Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemiskinan di Kota Tasikmalaya Periode Tahun 2001 - 2010 Agi Ridzki Darajat 083401007 Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) apa dan prioritas mana yang menjadi indikator kebijakan umum Pemerintah Kota Tasikmalaya dalam menanggulangi kemiskinan, (2) faktor- faktor apa saja yang menjadi bagian dari prioritas kebijakan Pemerintah Kota Tasikmalaya dalam menanggulangi kemiskinan, (3) pengaruh pertumbuhan ekonomi, pengangguran dan upah minimum terhadap kemiskinan di Kota Tasikmalaya 2001 – 2010. Objek penelitian meliputi pengangguran, pertumbuhan ekonomi, dan upah minimum. Metode penelitian menggunakan metode deskriptif analisis dengan pendekatan studi kasus. Alat analisis yang digunakan adalah regresi berganda dengan skala pengukuran rasio. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) secara simultan pengangguran, pertumbuhan ekonomi, dan upah minimum secara bersama memiliki pengaruh sebesar kuat 95,79% terhadap kemiskinan. (2) secara parsial untuk pertumbuhan ekonomi tidak kuat hal ini diduga laju pertumbuhan ekonomi belum mencerminkan pemerataan pembangunan di Kota Tasikmalaya sehingga berkontribusi terjadinya kemiskinan (3) Sedangkan untuk pengangguran dan upah minimum sangatlah berpengaruh kuat terhadap kemiskinan di Kota Tasikmalaya dengan arah hubungan yang berlawanan. Kata kunci : Pengangguran, pertumbuhan ekonomi, upah minimum
PENDAHULUAN Penanggulangan kemiskinan telah lama menjadi agenda dan prioritas pembangunan nasional. Berbagai kebijakan, strategi dan kegiatan penanggulangan kemiskinan yang bersifat langsung maupun yang bersifat tidak langsung telah dilaksanakan baik dalam skala nasional maupun lokal. Selama ini kebijakan dan strategi pemenuhan kebutuhan masyarakat tersebut dilakukan melalui pelaksanaan proyek dan atau program yang seringkali penyaluran dan pembinaan sumber dananya sangat terbatas. Sedangkan kebutuhan masyarakat akan sumber dana melalui bank
konvensional tidak terakomodir dikarenakan persyaratan dan prosedur yang tidak bisa diakses masyarakat miskin. Sebagai kota pusat perdagangan industri kecil dan menengah di wilayah Priangan Timur, pembangunan di Kota Tasikmalaya terlihat lebih dinamis dan menarik minat kaum pendatang. Pengembangan industri mikro, kecil dan menengah yang terkelola dengan baik akan menjadi tantangan tersendiri, dan bagaimana kemajuan pusat-pusat perdagangan di Kota Tasikmalaya mampu menyerap tenaga kerja 1
lokal (non migran) menjadi pekerjaan yang cukup besar di masa mendatang. Kota Tasikmalaya sebagai daerah yang belum lama terbentuk ternyata menyimpan potensi kependudukan yang cepat berkembang. Bertumbuh-kembangnya pusat-pusat perdagangan dan sentra industri memicu arus migran, pada satu sisi kondisi tersebut cukup menguntungkan roda ekonomi Kota Tasikmalaya yang akan bergerak dinamis, tetapi di sisi lain akan menimbulkan problematika yang cukup rumit di masa mendatang jika migran yang masuk kurang memiliki budaya unggul. Di samping itu, derasnya arus migran menyebabkan penduduk lokal suatu saat akan semakin terpinggirkan, kondisi ini semakin pelik jika kesenjangan pendidikan, ekonomi dan modal yang menjadi isu sentral antara penduduk migran dan non migran semakin melebar.
menghitung besarnya pengeluaran (konsumsi) perkapita masyarakat (MeierStiglitz, 2001). Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pengertian Kesehatan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1348 menyebutkan bahwa pengertian kesehatan adalah sebagai “suatu keadaan fisik, mental, dan sosial kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan”. Kemiskinan adalah suatu kondisi yang dialami seseorang atau kelompok yang tidak mampu menyelenggarakan hidupnya sampai suatu taraf yang dianggap manusiawi (BAPPENAS dalam BPS,2002)
Selain itu potensi ekonomi yang ada juga perlu diidentifikasi dan dikaji mengenai kecenderungan mendasarnya baik dilihat dari sisi pertumbuhan maupun kontribusinya pada sektor lapangan usaha yang ada di Kota Tasikmalaya, sehingga nantinya konsep pengembangan potensi daerah khususnya potensi ekonomi akan dapat diarahkan pada upaya kemandirian dan pemberdayaan potensi ekonomi dalam rangka peningkatan kesempatan kerja dan indeks daya beli masyarakat.
Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi. Pengganguran adalah orang yang tidak mempunyai pekerjaan, lengkapnya orang yang tidak bekerja dan (masih atau sedang) mencari pekerjaan.
Tinjauan Pustaka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) / Human Development Index (HDI) adalah pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan dan standar hidup untuk semua negara seluruh dunia.
Upah adalah penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha kepada karyawan untuk suatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan dan dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan atas dasar suatu persetujuan atau peraturan perundangan-undangan serta dibayarkan atas
Daya beli merupakan komponen ketiga dari Indeks Pembangungan Manusia (IPM), yang pengukurannya dilakukan dengan 2
diterima jika probalitas – t-tabel
t-tabel, hal ini berarti variabel bebas mempengaruhi variabel terikatnya secara signifikan.
tunjangan, baik untuk karyawan itu sendiri maupun untuk keluarganya.
1.
METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan pada Bappeda Kota Tasikmalaya yang berada di komplek pemkot dan BPS Kota Tasikmalaya yang berada di Jln. Sukarindik kota Tasikmalaya. dengan objek penelitiannya adalah Kemiskinan, Pertumbuhan Ekonomi, Upah Minimum dan Tingkat Pengangguran.
Uji F digunakan unutk menguji signifikan dari semua variabel bebas sebagai suatu kesatuan, atau mengukur pengaruh variabel bebas secara bersama-sama. Hipotesis yang digunakan adalah :
Teknik Analisis Data Analisis yang digunakan adalah Analisis Koefisien Determinasi (R²), Uji t-statistik , Uji F-statistik, Uji Multikolinearitas, Uji Autokorelasi, Uji Heterokedastis, dan Uji Normalitas analisis deskriptif yaitu menganalisis masalah dengan cara mendeskripsikannya melalui tabel, dengan menggunakan software Eviews dan analisis kuantitatif.
: artinya variabel bebas yang diestimasi secara keseluruhan tidak memberikan pengaruh terhadap variabel terikat. HA
Pengujian Hipotesis Hipotesis statistikanya adalah : : artinya variabel bebas yang diestimasi secara parsial tidak memiliki korelasi dengan variabel terikat. HA
: artinya variabel bebas yang diestimasi secara keseluruhan memberikan pengaruh terhadap variabel terikat.
Kriteria pengujian : -
-
: artinya variabel bebas yang diestimasi secara parsial memiliki korelasi dengan variabel terikat.
Hasil pengujian akan menghasilkan dua kesimpulan menurut hipotesis di atas, yaitu:
3
Fhitung< Ftabel : H0 diterima, artinya variabel bebas secara keseluruhan tidak mempengaruhi variabel terikat. Fhitung> Ftabel : H0 ditolak, artinya variabel bebas secara keseluruhan mempengaruhi variabel terikat.
Hasil dan Pembahasan 1. Indikator kebijakan umum Pemerintah Kota Tasikmalaya dalam menanggulangi kemiskinan antara lain : Meningkatkan perlindungan dan bantuan sosial dengan melibatkan partisipasi masyarakat, Meningkatkan derajat kesehatan dan mutu pendidikan dengan melibatkan partisipatif masyarakat, Meningkatkan kerjasama dalam penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat, Mendorong terbuka kesempatan berkerja dan berusaha, Pengembangan sektor usaha mikro, kecil dan menengah, Memperkuat peran dan fungsi organisasi berbasis penanggulangan kemiskinan. 2. Faktor yang menjadi bagian dari prioritas kebijakan ekonomi Pemerintah Kota Tasikmalaya dalam menanggulangi Kemiskinan antara lain: Memberikan bantuan stimulan dan subsidi terhadap
pangan, sandang, perumahan, sanitasi, dan kesejahteraan sosial, Meningkatan kualitas pemukiman dan lingkungan, Memberikan bantuan dan subsidi terhadap pendidikan dan kesehatan, Meningkatkan sarana dan prasarana pelayanan dasar, Mendorong partisiasi dan pemberdayaan masyarakat, Memperluas lapangan pekerjaan, Meningkatkan produktifitas tenaga kerja, Meningkatkan produktifitas petani dan usaha tani, Meningkatkan akses permodalan, Meningkatkan produktifitas usaha, Meningkatkan akses terhadap sumberdaya produktif, Menguatkan kapasitas kelembagaan dan SDM, Meningkatkan kualitas perencanaan pembangunan bidang penanggulangan kemiskinan. Tabel 1
Perkembangan dan Hasil Trend Kemiskinan di Kota Tasikmalaya Tahun 2001 – 2010 Tahun
Penduduk Miskin (Y)
X
2001
55.400
0
-
-
2002
58.600
1
3200
5.776173
2003
52.700
2
-5900
-10.0683
2004
260.500
3
207800
394.3074
2005
52.900
4
-207600
-79.6929
2006
59.500
5
6600
12.47637
2007
54.500
6
-5000
-8.40336
2008
154.500
7
100000
183.4862
2009
140.110
8
-14390
-9.31392
2010
131.500
9
-8610
-6.14517
∆
%
Sumber : BPS, Kota Tasikmalaya Dalam Angka, Berbagai Sumber Terbitan dan Tahun Terbitan, Tahun 2010 (data diolah).
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa penduduk di Kota Tasikmalaya dari tahun ke tahun mengalami naik turun cukup signifikan. Hasil sensus tahun 2001 penduduk Kota Tasikmalaya sebanyak 55
ribu jiwa, sampai dengan sensus tahun 2010 dalam kurun waktu sepuluh tahun penduduk Kota Tasikmalaya menjadi 131 ribu jiwa, meningkat 76 ribu jiwa dari sensus 4
sebelumnya dan lebih besar dari yang diproyeksikan tahun 2010. Berdasarkan hasil pengamatan angka kemiskinan terjadi pada tahun 2003 sebanyak 52 ribu jiwa hal ini terjadi ketika kondisi perekonomian sedang baik, sedangkan angka kemiskinan terbesar terjadi pada tahun 2004 sebanyak 260 ribu jiwa, hal
ini disebabkan karena pada tahun tersebut sedang mengalami naiknya harga BBM sehingga harga barang–barang mengalami kenaikan sehingga daya beli masyarakat berkurang dan pengangguran semakin banyaknya.
Tabel 2 Perkembangan dan Hasil Trend Pengangguran di Kota Tasikmalaya Tahun 2001 – 2010 Tahun
Tingkat Pengangguran (Y)
X
∆
%
2001
14.920
0
-
-
2002
16.922
1
2002
13.41823
2003
15.224
2
-1698
-10.0343
2004
19.520
3
4296
28.2186
2005
14.548
4
-4972
-25.4713
2006
18.250
5
3702
25.4468
2007
16.752
6
-1498
-8.20822
2008
28.531
7
11779
70.31399
2009
22.356
8
-6175
-21.6431
2010
23.201
9
845
3.779746
Sumber : BPS, Kota Tasikmalaya Dalam Angka, Berbagai Sumber Terbitan dan Tahun Terbitan, Tahun 2010 (data diola).
Kondisi pengangguran di Kota Tasikmalaya menunjukan pergerakan yang fluktuatif. Pada tahun 2002 pengangguran di Kota Tasikmalaya mencapai 16 ribu orang dan naik menjadi 19 ribu orang pada tahun 2004 kemudian turun lagi menjadi 18 ribu orang pada tahun 2006 dan pada tahun 2001 adalah
dimana angka pengangguran paling sedikit yaitu 14 ribu orang dimana ekonomi nasional masih dalam keadaan baik dan yang paling tertinggi pada tahun 2008 yang cukup signifikan 28 ribu orang dimana pada tahun tersebut terjadi kenaikan harga BBM.
5
Tabel 3 Perkembangan dan Hasil Trend Pertumbuhan Ekonomi di Kota Tasikmalaya Tahun 2001 – 2010 Tahun
Tingkat PDRB (Y)
X
∆
%
2001
2,479,073.75
0
-
-
2002
2,584,132.14
1
105058.4
4.237808
2003
2,698,635.23
2
114503.1
4.431008
2004
2,833,366.58
3
134731.4
4.992574
2005
2,974,228.42
4
140861.8
4.971536
2006
3,097,968.38
5
123740
4.160405
2007
3,283,255.81
6
185287.4
5.980934
2008
3,470,241.90
7
186986.1
5.695142
2009
3,668,628.20
8
198386.3
5.716786
2010
3,878,723.40
9
210095.2
5.726805
Sumber : BPS, Kota Tasikmalaya Dalam Angka, Berbagai Sumber Terbitan dan Tahun Terbitan, Tahun 2010 (data diolah).
Pada tahun 2001, PDRB Kota Tasikmalaya atas dasar harga berlaku (terpisah dari Kabupaten Tasikmalaya) mencapai sebesar 2,479 triliun rupiah meningkat menjadi sebesar 2,584 triliun rupiah di tahun 2002 dan pada 4 (empat) tahun berikutnya naik secara signifikan menjadi 2,698 triliun rupiah di tahun 2006. Adanya perubahan nilai PDRB yang cukup cepat pada periode 2004-2006 menunjukkan aktivitas ekonomi di
Kota Tasikmalaya sudah kembali pulih setelah cukup lama terkena imbas krisis ekonomi. Adanya peningkatan tersebut menunjukkan bahwa produktivitas dari aktivitas ekonomi secara perlahan mengalami peningkatan atau dengan kata lain pertumbuhan ekonomi Kota Tasikmalaya mengalami peningkat dari tahun ke tahun. Tabel 4
Perkembangan dan Hasil Trend Upah Minimum di Kota Tasikmalaya Tahun 2001 – 2010 Tahun
Tingkat Upah Minimum (Y)
X
∆
%
2001
245.000
0
-
-
2002
280.800
1
35800
14.61224
2003
340.000
2
59200
21.08262
2004
386.500
3
46500
13.67647
2005
438.200
4
51700
13.37646
2006
476.500
5
38300
8.740301
2007
516.800
6
40300
8.457503
2008
620.000
7
103200
19.96904
2009
710.000
8
90000
14.51613
2010 780.000 9 70000 9.859155 Sumber : BPS, Kota Tasikmalaya Dalam Angka, Berbagai Sumber Terbitan dan Tahun Terbitan, Tahun 2010 (data diolah).
6
Tabel menunjukkan bahwa pada tahun 2001 hingga 2010, upah minimum di kota Tasikmalaya terus mengalami kenaikan, dengan adanya peningkatan upah minimum di Kota Tasikmalaya diharapkan dapat
meningkatkan kesejahteraan dan mendorong produktivitas pekerja. Kenaikan tertinggi pada tahun 2007 – 2008 sebesar Rp. 103.200 sedangkan kenaikan terendah Rp. 35.800 pada tahun 2001 – 2002.
Tabel 5 Hasil Regresi Model Kemiskinan di Kota Tasikmalaya Periode Tahun 2001 – 2010 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
356765.3
187458.6
1.903169
0.1057
X1
6.759144
1.150838
5.873236
0.0011
X2
-0.233556
0.100703
-2.319245
0.0595
X3
-0.672787
0.268797
-2.502952
0.0463
R-squared
0.957894 F-statistic
45.49947
Durbin-Watson stat
1.895263 Prob(F-statistic)
0.000161
Y = 356765.3 + 6.759144X1 - 0.233556X2 0.672787X3
terhadap variabel kemiskinan (Y) berdasarkan hasil regresi menunjukkan koefisien korelasinya sebesar -0.233556. Hal ini berarti apabila pertumbuhan ekonomi menurun maka akan diikuti pula dengan jumlah kemiskinan yang meningkat. Sebaliknya apabila pertumbuhan ekonomi meningkat maka jumlah kemiskinan menurun.
Berdasarkan persamaan di atas dengan nilai – nilai yang diperoleh dari hasil perhitungan statistik, maka penulis melakukan pengujian sebagai berikut : Untuk pengaruh secara parsial antara variabel pengangguran ( 1) terhadap variabel kemiskinan (Y) berdasarkan hasil regresi menunjukkan koefisien korelasinya sebesar 6.759144. Hal ini berarti apabila jumlah pengangguran meningkat maka akan diikuti pula dengan jumlah kemiskinan yang meningkat. Sebaliknya apabila jumlah pengangguran menurun maka jumlah kemiskinan juga menurun.
Untuk pengaruh secara parsial antara variabel upah minimum ( 3) terhadap variabel kemiskinan (Y) berdasarkan hasil regresi menunjukkan koefisien korelasinya sebesar -0.672787. Hal ini berarti apabila upah minimum menurun maka akan diikuti pula dengan jumlah kemiskinan yang meningkat. Sebaliknya apabila upah minimum meningkat maka jumlah kemiskinan menurun.
Untuk pengaruh secara parsial antara variabel pertumbuhan ekonomi ( 2) 7
Analisis koefisien determinasi (R²) mencerminkan besarnya pengaruh variabel bebas dalam menjelaskan perubahan pada variabel terilat secara bersama-sama, dengan tujuan untuk mengukur derajat hubungan antar variabel dalam model.
pertumbuhan ekonomi, dan upah minimum sangat mempengaruhi kemiskinan yang ada di kota tasikmalaya. Untuk mengetahui tingkat signifikan secara lebih lengkap mengenai hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat secara individual (parsial) dapat diketahui dengan pengujian setiap variabel bebas yaitu dengan membandingkan t-hitung dengan ttabel pada taraf kepercayaan 95% (α = 0,05). Kriteria yang digunakan adalah pengujian dua arah (two tails significance) berikut di bawah ini adalah penjelasan dari perbandingan t-hitung dengan t-tabel :
Model Kemiskinan di Tasikmalaya memiliki R² sebesar 0.957894 yang berarti bahwa varians dari variabel-variabel bebas di dalam model yaitu pengangguran, pertumbuhan ekonomi, dan upah minimum dapat menerangkan 95,79% dari variabel terikatnya yaitu kemiskinan sedangkan 4,21% dipengaruhi oleh variabel lain dari luar model. Sehingga dengan hasil 95,79% tersebut, variabel pengangguran, Tabel 6
Perbandingan Nilai t-hitung dengan t-tabel Tingkat Keyakinan
Alpha (α)
t-tabel
t-hitung
Prob. t-stat
Pengaruh
Tingkat Pengangguran
95%
0,05
1,895
5,873236
0,0011
Signifikan
Pertumbuhan Ekonomi
95%
0,05
1,895
-2,319245
0,0595
Upah Minimum
95%
Variabel bebas
Tidak Signifikan
0,05
1,895
Dari tabel di atas bahwa dengan t-tabel sebesar 1,895 yang dibandingkan dengan tstat dari masing-masing variabel, maka diketahui bahwa pengangguran dan upah minimum signifikan terhadap kemiskinan. Sedangkan pertumbuhan ekonomi berpengaruh tidak signifikan terhadap kemiskinan. Hal ini diduga laju pertumbuhan ekonomi belum mencerminkan pemerataan pembangunan di Kota Tasikmalaya sehingga berkontribusi terjadinya kemiskinan. Pengaruh variabel
-2,502952
0,0463
Signifikan
tingkat pengangguran terbuka adalah signifikan pada kepercayaan 95% dengan probabilitas sebesar 0.0011. Semakin tinggi tingakat pengangguran akan memicu peningkatan tingkat kemiskinan. Pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat kemiskinan adalah tidak signifikan pada tingkat kepercayaan 95% dengan probabilitas sebesar 0,0595. Ini disebabkan karena pertumbuhan ekonomi belum merata. Pengaruh variabel upah minimum terhadap kemiskinan adalah signifikan pada tingkat 8
kepercayaan 95% dengan probabilitas sebesar 0.0463. Semakin tinggi upah minimum akan memicu penurunan tingkat kemiskinan.
dapat mewakili untuk mengukur kemiskinan dengan mempergunakan variabel pengangguran, pertumbuhan ekonomi, dan upah minimum.
Uji F s-tatistik merupakan uji signifikansi satu arah (one tail significance) digunakan untuk mengukur goodness of fit dari persamaan regresi yaitu mengetahui apakah variabel-variabel bebas yang digunakan dalam model regresi secara bersama-sama mempengaruhi variabel terikatnya.
Uji serial korelasi dalam model menunjukan adanya hubungan korelasi antara variabel gangguan (error term) dalam suatu model. Untuk mengetahui adanya serial kolerasi dalam model dapat melihat Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test, dengan melihat nilai Obs*R squared dibandingkan dengan nilai tabel Chi-Square ( ²) dengan besarnya “V” adalah 2. Jika nilai Obs*R squared lebih kecil dari nilai tabel Chi-Square ( ²) maka tidak terjadi serial korelasi.
Dari hasil perhitungan F-stat adalah 45,49947 dengan F-tabel pada taraf keyakinan 95% adalah 5,14. Berdasarkan hasil perhitungan di atas, ternyata F-stat > Ftabel atau 45,49947 > 5,14. Dengan hasil uji F tersebut, dapat diketahui bahwa nilai F-stat lebih besar dari F-tabel di tingkat signifikan 5%. Hasil perbandingan ini menunjukan bahwa H0 ditolak, dan Ha diterima. Hal ini mengandung pengertian bahwa variabel pengangguran, pertumbuhan ekonomi, dan upah minimum secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan di kota Tasikmalaya.
Berdasarkan analisis Breusch_Godfrey Serial Correlation LM Test maka dapat disimpulkan bahwa model yang dipakai tidak memiliki masalah serial korelasi. Hal ini bisa dilihat dari nilai Obs*R squared adalah 0,095197 lebih kecil dai nilai tabel Chi-Square ( ²) sebesar 0,9535. Berarti dengan demikian hubungan antara variabel pengangguran, pertumbuhan ekonomi dan upah minimum tidak memiliki masalah serial korelasi terhadap kemiskinan.
Multikolinieritas menunjukan gejala adanya hubungan linier atau hubungan yang pasti diantara variabel bebas dalam model regresi. Untuk mengetahui atau tidak adanya multikolinearitas dalam model regresi maka dapat menganalisis multikollinearity test dengan melihat Correlogram of Residuals. Hal ini bisa dilihat dengan nilai Autocorrelation (AC) tidak lebih dari 0,5.
Uji Heterokedastisitas terjadi apabila variabel gangguan tidak mempunyai varians yang sama untuk semua observasi. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya masalah heterokedastisitas adalah dengan cara meregresikan resudial kuadratnya terhadap fitted kuadratnya. Untuk mengetahui ada atau tidaknya heterokedastisitas, maka nilai R² dari hasil regresi dikalikan jumlah data observasi secara manual, selanjutnya nilai hasil perkalian dibandingkan dengan nilai tabel Chi-Square ( ²) dengan besarnya “V” adalah 1. Jika perkalian Obs*R squared lebih kecil dari nilai tabelnya maka tidak terjadi heterokedastisitas.
Berdasarkan analisis Correlogram of residuals maka dapat disimpulkan bahwa mdoel yang dipakai tidak terdapat multikolinieritas dalam model regresi. Hal ini dapat dilihat dengan nilai Autocorrelation tiap variabel yang tidak lebih dari 0,5. Sehingga dengan hasil yang tidak lebih melewati dari 0,5 tersebut, maka model ini 9
Berdasarkan hasil perkalian residual kuadratnya terhadap fitted kuadrat maka diperoleh Obs*r squared = 10 x 0,279929 = 2.79929 yang nilainya lebih kecil dari nilai tabel Chi-Square ( ²) dengan α = 5 % dan V = 1 sebesar 12,5916 berarti tidak terjadi heteroskedastisitas. Hal ini menggambarkan bahwa nilai Obs*R squared tidak signifikan secara statistik atau dapat dikatakan lolos uji asumsi heterokedastisitas.
partisipatif masyarakat, Meningkatkan kerjasama dalam penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat, Mendorong terbuka kesempatan berkerja dan berusaha, Pengembangan sektor usaha mikro, kecil dan menengah, Memperkuat peran dan fungsi organisasi berbasis penanggulangan kemiskinan. 2. Faktor yang menjadi bagian dari prioritas kebijakan ekonomi Pemerintah Kota Tasikmalaya dalam menanggulangi Kemiskinan antara lain: Memberikan bantuan stimulan dan subsidi terhadap pangan, sandang, perumahan, sanitasi, dan kesejahteraan sosial, Meningkatan kualitas pemukiman dan lingkungan, Memberikan bantuan dan subsidi terhadap pendidikan dan kesehatan, Meningkatkan sarana dan prasarana pelayanan dasar, Mendorong partisiasi dan pemberdayaan masyarakat, Memperluas lapangan pekerjaan, Meningkatkan produktifitas tenaga kerja, Meningkatkan produktifitas petani dan usaha tani, Meningkatkan akses permodalan, Meningkatkan produktifitas usaha, Meningkatkan akses terhadap sumberdaya produktif, Menguatkan kapasitas kelembagaan dan SDM, Meningkatkan kualitas perencanaan pembangunan bidang penanggulangan kemiskinan. 3. Hasil pengukuran pengukuran statistik diperoleh bahwa pengangguran, pertumbuhan ekonomi, dan upah minimum secara bersama memiliki pengaruh sebesar kuat 95,79% terhadap kemiskinan. Namun secara parsial untuk pertumbuhan ekonomi tidak kuat hal ini diduga laju pertumbuhan ekonomi belum mencerminkan pemerataan pembangunan di Kota Tasikmalaya sehingga berkontribusi terjadinya kemiskinan. Sedangkan untuk pengangguran dan upah minimum sangatlah berpengaruh kuat terhadap kemiskinan di Kota Tasikmalaya dengan arah hubungan yang berlawanan.
Untuk mengetahui residual berdistribusi normal adalah dengan membandingkan nilai Jarque-Bera dengan nilai tabel Chi-Square ( ²) dengan besarnya “V” adalah 2. Pada pengujian ini nilai Jarque-Bera sebesar 0,405509 lebih kecil dari nilai tabel Chi-Square ( ²) dengan α = 5% dan V = 2 sebesar 5,991 yang berarti memenuhi asumsi normalitas (data yang digunakan berdistribusi normal). Sehingga dengan hasil 0,405509 < 5,991 tersebut berarti variabel pengangguran, pertumbuhan ekonomi, dan upah minimum memenuhi asumsi normalitas. Dengan demikian, model yang diperoleh dianggap reprsentatif untuk dijadikan estimasi mengukur kemiskinan oleh pengangguran, pertumbuhan ekonomi, dan upah minimum di Kota Tasikmalaya. Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan mengenai pokok Pembahasan “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan di Kota Tasikmalaya periode tahun 2001-2010”. maka diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Indikator kebijakan umum Pemerintah Kota Tasikmalaya dalam menanggulangi kemiskinan antara lain : Meningkatkan perlindungan dan bantuan sosial dengan melibatkan partisipasi masyarakat, Meningkatkan derajat kesehatan dan mutu pendidikan dengan melibatkan 10
Departemen Sosial RI.Rencana Strategi Penanggulangan Kemiskinan Program Pemberdayaan Fakir Miskin 20062010. Jakarta. http://ichwanmuis.com/?p=1339
DAFTAR PUSTAKA Adit Agus Prestyo. (2010). Analisis Faktorfaktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan (Studi Kasus 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah Tahun 2003-2007).Semarang : UniversitasDiponegoro, [online]. Tersedia : htpp://eprints.undip.ac.id/24465/.Diakse s tanggal 23 Mei 2012
Gujarati Damoar. (2003). Basic Econometrics, Fourth Edition. McGrawhillCompanies, New York. Hasanuddin Rachman, 2005, Pengaruh Pengupahan Sebagai langkah StrategisStabilitas Dalam Hubungan Industrial. Jakarta.
Alfian. 1980. Kemiskinan Struktural:Suatu Bunga Rampai. Penerbit Yayasan IlmuIlmu Sosial dan HIPIS, Jakarta Ari Widiastuti. (2010). Analisi Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kemiskinan Di Jawa Tengah Tahun 20042008.Semarang : Universitas Diponegoro. [online]. Tersedia : http://eprints.undip.id/24465/.Diakses tanggal 25 februari 2011
Hermanto Siregar dan Dwi Wahyuniarti. (2008). Dampak Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Penurunan Jumlah Penduduk Miskin. Htpp://pse.litbang.deptan.go.id/ind/pdffi les/PROS_2008_MAK3.pdf. Diakses 27 Mei 2012
Badan Pusat Statistik. Data dan Informasi Kemiskinan Kota Tasikmalaya dan Jawa Barat Berbagai Tahun Terbitan. Jawa Barat. .Data Basis Analisis PDRB Berbagai Terbitan. Jawa Barat
Hudaya, Dadan.2009.”Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan di Indonesia”. Skripsi S-1 Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.
Untuk Tahun
Hunt, L. Chester dan B. Paul, Horton. 1999. sosiologi. Jakarta: Erlangga.
.Jawa Barat Dan Kota Tasikmalaya Dalam Angka Berbagai Tahun Terbitan. Jawa Barat.
Imam Ghozali. (2005). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. BP Undip : Semarang.
.Statistik Indonesia Berbagai Tahun Terbitan.Jawa Barat.
Krisnamurthi, Bayu. 2006. Penaggulangan dan Pengurangan Kemiskinan dalam 22 Tahun Studi Pembangunan Pengurangan Kemiskinan, Pembangunan Agribisnis dan Revitalisaasi Pertanian. LPPM IPB. Bogor. Kuncoro, Mudrajad. (2000). Ekonomi Pembangunan. Teori Masalah dan
Departemen Sosial RI.Panduan Operasional Program Pemberdayaan Fakir Miskin Melalui Bantuan Sarana Penunjang Produksi KUBE Bidang Konveksi. 2005. Jakarta. Departemen Sosial RI.Panduan Pendamping TKSM Bagi Fakir Miskin. 2005. Jakarta. 11
Kebijakan. Yogyakarta: Penerbit UPP AMP YKPN. Lincolin Arsyad. (2004). The Economics of Labor Markets. Fifth Edition. The Dryden Press, New York.
Dan Ketenagakerjaan. Penerbit Graha Ilmu, Jember. Sumodiningrat, G. 1999. Kemiskinan: Teori, Fakta dan Kebijakan. IMPAC, Jakarta. Tambunan, T. 2006. Perekonomian Indonesia Sejak Orde Lama Hingga Pasca Krisisi. Pustaka Quantum, Jakarta. Todaro,Michael P (2003). Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Penerjemah : Haris Munandar.Erlangga : Jakarta.
M. Natsir. (2003). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Meier G.M., and Stiglitz, J.E., 2001. Frontiers of Development Economics : The Future in Perspectif. Oxford University Press, The World Bank, Washington D.C., USA.
Todaro, Michael P (2003). Ekonomi Untuk Negara Berkembang. Edisi ketiga, Jakarta : Bumi Aksara.
Popenoe David. 1993. Sociology, Edisi Kesembilan. New Jersey, Princie Hall.
Wongdesmiwati, 2009. Pertumbuhan Ekonomi Dan Pengentasan Kemiskinan Di Indonesia : Analisis Ekonometrika.
Rasidin K Sitepu dan Bonar M. Sinaga. (2005). Dampak Investasi Sumber Daya Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dan Kemiskinan Di Indonesia : Pendekatan Model Computable General Equilibrium.
Htpp://wongdesmiwati.file.wordpress.co m/2009/10/pertumbuhan-ekonomi-danpengentasan-kemiskinan-di-indonesiaanalisis ekonometri.pdf.
http:ejournal.unud.ac.id/?module=detailpene litian&idf=7&idj=48&id181&idi=48&i dr=191. Diakses tanggal 19 Mei 2012
Diakses tanggal 25 Mei 2012
SadonoSukirno. (1981). Pengantar TeoriMakroEkonomi, Medan : BinaGrafika .(1999). Mkaroekonomi Modern. Penerbit Raja GrafindoPersada, Jakarta. .(2004). Makroekonomi Teori Pengantar. Edisi Ketiga. Penerbit : Raja Grafindo Persada, Jakarta. Saldana, J. 1998. Pertumbuhan Ekonomi, Survei Ekonomi Politik di Indonesia. Analisis CSIS Studi Pembangunan Politik, Pertumbuhan dan Kerja Intelektual. Sonny Sumarsono. (2003). Ekonomi Manajement Sumber Daya Manusia 12