MENARA Ilmu
Vol. IX No.42 Nov 2013
ANALISIS DAN PROYEKSI PDRB KABUPATEN AGAM DAN KOTA BUKITTINGGI-SUMBAR TAHUN 2010 - 2014 Oleh Yosi Suryani dan Afifah Dosen Jurusan Administrasi Niaga Politeknik Negeri Padang 1
[email protected] Abstract This research aims to determine how to calculate GDP Agam and Bukittinggi in West Sumatra as well as view and analyze projected GDP Agam and Bukittinggi City for five years, the years 2010 to 2014. Data collection methodology used is the use of secondary data derived from Bappeda province of West Sumatra and some other supporting literature, the method of analysis using linear trend formula or formula for geometric growth (geometric rate of growth). If the data is used only two time points, the projected GDP can only be done with the geometric method. Results of the analysis indicate that the Agam district has the highest GDP contribution of the agricultural sector is the percentage rate per annum (2005 - 2009) of 0.61%. While most low contribution to GDP contributed by services sector that is equal to -0.28% per year (2005-2009). Bukittinggi city has the highest contribution to GDP in trade, hotels and restaurants. It can be seen from the percentage donated per year (2005 - 2009) of 0.16%. While the lowest contribution was contributed by the agricultural sector with a percentage per year (2005 - 2009) is equal to -0.20%. Keywords : GDP, projection 1.
Pendahuluan Tingkat pertumbuhan yang tercipta pada suatu daerah akan sangat tergantung pada keberhasilan Kabupaten/Kota bersangkutan meningkatkan produksi sektoralnya. Hal ini disebabkan karena tingkat harga untuk menghitung nilai tambah sektoral digunakan tingkat harga yang berlaku pada tahun dasar.Para pakar ekonomi berpendapat bahwa laju pertumbuhan ekonomi suatu daerah merupakan kinerja pembangunan daerah itu sendiri. Faktor produksi dalam hal ini sangat menentukan peningkatan output sektoral. Disamping itu kebijakan yang berlaku pada tahun berjalan juga tidak sedikit peranannya dalam peningkatan produksi tersebut.Selain berguna untuk mengukur kinerja pembangunan, pertumbuhan ekonomi juga dijadikan sebagai indikator guna penyusunan rencana pembangunan pada masa yang akandatang. Pada tahun 2009 perekonomian Sumatera Barat mengalami pertumbuhan yang melambat dibandingkan tahun 2008. Pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat tahun 2009 hanya sebesar 4,16 persen, sedangkan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2008 mencapai 6,37 persen (Bappeda, 2010). Tinggi rendahnya tingkat perekonomian di kabupaten/kota dilihat dari besarnya PDRB (Produk Domestik Regional Bruto), yang dapat dijelaskan dari tiga sisi pengertian.Menurut pengertian produksi, PDRB adalah jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi yang beroperasi di suatu daerah dalam jangka waktu tertentu. Menurut pengertian pendapatan, PDRB adalah nilai balas jasa yang diterima atas penggunaan factor-faktor produksi yang ikut dalam proses produksi di suatu daerah dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan menurut pengertian pengeluaran, PDRB adalah jumlah pengeluaran yang dilakukan untuk konsumsi rumahtangga dan lembaga swasta yang tidak mencari untung (nirlaba), konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan stok dan ekspor netto di suatu daerah dalam jangka waktu tertentu. Kabupaten Agam adalah salah satu Kabupaten yang berada di wilayah Sumatera Barat, yang terletak antara 0002’ Lintang Selatan, dan 990 52’ – 1000 23’ Bujur Timur dengan batas-batas, sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Pasaman, sebelah timur dengan Kabupaten Limapuluh Kota, sebelah selatan dengan Kabupaten Padang Pariaman dan Tanah Datar, sebelah barat dengan Samudera Indonesia. Kabupaten Agam mempunyai letak yang strategis karena dilewati oleh jalur arteri primer yang menghubungkan Kota Padang dan Medan, maupun Pekanbaru.Jumlah penduduk yang paling besar terdapat di Lubuk basung sebagai ibukota kabupaten. Sedangkan ditinjau dari sektor perekonomian, Kabupaten Agam dibentuk oleh sektor pertanian, perkebunan dan kehutanan, perikanan, pertambangan,
ISSN 1693-2617
LPPM UMSB
176
MENARA Ilmu
Vol. IX No.42 Nov 2013
pariwisata dan industri.Kontribusi sektor-sektor tersebut cukup signifikan bagi kehidupan social budaya masyarakat di Kabupaten Agam. Sementara itu, Bukittinggi adalah salah satu daerah tingkat II di Sumatera Barat. Daerah ini memiliki luas 25,24 km2 dan berpenduduk sebanyak ± 100.000 jiwa. Selain memiliki potensi objek wisata, kota ini merupakan salah satu daerah tujuan utama dalam perdagangan di pulau Sumatera. Secara geografis Kota Bukittinggi terletak antara 100,210 – 100,250 derajat bujur timurdan antara 00.760 – 00,190 derajat lintang selatan dengan ketinggian 909 – 941meter diatas permukaan laut, berudara sejuk dengan suhu berkisar antara min 16,10 – 24,90 max. Kabupaten Agam, memiliki laju pertumbuhan ekonomi tahun 2009 adalah 5,45 %, sedangkan Kota Bukittinggi 5,51 % (Bappeda Propinsi Sumbar, 2010). Kedua daerah tersebut menjadi fokus dalam pembahasan penelitian ini yaitu untuk menghitung PDRB Kabupaten/Kota dan proyeksi PDRB untuk lima tahun yang akan datang. Perhitungan dilakukan yaitu dengan caramenganalisis dan membandingkan hasil perhitungan dan proyeksi PDRB kedua daerah.Data PDRB yang dipaparkan adalah tahun 2005 dan 2009, yang menjadi titik waktu perhitungan PDRB tahun 2010 dan untuk memproyeksi PDRB lima tahun berikutnya. Tabel berikut memperlihatkan perkembangan PDRB Kabupaten Agam dan Kota Bukittinggi tahun 2005 dan tahun 2009 (jutaan rupiah). Tabel 1. Perkembangan PDRB Kabupaten Agam Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Jutaan Rupiah) NO. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
LAPANGAN USAHA 2005 2009 Pertanian 813.823,80 1.096.917,80 Pertambangan dan Penggalian 88.977,89 110.002,90 Industri Pengolahan 327.923,50 387.838,48 Listrik, Gas dan Air Bersih 21.232,67 26.426,66 Bangunan 103.554,88 130.640,31 Perdagangan, Hotel dan Restoran 407.574,24 507.251,22 Pengangkutan dan Komunikasi 102.693,90 128.143,94 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 82.437,83 100.294,40 Jasa-Jasa 376.942,98 442.355,98 PDRB 2.325.161,69 2.929.871,69 Sumber : Bappeda Propinsi Sumbar Tahun 2010 Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa lapangan usaha dibidang pertanian menyumbangkan tingkat PDRB paling tinggi untuk Kabupaten Agam yang mengalami peningkatan yang cukup tinggi di tahun 2005 ke tahun 2009. Lapangan usaha bidang pertanian ini terdiri dari : tanaman pangan dan holtikultura, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan. Disamping data perkembangan PDRB Kabupaten Agam, pada Tabel 2 berikut ditampilkan data perkembangan PDRB Kota Bukittinggi tahun 2005 dan tahun 2009. Tabel 2. Perkembangan PDRB Kota Bukittinggi Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2005 dan 2009 (Jutaan Rupiah) NO. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
LAPANGAN USAHA 2005 2009 Pertanian 20.783,83 18.821,59 Pertambangan dan Penggalian 346,25 24,66 Industri Pengolahan 84.048,75 100.534,32 Listrik, Gas dan Air Bersih 18.655,10 21.442,02 28.986,90 35.452,24 Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran 158.240,77 207.549,34 233.020,28 Pengangkutan dan Komunikasi 176.127,57 98.019,44 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 74.894,88 Jasa-Jasa 200.349.21 254.727,00 PDRB 762.432,07 969.590,89 Sumber : Bappeda Propinsi Sumbar Tahun 2010 Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa PDRB Kota Bukittinggi lebih banyak disumbangkan oleh lapangan usaha di bidang jasa-jasa, yang mengalami peningkatan yang cukup tinggi di tahun 2005 ke
ISSN 1693-2617
LPPM UMSB
177
MENARA Ilmu
Vol. IX No.42 Nov 2013
tahun 2009. Lapangan usaha di bidang jasa-jasa ini terdiri dari : pemerintahan umum dan pertahanan, dan sektor swasta (social kemasyarakatan, hiburan dan rekreasi, perorangan dan rumahtangga). Dengan demikian, untuk mengetahui perhitungan PDRB Kabupaten Agam dan Kota Bukittinggi sekaligus melihat proyeksi PDRB tahun 2010 – 2014, penulis membahasnya dalam bentuk penelitan dengan judul : Analisis dan Proyeksi PDRB Kabupaten Agam dan Kota Bukittinggi Sumatera Barat Tahun 2010 – 2014. 2. Rumusan Masalah Berdasarkan latarbelakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka perumusan masalah penelitian ini adalah : 1. Bagaimana menghitung PDRB Kabupaten/Kota untuk Kabupaten Agam dan Kota Bukittinggi ? 2. Bagaimana proyeksi PDRB Kabupaten Agam dan Kota Bukittinggi untuk lima tahun berikutnya untuk tahun 2010 – 2014? 3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian berdasarkan perumusan masalah adalah : 1. Untuk mengetahui bagaimana cara perhitungan PDRB Kabupaten Agam dan Kota Bukitinggi Sumatera Barat. 2. Untuk melihat dan menganalisis proyeksi PDRB Kabupaten Agam dan Kota Bukittinggi untuk lima tahun berikutnya dari tahun 2010 – 2014. 4. Harapan Penelitian Adapun harapan penelitian ini adalah : 1. Memberikan pemahaman pada pembaca tentang proses dan cara perhitungan PDRB yang dalam hal ini untuk Kabupaten Agam dan Kota Bukittinggi Sumatera Barat. 2. Memberikan pengetahuan tentang hasil proyeksi PDRB kabupaten Agam dan Kota Bukittinggi lima tahun berikutnya yaitu tahun 2010 – 2014. 5. Landasan Teori 5.1. Defenisi Produk Dommestik Regional Bruto (PDRB) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indicator pertumbuhan ekonomi suatu Negara/wilayah/daerah. Pertumbuhan tersebut dapat dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya infrastruktur ekonomi.PDRB adalah jumlah nilai tambah bruto yang dihasilkan seluruh unit usaha dalam wilayah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi.(Mankiw, 2001). PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung dengan menggunakan harga pada setiap tahun, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar perhitungannya.(Syofyardi, 2008). PDRB atas dasar harga berlaku dapat digunakan untuk melihat pergeseran struktur ekonomi, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan dapat digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun.Dengan demikian, PDRB merupakan indicator untuk mengatur sampai sejauh mana keberhasilan pemerintah dalam memanfaatkan sumberdaya yang ada, dan dapat digunakan sebagai perencanaan dan pengambilan keputusan. a. Produk Domestik adalah barang dan jasa yang dihasilkan dari kegiatan ekonomi di suatu wilayah domestic tanpa memperhatikan apakah factor produksinya berasal dari/atau dimiliki oleh penduduk wilayah tersebut. Pendapatan yang timbul karena adanya kegiatan produksi erupakan pendapatan domestic. b. Produk Regional Mengingat factor roduksi yang digunakan dalam kegiatan produksi di suatu wilayah tidak hanya berasal atau dimuiliki oleh penduduk wilayah tersebut, namun juga berasal atau dimiliki oleh penduduk wilayah lain, maka timbuk aliran arus pendapatan antar wilayah/daerah sehingga pengertian produk domestic ditambah dengan pendapatan yang diterima dari luar daerah/negeri dikurangi dengan pendapatan yang dibayar ke luar daerah/negeri.Jadi Produk Regional merupakan produk yang ditimbulkan oleh produksi yang dimiliki oleh penduduk suatu daerah. 5.2. Produk Dommestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Pasar Angka Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga pasar dapat diperoleh dengan menjumlahkan nilai tambah bruto (Gross Value Added) yang timbul dari seluruh sektor ekonomi di wilayah itu. Yang dimaksud dengan nilai tambah bruto adalah nilai lebih yang timbul setelah melalui suatu proses produksi atau nilai produksi (output) dikurangi dengan biaya antara. Nilai tambah bruto disini mencakup komponen-komponen faktor pendapatan (upah dan gaji, bunga, sewa tanah dan keuntungan), penyusutan dan pajak tak langsung netto. Dengan menghitung nilai tambah bruto dari
ISSN 1693-2617
LPPM UMSB
178
MENARA Ilmu
Vol. IX No.42 Nov 2013
masing-masing sektor dan menjumlahkan nilai tambah bruto dari seluruh sektor, akan diperoleh Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Pasar. Konsep-konsep yang dipakai dalam Produk Domestik Regional Bruto adalah sebagai berikut : (Mankiw, 2001) • Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Pasar (GRDP at Market Prices), dikurangi penyusutanakan sama dengan ; • Produk Domestik Regional Neto Atas Dasar Harga Pasar (NRDP at Market Price) dikurangi pajak tidak langsung neto akan sama dengan ; • Produk Domestik Regional Neto Atas Dasar Biaya Faktor (NRDP at Factor Cost) ditambahkan pendapatan neto yang mengalir dari / ke daerah lain akan sama dengan ; • Pendapatan Regional (Regional Income) dikurangi pajak pendapatan perusahaan (Cooperate Income Tax), keuntungan yang tidak dibagikan (Undistributed Profit), iuran kesejahteraan sosial (Social Security Contribution) ditambah transfer yang diterima oleh rumah tangga, bunga neto atas bunga pemerintah akan sama dengan ; • Pendapatan Orang – Seorang (Personal Income) dikurangi pajak rumah tangga, transfer yang dibayarkan rumah tangga, akan sama dengan ; • Pendapatan Yang Siap Dibelanjakan (Disposible Income). 5.3. AGREGAT PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) Produksi barang dan jasa timbul karena adanya kegiatan proses produksi yang melibatkan factor-faktor produksi (tanah, modal, tenaga kerja, kewirausahaan). Output produksi sudah termasuk biaya produksi sehingga hasil dari kegiatan proses produksi tersebut adalah nilai produksi dikurangi biaya antara (Intermediate Cost) yang diistilahkan dengan nilai tambah (Value Added). Dengan demikian PDRB dapat didefenisikan sebagai jumlah nilai tambah bruto yang timbul karena kegiatan proses produksi dari seluruh sektor ekonomi di suatu wilayah dalam kurun waktu satu tahun. Nilai Tambah Bruto disini mencakup komponen-komponen balas jasa terhadap factor produksi yaitu sewa tanah, upah gaji dan keuntungan serta penyusutan dan pajak tidak langsung netto. 6. Metodologi 6.1. Metode Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berasal dari beberapa sumber data, seperti Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Sumatera Barat dan beberapa literatur penunjang lainnya.Data yang relevan dengan analisis untuk menjawab setiap permasalahan diolah untuk mendapatkan kesimpulan akhir. 6.2. Metode Analisis Data Untuk memproyeksikan PDRB menurut lapangan usaha, yang ditentukan pertama kali adalah proyeksi PDRB total dengan menggunakan rumus trend linear atau rumus pertumbuhan secara geometrik (geometric rate of growth).Apabila data yang digunakan hanya dua titik waktu, maka proyeksi PDRB hanya bisa dilakukan dengan metode geometrik.Dengan dua daerah yang sudah dipilih di Sumatera Barat (Kabupaten Agam dan Kota Bukittinggi), proyeksi PDRB periode 2010 – 2014 didasarkan pada laju PDRB periode 2005 – 2009. Laju pertumbuhan PDRB 2005 – 2009 dihitung dengan menggunakan rumus pertumbuhan secara geometrik (geometric rate of growth) sebagai berikut (Assauri,1984): Pn = Po (1 + r)n Dimana : Pn = Jumlah PDRB pada tahun n Po = Jumlah PDRB pada tahun dasar r = Angka pertumbuhan PDRB n = Jangka Waktu 7. Analisis dan Pembahasan Analisis dan pembahasan dalam penelitian ini akan difokuskan pada dua daerah yang ditunjuk yaitu Kabupaten Agam dan Kota Bukittinggi. Untuk memudahkan analisis pembahasan akan dilakukan pada masing-masing daerah, yaitu perhitungan proyeksi PDRB 2010 – 2014 untuk Kabupaten Agam dan proyeksi PDRB 2010 – 2014 untuk Kota Bukittinggi.Setelah masing-masing daerah didapat hasil proyeksinya, langkah selanjutnya adalah pembacaan hasil analisis dan perbandingan hasil proyeksi kedua daerah tersebut. 7.1. Proyeksi PDRB Kabupaten Agam Tahun 2010 -2014 Menurut Lapangan Usaha Dalam memproyeksi PDRB 2010 – 2014 Kabupaten Agam didasarkan pada laju pertumbuhan PDRB periode 2005 – 2009, yang dihitung dengan menggunakan rumus pertumbuhan secara geometrik. Hasil perhitungan dengan rumus tersebut, maka didapatlah:
ISSN 1693-2617
LPPM UMSB
179
MENARA Ilmu
P 2009
Vol. IX No.42 Nov 2013
= P 2005 ( 1 + r ) n
2 . 929 . 871 , 69 = 2 . 325 . 161 , 69 ( 1 + r ) 4 (1 + r ) 4 =
2 . 929 . 871 , 69 2 . 325 . 161 , 69
( 1 + r ) 4 = 1 , 260072 4 log( 1 + 4 ) = log( 1 , 260072
)
0 ,100395 log( 1 + r ) = 4 log( 1 + r ) = 0 , 025099 ( 1 + r ) = anti log( 0 , 025099
)
( 1 + r ) = 1 , 059495 r = 1 , 059495
−1
r = 0 , 059495 r = 5 , 95 %
Dengan demikian : P2010 = P2009 (1 + r)n = 2.929.871,69 (1 + 0,0595)1 = 2.929.871,69 (1,0595)1 = 3.104.199,056 P2011 = P2009 (1 + r)n = 2.929.871,69 (1 + 0,0595)2 = 2.929.871,69 (1,0595)2 = 3.288.898,90 P2012 = P2009 (1 + r)n = 2.929.871,69 (1 + 0,0595)3 = 2.929.871,69 (1,0595)3 = 3.484.588,384 P2013 = P2009 (1 + r)n = 2.929.871,69 (1 + 0,0595)4 = 2.929.871,69 (1,0595)4 = 3.691.921,39 P2014 = P2009 (1 + r)n = 2.929.871,69 (1 + 0,0595)5 = 2.929.871,69 (1,0595)5 = 3.911.590,716 Setelah tingkat pertumbuhan didapat, rekapitulasi proyeksinya dapat ditampilkan dalam Tabel 3 berikut : Tabel 3. Proyeksi PDRB Kabupaten Agam Menurut lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 untuk Periode 2010 – 2014 (Jutaan Rupiah) TAHUN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) 2010 3.104.199,056 2011 3.288.898,90 2012 3.484.588,38 2013 3.691.921,39 2014 3.911.590,716 Sumber : Data Diolah (2013) Langkah selanjutnya adalah menyusun PDRB tiap-tiap lapangan usaha.Untuk itu diperlukan data komposisi PDRB masa lalu dan dilihat kecenderungan (trend).Tabel 4 berikut menunjukkan data komposisi PDRB Kabupaten Agam untuk tahun 2005 dan 2009, serta perubahannya.
ISSN 1693-2617
LPPM UMSB
180
MENARA Ilmu
Vol. IX No.42 Nov 2013
Tabel 4. Komposisi PDRB Kabupaten Agam Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000, Tahun 2005 dan 2009, serta Perubahannya (%) +/+/NO LAPANGAN USAHA 2005 2009 PER 2005-2009 TAHUN 1 Pertanian 35,00 37,44 2,44 0,61 2 Pertambangan dan Penggalian 3,83 3,75 -0,07 -0,02 3 Industri pengolahan 14,10 13,24 -0,87 -0,22 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 0,91 0,90 -0,01 0,00 5 Bangunan 4,45 4,46 0,01 0,00 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 17,53 17,31 -0,22 -0,05 7 Pengangkutan dan Komunikasi 4,42 4,37 -0,04 -0,01 8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 3,55 3,42 -0,12 -0,03 9 Jasa-Jasa 16,21 15,10 -1,11 -0,28 PDBR 100,00 100,00 Sumber : Data Diolah (2013) Dengan assumsi bahwa untuk masa mendatang (2010 – 2014), perubahan peranan dari masingmasing lapangan usaha mengikuti kecenderungan (trend) periode sebelumnya (2005 – 2009), maka perkiraan komposisi PDRB Kabupaten Agam periode 2010 – 2014 adalah sebagai berikut : Tabel 5. Perkiraan Komposisi PDRB Kabupaten Agam Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000, Tahun (2010 – 2014) NO
LAPANGAN USAHA
2010
2011
2012
2013
2014
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pertanian 38,05 38,66 39,27 39,88 40,49 Pertambangan dan Penggalian 3,74 3,72 3,70 3,68 3,66 Industri pengolahan 13,02 12,80 12,59 12,37 12,16 Listrik, Gas dan Air Bersih 0,90 0,90 0,89 0,89 0,89 Bangunan 4,46 4,46 4,46 4,46 4,47 Perdagangan, Hotel dan Restoran 17,26 17,21 17,15 17,10 17,04 Pengangkutan dan Komunikasi 4,36 4,35 4,34 4,33 4,32 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 3,39 3,36 3,33 3,30 3,27 Jasa-Jasa 14,82 14,54 14,26 13,98 13,71 PDBR 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber : Data Diolah (2013) Kemudian proyeksi PDRB menurut lapangan usaha diperoleh dengan mengalikan hasil proyeksi total (Tabel 3) dengan komposisi PDRB menurut lapangan usaha (Tabel 5) dan hasilnya dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 menggambarkan hasil akhir perhitungan proyeksi PDRB Kabupaten Agam dari tahun 2010 – 2014. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa PDRB Kabupaten Agam mengalami kenaikan selama lima tahun kedepan dari tahun 2010. Hal ini dikarenakan adanya kecenderungan (trend) yang telah dicari komposisinya melalui Tabel sebelumnya.
ISSN 1693-2617
LPPM UMSB
181
MENARA Ilmu
Vol. IX No.42 Nov 2013
Tabel 6. Perkiraan PDRB Kabupaten Agam Menurut Lapangan Usaha Tahun 2010 – 2014 (Dalam Jutaan Rupiah) NO
LAPANGAN USAHA
1
Pertanian
2
Pertambangan dan Penggalian
3
Industri pengolahan
4
Listrik, Gas dan Air Bersih
5
2010
2012
2013
2014
1.271.432,09
1.368.324,07
1.472.245,00
115.986,50
122.293,72
128.940,88
135.946,10
143.328,46
404.195,30
421.125,54
438.639,53
456.746,79
475.455,93
27.912,16
29.480,87
31.137,45
32.886,79
34.734,06
Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran
138.454,11
146.735,26
155.511,70
164.813,06
174.670,74
535.758,19
565.861,69
597.650,80
631.219,51
666.667,07
135.435,35
143.140,77
151.283,66
159.888,80
168.982,38
8
Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
105.312,81
110.573,35
116.087,05
121.865,43
127.920,46
9
Jasa-Jasa
460.036,10 3.104.197,87
478.254,10 3.288.897,40
497.011,39 3.484.586,53
516.307,67 3.691.919,15
536.140,66 3.911.588,06
6 7
1.181.107,35
2011
PDBR
1.583.688,31
Sumber : Data Diolah (2013) Berdasarkan hasil analisis perkembangan PDRB Kabupaten Agam yang telah diolah datanya menjadi beberapa tabel, sehingga menghasilkan proyeksi PDRB untuk tahun 2010 – 2014, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa sektor yang paling lambat perkembangannya adalah jasa-jasa yang hanya menyumbangkan komposisi/indeks -0,28 % per tahun dari tahun 2005 – 2009, dengan persentase 15,10 % pada tahun 2009. Angka ini mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2005. Sektor jasa-jasa ini terdiri dari Pemerintahan Umum dan Pertahanan, serta Swasta (Sosial Kemasyarakatan, Hiburan dan Rekreasi, Perorangan dan Rumahtangga). 2. Sektor yang paling cepat perkembangannya disumbangkan oleh sektor pertanian (37,44 %) dengan indeks perkembangan per tahun dari tahun 2005 - 2009 adalah 0,61 %. Sektor pertanian ini terdiri dari Tanaman Pangan dan Holtikultura, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan. 3. Persentase sumbangan sektor jasa-jasa yang kecil atau negatif ini disebabkan karena perkembangan yang pesat dari sektor pertanian, dan apabila dilihat dari potensi daerah dan keadaan wilayah, serta letak geografis Kabupaten Agam, sektor pertanian memberikan kontribusi yang sangat besar dalam PDRB daerah tersebut. 4. Dengan didapatnya persentase berdasarkan komposisi persektor, maka proyeksi presentase untuk lima tahun berikutnya (2010 – 2014), sektor pertanian tetap memberikan sumbangan yang paling tinggi. Dengan jumlah PDRB (dalam jutaan rupiah) untuk tahun 2014 adalah 3.911.588,06. 7.2.
Proyeksi PDRB Kota Bukittinggi Tahun 2010 -2014 Menurut Lapangan Usaha Dalam memproyeksi PDRB 2010 – 2014 Kota Bukittinggi sama halnya dengan langkahlangkah yang telah dilalui pada Kabupaten Agam sebelumnya, yaitu didasarkan pada laju pertumbuhan PDRB periode 2005 – 2009, yang dihitung dengan menggunakan rumus pertumbuhan secara geometrik. Hasil perhitungan dengan rumus tersebut, maka didapatlah : P2009 = P2005 (1 + r)n 969.590,89 = 762.432,07 (1 + r)4 4 (1 + r) = 969.590,89 762.432,07 (1 + r)4 = 1,271707904 4 log (1 + r)4 = log (1,271707904) 4 log (1 + r)4 = 0,104387371 Log (1 + r)4 = 0,104387371/4 Log (1 + r)4 = 0,026096843 (1 + r) = antilog 0,026096843 (1 + r) = 1,06193233
ISSN 1693-2617
LPPM UMSB
182
MENARA Ilmu
Vol. IX No.42 Nov 2013
r = 1,06193233 – 1 r = 0,06193233 r = 6,19 % Dengan demikian : P2010 = P2009 (1 + r)n = 969.590,89 (1 + 0,0619)1 = 969.590,89 (1,0619)1 = 969.590,89 (1,0619) = 1.029.608.57 P2011 = P2009 (1 + r)n = 969.590,89 (1 + 0,0619)2 = 969.590,89 (1,0619)2 = 1.093.341,34 P2012 = P2009 (1 + r)n = 969.590,89 (1 + 0,0619)3 = 969.590,89 (1,0619)3 = 1.161.019.17 P2013 = P2009 (1 + r)n = 969.590,89 (1 + 0,0619)4 = 969.590,89 (1,0619)4 = 1.232.886,25 P2014 = P2009 (1 + r)n = 969.590,89 (1 + 0,0619)5 = 969.590,89 (1,0619)5 = 1.309.201,91 Setelah tingkat pertumbuhan didapat, rekapitulasi proyeksinya dapat ditampilkan dalam Tabel 7 berikut : Tabel 7. Proyeksi PDRB Kota Bukittinggi Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 untuk Periode 2010 – 2014 (Jutaan Rupiah) TAHUN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) 2010 1.029.608,57 2011 1.093.341,34 2012 1.161.019,17 2013 1.232.886,25 2014 1.309.201,91 Sumber : Data Diolah (2013) Langkah selanjutnya adalah menyusun PDRB tiap-tiap lapangan usaha.Untuk itu diperlukan data komposisi PDRB masa lalu dan dilihat kecenderungan (trend).Tabel 8 berikut menunjukkan data komposisi PDRB Kota Bukittinggi untuk tahun 2005 dan 2009, serta perubahannya. Tabel 8. Komposisi PDRB Kota Bukittinggi Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000, Tahun 2005 dan 2009, serta Perubahannya (%) +/+/NO LAPANGAN USAHA 2005 2009 PER 2005-2009 TAHUN 1 Pertanian 2,73 1,94 -0,78 -0,20 2 Pertambangan dan Penggalian 0,05 0,00 -0,04 -0,01 3 Industri pengolahan 11,02 10,37 -0,66 -0,16 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 2,45 2,21 -0,24 -0,06 5 Bangunan 3,80 3,66 -0,15 -0,04 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 20,75 21,41 0,65 0,16 7 Pengangkutan dan Komunikasi 23,10 24,03 0,93 0,23 8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 9,82 10,11 0,29 0,07 9 Jasa-Jasa 26,28 26,27 -0,01 0,00 PDBR 100,00 100,00 Sumber : Data Diolah (2013)
ISSN 1693-2617
LPPM UMSB
183
MENARA Ilmu
Vol. IX No.42 Nov 2013
Dengan assumsi bahwa untuk masa mendatang (2010 – 2014), perubahan peranan dari masingmasing lapangan usaha mengikuti kecenderungan (trend) periode sebelumnya (2005 – 2009), maka perkiraan komposisi PDRB Kota Bukittinggi periode 2010 – 2014 adalah sebagai berikut : Tabel 9. Perkiraan Komposisi PDRB Kota Bukittinggi Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000, Tahun (2010 – 2014) NO
LAPANGAN USAHA
2010
2011
2012
2013
2014
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pertanian 1,74 1,55 1,35 1,16 0,96 Pertambangan dan Penggalian -0,01 -0,02 -0,03 -0,04 -0,05 Industri pengolahan 10,20 10,04 9,88 9,71 9,55 Listrik, Gas dan Air Bersih 2,15 2,09 2,03 1,98 1,92 Bangunan 3,62 3,58 3,55 3,51 3,47 Perdagangan, Hotel dan Restoran 21,57 21,73 21,89 22,06 22,22 Pengangkutan dan Komunikasi 24,27 24,50 24,73 24,96 25,20 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 10,18 10,25 10,32 10,40 10,47 Jasa-Jasa 26,27 26,27 26,27 26,27 26,26 PDBR 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber : Data Diolah (2013) Kemudian proyeksi PDRB menurut lapangan usaha diperoleh dengan mengalikan hasil proyeksi total (Tabel 7) dengan komposisi PDRB menurut lapangan usaha (Tabel 9) dan hasilnya dapat dilihat pada Tabel 10 berikut : Tabel 10. Perkiraan PDRB Kota Bukittinggi Menurut Lapangan Usaha Tahun 2010 – 2014 (Dalam Jutaan Rupiah) NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9
LAPANGAN USAHA Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-Jasa PDRB
2010
2011
17.966,55 (84,16) 105.071,33 22.163,52 37.272,25 222.070,01 249.843,46 104.823,54 270.479,03 1.029.605,51
16.933,54 (206,55) 109.784,80 22.892,17 39.181,73 237.595,35 267.856,50
2012 15.703,80 (343,77) 114.679,22 23.626,12 41.184,80 254.191,85 287.142,25
2013
2014
14.256,93 (497,19) 119.758,91 24.363,21 43.285,71 271.932,61 307.789,25
12.570,77 (668,28) 125.028,06 25.101,03 45.488,92 290.895,71 329.892,14
112.094,42 119.863,80 128.165,51 287.205,14 304.965,57 323.824,29 1.093.337,10 1.161.013,62 1.232.879,24
137.035,71 343.849,20 1.309.193,28
Sumber : Data Diolah (2013) Berdasarkan hasil analisis perkembangan PDRB Kota Bukittinggi yang telah diolah datanya menjadi beberapa tabel, sehingga menghasilkan proyeksi PDRB untuk tahun 2010 – 2014, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Pada Tabel 8 dapat dilihat bahwa sektor yang paling lambat perkembangannya adalah justru dari sektor pertanian yang hanya menyumbangkan komposisi/indeks -0,20 per tahun dari tahun 2005 – 2009, dengan persentase 1,94 % pada tahun 2009. Angka ini mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2005. Sektor pertanian terdiri dari tanaman pangan dan holtikultura, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan. 2. Sektor yang paling cepat perkembangannya disumbangkan oleh sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (21,41 %) dengan indeks perkembangan per tahun dari tahun 2005 - 2009 adalah 0,16 %. Sektor perdagangan, hotel dan restoran ini terdiri dari perdagangan besar dan eceran, hotel dan restoran. 3. Persentase sumbangan sektor pertanian yang kecil ini disebabkan karena perkembangan yang pesat dari sektor perdagangan, hotel dan restoran, dan apabila dilihat dari potensi daerah dan keadaan wilayah, serta letak geografis Kota Bukittinggi, sektor perdagangan, hotel dan restoran memberikan kontribusi yang sangat besar dalam PDRB daerah tersebut. Disamping itu Kota Bukittinggi merupakan kota wisata, dengan demikian sector perdagangan, hotel dan restoran adalah sector yang paling dominan untuk daerah ini.
ISSN 1693-2617
LPPM UMSB
184
MENARA Ilmu
4.
Vol. IX No.42 Nov 2013
Dengan didapatnya persentase berdasarkan komposisi persektor, maka proyeksi presentase untuk lima tahun berikutnya (2010 – 2014), sektor pertanian tetap memberikan sumbangan yang paling tinggi. Dengan jumlah PDRB (dalam jutaan rupiah) untuk tahun 2014 adalah 1.309.193,28.
8.
Kesimpulan Hasil analisis terhadap dua daerah yang ada di Sumatera Barat yaitu Kabupaten Agam dan Kota Bukittinggi yang menggambarkan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) dan proyeksi PDRB untuk lima tahun berikutnya (20010 – 2014), maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Kabupaten Agam memiliki kontribusi PDRB paling tinggi adalah disektor pertanian dengan tingkat persentase per tahun (2005 – 2009) sebesar 0,61%. Sedangkan kontribusi paling rendah untuk PDRB disumbangkan oleh sektor jasa-jasa yaitu sebesar -0,28% per tahun (2005 – 2009). Kontribusi tertinggi disumbangkan oleh sektor pertanian untuk PDRB Kabupaten Agam dilihat dari potensi daerah yang dimiliki dan letak geografis daerah tersebut yang masyarakatnya mempunyai mata pencaharian utama dari sektor pertanian. Dengan demikian proyeksi PDRB untuk lima tahun berikutnya tetap disumbangkan paling tinggi dari sektor pertanian dengan jumlah PDRB tahun 2014 diperkirakan sebesar 3.911.588,06 (dalam jutaan rupiah) 2. Kota Bukittinggi memiliki kontribusi terhadap PDRB paling tinggi di sektor perdagangan, hotel dan restoran. Hal ini dapat dilihat dari persentase yang disumbangkan per tahun (2005 – 2009) sebesar 0,16%. Sedangkan kontribusi paling rendah disumbangkan oleh sektor pertanian yaitu dengan persentase per tahun (2005 – 2009) adalah sebesar -0,20%. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran memberikan konstribusi tertinggi terhadap PDRB daerah ini karena Kota Bukittinggi merupakan kota perdagangan dan memiliki objek wisata sebagai ikon daerahnya. Dengan demikian proyeksi PDRB untuk lima tahun berikutnya (2010 – 2014) tetap disumbangkan paling tinggi dari sector perdagangan, hotel dan restoran dengan jumlah PDRB tahun 2014 diperkirakan sebesar 1.309.193,28 (dalam jutaan rupiah). 9. Saran Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan yang telah dipaparkan sebelumnya, maka saran yang dapat diberikan adalah : 1. Dengan metode yang sama dapat digunakan untuk menghitung PDRB Kabupaten/Kota di Sumatera Barat khususnya dan di Indonesia pada umumnya. 2. Untuk menghitung proyeksi PDRB setiap Kabupaten dan Kota di Sumatera Barat dapat digunakan cara yang sama sehingga dapat diketahui setiap kontribusi yang disumbangkan oleh setiap sektor yang menjadi indikator dalam PDRB. DAFTAR KEPUSTAKAAN Assauri, Sofjan. 1984. Teknik dan Metode Peramalan : Penerapan Dalam Ekonomi dan Dunia Usaha.Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta Bappeda Provinsi Sumbar. 2010. Perkembangan Ekonomi Sumatera Barat. (Tinjauan PDRB Provinsi Sumatera Barat dan Kabupaten/Kota Menurut Lapangan Usaha) Tahun 2005 – 2009. BPS Provinsi Sumbar.2010. Sumatera Barat dalam Angka. Mankiw, Grogory. 2001. TeoriMakroekonomi Intermediate. Edisi Kelima. Penerbit Erlangga. Yogyakarta. Sukirno, Sadono. 2007. Makro Ekonomi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. Suryabrata, Sumardi. 2005. Metodologi Penelitian. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada. Syofyardi. 2008. Metode Peramalan. Diktat Kuliah Program Pascasarjana Universitas Andalas. Padang. Todaro, Michael. 2006. Pembangunan Ekonomi. Edisi Kesembilan. Jakarta. Erlangga.
ISSN 1693-2617
LPPM UMSB
185