ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BESARNYA PENGAMBILAN PEMBIAYAAN DAN PEMBIAYAAN MACET PADA KBMT MADANI PULO EMPANG BOGOR
Oleh : A’LAA HIMMATI H14052961
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
RINGKASAN A’LAA HIMMATI, Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Besarnya Pengambilan Pembiayaan dan Pembiayaan Macet Pada KBMT Madani Pulo Empang Bogor (dibimbing oleh BAMBANG JUANDA) Beberapa tahun yang lalu masyarakat Indonesia belum banyak yang mengetahui tentang KBMT (koperasi baitul maal wa tamwil). Namun dewasa ini semakin banyak masyarakat yang mengetahui tentang adanya KBMT meski tidak mendalam. Data yang akurat tentang KBMT sampai saat ini menurut Pusat Inkubasi Usaha Kecil (pinbuk) sampai dengan tahun 2009 adalah sekitar 3536 KBMT. KBMT dalam kenyataannya merupakan lembaga pembiayaan bagi usaha masyarakat ekonomi bawah yang sebagian besar tidak memiliki akses perbankan (unbankable). Akses terhadap perbankan biasanya mensyaratkan adanya kepemilikan aset yang bersertifikat atau bukti administrasi dari penghasilan yang akan diperoleh di masa mendatang. Sementara itu jumlah orang yang tidak mampu memenuhinya secara potensial lebih banyak daripada yang dapat memenuhinya. Hal inilah yang menjadi kendala bagi para pengusaha kecil mikro dan menengah untuk mendapatkan pembiayaan dari bank. Padahal potensi usaha mikro kecil dan menengah sangat besar dalam mereduksi angka kemiskinan yang masih banyak, yaitu lebih dari 20 juta rumah tangga. Selain itu mayoritas (99.6%) atau sekitar 51 juta unit usaha di Indonesia adalah usaha mikro kecil dan menengah. UMKM mempunyai pengaruh yang besar dalam kontribusinya terhadap PDB. Lebih dari separuh PDB (52.67%) dihasilkan oleh UMKM. Namun pembiayaan terhadap UMKM terkadang tidak terjangkau oleh perbankan. Sehingga diperlukan sebuah lembaga keuangan yang dapat menjangkau dan memberikan pembiayaan kepada UMKM. Diantaranya adalah Koperasi Baitul Maal wa Tamwil (KBMT). KBMT adalah sebuah lembaga keuangan mikro yang bergerak dalam sistem syariah. Dalam penelitan ini KBMT yang diteliti adalah KBMT Madani yang bertempat di Pulo Empang Bogor. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi besarnya pengambilan pembiayaan pada KBMT dan proses pembiayaannya serta pengaruh pembiayaan bermasalah bagi lembaga keuangan mikro syariah. Data yang digunakan dalam penelitian ini didapat dari wawancara dengan nasabah responden KBMT Madani serta data-data sekunder yang tersedia di KBMT Madani. Data tersebut selanjutnya diolah menggunakan E-views 4.1 dan dianalisis secara deskriptif. Berdasarkan hipotesis penelitian, variabel-variabel yang diduga mempengaruhi besarnya pengambilan pembiayaan diantaranya adalah nisbah, pendapatan usaha keluarga, pengalaman usaha, frekuensi pinjaman, jangka waktu angsuran, jumlah tanggungan keluarga, besar angsuran dan tingkat pendidikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor nisbah, pengalaman usaha, frekuensi pinjaman, dan besar angsuran berpengaruh secara nyata terhadap permintaan pembiayaan. Faktor-faktor yang lain meski tidak berpengaruh nyata namun berpengaruh positif terhadap permintaan pembiayaan. Sementara itu hasil evaluasi terhadap respon dari nasabah responden mengenai proses pembiayaan
KBMT Madani menunjukkan bahwa proses pembiayaan yang telah dilakukan oleh KBMT Madani telah efektif. Nasabah merasa puas dengan pelayanan yang telah diberikan oleh KBMT Madani. Namun untuk aspek kemampuan KBMT dalam memenuhi permintaan pembiayaan dari nasabah, dirasakan oleh nasabah responden kurang memenuhi karena terkadang dana yang disetujui oleh KBMT untuk pembiayaan tidak sesuai dengan yang diajukan oleh nasabah. Proses pembiayaan meliputi pengajuan pembiayaan, pencairan pembiayaan dan pengembalian pembiayaan. Pembiayaan macet sangat berpengaruh terhadap KBMT karena pembiayaan macet akan berimbas pada dana aset yang dimiliki oleh KBMT. Pembiayaan macet dapat diartikan dana pengembalian pembiayaan dari nasabah yang tak tertagih atau tertahan. Dana yang tak tertagih ini seharusnya dapat digunakan oleh KBMT untuk melakukan pembiayaan kembali, namun karena adanya pembiayaan macet, dana ini menjadi tidak produktif. Jumlah pembiayaan macet dari tahun ke tahun semakin meningkat. Pada tahun 2006 pembiayaan macet tercatat sebesar 4.53 persen. Angka ini meningkat menjadi 4.9 persen dan semakin meningkat pada tahun 2008 menjadi 11.82 persen. Angka ini tergolong besar untuk ukuran KBMT Madani saat ini yang masih kecil. Adanya pembiayaan macet sangat merugikan KBMT karena dengan adanya pembiayaan macet maka terdapat pengurangan terhadap aset modal yang dimiliki oleh KBMT.
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BESARNYA PENGAMBILAN PEMBIAYAAN DAN PEMBIAYAAN MACET PADA KBMT MADANI PULO EMPANG BOGOR
Oleh : A’LAA HIMMATI H14052961
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
Judul Skripsi : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Besarnya Pengambilan Pembiayaan dan Pembiayaan Macet Pada KBMT Madani Pulo Empang Bogor Nama : A‟laa Himmati NIM
:
H14052961
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Bambang Juanda. M. S. NIP. 19640101 198803 1 061
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi
Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim M.Ec NIP. 19641022 198903 1 003
Tanggal Ujian : 8 Februari 2010
Tanggal Lulus :
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN
SEBAGAI
SKRIPSI
ATAU
KARYA
ILMIAH
PADA
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Februari 2010
A‟laa Himmati H14052961
RIWAYAT HIDUP Penulis bernama A‟laa Himmati lahir pada tanggal 10 Januari 1987 di Temanggung, sebuah kota kecil di daerah propinsi Jawa Tengah. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara, dari pasangan Achmad Rozi dan Rukhama‟. Penulis menamatkan sekolah dasar pada SDN 1 Parakan, kemudian melanjutkan studi ke SLTPN 1 Parakan dan lulus pada tahun 2002. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMAN 1 Temanggung dan lulus pada tahun 2005. Pada tahun 2005 penulis melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi. Melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB). Setelah melalui satu tahun di Tingkat Persiapan Bersama (TPB) penulis masuk Fakultas Ekonomi dan Manajemen Departemen Ilmu Ekonomi. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di beberapa organisasi seperti Sharia Economic Student Club (SES-C) dan Forum Mahasiswa Muslim Ekonomi (Formasi). Penulis juga pernah menjadi salah satu mahasiswa penerima beasiswa BBM pada tahun 2009.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang berkat rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Besarnya Pengambilan Pembiayaan dan Pembiayaan Macet Pada KBMT Madani Pulo Empang Bogor”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini dapat diselesaikan berkat semangat, bimbingan, dukungan, dan doa dari berbagai pihak. Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada : 1.
Bapak Prof. Dr. Ir. Bambang Juanda MS yang telah memberikan bimbingan dan saran baik secara teoritis maupun teknis serta pembelajaran yang sangat berguna dalam proses penyusunan skripsi ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik.
2.
Keluarga tercinta : Achmad Rozi dan Rukhama‟ selaku orang tua, serta kedua adik penulis Muhammad Hasan dan Muhammad Husein atas kasih sayang, dukungan, dan do‟anya yang tiada henti.
3.
Seluruh pegawai di KBMT Madani, terima kasih atas waktu dan penjelasanpenjelasan yang diberikan kepada penulis untuk mencari data-data pada penelitian ini.
4.
Teman-teman satu bimbingan : Dhinta, Icha, dan Iqbal Valiri, atas kerjasama, masukan serta saran-sarannya.
5.
Teman-teman yang telah berjasa kepada penulis dalam pencarian data, teman-teman satu kelas di Ilmu Ekonomi 42 dan teman seperjuangan penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
6.
Teman-teman satu kost penulis, Ita, Tiwi, Lela, Eka, Heni, Fitri, Ana, Uci dan Erven, atas kehangatan dan canda tawanya.
7.
Nasabah responden KBMT Madani yang telah meluangkan waktu kepada penulis untuk wawancara.
8.
Pihak-pihak terkait yang telah membantu penulis dalam penyelesaian tugas akhir ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari pembaca, baik dari segi materi maupun dari segi teknis penyajian. Akhir kata penulis mengharapkan semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan.
Bogor, Februari 2010
A‟laa Himmati H14052961
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL ..........................................................................
iv
DAFTAR GAMBAR ......................................................................
vi
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................
vii
I.
PENDAHULUAN ...................................................................
1
1.1 Latar Belakang .........................................................................
1
1.2 Perumusan Masalah .................................................................
5
1.3 Tujuan Penelitian .....................................................................
6
1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................
7
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ........................................................
7
II. TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................
8
2.1 Tinjauan Teori-teori .................................................................
8
2.1.1 Definisi Baitul Maal wat Tamwil ...................................
8
2.1.2 Karakteristik UMKM ....................................................
9
2.1.3 Sistem Pembiayaan Bank Syariah ..................................
9
2.1.4 Jenis-jenis Pembiayaan ..................................................
10
2.1.5 Siklus Pembiayaan.........................................................
14
2.1.6 Permohonan Pembiayaan ...............................................
15
2.1.7 Kelayakan Pemberian Pembiayaan ................................
15
2.1.8 Pelunasan Fasilitas Pembiayaan .....................................
16
2.1.9 Pembiayaan Bermasalah ................................................
16
2.1.10 Penyelamatan Pembiayaan Bermasalah .........................
17
2.1.11 Mekanisme Perputaran Dana KBMT .............................
19
2.2 Penelitian Terdahulu ................................................................
22
2.3 Kerangka Pemikiran .................................................................
23
2.4 Hipotesis Penelitian..................................................................
26
III. METODE PENELITIAN .........................................................
28
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................
28
3.2 Metode Pengumpulan Data ......................................................
28
3.3 Jenis dan Sumber Data .............................................................
29
3.4 Metode Pengambilan Contoh ...................................................
30
3.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data .....................................
30
3.6 Definisi Operasional ................................................................
34
IV. GAMBARAN UMUM .............................................................
36
4.1 Profil Lembaga ........................................................................
36
4.2 Visi .........................................................................................
37
4.3 Misi ........................................................................................
37
4.4 Produk-produk KBMT .............................................................
37
4.4.1 Simpanan Sukarela ........................................................
37
4.4.2 Deposito .......................................................................
38
4.4.3 Pembiayaan ..................................................................
39
4.5 Perkembangan KBMT .............................................................
40
4.5.1 Kondisi Keanggotaan ....................................................
40
4.5.2 Kondisi Keuangan .........................................................
41
4.6 Struktur Organisasi ..................................................................
41
V. PEMBAHASAN ......................................................................
42
5.1 Karakteristik Responden ..........................................................
42
5.1.1 Daerah Asal Responden .................................................
42
5.1.2 Umur dan Pendidikan Responden ..................................
42
5.1.3 Jenis Pekerjaan Responden ............................................
43
5.1.4 Pengalaman Usaha.........................................................
44
5.1.5 Pengalaman Pembiayaan (mulai menjadi nasabah KBMT) 45 5.1.6 Tingkat Pendapatan Usaha Nasabah...............................
46
5.2 Perkembangan dan Distribusi Pembiayaan KBMT Madani ......
47
5.3 Pelaksanaan Pembiayaan ..........................................................
48
5.3.1 Tahap Pengajuan ...........................................................
48
5.3.2 Pencairan Pembiayaan ...................................................
51
5.4 Analisis Faktor-faktor yang Diduga Mempengaruhi Besarnya Pengambilan Pembiayaan.........................................................
52
5.5 Kesesuaian Antara Hipotsis Dengan Hasil Pengolahan Data.....
60
5.6 Perkembangan Pengembalian Angsuran ...................................
61
5.7 Penyebab Pembiayaan Bermasalah...........................................
62
5.7.1 Faktor Internal Lembaga ................................................
63
5.7.2 Faktor Internal Anggota.................................................
66
5.8 Lokasi dan Jenis Usaha Nasabah Pembiayaan Macet ................
73
5.9 Analisis Proses Pembiayaan .....................................................
75
5.9.1 Aspek Pengajuan Pembiayaan .......................................
76
5.9.2 Aspek Pencairan Pembiayaan ........................................
79
5.9.3 Aspek Pengembalian Pembiayaan ..................................
83
5.9.4 Pemanfaatan Pembiayaan ..............................................
86
VI. PENUTUP ...............................................................................
88
6.1 Kesimpulan .............................................................................
88
6.2 Saran .......................................................................................
89
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................
90
LAMPIRAN ...................................................................................
92
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1.1 Banyaknya Unit Usaha Menurut Skala Usaha Tahun 2006&2008 ............................................................................
3
1.2 Peranan UKM dalam Penciptaan PDB (dalam miliar rupiah) ...................................................................................
5
3.1
Jenis Data yang Dibutuhkan Dalam Penelitian di KBMT Madani Tahun 2009 ...............................................................
29
4.1 Perkembangan Jumlah Anggota KBMT Madani (jiwa)...........
40
4.2 Perkembangan Keuangan KBMT Madani Tahun 2006-2008 (rupiah) ..................................................................................
41
5.1 Umur dan Pendidikan Nasabah Responden KBMT Madani ....
42
5.2 Jenis Pekerjaan Nasabah Responden KBMT Madani ..............
43
5.3 Pengalaman Usaha Nasabah Responden KBMT Madani ........
45
5.4 Pengalaman Pembiayaan Nasabah (mulai menjadi nasabah KBMT) ..................................................................................
46
5.5 Tingkat Pendapatan Usaha Nasabah .......................................
46
5.6 Distribusi Pendapatan Berdasarkan Jenis Akad .......................
48
5.7
Hasil Estimasi Persamaan Dugaan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Besarnya Pengambilan Pembiayaan ...............
53
5.8 Kesesuaian Hasil Pengolahan Data Dengan Hipotesis ............
61
5.9
Perkembangan Pengembalian Angsuran (rupiah) ....................
61
5.10 Persentase Besarnya Pembiayaan Macet Pada Beberapa Lembaga ...............................................................................
62
5.11 Aktifitas Pembiayaan Nasabah KBMT Madani Sampai Tahun 2008 ...........................................................................
68
5.12 Sebaran Lokasi Nasabah Pembiayaan Macet ..........................
74
5.13 Sampel Jenis Usaha Nasabah Pembiayaan Macet ...................
75
5.14 Respon Atas Persyaratan Awal Pengajuan Pembiayaan ..........
76
5.15 Respon Atas Proses Pembiayaan ............................................
77
5.16 Respon Atas Besarnya Jaminan Dari Pembiayaan ..................
77
5.17 Respon Atas Keramahan Petugas KBMT dalam Melayani
Pengajuan Pembiayaan ..........................................................
78
5.18 Respon Atas Jangka Waktu Realisasi Pembiayaan ..................
79
5.19 Respon Terhadap Besarnya Biaya Administrasi Pembiayaan ..
80
5.20 Respon Terhadap Kesesuaian Antara Jumlah Pembiayaan yang Diajukan dengan Realisasi Pembiayaan .................................
81
5.21 Respon Terhadap Kemampuan KBMT dalam Memenuhi Permintaan Pembiayaan .........................................................
83
5.22 Respon Terhadap Besar Angsuran Nasabah ............................
83
5.23 Respon Terhadap Jangka Waktu Angsuran .............................
84
5.24 Respon Terhadap Keaktifan Petugas Dalam Melakukan Penagihan di Lapang ..............................................................
85
5.25 Respon Terhadap Tingkat Keuntungan KBMT .......................
85
5.26 Hasil Evaluasi Terhadap Pemanfaatan Pembiayaan ................
86
5.27 Hubungan Aspek Pengajuan, Pencairan dan Pengembalian Pembiayaan ...........................................................................
87
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
2.1
Siklus Pembiayaan ................................................................
14
2.2
Mekanisme Perputaran Dana KBMT .....................................
19
2.3
Kerangka Pemikiran ..............................................................
25
4.1
Struktur Organisasi KBMT Madani .......................................
41
5.1
Peningkatan Pembiayaan KBMT Madani Tahun 2006-2008 ..
47
5.2
Skema Proses Pencairan Pembiayaan ....................................
52
5.3
Pola Hubungan Nisbah (BG) dengan Besarnya Pembiayaan (Y) .....................................................................
54
Pola Hubungan Pendapatan Usaha Keluarga (PUK) dengan Besarnya Pembiayaan (Y) ......................................................
56
Pola Hubungan Pengalaman Usaha (PU) dengan Besarnya Pembiayaan (Y) .....................................................................
57
Pola Hubungan Frekuensi Pinjaman (FP) dengan Besarnya Pembiayaan (Y) .....................................................................
57
Pola Hubungan Jangka Waktu Angsuran (JA) dengan Besarnya Pembiayaan (Y) .....................................................
58
Pola Hubungan Jumlah Tanggungan Keluarga (JT) dengan Besarnya Pembiayaan (Y) ......................................................
59
Pola Hubungan Besar Angsuran (BA) dengan Besarnya Pembiayaan (Y) .....................................................................
60
5.10 Pola Hubungan Tingkat Pendidikan (dummy) dengan Besarnya pembiayaan (Y) ......................................................
60
5.4 5.5 5.6 5.7 5.8 5.9
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor 1.
Halaman
Uji Multikolinearitas Faktor-faktor yang Mempengaruhi Besarnya Pengambilan Pembiayaan .........................................
93
2
Contoh Perhitungan Bagi Hasil ................................................
94
3
Contoh Formulir Pengajuan Pembiayaan BMT Madani ............
95
4
Contoh Media Publikasi BMT Madani .....................................
97
5
Contoh Kartu Angsuran Nasabah BMT Madani .......................
98
6
Data Karakteristik Nasabah Pembiayaan BMT Madani ............
99
7
Data Karakteristik Nasabah Pembiayaan Macet BMT Madani ..
102
I.
I.1
PENDAHULUAN
Latar Belakang Beberapa tahun yang lalu, masyarakat Indonesia belum banyak yang
mengetahui tentang KBMT ﴾Koperasi Baitul Maal wat Tamwil). Padahal saat itu sebenarnya telah banyak bermunculan puluhan KBMT yang beroperasi di beberapa wilayah. Namun keadaan itu lambat laun semakin berubah. Dewasa ini semakin banyak masyarakat yang mengetahui tentang KBMT meskipun hanya sebatas mengetahui namanya saja. Sementara seluk beluk KBMT, tentang bagaimana cara kerja KBMT dan lain sebagainya masih banyak masyarakat yang belum memahami sepenuhnya. Koperasi baitul maal wa tamwil sebenarnya adalah lembaga swadaya masyarakat, dalam pengertian didirikan dan dikembangkan oleh masyarakat. Terutama sekali pada awal berdiri, biasanya dilakukan dengan menggunakan sumber daya termasuk dana atau modal dari masyarakat setempat itu sendiri (Rizky, 2007). KBMT dalam pendiriannya dirancang sebagai lembaga ekonomi rakyat yang secara konsep maupun secara nyata memfokuskan kerjanya untuk membantu masyarakat bawah yang miskin. Melalui bantuan permodalan yang biasa disebut dengan pembiayaan (financing) KBMT berusaha membantu perkembangan usaha mikro dan usaha kecil. Selain memberikan permodalan, KBMT juga berusaha untuk menghimpun dana dari masyarakat sekitar. Singkatnya KBMT berusaha menjembatani usaha saling tolong menolong antara masyarakat itu sendiri.
Fakta KBMT yang paling menonjol adalah keberhasilan KBMT dalam memberikan permodalan atau pembiayaan. KBMT mampu menjangkau nasabahnasabah yang selama ini tidak mempunyai akses terhadap pembiayaan (unbankable) yang tidak dapat dijangkau oleh perbankan karena menurut perbankan terlalu beresiko. Selama ini pembiayaan yang diberikan oleh bankbank besar adalah pembiayaan dalam jumlah nominal yang besar sehingga bankbank tersebut kesulitan untuk memberikan pembiayaan dalam nominal yang kecil karena belum adanya kepercayaan dari bank kepada para pengusaha kecil, mikro dan menengah. Keadaan inilah yang menjadikan KBMT sebuah lembaga yang mampu menjangkau masyarakat bawah. Karena KBMT memang berorientasi pada masyarakat bawah maka tidak menjadi masalah bagi KBMT ketika harus memberikan pembiayaan yang hanya berbilang ratusan ribu saja. Terbukti dari pembiayaan tersebut ternyata mampu menunjang kelangsungan usaha-usaha kecil yang memang membutuhkan modal. Data yang akurat tentang KBMT sampai sekarang masih belum tersedia. Namun menurut Pusat Inkubasi Usaha Kecil (Pinbuk), sampai dengan tahun 2009 KBMT yang telah berdiri sekitar 3536 KBMT yang tersebar di beberapa tempat dan telah memiliki sekitar 3 juta lebih anggota. KBMT dalam kenyataannya merupakan lembaga pembiayaan bagi usaha masyarakat ekonomi bawah yang sebagian besar tidak memiliki akses perbankan (unbankable). Akses terhadap perbankan biasanya mensyaratkan adanya kepemilikan aset yang bersertifikat atau bukti administrasi dari penghasilan yang akan diperoleh di masa mendatang. Padahal jumlah orang yang tidak mampu memenuhinya secara potensial lebih
banyak daripada yang dapat memenuhinya. Hal inilah yang menjadi kendala bagi para pengusaha kecil, mikro dan menengah untuk mendapatkan pembiayaan dari bank. Optimisme terhadap pendekatan lembaga keuangan mikro dalam mengentaskan kemiskinan didasari pada beberapa kenyataan. Yang pertama adalah bahwa potensi usaha mikro kecil sangat besar dalam mereduksi angka kemiskinan yang masih banyak, lebih dari 20 juta rumah tangga. Kedua, mayoritas (99,66%) atau sekitar 51 juta unit usaha di Indonesia adalah usaha mikro kecil dan menengah. Tabel 1.1 Banyaknya Unit Usaha Menurut Skala Usaha Tahun 2006 & 2008 Skala usaha
Unit usaha 2006
48,101,868 98.60% 472,602 Kecil 0.97% 36,763 Menengah 0.08% 48,611,233 UMKM 99,65% 4,577 Besar 0.01% Jumlah 48,615,810 enterprise 99.66% Unit pelayanan 167,733 masyarakat 0.34% 48,783,543 Total 100.00% Sumber : Badan Pusat Statistik Mikro
2008
50,697,659 98.58% 520,221 1.01% 39,657 0.08% 51,257,537 99.66% 4,372 0.01% 51,261,909 99.67% 167,929 0.33% 51,429,838 100.00%
Pertumbuhan 2006-2008
Rata-rata setahun
5.40%
2.66%
10.08%
4.92%
7.87%
3.86%
5.44%
2.69%
-4.48%
-2.27%
5.44%
2.69%
0.12%
0.06%
5.42%
2.68%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa unit usaha yang mempunyai proporsi terbesar adalah UMKM yaitu sebesar 99.66 persen dari total keseluruhan unit usaha yang ada pada tahun 2008 dengan pertumbuhan rata-rata per tahun
sebesar 2.69 persen. Sementara perusahaan besar hanya mengambil porsi yang sangat sedikit yaitu sebesar 0.01 persen dengan pertumbuhan pertahunnya -2.27 persen. Artinya, hampir keseluruhan aktivitas usaha di Indonesia di lakukan oleh UMKM. Jika diasumsikan bahwa UMKM adalah unbankable atau tidak memiliki akses terhadap bank, maka dapat dibayangkan berapa banyak usaha-usaha UMKM yang kesulitan modal untuk menjalankan usahanya. Pada titik inilah peran lembaga keuangan mikro khususnya lembaga keuangan mikro syariah sangat penting. Dalam perannya sebagai lembaga pembiayaan yang memberikan bantuan modal kepada pengusaha kecil dan mikro, tentunya keberadaan lembaga keuangan mikro syariah atau dalam hal ini adalah KBMT sangat membantu para pengusaha kecil dan mikro yang memang sangat membutuhkan modal. Dewasa ini telah banyak ekonom yang menyadari tentang arti pentingnya UMKM yang memang menjadi basis kekuatan perekonomian Indonesia. Bank dihimbau untuk dapat memberikan kreditnya kepada sektor-sektor yang produktif. Sementara lembaga keuangan memang dititik beratkan untuk memberikan pembiayaan kepada sektor-sektor domestik seperti UMKM (Sharing). Apabila ditinjau secara makroekonomi, UMKM mempunyai pengaruh yang besar dalam kontribusinya terhadap PDB. Lebih dari separuh PDB baik pada tahun 2006 maupun 2008 dihasilkan oleh UMKM. Sisanya disumbang oleh perusahaan besar serta pemerintah. Dari kenyataan ini dapat disimpulkan bahwa UMKM mempunyai andil yang sangat besar tehadap PDB Indonesia. Jika sektor ini diabaikan maka sama artinya dengan memangkas PDB yang besarnya separuh lebih dari total PDB yang ada.
Tabel 1.2 Peranan UKM dalam Penciptaan PDB (dalam miliar rupiah) Skala usaha Mikro Kecil Menengah UMKM Besar Pemerintah Total
PDB Berlaku 2006 1,017,439 30.47% 329,215 9.86% 436,770 13.08% 1,783,424 53.41% 1,387,993 41.57% 167,800 5.03% 3,339,217 100.00%
2008 1,505,308 30.39% 473,267 9.55% 630,785 12.73% 2,609,360 52.67% 2,087,121 42.13% 257,548 5.20% 4,954,029 100.00%
Sumber : Badan Pusat Statistik Dalam menangani permasalahan permodalan UMKM, perbankan secara umum sangat terbantu dengan adanya lembaga keuangan mikro. Karena kondisi perbankan yang tidak memungkinkan untuk menjangkau sampai masyarakat bawah serta masyarakat yang berada di daerah-daerah terpencil, maka diperlukan jaringan-jaringan yang dapat menjangkaunya. Itulah peran yang diemban oleh lembaga keuangan mikro khususnya KBMT.
1.2
Perumusan Masalah KBMT Madani merupakan salah satu lembaga keuangan mikro syariah
yang telah berdiri sejak tahun 2003. Agar tetap mampu menjalankan fungsinya sebagai lembaga keuangan mikro syariah yang memberikan bantuan permodalan kepada usaha kecil serta lebih mampu meningkatkan kemampuan serta pelayanannya maka perlu dilakukan penelitian tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi besarnya pengambilan pembiayaan, proses pemberian pembiayaan kepada nasabah (apakah mudah atau sulit), serta berbagai macam permasalahan pembiayaan seperti pembiayaan macet dan lain sebagainya. Berdasarkan uraian di atas maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi besarnya pengambilan pembiayaan usaha kecil pada KBMT Madani ? 2. Bagaimana proses penyaluran pembiayaan usaha kecil yang telah dilakukan oleh KBMT Madani? 3. Bagaimana pengaruh adanya pembiayaan bermasalah terhadap KBMT Madani?
1.3
Tujuan Penelitian Berkaitan dengan latar belakang dan perumusan masalah yang telah
diuraikan, maka tujuan dari penelitian ini yaitu : 1. Menganalisis faktor-faktor
yang mempengaruhi besarnya permintaan
pembiayaan usaha kecil pada KBMT Madani 2. Menganalisis proses penyaluran pembiayaan usaha kecil yang telah dilakukan KBMT Madani 3. Menganalisis pengaruh adanya pembiayaan bermasalah terhadap KBMT Madani
1.4
Manfaat Penelitian Penulis berharap hasil penelitian ini akan dapat bermanfaat bagi penulis
pada khususnya serta masyarakat luas pada umumnya. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain : 1. Memberikan pemahaman yang semakin dalam kepada penulis mengenai lembaga keuangan mikro khususnya lembaga keuangan mikro syariah beserta seluk beluknya. 2. Memberikan masukan bagi institusi atau lembaga keuangan mikro khususnya KBMT Madani demi perkembangannya di masa mendatang.
1.5
Ruang Lingkup penelitian Penelitian ini membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
besarnya pengambilan pembiayaan, proses pembiayaan serta analisis terhadap adanya pembiayaan bermasalah yang terjadi pada KBMT Madani. Dalam penelitian ini akan dikaji sejauh mana kinerja pembiayaan yang telah dilakukan oleh KBMT Madani yang diukur dari persepsi nasabahnya. Responden yang diteliti dalam penelitian ini adalah responden yang berdomisili di sekitar KBMT Madani yaitu di daerah Pulo Empang, Ciapus dan Ciomas.
II.
2.1
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Teori-teori
2.1.1 Definisi Baitul Maal wat Tamwil KBMT merupakan kependekan dari baitul maal wa tamwil atau dapat juga ditulis dengan baitul maal wa baitul tamwil. Secara harfiah atau lughawi, baitul maal berarti rumah dana dan baitul tamwil berarti rumah usaha. Kedua pengertian tersebut memiliki makna yang berbeda dan dampak yang berbeda pula. baitul maal dengan segala konsekuensinya merupakan lembaga sosial yang berdampak pada tidak adanya profit atau keuntungan duniawi atau material di dalamnya. Sedangkan baitul tamwil merupakan lembaga bisnis yang karenanya harus dapat berjalan sesuai prinsip bisnis yakni efektif dan efisien (Azis, 2006). Sedangkan pengertian KBMT menurut Ridwan (2006) adalah organisasi bisnis yang juga berperan sebagai lembaga sosial. Sebagai lembaga sosial, baitul maal memiliki kesamaan fungsi dan peran dengan lembaga amil zakat (LAZ) atau badan amil zakat milik pemerintah, oleh karenanya, baitul maal ini harus didorong untuk mampu berperan secara professional menjadi LAZ yang mapan. Fungsi tersebut paling tidak meliputi upaya pengumpulan dana zakat, infaq, sedekah, wakaf dan sumber-sumber dana sosial yang lain, serta upaya penyaluran zakat kepada golongan yang paling berhak sesuai dengan ketentuan asnabiah (fakir, miskin, amil/pengumpul zakat, mualaf, budak yang akan dibebaskan, orang yang berhutang, dan orang yang dalam perjalanan, serta orang yang berjuang di jalan Allah).
Sedangkan Rodoni (2008) mendefinisikan KBMT sebagai sebuah lembaga ekonomi kerakyatan yang berusaha membangun kegiatan produktif dan investasi dalam rangka menumbuhkambangkan dan meningkatkan kegiatan ekonomi pengusaha kecil berdasarkan prinsip syariah dan koperasi. 2.1.2 Karakteristik UMKM UU No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM mendefinisikan UMKM sebagai: a. Usaha mikro memiliki kekayaan paling banyak Rp. 50.000.000 atau hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000 b. Usaha kecil memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp 50.000.000 sampai Rp 500.000.000 atau hasil penjualan tahunan lebih besar dari Rp 300.000.000 sampai Rp 2.500.000.000 c. Usaha Menengah memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp 500.000.000 sampai
Rp
10.000.000.000
atau
hasil
penjualan
lebih
besar
dari
Rp 2.500.000.000 sampai Rp 50.000.000.000 2.1.3 Sistem Pembiayaan Bank Syariah Pembiayaan atau financing, adalah pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan (Muhammad, 2005) Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang
merupakan defisit unit. Menurut sifat penggunaannya, pembiayaan dapat dibagi menjadi dua hal (Antonio, 2001) : 1. Pembiayaan produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha, baik usaha produksi, perdagangan, maupun investasi. 2. Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Sedangkan menurut keperluannya, pembiayaan produktif dapat dibagi menjadi dua hal. Pembagiannya adalah sebagai berikut (Antonio, 2001) : 1. Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan : a. peningkatan produksi, baik secara kuantitatif (jumlah hasil produksi), maupun secara kualitatif (peningkatan kualitas/mutu hasil produksi), b. untuk keperluan perdagangan atau peningkatan utility of place dari suatu barang. 2. Pembiayaan investasi, yaitu untuk memenuhi kebutuhan barang-barang modal (capital goods) serta fasilitas-fasilitas yang erat kaitannya dengan itu. 2.1.4 Jenis-jenis Pembiayaan Jenis pembiayaan pada bank syariah akan diwujudkan dalam bentuk aktiva produktif dan aktiva tidak produktif (Muhammad, 2005) yaitu : 1. Jenis aktiva produktif pada bank syari‟ah, dialokasikan dalam bentuk pembiayaan sebagai berikut : a. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil. Untuk jenis pembiayaan dengan prinsip ini meliputi :
1.
Pembiayaan Mudharabah Adalah perjanjian antara penanam dana dan pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya.
2.
Pembiayaan Musyarakah Adalah perjanjian di antara para pemilik dana/modal untuk mencampurkan dana/modal mereka pada suatu usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan di antara pemilik dana/modal berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya, misalnya pembiayaan modal kerja dan pembiayaan ekspor.
b. Pembiayaan dengan prinsip jual beli (piutang). Untuk jenis pembiayaan dengan prinsip ini meliputi : 1.
Pembiayaan Murabahah Perjanjian jual beli antara bank dan nasabah dimana bank syari‟ah membeli barang yang diperlukan oleh nasabah kemudian menjualnya kepada nasabah yang bersangkutan sebesar harga perolehan ditambah dengan margin yang disepakati antara bank syariah dan nasabah.
2.
Pembiayaan Salam Adalah perjanjian jual beli barang dengan cara pemesanan dengan syaratsyarat tertentu dan pembayaran harga terlebih dahulu. Pembiayaan Salam dilakukan untuk produk-produk pertanian.
3.
Pembiayaan Istishna Adalah perjanjian jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan dan penjual. Pembiayaan Istishna dilakukan untuk produk-produk infrastruktur.
c. Pembiayaan dengan prinsip sewa. Untuk jenis pembiayaan ini diklasifikasikan menjadi pembiayaan : 1.
Pembiayaan Ijarah Adalah perjanjian sewa menyewa suatu barang dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa.
2.
Pembiayaan Ijarah Muntahiya Biltamlik/Wa Iqtina Yaitu perjanjian sewa menyewa suatu barang yang diakhiri dengan perpindahan kepemilikan barang dari pihak yang memberikan sewa kepada pihak penyewa.
d. Surat berharga syariah Adalah surat bukti berinvestasi berdasarkan prinsip syariah yang lazim diperdagangkan di pasar uang dan/atau pasar modal antara lain wesel, obligasi syariah, sertifikat dana syariah dan surat berharga lainnya berdasarkan prinsip syariah. e. Penempatan Adalah penanaman dana bank syariah pada bank syariah lainnya dan/atau bank perkreditan syariah antara lain dalam bentuk giro, dan/atau tabungan wadi‟ah, deposito berjangka dan/atau tabungan mudharabah, pembiayaan yang
diberikan, Sertifikat Investasi Mudharabah Antar Bank (sertifikat IMA) atau bentuk-bentuk penempatan lainnya berdasarkan prinsip syariah. f. Penyertaan modal Adalah penanaman dana bank syariah dalam bentuk saham pada perusahaan yang bergerak di bidang keuangan syariah, termasuk penanaman dana dalam bentuk surat utang konversi (convertible bonds) dengan opsi saham (equity option) atau jenis transaksi tertentu berdasarkan prinsip syariah yang berakibat bank syariah memiliki atau akan memiliki saham pada perusahaan yang bergerak di bidang keuangan syariah. g. Penyertaan modal sementara Adalah penyertaan modal bank syariah dalam perusahaan untuk mengatasi kegagalan pembiayaan dan/atau piutang (dept to equity swap) sebagaimana dimaksud dalam ketentuan bank Indonesia yang berlaku, termasuk dalam surat utang konvesi (convertible bonds) dengan opsi saham (equity option) atau jenis transaksi tertentu yang berakibat bank syariah memiliki atau akan memiliki saham pada perusahaan nasabah. h. Transaksi rekening administratif Adalah komitmen dan kontingensi (off balance sheet) berdasarkan prinsip syariah yang terdiri atas bank garansi, akseptasi/endosemen, irrevocable Letter of credit (L/C) yang masih berjalan, akseptasi wesel impor atas L/C, dan garansi lain berdasarkan prinsip syariah.
i. Sertifikat Wadi‟ah Bank Syariah (SWBI) Adalah sertifikat yang diterbitkan Bank Indonesia sebagai bukti penitipan dana berjangka pendek dengan prinsip syariah. 2. Jenis aktiva tidak produktif yang berkaitan dengan aktivitas pembiayaan adalah berbentuk pinjaman yang disebut dengan : 1. Pinjaman Qardh Adalah penyediaan dana dan/atau tagihan antara bank syariah dengan pihak peminjam yang mewajibkan pihak peminjam melakukan pembayaran sekaligus atau secara cicilan dalam jangka waktu tertentu. 2.1.5 Siklus Pembiayaan Siklus pembiayaan yang dimulai sejak pengajuan permohonan pembiayaan hingga akhirnya disetujui, dicairkan, diawasi, dan pelunasan pembiayaan, secara grafis dapat digambarkan seperti pada gambar 2.1 berikut (Dendawijaya, 2005).
Pembiayaan bermasalah
Permohonan pembiayaan
Tambahan pembiayaan
Pelunasan pembiayaan
Analisis pembiayaan
Perjanjian pembiayaan
Pengawasan pembiayaan Pencairan pembiayaan
Gambar 2.1 Siklus Pembiayaan
2.1.6 Permohonan Pembiayaan Permohonan pembiayaan yang diajukan oleh calon nasabah kepada bank, umumnya dilakukan dengan menyampaikan dokumen-dokumen sebagai berikut (Dendawijaya, 2005) : 1.
Surat permohonan resmi
2.
Akte pendirian perusahaan
3.
Penjelasan singkat tentang rencana proyek
4.
Laporan kelayakan proyek
5.
Laporan keuangan perusahaan
6.
Informasi lain yang diminta bank seperti NPWP, keterangan domosili perusahaan, izin proyek, rekening perusahaan pada beberapa bank.
2.1.7 Kelayakan Pemberian Pembiayaan Menurut Pasal 8 UU No.7 Tahun 1992, disebutkan tentang prinsip-prinsip pemberian kredit yang berbunyi, Dalam memberikan kredit, bank umum wajib mempunyai keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi hutang pembayaran bunga dan angsuran dengan tertib dan tepat waktu sesuai dengan yang diperjanjikan. Baik bank konvensional maupun bank syariah dalam memberikan pembiayaan kepada debitur berupaya menjaga agar investasinya aman dan menguntungkan. Untuk itu bank menerapkan prinsip-prinsip dalam menilai calon debiturnya yaitu sebagai berikut (Wibowo dan Widodo, 2005): a. Character, adalah penilaian watak debitur terutama mengenai itikad baik, kejujuran, sifat, dan kepribadiannya.
b. Capacity, adalah penilaian terhadap calon nasabah dalam hal kemampuan memenuhi kewajiban yang telah disepakati. c. Capital, adalah modal yang dimiliki oleh debitur sendiri. d. Collateral, adalah nilai barang jaminan yang diberikan oleh debitur yang sepadan dengan jumlah pembiayaan yang diberikan oleh bank e. Condition, adalah kondisi dunia usaha, prospek ekonomi, dan kepastian. 2.1.8 Pelunasan Fasilitas Pembiayaan Pelunasan pembiayaan adalah dipenuhinya semua kewajiban utang nasabah terhadap bank yang berakibat hapusnya ikatan perjanjian pembiayaan (Suyatno et al, 2007). Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pelunasan pembiayaan diantaranya adalah perhitungan semua kewajiban utang nasabah harus segera diselesaikan sampai dengan tanggal pelunasan. Kewajiban yang harus diselesaikan adalah utang pokok, utang bunga/bagi hasil, denda-denda jika ada serta biaya administrasi yang diperlukan. 2.1.9 Pembiayaan Bermasalah Perkembangan pemberian pembiayaan yang paling tidak menguntungkan bagi pihak bank adalah apabila pembiayaan yang diberikannya ternyata menjadi pembiayaan bermasalah. Beberapa pengertian mengenai kategori kolektibilitas pembiayaan berdasarkan ketentuan yang dibuat Bank Indonesia adalah sebagai berikut (Dendawijaya, 2005) : 1. Pembiayaan
lancar,
pembiayaan
yang
tidak
mengalami
pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunga/bagi hasil.
penundaan
2. Pembiayaan kurang lancar, pembiayaan yang pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunga/bagi hasilnya telah mengalami penundaan selama 3 bulan dari waktu yang diperjanjikan. 3. Pembiayaan diragukan, pembiayaan yang pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunga/bagi hasilnya telah mengalami penundaan selama 6 bulan atau dua kali dari jadwal yang telah diperjanjikan. 4. Pembiayaan macet, pembiayaan yang pengembalian pokok pinjaman dan bunga/bagi hasilnya telah mengalami penundaan lebih dari satu tahun sejak jatuh tempo menurut jadwal yang telah diperjanjikan. 2.1.10 Penyelamatan Pembiayaan Bermasalah Dalam rangka mencegah terulangnya pembiayaan macet, dapat dilakukan dengan beberapa cara. Diantaranya adalah (Untung, 2005) : a. Memonitor dengan baik pemenuhan nasabah atas semua persyaratan pembiayaan kredit yang disepakati bersama antara debitur dengan bank. b. Memonitor dengan baik pemenuhan nasabah/debitur atas angsurannya sesuai dengan yang diperjanjikan c. Memonitor perkembangan usaha dan keuangan nasabah termasuk kemampuan likuiditas dan pemenuhan kewajiban debitur kepada pihak lain selain bank semisal suplier, langganan dan sebagainya. Monitoring perlu dilakukan karena dapat memberikan peringatan dini apabila nasabah mulai menunjukkan gejala mengalami kesulitan dalam memenuhi kewajiban kepada bank atau pihak ke tiga. Selain itu dengan monitoring
diharapkan akan dapat melakukan tindakan untuk mencegah timbulnya pembiayaan bermasalah pada waktu yang cepat dan tepat. Dalam usaha mengatasi timbulnya pembiayaan bermasalah, pihak bank dapat melakukan beberapa tindakan penyelamatan sebagai berikut (Dendawijaya, 2005): 1. Resceduling, penjadwalan kembali sebagian atau seluruh kewajiban debitur. Misalnya angsuran pokok pinjaman yang semula dijadwalkan akan selesai dalam jangka waktu 4 bulan diubah jadwalnya sedemikian rupa sehingga pelunasan pembiayaan akan memakan waktu 5 bulan. 2. Reconditioning,
merupakan usaha pihak
bank untuk
menyelamatkan
pembiayaan kredit yang diberikannya dengan cara mengubah sebagian atau seluruh kondisi (persyaratan) yang semula disepakati bersama pihak debitur dan dituangkan dalam perjanjian kredit pembiayaan. 3. Restructuring, adalah usaha penyelamatan kredit pembiayaan yang terpaksa harus dilakukan bank dengan cara mengubah komposisi pembiayaan yang mendasari pemberian kredit pembiayaan. 4. Kombinasi dari no. 1, 2 dan 3 5. Eksekusi. Jika semua usaha penyelamatan seperti diuraikan di atas sudah dicoba, namun nasabah masih juga tidak mampu memenuhi kewajibannya terhadap bank, maka jalan terakhir adalah bank melakukan eksekusi melalui berbagai cara di antaranya menyerahkan kewajiban kepada Badan Urusan Piutang Negara atau menyerahkan perkara ke pengadilan negeri.
2.1.11 Mekanisme Perputaran Dana KBMT Proses funding Pendiri
proses financing
SPK,SP,SW,SS
MK,MI,KO RAT
Jasa,basil,SHU Basil,fee,margin Lembaga pemodal perangsang
SPK,SP,SW,SS Jasa,basil,SHU PENGURUS
SPK,wadi‟ah titipan
OS,MMt,MMq Basil
SHU,bonus
anggota
Anggota Pokusma Calon anggota (pemanfaat dana dari KBMT)
SPK,SP,SW,SS
FC,VC PENGELOLA
Jasa,basil,SHU
kinerja
Investasi penempatan dana
Biaya operasi
Sumber : Ridwan (2006)
Gambar 2.2 Mekanisme Perputaran Dana KBMT SPK (Simpanan pokok khusus) merupakan modal awal untuk mendirikan KBMT. Jumlah kepemilikan SPK tidak dibatasi, namun jumlah kepemilikan tidak mempengaruhi hak suara dalam rapat. Dana ini umumnya ditarik dari aghniya, supaya dapat mempercepat proses pendirian KBMT dan lebih cepat meningkatkan permodalan KBMT. SP (Simpanan pokok) merupakan simpanan yang menjadi bukti keanggotaan di KBMT. Besarnya SP setiap anggota sama dan pembayarannya dapat diangsur sesuai dengan ketentuan KBMT. Anggota yang sudah melunasi SP dicatat sebagai anggota penuh, dengan segala hak dan kewajibannya, sedang yang belum melunasi SP dicatat sebagai calon anggota. Nilai SP dapat disesuaikan dengan target market masing-masing KBMT. SW (Simpanan wajib) merupakan kewajiban yang harus dibayar oleh setiap anggota KBMT sesuai dengan periode waktu yang telah ditetapkan misal
harian, mingguan, bulanan, lapanan, dan lain-lain. Penetapan periode pembayaran dapat disesuaikan dengan kesanggupan anggota dengan mempertimbangkan pendapatan anggota. Ketiga jenis sumber dana tersebut (SPK,SP,SW) dibukukan dalam rekening modal KBMT. SS (Simpanan sukarela) merupakan simpanan atau titipan anggota dan calon anggota kepada KBMT. Bisa dalam bentuk tabungan, deposito atau bentuk-bentuk lain yang sah. Atas simpanan ini, KBMT membukukannya ke dalam rekening hutang. Jasa merupakan produk KBMT (karena memang sebagai usaha jasa keuangan). Anggota yang telah memenuhi persyaratan dapat memperoleh pelayanan jasa keuangan yang ada di KBMT. Basil/ bagi hasil merupakan sejumlah imbalan yang dibayarkan karena seseorang telah memanfaatkan jasa di KBMT. SHU (Sisa hasil usaha atau laba) merupakan sisa pendapatan KBMT setelah dikurangi dengan biaya-biaya selama satu tahun. Laba SHU ini akan dibagikan kepada seluruh anggota setiap tutup buku sebanding dengan jasanya kepada KBMT. Wadi‟ah
merupakan titipan umum yang ada di KBMT dan
umumnya yang disimpan dalam produk ini dana sosial seperti zakat, infak, dan lain-lain. Bonus
merupakan imbalan yang diberikan oleh KBMT kepada
penyimpan dalam bentuk wadi‟ah. MI (Modal Investasi) merupakan pembiayaan yang diberikan oleh KBMT baik kepada anggota maupun calon anggota yang diperuntukkan pemenuhan kebutuhan investasi seperti pembelian tanah, mesin, dan lain-lain.
MK (Modal Kerja) merupakan pembiayaan yang diberikan oleh KBMT baik kepada anggota maupun calon anggota yang diperuntukkan pemenuhan kebutuhan modal kerja seperti barang dagangan, bahan baku, dan lain-lain. KO/ konsumtif merupakan pembiayaan yang diberikan oleh KBMT baik kepada anggota maupun calon anggota yang diperuntukkan bagi pemenuhan kebutuhan konsumtifnya seperti pembelian perabot rumah tangga, kendaraan tidak untuk usaha, dll. Fee merupakan imbalan jasa yang harus dibayarkan oleh anggota yang memanfaatkan jasa di KBMT dalam produk hiwalah, kafalah, wahalah,dan lainlain. Margin merupakan keuntungan dari pembiayaan jual beli antara KBMT dengan anggota melalui produk murabahah, salam, dan istisna’. OS/Obligasi Syariah merupakan bentuk surat berharga bagi hasil dengan jangka waktu yang panjang. Obligasi syariah merupakan alternatif penempatan dana yang perspektif. MMt (mudharabah mutlaqah) merupakan bentuk penempatan atau pembiayaan yang tidak ada ikatan khusus baik dalam jenis usaha, tempat, waktu dan lain-lain. MMq (mudharabah muqayyadah) merupakan bentuk penempatan dana atau pembiayaan yang di dalamnya terdapat aturan khusus seperti pembatasan jenis usaha, waktu, tempat, dll. FC (fix cost) merupakan biaya tetap yang harus dikeluarkan oleh KBMT meskipun produksi menurun atau biaya yang tetap harus dibayarkan dan tidak terpengaruh dengan omzet penjualan maupun volume produksi. VC (variable cost) merupakan kebalikan dari FC. Yakni sejumlah biaya yang hanya akan dikeluarkan sebanding dengan tingkat produksi maupun penjualan.
2.2
Penelitian Terdahulu Aryati (2006) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Permintaan
dan Efektifitas Pembiayaan Usaha Kecil Pada Lembaga Keuangan Mikro Syariah KBMT Khidmatul Ummah, Kecamatan Cibungbulang, Bogor” menyatakan bahwa pembiayaan yang diberikan dipengaruhi secara nyata oleh skala usaha, lama menjadi nasabah, dan jenis usaha. Sedangkan biaya peminjaman serta agunan tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan pembiayaan. Adapun besarnya pendapatan nasabah setelah melakukan pembiayaan mengalami peningkatan. Akan tetapi dampak pembiayaan terhadap keuntungan nasabah tidak berpengaruh secara nyata. Hal ini mengindikasikan bahwa peranan pembiayaan belum menunjukkan pengaruh yang besar dalam meningkatkan keuntungan usaha nasabah yang mengindikasikan bahwa pengelolaan pembiayaan untuk dana usaha belum terlaksana dengan baik yang dimungkinkan dari banyak pengaruh baik internal maupun eksternal. Hidayat
(2004)
dalam
penelitiannya
yang
berjudul
“Efektifitas
Pembiayaan Pola Bagi Hasil Pada Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Hubbul Wathon, Kecamatan Cilamaya, Kabupaten Karawang, Jawa Barat “ menyatakan bahwa diantara faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan pembiayaan oleh nasabah KBMT Hubbul Wathon adalah nisbah bagi hasil, pendapatan keluarga, pengalaman usaha, frekuensi pinjaman, besar tunggakan, jangka waktu angsuran, jumlah tanggungan keluarga dan tingkat pendidikan. Namun diantara faktor-faktor tersebut, faktor besar tunggakan dan jangka waktu angsuran berpengaruh secara nyata. Nasabah dalam hal ini benar-benar merasakan manfaat dari pembiayaan
yang diberikan oleh BMT. Nasabah merasakan kemudahan dalam pengajuan pembiayaan. mulai dari prosedur, persyaratan, jangka waktu realisasinya yang relatif cepat, biaya administrasi yang kecil, serta karakteristik petugas BMT yang ramah dan terbuka. Akan tetapi dampak dari pembiayaan yang diberikan oleh BMT tidak sesuai dengan apa yang diharapkan sehingga efektifitas pembiayaan yang telah dilakukan oleh BMT dirasa belum sepenuhnya tercapai dibuktikan dengan frekuensi pinjaman yang rendah serta tunggakan pembiayaan yang semakin meningkat. 2.3
Kerangka Pemikiran Diantara faktor-faktor yang diduga mempengaruhi permintaan pembiayaan
adalah nisbah, pendapatan usaha, pengalaman usaha, frekuensi pinjaman, besar tunggakan, jangka waktu angsuran, jumlah tanggungan keluarga, tingkat pendidikan dan besar angsuran. Faktor-faktor tersebut mempengaruhi nasabah untuk mengajukan pembiayaan kepada KBMT. Dalam menyalurkan dananya dalam bentuk pembiayaan atau financing, KBMT memberikan beberapa persyaratan kepada nasabah selayaknya bank-bank umum namun lebih ringan dan memudahkan. Setelah pembiayaan diberikan kepada nasabah maka nasabah memiliki kewajiban untuk mengembalikan pembiayaan tersebut baik pokok dan bagi hasil atau nisbahnya. Dalam pengembalian pembiayaan ini ada nasabah yang mengembalikannya dengan lancar dan ada yang tidak, yang akhirnya menimbulkan
adanya
pembiayaan
bermasalah.
Bagi
nasabah
yang
mengembalikan pembiayaan dengan lancar, diduga pembiayaan tersebut memberikan dampak tersendiri terhadap usaha nasabah tersebut baik dari segi
pendapatan, kondisi usaha, kesejahteraan keluarga ataupun kepemilikan aset. Sedangkan pembiayaan bermasalah yang menimpa nasabah KBMT akan berpengaruh terhadap permodalan dari KBMT. Semua kegiatan dari KBMT mulai dari pengumpulan dana, penyaluran dana dan penanggulangan pembiayaan yang bermasalah akhirnya bermuara pada evaluasi KBMT itu sendiri. Evaluasi ini diharapkan oleh KBMT akan dapat meningkatkan kinerja, pelayanan, dan segala macam hal yang bertujuan untuk memajukan KBMT. Secara grafis kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.3 berikut ini.
Penghimpunan dana pada KBMT
Dana simpanan masyarakat Faktor yang mempengaruhi besarnya pengambilan pembiayaan - nisbah - pendapatan - pengalaman usaha - frrekuensi pinjaman - besar tunggakan - jangka waktu angsuran - jumlah keluarga - tingkat pendidikan - besar angsuran
Respon pengembalian pembiayaan oleh nasabah - Pembiayaan lancar - Pembiayaan kurang lancar - Pembiayaan dalam perhatian khusus - Pembiayaan diragukan - Pembiayaan macet
Penyaluran dana (pembiayaan)
Kelancaran pengembalian pembiayaan
Evaluasi
Peningkatan kinerja, pelayanan, aset, dll
Keterangan : = lingkup permasalahan Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran
2.4
Hipotesis Penelitian Dari perumusan masalah dan tujuan penelitian yang pertama dapat
dihipotesiskan bahwa : 1. Nisbah berpengaruh positif terhadap besarnya pengambilan pembiayaan karena bagi hasil dihitung dari pendapatan nasabah, sementara nasabah dengan pendapatan yang besar cenderung mengambil pembiayaan dalam jumlah yang besar pula. 2. Pendapatan usaha keluarga berhubungan positif dengan besarnya pengambilan pembiayaan. Karena semakin besar pendapatan keluarga yang didapat maka akan semakin besar pula kemampuan nasabah tersebut dalam
membayar
angsuran. 3. Pengalaman usaha nasabah berhubungan positif dengan besarnya pengambilan pembiayaan. Semakin lama pengalaman usaha nasabah, maka akan semakin matang
nasabah tersebut dalam mengatur keuangannya sehingga nasabah
tersebut akan faham betul menentukan besarnya penarikan pembiayaan dan mampu mengelolanya dengan baik. 4. Frekuensi pinjaman berhubungan positif dengan besarnya pengambilan pembiayaan. Semakin besar frekuensi pinjaman maka akan semakin besar juga kepercayaan KBMT terhadap nasabah. Sehingga peluang nasabah tersebut untuk menaikkan jumlah pinjamannya akan semakin luas. 5. Jangka waktu angsuran berhubungan positif dengan besarnya pengambilan pembiayaan. Jika jangka waktu angsuran yang ditetapkan lama, maka akan memudahkan bagi nasabah dalam angsurannya, sehingga dapat mendorong
nasabah untuk kembali mengambil pembiayaan karena pembiayaan tersebut dirasakan mudah oleh mereka. 6. Besar
angsuran
berhubungan
negatif dengan
besarnya
pengambilan
pembiayaan. Semakin besar jumlah angsuran yang harus dibayarkan maka semakin kecil peluang nasabah untuk mengambil pembiayaan. 7. Jumlah
tanggungan keluarga
berhubungan
negatif
dengan
besarnya
pengambilan pembiayaan karena jumlah tanggungan tersebut berkorelasi dengan pendapatan nasabah yang dibelanjakan untuk kebutuhan keluarganya. Jumlah tanggungan keluarga yang banyak akan mempengaruhi kemampuan nasabah dalam membayar angsurannya. 8. Tingkat pendidikan berhubungan positif dengan besarnya pengambilan pembiayaan. Tingkat pendidikan nasabah akan mempengaruhi kemampuan nasabah tersebut dalam memahami prosedur-prosedur pembiayaan serta administrasi.
III.
3.1
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Baitul Maal Wat Tamwil (KBMT) Madani
yang beralamat di Jl. Raya Pulo Empang No. 42 Bogor, Jawa Barat. Pemilihan KBMT dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa KBMT ini memfokuskan pada pengembangan unit simpan pinjam dengan pola profit and loss sharing. Selain itu lokasi KBMT mudah dijangkau oleh peneliti. Pengumpulan data dilaksanakan dari bulan Mei hingga Agustus 2009. 3.2
Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
dengan metode wawancara. Informasi, keterangan, atau data diperoleh langsung dari responden atau nasabah dari KBMT Madani dengan cara wawancara dengan menggunakan kuesioner yang telah disusun. Kuesioner yang diajukan kepada responden terdiri atas beberapa pertanyaan tentang karakteristik dan keragaan usaha responden, tanggapan nasabah terhadap kegiatan pembiayaan KBMT, tahap-tahap
pembiayaannya
seperti
pengajuan
pembiayaan,
penyaluran
pembiayaan, pemanfaatan atau penggunaan dana pembiayaan, pengembalian pembiayaan dan dampak pembiayaan terhadap nasabah. Metode pengumpulan data nasabah KBMT Madani yang terkena pembiayaan macet tidak dilakukan melalui wawancara dan kuesioner karena nasabah pembiayaan macet sulit ditemui. Data nasabah pembiayaan macet didapat dari arsip-arsip yang dimiliki oleh KBMT.
3.3
Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif yang berkaitan dengan penelitian ini. Data primer didapatkan dari hasil penyebaran kuesioner kepada para nasabah responden dan hasil wawancara langsung dengan pihak pengelola KBMT. Sedangkan data sekunder didapatkan dari berbagai arsip dan administrasi KBMT serta pustaka dan literatur terkait yang diperlukan untuk menunjang pembuatan laporan akhir ini. Jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut ini. Tabel 3.1 Jenis Data yang Dibutuhkan Dalam Penelitian di KBMT Madani Tahun 2009 Jenis Data I. Data Kuantitatif a. Jumlah pengambilan pembiayaan b. Nisbah c. Pendapatan usaha keluarga d. Pengalaman usaha e. Frekuensi pinjaman f. Jangka waktu angsuran g. Jumlah tanggungan keluarga h. Besar angsuran i. Usia nasabah j. Sisa angsuran nasabah pembiayaan macet k. Tingkat Pendidikan II. a. b. c. d. e. f.
Data Kualitatif Tahap pengajuan pembiayaan Tahap penyaluran pembiayaan Tahap pengembalian pembiayaan Dampak pembiayaan terhadap nasabah Jenis kelamin Jenis usaha
Satuan Rupiah Rupiah/hari Rupiah/hari Tahun Kali Hari Orang Rupiah/hari Tahun Rupiah
3.4
Metode Pengambilan Contoh Pengambilan contoh dilakukan dengan teknik judgment (purposive)
sampling.
Yaitu
prosedur
dimana
dalam
memilih
contoh berdasarkan
pertimbangannya tentang beberapa karakteristik yang cocok berkaitan dengan anggota contoh yang diperlukan untuk menjawab tujuan penelitiannya (Juanda, 2007). Contoh (sampel) yang diambil adalah nasabah penbiayaan KBMT Madani pada tahun 2009 yaitu sebanyak 30 nasabah pembiayaan lancar dan 30 nasabah pembiayaan macet yang tersebar di daerah Empang, Ciomas dan Ciapus. 3.5
Metode Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh merupakan data kualitatif dan data kuantitatif.
Pengolahan dan analisis data untuk menjawab tujuan penelitian dilakukan dengan dua metode. Untuk data kualitatif digunakan metode analisis deskriptif. Sedangkan untuk data kuantitatif, pengolahan dan analisis data yang digunakan yaitu dengan analisis kuantitatif menggunakan model ekonomi. 3.5.1 Analisis Deskriptif. Data yang bersifat kualitatif akan dianalisis secara deskriptif. Diantara data kualitatif yang akan dianalisis secara deskriptif adalah respon nasabah responden terhadap tahap-tahap pengajuan pembiayaan yang terdiri atas persyaratan awal pembiayaan, proses pembiayaan, jaminan, dan keramahan petugas KBMT dalam menangani pengajuan pembiayaan, tahap pencairan pembiayaan yang terdiri atas realisasi pembiayaan, biaya administrasi pembiayaan, besarnya pembiayaan dan kemampuan
KBMT
dalam
memenuhi
permintaan
pembiayaan,
tahap
pengembalian pembiayaan yang terdiri atas besarnya angsuran, jangka waktu
angsuran, keaktifan petugas dalam melakukan penagihan di lapang dan keuntungan bagi KBMT. Jawaban dari nasabah responden dikelompokkan menjadi tiga jawaban yaitu : mudah, sedang dan sulit. Untuk data kualitatif mengenai nasabah pembiayaan macet dianalisis secara deskriptif tentang penyebab macet pembiayaannya. 3.5.2 Analisis Kuantitatif Selain data kualitatif, data yang diperoleh dari responden yang lain adalah data kuantitatif. Data kuantitatif tersebut diolah dan dianalisis menggunakan metode statistik sebagai dasar dalam menjelaskan faktor-faktor yang diduga mempengaruhi besarnya pengambilan pembiayaan. Besarnya pengambilan pembiayaan diduga dipengaruhi oleh nisbah. Antara nisbah dengan besarnya pengambilan pembiayaan berhubungan secara positif. Karena semakin besar jumlah pembiayaan yang diambil maka nisbah yang diberikan kepada KBMT akan semakin besar pula. Pendapatan usaha keluarga diduga juga mampu mempengaruhi besarnya pengambilan pembiayaan. Karena semakin besar pendapatan keluarga yang didapat maka akan semakin besar pula kemampuan nasabah tersebut dalam membayar angsuran. Dan semakin kecil pendapatan yang didapat, maka semakin kecil pula kemampuannya dalam membayar angsuran. Faktor lainnya yang diduga mempengaruhi besarnya pengambilan pembiayaan adalah pengalaman usaha. Semakin lama pengalaman usaha nasabah maka akan semakin matang
nasabah tersebut dalam mengatur keuangannya
sehingga nasabah tersebut akan faham betul menentukan besarnya pengambilan pembiayaan dan mampu mengelolanya dengan baik. Frekuensi pinjaman diduga juga mempengaruhi besarnya pengambilan pembiayaan. Semakin besar frekuensi pinjaman maka akan semakin besar juga kepercayaan KBMT terhadap nasabah. Sehingga peluang nasabah tersebut untuk menaikkan jumlah pinjamannya akan semakin luas. Faktor lainnya yang diduga mempengaruhi besarnya pengambilan pembiayaan adalah jangka waktu angsuran. Jika jangka waktu angsuran yang ditetapkan lama, maka akan memudahkan bagi nasabah dalam angsurannya, sehingga dapat mendorong nasabah untuk kembali mengambil pembiayaan karena pembiayaan tersebut dirasakan mudah oleh mereka. Besar angsuran juga diduga mempengaruhi besarnya pengambilan pembiayaan, karena semakin besar jumlah angsuran yang harus dibayarkan maka semakin kecil peluang nasabah untuk mengambil pembiayaan. Faktor jumlah tanggungan keluarga nasabah juga diduga mempengaruhi besarnya pengambilan pembiayaan karena jumlah tanggungan tersebut berkorelasi dengan pendapatan nasabah yang dibelanjakan untuk kebutuhan keluarganya. Jumlah tanggungan keluarga yang banyak akan mempengaruhi kemampuan nasabah dalam membayar angsurannya. Tingkat pendidikan juga diduga mempengaruhi pengambilan pembiayaan. Tingkat pendidikan nasabah akan mempengaruhi kemampuan nasabah tersebut dalam memahami prosedur-prosedur pembiayaan serta administrasi.
Berdasarkan faktor-faktor yang telah diuraikan tersebut, maka faktorfaktor yang diduga mempengaruhi besarnya pengambilan pembiayaan secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut : Ln Y = a0 + b1lnBG + b2 lnPUK + b3 ln PU + b4 lnFP + b5ln JA + b6 lnJT + b7 lnBA + c1D1 + c2D2 + c3D3 + ei Keterangan : Y BG PUK PU FP JA JT BA D1-3
= besarnya pembiayaan yang diambil (rupiah) = nisbah (rupiah/hari) = pendapatan usaha keluarga (rupiah/hari) = pengalaman usaha (tahun) = frekuensi pinjaman (kali) = jangka waktu angsuran (hari) = jumlah tanggungan keluarga (orang) = besar angsuran (rupiah/hari) = tingkat pendidikan D1 bernilai 1 jika tingkat pendidikan „SD‟ dan 0 untuk yang lain D2 bernilai 1 jika tingkat pendidikaan „SLTP” dan 0 untuk yang lain D3 bernilai 1 jika tingkat pendidikan “SMA” dan 0 untuk yang lain Dan kategori yang diabaikan atau menjadi dasar yaitu nasabah dengan tingkat pendidikan perguruan tinggi a0 = konstanta b1-b7 = koefisien persamaan logaritma natural c1-c3 = koefisien dummy ei = peubah pengganggu Adapun asumsi dalam estimasi fungsi dengan menggunakan metode Ordinary Least Squares (OLS) adalah sebagai berikut (Gujarati, 2003) : a. E (ei) = 0 untuk setiap i ; nilai yang diharapkan bersyarat (conditional expected value) dari ei tergantung pada variabel bebas Xi tertentu adalah nol. b. Cov (ei, ej) untuk i tidak sama dengan j (asumsi non-autokorelasi); artinya gangguan tidak berkorelasi serial.
c. Var (ei) = δ2 untuk tiap i (asumsi homoskedastisitas); artinya varians ei untuk setiap variabel bebas Xi (varian bersyarat untuk ei) adalah suatu angka konstan positif yang sama dengan δ2. d. Cov (ei , Xi) = 0; artinya gangguan ei dan variabel yang menjelaskan Xi tidak berkorelasi. e. Tidak ada multikolinearitas yang berarti, yaitu tidak terdapat hubungan linier yang pasti antara variabel yang menjelaskan. Selanjutnya setelah pengestimasian model dilanjutkan dengan pengujian asumsi dari model tersebut terhadap masalah-masalah yang ada dalam regresi linier. Pertama pengujian terhadap ada tidaknya masalah multikolinearitas berdasarkan nilai Value Inflation Factor (VIF) yang diperoleh. Kedua pengujian terhadap ada tidaknya masalah autokorelasi dengan metode Breusch-Godfrey dan pengujian
terhadap
ada
tidaknya
masalah
heteroskedastisitas
dengan
menggunakan White Heteroskedasticity. Model terbaik adalah besarnya adjusted R2 mendekati 100%, serta tidak adanya masalah multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas. 3.6
Definisi Operasional Y (besar pembiayaan yang diambil) adalah jumlah pembiayaan yang
disetujui oleh KBMT untuk diberikan kepada nasabah. BG (nisbah) adalah margin yang diberikan nasabah kepada KBMT pada akad murabahah atau jual beli. Pada akad murabahah atau jual beli. KBMT berperan sebagai pihak yang membeli semua barang yang dibutuhkan oleh nasabah. Jumlah pembiayaan yang diberikan KBMT kepada nasabah digunakan untuk membeli kebutuhan barang nasabah.
Selanjutnya nasabah membeli kebutuhan barangnya dari KBMT dengan cara diangsur sesuai dengan jangka waktu angsuran yang ditetapkan. Harga barang yang dibeli nasabah dari KBMT lebih tinggi daripada harga barang yang dibeli oleh KBMT. Namun, kelebihan harga ini telah disepakati oleh kedua belah pihak sebelumnya. Kelebihan harga inilah yang selanjutnya disebut sebagai margin. Pendapatan usaha keluarga (PUK) adalah pendapatan usaha dari nasabah yang menerima pembiayaan dari KBMT. Pendapatan usaha keluarga (PU) tiap nasabah berbeda-beda ada yang harian, mingguan dan bulanan. Pengalaman usaha nasabah dihitung dari pertama nasabah tersebut memulai usahanya. Frekuensi pinjaman (FP) adalah banyaknya intensitas nasabah mengambil pembiayaan di KBMT Madani. Jangka waktu angsuran (JA) adalah jangka waktu yang diberikan oleh KBMT Madani kepada nasabah untuk mengembalikan pembiayaan yang diambilnya. Jangka waktu angsuran nasabah berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya sesuai dengan kesepakatan KBMT dengan nasabah. Jangka waktu angsuran nasabah responden dalam penelitian ini mayoritas adalah 120 hari. Jumlah tanggungan keluarga (JT) adalah jumlah jiwa dalam keluarga nasabah penerima pembiayaan yang kebutuhan sehari-harinya harus dipenuhi oleh nasabah penerima pembiayaan. Besar angsuran (BA) adalah sejumlah uang yang harus dibayarkan oleh nasabah setiap harinya selama jangka waktu angsuran yang telah ditetapkan.
IV.
4.1
GAMBARAN UMUM
Profil Lembaga KBMT (Koperasi baitul maal wa tamwil) Madani mulai beroperasi pada
tanggal 2 Juni 2003. Pada awalnya KBMT ini berlokasi di Jl. Sedane, Empang, Bogor. Kemudian pada tahun 2005 berpindah ke Jl. Ketapang, Pancasan. Sejak bulan November 2006 hingga saat ini, KBMT Madani berkantor di Jl. Raya Pulo Empang No. 42, Bogor. KBMT Madani mulai berbadan hukum koperasi tanggal 3 Maret 2008, melalui Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Dan Menengah Republik Indonesia No. 01/BH/XIII.5/DEPERINDAGKOP, tentang Pengesahan Akta Pendirian Koperasi. Sejak awal pendirian, KBMT Madani menawarkan produk simpanan dan pembiayaan dengan sistem syariah. Pembiayaan yang ditawarkan dibatasi bagi mereka yang ingin menambah modal usaha. Pada saat itu, karena masih terbatasnya dana yang ada, KBMT Madani hanya memberlakukan sistem angsuran harian dan mingguan. Saat ini, dengan semakin berkembangnya KBMT Madani, maka produk yang ditawarkan pun lebih beragam. Untuk simpanan sukarela, KBMT Madani menawarkan 2 produk yaitu Taslimah dan Paket Lebaran. Selain produk Taslimah dan Paket Lebaran, KBMT Madani juga menawarkan produk deposito. Produk yang beragam ini dimaksudkan untuk menggalang dana masyarakat/anggota yang lebih besar, dan disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan masyarakat. Sedangkan untuk pembiayaan, pada prinsipnya masih sama dengan produk yang ditawarkan pada awal pendirian. Tetapi jenis angsurannya lebih beraneka ragam, yaitu harian, mingguan, bulanan dan jatuh tempo, sesuai dengan jenis usaha yang
dibiayai. Hal ini bertujuan untuk memaksimalkan pengguliran dana, dan menjaring nasabah yang lebih banyak. 4.2
Visi Menjadi Lembaga Keuangan Mikro Syariah yang terpercaya, amanah dan
profesional, memiliki posisi tawar, daya saing dan menjadi pilihan bagi masyarakat serta berperan melakukan pemberdayaan kaum dhuafa dan mustadh’afin. 4.3
Misi
1. Pemulihan dan pemberdayaan ekonomi bagi kaum dhuafa, mustadh’afin dan usaha kecil melalui bantuan modal kerja, pelatihan dan pendampingan usaha. 2. Menumbuhkan dan mengembangkan kelompok usaha di masyarakat yang memiliki jaringan ekonomi kejama‟ahan. 3. Membangun lembaga yang mampu menjadi wahana berkarya dan beribadah bagi para kadernya. 4. Meningkatkan produktifitas, kualitas, dan kuantitas kegiatan usaha kecil. 5. Membebaskan umat dari cengkeraman ekonomi rente/riba. 4.4
Produk-produk KBMT
4.4.1 Simpanan Sukarela a.
Taslimah Produk simpanan pertama KBMT Madani. Diperuntukkan bagi siapa saja,
dan diwajibkan bagi mitra yang mempunyai pembiayaan di KBMT Madani. Taslimah digunakan sebagai jaminan primer bagi pembiayaan mitra. Setoran awal minimal Rp. 10.000 dan selanjutnya minimal Rp. 5.000. Biaya administrasi
Rp. 2.000 dikenakan pada saat penggantian buku dan penutupan rekening. Bagi mitra yang tabungannya tidak bermutasi selama 6 bulan berturut-turut dikenakan biaya sebesar Rp. 3.000. b.
Paket Lebaran Salah satu produk simpanan baru yang berlaku mulai akhir tahun 2008
yang lalu. Sasarannya ialah masyarakat umum yang ingin menyimpan dananya untuk keperluan Idul Fitri. Setoran berkisar antara Rp. 1.000 – Rp. 5.000 per hari, sesuai kemampuan mitra. Biaya administrasi Rp. 2.000 untuk penggantian buku. Simpanan ini hanya dapat diambil menjelang Idul fitri. Mitra yang mengambil dananya sebelum waktu yang ditetapkan dikenakan denda. Besarnya denda adalah 10% dari saldo, atau minimal Rp. 10.000 dan maksimal Rp. 50.000. c.
Simpanan sukarela yang lain diantaranya adalah tabungan pendidikan,
tabungan walimah, tabungan haji, dan tabungan qurban. 4.4.2 Deposito Deposito diperuntukkan bagi masyarakat umum yang ingin menyimpan dananya di KBMT Madani dan memiliki kepastian untuk tidak akan menarik dananya dalam jangka waktu yang disepakati. Berdasarkan penggunaan dananya, deposito dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu : a.
Deposito Mudhorobah Muqayyadah Penggunaan dananya hanya untuk membiayai usaha tertentu. Dengan
demikian bagi hasil yang diberikan juga hanya berasal dari usaha tersebut dan besarnya sesuai kesepakatan awal.
b.
Deposito Mudhorobah Mutlaqqoh Penggunaan dananya diserahkan sepenuhnya kepada pihak KBMT. Bagi
hasil yang diberikan berasal dari pendapatan operasional KBMT (pendapatan dari pembiayaan) dan besarnya sesuai ketetapan yang berlaku. 4.4.3 Pembiayaan a.
Murobahah (jual beli) Jual beli barang yang mana KBMT memperoleh kelebihan pengembalian
dari harga asal sesuai tawar-menawar dan kesepakatan antara KBMT sebagai penjual dan mitra sebagai pembeli. Dalam hal ini penjual harus mengetahui harga pokok barang tersebut. Pembayarannya dapat secara kontan maupun angsuran. b.
Mudhorobah (bagi hasil modal murni) Kerjasama usaha yang mana seluruh modal berasal dari KBMT sebagai
pemilik modal dan dikelola oleh pihak lain selaku pengelola. Pembagian keuntungan sesuai kesepakatan bersama. Kerugian yang timbul menjadi tanggungan pemilik modal selama hal itu tidak disebabkan kelalaian pengelola. c.
Musyarakah (bagi hasil modal bersama) Kerjasama usaha yang mana pihak-pihak yang terlibat masing-masing
memberikan kontribusi dana. Keuntungan yang diperoleh sesuai porsi modal. Dalam sistem ini, bukan hanya keuntungan yang dibagi, tapi kerugian pun ditanggung bersama. d.
Ijarah (sewa) Pembiayaan yang mana dana digunakan untuk menyewa sesuatu barang
atau tempat. Keuntungan yang diperoleh KBMT berdasarkan kesepakatan.
e.
Al Hiwalah (pengalihan hutang) KBMT mengambil alih pembayaran hutang mitra. Mitra selanjutnya
membayar hutang kepada KBMT dengan cara angsuran. Mitra hanya membayar hutang pokoknya saja. Pengalihan hutang ini diperuntukkan mitra lama, yang telah diketahui kebaikan angsurannya. f.
Qordh (pinjaman) Pinjaman untuk biaya pendidikan, kesehatan, dan lain-lain. Mitra hanya
membayar hutang pokok kepada KBMT. Qordh, sebagaimana Al Hiwalah, juga diperuntukkan mitra lama yang telah diketahui kebaikan angsurannya. 4.5
Perkembangan KBMT
4.5.1 Kondisi Keanggotaan Jumlah anggota atau mitra bagi KBMT dari tahun ke tahun semakin meningkat. Mitra KBMT ada yang merupakan mitra pembiayaan dan ada yang merupakan mitra penabung saja. Mitra pembiayaan secara otomatis menjadi penabung juga di KBMT Madani, karena setiap mitra yang memperoleh pembiayaan dari KBMT Madani wajib menabung di KBMT Madani. Data perkembangan jumlah anggota KBMT Madani dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini. Tabel 4.1 Perkembangan Jumlah Anggota KBMT Madani (jiwa) Tahun Jumlah mitra pembiayaan pasif Jumlah mitra pembiayaan aktif Total
2006
2007
2008
137
165
289
193
225
271
330
390
560
Sumber : Laporan Tahunan KBMT Madani (diolah)
4.5.2 Kondisi Keuangan Kondisi keuangan KBMT Madani dari tahun ke tahun semakin meningkat. Hal ini terlihat dari jumlah pendapatan serta keuntungan yang didapat oleh KBMT dari tahun ke tahun semakin meningkat. Perkembangan pendapatan serta keuntungan KBMT Madani dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini. Tabel 4.2 Perkembangan Keuangan KBMT Madani Tahun 2006-2008 (rupiah) Keterangan Pendapatan usaha Biaya usaha Keuntungan
2006 64.306.170,52 63.569.596,43 736.574,09
2007 67.911.123,30 63.096.741,79 4.814.381,51
2008 136.353.061,00 102.674.982,94 33.678.078,06
Sumber : Laporan Keuangan KBMT Madani 2008 4.6
Struktur Organisasi
RAT
Badan penasehat/ pembina syariah
Pengurus - Ketua - Wakil ketua - Sekretaris - Bendahara - Pembantu umum
Badan pengawas
manajer Kasir
Juru buku
Anggota Keterangan : : garis komando : garis koordinasi Gambar 4.1 Struktur Organisasi KBMT Madani
V.
5.1
PEMBAHASAN
Karekteristik Responden
5.1.1 Daerah Asal Responden Responden dalam penelitian ini tersebar pada daerah Ciomas, Empang, dan Ciapus. Hal ini dikarenakan ketiga daerah tersebut berdekatan dengan lokasi KBMT yaitu di Jl. Sedane, Empang, Bogor. Tujuan diambilnya sampel responden pada ketiga daerah tersebut adalah untuk memudahkan peneliti dalam melakukan wawancara kepada responden. Pada awal sebelum KBMT Madani berdiri, nasabah di daerah Empang dan sekitarnya mengajukan pembiayaan pada KBMT di daerah Ciawi. Hal ini tentu menyulitkan nasabah dari segi waktu dan biaya karena perjalanan yang harus ditempuh memerlukan biaya dan waktu yang tidak sedikit. Berdirinya KBMT Madani di daerah Empang tentu sangat memudahkan nasabah karena lebih dekat dari tempat tinggal atau tempat usaha nasabah. 5.1.2 Umur dan pendidikan responden Umur dan pendidikan nasabah dari KBMT Madani beragam. Penyebaran umur dan pendidikan nasabah responden dapat dilihat pada Tabel 5.1 berikut ini. Tabel 5.1 Umur dan Pendidikan Nasabah Responden KBMT Madani Umur NPR SD SMP SMA (tahun) 20-35 0 0 1 36-50 2 0 2 51-65 5 1 1 Sumber : Data Primer, 2009 (diolah)
NPS
NPT
PT
SD
SMP
SMA
PT
SD
SMP
SMA
PT
1 0 0
1 2 0
3 0 0
3 1 1
1 1 0
0 0 0
0 1 0
1 2 0
0 0 0
Keterangan : NPR (Nasabah Pembiayaan Rendah) : ≤ Rp. 1.000.000 NPS (Nasabah Pembiayaan Sedang) : Rp. 1.000.000 < x ≤ Rp. 4.000.000 NPT (Nasabah Pembiayaan Tinggi) : > Rp. 4.000.000
Dari Tabel 5.1 dapat dilihat bahwa semakin tinggi usia nasabah kecenderungannya adalah mengambil pembiayaan kecil. Tidak banyak nasabah yang mengambil pembiayaan tinggi. Hal ini dikarenakan oleh beberapa faktor terutama adalah resiko. Baik resiko usaha maupun resiko dalam pengembalian angsuran. Dari Tabel 5.1 dapat dilihat bahwa semakin tinggi pendidikan nasabah maka semakin tinggi pembiayaan yang diambil. Namun hal ini tidak berlaku bagi nasabah yang mengambil pembiayaan tinggi. Nasabah responden yang mengambil pembiayaan tinggi hanya empat orang yang berpendidikan SMP dan SMA. Sementara itu nasabah dengan tingkat pendidikan perguruan tinggi tersebar pada pembiayaan rendah dan sedang. Hal ini menunjukkan bahwa dalam mengelola sebuah usaha, bukan hanya tingkat pendidikan saja yang harus diperhatikan namun juga pengalaman usaha, skill, manajemen keuangan yang baik dan lain sebagainya. 5.1.3 Jenis pekerjaan responden Jenis pekerjaan nasabah responden beragam. Bidang pekerjaan nasabah pun beragam mulai dari bidang jasa, warung makan, toko dan lain sebagainya. Jenis pekerjaan nasabah responden dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut ini. Tabel 5.2 Jenis Pekerjaan Nasabah Responden KBMT Madani Jenis Pekerjaan Nasabah Sembako Warung (toko) Jasa Warung makan Produksi
Orang 0 2 4 3 0
Sumber : Data Primer 2009 (diolah)
NPR % 0 6.67 13.33 10 0
NPS Orang % 2 6.67 10 33.3 2 6.67 2 6.67 1 3.33
Orang 0 0 2 2 0
NPT % 0 0 6.67 6.67 0
Berdasarkan data pada table 5.2, mayoritas nasabah menjalankan usaha toko. Disusul kemudian dengan usaha jasa seperti jasa angkutan umum, fotokopi, penyewaan properti perkawinan dan kredit. Untuk jenis usaha produksi hanya tercatat satu orang yang menjalankan usaha produksi sabun. Nasabah dengan pembiayaan rendah menggeluti usaha warung makan, toko dan jasa. Hal ini dikarenakan jenis usaha tersebut tidak memerlukan modal yang besar (karena skala usaha nasabah yang bersangkutan masih tergolong kecil). Namun bagi nasabah yang memiliki skala usaha sedikit besar dengan jenis usaha tersebut tersebar pada pembiayaan sedang dan tinggi. Sementara itu jenis usaha seperti warung sembako serta produksi tersebar pada nasabah pada pembiayaan sedang karena memang jenis usaha ini memerlukan modal yang cukup besar. 5.1.4 Pengalaman Usaha Pengalaman
usaha
merupakan
salah
satu
aspek
yang
menjadi
pertimbangan bagi KBMT untuk memberikan pembiayaan. Bagi nasabah dengan pengalaman usaha yang masih minim, KBMT belum akan memberikan pembiayaan dengan jumlah yang besar. Namun bagi nasabah dengan pengalaman usaha yang telah lama namun tergolong nasabah baru di KBMT maka KBMT belum akan memberikan pembiayaan dengan jumlah yang besar pula. Hal ini dikarenakan belum terbentuknya kepercayaan antara KBMT dengan nasabah tersebut. Pengalaman usaha nasabah responden dapat dilihat pada tabel 5.3 berikut ini.
Tabel 5.3 Pengalaman Usaha Nasabah Responden KBMT Madani Pengalaman Usaha (tahun) 0-5 6-10 11-20 21-30 30-35
Orang 4 2 3 1 0
NPR % 13.33 6.67 10 3.33 0
Orang 5 4 5 1 1
NPS % 16.67 13.33 16.67 3.33 3.33
NPT Orang % 0 0 3 10 0 0 1 3.33 0 0
Sumber : Data Primer 2009 (diolah) Sedikit nasabah dengan pengalaman usaha lebih dari 20 tahun yang mengajukan pembiayaan kepada KBMT. Nasabah yang mengambil pembiayaan tinggi tidak lebih dari 4 orang. Kebanyakan nasabah yang mengambil pembiayaan tinggi memiliki pengalaman usaha antara 6-10 tahun. Pengambilan pembiayaan yang tinggi ini dimaksudkan nasabah untuk memperbesar skala usaha, omset atau membuka cabang baru bagi usahanya. Sementara itu nasabah dengan pengalaman usaha di bawah 5 tahun tidak ada yang mengajukan pembiayaan tinggi. 5.1.5 Pengalaman Pembiayaan (mulai menjadi nasabah KBMT) Awalnya nasabah KBMT mengetahui tentang adanya KBMT dari petugas KBMT yang datang mempromosikan KBMT. Kemudian informasi tersebut semakin melebar dari mulut ke mulut. Kemudian beberapa nasabah datang untuk mencoba mengajukan pembiayaan. Hal ini kemudian berlanjut hingga sampai saat ini nasabah KBMT Madani mencapai 560 nasabah. Perkembangan jumlah mitra dihitung mulai dari tahun 2006, tahun dimana KBMT Madani bertempat di Jln. Sedane, Empang, Bogor. Namun ada beberapa nasabah yang mulai menjadi nasabah KBMT sejak pertama kali KBMT Madani berdiri yaitu pada tahun 2003. Pengalaman pembiayaan nasabah dihitung dari pertama kali KBMT Madani berdiri dapat dilihat pada tabel 5.4 berikut ini.
Tabel 5.4 Pengalaman Pembiayaan Nasabah (Mulai Menjadi Nasabah KBMT) Lama menjadi nasabah (tahun) Orang 7 0 2
0-2 3-5 6-7
NPR % 23.33 0 6.67
Orang 8 7 2
NPS % 26.67 23.33 6.67
NPT Orang % 1 3.33 2 6.67 1 3.33
Sumber : Data Primer 2009 (diolah) Semakin lama nasabah menjadi mitra KBMT maka pembiayaan yang diambil cenderung tinggi. Namun dari Tabel 5.4 dapat dilihat bahwa justru nasabah terbanyak yang mengambil pembiayaan tinggi adalah nasabah dengan pengalaman pembiayaan antara 3-5 tahun. Hal ini mengartikan bahwa semakin banyaknya UMKM yang bermunculan dalam jangka waktu 3-5 tahun. Jika dicermati, ada 2 nasabah dengan pengalaman pembiayaan antara 6-7 tahun yang mengambil pembiayaan rendah. Hal ini dikarenakan kebutuhan modal dari nasabah tersebut tidak banyak dan skala usaha nasabah tersebut masih kecil. 5.1.6 Tingkat Pendapatan Usaha Nasabah Tingkat pendapatan usaha nasabah berbeda-beda diantaranya adalah harian, mingguan dan bulanan. Ada pula nasabah yang pendapatannya didapat saat ada order pekerjaan. Misalnya nasabah dengan jenis usaha penyewaan properti perkawinan. Nasabah jenis ini akan mendapatkan pendapatan saat ada order penyewaan yang waktunya tidak tentu setiap bulannya. Tingkat pendapatan usaha nasabah dapat dilihat pada Tabel 5.5 berikut ini. Tabel 5.5 Tingkat Pendapatan Usaha Nasabah Pendapatan usaha nasabah (rupiah/hari) < 500.000 500.000 – 1.000.000 > 1.000.000
Sumber : Data Primer 2009 (diolah)
NPR
NPS 8 2 0
NPT 11 6 0
1 0 2
Dari Tabel 5.5 dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi pendapatan usaha nasabah maka kecenderungannya adalah mengambil pembiayaan besar. Akan tetapi ada satu nasabah dengan pendapatan usaha kurang dari Rp. 500.000 yang mengambil pembiayaan tinggi. KBMT dalam hal ini harus terus memantau nasabah tersebut dalam kemampuannya mengembalikan angsuran. Jika angsuran nasabah tersebut tersendat-sendat maka hal ini menjadi sebuah pelajaran bagi KBMT. KBMT diharapkan lebih memperketat survei kepada usaha nasabah sebelum menyetujui pemberian pembiayaan. 5.2
Perkembangan dan Distribusi Pembiayaan KBMT Madani Pembiayaan merupakan komponen unggulan dari KBMT. Perbedaan
pembiayaan yang dilakukan oleh KBMT dengan bank adalah bahwa pembiayaan yang dikeluarkan oleh KBMT lebih ditujukan untuk membiayai usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Perkembangan pembiayaan yang dilakukan oleh KBMT Madani dapat dilihat pada gambar 5.1 berikut ini.
Rupiah
Peningkatan Pembiayaan
Sumber : KBMT Madani Gambar 5.1. Peningkatan Pembiayaan KBMT Madani Tahun 2006-2008
Terdapat peningkatan pembiayaan yang cukup signifikan dari tahun 2007 sampai 2008. Hal ini dikarenakan semakin banyaknya masyarakat yang mempercayakan dananya untuk disimpan di KBMT Madani dan semakin beragamnya jenis angsuran yang ditawarkan oleh KBMT serta bertambahnya staf operasional di lapangan yang semakin menambah jaringan. Pembiayaan yang mendominasi sampai saat ini adalah pembiayaan murabahah yaitu sekitar Rp. 845.280.000 pada tahun 2008 seperti dapat dilihat pada Tabel 5.6 berikut ini. Table 5.6 Distribusi Pendapatan Berdasarkan Jenis Akad Akad pembiayaan Mudhorobah Musyarokah Murobahah Ijaroh Al Hiwalah Qardh Jumlah total
Nilai pembiayaan tahun 2006 (rupiah) 28.700.000 483.945.000 12.500.000 3.500.000 2.500.000 531.145.000
Nilai pembiayaan tahun 2007 (rupiah) 12.582.200 9.601.800 559.850.000 8.500.000 6.500.000 597.034.000
Nilai pembiayaan tahun 2008 (rupiah) 291.409.500 68.494.500 845.280.000 6.400.000 7.850.000 1.219.434.000
Sumber : KBMT Madani 2009 5.3
Pelaksanaan Pembiayaan
5.3.1 Tahap Pengajuan Dalam mengajukan pembiayaan, nasabah hanya perlu datang ke KBMT. Bagi nasabah baru maka diwajibkan untuk memiliki tabungan di KBMT. Karena nasabah yang ingin mengajukan pembiayaan harus memiliki tabungan di KBMT. Membuka akun tabungan di KBMT hampir sama seperti membuka tabungan di bank-bank umum. Nasabah menyerahkan setoran awal minimal sebesar Rp. 10.000. Setelah memiliki tabungan di KBMT maka nasabah telah dibolehkan untuk mengajukan pembiayaan. Dalam mengajukan pembiayaan biasanya nasabah akan menentukan berapa besar dana yang ingin diajukan. Jika KBMT sanggup memenuhinya (KBMT juga melakukan berbagai macam pertimbangan)
maka dalam jangka waktu 2-3 hari dana pembiayaan tersebut akan cair. Sebelum pencairan, terlebih dahulu dilakukan perjanjian antara KBMT dengan nasabah antara lain menentukan berapakah persen besar bagi hasil, margin, atau fee, berapa jangka waktu angsuran, dan lain sebagainya. Sebelum menyetujui pengajuan pembiayaan, KBMT akan menganalisis usaha nasabah berdasarkan 5 C (character, capacity, collateral, condition, capital) jika usaha nasabah memenuhi persyaratan maka pihak KBMT akan menghubungi nasabah dan memberitahu nasabah untuk kembali datang ke KBMT dengan membawa persyaratan yang diperlukan seperti fotokopi KTP suami istri, fotokopi kartu keluarga dan daftar kebutuhan modal kerja. Survei dilakukan diantaranya adalah dengan melihat kondisi rumah atau tempat tinggal nasabah. Apakah tempat tinggal nasabah merupakan tempat tinggal tetap, kontrak, atau menumpang kepada orang lain. Selain melihat kondisi tempat tinggal nasabah, survei juga dilakukan pada usaha nasabah. Apakah usahanya layak untuk mendapat pembiayaan atau tidak dan apakah pembiayaan yang diajukan oleh nasabah sesuai dengan kondisi usaha nasabah saat itu. Selain melihat kondisi usaha dan tempat tinggal nasabah, petugas KBMT juga melihat apakah nasabah tersebut melakukan pinjaman pada pihak lain selain KBMT atau tidak. Survei ini dilakukan untuk melihat potensi nasabah dalam mengembalikan pinjamannya. Jika tempat tinggal nasabah masih kontrak maka hal ini menjadi pertimbangan bagi KBMT karena pendapatan usaha dari nasabah nantinya selain digunakan untuk membayar angsuran kepada KBMT juga digunakan untuk membayar kontrak rumahnya. Kondisi usaha nasabah juga berpengaruh terhadap
pencairan pembiayaan nantinya. Jika usaha nasabah hanya kecil-kecilan dengan pendapatan yang tidak pasti namun mengajukan pembiayaan yang tinggi kepada KBMT, maka hal ini perlu dipertimbangkan oleh KBMT. Posisi nasabah yang mengajukan
pinjaman
kepada
pihak
lain
selain
KBMT
juga
patut
dipertimbangkan karena nasabah seperti ini akan memiliki beban yang berat untuk membayar angsuran pinjaman dikarenakan nasabah ini harus membayar kepada beberapa pihak dengan jumlah pendapatan sehari-hari yang tidak berubah. Persyaratan yang diberikan oleh KBMT dapat dikatakan cukup mudah untuk dipenuhi oleh nasabah yang ingin mengajukan pembiayaan. Bahkan terlihat cenderung memberikan kemudahan kepada nasabah. Kemudahan yang diberikan oleh KBMT semata-mata ditujukan untuk membantu usaha-usaha kecil yang memang terkena kendala modal. Akan tetapi dengan mudahnya persyaratan tersebut, nasabah justru menganggap enteng pembiayaan dari KBMT sehingga dalam membayar angsurannya terkadang nasabah sering semaunya sendiri. Jika mereka mau membayar mereka akan membayar. Namun jika mereka tidak mau membayar angsuran, mereka tidak akan membayar. Fenomena ini tidak terlepas dari peran petugas KBMT yang menagih angsuran itu sendiri. Selama ini petugas lapangan yang menangani penagihan angsuran tidak memiliki posisi tawar yang tinggi sehingga sulit bagi petugas untuk berlaku tegas kepada nasabah. Hal ini juga disebabkan oleh hubungan yang terjalin antara petugas KBMT dengan nasabah. Karena nasabah sering menceritakan keadaan usahanya kepada petugas KBMT maka nasabah merasa ketika dia tidak bisa membayar angsuran, petugas KBMT akan memahami posisinya yang sulit. Padahal hal seperti ini seharusnya
tidak terjadi. Peran dari petugas KBMT adalah menagih angsuran sesuai dengan kesepakatan apakah itu per hari atau per minggu. Dan tugas nasabah adalah membayar angsuran sesuai dengan kesepakatan yang telah ditentukan. Hubungan kekeluargaan seperti ini sebaiknya sedikit demi sedikit dibatasi. Kondisi nasabah seperti yang telah disebutkan di atas tentu memiliki potensi terkena pembiayaan macet karena nasabah merasa tidak ada tekanan dari KBMT kepada nasabah dalam membayar angsuran. Tidak seperti tekanan yang diberikan oleh lintah darat misalnya. Sehingga tingkah laku nasabah terlihat seperti meremehkan KBMT. Hal inilah yang harus diperbaiki oleh KBMT ke depannya. 5.3.2 Pencairan pembiayaan Setelah melalui proses analisis usaha dan nasabah telah memenuhi semua persyaratan pengajuan pembiayaan, maka KBMT akan mencairkan dana pembiayaan kepada nasabah. Jumlah dana yang disetujui oleh KBMT berbedabeda pada setiap nasabah tergantung dari analisis usaha yang dilakukan oleh KBMT. Skema pencairan dana pembiayaan dapat dilihat pada Gambar 5.2.
Nasabah - Isi form Permohonan Bag. Lapangan - Survey usaha nasabah - Menganalisis kelayakan pemberian pembiayaan
Rapat - Terdiri dari bagian lapangan, manajer dan administrasi - Menganalisa permohonan
Disetujui - Bagian lapangan menyerahkan Surat Permohonan Pembiayaan - Menjelaskan kepada nasabah tentang syarat-syarat pencairan pembiayaan - Memberitahu nasabah untuk datang ke KBMT dengan membawa persyaratan.
Ditolak - Nasabah diminta menelepon - Jelaskan alasan penolakan - Serahkan dokumen ke juru buku
Nasabah - Terima uang dan buku angsuran Gambar 5.2 Skema Proses Pencairan Pembiayaan 5.4
Analisis Faktor-faktor yang Diduga Mempengaruhi Pengambilan Pembiayaan
Besarnya
Beberapa faktor yang diduga mempengaruhi permintaan pembiayaan di KBMT Madani adalah nisbah, pendapatan usaha keluarga, pengalaman usaha, frekuensi pinjaman, jangka waktu angsuran, jumlah tanggungan keluarga, besar angsuran, dan tingkat pendidikan.
Tabel 5.7 Hasil Estimasi Persamaan Dugaan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Besarnya Pengambilan Pembiayaan Variabel
Parameter
Peluang
Ln Nisbah Ln pendapatan Ln pengalaman usaha Ln frekuensi pinjaman Ln jangka waktu angsuran Ln jumlah tanggungan Ln besar angsuran Dummy tingkat pendidikan SD SMP SMA R2 = 0.940809 F hitung = 25.43126 Prob(F-statistic) = 0.000000
0.188687 -0.117214 0.152183 1.254120 0.162410 0.028399 0.839986
0.0154* 0.1062 0.0229* 0.0130* 0.3663 0.7638 0.0000*
0.039778 0.104180 0.158054
0.8503 0.6761 0.4208 Adjusted R2 = 0.903815 Prob (Obs*R-squared) = 0.442536
Ket : *) nyata pada taraf 5 persen Berdasarkan pengolahan data terhadap model permintaan pembiayaan (Y) didapatkan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 94.08 persen. Hal ini mengartikan bahwa variasi permintaan pembiayaan usaha kecil pada KBMT Madani dapat dijelaskan sebesar 94.08 persen oleh variabel-variabel yang terdapat dalam model dan sisanya dijelaskan oleh variabel lain di luar model. Nilai probability (F-statistic) yang lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan yaitu 5 persen menunjukkan bahwa variabel-variabel independen dalam model berpengaruh secara nyata terhadap variabel dependen. Nilai Probabilitas dari Obs*R-squared bernilai 0.442536, lebih besar dari taraf nyata yang digunakan. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa tidak ada masalah heteroskedastisitas. Uji multikolinearitas dilakukan dengan menggunakan correlation Matrix, di mana batas terjadinya korelasi antara sesama variabel bebas adalah tidak lebih dari | 0.80 |. Berdasarkan pengujian multikolinearitas yang terdapat dalam lampiran,
dapat disimpulkan bahwa penelitian pada model permintaan pembiayaan tidak mengandung multikolinearitas. Berdasarkan data hasil pengolahan tabel di atas tampak bahwa nisbah atau margin berpengaruh nyata pada taraf 5 persen secara positif terhadap besarnya pengambilan pembiayaan. Hal ini mengartikan bahwa peningkatan nisbah atau margin akan meningkatkan besarnya pengambilan pembiayaan. Pola hubungan antara bagi hasil dengan besarnya pembiayaan dapat ditunjukkan dengan scatter plot pada Gambar 5.3 berikut ini. Y (rupiah)
Nisbah (rupiah)
Gambar 5.3 Pola Hubungan Nisbah (BG) dengan Besarnya Pembiayaan (Y) Nisbah ditentukan atas kesepakatan kedua belah pihak, antara KBMT dengan nasabah, bukan berdasarkan dari besarnya pembiayaan. Besarnya pengambilan pembiayaan oleh nasabah didasarkan akan kebutuhan modal nasabah saat itu. Beberapa jenis akad yang di tawarkan oleh KBMT bermacam-macam. Dari setiap akad, KBMT akan mendapatkan keuntungan. Untuk akad kerjasama baik kerjasama modal maupun kerjasama usaha maka KBMT akan mendapatkan keuntungan dari bagi hasil. Untuk akad sewa seperti sewa tempat untuk usaha maka KBMT akan mendapatkan keuntungan dari jasa (fee). Dan untuk akad jual
beli maka keuntungan yang diperoleh KBMT adalah dari nisbah atau margin. Mayoritas nasabah responden dalam penelitian ini mengambil pembiayaan dengan akad jual beli. Sehingga keuntungan yang diperoleh KBMT adalah dari nisbah atau margin. Perhitungan akad untuk masing-masing akad dapat dilihat pada lampiran. Penentuan porsi keuntungan baik untuk KBMT maupun untuk nasabah disepakati oleh nasabah dan KBMT. Sebagian besar dari nasabah responden dalam penelitian ini mengambil akad murabahah atau jual beli. Jadi diibaratkan KBMT membeli barang yang kemudian dijual lagi kepada nasabah. Misalnya ada nasabah yang memiliki usaha penjualan tabung gas. Maka diasumsikan misalnya KBMT membeli tabung gas sebanyak 50 buah dengan harga perbuahnya adalah 100 ribu. KBMT menjual tabung itu kepada nasabah dengan harga lebih besar dari 100 ribu rupiah dengan catatan jumlah kelebihan harga tersebut telah disetujui oleh kedua belah pihak. Dari hasil estimasi model pengambilan pembiayaan, pendapatan usaha berpengaruh negatif terhadap permintaan pembiayaan dan tidak nyata pada taraf 5 persen. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis yang menyebutkan bahwa semakin besar pendapatan maka semakin besar pengambilan pembiayaan. Ketidaknyataan ini disebabkan oleh kecenderungan beberapa nasabah yang mengajukan pembiayaan dengan alasan kekurangan modal untuk diputar kembali karena pendapatan yang didapat tidak memadai. Maka nasabah merasa perlu untuk meminjam modal dari pihak lain. Ketika pendapatan mereka naik dan mereka memiliki kemampuan untuk memutar modal mereka, mereka berpikir untuk tidak
lagi meminjam modal kepada pihak yang lain. Namun fenomena ini hanya terdapat pada beberapa nasabah yang memang tidak berniat mengembangkan usahanya. Bagi beberapa nasabah yang berniat mengembangkan usaha, mereka akan tetap mengajukan pembiayaan dengan harapan usaha mereka dapat berkembang lebih jauh lagi. Pola hubungan antara pendapatan dengan besarnya pengambilan pembiayaan dapat ditunjukkan dengan scatter plot pada Gambar 5.4 berikut ini. Y (rupiah)
PUK (rupiah)
Gambar 5.4 Pola Hubungan Pendapatan Usaha Keluarga (PUK) dengan Besarnya Pembiayaan (Y) Pengalaman usaha berpengaruh secara positif pada taraf nyata 5 persen. Jika pengalaman usaha meningkat maka besarnya pengambilan pembiayaan akan meningkat. Hal ini sesuai dengan hipotesis yang mengatakan bahwa semakin tinggi pengalaman usaha nasabah maka semakin matang kemampuan nasabah tersebut dalam mengelola keuangannya serta semakin matang nasabah tersebut dalam
memprediksi lika-liku bisnisnya ke depan. Pola hubungan antara
pengalaman usaha dengan besarnya pembiayaan dapat ditunjukkan oleh scatter plot pada Gambar 5.5 berikut ini.
Y (rupiah)
PU (tahun)
Gambar 5.5 Pola Hubungan Pengalaman Usaha (PU) dengan Besarnya Pembiayaan (Y) Frekuensi pinjaman berpengaruh secara nyata terhadap permintaan pembiayaan pada taraf nyata 5 persen secara positif. Jika frekuensi pinjaman meningkat maka besar pengambilan pembiayaan akan meningkat. Pihak KBMT akan lebih mudah memberikan pembiayaan kepada nasabah yang sebelumnya sudah pernah melakukan pinjaman dibandingkan dengan nasabah baru. Hal ini dikarenakan antara pihak KBMT dengan nasabah telah saling mengenal. KBMT telah mengetahui bagaimana manajemen usaha, pengembalian pembiayaan, manajemen keuangan dari nasabah dan lain sebagainnya. Pola hubungan antara frekuensi pinjaman dengan besarnya pembiayaan dapat ditunjukkan dengan scatter plot pada Gambar 5.6. Y (rupiah) 15000000 10000000 5000000 0 0
2
4
6
8
10
FP (kali)
Gambar 5.6 Pola Hubungan Frekuensi Pinjaman (FP) dengan Besarnya Pembiayaan (Y)
Jangka waktu angsuran tidak berpengaruh secara nyata terhadap besarnya pengambilan pembiayaan namun sesuai hipotesis berhubungan secara positif dengan permintaan pembiayaan. Jika terdapat peningkatan jangka waktu angsuran maka besar pengambilan pembiayaan akan meningkat. Jangka waktu angsuran ditentukan oleh kedua belah pihak, oleh nasabah dan KBMT. Pola hubungan antara jangka waktu angsuran dengan besarnya pembiayaan dapat ditunjukkan oleh scatter plot pada Gambar 5.7 berikut ini. Y (rupiah)
JA (hari)
Gambar 5.7 Pola Hubungan Jangka Waktu Angsuran (JA) dengan Besarnya Pembiayaan (Y) Jumlah tanggungan keluarga tidak berpengaruh secara nyata pada taraf 5 persen terhadap besarnya pengambilan pembiayaan namun berhubungan secara positif. Jika jumlah tanggungan keluarga meningkat maka besar pengambilan pembiayaan akan meningkat. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa jumlah tanggungan keluarga dengan besarnya pengambilan pembiayaan berhubungan secara negatif. Ketidaknyataan ini disebabkan karena dalam satu keluarga kadang tidak hanya ayah saja atau ibu saja yang bekerja namun keduanya. Sehingga jumlah tanggungan keluarga tidak begitu berpengaruh secara signifikan karena kebutuhan keluarga yang harus dipenuhi tidak hanya
ditanggung oleh satu orang saja. Pola hubungan antara jumlah tanggungan keluarga dengan besarnya pengambilan pembiayaan dapat ditunjukkan dengan scatter plot pada Gambar 5.8 berikut ini. Y (rupiah)
JT (jiwa)
Gambar 5.8 Pola Hubungan Jumlah Tanggungan Keluarga (JT) dengan Besarnya Pembiayaan (Y) Besar angsuran berpengaruh secara nyata pada taraf 5 persen secara positif. Hal ini mengartikan bahwa setiap kenaikan besar angsuran akan menaikkan besarnya pengambilan pembiayaan. Besar angsuran berkorelasi positif dengan pembiayaan. Besar angsuran dapat diartikan sebagai jumlah pembiayaan yang harus dikembalikan dengan cara diangsur. Angsuran yang ditawarkan oleh KBMT Madani adalah harian, mingguan, bulanan dan jatuh tempo sesuai dengan jenis usaha yang dibiayai. Angsuran diberikan bukan dengan cara nasabah datang langsung ke KBMT namun dengan cara petugas KBMT datang langsung ke tempat nasabah untuk mengambil angsuran. Cara ini dirasa lebih efektif untuk menghindari adanya pembiayaan macet. Pola hubungan antara besar angsuran dengan besarnya pengambilan pembiayaan dapat ditunjukkan dengan scatter plot pada Gambar 5.9 berikut ini.
Y (rupiah)
BA (rupiah)
Gambar 5.9 Pola Hubungan Besar Angsuran (BA) dengan Besarnya Pembiayaan (Y) Tingkat pendidikan tidak nyata pada taraf 5 persen namun berpengaruh positif terhadap permintaan pembiayaan. Pola hubungan antara tingkat pendidikan dengan permintaan pembiayaan dapat ditunjukkan dengan scatter plot pada Gambar 5.10 berikut ini. Y 12000000 10000000 8000000 6000000 4000000 2000000 0
Keterangan : 1 = SD 2 = SMP 3 = SMA
0
1
2
3
Tingkat Pendidikan
Gambar 5.10 Pola Hubungan Tingkat Pendidikan (Dummy) dengan Besarnya Pembiayaan (Y) 5.5
Kesesuaian Antara Hipotesis Dengan Hasil Pengolahan Data Berdasarkan hipotesis dan hasil pengolahan data. Dari variabel yang
mempengaruhi besarnya pengambilan pembiayaan, ada beberapa variabel yang tidak sesuai dengan hipotesis. Diantara variabel yang tidak sesuai dengan hipotesis dapat dilihat pada Tabel 5.8 berikut ini :
Tabel 5.8 Kesesuaian Hasil Pengolahan Data Dengan Hipotesis Variabel Bagi hasil Pendapatan usaha Pengalaman usaha Frekuensi pinjaman Jangka waktu angsuran Jumlah tanggungan keluarga Besar angsuran
5.6
Hipotesis + + + + + -
Hasil + + + + + +
Perkembangan Pengembalian Angsuran Pengembalian pembiayaan dari tahun 2006 sampai tahun 2008 mengalami
penurunan. Penurunan ini disebabkan oleh banyak hal diantaranya adalah penurunan usaha dari nasabah dan pembiayaan bermasalah. Perkembangan pengembalian angsuran nasabah dapat dilihat pada Tabel 5.9 berikut. Tabel 5.9 Perkembangan Pengembalian Angsuran (rupiah) Dropping Pengembalian pokok % pengembalian % pengembalian tertahan
2006 531.145.000 507.094.595 95.47 4.53
2007 597.034.000 567.763.425 95.10 4.9
2008 1.219.434.000 1.075.312.175 88.18 11.82
Sumber : Laporan Keuangan KBMT Madani Tahun 2008 (diolah) Jumlah dropping pembiayaan dari tahun ke tahun meningkat namun jumlah pengembalian pokok justru semakin menurun. Hal ini dikarenakan beberapa nasabah mengalami penurunan usaha yang disebabkan semakin banyaknya saingan, kurangnya permintaan, kenaikan harga dan lain sebagainya. Selain itu penurunan pengembalian dapat juga dikarenakan adanya pembiayaan bermasalah. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah pembiayaan yang disalurkan oleh KBMT madani dari tahun ke tahun semakin meningkat. Namun jumlah pembiayaan pokok yang harus dikembalikan dari tahun ke tahun justru semakin menurun. Pada tahun 2008 pokok pengembalian yang diterima oleh KBMT Madani sebesar 88.18 persen. Sisanya sebesar 11.82 persen merupakan
pengembalian tertahan atau pembiayaan macet. Jumlah pembiayaan macet dari tahun ke tahun semakin meningkat. Pada tahun 2006 tercatat sebesar 4.53 persen pokok pengembalian yang tidak dikembalikan kepada KBMT. Tahun 2007 meningkat menjadi 4.9 persen dan pada tahun 2008 menjadi 11.82 persen. Hal ini menjadi sebuah fenomena yang harus diperhatikan oleh KBMT. Jumlah NPL atau pembiayaan macet di KBMT Madani sangat besar jika dibandingkan dengan NPL bank syariah atau BPRS. Perbandingan NPL KBMT Madani dengan BPRS dan bank syariah dapat dilihat pada Tabel 5.10 di bawah ini : Tabel 5.10 Persentase Besarnya Pembiayaan Macet Pada Beberapa Lembaga Lembaga 2006 2007 2008 Bank umum syariah 4.75 4.05 3.95 Bank Pembiayaan rakyat syariah 8.30 8.11 8.38 KBMT Madani 4.53 4.9 11.82 Sumber : Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia 2009 (diolah) 5.7
Penyebab Pembiayaan Bermasalah Pembiayaan bermasalah dapat disebabkan oleh beberapa hal. Penyebabnya
dapat berasal dari pihak KBMT itu sendiri maupun dari pihak nasabah. Penyebab dari KBMT biasanya adalah terjadinya salah analisa terhadap usaha nasabah dan kurangnya pengawasan. Sedangkan dari sisi nasabah adalah adanya perhentian usaha karena sifat usaha yang musiman, produk yang dijual tidak laku atau sepi, harga jual produk merosot, nasabah gagal menagih piutang (terutama nasabah dengan jenis usaha kredit alat-alat rumah tangga), harga bahan baku yang meningkat terlalu tinggi, serta adanya unsur kesengajaan dari nasabah.
5.7.1 Faktor Internal Lembaga Faktor internal lembaga dapat berupa kesalahan dalam analisis nasabah pembiayaan. Salah analisa ini dapat disebabkan oleh ketersediaan data yang kurang akurat atau kurang merepresentasikan karakteristik nasabah. Faktor internal yang lain adalah jangka waktu angsuran yang diberikan oleh KBMT terkadang terlalu lama atau terlalu singkat. Terlalu lama menyebabkan nasabah menyepelekan pengembalian pembiayaan dan terlalu singkat membuat nasabah kesulitan mengembalikan pembiayaan karena jumlah angsurannya terlalu besar. Faktor yang lain adalah lemahnya dokumentasi dari lembaga atau monitoring. Keadaan setiap nasabah yang mendapat pembiayaan kurang terdokumentasi dengan baik. Misal perkembangan usahanya, perkembangan angsurannya sudah berapa kali menunggak dan lain sebagainya. Kelemahan monitoring ini juga disebabkan oleh beberapa hal diantaranya adalah ketidakcukupan SDM. Jumlah nasabah pembiayaan di KBMT tercatat sekitar 270 nasabah yang kesemuanya dan setiap harinya harus senantiasa didatangi petugas untuk mengambil angsuran. Sementara jumlah petugas lapang yang mengambil angsuran hanya sebanyak 3 orang petugas. Hal ini tentu menjadi kesulitan tersendiri bagi petugas karena di satu sisi petugas harus menarik angsuran dan melakukan monitoring sementara di sisi lain petugas di batasi waktunya karena dalam satu hari itu dia harus mengejar menarik angsuran seluruh nasabah yang tempatnya tersebar di mana-mana. Sehingga tidak cukup waktu bagi petugas untuk melakukan monitoring. Monitoring yang selama ini dilakukan oleh KBMT Madani hanya sebatas monitoring keadaan usaha nasabah saja. Dan itu juga
dilakukan oleh petugas lapang yang biasa menagih angsuran. Karena penagihan angsuran yang dilakukan adalah setiap hari, maka antara nasabah dengan petugas telah terjalin suatu hubungan kepercayaan, sehingga petugas KBMT dapat mengetahui keadaan usaha nasabah, keadaan keluarga nasabah, dan lain sebagainya. Sampai saat ini monitoring yang telah dilakukan oleh KBMT Madani hanya sebatas itu. Dari monitoring semacam itu seharusnya telah dapat diketahui indikasi nasabah yang kesulitan membayar angsuran sehingga dapat segera ditanggulangi. Akan tetapi ada kendala komunikasi antara petugas lapang dengan petugas yang mengurus administrasi di kantor. Selama ini petugas lapang cenderung diam mengenai nasabah tanpa menceritakannya kepada petugas yang beroperasi di kantor. Ketika petugas yang beroperasi di kantor melihat catatan angsuran nasabah dan menemukan kejanggalan barulah petugas lapang memberitahu dan menceritakan segala sesuatunya mengenai nasabah yang bersangkutan. Hal ini mungkin menjadikan koreksi kepada KBMT untuk lebih meningkatkan komunikasi antar petugas. Hubungan antara nasabah dengan petugas KBMT terjalin saat petugas KBMT menagih angsuran pembiayaan kepada nasabah. Petugas KBMT hampir setiap hari mendatangi nasabah untuk menagih angsuran. Dengan frekuensi yang sering ini maka terjalin keakraban antara nasabah dengan petugas. Dalam menagih angsuran biasanya petugas KBMT menyempatkan untuk mengobrol dengan nasabah, mendengarkan keluhan-keluhan nasabah tentang usahanya, keluarga dan keuangannya. Karena inilah beberapa nasabah beranggapan bahwa petugas
KBMT mengetahui kondisi nasabah. Sehingga ketika nasabah tidak dapat membayar angsuran, mereka menganggap petugas KBMT dapat memakluminya. Sikap dari petugas KBMT sendiri juga sama, karena begitu mengenal nasabah maka ada perasaan tidak enak untuk memaksa ketika nasabah tidak mau membayar angsuran. Fenomena yang baru-baru ini terjadi dapat menunjukkan implikasi dari hubungan kekeluargaan tersebut. Ketika salah satu petugas lapang yang biasa menagih angsuran kepada nasabah keluar (mengundurkan diri) dan digantikan oleh petugas lain yang baru maka nasabah langsung menarik semua tabungannya yang ada di KBMT. Hal ini menunjukkan bahwa nasabah masih belum bisa percaya kepada petugas yang baru. Monitoring yang sampai saat ini dapat dilakukan oleh KBMT masih hanya sebatas apa yang telah disebutkan di atas. Untuk monitoring dan pelatihan kepada nasabah tentang pengelolaan usaha, keuangan dan lain sebagainya masih belum dapat dilakukan oleh KBMT karena kendala dana. Faktor internal lain yang sering dihadapi oleh KBMT adalah petugas yang terlalu kompromi kepada nasabah. Petugas terkadang dengan gampangnya memberikan keleluasaan kepada nasabah dalam membayar angsuran sehingga nasabah juga menggampangkan dalam membayar angsuran. Prosedur yang terlalu longgar juga dapat berpengaruh pada sikap dari nasabah. Nasabah menganggap posisi tawar dari KBMT lemah karena memang tidak memberikan tekanan seperti yang diberlakukan di perbankan. Sementara itu jaminan yang diberlakukan oleh KBMT sering dianggap enteng oleh beberapa nasabah sehingga tidak masalah bagi nasabah tersebut apabila
jaminan mereka di sita. Selama ini KBMT Madani hanya memberlakukan jaminan dari tabungan atau kendaraan bermotor nasabah. Namun, sekarang jenis jaminan tersebut telah diperbanyak seperti misalnya surat nikah. Faktor internal yang lain adalah kurangnya pengetahuan dan pengalaman dari petugas KBMT. Mengingat skala KBMT Madani masih kecil dan tergolong KBMT baru maka pengalaman dari petugas-petugas di KBMT terhadap nasabahnya masih minim. Kekurangan pengetahuan dari petugas mengenai ekonomi, hukum dan syariah juga sangat berpengaruh terhadap kinerja dari KBMT itu sendiri. 5.7.2 Faktor Internal Anggota Penyebab terjadinya pembiayaan bermasalah dari sisi internal anggota diantaranya adalah kelemahan karakter dari anggota tersebut. Adanya moral hazard dari anggota yang memang memiliki niat untuk tidak mengembalikan angsuran pembiayaannya. Faktor lain adalah kelemahan kemampuan dari anggota terutama dari segi modal. Kelemahan ini dapat disebabkan oleh kondisi usaha yang tidak menentu, sepinya pelanggan, banyaknya saingan dan lain sebagainya yang berpengaruh terhadap modal dari nasabah. Kemerosotan usaha nasabah biasanya disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah banyaknya pesaing. Nasabah dengan profesi seperti pedagang pulsa, warung makan, toko sembako, jasa fotokopi dan jasa angkutan umum sangat rawan terkena imbas dari pesaingpesaing baru. Mayoritas nasabah dengan profesi seperti ini mengeluhkan banyaknya pesaing-pesaing baru yang memasuki pasar. Dalam menghadapi fenomena seperti ini, setiap nasabah memiliki cara yang berbeda-beda. Aspek
pemasaran juga dapat mempengaruhi kelangsungan usaha dari nasabah. Mayoritas nasabah dari KBMT Madani adalah nasabah yang mempunyai usaha dengan skala kecil. Bagi nasabah dengan usaha seperti katering kue/makanan dan penyewaan peralatan pernikahan, aspek pemasaran merupakan kendala tersendiri. Nasabah dengan jenis usaha seperti ini biasanya berproduksi berdasarkan order sehingga pendapatan yang mereka dapat tidak tentu setiap hari atau bulannya. Dengan pendapatan yang tidak menentu seperti ini maka nasabah akan sangat rawan terkena pembiayaan bermasalah. Adanya musibah seperti banjir, tanah longsor dan kebakaran juga mempengaruhi. Akan tetapi untuk musibah seperti ini tidak terjadi pada nasabah KBMT Madani. Musibah yang dialami nasabah KBMT Madani adalah semacam kecelakaan, kematian, dan penggusuran. Penyimpangan penggunaan dana juga dapat mengindikasikan pembiayaan yang bermasalah. Terkadang tidak semua nasabah menggunakan pembiayaannya untuk modal usaha. Ada yang digunakan untuk membangun rumahnya, biaya sekolah, dan lain sebagainya. Faktor yang lain adalah nasabah yang terlibat oleh banyak hutang sehingga memiliki kesulitan untuk membayar semua hutangnya. Sementara untuk faktor eksternal, yang menyebabkan terjadinya pembiayaan bermasalah diantaranya adalah situasi ekonomi nasional dan global seperti kenaikan harga, pajak, situasi politik dan situasi alam. Pada dasarnya pembiayaan bermasalah ada bermacam-macam, diantaranya yaitu pembiayaan kurang lancar, pembiayaan diragukan, pembiayaan dalam perhatian khusus dan pembiayaan macet. Pengelompokan pembiayaan bermasalah di KBMT Madani dapat dilihat pada Tabel 5.11 berikut ini.
Tabel 5.11 Aktivitas Pembiayaan Nasabah KBMT Madani Sampai Tahun 2008 Periode tunggakan
Jumlah pinjaman jatuh tempo (orang)
Pinjaman lancar Tertunggak 1-30 hari Tertunggak 31-60 hari Tertunggak 61-90 hari Tertunggak 91-120 hari Tertunggak > 120 hari Total
73 14 6 0 3 177 273
Persen 26.73 5.12 2.19 0 1.1 64.83
Sumber : KBMT Madani Pada tabel 5.11 di atas dapat dilihat dan dibandingkan antara pinjaman lancar dengan pinjaman tertunggak lebih dari 120 hari. Pinjaman lancar yang sampai saat ini masih berjalan tercatat sebanyak 73 pembiayaan. Sementara itu jumlah pembiayaan macet yang tercatat sampai saat ini sejumlah 177 pembiayaan. Jumlah pembiayaan macet setiap tahunnya semakin bertambah. Beberapa nasabah ada yang telah melunasinya namun beberapa yang lain masih belum melunasi sisa angsuran pembiayaannya. Nasabah yang terkena pembiayaan macet tetap didatangi oleh petugas KBMT untuk menarik angsurannya. Namun, beberapa nasabah dengan sengaja menghindari kedatangan pihak KBMT. Hal ini tentu saja sangat merugikan KBMT dari segi biaya, karena untuk mendatangi nasabah diperlukan biaya terutama biaya transportasi. Sebagian besar nasabah yang terkena pembiayaan macet bergerak dalam bidang usaha warung makan, counter pulsa, catering, kue, jemputan sekolah, gorden, pembuatan kursi, kreditan, tanaman hias, dan koran. Jenis usaha warung makan sangat rawan pembiayaan macet dikarenakan banyak pesaing-pesaing baru yang bergerak dalam bidang usaha yang sama. Untuk counter pulsa juga disebabkan oleh hal yang sama. Sementara untuk jenis usaha catering, pembuatan
kue, pembuatan kursi, kreditan, tanaman hias dikarenakan jenis usaha tersebut sifatnya adalah musiman dan pendapatan setiap harinya tidak menentu. Pembiayaan macet sangat mempengaruhi keuangan KBMT. Dengan adanya pembiayaan macet maka jumlah aset yang dimiliki KBMT akan berkurang. Hal ini tentu saja sangat merugikan KBMT. Untuk menutup biaya yang ditimbulkan oleh adanya pembiayaan macet ada beberapa cara yang dilakukan oleh KBMT diantaranya yaitu dengan mengambil tabungan dari nasabah yang terkena pembiayaan macet. Setiap mitra yang memperoleh pembiayaan dari KBMT Madani wajib menabung di KBMT Madani. Sehingga setiap mitra yang memperoleh pembiayaan pasti memiliki tabungan di KBMT Madani. Tabungan setiap mitra yang memperoleh pembiayaan biasanya menjadi jaminan. Saat angsuran nasabah tertunggak maka KBMT memiliki hak untuk menarik dana yang ada ditabungan nasabah tanpa diketahui oleh nasabah. Selain mengambil tabungan dari nasabah, KBMT juga mengambil barang yang dijaminkan oleh nasabah seperti motor atau barang lain yang bisa diuangkan. Nasabah yang terkena pembiayaan macet tetap didatangi oleh petugas KBMT untuk menagih angsuran. Akan tetapi banyak nasabah yang menghindari bertemu dengan petugas. Hal ini tentulah sangat merugikan KBMT karena KBMT harus mengeluarkan biaya dalam menagih angsuran nasabah yang terkena macet, akan tetapi tidak mendapatkan pemasukan dari nasabah tersebut. Ada langkah lain yang dilakukan oleh KBMT Madani dalam menghadapi pembiayaan macet yaitu melewati jalur hukum. Akan tetapi cara ini belum dapat dilakukan oleh KBMT Madani. Proses hukum memerlukan biaya yang tidak sedikit, sementara keuangan
KBMT dengan adanya pembiayaan macet tidaklah banyak. Dampak adanya pembiayaan macet pada KBMT tentu saja negatif. Dampak negatif itu diantaranya adalah : 1. Terancamnya likuiditas dari KBMT. Adanya pembiayaan macet sangat berpengaruh terhadap arus kas dari KBMT baik arus kas masuk maupun arus kas keluar karena pembiayaan macet sangat berkorelasi dengan modal yang dimiliki oleh KBMT. Pembiayaan macet menyebabkan modal yang dimiliki oleh KBMT berkurang sehingga KBMT sering mendapatkan kesulitan ketika banyak nasabah yang ingin mengambil tabungannya misal saat hari raya atau saat kenaikan kelas. 2. Kurangnya solvabilitas (kemampuan). Pembiayaan macet menyebabkan kemampuan dari KBMT untuk menyalurkan pembiayaan menurun. 3. Rentabilitas menurun. Adanya kekurangan modal menyebabkan KBMT kesulitan untuk memberikan pembiayaan selanjutnya karena modal yang disalurkan untuk pembiayaan berkurang. 4. Berpengaruh terhadap citra dari KBMT itu sendiri 5. Tingkat kesehatan dari KBMT 6. Modal yang tidak berkembang 7. Munculnya biaya tambahan seperti biaya transportasi karena petugas senantiasa mendatangi nasabah yang terkena pembiayaan macet untuk menagih angsuran. Sementara itu dampak adanya pembiayaan macet terhadap karyawan diantaranya adalah menurunnya mental dari karyawan atau petugas KBMT.
Petugas menjadi kurang percaya diri karena mendapat tekanan dari dua arah. Tekanan dari nasabah itu sendiri dan tekanan yang diberikan oleh KBMT. Adanya sikap saling menyalahkan juga sering terjadi karena petugas kantor menyalahkan petugas lapang yang tidak segera memberikan informasi terkait dengan indikasi nasabah yang akan terkena pembiayaan macet dan petugas lapang menyalahkan petugas kantor yang diduga salah menganalisis nasabah untuk diberikan pembiayaan. Hal seperti ini akan menimbulkan konflik internal KBMT dan akan berpengaruh negatif terhadap kelangsungan dari KBMT. Pembiayaan macet juga berpengaruh pada waktu dan tenaga. Waktu yang seharusnya dapat digunakan untuk lebih produktif oleh KBMT, dengan adanya pembiayaan macet menjadi terbuang untuk mengurusi masalah pembiayaan macet. Begitupula dengan tenaga. Petugas KBMT harus rela capek untuk menagih angsuran nasabah yang terkena pembiayaan macet. Sementara itu dampak pembiayaan macet terhadap pemilik modal diantaranya adalah berkurangnya SHU (Sisa Hasil Usaha). Banyaknya pembiayaan macet yang terjadi di KBMT juga membuat kepercayaan pemilik modal terhadap KBMT berkurang karena pemilik modal meragukan kinerja dan kemampuan dari KBMT. Gejala-gejala nasabah yang terindikasi akan terkena pembiayaan macet diantaranya adalah pembayaran angsuran yang tersendat-sendat. Nasabah sering meminta penundaan pembayaran dengan alasan hari libur, usaha yang sepi dan lain sebagainya. Selain itu terjadi penyimpangan penggunaan pembiayaan atau nasabah tidak memprioritaskan pendapatannya untuk membayar angsuran. Sebagai contoh nasabah justru membelanjakan pendapatannya yang seharusnya
digunakan untuk membayar angsuran untuk kredit sepeda motor. Nasabah yang mengajukan perpanjangan pembiayaan juga dapat diindikasikan nasabah tersebut akan terkena pembiayaan macet. Nasabah seperti ini harus disurvei lebih lanjut untuk mengetahui alasan nasabah tersebut mengajukan perpanjangan jangka waktu pembiayaannya. Nasabah yang menghindari petugas KBMT yang menagih angsuran juga merupakan indikasi bahwa nasabah tersebut enggan membayar angsurannya. Selain itu nasabah yang mempunyai hutang dengan pihak lain selain KBMT memiliki peluang yang besar untuk terkena pembiayaan macet karena nasabah tersebut harus membayar hutangnya pada beberapa pihak termasuk KBMT. Nasabah yang usahanya adalah warung atau toko, petugas dapat mengetahuinya dari aset yang dimiliki oleh nasabah. Apakah barang-barang di warungnya setiap hari lengkap atau kosong. Jika barang-barang yang dijual di warungnya semakin hari semakin sedikit bahkan mendekati kosong maka petugas KBMT berhak curiga nasabah tersebut akan kesulitan dalam pengembalian pembiayaan kedepannya. Gejala yang lain berkaitan dengan kondisi keluarga nasabah. Apakah keluarga dari nasabah tersebut sedang terlibat suatu masalah atau sengketa, ada anggota keluarga yang meninggal atau melahirkan dan lain sebagainya yang mengharuskan nasabah mengeluarkan banyak biaya untuk mengurusnya. Jaminan nasabah yang mengajukan pembiayaan di KBMT bermacam-macam. Bagi nasabah yang menjaminkan tabungannya, maka KBMT dapat menarik tabungan nasabah tersebut tanpa diketahui nasabah yang bersangkutan saat nasabah yang
bersangkutan mengalami pembiayaan macet. Namun, jika yang menjadi jaminan adalah barang semisal mobil atau motor, KBMT menghadapi kendala dalam menyitanya. Beberapa nasabah yang menjaminkan barang misal motor biasanya mengetahui bahwa jaminan itu akan disita oleh KBMT saat nasabah terkena pembiayaan macet. Beberapa nasabah ini akan mengganti suku cadang motornya dengan suku cadang yang palsu sehingga saat motor tersebut disita oleh KBMT nilai jualnya akan menurun dan tidak sesuai dengan jaminan awal. Jaminan biasanya dikenakan 30 persen dari pembiayaan yang diambil kepada nasabah lama dan 20 persen kepada nasabah baru. Hal ini dengan pertimbangan bahwa nasabah baru biasanya keberatan jika dikenakan jaminan yang tinggi karena nasabah baru belum memiliki tabungan di KBMT. Baru-baru ini KBMT memberlakukan jaminan baru yaitu surat nikah. Bagi nasabah yang mengajukan pembiayaan ke KBMT, maka diharuskan menjaminkan surat nikahnya. Hal ini juga dilakukan untuk menanggulangi adanya pembiayaan macet. Surat nikah diberlakukan karena pernah ada kejadian nasabah yang terkena pembiayaan macet melunasi pembiayaannya untuk mendapatkan surat nikahnya disebabkan nasabah tersebut akan bercerai sehingga surat nikahnya sangat diperlukan. Hal yang sama juga terjadi pada nasabah dengan profesi pegawai negeri. Surat nikah sangat diperlukan untuk mendapat tunjangan bagi keluarganya. 5.8
Lokasi dan Jenis Usaha Nasabah Pembiayaan Macet Pembiayaan macet dapat dikarenakan oleh pengaruh dari individu atau
nasabah lain. Sebagai contoh di daerah A ada sejumlah nasabah yang mengambil
pembiayaan di KBMT. Ketika salah satu orang terkena pembiayaan macet maka fenomena yang terjadi adalah beberapa nasabah di daerah yang sama terkena imbas dari pembiayaan macet. Alasanya adalah bahwa nasabah yang pertama kali terkena pembiayaan macet merasa dari pihak KBMT tidak melakukan tindakan apapun. Nasabah merasa bisa bernegosiasi dengan petugas KBMT. Hal inilah yang kemudian diikuti oleh nasabah-nasabah yang lain. Sebaran lokasi nasabah yang terkena pembiayaan macet dapat dilihat pada Tabel 5.12 di bawah ini. Tabel 5.12 Sebaran Lokasi Nasabah Pembiayaan Macet Alamat rumah Cikaret Cipaku Ciomas Sindang barang Lainnya
Jumlah nasabah 2 3 5 11 9
Jenis usaha Warung, tanaman hias Warung, gorden Warung, kue, counter pulsa, jemputan sekolah Catering, pembuatan kursi, warung, kue, kreditan. Warung, counter pulsa, tanaman hias, kreditan, Koran.
Sumber : KBMT Madani 2009 (diolah) Dari 30 nasabah KBMT Madani yang terkena pembiayaan macet, 11 nasabah diantaranya berlokasi di daerah Sindang Barang. Diantara jenis usaha nasabah yang terkena pembiayaan macet adalah warung makan, tanaman hias, pembuatan gorden, kue, counter pulsa, jemputan sekolah, catering, pembuatan kursi, kreditan dan koran. Sebaran jenis usaha nasabah pembiayaan macet dapat dilihat pada Tabel 5.13 berikut ini.
Tabel 5.13 Sampel Jenis Usaha Nasabah Pembiayaan Macet Jenis usaha Warung Tanaman hias Counter pulsa Jemputan sekolah Koran Gorden Pembuatan kue Catering Pembuatan kursi kreditan Total
Jumlah nasabah 11 2 5 1 1 1 3 2 1 3 30
Sumber : KBMT Madani 2009 Mayoritas nasabah pembiayaan macet, jenis usahanya adalah warung. Nasabah dengan jenis usaha warung yang terkena pembiayaan macet berdalih bahwa alasan mereka tidak bisa membayar angsuran adalah karena banyaknya pesaing-pesaing baru yang bermunculan di sekitar lokasi nasabah. Total sisa hutang dari 30 nasabah yang terkena pembiayaan macet adalah Rp. 15.824.950,atau sekitar 32.23 persen dari total pembiayaan yang dikeluarkan oleh KBMT kepada 30 nasabah tersebut yaitu sebesar Rp. 49.100.000. 5.9
Analisis Proses Pembiayaan Evaluasi proses pembiayaan dilakukan berdasarkan persepsi nasabah
terhadap pola pelayanan pembiayaan yang dilakukan oleh KBMT Madani. Efektivitas dari pembiayaan ditentukan berdasarkan tanggapan dari nasabah terhadap faktor-faktor yang diduga menentukan efektifitas dari proses pembiayaan. Proses pembiayaan meliputi prosedur pengajuan pembiayaan, mekanisme pencairan pembiayaan, dan mekanisme pengembalian pembiayaan.
5.9.1 Aspek Pengajuan Pembiayaan a.
Persyaratan Awal Pembiayaan Persyaratan awal pengajuan pembiayaan adalah ketentuan-ketentuan yang
harus dipenuhi oleh calon nasabah untuk mengajukan pembiayaan. Ketentuan standar dalam mengajukan pembiayaan yang harus dipenuhi oleh nasabah diantaranya adalah fotokopi KTP suami-istri (bagi yang sudah menikah), fotokopi Kartu Keluarga (KK), mengisi formulir persetujuan, mengisi daftar kebutuhan barang, lama usaha minimal 6 bulan, kartu pelunasan bagi nasabah lama, fotokopi jaminan berupa sertifikat tanah/bangunan, atau akta jual-beli tanah/bangunan atau BPKB kendaraan bermotor. Hasil evaluasi terhadap persyaratan awal penyaluran pembiayaan dapat dilihat pada Tabel 5.14 berikut. Tabel 5.14 Respon Atas Persyaratan Awal Pengajuan Pembiayaan Kategori penilaian Ringan Sedang Berat Total
Jumlah responden 25 5 30
% 83.33 16.67 100
Sumber : Data Primer, diolah (2009) Lebih dari separuh responden (83.33% dari responden) menyatakan bahwa persyaratan awal dalam mengajukan pembiayaan adalah ringan. Nasabah menyatakan bahwa dalam mengajukan pembiayaan awal, mereka tidak dipersulit oleh pihak KBMT. Pada KBMT Madani, persyaratan yang harus dipenuhi oleh nasabah hanya fotokopi KTP suami-istri, fotokopi kartu keluarga dan rincian dana yang dibutuhkan oleh nasabah.
b.
Prosedur Pembiayaan Prosedur pembiayaan adalah seluruh tahapan yang berlangsung mulai dari
permohonan pembiayaan sampai dengan pencairan pembiayaan kepada nasabah. Hasil evaluasi terhadap prosedur pembiayaan dapat dilihat pada tabel 5.15 berikut. Tabel 5.15 Respon Atas Proses Pembiayaan Kategori penilaian Mudah Sedang Berbelit-belit Total
Jumlah responden 24 6 30
% 80 20 100
Sumber : Data Primer, diolah (2009) Delapan puluh persen dari responden menyatakan bahwa prosedur pembiayaan sangat mudah dan tidak berbelit-belit. Sebelum memberikan pembiayaan KBMT akan menilai kelayakan usaha dari nasabah dengan 5 C yaitu character, capacity, capital, collateral dan condition. c.
Jaminan Jaminan umumnya diberlakukan pada nasabah baru dengan melampirkan
sertifikat/akta jual beli tanah/bangunan, atau BPKB kendaraan bermotor. Bagi nasabah lama, jaminan yang dikenakan adalah 30 persen dari tabungan nasabah. Bagi nasabah baru jaminan yang dikenakan adalah 20 persen. Hasil evaluasi terhadap besarnya jaminan dapat dilihat pada Tabel 5.16 berikut ini. Tabel 5.16 Respon Atas Besarnya Jaminan Dari Pembiayaan Kategori penilaian Kecil Sedang Besar Total
Jumlah responden 23 7 30
Sumber : Data Primer, diolah (2009)
% 76.67 23.33 100
Sebesar 76.67 persen dari nasabah menyatakan bahwa jaminan yang diberlakukan oleh KBMT tidaklah memberatkan. Nasabah menyatakan bahwa mereka sejauh ini masih sanggup untuk memenuhi jaminan yang diberlakukan. Bagi nasabah yang menjaminkan tabungannya tidak diperbolehkan menarik tabungan mereka sampai batas waktu yang ditentukan. d.
Keramahan Petugas KBMT Dalam Melayani Pengajuan Pembiayaan Keramahan petugas KBMT diukur berdasarkan respon dari nasabah saat
pertama kali mengajukan pembiayaan. Bagi nasabah yang baru pertama kali mengajukan pembiayaan kepada KBMT keramahan dari petugas akan menentukan kesan pertama pelayanan dari KBMT tersebut. Keramahan petugas KBMT juga ditunjukkan pada saat petugas menagih angsuran dari nasabah. Hasil evaluasi terhadap keramahan petugas KBMT dalam melayani pengajuan pembiayaan dapat dilihat pada Tabel 5.17 Tabel 5.17 Respon Atas Keramahan Petugas KBMT dalam Melayani Pengajuan Pembiayaan. Kategori penilaian Ramah Sedang Tidak ramah Total
Jumlah responden 30 30
% 100 100
Sumber : Data Primer, diolah (2009) Seluruh responden dari nasabah KBMT Madani menyatakan bahwa petugas KBMT sangat ramah dalam melayani pengajuan pembiayaan. Hal ini akan sangat mendukung keberlangsungan KBMT. Keramahan yang ditunjukkan oleh pihak KBMT akan menambah kedekatan pihak KBMT dengan nasabah. Hal ini dapat memperkuat rasa kepercayaan antara KBMT dengan nasabah. Nasabah akan mendapatkan kepercayaan yang lebih untuk menitipkan dananya kepada
KBMT dan dengan semakin mengenal nasabah maka akan mudah bagi KBMT untuk mengetahui kondisi usaha serta keuangan dari nasabahnya sebagai pertimbangan untuk memberikan pembiayaan selanjutnya. Hal ini untuk kedepannya sangat perlu ditingkatkan. 5.9.2 Aspek Pencairan Pembiayaan a.
Realisasi Pembiayaan Realisasi pembiayaan adalah jangka waktu cairnya pembiayaan dihitung
dari disetujuinya pembiayaan hingga turunnya dana pembiayaan. Jangka waktu cairnya pembiayaan digolongkan cepat jika realisasi pembiayaan kurang atau sama dengan 7 hari. Digolongkan sedang apabila jangka waktu realisasi berkisar antara 7 hari hingga satu bulan dan lama jika jangka waktu realisasi mencapai lebih dari satu bulan sejak pembiayaan disetujui. Hasil evaluasi terhadap respon atas realisasi pembiayaan dapat dilihat dari Tabel 5.18 berikut ini. Tabel 5.18 Respon Atas Jangka Waktu Realisasi Pembiayaan Kategori penilaian Cepat Sedang Lama Total
Jumlah responden 27 3 30
% 90 10 100
Sumber : Data Primer, diolah (2009) Jangka waktu realisasi pembiayaan bagi nasabah dirasa cepat. Sebagian besar nasabah (90% nasabah) menyatakan bahwa realisasi pembiayaan yang mereka ajukan tergolong cepat. Rata-rata realisasi pembiayaan adalah 3 hari terhitung sejak pengajuan pembiayaan. Beberapa nasabah responden menyatakan bahwa realisasi pembiayaan adalah sedang, tidak cepat dan tidak lambat. Hal ini disebabkan karena nasabah pada saat itu sangat membutuhkan dana pembiayaan
tersebut dalam waktu dekat sehingga waktu 3 hari dirasa kurang cepat bagi mereka. b.
Biaya Administrasi Biaya administrasi adalah biaya yang dikeluarkan oleh nasabah selama
masa pengajuan pembiayaan. Biaya administrasi meliputi biaya materai, biaya fotokopi dokumen-dokumen yang diperlukan dan lain sebagainya. Biaya administrasi nasabah juga meliputi biaya kertas untuk tabungan dan catatan angsuran serta biaya transportasi untuk nasabah yang membayar angsurannya dengan didatangi langsung oleh petugas KBMT. Hasil evaluasi terhadap besarnya biaya administrasi dapat dilihat pada Tabel 5.19 berikut ini. Tabel 5.19 Respon Terhadap Besarnya Biaya Administrasi Pembiayaan Kategori penilaian Ringan Sedang Berat Total
Jumlah responden 22 8 30
% 73.33 26.67 100
Sumber : Data Primer, diolah (2009) Sebagian besar nasabah menyatakan bahwa biaya administrasi dari KBMT tidak memberatkan. Beberapa nasabah dalam kelompok yang menyatakan bahwa biaya administrasi dari KBMT adalah ringan sebelumnya pernah mengajukan pembiayaan kepada lembaga keuangan lain dengan biaya administrasi yang lebih besar, sehingga ketika nasabah tersebut menjumpai biaya administrasi dalam pengajuan pembiayaan yang lebih kecil maka hal tersebut dirasakan ringan bagi mereka. Sebaliknya bagi nasabah yang menyatakan bahwa biaya administrasi sedikit memberatkan dikarenakan sebelumnya nasabah tersebut belum pernah mengajukan pembiayaan pada pihak manapun. Sehingga tidak terdapat
pembanding untuk menentukan berat atau ringannya biaya administrasi tersebut. Selain itu bagi sebagian nasabah yang merasa biaya administrasi sedikit memberatkan dikarenakan dari segi keuangan nasabah tersebut memang benarbenar tidak mampu. c.
Kesesuaian Antara Jumlah Pembiayaan Yang Diajukan dengan Realisasi Pembiayaan Kesesuaian antara jumlah pembiayaan yang diajukan dengan realisasi
pembiayaan adalah kesesuaian jumlah pembiayaan yang diajukan oleh nasabah dengan kemampuan KBMT dalam memenuhi permohonan pembiayaan dari nasabah. Hasil evaluasi terhadap kesesuaian antara jumlah pembiayaan yang diajukan dengan realisasi pembiayaan dapat dilihat pada tabel 5.20 berikut ini. Tabel 5.20 Respon Terhadap Kesesuaian Antara Jumlah Pembiayaan yang Diajukan dengan Realisasi Pembiayaan Kategori penilaian Sesuai Kurang sesuai Tidak sesuai Total
Jumlah responden 15 12 3 30
% 50 40 10 100
Sumber : Data Primer, diolah (2009) Kesesuaian dari pembiayaan ditentukan oleh beberapa faktor. Diantaranya adalah keuangan KBMT saat itu, kondisi usaha nasabah, kemampuan nasabah dalam mengelola keuangannya dan lain sebagainya. Separuh dari nasabah responden menyatakan bahwa pembiayaan yang mereka ajukan selama ini senantiasa sesuai dengan realisasinya. Empat puluh persen dari responden menyatakan kurang
sesuai.
Dan 10 persen
menyatakan tidak
sesuai.
Ketidaksesuaian ini dikarenakan pembiayaan yang diajukan oleh nasabah terlalu besar dan nasabah tersebut tergolong nasabah baru bagi KBMT sehingga KBMT
belum dapat
memberikan kepercayaan yang penuh untuk memberikan
pembiayaan kepada nasabah tersebut terlepas dari kondisi keuangan KBMT saat itu. Selain itu kondisi usaha nasabah setelah dilakukan survei tidak sesuai dengan pembiayaan yang diajukan. Misalnya usaha nasabah hanyalah warung dengan skala kecil namun mengajukan pembiayaan yang besar. Secara otomatis KBMT tidak dapat memenuhinya karena sangat beresiko nasabah tersebut akan terkena pembiayaan macet. Dalam memberikan pembiayaan kepada nasabah, pola yang digunakan adalah KBMT menganalisis usaha dari nasabah yang bersangkutan. Jika kondisi usaha nasabah tersebut memang memenuhi dan dianggap sesuai dengan pembiayaan yang diajukan maka KBMT akan memberikan pembiayaan sesuai dengan yang diajukan oleh nasabah. Begitu pula hal yang sebaliknya. Nasabah KBMT biasanya mematok pembiayaan sebesar 1 juta rupiah. Jadi setiap nasabah mengajukan pembiayaan kepada KBMT patokannya adalah 1 juta rupiah. Padahal besar pembiayaan tersebut tidak sesuai dengan kondisi usaha nasabah yang skalanya hanya kecil-kecilan. d.
Kemampuan KBMT dalam Memenuhi Permintaan Pembiayaan Kemampuan KBMT dalam memenuhi permintaan pembiayaan adalah
bahwa KBMT selalu menyetujui permohonan pembiayaan yang diminta di mana besar pengajuan sama dengan realisasi pembiayaan, besar realisasi pembiayaan kurang dari besar pengajuan atau besar realisasi jauh dari besar pembiayaan. Hasil evaluasi terhadap kemampuan KBMT dalam memenuhi permintaan pembiayaan dapat dilihat pada tabel 5.21.
Tabel 5.21 Respon Terhadap Kemampuan KBMT dalam Memenuhi Permintaan Pembiayaan Kategori penilaian Mampu Kurang mampu Tidak mampu Total
Jumlah responden 18 12 0 30
% 60 40 0 100
Sumber : Data Primer, diolah (2009) Sebanyak 60 persen nasabah menyatakan bahwa KBMT selama ini mampu memenuhi permintaan pembiayaan dari nasabah. Sementara itu 40 persen nasabah menyatakan bahwa KBMT kurang mampu memenuhi permintaan pembiayaan dari nasabah. Kurang mampunya KBMT dalam memenuhi permintaan pembiayaan dari nasabah dapat disiasati dengan penambahan modal. Penambahan modal didapat dilakukan salah satunya dengan cara memperluas link bagi KBMT baik terhadap KBMT lain, bank syariah, nasabah baru dan lain sebagainya. 5.9.3 Aspek Pengembalian Pembiayaan a.
Besar Angsuran Besar angsuran adalah jumlah angsuran yang harus dibayarkan oleh
nasabah. Besar angsuran yang harus dibayarkan oleh nasabah adalah besarnya jumlah pembiayaan yang diambil oleh nasabah dibagi dengan jangka waktu angsuran. Hasil evaluasi terhadap besarnya angsuran nasabah dapat dilihat pada tabel 5.22 berikut ini. Tabel 5.22 Respon Terhadap Besar Angsuran Nasabah Kategori penilaian Besar Sedang Kecil Total
Jumlah responden 2 28 30
Sumber : Data Primer, diolah (2009)
% 6.67 93.33 100
Sebagian besar responden menyatakan bahwa besar angsuran tidak memberatkan bagi mereka. Dan sedikit dari nasabah responden (6.67%) menyatakan bahwa besar angsuran memberatkan mereka. Hal ini dikarenakan oleh beberapa faktor diantaranya adalah pendapatan harian nasabah yang tidak menentu sementara kebutuhan keluarga nasabah sehari-hari tidak berkurang. Sehingga alokasi pendapatan untuk angsuran pembiayaan tidak menentu. b.
Jangka Waktu Angsuran Lama nasabah dalam mengangsur disepakati oleh pihak KBMT dan
nasabah. Jangka waktu angsuran yang ditawarkan oleh KBMT yaitu harian, mingguan, bulanan dan jatuh tempo. Hasil evaluasi terhadap besar angsuran yang harus dibayarkan oleh nasabah dapat dilihat pada tabel 5.23 berikut ini. Tabel 5.23 Respon Terhadap Jangka Waktu Angsuran Kategori penilaian Cepat Sedang Lama Total
Jumlah responden 13 17 30
% 43.33 56.67 100
Sumber : Data Primer, diolah (2009) Lebih dari separuh nasabah responden menyatakan bahwa jangka waktu angsuran adalah lama. Jangka waktu angsuran yang ditetapkan dirasa meringankan bagi nasabah. Lamanya jangka waktu angsuran berkorelasi positif dengan besarnya angsuran. Semakin lama jangka waktu angsuran maka besarnya angsuran akan semakin ringan. c.
Keaktifan Petugas Dalam Melakukan Penagihan di Lapang Petugas KBMT selalu datang untuk menagih angsuran. Petugas KBMT
dinyatakan aktif apabila selalu datang untuk melakukan penagihan kepada
nasabah, kurang aktif jika petugas KBMT kadang datang dan kadang tidak datang untuk menagih angsuran dan tidak aktif jika nasabah sendiri yang membayarkan angsurannya ke KBMT. Hasil evaluasi terhadap keaktifan petugas dalam melakukan penagihan di lapang dapat dilihat pada tabel 5.24 berikut ini. Tabel 5.24 Respon Terhadap Keaktifan Petugas Dalam Melakukan Penagihan di Lapang Kategori penilaian Aktif Kurang aktif Tidak aktif Total
Jumlah responden 30 30
% 100 100
Sumber : Data Primer, diolah (2009) Dari seluruh nasabah responden KBMT Madani, semuanya menyatakan bahwa petugas penagihan angsuran dari KBMT aktif dalam melakukan penagihan di lapang. Penagihan dilakukan selama hari kerja. Diluar jam kerja atau hari libur penagihan tidak dilakukan akan tetapi angsuran pada hari dimana penagihan tidak berlangsung dibayarkan pada hari berikutnya. d.
Tingkat Keuntungan KBMT Tingkat keuntungan KBMT adalah besar bagi hasil, nisbah/margin atau fee
yang diberikan nasabah kepada KBMT. Hasil evaluasi terhadap tingkat keuntungan KBMT dapat dilihat pada tabel 5.25 berikut ini. Tabel 5.25 Respon Terhadap Tingkat Keuntungan KBMT Kategori penilaian Ringan Sedang Berat Total
Jumlah responden 19 11 30
Sumber : Data Primer, diolah (2009)
% 63.33 36.67 100
Tingkat keuntungan bagi KBMT atau dalam hal ini adalah nisbah/margin dirasakan tidak memberatkan bagi nasabah karena memang besarnya telah disepakati oleh kedua belah pihak sebelumnya. 5.9.4 Pemanfaatan Pembiayaan Pembiayaan yang diberikan oleh KBMT digunakan oleh nasabah untuk bermacam-macam hal. Ada nasabah yang menggunakan pembiayaan semata-mata untuk modal kerja, ada yang menggunakannya untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti biaya sekolah, biaya rumah sakit, dan lain sebagainya dan ada pula yang digunakan untuk modal usaha lain. Hasil evaluasi terhadap pemanfaatan pembiayaan oleh nasabah responden dapat dilihat pada tabel 5.26 berikut ini. Tabel 5.26 Hasil Evaluasi Terhadap Pemanfaatan Pembiayaan Pemanfaatan pembiayaan Modal kerja Modal kerja, biaya sekolah Modal kerja, biaya rumah sakit
NPR Orang 3 0 0
% 10 0 0
NPS Orang 7 0 0
% 20 0 0
NPT Orang 19 0 1
% 60 0 3.33
Sumber : Data Primer 2009 (diolah) Sebagian besar nasabah menggunakan pembiayaan untuk modal kerja. Namun sebagian kecil nasabah ada yang menggunakannya untuk biaya rumah sakit.
Penggunaan
pembiayaan
untuk
biaya
rumah
sakit
biasanya
dikomunikasikan terlebih dahulu kepada pihak KBMT dan pihak KBMT akan memberikan pembiayaan kepada nasabah tersebut dengan akad pinjaman atau yang lain sesuai dengan kebutuhan nasabah. Hubungan aspek-aspek pengajuan, pencairan dan pengembalian pembiayaan dapat dilihat pada tabel 5.27.
Tabel 5.27 Hubungan Aspek Pengajuan, Pencairan dan Pembiayaan Pengajuan
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pencairan Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pengembalian Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Pengajuan 1.000 . 30 -.050 .792 30 .100 .600 30
Pengembalian
Pencairan -.050 .792 30 1.000 . 30 -.427* .019* 30*
Pengembalian .100 .600 30 -.427* .019* 30* 1.000 . 30
*.Signifikan pada taraf 0.05 Antara aspek pencairan pembiayaan dengan aspek pengembalian pembiayaan berhubungan secara negatif. Artinya antara pencairan dengan pengembalian tidak sebanding. Semakin cepat pencairan pembiayaan tidak dapat menjamin pengembalian dari pembiayaan akan cepat dan lancar. Terkadang dalam proses pengembalian pembiayaan ada beberapa kendala baik dari nasabah maupun dari KBMT. Kendala-kendala inilah yang akhirnya dapat menyebabkan terjadinya pembiayaan bermasalah.
VI.
6.1
PENUTUP
Kesimpulan Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan pembiayaan diantaranya
adalah bagi hasil, pendapatan usaha keluarga, pengalaman usaha, frekuensi pinjaman, jangka waktu angsuran, jumlah tanggungan keluarga, besar angsuran dan tingkat pendidikan. Di antara faktor-faktor tersebut yang berpengaruh nyata terhadap permintaan pembiayaan adalah faktor bagi hasil, pengalaman usaha, frekuensi pinjaman dan besar angsuran. Faktor yang lain meski tidak berpengaruh secara nyata namun memiliki pengaruh yang positif terhadap permintaan pembiayaan. Berdasarkan persepsi nasabah responden tentang proses pembiayaan yang dilakukan oleh KBMT Madani, hasil evaluasi yang diperoleh adalah bahwa proses pembiayaan yang telah dilakukan oleh KBMT madani telah efektif. Proses pembiayaan mencakup proses pengajuan pembiayaan,
proses pencairan
pembiayaan dan proses pengembalian pembiayaan. Sementara itu hal-hal yang menyebabkan terjadinya pembiayaan macet di KBMT Madani sangat beragam pada setiap nasabah. Hal yang sering dihadapi oleh nasabah adalah karena keterbatasan dana dari nasabah untuk membayar angsuran. Dalam menghadapi pembiayaan macet, KBMT memiliki hak untuk mengambil dana tabungan nasabah yang ada di KBMT tanpa sepengetahuan nasabah untuk menutup sisa angsuran nasabah yang tak terbayarkan. Selain itu KBMT telah memberlakukan jaminan baru bagi nasabah yaitu surat nikah.
6.2
Saran Analisis tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya pembiayaan
macet tidak dapat dilakukan karena nasabah pembiayaan macet sulit ditemui untuk wawancara. Untuk penelitian selanjutnya alangkah lebih baik jika analisis tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pembiayaan macet pada lembaga keuangan mikro syariah dilakukan, untuk mengetahui kendala apakah yang dihadapi oleh nasabah sehingga nasabah mengalami kesulitan dalam pelunasan pembiayaan. Dalam menanggulangi pembiayaan macet ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh KBMT yaitu memperketat monitoring terhadap nasabah agar indikasi nasabah akan terkena pembiayaan macet dapat segera ditanggulangi. KBMT agar lebih tegas terhadap nasabah yang terkena pembiayaan macet. Sebaiknya KBMT memberlakukan sanksi lain selain penyitaan jaminan misalnya menyita asset nasabah sejumlah pembiayaan yang belum terbayarkan. Selain itu komunikasi antara petugas KBMT sebaiknya ditingkatkan agar tidak terjadi ketegangan antar petugas KBMT baik petugas yang di kantor maupun petugas lapangan. BMT diharapkan dapat meningkatkan modalnya sehingga semakin banyak pembiayaan yang dapat diberikan kepada nasabah. Peningkatan modal dapat dilakukan dengan memperbanyak jaringan misalnya jaringan dengan BMT lain, nasabah baru dan lain sebagainya. BMT sebaiknya melakukan analisis terhadap jenis usaha nasabah pembiayaan macet. Dari hasil analisis tersebut akan terlihat jenis usaha apa yang paling banyak terkena kredit macet. Sehingga
kedepannya BMT dapat lebih berhati-hati ketika harus memberikan pembiayaan kepada nasabah dengan jenis usaha tersebut. DAFTAR PUSTAKA
Antonio, M.S. 2001. Bank Syariah : Dari Teori ke Praktik. Jakarta : Gema Insani Arief, S. 1993. Metodologi Penelitian Ekonomi. Jakarta : UI-PRESS Aryati. 2006. Analisis Permintaan dan Efektifitas Pembiayaan Usaha Kecil Pada Lembaga Keuangan Mikro Syariah (Studi Kasus KKBMT Khidmatul Ummah, Kecamatan Cibungbulang, Bogor). [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Azis, M. A. 2004. Pedoman Pendirian KBMT. Jakarta : Pinbuk Press Badan Pusat Statistik. 2009. Indikator Makroekonomi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. http://www.bps.co.id [21 Agustus 2009] Bungin, B. 2006. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Dendawijaya, L. 2005. Manajemen Perbankan. Bogor : Ghalia Indonesia Gujarati, N. D. 2003. Basic Econometrics. New York: McGraw-Hill Hidayat, Y. 2004. Efektifitas Pembiayaan Pola Bagi Hasil pada Baitul Maal Wat Tamwil (KBMT) Koperasi Pondok Pesantren (Koppontren) Hubbul Wathon Kecamatan Cilamaya, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Juanda, B. 2007. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. Bogor: IPB Press KBMT Madani. 2008. Laporan Tahunan Koperasi Baitul Maal wat Tamwil Madani Tahun 2008. Ma‟turidi, DH dan Syukur, M. 2008. Pembiayaan Syariah Dalam Pembangunan Pertanian. Jakarta : Departemen Pertanian Muhammad. 2005. Manajemen Pembiayaan Bank Syariah. Yogyakarta : UPP AMP YKPN Muhammad. 2009. Lembaga Keuangan Mikro Syari’ah. Yogyakarta : Graha Ilmu
Muhammamah, NE. 2008. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Kredit Oleh UMKM Kupedes PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk (Persero) Unit Cigudeg, Cabang Bogor. [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Mulyati H, Siregar H, Thamrin FD, Widyastutik. 2008. Model Kemitraan Syariah Dalam Mengembangkan Usaha Kecil Lidah Buaya (Aloe Vera L.) di Kabupaten Bogor. [Laporan Penelitian]. Bogor. Institut Pertanian Bogor Ridwan, M. 2006. Sistem dan Prosedur Pendirian Baitul Maal wat-Tamwil (KBMT). Yogyakarta : Citra Media Rivai V, Veithzal AP. 2008. Islamic Financial Management. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Rizky, A. 2007. BMT Fakta dan Prospek Baitul Maal Wat Tamwil. Yogyakarta: UCI Press Rodoni A, Abdul H. 2008. Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta : Zikrul Sumarwan, U. 2002. Perilaku Konsumen. Bogor: Ghalia Indonesia. Sunaryo, T. 2001. Ekonomi Manajerial. Jakarta: Erlangga Suyatno T, Chalik HA, Sukada M, Ananda CTY, Marala DT. 2007. Dasar-dasar Perkreditan. Jakarta : Gramedia Pustaka Untung, B. 2005. Kredit Perbankan di Indonesia. Yogyakarta : Andi Umar, H. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta : Gramedia Pustaka Wibowo E, Widodo UH. 2005. Mengapa Memilih Bank Syariah. Bogor : Ghalia Indonesia Winarno, WW. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews. 2007. Yogyakarta : UPP STIM YKPN
LAMPIRAN
Lampiran 1 Uji multikolnearitas LNY 1.000000 0.605943 0.489078 0.251789 0.177497 -0.123720 0.010585 0.931197 -0.394669 0.086981 0.328239
LNBG 0.605943 1.000000 0.130900 0.075036 -0.333447 -0.232946 -0.060339 0.553567 -0.271108 0.026696 0.095830
LNPUK 0.489078 0.130900 1.000000 0.089918 0.472940 -0.063671 0.360972 0.562046 -0.139614 -0.015208 0.292048
LNPU 0.251789 0.075036 0.089918 1.000000 -0.215042 -0.505448 0.187115 0.176263 0.013981 0.227924 0.016513
LNFP 0.177497 -0.333447 0.472940 -0.215042 1.000000 0.237545 -0.011898 0.105984 -0.143486 -0.278639 0.225478
LNJA -0.123720 -0.232946 -0.063671 -0.505448 0.237545 1.000000 -0.251679 -0.128146 -0.107608 -0.093953 0.016971
LNJT 0.010585 -0.060339 0.360972 0.187115 -0.011898 -0.251679 1.000000 0.072393 0.320621 -0.086419 -0.058688
LNBA 0.931197 0.553567 0.562046 0.176263 0.105984 -0.128146 0.072393 1.000000 -0.316739 0.146602 0.266286
D1 -0.394669 -0.271108 -0.139614 0.013981 -0.143486 -0.107608 0.320621 -0.316739 1.000000 -0.319847 -0.588235
D2 0.086981 0.026696 -0.015208 0.227924 -0.278639 -0.093953 -0.086419 0.146602 -0.319847 1.000000 -0.319847
D3 0.328239 0.095830 0.292048 0.016513 0.225478 0.016971 -0.058688 0.266286 -0.588235 -0.319847 1.000000
Lampiran 2 Contoh Perhitungan Bagi Hasil
Lampiran 3 Contoh Formulir Pengajuan Pembiayaan BMT Madani (tampak depan)
Lampiran 3 Contoh Formulir Pengajuan Pembiayaan BMT Madani (tampak belakang)
lampiran 4 Contoh Media Publikasi BMT Madani
Lampiran 5 Contoh Kartu Angsuran Nasabah Pembiayaan BMT Madani
Lampiran 6. Data Karakteristik Nasabah Pembiayaan KBMT Madani No
Status
1 2 3 4 5 6 7 8
menikah janda menikah menikah menikah menikah menikah menikah
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
menikah menikah janda menikah menikah belum menikah belum menikah menikah janda menikah menikah menikah menikah
22 23 24 25 26 27 28 29 30
menikah menikah menikah menikah menikah menikah menikah menikah
Jenis usaha sembako warung (toko) warung (toko) pedagang pasir angkutan umum pedagang pasir jasa foto copy warung makan kredit alat rumah tangga warung (toko) warung (toko) warung (toko) pedagang buah pedagang bakso pedagang pulsa waarung (toko) sembako Cuci Steam warung nasi home industri sabun sewa peralatan nikah kredit alat rumah tangga pedagang pulsa warung makan jasa jahit loper koran warung makan warung makan padang warung toko alat olahraga
lama usaha (tahun) 12 1 5 29 10 14 10 6
skala usaha kecil besar √ √ √ √ √ √ √ √
jenis kelamin
Usia
Pendidikan
perempuan perempuan perempuan laki-laki laki-laki perempuan laki-laki perempuan
52 59 35 46 62 24 22 49
SMA SD SD SD SMA SMP SMA SMA
3 6 5 14 27 6 5 1 15 5 6 13 7
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
perempuan perempuan perempuan perempuan laki-laki laki-laki perempuan perempuan perempuan laki-laki perempuan perempuan laki-laki
50 46 41 33 40 28 28 28 55 33 46 42 32
SD SD SMA SMA SMP SMP SMA D3 SD D2 SD S1 SMA
32 4 30 20 15 20 9 7 5
√ √ √ √ √ √ √ √ √
perempuan laki-laki perempuan laki-laki laki-laki perempuan laki-laki laki-laki perempuan
47 28 59 53 62 56 41 35 42
SMA SMA SD SD SMP SD SMA SMP SMA
Lampiran 6. Data Karakteristik Nasabah Pembiayaan KBMT Madani No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
lama menjadi nasabah (tahun) 5 1 0.5 0.5 0.5 0.5 2 1 0.5 3 1 3 3 4 2 bulan 1 3 1 2 1 5 5 2 7 6 1 7 7 7 5
1 3000000 400000 2000000 2000000 1000000 2000000 3000000 400000 1000000 1500000 2000000 1000000 10000000 1000000 1000000 1000000 800000 300000 500000 3000000 2000000 6000000 500000 500000 1000000 500000 500000 5000000 1500000 500000
pembiayaan 2 3000000 500000 2000000 2000000 1000000 2000000 5000000 6000000 1000000 1500000 2000000 1000000 10000000 1000000 2000000 1000000 500000 1000000 3000000 3000000 4000000 500000 1000000 2000000 500000 500000 5000000 1200000 5000000
3 3000000 500000 2000000
5000000 1000000 1500000 2000000 3000000 10000000 1500000 2000000 1000000 700000 1500000 3000000 4000000 3000000 1500000 600000
500000 4000000 1200000 1500000
pendapatan per hari sebelum sesudah 700000 1000000 300000 600000 400000 600000 250000 250000 200000 200000 250000 250000 100000 100000 100000 300000 53000 53000 200000 200000 300000 400000 300000 350000 3000000 4000000 500000 600000 20000 40000 150000 200000 300000 300000 30000 30000 100000 200000 500000 500000 50000 50000 300000 300000 600000 600000 1000000 600000 67000 67000 35000 35000 300000 180000 1200000 1200000 150000 150000 1000000 1000000
jangka waktu pinjaman (hari) 100 100 100 90 90 90 120 120 60 120 100 120 60 100 100 150 100 100 120 100 100 30 100 60 60 100 100 100 100 100
pengeluaran keluarga (hari) 30000 100000 100000 50000 40000 40000 30000 30000 30000 50000 20000 30000 50000 20000 20000 30000 40000 30000 50000 50000 20000 40000 20000 30000 50000 30000 30000 50000 30000 100000
Lampiran 6. Data Karakteristik Nasabah Pembiayaan KBMT Madani No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
jumlah tanggungan keluarga 2 8 3 4 5 1 1 3 1 4 2 2 5 0 0 1 3 1 3 3 1 4 1 2 5 2 2 2 2 4
biaya angsuran pokok administrasi hari angsuran 60000 36000 30000 12000 10000 6000 50000 35000 27800 40000 30000 166700 20000 15700 83350 20000 22100 125000 100000 52000 41700 20000 15000 10000 20000 22143 125000 20000 15000 10000 40000 25000 20000 54000 33000 25000 212000 200000 166675 30000 20000 15000 24000 20000 12000 40000 21429 125000 10000 10000 5000 14000 10000 7000 30000 20000 15000 60000 28571 150000 20000 40000 30000 12000 40000 10000 10000 86000 24000 30000
100000 21429 20000 10000 25000 8000 8000 50000 16000 30000
83350 100000 15000 6000 20000 5000 5000 40000 12000 25000
bagi hasil / cadangan profit tabungan 3600 2,400 1200 2,800 3150 4,050 25000 18,300 12500 14,150 16250 13,750 7100 3,200 2000 3,000 16250 13,750 2000 3,000 2300 2,700 3350 4,650 9175 24,150 2500 2,500 2000 6,000 15000 10,000 1000 4,000 1200 1,800 2000 3,000 25000 25,000 0 15000 2000 1000 2300 750 500 5000 2000 2000
16,650 35,000 3,000 3,000 2,700 2,250 2,500 5,000 2,000 3,000
jenis pembiayaan Murabahah Murabahah Murabahah Murabahah Murabahah Murabahah Murabahah Murabahah Murabahah Murabahah Murabahah Murabahah Murabahah Murabahah Murabahah Murabahah Murabahah Murabahah Murabahah Murabahah Qardul hasan Murabahah Murabahah Murabahah Murabahah Murabahah Murabahah Ijarah Murabahah Murabahah
Frekuensi pinjaman 9.00 3.00 3.00 2.00 2.00 2.00 6.00 3.00 2.00 9.00 3.00 9.00 9.00 9.00 1.00 2.00 9.00 3.00 6.00 3.00 9.00 9.00 7.00 9.00 2.00 2.00 9.00 9.00 9.00 9.00
Lampiran 7 Data Karakteristik Nasabah Pembiayaan Macet BMT Madani No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
jatuh tempo 19-Dec-09 12-Aug-09 27-Feb-09 10-Jul-09 16-Oct-09 31-May-09 5-Jun-09 6-May-09 23-Jun-09 9-Nov-09 20-Nov-09 13-Jul-09 31-Jul-09 21-Mar-09 26-Jul-09 12-Oct-09 16-Jul-09 4-May-09 13-Sep-09 18-Jun-09 20-May-09 25-Nov-09 4-Aug-09 19-Jan-09 29-Jan-09 30-Jan-09 30-Jan-09 31-Jan-09 7-Feb-09 12-Apr-09
jumlah pembiayaan sisa hutang 3000000 410950 700000 300600 1000000 302500 1000000 275400 3000000 750000 1000000 590750 1500000 362500 2000000 602800 300000 270500 2500000 699550 1500000 227500 3000000 2113500 1000000 335000 1500000 783200 1000000 180200 800000 671100 2000000 562000 1500000 772000 1800000 130700 1500000 1082900 3000000 950000 1000000 169500 1500000 70700 2000000 551900 2000000 496100 2000000 883900 800000 179200 2000000 80000 2000000 215000 1200000 805000
jenis usaha warung warung counter pulsa counter pulsa tanaman hias counter pulsa counter pulsa kreditan koran warung tanaman hias warung gorden warung warung kue kue counter pulsa jemputan sekolah catering catering pembuatan kursi warung kue warung kreditan warung warung kreditan warung