PENGARUH JUMLAH PENDUDUK DAN PDRB TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI KOTA TASIKMALAYA PERIODE 2002-2011
Gun Gun Gunawan Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi, Tasikmalaya
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh Jumlah Penduduk dan PDRB terhadap tingkat kemiskinan di Kota Tasikmalaya periode 2002-2011. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan model regresi data time series. Hasil uji secara simultan menunjukkan bahwa secara keseluruhan variabel bebas (Jumlah
Penduduk,
PDRB,)
secara
bersama-sama
dapat
menunjukkan
pengaruhnya terhadap tingkat kemiskinan. Pengolahan data dengan menggunakan Eviews. Dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa tingkat kemiskinan dipengaruhi oleh variabel bebas yang di teliti, dan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain di luar model. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Jumlah Penduduk berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Kota Tasikmalaya, PDRB berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Kota Tasikmalaya, variabel jumlah penduduk dan PDRB berpengaruh
signifikan
secara
simultan/bersama-sama
kemiskinan di Kota Tasikmalaya.
Kata kunci : Tingkat Kemiskinan, Jumlah Penduduk, PDRB,
terhadap
tingkat
PENDAHULUAN Kemiskinan merupakan suatu keadaan yang sering dihubungkan dengan kebutuhan, kesulitan dan kekurangan di berbagai keadaan hidup. Menurut Rintuh (2003), kemiskinan dapat diartikan sebagai ketidakmampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan konsumsi dasar dan meningkatkan kebutuhan konsumsi dasar dan kualitas hidupnya. Ada dua macam ukuran kemiskinan yaitu kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut adalah ketidakmampuan seseorang melampaui garis kemiskinan yang ditetapkan. Sedangkan kemiskinan relatif berkaitan dengan perbedaan tingkat pendapatan suatu golongan dibandingkan dengan golongan lainnya. Secara statistik kemiskinan di perkotaan tidak sebesar yang terjadi di pedesaan, akan tetapi fenomena ini bukan berarti masalah kemiskinan di perkotaan tidak perlu ditanggulangi. Kehidupan kota tidak terlepas dengan para migran. Ketika kondisi ekonomi sudah tidak dapat memberikan harapan, masih banyak migran yang berupaya untuk tetap hidup di kota dengan pekerjaan yang tidak layak dan penghasilan yang rendah. Inilah salah satu yang menyebabkan meningkatnya jumlah penduduk miskin di perkotaan. Kemiskinan muncul ketika seseorang atau
sekelompok orang tidak mampu mencukupi tingkat kemakmuran ekonomi yang dianggap sebagai kebutuhan minimal dari standar hidup tertentu. Dalam arti proper, kemiskinan dipahami sebagai keadaan kekurangan uang dan barang untuk menjamin kelangsungan hidup. Peningkatan efisiensi, produktifitas, kreatifitas, dan partisipasi sumber daya manusia akan menjadi motor penggerak utama pembangunan. Oleh karena itu
sumber daya manusia sebagai subjek pembangunan perlu di dayagunakan secara efektif dalam berbagai kegiatan yang produktif guna menunjang pengembangan ketenagakerjaan. Faktor lain yang juga berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan adalah pengangguran. Salah satu unsur yang menentukan kemakmuran suatu masyarakat adalah tingkat pendapatan. Pendapatan masyarakat mencapai maksimum apabila kondisi tingkat penggunaan tenaga kerja penuh (full employment) dapat terwujud.
Tujuan Penulisan Menganalisis pengaruh jumlah penduduk terhadap tingkat kemiskinan di Kota Tasikmalaya. Menganalisis pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terhadap tingkat kemiskinan di Kota Tasikmalaya. Menganalisis pengaruh jumlah penduduk dan PDRB terhadap tingkat kemiskinan di Kota Tasikmalaya.
METODE PENELTIAN Operasionalisasi Variabel Di bawah ini adalah tabel operasional variabel yang digunakan dalam penelitian ini :
Variabel Tingkat Kemiskinan
Konsep Presentase penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan di masingmasing Kota Tasikmalaya
Ukuran Persen
Skala Rasio
Lambang KM
Jumlah Penduduk
Semua orang yang berdomisili di Kota Tasikmalaya selama 6 bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan untuk menetap
Orang
Rasio
PD
PDRB
Nilai bersih barang dan jasa-jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai kegiatan ekonomi di suatu daerah dalam periode
Rp
Rasio
PDRB
Teknik Pengumpulan Data Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang bukan diusahakan sendiri pengumpulannya oleh peneliti, misalnya diambil dari Badan Pusat Statistik (BPS), dokumen-dokumen perusahaan atau organisasi, surat kabar dan majalah, ataupun publikasi lainnya (Marzuki, 2005). Data sekunder yang digunakan adalah (time series) dari tahun 2002 – 2011. Pemilihan periode ini disebabkan karena kemiskinan mengalami fluktuasi dan terjadinya peningkatan PDRB dan diikuti dengan peningkatan jumlah penduduk,
sehingga penelitian pada periode tersebut menarik untuk diamati serta data tersedia pada tahun tersebut. Periode data yang digunakan adalah data tahun 2002 – 2011 di Kota Tasikmalaya. Model Analisis Berdasarkan dari kerangka penelitian, penulis mencoba menggunakan pendekatan model regresi berganda. Dalam proses analisis data, penelitian ini menggunakan software ekonometrika yaitu E-Views. Model yang akan digunakan dalam penelitian ini dengan fungsi adalah sebagai berikut : Yt = f (PD, PDRB, ε) Kemudian dari fungsi tersebut di transpormasikan ke dalam model persaman ekonometrika dengan spesifikasi model yakni : Yt = β0 + β1 X1t + β2 X2t + εt , t = 1, 2, …,T……………..(3.2) dimana : T adalah banyaknya data time-series Yt = Tingkat Kemiskinan X1t = Jumlah Penduduk X2 t = PDRB β0 = konstanta β1, β2 = koefisien εt = error term
Pengujian Statistik Uji Normalitas
Tujuan dari dilakukannya uji normalitas yaitu untuk mengetahui apakah suatu variabel normal atau tidak. Pengujian ini dilakukan dengan cara melihat probality Jarque-bera Test. H0 : error term terdistribusi normal H1 : error term tidak terdistribusi normal Kriteria uji: Probability (P-Value) < taraf nyata (α), maka tolak H0 Probability (P-Value) > taraf nyata (α), maka terima H0 Jika terima H0 maka persamaan tersebut tidak memiliki error term terdistribusi normal dan sebaliknya, jika tolak H0 (terima H1) maka persamaan tersebut memiliki error term terdistribusi normal. Analisa Koefisien Determinasi (R2) Imam Ghozali (2002) menyatakan bahwa koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan suatu model dalam menerangkan variasi variabel terikat. Nilai (R2) adalah antara nol dan satu. Nilai (R2) yang kecil (mendekati nol) berarti kemampuan satu variabel dalam menjelaskan variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen. Kelemahan mendasar penggunaan determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam
model. Setiap tambahan satu variabel pasti meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu, banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai adjusted (R2) pada saat mengevaluasi model regresi yang terbaik. Uji t-statistik Uji signifikansi parameter individual (uji t) dilakukan untuk melihat signifikansi dari pengaruh variabel bebas terhadap variabel tidak terikat secara individual dan menganggap variabel lain konstan. Hipotesis yang digunakan: 1. H0 : β1 ═ 0 tidak ada pengaruh jumlah penduduk terhadap tingkat kemiskinan. H1 : β1 > 0 ada pengaruh positif jumlah penduduk terhadap tingkat kemiskinan. 2. H0 : β2 ═ 0 tidak ada pengaruh antara variabel PDRB dengan tingkat kemiskinan. H1 : β2 < 0 ada pengaruh negatif antara variabel PDRB dengan tingkat kemiskinan. Pada tingkat signifikansi 5 % dengan pengujian yang digunakan adalah sebagai berikut: 1) Jika t-hitung ≥ t-tabel maka H0 ditolak, artinya jumlah penduduk mempengaruhi tingkat kemiskinan secara signifikan. Jika t-hitung < t-tabel maka H0 diterima, artinya jumlah penduduk tidak mempengaruhi tingkat kemiskinan secara signifikan.
2) Jika t-hitung ≤ t-tabel maka H0 di tolak, artinya PDRB mempengaruhi tingkat kemiskinan secara signifikan. Jika t-hitung > t-tabel maka H0 di terima, artinya PDRB tidak mempengaruhi tingkat kemiskinan secara signifikan. Uji F-statistik Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen secara keseluruhan signifikan secara statistik dalam mempengaruhi variabel dependen. Apabila nilai F hitung lebih besar dari nilaiF tabel maka variabelvariabel independen secara keseluruhan berpengaruh terhadap variabel dependen. Hipotesis yang digunakan : H0 = β1= β 2=…= 0 H1: minimal ada satu koefisien regresi tidak sama dengan nol (Gujarati, 1995) Nilai F hitung dirumuskan sebagai berikut : R2/(K−1)
𝐹 = (1−R)/(N−K) ……..…………………………………………………..…. (3.9) Dimana : K = jumlah parameter yang diestimasi termasuk konstanta N = jumlah observasi Pada tingkat signifikasi 5 % dengan kriteria pengujian yang digunakan sebagai berikut :
1) H0 diterima dan H1 ditolak apabila F hitung < F tabel, yang artinya variabel penjelas secara serempak atau bersama-sama tidak mempengaruhi variabel yang dijelaskan secara signifikan. 2) H0 ditolak dan H1 diterima apabila F hitung ≥ F tabel, yang artinya variabel penjelas secara serempak dan bersama-sama mempengaruhi variabel yang dijelaskan secara signifikan. Pengujian Penyimpangan Asumsi Klasik Uji Multikolinearitas
Pada mulanya multikolinearitas berarti adanya hubungan linear (korelasi) yang sempurna atau pasti, diantara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari model regresi. Tepatnya istilah multikolinearitas berkenaan dengan terdapatnya lebih dari satu hubungan linear pasti dan istilah kolinearitas berkenaan dengan terdapatnya satu hubungan linear. Tetapi pembedaan ini jarang diperhatikan dalam praktek, dan multikolinearitas berkenaan dengan kedua kasus di (Gujarati, 2003). Multikolinearitas dalam penelitian dideteksi dengan melihat: Matriks koefisien korelasi antara masing-masing variabel bebas. Kaidah yang digunakan adalah apabila koefisien korelasi antara dua variabel bebas lebih besar dari 0,8 maka kolinearitas berganda merupakan masalah yang serius. Namun korelasi pasangan ini tidak memberikan informasi yang lebih dalam untuk hubungan yang rumit antara tiga atau lebih peubah.
Uji Autokorelasi Autokorelasi adalah keadaan dimana variabel gangguan pada periode tertentu berkorelasi dengan variabel yang pada periode lain, dengan kata lain variabel gangguan tidak random. Faktor-faktor yang menyebabkan autokorelasi antara lain kesalahan dalam menentukan model, penggunaan lag pada model, memasukkan variabel yang penting. Akibat dari adanya autokorelasi adalah parameter yang diestimasi menjadi bias dan variannya minimum, sehingga tidak efisien. (Gujarati, 2003). Untuk menguji ada tidaknya autokorelasi salah satunya diketahui dengan melakukan Uji Breusch-Godfrey Test atau Uji Langrange Multiplier (LM). Uji Heteroskedastisitas Deteksi ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Heteroskedastisitas terjadi apabila variabel gangguan tidak mempunyai varian yang sama untuk semua observasi. Akibat adanya heteroskedastisitas, penaksir OLS tidak bias tetapi tidak efisien (Gujarati and Porter, 2003). Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan menggunakan white heteroscedasticity-consistent standart errors and covariance yang tersedia dalam program Eviews version 6. Uji ini diterapkan pada hasil regresi dengan menggunakan prosedur equations dan metode OLS untuk masingmasing perilaku dalam persamaan simultan. Hasil yang perlu diperhatikan dari uji ini adalah nilai F dan Obs*Rsquared, secara khusus adalah nilai probability dari
Obs*Rsquared. Dengan uji White, dibandingkan Obs*R-squared dengan X2 (chisquared) tabel. Jika nilai Obs*R-squared lebih kecil dari pada X2 tabel maka tidak ada heteroskedastisitas pada model.
PEMBAHASAN Perkembangan Jumlah Penduduk di Kota Tasikmalaya Jumlah penduduk tahun 2006 sebanyak 617.767 orang. Jumlah penduduk ini mengalami pertumbuhan sebesar 1,56% bila dibandingkan dengan jumlah penduduk Tahun 2005. Dilihat dari segi komposisinya, penduduk Kota Tasikmalaya lebih banyak laki-laki dari pada perempuan yaitu terdiri dari 309.842 orang laki-laki dan 307.925 orang perempuan dengan sex ratio sebesar 100,62. Pertumbuhan penduduk yang tinggi mengakibatkan naiknya kepadatan penduduk pada Tahun 2006 yaitu sebesar 3.601 orang/km2. Kepadatan tertinggi terdapat di Kecamatan Cihideung sebesar 13.775 orang/km2 dan terendah terdapat di Kecamatan Kawalu yaitu sebesar 2.028 orang/km2. Kepadatan penduduk juga dapat dilihat dari rata-rata penduduk per rumah tangga yang mencapai 3,71 sehingga secara umum setiap rumah tangga memiliki 3 sampai dengan 4 orang anggota dalam rumah tangga.
Tabel 4.1 Perkembangan Jumlah Penduduk dan Sex Rasio Kota Tasikmalaya Tahun 2002-2011 Tahun 2002 2003 2004
Jumlah Jiwa 547.576 565.657 579.128
Sex Rasio 98.31 98.06 97.38
2005 594.158 2006 617.767 2007 630.191 2008 642.046 2009 652.693 2010 635.464 2011 646.216 Sumber : BPS Kota Tasikmalaya
97.50 100.62 99.88 100.37 100.43 102.37 102.42
Pencari kerja yang terdaftar selama Tahun 2006 di Dinas Kependudukan, Keluarga Berencana dan Tenaga Kerja Kota Tasikmalaya sebanyak 12.213 orang yang terdiri dari 6.675 laki-laki dan 5.538 perempuan. Pencari Kerja tersebut yang sudah ditempatkan sebanyak 934 orang yang terdiri dari 454 laki-laki dan 480 perempuan sedangkan pencari kerja yang belum ditempatkan sebanyak 11.279 orang terdiri dari 6.221 laki-laki dan 5.058 perempuan. Berdasarkan pendidikan yang ditamatkan pencari kerja tersebut terdiri dari Sarjana sebanyak 2.100 orang, Sarjana Muda sebanyak 1.311 orang, SLTA sebanyak 8.027 orang, SLTP sebanyak 588 orang serta tamat SD dan tidak tamat SD sebanyak 151 orang.
Perkembangan PDRB di Kota Tasikmalaya Perkembangan PDRB Kota Tasikmalaya dari tahun ke tahun menurut lapangan usaha baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan (Tahun 2000) mengalami peningkatan, artinya dari sisi nilai tambah (Value added) yang diciptakan oleh perekonomian di Kota Tasikmalaya secara bertahap mengalami perkembangan, hal ini berarti produktivitas dan pertumbuhan ekonomi Kota Tasikmalaya mengalami peningkatan.
Tabel 4.2 Perkembangan PDRB Kota Tasikmalaya tahun 2002-2011 Tahun 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Jumlah Jiwa 547.576 565.657 579.128 594.158 617.767 630.191 642.046 652.693 635.464 646.216
Sex Rasio 98.31 98.06 97.38 97.50 100.62 99.88 100.37 100.43 102.37 102.42
Perkembangan Penduduk Miskin di Kota Tasikmalaya Jumlah penduduk miskin Kota Tasikmalaya berada di urutan ke-25 dari 26 kota dan kabupaten di Jawa Barat. Oleh karena itu, perlu perbaikan pelayanan bagi masyarakat miskin untuk memperbaiki kondisi ini. Kepala Seksi Statistik Sosial Badan Pusat Statistik Kota Tasikmalaya Agus Hartadi mengatakan, hingga akhir tahun 2010 terdapat 131.500 keluarga di kota itu miskin. Kondisi ini menempatkan Tasikmalaya berada di daftar kedua terendah seJabar. Jumlah itu masih lebih baik ketimbang Kabupaten Tasikmalaya yang memiliki 214.500 keluarga miskin. Kepala Bagian Ekonomi Pemerintah Kota Tasikmalaya, Yono S Karso, mengatakan akan terus melakukan perbaikan, terutama penyaluran beras untuk warga miskin (raskin) yang menjadi tanggung jawabnya. Saat ini, terdapat 37.252 orang penerima raskin di Kota Tasikmalaya. Kemiskinan tersebut termanifestasika dalam bentuk kekurangan gizi, air, perumahan yang sehat, perawatan kesehatan yang kurang baik, dan tingkat pendidikan yang rendah. Selain itu, kemiskinan saling berkaitan baik secara
langsung maupun tidak langsung. Hal ini berarti kemajuan atau kemunduran pada salah satu aspek dapat mempengaruhi kemajuan atau kemunduran aspek lainnya. Dan aspek lain dari kemiskinan ini adalah bahwa yang miskin itu manusianya baik secara individual maupun kolektif (Pantjar Simatupang dan Saktyanu K. Dermoredjo, 2003). Tabel 4.3 Pekembangan Tingkat Kemiskinan dan Garis Kemiskinan di Kota Tasikmalaya Tahun 2002-2011 Tahun
Tingkat Kemsikinan (%) 2002 9,01 2003 8,64 2004 8,03 2005 8,64 2006 9,24 2007 8,66 2008 8,17 2009 7,43 2010 7,51 2011 7,19 Sumber : BPS Kota Tasikmalaya
Garis Kemiskinan 103.987 111.767 123.675 133.701 149.673 165.734 190.788 220.068 201.138 226.097
Pengaruh Jumlah Penduduk dan PDRB Terhadap Tingkat Kemiskinan di Kota Tasikmalaya. Menurut Todaro (2000) bahwa besarnya jumlah penduduk berpengaruh positif terhadap kemiskinan. Hal itu dibuktikan dalam perhitungan indek Foster Greer Thorbecke (FGT), yang mana apabila jumlah penduduk bertambah maka kemiskinan juga akan semakin meningkat.
Ada dua pandangan yang berbeda mengenai pengaruh penduduk pada pembangunan. Pertama, adalah pandangan pesimistis yang berpendapat bahwa penduduk (pertumbuhan penduduk yang pesat) dapat menghantarkan dan mendorong pengurasan sumberdaya, kekurangan tabungan, kerusakan lingkungan, kehancuran ekologis, yang kemudian dapat memunculkan masalah-masalah sosial, seperti kemiskinan, keterbelakangan dan kelaparan (Ehrlich, 1981). Kedua adalah pandangan optimis yang berpendapat bahwa penduduk adalah asset yang memungkinkan untuk mendorong pengembangan ekonomi dan prolosi inovasi teknologi dan institusional (Simon dikutip dalam Thomas,et al.,2001: 1985-1986) sehingga dapat mendorong perbaikan kondisisosial. Dikalangan para pakar pembangunan telah ada konsensus bahwa laju pertumbuhan penduduk yang tinggi tidak hanya berdampak buruk terhadap supply bahan pangan, namun juga semakin membuat kendala bagi pengembangan tabungan, cadangan devisa, dan sumberdaya manusia. Kenaikan PDRB tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil. Selanjutnya pembangunan ekonomi tidak semata-mata diukur berdasarkan pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) secara keseluruhan, tetapi harus memperhatikan sejauh mana distribusi pendapatan telah menyebar kelapisan masyarakat serta siapa yang telah menikmati hasil-hasilnya. Sehingga menurunnya PDRB suatu daerah berdampak pada kualitas konsumsi rumah tangga. Dan apabila tingkat pendapatan penduduk sangat terbatas, banyak rumah tangga miskin terpaksa merubah pola makanan pokoknya ke barang paling murah dengan jumlah barang yang berkurang. Pembangunan ekonomi
mensyaratkan pendapatan nasional yang lebih tinggi dan untuk itu tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi merupakan pilihan yang harus diambil. Namun yang menjadi permasalahan bukan hanya soal bagaimana cara memacu pertumbuhan, tetapi juga siapa yang melaksanakan dan berhak
menikmati
hasilnya. Tabel 4.4 Hasil Regresi Pengaruh Jumlah Penduduk dan PDRB Terhadap Tingkat Kemiskinan di Kota Tasikmalaya periode 2002-2011 Dependent Variable: TK Method: Least Squares Date: 11/12/13 Time: 10:52 Sample: 2002 2011 Included observations: 10 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
27.88778
40.25541
0.692771
0.5108
LOG(P)
8.200798
5.818247
1.409496
0.2015
LOG(PDRB)
-6.577775
2.320278
-2.834908
0.0252
R-squared
0.705435
Mean dependent var
8.257239
Adjusted R-squared
0.621273
S.D. dependent var
0.701874
S.E. of regression
0.431939
Akaike info criterion
1.402259
Sum squared resid
1.305997
Schwarz criterion
1.493035
Hannan-Quinn criter.
1.302679
Durbin-Watson stat
1.676895
Log likelihood
-4.011295
F-statistic
8.381908
Prob(F-statistic)
0.013872
Sumber : Hasil Perhitungan
Berdasarkan hasil estimasi di atas dengan nilai-nilai yang di peroleh dari hasil perhitungan statistik, diketahui nilai probabilitas t-stat dari variabel jumlah penduduk berada pada kisaran 0,2015 dengan nilai koefisien sebesar 8,200798, hal ini menunjukan bahwa variabel jumlah penduduk berpengaruh secara positif dan tidak signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Kota Tasikmalaya. Sedangkan untuk variabel PDRB hasil perhitungan statistik menunjukan nilai probabilitas tstat berada pada kisaran 0,0252 dengan nilai koefisien sebesar -6,577775, hal ini menunjukan bahwa variabel PDRB berpengaruh signifikan terhadap penurunan tingkat kemiskinan di Kota Tasikmalaya.
PENUTUP KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perkembangan jumlah penduduk dan PDRB terhadap tingkat kemiskinan di Kota Tasikmalaya, dan meneliti pengaruh jumlah penduduk, PDRB dan tingkat kemiskinan di Kota Tasikmalaya Periode 2002-2011. Berdasarkan hasil penelitian, perhitungan dan pembahasan pada bab- bab sebelumnya, penelitian ini menghasilkan kesimpulan : 1.
Variabel
jumlah
penduduk
berpengaruh
positif
terhadap
tingkat
kemiskinan dan tidak signifikan. 2.
Variabel Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) berpengaruh negatif terhadap tingkat kemiskinan dan signifikan.
3.
Variabel Jumlah Penduduk (PD) dan Produk Domestik Bruto (PDRB) berpengaruh signifikan secara simultan/bersama-sama terhadap tingkat kemiskinan. Variabel-variabel tersebut memiliki arah hubungan yang sama dengan hipotesis.
Saran Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan yang telah diberikan, maka dapat diberikan beberapa saran yaitu sebagai berikut : 1. Dari hasil penelitian, didapat bahwa jumlah penduduk tidak signifikan terhadap tingkat kemiskinan, sehingga hendaknya ke depan dapat dilaksanakan pembangunan yang berorientasi pada pengendalian jumlah penduduk serta pemerataan hasil-hasil ekonomi keseluruh golongan masyarakat, serta dilakukan upaya pengendalian jumlah penduduk di masing-masing wilayah dengan mengandalkan program KB yang didorong oleh pemerintah. Pemerintah harus brupaya menekan angka kelahiran sehingga jumlah penduduk terkendali dan secara tidak langsung mengendalikan jumlah penduduk miskin.. 2. PDRB yang ditetapkan pemerintah juga berpengaruh negatif terhadap tingkat kemiskinan. Untuk itu kebijakan penetapan PDRB harus tetap dilakukan dan pembelanjaannya haruslah berorientasi untuk memberantas kemiskinan. 3. Variabel Jumlah Penduduk (PD) dan Produk Domestik Bruto (PDRB) berpengaruh secara simultan/bersama-sama terhadap tingkat kemiskinan. Untuk menurunkan tingkat kemiskinan, maka tingkat pengangguran juga
harus diturunkan, dengan mempermudah ijin pendirian usaha agar kesempatan kerja semakin besar, sehingga banyak tenaga kerja yang terserap.
DAFTAR PUSTAKA
Alfian dkk. 1980. Kemiskinan Struktural : Suatu Bunga Rampai. Penerbit Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial dan HIPIS, Jakarta. Allen, J dan Thompson. 1990. Rural Poverty Among Racial and Ethnic Minorities. American Agricultural Economics Assosiation. Badan Pusat Statistik. 2004. Data dan Informasi Kemiskinan Tahun 2004. BPS, Tasikmalaya. Deliarnov. 2005. Perkembangan Pemikiran Ekonomi. PT RajaGrafindo Persada, Jakarta. Fithrajaya, A. 2004. Identifikasi Wilayah Miskin dan Alternatif Upaya Penanggulangannya (Studi Kasus di Banten) [skripsi]. Departemen Ilmu Ekonomi. Fakultas Ekonomi dan manajemen,IPB,Bogor. Gujarati, D. 1978. Ekonometrika Dasar. Zain dan Sumarno [penerjemah]. Penerbit Erlangga, Jakarta. Hendriawan. 2003. Penanggulangan Kemiskinan Dalam Rangka Kebijakan Desentralisasi. IPB, Bogor. Intania, O. I. 2003. Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan [skripsi]. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian, IPB, Bogor. Krisnamurti, B. 2006. 22 Tahun Studi Pembangunan Pengurangan Kemiskinan, Pembangunan Agribisnis dan Revitalisasi Pertanian. Pusat Studi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan-LPPM IPB, Bogor. Lu'lu. 2005. Analisis Gender Terhadap Tingkat Keberhasilan Proyek P2KP [skripsi].
Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian,
IPB, Bogor. McDowell, D. R dan Joyce E. 1995. Poverty Among Southern Workers: Metro and Non Metro Differentials. Journal Agricultural Economic. 77: 796802. American Agricultural Economics Assosiation. Nicholson, W. 2001. Teori Ekonomi Mikro. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta
Nur, N. S. 2004. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Komunikasi dalam Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan [Tesis]. IPB, Bogor. Rintuh, C.. M,. 2003. Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat. Dikti, Jakarta. Sajogyo. 1977. Kemiskinan dan Kebutuhan Minimum Pangan. Lembaga Penelitian Sosiologi Pedesaan. IPB, Bogor
Suparlan, P. 1984. Kemiskinan di Perkotaan: Bacaan untuk Antropologi perkotaan.
Sinar Harapan, Jakarta.
Suryadiningrat, B. 2003. Persepsi dan Tindakan Tokoh Masyarakat Desa terhadap Kemiskinan [skripsi]. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian, IPB, Bogor. The World Bank Group, 2000, http://www.worldbank.org/ Todaro, M. 1998. Pembangunan Ekonomi. Haris Munandar [penerjemah]. Penerbit Erlangga, Jakarta. Widiyanti,
R.
2001.
Telaah
terhadap
Partisipasi,
Pendapatan
dan
TingkatKemiskinan Peserta Program Perhutanan Sosial [skripsi]. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian. IPB, Bogor. Wiraswara, A. 2005. Pertumbuhan Ekonomi dan Pengurangan Angka Kemiskinan di Indonesia [skripsi]. Departemen Ilmu Ekonomi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB, Bogor. --------------------------. 1996-2004. Indonesia dalam Angka. BPS, Jakarta. --------------------------. 2005. Kota Tasikmalaya dalam Angka, BPS, Jakarta. BPMD. Perkembangan Realisasi Investasi di Kota Tasikmalaya. Berbagai edisi, Bandung.