rata komponen Pj-nya adalah sebesar 608.9549405. Yang menunjukan bahwa pertumbuhan Sektor ini
101
cepat petumbuhannya terhadap kontribusi Sektor yang sejenis ditingkat Propinsi karena nilainya positif. Sedangkan dari hasil perhitungan komponen Dj Sektor Jasa-jasa adalah Sektor yang daya saingnya turun sehingga pertumbuhannya lebih lambat dibandingkan pertumbuhan Sektor yang sama ditingkat Propinsi. Hal ini ditunjukan dengan besaran rata-rata komponen Dj yang negatif, yaitu sebesar -703.2343349. Berdasarkan perhitungan analisis tipologi Sektoral Jasa-jasa memiliki LQ (>1), Pj negatif (<0) dan Dj positif (>1) termasuk ke dalam tipologi III sehingga Sektor ini menunjukan baik untuk dikembangkan,masuk ke dalam potensial II.
102
BAB V KESIMPULAN & SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh yang ada di Kota Depok selama 11 tahun dari tahun 2000-2010, b a h w a d engan ini ada beberapa hal yang dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Berdasarkan hasil analisis di Kota Depok, perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Kota Depok selama 11 tahun menunjukan fluktuasi pada masing-masing sektor tiap tahunnya. Akan tetapi selama periode analisis yaitu tahun 2000 hingga 2010 sektor Industri Pengolahan masih mendominasi terhadap distribusi PDRB Kota Depok 41,15% pada tahun 2005. Angka ini cukup besar dibandingkan tahun-tahun sebelumnya (2000-2004)
maupun
tahun-tahun
berikutnya
(2006-2010).
Sektor
berikutnya yang cukup mendominasi terhadap distribusi PDRB di Kota Depok di antara sektor lainnya selama periode analisis (2000 s.d. 2010) adalah sektor Perdagangan, Restoran & Hotel, sektor ini memberikan distribusi PDRB di Kota Depok 31,15% pada tahun 2010. Sektor ini sempat mengalami penurunan 28,88% pada tahun 2005. Sementara itu, sektor Listrik, Air Bersih selama periode analisis merupakan sektor yang mempunyai distribusi PDRB terendah dibandingan sektor-sektor lainnya, sebesar 2,99% pada tahun 2009, padahal tahun 2005, sektor ini mengalami kenaikan 3.32%. Secara garis besar Sektor Industri Pengolahan, merupakan
103
sektor yang memberikan distribusi PDRB terbesar di Kota Depok, karena selalu mengalami penaikan setiap tahunnya dengan rata-rata tiap tahunnya selama periode penelitian (2000 s.d 2010) 40,17% jika dibandingakan dengan sektor-sektor lainnya. Sedangkan sektor Pertambangan tidak memiliki nilai PDRB di Kota Depok, dikarenakan sektor tersebut tidak ada di Kota Depok. 2. Berdasarkan hasil perhitungan indeks Location Quotient masing-masing sektor di Kota Depok, menunjukan LQ yang beragam, di Kota D e p o k sendiri terdapat 6 (enam) sektor ekononomi yang mempunyai nilai LQ>1 yang merupakan sector basis dimana sektor tersebut mampu memenuhi kebutuhan pasar lokal maupun luar daerah. Sektor Bangunan/Konstruksi dengan LQ rata-rata sebesar 2.00, Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran dengan LQ rata-rata sebesar 1.48, Sektor Listrik, Gas & Air Bersih dengan LQ rata-rata sebesar 1.44, Sektor Bank & Lembaga Keuangan Lainnya dengan hasil LQ rata-rata 1.20, Sektor Pengangkutan & Komunikasi dengan hasil LQ rata 1.17 kemudian Sektor Jasa - jasa dengan hasil LQ rata-rata sebesar 1.04. Sedangkan berdasarkan perhitungan indeks Location Question menunjukan hasil, di Kota Depok terdapat 2 (dua) sektor yang menunjukan nilai LQ<1 dan merupakan sektor non basis, dimana sektor tersebut hanya mampu memenuhi kebutuhan pasar lokal daerah sendiri adalah Sektor Industri Pengolahan dan Sektor Pertanian. 3. Selain analisis sektor basis yang ada di atas, sektor ekonomi yang potensial dengan kriteria tergolong dalam sektor yang tumbuh dengan cepat terhadap
104
sektor sejenis di tingkat Propinsi (Pj rata-rata > 0), serta memiliki tingkat potensialnya baik (tipologi III) maka termasuk sektor yang potensialnya baik untuk dikembangkan sebagai penunjang pertumbuhan ekonomi di Kota Depok yaitu Sektor Listrik, Gas & Air Minum; Sektor Bangunan/Kontruksi; Sektor Perdagangan, Hotel& Restoran; Sektor Pengankutan & Komunikasi; Sektor Bank & Lembaga Keuangan Lainnya; dan Sektor Jasa-jasa.
105
B. SARAN 1. Berdasarkan pemahaman yang dimiliki terhadap potensi yang dimiliki Kota Depok, maka Pemerintah Kota ini diharapkan memberikan perhatian khusus untuk Sektor Pertainan, dengan memberikan lahan untuk pertainan yang diharapkan sektor ini bisa memberikan kontribusi untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian di Kota Depok di masa yang akan datang. Namun dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Kota Depok melalui sektor – sektor basis, hendaknya pemerintah tidak mengabaikan sektor non basis, karena dengan meningkatkan peran dari sektor non basis diharapkan sektor tersebut dapat tumbuh menjadi sektor basis dan akhirnya semua sektor ekonomi tersebut dapat secara bersama-sama mendukung peningkatan ekonomi pertumbuhan di Kota Depok. 2. Pada kota Depok yang memiliki sektor basis, yaitu : Sektor Listrik, Gas & Air Minum; Sektor Bangunan/Konstruksi; Sektor Perdagangan, Hotel& Restoran; Sektor Pengankutan & Komunikasi; Sektor Bank & Lembaga Keuangan Lainnya; dan Sektor Jasa-jasa, yang diharpakan kepada pemerintah mulai memperhatikan kualitas dan fator-faktor penunjang agar perkembangan sektor ini tidak di jadikan alat untuk mengambil keuntungan satu pihak melainkan bisa menjadi sektor yang bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya dan bukan sebagai sumber yang dapat merugikan masyarakat. 3. Kota Depok pada saat mengembangkan sektor-sektor ekonomi yang strategis dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonominya hendaknya juga tidak mengabaikan peran sektor yang tergolong nun potensial. Karena
106
dengan
mengembangkan
sektor
potensial
diharapkan
akan
dapat
merangsang pertumbuhan sektor nun potensial sehingga menjadi sektor potensial yang pada akhirnya semua sektor ekonomi bersama-sama mendukung peningkatan pertumbuhan ekonomi di Kota Depok. 4. Kota Depok potensial untuk dijadikan pusat pertumbuhan di Propinsi Jawa Barat dengan memilih dan mengembangkan sektor potensial yang paling utama. Adanya peran serta Pemerintah daerah dan masyarakat dalam membuat inisiatif untuk pengadaan kawasan terpadu guna pengembangan sektor potensial yang ada di Kota Depok. 5. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat membahas secara lebih mendalam
mengenai
regulasi
sektor-sektor
perekonomian
dengan
membandingkan kondisi sektor-sektor perekonomian sebelum dengan setelah adanya regulasi agar terlihat keefektifan dari pelaksanaan regulasi dan membantu Pemerintah Kota Depok dalam melakukan evaluasi kinerja di lapangan.
107
DAFTAR PUSTAKA Arsyad, Lincolin. ”Ekonomi Pembangunan”. Edisi Kelima. STIM YKPN. Yogyakarta. 2010. Adisasmita, Raharjo. Dasar-Dasar Ekonomi Wilayah. Yogyakarta. Graha Ilmu. 2005. Badan Pusat Satistik. ”Kota Depok dalam Angka”.BPS Kota Depok. 2010. Badan Pusat Satistik. ”Propinsi Jawa Barat”.BPS Jawa Barat. 2010. Bungin, Burhan. “Metodologi Penelitian Kuantitatif: Ekonomi, dan Kebijakan Publik serta Ilmu Sosial lainya”. Kencana Prenada Media Group, Jakarta. 2010. Chattopadhya, prof.S. Jurnal:” Forecasting Regional Economic Potentialis for economic Regional-Special Economic Zone and Investment Regions”. Institute of Town Planners India.Vol 8 No 1 Hal: 41-55. 2011. Fatmasari, Wulan S. Dini. “Analisis Potensi Pertumbuhan Ekonomi Kota Tanggerang (Pendekatan Model Basis Ekonomi)”. Skripsi Sarjana, Fakultas Ekonomi UNS. 2007. Ghalib, Rusli. “Ekonomi Regional”. Pustaka Ramadhan.Jakarta. 2005. Glasson, Jhon. “Pengantar Perencanaan Regional” .Terjemahan Paul Sitohang. Jakarta: LPFEUI.1990 Hidayat, Ainun, Roziana. Jurnal: ”Analisis Ketimpangan Ekonomi Antara Kecamatan di Kabupaten Gresik”. Universitas muhammadiyah gresik. Vol 6 N0 1 Hal: 83-97. 2009. Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. “Metedologi Penentu Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen”. BPFE Yogyakarta, Yogyakarta. 2002. Kweka, Josaphat, & Morrissey, Oliver. Jurnal: The Ekonomic Potential of Taurisme Tanzania”. Jurnal of International Development J. int. Dev. 15, 335 – 351 (2003).
108
Lukman, Dr. ”Analisis Sektor Unggulan Sektoral dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Sektor Ekonomi Daerah : Pendekatan Input - Output Interregional Sumatra Barat, Riau dan Jambi”. Pasca Sarjana Universitas Padjajaran. Bandung. 2011. Raharja, Pratama, & Manurung, Mandala. ”Teori Ekonomi Makro”. edisi kedua. FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS INDONESIA. Jakarta. 2004. Richardson, Harry. “Dasar - Dasar Ilmu Ekonomi Regional”. Lembaga Penerbit FE - UI. Jakarta. 1997. Resnawati. ”Analisis Potensi Ekonomi Di Kota Cilegon”. Universitas Syarif Hidayatullah. Jakarta. 2010. Roping. Jurnal: ”Aplikasi Shift Share Ebstaban Marquillas pada sektor Pertanian di Kabupaten Boyolali” . Universitas Sebelas Maret Surakarta. Vol 4 Nomor 2 Hal: 1 - 14. 2009. Research, Regoinal, Vibiz. Jurnal: ”Analisis Sektor Unggulan di Kabupaten Keerom, Provinsi Papua”. Hal: 1 - 14. LEPMIDA. 2011. Reniwati. ”Analisis Sektor - Sektor Ekonomi Di Provinsi Sulawesi Periode 20072011”. Universitas Hasanuddin. 2013. Sadono, Sukirno. “Ekonomi Pembangunan : Proses, Masalah dan Dasar Kebijakan”, Kencana Prenada Media Group, 2007. Sulivanto. Jurnal:” Analisis of Determining Basis Comodity and Pricing at Basis Commodity in Banyumas Indonesia”. Vol 2 Issue 2 (pp. 27 – 36). 2012. Suherty, Lina. Jurnal: ”Analisis Pengembanangan Sektor Ekonomi Potensial Kabupaten Barito Kuala”. Vol 12 Nomor 2 Hal: 143 – 14. 2011. Sjafrizal. ”Ekonomi Regional, Teori dan Aplikasi”. Badouse, Media.Padang. 2008. Sugiyono. “Metode Penelitian Bisnis”. CV Alfabeta, Bandung, 2006. Tarigan, Robinson. ”Ekonomi Regional”. Edisi Revisi. BUMI AKSARA. Jakarta. 2005. 109
Yunan Y. Zuhairan, “Sektor Basis dan Non Basis di Kotamadya Tanggerang Selatan (Suatu Pendekatan Location Quetient)”. Signifikan, Jurnal Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, Vol. I, No. 2 Oktober 2010: hal. 25 - 38.
110
Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Propinsi Jawa Barat Tahun 2000-2010
No
Lapangan Usaha
1
Pertanian
2
Pertambangan dan Penggalian
3
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
28784186.59
29554466.83
29186913.59
29161783.4
34038120.63
34942015.46
34822021.09
35689490
37139985
41722076
42137486
Industri Pengolahan
79949896.89
82993409.84
86029221.1
91336589.53
97902362.1
105334047.2
114299625.7
122702671
133756557
131432865
135594749
4
Listrik, Gas dan Air Bersih
3882660.885
4169157.259
4398612.327
4447323.687
5337987.17
5649829.62
5427579.55
5750579
5985767
6839237
7315960
5
Bangunan
5254511.708
5143936.696
5580463.389
5984953.406
6602399.92
7780823.72
8232950.09
8928178
9730820
10299411
11810047
6
Perdagangan,Hotel dan Restoran
35567824.82
36403261.68
38647464.98
39198353.11
44604769.96
47259969.72
50719350.06
54789912
56937923
62701714
70083413
7
Pengangkutan dan Komunikasi
7314261.24
7925724.282
8478452.135
9323751.198
10274962.93
10329164.21
11143253.97
12271025
12233940
13209254
15352858
8
Bank dan lembaga Keuangan Lainnya
5351150.092
5885016.621
6490645.266
7067352.623
7247001.69
7623682.08
7672322.47
8645553
9075520
9618612
10564691
9
Jasa-jasa
12099818.43
14532915.56
15661103.3
17426171.39
19344963.1
16821141.16
18200096.05
18728218
19494893
20157658
21899922
178204310.7 186607888.8 194472876.1 203946278.3 225352567.5 235740673.1
250517199
267505626
284355405
295980827
314759126
PDRB
111
Produk Domestik Regional Burto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kota Depok Tahun 2000-2010
No
Lapangan Usaha
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
140296.96
144562.46
149731.67
153071.51
159556.91
167053.64
159921.17
161095.98
167197.76
173873.42
186945.98
1341787.5
1436273
1559431.51
1671866.52
1793348.32
1954749.67
2094461.49
2188502.81
2344941.46
2499038.17
2607666.08
1
Pertanian
2
Pertambangan dan Penggalian
3
Industri Pengolahan
4
Listrik, Gas dan Air Bersih
121146.47
126236.53
131126.7
138496.57
146341.6
157837.97
162625.11
168289.13
175447.66
183438.6
194125.39
5
Bangunan
230202.2099
245483.27
254911.08
269033.15
284053.85
289734.93
299855.37
330725.45
352950.2
380592.37
415935.9
6
Perdagangan,Hotel dan Restoran
1063970.726
1123483.29
1153513.37
1221192.62
1293418.42
1371884.46
1500643.82
1680841.66
1771811.26
1873833.66
2030899.31
7
Pengangkutan dan Komunikasi
175920.3202
182490.44
210548.51
225171.34
240540.53
259654.73
265439.68
272608.12
298180.74
316105.87
337803.37
8
Bank dan lembaga Keuangan Lainnya
132762.0491
139448.38
148777.26
160664.75
180689.28
192688.45
198084.51
216184.33
225750.03
236210.37
251443.22
9
Jasa-jasa
283227.1912
296744.96
312192.16
327129.86
342927.92
356430.25
385097.91
399999.46
434548.53
466557.16
494516.96
3489313.426
3694722.33
3920232.26
4166626.32
4440876.83
4750034.1
5066129.06
5418246.94
5770827.64
6129649.62
6519336.21
PDRB
112
Lampiran I Perhitungan Location Quotient (LQ) Kota Depok LQ Tahun 2000 Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan,Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Bank dan lembaga Keuangan Lainnya Jasa-jasa
Total
LQ Tahun 2001 Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan,Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Bank dan lembaga Keuangan Lainnya Jasa-jasa
LQ Tahun 2002 Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan,Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Bank dan lembaga Keuangan Lainnya Jasa-jasa JUMLAH
Wi 140296.96
Ki 28784186.59
Wi/W 0.040207612
Ki/K 0.161523515
LQ 0.248927297
1341787.5 121146.47 230202.2099 1063970.726 175920.3202 132762.0491 283227.1912 3489313.426
79949896.89 3882660.885 5254511.708 35567824.82 7314261.24 5351150.092 12099818.43 178204310.7
0.384541982 0.034719286 0.065973497 0.304922658 0.050416887 0.038048187 0.081169891 1
0.448641767 0.021787693 0.029485884 0.199590148 0.041044244 0.030028174 0.067898573 1
0.857124793 1.59352737 2.237460351 1.527744033 1.228354618 1.267082924 1.195457981
144562.46
Ki 29554466.83
Wi/W 0.039126745
Ki/K 0.158377371
LQ 0.247047575
1436273 126236.53 245483.27 1123483.29 182490.44 139448.38 296744.96
82993409.84 4169157.259 5143936.696 36403261.68 7925724.282 5885016.621 14532915.56
0.388736384 0.034166716 0.066441602 0.304077868 0.049392193 0.037742587 0.080315903
0.444747596 0.022341806 0.027565484 0.1950789 0.042472611 0.031536805 0.077879428
0.874060677 1.529272804 2.410318746 1.558742992 1.162918695 1.196779038 1.031285224
Wi
Wi 149731.67
Ki 29186913.59
Wi/W 0.038194592
Ki/K 0.150082182
LQ 0.25449118
1559431.51 131126.7 254911.08 1153513.37 210548.51 148777.26 312192.16 3920232.26
86029221.1 4398612.327 5580463.389 38647464.98 8478452.135 6490645.266 15661103.3 194472876.1
0.397790592 0.033448707 0.065024484 0.294246181 0.053708172 0.037951134 0.079636139 1
0.442371311 0.022618128 0.02869533 0.198729333 0.043597093 0.033375581 0.080531042 1
0.899223304 1.478845089 2.266030174 1.480637891 1.231920943 1.137092829 0.988887477
113
LQ Tahun 2003 Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan,Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Bank dan lembaga Keuangan Lainnya Jasa-jasa JUMLAH
LQ Tahun 2004 Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan,Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Bank dan lembaga Keuangan Lainnya Jasa-jasa JUMLAH
LQ Tahun 2005 Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan,Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Bank dan lembaga Keuangan Lainnya Jasa-jasa JUMLAH
LQ Tahun 2006 Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan,Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Bank dan lembaga Keuangan Lainnya Jasa-jasa JUMLAH
Wi 153071.51
Ki 29161783.4
Wi/W 0.036737518
Ki/K 0.142987573
LQ 0.256928049
1671866.52 138496.57 269033.15 1221192.62 225171.34 160664.75 327129.86 4166626.32
91336589.53 4447323.687 5984953.406 39198353.11 9323751.198 7067352.623 17426171.39 203946278.3
0.40125185 0.033239499 0.064568581 0.293089067 0.054041645 0.038559913 0.078511927 1
0.447846317 0.021806349 0.029345735 0.192199404 0.045716702 0.034653011 0.08544491 1
0.895958804 1.524303721 2.200271405 1.524921831 1.182098505 1.112743519 0.918860195
159556.91
Ki 34038120.63
Wi/W 0.035929146
Ki/K 0.151043855
LQ 0.237872275
1793348.32 146341.6 284053.85 1293418.42 240540.53 180689.28 342927.92 4440876.83
97902362.1 5337987.17 6602399.92 44604769.96 10274962.93 7247001.69 19344963.1 225352567.5
0.40382753 0.032953312 0.063963461 0.291252937 0.054165098 0.040687749 0.077220768 1
0.434440855 0.02368727 0.029298091 0.197933267 0.045595056 0.032158505 0.085843101 1
0.929533963 1.39118234 2.183195541 1.471470366 1.187959903 1.265225124 0.899557072
167053.64
Ki 34942015.46
Wi/W 0.035168935
Ki/K 0.14822226
LQ 0.237271613
1954749.67 157837.97 289734.93 1371884.46 259654.73 192688.45 356430.25 4750034.1
105334047.2 5649829.62 7780823.72 47259969.72 10329164.21 7623682.08 16821141.16 235740673.1
0.411523292 0.033228808 0.060996389 0.288815708 0.054663761 0.040565698 0.075037409 1
0.446821695 0.023966291 0.03300586 0.200474399 0.043815792 0.032339273 0.071354429 1
0.921001143 1.386481016 1.848047255 1.440661298 1.247581277 1.254378778 1.05161529
159921.17
Ki 34822021.09
Wi/W 0.031566738
Ki/K 0.139000521
LQ 0.227097986
2094461.49 162625.11 299855.37 1500643.82 265439.68 198084.51 385097.91 5066129.06
114299625.7 5427579.55 8232950.09 50719350.06 11143253.97 7672322.47 18200096.05 250517199
0.413424424 0.032100467 0.059188261 0.296211131 0.05239497 0.039099776 0.076014232 1
0.456254605 0.021665497 0.032863812 0.202458555 0.044480994 0.030625931 0.072650086 1
0.906126578 1.481640033 1.801016312 1.463070462 1.177918152 1.276688556 1.046306154
Wi
Wi
Wi
114
LQ Tahun 2007 Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan,Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Bank dan lembaga Keuangan Lainnya Jasa-jasa JUMLAH
LQ Tahun 2008 Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan,Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Bank dan lembaga Keuangan Lainnya Jasa-jasa JUMLAH
LQ Tahun 2009 Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan,Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Bank dan lembaga Keuangan Lainnya Jasa-jasa JUMLAH
LQ Tahun 2010 Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan,Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Bank dan lembaga Keuangan Lainnya Jasa-jasa JUMLAH
Wi 161095.98
Ki 35689490
Wi/W 0.029732122
Ki/K 0.133415848
LQ 0.222853001
2188502.81 168289.13 330725.45 1680841.66 272608.12 216184.33 399999.46 5418246.94
122702671 5750579 8928178 54789912 12271025 8645553 18728218 267505626
0.403913449 0.031059701 0.061039198 0.310218725 0.050312974 0.039899313 0.073824516 1
0.458691927 0.021497039 0.033375664 0.204817793 0.045872026 0.032319145 0.070010557 1
0.880576757 1.444836209 1.828853432 1.51460828 1.096811695 1.234541119 1.054476911
167197.76
37139985
Wi/W 0.028972926
Ki/K 0.130611145
LQ 0.22182583
2344941.46 175447.66 352950.2 1771811.26 298180.74 225750.03 434548.53 5770827.64
133756557 5985767 9730820 56937923 12233940 9075520 19494893 284355405
0.406344047 0.030402513 0.061161106 0.307028969 0.05167036 0.039119177 0.075300903 1
0.47038514 0.021050301 0.034220626 0.200235065 0.043023413 0.031916116 0.068558194 1
0.863853921 1.444279201 1.787258527 1.533342669 1.200982354 1.225687291 1.09835015
173873.42
41722076
Wi/W 0.028365964
Ki/K 0.14096209
LQ 0.201231153
2499038.17 183438.6 380592.37 1873833.66 316105.87 236210.37 466557.16 6129649.62
131432865 6839237 10299411 62701714 13209254 9618612 20157658 295980827
0.40769674 0.029926441 0.062090396 0.305699963 0.051569974 0.038535705 0.076114817 1
0.444058713 0.023107027 0.034797561 0.211843837 0.044628749 0.032497416 0.068104607 1
0.918114494 1.29512296 1.784331808 1.44304393 1.155532589 1.185808291 1.117616269
186945.98
42137486
Wi/W 0.028675616
Ki/K 0.133872166
LQ 0.214201477
2607666.08 194125.39 415935.9 2030899.31 337803.37 251443.22 494516.96 6519336.21
135594749 7315960 11810047 70083413 15352858 10564691 21899922 314759126
0.399989508 0.029776864 0.063800345 0.311519339 0.051815608 0.038568838 0.075853882 1
0.430788936 0.023243043 0.037520904 0.222657287 0.04877653 0.033564368 0.069576766 1
0.928504597 1.281108672 1.700394661 1.399097887 1.062306153 1.149100682 1.090218569
Wi
Ki
Wi
Ki
Wi
Ki
115
Lampiran II Location Quotient (LQ) Rata-rata Kota Depok Tahun 2000-2010 Lapangan Usaha Pertanian
2000
2001
2002
2003
2004
2005
0.24893 0.24705 0.25449 0.25693 0.23787 0.23727
2006
2007
2008
2009
2010
RATA -RATA
0.2271 0.22285 0.22183 0.20123
0.2142
0.233613403
0.921 0.90613 0.88058 0.86385 0.91811
0.9285
0.897643548
1.5243 1.39118 1.38648 1.48164 1.44484 1.44428 1.29512 1.28111
1.440963583
Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan
0.85712 0.87406 0.89922 0.89596 0.92953
Listrik, Gas dan Air Bersih
1.59353 1.52927 1.47885
Bangunan
2.23746 2.41032 2.26603 2.20027
Perdagangan,Hotel dan Restoran
1.52774 1.55874 1.48064 1.52492 1.47147 1.44066 1.46307 1.51461 1.53334 1.44304
Pengangkutan dan Komunikasi
1.22835 1.16292 1.23192
Bank dan lembaga Keuangan Lainnya
1.26708 1.19678 1.13709 1.11274 1.26523 1.25438 1.27669 1.23454 1.22569 1.18581
1.1491
1.209557105
Jasa-jasa
1.19546 1.03129 0.98889 0.91886 0.89956 1.05162 1.04631 1.05448 1.09835 1.11762 1.09022
1.044784663
2.1832 1.84805 1.80102 1.82885 1.78726 1.78433 1.70039
2.004288928
1.3991
1.487031058
1.1821 1.18796 1.24758 1.17792 1.09681 1.20098 1.15553 1.06231
1.175853171
116
Lampiran III Komponen Shift Share Komponen Shift Share Propinsi Jawa Barat Pertambahan (Gj) Tahunan Propinsi Jawa Barat
Tahun 2000 - 2001 2001 - 2002 2002 - 2003 2003 - 2004 2004 - 2005 2005 - 2006 2006 - 2007 2007 - 2008 2008 - 2009 2009 - 2010
Yjt Yjo Gj 3694722.33 3489313.426 205408.9038 3920232.26 3694722.33 225509.93 4166626.32 3920232.26 246394.06 4440876.83 4166626.32 274250.51 4750034.1 4440876.83 309157.27 5066129.06 4750034.1 316094.96 5418246.94 5066129.06 352117.88 5770827.64 5418246.94 352580.7 6129649.62 5770827.64 358821.98 6519336.21 6129649.62 389686.59
117
Lampiran IV 2000 - 2001 Y Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan,Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Bank dan lembaga Keuangan Lainnya Jasa-jasa Total
Yijt 144562.46
Yijo 140296.96
Gij 4265.5
1436273 126236.53 245483.27 1123483.29 182490.44 139448.38 296744.96 3694722.33
1341787.5 121146.47 230202.2099 1063970.726 175920.3202 132762.0491 283227.1912 3489313.426
94485.5 5090.06 15281.06009 59512.56419 6570.119774 6686.330891 13517.76883 205408.9038
Yijt 149731.67
Yijo 144562.46
Gij 5169.21
1559431.51 131126.7 254911.08 1153513.37 210548.51 148777.26 312192.16 3920232.26
1436273 126236.53 245483.27 1123483.29 182490.44 139448.38 296744.96 3694722.33
123158.51 4890.17 9427.81 30030.08 28058.07 9328.88 15447.2 225509.93
Yijt 153071.51
Yijo 149731.67
Gij 3339.84
1671866.52 138496.57 269033.15 1221192.62 225171.34 160664.75 327129.86 4166626.32
1559431.51 131126.7 254911.08 1153513.37 210548.51 148777.26 312192.16 3920232.26
112435.01 7369.87 14122.07 67679.25 14622.83 11887.49 14937.7 246394.06
2001 - 2002 Y Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan,Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Bank dan lembaga Keuangan Lainnya Jasa-jasa Total
2002 - 2003 Y Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan,Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Bank dan lembaga Keuangan Lainnya Jasa-jasa Total
118
2003 - 2004 Y Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan,Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Bank dan lembaga Keuangan Lainnya Jasa-jasa Total
Yijt 159556.91
Yijo 153071.51
Gij 6485.4
1793348.32 146341.6 284053.85 1293418.42 240540.53 180689.28 342927.92 4440876.83
1671866.52 138496.57 269033.15 1221192.62 225171.34 160664.75 327129.86 4166626.32
121481.8 7845.03 15020.7 72225.8 15369.19 20024.53 15798.06 274250.51
Yijt 167053.64
Yijo 159556.91
Gij 7496.73
1954749.67 157837.97 289734.93 1371884.46 259654.73 192688.45 356430.25 4750034.1
1793348.32 146341.6 284053.85 1293418.42 240540.53 180689.28 342927.92 4440876.83
161401.35 11496.37 5681.08 78466.04 19114.2 11999.17 13502.33 309157.27
Yijt 159921.17
Yijo 167053.64
Gij -7132.47
2094461.49 162625.11 299855.37 1500643.82 265439.68 198084.51 385097.91 5066129.06
1954749.67 157837.97 289734.93 1371884.46 259654.73 192688.45 356430.25 4750034.1
139711.82 4787.14 10120.44 128759.36 5784.95 5396.06 28667.66 316094.96
2004 - 2005 Y Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan,Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Bank dan lembaga Keuangan Lainnya Jasa-jasa Total
2005 - 2006 Y Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan,Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Bank dan lembaga Keuangan Lainnya Jasa-jasa Total
119
2006 - 2007 Y Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan,Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Bank dan lembaga Keuangan Lainnya Jasa-jasa Total
Yijt 161095.98
Yijo 159921.17
Gij 1174.81
2188502.81 168289.13 330725.45 1680841.66 272608.12 216184.33 399999.46 5418246.94
2094461.49 162625.11 299855.37 1500643.82 265439.68 198084.51 385097.91 5066129.06
94041.32 5664.02 30870.08 180197.84 7168.44 18099.82 14901.55 352117.88
Yijt 167197.76
Yijo 161095.98
Gij 6101.78
2344941.46 175447.66 352950.2 1771811.26 298180.74 225750.03 434548.53 5770827.64
2188502.81 168289.13 330725.45 1680841.66 272608.12 216184.33 399999.46 5418246.94
156438.65 7158.53 22224.75 90969.6 25572.62 9565.7 34549.07 352580.7
Yijt 173873.42
Yijo 167197.76
Gij 6675.66
2499038.17 183438.6 380592.37 1873833.66 316105.87 236210.37 466557.16 6129649.62
2344941.46 175447.66 352950.2 1771811.26 298180.74 225750.03 434548.53 5770827.64
154096.71 7990.94 27642.17 102022.4 17925.13 10460.34 32008.63 358821.98
2007 - 2008 Y Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan,Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Bank dan lembaga Keuangan Lainnya Jasa-jasa Total
2008 - 2009 Y Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan,Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Bank dan lembaga Keuangan Lainnya Jasa-jasa Total
120
2009 - 2010 Y Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan,Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Bank dan lembaga Keuangan Lainnya Jasa-jasa Total
Yijt 186945.98
Yijo 173873.42
Gij 13072.56
2607666.08 194125.39 415935.9 2030899.31 337803.37 251443.22 494516.96 6519336.21
2499038.17 183438.6 380592.37 1873833.66 316105.87 236210.37 466557.16 6129649.62
108627.91 10686.79 35343.53 157065.65 21697.5 15232.85 27959.8 389686.59
121
Lampiran V Komponen Share Komponen Nasional Share Propinsi Jawa Barat (Nj)
Tahun 2000 - 2001 2001 - 2002 2002 - 2003 2003 - 2004 2004 - 2005 2005 - 2006 2006 - 2007 2007 - 2008 2008 - 2009 2009 - 2010
Yjo 3489313.426 3694722.33 3920232.26 4166626.32 4440876.83 4750034.1 5066129.06 5418246.94 5770827.64 6129649.62
Yt 186607888.8 194472876.1 203946278.3 225352567.5 235740673.1 250517199 267505626 284355405 295980827 314759126
Yo 178204310.7 186607888.8 194472876.1 203946278.3 225352567.5 235740673.1 250517199 267505626 284355405 295980827
Yt/Yo Yjo (Yt/Y0) 1.047156986 3653858.929 1.042147132 3850444.28 1.048713232 4111199.442 1.10496043 4603957.212 1.046097126 4645588.487 1.062681275 5047772.292 1.067813416 5409680.576 1.062988503 5759534.205 1.040883422 6006758.821 1.063444309 6518541.004
Nj 164545.5028 155721.9499 190967.1818 437330.8922 204711.6572 297738.1925 343551.5164 341287.2651 235931.1813 388891.3836
122
Lampiran VI 2000 - 2001 Y Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan,Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Bank dan lembaga Keuangan Lainnya Jasa-jasa Total
Yijo 140296.96
Yt/Yo 1.047156986
Yjo (Yt/Y0) 146912.9417
Nj 6615.981716
1341787.5 121146.47 230202.2099 1063970.726 175920.3202 132762.0491 283227.1912 3489313.426
1.047156986 1.047156986 1.047156986 1.047156986 1.047156986 1.047156986 1.047156986 8.377255884
1405062.154 126859.3723 241057.8522 1114144.378 184216.1922 139022.7071 296583.3317 3653858.929
63274.65376 5712.902336 10855.64229 50173.65215 8295.872 6260.658032 13356.14056 164545.5028
Yijo 144562.46
Yt/Yo 1.042147132
Yjo (Yt/Y0) 150655.3531
Nj 6092.893091
1436273 126236.53 245483.27 1123483.29 182490.44 139448.38 296744.96 3694722.33
1.042147132 1.042147132 1.042147132 1.042147132 1.042147132 1.042147132 1.042147132 8.337177056
1496807.788 131557.0377 255829.6858 1170834.889 190181.8887 145325.7293 309251.909 3850444.28
60534.78779 5320.507699 10346.4158 47351.59858 7691.448672 5877.349286 12506.94901 155721.9499
2001 - 2002 Y Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan,Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Bank dan lembaga Keuangan Lainnya Jasa-jasa Total
123
2002 - 2003 Y Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan,Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Bank dan lembaga Keuangan Lainnya Jasa-jasa Total
Yijo 149731.67
Yt/Yo 1.048713232
Yjo (Yt/Y0) 157025.5835
Nj 7293.91351
1559431.51 131126.7 254911.08 1153513.37 210548.51 148777.26 312192.16 3920232.26
1.048713232 1.048713232 1.048713232 1.048713232 1.048713232 1.048713232 1.048713232 8.389705852
1635396.458 137514.3053 267328.6225 1209704.734 220805.0083 156024.6811 327400.049 4111199.442
75964.94823 6387.605299 12417.54246 56191.36388 10256.49832 7247.421115 15207.88898 190967.1818
Yijo 153071.51
Yt/Yo 1.10496043
Yjo (Yt/Y0) 169137.9616
Nj 16066.45158
1671866.52 138496.57 269033.15 1221192.62 225171.34 160664.75 327129.86 4166626.32
1.10496043 1.10496043 1.10496043 1.10496043 1.10496043 1.10496043 1.10496043 8.839683444
1847346.35 153033.2296 297270.9852 1349369.523 248805.4208 177528.1913 361465.5509 4603957.212
175479.8296 14536.65961 28237.83524 128176.9031 23634.08078 16863.44132 34335.69093 437330.8922
2003 - 2004 Y Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan,Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Bank dan lembaga Keuangan Lainnya Jasa-jasa Total
124
2004 - 2005 Y Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan,Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Bank dan lembaga Keuangan Lainnya Jasa-jasa Total
Yijo 159556.91
Yt/Yo 1.046097126
Yjo (Yt/Y0) 166912.0249
Nj 7355.114929
1793348.32 146341.6 284053.85 1293418.42 240540.53 180689.28 342927.92 4440876.83
1.046097126 1.046097126 1.046097126 1.046097126 1.046097126 1.046097126 1.046097126 8.368777005
1876016.523 153087.5271 297147.916 1353041.291 251628.757 189018.5364 358735.9114 4645588.487
82668.20284 6745.927123 13094.06602 59622.87143 11088.22704 8329.256444 15807.99142 204711.6572
Yijo 167053.64
Yt/Yo 1.062681275
Yjo (Yt/Y0) 177524.7751
Nj 10471.13511
1954749.67 157837.97 289734.93 1371884.46 259654.73 192688.45 356430.25 4750034.1
1.062681275 1.062681275 1.062681275 1.062681275 1.062681275 1.062681275 1.062681275 8.501450198
2077275.871 167731.4552 307895.8848 1457875.927 275930.2195 204766.4077 378771.7524 5047772.292
122526.2011 9893.485162 18160.95475 85991.46675 16275.48947 12077.95767 22341.50243 297738.1925
2005 - 2006 Y Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan,Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Bank dan lembaga Keuangan Lainnya Jasa-jasa Total
125
2006 - 2007 Y Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan,Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Bank dan lembaga Keuangan Lainnya Jasa-jasa Total
Yijo 159921.17
Yt/Yo 1.067813416
Yjo (Yt/Y0) 170765.9708
Nj 10844.8008
2094461.49 162625.11 299855.37 1500643.82 265439.68 198084.51 385097.91 5066129.06
1.067813416 1.067813416 1.067813416 1.067813416 1.067813416 1.067813416 1.067813416 8.542507326
2236494.078 173653.2742 320189.5869 1602407.603 283440.0514 211517.2972 411212.7147 5409680.576
142032.5879 11028.1642 20334.21688 101763.7833 18000.37139 13432.78724 26114.80469 343551.5164
Yijo 161095.98
Yt/Yo 1.062988503
Yjo (Yt/Y0) 171243.1747
Nj 10147.19466
2188502.81 168289.13 330725.45 1680841.66 272608.12 216184.33 399999.46 5418246.94
1.062988503 1.062988503 1.062988503 1.062988503 1.062988503 1.062988503 1.062988503 8.503908026
2326353.326 178889.4104 351557.3511 1786715.36 289779.2975 229801.4574 425194.8273 5759534.205
137850.5164 10600.28042 20831.90109 105873.7004 17171.17746 13617.12738 25195.3673 341287.2651
2007 - 2008 Y Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan,Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Bank dan lembaga Keuangan Lainnya Jasa-jasa Total
126
2008 - 2009
Y Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan,Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Bank dan lembaga Keuangan Lainnya Jasa-jasa Total
Yijo 167197.76
Yt/Yo 1.040883422
Yjo (Yt/Y0) 174033.3766
Nj 6835.616567
2344941.46 175447.66 352950.2 1771811.26 298180.74 225750.03 434548.53 5770827.64
1.040883422 1.040883422 1.040883422 1.040883422 1.040883422 1.040883422 1.040883422 8.327067375
2440810.691 182620.5607 367380.0119 1844248.967 310371.389 234979.4637 452314.3609 6006758.821
95869.2311 7172.90071 14429.81195 72437.70732 12190.649 9229.433727 17765.8309 235931.1813
Yijo 173873.42
Yt/Yo 1.063444309
Yjo (Yt/Y0) 184904.699
Nj 11031.27896
2499038.17 183438.6 380592.37 1873833.66 316105.87 236210.37 466557.16 6129649.62
1.063444309 1.063444309 1.063444309 1.063444309 1.063444309 1.063444309 1.063444309 8.507554471
2657587.919 195076.7352 404738.7899 1992717.741 336160.9884 251196.5737 496157.5566 6518541.004
158549.7495 11638.13519 24146.41987 118884.0814 20055.11844 14986.20367 29600.39655 388891.3836
2009 - 2010
Y Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan,Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Bank dan lembaga Keuangan Lainnya Jasa-jasa Total
127
Komponen Tumbuh Differensial (DJ) Propinsi Jawa Barat
Lapangan Usaha Pertanian
2000 - 2001
2001 - 2002
2002 - 2003
2003 - 2004
2004 - 2005
2005 - 2006
2006 - 2007
2007 - 2008
2008 - 2009
2009 - 2010
RATA - RATA
511.0782725
6967.056711
3468.76029
-19110.71302
3259.637488
-6558.79112
-2809.066831
-445.4952205
-13952.11762
11341.372
-1732.827905
43406.66448
70621.16075
16229.58758
1298.909461
25269.80411
-26668.01885
-59938.66534
-40716.47609
194834.3144
29494.68122
25383.19618
-3849.176631
-2057.423906
5917.73934
-19891.61481
2947.169407
10996.08828
-4013.925869
275.8171625
-17024.95427
-2099.636279
-2879.991758
Bangunan
20125.39454
-11404.4837
-4354.708674
-12734.50031
-45018.03265
-6715.412717
5548.922953
-7507.423422
7018.593861
-20478.74328
-7552.039341
Perdagangan, Hotel, Restoran
34521.42784
-39230.88164
51236.85687
-96206.69372
1472.384805
28338.8528
59761.28843
25073.04636
-77336.96641
-63535.59312
-7590.627778
Pengangkutan, komunikasi
-8136.597788
15331.46666
-6368.791506
-7602.853729
17845.32879
-14679.65416
-19695.81187
26396.48534
-5846.43094
-29600.31041
-3235.716961
Keuangan,Persewaan,Jasa Perusahaan
-6558.899227
-5021.79033
-1331.679579
15940.50109
2607.408914
4166.674874
-7027.107786
-1185.738088
-3048.86226
-8000.613481
-946.0105869
Jasa-jasa lain
-43435.09114
-7589.060335
-20247.58737
-20222.13342
58242.09011
-551.5963814
3726.957371
18174.33611
17235.34776
-12365.60605
-703.2343349
36584.80035
27616.04421
44550.17696
-158529.0985
66625.79097
-11671.85728
-24447.40894
20064.55215
101878.9246
-95244.4494
742.7475129
Pertambangan, Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas, Air Bersih
Jumlah
128
Lampiran VII (P + D)j Propinsi Jawa Barat
Tahun
Yjt
Yt
Yo
Yjo
Yt/Yo
Yjo (Yt/Yo)
(P+D)j
2000 - 2001
3694722.33
186607888.8
178204310.7
3489313.426
1.047156986
3653858.929
40863.40092
2001 - 2002
3920232.26
194472876.1
186607888.8
3694722.33
1.042147132
3850444.28
69787.98007
2002 - 2003
4166626.32
203946278.3
194472876.1
3920232.26
1.048713232
4111199.442
55426.87821
2003 - 2004
4440876.83
225352567.5
203946278.3
4166626.32
1.10496043
4603957.212
-163080.3822
2004 - 2005
4750034.1
235740673.1
225352567.5
4440876.83
1.046097126
4645588.487
104445.6128
2005 - 2006
5066129.06
250517199
235740673.1
4750034.1
1.062681275
5047772.292
18356.76754
2006 - 2007
5418246.94
267505626
250517199
5066129.06
1.067813416
5409680.576
8566.363602
2007 - 2008
5770827.64
284355405
267505626
5418246.94
1.062988503
5759534.205
11293.43486
2008 - 2009
6129649.62
295980827
284355405
5770827.64
1.040883422
6006758.821
122890.7987
2009 - 2010
6519336.21
314759126
295980827
6129649.62
1.063444309
6518541.004
795.2064051
129
Lampiran VIII KOMPONEN DIFFERENTIAL SHIFT KOMPONEN DIFFERENTIAL SHIFT (Dj) Kota Depok
Tahun
(P+D)j
Pj
Dj
2000 - 2001
40863.40092
4278.600576
36584.80035
2001 - 2002
69787.98007
42171.93586
27616.04421
2002 - 2003
55426.87821
10876.70124
44550.17696
2003 - 2004
-163080.3822
2004 - 2005
104445.6128
2005 - 2006
18356.76754
30028.62481 -11671.85728
2006 - 2007
8566.363602
33013.77255 -24447.40894
2007 - 2008
11293.43486
-8771.117287
20064.55215
2008 - 2009
122890.7987
21011.87415
101878.9246
2009 - 2010
795.2064051
96039.6558
-95244.4494
TOTAL
269346.0609
261918.5858
7427.475129
-4551.283741 -158529.0985 37819.8218
66625.79097
130
Tahun 2000 - 2001 Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan,Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Bank dan lembaga Keuangan Lainnya Jasa-jasa Jumlah
Tahun 2001 - 2002 Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan,Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Bank dan lembaga Keuangan Lainnya Jasa-jasa Jumlah
Tahun 2002 - 2003 Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan,Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Bank dan lembaga Keuangan Lainnya Jasa-jasa Jumlah
Tahun 2003 - 2004 Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan,Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Bank dan lembaga Keuangan Lainnya Jasa-jasa Jumlah
Yijt 144562.46
Yit 29554466.83
Yio 28784186.59
Yijo 140296.96
1436273 126236.53 245483.27 1123483.29 182490.44 139448.38 296744.96 3694722.33
82993409.84 4169157.259 5143936.696 36403261.68 7925724.282 5885016.621 14532915.56 186607888.8
79949896.89 3882660.885 5254511.708 35567824.82 7314261.24 5351150.092 12099818.43 178204310.7
1341787.5 121146.47 230202.2099 1063970.726 175920.3202 132762.0491 283227.1912 3489313.426
Yijt 149731.67
Yit 29186913.59
Yio 29554466.83
Yijo 144562.46
1559431.51 131126.7 254911.08 1153513.37 210548.51 148777.26 312192.16 3920232.26
86029221.1 4398612.327 5580463.389 38647464.98 8478452.135 6490645.266 15661103.3 194472876.1
82993409.84 4169157.259 5143936.696 36403261.68 7925724.282 5885016.621 14532915.56 186607888.8
1436273 126236.53 245483.27 1123483.29 182490.44 139448.38 296744.96 3694722.33
Yijt 153071.51
Yit 29161783.4
Yio 29186913.59
Yijo 149731.67
1671866.52 138496.57 269033.15 1221192.62 225171.34 160664.75 327129.86 4166626.32
91336589.53 4447323.687 5984953.406 39198353.11 9323751.198 7067352.623 17426171.39 203946278.3
86029221.1 4398612.327 5580463.389 38647464.98 8478452.135 6490645.266 15661103.3 194472876.1
1559431.51 131126.7 254911.08 1153513.37 210548.51 148777.26 312192.16 3920232.26
Yijt 159556.91
Yit 34038120.63
Yio 29161783.4
Yijo 153071.51
1793348.32 146341.6 284053.85 1293418.42 240540.53 180689.28 342927.92 4440876.83
97902362.1 5337987.17 6602399.92 44604769.96 10274962.93 7247001.69 19344963.1 225352567.5
91336589.53 4447323.687 5984953.406 39198353.11 9323751.198 7067352.623 17426171.39 203946278.3
1671866.52 138496.57 269033.15 1221192.62 225171.34 160664.75 327129.86 4166626.32
Yit/Yio (Yit/Yio)Yijo 1.026760535 144051.3817 1.038067753 1.073788668 0.978956177 1.023488556 1.083598743 1.099766689 1.201085425 8.525512547
Dj 511.0782725
1392866.336 130085.7066 225357.8755 1088961.862 190627.0378 146007.2792 340180.0511 3658137.53
43406.66448 -3849.176631 20125.39454 34521.42784 -8136.597788 -6558.899227 -43435.09114 36584.80035
Yit/Yio (Yit/Yio)Yijo 0.98756353 142764.6133
Dj 6967.056711
1.036578944 1.055036319 1.084862377 1.061648413 1.069738466 1.102910269 1.077629828 8.475968145
1488810.349 133184.1239 266315.5637 1192744.252 195217.0433 153799.0503 319781.2203 3892616.216
70621.16075 -2057.423906 -11404.4837 -39230.88164 15331.46666 -5021.79033 -7589.060335 27616.04421
Yit/Yio (Yit/Yio)Yijo 0.999138991 149602.7497 1.061692624 1.011074256 1.072483231 1.014254185 1.099699692 1.088852084 1.112703943 8.459899006
1655636.932 132578.8307 273387.8587 1169955.763 231540.1315 161996.4296 347377.4474 4122076.143
Dj 3468.76029 16229.58758 5917.73934 -4354.708674 51236.85687 -6368.791506 -1331.679579 -20247.58737 44550.17696
Yit/Yio (Yit/Yio)Yijo 1.167216702 178667.623
Dj -19110.71302
1.071885458 1.200269543 1.10316647 1.137924592 1.102020283 1.02541957 1.110109769 8.918012387
1298.909461 -19891.61481 -12734.50031 -96206.69372 -7602.853729 15940.50109 -20222.13342 -158529.0985
1792049.411 166233.2148 296788.3503 1389625.114 248143.3837 164748.7789 363150.0534 4599405.928
131
Tahun 2004 - 2005 Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan,Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Bank dan lembaga Keuangan Lainnya Jasa-jasa Jumlah
Tahun 2005 - 2006 Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan,Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Bank dan lembaga Keuangan Lainnya Jasa-jasa Jumlah
Tahun 2006 - 2007 Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan,Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Bank dan lembaga Keuangan Lainnya Jasa-jasa Jumlah
Yijt 167053.64
Yit 34942015.46
Yio 34038120.63
Yijo 159556.91
Yit/Yio (Yit/Yio)Yijo 1.026555368 163794.0025
1954749.67 157837.97 289734.93 1371884.46 259654.73 192688.45 356430.25 4750034.1
105334047.2 5649829.62 7780823.72 47259969.72 10329164.21 7623682.08 16821141.16 235740673.1
97902362.1 5337987.17 6602399.92 44604769.96 10274962.93 7247001.69 19344963.1 225352567.5
1793348.32 146341.6 284053.85 1293418.42 240540.53 180689.28 342927.92 4440876.83
1.07590915 1.058419483 1.178484159 1.05952726 1.005275083 1.051977412 0.869535965 8.32568388
Yijt 159921.17
Yit 34822021.09
Yio 34942015.46
Yijo 167053.64
Yit/Yio (Yit/Yio)Yijo 0.9965659 166479.9611
2094461.49 162625.11 299855.37 1500643.82 265439.68 198084.51 385097.91 5066129.06
114299625.7 5427579.55 8232950.09 50719350.06 11143253.97 7672322.47 18200096.05 250517199
105334047.2 5649829.62 7780823.72 47259969.72 10329164.21 7623682.08 16821141.16 235740673.1
1954749.67 157837.97 289734.93 1371884.46 259654.73 192688.45 356430.25 4750034.1
Yijt 161095.98
Yit 35689490
Yio 34822021.09
Yijo 159921.17
2188502.81 168289.13 330725.45 1680841.66 272608.12 216184.33 399999.46 5418246.94
122702671 5750579 8928178 54789912 12271025 8645553 18728218 267505626
114299625.7 5427579.55 8232950.09 50719350.06 11143253.97 7672322.47 18200096.05 250517199
2094461.49 162625.11 299855.37 1500643.82 265439.68 198084.51 385097.91 5066129.06
1.085115676 0.960662518 1.058107777 1.073198954 1.078814679 1.00638017 1.081977488 8.340823162
Dj 3259.637488
1929479.866 154890.8006 334752.9627 1370412.075 241809.4012 190081.0411 298188.1599 4683408.309
25269.80411 2947.169407 -45018.03265 1472.384805 17845.32879 2607.408914 58242.09011 66625.79097
Dj -6558.79112
2121129.509 151629.0217 306570.7827 1472304.967 280119.3342 193917.8351 385649.5064 5077800.917
-26668.01885 10996.08828 -6715.412717 28338.8528 -14679.65416 4166.674874 -551.5963814 -11671.85728
Yit/Yio (Yit/Yio)Yijo 1.024911504 163905.0468
Dj -2809.066831
1.073517697 1.059510772 1.084444568 1.080256587 1.101206616 1.126849534 1.029017536 8.579714815
-59938.66534 -4013.925869 5548.922953 59761.28843 -19695.81187 -7027.107786 3726.957371 -24447.40894
2248441.475 172303.0559 325176.527 1621080.372 292303.9319 223211.4378 396272.5026 5442694.349
132
Tahun 2007 - 2008 Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan,Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Bank dan lembaga Keuangan Lainnya Jasa-jasa Jumlah
Tahun 2008 - 2009 Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan,Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Bank dan lembaga Keuangan Lainnya Jasa-jasa Jumlah
Tahun 2009 - 2010 Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan,Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Bank dan lembaga Keuangan Lainnya Jasa-jasa Jumlah
Yijt 167197.76
Yit 37139985
Yio 35689490
Yijo 161095.98
2344941.46 175447.66 352950.2 1771811.26 298180.74 225750.03 434548.53 5770827.64
133756557 5985767 9730820 56937923 12233940 9075520 19494893 284355405
122702671 5750579 8928178 54789912 12271025 8645553 18728218 267505626
2188502.81 168289.13 330725.45 1680841.66 272608.12 216184.33 399999.46 5418246.94
Yijt 173873.42
Yit 41722076
Yio 37139985
Yijo 167197.76
2499038.17 183438.6 380592.37 1873833.66 316105.87 236210.37 466557.16 6129649.62
131432865 6839237 10299411 62701714 13209254 9618612 20157658 295980827
133756557 5985767 9730820 56937923 12233940 9075520 19494893 284355405
2344941.46 175447.66 352950.2 1771811.26 298180.74 225750.03 434548.53 5770827.64
Yijt 186945.98
Yit 42137486
Yio 41722076
Yijo 173873.42
2607666.08 194125.39 415935.9 2030899.31 337803.37 251443.22 494516.96 6519336.21
135594749 7315960 11810047 70083413 15352858 10564691 21899922 314759126
131432865 6839237 10299411 62701714 13209254 9618612 20157658 295980827
2499038.17 183438.6 380592.37 1873833.66 316105.87 236210.37 466557.16 6129649.62
Yit/Yio (Yit/Yio)Yijo 1.040642077 167643.2552
Dj -445.4952205
1.090086759 1.040898143 1.089899865 1.039204498 0.99697784 1.049732735 1.04093689 8.388378808
-40716.47609 275.8171625 -7507.423422 25073.04636 26396.48534 -1185.738088 18174.33611 20064.55215
2385657.936 175171.8428 360457.6234 1746738.214 271784.2547 226935.7681 416374.1939 5750763.088
Yit/Yio (Yit/Yio)Yijo Dj 1.123373529 187825.5376 -13952.11762 0.982627454 1.142583231 1.058431972 1.101229386 1.079721987 1.05984142 1.033996852 8.58180583
2304203.856 194834.3144 200463.5543 -17024.95427 373573.7761 7018.593861 1951170.626 -77336.96641 321952.3009 -5846.43094 239259.2323 -3048.86226 449321.8122 17235.34776 6027770.695 101878.9246
Yit/Yio (Yit/Yio)Yijo 1.009956599 175604.608 1.031665474 1.069704121 1.146672077 1.117727228 1.162280474 1.098359202 1.086431866 8.722797041
2578171.399 196225.0263 436414.6433 2094434.903 367403.6804 259443.8335 506882.566 6614580.659
Dj 11341.372 29494.68122 -2099.636279 -20478.74328 -63535.59312 -29600.31041 -8000.613481 -12365.60605 -95244.4494
133
Lampiran IX KOMPONEN PROPOTIONAL SHIFT KOMPONEN PROPOTIONAL SHIFT (Pj) PROPINSI JAWA BARAT 2000-2001 Yit 29554466.83
Yio 28784186.59
Yt 186607888.8
Yo 178204310.7
Yijo 140296.96
Yit/Yio 1.026760535
Yt/Yo (Yit/Yio) - (Yt/Yo) Pj 1.047156986 -0.02039645 -2861.559989
82993409.84 4169157.259 5143936.696 36403261.68 7925724.282 5885016.621 14532915.56 186607888.8
79949896.89 3882660.885 5254511.708 35567824.82 7314261.24 5351150.092 12099818.43 178204310.7
186607888.8 186607888.8 186607888.8 186607888.8 186607888.8 186607888.8 186607888.8 1492863110
178204310.7 178204310.7 178204310.7 178204310.7 178204310.7 178204310.7 178204310.7 1425634485
1341787.5 121146.47 230202.2099 1063970.726 175920.3202 132762.0491 283227.1912 3489313.426
1.038067753 1.073788668 0.978956177 1.023488556 1.083598743 1.099766689 1.201085425 8.525512547
1.047156986 1.047156986 1.047156986 1.047156986 1.047156986 1.047156986 1.047156986 8.377255884
2001-2002 Yit 29186913.59
Yio 29554466.83
Yt 194472876.1
Yo 186607888.8
Yijo 144562.46
Yit/Yio 0.98756353
86029221.1 4398612.327 5580463.389 38647464.98 8478452.135 6490645.266 15661103.3 194472876.1
82993409.84 4169157.259 5143936.696 36403261.68 7925724.282 5885016.621 14532915.56 186607888.8
194472876.1 194472876.1 194472876.1 194472876.1 194472876.1 194472876.1 194472876.1 1555783009
186607888.8 186607888.8 186607888.8 186607888.8 186607888.8 186607888.8 186607888.8 1492863110
1436273 126236.53 245483.27 1123483.29 182490.44 139448.38 296744.96 3694722.33
1.036578944 1.055036319 1.084862377 1.061648413 1.069738466 1.102910269 1.077629828 8.475968145
1.042147132 1.042147132 1.042147132 1.042147132 1.042147132 1.042147132 1.042147132 8.337177056
2002-2003 Yit 29161783.4
Yio 29186913.59
Yt 203946278.3
Yo 194472876.1
Yijo 149731.67
Yit/Yio 0.999138991
Yt/Yo (Yit/Yio) - (Yt/Yo) Pj 1.048713232 -0.04957424 -7422.833801
91336589.53 4447323.687 5984953.406 39198353.11 9323751.198 7067352.623 17426171.39 203946278.3
86029221.1 4398612.327 5580463.389 38647464.98 8478452.135 6490645.266 15661103.3 194472876.1
203946278.3 203946278.3 203946278.3 203946278.3 203946278.3 203946278.3 203946278.3 1631570227
194472876.1 194472876.1 194472876.1 194472876.1 194472876.1 194472876.1 194472876.1 1555783009
1559431.51 131126.7 254911.08 1153513.37 210548.51 148777.26 312192.16 3920232.26
1.061692624 1.011074256 1.072483231 1.014254185 1.099699692 1.088852084 1.112703943 8.459899006
1.048713232 1.048713232 1.048713232 1.048713232 1.048713232 1.048713232 1.048713232 8.389705852
-0.009089232 0.026631682 -0.068200808 -0.023668429 0.036441757 0.052609704 0.153928439 0.148256662
-12195.81824 3226.334295 -15699.97674 -25182.5158 6410.845562 6984.572086 43596.71941 4278.600576
Yt/Yo (Yit/Yio) - (Yt/Yo) Pj 1.042147132 -0.054583602 -7890.739802 -0.005568188 0.012889187 0.042715245 0.019501281 0.027591334 0.060763137 0.035482696 0.138791089
0.012979393 -0.037638975 0.023769999 -0.034459046 0.05098646 0.040138852 0.063990711 0.070193154
-7997.438544 1627.086206 10485.87791 21909.36306 5035.154666 8473.321044 10529.31132 42171.93586
20240.47419 -4935.474639 6059.236211 -39748.97076 10735.12319 5971.748463 19977.39839 10876.70124
134
2003-2004 Yit 34038120.63
Yio 29161783.4
Yt 225352567.5
Yo 203946278.3
Yijo 153071.51
Yit/Yio 1.167216702
97902362.1 5337987.17 6602399.92 44604769.96 10274962.93 7247001.69 19344963.1 225352567.5
91336589.53 4447323.687 5984953.406 39198353.11 9323751.198 7067352.623 17426171.39 203946278.3
225352567.5 225352567.5 225352567.5 225352567.5 225352567.5 225352567.5 225352567.5 1802820540
203946278.3 203946278.3 203946278.3 203946278.3 203946278.3 203946278.3 203946278.3 1631570227
1671866.52 138496.57 269033.15 1221192.62 225171.34 160664.75 327129.86 4166626.32
1.071885458 1.200269543 1.10316647 1.137924592 1.102020283 1.02541957 1.110109769 8.918012387
1.10496043 1.10496043 1.10496043 1.10496043 1.10496043 1.10496043 1.10496043 8.839683444
2004-2005 Yit 34942015.46
Yio 34038120.63
Yt 235740673.1
Yo 225352567.5
Yijo 159556.91
Yit/Yio 1.026555368
Yt/Yo (Yit/Yio) - (Yt/Yo) Pj 1.046097126 -0.019541757 -3118.022417
105334047.2 5649829.62 7780823.72 47259969.72 10329164.21 7623682.08 16821141.16 235740673.1
97902362.1 5337987.17 6602399.92 44604769.96 10274962.93 7247001.69 19344963.1 225352567.5
235740673.1 235740673.1 235740673.1 235740673.1 235740673.1 235740673.1 235740673.1 1885925385
225352567.5 225352567.5 225352567.5 225352567.5 225352567.5 225352567.5 225352567.5 1802820540
1793348.32 146341.6 284053.85 1293418.42 240540.53 180689.28 342927.92 4440876.83
1.07590915 1.058419483 1.178484159 1.05952726 1.005275083 1.051977412 0.869535965 8.32568388
1.046097126 1.046097126 1.046097126 1.046097126 1.046097126 1.046097126 1.046097126 8.368777005
2005-2006 Yit 34822021.09
Yio 34942015.46
Yt 250517199
Yo 235740673.1
Yijo 167053.64
Yit/Yio 0.9965659
114299625.7 5427579.55 8232950.09 50719350.06 11143253.97 7672322.47 18200096.05 250517199
105334047.2 5649829.62 7780823.72 47259969.72 10329164.21 7623682.08 16821141.16 235740673.1
250517199 250517199 250517199 250517199 250517199 250517199 250517199 2004137592
235740673.1 235740673.1 235740673.1 235740673.1 235740673.1 235740673.1 235740673.1 1885925385
1954749.67 157837.97 289734.93 1371884.46 259654.73 192688.45 356430.25 4750034.1
1.085115676 0.960662518 1.058107777 1.073198954 1.078814679 1.00638017 1.081977488 8.340823162
Yt/Yo (Yit/Yio) - (Yt/Yo) 1.10496043 0.062256271 -0.033074972 0.095309113 -0.001793961 0.032964161 -0.002940148 -0.07954086 0.005149339 0.078328943
0.029812024 0.012322357 0.132387034 0.013430135 -0.040822043 0.005880286 -0.17656116 -0.043093125
Pj 9529.66144 -55296.93911 13199.98521 -482.6349262 40255.59062 -662.0370493 -12779.41242 1684.502494 -4551.283741
53463.34305 1803.27347 37605.04664 17370.78377 -9819.355828 1062.504641 -60547.75152 37819.8218
Yt/Yo (Yit/Yio) - (Yt/Yo) Pj 1.062681275 -0.066115375 -11044.81399 1.062681275 1.062681275 1.062681275 1.062681275 1.062681275 1.062681275 1.062681275 8.501450198
0.022434401 -0.102018757 -0.004573498 0.010517679 0.016133404 -0.056301104 0.019296213 -0.160627036
43853.63773 -16102.43344 -1325.102034 14429.04045 4189.114687 -10848.57255 6877.753954 30028.62481
135
2006-2007 Yit 35689490
Yio 34822021.09
Yt 267505626
Yo 250517199
Yijo 159921.17
Yit/Yio 1.024911504
Yt/Yo (Yit/Yio) - (Yt/Yo) 1.067813416 -0.042901912
Pj -6860.923964
122702671 5750579 8928178 54789912 12271025 8645553 18728218 267505626
114299625.7 5427579.55 8232950.09 50719350.06 11143253.97 7672322.47 18200096.05 250517199
267505626 267505626 267505626 267505626 267505626 267505626 267505626 2140045008
250517199 250517199 250517199 250517199 250517199 250517199 250517199 2004137592
2094461.49 162625.11 299855.37 1500643.82 265439.68 198084.51 385097.91 5066129.06
1.073517697 1.059510772 1.084444568 1.080256587 1.101206616 1.126849534 1.029017536 8.579714815
1.067813416 1.067813416 1.067813416 1.067813416 1.067813416 1.067813416 1.067813416 8.542507326
0.005704281 -0.008302644 0.016631152 0.012443171 0.033393201 0.059036118 -0.038795879 0.037207488
11947.39746 -1350.218333 4986.940164 18672.76825 8863.880484 11694.14055 -14940.21206 33013.77255
2007-2008 Yit 37139985
Yio 35689490
Yt 284355405
Yo 267505626
Yijo 161095.98
Yit/Yio 1.040642077
Yt/Yo (Yit/Yio) - (Yt/Yo) 1.062988503 -0.022346426
Pj -3599.919444
133756557 5985767 9730820 56937923 12233940 9075520 19494893 284355405
122702671 5750579 8928178 54789912 12271025 8645553 18728218 267505626
284355405 284355405 284355405 284355405 284355405 284355405 284355405 2274843240
267505626 267505626 267505626 267505626 267505626 267505626 267505626 2140045008
2188502.81 168289.13 330725.45 1680841.66 272608.12 216184.33 399999.46 5418246.94
1.090086759 1.040898143 1.089899865 1.039204498 0.99697784 1.049732735 1.04093689 8.388378808
1.062988503 1.062988503 1.062988503 1.062988503 1.062988503 1.062988503 1.062988503 8.503908026
0.027098256 -0.022090361 0.026911362 -0.023784005 -0.066010663 -0.013255768 -0.022051613 -0.115529218
59304.60967 -3717.567579 8900.272331 -39977.14677 -17995.0428 -2865.689291 -8820.633407 -8771.117287
2008-2009 Yit 41722076
Yio 37139985
Yt 295980827
Yo 284355405
Yijo 167197.76
Yit/Yio 1.123373529
Yt/Yo (Yit/Yio) - (Yt/Yo) 1.040883422 0.082490107
Pj 13792.16105
131432865 6839237 10299411 62701714 13209254 9618612 20157658 295980827
133756557 5985767 9730820 56937923 12233940 9075520 19494893 284355405
295980827 295980827 295980827 295980827 295980827 295980827 295980827 2367846616
284355405 284355405 284355405 284355405 284355405 284355405 284355405 2274843240
2344941.46 175447.66 352950.2 1771811.26 298180.74 225750.03 434548.53 5770827.64
0.982627454 1.142583231 1.058431972 1.101229386 1.079721987 1.05984142 1.033996852 8.58180583
1.040883422 1.040883422 1.040883422 1.040883422 1.040883422 1.040883422 1.040883422 8.327067375
2009-2010 Yit 42137486
Yio 41722076
Yt 314759126
Yo 295980827
Yijo 173873.42
Yit/Yio 1.009956599
Yt/Yo (Yit/Yio) - (Yt/Yo) Pj 1.063444309 -0.053487709 -9300.090956
135594749 7315960 11810047 70083413 15352858 10564691 21899922 314759126
131432865 6839237 10299411 62701714 13209254 9618612 20157658 295980827
314759126 314759126 314759126 314759126 314759126 314759126 314759126 2518073008
295980827 295980827 295980827 295980827 295980827 295980827 295980827 2367846616
2499038.17 183438.6 380592.37 1873833.66 316105.87 236210.37 466557.16 6129649.62
1.031665474 1.069704121 1.146672077 1.117727228 1.162280474 1.098359202 1.086431866 8.722797041
1.063444309 1.063444309 1.063444309 1.063444309 1.063444309 1.063444309 1.063444309 8.507554471
-0.058255968 0.101699809 0.01754855 0.060345964 0.038838565 0.018957998 -0.00688657 0.254738454
-0.031778835 0.006259812 0.083227768 0.054282919 0.098836165 0.034914893 0.022987557 0.215242571
-136606.8356 17842.99356 6193.764193 106921.6591 11580.91194 4279.768533 -2992.548662 21011.87415
-79416.52069 1148.291087 31675.85341 101717.1617 31242.69197 8247.259815 10725.00949 96039.6558
136
RATA-RATA PROPOTIONAL SHIFT (Pj) PROPINSI JAWA BARAT Lapangan Usaha Pertanian
2000 - 2001
2001 - 2002
2002 - 2003
-2861.559989 -7890.739802 -7422.833801
2003 - 2004
2004 - 2005
2005 - 2006
2006 - 2007
2007 - 2008
2008 - 2009
2009 - 2010 RATA - RATA
9529.66144 -3118.022417 -11044.81399 -6860.923964 -3599.919444 13792.16105 -9300.090956
-2877.708187
Industri Pengolahan
-12195.81824 -7997.438544 20240.47419 -55296.93911 53463.34305 43853.63773 11947.39746 59304.60967 -136606.8356 -79416.52069
-10270.409
Listrik, Gas dan Air Bersih
3226.334295 1627.086206 -4935.474639 13199.98521
1803.27347 -16102.43344 -1350.218333 -3717.567579 17842.99356 1148.291087
1274.226983
Bangunan
-15699.97674 10485.87791 6059.236211 -482.6349262 37605.04664 -1325.102034 4986.940164 8900.272331 6193.764193 31675.85341
8839.927716
Perdagangan,Hotel dan Restoran
-25182.5158 21909.36306 -39748.97076 40255.59062 17370.78377 14429.04045 18672.76825 -39977.14677 106921.6591 101717.1617
21636.77336
Pengangkutan dan Komunikasi
6410.845562 5035.154666 10735.12319 -662.0370493 -9819.355828 4189.114687 8863.880484
-17995.0428 11580.91194 31242.69197
4958.128682
Bank dan lembaga Keuangan Lainnya6984.572086 8473.321044 5971.748463 -12779.41242 1062.504641 -10848.57255 11694.14055 -2865.689291 4279.768533 8247.259815
2021.964087
Jasa-jasa
608.9549405 26191.85858
Pertambangan dan Penggalian
Jumlah
43596.71941 10529.31132 19977.39839 1684.502494 -60547.75152 6877.753954 -14940.21206 -8820.633407 -2992.548662 10725.00949 4278.600576 42171.93586 10876.70124 -4551.283741 37819.8218 30028.62481 33013.77255 -8771.117287 21011.87415 96039.6558
137
Lampiran X CHECKING PERHITUNGAN SHIFT SHARE Total Pertambahan PDRB (Gj) = National Shift (Nj) + Propotional Shift (Pj) + Differential Shift (Dj). Maka, hal ini akan sama dengan ni, sehingga nilai rata-rata Gj = Nilai Rata-rata Nj + Nilai rata-rata Pj + Nilai Rat-rata Dj PROPINSI JAWA BARAT Lapangan Usaha Pertanian
Gj
Nj
Pj
Dj
Nj+Pj+Dj
4664.902
9275.438092
-2877.708187
-1732.827905
4664.902
126587.858
111475.0708
-10270.409
25383.19618
126587.858
7297.892
8903.656775
1274.226983
-2879.991758
7297.892
Bangunan
18573.36901
17285.48063
8839.927716
-7552.039341
18573.36901
Perdagangan,Hotel dan Restoran
96692.85842
82646.71284
21636.77336
-7590.627778
96692.85842
Pengangkutan dan Komunikasi
16188.30498
14465.89326
4958.128682
-3235.716961
16188.30498
Bank dan lembaga Keuangan Lainnya
11868.11709
10792.16359
2021.964087
-946.0105869
11868.11709
Jasa-jasa
21128.97688
21223.25628
608.9549405
-703.2343349
21128.97688
303002.2784
276067.6723
26191.85858
742.7475129
303002.2784
Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih
Jumlah
138