ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI DAN SEKTOR BASIS DI KOTA PADANG Hendrizal1, Nurul Huda1, Firdaus Sy2 Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Bung Hatta, Padang E-mail: Hendrizal0590 @gmail.com,
[email protected], Nurul Huda
[email protected]
Abstract As an emerging area, Padang rely on a variety of potential and existing resources as the main source of income. The lack of skilled human resources, limited capital and diversity of potential and available resources , a major obstacle in the implementation of economic development in the city of Padang. Hence the need for a solution to carry out development in the city of Padang. One way to run the development is to determine the base sector can develop quickly and stimulate the growth of other sectors to build the economy of Padang. The purpose of this study was Identify and analyze the sector whatever the sector base in Padang via classification in the year 2008-2012. The method used in this study is LQ, Growth Ratio Analysis Model ( GRM ). The result of this study is that the sector is a sector basis transport and communications sector, financial sector, leasing and business services, electricity, gas and water supply, manufacturing and trade, hotels and restaurants, while the construction and analysis of the financial sector GRM, leasing and business services sector potential is either at the provincial level and at the level of Padang because it has a prominent growth compared to other economic sectors. Keywords : GDP, LQ, and GRM. Tabel 1 Peranan Sektor Ekonomi Dalam PDRB Kota Padang Dilihat Dari Kontribusi Setiap Sektor (%) Tahun 2008-2012.
PENDAHULUAN Permasalahan pokok dalam pembangunan ekonomi daerah adalah terletak pada penekanan kebijakanuntuk merancang dan membangun perekonomian daerah, dengan cara mengali potensi daerah tersebut, orientasi ini akan mengarah pada pengambilan inisiatif - inisiatif yang berasal dari daerah tersebut dalam proses pembangunan untuk menciptakan kesempatan kerja baru dan meransang peningkatan ekonomi (Arsyad, 1999).
Sektor
2008
2009
2010
2011
2012
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Pertanian
5,12
5,14
5,10
5,05
4,99
Pertambangan dan Penggalian
1,53
1,53
1,54
1,55
1,55
16,55
16,34
16,12
15,89
15,5 4
Listrik, Gas dan Air Bersih
1,77
1,79
1,79
1,78
1,77
Bangunan
4,25
4,24
4,30
4,37
4,50
Perdagangan, Hotel dan Restoran
21,78
21,44
21,17
20,99
20,8 2
24,30
24,73
25,20
25,64
26,1 2
8,00
8,07
8,13
8,19
8,30
16,69
16,72
16,66
16,55
16,4 1
100
100
100
100
100
Industri Pengolahan
Angkutan dan Komunikasi
Kota Padang adalah daerah otonom yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan melayani kepentingan masyarakatnya, berdasarkan PDRB dijelaskan perkembangan nilai kontribusi PDRB Kota Padang sebagai berikut :
Keu, Persewaan & jasa Perusahaan Jasa-jasa PDRB
Sumber: BPS Kota Padang 2012
1
Dalam lima tahun terakhir ini sektor Angkutan dan Komunikasi merupakan sektor yang memberikan kontribusi paling dominan dalam meningkatkan nilai tambah PDRB Kota Padang. Kontribusi yang diberikan sektor Angkutan dan Komunikasi pada tahun 2012 adalah 26,12 persen lebih tinggi dari pada tahun sebelumnya yaitu 25,64 persen.
sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahan adalah sebesar 8,30 persen pada tahun 2012 dan sedikit meningkat dari tahun sebelumnya yaitu memiliki peranan sebesar 8,19 persen. Selanjutnya sektor yang memberikan peranannya terbesar dalam pembentukan nilai tambah PDRB Kota Padang adalah sektor Pertanian. Peranan yang diberikan oleh sektor Pertanian adalah sebesar 4,99 persen pada tahun 2012 dan sedikit menurun dari tahun sebelumnya yaitu memiliki peranan sebesar 5,05 persen.
Sektor selanjutnya yang memberikan sumbangan terbesar dalam meningkatkan nilai tambah PDRB Kota Padang adalah sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran. Kontribusi yang diberikan oleh sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran tahun 2012 adalah
Selanjutnya sektor yang memberikan peranannya terbesar dalam pembentukan nilai tambah PDRB Kota Padang adalah sektor Bangunan. Peranan yang diberikan oleh sektor Bangunan adalah sebesar 4,50 persen pada tahun 2012 dan sedikit meningkat dari tahun sebelumnya yaitu memiliki peranan sebesar 4,37 persen.sektor yang memberikan sumbangan paling kecil dalam pembentukan PDRB Kota Padang adalah sektor Pertambangan dan Penggalian serta Listrik, Gas dan Air Bersih yang memberikan sumbangan masing-masing 1,55 persen dan 1,77 persen.
20,82 persen sedikit menurun dibandingkan pada tahun sebelumnya yaitu sebesar 20,99 persen namun penurunan tidak terlalu besar secara kontribusi. Sektor ketiga yang memberikan kontribusi yang dominan dalam meningkatkan nilai tambah PDRB Kota Padang adalah sektor Jasa – jasa. Kontribusi Sektor jasa – jasa pada tahun 2012 adalah sebesar 16,41 persen dan sedikit turun dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar 16,55 persen. Sektor keempat terbesar dalam memberikan peranannya terhadap pembentukan nilai tambah PDRB Kota Padang adalah sektor Industri dan Pengolahan dimana kontribusinya pada tahun 2012 adalah sebesar 15,54 persen dan sedikit turun dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar 15,89 persen.
Berdasarkan uraian diatas maka sekiranya akan menjadi hal yang penting dan layak untuk dikaji dan ditelusuri secara lebih dalam, maka dari itu penulis menyusun penelitian dengan judul“ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI DAN SEKTOR BASIS KOTA PADANG” tahun analisis 2008 - 2012.
Selanjutnya sektor yang memberikan peranannya terbesar dalam pembentukan nilai tambah PDRB Kota Padang adalah sektor Keungan, Persewaan dan Jasa Perusahan. Peranan yang diberikan oleh
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah :
2
a. Bagaimana pertumbuhan ekonomi Kota Padang pada tahun 2008-2012 ? b. Sektor manakah yang menjadi sektor basis di Kota Padang pada tahun 2008-2012 ?
jangka panjang bahwa pertumbuhan itu akan berlanjut. Robinson Tarigan (2007) menyatakan bahwa secara luas tingkat pertumbuhan ekonomi regional dapat dibagi dalam beberapa kategori sebagai berikut : a) Kategori Pertumbuhan Stagnan yaitu dengan laju pertumbuhan 0,80 – 1,00 % per-tahun. b) Kategori Pertumbuhan Sangat
Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: a. Menganalisis pertumbuhan ekonomi Kota Padang pada tahun 2008-2012. b. Mengidentifikasi dan menganalisis sektor apa saja yang menjadi sektor basis di Kota Padang melalui klasifikasi pada tahun 2008 - 2012.
Rendah yaitu dengan laju pertumbuhan 2 – 3 % per-tahun. c) Kategori Pertumbuhan Rendah yaitu dengan laju pertumbuhan 4 – 5 % per- tahun. d) Kategori Pertumbuhan Sedang yaitu dengan laju pertumbuhan 6 – 7 % per-tahun. e) Kategori Pertumbuhan Sangat Tinggi yaitu dengan laju pertumbuhan >8 % pertumbuhan.
LANDASAN TEORI Pembangunan Ekonomi Meurut Adam Smith pembangunan ekonomi merupakan proses perpaduan antara pertumbuhan penduduk dan kemajuan teknologi (Suryana, 2000) dalam Hilal Almulaibari (2011). Sedangkan Menurut Schumpeter pembangunan ekonomi bukan merupakan proses yang harmonis atau gradual, tetapi merupakan perubahan yang spontan dan tidak terputus-putus. Pembangunan ekonomi disebabkan oleh perubahan terutama dalam lapangan industri dan perdagangan (Suryana, 2000) dalam Hilal Almulaibari (2011).
PDRB PDRB adalah seluruh jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi seperti pertanian, pertambangan, industri pengolahan, sampai dengan jasa . PDRB secara agregratif menunjukkan kemampuan suatu daerah tertentu dalam menghasislkan pendapatan atau balas jasa kepada faktor-faktor yang ikut berpartisipasi dalam proses produksi. PDRB merupakan salah satu ukuran dari tingkat pendapatan masyarakat dapat digunakan sebagai bahan perencanaan pembangunan regional di bidang ekonomi. PDRB juga dapat digunakan sebagai bahan evaluasi hasil pembangunan ekonomi yang telah dilaksanakan (Badan Pusat Statistik, 2011).
Teori Pertumbuhan Ekonomi Regional Pertumbuhan ekonomi regional adalah pertambahan pendapatan masyarakat secara keseluruhan yang terjadi diwilayah tersebut, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah (added value) yang terjadi(Boediono, 1985). Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang. Jadi, persentase pertambahan output itu haruslah lebih tinggi dari persentase pertambahan jumlah penduduk da nada kecenderungan dalam
3
Ditinjau dari berbagai pendekatan, PDRB mempunyai beberapa pengertian menurut Badan Pusat Statistik (BPS), sebagai berikut :
kegiatan yang tidak terkait pada tingkat kegiatan ekonomi di dalam daerah yang bersangkutan(Sitohang, 2001). Didalam penetapan sektor potensial membagi perekonomian suatu wilayah ke dalam 2 (dua) komponen, yakni : a. Komponen non-basis, yaitu komponen perekonomian yang melayanimasyarakat lokal (konsumsi lokal). b. Komponen basis, yaitu komponen yang memproduksi barang dan jasa melayani permintaan masyarakat luar wilayah (konsumsi ekspor). Pembedaan kedua komponen tersebut dapat dipakai dalam membuat evaluasi terhadap kebijakan ekonomi suatu wilayah. Wilayah non-basis lebih banyak melayani segmen masyarakat lokal otomatis sebagian besar produk akhir akan terserap pasar lokal. Sebaliknya wilayah basis sebagian besar produk akhir diserap pasar luar wilayah. Menurut aliran ekonomi basis ada hubungan antara ukuran sebuah kota dengan struktur industri. Kota besar lebih mengandalkan komponen basis daripada non-basis.
a. Berdasarkan pendekatan produksi, PDRB adalah jumlah nilai produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit produksi yang dimiliki oleh penduduk suatu wilayah selama periode satu tahun. b. Berdasarkan pendekatan pendapatan, PDRB adalah balas jasa faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh penduduk suatu wilayah yang ikut serta dalam proses produksi selama satu tahun. Balas jasa faktor produksi yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak lainnya. c. Berdasarkan pendekatan pengeluaran, PDRB adalah pengeluaran, konsumsi yang dilakukan oleh rumah tangga, lembaga-lembaga sosial, pemerintah, pembentukan modal tetap, kenaikan stok dan ekspor netto suatu wilayah selama periode satu tahun Teori Basis Ekonomi (Economic Base Theory) Analisis basis merupakan berkenaan dengan identifikasi pendapatan basis, tetapi kelangkaan data pendapatan regional telah mengakibatkan indikatotindikator yang terpaksa digunakan. Biasanya berupa kesempatan kerja, penjualan dan nilai tambah. Karena kesempatan kerja bersifatdiskontiniu maka tidak begitu berpengaruh sebagai indikator perubahan-perubahan kegiatan basis. Pendapatan nasional akan mengalami kenaikan apabila sektor basis mengalami perluasan. Sektor-sektor basis tidak hanya sektor-sektor ekspor saja tetapi juga mencakup semua
Konsep Analisis Location Quotient (LQ) Analisis ini digunakan untuk menetukan apakah sektor-sektor ekonomi termasuk kegiatan basis atau non basis. Rumus dari LQ adalah sebagai berikut (Yuwono, 1999) : LQ :
xin / yn xi / y
Dimana : LQ : perbandingan antara pangsa pasar sektor i daerah n dengan pangsa sektor i daerah himpunan. Xin : nilai tambah sektor i di daerah n.
4
Xi : nilai tambah sektor i di daerah himpunan. Yn : PDRB daerah n. Y : PDRB daerah himpunan. Kisaran nilai LQ : LQ > 1, artinya sektor i dikategorikan sebagai sektor basis yang mampu mengekspor hasil produksinya ke daerah lain. LQ < 1, artinya sektor i diktegorikan sebagai sektor non basis yang cenderung mengimpor hasil produksi dari daerah lain.
selanjutnya disebut dominan pertumbuhan. 2. Klasifikasi 2 yaitu nilai RPR (+) dan nilai RPs (-) berarti kegiatan tersebut pada tingkat provinsi mempunyai pertumbuhan menonjol, namun pada tingkat kabupaten/kota belum menonjol. 3. Klasifikasi 3 yaitu nilai RPR (-) dan RPs (+) berarti kegiatan tersebut pada tingkat provinsi mempunyai pertumbuhan tidak menonjol sementara pada tingkat kabupaten/kota termasuk menonjol. 4. Klasifikasi 4, yaitu nilai RPR (-) dan nilai RPs (-) berarti kegiatan tersebut pada tingkat provinsi dan pada tingkat kabupaten/kota mempunyai pertumbuhan rendah.
Konsep Analisis Growth Ratio Model(GRM) Analisis GRM merupakan alat analisis untuk melihat deskripsi kegiatan atau sektor ekonomi yang potensial berdasarkan pada kriteria pertumbuhan struktur ekonomi wilayah baik eksternal maupun internal (Agus Tri Basuki, Dalam Jurnal EP, 2009). Pendekatan analisis GRM dibagi menjadi dua rasio, yaitu : 1. Rasio Pertumbuhan Wilayah Referensi (RPR) adalah perbandingan antara laju pertumbuhan pendapatan kegiatan sektor i di wilayah referensi dengan laju pertumbuhan total kegiatan (PDRB) wilayah referensi. 2. Rasio Pertumbuhan Wilayah Studi (RPs) adalah perbandingan antara laju pertumbuhan kegiatan sektor i di wilayah studi dengan laju pertumbuhan kegiatan i wilayah referensi. Hasil dari analisis GRM dapat di klasifikasikan sebagai berikut : 1. Klasifikasi 1 yaitu nilai RPR (+) dan RPs (+) berarti kegiatan tersebut pada tingkat provinsi mempunyai pertumbuhan yang menonjol dan demikian pula pada tingkat kabupaten/kota. Kegiatan ini
Kerangka Konseptual
Kerangka Konseptual Rencana Pembangunan Ekonomi Regional Kota Padang
Keterbatasan Sumber Daya Dan Potensi Wilayah
Analisis Location Quotiens (LQ)
Analisis Growth Ratio Model
Pertumbuhan Ekonomi Dan Sektor Basis Kota Padang
5
mengekspor hasil produksinya ke daerah lain. LQ < 1, artinya sektor i diktegorikan sebagai sektor non basis yang cenderung mengimpor hasil produksi dari daerah lain.
METODOLOGI PENELITIAN Jenis Dan Sumber Data Jenis penelitian ini adalah penelitian yang berbentuk deskriptif yang dilakukan untuk menggambarkan suatu variabel secara mandiri(Marzuki: 1999).
Metode Growth Ratio Model (GRM) Analisis Growth Ratio Model (GRM) merupakan alat analisis untuk melihat deskripsi kegiatan atau sektor ekonomi yang potensial berdasarkan pada kriteria pertumbuhan struktur ekonomi wilayah baik eksternal maupun internal (Agus Tri Basuki, Dalam Jurnal EP, 2009). Pendekatan analisis GRM dibagi menjadi dua rasio, yaitu : 1. Rasio Pertumbuhan Wilayah Referensi (RPR) adalah perbandingan antara laju pertumbuhan pendapatan kegiatan sektor i di wilayah referensi dengan laju pertumbuhan total kegiatan (PDRB) wilayah referensi. 2. Rasio Pertumbuhan Wilayah Studi (RPs) adalah perbandingan antara laju pertumbuhan kegiatan sektor i di wilayah studi dengan laju pertumbuhan kegiatan i wilayah referensi. Analisis Growth Rasio Model(GRM), merupakan alat untuk melihat deskripsi kegiatan ekonomi yang potensial dengan formula:
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder baik secara kualitatif maupun kuantitaif yang bersumber dari instansi-instansi seperti : BPSKota Padangtahun 2008 - 2012. Data-data pendukung lainnya seperti buku, artikel, jurnal dan lain-lain diperoleh dari perpustakaan dan datadata sekunder lain yang relevan dengan tujuan penulisan skripsi ini. Metode Analisis Metode Analisis Location Quotient (LQ) Analisis ini digunakan untuk menentukan apakah sektor-sektor ekonomi termasuk kegiatan basis atau non basis.Daerah bawah dalam penelitian ini adalah Kota Padang dan daerah atas adalah Provinsi Sumatera Barat. Rumus dari LQ adalah sebagai berikut (Yuwono, 1999) : LQ :
xin / yn xi / y
Dimana : LQ : perbandingan antara pangsa pasar sektor i daerah n dengan pangsa sektor i daerah himpunan. Xin : nilai tambah sektor i di daerah n. Xi : nilai tambah sektor i di daerah himpunan. Yn : PDRB daerah n. Y : PDRB daerah himpunan. Kisaran nilai LQ : LQ > 1, artinya sektor i dikategorikan sebagai sektor basis yang mampu
a. Rasio Pertumbuhan Wilayah Studi (RPs)adalah Perbandingan antara laju pertumbuhan pendapatan / Tenaga kerja sektor i Kota Padang dengan laju pertumbuhan pendapatan / Tenaga kerja sektor i diwilayah Provinsi. Formula : RPs=ΔEij/Eij(t) Δ Eir / E ir(t) Δ Eij = Perubahan PDRB sektor i diwilayah Kota Padang
6
Eij (t) = PDRB sektor i pada awal periode penelitian di Kota Padang Δ Eir = Perubahan PDRB sektor i di Provinsi Eir (t) = PDRB sektor i awal periode penelitian di Provinsi Jika nilai RPs>1 Þ positif (+), artinya menunjukkan bahwa pertumbuhan sektor pada tingkat wilayah studi lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan sektor pada wilayah referensi. Jika nilai RPs<1 Þ negatif (‐), artinya pertumbuhan suatu sektor pada tingkat wilayah studi lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan sektor tersebut pada wilayah referensi.
lebih kecil dari pertumbuhan PDRB total wilayah referensi. Dari kombinasi kedua pebandingan tersebut dapat diperoleh deskripsi kegiatan ekonomi sebagai berikut : 1. Nilai RPR positif (+) dan nilai RPs (+) Artinya pertumbuhan sektor tersebut menonjol pada wilayah Kota Padang maupun wilayah Provinsi disebut dominan pertumbuhan. 2. Nilai RPR positif (+) dan nilai RPs negatif (-) Artinya sektor tersebut mempunyai pertumbuhan menonjol pada wilayah Provinsi tetapi belum menonjol pada Kota Padang. 3. Nilai RPR negatif (-) dan nilai RPs positif (+) Artinya pertumbuhan sektor tersebut tidak menonjol diwilayah Provinsi tetapi pada wilayah Kota Padang pertumbuhan sektor tersebut menonjol. 4. Nilai RPR negatif (-) dan nilai RPs negatif (-) Artinya pertumbuhan sektor tersebut adalah rendah baik diwilayah referensi maupun wilayah studi.
b. Ratio Pertumbuhan Wilayah Regional (RPR) adalah Perbandingan antara laju pertumbuhan pendapatan / tenaga kerja sektor i diwilayah Provinsi dengan laju pertumbuhan total (PDRB) / total tenaga kerja wilayah Provinsi. Formula : RPR =ΔEir/Eir(t) Δ E r / E r(t) Δ Eir = Perubahan PDRB sektor Idiwilayah Provinsi Eir (t) = PDRB sektor i pada awal periode Provinsi Δ E r = Perubahan total PDRB sektor i diwilayah Provinsi E r (t) = Total PDRB sektor i pada awal periode penelitianwilayah Provinsi Jika nilai RPR>1 Þ positif (+), artinya menunjukkan bahwa pertumbuhan suatu sektor tertentu dalam wilayah referensi lebih tinggi dari pertumbuhan PDRB total wilayah referensi. Jika nilai RPR<1 Þ negatif (‐), artinya menunjukkan bahwa pertumbuhan suatu sektor tertentu dalam wilayah referensi
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Data dan Pembahasan Pembahasan ini lebih lanjut mengenai deskripsi kegiatan ekonomi yang potensial di Kota Padang yang dapat dilakukan dengan berbagai alat analisis.Dalam tulisan ini alat analisis yang digunakan adalah Location Quetiont (LQ) dan Growth Ratio Model (GRM).Analisis Location Quetiont (LQ) dan Growth Ratio Model (GRM) merupakan analisis untuk melihat deskripsi kegiatan ekonomi saat ini lebih bersifat makro yang menekankan pada analisis sektoral dalam struktur ekonomi wilayah Kota Padang, atau dilakukan untuk mengidentifikasi sektor ekonomiyang dapat dikembangkan
7
menjadi sektor basis dan non basis Kota Padang.
padang juga merupakan kota pendidikan, dimana terdapatnya berbagai kampus besar baik PTN ataupun PTS, sehingga ini menjadi faktor yang sangat berpengaruh terhadap peningkatan sektor angkutan dan komunikasi, sektor kedua yaitu keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 1.63 persen tahun 2012, sektor ketiga yaitu listrik, gas dan air bersih sebesar 1.61 persen tahun 2012, sektor keempat yaitu industri pengolahan sebesar 1.31 persen tahun 2012 dan sektor yaitu kelima perdagangan, hotel dan restoran sebesar 1.15 persen pada tahun 2012. Kelima sektor tersebut menjadi sektor basis di Kota Padang atau dijadikan sektor unggulan karena merupakan sektor yang berperan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Padang dari tahun 2008-2012. Hal ini terlihat dari PDRB Kota Padang yang disumbangkan dari sektor Angkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran, merupakan sektor yang potensial bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat Kota Padang karena sektor ini mampu memenuhi kebutuhannya dari suatu barang, dengan nilai LQ lebih dari satu (LQ>1). Sektor basis yang menggambarkan bahwa sektor angkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran memiliki kekuatan ekonomi yang cukup baik dan sangat berpengaruh terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi Kota Padang, serta sektor tersebut sudah mampu memenuhi kebutuhan di
Penetapan Sektor Basis dan Non Basis Kota Padang Analisis Location Quotient (LQ) digunakan untuk mengidentifikasi potensi yang dimiliki oleh Kota Padang sebagai suatu indikator yang menunjukkan kekuatan berupa besar atau kecilnya peranan suatu sektor dalam kegiatan ekonomi di wilayah Kota Padang. Perkembangan sektor basis di Kota Padang dapat dilihat dari hasil perhitungan Location Quetiont (LQ) seperti pada tabel 2 dibawah ini: Tabel 2 Perkembangan Nilai Location Quetiont Di Kota Padang Tahun 2008-2012 (Persen) LAPANGAN USAHA
(2) Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Angkutan dan Komunikasi Keu, Persewaan & Jasa perusahaan Jasa-jasa
Nilai LQ
Ratarata LQ
2008
2009
2010
2011
2012
(3) 0.21
(4) 0.21
(5) 0.22
(6) 0.22
(7) 0.22
0.22
0.50
0.49
0.50
0.51
0.52
0.50
1.29
1.28
1.31
1.31
1.31
1.30
1.53
1.53
1.57
1.60
1.61
1.57
0.85
0.85
0.81
0.80
0.82
0.83
1.18
1.17
1.19
1.17
1.15
1.17
1.72
1.73
1.70
1.69
1.68
1.70
1.54
1.56
1.57
1.61
1.63
1.58
1.03
1.03
0.99
0.97
0.95
0.99
Sumber: Data Diolah Pada tabel 2 terlihat bahwa LQ yang lebih besar dari 1 (LQ>1) terdapat pada sektor yaitu, sektor pertama angkutan dan komunikasi sebesar 1.68 persen pada tahun 2012 dan ini disebabkan oleh bebrapa hal, diantaranya karena semakin berkembangnya pariwisata kota padang, karena terdapat pulau-pulau yang dijadikan objek wisata pantai dan bahari, dan kota padang juga merupakan kota yang memiliki pelabuhan laut yang sangat berpotensi dalam memberikan pemasukan bagi PDRB Kota Padang yaitu pelabuhan teluk bayur dan kota
8
daerahnya bahkan berpotensi ekspor ke luar wilayah Kota Padang. Adapun nilai LQ tertinggi di Kota Padang pada tahun 2012 berdasarkan rata-rata adalah sebagai berikut : 1. Angkutan dan komunikasi yaitu dengan LQ sebesar 1.70 persen. 2. Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan yaitu dengan LQ sebesar 1.58 persen. 3. Listrik, gas dan air bersih yaitu dengan LQ sebesar 1.57 persen. 4. Industri pengolahan yaitu dengan LQ sebesar 1.30 persen. 5. Perdagangan, hotel dan restoran yaitu dengan LQ sebesar 1.17 persen. Sektor non basis Kota Padang yang nilai LQ nya kurang dari satu (LQ<1) dan sektor ini merupakan sektor yang tidak mampu memenuhi kebutuhan dalam daerah Kota Padang sehingga membutuhkan barang impor daridaerah lain untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Kota Padang adalah sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor bangunan dan sektor jasa-jasa, dimana rata-rata nilai LQ nya untuk sektor pertanian adalah sebesar 0.22 persen, sektor pertambangan dan penggalian sebesar 0.50 persen, sektor bangunan sebesar 0.83 persen dan sektor jasa-jasa sebesar 0.99 persen.
setiap daerah memiliki keunggulankeunggulan yang berbeda antara satu dengan lainnya, keunggulan tersebut dapat dikembangkan dan dimanfaatkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah masing-masing. Untuk mengetahui hal tersebut, perlu dilakukan analisis Rasio Pertumbuhan Wilayah Studi (RPs) guna melakukan perbandingan antara laju pertumbuhan kegiatan sektor i di wilayah studi dengan laju pertumbuhan kegiatan i wilayah referensi. Analisis ini membagi pertumbuhan ekonomi wilayah dalam dua komponen yaitu pertumbuhan regional dan pertumbuhan sektoral. Selanjutnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini sebagai berikut: Tabel 3 Rasio Pertumbuhan Wilayah Kota Padang (RPs)Berdasarkan Growth Ratio Model (GRM)Menurut Lapangan Usaha 2008-2012 (Persen) LAPANGAN USAHA
Nilai RPs 2008
Ratio Pertumbuhan Ekonomi Kota Padang Analisis Growth Ratio Model (GRM) merupakan alat analisis untuk melihat deskripsi kegiatan atau sektor ekonomi yang potensial berdasarkan pada kriteria pertumbuhan struktur ekonomi wilayah baik eksternal maupun internal danjuga digunakan untuk melihat pergeseran total pertumbuhan ekonomi di Kota Padang pada periode 2008-2012. Hal ini perlu guna mendeteksi adanya kekuatan dan kelemahan ekonomi sektoral, karena
2009
2010
2011
2012
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Angkutan dan Komunikasi Keu, Persewaan & Jasa Perusahaan Jasa-jasa
1.08
1.54
1.22
1.40
1.31
1.02
1.06
1.17
1.79
1.52
0.69
1.05
1.77
1.05
1.05
2.45
1.08
2.31
1.49
1.19
0.86
1.18
0.58
0.90
1.36
0.69
0.92
1.32
0.81
0.78
0.86
1.15
0.83
0.94
0.95
0.92
1.44
1.17
1.51
1.26
0.97
1.02
0.65
0.72
0.76
Sumber: Data Diolah
Pada tabel 3 dapat terlihat bahwa rasio yang tinggi pada tahun 2008-2012 terdapat pada sektor listrik, gas dan air bersih dimana ratio pertumbuhannya pada tahun 2008 sebesar 2.45 persen, tahun 2009 sebesar 1.08 persen, tahun 2010 sebesar 2.31 persen, tahun 2011 sebesar 1.49 persen dan tahun 2012 sebesar 1.19 persen. Namun sektor listrik, gas dan air bersih merupakan
9
sektor yang dominan pertumbuhan dan kecil
Hasil perhitungan yang mempunyai nilai RPR negatif ( - ) dan Nilai RPs positif (+) yaitu sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, listrik, gas dan air bersih. Hal ini berarti sektor pertanian, pertambangan dan pengalian, listrik, gas dan air bersih, merupakan sektor yang pertumbuhannya tidak menonjol ditingkat provinsi sementara di tingkat Kota Padang memiliki pertumbuhan yang menonjol. Hasil perhitungan yang mempunyai nilai RPR negatif ( - ) dan Nilai RPs negatif ( - ) yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran dan jasa-jasa. Hal ini berarti sektor perdagangan, hotel dan restoran dan jasa-jasa merupakan sektor yang pertumbuhannya tidak menonjol di tingkat Provinsi maupun ditingkat Kota Padang. Selanjutnya dapat dilihat hasil analisis Growth Ratio Model (GRM) untuk tahun 2009 pada tabel sebagai berikut:
secara secara
kontribusi terhadap Kota Padang. Selanjutnya dapat dilihat hasil analisis Growth Ratio Model (GRM) pada tabel sebagai berikut: Tabel 4 Growth Ratio Model (GRM)Berdasarkan Perbandingan RPR Dan RPs Kota Padang Tahun 2008 Nilai RPR Lapangan Usaha
Nilai RPs
Riil
Nomina l
Riil
Nomin al
(3)
(4)
(5)
(6)
Pertanian
0.81
-
1.08
+
Pertambangan dan Penggalian
0.83
-
1.02
+
Industri Pengolahan
1.04
+
0.69
-
Listrik, Gas dan Air Bersih
0.50
-
2.45
+
Bangunan
1.10
+
0.86
-
Perdagangan, Hotel dan Restoran
0.98
-
0.69
-
Angkutan dan Komunikasi
1.35
+
0.86
-
Keu, Persewaan & Jasa Perusahaan
1.15
+
0.92
-
Jasa-jasa
0.96
-
0.97
-
(2)
Tabel 5 Growth Ratio Model (GRM)Berdasarkan Perbandingan RPR Dan RPs Kota Padang Tahun 2009
Sumber: Data Diolah
Pada tabel 4 diatas terlihat bahwa analisis GRM berdasarkan perbandingan antara RPR dan RPs tahun 2008.Hasil perhitungan menunjukkan bahwa sektor ekonomi yang mempunyai nilai RPR positif (+) dan nilai RPs negatif (-) yaitu sektor industri pengolahan, sektor bangunan, sektor angkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Hal ini berarti sektor industri pengolahan, sektor bangunan, sektor angkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan merupakan sektor yang pertumbuhannya menonjol ditingkat provinsi sementara ditingkat kota padang pertumbuhannya kurang menonjol.
Nilai RPR
Nilai RPs
Lapangan Usaha Riil
Nominal
Riil
Nominal
(3)
(4)
(5)
(6)
Pertanian
0.82
-
1.54
+
Pertambangan dan Penggalian
1.08
+
1.06
+
Industri Pengolahan
0.84
-
1.05
+
Listrik, Gas dan Air Bersih
1.33
+
1.08
+
Bangunan
0.95
-
1.18
+
Perdagangan, Hotel dan Restoran
0.88
-
0.92
-
Angkutan dan Komunikasi
1.38
+
1.15
+
Keu, Persewaan & Jasa Perusahaan
0.95
-
1.44
+
Jasa-jasa
1.19
+
1.02
+
(2)
Sumber : Data Diolah
10
Pada tabel 5 diatas terlihat bahwa analisis GRM berdasarkan perbandingan antara RPR dan RPs tahun 2009, bertujuan untuk melihat deskripsi kegiatan atau sektor ekonomi terutama struktur dan pertumbuhan ekonomi di Kota Padang yang dibandingkan dengan tingkat yang lebih tinggi yaitu tingkat Provinsi. Hasil perhitungan yang menunjukkan bahwa sektor ekonomi yang mempunyai nilai RPR positif (+) dan RPs (+) adalah sektor pertambangan dan penggalian, listrik, gas dan air bersih, angkutan dan komunikasi dan jasa-jasa. Hal ini berarti sektor pertambangan dan penggalian, listrik, gas dan air bersih, angkutan dan komunikasi dan jasa-jasa, merupakan sektor yang pertumbuhanya menonjol ditingkat provinsi dan Kota Padang. Hasil perhitungan yang mempunyai nilai RPR negatif ( - ) dan Nilai RPs positif (+) yaitu sektor pertanian, industri pengolahan, bangunan, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Hal ini berarti sektor pertanian, industri pengolahan, bangunan, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, merupakan sektor yang pertumbuhannya tidak menonjol ditingkat provinsi sementara di tingkat Kota Padang memiliki pertumbuhan yang menonjol.
Selanjutnya dapat dilihat hasil analisis Growth Ratio Model (GRM) untuk tahun 2010 pada tabel sebagai berikut: Tabel 6 Growth Ratio Model (GRM )Berdasarkan Perbandingan RPR Dan RPs Kota Padang Tahun 2010 Nilai RPR
Nilai RPs
Lapangan Usaha Riil
Nominal
Riil
Nominal
(3)
(4)
(5)
(6)
Pertanian
0.70
-
1.22
+
Pertambangan dan Penggalian
0.98
-
1.17
+
Industri Pengolahan
0.44
-
1.77
+
Listrik, Gas dan Air Bersih
0.41
-
2.31
+
Bangunan
2.14
+
0.58
-
Perdagangan, Hotel dan Restoran
0.60
-
1.32
+
Angkutan dan Komunikasi
1.58
+
0.83
-
Keu, Persewaan & Jasa Perusahaan
0.96
-
1.17
+
Jasa-jasa
1.44
+
0.65
-
(2)
Sumber: Data Diolah
Pada tabel 6 diatas terlihat bahwa analisis GRM berdasarkan perbandingan antara RPR dan RPs tahun 2010, bertujuan untuk melihat deskripsi kegiatan atau sektor ekonomi terutama struktur dan pertumbuhan ekonomi di Kota Padang yang dibandingkan dengan tingkat yang lebih tinggi yaitu tingkat Provinsi. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa sektor yang mempunyai nilai RPR negatif ( - ) dan Nilai RPs positif (+) yaitu sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, listrik, gas dan air bersih, perdagangan, hotel dan restoran, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Hal ini berarti sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, listrik, gas dan air bersih, perdagangan, hotel dan restoran, keuangan, persewaan dan
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa sektor yang mempunyai nilai RPR negatif ( - ) dan RPs negatif ( - ) yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran. Hal ini berarti sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor yang pertumbuhanya tidak menonjol ditingkat provinsi maupun di Kota Padang.
11
jasa perusahaan, merupakan sektor yang pertumbuhannya tidak menonjol ditingkat provinsi sementara di tingkat Kota Padang memiliki pertumbuhan yang menonjol.
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa sektor ekonomi yang mempunyai nilai RPR positif ( + ) dan nilai RPs negatif ( - ) yaitu sektor bangunan, angkutan dan komunikasi dan jasa-jasa. Hal ini berarti sektor bangunan, angkutan dan komunikasi dan jasa-jasa, merupakan sektor yang pertumbuhannya menonjol ditingkat provinsi sementara ditingkat kota padang pertumbuhannya kurang menonjol. Selanjutnya dapat dilihat hasil analisis Growth Ratio Model (GRM) untuk tahun 2011 pada tabel sebagai berikut: Tabel 7 Growth Ratio Model (GRM)Berdasarkan Perbandingan RPR Dan RPs Kota Padang Tahun 2011 Nilai RPR
Nilai RPs
Lapangan Usaha Riil
Nominal
Riil
Nomin al
(3)
(4)
(5)
(6)
Pertanian
0.62
-
1.40
+
Pertambangan dan Penggalian
0.61
-
1.79
+
Industri Pengolahan
0.76
-
1.05
+
Listrik, Gas dan Air Bersih
0.63
-
1.49
+
Bangunan
1.40
+
0.90
-
Perdagangan, Hotel dan Restoran
1.10
+
0.81
-
Angkutan dan Komunikasi
1.38
+
0.94
-
Keu, Persewaan & Jasa Perusahaan
0.75
-
1.51
+
Jasa-jasa
1.28
+
0.72
-
(2)
Sumber: Data Diolah
12
Pada tabel 4.12 diatas terlihat bahwa analisis GRM berdasarkan perbandingan antara RPR dan RPs tahun 2011, bertujuan untuk melihat deskripsi kegiatan atau sektor ekonomi terutama struktur dan pertumbuhan ekonomi di Kota Padang yang dibandingkan dengan tingkat yang lebih tinggi yaitu tingkat Provinsi. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa sektor yang mempunyai nilai RPR negatif ( - ) dan Nilai RPs positif ( + ) yaitu sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, listrik, gas dan air bersih, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Hal ini berarti sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, listrik, gas dan air bersih, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, merupakan sektor yang pertumbuhannya tidak menonjol ditingkat provinsi sementara di tingkat Kota Padang memiliki pertumbuhan yang menonjol. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa sektor ekonomi yang mempunyai nilai RPR positif ( + ) dan nilai RPs negatif ( - ) yaitu sektor bangunan, perdagangan, hotel dan restoran, angkutan dan komunikasi dan jasa-jasa. Hal ini berarti sektor bangunan, perdagangan, hotel dan restoran, angkutan dan komunikasi dan jasa-jasa, merupakan sektor yang pertumbuhannya menonjol ditingkat provinsi sementara ditingkat kota padang pertumbuhannya kurang menonjol. Selanjutnya dapat dilihat hasil analisis Growth Ratio Model (GRM) untuk tahun 2012 pada tabel sebagai berikut:
pertambangan dan pengalian, industri pengolahan dan listrik, gas dan air bersih. Hal ini berarti sektor pertanian, pertambangan dan pengalian, industri pengolahan dan listrik, gas dan air bersih merupakan sektor yang pertumbuhannya tidak menonjol ditingkat provinsi sementara di tingkat Kota Padang memiliki pertumbuhan yang menonjol.
Tabel 8 Growth Ratio Model (GRM)Berdasarkan Perbandingan RPR Dan RPs Kota Padang Tahun 2012 Nilai RPR
Nilai RPs
Lapangan Usaha Riil
Nominal
Riil
Nominal
(3)
(4)
(5)
(6)
Pertanian
0.66
-
1.31
+
Pertambangan dan Penggalian
0.71
-
1.52
+
Industri Pengolahan
0.65
-
1.05
+
Listrik, Gas dan Air Bersih
0.78
-
1.19
+
Bangunan
1.11
+
1.36
+
Perdagangan, Hotel dan Restoran
1.17
+
0.78
-
Angkutan dan Komunikasi
1.39
+
0.95
-
Keu, Persewaan & Jasa Perusahaan
1.00
+
1.26
+
Jasa-jasa
1.19
+
0.76
-
(2)
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa sektor yang mempunyai nilai RPR positif ( + ) dan nilai RPs ( - ) yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran, angkutan dan komunikasi dan jasa-jasa. Hal ini berarti sektor perdagangan, hotel dan restoran, angkutan dan komunikasi dan jasa-jasa merupakan sektor yang pertumbuhannya menonjol di tingkat Provinsi sementara ditingkat Kota Padang pertumbuhannya kurang menonjol.
Sumber: Data Diolah
Pada tabel 4.13 diatas terlihat bahwa analisis GRM bertujuan untuk melihat deskripsi kegiatan atau sektor ekonomi terutama struktur dan pertumbuhan ekonomi di Kota Padang yang dibandingkan dengan tingkat yang lebih tinggi yaitu tingkat Provinsi.
PENUTUP
Kesimpulan Berdasarkan pembahasan dari bab sebelumnya dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Sektor yang merupakan sektor basis adalah sektor angkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran karena memiliki kekuatan ekonomi yang cukup baik dan sangat berpengaruh terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi Kota Padang, serta sektor tersebut sudah mampu memenuhi kebutuhan di daerahnya bahkan berpotensi ekspor ke luar wilayah Kota Padang. 2. Sektor yang merupakan non basis adalah sektor yang nilai LQnya kurang dari satu (LQ<1) dan sektor ini
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa sektor ekonomi yang mempunyai nilai RPR positif (+) dan nilai RPs positif (+) yaitu sektor bangunan dan keuangan, persewaan dan jasa perusahaan.Hal ini berarti sektor bangunan dan keuangan, persewaan dan jasa perusahaan merupakan sektor yang potensial baik di tingkat Provinsi maupun di tingkat Kota Padang karena mempunyai pertumbuhan yang menonjol dibandingkan sektor ekonomi lainnya. Hasil perhitungan yang mempunyai nilai RPR negatif ( - ) dan nilai RPs positif (+) yaitu sektor pertanian,
13
merupakan sektor yang tidak mampu memenuhi kebutuhan dalam daerah Kota Padang sehingga membutuhkan barang impor dari daerah lain untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Kota Padang adalah sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor bangunan dan sektor jasa-jasa. 3. Pergeseran pertumbuhan ekonomi dapat di lihat dari hasil analisis GRM dimana sektor yang memiliki nilai RPR psitif ( + ) dan nilai RPs ( + ) adalah sektor bangunan dan keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Hal ini berarti sektor bangunan dan keuangan, persewaan dan jasa perusahaan merupakan sektor yang potensial baik di tingkat Provinsi maupun di tingkat Kota Padang karena mempunyai pertumbuhan yang menonjol dibandingkan sektor ekonomi lainnya.
Selain itu perlu adanya peran serta pelaku-pelaku ekonomi untuk memajukan sektor-sektor ekonomi agar membuahkan hasil yang optimal sehubungan dengan usaha pengembangan dan pembangunan ekonomi di Kota Padang. 3. Pemerintah Kota Padang hendaknya lebih memperhatikan kebijakankebijakan dalam perekonomian serta diharapkan dapat melakukan pemantauan, monitoring dan evaluasi guna mengidentifikasi keunggulan dan kelemahan yang terjadi pada masingmasing sektor, agar nantinya dapat menyusun rencana pengembangan sektor tersebut untuk menggerakkan perekonomian Kota Padang kedepan. 4. Bagi penulis, selanjutnya yang ingin menjadikan skripsi ini sebagai referensi sekiranya dapat menambahkan teori pengembangan wilayah (region) dan pertumbuhan ekonomi regional lain yang lebih luas dengan melihat variabel-variabel lainnya yang belum diteliti. 5. Bagi masyarakat, dapat menjadikan referensi ini sebagai media pembelajaran dan informasi guna mengenal gambaran umum dan potensi ekonomi Kota Padang.
Saran Terlepas bahwa dalam penelitian ini lebih banyak mengandalkan data sekunder dengan segala keterbatasannya, maka ada beberapa saran yang dapat dijadikan acuan untuk mengoptimalkan pengembangan potensi dan pertumbuhan ekonomi Kota Padang sebagai berikut : 1. Kota Padang sebagai kota berkembang diharapkan untuk tidak mengabaikan peran sektor yang tergolong non basis. Karena dengan pengembangan sektor basis diharapkan dapat merangsang pertumbuhan sektor non basis menjadi sektor basis, yang pada akhirnya semua sektor ekonomi bersama-sama mendukung peningkatan pertumbuhan ekonomi Kota Padang. 2. Perlu adanya pembinaan para pelaku sektor-sektor ekonomi di Kota Padang dalam upaya meningkatkanpertumbuhan ekonomi.
DAFTAR PUSTAKA Almulaibari, Hilal.,2009, “analisis penentuan sektor unggulan perekonomian Wilayah Kabupaten Aceh Utara dengan pendekatan sektor pembentuk PDRB”, tesis. Amstrong, Taylor., 2000,“Regional Economic and Policy. Black Will Publisher Third Edition”. USA
14
________.,2011, “Analisis Potensi Pertumbuhan Ekonomi Kota Tegal”, 2011, Skripsi.
Marzuki. 1999. ”Analisis SWOT Teknik
________, 2011, “Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha”, Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Barat.
Samuel, Sitorus, Lando., 2013, “Analisis Sektor Basis Dan Non Basis Kabupaten Kutai Barat”,Skripsi pada Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman Kalimantan, Dipublikasikan.
Membedah Kasus Bisnis”. Jakarta.
__________.2012, “Padang Dalam Angka”, Badan Pusat Statistik Kota Padang.
Sitohang, P., 2001. „Dasar-dasar Ilmu Ekonomi Regional’. Edisi Revisi. BPFakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.
Basuki, Agus, Tri., 2009, “Penetuan Sektor Unggulan Dalam Pembangunan Daerah”, Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah, Yogyakarta.
Sukirno,
Caesar, Dharma, Dio., 2013, “Analisis Sektor Basis Terhadap Pola Pertumbuhan Ekonomi Regional Di Provinsi Kalimantan Timur”, Skripsi pada Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman Kalimantan, Dipublikasikan.
Sadono,. 2000,“Pengantar Ekonomi Regional’ . Terjemahan Paul Sitohang. LPPE Universitas Indonesia. Jakarta.
Todaro, M.P., 2006, “Pembangunan Ekonomi”. Erlangga, Jakarta. Yuwono. 2001.,”Penentuan Sektor Unggulan Daerah Menghadapi Implementasi UU 22/1999 dan UU 25/1999”. Kritis, Nov. XII No. 2. Yogyakarta.
Indrawati, Leni., 2013. “Potensi Dan Strategi Pengembangan Sektor Basis Di Kabupaten Banyuwangi Tahun 2004 2009”, Skripsi pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jember, Dipublikasikan. Kadariah.,1985. Halaman 24.Pendekatan Wilayah Terhadap Kutub Pertumbuhan (Growth Pole). Fakultas Ekonomi.IPB. Bogor. ________., 1982. Halaman 67 – 69. Pembangunan Ekonomi Dunia Ketiga. Terjemahan Amirudin dan Drs. Mursyid. Fakultas Ekonomi. IPB. Bogor. Lincolin, Arsyad., 1999, “Ekonomi Pembangunan”, Edisi 4, Cetakan Pertama, STIE YKPN, Yogyakarta
15