UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS DETERMINAN STRUKTUR PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI BAN LUAR DAN BAN DALAM INDONESIA TAHUN 1976 – 2011
SKRIPSI
Oleh: Januardo Arda Desart Panggabean 1006690014
FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI DEPOK DESEMBER 2014
Analisis determinan struktur perilaku dan..., Januardo Arda Desart Panggabean, FE UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS DETERMINAN STRUKTUR PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI BAN LUAR DAN BAN DALAM INDONESIA TAHUN 1976 – 2011
SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Oleh: Januardo Arda Desart Panggabean 1006690014
FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI DEPOK DESEMBER 2014 ii Universitas Indonesia
Analisis determinan struktur perilaku dan..., Januardo Arda Desart Panggabean, FE UI, 2014
iii Universitas Indonesia
Analisis determinan struktur perilaku dan..., Januardo Arda Desart Panggabean, FE UI, 2014
iv Universitas Indonesia
Analisis determinan struktur perilaku dan..., Januardo Arda Desart Panggabean, FE UI, 2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah S.W.T, karena atas rahmat, karunia, dan dorongan-Nya, skripsi ini dapat diselesaikan dalam waktu yang tepat. Selama skripsi ini dikerjakan, terdapat banyak pihak yang turut berkontribusi sehingga akhirnya skripsi ini dapat selesai. Pihak-pihak tersebut diantaranya adalah: 1. Terima kasih (sekali lagi) kepada Allah S.W.T yang akhirnya mau menyadarkan saya agar mau menyelesaikan skripsi saya dan tidak banyak tidur-tiduran lagi. 2. Terima kasih kepada diri saya sendiri yang akhirnya mau mengerjakan skripsi ini dan berhenti berlari dari tuntutan tugas akhir demi mengejar gelar sarjana. Apalagi di masa-masa krusial pengerjaan skripsi sedang banyak badai video game yang sangat menggoda. 3. Terima kasih untuk kedua orang tua saya yang banyak memberikan dorongan dan semangat dalam pengerjaan skripsi ini. Skripsi ini saya persembahkan sebagai bukti bahwa setidaknya perjuangan kalian untuk mendidik saya tidak sia-sia. 4. Terima kasih untuk Bapak Andi Fahmi Lubis sebagai pembimbing yang banyak memberikan arahan dan sabar membantu dalam proses pengerjaan skripsi saya. 5. Terima kasih untuk Bapak Zakir Machmud dan Ibu Dewi Ratna Sjari sebagai penguji yang meberikan saran dan masukan agar skripsi ini dapat lebih baik lagi. Untuk masalah kenapa saya dipanggil “Ardo” bukan “Arda” bisa ditanyakan langsung ke orang tua saya. 6. Terima kasih untuk jajaran anggota dan petinggi Himpunan Mahasiswa Gabut FEUI GEN-1 yang sudah lulus duluan: Aklan Huda Wijaya, Ardhitama Shaumarli, Muhammad Arditya, Delta Antariksa (kurang-kuranginlah del), Dimas Prasetya Wardhana, Dimas Satria Hardianto, Erwin Wicaksana, Fikri Syuhada, Heru Prasetyo, Hirzi Risad, I Dewa Agung Trisna, Ivan Brian, Johannes Marthin Sahala, Kukuh Ecky Saputro, Kukuh Harisman, Pandu Wicaksono, Rizka Abrar, Tito Adiwikarta, Alvian Chandra Winata, Muhammad Ridha, Veto Tyas Indrio. Banyak sekali insight masa skripsi dan dunia kerja yang didapat dari pengalaman kalian. 7. Terima kasih kepada tim Himpunan Mahasiswa Gabut FEUI GEN-2 yang akan lulus bareng saya: Muthia Rahma dan Zuchaeri Ecky Ramadan, Aditya Permana, Rasyid Sayyari. Akhirnya kita bisa LULUS! 8. Terima kasih untuk jajaran anggota Himpunan Mahasiswa Gabut FEUI GEN-3 dan GEN-4 yang juga banyak memberi semangat semasa pengerjaan skripsi. Ayolah segera menyusul lulusnya.: Gigih Prasetyo, Agnie Oktavianto, Pingkan Alma Giana v Universitas Indonesia
Analisis determinan struktur perilaku dan..., Januardo Arda Desart Panggabean, FE UI, 2014
Waturandang, Willy Putra Yudha, Fandi Rakhmat, Canrawidya Octavian, Enrico Arochmansyah, Andhika “God” Aditya, Jazman Ihsanuddin. Semangat buat kalian semua! 9. Terima kasih untuk Adam Yonas Simamora selaku Chairman baru untuk HIMAGA FEUI periode 2014-2015 semester genap. Saya percayakan amanat sebagai chairman dan segala tugasnya kepada anda. Ingat, masa bertugasnya cukup 1 semester saja ya. 10. Terima kasih untuk tim Legislasi BPM FEUI 2011: Indarnoto Kunto, Noven Dwi, Yugo Binowo, dan Cesar Zehan. Banyak ilmu yang bermanfaat seputar legislasi yang didapat selama saya bertugas. 11. Terima kasih untuk Priatama Arifin sebagai teman satu tujuan meski beda jalur skripsi. Banyak sekali ide penulisan dan pengolahan data yang didapat selama kita diskusi santai. 12. Terima kasih untuk Lita Tiami Adela yang saya cintai. Terima kasih atas semangat, perhatian, hingga randomness nya sehingga bisa mengangkat mood saya selama pengerjaan skripsi. 13. Terima kasih kepada teman-teman audiophile yang banyak memberikan ilmu seputar audio hingga semangat untuk pengerjaan skripsi saya: Therry Kristiadi, Masatommi Moh, Albert Buntara, Hafiz Yunaf, Vinsensius Billy, Tri Adi Setiawan, Hadi Horas, dll. 14. Terima kasih kepada Yudie Christianto dari Headfonia, Dhani Nugraha dan Endry Zahran dari Jaben Network, serta Hengky Irawan dari Analog Head. Suplai perangkat audio dari yang cuma di audisi hingga yang dibeli banyak membantu meningkatkan semangat pengerjaan skripsi saya. Semoga kedepannya makin banyak diskon menarik ya.
vi Universitas Indonesia
Analisis determinan struktur perilaku dan..., Januardo Arda Desart Panggabean, FE UI, 2014
vii Universitas Indonesia
Analisis determinan struktur perilaku dan..., Januardo Arda Desart Panggabean, FE UI, 2014
ABSTRAK
Nama
:
Januardo Arda Desart Panggabean
Program Studi
:
Ilmu Ekonomi
Judul
:
Analisis Determinan Struktur, Perilaku, Dan Kinerja Industri Ban Luar Dan Ban Dalam Di Indonesia Tahun 1976 - 2011
Industri ban luar dan ban dalam Indonesia merupakan salah satu sektor industri yang dipromosikan oleh Kementerian Perindustrian Indonesia. Kementerian Perindustrian menyatakan bahwa industri ban luar dan ban dalam Indonesia memiliki prospek cerah atas profitabilitas yang dapat diraih. Penelitian ini ingin melakukan analisis determinan yang mempengaruhi pembentukan profitabilitas industri ban luar dan ban dalam di Indonesia didasari oleh tingginya tingkat konsentrasi pasar dan adanya indikasi perilaku kolusi yang sedang diproses oleh KPPU yang dilakukan oleh para pengusaha industri ban terkait. Dengan menggunakan PCM sebagai proksi atas profitabilitas, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa CR4 sebagai tingkat konsentrasi pasar berdampak negatif dan tidak signifikan terhadap PCM. Namun, halangan untuk masuk ke industri ban, intensitas penggunaan kapital, efisiensi-x, dan pertumbuhan demand berpengaruh positif dan signifikan terhadap PCM. Hal ini menunjukkan bahwa secara ekonometrika, dugaan adanya kolusi antara pemain di dalam industri ban Indonesia tidak terbukti.
Kata kunci: industri ban, profitabilitas, determinan, konsentrasi
viii Universitas Indonesia
Analisis determinan struktur perilaku dan..., Januardo Arda Desart Panggabean, FE UI, 2014
ABSTRACT
Name
:
Januardo Arda Desart Panggabean
Study Program
:
Economics
Title
:
Analysis of Structure, Conduct, and Performance Determinant of Tire Industries in Indonesia in 1976 until 2011
Tire’s industries in Indonesia is one of many industrial’s sectors that has been promoted by the Indonesian’s Ministry of Industries. The Ministry of Industries has been stating that the tire’s industries have a good prospect on the profitability’s aspect. This research’s purpose is to analyze the determinants that affect the profitability on the tire’s industries in Indonesia based on the indication of high rate of market’s concentration and collusion between the players inside the industry that has been processed by KPPU. Using the PCM’s framework as the proxy for the profitability, this research’s resulting in the negatively correllated and insignificant CR4 on PCM. But, barriers of entry, capital intensity, xefficiency, and demand growth has the positive correllation and significant on the PCM. This result shows us that, econometrically says, the suspicion about the collusion between the players inside the tire’s industry in Indonesia can’t be proven.
Keywords: Tire Industry, Profitability, Concentration
ix Universitas Indonesia
Analisis determinan struktur perilaku dan..., Januardo Arda Desart Panggabean, FE UI, 2014
DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL............................................................................................................ i HALAMAN JUDUL .............................................................................................................. ii HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................................. iii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................................... iv KATA PENGANTAR ............................................................................................................ v HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ......................................... vii ABSTRAK........................................................................................................................... viii ABSTRACT .......................................................................................................................... ix DAFTAR ISI .......................................................................................................................... x DAFTAR TABEL ................................................................................................................ xii DAFTAR GRAFIK ............................................................................................................. xiii BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang .............................................................................................................. 1 1.2 Sekilas Industri Ban Indonesia ...................................................................................... 5 1.3 Perumusan Masalah ...................................................................................................... 6 1.4 Tujuan Penelitian .......................................................................................................... 7 1.5 Metodologi Penelitian ................................................................................................... 8 1.6 Manfaat Penelitian ........................................................................................................ 8 1.7 Sumber Data.................................................................................................................. 8 1.8 Sistematika Penulisan ................................................................................................... 8 BAB 2 LANDASAN TEORI DAN EMPIRIS ..................................................................... 10 2.1 Hubungan antara tingkat konsentrasi pasar terhadap PCM ........................................ 16 2.2 Hubungan antara “Barrier To Entry” terhadap PCM ................................................. 17 2.3 Hubungan antara “Capital Intensity Ratio” terhadap PCM........................................ 17 2.4 Hubungan antara “X-Efficiency” terhadap PCM ........................................................ 18 2.5 Hubungan antara “Demand Growth” atau “Industry Growth” terhadap PCM .......... 18 2.6 Studi Terdahulu ........................................................................................................... 19 x Universitas Indonesia
Analisis determinan struktur perilaku dan..., Januardo Arda Desart Panggabean, FE UI, 2014
BAB 3 METODOLOGI ....................................................................................................... 21 3.1 Kerangka Pikir ............................................................................................................ 21 3.2 Model .......................................................................................................................... 22 3.3 Hipotesis Penelitian .................................................................................................... 25 3.4 Data ............................................................................................................................. 26 BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN.......................................................................... 28 4.1 Statistik Deskriptif ..................................................................................................... 28 4.2 Hasil Regresi .............................................................................................................. 36 4.3 Analisis Dan Pembahasan .......................................................................................... 40 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................................. 46 5.1 Kesimpulan ................................................................................................................. 46 5.2 Saran ........................................................................................................................... 47 5.3 Keterbatasan Penelitian ............................................................................................... 47 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 48 LAMPIRAN ........................................................................................................................ 51
xi Universitas Indonesia
Analisis determinan struktur perilaku dan..., Januardo Arda Desart Panggabean, FE UI, 2014
DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Hipotesis Penelitian .............................................................................................. 26 Tabel 3.2 Keterangan Variabel Penelitian ............................................................................ 27 Tabel 4.1 Tabel Statistik Deskriptif ...................................................................................... 36 Tabel 4.2 Hasil Spesifikasi Pertama ..................................................................................... 37 Tabel 4.3 Hasil Spesifikasi Kedua ........................................................................................ 38 Tabel 4.4 Hasil Spesifikasi Ketiga ....................................................................................... 39
xii Universitas Indonesia
Analisis determinan struktur perilaku dan..., Januardo Arda Desart Panggabean, FE UI, 2014
DAFTAR GRAFIK Grafik 1.1 PDB Indonesia dan Pengeluaran Konsumsi RT terhadap PDB atas Dasar Pengggunaan (miliar rupiah) .................................................................................................. 1 Grafik 1.2 Kendaraan Bermotor Di Indonesia (dalam satuan unit) ........................................ 2 Grafik 1.3 Output Industri Kendaraan Bermotor di Indonesia (dalam triliun rupiah) ........... 3 Grafik 1.4 Komparasi Output Industri Otomotif dan Industri Ban (triliun rupiah) ................ 4 Grafik 2.1 Ilustrasi Economies Of Scale ............................................................................... 13 Grafik 4.1 Price Cost Margin Industri Ban Indonesia (skala 0-1) ....................................... 28 Grafik 4.2 Concentration Ratio 4 Industri Ban Indonesia (Skala 0-1) ................................. 29 Grafik 4.3 Skala Efisiensi Minimum Industri Ban Di Indonesia (triliun rupiah) ................. 31 Grafik 4.4 Capital Intensity Ratio Industri Ban Indonesia (rasio nilai rupiah) .................... 33 Grafik 4.5 X-Efficiency-Industri Ban Indonesia (rasio nilai rupiah) .................................... 34 Grafik 4.6 Demand Growth Industri Ban Indonesia (dalam persen) .................................... 35 Grafik 4.7 Harga Karet Dunia (dalam USD per Kg) dan X-Efficiency Industri Ban (rasio nilai rupiah)........................................................................................................................... 44
xiii Universitas Indonesia
Analisis determinan struktur perilaku dan..., Januardo Arda Desart Panggabean, FE UI, 2014
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan ekonomi yang bertumbuh secara progresif. Dapat dilihat di grafik 1.1 bahwa Indonesia memiliki pertumbuhan PDB yang progresif. Pertumbuhan PDB yang progresif ini sebagian besar dibentuk oleh pengeluaran konsumsi rumah tangga di Indonesia yang secara proporsi diatas 50% terhadap PDB dibanding pos penggunaan lainnya. Hal ini mengindikasikan tingginya konsumsi masyarakat Indonesia atas berbagai barang dan jasa. Barang yang dimaksud diantaranya adalah mobil. 3000000.00 2500000.00 2000000.00
PDB (miliar rupiah)
1500000.00 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (miliar rupiah)
1000000.00 500000.00
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
0.00
Grafik 1.1: PDB Indonesia dan Pengeluaran Konsumsi RT terhadap PDB atas Dasar Pengggunaan (miliar rupiah) Sumber: Badan Pusat Statistik, 2014
Alat transportasi di Indonesia masih banyak didominasi oleh kendaraan pribadi (terutama motor dan mobil). Peningkatan jumlah kendaraan bermotor terlihat terus 1
Universitas Indonesia Analisis determinan struktur perilaku dan..., Januardo Arda Desart Panggabean, FE UI, 2014
15
menanjak seiring berjalannya waktu. Hal ini terjadi untuk berbagai jenis kendaraan bermotor (mobil penumpang, bis, truk, hingga sepeda motor) seperti yang bisa dilihat di grafik 1.2 dibawah ini. 90 000 000 80 000 000 70 000 000 60 000 000 50 000 000
Mobil Penumpang
40 000 000
Bis
30 000 000
Truk
20 000 000
Sepeda Motor
10 000 000 1987 1989 1991 1993 1995 1997 1999*) 2001 2003 2005 2007 2009 2011
0
Grafik 1.2 Kendaraan Bermotor Di Indonesia (dalam satuan unit) Sumber: Badan Pusat Statistik, 2014
Dapat dilihat dari grafik diatas bahwa jumlah kendaraan bermotor di Indonesia meningkat jumlahnya secara progresif dari waktu ke waktu. Level konsumsi yang cukup tinggi dari masyarakat Indonesia yang menjadi kontribusi terbesar dalam pembentukan PDB1. Hal ini menjadi salah satu penyebab kenaikan jumlah kendaraan bermotor di Indonesia. Terutama untuk mobil dan sepeda motor.
1
Badan Pusat Statitsik. (2014). Distribusi Persentase Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000, 2014 (Persen), 2014.
Universitas Indonesia
Analisis determinan struktur perilaku dan..., Januardo Arda Desart Panggabean, FE UI, 2014
16
80
70 60 50 Roda 4
40
Roda 2 30 20 10 0 2006
2007
2008
2009
2010
Grafik 1.3: Output Industri Kendaraan Bermotor di Indonesia (dalam triliun rupiah) Sumber: Kementerian Perindustrian, (2014)
Peningkatan jumlah kendaraan bermotor yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia menjadikan Indonesia sebagai target pasar yang potensial. Bahkan pada tahun 2008 dimana Indonesia masih dibayangi krisis ekonomi, namun penjualan mobil dan motor justru mengalami peningkatan2. Meningkatnya jumlah penjualan produk kendaraan bermotor ini turut meningkatkan penjualan perangkat-perangkat pelengkap kendaraan bermotor. Salah satu perangkat yang paling vital adalah ban sebagai barang komplementer. Ban merupakan komponen pelengkap kendaraan bermotor yang terbuat dari kompon karet (rubber compound) yang memudahkan pergerakan kendaraan bermotor itu sendiri. Ban yang diproduksi oleh produsen Indonesia sudah menggunaan standar yang telah disusun oleh Asosiasi Produsen Ban Indonesia (APBI) sebagai anggota Panitia Teknis Industri Kimia Hilir dan bekerjasama dengan Pusat Standardisasi dan Akreditasi, 2
Merujuk ke http://otomotif.kompas.com/read/2009/01/07/1352014/rekor.tertinggi.penjualan.mobil.di.indonesia.607.151.u nit (akses 5 Januari 2014, pukul 09:52 WIB)
Universitas Indonesia
Analisis determinan struktur perilaku dan..., Januardo Arda Desart Panggabean, FE UI, 2014
17
Departemen Perindustrian dan Perdagangan. Standardisasi dilakukan agar kualitas ban dapat disesuaikan dengan jenis kendaraan bermotor yang membutuhkan kualitas dan performa ban dalam level tertentu. Industri ban di Indonesia tidak terlepas dari industry kendaraan bermotor. Ketika industry kendaraan bermotor di Indonesia terus mengalami tren positif dalam operasinya, industri ban juga mengalami hal yang sama meskipun kadang berfluktuasi pada waktu tertentu. 120 100 80 Kendaraan Bermotor
60
Ban 40 20 0 2006
2007
2008
2009
2010
Grafik 1.4: Komparasi Output Industri Otomotif dan Industri Ban (dalam triliun rupiah) Sumber: Statistik Industri, BPS (banyak tahun)
Fluktuasi yang terjadi pada output dari industri ban di Indonesia diduga dikarenakan berbagai faktor terlepas dari tren positif yang dimiliki oleh industri otomotif di Indonesia. Beberapa diantaranya seperti struktur industri ban itu sendiri, efisiensi produksi, maupun tingkat penjualan dari produk ban di Indonesia.
Universitas Indonesia
Analisis determinan struktur perilaku dan..., Januardo Arda Desart Panggabean, FE UI, 2014
18
1.2. Sekilas Industri Ban Indonesia Industri ban di Indonesia didalamnya terdapat beberapa pemain baik dari luar negeri maupun dari dalam negeri. Beberapa pemain yang terdapat didalam industri ban di Indonesia diantaranya adalah: -
GAJAH TUNGGAL Gajah Tunggal merupakan salah satu perusahaan ban di Indonesia yang didirikan oleh putra-putri bangsa Indonesia. Gajah Tunggal diklaim sebagai perusahaan yang memiliki dan mengoperasikan fasilitas produksi ban yang terintegrasi dan dengan skala terbsesar di Indonesia. Perusahaan ini dibangun pada tahun 1951 sebagai produsen ban sepeda dan berkembang menjadi produsen ban sepeda motor serta ban untuk mobil. Beberapa varian produk ban dari Gajah Tunggal adalah CHAMPIRO, CLASSIRO, GTR (untuk kendaraan pribadi), GT (untuk kendaraan komersil), NF, NR RAZZO (untuk sepeda motor).
-
MULTISTRADA Perusahaan ban MULTISTRADA berdiri sebagai Perseroan pada tahun 1988 dengan nama PT Uroban Perkasa dengan bantuan teknologi dari PIRELLI Italia serta teknik distribusi dari CONTINENTAL GMbh Jerman. MULTISTRADA memiliki 2 varian utama ban dalam lineup produknya yaitu Achilles dan Corsa. Sebagai info tambahan, MULTISTRADA menjadi salah satu sponsor ban resmi untuk klub sepakbola Inggris yang cukup ternama yaitu Manchester United.
-
BRIDGESTONE Perusahaan ban BRIDGESTONE merupakan perusahaan ban asal Jepang yang cukup terkenal di level internasional. BRIDGESTONE pertama kali menginjakkan kakinya di ranah industri ban Indonesia pada tahun 1975. Beberapa varian yang umum beredar di pasaran adalah ECOPIA, TURANZA, POTENZA.
Universitas Indonesia
Analisis determinan struktur perilaku dan..., Januardo Arda Desart Panggabean, FE UI, 2014
19
-
DUNLOP Ban DUNLOP merupakan produk dari Sumitomo Rubber Industry, Jepang. Pabrik DUNLOP pertama kali menginjakkan kakinya di Indonesia pada tahun 1995 dikarenakan situs pabrik DUNLOP di Kobe, Jepang dilanda gempa bumi pada tahun 1995.Beberapa varian produknya adalah: VEURO, SP SPORT, SP TOURING, MT, D, PROSAFER.
-
DELI TIRES Perusahaan ban DELI merupakan perusahaan anak bangsa Indonesia yang berdiri sejak 1956 di Deli Serdang, Sumatera Utara. Beberapa merk turunan dari DELI diantaranya seperti Swallow, Delium, dan Spectra. Beberapa varian produknya adalah: VELOCITA, X-HAWK, SPRINTER, dan PRO RALLY
-
ELANG PERDANA ELANG PERDANA merupakan salah satu perusahaan ban besar milik putra bangsa Indonesia. ELANG PERDANA berdiri sejak 1996 sebagai produsen ban dengan performa tinggi. Beberapa varian yang beredar diantaranya: Accelera, EPCO, Forceum, Rib Series.
1.3 Perumusan Masalah Melihat bagaimana perekonomian Indonesia yang terus meningkat secara tren linear nya, bagaimana jumlah kendaraan bermotor terus meningkat maka hal ini seharusnya menjadi momentum bagi industri ban untuk mendapatkan profit besar dalam pengadaan ban untuk kebutuhan pelengkap atas kendaraan bermotor yang beredar di Indonesia. Hal ini dikarenakan bahwa demand atas ban secara logika akan meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah kendaraan bermotor di Indonesia dalam rangka tingginya konsumsi oleh masyarakat Indonesia. Namun dalam grafik 1.4 justru terlihat fluktuasi atas produksi ban di Indonesia sendiri.
Universitas Indonesia
Analisis determinan struktur perilaku dan..., Januardo Arda Desart Panggabean, FE UI, 2014
20
Dalam lingkup industry ban di Indonesia, Asosiasi Produsen Ban Indonesia (APBI) diawasi oleh KPPU (Komite Pengawas Persaingan Usaha) untuk mencegah adanya perilaku kolusi dan kerja sama illegal yang bisa membahayakan konsumen. Namun, KPPU sempat mempermasalahkan aktivitas APBI karena disinyalir melakukan tindakan kolusi dengan menginstrusikan para anggota dalam rapat tertutup untuk saling bertukar dokumen terkait kinerja produksi ban masing2 peserta3. Hal ini cukup mengagetkan karena jelas aktivitas tersebut melanggar aturan dari KPPU. Hal ini jelas menyalahi peraturan KPPU yang berusaha untuk menjaga pasar tetap kompetitif. Penemuan KPPU diatas memunculkan tanda tanya. Apakah ada indikasi pembentukan aktivitas kolusi untuk meningkatkan profit berdasarkan fenomena diatas. Hal ini dikarenakan Kementerian Perindustrian yang terus mempromosikan industri ban sebagai salah satu industri yang memiliki prospek cerah kedepannya 4. Namun prospek cerah yang dimaksud tidak menyinggung tentang situasi persaingan dalam industri ban itu sendiri. Perlu adanya penelitian mendalam dari segi tingkat konsentrasi pasar, persaingan, efisiensi, hingga pertumbuhan permintaan untuk bisa menganalisis determinan profitabilitas dengan melihat aspek struktur, perilaku, dan kinerja di sector Industri ban ini. 1.4 Tujuan penelitian Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang dimunculkan diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui variable-variabel apa saja yang mempengaruhi kinerja serta profitabilitas industry ban Indonesia seiring berjalannya waktu. Hal utama yang ingin diamati adalah indikasi kolusi dalam industri ban serta pengaruhnya terhadap profitabilitas industri ban itu sendiri.
3
Enam Pengusaha Ban Diduga Lakukan Kartel, ANT (Jumat, 30 Mei 2014) http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5388772ee1e55/enam-pengusaha-ban-diduga-lakukan-kartel (Diakses pada 8 Januari 2014, pukul 16:48 WIB) 4 Industri Ban Diandalkan, Kompas (2014) http://kemenperin.go.id/artikel/7435/Industri-Ban-Diandalkan (Diakses pada 8 Januari 2014, pukul 17:07 WIB)
Universitas Indonesia
Analisis determinan struktur perilaku dan..., Januardo Arda Desart Panggabean, FE UI, 2014
21
1.5 Metodologi penelitian Dalam skripsi ini, analisis yang akan digunakan adalah analisis dengan model ekonometrika. Model dasar yang akan digunakan mengikuti model yang pernah digunakan oleh Mishra (2008) yang menggunakan framework SCP (Structure, Conduct, and Performance). Kalkulasi ekonometrika dalam skripsi ini akan menggunakan pendekatan Ordinary Least Square. Namun terdapat beberapa modifikasi pada model tersebut yaitu penambahan independent variable yang akan di jelaskan pada bab selanjutnya. 1.6 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran tentang situasi dari industri ban Indonesia terkait pola pembentukan profitabilitas dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Meskipun dalam penelitian ini, tidak dimasukkan unsur kebijakan dari pemerintah dan benar-benar mengobservasi dari sisi struktur, perilaku, dan kinerja dari industri ban, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan pertimbangan pula bagi pemerintah untuk mengambil kebijakan terkait industri ban Indonesia terkait peningkatan profitabilitas dan juga terkait peraturan mengenai persaingan. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan bisa menjadi tambahan informasi bagi pemain di industri ban Indonesia dan calon pemain di industri ban Indonesia. 1.7 Sumber data Data yang digunakan dalam skripsi yang akan dilakukan disini adalah data industry ban Indonesia dari tahun 1975-2011. Data yang digunakan berasal dari data statistic industri yang diterbitkan oleh BPS untuk klasifikasi industry manufaktur berdasarkan International Standard Industry Classification (ISIC) 5 digit. 1.8 Sistematika Penulisan Bab 1 Pendahuluan Bab 1 berisikan gambaran umum mengenai latar belakang dari pelaksanaan penelitian ini. Bab 1 terdiri dari latar belakang penelitian yang termasuk didalamnya ada
Universitas Indonesia
Analisis determinan struktur perilaku dan..., Januardo Arda Desart Panggabean, FE UI, 2014
22
perumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, dan sistematika penulisan dari penelitian ini. Bab 2 Studi Literatur Bab 2 berisikan studi literatur yang menjabarkan teori yang mendasari penelitian serta bukti dari berbagai penelitian terdahulu yang membahas tpik yang serupa dengan topik yang diajukan dalam penelitian ini. Selain itu, di dalam bab 2 turut dijabarkan kerangka pemikiran konsep serta hipotesis yang ingin diajukan
Bab 3 Metodologi Bab 3 berisikan sumber data, model penelitian yang akan digunakan, definisi atas variabel yang akan digunakan, serta metode pengolahan serta analisis data yang dipilih.
Bab 4 Analisis dan Pembahasan Bab 4 berisikan bahasan dari analisis statistik deskriptif dan hasil pengolahan data yang telah dilakukan sebelumnya untuk menjawab pertanyaan penelitian tentang struktur, perilaku, dan kinerja dari industri ban Indonesia.
Bab 5 Kesimpulan Bab 5 berisi kesimpulan yang didapat dari hasil yang ditemukan dari bab 4. Selain itu, dipaparkan pula keterbatasan yang dihadapi dalam penelitian ini serta saran yang dapat digunakan untuk peneliti yang mau melanjutkan atau menyempurnakan penelitian ini.
Universitas Indonesia
Analisis determinan struktur perilaku dan..., Januardo Arda Desart Panggabean, FE UI, 2014
BAB 2 LANDASAN TEORI DAN EMPIRIS Paradigma SCP (Structure-Conduct-Performance) merupakan suatu system yang dikembangkan oleh Joe S. Bain pada tahun 1959 sebagai titik awal dalam upaya menganalisis suatu pasar atau industri.5 Structure –> Conduct -> Performance Figur 2.1: Struktur linear atas SCP Dalam pandangan struktur linear SCP, struktur pasar dibentuk sedemikian rupa untuk mengatur perilaku para produsen di pasar. Perilaku para produsen di pasar nanti akan menentukan berbagai aspek kinerja yang terlihat di pasar. Structure Struktur pasar dapat dibentuk dengan adanya beberapa kondisi yang harus dipenuhi. Kondisi tersebut adalah: -
Jumlah dan besar distribusi atas para penjual
-
Jumlah dan besar distribusi atas para pembeli
-
Diferensiasi produk
-
Halangan untuk masuk ke pasar Terkait jumlah dan besar distribusi atas penjual, Chamberlin (1933) mengemukakan
bahwa
ketika konsentrasi dari suatu pasar atau industri telah melewati batas kritikal
tertentu, beberapa pemain di dalam pasar atau industri akan mengenali ketergantungan diantara mereka sehingga akan terjadi kecenderungan pembentukan output secara monopoli. Besarnya tingkat konsentrasi yang mengindikasikan adanya kecenderungan 5
Martin, S. (1988). Industrial Economics. New York: Macmillan.
10
Universitas Indonesia Analisis determinan struktur perilaku dan..., Januardo Arda Desart Panggabean, FE UI, 2014
24
aktivitas oligopoli sebenarnya bervariasi. Chamberlin menyatakan bahwa kecenderungan kolusi muncul apabila 8 pemain terbesar dalam suatu industri atau pasar menguasai 70 persen atau lebih pangsa pasar. Namun, beberapa penelitian terbaru menyatakan tingkat konsentrasi pasar yang menyebabkan kolusi dibawah besaran yang diajukan oleh Chamberlin. Kwoka (1979) menemukan bahwa kecenderungan kolusi muncul ketika 2 pemain terbesar dalam industri memiliki pangsa pasar 25 hingga 35 persen. Hal ini terjadi dalam struktur pasar yang persaingannya tidak sempurna dan cenderung oligopoli. Ketika jumlah pemain semakin banyak sehingga masing-masing pemain mengabaikan pengaruh perilakunya terhadap harga produk di pasar, barulah terjadi kecenderungan persaingan didalam industri dan pasar mengarah ke persaingan yang lebih kompetitif. Diferensiasi produk turut mempengaruhi struktur dari pasar dan industri terkait. Diperlukannya tindakan yang sesuai dengan situasi oleh para pemain di pasar atau industri yang struktur persaingannya tidak sempurna. Hal ini akan dibahas di bagian Conduct dibawah. Conduct Aturan atas perilaku para produsen di pasar apabila dalam struktur persaingan sempurna bukan suatu hal yang menarik. Hal yang menarik justru terjadi di struktur persaingan tidak sempurna dikarenakan adanya kemungkinan gagal di kinerja, munculnya kolusi, kartel dll. Berikut beberapa poin yang dapat diamati dalam perilaku di pasar persaingan tidak sempurna: -
Kolusi
-
Perilaku Stratejik
-
Biaya iklan, penelitian, dan pembangunan Ketika struktur suatu industri atau pasar semakin mengarah ke persaingan tidak
sempurna (tingkat konsentrasi makin tinggi dalam oligopoli contohnya), beberapa pemain di industri atau pasar terkait akan cenderung membentuk perilaku kolusi atau kartel. Hal ini mengacu pada argumen yang dikemukakan Chamberlin di bagian Structure sebelumnya.
Universitas Indonesia
Analisis determinan struktur perilaku dan..., Januardo Arda Desart Panggabean, FE UI, 2014
25
Namun, dalam aplikasinya kolusi/kartel yang terbentuk tidak dilakukan secara terangterangan (overt collusion) karena banyak meninggalkan bukti-bukti fisik kolusi maupun kartel yang dapat memberatkan para anggotanya dikarenakan perilaku kolusi/kartel merupakan perilaku ilegal di beberapa negara (contohnya di U.S.A dan di Indonesia). Oleh sebab itu, ada semacam praktik yang dilakukan oleh para anggota kartel/kolusi untuk mengkomunikasikan aktivitas kerjasama mereka ke satu sama lain. Beberapa praktik yang dapat dilakukan untuk menghindari aktivitas kartel/kolusi secara terang-terangan adalah: -
Signalling Signalling merupakan aktivitas komunikasi dalah aktivitas kartel/kolusi yang berupa pengumuman rencana perubahan harga yang dilakukan oleh salah satu pemain yang dianggap secara arbitrary oleh para anggota melalui semacam persetujuan. Setelah pengumuman rencana perubahan harga dilaksanakan, para anggota
lainnya
dipersilahkan menyesuaikan harga
produknya
mengikuti
pengumuman yang telah disampaikan sebelumnya. Apabila dirasa perubahan tidak bisa dilakukan maka rencana perubahan harga akan dibatalkan. -
Pricing Rules Pricing Rules merupakan aktivitas penetapan harga diantara para anggota kolusi/kartel dimana basis penetapan harga atas produksi dari tiap anggota berasal dari peraturan umum yang telah disetujui secara bersama. Diferensiasi produk dalam suatu industri juga perlu ditangani oleh para anggota
dalam kolusi/kartel. Diferensiasi produk dilakukan dengan penetapan harga relatif yang berbeda beda untuk berbagai jenis produk yang diproduksi oleh industri terkait (umumnya barang yang dimaksud adalah barang terdiferensiasi ke berbagai jenis) sehingga diperlukan struktur biaya yang berbeda pula. Dalam beberapa industri (terutama yang padat modal dan membutuhkan teknologi tertentu dalam aktivitas) terdapat unsur skala ekonomi minimal (minimum efficient of scale). Hal ini mengacu kepada penjelasan mengenai sifat-sifat industri oleh Bappenas.
Universitas Indonesia
Analisis determinan struktur perilaku dan..., Januardo Arda Desart Panggabean, FE UI, 2014
26
Situasi Economies of scale menurut merupakan suatu situasi dimana ketika long-run average total cost menurun seiring dengan meningkatnya jumlah output yang diproduksi. Situasi economies of scale tercapai ketika biaya rata-rata untuk produksi yang dimiliki perusahaan saling dihubungkan seperti grafik yang dicantumkan dibawah ini.6
Grafik 2.1: Ilustrasi Economies Of Scale Sumber: http://tutor2u.net/ (akses pada 2 Februari 2014, 12:40 PM)
Grafik diatas memperlihatkan kombinasi antara output dan biaya produksi dalam jangka pendek dan jangka panjang. Dalam grafik diatas, terlihat bahwa ada 3 kapasitas produksi (SRAC). Asumsikan SRAC 1 merupakan kapasitas produksi pabrik kecil. SRAC 2 untuk pabrik sedang. SRAC 3 untuk pabrik besar. Terlihat bahwa Long Run Average Cost (LRAC) lebih “halus” dibanding kurva SRAC diatas. Untuk pabrik sedang (SRAC2) yang berproduksi pada Q2 masih membutuhkan biaya sebesar AC2. Pabrik kecil (SRAC1) juga demikian situasinyadimana untuk berproduksi dalam Q1 membutuhkan AC1 yang lebih besar ketimbang AC2. Sedangkan ketika melihat pabrik besar (SRAC3), yang berproduksi 6
Mankiw, N. G. (2014). Principles of Economics. Cengage Learning.
Universitas Indonesia
Analisis determinan struktur perilaku dan..., Januardo Arda Desart Panggabean, FE UI, 2014
27
pada Q3 hanya mengeluarkan AC sebesar AC3 (termasuk dalam long-run production). SRAC3 dan LRAC menunjukkan adanya peningkatan efisiensi dimana perusahaan (SRAC3) menurun tingkat biaya rata-rata (long run & short run) seiring dengan peningkatan jumlah produksi (Q). Mankiw menyatakan bahwa situasi economies of scale muncul karena tingkat produksi yang makin tinggi menyebabkan terjadinya spesialisasi kerja diantara para pekerja yang membuat para pekerja menjadi lebih efisien dan produktif dalam lini kerjanya. Akibat dari efisiensi atas produksi ini, harga produk pun dapat menurun sampai tingkat produksi tertentu dikarenakan adanya batas dalam produksi yang justru apabila dilewati malah akan menyebabkan diseconomies of scale. Performance Kinerja para produsen di pasar persaingan sempurna, jumlah permintaan sama dengan jumlah penawaran dengan harga yang sesuai dengan Marginal Cost. Asumsi produksi efisien menyebabkan kinerja di struktur persaingan sempurna tidak memiliki masalah menarik di short run dan long run. Dalam kondisi persaingan tidak sempurna, ada beberapa hal yang dapat diperhatikan terkait kinerja para pengusaha di pasar, yaitu: -
Profitabilitas
-
Efisiensi atas produksi
-
Progres pembanguan (terkait teknologi etc) Price Cost Margin merupakan sebuah indicator atas kekuatan pasar yang dirancang
oleh Abba Lerner pada tahun 1934. Lerner menggunakan basis logika untuk mengukur konsentrasi pasar dengan melihat kondisi profit maximization dari perusahaan (Elzinga dan Mills, 2011). Normalnya, profit optimal perusahaan dapat diraih dalam kondisi: Marginal Revenue(MR) = Marginal Cost(MC) Namun, dalam kondisi pasar dengan persaingan tidak sempurna, perhitungan Marginal Revenue mengacu pada 2 faktor, yaitu:
Universitas Indonesia
Analisis determinan struktur perilaku dan..., Januardo Arda Desart Panggabean, FE UI, 2014
28
1. Penambahan jumlah satu output yang terjual akan meningkatkan pendapatan perusahaan sebesar P 2. Semakin tinggi tingkat produksi berarti menambah jumlah supply di pasar. Pertambahan produksi tiap satu unit output disini akan menyebabkan turunnya tingkat harga sebesar dP/dQ. Sehingga, ketika perusahaan melakukan produksi sebesar Q maka penurunan harga akan sebesar Q(dP/dQ). Mengacu pada 2 situasi diatas, maka upaya maksimisasi profit perusahaan berubah menjadi: 𝑑𝑃
𝑄 𝑑𝑃
P+Q ( 𝑑𝑄) = P (1-𝑃
1
) = P (1-|§ |) = MC 𝑑𝑄
Dimana § menggambarkan besaran elastisitas permintaan suatu barang terhadap harga (P/Q)(dQ/dP). Persamaan diatas apabila diproses lebih lanjut akan menjadi persamaan: 𝑃−𝑀𝐶 𝑃
1
= |§| = L (Lerner’s Index)
Persamaan diatas merupakan apa yang diketahui sebagai Lerner’s Index. Persamaan L menunjukkan bahwa pasar yang tidak sempurna akan menimbulkan kerugian di masyarakat dalam bentuk harga yang lebih mahal atau berkurangnya consumer’s surplus. Besaran nilai L berada di range 0-1 dengan acuan bahwa semakin besar nilai L menunjukkan bahwa pasar makin terkonsentrasi dengan margin yang diperoleh makin besar ketimbang situasi harga pada struktur pasar yang cenderung bersaing secara kompetitif. Estimasi atas Lerner’s index membutuhkan data harga dan Marginal Cost. Sulitnya mencari data marginal cost perusahaan membuat aplikasi konsep PCM melalui estimasi Lerner’s Index ini tidak bisa dilakukan dengan mudah. Namun untuk menghitung PCM dapat dilakukan dengan penggunaan data-data lain sebagai proksinya, seperti penghitungan PCM yang diadopsi dari penelitian Domowitz, Hubbard dan Petersen pada tahun 1986.
Universitas Indonesia
Analisis determinan struktur perilaku dan..., Januardo Arda Desart Panggabean, FE UI, 2014
29
(𝑉𝑎𝑙𝑢𝑒 𝐴𝑑𝑑𝑒𝑑−𝑃𝑎𝑦𝑟𝑜𝑙𝑙)
PCM = (𝑉𝑎𝑙𝑢𝑒 𝐴𝑑𝑑𝑒𝑑+𝐶𝑜𝑠𝑡 𝑜𝑓 𝑀𝑎𝑡𝑒𝑟𝑖𝑎𝑙𝑠) 2.1 Hubungan antara tingkat konsentrasi pasar terhadap PCM Domowitz, Hubbard, dan Petersen (1986) mengemukakan bahwa ada hubungan antara tingkat konsentrasi suatu pasar terhadap aspek Price Cost Margin suatu industri. Hal ini dikarenakan PCM merupakan pengukuran tingkat profit yang diperoleh dari suatu industry berdasarkan dari struktur pasar yang terbentuk (persaingan sempurna hingga ke struktur yang makin terkonsentrasi). Cowling dan Waterson (1976) juga menemukan adanya hubungan antara HHI dan CR4 terhadap perubahan dari Price Cost Margins. Hal ini sesuai dengan dasar teori yang mereka ajukan berdasarkan dari penurunan model yang sudah dijelaskan sebelumnya terkait Lerner Index dan PCM. Tingkat konsentrasi pasar dapat dihitung dengan estimasi Concentration Ratio (CR). CR merupakan persentase dari total output industry atau dari pendapatan atas penjualan output. CR mengukur output total dari beberapa perusahaan dengan output terbesar terhadap output agregat dari industry terkait. Semakin besar angka persentasenya (mendekati 100), maka semakin besar konsentrasi industry terkait. Apabila mencapai 100%, dapat dikatakan bahwa bentuk pasar dari suatu industry itu adalah monopoli. Rasio CR yang digunakan disini adalah rasio CR4 dengan menghitung rasio dari output 4 perusahaan terbesar di industry terkait.
𝐶𝑅4 = ∑4𝑖=1 𝑠𝑖 Selain CR4, terdapat satu metode lain yang dapat digunakan untuk mengamati struktur suatu pasar. Metode tersebut adalah Herfindahl-Hirschman Index atau HHI. Metode ini dapat digunakan untuk mengamati tingkat konsentrasi pasar dalam skala yang lebih luas ketimbang Concentration Ratio 4 dengan menghitung jumlah kuadrat dari total market shares yang dimiliki oleh tiap perusahaan dalam suatu industry.
Universitas Indonesia
Analisis determinan struktur perilaku dan..., Januardo Arda Desart Panggabean, FE UI, 2014
30
2 HHI=𝐼ℎℎ = ∑𝑁 𝑖=1(𝑠𝑖 )
2.2 Hubungan antara “Barrier To Entry” terhadap PCM Hambatan untuk masuk ke suatu pasar turut menentukan pembentukan struktur dari suatu pasar itu sendiri yang juga menjadi barometer tingkat profitabilitas berdasarkan prinsip fungsi Price Cost Margins dengan Lerner Index. Qualls (1979) menemukan adanya korelasi positif antara hambatan untuk masuk ke pasar terhadap PCM. Semakin tinggi hambatan untuk masuk, maka pasar akan semakin terkonsentrasi sehingga berpengaruh positif terhadap PCM. Besaran hambatan untuk masuk ke pasar dapat dilihat dengan banyaknya jumlah competitor yang muncul untuk mengejar profit yang maksimal dan merebut pangsa pasar. Salah satu kalkulasi yang bisa digunakan untuk mengukur hambatan ini adalah dengan mengukur skala ekonomis yang didekati melalui jumlah output perusahaan. Comanor dan Wilson (1974) menyatakan definisi MES atau minimum efficient of scale sebagai “average plant size among the largest plants that account for at least fifty percent of industry output and then further divided by totoal output”. Namun Scherer dalam penelitiannya menyatakan bahwa MES dapat diukur dengan melihat total rata-rata output di suatu industri dan masih memiliki sifat yang sama dengan kalkulasi yang digunakan oleh Comanor dan Wilson.
MES = Average output of total firm’s in the industries 2.3 Hubungan antara Capital Intensity Ratio terhadap PCM Dalam suatu industry, terdapat perbedaan atas banyaknya kapital yang diinvestasikan dan digunakan untuk melakukan aktivitas produksinya.
Perbedaan ini
memiliki hubungan terkait Price Cost Margin. Prince dan Thurik (1993) menemukan adanya korelasi positif dan signifikan antara CIR terhadap PCM. Hal ini diakibatkan oleh adanya level minimal kapital yang harus dimiliki sebagai salah satu bentuk konstitusi penentu atas besaran hambatan untuk memasuki suatu pasar. Dalam industri tertentu,
Universitas Indonesia
Analisis determinan struktur perilaku dan..., Januardo Arda Desart Panggabean, FE UI, 2014
31
investasi atas kapital untuk produksi merupakan suatu hal yang wajib dipenuhi untuk mencapai tingkat produksi dengan tingkat kualitas dan kuantitas tertentu. Mishra (2008) juga menggunakan CIR sebagai salah satu variable dalam penelitiannya terkait PCM dan memiliki hasil yang positif dan signifikan juga. 2.4 Hubungan antara X-Efficiency terhadap PCM Efisiensi sebagai independent variable memiliki pengaruh terhadap PCM mengacu pada penelitian Puspasari (2006), variable ini dimasukkan karena tingginya kinerja diakibatkan oleh adanya efisiensi atas jumlah output yang dihasilkan. Efisiensi disini membandingkan antara nilai tambah dan nilai input yang dikelola. Selain itu, ada perhitungan atas Capital-Intensity Ratio untuk mengoreksi PCM untuk perbedaan intraindustri dalam perihal penggunaan kapital. X efficiency: Value added / Input Value 2.5 Hubungan antara Demand Growth atau Industry Growth terhadap PCM Hubungan antara Demand Growth terhadap PCM didasari oleh beragam hipotesis. Ada hipotesis yang menyatakan bahwa industry yang secara lambat mengalami pertumbuhan atau penurunan atas permintaan memiliki indikasi adanya aktivitas kolusi yang lebih besar seperti yang dijelaskan oleh Kaysen dan Turner (1961). Namun, ada pandangan yang bertentangan dengan hipotesis tersebut. Fuchs (1961) and Weiss (1963) mengatakan bahwa peningkatan atas permintaan dapat menciptakan situasi yang cocok untuk menaikkan harga dan meraup profit lebih banyak dari sebelumnya (Collins dan Preston, 1966, p. 235). Oleh sebab itu, hubungan antara Demand Growth terhadap PCM tidak bisa dipastikan sepenuhnya. Namun variable tersebut tetap dimasukkan ke dalam model untuk melihat apa yang bisa disimpulkan terkait hubungan antara Demand Growth dan PCM dari penelitian ini.
Universitas Indonesia
Analisis determinan struktur perilaku dan..., Januardo Arda Desart Panggabean, FE UI, 2014
32
2.6 Studi Terdahulu Terdapat beberapa penelitian sebelumnya mengenai kinerja industry dengan konsep Structure-Conduct-Performance ini. Yang pertama adalah penelitian oleh Agustin (2005) yang berjudul Analisis Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Semen Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati konsep SCP industry semen Indonesia. Data yang digunakan memiliki rentang waktu 1982-2001. Analisis ekonometrika menggunakan metode OLS dengan PCM sebagai dependant variable. Independent Variable yang digunakan disini adalah CR4, MES, dengan proxy Demand Growth. Hasil estimasinya adalah CR4 dan PCM bergerak dengan arah yang sama. Selain itu, terlihatnya hambatan masuk ke industry semen yang cukup besar karena jumlah pemain di industry semen Indonesia yang stabil dari waktu-ke waktu. Pannaahady (2010) juga pernah menggunaan konsep SCP dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Struktur Perilaku Kinerja Industri Pengolahan dan Pengawetan Daging di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk melihat struktur, perilaku, kinerja industri pengolahan dan pengawetan daging di Indonesia serta hubungan antara dan kinerja dalam industri ini. Data yang digunakan adalah 1987-2004. Analisis yang digunakan adalah dengan metode OLS. Variabel dependennya adalah PCM, variabel independen yang digunakan adalah CR4, X-efficiency, growth. Hasil estimasinya adalah variabel CR4 dan X-eff yang memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap PCM, hanya variabel growth saja yang tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap PCM. Zulham (2010) juga menggunakan konsep SCP dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Struktur Kinerja Industri Rokok di Indonesia.Dependent Variable yang digunakan adalah PCM. Independent Variable yang digunakan adalah Herfindahl-Hirschman Index, MES, Labour Productivity, Capital Utilization, dengan dummy klasifikasi industry. Hasil yang didapapat adalah tidak signifikannya tingkat konsentrasi pasar terhadap kinerja industry rokok Indonesia. Hambatan masuk memiliki korelasi positif atas kinerja. Utilisasi kapasitas produksi juga tidak signifikan sedangkan produktivitas pekerja berpengaruh
Universitas Indonesia
Analisis determinan struktur perilaku dan..., Januardo Arda Desart Panggabean, FE UI, 2014
33
signifikan terhadap kinerja. Terakhir, dummy industry yang digunakan signifikan dan positively correlated dengan kinerja industry rokok Indonesia. Prince dan Thurik (1993) menggunakan konsep SCP dalam penelitiannya yang berjudul Firm-Size Distribution and Price-Cost Margins in Dutch Manufacturing dengan PCM sebagai variabel dependennya. Hasil yang didapat adalah penemuan mengenai tidak signifikannya CR4 terhadap PCM. Selain itu, ditemukannya hubungan yang positif dan signifikan antara Capital Intensity dan Sales Growth terhadap PCM di industri manufaktur Belanda. Prince dan Thurik berpendapat bahwa kasus korelasi CR4 yang tidak signifikan terhadap PCM dikarenakan perbedaan perilaku para pemain di industri Belanda terhadap pemain di Industri di USA.
Universitas Indonesia
Analisis determinan struktur perilaku dan..., Januardo Arda Desart Panggabean, FE UI, 2014
BAB 3 METODOLOGI 3.1 Kerangka Pikir Industri ban merupakan salah satu industri yang diandalkan oleh kementerian perindustrian Indonesia sebagai salah satu kontributor atas perekonomian Indonesia. Hal ini dikarenakan produksi dari Industri Ban Indonesia memiliki daya saing yang cukup tinggi di lingkup pasar global. Oleh sebab itu, kementerian perindustrian dan Presiden RI sangat mengandalkan aktivitas di industri ban Indonesia agar semakin giat di masa depan, meningkatkan tingkat profit dari hasil produksinya, dan menarik investasi yang menguntungkan bagi negara dan investor. Industri ban merupakan salah satu industri pengolahan kimia dasar yang belakangan ini disorot oleh beberapa pihak terkait indikasi adanya praktik tukar menukar data antar pengusaha yang melanggar peraturan yang ditetapkan oleh KPPU. Hal ini menimbulkan pertanyaan apakah industri ban Indonesia menghasilkan profit dari aktivitas kerja sama antar pengusaha yang berarti mengganggu iklim persaingan yang sehat di industri ban Indonesia. Penelitian mengenai profitabilitas melalui analisis Struktur Perilaku dan Kinerja yang dicapai oleh Industri ban Indonesia dirasa penting untuk melihat apa saja determinan yang mempengaruhi profitabilitas industri ban Indonesia terkait dari aspek Struktur, Perilaku, dan Kinerja yang ditunjukkan. Atas keinginan peneliti melakukan analisis determinan profitabilitas industri ban Indonesia dengan paradigma SCP, maka disini diajukan beberapa variabel yang dianggap memiliki pengaruh terhadap tingkat profitabilitas yang dicapai oleh industri ban Indonesia. Variabel yang diajukan telah dipertimbangkan alasan pencantumannya berdasarkan dari teori ekonomi maupun beberapa penelitian terdahulu yang menggunakan variabel yang sama. Tingkat konsentrasi pasar diduga berpengaruh karena tingkat konsentrasi mencerminkan seberapa terpusatnya suatu pasar dan tendensinya terhadap pembentukan profit dari industri terkait. Minimum Efficient of Scale merupakan indikator barrier to entry 21
Universitas Indonesia Analisis determinan struktur perilaku dan..., Januardo Arda Desart Panggabean, FE UI, 2014
35
yang juga membantu melihat struktur pasar yang terbentuk dari industri ban apakah persaingan sempurna atau bukan. Capital Intensity Ratio dianggap sebagai salah satu parameter perilaku industri ban dalam hal besar kapital yang digunakan untuk mengasilkan produksi. Efisiensi X dianggap berpengaruh terhadap profitabilitas karena menunjukkan efisiensi dari pengolahan input dalam memproduksi output sehingga mempengaruhi tingkat profit dari industri ban itu sendiri. Demand Growth diduga memiliki pengaruh dikarenakan adanya dugaan semakin besar atau tinggi peningkatan atas permintaan produk ban indonesia, maka industri ban akan makin meningkatkan produksinya untuk memenuhi permintaan pasar sehingga menciptakan revenue dan profit yang lebih besar. 3.2 Model Model yang digunakan dalam penelitian ini berbasis dari model yang digunakan Domowitz, Hubbard, dan Petersen (1986) dengan beberapa modifikasi dengan memasukkan variable Mnimum Efficiency of Scale seperti yang telah dilakukan oleh Qualls (1979) dan Mishra (2008). Selain itu, dimasukkan variabel X-efficiency merujuk ke penelitian yang telah dilakukan oleh Puspasari (2006). Selain pemasukan variabel baru, dilakukan pula eliminasi atas variabel Advertising to Sales Ratio dikarenakan tidak tersedianya data yang diperlukan terkait biaya advertising dari industri ban di Indonesia. Model ini lalu akan dianalisis menggunakan metode Ordinary Least Square. PCM = 𝛽0 + 𝛽1 CR4 + 𝛽2 MES + 𝛽3 CIR + 𝛽4 X-Efficiency + 𝛽5 DG Dimana: -
PCM: Indeks kalkulasi kekuatan pasar (Lerner’s Index)
-
CR4: Ukuran konsentrasi pasar
-
MES: Minimum Efficient of Scale
-
CIR: Capital Intensity Ratio
-
X-efficiency: Perbandingan nilai tambah terhadap nilai input
Universitas Indonesia
Analisis determinan struktur perilaku dan..., Januardo Arda Desart Panggabean, FE UI, 2014
36
-
DG: Demand Growth
Metode OLS merupakan metode yang digunakan dalam penelitian ini. Metode ini meminimalisir jumlah error yang dikuadratkan dari setiap observasi yang dilakukan. Basis model regresi OLS ini dibangun atas asumsi Classical Linear Regression Model (CLRM). Asumsi tersebut memiliki atribut yang disesuaikan dengan Gauss-Markov Theorem yang menuntut adanya karakteristik BLUE (Best, Linear, Unbiased Estimators) (Gujarati, 2003), yaitu: -
Linear: Estimator OLS merupakan fungsi linear dari random variable. Contoh: Variabel J terikat dalam model regresi yang menyertakan variable J dalam spesifikasinya.
-
Unbiased: Average Value atau Expected Value dari estimator sama dengan nilai actual.
Minimum variance yang dimiliki Estimator OLS memiliki nilai minimum. Kriteria ini penting untuk menjaga agar estimator selalu efisien. Estimator yang unbiased dengan variance terkecil dapat disimpulkan sebagai estimator yang efisien. Beberapa pengujian kriteria statistic juga akan dilakukan dalam penelitian ini. Uji FTest (Signifikansi simultan). F-Test dilakukan untuk melihat secara global apakah semua independent variable secara bersamaan mempengaruhi dependent variable. T-Test (Uji siginifikansi parsial) juga dilakukan untuk melihat secara individual, apakah tiap independent variable mempengaruhi dependent variable secara signifikan. Uji Goodness of Fit dilakukan untuk mengukur seberapa besar variasi dari nilai dependent variable dapat dijelaskan oleh independent variable. Uji Heteroskedastisitas digunakan untuk mencari variance dari setiap error apakah sama atau konstan. Asumsi terjadi Heteroskedastisitas berlaku ketika variance yang didapat tidak konstan. Dampak dari terjadinya asumsi itu adalah inefisiensi proses estimasi meski Uji-T dan Uji-F nya konsisten dan Unbiased. Gejala Heteroskedastisitas dapat dideteksi
Universitas Indonesia
Analisis determinan struktur perilaku dan..., Januardo Arda Desart Panggabean, FE UI, 2014
37
dengan metode grafik atau menggunakan Park test, Glejser Test,Breusch-Pagan test, Goldfeld-Quandt test, dan White test. Autokorelasi merupakan kejadian korelasi antara serangkaian observasi yang diurutkan menurut time series tertentu (Gujarati, 1978). Autokorelasi menyebabkan suatu persamaan memiliki selang kepercayaan yang semakin lebar dan probabilita inakurasi yang tinggi atas suatu penelitian. Akibatnya, variance atas residual yang diperleh dalam penelitian lebih rendah nilainya daripada yang seharusnya sehingga mengakibatkan Rsquare menjadi lebih tinggi, ¬T-test, F-Test menjadi tidak dianggap sah dan penaksir regresi akan menjadi sensitive terhadap fluktuasi pengambilan contoh. Kejadian Autokorelasi ini dapat dideteksi dengan metode grafik atau dengan uji Durbin-Watson stat. Multikolinearitas merupakan situasi terjadinya 2 atau lebih independent variable berkorelasi tinggi antara independence variable lainnya dalam satu model yang digunakan. Multikolinearitas menyebabkan koefisien regresi dugaan memiliki variance yang sangat besar, implikasi T-stat (rasio antara koefisien regresi dan simpangan baku) lebih kecil yang berakibat pada pengujian koefisien akan cenderung untuk menerima H0 sehingga koefisienkoefisien regresi menjadi tidak bisa diandalkan. Salah satu cara deteksi multikolinearitas dalam model adalah menggunakan matriks korelasi untuk melihat adanya korelasi antar independent variable. Cara lainnya bisa menggunakan Variable-Inflation Factor (VIF test). Mengatasi multikolinearitas dapat dilakukan dengan beberapa cara. Bisa dengan memanfaatkan informasi di masa lalu terkait variable yang diteliti, mengeluarkan variable yang multikolinearitasnya tinggi, melakukan transformasi terhadap variable dalam model dengan bentuk first difference untuk data time series, menggunakan regresi komponen utama, menggabungkan data time series dengan cross section, periksa kembali asumsi waktu pembuatan model, dan penambahan data baru/variable baru.
Universitas Indonesia
Analisis determinan struktur perilaku dan..., Januardo Arda Desart Panggabean, FE UI, 2014
38
3.3 Hipotesis Penelitian Berikut hipotesis yang akan diajukan: -
CR4 berkorelasi positif dan signifikan terhadap PCM. Hal dikarenakan perhitungan PCM menggunakan Lerner’s Index menunjukkan kecenderungan profitabilitas yang lebih besar di pasar dengan persaingan yang lebih terkonsentrasi ketimbang persaingan sempurna. Sehingga, semakin besar tingkat konsentrasi pasar makan semakin mendukung besaran profitabilitas yang didapat melalui perhitungan PCM. Hal ini dapat mengarah ke kemungkinan adanya aktivitas kolusi di dalam industri.
-
MES (Minimum Efficiency of Scale) berkorelasi positif dan signifikan terhadap PCM. Hal ini dikarenakan MES sebagai indikator hambatan untuk masuk ke dalam industri ban Indonesia menunjang besaran PCM yang dihasilkan terkait dari kecenderungan struktur pasar yang terbentuk dari besarnya hambatan untuk pemain baru masuk ke industri ban Indonesia. Semakin besar hambatan, makan persaingan pasar makin jauh dari persaingan sempurna sehingga profitabilitas melalui PCM semakin besar nilainya.
-
CIR (Capital Intensity Ratio) berkorelasi positif dan signifikan terhadap PCM. CIR menunjukkan perbedaan intensitas penggunaan kapital antar industri ban dan seberapa besar efeknya dalam pembentukan margins atas produksi. Semakin besar jumlah kapital yang digunakan oleh suatu industri, semakin sulit pula pemain baru untuk masuk ke dalam industri tersebut sehingga harga produk dapat dijaga pada posisi diatas tingkat harga kompetitif. Maka, industri yang cenderung “capital intensive” akan menghasilkan profit lebih besar ketimbang industri yang “labour intensive”dalam perihal intensitas penggunaan kapital.
Universitas Indonesia
Analisis determinan struktur perilaku dan..., Januardo Arda Desart Panggabean, FE UI, 2014
39
-
Efisiensi-X berkorelasi dengan PCM secara positif. Efisiensi-X disini diartikan dengan
biaya
yang
dikeluarkan
pada
tingkat
yang
minimum
yang
memungkinkan (Puspasari, 2006). Apabila suatu perusahaan bisa memproduksi barang dengan lebih efisien (sumber daya yang lebih sedikit contohnya input), dapat diduga bahwa biaya produksi akan semakin murah di jangka panjang. Dengan adanya efisiensi produksi maka tingkat keuntungan produsen akan meningkat. -
Demand Growth (DG) berkorelasi positif dengan PCM. Semakin tinggi pertumbuhan demand, maka ada momentum yang mendorong perusahaan untuk beroperasi dalam skala yang lebih tinggi, maka biaya rata-rata dari produksi akan berkurang seiring dengan meningkatnya profit yang akan didapat.
Tabel 3.1: Hipotesis Penelitian Variabel
Hubungan dengan PCM
CR4
Positif, Signifikan
MES
Positif, Signifikan
Capital Intensity Ratio
Positif, Signifikan
Efisiensi-X
Positif, Signifikan
Demand Growth
Positif, Signifikan
3.4
Data Data yang digunakan dalam penelitian disini adalah data sekunder dalam format
time series dengan periode waktu tahunan (year to year). Data-data yang digunakan bersumber dari Statistik Industri yang diterbitkan oleh BPS dan dikompilasi pula oleh LPEM FEUI. Total observasi di penelitian ini berjumlah 36 observasi, dengan rentang waktu dari tahun 1976 hingga 2011. Hal yang perlu ditambahkan, adanya penyesuaian data dengan menggunakan IHK pada tahun 2010 yang diambil dari World Bank sebagai
Universitas Indonesia
Analisis determinan struktur perilaku dan..., Januardo Arda Desart Panggabean, FE UI, 2014
40
adjuster dari data yang akan digunakan. Hal ini digunakan untuk meminimalisir efek inflasi yang ditakutkan akan mendistorsi data dan outcome dari penelitian. Tabel 3.2: Keterangan Variabel Penelitian Variabel
Jenis Variabel
Keterangan Variabel
PCM
Dependen
PCM menunjukkan kecenderungan tingkat profitabilitas yang diperoleh oleh suatu sektor industri dan dikaitkan dari tingkat persaingan yang diperoleh dari Lerner’s Index.
CR4
Independen
Variabel HHI merupakan indikator tingkat konsentrasi pasar secara keseluruhan yang dinyatakan dalam besaran index 1-100.
MES
Independen
Variabel MES merupakan ukuran barrier to entry dengan menggunakan skala efisiensi minimal atas besaran produksi rata-rata dari industri ban Indonesia
CIR
Independen
Variabel Capital Intensity Ratio merupakan ukuran intensitas penggunaan kapital dibanding tenaga
kerja
yang
digunakan
untuk
merupakan
ukuran
memproduksi output. Efisiensi-X
Independen
Variabel
Efisiensi-X
efisiensi
atas
pengolahan
input
untuk
memproduksi output. Efisiensi didapat dari perbandingan value added yang diperoleh dari input yang diolah untuk produksi. Demand Growth
Independen
Variabel
Demand
Growth
menunjukkan
pertumbuhan demand atas produksi ban dengan proxy dari besaran penjualan yang dicapai oleh industri ban secara keseluruhan.
Universitas Indonesia
Analisis determinan struktur perilaku dan..., Januardo Arda Desart Panggabean, FE UI, 2014
BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Statistik Deskriptif Industri ban Indonesia merupakan industri pengolahan atas komoditi karet yang berada di dalam kategori industri pengolahan kertas dan kimia. Dalam aktivitasnya, industri ban di Indonesia berperan dalam memenuhi kebutuhan ban di dalam negeri untuk berbagai jenis kendaraan bermotor. Dibawah ini akan dijelaskan situasi dalam industri ban Indonesia melalui statistik deskriptif berdasarkan model penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya di Bab 3.
PCM 0.45
0.4 0.35 0.3 0.25 0.2
PCM
0.15 0.1 0.05 1976 1978 1980 1982 1984 1986 1988 1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010
0
Grafik 4.1: Price Cost Margin Industri Ban Indonesia (skala 0-1) Sumber: Statistik Industri Besar dan Sedang, BPS (diolah)
Dilihat dari grafik 4.1 diatas, dapat dilihat bahwa profitabilitas industri ban luar dan ban dalam Indonesia berfluktuasi sepanjang tahun 1976 hingga 2011. Pada tahun 1976 hingga 1979 terjadi tren penurunan atas profitabilitas industri ban. Namun, dimulai dari tahun 1980 hingga tahun 2011 justru terlihat tren peningkatan atas profitabilitas. Hal ini
28
Universitas Indonesia Analisis determinan struktur perilaku dan..., Januardo Arda Desart Panggabean, FE UI, 2014
42
terlihat apabila PCM diatas dipecah berseri setiap 10 tahun (tahun 1970, 1980, hingga 2000 ke 2011). Pada tahun 1998 terlihat penurunan atas profitabilitas yang diduga dikarenakan oleh krisis moneter yang melanda berbagai sektor perekonomian termasuk sektor industri kimia dasar yang salah satunya termasuk industri ban luar dan ban dalam. Namun secara keseluruhan, ternyata PCM yang dimiliki oleh industri ban di Indonesia tidak terlalu besar. Hal ini dapat dilihat dari range PCM dalam grafik 4.1 dimana nilainya hanya berkisaran dai 0.1 hingga 0.4 saja.7 Melihat fluktuasi dan kecilnya nilai dari PCM sebagai indikator profitabilitas industri ban ini, menimbulkan pertanyaan apakah hal tersebut disebabkan oleh tingkat konsentrasi pasar di industri ban atau disebabkan oleh hal lainnya. Hal ini mengingat bahwa tingkat konsentrasi pasar di industri ban Indonesia berdasarkan CR4 ternyata diatas 50% seperti yang digambarkan di grafik dibawah ini.
CR4 0.9 0.8 0.7 0.6 0.5 0.4
CR4
0.3 0.2 0.1 1976 1978 1980 1982 1984 1986 1988 1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010
0
Grafik 4.2: Concentration Ratio 4 Industri Ban Indonesia (skala 0-1) Sumber: Statistik Industri Besar dan Sedang, BPS (diolah)
7
Prince, Y. and Thurik, R. (1993). Firm-size distribution and price-cost margins in Dutch manufacturing. Small Bus Econ, 5(3), pp.173-186.
Universitas Indonesia
Analisis determinan struktur perilaku dan..., Januardo Arda Desart Panggabean, FE UI, 2014
43
Industri ban luar dan ban dalam Indonesia diihat dari kalkulasi besaran tingkat konsentrasi pasarnya, memiliki kecenderungan terpusat oleh beberapa pemain saja. Bisa dilihat di Grafik 4.2 diatas bahwa besaran Concentration Ratio 4 industri ban luar dan ban dalam Indonesia tidak pernah turun ke angka dibawah 0,5 dari skala 0 hingga 1,0. Pada tahun 1990 hingga menjelang tahun 1998 dimana krisis moneter global melanda dunia (termasuk Indonesia), terlihat adanya penurunan tingkat konsentrasi pasar atas industri ban luar dan ban dalam Indonesia. Hal ini disebabkan oleh situasi ekonomi yang mulai tidak kondusif menjelang krisis moneter berpengaruh cukup besar ke performa industri ban di Indonesia. Namun, secara keseluruhan dari tahun 1990 hingga tahun 1999 dan tahun 2000 hingga tahun 2011 tingkat konsentrasi atas industri ban menunjukkan tren yang meningkat di masing masing serial waktu 10 tahun. Melihat dari tingkat konsentrasi pasar yang tergolong tinggi di industri ban ini, diduga adanya indikasi perilaku oligopoli mengarah ke kolusi atau kartel dalam aktivitasnya seperti teori yang dikemukakan oleh Chamberlin (1933) dan Kwoka (1979). Namun, apakah adanya indikasi tersebut mempengaruhi ke profitabilitas dari sektor industri ini atau tidak akan dicoba untuk dibuktikan dalam penelitian ini. Hal ini mengingat bahwa tingkat PCM yang menunjukkan profitabilitas dari industri ban di Indonesia sendiri tidak tinggi seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
Universitas Indonesia
Analisis determinan struktur perilaku dan..., Januardo Arda Desart Panggabean, FE UI, 2014
44
MES (triliun rupiah) 25 20
15 MES (triliun rupiah)
10 5 0
Grafik 4.3: Skala Efisensi Minimum Industri Ban di Indonesia (triliun rupiah) Sumber: Statistik Industri Besar dan Sedang, BPS (diolah)
Skala efisiensi minimum merupakan gambaran situasi produksi minimum yang harus bisa dipenuhi oleh para pemain (secara jumlah output maupun biaya) dalam industri ban agar dapat memperoleh profit dan bertahan di dalam industri ban Indonesia. Terlihat bahwa skala efisiensi minimum di industri ban cenderung meningkat seiring dengan berjalannya waktu meskipun terdapat fluktuasi di tahun 1976 hingga tahun 1990. Skala efisiensi minimum yang terus meningkat mengindikasikan bahwa minimum requirements untuk berproduksi (secara biaya maupun jumlah output) semakin tinggi. Mengacu pada Bappenas, industry ban termasuk dalam salah satu industry yang memiliki skala efisiensi minimum dalam produksinya. Skala efisiensi yang terdapat dalam aktivitas produksi industry ban ini menjadi sebuah barrier to entry bagi para pemain baru di lahan industry ban Indonesia. Hambatan untuk masuk ke industry ban ini juga menjadi factor yang dapat menggambarkan apakah tingkat kompetisi di industry ban Indonesia cenderung fluktuatif atau stabil dimana dapat menentukan tingkat profitabilitas yang akan didapat oleh industry ban Indonesia.
Universitas Indonesia
Analisis determinan struktur perilaku dan..., Januardo Arda Desart Panggabean, FE UI, 2014
45
Melihat di tahun 2008, terjadi peningkatan pesat atas MES hingga tahun 2011. Peningkatan MES ini diduga dikarenakan terjadinya peningkatan kapasitas produksi dari pemain di dalam industri ban Indonesia. GAJAH TUNGGAL dalam laporan keuangannya menyatakan bahwa mereka telah melakukan pemasangan peralatan dalam rangka peningkatan produksi ban radial dan ban sepeda motor secara bertahap. GOODYEAR juga melakukan peningkatan kapasitas produksinya secara bertahap dalam rangka memenuhi permintaan pasar domestik dan internasional. Hal ini diduga akan memberikan discouraging effect bagi pemain baru yang ingin masuk ke industri ban Indonesia karena beberapa incumbent besar seperti GAJAH TUNGGAL, GOODYEAR meningkatkan kapasitas produksinya sehingga menciptakan halangan untuk masuk bagi pemain baru. Selain itu, skala efisiensi minimum yang tinggi mengindikasikan semakin kecilnya average cost per output produksi sehingga diharapkan akan meningkatkan margin yang diperoleh. Selain skala efisien minimal, utilisasi capital, efisiensi input, serta tingkat permintaan turut menentukan skala profitabilitas yang dapat diraih oleh industry ban Indonesia. Hal ini dikarenakan utilisasi capital yang optimal dan efisiensi atas input juga dapat menekan total biaya produksi yang dikeluarkan untuk produksi sehingga profit yang didapat akan makin besar.
Universitas Indonesia
Analisis determinan struktur perilaku dan..., Januardo Arda Desart Panggabean, FE UI, 2014
46
Capital Intensity Ratio 16 14 12 10 8
Capital Intensity Ratio
6 4 2 2009
2006
2003
2000
1997
1994
1991
1988
1985
1982
1979
1976
0
Grafik 4.4: Capital Intensity Ratio Industri Ban Indonesia (rasio nilai rupiah) Sumber: Statistik Industri Besar dan Sedang, BPS (diolah)
Capital Intensity Ratio didapat melalui perhitungan rasio antara total kapital (tanah, mesin, kendaraan, dll) dalam nilai rupiah terhadap total upah yang dibayarkan (dalam rupiah). Dilihat dari grafik 4.4 diatas, industri ban Indonesia memiliki skala intensitas kapital yang fluktuatif namun cenderung meningkat. Pada tahun 1978 pemerintah Indonesia melalui Bappenas menyatakan niatnya untuk membangun industri ban luar dan ban dalam Indonesia dalam pelaksanaan Repelita (Rencana Pembangunan Lima Tahun) tahap 3 dan 4 terkait peningkatan kapasitas produksi industri ban luar dan ban dalam untuk kendaraan roda 2 maupun roda 4. Bisa dilihat dari tahun 1985 hingga 1988 terjadi kenaikan atas CIR yang tajam dikarenakan oleh program peningkatan kapasitas produksi oleh pemerintah. Hal ini dibarengi juga dengan masuknya MULTISTRADA kedalam industri ban dengan membawa teknologi canggih dari Pirelli (Italia) dan Continental (Jerman) sehingga meningkatkan Capital Intensity Ratio atas industri ban Indonesia. Selain dari intensitas pemasangan modal produksi tadi, faktor tenaga kerja juga turut berpengaruh di dalam industri ban Indonesia. Skala intensitas kapital yang fluktuatif bisa juga disebabkan oleh berubahnya jumlah tenaga kerja yang digunakan oleh industri
Universitas Indonesia
Analisis determinan struktur perilaku dan..., Januardo Arda Desart Panggabean, FE UI, 2014
47
ban. Contoh ekstrimnya bisa dilihat di tahun 1998 dimana krisis moneter melanda Indonesia dan hampir seluruh negara di dunia. Capital Intensity Ratio industri ban mendadak meningkat drastis. Hal ini diduga dikarenakan terjadinya PHK besar-besaran yang dilakukan di berbagai sektor termasuk industri manufaktur dan kimia dasar. PHK massal menyebabkan turunnya jumlah pekerja yang dipakai oleh industri ban sedangkan kapital seperti mesin dibiarkan tetap. Hal ini menyebabkan tingginya rasio intensitas kapital di tahun 1998. Namun pada tahun 1999 Capital Intensity Ratio mengalami penurunan drastis. Hal ini diperkirakan oleh beberapa penyebab seperti tingginya nilai tukar rupiah terhadap dollar US sehingga menyebabkan tingginya pengeluaran untuk upah para pekerja industri ban. Pada tahun 2006 juga terlihat penurunan CIR yang disebabkan oleh kenaikan BBM pada tahun 2005. Kenaikan BBM menyebabkan meningkatnya biaya operasional atas upah pekerja melalui kenaikan UMP sebesar 15-20%.8
Efficiency-X 1.2 1 0.8
0.6 Efficiency-X 0.4 0.2 1976 1978 1980 1982 1984 1986 1988 1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010
0
Grafik 4.5: X-Efficiency Industri Ban Indonesia (rasio nilai rupiah) Sumber: Statistik Industri Besar dan Sedang, BPS (diolah)
8
http://www.adeksi.or.id/files/newsletter/UMR_2006_kota_tertentu_Indonesia.pdf, akses pada 16 Januardi 2015, pukul 10:01 WIB.
Universitas Indonesia
Analisis determinan struktur perilaku dan..., Januardo Arda Desart Panggabean, FE UI, 2014
48
Dilihat dari grafik 4.5, efisiensi produksi dari industri ban mengalami fluktuasi yang cukup banyak. Efisiensi X disini menunjukkan seberapa besar efisiensi alokasi atas input yang digunakan untuk berproduksi yang digambarkan dengan rasio atas nilai value added (dalam rupiah) terhadap nilai input produksi (dalam rupiah). Semakin besar value added yang dihasilkan oleh aktivitas pengolahan input dalam jumlah tertentu, semakin tinggi tingkat efisiensi yang dicapai. Hal ini dapat dikarenakan oleh beberapa hal seperti nilai komoditi karet yang merupakan material utama dari ban luar dan ban dalam yang berfluktuatif. Selain itu, harga BBM dan upah buruh juga mempengaruhi efisiensi karena merupakan bagian dari input dalam produksi oleh industri ban itu sendiri. Hal ini diduga menyebabkan margin yang didapat oleh industri ban atas produksinya menjadi berfluktuatif juga.
Demand Growth 7 6 5 4 3
Demand Growth
2 1
-1
1976 1978 1980 1982 1984 1986 1988 1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010
0
-2
Grafik 4.6: Demand Growth Industri Ban Indonesia (dalam persen) Sumber: Statistik Industri Besar dan Sedang, BPS (diolah)
Dilihat dari grafik 4.6, pertumbuhan permintaan atas produk ban luar dan ban dalam Indonesia mengalami fluktuasi dari waktu ke waktu. Hal ini diduga dikarenakan oleh beberapa faktor, yaitu:
Universitas Indonesia
Analisis determinan struktur perilaku dan..., Januardo Arda Desart Panggabean, FE UI, 2014
49
-
Harga ban yang tiap tahun fluktuatif (pricelist yang terus berubah)
-
Teknologi ban yang semakin canggih dan menyebabkan ban semakin durable. Hal ini menyebabkan demand atas ban sebagai Spare Parts cenderung fluktuatif.
-
Adanya kecenderungan dominasi atas merk tertentu dalam ban yang digunakan oleh beberapa produsen mobil sehingga beberapa merk ban memiliki demand yang rendah sebagai Original Accessories dari beberapa pabrikan mobil. Setelah melihat penjelasan secara deskriptif berdasarkan data statistik yang didapat,
maka pada bagian selanjutnya akan dilakukan olah data secara ekonometrika untuk membandingkan hasil olah data terhadap gambaran deskriptif yang telah dijelaskan sebelumnya. Dikarenakan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data dengan runtun waktu (time series), maka akan digunakan metode OLS (Ordinary Least Square) untuk menjawab pertanyaan penelitian yang telah diajukan. Berikut adalah tabel statistik deskriptif sederhana terkait variabel penelitian yang akan diuji. Tabel 4.1: Tabel Statistik Deskriptif Variabel PCM
CR4
MES
CIR
EFISX
DG
Mean
0.248004 0.655428 267.1368
4.515676 0.451588 0.50444
Max
0.402073 0.764653 2295.987
14.5195
0.961964 6.193315
Min
0.100419 0.516726 6108601.39
0.62555
0.145253 -0.80547
Median
0.238094 0.66969
3.53384
0.404063 0.267533
Stdev
0.076696 0.065735 468.6116
3.470006 0.190878 1.220663
N
36
36
36
60.86975
36
36
36
4.2 Hasil Regresi - Spesifikasi Pertama Berikut hasil regresi dari spesifikasi pertama model yang diajukan dalam penelitian ini.
Universitas Indonesia
Analisis determinan struktur perilaku dan..., Januardo Arda Desart Panggabean, FE UI, 2014
50
Tabel 4.2: Hasil Spesifikasi Pertama Variabel
Koefisien
Standard Error
CR4
-0.0560365
0.0732903
MES
1.72E-12
9.96E-13
CIR
0.0032473
0.0014166
EFISX
0.4165079
0.0260873
DG
0.006533
0.0036574
N: 36 OBSERVATION
ADJ R2: 0.8966
PROB>F: 0.0000
DWSTAT: 1.902645
Hasil diatas memperlihatkan besar nilai Adjusted R Square yang tinggi di 0.89. Nilai ini menunjukkan 89% variasi yang terjadi di variabel dependen model dapat dijelaskan oleh variasi yang terjadi di variabel independen model. Concentration Ratio 4 memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap profitabilitas. Hal ini diihat dari prob t dari variabel yang bernilai lebih besar dari 0.05. Dapat dikatakan bahwa tingkat konsentrasi dari industri ban luar dan ban dalam Indonesia tidak mempengaruhi tingkat profitabilitas industri ban luar dan ban dalam. Hasil ini memberikan suatu jawaban dari pertanyaan penelitian yang saya ajukan meskipun bertentangan dengan hipotesis yang diajukan. Skala efisiensi minimum (MES) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat profitabilitas. Variabel MES signifikan di level signifikansi 10% dengan nilai koefisien yang positif. Hal ini sesuai dengan hipotesis penelitian yang diajukan. Variabel Capital Intensity Ratio memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat profitabilitas. Hal ini terlihat dari tingkat prob t dari variabel sebesar 0.033 yang dibawah batas signifikansi 0.05 dengan nilai koefisien yang positif. Hal ini sesuai dengan hipotesis penelitian.
Universitas Indonesia
Analisis determinan struktur perilaku dan..., Januardo Arda Desart Panggabean, FE UI, 2014
51
Variabel efisiensi-X memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat profitabilitas. Hal ini terlihat dari tingkat prob t variabel yang dibawah 0.05 dan nilai koefisien yang positif sebesar 0.411074. Hal ini sesuai dengan hipotesis penelitian. Variabel Demand Growth memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat profitabilitas. Variabel DG signifikan di level 10% dengan probabilitas 0.99 berdasarkan nilai prob t serta dengan nilai koefisien positif di 0.0440519. Hal ini sesuai dengan hipotesis penelitian. Dari hasil spesifikasi pertama, terlihat bahwa hampir semua hasil penelitian sesuai dengan hipotesis yang diajukan. Namun, variabel utama yang ingin diteliti yaitu CR4 justru tidak signifikan terhadap profitabilitas. Oleh sebab itu, peneliti merasa perlu menguji spesifikasi lain untuk memastikan hasil yang telah ditemukan. - Spesifikasi Kedua Berikut adalah hasil spesifikasi kedua dimana variabel Demand Growth dikeluarkan dari model. Hal ini ditujukan untuk menguji konsistensi dari model Sehingga hasil yang ditunjukkan adalah sebagai berikut. Tabel 4.3: Hasil Spesifikasi Kedua Variabel
Koefisien
Standard Error
(CR4)
-0.0486696
0.0757155
MES
2.21e-12
9.92e-13
CIR
0.0025231
0.0014044
EFISX
0.4120694
0.0268706
DG
N/A
N/A
N: 36 OBSERVATION
ADJ R2: 0.8893
PROB>F: 0.0000
DWSTAT: 1.703372
Universitas Indonesia
Analisis determinan struktur perilaku dan..., Januardo Arda Desart Panggabean, FE UI, 2014
52
Hasil spesifikasi kedua tidak menunjukkan perubahan koefisien di variabel CR4 yang pada hasil spesifikasi pertama menunjukkan nilai negatif namun di hasil spesifikasi kedua tetap menunjukkan hasil negatif dan masih tidak signifikan. MES masih tetap menunjukkan hasil keofisien yang positif dan signifikan dengan besar koefisien 2.21e-12. Variabel CIR menunjukkan nilai koefisien yang positif sebesar 0.0025231 dan signifikan di tingkat alpha 10% (0.1). Variabel EFISX turut menunjukkan hasil koefisien yang positif dan signifikan dengan besar koefisien 0.4120694. - Spesifikasi Ketiga Dalam spesifikasi ketiga disini, variabel MES akan dikeluarkan dari model. Hal ini dilakukan untuk melihat konsistensi dari model yang digunakan. Berikut adalah hasil dari spesifikasi ketiga. Tabel 4.4: Hasil Spesifikasi Ketiga Variabel
Koefisien
Standard Error
(CR4)
-0.0909079
0.726993
MES
N/A
N/A
CIR
0.0037712
0.0014277
EFISX
0.4169083
0.0269128
DG
0.0082461
0.0036325
N: 36 OBSERVATION
ADJ R2: 0.8899
PROB>F: 0.0000
DWSTAT: 1.764937
Hasil spesifikasi ketiga tetap tidak menunjukkan perubahan koefisien dan signifikansi di variabel CR4 yang pada hasil spesifikasi pertama dan kedua masih menunjukkan nilai negatif dan tidak signifikan. Variabel CIR masih tetap menunjukkan hasil koefisien yang positif dan signifikan dengan besar koefisien 0.0037712. Variabel EFISX menunjukkan nilai koefisien yang positif sebesar 0.4169083 dan signifikan.
Universitas Indonesia
Analisis determinan struktur perilaku dan..., Januardo Arda Desart Panggabean, FE UI, 2014
53
Variabel DG turut menunjukkan hasil koefisien yang positif dan signifikan dengan besar koefisien 0.0082461. Melihat dari perbandingan 3 spesifikasi diatas, peneliti memutuskan untuk memilih spesifikasi pertama sebagai hasil akhir yang akan dibahas lebih lanjut karena mempertimbangkan konsistensi dari tidak signifikannya variabel CR4 antara 3 perbandingan spesifikasi. Hal ini merupakan temuan menarik karena kebanyakan penelitian dengan framework SCP klasik menunjukkan bahwa CR4 dan PCM memiliki hubungan yang positif dan signifikan. Oleh sebab itu, akan diberikan penjelasan dan analisis dugaan atas hasil yang ditemukan. 4.3 Analisis Dan Pembahasan Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan sebelumnya, terlihat bahwa tingkat konsentrasi pasar tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat profitabilitas. Hasil ini berarti tidak sesuai dengan hipotesis penelitian yang diajukan sebelumnya yang menyatakan bahwa adakorelasi positif dan signifikan antara itingkat konsentrasi pasar terhadap profitabilitas industri ban Indonesia. Hasil olah data menunjukkan bahwa berapapun besar tingkat konsentrasi pasar dari industri ban, hal tersebut tidak mempengaruhi tingkat profitabilitas industri ban luar dan ban dalam. Dengan kata lain, indikasi Concentration ratio 4 yang tinggi sepanjang waktu 1976-2011 yang awalnya memunculkan dugaan adanya aktivitas kolusi ternyata tidak terbukti dari data yang tersedia. Hal ini berarti menunjukkan bahwa teori yang dikemukakan oleh Chamberlin menjadi tidak terbukti secara ekonometrika di penelitian ini. Chamberlin (1933) berargumen bahwa akan adanya kecenderungan perilaku pemain pasar yang awalnya kompetitif menjadi saling berkolusi membentuk output secara monopoli. Selain itu, melihat lagi ke tingkat PCM yang cenderung rendah juga memperkuat alasan kenapa CR4 tidak berpengaruh dalam meningkatkan PCM sehingga teori Chamberlin dan hipotesis awal yang diajukan sebelumnya tidak terbukti.
Universitas Indonesia
Analisis determinan struktur perilaku dan..., Januardo Arda Desart Panggabean, FE UI, 2014
54
Fenomena tidak signifikannya CR4 terhadap PCM terjadi juga di penelitian yang dilakukan oleh Mishra (2008). Mishra menyatakan bahwa hal ini disebabkan oleh tingginya initial market concentration menyebabkan para incumbent menjadi terlalu santai dalam produksinya dan justru malah membuat industri tersebut tidak efisien dalam berproduksi. Hal ini didukung dengan situasi industri ban Indonesia yang masih memiliki barriers to entry yang signifikan (hal ini akan dibahas di bagian selanjutnya). Berdasarkan hasil penelitian, bisa dikatakan bahwa sebenarnya ada faktor lain yang mempengaruhi profitabilitas dari industri ban luar dan ban dalam Indonesia. Tidak signifikannya CR4 terhadap PCM turut menguatkan teori yang menyatakan bahwa market shares yang asimetris dengan jumlah pemain yang banyak justru menghalangi pembentukan aktivitas kolusi (Ivaldi, Jullien, Rey, Seabright, dan Tirole, 2003). Teori tersebut mengimplikasikan kolusi sulit dibentuk apabila jumlah pemain terlalu banyak dimana komunikasi sulit terkontrol. Melihat industri ban Indonesia, hal ini mungkin terjadi karena APBI sebagai perkumpulan pengusaha ban di Indonesia tidak merangkul sepenuhnya pengusaha ban di Indonesia. Masih ada beberapa perusahaan yang berada diluar keanggotaan dapat menyebabkan kemungkinan kolusi menjadi lebih kecil karena sulit untuk mengatur pemain diluar asosiasi. Minimum Efficiency of Scale (MES) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas dari industri ban luar dan ban dalam. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat skala efisiensi minimum produksi yang tinggi dalam industri ban luar dan ban dalam memang ada dimana sesuai dengan deskripsi industri ban luar dan ban dalam oleh Bappenas. Dari grafik 4.3 dapat dikatakan bahwa skala efisiensi minimum yang terus meningkat. Tingkat skala efisiensi minimum yang tinggi berarti menunjukkan situasi pencapaian economies of scale dalam berproduksi di jumlah tertentu menentukan besaran profitabilitas dikarenakan adanya perbedaan jumlah output yang bisa dihasilkan secara efisien dari masing2 pemain. Melihat bahwa dalam industri ban terdapat kecenderungan pasar yang terkonsentrasi seperti yang tergambar di grafik 4.2, dapat dikatakan bahwa skala efisiensi minimum industri ban sangat dipengaruhi oleh beberapa pemain besar saja. Ketika
Universitas Indonesia
Analisis determinan struktur perilaku dan..., Januardo Arda Desart Panggabean, FE UI, 2014
55
beberapa pemain di industri ban luar dan ban dalam itu mampu memproduksi output dengan jumlah yang lebih banyak dibanding pemain lainnya dengan besar Average Cost yang lebih kecil, maka pemain-pemain tersebut secara tidak langsung membentuk situasi economies of scale dalam industri ban luar dan ban dalam dalam produksinya. Situasi economies of scale yang terbentuk ini akan mempengaruhi aktivitas pemain lain karena mereka (yang tidak bisa berproduksi secara efisien karena Average Cost nya yang masih tinggi) akan terganggu. Gangguan yang dimaksud bisa berupa produk yang kalah bersaing karena harga yang ditetapkan lebih tinggi untuk menutupi ongkos produksi yang lebih besar dibanding para pemain yang mampu berproduksi dengan efisien sebelumnya. Gangguan tersebut bisa mendorong pemain yang tidak bisa bersaing untuk keluar dari pasar atau industri, serta bisa memberikan discourage effect bagi pemain baru untuk masuk ke industri ban luar dan ban dalam Indonesia. Capital Intensity Ratio memiliki efek positif dan signifikan terhadap tingkat profitabilitas. Hal ini menunjukkan bahwa perlunya teknologi yang untuk mampu memproduksi ban luar dan ban dalam yang berkualitas serta memenuhi standar penggunaan yang telah ditetapkan. Oleh sebab itu perlu adanya investasi yang besar atas kapital untuk berproduksi di industri ban Indonesia sebagai salah satu faktor penting yang juga menentukan keberlangsungan dari pemain di dalam industri ban Indonesia (Klepper dan Simons, 2000). Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, beberapa perusahaan telah melakukan pemasangan kapital secara bertahap untuk meningkatkan kapasitas produksinya. GAJAH
TUNGGAL,
GOODYEAR,
BRIDGESTONE
menjadi
beberapa
contoh
perusahaan yang melakukan improvisasi secara progresif terhadap kapital produksi yang digunakan. Teknologi yang muktahir yang digunakan untuk berproduksi akan menghasilkan produksi ban yang lebih banyak dan efisien. Selain perihal jumlah produksi, banyaknya variasi model ban luar dan ban dalam yang diproduksi juga membutuhkan teknologi yang berbeda dalam produksinya sehingga industri ban luar dan ban dalam sangat menitikberatkan penggunaan kapital dalam aktivitas produksinya agar dapat beproduksi secara efisien.
Universitas Indonesia
Analisis determinan struktur perilaku dan..., Januardo Arda Desart Panggabean, FE UI, 2014
56
Selain kapital yang besar, faktor spesialisasi dari tenaga kerja diduga juga akan meningkatkan produktivitas per pekerja di industri ban luar dan ban dalam Indonesia. Semakin terspesialisasi skill para pekerja maka semakin kecil kebutuhan tenaga kerja manusia yang dibutuhkan untuk berproduksi. GAJAH TUNGGAL dalam laporan keuangannya menyatakan bahwa mereka selalu melakukan pelatihan spesialisasi handling atas mesin-mesin yang digunakan untuk produksi. Hal ini memungkinkan pengeluaran perusahaan untuk tenaga kerja manusia akan bisa ditekan dan bisa dialihkan untuk memperoleh kapital yang lebih baik (contoh: mesin threading ban yang lebih baru). Selain itu, semakin terspesialisasi para pekerja maka mereka diharapkan mampu bekerja berdampingan dan mampu mengoperasikan kapital yang lebih canggih sehingga dapat menunjang produksi ban yang lebih efisien. Hal ini mendukung hasil olah data yang menunjukkan bahwa CIR berhubungan positif dan signifikan terhadap PCM. X-Efficiency berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap profitabilitas. Hal ini menunjukkan bahwa semakin efisien pengolahan input menjadi output mempengaruhi tingkat profitabilitas secara positif di industri ban Indonesia. Dalam produksinya, industri ban luar dan ban dalam Indonesia mengolah komoditi karet menjadi ban luar dan ban dalam dimana dalam produksinya akan menghasilkan value added yang diterima produsen ban. Namun hal itu tidak serta merta akan mempengaruhi efisiensi atas produksi industri ban. Hal ini dikarenakan dalam struktur input industri ban Indonesia terdapat pengeluaran untuk upah dan sebagainya.
Universitas Indonesia
Analisis determinan struktur perilaku dan..., Januardo Arda Desart Panggabean, FE UI, 2014
57
5
1.2
4.5 1
4 3.5
0.8
3 2.5
0.6
2
Harga Karet Dunia (USD/Kg) kiri Efisiensi X (rasio) kanan
0.4
1.5 1
0.2
0.5 0
0
Grafik 4.7: Harga Karet Dunia (dalam USD per Kg) dan X-Efficiency Industri Ban (rasio nilai rupiah) Sumber: World Bank, (banyak tahun)
Merujuk ke grafik diatas, dapat dilihat bahwa harga karet dari tahun 1976 hingga 2001 mengalami penurunan. Namun setelah 2001 hingga 2011 justru meningkat tajam. Secara deskriptif dapat dilihat di grafik 4.6 bahwa tingkat efisiensi-X industri ban akan tinggi disaat harga karet sedang di posisi rendah. Hal ini menunjukkan bahwa karet sebagai struktur utama biaya input dalam produksi ban di Indonesia turut menentukan tingkat efisiensi atas produksi ban di Indonesia. Melihat tingkat efisiensi yang turun dari seri 1976 hingga 2011, Anindita (2006) dalam penelitiannya tentang produktivitas industri ban di Indonesia menyatakan bahwa industri ban di Indonesia masih lemah dalam hal penguasaan teknologi sehingga masuk akal dengan situasi efisiensi-X yang menurun secara tren. Hal ini turut menguatkan argumen oleh Mishra (2008) pada bagian sebelumnya bahwa tingkat konsentrasi pasar yang tinggi ketika tidak positif dan signifikan mempengaruhi profitabilitas mengindikasikan adanya inefisiensi dalam produksi.
Universitas Indonesia
Analisis determinan struktur perilaku dan..., Januardo Arda Desart Panggabean, FE UI, 2014
58
Selain itu, terdapat pula dugaan berdasarkan argumen Liebenstein (1966) mengenai fenomena efisiensi-x yang berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap PCM dapat disebabkan karena: -
Bagaimana kemampuan reduksi biaya produksi atas ban tanpa adanya penemuan atau inovasi
-
Ada atau tidaknya inovasi atas proses produksi industri ban
-
Adanya faktor input baru yang dapat meningkatkan efisiensi dalam berproduksi Demand Growth berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas. Hal ini
menunjukkan bahwa peningkatan permintaan yang terjadi atas produk ban luar dan ban dalam maka akan meningkatkan tingkat profitabilitas dari industri ban dengan mendorong para pemain dalam industri untuk beroperasi dengan skala yang lebih besar (Mishra, 2008). Apabila perusahaan didorong untuk beroperasi dalam skala yang lebih tinggi, maka biaya rata-rata dari produksi akan berkurang seiring dengan terjadinya situasi economies of scale sehingga akan membuat industri ban di Indonesia meraup profit yang lebih besar ketika permintaan atas produk ban meningkat.
Universitas Indonesia
Analisis determinan struktur perilaku dan..., Januardo Arda Desart Panggabean, FE UI, 2014
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Industri ban di Indonesia ternyata memiliki tingkat konsentrasi yang cukup besar dengan tingkat profitabilitas yang cenderung kecil meskipun terdapat hambatan untuk masuk ke industri ban itu sendiri. Hal ini setelah diteliti lebih lanjut dengan proses ekonometrika juga menghasilkan hubungan yang negatif dan tidak signifikan dari tingkat konsentrasi pasar terhadap price cost margin industri ban Indonesia meskipun terdapat hubungan positif yang signifikan dari skala efisiensi minimum terhadap profitabilitas. Hasil pengolahan data yang ternyata tidak sesuai dengan hipotesis awal penelitian menunjukkan bahwa fenomena tingkat konsentrasi pasar mempengaruhi price cost margin yang banyak ditemukan di penelitian sebelumnya tidak terbukti secara statistik di industri ban Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian, profitabilitas dari industri ban Indonesia justru dipengaruhi oleh skala efisiensi minimum produksi, efisiensi pengolahan input, besar intensitas pemasangan kapital produksi, dan peningkatan permintaan ban di pasar. Hal diatas menunjukkan bahwa industri ban di Indonesia bergantung pada kemampuan berproduksi dari para pemainnya. Semakin tinggi kapasitas produksi yang dimiliki dan semakin efisien pengolahan input dalam aktivitas produksi ban akan meningkatkan profitabilitas industri. Selain itu, pemasangan kapital produksi dalam industri ban mempengaruhi profitabilitas dikarenakan sifat industri ban Indonesia yang berfokus ke intensitas penggunaan kapital produksi ketimbang sumber daya manusia. Hal ini dikarenakan aktivitas produksi ban sangat bergantung ke kapasitas produksi dari kapital yang dimiliki. Peningkatan permintaan ban berpengaruh positif mengindikasikan bahwa industri ban masih dalam situasi economies of scale yang berarti industri ban masih dapat meningkatkan lagi produksinya seiring dengan meningkatnya profitabilitas yang dapat diperoleh.
46
Universitas Indonesia Analisis determinan struktur perilaku dan..., Januardo Arda Desart Panggabean, FE UI, 2014
60
5.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian ini, diketahui bahwa hanya tingkat konsentrasi pasar yang tidak mempengaruhi profitabilitas industri ban luar dan ban dalam Indonesia. Perlu adanya perhatian mengenai tingkat efisiensi produksi serta value added yang akan dihasilkan oleh industri ban luar dan ban dalam. Harga barang baku karet sebagai komposisi biaya input produksi ban turut menentukan efisiensi atas produksi industri ban sehingga akan mempengaruhi profitabilitas dari industri ini. Apalagi sejak pemerintah RI dan Kementerian Perindustrian makin mempromosikan industri ban sebagai salah satu cabang industri yang memiliki prosek cerah di masa depan. Perlu adanya penunjangan infrastruktur pendukung produksi atau semacam program peningkatan kapasitas produksi industri ban luar dan ban dalam milik Indonesia baik dari sisi kapital maupun SDM agar dapat berproduksi secara efisien dan mampu bersaing dengan pemain asing. Apalagi mulai masuknya produsen baru (Hankook dari Korea) juga berarti akan ada pemain baru dengan teknologi baru yang berarti munculnya pesaing yang cukup kompeten. 5.3 Keterbatasan Penelitian Keterbatasan utama penelitian ini ada di ketersediaan data. Tidak adanya seri data yang lebih detail (per semester, kuartal, etc) mengenai industri ban luar dan ban dalam di Indonesia membuat peneliti menduga hal ini yang membuat tingkat konsentrasi pasar terlihat tidak signifikan pengaruhnya terhadap profitabilitas secara metode ekonometrika. Selain itu, tidak adanya detail data produksi per unit dan pemisahan antara industri ban luar dan ban dalam untuk kendaraan bermotor roda 2 dan roda 4 membuat peneliti terpaksa menggeneralisir kedua jenis komoditi tersebut secara agregat. Selain itu, tidak adanya detail kelengkapan data kapital terpasang untuk produksi menyebabkan peneliti harus mengasumsikan seluruh kapital terpakai dalam produksi.
Universitas Indonesia
Analisis determinan struktur perilaku dan..., Januardo Arda Desart Panggabean, FE UI, 2014
DAFTAR PUSTAKA Agustin. (2010). Analisa struktur, perilaku dan kinerja industri semen Indonesia 1982 – 2001. [Skripsi]. Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, Depok. B.J., Z. (2009, Januari 7). Rekor Tertinggi Penjualan Mobil Di Indonesia 607.151 unit. Retrieved January 5, 2014, 09:52 WIB from Kompas.com: http://otomotif.kompas.com/read/2009/01/07/1352014/rekor.tertinggi.penjualan.m obil.di.indonesia.607.151.unit Badan Pusat Statistik. (banyak tahun). Statistik Industri Besar Dan Sedang. Jakarta: Badan Pusat Statistik Collins, N. and Preston, L. (1966). Concentration and Price-Cost Margins in Food Manufacturing Industries. The Journal of Industrial Economics, 14(3), p.226. Comanor. William S. and Thomas A. Wilson. (1967). Advertising Market Stucture and Performance. The Review of Economics and Statistic, 49, No 4. hal 423-440 Cowling, K. and Waterson, M. (1976). Price-Cost Margins and Market Structure. Economica, 43(171), p.267. Doi, N. (2000). The Determinants of Firm Exit in Japanese Manufacturing Industries. Small Business Economics, 13(4), pp.331-337. Domowitz, I., Hubbard, R. and Petersen, B. (1986). Business Cycles and the Relationship between Concentration and Price-Cost Margins. The RAND Journal of Economics, 17(1), p.1. Elzinga, K. and Mills, D. (2011). The Lerner Index of Monopoly Power: Origins and Uses. American Economic Review, 101(3), pp.558-564. Gajah Tunggal, (berbagai tahun). Annual Report. Jakarta: PT. Gajah Tunggal Tbk. Gujarati, D. (2004). Basic Econometrics. West Point Military Academy. 48
Universitas Indonesia Analisis determinan struktur perilaku dan..., Januardo Arda Desart Panggabean, FE UI, 2014
62
Ivaldi, M., Jullien, B., Rey, P., Seabright, P. & Tirole, J. (2003). The Economics of Tacit Collusion. Toulouse: IDEI. Kalim, R. (2001). Capital Intensity In The Large-Scale Manufacturing Of Pakistan. Pakistan Economic and Social Review, 39(2), pp.135-151. Kaysen, C. (1955). “Economic theory and the Measurement of Concentration: Comment,” Business Concentration and Public Policy Princeton: Princeton University Press, 116-118. Kaysen, C. & D. F. Turner. (1965). Antitrust Policy” an Economic and Legal Analysis, Cambridge: Harvard University Press. Kompas. (2014). Industri Ban Diandalkan Retrieved January 8, 2014, 17:07 WIB from kemenperin.go.id: http://kemenperin.go.id/artikel/7435/Industri-Ban-Diandalkan Leibenstein, H. (1966). Allocative Efficiency vs. "X-Efficiency". The American Economic Review, 56(3), pp.392-415. Mankiw, N. G. (2014). Principles of Economics. Cengage Learning. Martin, S. (1988). Industrial Economics. New York: Macmillan. Mishra, P. (2008). Concentration-Markup Relationship in Indian Manufacturing Sector. Economic and Political Weekly, 43(39), pp.75-81. N.T., A. (2014, Mei 30). Enam Pengusaha Ban Diduga Lakukan Kartel. Retrieved May 30, 2014, 16:48 WIB from hukumonline.com: http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5388772ee1e55/enam-pengusaha-bandiduga-lakukan-kartel (Diakses pada 8 Januari 2014, pukul 16:48 WIB) Prince, Y. and Thurik, R. (1993). Firm-size distribution and price-cost margins in Dutch manufacturing. Small Bus Econ, 5(3), pp.173-186.
Analisis determinan struktur perilaku dan..., Januardo Arda Desart Panggabean, FE UI, 2014
63
Puspasari, C. (2006). Analisis Struktur-Perilaku-Kinerja Industri Mie Instan di Indonesia [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Pannaadhy. (2010). Analisis Struktur Perilaku Kinerja Industri Pengolahan dan Pengawetan Daging di Indonesia. [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Qualls, P. (1979). Market Structure and the Cyclical Flexibility of Price-Cost Margins. J BUS, 52(2), p.305. Sawhney, P. and Sawhney, B. (1973). Capacity-Utilization, Concentration, and Price-Cost Margins: Results on Indian Industries. The Journal of Industrial Economics, 21(2), p.145. Shy, O. (1995). Industrial organization. Cambridge, Mass.: MIT Press. Zulham. (2010). Analisis struktur dan kinerja industri rokok di Indonesia. [Skripsi]. Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, Depok. Dunlop. (2013). Lagi, Dunlop Dipercaya Jadi OEM. Retrieved January 5, 2015, 11:16 WIB. dunlop.com: http://www.dunlop.co.id/post/read/237/Lagi-DunlopDipercaya-Jadi-OEM Nugroho, Baskhoro Agung (2007). UMR 2006 Kota Tertentu Indonesia. Retrieved January 16, 2015, 11:44 WIB. adeksi.or.id: http://www.adeksi.or.id/files/newsletter/UMR_2006_kota_tertentu_Indonesia.pdf akses 16 Januari 2015 World Bank. (2015). World’s Real Price Rubber. Global Economic Monitor (GEM) Commodities. Retrieved January 11, 2015, 16:00 WIB. worldbank.org: http://databank.worldbank.org/data/views/variableselection/selectvariables.aspx?s ource=global-economic-monitor-(gem)-commodities#
Analisis determinan struktur perilaku dan..., Januardo Arda Desart Panggabean, FE UI, 2014
LAMPIRAN . reg pcm cr4 mes cir efisx dg Source
SS
df
MS
Model Residual
.187629 .018250895
5 30
.0375258 .000608363
Total
.205879894
35
.005882283
pcm
Coef.
cr4 mes cir efisx dg _cons
-.0560365 1.72e-12 .0032473 .4165079 .006533 .0740761
Std. Err. .0732903 9.96e-13 .0014166 .0260873 .0036574 .0476532
t -0.76 1.73 2.29 15.97 1.79 1.55
Number of obs F( 5, 30) Prob > F R-squared Adj R-squared Root MSE
P>|t| 0.450 0.094 0.029 0.000 0.084 0.131
= = = = = =
36 61.68 0.0000 0.9114 0.8966 .02467
[95% Conf. Interval] -.2057153 -3.10e-13 .0003543 .3632306 -.0009364 -.0232447
.0936423 3.76e-12 .0061403 .4697853 .0140025 .1713968
51 Analisis determinan struktur perilaku dan..., Januardo Arda Desart Panggabean, FE UI, 2014
65
. vif Variable
VIF
1/VIF
efisx cir cr4 mes dg
1.43 1.39 1.34 1.25 1.15
0.701008 0.719391 0.748877 0.797499 0.872063
Mean VIF
1.31
. corr pcm cr4 mes cir efisx dg (obs=36)
pcm cr4 mes cir efisx dg
pcm
cr4
mes
cir
efisx
dg
1.0000 0.3179 -0.0388 -0.2895 0.9297 0.0914
1.0000 -0.3392 -0.2696 0.4253 0.0046
1.0000 0.2412 -0.2099 0.2087
1.0000 -0.4362 -0.2169
1.0000 -0.0023
1.0000
. hettest Breusch-Pagan / Cook-Weisberg test for heteroskedasticity Ho: Constant variance Variables: fitted values of pcm chi2(1) Prob > chi2
= =
1.03 0.3100
. dwstat Durbin-Watson d-statistic(
6,
36) =
1.902645
. bgodfrey Breusch-Godfrey LM test for autocorrelation lags(p) 1
chi2 0.018
df 1
Prob > chi2 0.8935
H0: no serial correlation
Analisis determinan struktur perilaku dan..., Januardo Arda Desart Panggabean, FE UI, 2014
66
. ovtest, rhs Ramsey RESET test using powers of the independent variables Ho: model has no omitted variables F(15, 15) = 1.24 Prob > F = 0.3420
Uji Spesifikasi 2 dan 3: . reg pcm mes cir efisx dg Source
SS
df
MS
Model Residual
.187273358 .018606536
4 31
.04681834 .000600211
Total
.205879894
35
.005882283
pcm
Coef.
mes cir efisx dg _cons
1.93e-12 .0032905 .4097203 .0063757 .0397385
Std. Err. 9.51e-13 .0014059 .0243654 .0036271 .0158272
t 2.03 2.34 16.82 1.76 2.51
Number of obs F( 4, 31) Prob > F R-squared Adj R-squared Root MSE
P>|t| 0.051 0.026 0.000 0.089 0.017
= = = = = =
36 78.00 0.0000 0.9096 0.8980 .0245
[95% Conf. Interval] -6.76e-15 .0004231 .3600268 -.0010218 .0074587
3.87e-12 .0061579 .4594138 .0137732 .0720184
Analisis determinan struktur perilaku dan..., Januardo Arda Desart Panggabean, FE UI, 2014
67
. vif Variable
VIF
1/VIF
cir efisx mes dg
1.39 1.26 1.16 1.14
0.720535 0.792822 0.862695 0.874834
Mean VIF
1.24
. corr pcm mes cir efisx dg (obs=36)
pcm mes cir efisx dg
pcm
mes
cir
efisx
dg
1.0000 -0.0388 -0.2895 0.9297 0.0914
1.0000 0.2412 -0.2099 0.2087
1.0000 -0.4362 -0.2169
1.0000 -0.0023
1.0000
. dwstat Durbin-Watson d-statistic(
5,
36) =
1.995514
. hettest Breusch-Pagan / Cook-Weisberg test for heteroskedasticity Ho: Constant variance Variables: fitted values of pcm chi2(1) Prob > chi2
= =
0.54 0.4608
. bgodfrey Breusch-Godfrey LM test for autocorrelation lags(p) 1
chi2 0.061
df 1
Prob > chi2 0.8042
H0: no serial correlation
Analisis determinan struktur perilaku dan..., Januardo Arda Desart Panggabean, FE UI, 2014
68
. reg pcm cr4 cir efisx dg Source
SS
df
MS
Model Residual
.185806591 .020073303
4 31
.046451648 .000647526
Total
.205879894
35
.005882283
pcm
Coef.
cr4 cir efisx dg _cons
-.0909079 .0037712 .4169083 .0082461 .0981273
Std. Err.
t
.0726993 .0014277 .0269128 .0036325 .0470263
-1.25 2.64 15.49 2.27 2.09
Number of obs F( 4, 31) Prob > F R-squared Adj R-squared Root MSE
P>|t|
= = = = = =
36 71.74 0.0000 0.9025 0.8899 .02545
[95% Conf. Interval]
0.220 0.013 0.000 0.030 0.045
-.2391791 .0008595 .3620192 .0008375 .0022165
.0573633 .006683 .4717973 .0156547 .194038
. corr pcm cr4 cir efisx dg (obs=36)
pcm cr4 cir efisx dg
pcm
cr4
cir
efisx
dg
1.0000 0.3179 -0.2895 0.9297 0.0914
1.0000 -0.2696 0.4253 0.0046
1.0000 -0.4362 -0.2169
1.0000 -0.0023
1.0000
. vif Variable
VIF
1/VIF
efisx cir cr4 dg
1.43 1.33 1.23 1.06
0.701063 0.753812 0.810098 0.940971
Mean VIF
1.26
. hettest Breusch-Pagan / Cook-Weisberg test for heteroskedasticity Ho: Constant variance Variables: fitted values of pcm chi2(1) Prob > chi2
= =
1.50 0.2201
. dwstat Durbin-Watson d-statistic(
5,
36) =
1.764937
Analisis determinan struktur perilaku dan..., Januardo Arda Desart Panggabean, FE UI, 2014
69
. bgodfrey Breusch-Godfrey LM test for autocorrelation lags(p)
chi2
1
df
0.400
Prob > chi2
1
0.5273
H0: no serial correlation . reg pcm cr4 mes cir efisx Source
SS
df
MS
Model Residual
.185687937 .020191957
4 31
.046421984 .000651353
Total
.205879894
35
.005882283
pcm
Coef.
cr4 mes cir efisx _cons
-.0486696 2.21e-12 .0025231 .4120694 .0765316
Std. Err. .0757155 9.92e-13 .0014044 .0268706 .0492876
t -0.64 2.22 1.80 15.34 1.55
Number of obs F( 4, 31) Prob > F R-squared Adj R-squared Root MSE
P>|t| 0.525 0.034 0.082 0.000 0.131
= = = = = =
36 71.27 0.0000 0.9019 0.8893 .02552
[95% Conf. Interval] -.2030924 1.82e-13 -.0003413 .3572666 -.0239912
.1057532 4.23e-12 .0053874 .4668723 .1770544
. corr pcm cr4 mes cir efisx (obs=36)
pcm cr4 mes cir efisx
pcm
cr4
mes
cir
efisx
1.0000 0.3179 -0.0388 -0.2895 0.9297
1.0000 -0.3392 -0.2696 0.4253
1.0000 0.2412 -0.2099
1.0000 -0.4362
1.0000
. vif Variable
VIF
1/VIF
efisx cr4 cir mes
1.41 1.33 1.28 1.16
0.707426 0.751256 0.783593 0.860515
Mean VIF
1.30
Analisis determinan struktur perilaku dan..., Januardo Arda Desart Panggabean, FE UI, 2014
70
. hettest Breusch-Pagan / Cook-Weisberg test for heteroskedasticity Ho: Constant variance Variables: fitted values of pcm chi2(1) Prob > chi2
= =
0.17 0.6788
. dwstat Durbin-Watson d-statistic(
5,
36) =
1.703372
. bgodfrey Breusch-Godfrey LM test for autocorrelation lags(p) 1
chi2 0.505
df 1
Prob > chi2 0.4773
H0: no serial correlation
Analisis determinan struktur perilaku dan..., Januardo Arda Desart Panggabean, FE UI, 2014