i
ANALISIS BESARNYA PENGARUH PEMBIAYAAN, FINANCING TO DEPOSIT RATIO (FDR) DAN RASIO NON PERFORMING FINANCING (NPF) TERHADAP LABA BANK SYARIAH (Studi Kasus PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk)
Oleh TRI JOKO PURWANTO H24061626
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 i
i
RINGKASAN TRI JOKO PURWANTO. H24061626. Analisis Besarnya Pengaruh Pembiayaan, Financing to Deposit Ratio (FDR) dan Rasio Non Performing Financing (NPF) terhadap Laba Bank Syariah (Studi Kasus PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk). Di bawah bimbingan BUDI PURWANTO Semakin banyaknya jumlah bank syariah di Indonesia maka semakin memudahkan masyarakat Indonesia menikmati layanan perbankan syariah baik untuk menabung maupun untuk mengajukan pembiayaan. Bank Indonesia mencatat pada tahun 2005-2009 pertumbuhan dana pihak ketiga dan penyaluran pembiayaan perbankan syariah mencapai lebih dari 20% jauh di atas perbankan konvensional yang hanya mencatat kenaikan rata-rata sebesar 15%. Hal yang sama juga terjadi pada nilai Financing to Deposit Ratio (FDR) perbankan syariah yang selalu berada di atas nilai Loan to Deposit Ratio perbankan konvensional. Hal ini berpengaruh terhadap perolehan laba perbankan syariah yang juga terus tumbuh di periode yang sama. Tetapi yang cukup mengkhawatirkan dari kinerja perbankan syariah adalah rasio Non Performing Financing (NPF) yang juga terus naik, bahkan mencapai lebih dari 5% di akhir 2009. Dengan mengambil studi kasus pada PT Bank Muamalat Indonesia, penelitian ini bertujuan untuk: (1) Menganalisis pengaruh total dana pihak ketiga, pembiayaan, FDR dan NPF terhadap laba bank syariah, (2) Menganalisis pengaruh pembiayaan terhadap Non Performing Financing. Model dalam penelitian ini terdiri dari dua model regresi linier sederhana dan satu model regresi linier berganda, yaitu: (1). Pengaruh Dana Pihak Ketiga terhadap Laba, (2) Pengaruh pembiayaan, Financing to Deposit Ratio dan Non Performing Financing terhadap Laba, (3) Pengaruh Pembiayaan terhadap Rasio Non Performing Financing. Hasil penelitian menunjukan bahwa: berdasarkan model persamaan (1), dana pihak ketiga berpengaruh positif terhadap laba dengan koefisien 0,0328. Hasil ini dapat diartikan bahwa setiap kenaikan dana pihak ketiga sebesar satu satuan maka akan dapat menaikan laba sebesar 0,0328 satuan. Model persamaan (2) secara simultan (keseluruhan) variabel pembiayaan, FDR dan NPF memiliki pengaruh nyata. Namun secara parsial hanya pembiayaan dan NPF yang berpengaruh nyata terhadap laba Pembiayaan berpengaruh positif terhadap laba dengan nilai koefisien 0,0327, yang dapat diartikan bahwa setiap kenaikan pembiayaan sebesar satu rupiah maka akan dapat menaikan perolehan laba sebesar 0,0327 rupiah. Sedangkan NPF berpengaruh negatif terhadap laba dengan koefisien -4000, yang dapat diartikan bahwa setiap kenaikan NPF sebesar satu persen maka akan dapat menurunkan laba sebesar 4,001 miliar rupiah. Model ini memiliki nilai Koefisien Determinasi (R²) sebesar 94,4% yang artinya keragaman nilai dari laba, 94,4 % nya dipengaruhi oleh faktor-faktor dalam model yaitu: pembiayaan, FDR dan NPF dan sisanya sebesar 5,6 % dipengaruhi oleh faktorfaktor lainnya. Model (3) menunjukan bahwa pembiayaan berpengaruh negatif terhadap laba dengan nilai koefisien sebesar 1,5x 10 yang artinya untuk menurunkan NPF sebesar satu persen paling tidak bank syariah harus menambahkan penyaluran pembiayaannya sebesar 2/3 triliun rupiah.
i
iii
ANALISIS BESARNYA PENGARUH PEMBIAYAAN, FINANCING TO DEPOSIT RATIO (FDR) DAN RASIO NON PERFORMING FINANCING (NPF) TERHADAP LABA BANK SYARIAH (Studi Kasus PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk)
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Oleh: TRI JOKO PURWANTO H24061626
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
iii
iv Judul Skripsi : Analisis Besarnya Pengaruh Pembiayaan, Financing to Deposit Ratio (FDR) dan Rasio Non Performing Financing (NPF) terhadap Laba Bank Syariah (Studi Kasus PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk) Nama
: Tri Joko Purwanto
NIM
: H24061626 Menyetujui, Pembimbing
(Ir. Budi Purwanto, ME) NIP : 19630705 199403 1003 Mengetahui: Ketua Departemen,
(Dr.Ir. Jono M. Munandar, Msc) NIP : 19610123 198601 1002
Tanggal Lulus:
iv
v RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 15 September 1988. Penulis yang bernama lengkap Tri Joko Purwanto ini adalah anak ketiga dari tiga bersaudara pasangan dari Bapak Tukino dan Ibu Kadinem. Penulis memulai pendidikan pada Taman KanakKanak Perintis tahun 1993-1994. Kemudian melanjutkan ke pendidikan dasar di Sekolah Dasar Negeri 17 Pondok Bambu dan lulus tahun 2000. Pada tahun 2000 penulis melanjutkan pendidikannya ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 195 Jakarta. Penulis menyelesaikan pendidikan menengah atas pada Sekolah Menengah Atas Negeri 53 Jakarta pada tahun 2006. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan studinya di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama masa perkuliahan penulis aktif di Sharia Economic Student Club (SES-C) sebagai staf divisi Shar-E pada tahun 2007-2008. Pada periode 20082009 di SES-C penulis diamanahkan sebagai ketua divisi pendidikan dan keilmuan. Pada periode yang sama penulis juga diamanahkan sebagai wakil komisariat Forum Silaturahim Ekonomi Islam (FoSSEI) Bogor. Selain itu penulis juga aktif dalam berbagai kepanitiaan pada acara yang diselenggarakan oleh fakultas.
v
vi KATA PENGANTAR Segala puji hanya milik Alloh SWT yang hingga sampai saat ini masih memberikan segala macam Nikmat, Rahmat dan Karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Sholawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW. Perkembangan industri perbankan syariah di Indonesia yang cukup pesat dalam hal penghimpunan dana pihak ketiga dan penyaluran pembiayaannya membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Besarnya Pengaruh Pembiayaan, Financing to Deposit Ratio (FDR) dan Rasio Non Performing Financing (NPF) terhadap Laba Bank Syariah (Studi Kasus PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk)”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisi pengaruh dana pihak ketiga, pembiayaan, FDR dan NPF terhadap laba bank syariah. Terima kasih penulis ucapkan kepada bapak Ir. Budi Purwanto, ME yang telah membimbing penulis dan juga pihak-pihak lain yang telah membantu penulis, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan penelitian ini. Sebuah pepatah mengatakan “tak ada gading yang tak retak”. Penulis mengucapkan permintaan maaf jika dalam skripsi ini banyak kekurangannya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya ekonomi Islam.
Bogor, Maret 2011 Penulis vi
vii UCAPAN TERIMA KASIH Penyusunan skripsi ini banyak dibantu oleh berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Oleh karena itu,penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Sang Pemilik jiwa dan raga ini, Alloh SWT yang hingga sampai detik ini masih terus melimpahkan rahmat, nikmat dan karunia-Nya. 2. Bapak, mama, mbak yuni, mas agung dan
mas tris atas segala doa,
didikan, dukungan dan kasih sayangnya kepada penulis hingga sampai saat ini. 3. Para guru dan dosen yang telah ikut mendidik dan mengajar penulis. 4. Seluruh staff pengajar dan karyawan/wati di Departeman Manajemen FEM IPB. 5. Subro, Subhan, Randi, Iir, Deden, Hijri, Fian, Akmal, Oyok, Rendy, Eful, Kak Doni, Kak Iqbal, Udin, Junasa dan teman-teman lainnya dari asrama TPB hingga Wisma Madani. 6. Teman-teman di Rohis Manajemen 43 : Yudha, Ade, Rizal, Avis, Holil, Ege, Yunita, Dwi, dan Nurul. 7. Kak Ali, Mahmud, Husein, Dudung, Anto. 8. Kak Miqdam, Kak Doni, Kak Fehmi, Iif, Gusti, Triana, Dian, Riska, Ita, Putri, Ita, Ara, Emi, Risya, Uji, Uni, Tita, Via, Ayun, Eka, Bryan, Agung, Arif dan teman-teman di SES-C lainnya. 9. Wahyu PT, Irmon, Maget, Yanti, Keyko, dan Sisi atas kebersamaan kita sebagai rekan satu bimbingan 10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut membantu penulis selama ini. Akhir kata penulis hanya bisa mengucapkan terima kasih yang sebanyakbanyaknya kepada semua pihak.
vii
viii DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... v KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi UCAPAN TERIMA KASIH .............................................................................. vii DAFTAR ISI .......................................................................................................viii DAFTAR TABEL ................................................................................................. x DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii I. PENDAHULUAN .............................................................................................. 1 1.1. Latar Belakang .......................................................................................... 1 1.2. Perumusan Masalah .................................................................................. 6 1.3. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 6 1.4. Manfaat Penelitian .................................................................................... 6 1.5. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................ 7 II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... 8 2.1. Bank Konvensional dan Bank Syariah ..................................................... 8 2.2. Penghimpunan dan Penyaluran Dana ..................................................... 11 2.2.1. Dana Pihak Ketiga .......................................................................... 11 2.2.1.1. Prinsip Wadi’ah........................................................................ 11 2.2.1.2. Prinsip Mudharabah ................................................................ 12 2.2.1.3. Akad Pelengkap ....................................................................... 14 2.2.2. Pembiayaan ..................................................................................... 15 2.2.2.1. Pembiayaan Murabahah .......................................................... 16 2.2.2.2. Pembiayaan Salam ................................................................... 16 2.2.2.3. Pembiayaan Istishna’ ............................................................... 16 2.2.2.4. Pembiayaan Ijarah ................................................................... 17 2.2.2.5. Pembiayaan Musyarakah ......................................................... 17 2.2.2.6. Pembiayaan Mudharabah ........................................................ 18 2.3. Financing to Deposit Ratio (FDR) ......................................................... 18 2.4. Kualitas Pembiayaan dan Non Performing Financing (NPF) ................ 19 2.5. Laba Bank ............................................................................................... 21 III. METODE PENELITIAN ............................................................................ 22 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian .............................................................. 22 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 24 3.3. Pengumpulan dan Pengolahan Data ....................................................... 24 3.3.1. Dana Pihak Ketiga ...................................................................... 24 3.3.2. Pembiayaan ................................................................................. 24 3.3.3. Financing to Deposit Ratio (FDR) .............................................. 24 viii
ix 3.3.4. Non Performing Financing (NPF) .............................................. 24 3.3.5. Laba ............................................................................................. 25 3.4. Analisis Regresi Linier ........................................................................... 25 3.4.1. Uji Klasik ........................................................................................ 25 3.4.1.1. Uji Normalitas .......................................................................... 25 3.4.1.2. Uji Multikolinearitas ................................................................ 26 3.4.1.3. Uji Autokorelasi ....................................................................... 26 3.4.1.4. Uji Heteroskedastisitas ............................................................. 26 3.4.2. Model Regresi ...................................................................................... 27 3.4.2.1. Pengaruh pembiayaan, Financing to Deposit Ratio (FDR) dan Non Performing Financing (NPF) terhadap Laba .................. 27 3.4.2.2. Pengaruh Dana Pihak Ketiga terhadap Laba ............................ 29 3.4.2.3. Pengaruh Pembiayaan terhadap Rasio Non Performing Financing (NPF)..................................................................... 30 3.4.3. Uji Hipotesis ................................................................................... 30 3.4.3.1. Analisis Ragam (Uji F) ........................................................... 30 3.4.3.2. Analisis Uji Parsial (Uji t) ........................................................ 31 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................... 32 4.1. Gambaran Umum Perusahaan ................................................................ 32 4.1.1. Sekilas tentang PT Bank Muamalat Indonesia ............................... 32 4.1.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan ..................................................... 32 4.1.1.2. Visi dan Misi Perusahaan ......................................................... 33 4.1.1.3. Strutur Organisasi Perusahaan ................................................. 33 4.1.1. Kinerja Perusahaan.......................................................................... 34 4.1.1.1. Penghimpunan Dana ................................................................ 34 4.1.1.2. Penyaluran pembiayaan dan tingkat Financing to Deposit Ratio (FDR)...................................................................................... 35 4.1.1.3. Pembiayaan Bermasalah .......................................................... 36 4.1.1.4. Laba Bank ................................................................................ 37 4.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laba dan NPF ................................ 38 4.2.1. Pengaruh Pembiayaan, Financing to Deposit Ratio (FDR), dan Rasio Non Performing Financing (NPF) Terhadap Laba ............. 38 4.2.2. Pengaruh Dana Pihak Ketiga Terhadap Laba ................................. 43 4.2.3. Pengaruh Pembiayaan Terhadap Rasio Non Performing Financing ....................................................................................................... 44 4.3. Implikasi Manajerial ............................................................................... 45 KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 48 1. Kesimpulan ................................................................................................ 48 2. Saran .......................................................................................................... 49 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 50 Lampiran
........................................................................................................52
ix
x DAFTAR TABEL No
Halaman
1. Perkembangan Jumlah Bank dan Kantor Perbankan Syariah ............................ 2 2. Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga dan Pembiayaan antara Industri Perbankan secara Keseluruhan dan Perbankan Syariah 2005-2009 ................... 3 3. Pertumbuhan Pembiayaan, LDR/FDR dan NPL/NPF Bank Konvensional dan Bank Syariah, 2005-2009 ................................................................................... 5 4. Perbandingan antara Bank Syariah dan Bank Konvensional ............................. 9 5. Indikator Kualitas Pembiayaan ........................................................................ 19 6. Kesimpulan Hasil Pengolahan Regresi Linier Berganda ................................. 39
x
xi DAFTAR GAMBAR No
Halaman
1. Bagan Operasional Bank Syariah .................................................................... 10 2. Bagan Kerangka Pemikiran .............................................................................. 23 3. Grafik Perkembangan Dana Pihak Ketiga PT Bank Muamalat 4. 5. 6.
7.
Indonesia,Tbk kuartal IV 2000- kuartal III 2010. ............................................ 34 Grafik Jumlah Pengumpulan Dana Pihak Ketiga dan Penyaluran Pembiayaan PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk Kuartal IV 2000- Kuartal III 2010. ......... 35 Grafik Perkembangan Financing to Deposit Ratio PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk Kuartal IV 2000- Kuartal III 2010 .......................................... 36 Grafik Perkembangan Jumlah Pengumpulan Dana Pihak Ketiga dan Penyaluran Pembiayaan PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk Kuartal IV 2000Kuartal III 2010. ............................................................................................... 37 Grafik Perkembangan Laba PT Bank Muamalat Indonesia Kuartal IV 2000Kuartal III 2010. ............................................................................................... 38
xi
xii DAFTAR LAMPIRAN
No
Halaman
1. Struktur Organisasi PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk .................................. 52 2. Data DPK, FDR, Pembiayaan, NPF dan Laba PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk...............................................................................................................53 3. Hasil Uji Normalitas ......................................................................................... 55 4. Hasil Uji Autokorelasi ...................................................................................... 56 5. Hasil Uji Multikolinearitas ................................................................................ 57 6. Hasil Uji Heteroskedastisitas ............................................................................ 58
xii
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang perbankan, perbankan nasional Indonesia menganut dual banking system yaitu, sistem perbankan konvensional dan sistem perbankan syariah. Sistem perbankan konvensional seperti yang kita ketahui menggunakan bunga (interest) sebagai landasan operasionalnya.
Berbeda
halnya
dengan
perbankan
konvensional
yang
menggunakan bunga sebagai landasan operasionalnya, sistem perbankan syariah menggunakan prinsip bagi hasil sebagai landasan dasar bagi operasionalnya secara keseluruhan. Secara syariah, prinsipnya berdasarkan kaidah almudharabah. Berdasarkan prinsip ini, bank syariah akan berfungsi sebagai mitra, baik dengan penabung maupun dengan pengusaha yang meminjam dana. Antara keduanya diadakan akad mudharabah yang menyatakan pembagian keuntungan masing-masing pihak. Adanya Undang-Undang No. 7 tahun 1992 ini kemudian diikuti dengan beroperasinya bank syariah pertama di Indonesia, Bank Muamalat Indonesia (BMI) pada tahun yang sama. Dalam perkembangannya sampai pada saat ini sejak BMI terbentuk, industri perbankan syariah di Indonesia semakin berkembang. Meskipun hingga pada awal tahun 2000 bank umum syariah di Indonesia hanya berjumlah tiga buah, pada saat ini industri perbankan syariah semakin semarak. Bahkan pada saat ini, industri ini tidak hanya diisi oleh para pemain dari dalam negeri tetapi juga para pemain dari luar negeri. Per 2009, tercatat sudah enam Bank Umum Syariah (BUS), 25 Unit Usaha Syariah (UUS), 138 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) dengan jumlah kantor perbankan syariah sebanyak 1223 yang tersebar di hampir seluruh wilayah Indonesia. Untuk dapat mengetahui perkembangan jumlah bank dan kantor perbankan syariah di Indonesia selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
2 Tabel 1. Perkembangan Jumlah Bank dan Kantor Perbankan Syariah 2005
2006
2007
2008
2009
Bank Umum Syariah • Jumlah Bank
3
3
3
5
6
304
349
401
581
711
• Jumlah Bank*
19
20
26
27
25
• Jumlah Kantor
154
183
196
241
287
• Jumlah Kantor Unit Usaha Syariah (UUS)
Bank Perkereditan Rakyat Syariah •
Jumlah Bank
92
105
114
131
139
•
Jumlah Kantor
92
105
185
202
225
550
637
882
1024
1223
Total Kantor
Ket: * Jumlah bank konvensional yang memiliki Unit Usaha Syariah (UUS) Sumber: Bank Indonesia, 2009 Meningkatnya jumlah bank dan kantor perbankan syariah yang beroperasi di Indonesia ini memberikan dampak yang positif bagi perkembangan industri perbankan syariah. Peningkatan ini memberikan kemudahan bagi masyarakat Indonesia untuk dapat menikmati layanan dari perbankan syariah. Selain berpengaruh terhadap pertumbuhan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK), meningkatnya jumlah bank dan kantor bank syariah juga berpengaruh terhadap pertumbuhan penyaluran pembiayaan perbankan syariah. Bila dibandingkan dengan yang terjadi pada industri perbankan secara keseluruhan yang ada di Indonesia, keduanya mengalami pertumbuhan yang sangat signifikan dengan ratarata pertumbuhan setiap tahunnya yang mencapai 25%. Berdasarkan Tabel 2 di bawah ini kita dapat membandingkan pertumbuhan pengumpulan dana pihak ketiga dan pembiayaan antara industri perbankan syariah dengan industri perbankan secara keseluruhan yang ada di Indonesia.
3 Tabel 2. Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga dan Pembiayaan antara Industri Perbankan secara keseluruhan dan Perbankan Syariah 2005-2009 Tahun % Pertumbuhan DPK % Pertumbuhan Pembiayaan Industri perbankan
Perbankan
Industri perbankan
Perbankan syariah
syariah
2005
14,61%
23,93%
19,58%
24,75%
2006
12,37%
24,57%
12,20%
25,31%
2007
14,80%
26,20%
20,93%
26,84%
2008
13,83%
23,99%
23,38%
26,85%
2009
11,14%
29,50%
9,06%
18,53%
Sumber: Bank Indonesia, 2009 (diolah) Tabel di atas menunjukan bahwa dalam lima tahun terakhir industri perbankan syariah selalu mengalami pertumbuhan yang positif, baik dalam pengumpulan DPK maupun penyaluran pembiayaan. Pertumbuhannya melebihi pertumbuhan industri perbankan secara keseluruhan. Tabel 2 di atas juga menunjukan bahwa selama kurun waktu 2005-2008 pertumbuhan pembiayaan perbankan syariah melebihi pertumbuhan pengumpulan dana pihak ketiganya. Tetapi pada tahun berikutnya, perbankan syariah dapat mengembalikan keadaan dengan pertumbuhan pembiayaan lebih kecil dari pertumbuhan pengumpulan dana pihak ketiga. Jika membandingkan antara perbankan syariah dengan perbankan konvensional, berdasarkan data historis 2005-2009 yang disajikan pada Tabel 3 menunjukan bahwa persentase pertumbuhan penyaluran pembiayaan pada industri perbankan syariah selalu lebih besar dari tingkat pertumbuhan perbankan konvensional.
Fungsi
perbankan
sebagai
lembaga
intermediasi
yang
menghubungkan antara pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus unit) dengan pihak yang kekurangan dana (defisit unit) pun dapat diemban dengan baik oleh perbankan syariah.
4 Efektifitas sebuah bank dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi dapat dilihat dari nilai Loan to Deposit Ratio (pada bank konvensional) atau nilai Financing to Deposit Ratio (pada bank syariah) bank tersebut. Semakin besar nilai Loan to Deposit Ratio / Financing to Deposit Ratio sebuah bank maka semakin efektif pula bank tersebut dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi. Tabel 3 menunjukan bahwa selama 2005-2009, nilai Financing to Deposit Ratio (FDR) perbankan syariah selalu lebih besar dari Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan konvensional. Dalam lima tahun terakhir FDR bank syariah selalu lebih besar dari 95%. Bahkan di tahun 2008 nilai FDR perbankan syariah mencapai angka 103,65 %. Hal ini berarti selain seluruh DPK yang berhasil dikumpulkan oleh perbankan syariah disalurkan kembali sebagai pembiayaan, modal yang dimiliki perbankan syariah pun juga ikut disalurkan. Berbanding terbalik dengan bank konvensional yang dalam lima tahun terakhir nilai LDR nya bahkan belum pernah menembus angka 90%. Hal ini membuktikan bahwa perbankan syariah dapat menjalankan fungsi intermediasi lebih baik dari bank konvensional. Tetapi jika dilihat dari sisi lain FDR yang tinggi dapat juga dikatakan bahwa perbankan syariah mengalami likuiditas yang sangat ketat. Likuiditas yang sangat ketat akan menimbulkan risiko likuiditas yang tinggi. Risiko likuiditas yang tinggi ini sangat berbahaya jika perbankan syariah tidak bisa mengelolanya dengan baik. Sebab, pemicu utama kebangkrutan sebuah bank, baik besar atau kecil, bukanlah karena kerugian yang dideritanya, melainkan lebih kepada ketidakmampuan bank tersebut memenuhi kebutuhan likuiditasnya. Likuiditas yang tersedia harus cukup, tidak boleh terlalu kecil dan juga tidak boleh terlalu besar. Likuiditas yang kecil dapat mengganggu kebutuhan operasional sehari-hari sebuah bank sedangkan likuiditas yang besar akan menurunkan efisiensi dan pada akhirnya akan berdampak pada rendahnya tingkat profitabilitas bank tersebut
5 Tabel 3. Pertumbuhan Pembiayaan, LDR/FDR dan NPL/NPF Perbankan Konvensional dan Perbankan Syariah, 2005-2009 % Pertumbuhan Pembiayaan
LDR / FDR
NPL / NPF
% Pertumbuhan Laba
BK
BS
BK
BS
BK
BS
BK
BS
2005
19,46%
24,75%
61,17%
97,93%
7,62%
2,81%
-18,97%
47,09%
2006
11,85%
25,31%
60,95%
98,90%
6,10%
4,75%
11,87%
32,96%
2007
20,76%
26,84%
65,69%
99, 76%
4,07%
4,05%
18,84%
34,26%
2008
23,27%
26,85%
73,96%
103,66%
3,18%
3,95%
-14,26%
-25%
2009
8,74 %
18,53%
72,42%
89,68%
3,68%
5,32%
32,08%
45,39%
Sumber: Bank Indonesia (diolah) Selain itu, ada hal lain yang cukup mengkhawatirkan dari industri perbankan syariah di Indonesia dalam beberapa tahun ini. Dari Tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa dalam selang waktu antara 2005-2007 rasio Non Performing Financing (NPF) bank syariah cukup kecil bahkan nilainya di bawah rasio Non Performing Loan (NPL) bank konvensional. Tetapi dalam kurun waktu 20082009 rasio NPF bank syariah meningkat cukup pesat. Hal ini berkebalikan dengan bank konvensional yang dapat menekan rasio NPL nya. Bahkan pada akhir 2009 rasio NPF bank syariah telah menembus angka 5%. Ambang batas aman yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia. Perbankan, baik itu perbankan syariah maupun perbankan konvensional tak terlepas dari tujuannya sebagai sebuah perusahaan pada umumnya yaitu memperoleh laba. Berdasarkan data pada Tabel 3, dapat dilihat dalam rentang waktu 2005-2007 pertumbuhan laba perbankan syariah selalu lebih besar daripada perbankan konvensional. Bahkan pertumbuhan laba perbankan syariah dalam rentang waktu itu bisa mencapai 2-5 kali dari pertumbuhan laba perbankan konvensional. Tetapi dalam rentang waktu berikutnya yaitu tahun 2008 pertumbuhan laba perbankan syariah mengalami penurunan dibandingkan periode sebelumnya. Pada tahun 2008 itu, pertumbuhan laba perbankan syariah mengalami pertumbuhan negatif yang lebih besar dari perbankan konvensional
6 walaupun di tahun 2009 perbankan syariah kembali dapat meningkatkan pertumbuhan labanya melebihi perbankan konvensional. Pertumbuhan penyaluran pembiayaan dan tingginya tingkat FDR yang melebihi perbankan konvensional merupakan prestasi luar biasa yang dicapai industri perbankan syariah. Tetapi tingginya kedua variabel tersebut juga diikuti tingginya tingkat NPF. Untuk itu diperlukan sebuah evaluasi bagaimana ketiga variabel tersebut dapat mempengaruhi laba suatu bank syariah yang merupakan salah satu tujuan didirikannya perusahaan/bank tersebut. 1.2. Perumusan Masalah Pertanyaan yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah pengaruh besarnya pengumpulan DPK terhadap laba bank syariah? 2. Bagaimanakah pengaruh besarnya penyaluran pembiayaan terhadap laba bank syariah? 3. Bagaimanakah pengaruh tingginya nilai FDR terhadap laba bank syariah? 4. Bagaimanakah pengaruh tingginya nilai rasio NPF terhadap laba bank syariah? 5. Bagaimanakah pengaruh besarnya pengumpulan DPK terhadap laba bank syariah? 1.3. Tujuan Penelitian 1. Menganalisis pengaruh total DPK, total penyaluran pembiayaan, FDR dan rasio NPF terhadap laba bank syariah. 2. Menganalisis pengaruh pembiayaan terhadap Non Performing Financing pada bank syariah. 1.4. Manfaat Penelitian Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah : 1. Memberikan evaluasi atas penyaluran pembiayaan yang telah dilakukan terhadap perolehan laba bank syariah. 2. Memberikan evaluasi atas nilai rasio Financing to Deposit Ratio yang tinggi terhadap perolehan laba bank syariah.
7 3. Memberikan evaluasi atas nilai rasio Non Performing Financing yang tinggi terhadap perolehan laba syariah. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini tidak dilakukan pada bank syariah secara keseluruhan yang ada di Indonesia tetapi hanya mengambil studi kasus pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk (BMI). Alasan menjadikan BMI sebagai studi kasus dikarenakan BMI merupakan bank umum syariah pertama di Indonesia. Dengan statusnya tersebut maka tidak heran bank ini merupakan salah satu bank umum syariah terbesar di Indonesia dengan penguasaan market share sebesar 29,14%. Untuk itu dengan menjadikan BMI sebagai studi kasus dalam penelitian ini maka diharapkan penelitian ini dapat merepresentasikan bank syariah secara keseluruhan yang ada di Indonesia.
8
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Bank Konvensional dan Bank Syariah Bank berasal dari kata Italia banco yang artinya bangku. Bangku inilah yang dipergunakan oleh banker untuk melayani kegiatan operasionalnya kepada para nasabah. Istilah bangku secara resmi dan popular menjadi Bank (Rivai dan Veithzal, 2008). Menurut Undang-Undang RI No. 10 tahun 1998 sebagai Perubahan atas Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang perbankan menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan bank adalah “Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatakan taraf hidup rakyat banyak” Berdasarkan Undang-Undang No: 21 tahun 2008 bank berdasarkan sistem operasionalnya dibedakan atas dua jenis, yaitu bank konvensional dan bank syariah. Bank Konvensional adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya secara konvensional dan berdasarkan jenisnya terdiri atas Bank Umum Konvensional dan Bank Perkreditan Rakyat. Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Dalam khasanah internasional bank syariah sering disebut juga dengan Islamic Banking. Menurut Rivai dan Veithzal (2008), Islamic Banking adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip yang ada dalam ajaran Islam, berfungsi sebagai badan usaha yang menyalurkan dana dari dan kepada masyarakat, atau sebagai perantara keuangan. Prinsip Islam yang dimaksud adalah perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank, pihak lain untuk penyimpan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha. Menurut Antonio (2001), karakteristik yang membedakan bank syariah dengan bank konvensional antara lain: tidak mengenal adanya konsep time value of money, tidak diperkenankan kegiatan yang bersifat spekulatif karena adanya ketidakpastian, serta tidak diperkenankan dua transaksi dan dua harga untuk satu barang. Terdapat pula perbedaan yang cukup mendasar antara bank konvensional
9 dan bank syariah, yaitu aspek legal dan usaha yang dibiayai. Dalam aspek legal di bank syariah, akad yang dilakukan memiliki konsekuensi dunia dan akhirat (ukhrawi) karena akad yang dilakukan berdasarkan hukum Islam. Pada aspek bisnis dan usaha yang dibiayai, dalam bank syariah tidak dimungkinkan membiayai usaha yang terkandung di dalamnya hal-hal yang diharamkan. Hal yang harus dipastikan adalah apakah obyek yang dibiayai dikategorikan pembiayaan halal atau tidak, apakah proyek yang dibiayai menimbulkan kemudharatan untuk masyarakat atau tidak. Tabel 4. Perbandingan antara Bank Syariah dan Bank Konvensional No
Perbedaan
1
Falsafah
Bank Syariah • Tidak
Bank Konvensional bunga, • Berdasarkan bunga
berdasarkan
ketidakjelasan dan spekulasi. 2
Operasional
• Dana masyarakat berupa titipan • Dana masyarakat berupa simpanan dan investasi yang baru akan
yang harus dibayar bunganya pada
mendapatkan
saat jatuh tempo.
hasil
jika
’diusahakan’ terlebih dahulu. • Penyaluran pada usaha yang halal dan menguntungkan.
• Penyaluran
pada
sektor
yang
menguntungkan, aspek halal tidak menjadi pertimbangan utama.
3
Orientasi
• Profit dan falah oriented
• Profit oriented
4
Hubungan
• Hubungan kemitraan
• Hubungan debitur-kreditur
5
Organisasi
• Harus
Dewan • Tidak memiliki Dewan Pengawas
memiliki
Pengawas Syariah
Syariah
Sumber: Antonio (2001) Menurut Undang-undang no: 21 tahun 2008, bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah (BUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Bank Umum Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiataannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Selain Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat
10 Syariah, dalam perbankan syariah juga dikenal Unit Usaha Syariah (UUS). Unit Usaha Syariah adalah unit kerja dari kantor Bank Umum Konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah. Di sisi lain, dengan pengusaha/peminjam dana, bank syariah akan bertindak sebagai shahibul maal (penyandang dana, baik yang berasal dari tabungan/giro/ deposito/giro maupundana bank sendiri berupa modal pemegang saham). Sementara itu, pengusaha/peminjam akan berfungsi sebagai mudharib (pengelola) karena melakukan usaha dengan cara memutar dan mengelola dana bank. Operasional bank syariah secara sederhana dapat dilihat pada bagan di bawah ini:
PENABUNG Shahibul maal
BANK Mudharib
NASABAH PEMINJAM
Shahibul maal
Mudharib
Gambar 1. Bagan Operasional Bank Syariah (Antonio, 2001) Yang membedakan bank syariah dari bank konvensional adalah dominasi penggunaan prinsip berbagi hasil dan berbagi risikonya sebagai landasan dasar bagi operasionalnya. Hal ini antara lain tercermin pada beberapa karakteristik berikut ini: a. Tidak sebagaimana bank konvensional, bank syariah hanya menjamin pembayaran kembali nominal simpanan giro dan tabungan (seandainya mekanisme yang dipilih adalah wadiah), tetapi tidak menjamin pembayaran kembali nilai nominal dari deposito (investment deposit/ mudharabah deposit). Bank syariah juga tidak menjamin keuntungan atas deposito. Mekanisme pengaturan relisasi pembagian keuntungan final atas deposito pada bank syariah bergantung pada performance dari bank, tidak sebagaimana bank konvensional yang menjamin pembayaran keuntungan atas deposito berdasarkan tingkat bunga tertentu dengan mengabaikan performance-nya.
11 b. Sistem operasional bank syariah berdasarkan pada sistem equity di mana setiap modal mengandung risiko. Oleh karena itu, hubungan kerja sama antara bank syariah dan nasabahnya adalah berdasarkan prinsip berbagi hasil dan berbagi risiko (profit and loss sharing/PLS) c. Dalam
melakukan
pembiayaan
(financing),
bank
syariah
menggunakan model pembiayaan muamalah maaaliyah (Islamic modesof financing): PLS dan non-PLS. Sehubungan dengan itu, bank
syariah
berkewajiban
melakukan
pooling
menyediakan
dana-dana
manajemen
nasabah
investasi
dan yang
professional. 2.2. Penghimpunan dan Penyaluran Dana Menurut Karim (2004), pada dasarnya, produk yang ditawarkan perbankan syariah dapat terbagi menjadi tiga bagian besar, yaitu: 1). Produk penyaluran dana (financing); 2) Produk penghimpunan dana (funding); dan 3) Produk jasa (service) Kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana merupakan kegiatan pokok perbankan. Penyaluran dana dengan tujuan untuk memperoleh penerimaan akan dapat dilakukan apabila dana telah dihimpun. Penghimpunan dana dari masyarakat perlu dilakukan dengan cara-cara tertentu sehingga efisien dan dapat disesuaikan
dengan
rencana
penggunaan
tersebut.
Sedangkan
kegiatan
memberikan jasa-jasa bank lainnya hanyalah pendukung dari kedua kegiatan di atas. 2.2.1. Dana Pihak Ketiga Dana Pihak Ketiga adalah simpanan pihak ketiga bukan bank yang terdiri dari giro, tabungan dan simpanan berjangka. Prinsip operasional syariah yang diterapkan dalam penghipunan dana masyarakat adalah: 1). prinsip wadi’ah, 2). prinsip mudhorobah dan 3). akad pelengkap (Karim, 2004). 2.2.1.1. Prinsip Wadi’ah Prinsip wadi’ah yang diterapkan adalah wadi’ah yad dhomanah yang diterapkan pada produk rekening giro. Wadi’ah dhamanah berbeda dengan
12 wadi’ah amanah. Dalam wadiah amanah, pada prinsipnya harta titipan tidak boleh dimanfatkan oleh yang dititipi. Sedang dalam wadiah yad dhamanah, pihak yang dititipi (bank) bertangung jawab atas keutuhan harta titipan sehingga ia boleh memanfaatkan harta titipan tersebut. Karena wadi’ah yang diterapkan dalam produk giro perbanakan ini juga disifati dengan yad dhamanah, maka implikasi hukumnya sama dengan qordh, dimana nasabah bertindak sebagai yang meminjamkan uang, bank bertindak sebagai yang dipinjami. Ketentuan umum dari produk ini: -keuntungan atau kerugian dari penyaluran dana menjadi hak milik atau ditanggung bank, sedang pemilik dana tidak dijanjikan imbalan dan tidak menanggung kerugian. Bank dimungkinkan memberikan bonus kepada pemilik dana sebagai suatu insentif untuk menarik dana masyarakat namun tidak boleh diperjanjikan dimuka. Bank harus membuat akad pembukaan rekening yang isinya mencakup izin penyaluran dana yang disimpan dan persyaratan lain yang disepakati selama tidak bertentangan prinsip syariah. Khusus bagi pemilik rekening giro, bank dapat memberikan buku cek, bilyet dan debit card. Terhadap pembukaan rekening ini bank dapat mengenakan pengganti biaya administrasi unutuk sekedar menutupi biaya yang benar benar terjadi. Ketentuan-ketentuan lain yang berkaitan dengan rekening giro dan tabungan tetap berlaku selama tidak bertentangan dengan prinsip syariah. 2.2.1.2. Prinsip Mudharabah Dalam mengaplikasikan prinsip mudharabah, penyimpan atau deposan bertindak sebagai shohibul maal (pemilik modal) dan bank sebagai mudhorib (pengelola). Dana tersebut digunakan untuk melakukan pembiayaaan murabahah atau ijaroh. Dapat pula dana tersebut digunakan bank untuk melakukan pembiayaan mudharabah. Hasil usaha ini akan dibagi hasilkan berdasarakan nisbah yang disepakati. Dalam hal bank menggunakan untuk melakukan pembiayaan mudharabah, maka bank bertanggung jawab penuh atas kerugian yang terjadi. Rukun mudharabah terpenuhi sempurna (ada mudharib-ada pemilik modal, ada usaha yang akan dibagi hasilkan, ada nisbah, ada ijab kabul). Prinsip mudharabah ini diaplikasikan pada produk tabungan berjangka dan deposito
13 berjangka. Berdasarkan kewenangan yang diberikan pihak penyimpan dana prinsip mudharabah terbagi dua: a.
Mudharabah Mutlaqoh: Penerapan mudharabah mutlaqoh dapat berupa
tabungan dan deposito sehingga terdapat dua jenis penghimpunan dana yaitu: tabungan mudharabah dan deposito mudharabah. Berdasarkan prinsip ini tidak ada pembatasan bagi bank dalam penggunaan dana yang dihimpun. Ketentuan ketentuan umum produk ini adalah: ¾ Bank wajib memberitahukan kepada pemilik dana mengenai nisbah dan tata cara pemberitahuan keuntungan dan atau pembagian keuntungan secara resiko yang ditimbulkan dari penyimpanan dana. Apabila telah tercapai kesepakatan , maka hal tersebut harus dicantumkan dalam akad. ¾ Untuk tabungan mudharabah, bank dapat memberikan kartu tabungan sebagai bukti penyimpanan, serta kartu ATM atau alat penarikan lainnya
kepada
penabung.
Deposito
mudharabah,
bank
wajib
memberikan sertifikat atau tanda penyimpanan (bilyet) deposito kepada deposan. ¾ Tabungan mudharabah dapat diambil setiap saat oleh penabung sesuai dengan perjanjian yang disepakati, namun tidak diperkenankan mengalami saldo negatif. ¾ Deposito mudharabah hanya dapat dicairkan sesuai dengan jangka waktu yang telah disepakati. Deposito yang diperpanjang setelah jatuh tempo akan diberlakukan sama seperti deposito baru, tetapi bila pada akad dicantumkan perpanjangan secara otomatis maka tidak perlu dibuat akad baru. ¾ Keketentuan lain yang berkaitan dengan tabungan dan deposito tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. b.
Mudharabah Muqayyadah On Ballance Sheet: Jenis mudharabah ini
merupakan simpanan khusus (retristed investment) dimana pemilik dana dapat menetapkan syarat-syarat tertentu yang harus dipatuhi oleh bank. Misal, disyaratkan digunakan untuk bisnis tertentu atau disyaratkan digunakan dengan
14 akad tertuntu atau digunakan untuk nasabah tertentu. Karakteristik jenis simpanan ini sebagai berikut: pemilik dana wajib menetapkan syarat tertentu yang harus dilakukan oleh bank. Bank wajib memberitahukan kepada pemilik dana mengenai nisbah dan tata cara pemberitahuan keuntungan dana atau keuntungan secara resiko yang dapat ditimbulkan dari penyimpanan dana. Apabila telah tercapai kesepakatan, maka hal itu harus tercantum dalam akad. Sebagai tanda bukti simpanan bank menerbitkan bukti simpanan khusus. Bank wajib memisahkan dana dari rekening lainnya. Untuk deposito mudharabah bank wajib memberikan sertifikat atau tanda penyimpanan (bilyet) deposito kepada deposan. c.
Mudharabah Muqoyyadah Off Ballance Sheet: Jenis mudharabah ini
merupakan penyaluran dana mudharabah langsung kepada pelaksana usahanya, dimana bank bertindak sebagai perantara (arranger) yang mempertemukan antara pemilik dana dengan palaksana usaha. Pemilik dana dapat menetapkan syarat syarat tertentu yang harus dipatuhi bank dalam mencarai kegiatan usaha yang akan dibiayai dan pelaksana usahanya. Karakteristik jenis simpanan ini adalah sebagai beriktu:-sebagai tanda bukti simpanan bank menerbitkan bukti simpanan khusus. Bank wajib memisahkan dana dari rekening lainnya. Simpanan khusus dicatat pada pos tersendiri dalam rekening administratif. Dana simpanan khusus harus disalurkan secara langsung kepada pihak yang diamanatkan oleh pemilik dana.-
Bank menerima komisi atas jasa mempertemukan kedua belah pihak.
Sedangkan antara pemilik dana dan pelaksana usaha berlaku nisbah bagi hasil. 2.2.1.3. Akad Pelengkap Untuk
mempermudah
pelaksanaan
penghimpunan
dana
biasanya
diperlukan juga akad pelengkap. Akad pelengkap ini tidak ditujukan untuk mencari keuntungan, namun ditujukan untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan. Meskipun tidak ditujukan untuk mencarai keuntungan, dalam akad pelengkap dibolehkan untuk meminta pengganti biaya-biaya yang dikeluarkana untuk melaksanakan akad ini. Besarnya pengganti biaya ini sekedar menutupi biaya yang benar benar terjadi. Salah satu akad pelengkap yang dapat dipakai untuk penghimpunan dana adalah akad wakalah. Wakalah dalam aplikasi perbankan terjadi apabila nasabah
15 memberikan kuasa kepada bank untk mewakili dirinya melakukan pekerjaan tertentu, seperti inkaso dan transfer uang. 2.2.2. Pembiayaan Dalam perbankan syariah, sebenarnya penggunaan kata pinjam-meminjam kurang tepat digunakan disebabkan dua hal. Pertama, pinjaman merupakan salah satu metode hubungan finansial dalam Islam. Masih banyak metode yang diajarkan oleh syariah selain pinjaman, seperti jual beli, bagi hasil, sewa dan sebagainya. Kedua, dalam Islam, pinjam-meminjam adalah akad sosial, bukan akad komersial. Artinya, bila seseorang meminjam sesuatu, ia tidak boleh disyaratkan untuk memberikan tambahan atas pokok pinjamannya. Hal ini berdasarka hadist Nabi saw.yang menyatakan bahwa setiap pinjaman yang menghasilkan manfaat adalah riba, sedangkan para ulama sepakat bahwa riba itu haram. Karena itu, dalam perbankan syariah, pinjaman tidak disebut kredit, tetapi pembiayaan (financing). Menurut Karim dalam Antonio (2001), pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan deficit unit. Istilah pembiayaan pada intinya berarti I Believe, I trust, ‘saya percaya’ atau ‘saya menaruh kepercayaan’. Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara lembaga keuangan dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu, dengan imbalan atau bagi hasil (Rivai dan Veithzal, 2008). Menurut sifat penggunaannya, pembiayaan dapat dibagi menjadi dua hal berikut: 1. Pembiayaan produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha, baik usaha produksi, perdagangan maupun investasi. Berbeda halnya dengan bank konvensional, bank syariah membantu memenuhi seluruh kebutuhan modal kerja tersebut bukan dengan meminjamkan uang, melainkan dengan menjalin hubungan partnership dengan nasabah, dimana
16 bank bertindak sebagai penyandang dana (Shahibul maal),sedangkan nasabah sebagai pengusaha (Mudharib). 2. Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Akad-akad yang biasa digunakan dalam penyaluran dana pada bank syariah adalah: 1). Pembiayaan Murabahah 2).Pembiayaan Salam, 3).Pembiayaan Istishna’ 4).Pembiayaan Ijarah 5).Pembiayaan Musyarakah, dan 6). Pembiayaan Mudharabah 2.2.2.1. Pembiayaan Murabahah Murabahah adalah transaksi jual beli dimana bank menyebut jumlah keuntungannya. Bank bertindak sebagai penjual, sementara nasabah bertindak sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli bank dari pemasok ditambah keuntungan (margin). Dalam perbankan murabahah selalu dilakukan dengan cara pembayaram cicilan. 2.2.2.2. Pembiayaan Salam Salam adalah transaksi jualbeli dimana barang yang diperjualbelikan belum ada. Oleh karena itu, barang diserahkan secara tangguh sementara pembayaran dilakukan secara tunai. Bank bertindak sebagai pembeli, sementara nasabah bertindak sebagai penjual. Sekilas transaksi jual beli ini mirip jual beli ijon, namun dalam transaksi ini kuantitas, kualitas, harga, dan waktu penyerahan barang harus ditentukan secara pasti. 2.2.2.3. Pembiayaan Istishna’ Produk Ishtisna’ menyerupai produk salam, tapi dalam istishna’ pembayarannya dapat dilakukan oleh bank dalam beberapa kali (termin) pembayaran. Ketentuan umum pembiayaan istishna’ adalah spesifkasi barang pesanan harus jelas seperti jenis, macam ukuran, mutu, dan jumlahnya. Harga jual yang telah disepakati dicantumkan dalam akad istishna’ dan tidak boleh berubah selama berlakunya akad. Jika terjadi perubahan dari kriteria pesanan dan terjadi perubahan harga setelah akad ditandatangani, seluruh biaya tambahan tetap
17 ditanggung nasabah. Skim istishna’ dalam Bank Syariah pada umumnya diaplikasikan pada pembiayaan manufaktur dan konstruksi. 2.2.2.4. Pembiayaan Ijarah Pada dasarnya, ijarah didefinisikan sebagai hak untuk memanfaatkan barang/jasa dengan membayar imbalan tertentu. Pada akhir masa sewa, bank dapat saja menjual barang yang disewakannya kepada nasabah. Karena itu dalam perbankan syariah dikenal ijarah muntahiyyah bittamlik (sewa yang diikuti dengan berpindahnya kepemilikan). Harga sewa dan harga jual disepakati di awal perjanjian. 2.2.2.5. Pembiayaan Musyarakah Transaksi musyarakah dilandasi adanya keinginan para pihak yang bekerja sama untuk meningkatkan nilai aset yang mereka miliki secara bersama-sama. Semua bentuk usaha yang melibatkan dua pihak atau lebih di mana mereka secara bersama-sama memadukan seluruh bentuk sumber daya baik yang berwujud maupun tidak berwujud. Secara spesifik bentuk kontribusi daripihak yang bekerja sama dapat berupa dana, barang perdagangan, kewiraswastaan, kepandaian, kepemilikan, peralatan atau intangible asset (seperti hak paten atau goodwill), kepercayaan/reputasi, dan barang-barang lainnya yang dapat dinilai dengan uang. Ketentuan umum Pembiayaan musyarakah adalah sebagai berikut: •
Semua modal disatukan untuk dijadikan modal proyek musyarakah dan dikelola secara bersama-sama. Setiap pemilik modal berhak turut serta dalam menentukan kebijakan usaha yang dijalankan oleh pelaksana proyek.
•
Biaya yang timbul dalam pelaksanaan proyek dan jangka waktu proyek harus diketahui bersama. Keuntungan harus dibagi sesuai porsi kesepakatan sedangkan kerugian dibagi sesuai dengan porsi kontribusi modal.
•
Proyek yang akan dijalankan harus disebutkan dalam akad. Setelah proyek selesai nasabah mengembalikan dana tersebut bersama bagi hasil yang telah disepakati untuk bank.
18 2.2.2.6. Pembiayaan Mudharabah Mudaharabah adalah bentuk kerja sama antara dua pihak atau lebih di mana pemilik modal (shahib al-mal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian keuntungan. Bentuk ini menegaskan paduan kontribusi 100% modal kas dari shahib al-mal dan keahlian dari mudharib. Ketentuan umum skema pembiayaan mudahrabah adalah sebagai berikut: •
Jumlah modal yang diserahkan kepada nasabah selaku pengelola modal harus diserahkan tunai, dan dapat berupa uang atau barang yang dinyatakan nilainya dalam satuan uang. Apabila modal diserahkan secara bertahap harus jelas tahapannya dan disepakati bersama.
•
Hasil dari pengelolaan pembiayaan mudharabah dapat diperhitungkan dengan cara, yakni: ¾ Perhitungan dari pendapatan proyek (revenue sharing) ¾ Perhitungan dari keuntungan proyek (profit sharing)
•
Hasil usaha dibagi sesuai dengan persetujuan dalam akad, pada setiap bulan atau waktu yang disepakati. Bank selaku pemilik modal menanggung seluruh kerugian kecuali akibat kelalaian dan penyimpangan pihak nasabah.
•
Bank berhak melakukan pengawasan terhadap pekerjaan namun tidak berhak mencampuri urusan pekerjaan/usaha nasabah.
2.3. Financing to Deposit Ratio (FDR) FDR adalah rasio antara jumlah pembiayaan yang diberikan bank dengan dana pihak ketiga yang diterima oleh bank. FDR ditentukan oleh perbandingan antara jumlah pembiayaan yang diberikan dengan dana masyarakat yang dihimpun yaitu mencakup giro, simpanan berjangka (deposito), dan tabungan. FDR tersebut menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin besar kredit maka pendapatan yang diperoleh naik, karena pendapatan naik secara otomatis laba juga akan mengalami kenaikan.
19 2.4. Kualitas Pembiayaan dan Non Performing Financing (NPF) Pembiayaan menurut kualitasnya pada hakikatnya didasarkan atas risiko kemungkinan terhadap kondisi dan kepatuhan nasabah pembiayaan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya untuk membayar bagi hasil, serta melunasi pembiayaannya. Jadi unsur utama dalam menetukan kualitas tersebut adalah waktu pembayaran bagi hasil, pembayaran angsuran maupun pelunasan pokok pembiayaan dan diperinci atas: Tabel 5. Indikator Kualitas Pembiayaan No Kualitas Pembiayaan
Kriteria
1
a. Pembayaran angsuran pokok dan/atau bagi hasil
Pembiayaan Lancar
tepat waktu; dan b. Memiliki rekening yang aktif; atau c. Bagian dari pembiayaan yang dijamin dengan agunan tunai (cash colateral). 2
Perhatian Khusus
a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bagi hasil yang belum melampui Sembilan puluh hari: atau b. Kadang-kadang terjadi cerukan; atau c. Mutasi rekening relative aktif; atau d. Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan; atau e. Didukung oleh pinjaman baru
3
Kurang Lancar
a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bagi hasil; atau b. Sering terjadi cerukan; atau c. Frekuensi mutasi rekeningrelatif rendah d. Terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikanlebih dari Sembilan puluh hari; atau e. Terdapat indikasi masalah keuangan yang
20 dihadapi debitur; atau f. Dokumentasi pinjaman yang lemah 4
Diragukan
a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bagi hasil; atau b. Terdapat cerukan yang bersifat permanen; atau c. Terdapat wanprestasi lebih dari 180 hari atau d. Terdapat kapitalisasi bunga; atau e. Dokumentasi hukum yang lemah baik untuk perjanjian pembiayaan maupun pengikatan jaminan.
5
Macet
a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bagi hasil; atau b. Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru; atau c. Dari segi hukummaupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan pada nilai wajar
Sumber: Dimodifikasi dari Rivai dan Veithzal, 2008 NPF adalah tingkat pengembalian pembiayaan yang diberikan deposan kepada bank dengan kata lain NPF merupakan tingkat pembiayaan macet pada bank tersebut. NPF diketahui dengan cara menghitung Pembiayaan Non Lancar Terhadap Total Pembiayaan. Apabila semakin rendah NPL maka bank tersebut akan semakin mengalami keuntungan, sebaliknya bila tingkat NPL tinggi bank tersebut akan mengalami kerugian yang diakibatkan tingkat pengembalian kredit macet. Kredit bermasalah yang terdiri dari kredit yang berklasifikasi Kurang Lancar, Diragukan dan Macet. Pembiayaan bermasalah adalah suatu kondisi pembiayaan, dimana ada suatu penyimpangan utama dalam pembayaran kembali pembiayaan yang menyebabkan
21 kelambatan dalam pengembalian atau diperlukan tindakan yuridis dalam pengembalian atau kemungkinan potensial loss. 2.5. Laba Bank Setiap pendirian suatu organisasi memiliki tujuan. Begitu juga dengan sebuah perusahaan. Tujuan dari didirikannya sebuah perusahaan oleh pemilik perusahaan adalah untuk menciptakan laba. Termasuk di dalamnya adalah pendirian sebuah bank, baik itu bank konvensional maupun bank syariah. Laba dapat
juga
diartikan
sebagai
opportunity
cost
bagi
seseorang
yang
menginvestasikan dana yang dimiliki. Menurut Sastradipoera dalam Gumayantika (2008), laba adalah jumlah yang tersisa setelah biaya tetap dan biaya variabel dikurangkan dari penerimaan bank, kelebihan pendapatan (income) di atas pengeluaran (expenditure) bank. Laba yang diperoleh suatu perusahaan menunjukan sejauh mana manajemen perusahaan berhasil mengorganisasi bisnis dan sebaliknya.
22
III.
METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Menurut Undang-Undang RI No. 10 tahun 1998 sebagai Perubahan atas Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang perbankan menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan bank adalah “Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatakan taraf hidup rakyat banyak”. Efektifitas perbankan dalam menjalankan fungsi intermediasinya tersebut dapat dilihat dari LDR pada bank konvensional dan FDR pada bank syariah. Semakin tinggi LDR atau FDR tersebut maka semakin efektif bank tersebut menjalankan fungsi intermediasinya. Semakin besar volume pembiayaan yang disalurkan oleh perbankan maka akan semakin besar pula pendapatan yang diterima oleh bank tersebut dan pada akhirnya akan meningkatkan laba yang merupakan tujuan bank sebagai sebuah perusahaan. Selain memperhatikan volume pembiayaan yang disalurkan bank juga harus memperhatikan kualitas pembiayaan. Menurut Rivai dan Veithzal (2008) kualitas pembiayaan dibagi menjadi lima yaitu: 1) Pembiayaan Lancar, 2) Pembiayaan Dalam Perhatian Khusus, 3) Pembiayaan Kurang Lancar, 4) Pembiayaan Diragukan, dan 5) Pembiayaan Macet. Semakin rendah kualitas pembiayaan yang disalurkan maka akan semakin rendah pula laba yang diperoleh. Hal ini dikarenakan rendahnya kualitas pembiayaan yang disalurkan maka semakin besar biaya yang harus ditanggung bank tersebut. Kualitas pembiayaan pada bank syariah dapat dilihat dari NPF bank syariah tersebut. merupakan rasio antara pembiayaan kurang lancar, diragukan dan macet dengan total pembiayaan. Semakin besar NPF bank syariah maka semakin rendah kualitas pembiayaan bank syariah tersebut.
23
Bank Syariah
Pengumpulan dan Penyaluran Dana
Pembiayaan
Dana Pihak Ketiga FDR • Wadiah • Mudharobah • Akad pelengkap
Kualitas Pembiayaan: 1.Pembiayaan lancar 2.Perhatian Khusus
3.Kurang Lancar 4. Diragukan 5.Macet
NPF
Pendapatan
Biaya
Laba
Gambar 2. Bagan Kerangka Pemikiran
24 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk yang berlokasi di Jakarta. Waktu penelitian dimulai dari bulan Februari 2010 sampai Mei 2010. 3.3. Pengumpulan dan Pengolahan Data Data yang dikumpulkan dari penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder yang dimaksud adalah data historis Laporan Keuangan PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk (BMI), studi literature, dan laporan penelitian. Setelah data berupa laporan keuangan diperoleh lalu kemudian dilakukan pengolahan data terlebih dahulu untuk kemudian menghasilkan variabel-variabel yang relevan dengan kerangka pemikiran. 3.3.1. Dana Pihak Ketiga Variabel dana pihak ketiga dalam penelitian ini adalah seluruh pengumpulan dana yang dilakukan oleh bank dari pihak ketiga (masyarkat). 3.3.2. Pembiayaan Variabel pembiayaan dalam penelitian ini adalah seluruh penyaluran dana yang dilakukan bank syariah. 3.3.3. Financing to Deposit Ratio (FDR) Variabel FDR dalam penelitian ini didapat dari perbandingan antara jumlah pembiayaan dengan total dana pihak ketiga. Secara matematis dapat dituliskan: Rasio FDR = (Pembiayaan / Dana Pihak Ketiga) x 100%..........(1) 3.3.4. Non Performing Financing (NPF) Variabel NPF dalam penelitian ini diperoleh dari perbandingan antara jumlah pembiayaan dalam kualitas kurang lancar (kolektabilitas 3), diragukan (kolektabilitas 4) dan macet (kolektabilitas 5). Secara matematis dapat dituliskan:
Rasio NPF=
P
, , T
P
x 100% ....................(2)
25 3.3.5. Laba Variabel laba dalam penelitian ini menggunakan laba bersih, dihitung dalam satuan rupiah, mengikuti rumus: Laba= Pendapatan-biaya ..................................................................(3) 3.4. Analisis Regresi Linier Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier, analisis ini merupakan suatu metode analisis statistik yang mempelajari pola hubungan antara dua variable atau lebih. Dalam analisis regresi, dikenal dua jenis variable yaitu: •
Variabel Respon disebut juga variable dependent yaitu variable yang keberadaannya dipengaruhi oleh variable lainnya dan dinotasikan dengan Y.
•
Variabel Prediktor disebut juga variable independent yaitu variable yang bebas (tidak dipengaruhi oleh variable lainnya) dan dinotasikan dengan X.
3.4.1. Uji Klasik Untuk model regresi linier berganda, ada beberapa asumsi yang harus dipenuhi. Oleh karena itu diperlukan pengujian asumsi tersebut yang meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas,uji autokorelasi dan heteroskedastisitas. Keempat uji tersebut disebut dengan uji klasik. 3.4.1.1. Uji Normalitas Uji Normalitas merupakan uji yang dilakukan jika data yang digunakan kurang dari 30 untuk mengetahui distribusi kenormalan data,yaitu apakah data dapat dianggap berdistribusi normal atau tidak. Ketika data telah berdistribusi normal, maka data tersebut dapat diolah menggunakan statistik parametric yang pada penelitian ini menggunkan model regresi berganda.untuk menguji kenormalan data dapat dilakukan dengan menguji kenormalan residual. Uji normalitas dapat dilihat dengan melihat nilai Kolmogorof-Smirnof (KS) pada uji normalitas residual. Jika nilai statistik KS lebih kecil dari α, maka asumsi kenormalan terpenuhi sehingga model regresi yang telah dibuat dapat digunakan.
26 3.4.1.2. Uji Multikolinearitas Multikolinearitas adalah kondisi dimana peubah-peubah bebas memiliki korelasi diantara satu dengan yang lainnya. Jika peubah-peubah bebas memiliki korelasi sama dengan satu satu berkorelasi sempurna mengakibatkan koefisienkoefisien regresi menjadi tidak dapat diperkirakan dan nilai standar error setiap koefisien regresi menjadi tak hingga (Arief dalam Rohaeni, 2009). Uji multikolinearitas adalah uji untuk melihat apakah terdapat korelasi antara peubah bebas yang digunakan dalam model regresi. Untuk melihat apakah ada multikolinearitas pada model regresi dilihat dari nilai variance inflation factor ( VIF). Menurut Iriawan dan Astuti (2006) jika nilai VIF masing-masing peubah bebas memiliki nilai lebih besar dari 5 maka model regresi memiliki multikolinearitas sehingga menjadi tidak valid. 3.4.1.3. Uji Autokorelasi Menurut Arief dalam Rohaeni, 2009; penaksiran model regresi linear memilki asumsi bahwa tidak terdapat korelasi serial atau autokorelasi. Autokorelasi atau korelasi serial kemungkinan terjadi pada data time series. Model regresi yang baik tidak memperkenankan terjadinya autokorelasi. Akibat dari terjadinya autokorelasi adalah pengujian dalam uji F menjadi tidak valid dan jika diterapkan akan memberikan kesimpulan yang menyesatkan pada tingkat signifikansi dan koefisien regresi yang ditaksir. Uji autokorelasi dengan perangkat lunak Minitab melalui uji run test residual. Jika hasil perhitungan didapatkan p-value lebih besar dari α, menunjukan tidak adanya autokorelasi. 3.4.1.4. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual untuk peubah bebas yang diketahui. Jika varian dari residual untuk peubah yang diketahui tetap,disebut dengan homokedastisitas. Jika varian berbeda disebut heterokedastisitas (Arief dalam Rohaeni, 2009). Asumsi pada model regresi adalah varian setiap variabel independen mempunyai nilai yang konstan atau memiliki varian yang sama. Masalah heterokedastisitas umumnya terjadi pada data cross sectional.
27 Konsekuensi
dari
adanya
heterokedastisitas
adalah
kemungkinan
untuk
mengambil kesimpulan yang salah dari Uji F karena pengujian tingkat signifikansi yang kurang kuat Gujarati dalam Susanti (2007). Untuk melihat apakah pada model regresi terdapat heteroskedastisitas dilihat dari sebaran titik-titik yang tersebar pada output perhitungan dengan perangkat lunak Minitab. Sebaran titik-titik yang tidak membentuk pola-pola tertentu namun tersebar di atas dan di bawah nol menunjukan bahwa model regresi tidak mengalami masalah heteroskedastisitas (Iriawan dan Astuti, 2006). 3.4.2. Model Regresi Variabel-variabel yang relevan dalam kerangka pemikiran dapat dianalisis dalam tiga model. Pada awalnya penelitian ini menguji fungsi dari laba yang dipengaruhi oleh variabel DPK, pembiayaan, FDR dan NPF. Variabel DPK diuji pada model yang berbeda dikarenakan pada saat dilakukan pengolahan terjadi multikolinearitas antara variabel DPK dan pembiayaan. Model persamaan dalam penelitian ini terdiri dari dua model regresi linier sederhana dan satu model regresi linier berganda, yaitu: 3.4.2.1. Pengaruh pembiayaan, Financing to Deposit Ratio dan Non Performing Financing terhadap Laba Laba dipengaruhi secara langsung oleh besarnya pembiayaan yang disalurkan. Sedangkan variabel FDR dan NPF tidak berpengaruh secara langsung dengan laba. Besarnya FDR maka dapat diartikan juga bahwa pembiayaan yang disalurkan juga besar. Semakin besarnya pembiayaan yang disalurkan maka laba yang didapat akan semakin besar pula. Besarnya pembiayaan yang disalurkan maka akan mengakibatkan rasio NPF turun, turunnya rasio NPF akan berakibat pada menurunnya Penyisihan Penyusutan Aktiva Produktif yang pada akhirnya akan berakibat pada penurunan laba.
28 Bentuk persamaannya adalah sebagai berikut: Y= a + b1X1 + b2X2 + b3X3 ...........................................(4) Dengan: Y
= Laba
a
= Konstanta
X1
= Pembiayaan
X2
= Financing Deposit Ratio
X3
= Non Performing Financing
b1, b2, dan b3 = Koefisien X1, X2, dan X3 Variabel laba yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan variabel laba bersih. Variabel ini didapat dari seluruh pendapatan dikurangi dengan seluruh seluruh biaya dan pajak yang harus dibayarkan. Penggunaan variabel laba bersih dalam penelitian ini diharapkan dapat lebih merepresentasikan kinerja dari bank syariah. Data laba yang digunakan dalam penelitian ini diukur dalam satuan jutaan rupiah. Variabel pembiayaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh penyaluran pembiayaan yang dilakukan bank kepada masyarakat. Variabel ini digunakan karena variabel ini merupakan salah satu variabel yang berpengaruh secara langsung terhadap laba bank syariah. Data pembiayaan dalam penelitian ini diukur dalam satuan jutaan rupiah. Variabel FDR yang digunakan dalam penelitian ini didapat dari perbandingan antara jumlah total pembiayaan yang yang disalurkan dengan jumlah total DPK yang berhasil dihimpun. Variabel ini digunakan untuk menganalisis pengaruh efektifitas fungsi intermediasi yang dilakukan bank terhadap kinerja bank syariah. Data FDR dalam penelitian ini menggunakan diukur dalam satuan persen. Variabel rasio NPF yang digunakan dalam penelitian ini didapat dari perbandingan antara jumlah pembiayaan dalam kualitas kurang lancar (kolektabilitas 3), diragukan (kolektabilitas 4) dan macet (kolektabilitas 5)dengan jumlah total pembiayaan yang disalurkan. Pengukuran variabel ini diharapkan dapat menganalisis pengaruh risiko pembiayaan/kredit dengan kinerja bank syariah. Data rasio NPF dalam penelitian ini diukur dalam satuan persen.
29 Dari persamaan di atas akan dapat diketahui apakah variabel pembiayaan, FDR dan NPF tersebut berpengaruh positif atau negatif terhadap laba perusahaan. Akan dapat dilihat pengaruh pengurangan atau penambahan variabel-variabel independen tersebut terhadap variabel dependen. Model regresi dengan menggunakan satuan-satuan pengukuran diatas (rupiah, persen) tidak bertentangan dengan syarat-syarat regresi linier sehingga memungkinkan dilakukan analisis dengan satuan-satuan variabel yang berbeda. 3.4.2.2. Pengaruh Dana Pihak Ketiga terhadap Laba Laba dipengaruhi secara langsung oleh pengumpulan DPK. Semakin besarnya DPK yang berhasil dikumpulkan maka bank syariah akan semakin banyak pula dalam menyalurkan pembiayaannya yang pada akhirnya akan meningkatkan laba yang diperoleh. Bentuk persamaannya adalah sebagai berikut: Y = a + bX .........................................................(5) Dengan: Y = Laba a = Konstanta b = koefisien dari X X = Dana Pihak Ketiga Perhitungan variabel DPK yang digunakan dalam penelitian ini didapat dari seluruh dana yang berhasil dikumpulkan oleh bank dari pihak ketiga (masyarakat). Pengukuran variabel ini terhadap perolehan laba diharapkan dapat menganalisis seberapa efektif bank tersebut dapat memaksimalkan dana yang berhasil dikumpulkan untuk memperoleh laba yang optimal. Data DPK dalam penelitian ini diukur dalam satuan jutaan rupiah. Analisis regresi linier sedehana ini untuk mengetahui dana pihak ketiga berpengaruh positif atau negatif terhadap laba dan seberapa besar pengaruhnya. Akan dapat dilihat pengaruh pengurangan atau penambahan dana pihak ketiga tersebut terhadap laba. Alasan model ini dibuat terpisah dengan model pertama
30 adalah karena variabel dana pihak ketiga memiliki hubungan multikolinieritas dengan variabel pembiayaan. 3.4.2.3. Pengaruh Pembiayaan terhadap Rasio Non Performing Financing Rasio NPF akan dipengaruhi secara langsung oleh besarnya pembiayaan yang disalurkan. Semakin besarnya pembiayaan yang disalurkan diharapkan dapat menurunkan rasio NPF yang saat ini cukup besar. Bentuk persamaannya adalah sebagai berikut: Y= a+bX ............................................................ (6) Dengan: Y = Rasio Non Performing Financing a = Konstanta b = Koefisien dari X X = Pembiayaan Analisis regresi linier ini untuk mengetahui pembiayaan berpengaruh positif atau negatif terhadap Non Performing Financing dan seberapa besar pengaruhnya. Akan dapat dilihat seberapa besar pengaruh pengurangan atau penambahan pembiayaan tersebut terhadap Non Performing Financing. 3.4.3. Uji Hipotesis 3.4.3.1. Analisis Ragam (Uji F) Untuk menguji pengaruh peubah bebas terhadap peubah tak bebas secara simultan dapat diuji dengan menggunakan uji F. Penggunaan uji F dalam menguji pengaruh peubah bebas secara simultan sering disebut analisis ragam. Pengujian secara simultan dimaksudkan melihat pengaruh peubah bebas secara bersamasama terhadap peubah tak bebas (Mattjik dan Sumertajaya, 2006). Bentuk hipotesis dari analisis ragamnya adalah: Ho : β1 = β2 = ... = βp = 0 Hi : ada i diman βi ≠ 0 Hipotesis nol ditolak jika nilai F hitung > F α (p,(n-p-1)) atau jika peluang nyata (p) lebih kecil dari nilai taraf nyata (α). Jika hipotesis nol ditolak berarti dari
31 p peubah bebas yang dilibatkan dalam model regresi linier berganda tersebut diharapkan terdapat paling sedikit satu peubah bebas yang berpengaruh langsung terhadap peubah tak bebas. 3.4.3.2. Analisis Uji Parsial (Uji t) Untuk melihat pengaruh peubah bebas secara parsial dapat diuji dengan menggunakan uji t. Pengujian ini akan berguna jika pada pengujian analisis ragam diperoleh kesimpulan bahwa terdapat paling sedikit satu peubah yang berpengaruh terhadap peubah tak bebas. Sehingga pengujian ini akan sangat bermanfaat untuk menunjukan peubah bebas mana yang berpengaruh terhadap peubah tak bebas (Mattjik dan Sumertajaya, 2006). Bentuk hipotesis parsialnya dapat dituliskan sebagai berikut: H0: βi = k H1 : βi ≠ k Statistik ujinya dapat dirumuskan sebagai berikut:
t=
...............................................................(6)
Nilai t tabel yang diperoleh dibandingkan nilai t hitung, bila t hitung lebih besar dari t tabel, maka Ho ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel independent berpengaruh pada variabel dependent. Apabila t hitung lebih kecil dari t tabel, maka Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
32 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1. Sekilas tentang PT Bank Muamalat Indonesia 4.1.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk (BMI) didirikan pada 24 Rabius Tsani 1412 H atau 1 November 1991 yang diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan pemerintah. BMI mulai beroperasi 27 Syawal 1412 H atau 1 Mei 1992. Selain dukungan tokoh-tokoh, pemimpin dan beberapa pengusaha muslim terkemuka pendiriannya juga mendapat dukungan masyarakat berupa komitmen pembelian saham senilai Rp 84 Miliar pada saat penandatanganan Akta Pendiriam Perseroan. Selanjutnya, dalam acara silaturahmi pendiriannya di Istana Bogor, diperoleh tambahan modal dari masyarakat sebesar Rp 106 Miliar sebagai wujud dukungannya. Pada 27 Oktober 1994, hanya dua tahun setelah didirikan, BMI berhasil menyandang predikat Bank Devisa. Pengakuan ini semakin memperkokoh posisinya sebagai bank syariah pertama dan terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa dan produk yang terus dikembangkan. Krisis moneter tahun 1997-1998 yang telah memporakporandakan sebagian besar perekonomian Asia Tenggara termasuk Indonesia. sektor perbankan nasional terbelit negatif spread dan bencana kredit macet. Akibatnya sejumlah bank mengalami kondisi terburuk dalam pengawasan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) dan terpaksa harus memperoleh rekapitalisasi dari pemerintah. Alhamdulillah sistem syariah menjadikan BMI terjaga dari negatif spread pada saat krisis moneter menghantam sehingga bank syariah pertama ini tetap bertahan dalam kategori A yang tidak membutuhkan pengawasan BPPN maupun rekapitalisasi pemerintah. Saat ini BMI memberikan layanan bagi lebih dari 2,5 juta nasabah melalui 275 gerai yang tersebar di 33 provinsi di Indonesia. Jaringan BMI didukung pula oleh aliansi melalui lebih dari 4000 Kantor Pos Online/SOPP di seluruh Indonesia, 32.000 ATM, serta 95.000 merchant debet. BMI saat ini juga merupakan satu-satunya bank syariah yang telah membuka cabang luar negeri,
33 yaitu di Kuala Lumpur, Malaysia. Untuk meningkatkan aksesibilitas nasabah di Malaysia, kerjasama dijalankan dengan jaringan Malaysia Electronic Payment System (MEPS) sehingga layanan BMI dapat diakses di lebih dari 2000 ATM di Malaysia. Sebagai Bank Pertama Murni Syariah, bank muamalat berkomitmen untuk menghadirkan layanan perbankan yang tidak hanya comply terhadap syariah, namun juga kompetitif dan aksesibel bagi masyarakat hingga pelosok nusantara. Komitmen tersebut diapresiasi oleh pemerintah, media massa, lembaga nasional dan internasional serta masyarakat luas melalui lebih dari 70 award bergengsi yang diterima oleh BMI dalam 5 tahun Terakhir. Penghargaan yang diterima antara lain sebagai Best Islamic Bank in Indonesia 2009 oleh Islamic Finance News (Kuala Lumpur), sebagai Best Islamic Financial Institution in Indonesia 2009 oleh Global Finance (New York) serta sebagai The Best Islamic Finance House in Indonesia 2009 oleh Alpha South East Asia (Hong Kong). 4.1.1.2. Visi dan Misi Perusahaan BMI memiliki sebuah visi yaitu “Menjadi bank syariah utama di Indonesia, dominan di pasar spiritual, dikagumi di pasar rasional”. Untuk mencapai visi tersebut PT Bank Muamalat Indonesia memiliki misi, yaitu “Menjadi ROLE MODEL Lembaga Keuangan Syariah dunia dengan penekanan pada semangat kewirausahaan, keunggulan manajemen dan orientasi investasi yang inovatif untuk memaksimumkan nilai bagi “stakeholder”. 4.1.1.3. Strutur Organisasi Perusahaan Pada dasarnya bank syariah memiliki struktur yang sama dengan bank konvensional, misalnya dalam hal komisaris dan direksi. Pada BMI, perusahaan dipimpin oleh seorang presiden direktur. Dibawahnya terdapat lima direktur yang terdiri dari: Compliance&Corporate Planning Director, Corporate Banking Director, Retail Banking Director, Treasury&International Banking Director, dan Finance&Operations Director. Tetapi ada unsur yang membedakan antar bank syariah dan bank konvensional adalah keharusan adanya Dewan Pengawas Syariah yang bertugas mengawasi operasional bank dan produk-produknya agar sesuai dengan garisgaris syariah. Pada BMI, kedudukan Dewan Pengawas Syariah setingkat dengan
34 Dewan Komisaris. Hal ini untuk menjamin efektifitas dari setiap opini yang dikeluarkan oleh Dewan Pengawas Syariah. Untuk lebih jelasnya struktur organisasi BMI dapat dilihat pada Lampiran 1. 4.1.2. Kinerja Perusahaan 4.1.2.1. Penghimpunan Dana Sehubungan dengan fungsi penghimpunan dana ini, bank sering pula disebut sebagai lembaga kepercayaan. Hal ini karena bank membutuhkan kepercayaan dari masyarakat agar masyarakat mempercayakan dananya untuk disimpan dalam bank. Sumber dana bank yang berasal dari masyarakat dapat berbentuk berupa tabungan, giro, dan simpanan berjangka (deposito). Sedangkan untuk akad, bank syariah mempergunakan akad wadiah dan mudharobah. 16000000
dalam juta rupiah
14000000 12000000
total giro
10000000 8000000
total tabungan
6000000 total deposito
4000000
2010/9
2009/…
2009/3
2008/6
2007/9
2006/…
2006/3
2005/6
2004/9
2003/…
2003/3
2002/6
2001/9
0
2000/…
2000000 Total Dana Pihak Ketiga
Gambar 3. Grafik Perkembangan Dana Pihak Ketiga PT Bank Muamalat Indonesia,Tbk kuartal IV 2000- kuartal III 2010. Selama periode kuartal IV 2000 - kuartal II 2009, penghimpunan DPK BMI terlihat bahwa deposito memiliki kontribusi terbesar dalam penghimpunan dana pihak ketiga diikuti oleh tabungan dan giro. Hal ini mungkin disebabkan oleh rasio bagi hasil yang ditawarkan oleh BMI di mana rasio bagi hasil untuk nasabah deposito lebih besar dari pada tabungan atau giro. Selain itu dapat dilihat dari grafik di atas bahwa perkembangan dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun oleh BMI memiliki kecenderungan menguat setiap waktunya. Dalam kurun waktu
35 tersebut tercatat bahwa ada peningkatan dalam penghimpunan dana pihak ketiga oleh PT Bank Muamalat Indonesia sebesar 1650,1%. 4.1.2.2. Penyaluran pembiayaan dan tingkat Financing to Deposit Ratio (FDR) Selain menghimpun dana dari masyarakat, fungsi lain yang utama dari bank adalah menyalurkan kredit (dalam istilah perbankan syariah disebut pembiayaan) kepada masyarakat. Sumber dana pembiayaan perbankan selain dari modal sendiri juga yang utama adalah dari dana pihak ketiga. Dengan menyalurkan pembiayaan bank mendapatkan pendapatan dan dengan ini pula bank dapat memberikan imbal hasil bagi nasabah penabungnya. Perkembangan penyaluran pembiayaan dan total dana pihak ketiga BMI dapat dilihat pada grafik di bawah ini. 16000000 14000000 12000000 10000000 8000000 DPK
6000000
pembiayaan
4000000 2000000 2010/9
2009/12
2009/3
2008/6
2007/9
2006/12
2006/3
2005/6
2004/9
2003/12
2003/3
2002/6
2001/9
2000/12
0
Gambar 4. Grafik Jumlah Pengumpulan Dana Pihak Ketiga dan Penyaluran Pembiayaan PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk Kuartal IV 2000Kuartal III 2010. Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa penyaluran pembiayaan yang dilakukan oleh BMI cenderung meningkat mengikuti kenaikan pengumpulan dana pihak ketiga. Pertumbuhan penyaluran pembiayaan dalam kurun waktu tersebut 1337,1%. Perkembangan nilai FDR BMI berdasarkan grafik di bawah ini cukup berfluktuasi dengan nilai rata-rata sebesar 93,7%. FDR dengan kisaran tersebut bisa dikatakan sangat tinggi jika dibandingkan dengan LDR perbankan
36 konvensional. Berdasarkan hal itu maka di dapat dua kesimpulan. Pertama, dengan tingginya FDR BMI maka bank ini dapat menjalankan fungsi intermediasinya dengan baik karena hampir seluruh dana pihak ketiga yang berhasil dikumpulkan dapat disalurkan kembali menjadi pembiayaan. Kedua, dengan tingginya FDR bahkan jika kita lihat di beberapa periode mencapai lebih dari 100% hal itu berarti BMI mengalami likuiditas yang cukup ketat. Dengan kata lain BMI memiliki risiko likuiditas yang cukup tinggi. Risiko likuiditas yang tinggi apabila tidak dikelola dengan baik maka akan membahayakan bagi bank tersebut. 140 120 100 80 60
FDR
40 20
2001/3 2001/9 2002/3 2002/9 2003/3 2003/9 2004/3 2004/9 2005/3 2005/9 2006/3 2006/9 2007/3 2007/9 2008/3 2008/9 2009/3 2009/9 2010/3 2010/9
0
Gambar 5. Grafik Perkembangan Financing to Deposit Ratio PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk Kuartal IV 2000- Kuartal III 2010 4.1.2.3. Pembiayaan Bermasalah Hal penting yang perlu diperhatikan oleh perbankan termasuk di dalamnya perbankan syariah adalah kualitas pembiayaan yang mereka salurkan. Kualitas penyaluran pembiayaan berdasarkan kolektibilitasnya terdiri atas: 1) Pembiayaan Lancar, 2) Dalam Perhatian Khusus, 3) Kurang Lancar, 4) Diragukan, dan 5) Macet. Yang dimaksud dengan Non Performing Financing (NPF) adalah pembiayaan dengan kolektibilitas kurang lancar, diragukan dan macet. Sedangkan rasio NPF diperoleh dari pembagian antara jumlah ketiga kolektibilitas
37 tersebut dengan jumlah pembiayaan yang disalurkan. Perkembangan rasio NPF BMI dapat dilihat pada grafik di bawah ini. 25.00 20.00 15.00 10.00
NPF
5.00
2000/12 2001/6 2001/12 2002/6 2002/12 2003/6 2003/12 2004/6 2004/12 2005/6 2005/12 2006/6 2006/12 2007/6 2007/12 2008/6 2008/12 2009/6 2009/12 2010/6
0.00
Gambar 6. Grafik Perkembangan Rasio Non Performing Financing PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk Kuartal IV 2000- Kuartal III 2010. Dapat dilihat pada grafik di atas bahwa rasio NPF PT Bank Muamalat Indonesia pada kuartal IV 2000- kuartal IV 2001 berada pada kondisi yang mengkhawatirkan karena sangat jauh dari nilai yang telah ditetapkan Bank Indonesia untuk batas aman, yaitu 5%. Tetapi setelah kurun waktu tersebut rasio NPF dapat ditekan walaupun terkadang masih melewati ambang batas 5%. 4.1.2.4. Laba Bank Perolehan laba suatu perusahaan termasuk bank di dalamnya merupakan salah satu variabel yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan tersebut. Hal ini dikarenakan laba merupakan tujuan utama dari didirikan dan dioperasikannya sebuah perusahaan. Semakin besar laba yang diperoleh sebuah perusahaan maka dapat dikatakan perusahaan tersebut memiliki kinerja yang baik.
38 500000 400000 300000 200000
Laba
100000
‐100000
2000/12 2001/6 2001/12 2002/6 2002/12 2003/6 2003/12 2004/6 2004/12 2005/6 2005/12 2006/6 2006/12 2007/6 2007/12 2008/6 2008/12 2009/6 2009/12 2010/6
0
Gambar 7. Grafik Perkembangan Laba PT Bank Muamalat Indonesia Kuartal IV 2000- Kuartal III 2010. Berdasarkan grafik di atas terlihat bahwa perkembangan laba BMI selalu berfluktuatif. Selama kurun waktu kuartal IV 2000 – kuartal II 2002 BMI masih mengalami kerugian. Setelah kurun waktu tersebut BMI selalu meraih keuntungan walaupun terjadi naik turun di beberapa periode. Penurunan perolehan laba terbesar terjadi pada tahun 2009 sebesar Rp159,638 miliar dari Rp 432,38 miliar pada kuartal I 2009 ke posisi Rp 272,746 miliar pada akhir tahun. Di tahun 2010, BMI berhasil meningkatkan perolehan labanya kembali hingga mencapai Rp 33, 944 miliar dari Rp 328,275 miliar di awal tahun hinggaRp 362,219 miliar di akhir tahun. 4.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laba dan NPF Penelitian ini menggunakan tiga model yaitu: 1) Pengaruh FDR, pembiayaan, dan NPF terhadap laba, 2) Pengaruh dana pihak ketiga terhadap laba; dan 3) Pengaruh pembiayaan terhadap rasio NPF. Model pertama dan kedua dilakukan terpisah karena apabila disatukan maka akan terdapat multikolinearitas antara dana pihak ketiga dan pembiayaan. 4.2.1. Pengaruh Pembiayaan, Financing to Deposit Ratio (FDR), dan Rasio Non Performing Financing (NPF) Terhadap Laba Berdasarkan uji klasik untuk menguji kelayakan model regresi, dapat disimpulkan bahwa model regresi telah memenuhi berbagai persyaratan yang
39 diperlukan untuk dapat diregresikan, yaitu model regresi menyebar secara normal dan di dalam model tidak ditemukan adanya autokorelasi, multikolinieritas, dan heteroskedastisitas. Setelah model memenuhi syarat untuk dilakukan regresi linier berganda maka dengan menggunakan Minitab 14, kesimpulan dari hasil regresi linier barganda, Uji T, dan Uji F dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 6. Kesimpulan Hasil Pengolahan Regresi Linier Berganda Konstanta
Pembiayaan FDR
NPF
Koefisien
29659
0,0327
-401
-4000
Uji T
0,134*
0,000***
0,540*
0,014**
Uji F
0,000***
R²
93,9 % Ket:
*** berpengaruh nyata pada α = 1% ** berpengaruh nyata pada α = 5% * tidak berpengaruh nyata
Berdasarkan Tabel di atas bentuk fungsi regresi linier berganda dari hubungan antara Pembiayaan, FDR dan rasio NPF terhadap laba adalah sebagai berikut: Laba = 29659 + 0,0327 Pembiayaan – 401 FDR – 4000 NPF............... (3) Model regresi linier berganda di atas dapat diartikan bahwa setiap kenaikan satu rupiah pembiayaan akan mengakibatkan kenaikan 0,0387 rupiah laba. Nilai koefisien dari FDR yang sebesar -1131 dapat diartikan bahwa setiap kenaikan FDR sebesar satu persen akan mengakibatkan penurunan laba sebesar 1,131 miliar rupiah. Sedangkan nilai koefisien NPF yang sebesar -1967 dapat diartikan bahwa setiap kenaikan NPF sebesar satu persen akan mengakibatkan penurunan laba sebesar 1,967 miliar rupiah. Nilai R² dari model regresi ini yang sebesar 93,9% menunjukan bahwa keragaman nilai dari laba; 96,4 % nya dipengaruhi oleh faktor-faktor dalam model yaitu: pembiayaan, FDR dan NPF dan sisanya sebesar 6,1% dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya.
40 Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh keseluruhan variabel independen terhadap variabel dependen. Perhitungannya dapat menggunakan Minitab 14. Analysis of Variance Source Regression Residual Error Total
DF 3 36 39
SS 7,47143E+11 44308100828 7,91451E+11
MS 2,49048E+11 1230780579
F 202,35
P 0,000
Dengan menggunakan Minitab 14 seperti yang terlihat di atas didapatkan bahwa nilai p-value = 0,000 < α = 0,01. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa variabel independen (pembiayaan, FDR, dan NPF) secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel dependen (laba). Penggunaan taraf nyata atau α sebesar 0,01 pada model regresi ini menunjukan bahwa pengaruh variabel pembiayaan, Financing to Deposit Ratio dan Non Performing Financing secara bersama-sama memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap laba. Uji t dilakukan untuk melihat pengaruh parsial antara variabel independen terhadap variabel dependen. Uji t ini juga dapat dilakukan dengan menggunakan Minitab 14. Regression Analysis: Laba versus Pembiayaan; FDR; NPF The regression equation is Laba = 29659 + 0,0327 Pembiayaan - 401 FDR - 4000 NPF Predictor Constant Pembiayaan FDR NPF S = 35082,5
Coef 29659 0,032713 -401,1 -4000
SE Coef 56561 0,001526 648,7 1542
R-Sq = 94,4%
T 0,52 21,43 -0,62 -2,59
P 0,603 0,000 0,540 0,014
VIF 1,2 1,2 1,2
R-Sq(adj) = 93,9%
Hasil perhitungan dengan menggunakan Minitab 14 dapat diketahui bahwa: ¾ Untuk pembiayaan, nilai p-value pada saat dilakukan uji t ini adalah sebesar 0,000. Hal ini menunjukan bahwa pembiayaan berpengaruh sangat nyata terhadap laba karena nilai p-value = 0,000 < α = 0,01.
41 Berdasarkan Uji t yang telah dilakukan tersebut, pembiayaan berpengaruh sangat nyata terhadap laba. Koefisien pembiayaan yang bernilai positif dengan koefisien sebesar 0,0327 dapat diinterpretasikan bahwa dengan meningkatkan pembiayaan sebesar satu juta rupiah maka laba akan meningkat sebesar 0,0327 juta rupiah. Hubungan yang positif ini dapat dijelaskan yaitu dengan menyalurkan pembiayaan sebanyak-banyaknya maka bank juga akan mendapatkan pendapatan yang tinggi pula, baik itu dari pendapatan margin jual beli, sewa maupun pendapatan yang didapatkan dari bagi hasil sehingga pada akhirnya akan meningkatkan laba. ¾ Untuk FDR nilai p-value pada saat dilakukan Uji t ini adalah sebesar 0,031. Hal ini menunjukan bahwa FDR tidak berpengaruh nyata terhadap laba karena nilai p-value =0,540 > α = 0,05. Berdasarkan Uji t yang telah dilakukan, FDR tidak berpengaruh nyata terhadap laba. Hal ini menunjukan bahwa tingginya efektifitas fungsi intermediasi PT Bank Muamalat Indonesia yang ditunjukan dengan tingginya FDR tidak mempengaruhi laba yang diperoleh PT Bank Muamalat Indonesia. Tetapi jika kita melihat pada fungsi yang menunjukan bahwa koefisien FDR yang bernilai negatif menunjukan bahwa dengan meningkatkan FDR maka laba bank syariah akan mengalami penurunan. Jika didasarkan pada hasil bahwa pembiayaan bernilai positif terhadap laba, hasil ini sekilas nampak bertentangan pembiayaan yang bernilai positif terhadap laba. Hal ini karena pembiayaan dan FDR memiliki hubungan yang positif. Hal ini dapat dijelaskan bahwa nilai Financing to Deposit Ratio selain dipengaruhi oleh pembiayaan juga dipengaruhi oleh total dana pihak ketiga. Peningkatan pembiayaan dan penurunan FDR untuk menaikan perolehan laba dapat dilaksanakan sekaligus dengan cara meningkatkan pengumpulan dana pihak ketiga melebihi penyaluran pembiayaan. Jika melihat data historis yang ada pada PT Bank Muamalat Indonesia, argumentasi ini sangat masuk akal karena nilai FDR memang menunjukan angka yang cukup tinggi. Bahkan di beberapa periode nilai FDR menunjukan angka yang melebihi 100%. Hal ini dapat diartikan bahwa besarnya pembiayaan yang
42 disalurkan melebihi dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun. Hal itu berarti bahwa selain keseluruhan dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun itu disalurkan kembali, PT Bank Muamalat Indonesia bahkan juga menggunakan modal yang dimilikinya untuk menyalurkan pembiayaan. Kondisi yang seperti
ini dapat
meningkatkan risiko likuiditas karena selain menunjukan efektifitas fungsi intermediasi bank syariah, nilai Financing to Deposit Ratio juga dapat menjelaskan keadaan likuiditas dari suatu bank. Apabila suatu bank memiliki nilai Financing to Deposit Ratio yang cukup tinggi maka bank tersebut memiliki risiko likuiditas yang cukup tinggi yang pada akhirnya akan mengganggu PT Bank Muamalat Indonesia dalam melaksanakan kewajiban jangka pendeknya misalnya dalam memenuhi dana yang ditarik nasabah, membayar gaji pegawai, listrik, telepon dan biaya operasional lainnya. Kekurangan likuiditas ini dapat mengakibatkan bukan hanya kerugian tetapi juga kebangkrutan suatu bank. Berdasarkan hasil penelitian, nilai FDR PT. Bank Muamalat Indonesia saat ini terlalu besar sehingga perlu diturunkan dan penurunan ini tidak dilakukan secara terus menerus tetapi diturunkan pada sebuah titik dimana likuiditas tersedia dalam jumlah cukup. Likuiditas penting bagi bank untuk menjalankan transaksi bisnis sehari-hari, mengatasi kebutuhan dana yang mendesak untuk memuaskan permintaan nasabah terhadap pinjaman, dan memberikan fleksibilitas dalam meraih kesempatan investasi yang menarik dan menguntungkan. Likuiditas yang tersedia harus cukup, tidak boleh terlalu kecil sehingga mengganggu kebutuhan operasional sehari-hari, tetapi juga tidak boleh terlalu besar karena akan menurunkan efisiensi dan berdampak pada rendahnya tingkat profitabilitas. ¾ Untuk rasio NPF, nilai p-value pada saat dilakukan Uji t adalah sebesar 0,014. Hal ini menunjukan bahwa rasio NPF berpengaruh nyata terhadap laba karena nilai p-value =0,014 < α = 0,05. Koefisien rasio NPF yang bernilai -4000 dapat diinterpretasikan bahwa dengan menurunkan rasio NPF sebesar satu persen maka laba akan meningkat sebesar 4 miliar. Hasil rasio NPF yang bernilai negatif terhadap perolehan laba ini dapat dijelaskan bahwa dengan semakin tingginya rasio NPF ini maka akan semakin menurunkan perolehan laba. Hal ini dikarenakan tingginya rasio NPF
43 akan mengakibatkan likuiditas yang dimiliki bank akan tersendat. Bank akan kesulitan untuk “memutar” kembali dana yang dimilikinya karena dana yang dimilikinya tersebut macet. Selain itu tingginya rasio NPF juga akan mengakibatkan tingginya Penyisihan Penyusutan Aktiva Produktif (PPAP) Bank Muamalat. Dengan tingginya PPAP ini maka bank akan kehilangan kesempatannya untuk memperoleh pendapatan dari penyaluran pembiayaannya karena dana yang dimiliki dialokasikan untuk PPAP. Sehingga dapat dikatakan PPAP merupakan biaya yang harus ditanggung oleh bank akibat tingginya rasio NPF. Semakin tinggi rasio NPF maka akan semakin besar pula biaya yang harus ditanggung oleh bank berupa PPAP yang pada akhirnya akan mengurangi laba. 4.2.2. Pengaruh Dana Pihak Ketiga Terhadap Laba Regression Analysis: Laba versus DPK The regression equation is Laba = - 40271 + 0,0328 DPK Predictor Coef SE Coef T P Constant -40271 11255 -3,58 0,001 DPK 0,032832 0,001581 20,77 0,000 S = 41060,2 R-Sq = 91,9% R-Sq(adj) = 91,7%
Berdasarkan hasil pengolahan menggunakan Minitab 14, didapat nilai pvalue sebesar 0,000. Dengan nilai p-value < α=0,01 maka dapat disimpulkan bahwa dana pihak ketiga berpengaruh secara nyata terhadap laba. Bentuk persamaan regresinya adalah: Laba = -40271 + 0,0328 Dana Pihak Ketiga................. (4) Dana pihak ketiga berpengaruh positif terhadap laba dengan nilai koefisien sebesar 0,0385. Hasil ini dapat diartikan bahwa setiap kenaikan dana pihak ketiga sebesar satu juta rupiah maka akan meningkatkan laba sebesar 0,0328 juta rupiah. Hasil ini dapat dijelaskan bahwa dengan semakin banyaknya pengumpulan DPK yang berhasil dikumpulkan oleh bank syariah mengakibatkan bank syariah memiliki sumber dana yang nantinya dapat dikelola oleh bank syariah. Bentuk pengelolaan tersebut dapat berupa penyaluran pembiayaan atau bentuk investasi lainnya seperti obligasi syariah yang saat ini cukup banyak beredar sehingga bank
44 syariah dapat meningkatkan pendapatan yang yang pada akhirnya akan meningkatkan laba. Selain itu dengan meningkatnya dana pihak ketiga yang berhasil dikumpulkan, bank syariah juga memiliki dana untuk dapat membiayai operasionalnya. 4.2.3. Pengaruh Pembiayaan Terhadap Rasio Non Performing Financing Hasil perhitungan menggunakan Minitab 14, dengan menggunakan α= 0,01, Regression Analysis: NPF versus Pembiayaan The regression equation is NPF = 7,06 - 0,000000 Pembiayaan Predictor Constant Pembiayaan S = 3,94817
Coef 7,063 -0,00000026
SE Coef 1,058 0,00000015
R-Sq = 7,0%
T 6,68 -1,70
P 0,000 0,098
R-Sq(adj) = 4,6%
Pembiayaan tidak berpengaruh secara nyata terhadap rasio Non performing Financing dengan α sebesar 0,01 karena nilai p-value yang didapat = 0,098. Nilai p-value model ini > α = 0,01. Tetapi jika menggunakan α = 0,1 maka persamaan ini dapat diterima karena p-value= 0,098 < α=0,1. NPF = 7,06 – 0,00000015 ...............................................(5) Asumsikan persamaaan ini nyata. Dapat dilihat bahwa pengaruh hubungan pembiayaan terhadap Non Performing Financing bernilai negatif dengan koefisien sebesar -0,00000015. Hal ini dapat diartikan bahwa dengan meningkatkan pembiayaan sebesar satu juta rupiah maka rasio NPF akan menurun sebesar 0,00000015 persen atau untuk menurunkan rasio NPF sebesar satu persen maka pembiayaan yang harus disalurkan sebesar 2/3 triliun rupiah. Angka 2/3 triliun rupiah ini +/- 5% dari jumlah pembiayaan pada kuartal III tahun 2010. Jika dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan pembiayaan tahunan dari 2006-2010 yang sebesar 21,95 % maka menaikan penyaluran pembiayaan sebesar 2/3 triliun rupiah dapat dilakukan. Melihat data pertumbuhan pengumpulan DPK yang rata-rata sebesar 20,23% pada tahun 2006-2010 dapat disimpulkan bahwa sumber dana untuk meningkatkan penyaluran pembiayaan pun dapat disokong dari DPK.
45 Secara singkat analisis ketiga model tersebut dapat disimpulkan oleh bagan di bawah ini:
FDR ‐ Pembiayaan
Ø
DPK
NPF +
+
‐ Laba
Gambar 8. Bagan Kesimpulan Hasil Pengolahan Tiga Model. Laba dipengaruhi secara nyata oleh dana pihak ketiga, pembiayaan, dan NPF. Dana pihak ketiga dan pembiayaan berpengaruh positif sedangkan NPF berpengaruh negatif terhadap laba. Sedangkan untuk pembiayaan berpengaruh negatif terhadap Non Performing Financing. 4.3. Implikasi Manajerial Bank adalah lembaga intermediasi yang menghubungkan kepentingan antara surplus unit yang menginginkan adanya return dari surplus dana yang dimilikinya dengan deficit unit yang membutuhkan dana untuk membiayai kegiatan ekonominya baik itu proses produksi maupun konsumsi. Pihak surplus unit dengan menyimpannya/menabungnya di bank syariah mereka berharap mendapatkan bagi hasil dari uang yang ditabungnya tersebut. Tabungan dari nasabah penabung tersebutpun hanya akan berguna jika bank syariah dapat menginvestasikan dana nasabah tersebut. Proses pemilihan investasi itu harus dilakukan dengan seksama karena kesalahan dalam pemilihan bentuk investasi akan membawa akibat bank tidak bisa memenuhi kewajibannya kepada para nasabahnya tersebut. Bank juga harus mempersiapkan dana yang dimilikinya untuk berjaga-jaga jika suatu saat nasabah hendak mengambilnya kembali. Likuiditas yang dimiliki oleh bank haruslah cukup, tidak boleh terlalu kecil sehingga mengganggu kebutuhan operasional sehari-hari, tetapi juga tidak boleh terlalu besar karena akan menurunkan efisiensi dan berdampak pada rendahnya tingkat profitabilitasnya karena pemicu utama
46 kebangkrutan yang dialami oleh bank, besar atau kecil, bukanlah karena kerugian yang dideritanya, melainkan lebih kepada ketidakmampuan bank memenuhi kebutuhan likuiditasnya. Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan dengan mengambil studi kasus pada BMI, untuk meningkatkan laba bank syariah perlu untuk meningkatkan penyaluran pembiayaan karena pembiayaan berpengaruh positif terhadap. Dengan penyaluran pembiayaan yang besar maka bank syariah juga akan mendapatkan pendapatan yang besar pula, baik itu didapat dari bagi hasil ataupun dari margin jual beli yang dilakukan yang pada akhirnya akan meningkatkan perolehan laba. Nilai FDR berdasarkan penelitian yang negatif terhadap laba menjelaskan bahwa dengan semakin rendahnya FDR maka perolehan laba akan semakin besar. Sekilas terlihat bahwa hasil ini kontradiktif dengan penyaluran pembiayaan yang bernilai positif terhadap laba karena penyaluran pembiayaan sendiri bernilai positif terhadap FDR. Apabila ingin menurunkan FDR maka pembiayaan juga harus diturunkan. Jika hal ini dilakukan (menurunkan penyaluran pembiayaan) maka perolehan laba pun juga akan menurun. Penurunan FDR dapat dilakukan tanpa menurunkan penyaluran pembiayaan yaitu dengan cara meningkatkan pertumbuhan pengumpulan DPK. Dengan mensinergikan ketiga variabel ini maka diharapkan perolehan laba dapat meningkat semaksimal mungkin. Hal ini dapat kita lihat pada hasil perhitungan pengaruh dana pihak ketiga terhadap laba yang dilakukan secara terpisah bahwa dengan meningkatkan dana pihak ketiga maka perolehan laba juga akan meningkat. Bank syariah harus lebih meningkatkan pertumbuhan pengumpulan DPK agar lebih besar dari pertumbuhan penyaluran
pembiayaan.
Sehingga
diharapkan
penurunan
FDR
tidak
mengorbankan pertumbuhan penyaluran pembiayaan. Dengan mensinergikan ketiga variabel ini maka diharapkan perolehan laba dapat meningkat semaksimal mungkin. Selain itu kenaikan penyaluran pembiayaan juga dapat meurunkan rasio NPF. Seperti yang kita ketahui bahwa salah satu masalah yang dihadapi oleh bank syariah, adalah tingginya rasio NPF. Tingginya rasio NPF suatu bank dapat
47 mempengaruhi kepercayaan nasabah penabung karena bank dianggap tidak dapat mengelola risiko kredit/pembiayaan. Tugas utama untuk memaksimalkan laba, meminimalkan risiko, dan menjamin tersedianya likuiditas yang cukup di bank biasanya dilakukan oleh assets/liabilities management committee (ALCO). Untuk itu peran dari assets/liabilities management committee dari BMI ini perlu untuk dimaksimalkan.
48 KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan dengan mengambil studi kasus pada PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk didapatkan bahwa pengumpulan DPK berpengaruh positif terhadap perolehan laba yang didapat oleh bank syariah dengan koefisien 0,0328. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa untuk menaikan laba sebesar 0,0328 satuan, dibutuhkan paling sedikit kenaikan pengumpulan DPK sebesar satu satuan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan secara serempak dari tiga variabel yang di uji yaitu: penyaluran pembiayaan, FDR, dan rasio NPF didapat bahwa FDR dan rasio NPF berpengaruh negatif terhadap laba, sedangkan penyaluran pembiayaan berpengaruh positif terhadap laba. Penyaluran pembiayaan yang besar berpengaruh positif terhadap perolehan laba dengan koefisien 0,0327, yang berarti untuk menaikan laba sebesar 0,0327 dibutuhkan paling sedikit kenaikan penyaluran pembiayaan sebesar satu satuan. Hal ini dapat dijelaskan karena dengan semakin besar menyalurkan pembiayaan maka bank syariah dapat memperoleh pendapatan baik itu didapat dari perolehan bagi hasil, margin penjualan atau pendapatan jasa yang pada akhirnya akan meningkatkan laba bank syariah. Koefisien variabel Financing to Deposit Ratio terhadap laba adalah – 401. Hal ini berarti bahwa untuk menaikan laba sebesar Rp 401 juta rupiah, bank syariah paling sedikit harus menurunkan FDR-nya sebesar satu persen. Oleh karena itu agar dapat meningkatkan perolehan labanya maka bank syariah harus menurunkan nilai FDR-nya yang saat ini cukup tinggi. Rasio Non Performing Financing berpengaruh negatif terhadap laba dengan koefisien -4000. Ini artinya, untuk dapat menaikan laba sebesar empat miliar rupiah, bank syariah setidaknya harus menurunkan rasio NPF-nya sebesar satu persen. Berdasarkan uji parsial yang telah dilakukan hanya rasio FDR yang tidak berpengaruh nyata terhadap perolehan laba sedangkan total penyaluran
49 pembiayaan dan NPF berpengaruh secara nyata terhadap perolehan laba yang diraih oleh PT Bank Muamalat Indonesia. Dengan α = 0,05 pembiayaan berpengaruh negatif terhadap rasio Non Performing Financing dengan koefisien sebesar 0,00000015. Hal ini dapat diartikan bahwa untuk menurunkan rasio NPF sebesar satu persen maka bank syariah harus meningkatkan penyaluran pembiayaannya paling sedikit sebesar 2/3 triliun rupiah. 2. Saran Untuk meningkatkan perolehan laba, bank syariah diharapkan mampu untuk meningkatkan perolehan pengumpulan DPK dan penyaluran pembiayaannya. Peningkatan pengumpulan DPK perlu untuk dilakukan agar bank syariah memiliki kemampuan untuk meningkatkan penyaluran pembiayaan. Peningkatan penyaluran pembiayaan ini selain dapat meningkatkan pendapatan -yang pada akhirnya meningkatkan laba- juga dapat menurunkan rasio NPF bank syariah yang selama ini sangat tinggi dengan catatan tetap memperhatikan aspek kehatihatian. Penurunan rasio NPF ini dapat menurunkan risiko pembiayaan. Peningkatan perolehan laba berdasarkan penelitian ini dapat juga dilakukan dengan cara menurunkan FDR bank syariah yang selama ini cukup tinggi bahkan di beberapa periode melampaui 100%. Nilai FDR di atas 100% artinya selain dana pihak ketiga yang disalurkan menjadi pembiayaan, modal yang dimiliki pun ikut disalurkan. Hal ini mencerminkan bahwa risiko likuiditas bank syariah sangat tinggi. Untuk menurunkan nilai FDR ini bank syariah harus lebih meningkatkan pertumbuhan pengumpulan dana pihak ketiganya jauh melampaui pertumbuhan penyaluran pembiayaan. Tetapi perlu juga diperhatikan bahwa nilai FDR ini tidak harus terus menerus diturunkan karena hal ini juga akan berdampak pada penumpukan likuiditas. Harus ada sebuah titik FDR yang ideal dimana likuiditas tidak kurang dan juga tidak berlebihan. Untuk itu diperlukan sebuah penelitian lanjutan untuk menemukan titik ini.
50 DAFTAR PUSTAKA Antonio, M. S. 2001. BANK SYARIAH Dari Teori Ke Praktik. Jakarta: Gema Insani Press. Arief, Sritua. 1993. Metode Penelitian Ekonomi. Jakarta: UI Press. Bank Indonesia. 2004. Statistik Perbankan Indonesia 2004. Jakarta. ____________. 2005. Statistik Perbankan Indonesia 2005. Jakarta. ____________. 2006. Statistik Perbankan Indonesia 2006. Jakarta. ____________. 2007. Statistik Perbankan Indonesia 2007. Jakarat. ____________. 2008. Statistik Perbankan Indonesia 2008. Jakarta. ____________. 2009. Statistik Perbankan Indonesia 2009. Jakarta. ____________. 2004. Statistik Perbankan Syariah 2004. Jakarta. ____________. 2005. Statistik Perbankan Syariah 2005. Jakarta. ____________. 2006. Statistik Perbankan Syariah 2006. Jakarta. ____________. 2007. Statistik Perbankan Syariah 2007. Jakarta. ____________. 2008. Statistik Perbankan Syariah 2008. Jakarta. ____________. 2009. Statistik Perbankan Syariah 2009. Jakarta. Hosen, M. N. dkk. 2007. Menjawab Keraguan Umat Islam Terhadap Bank Syariah. Jakarta: Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah Karim, A. A. 2004. Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan,Edisi 3. Jakarta: Raja Grafindo Persada ___________. Januari 2010. Semakin Terbuka Untuk Semua Kalangan. Sharing. Halm 37. (Kolom 2) Lind dkk, 2008. Teknik-Teknik Statistika dalam Bisnis dan Ekonomi Menggunakan Kelompok Data Global. Jakarta: Salemba Empat Mattjik, A. A. dan I Made Sumertajaya. 2006. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab. Bogor: IPB Press Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah. 2005. Buku Saku Perbankan Syariah. Jakarta: Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah . Rohaeni, H. 2009. Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga dan Kredit Bermasalah Terhadap Laba (Studi Kasus PT Bank X Tbk), Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakultas ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Bogor
51 Susanti, L. 2007. Pengaruh perubahan Portofolio Kredit Sektor Ekonomi Terhadap Pendapatan Bunga Kredit PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Skripsi pada Departemen Manajemen,Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Triandaru, S. dan Tatok Budi Santoso. 2006. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya , Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat Veithzal dan Rivai. 2008. Islamic Financial Management. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Winarno. Wing W. 2007. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews. Jakarta: Penerbit STIE YKPN.
52 Lampiran
Board of 1. Struktur Or Comissioners
Lampiran
President Director
Shariah Supervisiory Board
Complience & Corporate Planning Director
Corporate Banking Director
Retail Banking Director
Treasury & International banking Director
Finance & Operations Director
Complience Division
Financing Support Division
Retail Product Development Division
Treasury Division
General Admin & Network Division
Corporate Secretary Division
Remedial Division
Corporate Planning Division
Product Development Division
Sales Management & Support Division
Int’l Banking & Financing Institution Division
IT Management Division
Chanel Management Division
Funding Policy & Service Division
Finance & Accounting Division
53
waktu 2000/12 2001/3 2001/6 2001/9 2001/12 2002/3 2002/6 2002/9 2002/12 2003/3 2003/6 2003/9 2003/12 2004/3 2004/6 2004/9 2004/12 2005/3 2005/6
Total DPK (dalam juta rupiah)
FDR (dalam persen)
Pembiayaan (dalam juta rupiah)
NPF (dalam juta rupiah)
791760 894773 1021739 1020469 1157640 1118175 1396717 1478489 1666443 1615203 1807961 2060558 2508876 2579920 2808527 3356903 4235889 4235660 4697918
97,9 106,78 108,68 91,63 88,5 103,21 100,9 88,62 84,2 85,1 81,76 73,22 76,97 81,7 115,95 110,19 86,03 87,33 87,73
775133 955439 1110426 935056 1024511 1154068 1409287 1310237 1403145 1374538 1478189 1508741 1931082 2107795 3256487 3698971 3644135 3699002 4121483
19,34 17,48 15,72 14,19 6,18 6,02 5,64 4,78 4,92 4,77 4,32 4,79 3,15 3,07 2,12 2,21 2,99 2,15 3,01
Laba (dalam juta rupiah) -57229 -53635 -41389 -35291 -13902 -9938 -5475 5035 8189 24210 22592 43811 38521 58595 71170 66482 70285 135765 108829
54
waktu 2005/9 2005/12 2006/3 2006/6 2006/9 2006/12 2007/3 2007/6 2007/9 2007/12 2008/3 2008/6 2008/9 2008/12 2009/3 2009/6 2009/9 2009/12 2010/3 2010/6 2010/9
Total DPK (dalam juta rupiah) 5180008 5750227 5419571 5831903 6356609 6837431 7069942 7523357 7980621 8953210 9134198 9341601 9783836 10073953 10824597 12340138 12197578 13361659 12020256 12354924 13856508
FDR (dalam persen) 92,29 89,08 92 91,24 87,29 83,6 90,51 97,06 102,87 99,16 95,73 102,94 106,39 104,41 98,44 90,27 92,93 85,25 99,47 103,71 99,68
Pembiayaan (dalam juta rupiah) 4780629 5122302 4986005 5321028 5548684 5716092 6399005 7302170 8209665 8878003 8744168 9616244 10409023 10518214 10655733 11139443 11335209 11390814 11956549 12813292 13812167
NPF (dalam juta rupiah) 3,16 2,8 2,77 3,89 4,43 5,76 3,67 4,89 6,59 2,96 3,24 4,82 4,93 4,33 6,41 3,95 8,86 4,72 6,59 4,72 4,2
Laba (dalam juta rupiah) 158362 138126 190882 147844 185240 161152 230687 208276 238234 221370 304564 287172 356156 340891 432384 372430 300308 272746 328275 353521 362219
55 Lampiran 3. Hasil Uji Normalitas Normal Probability Plot of the Residuals (response is Laba) 99
95 90
Percent
80 70 60 50 40 30 20 10 5
1
-100000
-50000
0 Residual
50000
100000
56 Lampiran 4. Hasil Uji Autokorelasi
Runs Test: RESI1 Runs Test: RESI1
Runs test for RESI1
Runs above and below K = -8,57199E-11
The observed number of runs = 20 The expected number of runs = 20,55 17 observations above K; 23 below P-value = 0,857
57 Lampiran 5. Hasil Uji Multikolinearitas Regression Analysis: Laba versus Pembiayaan; FDR; NPF The regression equation is Laba = 29659 + 0,0327 Pembiayaan - 401 FDR - 4000 NPF
Predictor Constant Pembiayaan FDR NPF
S = 35082,5
Coef 29659 0,032713 -401,1 -4000
SE Coef 56561 0,001526 648,7 1542
R-Sq = 94,4%
T 0,52 21,43 -0,62 -2,59
VIF 1,2 1,2 1,2
R-Sq(adj) = 93,9%
P 0,603 0,000 0,540 0,014
58 Lampiran 6. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Regression Analysis: Laba versus RESI1 The regression equation is Laba = 150687 + 1,00 RESI1
Predictor Constant RESI1
S = 140220
Coef 150687 1,0000
SE Coef 22171 0,6661
R-Sq = 5,6%
T 6,80 1,50
P 0,000 0,142
R-Sq(adj) = 3,1%
Analysis of Variance Source Regression Residual Error Total
DF 1 38 39
SS 44308100828 7,47143E+11 7,91451E+11
MS 44308100828 19661667344
F 2,25
P 0,142