ANALISIS AKTIVITAS EKONOMI RUMAHTANGGA PEKERJA INDUSTRI KECIL SEPATU DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR
Oleh: Sanggam Ernist B. Siahaan A08400008
PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
RINGKASAN
SANGGAM
ERNIST
B.
SIAHAAN.
Analisis
Aktivitas
Ekonomi
Rumahtangga Pekerja Industri Kecil Sepatu di Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor (dibawah bimbingan BONAR M. SINAGA).
Perkembangan industri kecil selalu menunjukkan peningkatan dalam perekonomian Indonesia, karena disebabkan oleh: (1) sebagian besar populasi industri kecil berlokasi di pedesaan, sehingga jika dikaitkan dengan kenyataan tenaga kerja yang semakin meningkat serta luas tanah garapan yang semakin berkurang maka industri kecil merupakan jalan keluarnya, (2) beberapa jenis kegiatan industri kecil banyak menggunakan bahan baku dari sumber lingkungan terdekat, tingkat upah yang rendah serta tingkat pendapatan yang rendah telah menyebabkan biaya produksi dapat ditekan, (3) harga jual yang relatif rendah serta tingkat pendapatan yang rendah sesungguhnya merupakan kondisi tersendiri yang memberi peluang bagi industri kecil untuk tetap bertahan, dan (4) tetap adanya permintaan terhadap beberapa komoditi yang tidak diproduksi secara maksimal juga merupakan salah satu pendukung yang sangat kuat. Berkaitan dengan keberadaan industri kecil dan industri pengolahan yang diperlukan saat ini, industri sepatu merupakan salah satu industri yang dapat dikembangkan dalam rangka peningkatan nilai tambah. Industri kecil sepatu di Kecamatan Tamansari mengalami penurunan permintaan yang disebabkan oleh serbuan sepatu impor ilegal asal Cina dan Vietnam. Penelitian ini secara umum bertujua n untuk menganalisis aktivitas ekonomi rumahtangga pekerja industri kecil sepatu di Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk menganalisis (1) pola curahan kerja, kontribusi pendapatan, dan pengeluaran rumahtangga pe kerja industri kecil sepatu, dan (2) faktor -faktor yang mempengaruhi dan keterkaitan antara curahan kerja, pendapatan, dan pengeluaran rumahtangga pekerja industri kecil sepatu. Penelitian ini menggunakan data primer. Jawaban untuk tujuan pertama digunakan analisis deskriptif dengan menggunakan metode tabulasi dan jawaban untuk tujuan kedua digunakan analisis model ekonometrika dalam bentuk
model persamaan simultan yang diduga dengan metode 2 SLS ( Two Stage Least Squares) dan pengolahan data menggunakan software Microsoft Excel dan software Statistical Analysis System /Econometric Time Series (SAS/ETS). Peubah endogen yang dipengaruhi oleh peubah penjelas pada model rumahtangga pekerja adalah (1) curahan kerja di luar industri (upah di luar industri dan pengalaman kerja di luar industri), (2) pendapatan dari dalam industri (harga jual per unit dan pengalaman kerja dari dalam industri), (3) pendapatan dari luar industri (curahan kerja di luar industri), (4) konsumsi pangan (pendapatan yang siap dibelanjakan, t abungan, dan jumlah tanggungan orang dewasa), (5) konsumsi non pangan (tabungan), (6) investasi pendidikan (pendapatan yang siap dibelanjakan, pengeluaran total selain pendidikan, tabungan, jumlah anak sekolah, dan umur pekerja), (7) investasi kesehatan (p endapatan yang siap dibelanjakan, investasi pendidikan, dan jumlah tanggungan keluarga), dan (8) tabungan (pendapatan yang siap dibelanjakan, pengeluaran total, dan tingkat pendidikan pekerja). Pada rumahtangga pekerja industri kecil sepatu di Kecamatan Ta mansari, kelompok umur pekerja antara 20 -24 tahun memiliki persentase tertinggi dibandingkan dengan kelompok umur pekerja antara 25 -29 tahun dan kelompok umur pekerja antara 30-34 tahun. Jumlah tanggungan keluarga pekerja antara 1 -3 orang lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah tanggungan keluarga pekerja antara 4-6 orang. Jumlah tanggungan anak antara 0 -1 orang lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah tanggungan anak antara 2 -3 orang. Jumlah tanggungan dewasa antara 2 -3 orang lebih tinggi dibandingkan denga n jumlah tanggungan dewasa antara 0 -1 orang. Jumlah anak sekolah antara 0 -1 orang lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah anak sekolah antara 2 -3 orang. Tingkat pendidikan pekerja masih rendah karena jumlah pekerja tamat SD lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah pekerja tamat SLTP. Pengalaman kerja di dalam industri kecil sepatu masih rendah karena jumlah pekerja yang memiliki pengalaman kerja antara 1 -8 tahun lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah pekerja yang memiliki pengalaman kerja antara 9 -16 tahun. Pekerja lebih banyak mengalokasikan waktu kerja di dalam industri kecil sepatu. Pendapatan total (pendapatan di dalam industri dan luar industri)
meningkat dengan bertambahnya curahan kerja total (curahan kerja di dalam industri dan luar industri). Pengel uaran untuk konsumsi pangan, konsumsi non pangan, investasi pendidikan, dan investasi kesehatan meningkat dengan bertambahnya pendapatan yang siap dibelanjakan dan jumlah tanggungan keluarga. Curahan kerja di luar industri dipengaruhi oleh upah di luar ind ustri dan pengalaman kerja di luar industri. Pendapatan dari dalam industri dipengaruhi oleh harga jual per unit dan pengalaman kerja di dalam industri. Pendapatan dari luar industri dipengaruhi oleh curahan kerja di luar industri. Konsumsi pangan dipengaruhi oleh pendapatan yang siap dibelanjakan dan jumlah tanggungan dewasa. Investasi pendidikan dipengaruhi oleh jumlah anak sekolah. Investasi kesehatan dipengaruhi oleh pendapatan yang siap dibelanjakan, investasi pendidikan, dan jumlah tanggungan keluarga . Tabungan dipengaruhi oleh pendapatan yang siap dibelanjakan, pengeluaran total, dan tingkat pendidikan pekerja. Keputusan untuk konsumsi pangan dan konsumsi non pangan terkait dengan keputusan untuk tabungan. Keputusan untuk investasi pendidikan terkait dengan keputusan untuk pengeluaran total selain pendidikan, pendapatan yang siap dibelanjakan, dan tabungan. Keputusan untuk investasi kesehatan terkait dengan keputusan untuk investasi pendidikan dan pendapatan yang siap dibelanjakan. Keputusan untuk tabu ngan terkait dengan keputusan untuk pengeluaran total dan pendapatan yang siap dibelanjakan.
ANALISIS AKTIVITAS EKONOMI RUMAHTANGGA PEKERJA INDUSTRI KECIL SEPATU DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR
Oleh: Sanggam Ernist B. Siahaan A08400008
Skripsi Sebagai Bagian Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
Judul : Analisis Aktivitas Ekonomi Rumahtangga Pekerja Industri Kecil Sepatu di Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor Nama : Sanggam Ernist B. Siahaan
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA NIP 130 517 561
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr NIP 131 124 019
Tanggal Kelulusan
:
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA PERG URUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Agustus 2008
Sanggam Ernist B. Siahaan A08400008
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 2 Februari 1983 di Pematang Siantar, Propinsi Sumatera Utara. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak E. Siahaan dan Ibu N. Siagian. Penulis menyelesaikan pendidikan di SD Swasta Taman Asuha n Pematang Siantar pada tahun 1994, kemudian melanjutkan pendidikan ke SLTP Swasta Taman Asuhan Pematang Siantar dan lulus pada tahun 1997. Kemudian pada tahun yang sama, penulis melanjutkan pendidikan ke SMU Negeri 1 Pematang Siantar dan lulus pada tahun 2000. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2000 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya, Jurusan Ilmu -ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul Analisis Aktivitas Ekonomi Rumahtangga Pekerja Industri Kecil Sepatu di Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Selama pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi, penulis banyak memperoleh bantuan, dukungan, dan doa dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih dan rasa penghargaan yang tulus kepada: 1. Bapak, Mama serta adik-adikku (Harry dan Erna), yang telah memberikan kasih sayang, perhatian, dorongan moral dan materiil s erta doa yang tidak pernah putus kepada penulis. 2. Bapak Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, arahan, kritikan dan saran yang berarti dalam penyelesaian tulisan ini. 3. Bapak Ir. Nindyantoro, MSP selaku dosen penguji utama yang telah memberikan masukan dan saran perbaikan yang berarti dalam penyelesaian tulisan ini. 4. Bapak Adi Hadianto, SP selaku dosen penguji departemen yang telah memberikan masukan dan saran perbaikan yang berarti dalam penyelesaian tulisan ini.
5. Junita Irianti Situmorang yang senantiasa menemani, mendoakan, dan memberi semangat untuk menyelesaikan tulisan ini. 6. Mas Roes, Rato, Royan, Rizal, Benil, Prast, Manto, Mora, Okto, Dimas, Cendana, Saor, dan Stefanus yang telah membantu mengolah data serta mengedit setiap kata dalam penyelesaian tulisan ini. 7. Mbak Pini, Pak Basir dan Pak Husein yang telah membantu dalam setiap urusan administrasi. 8. Mbak Ruby, Mbak Shanty, Mbak Yani serta Aam yang selalu memberi semangat. 9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terima kasih atas bantuan dan dukungannya. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada hal -hal yang kurang sempurna. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Agustus 2008
Sanggam Ernist B. Siahaan A08400008
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL .................................................................................
iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ vii DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... viii I.
II.
PENDAHULUAN ................................................................................
1
1.1. Latar Belakang ...............................................................................
1
1.2. Perumusan Masalah .......................................................................
5
1.3. Tujuan Penelitian ...........................................................................
7
1.4. Manfaat Penelitian .........................................................................
7
1.5. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian .................................
8
TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................
9
2.1. Peranan Industri Kecil untuk Meningkatkan Pendapatan dan Kesempatan Kerja ..........................................................................
9
2.2. Tinjauan Studi Terdahulu ............................................................... 13 2.2.1. Curahan Kerja ....................................................................... 13 2.2.2. Pendapatan ............................................................................ 14 2.2.3. Konsumsi .............................................................................. 16 2.2.4. Investasi ................................................................................ 17 2.2.5. Tabungan .............................................................................. 18 III.
KERANGKA PEMIKIRAN ................................................................. 20 3.1. Teori Alokasi Waktu ...................................................................... 20 3.2. Model Dasar Ekonomi Rumahtangga ............................................. 28 3.3. Model Ekonomi Rumahtangga Pekerja Industri Kecil Sepatu ...... 32
IV.
METODE PENELITIAN ...................................................................... 36 4.1. Metode Analisis ............................................................................. 36 4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................ 36
4.3. Penentuan Sampel dan Metode Pengumpulan Data ...................... 37 4.3.1. Penentuan Sampel ................................................................ 37 4.3.2. Metode Pengumpulan Data .................................................. 37 4.4. Perumusan Model Ekonomi Rumahtangga Pekerja Industri Kecil Sepatu ................................................................................... 37 4.4.1. Curahan Kerja ....................................................................... 38 4.4.2. Pendapatan ............................................................................ 40 4.4.3. Pengeluaran .......................................................................... 42 4.4.3. Tabungan .............................................................................. 48 4.5. Identifikasi dan Pendugaan Model ................................................. 48 4.6. Evaluasi Model ............................................................................... 50 4.7. Pendugaan Elastisitas ..................................................................... 53 4.8. Definisi Operasional ....................................................................... 54 V.
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ................................. 57 5.1. Letak dan Geografis ....................................................................... 57 5.2. Keadaan Penduduk ......................................................................... 57 5.3. Prasarana dan Sarana ...................................................................... 60 5.4. Keadaan Industri Kecil Sepatu di Kecamatan Tamansari .............. 61 5.5. Kegiatan Usaha .............................................................................. 61
VI.
KARAKTERISTIK DAN DESKRIPSI RUMAHTANGGA PEKERJA INDUSTRI KECIL SEPATU DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR ............................................... 66 6.1. Karakteristik Rumahtangga Pekerja Industri Kecil Sepatu di Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor ....................................... 66 6.2. Deskripsi Rumahtangga Pekerja Industri Kecil Sepatu ................. 70 6.2.1. Alokasi Waktu Rumahtangga Pekerja Industri Kecil Sepatu ................................................................................... 70 6.2.2. Curahan Kerja ....................................................................... 71 6.2.3. Pendapatan ............................................................................ 73 6.2.4. Konsumsi Pangan dan Non Pangan ...................................... 74 6.2.5. Investasi Pendidikan dan Kesehatan .................................... 76 6.2.6. Tabungan .............................................................................. 76
VII.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN EKONOMI RUMAHTANGGA PEKERJA INDUSTRI KECIL SEPATU ................................................................................................ 78 7.1. Hasil Dugaan Model Ekonomi Rumahtangga Pekerja Industri Kecil Sepatu ................................................................................... 78 7.2. Keragaan Model Ekonomi Rumahtangga Pekerja Industri Kecil Sepatu ............................................................................................. 79 7.2.1. Curahan Kerja di Luar Industri ............................................ 79 7.2.2. Pendapatan dari Dalam Industri ........................................... 81 7.2.3. Pendapatan dari Luar Industri .............................................. 83 7.2.4. Konsumsi Pangan ................................................................. 86 7.2.5. Konsumsi Non Pangan ......................................................... 88 7.2.6. Investasi Pendidikan ............................................................. 92 7.2.7. Investasi Kesehatan .............................................................. 95 7.2.8. Tabungan .............................................................................. 97
VIII.
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 99 8.1. Kesimpulan .................................................................................... 99 8.2. Saran ............................................................................................... 101 8.2.1. Saran Kebijakan ................................................................... 101 8.2.2. Saran Peneliatian Lanjutan ................................................... 101 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 102 LAMPIRAN .......................................................................................... 106
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1.
Struktur Umur dan Jenis Kelamin Penduduk di Kecamatan Tamansari, Tahun 2006 ........................................................................................... 58
2.
Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kecamatan Tamansari, Tahun 2006 ......................................................................... 59
3.
Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Kecamatan Tamansari, Tahun 2006 ......................................................................... 59
4.
Karakteristik Rumahtangga Pekerja Industri Keci l Sepatu di Kecamatan Tamansari, Tahun 2006 ...................................................... 66
5.
Kelompok Umur Pekerja Industri Kecil Sepatu di Kecamatan Tamansari, Tahun 2007 ......................................................................... 67
6.
Jumlah Tanggungan Anak Pekerja Industri Kecil Sepatu di Kecamatan Tamansari, Tahun 2007 ...................................................... 67
7.
Jumlah Tanggungan Dewasa Pekerja industri Kecil Sepatu di Kecamatan Tamansari, Tahun 2007 ...................................................... 68
8.
Jumlah Tanggungan Keluarga Pekerja Industri Kecil Sepatu di Kecamatan Tamansari, Tahun 2007 ...................................................... 68
9.
Jumlah Anak Sekolah Pekerja Industri Kecil Sepatu di Kecama tan Tamansari, Tahun 2007 ......................................................................... 68
10.
Tingkat Pendidikan Pekerja Industri Kecil Sepatu di Kecamatan Tamansari, Tahun 2007 ......................................................................... 69
11.
Pengalaman Kerja di Dalam Industri Kecil Sepatu di Kecamatan Tamansari, Tahun 2007 ......................................................................... 69
12.
Rata-rata Alokasi Waktu Rumahtangga Pekerja Industri Kecil Sepatu di Kecamatan Tamansari, Tahun 2007 ...................................... 70
13.
Rata-rata Curahan Kerja Rumahtangga Pekerja Industri Kecil Sepatu di Kecamatan Tamansari, Tahun 2007 ...................................... 71
14.
Rata-rata Curahan Kerja Rumahtangga Pekerja Industri Kecil Sep atu Berdasarkan Kelompok Umur di Kecamatan Tamansari, Tahun 2007 ........................................................................................... 72
15.
Rata-rata Curahan Kerja Rumahtangga Pekerja Pekerja Industri Kecil Sepatu Berdasarkan Pendapatan Total di Kecamatan Tamansari, Tahun 2007 ........................................................................................... 72
16.
Rata-rata Pendapatan Rumahtangga Pekerja Industri Kecil Sepatu di Kecamatan Tamansari, Tahun 2007 ................................................. 73
17.
Rata-rata Pendapatan Total Rumahtangga Pekerja Industri Kecil Sepatu Berdasarkan Curahan Kerja Total di Kecamatan Tamansari, Tahun 2007 ........................................................................................... 74
18.
Rata-rata Konsumsi Pangan dan N on Pangan Rumahtangga Pekerja Industri Kecil Sepatu Berdasarkan Pendapatan yang Siap Dibelanjakan di Kecamatan Tamansari, Tahun 2007 ........................... 75
19.
Rata-rata Konsumsi Pangan dan Non Pangan Rumahtangga Pekerja Industri Kecil Sepatu Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga di Kecamatan Tamansari, Tahun 2007 ...................................................... 75
20.
Rata-rata Investasi Pendidikan dan Investasi Kesehatan Rumahtangga Pekerja Industri Kecil Sepatu Berdasarkan Pendapatan yang Siap Dibelanjakan di Kecamatan Tamansari, Tahun 2007 ........................... 76
21.
Rata-rata Tabungan Rumahtangga Pekerja Industri Kecil Sepatu Berdasarkan Pendapatan yang Siap Dibelanjakan di Kecamatan Tamansari, Tahun 2007 ......................................................................... 77
22.
Hasil Dugaan Parameter dan Nilai Elastisitas Persamaan Curahan Kerja di Luar Industri ............................................................................ 79
23.
Hasil Dugaan Parameter dan Nilai Elastisitas Persamaan Pendapatan dari Dalam Industri ............................................................................... 82
24.
Hasil Dugaan Parameter dan Nilai Elastisitas Persamaan Pendapatan dari Luar Industri ................................................................................... 84
25.
Hasil Dugaan Parameter dan Ni lai Elastisitas Persamaan Konsumsi Pangan ................................................................................................... 86
26.
Hasil Dugaan Parameter dan Nilai Elastisitas Persamaan Konsumsi Non Pangan ........................................................................................... 89
27.
Hasil Dugaan Parameter dan Nilai Elastisitas Persamaan Investasi Pendidikan ............................................................................................. 92
28.
Hasil Dugaan Parameter dan Nilai Elastisitas Persamaan Investasi Kesehatan .............................................................................................. 95
29.
Hasil Dugaan Parameter dan Nilai Elastisitas Persamaan Tabungan ... 97
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1.
Kurva Alokasi Waktu, Produksi, dan Konsumsi .................................. 25
2.
Diagram Model Ekonomi Rumahtangga Pekerja Industri Kecil Sepatu .................................................................................................... 39
3.
Struktur Produksi I ................................................................................ 63
4.
Struktur Produksi II ............................................................................... 64
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1.
Data Rumahtangga Pekerja Industri Kecil Sepatu ................................ 106
2.
Program Komputer Pendugaan Model Ekonomi Rumahtangga Pekerja Industri Kecil Sepatu ................................................................ 111
3.
Hasil Pendugaan Model Ekonomi Rumahtangga Pekerja Industri Kecil Sepatu ............................................................................. 113
I.
1.1.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Pembangunan adalah usaha untuk menciptakan kemakmuran dan
kesejahteraan rakyat melalui peningkatan taraf hidup seluruh rakyat Indonesia. Hasil dari pembangunan tersebut harus dapat mewujudkan kesejahteraan rakyat agar semakin adil dan merata serta senantiasa harus ditingkatkan. Pembangunan ekonomi bukan hanya bertujuan untuk melakukan modernisasi dalam masyarakat, akan tetapi yang lebih pen ting lagi adalah untuk menciptakan tingkat kehidupan dan kemakmuran yang lebih baik kepada seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Perkembangan industri kecil sebagai perwujudan pelaksanaan demokrasi ekonomi untuk menciptakan kemakmuran seluruh rakyat Indone sia secara adil, selaras, dan merata mempunyai misi sebagai berikut, yaitu: (1) menciptakan kesempatan berusaha dan kesempatan kerja untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, (2) memperluas struktur usaha industri dan menumbuhkan budaya industri di kalangan masyarakat, dan (3) membina keberadaan serta kelangsungan hidup industri yang berkaitan dengan nilai -nilai budaya bangsa. Ciri-ciri perekonomian di negara -negara yang sedang berkembang adalah adanya pergeseran struktur dari sektor pertanian ke sektor ind ustri. Industri kecil menempati posisi strategis dalam kebijaksanaan pembangunan nasional karena industri kecil mempunyai karakteristik yang lebih banyak menggunakan tenaga kerja dibandingkan modal. Hal ini menempatkan industri kecil sebagai salah satu strategi perluasan kesempatan kerja.
Ketidakmampuan sektor informal dalam menyerap kelebihan tenaga kerja menyebabkan banyak tenaga kerja mencari alternatif lain, yaitu bekerja di sektor informal dimana salah satunya adalah sektor industri kecil. Sektor informal menjadi salah satu alternatif lapangan kerja karena karakteristik yang dimilikinya, yaitu aktivitas tidak hanya didasarkan pada kesempatan berinvestas i tetapi lebih didasarkan pada dorongan untuk menciptakan kesempatan bagi diri sendiri. Kehadiran industri kecil dalam skala besar yang mampu menyerap ribuan tenaga kerja menjadi faktor yang menyebabkan aktivitas perekonomian tinggi. Meskipun secara langsung belum memberikan nilai berarti bagi perkembangan daerah, namun dengan tenaga kerja yang diserap telah memberikan andil kemajuan ekonomi. Peranan industri kecil di negara -negara yang sedang berkembang lebih sering dikaitkan dengan masalah ekonomi dan sos ial di dalam negeri yang bersangkutan, seperti masalah kemiskinan, jumlah pengangguran yang tinggi, distribusi pendapatan nasional yang tidak merata, dan tingkat pembangunan ekonomi di pedesaan yang masih terbelakang. Selain berfungsi sebagai penyerapan tenaga kerja, industri kecil memiliki peranan yang strategis, yaitu jumlah dan potensi yang besar serta terdapat dalam setiap sektor ekonomi, memiliki kemampuan untuk menghasilkan barang ekspor serta memiliki kemampuan untuk memanfaatkan bahan baku lokal unt uk menghasilkan barang dan jasa yang diperlukan. Perkembangan industri kecil selalu menunjukkan peningkatan dalam perekonomian Indonesia, karena disebabkan oleh: (1) sebagian besar populasi industri kecil berlokasi di pedesaan, sehingga jika dikaitkan deng an kenyataan
tenaga kerja yang semakin meningkat serta luas tanah garapan yang semakin berkurang maka industri kecil merupakan jalan keluarnya, (2) beberapa jenis kegiatan industri kecil banyak menggunakan bahan baku dari sumber lingkungan terdekat, tingkat upah yang rendah serta tingkat pendapatan yang rendah telah menyebabkan biaya produksi dapat ditekan, (3) harga jual yang relatif rendah serta tingkat pendapatan yang rendah sesungguhnya merupakan kondisi tersendiri yang memberi peluang bagi industri kec il untuk tetap bertahan, dan (4) tetap adanya permintaan terhadap beberapa komoditi yang tidak diproduksi secara maksimal
juga
merupakan
salah
satu
pendukung
yang
sangat
kuat
(Yurfelly, 1997). Salah satu jenis industri kecil yang dapat dikembangkan salah satunya adalah industri sepatu atau alas kaki. Industri sepatu pernah menjadi primadona ekspor non migas, tetapi sekarang terseok -seok akibat terbentur pada masalah daya saing. Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik dalam lima bulan terakhir (Januari sampai Mei), nilai ekpor sepatu turun dari US$ 557.6 juta pada tahun 2003 dan menjadi US$ 419.8 juta pada periode yang sama tahun 2004. Tiga tahun berturut-turut laju ekspor tidak menggembirakan. Pada tahun 2001 ekspor sepatu mencapai US$ 1.50 miliar dari sebelumnya US$ 1.67 miliar. Namun pada tahun 2002 turun menjadi US$ 1.15 miliar dan nilai itu stagnan hingga pada tahun 2003. Ironisnya, industri sepatu atau alas kaki merupakan industri padat kar ya. Dampak penurunan ekspor sepatu secara tidak langsung berakibat terhadap penurunan tenaga kerja karena perusahaan tidak mampu bertahan.
Indonesia juga mengalami kekalahan persaingan dalam hal industri sepatu dengan negara Cina dan Vietnam. Adapun hal -hal yang menyebabkan kekalahan persaingan industri sepatu ini karena kemampuan tenaga kerja Indonesia lebih rendah dibandingkan dengan negara Cina dan Vietnam. Selain itu, pengenaan pajak dari suku bunga bank di Indonesia juga lebih tinggi. Komponen -komponen yang berkaitan langsung dengan dunia usaha tidak mendukung iklim usaha. Peluang pasar dunia akan sepatu mencapai nilai US$ 5 miliar untuk sepatu olah raga dan US$ 33.19 miliar untuk sepatu formal. Indonesia baru mampu memenuhi 15 persen untuk sepatu olah raga dan 2 persen untuk sepatu formal. Selain itu, rasio pengguna alas kaki per orang di Indonesia rata -rata 1.8 juta pasang per tahun sehingga potensi yang ada sekitar 396 juta pasang per tahun dengan jumlah penduduk Indonesia 200 juta orang. Menyusul terjadinya sengketa perdagangan negara Cina dan Vietnam dengan Amerika Serikat dan Uni Eropa sejak bulan Oktober 2006 dimana kedua negara maju tersebut mengenakan bea masuk anti dumping (BMAD) terhadap sepatu impor dari negara Cina dan Vietnam selama dua tahu n sebesar 16.5 persen yang menyebabkan harga sepatunya lebih mahal. Peluang tersebut dimanfaatkan oleh para perajin alas kaki mengingat industri sepatu merupakan industri massal yang banyak menyerap tenaga kerja. Selain itu, industri sepatu atau alas kaki dapat memiliki masa depan yang relatif baik, terutama apabila komitmen pemerintah menjadikan industri sepatu sebagai sumber devisa negara. Para pelaku usaha industri sepatu mencoba mengangkat strategi baru untuk mengangkat pamor ekspor sepatu, yaitu dengan
melupakan cara untuk
memenangkan persaingan di sektor sepatu olahraga tetapi fokus menggarap
ekspor sepatu formal. Sepatu formal tidak memerlukan tenaga kerja yang banyak, modal besar, teknologi pembuatan tidak terlalu rumit dan ketersediaan bahan baku cukup. Selain itu, industri sepatu formal cukup dikerjakan oleh industri rumahtangga (home industry). Segmen pasar yang dibidik oleh para pelaku usaha industri sepatu adalah kelas menengah ke bawah. Melihat peranan sektor industri kecil dalam menampung keleb ihan tenaga kerja serta sebagai sumber pendapatan, maka dianggap sangat perlu untuk memahami serta mengkaji aspek -aspek yang terkait dengan sektor tersebut dan hal-hal yang diperlukan dalam pengembangannya untuk menuju ke arah yang lebih baik.
1.2.
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang seperti tersebut di atas, maka dapat dikatakan
bahwa untuk menampung kelebihan tenaga kerja dan sebagai sumber pendapatan, sektor industi kecil dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam mengatasi masalah lapangan ketidakseimbangan antara lapangan pekerjaan dengan jumlah angkatan kerja yang ada. Menurut Mangkuprawira (1985), pencerminan strategi rumahtangga untuk hidup dan sejahtera ditunjukkan oleh kontribusi atau alokasi waktu anggota keluarganya untuk menca ri nafkah, pekerjaan rumahtangga dan kegiatan lainnya. Setiap kegiatan ekonomi rumahtangga ditujukan untuk mencapai nilai guna yang akhirnya akan menghasilkan kesejahteraan. Tenaga kerja selain berkedudukan sebagai faktor produksi, juga berkedudukan sebagai sumberdaya manusia dan sebagai sumber pendapatan
keluarga. Sebagai sumberdaya manusia, artinya tenaga kerja dalam mencurahkan waktu untuk setiap jenis kegiatan selalu berusaha memaksimalkan kepuasan, baik untuk diri sendiri maupun bagi keluarganya. Sebag ai sumber pendapatan keluarga, secara langsung tenaga kerja terlibat dalam arus lingkaran kegiatan ekonomi. Tenaga kerja dalam hal ini mendapatkan upah yang akan menghasilkan pendapatan, sehingga pada akhirnya akan mewujudkan kesejahteraan keluarga. Waktu bekerja bagi rumahtangga mempunyai nilai ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai waktu luang. Setiap penambahan pendapatan akibat melakukan kegiatan ekonomi rumahtangga akan menambah waktu bekerja untuk menambah pendapatan keluarga. Pendapatan rumahtangga yang diperoleh dari berbagai sumber akan dialokasikan untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan. Pendapatan selain dialokasikan untuk kebutuhan konsumsi, juga dialokasikan untuk investasi dalam rangka meningkatkan pendapatan dan tabungan untuk kebutuhan di masa yang akan datang. Pentingnya keberadaan industri kecil pada saat ini khususnya industri kecil sepatu diharapkan dapat menjadi alternatif dalam peningkatan nilai tambah dan peningkatan pendapatan bagi sebagian besar masyarakat, terutama masy arakat yang memiliki latar belakang kemampuan sumberdaya manusia yang terbatas, baik dalam pengolahan maupun pengelolaan sumberdaya alam dan hasilnya. Selain itu, jika industri kecil sepatu lebih diperhatikan oleh pemerintah dapat menjadikan industri ini s ebagai penghasil devisa bagi negara, yakni dengan menaikkan kembali pamor sepatu formal (non sport shoes) sebagai ekspor non migas nasional.
Berdasarkan uraian di atas, maka beberapa permasalahan yang menjadi perhatian pada penelitian ini adalah sebagai b erikut: 1. Bagaimana karakteristik rumahtangga pekerja industri kecil sepatu meliputi alokasi curahan kerja, pendapatan, dan pengeluaran rumahtangga? 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keputusan rumahtangga pekerja industri kecil sepatu dalam mengalokasikan curahan kerja, pendapatan, dan pengeluaran rumahtangga?
1.3.
Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai
pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis karakteristik rumahtangga pekerja industri kecil meliputi alokasi curahan kerja, pendapatan, dan pengeluaran rumahtangga di Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor. 2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan rumahtangga pekerja industri kecil sepatu dalam mengalokasikan curahan kerja, pendapatan, dan pengeluaran rumahtangga di Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor.
1.4.
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memb erikan informasi tentang
keadaan ketenagakerjaan dan kesempatan bekerja di sektor industri kecil khususnya industri kecil sepatu. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana yang efektif dalam menambah wawasan dan pengetahuan,
khususnya di bidang ketenagakerjaan industri kecil sepatu. Selain itu, diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak yang akan melakukan penelitian lanjutan atau penelitian lain yang berkaitan dengan ekonomi rumahtangga pekerja industri kecil.
1.5. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian Penelitian
ini
dilakukan
untuk
menganalisis
aktivitas
ekonomi
rumahtangga pekerja industri kecil sepatu di Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor. Keterbatasan penelitian ini adalah penulis belum melakukan studi kelayakan industri melalui analisis finansial pada industri kecil sepatu di Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor, membahas masalah efisiensi produksi dan pemasaran serta analisis yang dilakukan diperluas ruang lingkupnya untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang karakteristik rumahtangga pekerja industri kecil dalam lingkup kabupaten, provinsi maupun Negara.
II.
2.1.
TINJAUAN PUSTAKA
Peranan Industri Kecil untuk Meningkatkan Pendapatan dan Kesempatan Kerja Munculnya dilema ekonomi informal di Indonesia adalah sebagai dampak
dari semakin kuatnya proses modernisasi yang bergerak bias menuju sifat -sifat yang dualistis. Bias pembangunan secara makro akan menghasilkan sistem ekonomi lain, yaitu sektor informal kh ususnya sektor industri kecil yang sebagian besar terjadi di negara-negara yang sedang berkembang. Fenomena dualisme ekonomi yang melahirkan sektor informal khususnya sektor industri kecil menunjukkan bukti adanya keterpisahan secara sistemis -empiris antara sektor formal dan sektor informal pada sistem ekonomi nasional. Perekonomian pada sektor industri kecil relatif dapat lebih mandiri. Hal ini ditandai dengan pertumbuhan pada sektor industri kecil secara langsung yang dapat memperbaiki kesejahteraan golon gan ekonomi lemah, sehingga kemajuan dalam sektor industri kecil diharapkan dapat meningkatkan pendapatan nasional (meskipun tidak besar) dan memperbaiki distribusi pendapatan. Pada umumnya industri kecil termasuk dalam kategori sektor informal karena memenuhi ciri-ciri dari sektor informal, yaitu: (1) pola kegiatan yang tidak teratur, baik dalam arti waktu, permodalan, dan penerimaan, (2) kurang tersentuh peraturan pemerintah, (3) modal, peralatan, dan perlengkapan maupun pendapatan umumnya kecil dan dihitung per hari, (4) umumnya dilakukan oleh masyarakat berpenghasilan rendah, (5) tidak membutuhkan keahlian atau keterampilan khusus, (6) jumlah tenaga kerja sedikit dan umumnya berasal dari keluarga, dan (7) tidak mengenal sistem perbankan.
Posisi industri kecil dalam perekonomian nasional yang sedemikian penting dan memiliki posisi yang strategis harus diupayakan agar semakin efisien, efektif serta memiliki daya saing yang tinggi. Hal ini dilakukan supaya dapat menembus era pasar global dan semakin berperan untuk mempercepat tercapainya kemakmuran masyarakat Indonesia, dalam rangka mengentaskan kemiskinan serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional. Struktur perindustrian dibagi menjadi tiga sub sektor, diantaranya industri kecil, industri menengah, dan industri besar. Perbedaan antara ketiga sub sektor industri tersebut dapat dilihat berdasarkan besar kecilnya modal yang digunakan, jumlah tenaga kerja yang dipakai, pengelolaan perusahaan, teknologi yang digunakan serta jenis produk yang dihasilkan. Seiring dengan perkembangan waktu, pengertian industri kecil mengalami perubahan. Berdasarkan Undang -undang Nomor 9 tahun 1995 tentang Usaha Kecil dalam Yaniprasetyanti (2002), industri kecil adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh perseorangan, atau rumaht angga maupun suatu badan, yang bertujuan untuk memproduksi barang atau jasa untuk diperniagakan secara komersial, yang mempunyai kekayaan bersih paling banyak dua ratus juta rupiah, dan mempunyai nilai penjualan per tahun sebesar satu milyar rupiah atau ku rang. Departemen Perindustrian (1999) menyempurnakan batasan industri kecil melalui Surat Keputusan Menteri Perdagangan dan Perindustrian Nomor 589/MPP/Kep/10/1999 tanggal 13 Oktober 1999, yang menyatakan bahwa industri kecil merupakan suatu industri deng an nilai kekayaan perusahaan seluruhnya tidak lebih dari satu milyar rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
Ciri-ciri industri kecil menurut Direktorat Jenderal Industri Kecil (1999), adalah: 1. Jumlahnya besar dan tersebar di seluruh pelosok tanah air. 2. Mencakup bagian terbesar dari kelompok masyarakat golongan ekonomi lemah. 3. Mampu mendorong proses pemerataan dan penanggulangan kemiskinan karena mudah diakses oleh rakyat kecil dan masyarakat yang tergolong miskin. 4. Mampu
menggali
dan
memanfaatkan
keunggulan
komparatif
serta
ketersediaan tenaga kerja dan sumberdaya alam. 5. Dapat hidup walaupun dengan modal yang sangat terbatas. Badan Pusat Statisik (1999) mengklasifikasikan penggolongan usa ha industri pengolahan di Indonesia menjadi empat kategori berdasarkan jumlah tenaga kerja yang dimiliki, yaitu: 1. Industri dan Dagang Mikro (ID -Mikro), adalah usaha industri pengolahan yang memiliki tenaga kerja antara 1 sampai 4 orang. 2. Industri dan Dagang Kecil (ID-Kecil), adalah usaha industri pengolahan yang memiliki tenaga kerja antara 5 sampai 19 orang. 3. Industri dan Dagang Menengah (ID -Menengah), adalah usaha industri pengolahan yang memiliki tenaga kerja antara 20 sampai 99 orang. 4. Industri dan Dagang Besar (ID-Besar), adalah usaha industri pengolahan yang memiliki tenaga kerja 100 orang atau lebih.
Penggolongan industri kecil menurut Departemen Perindustrian (1999), adalah sebagai berikut: 1. Industri pangan, yang meliputi: industri ikan ol ahan, kerupuk, dan makanan ringan. 2. Industri kimia, agro non pangan, dan hasil hutan, yang meliputi: industri minyak atsiri, arang kayu/tempurung, furnitur kayu, furnitur rotan, industri vulkanisir ban, industri kayu, dan industri komponen karet. 3. Industri logam, mesin, dan elektronik yang meliputi: industri pengelolaan logam, industri komponen, dan suku cadang. 4. Industri sandang, kulit, dan aneka, yang meliputi industri: barang jadi tekstil, pakaian jadi, sepatu atau alas kaki, tenun adat, tenun ikat , dan bordir. 5. Industri kerajinan dan umum, yang meliputi: industri kerajinan anyaman, perhiasan, sulaman bordir, batik, mainan anak, keramik/gerabah, dan kerajinan kayu. Ditinjau dari segi pengelolaan dan teknologi yang digunakan, industri kecil dapat digolongkan menjadi tiga kelompok, yaitu: 1. Kelompok industri kecil tradisional, memiliki ciri penggunaan teknologi yang sederhana berdasarkan dukungan unit pelayan teknis dan mempunyai keterkaitan dengan sektor ekonomi lain secara regional. Pengelolaannya bersifat sektoral dan dalam batas pembinaan administratif pemerintah. 2. Kelompok industri kerajinan, menggunakan t eknologi tepat guna tingkat madya dan sederhana, merupakan perpaduan industri kecil yang menerapkan proses moderen dengan keterampilan nasional. Ciri yang spesifik adalah
mengemban misi pelestarian budaya bangsa yang erat kaitannya dengan seni budaya bangsa. 3. Kelompok industri kecil moderen, menggunakan teknologi madya hingga moderen dengan skala produksi terbatas, didasarkan atas dukungan penelitian dan pengembangan di bidang teknik. Penanganannya lebih bersifat lintas sektoral dan menggunakan peralatan atau mesin produksi khusus.
2.2.
Tinjauan Studi Terdahulu
2.2.1. Curahan Kerja Setiap individu sangat dipengaruhi oleh anggota rumahtangga yang lain dalam keputusannya untuk mencari nafkah. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mangkuprawira (1985) di dua desa Kabupaten Sukabumi menunjukkan bahwa dalam mengalokasikan waktunya untuk berbagai kegiatan, tiap anggota keluarga dipengaruhi oleh faktor-faktor dari dalam keluarga dan dari luar keluarga. Faktor faktor dari dalam keluarga meliputi usia/umur, jumlah t anggungan keluarga, pengalaman kerja, pengetahuan, keterampilan, pendapatan kepala keluarga, dan jenis kelamin. Faktor-faktor dari luar keluarga meliputi tingkat upah, harga barang-barang, jenis pekerjaan, dan struktur sosial. Hasil penelitian Madirini (19 98) menunjukkan bahwa curahan kerja para pekerja di dalam industri kecil pakaian jadi dipengaruhi secara nyata oleh umur dan skala usaha. Curahan kerja di dalam industri pekerja tersebut tidak responsif terhadap perubahan semua peubah penjelasnya. Menurut Selometa (2000), tingkat pendidikan yang ditempuh seseorang secara formal merupakan faktor penting dalam mencari kesempatan kerja dan
pendapatan karena memberikan kondisi yang sangat menunjang dalam perkembangan segala aspek kepribadian manusia. Semakin ti nggi pendidikan seseorang maka peluang untuk memperoleh kesempatan kerja terutama di sektor non pertanian akan semakin besar. Hal ini tentunya dapat menyebabkan curahan kerja di sektor pertanian akan berkurang. Hasil penelitian Irani (1998), memperlihatkan bahwa pengalaman kerja, jenis kelamin, angkatan kerja keluarga, dan biaya bahan baku berpengaruh nyata terhadap curahan kerja di dalam industri tempe sedangkan pendapatan dari luar berpengaruh nyata terhadap curahan kerja di luar industri. Pada rumahtangg a pengusaha industri kecil tahu, curahan kerja di dalam industri dipengaruhi secara nyata oleh umur, pengalaman, dan jumlah produksi sedangkan curahan kerja di luar industri dipengaruhi secara nyata oleh penyerapan tenaga kerja di luar keluarga. Pada rumahtangga pengusaha industri kecil tempe maupun tahu, curahan kerja di dalam dan di luar industri tidak responsif terhadap perubahan semua peubah penjelasnya. 2.2.2. Pendapatan Hasil penelitian Indrawati (1997) menunjukkan bahwa faktor -faktor yang berpengaruh nyata terhadap pendapatan rumahtangga industri kecil batik adalah alokasi waktu membatik dan luas penggunaan lahan pertanian. Peningkatan pendapatan per potong batik merupakan salah satu usaha untuk memotivasi pembatik agar lebih banyak mencurahkan waktu pada kegiatan membatik. Penambahan modal kerja pembatik dan alokasi waktu untuk membatik itu sendiri akan meningkatkan pendapatan rumahtangga industri kecil batik.
Menurut Selometa (2000), pendapatan para nelayan juragan dan nelayan pandega dipengaruhi ole h faktor jenis kelamin. Pada umumnya laki -laki mempunyai kesempatan yang lebih besar daripada perempuan untuk mendapatkan pekerjaan karena dianggap memiliki kondisi tubuh yang lebih kuat dibandingkan perempuan. Selain itu, pekerja laki -laki mempunyai waktu yang lebih banyak bila dibandingkan pekerja perempuan dimana sebagian waktunya dipakai untuk mengurus rumahtangga dan anak. Mangkuprawira (1985) menyatakan bahwa pendapatan tiap anggota keluarga atau rumahtangga di dua desa Kabupaten Sukabumi dapat berasa l dari upah, keuntungan usaha, dan dari bukan upah. Tergantung dari berbagai faktor setiap anggota memperoleh pendapatannya bisa dari satu sumber atau lebih. Krisnamurthi (1991) menyatakan bahwa faktor -faktor yang berpengaruh positif terhadap pendapatan us ahatani adalah curahan tenaga kerja keluarga, luas lahan dan luas efektif, modal, umur petani, dan pendidikan. Faktor -faktor yang berpengaruh positif terhadap pendapatan non usahatani adalah curahan tenaga kerja, pendidikan, dan tanggungan keluarga. Faktor umur dapat berpengaruh positif atau negatif. Faktor lain yang diduga mempengaruhi pendapatan pekerja adalah faktor jenis kelamin. Pekerja laki -laki pada umumnya memiliki kesempatan lebih besar daripada pekerja perempuan untuk mendapatkan pekerjaan karena dianggap memiliki kondisi tubuh yang lebih kuat. Selain itu, pekerja laki-laki mempunyai waktu luang yang lebih banyak dibandingkan pekerja perempuan dimana sebagian waktunya dipakai untuk mengurus rumahtangga dan anak.
2.2.3. Konsumsi Setiap rumahtangga akan memprioritaskan pendapatannya untuk konsumsi pangan kemudian selanjutnya untuk investasi dan tabungan. Proporsi pendapatan yang dibelanjakan untuk makanan dapat dipakai sebagai ukuran kesejahteraan rumahtangga. Semakin baik tingkat kesejahteraan rumah tangga maka proporsi pendapatan yang dibelanjakan untuk konsumsi di luar pangan akan semakin besar. Selain itu, semakin baik tingkat kesejahteraan rumahtangga maka kualitas dan kuantitas konsumsi rumahtangga akan semakin tinggi. Hasil penelitian yang dilak ukan oleh Irani (1998) menunjukkan bahwa pada industri kecil tempe, konsumsi rumahtangga pengusaha dipengaruhi secara nyata oleh pendapatan yang siap dibelanjakan, investasi pendidikan, dan tabungan tetapi konsumsi hanya responsif terhadap perubahan pendap atan yang siap dibelanjakan. Sedangkan pada industri kecil tahu, konsumsi dipengaruhi secara nyata oleh jumlah anggota keluarga, pendapatan yang siap dibelanjakan, dan investasi pendidikan tetapi tidak responsif terhadap perubahan faktor -faktor tersebut. Mangkuprawira
(1985)
menyimpulkan
bahwa
faktor -faktor
yang
mempengaruhi perilaku konsumsi dalam rumahtangga terdiri dari faktor di dalam dan faktor di luar. Faktor-faktor di dalam rumahtangga diantaranya adalah jumlah anggota rumahtangga, tingkat pendidikan rumahtangga, adat istiadat, dan tingkat pendidikan ibu rumahtangga. Faktor -faktor di luar rumahtangga diantaranya adalah harga-harga bahan makanan, reit upah, dan tempat tinggal. Hasil penelitian Madirini (1998), menunjukkan bahwa konsumsi barang dan jasa rumahtangga pengusaha industri kecil pakaian jadi, dipengaruhi secara
nyata oleh investasi pendidikan, pendapatan yang siap dibelanjakan, dan jumlah tanggungan keluarga. Menurut Anggriani (1998), pola konsumsi pengusaha industri kecil kulit dipengaruhi secara nyata oleh peubah pendapatan yang siap dibelanjakan, investasi produksi, investasi pendidikan, dan tabungan. 2.2.4. Investasi Investasi yang dilakukan oleh rumahtangga dapat berupa modal fisik dan modal manusia. Invesatasi dalam modal manusia dapat di lakukan melalui pendidikan, urbanisasi dan peningkatan kesehatan. Investasi dalam modal manusia ini bertujuan untuk memperoleh tingkat penghasilan yang lebih tinggi sehingga tingkat konsumsi yang lebih tinggi dapat tercapai (Simanjuntak, 1998). Hasil penelitian Madirini (1998) menyatakan bahwa pada rumahtangga industri kecil pakaian jadi, investasi dipengaruhi oleh pendapatan yang siap dibelanjakan, jumlah anak sekolah, dan konsumsi. Pada rumahtangga karyawan dan pegawai non staf di perkebunan, i nvestasi dipengaruhi oleh pendapatan yang siap dibelanjakan, konsumsi, kredit, suku bunga tabungan, jumlah aset, dan pendidikan (Purba, 1997). Irani (1998) menyatakan bahwa pada rumahtangga pengusaha industri kecil tempe dipengaruhi secara nyata oleh jumla h anak sekolah, pendapatan disposabel, konsumsi, dan tabungan. Investasi pendidikan juga responsif terhadap perubahan pendapatan disposabel, konsumsi, dan tabungan. Pada rumahtangga pengusaha industri kecil tahu, investasi pendidikan dipengaruhi secara ny ata oleh pendapatan disposabel, konsumsi, dan tabungan tetapi hanya responsif terhadap perubahan pendapatan disposabel dan konsumsi.
Mangkuprawira (1985) menyatakan bahwa pengeluaran rumahtangga di dua desa Kabupaten Sukabumi dalam sektor pendidikan, menci rikan adanya investasi sumberdaya manusia dalam kegiatan ekonomi rumahtangga guna meningkatkan kemampuan kerja dan tingkat penghasilan seseorang di masa yang akan datang. 2.2.5. Tabungan Tujuan masyarakat untuk menabung adalah untuk transaksi, berjaga -jaga, dan spekulasi. Bagi masyarakat pedesaan tujuan menabung adalah untuk berjaga jaga. Hal ini terlihat dari kebiasaan mereka menabung masih bersifat tradisional, misalnya menabung dalam bentuk perhiasan. Variabel utama yang menentukan seseorang akan menabun g adalah tingkat pendapatan. Semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang maka akan semakin besar kemampuannya untuk menyisakan pendapatan yang akan digunakan untuk menabung. Sebaliknya, apabila semakin rendah tingkat pendapatan seseorang maka akan semakin
kecil kemampuannya untuk
menyisakan pendapatan yang akan digunakan untuk menabung. Selometa (2000) menyatakan bahwa tabungan berkorelasi negatif terhadap konsumsi karena semakin besar proporsi pendapatan yang digunakan untuk mengkonsumsi barang dan jasa ma ka proporsi yang digunakan untuk tabungan semakin kecil. Hasil penelitian Purba (1997), memperlihatkan bahwa tabungan rumahtangga karyawan dan pegawai non staf di perkebunan dipengaruhi secara nyata oleh pendapatan yang siap dibelanjakan serta konsumsi bar ang dan jasa.
Tabungan rumahtangga karyawan ternyata responsif terhadap perubahan pendapatan yang siap dibelanjakan dan konsumsi.
III.
3.1.
KERANGKA PEMIKIRAN
Teori Alokasi Waktu Berdasarkan teori tradisional, B ecker (1976) menyatakan bahwa
rumahtangga adalah produsen sekaligus konsumen. Adapun asumsi yang digunakan dalam kegiatan konsumsi, bahwa kepuasan rumahtangga bukan hanya dari barang dan jasa yang dapat diperoleh di pasar tetapi juga dari berbagai komoditi yang dihasilkan oleh rumahtangga. Fungsi kepuasan rumahtangga dalam memaksimalkan kepuasannya, dapat dirumuskan sebagai berikut: U
= U (X1, X2, X3, …, Xn) .................................................................. (1)
dimana: U = total kepuasan Xi = barang ke-i yang dikonsumsi, (i = 1, 2, 3, …, n) Rumahtangga dalam memaksimalkan kepuasan menghadapi kendala anggaran atau pendapatan untuk membeli barang dan jasa di pasar. Kendala anggaran dapat dirumuskan sebagai berikut: n
Pi Xi = I = V + W ............................................................................ (2)
i 1
dimana: Pi = harga barang dan jasa X ke -i Xi = barang dan jasa ke-i yang dibeli di pasar I
= pendapatan total
V = pendapatan lain selain hasil bekerja W = pendapatan dari hasil bekerja
Selanjutnya, Becker (1976) menyebutkan bahwa peningkatan tingkat upah akan mengurangi rasio penggunaan waktu untuk menghasilkan berbagai barang. Alokasi waktu untuk setiap kegiatan rumahtangga tidak saja ditentukan oleh tingkat upah, tetapi juga oleh faktor -faktor lain seperti harga input. Beberapa asumsi yang dipakai dalam teori ekonomi rumahtangga adalah sebagai berikut: 1. Waktu dan barang atau jasa merupakan unsur kepuasan. 2. Waktu dan barang atau jasa dapat dipakai sebagai input dalam fungsi produksi rumahtangga. 3. Rumahtangga bertindak selain sebagai kon sumen juga sebagai produsen. Bentuk
sederhana
fungsi
kepuasan
rumahtangga
tersebut,
dapat
dirumuskan sebagai berikut: U
= U (Zi, ..., Zm) .................................................................................. (3)
dimana: Zi = komoditi yang dihasilkan rumahtangga, (i = 1, 2, …, m) Rumahtangga dalam proses memaksimalkan kepuasan tersebut dibatasi oleh kendala produksi, waktu, dan pendapatan. Fungsi produksi rumahtangga dapat dirumuskan sebagai berikut: Zi = fi (Xi , Ti) ........................................................................................ (4) dimana: Xi = barang dan jasa ke-i yang dibeli di pasar Ti = jumlah waktu yang dipakai untuk memproduksi barang Z ke -i Kendala pendapatan untuk membeli barang dan jasa di pasar dapat dirumuskan sebagai berikut: n
i 1
Pi Xi = I = V + T W W ........................................................................ (5)
dimana: Pi = harga barang dan jasa X ke -i yang dibeli di pasar TW = waktu yang digunakan untuk bekerja W = upah per unit T W Kendala waktu untuk membeli barang dan jasa di pasar dapat dirumuskan sebagai berikut: n
Ti + Tc = T - TW ................................................................................ (6)
i 1
dimana: Ti = jumlah waktu yang dipakai untuk memproduksi barang Z ke -i Tc = jumlah waktu yang digunakan untuk konsumsi T = total jumlah waktu yang tersedia TW = waktu yang digunakan untuk bekerja Bagi suatu rumahtangga, waktu keseluruhan (total) yang dimiliki anggota rumahtangga adalah tetap. Waktu tersebut dapat digunakan untuk bekerja di pasar, bekerja di rumahtangga, dan waktu luang. Pada formulasi Becker (1976) di atas, tidak terlihat perbedaan anta ra waktu luang dan waktu bekerja di rumahtangga. Menurut Gronau (1977) dalam Selometa (2000) menyatakan bahwa teori tersebut tidak secara nyata menyentuh tentang produksi rumahtangga. Gronau (1977)
dalam Selometa (2000)
berpendapat bahwa terhapusnya waktu kerja di rumahtangga dalam formulasi Becker (1976) disebabkan oleh kesulitan praktis dalam membedakan antara pekerjaan rumahtangga (work at home) atau waktu luang (leisure), dan asumsi bahwa perilaku rumahtangga untuk kegiatan rumahtangga dan waktu luang bereaksi sama terhadap perubahan lingkungan.
Beberapa penelitian tentang penggunaan waktu ( time budget atau time use) memperoleh hasil bahwa waktu kerja di rumahtangga dan waktu luang mempunyai reaksi yang berbeda terhadap lingkungan sosial ekonomi. Kemudia n Gronau (1977) dalam Selometa (2000) memisahkan secara eksplisit antara waktu luang dan waktu bekerja di rumahtangga. Konsumsi barang dan jasa (X) serta waktu luang (L) secara maksimal di rumahtangga merupakan indikator kepuasan (Z), yang dapat dirumuskan sebagai berikut: Z
= Z (X, L) .......................................................................................... (7)
Barang dan jasa yang dikonsumsi (X) tersebut dapat dibeli di pasar atau dapat diproduksi di rumahtangga tetapi tidak mempengaruhi tingkat kepuasan. Bila Xm merupakan konsumsi barang yang dapat dibeli di pasar maka konsum si total merupakan penjumlahan dari konsumsi barang yang dapat dibeli di pasar dengan barang yang dapat diproduksi di rumahtangga (X h), sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut: X
= Xm + Xh .......................................................................................... (8)
dimana: Xm = barang dan jasa yang dibeli di pasar Xh = barang dan jasa yang diproduksi rumahtangga Rumahtangga dalam hal ini tidak hanya berlaku sebagai konsumen tetapi juga sebagai produsen, dimana X h dihasilkan dari bekerja di rumahtangga (H). Fungsi produksi untuk barang dan jasa yang diproduksi di rumahtangga dapat dirumuskan sebagai berikut: Xh = f (H) ................................................................................................ (9)
dimana: H = waktu untuk bekerja di rumahtangga Rumahtangga dalam memaksimalkan kepuasannya (Z) akan dihadapkan pada dua kendala, yaitu kendala anggaran dan kendala waktu. Adapun kendala anggaran dapat dirumuskan sebagai berikut: Xm = W N + V ....................................................................................... (10) dimana: W = tingkat upah N = waktu untuk bekerja di pasar V = sumber penghasilan lainnya Kendala waktu dapat dirumuskan sebagi berikut: T
= L + H + N ..................................................................................... (11)
Syarat yang diperlukan rumahtangga untuk memaksimalkan kepuasan dapat dirumuskan sebagai berikut: Z {[Xm + f (H)], L} + λ (W N + V - Xm) + μ (T - L - H - N) .................(12) dimana marjinal produk unt uk bekerja di rumahtangga sama dengan marjinal substitusi antara konsumsi barang dan konsumsi waktu, serta sama dengan harga bayangan (W*) yang dapat dirumuskan sebagai berikut: δZ/δL μ = f ' = = W* ..........................................................................(13) δZ/δX λ
Jika individu bekerja di pasar tenaga kerja (N > 0) maka harga bayangan (W*) akan sama dengan tingkat upah riil, yang dapat dirumuskan sebagai berikut: δZ/δL = f ' = W* = W ...........................................................................(14) δZ/δX
Kondisi tersebut dapat ditunjukkan pada Gambar 1, dimana kurva produksi dari X h digambarkan oleh kurva G 1 T1. Akibat penggunaan teknologi yag dapat meningkatkan hasil produksi atau mendapatkan tambahan pendapatan dari hasil tidak bekerja (T 1 V), maka kurva G 1 T1 bergeser menjadi G 2 T2. Barang dan Jasa
D
X3 G2 XH3 X1 G1
Z3 W1
B
F Z2 W1
XH1 XH2=X2
E
C
Z1 W0
XH0=X0 Xn
A Z0
V
W0
0
L1 L3
L4 L5
L0 L2
T1
T2
Waktu Gambar 1. Kurva Alokasi Waktu, Produksi, dan Konsumsi Pada titik A, dengan tingkat upah W 0 anggota rumahtangga hanya bekerja di rumah sebesar T 1 L1 serta memproduksi barang dan jasa sebesar 0 X H0 . Pada titik ini, rumahtangga tidak bekerja di pasar sehingga waktu yang digunakan untuk istirahat sebesar 0 L 0. Rumahtangga dengan tingkat upah W 0 akan
mengkonsumsi barang dan jasa sama dengan yang diproduksinya (0 X 0 = 0 X H0 ), sehingga rumahtangga tidak membeli barang dan jasa di pasar. Pada titik ini, rumahtangga tidak mendapatkan tambahan pendapatan selain dari bekerja di rumah. Pada titik B, tingkat upah mengalami kenaikan menjadi W 1. Anggota rumahtangga selain bekerja di rumah (T 1 L4) dan memproduksi barang dan jasa sebesar 0 X H1 juga bekerja di pasar (L 1 L4), sehingga waktu luang berkurang jika dibandingkan dengan titik A , yaitu sebesar 0 L 1. Rumahtangga dengan tingkat upah W 1 akan mengkonsumsi barang dan jasa (0X 1) lebih banyak dari produksinya (titik E), sehingga rumahtangga dapat membeli barang dan jasa di pasar sebesar X H1 X1. Pada titik ini, rumahtangga akan mendapatkan tambahan pendapatan dari hasil bekerja di pasar (W 1 L1 L4) yang dapat digunakan untuk membeli barang dan jasa di pasar tetapi tidak mendapatkan tambahan pendapatan dari hasil tidak bekerja. Pada titik C, dengan tingkat upah yang sama dengan titik A (W 0), rumahtangga juga hanya bekerja di rumah (T 1 L2) dan tidak bekerja di pasar, sehingga waktu yang digunakan untuk istirahat lebih besar dibandingkan dengan titik A, yaitu sebesar 0 L 2. Rumahtangga dengan tingkat upah W 0 akan mengkonsumsi barang dan jasa sama dengan yang diproduksinya (0 X 2 = 0 X H 2 ), sehingga rumahtangga tidak membeli barang dan jasa di pasar. Pada titik ini, rumahtangga akan mendapatkan tambahan lain dari hasil tidak bekerja (T 1 V) misalnya dari sewa rumah dan lain -lain. Pada titik D, dengan tingkat upah yang sama dengan titik B (W 1), rumahtangga bekerja di rumah sebesar T 1 L5 memproduksi barang dan jasa
sebesar 0 X H3 dan bekerja di pasar (L 3 L5). Waktu yang digunakan untuk istirahat bertambah jika dibandingkan dengan titik B, yaitu 0 L 3. Rumahtangga akan memproduksi barang sebesar 0 X H3 (titik F) dengan tingkat upah W 1 tetapi mengkonsumsi pada titik D (pada kondisi teknologi produksi yang lebih baik), sehingga rumahtangga mendapatkan tambahan pendapatan sejumlah W 1 L3 L5 dari hasil bekerja di pasar yang dapat digunakan untuk membeli barang dan jasa di pasar. Apabila antara titik A dengan titik B dibandingkan, maka perbedaan tingkat upah akan menyebabkan perbedaan konsumsi barang dan jasa. Pada titik B konsumsi barang dan jasa lebih banyak tetapi waktu yang digunakan untuk beristirahat akan lebih sedikit. Begitu pula antara titik C dan titik D, konsumsi barang pada titik D lebih banyak tetapi waktu untuk beristirahat lebih sedikit bila dibandingkan pada titik C. Pada tingkat upah yang sama pada ti tik A dan titik C, rumahtangga dapat mengkonsumsi barang sama dengan yang diproduksinya. Pada titik C, rumahtangga dapat mengkonsumsi barang lebih banyak dengan waktu untuk beristirahat lebih besar dari titik A. Begitu pula antara titik B dan titik D, konsumsi barang dan jasa serta waktu untuk beristirahat pada titik D lebih besar daripada titik B. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa perubahan teknologi dan tingkat upah akan mempengaruhi alokasi waktu, produksi, dan konsumsi dimana antara keputusan alokasi waktu, produksi, dan konsumsi saling terkait antara satu sama lain.
3.2.
Model Dasar Ekonomi Rumahtangga Basic Model yang dikemukakan oleh Singh, et. al (1986) merupakan
model dasar dalam ekonomi rumahtangga. Pada model tersebut, setiap siklus produksi rumahtangga diasumsikan untuk memaksimalkan kepuasan. Adapun fungsi kepuasan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut: U
= U (Xa, Xm, Xl) ...............................................................................(15)
dimana: Xa = konsumsi barang yang dihasilkan rumahtangga Xm = konsumsi barang yang dibeli di pasar Xl = konsumsi waktu luang Rumahtangga dalam mencapai kepuasannya dihadapkan pada kendala pendapatan, kendala waktu, dan kendala produksi. Adapun kendala pendapatan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut: Pm Xm = Pa (Q - Xa) - W (L - F) ............................................................. (16) dimana: Pa
= harga barang yang dihasilkan rumahtangga
Pm
= harga barang dan jasa yang dibeli di pasar
(Q-Xa)
= surplus produksi untuk dipasarkan
W
= upah tenaga kerja
L
= total input tenaga kerja
F
= input tenaga kerja rumahtangga
Pada persamaan di atas, jika L > F maka rumahtangga akan menyewa tenaga kerja tambahan untuk menjalankan usahanya tetapi jika L < F maka
rumahtangga akan menggunakan kelebihan tenaga kerja yang terdapat dalam keluarga tersebut untuk mencari peker jaan atau kegiatan lain. Selain itu juga, rumahtangga juga dihadapkan pada kendala waktu. Rumahtangga tidak dapat mengalokasikan waktu lebih banyak dari total waktu yang tersedia bagi rumahtangga. Adapun kendala waktu yang dihadapi oleh rumahtangga tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut: T
= Xl + F ........................................................................................... (17)
dimana: T = total waktu rumahtangga Xl = konsumsi waktu luang Selain kendala pendapatan dan kendala waktu, rumahtangga juga dihadapkan pada kendala produksi yang menggambarkan hubungan antara input dan output yang dihasilkan. Adapun kendala produksi tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut: Q
= q (L, A) ........................................................................................ (18)
dimana: Q = produksi rumahtangga L = total input tenaga kerja A = jumlah faktor produksi lainnya (lahan) Ketiga kendala yang dihadapi rumahtangga tersebut di atas dapat disatukan menjadi kendala tunggal. Proses substitusi kendala produksi dan kendala waktu menjadi kendala pendapatan akan menghasilkan bentuk kendala tunggal, yang dapat dirumuskan sebagai berik ut: Pm Xm + Pa Xa + W Xl = W T + π .......................................................... (19)
dimana: π
= Pa Q (L, A) - W L, merupakan ukuran dari keuntungan produksi
Pada persamaan tersebut di atas, menyatakan bahwa sisi sebelah kiri merupakan pengeluaran total rumahtangga untuk barang, baik yang dibeli di pasar (Xm) maupun yang diproduksi di pasar (X a), serta waktu yang dikonsumsi (X 1). Pada sisi sebelah kanan merupakan pengembangan dari konsep pendapatan penuh yang dikemukakan oleh Becker (1976), dimana nilai waktu yang tersedia (WT) yang dimiliki rumahtangga diperlihatkan secara eksplisit. Model
dasar
tersebut
di
atas
kemudian
dikembangkan
dengan
memasukkan pengukuran keuntungan (P a Q - W L), dimana nilai tenaga kerja dihitung berdasarkan upah pasar dan merupakan konsekuensi dari asumsi bahwa rumahtangga merupakan penerima harga dalam pasar. Persamaan (15) dan persamaan (19) merupakan inti dari model dasar ekonomi rumahtangga. Model tersebut menyebutkan bahwa dalam memaksimalkan kepuasannya, rumahtangga dapat memilih tingkat konsumsi dari barang (X m dan Xa), waktu luang (X l), dan input tenaga kerja (L) yang digunakan untuk kegiatan produksi. Kondisi syarat pertama (first order condition) untuk memaksimalkan penggunaan input tenaga kerja dapat dirumuskan sebagai berikut: Pa (δQ/δL ) = W ...................................................................................... (20) Pada persamaan (20) berarti rumahtangga akan menyamakan penerimaan marjinal produk dari tenaga kerja dengan upah pasar. Persamaan tersebut hanya terdiri dari satu peubah endogen (L) sedangkan peubah endogen lainnya (X a, Xm, Xl) tidak tampak, sehingga tidak mempengaruhi p ilihan rumahtangga untuk
penggunaan input tenaga kerja (L) sebagai fungsi dari P a, W, dan A, yang dapat dirumuskan sebagai berikut: L* = L* (W, P a, A) ...............................................................................(21) Jika persamaan (21) disubstitusikan pada sisi sebelah kanan pada persamaan (19), maka akan diperoleh persamaan yang dapat dirumuskan sebagai berikut: Pm Xm + Pa Xa + W Xl = Y* ...................................................................(22) dimana: Y* = pendapatan penuh pada saat keuntungan maksimal Berdasarkan persamaan (22), dapat diturunkan persamaan permintaan terhadap konsumsi barang yang dihasilkan rumahtangga (X a), konsumsi barang yang dapat dibeli di pasar (X m), dan konsumsi waktu luang (X 1) sesuai kondisi syarat pertama (first order condition), yang dapat dirumuskan sebagai berikut: δU/δXm = λ Pm ....................................................................................... (23) δU/δXa = λ Pa ......................................................................................... (24) δU/δXl = λ W ......................................................................................... (25) dan Pm Xm + Pa Xa + W Xl = Y* ...................................................................(26) Pada persamaan tersebut di atas, konsumsi barang yang dihasilkan rumahtangga (X a), konsumsi barang yang dibeli di pasar (X m) dan konsumsi waktu luang (X l) dipengaruhi oleh harga, upah, dan pendapatan yang dapat dirumuskan sebagai berikut: Xm = Xm (Pm, Pa, W, Y*) ........................................................................(27) Xa = Xa (Pa, Pm, W, Y*) .........................................................................(28)
Xl = Xl (W, Pm, Pa, Y*) ..........................................................................(29) Pada persamaan tersebut di atas, permintaan tergantung pada harga, tingkat upah, dan pendapatan. Pada rumahtangga petani, pendapatan ditentukan oleh
kegiatan
produksi
rumahtangga.
Perubahan
faktor -faktor
yang
mempengaruhi produksi akan merubah Y* dan pada akhirnya akan merubah perilaku konsumsi. Sehingga dengan demikian tingkah laku konsumsi baik barang dan jasa maupun waktu, tidak lepas atau saling terkait dengan tingkah laku produksi. Sesuai dengan kondisi tersebut, maka model analisis yang digunakan adalah model analisis simultan seperti yang telah dikemukakan oleh Bagi dan Singh (1974).
3.3.
Model Ekonomi Rumahtangga Pekerja Industri Kecil Sepatu Perumusan model ekonomi rumahtangga pada industri kecil sepatu ini
mengacu pada model dasar ekonomi rumahtan gga petani seperti yang telah dikemukakan oleh Singh et. al. (1986), dimana model dasar ekonomi tersebut juga dapat dikembangkan pada sektor -sektor lain. Pada rumahtangga industri kecil sepatu, alokasi curahan pendapatan, alokasi waktu, dan pengeluaran mer upakan hal yang terkait antara satu dengan yang lainnya. Hal ini dapat dirumuskan pada model simultan sebagai berikut: Salah satu strategi rumahtangga untuk mencapai tingkat pendapatan tertentu adalah dengan mengalokasikan waktunya untuk berbagai pekerjaan , baik di dalam industri maupun di luar industri. Fungsi dari curahan kerja tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut: CKD = f (CKL, PDI, PKD, AKK, JTK) ..............................................(30)
CKL = f (UPL, CKD, PKL, JTK, TPP) ..............................................(31) CKT = f (CKD, CKL) .........................................................................(32) dimana: CKD = curahan kerja di dalam industri CKL = curahan kerja di luar industri PDI = pendapatan dari dalam industri PKD = pengalamana kerja di dalam industri AKK = angkatan kerja keluarga JTK = jumlah tanggungan keluarga UPL = upah di luar industri PKL = pengalaman kerja di luar industri JTK = jumlah tanggungan keluarga TPP = tingkat pendidikan pekerja CKT = curahan kerja total Keputusan produksi meliputi s trategi untuk memperoleh tingkat pendapatan tertentu. Pendapatan rumahtangga industri kecil sepatu secara umum dapat digolongkan menjadi dua, yaitu pendapatan dari dalam industri dan pendapatan dari luar industri. Pendapatan total adalah jumlah antara pend apatan dari dalam industri dan pendapatan dari luar industri. Pendapatan yang siap dibelanjakan (disposable income) adalah pendapatan total setelah dikurangi pajak dan pungutan lainnya. Fungsi dari pendapatan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut: PDI
= f (HJP, JPR, PKD) ...................................................................(33)
PLI
= f (UPL, CKL, PKL) .................................................................(34)
PTR = f (PDI, PLI) .............................................................................(35) PDS = f (PTR, PJK) ............................................................................(36) dimana: PDI
= pendapatan dari dalam industri
HJP = harga jual per unit JPR
= jumlah produksi
PKD = pengalaman kerja di dalam industri PLI
= pendapatan dari luar industri
UPL = upah di luar industri CKL = curahan kerja di luar industri PKL = pengalaman kerja di luar industri PTR = pendapatan total PDS = pendapatan yang siap dibelanjakan ( disposable income) PJK = pajak, iuran, dan pungutan lain nya Selanjutnya, pendapatan rumahtangga tersebut akan dialokasikan untuk memperoleh
kepuasan
rumahtangga
melalui
pengeluaran.
Pengeluaran
rumahtangga meliputi konsumsi dan investasi. Pengeluaran untuk konsumsi terdiri dari konsumsi pangan dan konsumsi non pangan, sedangkan pengeluaran untuk investasi terdiri dari investasi pendidikan, investasi kesehatan dan investasi sumberdaya manusia. Fungsi dari pengeluaran untuk konsumsi dan investasi tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut: KPP = f (PDS, KNP, IVP, IVK, TAB, JTK) ......................................(37) KNP = f (PDS, KPP, IVP, IVK, TAB, JTK) .......................................(38) KTP = f (KPP, KNP) ..........................................................................(39)
IVP
= f (PDS, KPP, KNP, IVK, TAB, JAS, UMP) ........................... (40)
IVK
= f (PDS, KPP, KNP, IVP, TAB, JTK) ......................................(41)
IVS
= f (IVP, IVK) ............................................................................(42)
dimana: KPP = konsumsi pangan KNP = konsumsi non pangan PDS = pendapatan yang siap dibelanjakan ( disposable income) IVP
= investasi pendidikan
IVK = investasi kesehatan TAB = tabungan JTK = jumlah tanggungan keluarga KTP = konsumsi total JAS = jumlah anak sekolah UMP = umur pekerja IVS
= investasi sumberdaya manusia
Fungsi dari tabungan rumahtangga dapat dirumuskan sebagai berikut: TAB = f (PTR, PDS, PTP, TPP) ......................................................... (43) dimana: TAB = tabungan PTR = pendapatan total PDS = pendapatan yang siap dibelanjakan ( disposable income) PTP = pengeluaran total TPP = tingkat pendidikan pekerja
IV.
4.1.
METODE PENELITIAN
Metode Analisis Tujuan penelitian pertama adalah menganalisis karakteristik rumahtangga
pekerja industri kecil meliputi alokasi curahan kerja, pendapatan, dan pengeluaran rumahtangga di Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor. Tujuan penelitian pertama dianalisis secara deskriptif dengan tabulasi serta proses pengolahan data menggunakan software Microsoft Excel . Analisis dalam penulisan digunakan untuk memberikan penjelasan ser ta interpretasi atas informasi dan data hasil penelitian. Tujuan penelitian kedua adalah menganalisis faktor -faktor yang mempengaruhi keputusan rumahtangga pekerja industri kecil sepatu dalam mengalokasikan curahan kerja, pendapatan, dan pengeluaran rumaht angga di Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor. Tujuan penelitian kedua dianalisis dengan menggunakan persamaan simultan dengan metode pendugaan 2 SLS ( Two Stage Least Squares) serta proses pengolahan data menggunakan software SAS/ETS (Statistical Analysis System/Econometric Time Series) versi 6.1.
4.2.
Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada Februari 2007 sampai dengan Maret 2007 di
Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor. Penentuan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja ( purposive), dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Tamansari merupakan salah satu sentra industri kecil sepatu di Kabupaten Bogor.
4.3.
Penentuan Sampel dan Metode Pengumpulan Data
4.3.1. Penentuan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah rumahtangga pekerja industri kecil sepatu di Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor dengan jumlah pekerja sebanyak 120 orang. Penentuan responden dilakukan secara acak sederhana (simple random sampling). Penelitian ini mengambil 60 orang pekerja dari dua desa di Kecamatan Tamansari, yaitu 30 orang pekerja dari Desa Sukajaya dan 30 orang pekerja dari Desa Pasireurih untuk dijadikan sampel. 4.3.2. Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam pen elitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan pekerja, dengan menggunakan daftar pertanyaan ( kuesioner) yang telah dipersiapkan sebelumnya sebagai panduan. Data sekunder sebagai penunjang dan pele ngkap penelitian ini diperoleh dari instansi terkait, seperti Kantor Badan Pusat Statistik (BPS), Kantor Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor, Kantor Kecamatan Tamansari (Lampiran 1), media massa dan media elektronik, serta berbagai literatur yang berhubungan dengan penelitian ini.
4.4.
Perumusan Model Ekonomi Rumahtangga Pekerja Industri Kecil Sepatu Perilaku ekonomi rumahtangga pekerja pada industri kecil sepatu terlihat
pada hubungan secara simultan peubah -peubah yang mempengaruhi dan keterkaitan antara peubah-peubah tersebut. Seorang pekerja dalam mencurahkan waktu bekerja baik di dalam maupun di luar industri akan menghasilkan pendapatan yang digunakan dalam kegiatan pengeluaran. Kegiatan pengeluaran
meliputi konsumsi dan investasi keseh atan, dimana konsumsi terdiri dari konsumsi pangan dan konsumsi non pangan sedangkan investasi terdiri dari investasi pendidikan dan investasi kesehatan. Jika terdapat kelebihan pada pendapatan maka pekerja akan menyimpannya sebagai tabungan. Dugaan hubungan antar peubah dapat dinyatakan dalam suatu model ekonometrika, yaitu berupa model persamaan simultan. Berdasarkan tinjauan pustaka, kerangka pemikiran teoritis, dan ciri -ciri spesifik yang terdapat pada kegiatan rumahtangga pekerja industri sepatu di wilayah penelitian maka dibangun model penelitian untuk rumahtangga pekerja. (Gambar 2). Variabel yang terdapat pada Gambar 2 terdiri dari variabel endogen dan variabel eksogen. 4.4.1. Curahan Kerja Curahan kerja rumahtangga pekerja adalah keseluruhan waktu y ang dicurahkan pekerja, baik di dalam industri maupun di luar industri. Curahan Kerja Rumahtangga Pekerja di Luar Industri Curahan kerja rumahtangga pekerja di luar industri diduga dipengaruhi oleh upah di luar industri, pengalaman kerja di luar industri, tingkat pendidikan pekerja, dan jumlah tanggungan keluarga. Hubungan ini dapat dituliskan dalam persamaan sebagai berikut: CKL = a0 + a1 UPL + a 2 PKL + a 3 TPP + a 4 JTK + u1 ........................... (1) Tanda dugaan parameter yang diharapkan: a 1, a2, a3, a4 > 0 dimana: CKL = curahan kerja di luar industri (jam/bulan) UPL = upah di luar industri (rupiah/bulan)
PKL = pengalaman kerja di luar industri (tahun) TPP
= tingkat pendidikan pekerja (tahun)
JTK
= jumlah tanggungan keluarga (orang)
Curahan Kerja Total Rumahtangga Pekerja Curahan kerja total rumahtangga pekerja merupak an penjumlahan antara curahan kerja di dalam industri dan curahan kerja di luar industri. Hubungan ini dapat dituliskan dalam persamaan sebagai berikut: CKT = CKD + CKL ............................................................................... (2) dimana: CKT = curahan kerja total (jam/bulan) CKD = curahan kerja di dalam indust ri (jam/bulan) CKL = curahan kerja di luar industri (jam/bulan) 4.4.2. Pendapatan Pendapatan rumahtangga pekerja adalah keseluruhan pendapatan yang diperoleh, baik dari dalam industri maupun dari luar industri. Pendapatan Rumahtangga Pekerja dari Dalam In dustri Pendapatan rumahtangga pekerja dari dalam industri sepatu diduga dipengaruhi oleh harga jual per unit, jumlah produksi, dan pengalaman kerja di dalam industri. Hubungan ini dapat dituliskan dalam persamaan sebagai berikut: PDI
= b0 + b1 HJP + b2 JPR + b3 PKD + u2 .......................................... (3)
Tanda dugaan parameter yang diharapkan: b 1, b2, b3 > 0 dimana: PDI
= pendapatan dari dalam industri (rupiah/bulan)
HJP
= harga jual per unit (rupiah/kodi)
JPR
= jumlah produksi (kodi/bulan)
PKD = pengalaman kerja di dalam industri (t ahun) Pendapatan Rumahtangga Pekerja dari Luar Industri Pendapatan rumahtangga pekerja dari luar industri sepatu diduga dipengaruhi oleh upah di luar industri, curahan kerja di luar industri, dan pengalaman kerja di luar industri. Hubungan ini dapat dituliskan dalam persamaan sebagai berikut: PLI
= c0 + c1 UPL + c2 CKL + c 3 PKL + u3 ......................................... (4)
Tanda dugaan parameter yang diharapkan: c 1, c2, c3 > 0 dimana: PLI
= pendapatan dari luar industri (rupiah/bulan)
UPL = upah di luar industri (rupiah/bulan) CKL = curahan kerja di luar industri (jam/bulan) PKL = pengalaman kerja di luar industri (tahun) Pendapatan Total Rumahtangga Pekerja Pendapatan total rumahtangga pekerja adalah jumlah keseluruhan pendapatan yang diperoleh rumahtangga pekerja, baik dari dalam industri maupun dari luar industri. Hubungan ini dapat dituliska n dalam persamaan sebagai berikut: PTR
= PDI + PLI ................................................................................... (5)
dimana: PTR = pendapatan total (rupiah/bulan) PDI
= pendapatan dari dalam industri (rupiah/bulan)
PLI
= pendapatan dari luar industri (rupiah/bulan)
Pendapatan Rumahtangga Pekerja yang Siap Dibela njakan Pendapatan
rumahtangga
pekerja
yang siap
dibelanjakan adalah
pendapatan total dikurangi pajak, iuran, dan pungutan lainnya. Hubungan ini dapat dituliskan dalam persamaan sebagai berikut: PDS
= PTR - PJK .................................................................................. (6)
dimana: PDS = pendapatan yang siap dibelanjakan (rupiah/bulan) PTR = pendapatan total (rupiah/bulan) PJK
= pajak, iuran, dan pungutan lainnya (rupiah/bulan)
4.4.3. Pengeluaran Pengeluaran rumahtangga pekerja meliputi pengeluaran konsumsi serta pengeluaran investasi. Pengeluaran kon sumsi terdiri dari konsumsi pangan dan konsumsi non pangan. Pengeluaran investasi terdiri dari investasi pendidikan dan investasi kesehatan. Konsumsi Pangan Rumahtangga Pekerja Pengeluaran untuk konsumsi pangan rumahtangga pekerja diduga dipengaruhi oleh pendapatan yang siap dibelanjakan, konsumsi non pangan, tabungan, dan jumlah tanggungan dewasa. Hubungan ini dapat dituliskan dalam persamaan sebagai berikut: KPP
= d0 + d1 PDS + d2 KNP + d3 TAB + d4 JTD + u4 ........................ (7)
Tanda dugaan parameter yang diharapkan: d 1, d4 > 0 dan d 2, d3 < 0 dimana: KPP = konsumsi pangan (rupiah/bulan) PDS = pendapatan yang siap dibelanjakan (rupiah/bulan)
KNP = konsumsi non pangan (rupiah/bulan) TAB = tabungan (rupiah/bulan) JTD
= jumlah tanggungan dewasa (orang)
Konsumsi Non Pangan Rumahtangga Pekerja Pengeluaran untuk konsumsi non pangan rumahtangga pekerja diduga dipengaruhi oleh pendapatan yang siap dibelanjakan, konsumsi pangan, investasi pendidikan, investasi kesehatan, tabungan, dan jumlah tanggungan keluarga. Hubungan ini dapat dituliskan dalam persamaan sebagai berikut: KNP = e0 + e1 PDS + e 2 KPP + e 3 IVP + e 4 IVK + e 5 TAB + e6 JTK + u5................................................................................. (8) Tanda dugaan parameter yang diharapkan: e 1, e6 > 0 dan e 2, e3, e4, e5 < 0 dimana: KNP = konsumsi non pangan (rupiah/bulan) PDS = pendapatan yang siap dibelanjakan (rupiah/bulan) KPP = konsumsi pangan (rupiah/bulan) IVP
= investasi pendidikan (rupiah/bulan)
IVK = investasi kesehatan (rupiah/bulan) TAB = tabungan (rupiah/bulan) JTK
= jumlah tanggungan keluarga (orang)
Konsumsi Total Rumahtangga Pekerja Konsumsi total rumahtangga pekerja adalah jumlah antara konsumsi pangan dan konsumsi non pangan. Hubungan ini dapat dituliskan dalam persamaan sebagai berikut: KTP
= KPP + KNP ................................................................................ (9)
dimana: KTP = konsumsi total (rupiah/bulan) KPP = konsumsi pangan (rupiah/bulan) KNP = konsumsi non pangan (rupiah/bulan) Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah tanggungan keluarga adalah jumlah antara tanggungan dewasa dengan tanggungan anak. Hubungan ini dapat dituliskan dalam persamaan sebagai berikut: JTK
= JTA + JTD................................................................................(10)
dimana: JTK
= jumlah tanggungan keluarga (orang)
JTA
= jumlah tanggungan anak (orang)
JTD
= jumlah tanggungan dewasa (orang)
Investasi Pendidikan Rumahtangga Pekerja Pengeluaran rumahtangga pekerja untuk investasi pendidikan diduga dipengaruhi oleh pendapatan yang siap dibelanjakan, pengeluaran selain pendidikan, tabungan, jumlah anak sekolah, dan umur pekerja. Hubungan ini dapat dituliskan dalam persamaan sebagai berikut: IVP
= f0 + f1 PDS + f 2 PSP + f3 TAB + f 4 JAS + f 5 UMP + u6 ..........(11)
Tanda dugaan parameter yang diharapkan: f 1, f5 > 0 dan g2, g3, g4 < 0 dimana: IVP
= investasi pendidikan (rupiah/bulan)
PDS = pendapatan yang siap dibelanjakan (rupiah/bulan) PSP
= pengeluaran total selain pendidikan (rupiah/bulan)
TAB = tabungan (rupiah/bulan) JAS
= jumlah anak sekolah (rupiah/bulan)
UMP = umur pekerja (tahun) Investasi Kesehatan Rumahtangga Pekerja Pengeluaran rumahtangga pe kerja untuk investasi kesehatan diduga dipengaruhi oleh pendapatan yang siap dibelanjakan, investasi pendidikan, dan jumlah tanggungan keluarga. Hubungan ini dapat dituliskan dalam persamaan sebagai berikut: IVK
= g0 + g1 PDS + g2 IVP + g3 JTK + u7 ........................................(12)
Tanda dugaan parameter yang diharapkan adalah: g 1, g3 > 0 dan g2 < 0 dimana: IVK = investasi kesehatan (rupiah/bulan) PDS = pendapatan yang siap dibelanjakan (rupiah/bulan) IVP
= investasi pendidikan (rupiah/bulan)
JTK
= jumlah tanggungan keluarga (ora ng)
Investasi Sumberdaya Manusia Investasi sumberdaya manusia terdiri dari investasi pendidikan dan investasi kesehatan. Hubungan ini dapat dituliskan dalam persamaan sebagai berikut: IVS
= IVP + IVK ................................................................................(13)
dimana: IVS
= investasi sumberdaya manusia (rupiah/bulan)
IVP
= investasi pendidikan (rupiah/bulan)
IVK = investasi kesehatan (rupiah/bulan)
Pengeluaran Total Selain Pangan Pengeluaran total selain pangan terdiri dari konsumsi non pangan dan investasi sumberdaya manusia. Hubun gan ini dapat dituliskan dalam persamaan sebagai berikut: KNI
= KNP + IVS ...............................................................................(14)
dimana: KNI = pengeluaran selain pangan (rupiah/bulan) KNP = konsumsi non pangan (rupiah/bulan) IVS
= investasi sumberdaya manusia (rupiah/bulan)
Pengeluaran Total Selain Non Pangan Pengeluaran total selain non pangan terdiri dari konsumsi pangan dan invesatasi sumberdaya manusia. Hubungan ini dapat dituliskan dalam persamaan sebagai berikut: KPI
= KPP + IVS................................................................................(15)
dimana: KPI
= pengeluaran total selain non pangan (rupiah/bulan )
KPP = konsumsi pangan (rupiah/bulan) IVS
= investasi sumberdaya manusia (rupiah/bulan)
Pengeluaran Total Selain Pendidikan Pengeluaran total selain pendidikan terdiri dari konsumsi total dan invesatasi kesehatan. Hubungan ini dapat dituliskan dalam per samaan sebagai berikut: PSP
= KTP + IVK ...............................................................................(16)
dimana: PSP
= pengeluaran total selain pendidikan (rupiah/bulan)
KTP = konsumsi total (rupiah/bulan) IVK = investasi kesehatan (rupiah/bulan) Pengeluaran Total Selain Kesehatan Pengeluaran total selain kesehatan terdiri dari konsumsi total dan invesatasi pendidikan. Hubungan ini dapat dituliskan dalam persamaan sebagai berikut: PTK = KTP + IVP ...............................................................................(17) dimana: PTK = pengeluaran total selain kesehatan (rupiah/bulan) KTP = konsumsi total (rupiah/bulan) IVP
= investasi pendidikan (rupiah/bulan)
Pengeluaran Total Rumahtangga Pekerja Pengeluaran total rumahtangga pekerja adalah jumlah keseluruhan pengeluaran, yaitu jumlah konsumsi total dan investasi sumberdaya manusia. Hubungan ini dapat dituliskan dalam persamaan sebagai berikut: PTP
= KTP + IVS ...............................................................................(18)
dimana: PTP
= pengeluaran total (rupiah/bulan)
KTP = konsumsi total (rupiah/bulan) IVS
= investasi sumberdaya manusia (rupiah/bulan)
4.4.4. Tabungan Perilaku menabung rumahtangga pekerja diduga dipengaruhi oleh pendapatan yang siap dibelanjakan, pengeluaran total, dan tingkat pendidikan. Hubungan ini dapat dituliskan dalam persamaan sebagai berikut: TAB = h0 + h1 PDS + h2 PTP + h3 TPP + u8 ........................................(19) Tanda dugaan parameter yang diharapkan adalah: h 3 > 0 dan h1, h2 < 0 dimana: TAB = tabungan (rupiah/bulan) PDS = pendapatan yang siap dibelanjakan (rupiah/bulan) PTP = pengeluaran total (rupiah/bulan) TPP = tingkat pendidikan pekerja (tahun)
4.5.
Identifikasi dan Pendugaan Model Masalah identifikasi merupakan masalah dalam menduga parameter
persamaan struktural (structural form) yang dapat diperoleh dari dugaan parameter persamaan bentuk tereduksi ( reduced form). Apabila suatu model tidak dirumuskan dalam bentuk statis tik yang tepat maka parameter-parameter tidak dapat ditaksir secara unik walaupun data yang diolah sudah sesuai dan akurat. Suatu model dikatakan diidentifikasi ( identified) apabila model tersebut dinyatakan dalam bentuk statistik unik yang hanya menghasilkan suatu nilai taksiran parameter dari data contoh ( sample). Apabila hal ini tidak dapat dilakukan berarti persamaan yang sedang dibahas tidak dapat diidentifikasi (unidentified) atau kurang diidentifikasi ( under identified).
Suatu persamaan yang diidenti fikasi (identified) dapat berupa tepat diidentifikasi (exactly identified) atau terlalu diidentifikasi ( over identified). Persamaan dikatakan tepat diidentifikasi ( exactly identified) apabila nilai yang unik dari parameter struktural dapat diperoleh. Persa maan dikatakan terlalu diidentifikasi (over identified) apabila lebih dari satu nilai angka dapat diperoleh untuk beberapa parameter persamaan struktural. Identifikasi model ini diperlukan untuk memperbaiki spesifikasi model dan untuk mencari metode penggu naan yang akan ditetapkan. Proses identifikasi model struktural dapat dilakukan dengan cara mengetahui order condition sebagai berikut (Koutsoyiannis, 1977): K - M = G - 1, maka persamaan tersebut dikatakan tepat diidentifikasi K - M > G - 1, maka persamaan tersebut dikatakan tepat diidentifikasi K - M < G - 1, maka persamaan tersebut dikatakan tepat diidentifikasi dimana: K
= banyaknya peubah endogen dan eksogen dalam model
M
= banyaknya peubah endogen dan eksogen dalam suatu persamaan
G
= banyaknya persamaan dalam suatu model (banyaknya peubah endogen)
Pada model ekonomi rumahtangga pekerja industri kecil sepatu Kecamatan Tamansari terdapat 31 peubah, yang terdiri dari 19 peubah endogen dan 12 peubah eksogen. Berdasarkan hasil identifikas i dengan memperhatikan persyaratan order condition diatas, maka didapat bahwa semua persamaan adalah terlalu diidentifikasi (over identified), sehingga metode pendugaan yang digunakan adalah 2 SLS (Two Stage Least Squares). Pengolahan data dilakukan
dengan menggunakan software Microsoft Excel dan software SAS/ETS (Statistical Analysis System/Econometric Time Series) versi 6.1.
4.6.
Evaluasi Model Terdapat tiga kriteria yang digunakan untuk mengeva luasi model
ekonometrika, yaitu: (1) kriteria ekonomi, (2) kriteria statistik, dan (3) kriteria ekonometrik (Koutsoyiannis, 1977). Pada kriteria ekonomi, model dievaluasi dengan melihat apakah tanda dan besarnya parameter dugaan peubah -peubah penjelas dalam persamaan-persamaan struktural sesuai dengan hipotesis. Pada kriteria statistik, akan dilihat besarnya nilai koefisien determinasi (R2) dan nilai uji-F. Koefisien determinasi (R 2) berguna untuk mengetahui seberapa besar proporsi keragaman peubah endogen yang dapat dijelaskan oleh peubah-peubah penjelasnya, sedangkan sisanya dapat dijelaskan oleh peubah lain yang tidak dapat dimasukkan dalam persamaan (Gujarati, 1997). Semakin tinggi nilai koefisien determinasi (R 2) maka semakin baik, karena semakin besar keragaman dari peubah endogen yang dapat dijelaskan oleh peubah -peubah penjelas. Melalui nilai statistik uji -F dapat diketahui nyata atau tidaknya peranan peubah penjelas secara bersama -sama terhadap peubah endogen. Kemudian dalam kriteria statistik, parameter dugaan dievaluasi dengan melihat nilai statistik uji -t. Uji-t digunakan untuk mengetahui nyata atau tidaknya pengaruh masing -masing peubah penjelas terhadap peubah endogen (dengan taraf α sebesar 5, 10, 15, dan 20 persen).
Pada kriteria ekonometrik, l ebih diutamakan untuk melihat apakah terdapat hubungan multikolinear pada peubah -peubah penjelas dalam setiap persamaan. Jika terjadi multikolinear yang tinggi antara peubah -peubah penjelas maka standard error dari parameter dugaan akan semakin tinggi dan nilai t-hit akan semakin kecil, sehingga cenderung menerima H 0. Misalnya suatu persamaan dalam model yang dapat dirumuskan sebagai berikut: Yi
= a0 + a1 X1i + a2 X2i + … ak Xki + Ui
Pengujian kontribusi atau peranan peubah -peubah penjelas terhadap keragaman
peubah
endogen
pada
suatu
persamaan
dilakukan
dengan
menggunakan uji-F dengan hipotesis (dua arah), yang dapat dirumuskan sebagai berikut: H0
: aj = 0; j = 1, 2, 3, …, k
H1
: paling sedikit ada satu nilai a j yang tidak sama dengan 0
dimana: aj
= parameter peubah penjelas ke -j
Fhitung =
jumlah kuadrat regresi/k jumlah kuadrat sisa/(n-k-1)
dimana:
Bila:
n
= jumlah sampel, (i = 1, 2, 3, …, n)
k
= jumlah peubah penjelas, (j = 1, 2, 3, …, k)
Fhit > Ftabel, (α/2 ; n - k - 1) H0 ditolak Fhit < Ftabel, (α/2 ; n - k - 1) H0 diterima Pengujian terhadap parameter dugaan dilakukan untuk mengetahui apakah
peubah-peubah penjelas yang dimasukkan dalam persamaan tertentu berpengaruh (nyata atau tidak) terhadap peubah endogennya. Pengujian terha dap parameter
dugaan dilakukan dengan menggunakan statistik uji -t dengan hipotesis (satu arah), yang dapat dirumuskan sebagai berikut: H0 : a j = 0
H0
: aj = 0
H1
: aj > 0
atau H1 : a j < 0 Uji-t dapat dirumuskan sebagai berikut: thitung
=
âj - 0 Sâ j
dimana:
Bila:
Sâj
= standard error dari parameter dugaan â j
âj
= parameter peubah penjelas ke -j
thitung > ttabel, (α/2 ; n - k - 1) H0 ditolak thitung < ttabel, (α/2 ; n - k - 1) H0 diterima Sedangkan untuk melihat adanya multikolinear diantara peubah -peubah
penjelas dalam suatu persamaan dapat dilihat dari nilai koefisien determinasi (R 2) dan kuadrat korelasi sederhana peubah -peubah penjelas (r 2), yang dapat dirumuskan sebagai berikut:
rX1 X 2
R 2Y , X1 ... X k
n X X X X n X X n X X 1
2
2 1
1
1
b1 YX 1 b2 YX 2 ... b k YX k
Y
2
= koefisien korelasi X 1 dan X2
X 1 dan X 2 = peubah-peubah penjelas Y
= peubah endogen
2
2
2
dimana: rX1 X 2
2
2
2
R 2Y , X1 ... X k Bila:
= koefisien determinasi
R2 > r2 tidak ada masalah multikolinear R2 < r2 ada masalah multikolinear Jika evaluasi model berdasarkan ketiga kriteria tersebut dianggap sudah
cukup baik, maka dapat melakukan analisis elastisitas untuk mengetahui respon (tingkat kepekaan) dari peubah endogen terhadap perubahan peubah penjelasnya.
4.7.
Pendugaan Elastisitas Pendugaan elastisitas dilakukan untuk melihat seberapa besar derajat
kepekaan (respon) suatu peubah endogen terhadap perubahan yang terjadi pada peubah penjelas yang mempengaruhinya. Rumus pendugaan elastisitas dari suatu persamaan adalah sebagai berikut:
E XY = â j
Xj Y
dimana: E XY
= elastisitas peubah endogen Y terhadap peubah penjelas X
Xj
= nilai rata-rata peubah penjelas ke-i
Y
= nilai rata-rata peubah endogen Y
âj
= parameter dugaan peubah penjelas ke -j
Jika E XY lebih besar dari satu dikatakan bahwa peubah endogen Y elastis (responsif) terhadap perubahan peubah penjelas X j karena perubahan satu persen variabel penjelas mengakibatkan perubahan variabel endogen lebih dari satu persen. Jika E XY lebih kecil dari satu dikatakan bahwa peubah endogen Y
inelastis (tidak responsif) terhadap perubahan peubah penjelas
X j karena
perubahan satu persen variabel penjelas mengakibatkan perubahan variabel endogen kurang dari satu persen .
4.8.
Definisi Operasional
1. Industri kecil adalah usaha rumahtangga yang melakukan kegiatan mengolah barang dasar menjadi barang jadi/setengah jadi, barang setengah jadi menjadi barang jadi, atau barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya dengan maksud untuk dijual. Memiliki jumlah pekerja antara 5 orang hingga 19 orang termasuk pengusaha. 2. Rumahtangga adalah seseorang atau sekelompok orang yang mendiami seluruh atau sebagian bangunan fisik dan biasanya makan bersama dari satu dapur. 3. Pekerja adalah seseorang yang bekerja pada suatu industri dan mendapatkan upah, dihitung dalam orang. 4. Tingkat pendidikan pekerja adalah jumlah tahun pendidikan formal (sekolah) yang pernah dijalani pekerja selama hidupnya, dihitung dalam tahun. 5. Jumlah tanggungan keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang dimiliki oleh suatu rumahtangga. Jumlah tanggungan keluarga terdiri dari jumlah tanggungan anak (0 -7 tahun) dan tanggungan dewasa (di atas 7 tahun), dihitung dalam orang. 6. Angkatan kerja keluarga adalah banyaknya anggota keluarga usia kerja (di atas 14 tahun) yang tidak bersekolah, yang sedang mengurus rumahtangga tanpa memperoleh upah dan golongan penerima pendapatan (pensiunan,
penerima bunga deposito, dan mereka yang hidu pnya tergantung dari orang lain), dihitung dalam orang. 7. Jumlah anak sekolah adalah jumlah anggota rumahtangga yang masih bersekolah. Jumlah anak sekolah terdiri dari jumlah anak sekolah dasar (Taman Kanak-kanak sampai dengan Sekolah Dasar kelas enam) da n jumlah anak sekolah menengah (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama kelas satu sampai dengan Perguruan Tinggi), dihitung dalam orang. 8. Pengalaman kerja adalah lamanya pekerja yang bekerja baik di dalam industri maupun di luar industri, dihitung dalam tahun. 9. Curahan kerja rumahtangga adalah jam kerja riil yang dicurahkan para pekerja untuk kegiatan mencari nafkah, dihitung dalam jam/bulan. 10. Jumlah produksi adalah jumlah total unit produksi yang dihasilkan, dihitung dalam unit/bulan. 11. Harga jual per unit adalah nilai pengganti hasil produksi, dihitung dalam rupiah/unit. 12. Pendapatan total rumahtangga adalah jumlah seluruh pendapatan yang diterima oleh pengrajin, baik dari dalam industri maupun dari luar industri, dihitung dalam rupiah/bulan. 13. Pajak adalah segala kewajiban rumahtangga kepada pemerintah berupa PBB (pajak bumi dan bangunan), iuran maupun kewajiban lain, dihitung dalam rupiah/bulan. 14. Pendapatan yang siap dibelanjakan adalah pendapatan total setelah dikurangi pajak, retribusi, dan pungutan lain, dihitung dalam rupiah/bulan.
15. Pengeluaran
konsumsi adalah
jumlah
uang
yang dikeluarkan
oleh
rumahtangga untuk konsumsi, baik pangan maupun non pangan, dihitung dalam rupiah/bulan. 16. Investasi pendidikan adalah jumlah uang yang dikeluarkan rumahtangga untuk biaya pendidikan, dihitung dalam rupiah/bulan. 17. Investasi kesehatan adalah jumlah uang yang dikeluarkan rumahtangga untuk biaya kesehatan, dihitung dalam rupiah/bulan. 18. Investasi sumberdaya manusia adalah jumlah uan g yang dikeluarkan rumahtangga untuk investasi pendidikan dan investasi kesehatan, dihitung dalam rupiah/bulan. 19. Tabungan yang digunakan dalam analisis ini adalah potensi tabungan, yaitu pendapatan yang siap dibelanjakan dikurangi dengan pengeluaran kon sumsi dan investasi, dihitung dalam rupiah/bulan.
V.
5.1.
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Letak dan Geografis Kecamatan Tamansari secara geografis berada pada ketinggian 700 meter
diatas permukaan laut, dengan curah hujan 500 mm/tahun dan suhu maksimum/minimum adalah 25°C/32°C . Luas wilayah Kecamatan Tamasari adalah 2 161.40 Ha, dimana sebagian besar tanah, yaitu 972 hektar digunakan untuk lahan sawah dan 1 145 hektar lahan kering (pemukiman, pekarangan, dan kebun). Kecamatan Tamansari terbagi dalam delapan desa, tiga puluh enam dusun, tujuh puluh dua rukun warga, dan dua ratus sembilan belas rukun tetangga. Menurut batas wilayahnya, Kecamatan Tamansari dibatasi oleh beberapa wilayah, diantaranya sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Dramaga, sebelah selatan berbatasan dengan Gunung Salak, sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Ciampea, dan sebelah timur berbatasan dengan Kecama tan Bogor Barat. Jarak antara Kecamatan Tamansari dengan desa/kelurahan yang terjauh adalah tujuh kilometer. Jarak antara Kecamatan Tamansari dengan ibukota Kabupaten Bogor adalah empat puluh kilometer, sedangkan jarak antara Kecamatan Tamansari dengan ibu kota provinsi Jawa Barat adalah seratus dua puluh kilometer dan jarak antara Kecamatan Tamansari dengan ibukota negara Republik Indonesia (Jakarta) adalah sembilan puluh enam kilometer.
5.2.
Keadaan Penduduk Jumlah penduduk Kecamatan Tamansari pada bulan Agustus 2006
sebanyak 84 369 jiwa, yang terdiri dari penduduk laki -laki sebanyak 43 731 jiwa
(51.83 persen), penduduk perempuan sebanyak 40 638 jiwa (48.17 persen), serta kepala keluarga sebayak 20 673 jiwa. Secara terperinci distribusi penduduk menurut struktur umur dan jenis kelamin di Kecamatan Tamansari dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Struktur Umur dan Jenis Kelamin Penduduk di Kecamatan Tamansari, Tahun 2006 Golongan Umur (tahun) 0-4 5-9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65-69 70 + Jumlah
Laki-laki
Persentase
Perempuan
Persentase
Jumlah
Persentase
(orang) 3 132 3 755 3 996 3 945 5 132 3 826 3 716 3 565 3 218 2 780 2 404 2 158 942 776 386
(%) 7.16 8.59 9.14 9.02 11.70 8.75 8.50 8.15 7.36 6.36 5.50 4.93 2.15 1.77 0.88
(orang) 3 223 3 835 3 690 3 557 4 079 3 727 3 540 3 495 3 017 2 684 2 015 1 806 967 701 302
(%) 7.93 9.44 9.08 8.75 10.00 9.17 8.71 8.60 7.42 6.60 4.96 4.44 2.38 1.72 0.74
(orang) 6 355 7 590 7 686 7 502 9 211 7 553 7 256 7 060 6 235 5 464 4 419 3 964 1 907 1 477 688
(%) 7.53 9.00 9.11 8.89 10.9 8.95 8.60 8.37 7.39 6.48 5.24 4.70 2.26 1.75 0.82
43 731
100.00
40 638
100.00
84 369
100.00
Sumber: Potensi Kecamatan Tamansari, 2006 Berdasarkan data pada Tabel 1, golongan umur produktif di Kecamatan Tamansari terdapat pada kelompok umur 20 -24 tahun, sehingga lapangan kerja lebih banyak diisi oleh golongan umur produktif. Pada tabel tersebut diketahui bahwa berdasarkan kelompok umur, jumlah penduduk laki-laki terbanyak terdapat pada kelompok umur 20-24 tahun, yaitu sebanyak 5 132 orang (11.7 persen) dan jumlah penduduk laki -laki terkecil terdapat pada kelompok umur 70 tahun ke atas, yaitu sebanyak 386 orang (0.88 persen). Jumlah penduduk perempuan terbanyak terdapat pada kelompok umur 20-24 tahun, yaitu sebanyak 4 079 orang (10 persen) dan jumlah penduduk
perempuan terkecil terdapat pada kelompok umur 70 tahun ke atas, yaitu sebanyak 302 orang (0.74 persen). Jumlah penduduk total terbanyak terdapat pada kelompok umur 20-24 tahun, yaitu sebanyak 9 211 orang (10.9 persen) dan jumlah penduduk total terkecil terdapat pada kelompok umur 70 tahun ke atas, yaitu sebanyak 688 orang (0.82 persen). Tabel 2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kecamatan Tamansari, Tahun 2006 Tingkat Pendidikan Tidak Tamat SD Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA Jumlah
Jumlah Penduduk (orang) 14 313 16 473 10 889 8 791 50 466
Persentase (%) 22.20 44.98 18.16 14.66 100.00
Sumber: Potensi Kecamatan Tamansari, 2006 Berdasarkan data pada Tabel 2, tingkat pendidikan penduduk di Kecamatan Tamansari masih tergolong rendah, dimana diketahui bahwa jumlah penduduk tamat SD adalah sebanyak 16 473 orang (44.98 persen) dan jumlah penduduk tidak tamat SD adalah sebanyak 14 313 orang (22.2 persen). Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Kecamatan Tamansari, Tahun 2006 Mata Pencaharian
Jumlah Penduduk (orang)
Buruh Jasa Pedagang Pegawai Negeri Sipil Pensiunan Petani TNI/POLRI Tukang Wiraswasta Lain-lain Jumlah
3 369 1 397 8 357 1 221 241 5 779 415 317 4 354 3 832 29 302
Persentase (%) 11.50 4.77 28.50 4.17 0.82 19.80 1.42 1.08 14.9 13.10 100.00
Sumber: Potensi Kecamatan Tamansari, 2006 Mata pencaharian penduduk di Kecamatan Tamansari cukup beragam, diantaranya adalah buruh, jasa, pedagang, pegawai negeri sipil, pensiunan,
TNI/POLRI, tukang, wiraswasta, dan lain -lain (Tabel 3). Berdasarkan data di atas, mata pencaharian penduduk di Kecama tan Tamansari lebih banyak didominasi oleh pedagang, yaitu sebanyak 8 357 orang (28.5 persen).
5.3.
Prasarana dan Sarana Prasarana dan sarana yang terdapat di Kecamatan Tamansari secara umum
telah dapat mendukung aktivitas kehidupan masyarakat sehari -hari. Jalan yang terdapat di Kecamatan Tamansari diantaranya adalah jalan aspal yang memiliki panjang sekitara dua puluh enam kilometer, jalan kerikil atau berbatu yang memiliki panjang sekitar enam belas kilometer, dan jalan masih tanah yang memiliki panjang sekitar dua puluh empat kilometer. Sarana pendidikan yang tersedia di Kecamatan Tamansari, terdiri dari dua puluh enam bangunan Sekolah Dasar, lima bangunan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, dan tiga bangunan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas. Sarana peribadat an yang terdapat di Kecamatan Tamansari terdiri dari enam puluh satu mesjid dan seratus dua musholla. Sarana olahraga yang tersedia di Kecamatan Tamansari terdiri dari tiga lapangan voli, enam lapangan sepakbola, dan empat lapangan bulutangkis. Prasarana ekonomi yang terdapat di Kecamatan Tamansari terdiri dari satu pasar raya dan satu pasar darurat. Sarana dan prasarana umum lainnya adalah bangunan kesehatan yang meliputi dua bangunan puskesmas, tujuh puluh lima bangunan posyandu, dan satu bangunan apotik. 5.4.
Keadaan Industri Kecil Sepatu di Kecamatan Tamansari
Perkembangan industri sepatu di Kecamatan Tamansari merupakan usaha turun temurun. Industri sepatu di Kecamatan Tamansari berdiri sejak tahun 1980. Pada umumnya industri sepatu di Kecamatan Tamans ari merupakan industri rumahtangga dan industri kecil. Tenaga kerja yang digunakan di dalam industri sepatu adalah tenaga kerja dari luar keluarga sehingga dapat membantu penyerapan tenaga kerja yang terdapat di sekitar sentra produksi sepatu. Beberapa sentra produksi sepatu di Kecamatan Tamansari adalah Desa Sukajaya dan Desa Pasireurih.
5.5.
Kegiatan Usaha Proses produksi sepatu melalui beberapa tahapan, yaitu dimulai dari
mempersiapkan alat dan bahan, proses pembuatan pola, dan pengepakan (finishing). Adapun alat yang digunakan adalah kayu cetakan (ukurannya sesuai dengan nomor sepatu yaitu mulai nomor 36 hingga 42), mesin oven sepatu, palu, gunting, dan mesin jahit. Bahan yang digunakan adalah kulit imitasi, benang, kertas, lem (lem kuning khusus pembu atan sepatu), benang, dan lateks. Pembuatan sepatu di Kecamatan Tamansari menggunakan tenaga tukang dan kenek (buruh). Pekerjaan yang mereka lakukan disesuaikan dengan keahlian mereka dalam pembuatan sepatu. Selain itu, pembagian kerja dibagi dalam beberapa jenis tukang, yaitu: pertama, tukang atas yang mempunyai tugas untuk mengerjakan bagian atas dari sepatu seperti: menggunting pola, menjahit pola, dan memasang kulit imitasi (memasang bagian luar sandal); kedua, tukang bawah yang mengerjakan tugas sepert i: memasang pola pada kayu cetakan sesuai dengan ukuran masing-masing sepatu dan memasukannya ke dalam oven. Penggunaan
oven khusus untuk pembuatan sepatu, agar bagian -bagian dari sepatu tersebut tidak mudah lepas (merekat dengan kuat antara bagian atas da n bawahnya). Selain kedua pengelompokkan tersebut di atas, pada bengkel sepatu dikenal pula sebutan kenek. Adapun tugas kenek adalah memberi lem dan lateks pada bagian yang diperlukan, menggunting AC 1, dan pekerjaan lain sesuai dengan permintaan atasannya. Kenek terkadang ada juga yang menjadi tukang dalam. Tugas dari tukang dalam adalah menggambar pola, menggunting pola, dan menyelesaikan tahap akhir, yaitu pengemasan sepatu. Tahapan pertama dalam produksi sepatu, yaitu membuat pola sesuai dengan yang diinginkan, menggunting gambar pola tersebut, menjahit pola, dan diberi lateks. Penyelesaian tahapan ini dilakukan oleh tukang atas, dibantu kenek (buruh) agar pekerjaannya menjadi lebih ringan dan cepat terselesaikan. Buruh biasanya diberi tugas untuk menggun ting pola dan pemberian lateks. Setelah itu bahan AC 1 dicetak ke dalam kayu ukuran yang disesuaikan dengan nomor sepatu dan dimasukkan ke dalam oven. Pekerjaan ini dilakukan oleh tukang bawah dan dibantu kenek yang bertugas memberi lem pada bagian sol sepa tu. Tahapan akhir dalam produksi sepatu adalah tahap pengepakan ( finishing), dimana tahap pengepakan biasanya dilakukan oleh tukang dalam.
____________________________________________________ 1
AC merupakan nama bahan yang digunakan untuk membuat bagian atas sepatu (bahan imitasi/bukan kulit yang digunakan untuk permukaan sepatu)
Hasil produksi bengkel-bengkel sepatu tersebut diserahkan ke pemberi order (bos) setiap hari Sabtu. Sepatu yang sudah di stok di tempat pemberi order
dipasarkan ke daerah-daerah seperti Jakarta, Purwakarta, Pekalongan, Jambi, dan Pontianak. Keberadaan bengkel sepatu sebagai salah satu sektor mata pencaharian masyarakat Kecamatan Tamansari menarik minat masyarakat untuk ikut ambil bagian di dalamnya. Sehingga sejak saat itu, masyarakat Kecamatan Tamansari menjadi pekerja di bengkel -bengkel sepatu tersebut. Bengkel-bengkel sepatu yang terdapat di Kecamatan Tamansari mempunyai struktur produksi yang sama.
Bos Pemberi Orderan Pemilik Bengkel
Tukang Atas
Tukang Bawah
Kenek
Kenek
Tukang Dalam
Gambar 3. Struktur Produksi I Pada umumnya bengkel sepatu di Kecamatan Tamansari memiliki Bos Pemberi Orderan 2 (Gambar 3) dan ada juga yang membuka usaha mandiri (Gambar 4). Modal usaha yang digunakan adalah modal sendiri dan dalam hal penjualan hasil produksi juga ditangani sendiri (menjual baran g hasil produksi ke toko-toko yang beragam). ____________________________________________________ 2
Bos Pemberi Orderan adalah orang yang memberikan modal dan menentukan model yang diproduksi serta menampung hasil produksi bengkel yang dibawahinya
Bengkel sepatu yang memiliki Bos Pemberi Orderan biasanya memperoleh modal berupa bon belanja bukan berupa sejumlah uang. Bon belanja yang diberikan kepada bengkel -bengkel bawahannya tersebut, biasanya disebut
dengan bon putih. Sistem pencairan bon putih t ersebut dapat dilakukan dengan cara menukarkan berbagai bahan baku untuk beberapa kodi sepatu yang akan diproduksi. Pemilihan toko atau grosir tempat penukaran bon putih tersebut telah ditentukan oleh Bos Pemberi Orderan. Bos Pemberi Order dalam hal ini ju ga telah menentukan model sepatu yang akan dibuat.
Pemilik Bengkel
Tukang Atas
Tukang Bawah
Kenek
Kenek
Tukang Dalam
Gambar 4. Struktur Produksi II Penggunaan tukang sebagai tenaga pekerja di bengkel tidak jauh berbeda dari tiap bengkel. Adapun beberapa jenis tukang yang terdapat di bengkel adalah sebagai berikut: 1. Tukang Atas, tukang ini yang mengerjakan bagian atas sepatu, seperti membuat permukaan sepatu, menggunting, dan menjahit pola. Terkadang jika ada model sepatu yang memakai motif payet, maka pekerjaan ini dapat juga dilakukan oleh tukang atas. 2. Tukang Bawah, tukang ini melakukan pekerjaan, seperti: pemberian lem pada bagian sol (bawah sepatu), memasang pola pada cetakan, memasukkan sepatu ke dalam oven agar lem merekat lebih kuat. 3. Tukang Dalam, tukang ini menyelesaikan bagian finishing, seperti: menyusun sepatu dari ukuran nomor terkecil hingga terbesar. Setelah sepatu selesai
disusun, barulah dilakukan pengepakan. Sepatu tersebut dimasukkan ke dalam kotak atau dibungkus dengan plastik.
VI.
KARAKTERISTIK DAN DESKRIPSI RUMAHTANGGA PEKERJA INDUSTRI KECIL SEPATU DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR
6.1.
Karakteristik Rumahtangga Pekerja Industri Kecil Sepatu di Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor Karakteristik rumahtangga pekerja industri kecil sepatu meliputi umur
pekerja, tingkat pendidikan pekerja, pengalaman kerja di dalam industri, jumlah tanggungan keluarga, jumlah tanggungan anak, jumlah tanggungan dewasa, dan jumlah anak sekolah (Tabel 4). Penentuan nilai dalam tabel pada pembahasan bab ini menggunakan nilai rata -rata. Penentuan nilai rata -rata berdasarkan penjumlahan nilai pada baris dalam satu ko lom dibagi dengan jumlah data yang ada. Tabel 4. Karakteristik Rumahtangga Pekerja Industri Kecil Sepatu di Kecamatan Tamansari, Tahun 2007 No. Karakteristik Rumahtangga Pekerja 1. Umur Pekerja (tahun) 2. Jumlah Tanggungan Anak (orang) 3. Jumlah Tanggungan Dewasa (orang) 4. Jumlah Tanggungan Keluarga (orang) 5. Jumlah Anak Sekolah (orang) 6. Tingkat Pendidikan Pekerja (tahun) 7. Pengalaman Kerja di Dalam industri (tahun) Sumber: Data primer (diolah)
Rataan 25.25 0.72 1.68 2.40 0.40 6.50 8.63
Berdasarkan data di atas, pekerja industri kecil sepatu rata -rata berumur 25.25 tahun. Pekerja industri kecil sepatu memiliki jumlah tanggungan anak rata rata sebanyak 0.72 orang, jumlah tanggungan dewasa rata -rata sebanyak 1.68 orang, jumlah tanggungan keluarga rata-rata sebanyak 2.40 orang, dan jumlah anak sekolah rata -rata sebanyak 0.40 orang. Tingkat pendidikan pekerja rata-rata selama 6.50 tahun atau setara dengan tingkat pendidikan sekolah dasar. Pengalaman kerja di dalam industri rata -rata pekerja selama 8.63 tahun.
Tabel 5. Kelompok Umur Pekerja Industri Kecil Sepatu di Kecamatan Tamansari, Tahun 2007 Kelompok Umur Pekerja (tahun) 20-24 25-29 30-34 Total Sumber: Data primer (diolah)
Jumlah Pekerja (orang)
(%) 29 26 5 60
48.34 43.33 8.33 100.00
Berdasarkan data di atas, kelompok umur pekerja antara 20 -24 tahun pada industri kecil sepatu merupakan kelompok umur dengan persentase tertinggi, yaitu sebesar 48.34 persen, sedangkan kelompok umur pekerja antara 30 -34 tahun pada industri kecil sepatu merupakan kelompok umur dengan persentase terendah, yaitu sebesar 8.33 persen. Pada kasus pekerja industri kecil sepatu di Kecamatan Tamansari pada tahun 2007 dapat disimpulkan bahwa kelompok umur pekerja 20-25 tahun tergolong dalam kelompok umur produktif (Tabel 5). Rata -rata umur pekerja pada rumahtangga pekerja industri kecil sepatu adalah 25.25 tahun (Tabel 4). Tabel 6. Jumlah Tanggungan Anak Pekerja Industri Kecil Sepatu di Kecamatan Tamansari, Tahun 2007 Jumlah Tanggungan Anak (orang) 0-1 2-3 Total Sumber: Data primer (diolah)
Jumlah Pekerja (orang) (%) 45 75.00 15 25.00 60 100.00
Jumlah tanggungan anak antara 0 -1 orang menempati posisi tertinggi pada rumahtangga pekerja industri kecil sepatu, yaitu sebesar 75.00 persen. Hal ini menunjukkan bahwa 75.00 persen dari rumahtangga pekerja industri kecil sepatu belum menikah (Tabel 9). Ra ta-rata jumlah tanggungan anak pada rumahtangga pekerja industri kecil sepatu adalah sebanyak 0.72 orang (Tabel 4).
Tabel 7. Jumlah Tanggungan Dewasa Pekerja Industri Kecil Sepatu di Kecamatan Tamansari, Tahun 2007 Jumlah Tanggungan Dewasa (orang) 0-1 2-3 Total Sumber: Data primer (diolah)
Jumlah Pekerja (orang) (%) 20 33.33 40 66.67 60 100.00
Jumlah tanggungan dewasa antara 2 -3 orang menempati posisi tertinggi pada rumahtangga pekerja industri kecil sepatu, yaitu sebesar 66.67 persen (Tabel 10). Rata-rata jumlah tanggungan dewasa pada rumahtangga pekerja industri kecil sepatu adalah sebanyak 1.68 orang (Tabel 4). Tabel 8. Jumlah Tanggungan Keluarga Pekerja Industri Kecil Sepatu di Kecamatan Tamansari, Tahun 2007 Jumlah Tanggungan Keluarga (orang) 1-3 4-6 Total Sumber: Data primer (diolah)
Jumlah Pekerja (orang) (%) 45 75.00 15 25.00 60 100.00
Jumlah tanggungan keluarga antara 1 -3 orang menempati posisi tertinggi pada rumahtangga pekerja industri kecil sepatu, yaitu sebesar 75.00 persen. Hal ini menunjukkan bahwa 75.00 persen dari rumahtangga pekerja industri kecil sepatu belum mempunyai anak atau belum menikah (Tabel 8). Rata -rata jumlah tanggungan keluarga pada rumahtangga pekerja industri kecil sepatu adalah sebanyak 2.40 orang (Tabel 4). Tabel 9. Jumlah Anak Sekolah Pekerja Industri Kecil Sepatu di Kecamatan Tamansari, Tahun 2007 Jumlah Anak Sekolah (orang) 0-1 2-3 Total Sumber: Data primer (diolah)
Jumlah Pekerja (orang) 54 6 60
(%) 90.00 10.00 100.00
Jika dilihat dari persentase jumlah anak sekolah, maka dapat diketahui bahwa persentase terbesar untuk rumahtangga pekerja industri kecil sepatu terletak pada selang antara 0 -1 orang, yaitu sebesar 90.00 persen (Tabel 11). Rata rata jumlah anak sekolah pad a rumahtangga pekerja industri kecil sepatu adalah sebanyak 0.40 orang (Tabel 4). Tabel 10. Tingkat Pendidikan Pekerja Industri Kecil Sepatu di Kecamatan Tamansari, Tahun 2007 Tingkat Pendidikan
Jumlah Pekerja (orang)
Tamat SD Tamat SLTP Total Sumber: Data primer (diolah)
(%) 50 10 60
83.33 16.67 100.00
Tingkat pendidikan tamat SD menempati urutan ter tinggi untuk rata-rata tingkat pendidikan pekerja industri kecil sepatu, yaitu sebesar 83.33 persen, dimana tingkat pendidikan pekerja industri kecil sepatu sampai dengan tamat SLTP sebagai jenjang pendidikan tertinggi yang dapat diraih. Data di atas sejal an dengan asumsi umum yang menyatakan bahwa untuk bekerja di sektor industri kecil sepatu tidak harus memerlukan tingkat pendidikan yang tinggi (Tabel 6). Rata-rata tingkat pendidikan pada rumahtangga pekerja industri kecil sepatu adalah selama 6.50 tahun (Tabel 4). Tabel 11. Pengalaman Kerja di Dalam Industri Kecil Sepatu di Kecamatan Tamansari, Tahun 2007 Pengalaman Kerja di Dalam Industri (tahun) 1-8 9-16 Total Sumber: Data primer (diolah)
Jumlah Pekerja (orang) (%) 32 53.34 28 46.66 60 100.00
Pengalaman kerja di dalam industri kecil sepatu antara 1 -8 tahun yang dimiliki oleh pekerja merupakan persentase tertinggi, yaitu sebesar 53.34 persen
(Tabel 7). Rata-rata pengalaman kerja di dalam industri pada rumahtangga pekerja industri kecil sepatu adalah selama 8.63 tahun (Tabel 4).
6.2.
Deskripsi Rumahtangga Pekerja Industri Kecil Sepatu
6.2.1. Alokasi Waktu Rumahtangga Pekerja Industri Kecil Sepatu Alokasi waktu pada rumahtangga pekerja industri kecil sepatu meliputi alokasi waktu suami, istri, dan anggota keluarga lainnya yang digunakan untuk bekerja (di dalam industri maupun di luar industri), mengurus rumahtangga, dan sekolah. Tabel 12. Rata-rata Alokasi Waktu Rumahtangga Pekerja Industri Kecil Sepatu di Kecamatan Tamansari, Tahun 2007 Alokasi Waktu (jam/bulan) Dalam Industri Luar Industri Rumahtangga Sekolah Total
Suami 240.00 (78.00) 23.00 (7.00) 45.50 (15.00) 0.00 (0.00) 308.50 (100.00)
Pekerja Istri 0.00 (0.00) 37.00 (13.00) 242.22 (87.00) 0.00 (0.00) 279.22 (100.00)
Anggota Lainnya 0.00 (0.00) 0.00 (0.00) 0.00 (0.00) 57.44 (100.00) 57.44 (100.00)
Sumber: Data primer (diolah) Angka dalam kurung (...) menunjukkan persentase terhadap alokasi waktu total Pada Tabel 12, terlihat bahwa rata -rata alokasi waktu suami untuk bekerja di dalam industri lebih besar dibandingkan dengan istri dan anggota keluarga lainnya. Rata-rata alokasi waktu istri untuk bekerja di luar industri lebih tinggi dibandingkan dengan suami dan anggota keluarga lainnya. Begit u pula dengan mengurus rumahtangga, rata -rata alokasi waktu istri lebih tinggi bila dibandingkan dengan suami dan angota keluarga lainnya. Hal ini disebabkan
karena selain istri bertindak sebagai ibu rumahtangga, suami, dan anggota keluarga lainnya lebih banyak mengalokasikan waktunya untuk bekerja (di dalam industri dan di luar industri) serta sekolah. 6.2.2. Curahan Kerja Curahan kerja pada penelitian ini dikelompokkan menjadi dua kegiatan, yaitu curahan kerja di dalam industri sepatu dan curahan kerja di luar industri sepatu. Pada umumnya rumahtangga pekerja industri kecil sepatu hanya mencurahkan waktu bekerja di dalam industri, walaupun ad a diantara anggota keluarga mereka yang mencurahkan waktunya untuk bekerja di luar industri. Pada penelitian ini, bekerja di dalam industri kecil sepatu merupakan pekerjaan utama para pekerja industri kecil sepatu di Kecamatan Tamansari. Tabel 13. Rata-rata Curahan Kerja Rumahtangga Pekerja Industri Kecil Sepatu di Kecamatan Tamansari, Tahun 2007 Curahan Kerja
Pekerja Suami Istri Anggota Lainnya (jam/bulan) (jam/bulan) (jam/bulan) Dalam Industri 240.00 0.00 0.00 (83.44) (0.00) (0.00) Luar Industri 23.00 37.00 0.00 (16.56) (100.00) (0.00) Total 263.00 37.00 0.00 (100.00) (100.00) (0.00) Sumber: Data primer (diolah) Alokasi dalam kurung (...) menunjukkan persentase terhadap curahan kerja total Pada rumahtangga pekerja industri kecil sepatu , curahan kerja di dalam industri suami lebih tinggi dari istri, tetapi curahan kerja di luar industri suami lebih rendah dari istri dan anggota keluarga lainnya. Pada rumahtangga pekerja tidak ada anggota keluarga lain yang bekerja, baik di dalam industri maupun di luar industri kecil sepatu (Tabel 13).
Tabel 14. Rata-rata Curahan Kerja Rumahtangga Pekerja Industri Kecil Sepatu Berdasarkan Kelompok Umur di Kecamatan Tamansari, Tahun 2007 Kelompok Umur Pekerja (tahun)
Jumlah Pekerja (orang)
20-25
Rata-rata Curahan Kerja Dalam Industri Luar Industri Total (jam/bulan) (jam/bulan) (jam/bulan)
37 240.00 55.38 (61.67) 26-30 21 240.00 66.86 (35.00) 31-35 2 240.00 23.50 (3.33) Sumber: Data primer (diolah) Angka dalam kurung (...) menunjukkan persentase jumlah pekerja
295.38 306.86 263.50
Rata-rata curahan kerja di dalam industri untuk seluruh pekerja industri kecil sepatu adalah 240 jam/bulan. Rata -rata curahan kerja di luar industri tertinggi berada pada selang umur 26 -30 tahun, yaitu sebesar 66.86 jam/bulan, sedangkan rata-rata curahan kerja di luar industri terendah berada pada selang umur 31-35 tahun, yaitu sebesar 23.50 jam/bulan. Rata -rata curahan kerja total (curahan kerja di dalam industri dan curahan kerja di luar indus tri) tertinggi berada pada selang umur 26 -30 tahun, yaitu sebesar 306.86 jam/bulan, sedangkan rata-rata curahan kerja total (curahan kerja di dalam industri dan curahan kerja di luar industri) terendah berada pada selang umur 31 -35 tahun, yaitu sebesar 263.50 jam/bulan (Tabel 14). Tabel 15. Rata-rata Curahan Kerja Rumahtangga Pekerja Industri Kecil Sepatu Berdasarkan Pendapatan Total di Kecamatan Tamansari, Tahun 2007 Pendapatan Total (ribu rupiah/bulan)
Jumlah Rata-rata Curahan Kerja Pekerja Dalam Industri Luar Industri Total (orang) (jam/bulan) (jam/bulan) (jam/bulan) 500-1 000 54 240.00 58.78 298.78 (90.00) 1 001-1 500 6 240.00 71.00 311.00 (10.00) Sumber: Data primer (diolah) Angka dalam kurung (...) menunjukkan persentase jumlah pekerja
Rata-rata curahan kerja di luar industri tertinggi berada pada selang pendapatan 1 001 000-1 500 000 rupiah/bulan, yaitu sebesar 71.00 jam/bulan, sedangkan rata-rata curahan kerja di luar industri terendah berada pada selang pendapatan 500 000-1 000 000 rupiah/bulan, yaitu sebesar 58.78 jam/bulan (Tabel 15). 6.2.3. Pendapatan Pendapatan total rumahtangga pekerja industri kecil sepatu terdiri dari dua komponen, yaitu pendapatan yang diperoleh dari dalam industri dan pendapatan yang diperoleh dari luar indus tri. Pendapatan yang diperoleh dari dalam industri meliputi pendapatan yang diperoleh dari hasil bekerja di industri sepatu sedangkan pendapatan yang diperoleh dari luar industri meliputi pendapatan yang diperoleh dari hasil mengojek dan membuka warung. Pendapatan yang diperoleh dari dalam industri sepatu lebih besar dari pendapatan yang diperoleh dari luar industri sepatu. Rata -rata pendapatan dari dalam industri adalah sebesar 704 340 rupiah/bulan (79.65 persen), sedangkan rata-rata pendapatan dari luar i ndustri adalah sebesar 180 000 rupiah/bulan (20.35 persen). Hal ini dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Rata-rata Pendapatan Rumahtangga Pekerja Industri Kecil Sepatu di Kecamatan Tamansari, Tahun 2007 Sumber Pendapatan Dalam Industri Luar Industri Total
Besar Pendapatan Pekerja (rupiah/bulan) 704 340 (79.65) 180 000 (20.35) 884 340 (100.00)
Sumber: Data primer (diolah) Angka dalam kurung (...) menunjukkan persentase terhadap pendapatan total
Dilihat dari rata-rata pendapatan total rumahtangga pekerja industri kecil sepatu berdasarkan curahan kerja total, menunjukkan bahwa pendapatan total akan semakin besar seiring dengan meningkatnya curahan kerja total. Pendapatan total tertinggi sebesar 917 27 6 jam/bulan dengan curahan kerja total berada pada 311-345
jam/bulan,
sedangkan
pendapatan
total
terendah
sebesar
670 880 jam/bulan dengan curahan kerja total berada pada 240 -275 jam/bulan (Tabel 17). Tabel 17. Rata-rata Pendapatan Total Rumahtangga Pekerja Industri Kecil Sepatu Berdasarkan Curahan Kerja Total di Kecamatan Tamansari, Tahun 2007 Curahan Kerja Total (jam/bulan) 240-275 276-310 311-345
Jumlah Pekerja (orang) 5 (8.33) 38 (63.34) 17 (28.33)
Pendapatan Total (jam/bulan) 670 880 897 692 917 276
Sumber: Data primer (diolah) Angka dalam kurung (...) menunjukkan persentase jumlah pekerja 6.2.4. Konsumsi Pangan dan Non Pangan Berdasarkan pendapatan yang siap dibelanjakan, rata -rata pengeluaran untuk konsumsi pangan tertinggi berada pada kisaran pendapatan yang siap dibelanjakan
851
000 -975
000
rupiah/bulan,
yaitu
sebesar
447 593.75 rupiah/bulan, sedangkan rata-rata pengeluaran untuk konsumsi non pangan tertinggi berada pada kisaran pendapatan yang siap dibelanjakan 726 000-850 000 rupiah/bulan, yaitu sebesar 162 728.57 rupiah/bulan (Tabel 18).
Tabel 18. Rata-rata Konsumsi Pangan dan Non Pangan Rumahtangga Pekerja Industri Kecil Sepatu Berdasarkan Pendapatan yang Siap Dibelanjakan di Kecamatan Tamansari, Tahun 2007 Pendapatan yang Siap Dibelanjakan (ribu rupiah/bulan) 600-725 726-850
Jumlah Pekerja (orang) 3 (5.00) 21 (35.00) 32 (53.34) 4 (6.66)
Konsumsi Konsumsi Total Pangan Non Pangan (rupiah/bulan) (rupiah/bulan) (rupiah/bulan) 361 433.33 160 633.33 522 066.66 393 680.95
162 728.57
556 409.52
447 593.75
182 912.50
630 506.25
505 000.00
201 975.00
706 975.00
Rata-rata 426 927.01 177 062.35 Sumber: Data primer (diolah) Angka dalam kurung (...) menunjukkan persentase jumlah pekerja
603 989.36
851-975 976-1 100
Berdasarkan jumlah tanggungan keluarga pada selang 1 -3 orang, rata-rata konsumsi pangan sebesar 415 742.22 rupiah/bulan dan rata -rata konsumsi non pangan sebesar 173 086.67 rupiah/bulan pada rumahtangga pekerja industri kecil sepatu, sedangkan jumlah tangg ungan keluarga pada selang 4 -6 orang, rata-rata konsumsi pangan sebesar 465 746.67 rupiah/bulan dan rata -rata konsumsi non pangan sebesar 184 760.00 rupiah/bulan pada rumahtangga pekerja industri kecil sepatu (Tabel 19). Tabel 19. Rata-rata Konsumsi Pangan dan Non Pangan Rumahtangga Pekerja Industri Kecil Sepatu Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga di Kecamatan Tamansari, Tahun 2007 Jumlah Tanggungan Keluarga (orang) 1-3
Jumlah Pekerja (orang)
415 742.22
173 086.67
588 828.89
465 746.67
184 760.00
650 506.67
Rata-rata 440 744.44 178 923.33 Sumber: Data primer (diolah) Angka dalam kurung (...) menunjukkan persentase jumlah pekerja
309 833.89
4-6
45 (75.00) 15 (25.00)
Konsumsi Konsumsi Total Pangan Non Pangan (rupiah/bulan) (rupiah/bulan) (rupiah/bulan)
6.2.5. Investasi Pendidikan dan Investasi Kesehatan Pengeluaran
untuk investasi
pendidikan
dan
investasi kesehatan
berbanding lurus dengan pendapatan yang siap dibelanjakan atau dengan kata lai n peningkatan pengeluaran untuk investasi pendidikan dan investasi kesehatan akan diikuti pula oleh peningkatan pendapatan yang siap dibelanjakan. Rata -rata pengeluaran
tertinggi
untuk
investasi
pendidikan
adalah
sebesar
23 125.00 rupiah/bulan pada selang pendapatan 976 000 -1 100 000, sedangkan rata-rata pengeluaran tertinggi untuk investasi kesehatan adalah sebesar 66 100.00 rupiah/bulan pada selang pendapatan 976 000 -1 100 000 rupiah (Tabel 20). Tabel 20. Rata-rata Investasi Pendidikan dan Investasi Kesehatan Rumahtangga Pekerja Industri Kecil Sepatu Berdasarkan Pendapatan yang Siap Dibelanjakan di Kecamatan Tamansari, Tahun 2007 Pendapatan yang Siap Dibelanjakan (ribu rupiah/bulan) 600-725 726-850 851-975 976-1 100
Jumlah Pekerja (orang) 3 (5.00) 21 (35.00) 32 (53.34) 4 (6.66)
Investasi Pendidikan (rupiah/bulan) 0.00
Kesehatan (rupiah/bulan) 16 066.67
2 323.81
32 533.33
16 781.25
49 615.63
23 125.00
66 100.00
Rata-rata 10 557.51 Sumber: Data primer (diolah) Angka dalam kurung (...) menunjukkan persentase jumlah pekerja
41 078.91
6.2.6. Tabungan Berdasarkan pendapatan yang siap dibelanjakan, rata -rata tabungan rumahtangga pekerja industri kecil sepatu adalah sebesar 182 849.59 rupiah/bulan. Pendapatan yang siap dibelanjakan sebesar 851 000 -975 000 rupiah/bulan memiliki tabungan tertinggi yaitu sebesar 214 553.12 rupiah/bulan, sedangkan
pendapatan yang siap dibelanjakan sebesar 600 000 -725 000 rupiah/bulan memiliki tabungan terendah, yaitu seb esar 91 666.67 rupiah/bulan (Tabel 21). Tabel 21. Rata-rata Tabungan Rumahtangga Pekerja Industri Kecil Sepatu Berdasarkan Pendapatan yang Siap Dibelanjakan di Kecamatan Tamansari, Tahun 2007 Pendapatan yang Siap Dibelanjakan (ribu rupiah/bulan) 600-725 726-850 851-975 976-1 100
Jumlah Pekerja (orang) 3 (5.00) 21 (35.00) 32 (53.34) 4 (6.66)
Rata-rata Sumber: Data primer (diolah) Angka dalam kurung (...) menunjukkan persentase jumlah pekerja
Tabungan (rupiah/bulan) 91 666.67 211 428.57 214 553.12 213 750.00 182 849.59
VII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN EKONOMI RUMAHTANGGA PEKERJA INDUSTRI KECIL SEPATU
7.1.
Hasil Dugaan Model Ekonomi Rumahtangga Pekerja Industri Kecil Sepatu Model
rumahtangga
pekerja
industri
kecil
sepatu
terdiri
dari
19 persamaan, yaitu 8 persamaan struktural dan 11 persamaan identitas. Persamaan struktural terdiri dari curahan kerja di luar industri, pendapatan dari dalam industri, pendapatan dari luar industri, konsumsi pangan, konsumsi non pangan, investasi pendidikan, investasi kesehatan, dan tabungan. Persamaan identitas terdiri dari curahan kerja total, pendapatan total, pendapatan yang siap dibelanjakan, konsumsi total, investasi tot al, pengeluaran total selain pangan, pengeluaran total selain non pangan, pengeluaran total selain pendidikan, pengeluaran total selain kesehatan, pengeluaran total, dan jumlah tanggungan keluarga. Nilai dugaan statistik uji -F menunjukkan bahwa secara bers ama-sama semua peranan keragaman peubah penjelas berpengaruh nyata terhadap peranan keragaman peubah endogen. Nilai dugaan statistik uji -t menunjukkan tidak semua peubah eksogen berpengaruh nyata terhadap peubah endogen. Nilai dugaan statistik uji-F dalam model adalah berkisar antara 97.039 sampai dengan 99780.484, sedangkan nilai koefisien determinasi (R 2) adalah berkisar antara 0.9166 sampai dengan 0.9998 (Lampiran 3). Nilai elastisitas dihitung untuk mengetahui persentase perubahan (peningkatan atau penurunan) peubah endogen bila peubah penjelas berubah 1 persen. Jika peubah eksogen tidak berpengaruh nyata terhadap peubah endogen
maka peubah endogen dianggap tidak responsif (inelastis) terhadap peubah penjelas.
7.2.
Keragaan Model Ekonomi Rumahtan gga Pekerja Industri Kecil Sepatu
7.2.1. Curahan Kerja di Luar Industri Persamaan curahan kerja di luar industri terdiri dari empat peubah penjelas, yaitu upah di luar industri (UPL), pengalaman kerja di luar industri (PKL), tingkat pendidikan pekerja (TPP ), dan jumlah tanggungan keluarga (JTK). Koefisien determinasi (R 2) menunjukkan nilai sebesar 0.9645, artinya keragaman curahan kerja di luar industri sebesar 96.45 persen dapat diterangkan oleh keragaman peubah penjelas. Hasil dugaan parameter dan nilai e lastisitas pada persamaan curahan kerja di luar industri dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22. Hasil Dugaan Parameter dan Nilai Elastisitas Persamaan Curahan Kerja di Luar Industri No.
Peubah Penjelas
Dugaan Nilai Parameter Elastisitas 1. Intersep 101.227607 (17.528) 2. Upah di Luar Industri -0.000526 -1.7095 (-14.238)a 3. Pengalaman Kerja di Luar Industri 18.141715 1.058266708 (30.210) a 4. Tingkat Pendidikan Pekerja -0.447842 -0.048516217 (-0.833) 5. Jumlah Tanggungan Keluarga 0.291305 0.0116522 (0.631) F-hitung 373.253 R2 0.9645 Adj R2 0.9619 Keterangan: Angka dalam kurung (...) menunjukkan nilai statistik uji -t a: berbeda nyata pada taraf uji α = 15 persen Berdasarkan hasil dugaan param eter persamaan curahan kerja di luar industri menunjukkan bahwa beberapa peubah penjelas tidak sesuai dengan
harapan, yaitu upah di luar industri dan tingkat pendidikan pekerja. Pada nilai elastisitas, curahan kerja di luar industri tidak responsif (inelas tis) terhadap perubahan beberapa peubah penjelas, yaitu upah di luar industri, tingkat pendidikan pekerja, dan jumlah tanggungan keluarga. Upah di luar industri berhubungan negatif dan berpengaruh nyata pada taraf uji 15 persen terhadap curahan kerja di lu ar industri. Dugaan parameter menunjukkan nilai sebesar -0.000526, artinya jika upah di luar industri bertambah sebesar 1 rupiah/bulan akan menyebabkan curahan kerja di luar industri berkurang sebesar 0.000526 jam/bulan. Pada nilai elastisitas, curahan ker ja di luar industri tidak responsif (inelastis) terhadap upah di luar industri. Nilai elastisitas upah di luar industri sebesar -1.7095, artinya peningkatan upah di luar industri sebesar 1 persen akan menyebabkan penurunan curahan kerja di luar indust ri sebesar 1.7095 persen. Pengalaman kerja di luar industri berhubungan positif dan berpengaruh nyata pada taraf uji 15 persen terhadap curahan kerja di luar industri. Dugaan parameter menunjukkan nilai sebesar 18.141715, artinya jika pengalaman kerja di luar industri bertambah sebesar 1 tahun akan menyebabkan curahan kerja di luar industri bertambah sebesar 18.141715 jam/bulan. Pada nilai elastisitas, curahan kerja di luar industri responsif (elastis) terhadap pengalaman kerja di luar industri. Nilai elastisitas pengalaman kerja di luar industri sebesar 1.058266708, artinya peningkatan pengalaman kerja di luar industri sebesar 1 persen akan menyebabkan
peningkatan
1.058266708 persen.
curahan
kerja
di
luar
industri
sebesar
Tingkat pendidikan pekerja berhubungan negatif dan tidak berpengaruh nyata pada taraf uji 15 persen terhadap curahan kerja di luar industri. Dugaan parameter menunjukkan nilai sebesar -0.447842, artinya jika tingkat pendidikan pekerja bertambah sebesar 1 tahun akan menyebabkan cura han kerja di luar industri berkurang sebesar 0.447842 jam/bulan. Pada nilai elastisitas, curahan kerja di luar industri tidak responsif (inelastis) terhadap tingkat pendidikan pekerja. Nilai elastisitas tingkat pendidikan pekerja sebesar -0.048516217, artinya peningkatan tingkat pendidikan pekerja sebesar 1 persen akan menyebabkan penurunan curahan kerja di luar industri sebesar 0.048516217 persen. Jumlah tanggungan keluarga berhubungan positif dan tidak berpengaruh nyata pada taraf uji 15 persen terhadap c urahan kerja di luar industri. Dugaan parameter menunjukkan nilai sebesar 0.291305, artinya jika jumlah tanggungan keluarga bertambah sebesar 1 orang akan menyebabkan curahan kerja di luar industri bertambah sebesar 0.291305 jam/bulan. Pada nilai elastisit as, curahan kerja di luar industri tidak responsif (inelastis) terhadap jumlah tanggungan keluarga. Nilai elastisitas jumlah tanggungan keluarga sebesar 0.0116522, artinya peningkatan jumlah tanggungan keluarga sebesar 1 persen akan menyebabkan peningkatan curahan kerja di luar industri sebesar 0.0116522 persen. 7.2.2. Pendapatan dari Dalam Industri Persamaan pendapatan dari dalam industri terdiri dari tiga peubah penjelas, yaitu harga jual per unit (HJP), jumlah produksi (JPR), dan pengalaman kerja di dalam industri (PKD). Koefisien determinasi (R 2) menunjukkan nilai sebesar 0.9989, artinya keragaman curahan kerja di luar industri sebesar 99.89 persen dapat diterangkan oleh keragaman peubah penjelas. Hasil dugaan
parameter dan nilai elastisitas pada persam aan pendapatan dari dalam industri dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23. Hasil Dugaan Parameter dan Nilai Elastisitas Persamaan Pendapatan dari Dalam Industri No.
Peubah Penjelas
Dugaan Nilai Elastisitas Parameter 1. Intersep -1096203 (-56.557) 2. Harga Jual per Unit 5.512678 2.465419499 a (79.355) 3. Jumlah Produksi 7.013820 0.000344547 (0.425) 4. Pengalaman Kerja di Dalam Industri 7390.781994 0.090591312 (22.907) a F-hitung 16404.291 2 R 0.9989 Adj R2 0.9988 Keterangan: Angka dalam kurung (...) menunjukkan nilai statistik uji -t a : berbeda nyata pada taraf uji α = 15 persen Berdasarkan hasil dugaan parameter persamaan pendapatan dari dalam industri menunjukkan bahwa semua peubah penjelas sesuai dengan harapan. Pada nilai elastisitas, pendapatan dari dalam industri tidak responsif (inelastis) terhadap perubahan beberapa peubah penjelas, yaitu jumlah produksi dan pengalaman kerja di dalam industri. Harga jual per unit berhubungan positif dan berpengaruh nyata pada taraf uji 15 persen terhadap pendapatan dari dalam industri. Dugaan parameter menunjukkan nilai sebesar 5.512678, artinya jika harga jual per unit bertambah sebesar 1 rupiah/kodi akan menyebabkan pendapatan dari dalam industri bertambah sebesar 5.512678 rupiah/bulan. Pada ni lai elastisitas, pendapatan dari dalam industri responsif (elastis) terhadap harga jual per unit. Nilai elastisitas harga jual per unit sebesar 2.465419499, artinya peningkatan harga jual per unit
sebesar 1 persen akan menyebabkan peningkatan pendapatan da ri dalam industri sebesar 2.465419499 persen. Jumlah produksi berhubungan positif dan tidak berpengaruh nyata pada taraf uji 15 persen terhadap pendapatan dari dalam industri. Dugaan parameter menunjukkan nilai sebesar 7.013820, artinya jika jumlah produks i bertambah sebesar 1 kodi/bulan akan menyebabkan pendapatan dari dalam industri bertambah sebesar 7.013820 rupiah/bulan. Pada nilai elastisitas, pendapatan dari dalam industri tidak responsif (inelastis) terhadap jumlah produksi. Nilai elastisitas jumlah produksi sebesar 0.000344547, artinya peningkatan jumlah produksi sebesar 1 persen akan menyebabkan peningkatan pendapatan dari dalam industri sebesar 0.000344547 persen. Pengalaman kerja di dalam industri berhubungan positif dan berpengaruh nyata pada taraf uji 15 persen terhadap pendapatan dari dalam industri. Dugaan parameter menunjukkan nilai sebesar 7390.781994, artinya jika pengalaman kerja di dalam industri bertambah sebesar 1 tahun akan menyebabkan pendapatan dari dalam industri bertambah sebesar 73 90.781994 rupiah/bulan. Pada nilai elastisitas, pendapatan dari dalam industri tidak responsif (inelastis) terhadap pengalaman kerja di dalam industri. Nilai elastisitas pengalaman kerja di dalam industri sebesar 0.090591312, artinya peningkatan pengalaman kerja di dalam industri sebesar 1 persen akan menyebabkan peningkatan pendapatan dari dalam industri sebesar 0.090591312 persen. 7.2.3. Pendapatan dari Luar Industri Persamaan pendapatan dari luar industri terdiri dari tiga peubah penjelas, yaitu upah di luar industri (UPL), curahan kerja di luar industri (CKL), dan
pengalaman kerja di luar industri (PKL). Koefisien determinasi (R 2) menunjukkan nilai sebesar 0.9998, artinya keragaman pendapatan dari luar industri sebesar 99.98 persen dapat diterangkan oleh keragaman peubah penjelas. Hasil dugaan parameter dan nilai elastisitas pada persamaan pendapatan dari luar industri dapat dilihat pada Tabel 24. Tabel 24. Hasil Dugaan Parameter dan Nilai Elastisitas Persamaan Pendapat an dari Luar Industri No.
Peubah Penjelas
Dugaan Nilai Parameter Elastisitas 1. Intersep -2202.682057 (-0.321) 2. Upah di Luar Industri 0.011716 0.012692333 (0.319) 3. Curahan Kerja di Luar Industri 3020.923907 1.006974636 (44.836) a 4. Pengalaman Kerja di Luar Industri -382.128332 -0.007430273 (-0.310) F-hitung 99780.484 R2 0.9998 Adj R2 0.9998 Keterangan: Angka dalam kurung (...) menunjukkan nilai statistik uji -t a : berbeda nyata pada taraf uji α = 15 persen Berdasarkan hasil dugaan parameter persamaan pendapatan dari luar industri menunjukkan bahwa beberapa peubah penjelas tidak sesuai dengan harapan, yaitu pengalaman kerja di luar industri. Pada nilai elastisitas, pendapatan dari luar industri tidak responsi f (inelastis) terhadap perubahan beberapa peubah penjelas, yaitu upah di luar industri dan pengalaman kerja di luar industri. Upah di luar industri berhubungan positif dan tidak berpengaruh nyata pada taraf uji 15 persen terhadap pendapatan dari luar indus tri. Dugaan parameter menunjukkan nilai sebesar 0.011716, artinya jika upah di luar industri bertambah sebesar 1 rupiah/bulan akan menyebabkan pendapatan dari luar industri bertambah sebesar 0.011716 rupiah/bulan. Pada nilai elastisitas, pendapatan dari
luar tidak responsif (inelastis) terhadap upah di luar industri. Nilai elastisitas upah di luar industri sebesar 0.012692333, artinya peningkatan upah di luar industri sebesar 1 persen akan menyebabkan peningkatan pendapatan dari luar industri sebesar 0.012692333 persen. Curahan kerja di luar industri berhubungan positif dan berpengaruh nyata pada taraf uji 15 persen terhadap pendapatan dari luar industri. Dugaan parameter menunjukkan nilai sebesar 3020.923907, artinya jika curahan kerja di luar industri bertambah sebesar 1 jam/bulan akan menyebabkan pendapatan dari luar industri bertambah sebesar 3020.923907 rupiah/bulan. Pada nilai elastisitas, pendapatan dari luar responsif (elastis) terhadap curahan kerja di luar industri. Nilai elastisitas curahan kerja di luar industri sebesar 1.006974636, artinya peningkatan curahan kerja di luar industri sebesar 1 persen akan menyebabkan peningkatan pendapatan dari luar industri sebesar 1.006974636 persen. Pengalaman kerja di luar industri berhubungan negatif dan tidak berpengaruh nyata pada taraf uji 15 persen terhadap pendapatan dari luar industri. Dugaan parameter menunjukkan nilai sebesar
-382.128332, artinya jika
pengalaman kerja di luar industri bertambah sebesar 1 tahun akan menyebabkan pendapatan dari luar indust ri berkurang sebesar 382.128332 rupiah/bulan. Pada nilai elastisitas, pendapatan dari luar tidak responsif (inelastis) terhadap pengalaman kerja di luar industri. Nilai elastisitas pengalaman kerja di luar industri sebesar 0.007430273, artinya peningkatan pengalaman kerja di luar industri sebesar 1 persen akan menyebabkan penurunan pendapatan dari luar industri sebesar 0.007430273 persen.
7.2.4. Konsumsi Pangan Persamaan konsumsi pangan terdiri dari empat peubah penjelas, yaitu pendapatan yang siap dibelanjakan (PDS), konsumsi non pangan (KNP), tabungan (TAB), dan jumlah tanggungan dewasa (JTD). Koefisien determinasi (R 2) menunjukkan nilai sebesar 0.9696, artinya keragaman konsumsi pangan sebesar 96.96 persen dapat diterangkan oleh keragaman peubah penjelas. Hasil dugaan parameter dan nilai elastisitas pada persamaan konsumsi pangan dapat dilihat pada Tabel 25. Tabel 25. Hasil Dugaan Parameter dan Nilai Elastisita s Persamaan Konsumsi Pangan No.
Peubah Penjelas
Dugaan Nilai Parameter Elastisitas 1. Intersep -35235 (-2.112) 2. Pendapatan yang Siap Dibelanjakan 0.484274 0.979162803 (3.597)a 3. Konsumsi Non Pangan -0.220784 -0.090740672 (-0.301) 4. Tabungan 0.159958 0.077416644 (2.105) 5. Jumlah Tanggungan Dewasa 34699 0.136394379 (10.616) a F-hitung 438.494 R2 0.9696 Adj R2 0.9674 Keterangan: Angka dalam kurung (...) menunjukkan nilai statistik uji -t a : berbeda nyata pada taraf uji α = 15 persen Berdasarkan hasil dugaan parameter persamaan konsumsi pangan menunjukkan bahwa beberapa peubah penjelas tidak sesuai dengan harapan, yaitu tabungan. Pada nilai elastisitas, konsumsi pangan tidak responsif (inelastis) terhadap perubahan semua peubah penjel as. Pendapatan yang siap dibelanjakan berhubungan positif dan berpengaruh nyata pada taraf uji 15 persen terhadap konsumsi pangan. Dugaan parameter
menunjukkan nilai sebesar 0.484274, artinya jika pendapatan yang siap dibelanjakan bertambah sebesar 1 rupia h/bulan akan menyebabkan konsumsi pangan bertambah sebesar 0.484274 rupiah/bulan. Pada nilai elastisitas, konsumsi pangan tidak responsif (inelastis) terhadap pendapatan yang siap dibelanjakan. Nilai elastisitas pendapatan yang siap dibelanjakan sebesar 0. 979162803, artinya peningkatan pendapatan yang siap dibelanjakan sebesar 1 persen akan menyebabkan peningkatan konsumsi pangan sebesar 0.979162803 persen. Konsumsi non pangan berhubungan negatif dan tidak berpengaruh nyata pada taraf uji 15 persen terhadap konsumsi pangan. Dugaan parameter menunjukkan nilai sebesar -0.220784, artinya jika konsumsi non pangan bertambah sebesar 1 rupiah/bulan akan menyebabkan konsumsi pangan berkurang sebesar 0.220784 rupiah/bulan. Pada nilai elastisitas, konsumsi pangan tida k responsif (inelastis) terhadap konsumsi non pangan. Nilai elastisitas konsumsi non pangan sebesar -0.090740672, artinya peningkatan konsumsi non pangan sebesar 1 persen akan menyebabkan penurunan konsumsi pangan sebesar
0.090740672
persen. Tabungan berhubungan positif dan tidak berpengaruh nyata pada taraf uji 15 persen terhadap konsumsi pangan. Dugaan parameter menunjukkan nilai sebesar 0.159958, artinya jika tabungan bertambah sebesar 1 rupiah/bulan akan menyebabkan konsumsi pangan bertambah sebesar 0 .159958 rupiah/bulan. Pada nilai elastisitas, konsumsi pangan tidak responsif (inelastis) terhadap tabungan. Nilai elastisitas tabungan sebesar 0.077416644, artinya peningkatan tabungan sebesar 1 persen akan menyebabkan penurunan konsumsi pangan sebesar 0.077416644 persen.
Jumlah tanggungan dewasa berhubungan positif dan berpengaruh nyata pada taraf uji 15 persen terhadap konsumsi pangan. Dugaan parameter menunjukkan nilai sebesar 34699, artinya jika jumlah tanggungan dewasa bertambah sebesar 1 orang akan m enyebabkan konsumsi pangan bertambah sebesar 34699 rupiah/bulan. Pada nilai elastisitas, konsumsi pangan tidak responsif (inelastis) terhadap jumlah tanggungan dewasa. Nilai elastisitas jumlah tanggungan dewasa sebesar 0.136394379, artinya peningkatan juml ah tanggungan dewasa sebesar 1 persen akan menyebabkan peningkatan konsumsi pangan sebesar 0.136394379 persen. 7.2.5. Konsumsi Non Pangan Persamaan konsumsi non pangan terdiri dari enam peubah penjelas, yaitu pendapatan yang siap dibelanjakan (PDS), kosumsi pangan (KPP), investasi pendidikan (IVP), investasi kesehatan (IVK), tabungan (TAB), dan jumlah tanggungan keluarga (JTK). Koefisien determinasi (R 2) menunjukkan nilai sebesar 0.9166, artinya keragaman konsumsi non pangan sebesar 91.66 persen dapat diterangkan oleh keragaman peubah penjelas. Hasil dugaan parameter dan nilai elastisitas pada persamaan konsumsi non pangan dapat dilihat pada Tabel 26.
Tabel 26. Hasil Dugaan Paramete r dan Nilai Elastisitas Persamaan Konsumsi Non Pangan No.
Peubah Penjelas
Dugaan Nilai Parameter Elastisitas 1. Intersep 55516 (1.360) 2. Pendapatan yang Siap Dibelanjakan 0.122134 0.600849826 (1.427) 3. Konsumsi Pangan 0.019004 0.046239234 (0.204) 4. Investasi Pendidikan -0.027522 -0.001767769 (-0.270) 5. Investasi Kesehatan 1.051586 0.257262808 (0.995) 6. Tabungan 0.074388 0.087598539 (1.570) 7. Jumlah Tanggungan Keluarga -19319 -0.263433425 (-1.037) F-hitung 97.039 R2 0.9166 2 Adj R 0.9071 Keterangan: Angka dalam kurung (...) menunjukkan nilai statistik uji -t a : berbeda nyata pada taraf uji α = 15 persen Berdasarkan hasil dugaan parameter persamaan konsumsi non pangan menunjukkan bahwa beberapa peubah penjelas tidak sesuai dengan ha rapan, yaitu konsumsi pangan, investasi kesehatan, tabungan, dan jumlah tanggungan keluarga. Pada nilai elastisitas, konsumsi non pangan tidak responsif (inelastis) terhadap perubahan semua peubah penjelas. Pendapatan yang siap dibelanjakan berhubungan pos itif tidak berpengaruh nyata pada taraf uji 15 persen terhadap konsumsi non pangan. Dugaan parameter menunjukkan nilai sebesar 0.122134, artinya jika pendapatan yang siap dibelanjakan bertambah sebesar 1 rupiah/bulan akan menyebabkan konsumsi non pangan bertambah sebesar 0.122134 rupiah/bulan. Pada nilai elastisitas, konsumsi non pangan tidak responsif (inelastis) terhadap pendapatan yang siap dibelanjakan. Nilai elastisitas pendapatan yang siap dibelanjakan sebesar
0.600849826, artinya peningkatan pendapat an yang siap dibelanjakan sebesar 1 persen akan menyebabkan peningkatan konsumsi non pangan sebesar 0.600849826 persen. Kosumsi pangan berhubungan positif dan tidak berpengaruh nyata pada taraf uji 15 persen terhadap konsumsi non pangan. Dugaan param eter menunjukkan nilai sebesar 0.019004, artinya jika konsumsi pangan bertambah sebesar 1 rupiah/bulan akan menyebabkan konsumsi non pangan bertambah sebesar 0.019004 rupiah/bulan. Pada nilai elastisitas, konsumsi non pangan tidak responsif (inelastis) terhadap konsumsi pangan. Nilai elastisitas konsumsi pangan sebesar 0.046239234, artinya peningkatan konsumsi pangan sebesar 1 persen akan menyebabkan peningkatan konsumsi non pangan sebesar 0.046239234 persen. Investasi pendidikan berhubungan negatif dan tid ak berpengaruh nyata pada taraf uji 15 persen terhadap konsumsi non pangan. Dugaan parameter menunjukkan nilai sebesar -0.027522, artinya jika investasi pendidikan bertambah sebesar 1 rupiah/bulan akan menyebabkan konsumsi non pangan berkurang sebesar 0.027522 rupiah/bulan. Pada nilai elastisitas, konsumsi non pangan tidak responsif (inelastis) terhadap investasi pendidikan. Nilai elastisitas investasi pendidikan sebesar -0.001767769, artinya penurunan investasi pendidikan sebesar 1 persen akan menyebabkan
penurunan konsumsi non pangan sebesar
0.001767769 persen. Investasi kesehatan berhubungan positif dan tidak berpengaruh nyata pada taraf uji 15 persen terhadap konsumsi non pangan. Dugaan parameter menunjukkan nilai sebesar 1.051586, artinya jika investasi kesehatan bertambah sebesar 1 rupiah/bulan akan menyebabkan konsumsi non pangan bertambah
sebesar 1.051586 rupiah/bulan. Pada nilai elastisitas, konsumsi non pangan tidak responsif (inelastis) terhadap investasi pendidikan. Nilai elastisitas investasi kesehatan sebesar 0.257262808, artinya peningkatan investasi kesehatan sebesar 1 persen akan menyebabkan peningkatan konsumsi non pangan sebesar 0.257262808 persen. Tabungan berhubungan positif dan tidak berpengaruh nyata pada taraf uji 15 persen terhadap konsumsi non pangan. Dugaan parameter menunjukkan nilai sebesar 0.074388, artinya jika tabungan bertambah sebesar 1 rupiah/bulan akan menyebabkan konsumsi non pangan bertambah sebesar 0.074388 rupiah/bulan. Pada nilai elastisitas, konsumsi non pangan tidak responsif (inelastis) terhadap tabungan. Nilai elastisitas tabungan sebesar 0.087598539, artinya peningkatan tabungan sebesar 1 persen akan menyebabkan peningkatan konsumsi non pangan sebesar 0.087598539 persen. Jumlah tanggungan keluarga berhubungan negatif dan tidak berpengaruh nyata pada taraf uji 15 persen terhadap konsumsi pangan. Dugaan parameter menunjukkan nilai sebesar -19319, artinya jika jumlah tanggungan keluarga bertambah sebesar 1 orang akan menyebabkan konsumsi pangan berkurang sebesar 19319 rupiah/bulan. Pada nilai elastisitas, konsumsi non pangan tidak responsif (inelastis) terhadap jumlah tanggungan keluarga. Nilai elastisitas jumlah tanggungan keluarga sebesar
-0.263433425, artinya peningkatan jumlah
tanggungan keluarga sebesar 1 persen akan menyebabkan penurunan konsumsi non pangan sebesar 0.263433425 persen.
7.2.6. Investasi Pendidikan Persamaan investasi pendidikan terdiri dari lima peubah penje las, yaitu pendapatan yang siap dibelanjakan (PDS), pengeluaran selain pendidikan (PSP), tabungan (TAB), jumlah anak sekolah (JAS), dan umur pekerja (UMP). Koefisien determinasi (R 2) menunjukkan nilai sebesar 0.9970, artinya keragaman investasi pendidikan sebesar 99.70 persen dapat diterangkan oleh keragaman peubah penjelas. Hasil dugaan parameter dan nilai elastisitas pada persamaan investasi pendidikan dapat dilihat pada Tabel 27. Tabel 27. Hasil Dugaan Parameter dan Nilai Elastisitas Persamaan Investasi Pendidikan No.
Peubah Penjelas
Dugaan Nilai Parameter Elastisitas 1. Intersep -7147.362395 (-3.326) 2. Pendapatan yang Siap Dibelanjakan 0.010856 0.831483495 (2.021) 3. Pengeluaran Total Selain Pendidikan -0.010956 -0.627323471 (-1.861) 4. Tabungan -0.034477 0.0632088499 (-3.256) 5. Jumlah Anak Sekolah 28520 1.009111013 (81.338) a 6. Umur Pekerja 244.431435 0.545943718 (1.749) F-hitung 3649.727 2 R 0.9970 Adj R2 0.9968 Keterangan: Angka dalam kurung (...) menunjukkan nilai statistik uji -t a : berbeda nyata pada taraf uji α = 15 persen Berdasarkan hasil dugaan parameter persamaan investasi pendidikan menunjukkan bahwa beberapa peubah penjelas tidak sesuai dengan harapan, yaitu jumlah anak sekolah. Pada nilai elastisitas, investasi pendidikan t idak responsif (inelastis) terhadap perubahan beberapa peubah penjelas, yaitu pendapatan yang
siap dibelanjakan, pengeluaran total selain pendidikan, tabungan, dan umur pekerja. Pendapatan yang siap dibelanjakan berhubungan positif dan tidak berpengaruh nyata pada taraf uji 15 persen terhadap investasi pendidikan. Dugaan parameter menunjukkan nilai sebesar 0.010856, artinya jika pendapatan yang siap dibelanjakan bertambah sebesar 1 rupiah/bulan akan menyebabkan investasi pendidikan bertambah sebesar 0.01085 6 rupiah/bulan. Pada nilai elastisitas, investasi pendidikan tidak responsif (inelastis) terhadap pendapatan yang siap dibelanjakan. Nilai elastisitas pendapatan yang siap dibelanjakan sebesar 0.831483495, artinya peningkatan pendapatan yang siap dibelanja kan sebesar 1 persen akan menyebabkan peningkatan investasi pendidikan sebesar 0.831483495 persen. Pengeluaran total selain pendidikan berhubungan negatif dan tidak berpengaruh nyata pada taraf uji 15 persen terhadap investasi pendidikan. Dugaan parameter menunjukkan nilai sebesar -0.010956, artinya jika pengeluaran total selain pendidikan bertambah sebesar 1 rupiah/bulan akan menyebabkan investasi pendidikan berkurang sebesar 0.010956 rupiah/bulan. Pada nilai elastisitas, investasi pendidikan tidak responsif (inelastis) terhadap pengeluaran total selain pendidikan. Nilai elastisitas pengeluaran total selain pendidikan sebesar -0.627323471, artinya peningkatan pengeluaran total selain pendidikan sebesar 1
persen
akan
menyebabkan
pe nurunan
investasi
pendidikan
sebesar
0.627323471 persen. Tabungan berhubungan negatif dan tidak berpengaruh nyata pada taraf uji 15 persen terhadap investasi pendidikan. Dugaan parameter menunjukkan nilai
sebesar -0.034477, artinya jika tabungan bertambah sebesar 1 rupiah/bulan akan menyebabkan investasi pendidikan berkurang sebesar 0.034477 rupiah/bulan. Pada nilai elastisitas, investasi pendidikan tidak responsif (inelastis) terhadap tabungan. Nilai elastisitas tabungan sebesar 0.0632088499, artinya peni ngkatan tabungan sebesar 1 persen akan menyebabkan peningkatan investasi pendidikan sebesar 0.0632088499 persen. Jumlah anak sekolah berhubungan positif dan berpengaruh nyata pada taraf uji 15 persen terhadap investasi pendidikan. Dugaan parameter menunjuk kan nilai sebesar 28520, artinya jika jumlah anak sekolah bertambah sebesar 1 orang akan menyebabkan investasi pendidikan bertambah sebesar 28520 rupiah/bulan. Pada nilai elastisitas, investasi pendidikan responsif (elastis) terhadap jumlah anak sekolah. Nilai elastisitas jumlah anak sekolah sebesar 1.009111013, artinya peningkatan jumlah anak sekolah sebesar 1 persen akan menyebabkan peningkatan investasi pendidikan sebesar 1.009111013 persen. Umur pekerja berhubungan positif dan tidak berpengaruh nyata pa da taraf uji 15 persen terhadap investasi pendidikan. Dugaan parameter menunjukkan nilai sebesar 244.431435, artinya jika umur pekerja bertambah sebesar 1 tahun akan menyebabkan investasi pendidikan bertambah sebesar 244.431435 rupiah/bulan. Pada nilai elastisitas, investasi pendidikan tidak responsif (inelastis) terhadap umur pekerja. Nilai elastisitas umur pekerja sebesar 0.545943718, artinya peningkatan umur pekerja sebesar 1 persen akan menyebabkan peningkatan investasi pendidikan sebesar 0.545943718 pe rsen.
7.2.7. Investasi Kesehatan Persamaan investasi kesehatan terdiri dari tiga peubah penjelas, yaitu pendapatan yang siap dibelanjakan (PDS), investasi pendidikan (IVP), dan jumlah tanggungan keluarga (JTK). Koefisien determinasi (R 2) menunjukkan nilai sebesar 0.9956, artinya keragaman investasi kesehatan sebesar 99.56 persen dapat diterangkan oleh keragaman peubah penjelas. Hasil dugaan parameter dan nilai elastisitas pada persamaan investasi kesehatan dapat dilihat pada Tabel 28. Tabel 28. Hasil Dugaan Parameter dan Nilai Elastisitas Persamaan Investasi Kesehatan No.
Peubah Penjelas
Dugaan Nilai Parameter Elastisitas 1. Intersep -36825 (-12.102) 2. Pendapatan yang Siap Dibelanjakan 0.043765 0.880083912 (12.218) a 3. Investasi Pendidikan 0.103980 0.027300033 (5.682)a 4. Jumlah Tanggungan Keluarga 16395 0.913830075 (62.919) a F-hitung 4200.877 R2 0.9956 Adj R2 0.9953 Keterangan: Angka dalam kurung (...) menunjukkan nilai statistik uji -t a : berbeda nyata pada taraf uji α = 15 persen Berdasarkan hasil dugaan parameter persamaan investasi kesehatan menunjukkan bahwa beberapa peubah penjelas sesuai dengan harapan, yaitu investasi pendidikan. Pada nilai elastisitas, investasi kesehatan tidak re sponsif (inelastis) terhadap perubahan semua peubah penjelas. Pendapatan yang siap dibelanjakan berhubungan positif dan berpengaruh nyata pada taraf uji 15 persen terhadap investasi kesehatan. Dugaan parameter menunjukkan nilai sebesar 0.043765, artinya ji ka pendapatan yang siap dibelanjakan bertambah sebesar 1 rupiah/bulan akan menyebabkan investasi
kesehatan bertambah sebesar 0.043765 rupiah/bulan. Pada nilai elastisitas, investasi kesehatan tidak responsif (inelastis) terhadap pendapatan yang siap dibelanjakan. Nilai elastisitas pendapatan yang siap dibelanjakan sebesar 0.880083912, artinya peningkatan pendapatan yang siap dibelanjakan sebesar 1
persen
akan
menyebabkan
peningkatan
investasi
kesehatan
sebesar
0.880083912 persen. Investasi pendidikan berhubungan positif dan berpengaruh nyata pada taraf uji 15 persen terhadap investasi kesehatan. Dugaan parameter menunjukkan nilai sebesar 0.103980, artinya jika investasi pendidikan bertambah sebesar 1 rupiah/bulan akan menyebabkan investasi ke sehatan bertambah sebesar 0.103980 rupiah/bulan. Pada nilai elastisitas, investasi kesehatan tidak responsif (inelastis) terhadap investasi pendidikan. Nilai elastisitas investasi pendidikan sebesar 0.027300033, artinya peningkatan investasi pendidikan seb esar 1 persen akan menyebabkan peningkatan investasi kesehatan sebesar 0.027300033 persen. Jumlah tanggungan keluarga berhubungan positif dan berpengaruh nyata pada taraf uji 15 persen terhadap investasi kesehatan. Dugaan parameter menunjukkan nilai sebesa r 16395, artinya jika jumlah tanggungan keluarga bertambah sebesar 1 orang akan menyebabkan investasi kesehatan bertambah sebesar 16395 rupiah/bulan. Pada nilai elastisitas, investasi kesehatan tidak responsif (inelastis) terhadap jumlah tanggungan keluarg a. Nilai elastisitas jumlah tanggungan
keluarga
sebesar
0.913830075,
artinya
peningkatan jumlah
tanggungan keluarga sebesar 1 persen akan menyebabkan peningkatan investasi kesehatan sebesar 0.913830075 persen.
7.2.8. Tabungan Persamaan tabungan terdiri dari tiga peubah penjelas, yaitu pendapatan yang siap dibelanjakan (PDS), pengeluaran total (PTP), dan tingkat pendidikan pekerja (TPP). Koefisien determinasi (R 2) menunjukkan nilai sebesar 0.9925, artinya keragaman tabungan sebe sar 99.25 persen dapat diterangkan oleh keragaman peubah penjelas. Hasil dugaan parameter dan nilai elastisitas pada persamaan tabungan dapat dilihat pada Tabel 29. Tabel 29. Hasil Dugaan Parameter dan Nilai Elastisitas Persamaan Tabungan No.
Peubah Penjelas
Dugaan Nilai Parameter Elastisitas 1. Intersep -105353 (-29.285) 2. Pendapatan yang Siap Dibelanjakan 0.074754 0.31229844 (11.729) a 3. Pengeluaran Total -0.014225 -0.045202526 (-2.623)a 4. Tingkat Pendidikan Pekerja 15387 0.482556672 (71490)a F-hitung 2473.904 2 R 0.9925 Adj R2 0.9921 Keterangan : Angka dalam kurung (...) menunjukkan nilai statistik uji -t a : berbeda nyata pada taraf uji α = 15 persen Berdasarkan hasil dugaan parameter persamaan tabungan menujukkan bahwa beberapa peubah penjelas tidak sesuai dengan harapan, yaitu pendapatan yang siap dibelanjakan. Pada nilai elastisitas, tabungan tidak responsif (inelastis) terhadap perubahan semua peubah penjelas. Pendapatan yang siap dibelanjakan berhubungan positif dan berpengaruh nyata pada taraf uji 15 persen terhadap tabungan. Dugaan parameter menunjukkan nilai sebesar 0.074754, artinya jika pendapatan yang siap dibelanjakan bertambah sebesar 1 rupiah/bulan akan menyebabkan tabungan
bertambah sebesar
0.74754 rupiah/bulan. Pada nilai elastisitas, tabungan tidak responsif (inelastis) terhadap pendapatan yang siap dibelanjakan. Nilai elastisitas pendapatan yang siap dibelanjakan sebesar 0.31229844, artinya peningkatan pendapatan ya ng siap dibelanjakan sebesar 1 persen akan menyebabkan peningkatan tabungan sebesar 0.31229844 persen. Pengeluaran total berhubungan negatif dan berpengaruh nyata pada taraf uji 15 persen terhadap tabungan. Dugaan parameter menunjukkan nilai sebesar -0.014225, artinya jika pengeluaran total bertambah sebesar 1 rupiah/bulan akan menyebabkan tabungan berkurang sebesar 0.014225 rupiah/bulan. Pada nilai elastisitas, tabungan tidak responsif (inelastis) terhadap pengeluaran total. Nilai elastisitas
pengeluaran
total
sebesar
-0.045202526,
artinya
peningkatan
pengeluaran total sebesar 1 persen akan menyebabkan penurunan tabungan sebesar 0.045202526 persen. Tingkat pendidikan berhubungan positif dan berpengaruh nyata pada taraf uji 15 persen terhadap tabungan. D ugaan parameter menunjukkan nilai sebesar 15387, artinya jika tingkat pendidikan bertambah sebesar 1 tahun akan menyebabkan tabungan bertambah sebesar 15387 rupiah/bulan. Pada nilai elastisitas, tabungan tidak responsif (inelastis) terhadap tingkat pendidi kan. Nilai elastisitas tingkat pendidikan sebesar 0.482556672, artinya peningkatan tingkat pendidikan sebesar 1 persen akan menyebabkan peningkatan tabungan sebesar 0.482556672 persen.
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN
8.1.
Kesimpulan
1.
Pada rumahtangga pekerja industri kecil sepatu di Kecamatan Tamansari, kelompok umur pekerja antara 20 -24 tahun memiliki persentase tertinggi dibandingkan dengan kelompok umur pekerja antara 25 -29 tahun dan kelompok umur pekerja antara 30 -34 tahun. Jumlah tanggungan keluarga pekerja antara 1-3 orang lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah tanggungan keluarga pekerja antara 4 -6 orang. Jumlah tanggungan anak antara 0-1 orang lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah tanggungan anak antara 2-3 orang. Jumlah tanggungan dewasa antara 2-3 orang lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah tanggungan dewasa antara 0 -1 orang. Jumlah anak sekolah antara 0 -1 orang lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah anak sekolah antara 2 -3 orang. Tingkat pendidikan pekerja masih rendah karena jumlah pekerja tamat SD lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah pekerja tamat SLTP. Pengalaman kerja di dalam industri kecil sepatu masih rendah karena jumlah pekerja yang memiliki pengalaman kerja antara 1-8 tahun lebih tinggi dibandingkan dengan ju mlah pekerja yang memiliki pengalaman kerja antara 9 -16 tahun.
2.
Pekerja lebih banyak mengalokasikan waktu kerja di dalam industri kecil sepatu. Pendapatan total (pendapatan di dalam industri dan luar industri) meningkat dengan bertambahnya curahan kerja total (curahan kerja di dalam industri dan luar industri). Pengeluaran untuk konsumsi pangan, konsumsi non pangan, investasi pendidikan, dan investasi kesehatan
meningkat dengan bertambahnya pendapatan yang siap dibelanjakan dan jumlah tanggungan keluarga. 3.
Curahan kerja di luar industri dipengaruhi oleh upah di luar industri dan pengalaman kerja di luar industri. Pendapatan dari dalam industri dipengaruhi oleh harga jual per unit dan pengalaman kerja di dalam industri. Pendapatan dari luar industri dipen garuhi oleh curahan kerja di luar industri. Konsumsi pangan dipengaruhi oleh pendapatan yang siap dibelanjakan dan jumlah tanggungan dewasa. Investasi pendidikan dipengaruhi oleh jumlah anak sekolah. Investasi kesehatan dipengaruhi oleh pendapatan yang sia p dibelanjakan, investasi pendidikan, dan jumlah tanggungan keluarga. Tabungan dipengaruhi oleh pendapatan yang siap dibelanjakan, pengeluaran total, dan tingkat pendidikan pekerja.
4.
Keputusan untuk konsumsi pangan dan konsumsi non pangan terkait dengan keputusan untuk tabungan. Keputusan untuk investasi pendidikan terkait dengan keputusan untuk pengeluaran total selain pendidikan, pendapatan yang siap dibelanjakan, dan tabungan. Keputusan untuk investasi kesehatan terkait dengan keputusan untuk investasi pendidikan dan pendapatan yang siap dibelanjakan. Keputusan untuk tabungan terkait dengan keputusan untuk pengeluaran total dan pendapatan yang siap dibelanjakan.
8.2.
Saran
8.2.1. Saran Kebijakan 1.
Karena pengalaman kerja dan tingkat pendidikan peke rja industri kecil sepatu yang masih rendah maka perlu dilakukan peningkatan keterampilan kerja melalui program pelatihan sehingga dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi kerja serta diharapkan dapat meningkatkan pendapatan pekerja dari dalam industri kecil sepatu.
2.
Untuk meningkatkan penyerapan tenaga kerja dan mengurangi tingkat pengangguran di Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor perlu bantuan bagi industri kecil sepatu dalam bentuk teknologi, akses pasar yang lebih luas dan kompetitif serta invest asi modal dari investor swasta maupun pemerintah daerah.
8.2.1. Saran Penelitian Lanjutan 1.
Perlu dilakukan studi kelayakan industri melalui analisis finansial pada industri kecil sepatu di Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor.
2.
Peningkatan pendapatan pekerja industri kecil sepatu dipengaruhi oleh harga jual per unit maka disarankan untuk membahas masalah efisiensi produksi dan pemasaran.
3.
Analisis yang dilakukan diperluas ruang lingkupnya untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang karakteristik rumahtangga pekerja industri kecil dalam lingkup kabupaten, provinsi maupun nasional.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, D. 1994. Analisis Alokasi Waktu Tenaga Kerja dan Peluang Kerja Rumahtangga Pedesaan (Studi Kasus Desa Rawagempol Kulon, Kecamatan Cilamaya, Kabupaten Karawang). Skripsi Sarjana. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Anggriani, S. 1998. Kegiatan Ekonomi Rumahtangga Pengusaha dan Pekerja Industri Kecil Kulit di Perkampungan Industri Kecil Kulit Pulo Gadung, Jakarta. Skripsi Sarjana. Jurusan Ilmu -ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Bagi, F. S. dan I. J. Singh. 1974. A Microeconomic Model of Farm Decisions In An LDC: A Simultaneous Equation Approach. Economics and Sociology Oscasional Paper. No. 207. Department of Agricultural Economic and Rural Sociology. The Ohio State University, Ohio. Badan Pusat Statistik. 1999. Statistik Industri Kecil dan Kerajinan Rumahtang ga. Badan Pusat Statistik, Jakarta. Becker, G. S. 1976. The Economic Approach to Human Behaviour . The University of Chicago, Chicago. Bellante, D. dan M. Jackson. 1990. Pengant ar Ekonomi Ketenagakerjaan. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Direktorat Jenderal Industri Kecil. 1999. Laporan Kegiatan Jenderal Industri Kecil Tahun 1999. Departemen Perindustrian, Jakarta. Doll, P. and F. Orazem. 1984. Production Economics Theory with Application . Second Edition. John Wiley and Sons Inc., New York. Gronau, R. 1977. Leisure, Home Production and Work : The Theory of The Allocation of Time Revisited . Journal of Political Economy, 85 (6): 48 -57. Gujarati, D. 1997. Ekonometrika Dasar. Terjemahan. Erlangga, Jakarta.
Indrawati, F. 1997. Analisis Faktor -faktor yang Mempengaruhi Alokasi Waktu Pembatik dan Pendapatan Pada Industri Rumahtangga Batik. Skripsi Sarjana. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fak ultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Irani, S. 1998. Curahan Kerja, Penyerapan Tenaga Kerja, Pendapatan dan Pengeluaran Rumahtangga Pengusaha Industri Kecil Tempe dan Tahu di Dua Desa Kotamadya Bandar Lampung. Skripsi Sarjana. Jurusan Ilmu ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian, Bogor, Bogor. Koutsoyiannis, A. 1977. Theory of Econometrics: An Introductory Exposition of Econometric Method. Second Edition. Harper Row Publisher Inc., New York. Krisnamurthi, B. Y. 1991. Pola Kegiatan Pertanian, Curahan Tenaga Kerja, dan Pendapatan Petani Pada Wilayah Proyek Perhutanan Sosial di Jawa Tengah. Tesis Magister Sains. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Madirini, D. A. 1998. Aktivit as Ekonomi Rumahtangga Pengusaha dan Pekerja Industri Kecil Pakaian Jadi di Perkampungan Industri Kecil Pulo Gadung, Jakarta Timur. Skripsi Sarjana. Jurusan Ilmu -ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Mangkuprawira, S. 1985. Alokasi Waktu dan Kontribusi Kerja Anggota Keluarga dalam Kegiatan Ekonomi Rumahtangga: Studi Kasus di Dua Tipe Desa di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Disertasi Doktor. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Purba, E. S. 1997. Analisis Alokasi dan Keterkaitan Curahan Kerja, Pendapatan dan Pengeluaran Rumahtangga Karyawan Perkebunan. Rencana Kerja Penelitian. Skripsi Sarjana. Jurusan Ilmu -ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Selometa, F. D. 2000. Analisis Ekonomi Rumahtangga Nelayan Juragan dan Nelayan Pandega di Kelurahan Tegalsari dan Muareja, Kecamatan Tegal Barat, Kotamadya Tegal. Skripsi Sarjana. Jurusan Ilmu -ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertan ian Bogor, Bogor. Simanjuntak, P. J. 1998. Pengantar Ekonomi Sumberdaya Manusia. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
Singh, I., L. Squire dan J. Strauss. 1986. Agricultural Household Models : Extention, Aplication and Policy . The Johns Hopkins University Press, Baltimore. Yaniprasetyanti, D. 2002. Analisis Kelembagaan dan Keragaan Ekonomi Industri Kecil di Kabupaten Bogor. Tesis Magister Sains. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Yurfelly. 1997. Strategi Pembinaan dan Pengembangan Industri Kecil. Studi Pustaka. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Rumahtangga Pekerja Industri Kecil Sepatu Nomor 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. Rataan
UMP 20 21 21 22 22 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 25 25 25 25 25 25 25 25 26 26 26 26 26 27 27 27 27 27 27 28 28 28 28 29 29 29 30 30 30 31 32 25.25
TPP 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 9 6 6 6 6 6 6 6 6 9 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 9 6 6 6 6 9 6 6 6 6 6 6 6 6 9 6 6 6 9 6 9 9 6 9 6 9 6 6.50
JTA 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 2 1 0 1 0 0 0 2 1 0 0 0 0 0 2 0 0 0 1 2 1 0 1 0 2 0 2 2 1 1 2 0 2 2 0 2 3 1 2 2 3 0.72
JTD 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 2 2 1 1 1 1 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2 1 2 3 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1.68
JTK 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 3 3 2 1 1 1 1 2 2 4 3 1 3 1 2 2 4 3 1 1 2 1 2 5 1 2 1 3 4 3 2 3 2 4 2 4 4 3 3 4 2 4 4 2 4 5 3 4 4 5 2.40
JAS 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 2 1 1 1 1 0 1 2 0 2 2 1 1 2 2 0.40
PKD 5 5 6 7 6 8 10 8 8 7 6 7 5 8 7 7 8 7 9 3 9 9 8 8 8 9 9 7 8 9 9 10 11 4 9 7 8 12 7 12 7 10 10 13 10 11 9 7 10 10 8 7 13 12 8 15 10 13 11 14 8.63
PKL 3 4 2 3 4 2 1 3 0 0 4 5 6 3 4 0 4 5 1 6 3 0 4 4 4 3 3 4 4 0 4 2 2 5 4 4 5 2 4 2 6 4 5 2 4 3 5 5 3 3 5 6 3 5 6 2 5 5 4 6 3.50
Lampiran 1. Lanjutan Nomor 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. Rataan
UPL 180000 200000 160000 180000 200000 160000 140000 180000 180000 140000 200000 220000 240000 180000 200000 200000 200000 220000 140000 240000 180000 180000 200000 200000 200000 180000 180000 200000 200000 200000 200000 160000 160000 220000 200000 200000 220000 160000 200000 160000 240000 200000 220000 160000 200000 180000 220000 220000 180000 180000 220000 240000 180000 220000 240000 160000 220000 220000 200000 240000 195000
CKD 240 240 240 240 240 240 240 240 240 240 240 240 240 240 240 240 240 240 240 240 240 240 240 240 240 240 240 240 240 240 240 240 240 240 240 240 240 240 240 240 240 240 240 240 240 240 240 240 240 240 240 240 240 240 240 240 240 240 240 240 240
CKL 60 67 53 60 67 53 47 60 0 0 67 73 80 60 67 0 67 73 47 80 60 0 67 67 67 60 60 67 67 0 67 53 53 73 67 67 73 53 67 53 80 67 73 53 67 60 73 73 60 60 73 80 60 73 80 53 73 73 67 80 60
CKT 300 307 293 300 307 293 287 300 240 240 307 313 320 300 307 240 307 313 287 320 300 240 307 307 307 300 300 307 307 240 307 293 293 313 307 307 313 293 307 293 320 307 313 293 307 300 313 313 300 300 313 320 300 313 320 293 313 313 307 320 300
PDI 598500 598500 604200 663400 604200 725300 739200 669600 669600 609900 604200 609900 598500 669600 609900 609900 669600 609900 732500 587100 732500 732500 725300 669600 669600 732500 732500 609900 669600 732500 732500 739200 805900 592800 732500 609900 669600 813100 663400 813100 663400 739200 798600 825400 798600 805900 732500 663400 798600 798600 669600 663400 825400 813100 669600 834900 739200 825400 805900 827700 704340
PLI 180000 200000 160000 180000 200000 160000 140000 180000 0 0 200000 220000 240000 180000 200000 0 200000 220000 140000 240000 180000 0 200000 200000 200000 180000 180000 200000 200000 0 200000 160000 160000 220000 200000 200000 220000 160000 200000 160000 240000 200000 220000 160000 200000 180000 220000 220000 180000 180000 220000 240000 180000 220000 240000 160000 220000 220000 200000 240000 180000
PTR 778500 798500 764200 843400 804200 885300 879200 849600 669600 609900 804200 829900 838500 849600 809900 609900 869600 829900 872500 827100 912500 732500 925300 869600 869600 912500 912500 809900 869600 732500 932500 899200 965900 812800 932500 809900 889600 973100 863400 973100 903400 939200 1018600 985400 998600 985900 952500 883400 978600 978600 889600 903400 1005400 1033100 909600 994900 959200 1045400 1005900 1067700 884340
PJK 0 0 0 0 0 0 26000 0 0 0 24000 25000 25000 0 0 0 0 25000 26000 25000 27000 0 28000 0 26000 27000 27000 24000 0 0 28000 0 29000 24000 0 24000 0 29000 26000 29000 27000 28000 31000 30000 30000 30000 29000 27000 29000 29000 27000 27000 30000 31000 27000 30000 29000 31000 30000 32000 18466.67
Lampiran 1. Lanjutan Nomor 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. Rataan
PDS 778500 798500 764200 843400 804200 885300 853200 849600 669600 609900 780200 804900 813500 849600 809900 609900 869600 804900 846500 802100 885500 732500 897300 869600 843600 885500 885500 785900 869600 732500 904500 899200 936900 788800 932500 785900 889600 944100 837400 944100 876400 911200 987600 955400 968600 955900 923500 856400 949600 949600 862600 876400 975400 1002100 882600 964900 930200 1014400 975900 1035700 865873.33
KPP 350300 359300 335800 379500 361900 398400 426600 382300 382300 337500 390100 402400 406800 382300 364500 364500 391300 402400 423300 401100 442800 410700 448700 391300 421800 442800 442800 393000 391300 419600 452300 404600 468500 468500 419600 393000 400300 472100 418700 472100 438200 455600 493800 477700 484300 478000 461800 478200 474800 474800 431300 438200 487700 501100 441300 482500 465100 507200 488000 517900 428243.33
KNP 155700 159700 152800 168700 160800 177100 170600 169900 169900 150000 156000 161000 162700 169900 162000 162000 173900 161000 169300 160400 177100 152500 179500 173900 168700 177100 177100 157200 173900 186500 180900 179800 187400 157800 186500 157200 177900 188800 167500 188800 175300 182200 197500 191100 193700 191200 184700 191300 189900 189900 172500 175300 195100 200400 176500 193000 186000 202900 195200 207100 176005
KTP 506000 519000 488600 548200 522700 575500 597200 552200 552200 487500 546100 563400 569500 552200 526500 526500 565200 563400 592600 561500 619900 563200 628200 565200 590500 619900 619900 550200 565200 606100 633200 584400 655900 626300 606100 550200 578200 660900 586200 660900 613500 637800 691300 668800 678000 669200 646500 669500 664700 664700 603800 613500 682800 701500 617800 675500 651100 710100 683200 725000 604248.33
IVP 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 27000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 23700 0 0 0 0 25100 28300 0 0 0 28700 0 57400 27700 28700 28500 28500 0 26300 58500 0 53000 57900 27900 30400 58600 62100 11305
IVK 15600 16000 15300 16900 16100 17700 34100 17000 17000 15000 46800 48300 32500 17000 16200 16200 17400 32200 33900 64200 53100 18300 53800 17400 33700 35400 70800 47200 17400 18700 36200 18000 37500 78900 18700 31400 17800 56600 67000 56600 35000 54700 39500 76400 38700 76500 73900 57400 57000 76000 34500 70100 78000 40100 70600 96500 55800 81200 78100 103600 43058.33
IVS 15600 16000 15300 16900 16100 17700 34100 17000 17000 15000 46800 48300 32500 17000 16200 16200 17400 32200 33900 64200 53100 18300 80800 17400 33700 35400 70800 47200 17400 18700 36200 18000 37500 102600 18700 31400 17800 56600 92100 84900 35000 54700 39500 105100 38700 133900 101600 86100 85500 104500 34500 96400 136500 40100 123600 154400 83700 111600 136700 165700 54363.33
KNI 171300 175700 168100 185600 176900 194800 204700 186900 186900 165000 202800 209300 195200 186900 178200 178200 191300 193200 203200 224600 230200 170800 260300 191300 202400 212500 247900 204400 191300 205200 217100 197800 224900 260400 205200 188600 195700 245400 259600 273700 210300 236900 237000 296200 232400 325100 286300 277400 275400 294400 207000 271700 331600 240500 300100 347400 269700 314500 331900 372800 230368.33
Lampiran 1. Lanjutan Nomor 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. Rataan
KPI 365900 375300 351100 396400 378000 416100 460700 399300 399300 352500 436900 450700 439300 399300 380700 380700 408700 434600 457200 465300 495900 429000 529500 408700 455500 478200 513600 440200 408700 438300 488500 422600 506000 571100 438300 424400 418100 528700 510800 557000 473200 510300 533300 582800 523000 611900 563400 564300 560300 579300 465800 534600 624200 541200 564900 636900 548800 618800 624700 683600 482606.67
PSP 521600 535000 503900 565100 538800 593200 631300 569200 569200 502500 592900 611700 602000 569200 542700 542700 582600 595600 626500 625700 673000 581500 682000 582600 624200 655300 690700 597400 582600 624800 669400 602400 693400 705200 624800 581600 596000 717500 653200 717500 648500 692500 730800 745200 716700 745700 720400 726900 721700 740700 638300 683600 760800 741600 688400 772000 706900 791300 761300 828600 647306.67
PTK 506000 519000 488600 548200 522700 575500 597200 552200 552200 487500 546100 563400 569500 552200 526500 526500 565200 563400 592600 561500 619900 563200 655200 565200 590500 619900 619900 550200 565200 606100 633200 584400 655900 650000 606100 550200 578200 660900 611300 689200 613500 637800 691300 697500 678000 726600 674200 698200 693200 693200 603800 639800 741300 701500 670800 733400 679000 740500 741800 787100 615553.33
PTP 521600 535000 503900 565100 538800 593200 631300 569200 569200 502500 592900 611700 602000 569200 542700 542700 582600 595600 626500 625700 673000 581500 709000 582600 624200 655300 690700 597400 582600 624800 669400 602400 693400 728900 624800 581600 596000 717500 678300 745800 648500 692500 730800 773900 716700 803100 748100 755600 750200 769200 638300 709900 819300 741600 741400 829900 734800 821700 819900 890700 658611.67
TAB 256900 263500 260300 278300 265400 292100 221900 280400 100400 107400 187300 193200 211500 280400 267200 67200 287000 209300 220000 176400 212500 151000 188300 287000 219400 230200 194800 188500 287000 107700 235100 296800 243500 59900 307700 204300 293600 226600 159100 198300 227900 218700 256800 181500 251900 152800 175400 100800 199400 180400 224300 166500 156100 260500 141200 135000 195400 192700 156000 145000 207261.67
HJP 300000 300000 300000 310000 300000 320000 320000 310000 310000 300000 300000 300000 300000 310000 300000 300000 310000 300000 320000 300000 320000 320000 320000 310000 310000 320000 320000 300000 310000 320000 320000 320000 330000 300000 320000 300000 310000 330000 310000 330000 310000 320000 330000 330000 330000 330000 320000 310000 330000 330000 310000 310000 330000 330000 310000 330000 320000 330000 330000 330000 315000
JPR 25 25 25 24 25 24 24 25 80 25 24 24 80 24 25 20 25 24 24 24 25 25 25 24 24 25 24 25 24 80 24 24 25 25 24 80 25 80 24 25 80 24 80 24 25 25 24 24 25 80 24 80 25 24 25 25 25 24 80 80 34.60
Lampiran 1. Lanjutan Keterangan Notasi Variabel Model Ekonomi Rumahtangga Pekerja Industri Kecil Sepatu 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31.
UMP TPP JTA JTD JTK JAS PKD PKL UPL CKD CKL CKT PDI PLI PTR PJK PDS KPP KNP KTP IVP IVK IVS KNI KPI PSP PTK PTP TAB JPR HJP
= umur pekerja (tahun) = tingkat pendidikan pekerja (tahun) = jumlah tanggungan anak (orang) = jumlah tanggungan dewasa (orang) = jumlah tanggungan keluarga (orang) = jumlah anak sekolah (orang) = pengalaman kerja di dalam industr i (tahun) = pengalaman kerja di luar industri (tahun) = upah di luar industri (rupiah/bulan) = curahan kerja di dalam industri (jam/bulan) = curahan kerja di luar industri (jam/bulan) = curahan kerja total (jam/bul an) = pendapatan dari dalam industri (rupiah/bulan) = pendapatan dari luar industri (rupiah/bulan) = pendapatan total (rupiah/bulan) = pajak, iuran, dan pungutan lainnya (rupiah/bulan) = pendapatan yang siap dibelanja kan (rupiah/bulan) = konsumsi pangan (rupiah/bulan) = konsumsi non pangan (rupiah/bulan) = konsumsi total (rupiah/bulan) = investasi pendidikan (rupiah/bulan) = investasi kesehatan (rupiah/bulan) = investasi sumberdaya manusia (rupiah/bulan) = pengeluaran total selain pangan (rupiah/bulan) = pengeluaran total selain non pangan (rupiah/bulan) = pengeluaran total selain pendidikan (rupiah/bulan) = pengeluaran total selain kesehatan (rupiah/bulan) = pengeluaran total (rupiah/bulan) = tabungan (rupiah/bulan) = jumlah produksi (kodi/bulan) = harga jual per unit (rupiah/kodi)
Lampiran 2. Program Komputer Pe ndugaan Model Ekonomi Rumahtangga Pekerja Industri Kecil Sepatu OPTIONS NODATE NONUMBER; DATA DAT1; INFILE ‘A:PEKERJA1.PRN’; INPUT UMP TPP JTA JTD JTK JAS PKD PKL; LABEL UMP = ‘Umur Pekerja’ TPP = ‘Tingkat Pendidikan Pekerja’ JTA = ‘Jumlah Tanggungan Anak’ JTD = ‘Jumlah Tanggungan Dewasa’ JTK = ‘Jumlah Tanggungan Keluarga’ JAS = ‘Jumlah Anak Sekolah’ PKD = ‘Pengalaman Kerja Di Dalam Industri’ PKL = ‘Pengalaman Kerja Di Luar Industri’; RUN; DATA DAT2; INFILE ‘A:PEKERJA2.PRN’; INPUT UPL CKD CKL CKT PDI PLI PTR PJK; LABEL UPL = ‘Upah di Luar Industri’ CKD = ‘Curahan Kerja Di Dalam Industri’ CKL = ‘Curahan Kerja Di Luar Industri’ CKT = ‘Curahan Kerja Total’ PDI = ‘Pendapatan Dari Dalam Industri’ PLI = ‘Pendapatan Dari Luar Indu stri’ PTR = ‘Pendapatan Total’ PJK = ‘Pajak, Iuran, Dan Pungutan Lainnya’; RUN; DATA DAT3; INFILE ‘A:PEKERJA3.PRN’; INPUT PDS KPP KNP KTP IVP IVS KNI; LABEL PDS = ‘Pendapatan Yang Siap Dibelanjakan’ KPP = ‘Konsumsi Pangan’ KNP = ‘Konsumsi Non Pangan’ KTP = ‘Konsumsi Total’ IVP = ‘Investasi Pendidikan’ IVK = ‘Investasi Kesehatan’ IVS = ‘Investasi Sumberdaya Manusia’ KNI = ‘Pengeluaran Total Selain Pangan’; RUN; DATA DAT4; INFILE ‘A:PEKERJA4.PRN’; INPUT KPI PSP PTK PTP TAB JPR HJP; LABEL KPI = ‘Pengeluaran Total Selain Non Pangan’ PSP = ‘Pengeluaran Total Selain Pendidikan’ PTK = ‘Pengeluaran Total Selain Kesehatan’ PTP = ‘Pengeluaran Total’ TAB = ‘Tabungan’ JPR = ‘Jumlah Produksi’ HJP = ‘Harga Jual Per Unit’; RUN;
Lampiran 2. Lanjutan DATA DAT5; SET DAT1 DAT2 DAT3 DAT4; DATA DAT5; MERGE DAT1 DAT2 DAT3 DAT4; RUN; proc syslin DATA = DAT5 2sls; endogenous CKL CKT PDI PLI PTR PDS KPP KNP KTP IVP IVK IVS KPI KNI PTK PSP PTP TAB; instruments UMP TPP JTA JTD JAS CKD UPL PKD PKL PJK HJP JPR; CKL : model CKL = UPL PKL TPP JTK; PDI : model PDI = HJP JPR PKD; PLI : model PLI = UPL CKL PKL; KPP : model KPP = PDS KNP TAB JTD; KNP : model KNP = PDS KPP IVP IVK TAB JTK; IVP : model IVP = PDS PSP TAB JAS UMP; IVK : model IVK = PDS IVP JTK; TAB : modelTAB = PDS PTP TPP; CKT : identity CKT = CKD + CKL; PTR : identity PTR = PDI + PLI; PDS : identity PDS = PTR - PJK; KTP : identity KTP = KPP + KNP; JTK : identity JTK = JTA + JTD; KNI : identity KNI = KNP + IVS; KPI : identity KPI = KPP + IVS; PSP : identity PSP = KTP + IVK; PTK : identity PTK = KTP + IVP; PTP : identity PTP = KTP + IVS; RUN;
Lampiran 3. Hasil Pendugaan Model Ekonomi Rumahtangga Pekerja Industri Kecil Sepatu SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation
Model: CKL Dependent variable: CKL CURAHAN KERJA DI LUAR INDUSTRI Analysis of Variance Sum of Mean Source DF Squares Square F Value Prob>F Model 4 22975.61783 5743.90446 373.253 0.0001 Error 55 846.38217 15.38877 C Total 59 23822.00000 Root MSE 3.92285 R -Square 0.9645 Dep Mean 60.00000 Adj R -SQ 0.9619 C.V. 6.53809 Parameter Estimates Parameter Standard T for H0: Variable DF Estimate Error Parameter=0 Prob > |T| INTERCEP 1 101.227607 5.775081 17.528 0.0001 UPL 1 -0.000526 0.000036921 -14.238 0.0001 PKL 1 18.141715 0.600517 30.210 0.0001 TPP 1 -0.447842 0.537926 -0.833 0.4087 JTK 1 0.291305 0.461484 0.631 0.5305 SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation
Model: PDI Dependent variable: PDI PENDAPATAN DARI DALAM INDUSTRI Analysis of Variance Sum of Mean Source DF Squares Square F Value Prob>F Model 3 363420582751 121140194250 16404.291 0.0001 Error 56 413541249.17 7384665.1638 C Total 59 363834124000 Root MSE 2717.47404 R -Square 0.9989 Dep Mean 704340.00000 Adj R -SQ 0.9988 C.V. 0.38582 Parameter Estimates Parameter Standard T for H0: Variable DF Estimate Error Parameter=0 Prob > |T| INTERCEP 1 -1096203 19382 -56.557 0.0001 HJP 1 5.5 12678 0.069469 79.355 0.0001 JPR 1 7.013820 16.499469 0.425 0.6724 PKD 1 7390.781994 322.637581 22.907 0.0001 SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation
Model: PLI Dependent variable: PLI PENDAPATAN DARI LUAR INDUSTRI Analysis of Variance Sum of Mean Source DF Squares Square F Value Prob>F Model 3 208109292542 69369764181 99780.484 0.0001 Error 56 38932530.895 695223.76598 C Total 59 214400000000 Root MSE 833.80080 R -Square 0.9998 Dep Mean 180000.00000 Adj R -SQ 0.9998 C.V. 0.46322 Parameter Estimates Parameter Standard T for H0: Variable DF Estimate Error Parameter=0 Prob > |T| INTERCEP 1 -2202.682057 6862.468327 -0.321 0.7494 UPL 1 0.011716 0.036778 0.319 0.7512 CKL 1 3020.923907 67.376739 44.836 0.0001 PKL 1 -382.128332 1233.015556 -0.310 0.7578
Lampiran 3. Lanjutan SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation
Model: KPP Dependent variable: KPP KONSUMSI PANGAN Analysis of Variance Sum of Mean Source DF Squares Square F Value Prob>F Model 4 120018513798 30004628449 438.494 0.0001 Error 55 3763457959.9 68426508.362 C Total 59 123412427333 Root MSE 8272.03169 R -Square 0.9696 Dep Mean 428243.33333 Adj R -SQ 0.9674 C.V. 1.93162 Parameter Estimates Parameter Standard T fo r H0: Variable DF Estimate Error Parameter=0 Prob > |T| INTERCEP 1 -35235 16682 -2.112 0.0392 PDS 1 0.484274 0.134638 3.597 0.0007 KNP 1 -0.220784 0.732831 -0.301 0.7643 TAB 1 0.159958 0.075973 2.105 0.0398 JTD 1 34699 3268.404817 10.616 0.0001 SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation
Model: KNP Dependent variable: KNP KONSUMSI NON PANGAN Analysis of Variance Sum of Mean Source DF Squares Square F Value Prob>F Model 6 10755225517 1792537586.2 97.039 0.0001 Error 53 979035570.84 1 8472369.261 C Total 59 11882048500 Root MSE 4297.94943 R -Square 0.9166 Dep Mean 176005.00000 Adj R -SQ 0.9071 C.V. 2.44195 Parameter Estimates Parameter Standard T for H0: Variable DF Estimate Error Parameter=0 Prob > |T| INTERCEP 1 55516 40827 1.360 0.1796 PDS 1 0.122134 0.085618 1.427 0.1596 KPP 1 0.019004 0.093016 0.204 0.8389 IVP 1 -0.027522 0.101907 -0.270 0.7882 IVK 1 1.051586 1.056925 0.995 0.3243 TAB 1 0.074388 0.047366 1.570 0.1223 JTK 1 -19319 18638 -1.037 0.3047 SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation
Model: IVP Dependent variable: IVP INVESTASI PENDIDIKAN Analysis of Variance Sum of Mean Source DF Squares Square F Value Prob>F Model 5 21596686790 4319337358.0 3649.727 0.0001 Error 54 63907300.757 1183468.5325 C Total 59 21655628500 Root MSE 1087.87340 R -Square 0.9970 Dep Mean 11305.00000 Adj R -SQ 0.9968 C.V. 9.62294 Parameter Estimates Parameter Standard T for H0: Variable DF Estimate Error Parameter=0 Prob > |T| INTERCEP 1 -7147.362395 2149.133627 -3.326 0.0016 PDS 1 0.010856 0.005371 2.021 0.0482 PSP 1 -0.010956 0.005886 -1.861 0.0681 TAB 1 -0.034477 0.010589 -3.256 0.0020 JAS 1 28520 350.640835 81.338 0.0001 UMP 1 244.431435 139.719913 1.749 0.0859
Lampiran 3. Lanjutan SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation
Model: IVK Dependent variable: IVK INVESTASI KESEHATAN Analysis of Variance Sum of Mean Source DF Squares Square F Value Prob>F Model 3 34977231440 11659077147 4200.877 0.0001 Error 56 155421925.23 2775391.5220 C Total 59 35145605833 Root MSE 1665.95064 R -Square 0.9956 Dep Mean 43058.33333 Adj R -SQ 0.9953 C.V. 3.86906 Parameter Estimates Parameter Standard T for H0: Variable DF Estimate Error Parameter=0 Prob > |T| INTERCEP 1 -36825 3043.007349 -12.102 0.0001 PDS 1 0.043765 0.003496 12.518 0.0001 IVP 1 0.103980 0.018301 5.682 0.0001 JTK 1 1639 5 260.575032 62.919 0.0001 SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation
Model: TAB Dependent variable: TAB TABUNGAN
Analysis of Variance Sum of Mean Source DF Squares Square F Value Prob>F Model 3 18324857903 6108285967.6 2473.904 0.0001 Error 56 138268916.28 2469087.7907 C Total 59 18465086458 Root MSE 1571.33313 R -Square 0.9925 Dep Mean 52520.83333 Adj R -SQ 0.9921 C.V. 2.99183 Parameter Estimates Parameter Standard T for H0: Variable DF Estimate Error Parameter=0 Prob > |T| INTERCEP 1 -105353 3597.482443 -29.285 0.0001 PDS 1 0.074754 0.006373 11.729 0.0001 PTP 1 -0.014225 0.005423 -2.623 0.0112 TPP 1 15387 215.227550 71.490 0.0001