ANALISIS INDEKS KEBERLANJUTAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR
Oleh :
Sigit Pranoto F34104048
2008 DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
1
ANALISIS INDEKS KEBERLANJUTAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR
Oleh :
Sigit Pranoto F34104048
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Teknologi Indusri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
2008 DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
ANALISIS INDEKS KEBERLANJUTAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Teknologi Indusri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh :
SIGIT PRANOTO F34104048
Dilahirkan di Bandung pada tanggal 8 Mei 1986 Tanggal lulus : 15 September 2008 Menyetujui, Bogor, September 2008
Dr. Ir. Hartrisari H., DEA Dosen Pembimbing
3
SIGIT PRANOTO. F34104048. Analisis Indeks Keberlanjutan Industri Kecil dan Menengah di Kabupaten Bogor. Di bawah bimbingan Hartisari Hardjomidjojo. 2008. RINGKASAN Kabupaten Bogor adalah salah satu kabupaten dengan wilayah terluas di Provinsi Jawa Barat (2.301,95 Km2). Kabupaten Bogor memiliki 40 Kecamatan dengan berbagai potensi sumberdaya alam yang ada di dalamnya. Pemanfaatan sumberdaya alam di dalam kegiatan industri kecil dan menengah (IKM) dalam rangka memberikan kontribusi terhadap pendapatan asli daerah Kabupaten Bogor. Pengelolaan industri kecil dan menengah perlu dilakukan untuk menjaga keberlangsungan usaha tersebut. Paradigma pengelolaan pun perlu disesuaikan dengan paradigma pembangunan berkelanjutan yang tidak hanya semata memperhatikan aspek ekonomi saja, melainkan juga memperhatikan keberlanjutan pada aspek ekologi, sosial, teknologi serta kemitraan. Analisis keberlanjutan pengelolaan industri kecil dan menengah dilakukan menggunakan teknik Rapid Appraisal Analysis (RAP). Secara umum, metode analisis RAP akan dimulai dengan mengidentifikasi atribut-atribut dan mendefinisikan sumberdaya yang akan dianalisis melalui studi literatur dan pengamatan di lapangan. Dalam metode RAP, analisis data dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu (1) tahap penentuan atribut dari lima dimensi (ekonomi, ekologi, sosial, teknologi dan kemitraan); (2) tahap penilaian setiap atribut berdasarkan penilaian pakar atas kriteria keberlanjutan untuk setiap dimensi; (3) tahap analisis ordinasi indeks keberlanjutan dilakukan dengan metode multi variabel non parametrik; (4) analisis leverage untuk menentukan aspek anomali dari atribut yang dianalisis (Mersyah, 2004). Hasil analisis RAP menggambarkan kondisi faktual mengenai keberlanjutan pengelolaan industri kecil dan menengah di Kabupaten Bogor. Dimensi dengan nilai indeks keberlanjutan terbaik adalah dimensi sosial dengan skor 78,71. Berdasarkan nilai tersebut, dimensi sosial dapat dikatakan sebagai dimensi yang sustainable dengan status keberlanjutan yang dapat dikategorikan “baik” (75,00-100). Keberadaan industri kecil dan menengah di tengah masyarakat menjadi sarana pemberdayaan masyarakat dengan menyerap tenaga kerja dari masyarakat sekitar, sehingga tercipta pola hubungan yang saling menguntungkan antara industri dan masyarakat sekitarnya. Nilai indeks keberlanjutan di peringkat selanjutnya adalah dimensi kemitraan, ekologi serta ekonomi dengan nilai indeks berturut-turut 73,33; 61,98 dan 58,36. ketiga dimensi ini memiliki status yang sustainable dengan kategori “cukup” (50,00-74,99). Pada dimensi kemitraan, adanya kemitraan antara para pengusaha industri kecil dan menengah dengan para pemasok bahan baku dan investor telah mempermudah berjalannya proses produksi serta proses penyediaan modal. Kerjasama dengan industri lain pun (lintas sektor) telah dilakukan untuk mempermudah berjalannya kegiatan perusahaan. Pada dimensi ekologi, kondisi saat ini menunjukkan bahwa industri kecil dan menengah di Kabupaten Bogor memiliki status yang sustainable. Dari sisi pasokan bahan baku, eksistensi industri kecil dan menengah masih dapat bertahan karena ketersediaan bahan baku di alam masih relatif tinggi.
4
Pada dimensi ekonomi, indeks keberlanjutan pengelolaan industri kecil dan menengah memiliki status yang sustainable meskipun hanya sedikit lebih tinggi dari batas indeks sutainabilitas 50%. Rendahnya nilai keberlanjutan ini disebabkan oleh manajemen perusahaan yang masih bersifat tradisional, keterbatasan pasar produk, tidak adanya analisis kelayakan usaha serta harga produk yang kurang prospektif. Dimensi terakhir yang memiliki nilai keberlanjutan terendah adalah dimensi teknologi (27,18). Dimensi ini menjadi satu-satunya dimensi yang memiliki status kurang berkelanjutan. Hal ini disebabkan karena sebagian besar industri kecil dan menengah di Kabupaten Bogor masih menerapkan teknologi sederhana yang berimplikasi pada rendahnya efisiensi kinerja. Status kurang berkelanjutan ini juga didukung oleh tidak adanya penerapan sertifikasi dan standarisasi produk, ketidaktersediaan teknologi informasi serta teknologi pengolahan yang masih rendah. Analisis leverage untuk atribut pada dimensi teknologi memperlihatkan bahwa atribut yang sensitif dalam mempengaruhi nilai indeks keberlanjutan dimensi ini adalah atribut efisiensi kinerja IKM, penerapan sertifikasi produk serta penerapan teknologi informasi di industri. Oleh karena itu, untuk tercapainya pembangunan industri kecil menengah yang berkelanjutan, maka perlu dilakukan perbaikan pada dimensi teknologi, terutama pada aspek efisiensi kinerja industri, penerapan sertifikasi produk serta peningkatan pada aspek teknologi informasi.
5
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Bogor sebagai daerah yang berbatasan langsung dengan Ibu Kota Indonesia mempunyai peran yang strategis sebagai daerah penyangga bagi Jakarta, seperti tumbuhnya daerah pemukiman baru sebagai tempat tinggal permanen bagi masyarakat yang bekerja di ibu kota. Kondisi ini memiliki dampak positif dalam mengurangi kepadatan penduduk ibu kota. Bersamaan dengan itu tumbuh kegiatan-kegiatan usaha yang tidak memerlukan modal besar dan keterampilan tinggi, seperti kerajinan, perbengkelan serta perdagangan yang semuanya tergolong home industry. Hal ini membantu proses peningkatan kualitas perekonomian warga di Kabupaten Bogor. Kabupaten Bogor memiliki potensi untuk pengembangan industri kecil dan menengah, terutama dalam bidang agro (makanan dan minuman) dan hasil hutan. Data kuantitatif dari Badan Pusat Stasistik (2006) memberikan gambaran bahwa kemampuan penyerapan tenaga kerja pada industri kecil dan menengah memiliki jumlah lebih besar jika dibandingkan dengan industri besar. Kabupaten Bogor memiliki potensi pengembangan industri kecil dan menengah yang baik. Pemanfaatan sumberdaya alam di dalam kegiatan industri kecil dan menengah telah dilakukan dengan optimal. Saat ini, pemanfaatan sumberdaya alam melalui kegiatan ekonomi industri kecil dan menengah memberikan kontribusi terhadap pendapatan asli daerah Kabupaten Bogor. Pada beberapa daerah Kabupaten dan kota di Jawa Barat, pemanfaatan sumberdaya alam secara tepat dan optimal dapat meningkatkan pendapatan daerah, namun di lain pihak, penyimpangan pengelolaan pun kerap terjadi. Target untuk memenuhi pendapatan daerah kerap memicu terjadinya eksplorasi sumberdaya alam yang berlebihan dan tanpa kontrol. Hal tersebut menjadi permasalahan baru yang dihadapi pemerintah. Pengurasan sumberdaya alam yang diikuti oleh kerusakan alam bertentangan dengan konsep pembangunan berkelanjutan dan akan menjadi penghambat dalam proses pembangunan jangka panjang, karena sumberdaya alam merupakan modal pembangunan yang harus dikelola sejalan dengan program pembangunan (Salikin, 2003).
6
Dalam proses pembangunan jangka panjang, sumberdaya alam perlu dikelola dengan baik sehingga tidak hanya digunakan oleh generasi masa kini, namun juga oleh generasi yang akan datang. Dalam rangka mewujudkan konsep tersebut, maka diperlukan paradigma pembangunan yang berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan dapat didefinisikan sebagai pemenuhan kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan kecukupan kebutuhan generasi mendatang (Marten, 2001). Salim (2004) menyatakan bahwa prasyarat bagi tercapainya pembangunan berkelanjutan adalah bahwa setiap proses pembangunan mencakup tiga aspek utama yaitu ekologi, ekonomi dan sosial. Tiga aspek tersebut dalam pembangunan
harus
berada
dalam
sebuah
keseimbangan
tanpa
saling
mendominasi. Konsep pembangunan berkelanjutan ini mulai dikenal pada tahun 1987 dengan
dipublikasikannya
sebuah
laporan
dari
World
Commission
on
Environment and Development. Laporan ini mengungkapkan sebuah kebutuhan akan konsep pembangunan yang berkelanjutan dimana faktor utamanya adalah “pembangunan untuk memenuhi kebutuhan umat manusia saat ini, tanpa menurunkan atau menghancurkan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya”. Lima tahun kemudian, konsep pembangunan berkelanjutan dipromosikan dalam Konferensi Dunia Rio de Janeiro pada tahun 1992. Earth Summit yang dilaksanakan oleh United Nations Conference on Environment and Development (UNCED) ini memuat pembahasan Agenda 21 dengan
mempromosikan
program
Sustainable
Agricultural
and
Rural
Development (SARD). SARD membawa sebuah pesan kepada dunia bahwa “without better environmental stewardship, development will be undermined”. Beberapa agenda penting yang termasuk dalam pembahasan pada konferensi tersebut antara lain sebagai berikut : 1. Menjaga kontinuitas produksi dan keuntungan usaha di bidang pertanian dalam arti yang luas (pertanian tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, perikanan dan peternakan) untuk jangka panjang, bagi kelangsungan kehidupan manusia. 2. Melakukan perawatan dan peningkatan sumber daya alam yang berbasis pertanian.
7
3. Meminimalkan dampak negatif aktivitas usaha pertanian yang dapat merugikan bagi kesuburan lahan dan kesehatan manusia. 4. Mewujudkan keadilan sosial antardesa dan antar sektor dengan pendekatan pembangunan pertanian berkelanjutan. (Salikin, 2003) Konferensi ini telah mengubah paradigma pembangunan di sebagian besar negara di dunia. Konsep pembangunan dalam sustainable development didasarkan atas keberlanjutan pembangunan dalam lima dimensi, yaitu dimensi ekonomi, dimensi ekologi, dimensi sosial, dimensi teknologi dan kelembagaan (Marhayudi, 2006). Konsep pembangunan yang berkelanjutan, diharapkan dapat diterapkan untuk pengelolaan industri kecil dan menengah. Analisis indeks keberlanjutan terhadap industri kecil dan menengah di Kabupaten Bogor dilakukan untuk mengetahui secara umum kondisi faktual pengelolaan IKM di daerah tersebut. Analisis ini akan memberikan gambaran mengenai kondisi keberlanjutan industri kecil dan menengah di Kabupaten Bogor saat ini. Hasil analisis ini diharapkan dapat menjadi salah satu pertimbangan bagi pengambilan keputusan dan penentuan prioritas kebijakan pengelolaan industri kecil dan menengah di Kabupaten Bogor.
B. Tujuan Penelitian ini dilakukan untuk menilai aspek keberlanjutan dalam pengelolaan industri kecil dan menengah di Kabupaten Bogor melalui penilaian terhadap dimensi ekonomi, dimensi ekologi, dimensi sosial, dimensi kemitraan dan dimensi teknologi.
C. Ruang Lingkup Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah : 1. Jenis industri kecil dan menengah yang dikaji adalah agroindustri. Menurut Austin (1992), agroindustri yaitu suatu perusahaan yang mengolah bahan baku yang berasal dari tanaman atau hewan.
8
Agroindustri di Kabupaten Bogor mencakup industri dalam bidang agro dan hasil hutan. 2. Aspek yang dikaji disesuaikan dengan konsep pembangunan berkelanjutan, dan terdiri dari lima dimensi, yaitu dimensi ekonomi, dimensi ekologi, dimensi sosial, dimensi teknologi serta dimensi kemitraan.
9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Industri Kecil dan Menengah Industri adalah kegiatan untuk mengubah bahan baku menjadi barang jadi yang lebih tinggi nilainya (Rhodant,1983). Winardi (1994) mendefinisikan industri kecil sebagai usaha produktif, terutama dalam bidang produksi atau bidang jasa-jasa misalnya transportasi, atau jasa perhubungan yang menggunakan modal dan tenaga kerja dalam jumlah yang relatif kecil. Batasan normatif menurut SK. Menperindag Nomor 254 Tahun 1997, industri kecil diartikan sebagai suatu kegiatan usaha industri yang memiliki nilai investasi sampai dengan 200 juta rupiah, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Industri Kecil Menengah (IKM) adalah suatu kegiatan usaha industri yang memiliki asset sampai dengan 5 miliar rupiah di luar tanah dan bangunan serta beromzet sampai dengan 25 miliar rupiah per tahun (Mayer, 1986). Menurut Deperindag bersama dengan Badan Pusat Statistik (2002) industri kecil dan menengah adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh perseorangan atau rumah tangga maupun suatu badan yang bertujuan untuk memproduksi barang ataupun jasa untuk diperniagakan secara komersial, dengan kekayaan bersih paling banyak 200 juta rupiah dan mempunyai nilai penjualan pertahun sebesar 1 miliar rupiah atau kurang. Berdasarkan definisi yang digunakan pada data BPS Kabupaten Bogor tahun 2006 (Kabupaten Bogor dalam Angka), pada sektor industri di Kabupaten Bogor, kegiatan industri digolongkan pada tiga kelompok yaitu industri besar, industri kecil dan industri menengah. Industri besar adalah industri memiliki jumlah tenaga kerja di atas 99 orang, sedangkan industri menengah yang memiliki jumlah tenaga kerja antara 20–99 orang dan industri kecil yang memiliki jumlah tenaga kerja 5-19 orang.
B. Pembangunan Berkelanjutan Konsep pembangunan berkelanjutan sudah menjadi konsep pembangunan yang diterima oleh seluruh negara di dunia. Menurut Munasinghe (1993), pembangunan berkelanjutan dilambangkan dengan keseimbangan pembangunan
10
dalam tiga dimensi, yaitu : ekonomi, ekologi dan sosial. Pembangunan dikatakan berkelanjutan jika memenuhi ketiga dimensi tersebut, yaitu : secara ekonomi layak dan efisien, secara ekologi lestari (ramah lingkungan) dan secara sosial berkeadilan. Makna dari pembangunan berkelanjutan dari dimensi ekologi memberikan penekanan pada pentingnya menjamin dan meneruskan kepada generasi mendatang sejumlah kuantitas modal alam yang dapat menyediakan suatu hasil berkelanjutan secara ekonomis dan jasa lingkungan termasuk keindahan alam. Jadi tujuan pembangunan ekonomi dan sosial harus diupayakan dengan keberlanjutan. Bond et al. (2001) menyatakan bahwa istilah keberlanjutan didefinisikan sebagai pembangunan dari kesepakatan multidimensional untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik untuk semua orang. Marten (2001) memberikan sebuah pemahaman mengenai pembangunan berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan dapat didefinisikan sebagai pemenuhan kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan kecukupan kebutuhan generasi mendatang. Salim (2004) menyatakan bahwa prasyarat bagi tercapainya pembangunan berkelanjutan adalah bahwasannya setiap proses pembangunan mencakup tiga aspek utama, yaitu ekologi, ekonomi dan sosial. Tiga aspek utama tersebut dalam pembangunan harus berada pada sebuah keseimbangan tanpa saling mendominasi. Pemahaman lain mengenai konsep keberlanjutan dikemukakan oleh Roderic et all. (1997), bahwa berkelanjutan memerlukan pengelolaan tentang skala keberlanjutan ekonomi terhadap dukungan sistem ekologi, pembagian distribusi sumber daya dan kesempatan antara generasi sekarang dan yang akan datang secara berimbang serta adil dan efisien dalam pengalokasian sumber daya. Menurut Mitchell (1997), ada dua prinsip keberlanjutan yaitu : a)
Prinsip ekologi : pertama melindungi sistem penunjang kehidupan, kedua, memelihara integritas ekosistem dan, ketiga, mengembangkan dan menerapkan strategi preventif dan adaptif untuk menghadapi ancaman perubahan lingkungan global.
b)
Prinsip sosial politik : pertama, mempertahankan skala fisik dari kegiatan manusia dibawah daya dukung atmosfer, kedua, mengenali biaya lingkungan dari kegiatan manusia dan, ketiga, meyakinkan
11
adanya kesamaan sosial, politik dan ekonomi dalam transisi menuju masyarakat berkelanjutan. Konsep pembangunan berkelanjutan adalah konsep kegamangan terhadap pola pembangunan industri yang memuja efisiensi dan pengembangan besarbesaran
modal,
tanpa
memperhitungkan
atau
hanya
sedikit
sekali
mempertimbangkan kerusakan alam (Setiadi, 2004). Fauzi dan Anna (2005) menyatakan bahwa konsep pembangunan sumber daya yang berkelanjutan mengandung aspek : a. Keberlanjutan dimensi ekologi, dalam pandangan ini pemanfaatan sumber daya hendaknya tidak melewati batas daya dukungnya. Peningkatan kapasitas dan kualitas ekosistem menjadi hal yang utama. b. Keberlanjutan dimensi sosial ekonomi. Konsep ini mengandung makna bahwa
pembangunan
perlu
memperhatikan
keberlanjutan
dari
kesejahteraan pemanfaatan sumber daya pada tingkat individu. c. Keberlanjutan
dimensi
teknologi,
mengandung
makna
bahwa
keberlanjutan pembangunan sumber daya perlu ditunjang dengan penggunaan teknologi yang memadai. d. Keberlanjutan
dimensi
kemitraan,
mengandung makna
bahwa
keberlanjutan dalam aspek kerjasama antar kelembagaan perlu menjadi perhatian dalam pembangunan dan pengembangan sumber daya alam yang berkelanjutan.
C. Rapid Appraisal Analysis dalam Analisis Indeks Keberlanjutan Pengelolaan Industri Kecil dan Menengah Rapid Appraisal (RAP) adalah suatu metode multidisiplin untuk mengevaluasi comparative sustainability berdasarkan sejumlah indikator yang mudah untuk di skoring. Rapid appraisal analysis, adalah metode yang dikembangkan oleh University of British Columbia Canada untuk sumberdaya perikanan, untuk mengevaluasi keberlanjutan sumberdaya perikanan secara multidisipliner yang dikenal dengan nama RAPFISH (The Rapid Appraisal of the Status of Fisheries).. Metode ini relatif sederhana dan fleksibel yang menampung kreativitas dalam pendekatannya terhadap suatu masalah. Metode ini memasukkan
12
pertimbangan-pertimbangan
melalui
penentuan
atribut
yang
akhirnya
menghasilkan suatu skala prioritas (Fauzi dan Anna, 2005). Menurut Susilo (2003), atribut-atribut pembangunan berkelanjutan dari setiap dimensi tersebut dapat dianalisis dan digunakan untuk menilai secara cepat status keberlanjutan pembangunan sektor tertentu dengan menggunakan metode multi variabel yang disebut multidimensional scaling (MDS). Dalam rapid appraisal analysis, sumberdaya dapat saja didefinisikan sebagai suatu entitas dalam lingkup yang luas, atau dalam lingkup yang sempit. Sejumlah atribut sumberdaya dapat dibandingkan, atau bahkan trajektori waktu dari individual sumberdaya dapat di plot. Atribut dari setiap dimensi yang akan dievaluasi dapat dipilih untuk merefleksikan keberlanjutan, serta dapat diperbaiki atau dapat diganti ketika informasi terbaru diperoleh. (Fauzi dan Anna, 2005) Secara umum, metode analisis RAP akan dimulai dengan mengidentifikasi atribut-atribut dan mendefinisikan sumberdaya yang akan dianalisis melalui studi literatur dan pengamatan di lapangan. Tahap selanjutnya adalah pemberian skor yang didasarkan pada ketentuan yang sudah diterapkan dalam analisis RAP. Setelah didapatkan hasil skoring, maka setiap atribut dianalisis dengan menggunakan MDS guna menentukan posisi relatif dari sumberdaya terhadap ordinasi good dan bad (Marhayudi, 2006). Dalam Rapid Apraisal Analysis, analisis data dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu (1) tahap penentuan atribut deskriptor yang mencakup lima dimensi (ekonomi, ekologi, sosial, teknologi dan kemitraan); (2) tahap penilaian setiap atribut dalam skala ordinal berdasarkan kriteria keberlanjutan setiap dimensi; (3) tahap analisis ordinasi indeks keberlanjutan dilakukan dengan metode multi variabel non parametrik. Selanjutnya analisis monte carlo untuk mengukur sensitivitas yang telah dipadukan menjadi satu dalam perangkat lunak tersebut, serta analisis leverage untuk menentukan aspek anomali dari atribut yang dianalisis (Fauzi dan Anna, 2005). Fauzi dan Anna (2005) menyatakan bahwa prosedur RAP indeks status keberlanjutan sumberdaya dilakukan melalui lima tahapan yaitu, 1. Analisis terhadap data sektor yang diteliti melalui data statistik dan studi literatur serta pengamatan lapangan,
13
2. melakukan skoring dengan mengacu pada literatur dengan menggunakan Excell, 3. Melakukan
analisis
MDS
dengan
software
SPSS
untuk
menentukan ordinasi dan nilai “stress” melalui ALSCAL Algoritma, 4. Menentukan posisi sumberdaya pada ordinasi bad dan good dengan Excell dan Visual Basic, 5. Melakukan sensitivity analysis (leverage analysis) dan monte carlo analysis untuk memperhitungkan aspek ketidakpastian. Hasil proses analisis dengan metode RAP akan ditampilkan dalam sebuah diagram layang. Diagram layang ini menampilkan nilai keberlanjutan setiap aspek yang dinilai.
Gambar 1. Ilustrasi indeks keberlanjutan dalam diagram layang Berdasarkan penggunaan rapid appraisal analysis yang mencakup aspek dimensi ekologi, ekonomi, sosial, teknologi, dan kemitraan, akan diperoleh gambaran yang jelas dan komprehensif mengenai kondisi sumberdaya di wilayah penelitian, sehingga akhirnya dapat dijadikan bahan untuk menentukan kebijakan yang tepat untuk mencapai pembangunan industri kecil dan menengah yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Skala indeks keberlanjutan pengelolaan industri kecil dan menengah mempunyai rentang 0%-100%. Jika dimensi yang dinilai memiliki nilai indeks lebih dari 50%, maka dimensi tersebut dikategorikan sustainable, dan sebaliknya, jika nilainya kurang dari 50%, maka dimensi tersebut digolongkan belum
14
sustainable (Marhayudi, 2006). Dalam penelitian ini disusun empat kategori status keberlanjutan berdasarkan skala dasar (0-100) sebagaimana disajikan pada tabel berikut. Tabel 1 . Kategori status keberlanjutan pengelolaan industri kecil menengah Nilai Indeks Kategori 0-24,99
Buruk
25-49,99
Kurang
50-74,99
Cukup
75-100
Baik
Sumber : (Kavanagh dan Pitcher, 2004)
15
BAB III METODOLOGI A. Kerangka Pemikiran Kabupaten Bogor memiliki potensi wilayah yang luas, mencakup 40 kecamatan dengan luas wilayah 2.301,95 Km2. Dengan luas wilayah yang relatif luas, Kabupaten Bogor memiliki potensi sumberdaya alam yang sangat beragam. Kawasan puncak, taman buah dan taman safari misalnya, merupakan bagian wilayah Bogor dalam pengembangan potensi pariwisata. Beberapa daerah lainnya memiliki industri khusus yang menjadi ciri khas kecamatannya. Cibinong dan sekitarnya, terkenal memiliki kerajinan khas meubel bambu, sedangkan kecamatan Dramaga cukup popular dengan kerajinan manisan pala, serta potensipotensi lainnya di kecamatan lain (Kabupaten Bogor dalam Angka, 2006). Potensi setiap daerah di Kabupaten Bogor dapat dimanfaatkan untuk peningkatan kualitas hidup penduduknya. Potensi alam yang melimpah merupakan asset pembangunan daerah, namun jika tidak dikelola dengan baik, maka akan menyebabkan ketidakberlanjutan proses pembangunan. Untuk itu, diperlukan
perubahan
paradigma
dalam
pengelolaan
sumberdaya
alam.
Pengelolaan sumberdaya alam dalam kegiatan industri kecil dan menengah perlu didasarkan pada konsep pembangunan berkelanjutan, dimana keberlanjutan tidak hanya dinilai dengan keuntungan secara ekonomi semata. Kegiatan industri kecil dan menengah juga perlu dirancang agar secara ekologi ramah lingkungan dan berkelanjutan dari aspek sosial, teknologi serta kemitraan. Penelitian ini dilakukan untuk menilai status keberlanjutan pengelolaan industri kecil dan menengah di Kabupaten Bogor, melalui penilaian terhadap dimensi ekonomi, dimensi ekologi, dimensi sosial, dimensi teknologi serta dimensi kemitraan. B. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Maret sampai dengan Juli 2008 di wilayah Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
16
C. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut : 1. Studi pustaka tentang kondisi umum perindustrian Kabupaten Bogor yang berkaitan dengan aspek ekonomi, ekologi serta sosial. Data yang diperoleh digolongkan sebagai data sekunder. Pengertian data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna (Kuncoro, 2003). Data sekunder diperlukan sebagai pendukung data primer hasil survei lapangan. Data sekunder bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan lembaga pemerintahan. 2. Survei lapangan untuk mengumpulkan data primer dengan penyebaran kuisioner kepada responden dibantu dengan proses wawancara. Data primer dapat didefinisikan sebagai data yang dikumpulkan dari sumber-sumber asli (Kuncoro, 2003). Pengumpulan data primer dilakukan melalui survei lapangan dan wawancara. Pemilihan sampel dilakukan secara purposive sampling (Sekaran, 2003). Berdasarkan metode tersebut, kemudian dilakukan wawancara terhadap pemilik atau pengelola industri kecil dan menengah yang terpilih menjadi responden. Wawancara didasarkan pada kuesioner atau daftar pertanyaan yang telah disiapkan. Survei lapangan dilakukan dengan memberikan kuisioner kepada 33 industri kecil dan menengah. Jumlah tersebut adalah sejumlah 10 % dari keseluruhan jumlah sentra industri kecil dan menengah di Kabupaten Bogor.
D. Atribut Keberlanjutan IKM Atribut keberlanjutan IKM berdasarkan lima dimensi dapat dilihat pada tabel 2.
17
Tabel 2. Dimensi dan Atribut Indeks Keberlanjutan DIMENSI Skor DAN ATRIBUT DIMENSI EKONOMI Tingkat 0;1;2 pengembalian investasi Kontribusi 0;1;2 terhadap PAD
Satuan Baik Buruk Keterangan
Pasar produk
ordinal
2
0
ordinal
2
0
0;1;2
ordinal
2
0
Ketergantungan konsumen
0;1;2
ordinal
2
0
Harga komoditi
0;1;2
ordinal
2
0
0;1;2;3 ordinal
3
0
Kelayakan usaha
Pendapatan 0;1;2 masyarakat sekitar DIMENSI EKOLOGI Pengolahan 0;1 limbah Pembuangan 0;1 limbah
ordinal
2
0
ordinal
1
0
ordinal
1
0
Pengaruh thd lingkungan
0;1;2
ordinal
2
0
Ketersediaan bahan baku
0;1;2
ordinal
2
0
DIMENSI SOSIAL Penyerapan 0;1;2 tenaga kerja
ordinal
2
0
18
(0) rendah, (1) sedang; (2) tinggi (0) rendah, (1) sedang; (2) tinggi (0) lokal, (1) nasional; (2) internasional (0) rendah, (1) sedang; (2) tinggi (0) rendah, (1) sedang; (2) tinggi (0) rugi; (1) kembali modal; (2) keuntungan marjinal; (3) untung besar (0) rendah, (1) sedang; (2) tinggi (0) tidak dilakukan; (1) dilakukan (0) di buang langsung ke perairan; (1) disalurkan ke tempat khusus (0) terjadi pencemaran berat; (1) pencemaran ringan; (2) tidak mencemari (0) rendah, (1) sedang; (2) tinggi (0) rendah, (1) sedang; (2) tinggi
Hubungan dengan lingkungan Pendidikan masyarakat sekitar
0;1
ordinal
1
0
0;1;2
ordinal
2
0
0;1;2;3 ordinal
3
0
DIMENSI TEKNOLOGI Tingkat 0;1;2 ordinal efisiensi
2
0
3
0
Pemberdayaan masyarakat
Teknologi informasi
0;1;2;3 ordinal
(0) tidak saling menguntungkan; (1) saling menguntungkan (0) di bawah rata-rata Kabupaten, (1) sama dengan rata-rata Kabupaten; (2) lebih tinggi dari ratarata Kabupaten (0) tidak ada, (1) ada, tidak berjalan; (2) kurang optimal; (3) berjalan optimal (0) rendah, (1) sedang; (2) tinggi (0) tidak ada, (1) cukup tersedia; (2) tersedia memadai; (3) tersedia dengan teknologi tinggi.
Teknologi pengolahan
0;1;2
ordinal
2
0
Standarisasi mutu
0;1;2
ordinal
2
0
Sertifikasi produk
0;1;2
ordinal
2
0
1
0
1
0
1
0
(0) tidak ada, (1) ada.
1
0
(0) tidak ada, (1) ada.
DIMENSI KEMITRAAN Kemitraan 0;1 ordinal dengan investor Kemitraan 0;1 ordinal dengan pemasok bahan Kerjasama 0;1 ordinal dengan distributor Kerjasama 0;1 ordinal lintas sektor
19
(0) teknologi sederhana, (1) teknologi sedang; (2) teknologi tinggi. (0) belum diterapkan, (1) diterapkan pada beberapa produk saja; (2) diterapkan pada semua jenis produk. (0) belum diterapkan, (1) diterapkan pada beberapa produk saja; (2) diterapkan pada semua jenis produk. (0) tidak ada, (1) ada. (0) tidak ada, (1) ada.
E. Metode Analisis Data Metode analisis keberlanjutan dengan Rapid Apraisal Analysis dilakukan dengan beberapa tahapan, yaitu : 1) penentuan atribut dari setiap dimensi yang mencakup beberapa dimensi yang dianalisis (ekologi, ekonomi, sosial, teknologi dan kemitraan); 2) penilaian atribut dalam skala ordinal berdasarkan kondisi di lapangan dengan bantuan pakar; 3) analisis indeks keberlanjutan dengan menggunakan
metode
multi
variabel
non-parametrik
yang
disebut
multidimensional scaling (MDS); 4) menentukan posisi sumberdaya pada good dan bad dengan excell, serta 5) sensitivity analysis dan Monte Carlo Analysis untuk memperhitungkan aspek ketidakpastian (Fauzi dan Anna, 2005). Pemilihan MDS dalam analisis Rapfish, dilakukan mengingat metode multi-variate analysis yang lain seperti factor analysis dan Multi-Attribute Utility Theory (MAUT), terbukti tidak menghasilkan hasil yang stabil (Pitcher dan Preikshot, 2001). Mulai Kondisi pengelolaan IKM saat ini
Penentuan atribut sebagai kriteria penilaian
MDS (ordinasi setiap atribut)
Penilaian terhadap atribut
Analisis Monte Carlo
Analisis Sensitivitas
Analisis Keberlanjutan Gambar 2. Model pelaksanaan analisis Rapfish untuk IKM (Alder, et. al., 2000).
Menurut Fauzi dan Anna (2005), dalam implementasinya, Rapfish menggunakan teknik yang disebut Multi Dimensional Scaling atau MDS. Objek
20
atau titik yang diamati dipetakan ke dalam ruang dua atau tiga dimensi, sehingga objek atau titik tersebut diupayakan sedekat mungkin terhadap titik asal. Dengan kata lain, dua titik atau objek yang sama dipetakan dalam satu titik yang saling berdekatan satu sama lain. Sebaliknya, objek atau titik yang tidak sama digambarkan dengan titik-titik yang berjauhan. Teknik ordinasi (penentuan jarak) di dalam MDS didasarkan pada Euclidian Distance dalam ruang yang berdimensi n dapat ditulis sebagai berikut :
d
x1
x2
2
y1
y2
2
z1
z2
2
...
Konfigurasi atau ordinasi dari suatu objek atau titik di dalam MDS kemudian diaproksimasi dengan meregresikan jarak Euclidian (dij) dari titik i ke j dengan titik asal (dij) dituliskan dalam persamaan berikut : dij = a + bdij + e Umumnya ada tiga teknik yang digunakan untuk meregresikan persamaan di atas yakni metode least square (KRYST), metoda least squared bergantian yang didasarkan pada akar dari Euclidian distance (squared distance) atau disebut metoda ALSCAL, dan metode yang didasarkan Maximum Likelihood. Dari ketiga metode tersebut, Algoritma ALSCAL merupakan metode yang paling sesuai untuk Rapfish dan mudah tersedia pada hampir setiap software statistika (SPSS dan SAS) (Alder et.al, metode ALSCAL
2000).
Fauzi dan Anna (2005), menyatakan bahwa
mengoptimisasi jarak kuadrat (squared distance = dijk
)
terhadap data kuadrat (titik asal = Oijk ), yang dalam tiga dimensi ditulis dalam formula yang disebut S-Stress sebagai berikut :
21
Dimana jarak kuadrat merupakan jarak Euclidian yang dibobot, atau ditulis :
Perangkat lunak Rapfish adalah merupakan pengembangan MDS yang terdapat dalam perangkat lunak SPSS, untuk proses rotasi, kebalikan posisi, dan beberapa analisis sensitivitas yang telah dipadukan menjadi satu perangkat lunak. F. Interpretasi Data Hasil pengolahan data berbentuk grafik dan diagram layang. Hasil tersebut menggambarkan kondisi keberlanjutan industri kecil dan menengah di Kabupaten Bogor, yang akan diinterpretasikan berdasarkan atribut dari setiap dimensi yang dianalisis. Berdasarkan interpretasi tersebut diharapkan dapat dihasilkan rekomendasi bagi IKM untuk pencapaian sustainable development.
22
BAB IV PEMBAHASAN
A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah yang berbatasan langsung dengan ibu kota Indonesia. Kabupaten Bogor secara geografis mempunyai luas sekitar 2.301,95 Km2 terletak antara 6.190-6.470 Lintang Selatan dan 10601’1070103’ Bujur Timur. Wilayah ini berbatasan dengan beberapa wilayah kabupaten/kota, diantaranya : Sebelah Utara
: Kota Depok
Sebelah Barat
: Kabupaten Lebak
Sebelah Barat Daya
: Kabupaten Tangerang
Sebelah Timur
: Kabupaten Purwakarta
Sebelah Timur Laut
: Kabupaten Bekasi
Sebelah Selatan
: Kabupaten Sukabumi
Sebelah Tenggara
: Kabupaten Cianjur
Pada tahun 2006 Kabupaten Bogor memiliki 40 Kecamatan, 427 desa/kelurahan, 3.516 RW dan 13.603 RT. Dari jumlah desa tersebut mayoritas mempunyai ketinggian sekitar kurang dari 500 m terhadap permukaan laut, yakni 234 desa sekitar lebih dari 500 m dari permukaan laut. Sebagian besar desa di Kabupaten Bogor terklasifikasi sebagai desa swakarya yakni 350 desa, lainnya 77 desa merupakan desa swasembada, dan tidak ada desa swadaya. Berdasarkan klasifikasi daerah, yang dilihat dari aspek potensi lapangan usaha, kepadatan penduduk dan sosial terdapat kategori desa perkotaan sebanyak 199 dan desa pedesaan sebanyak 228 desa (Kabupaten Bogor dalam Angka, 2006).
23
Gambar 3. Peta Administrasi Kabupaten Bogor
Hasil sensus Daerah Tahun 2006 jumlah penduduk Kabupaten Bogor tercatat 4.215.436 jiwa, jumlah ini merupakan jumlah terbesar diantara jumlah penduduk kabupaten/kota di Jawa Barat. Tahun 2005 tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) Kabupaten Bogor untuk laki-laki 74,60% , perempuan 33,96% dan secara total 54,85%. Jumlah penduduk yang bekerja laki-laki 1.012.906 orang dan 376.724 orang perempuan, dengan jumlah total Kabupaten Bogor 1.389.630 orang. Jumlah pengangguran laki-laki 176.879 orang dan perempuan 135.242 orang dari total 312.121 orang di seluruh Kabupaten Bogor (Kabupaten Bogor dalam Angka, 2006).
24
Tabel 3. IPM Kabupaten Bogor dan Komponennya Tahun 2002 – 2005 Komponen
2002
2003
2004
2005
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
66,8
66,82
66,94
67,10
92,80
92,80
93,22
93,91
6,10
6,18
6,26
6,69
67,70
67,80
68,10
68,99
1. Angka Harapan Hidup (AHAH) 2. Angka Melek Huruf (AMH) 3. Rata-rata Lama Sekolah ANGKA IPM Sumber : BPS, Kabupaten Bogor dalam Angka Tahun 2006
Tabel IPM Kabupaten Bogor menunjukkan peningkatan kualitas hidup penduduknya. Angka harapan hidup meningkat dari 66,8 pada tahun 2002, menjadi 67,10 pada tahun 2005. Demikian halnya dengan angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Keseluruhan peningkatan tersebut meningkatkan angka IPM dari angka 67,70 pada tahun 2002 menjadi 68,99 pada tahun 2005.
B. Profil Ekonomi 1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Peran serta masyarakat terutama masyarakat dunia usaha telah mampu mendorong
berkembangnya
pembangunan
ekonomi
Kabupaten
Bogor.
Keberhasilan pembangunan di bidang ekonomi memberikan dukungan dan dorongan terhadap pembangunan di berbagai sektor lainnya. Hal ini juga menjadi peluang bagi perluasan kesempatan kerja yang turut mendukung peningkatan laju pertumbuhan ekonomi dan pembangunan daerah. Hal ini dapat dilihat dari berkurangnya jumlah penduduk miskin dan meningkatnya pendapatan perkapita masyarakat dari tahun ke tahun. Kualitas perekonomian suatu wilayah dapat diindikasikan dengan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB). Pendapatan Daerah merupakan kekuatan utama perekonomian daerah yang sangat penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bogor. Tingkat pendapatan Kabupaten Bogor dapat diukur antara lain dari pendapatan perkapita, penerimaan pajak bumi dan bangunan (PBB), pendapatan asli daerah (PAD) serta gambaran kualitatif
25
tentang keadaan sandang, pangan dan perumahan masyarakat. PAD tahun 2005, Kabupaten Bogor adalah lebih kurang sebesar Rp. 250 milyar, penerimaan dari PBB sebesar Rp. 46 milyar dan rata-rata pendapatan perkapita adalah Rp. 3.270.000., sedangkan nilai UMR yang berlaku adalah Rp. 638.138 (Dirjen IKM, 2007).
Tabel 4. PDRB dan Pendapatan Daerah Tahun 2002
Wilbang
PDRB 1
2003 Kontri (%)
2
3
PDRB
2004 Kontri (%)
4
5
Kontri (%)
PDRB
Kontri (%)
6
7
8
9
2,764.04
9.59
3,147.48
8.77
Barat
2,353.69 10.43
Tengah
10,991.69 48.71 12,447.75 49.07 14,180.02 49.18 17,800.17 49.59
Timur
9,221.50 40.86 10,366.12 40.86 11,888.37 41.23 14,945.57
Kab.Bogor 22,566.87
2,555.60 10.07
PDRB
2005
100 25,369.47
100 28,832.44
100 35,893.22
41.64 100
Sumber : PDRB Kab Bogor 2006
Mata pencaharian penduduk di sektor pertanian, perburuhan, dan perikanan sebanyak 2.758.821 orang; di sektor pertambangan dan penggalian sebanyak 197.059 orang; di sektor industri pengolahan sebanyak 39.412 orang; sektor listrik, gas dan air sebanyak 3.941 orang; sektor bangunan sebanyak 236.470 orang; sektor perdagangan 394.117 orang; sekotr jasa dan lainnya 114.294 orang (Kabupaten Bogor dalam Angka, 2006).
2. Industri Pembangunan industri juga telah mampu mendorong peningkatan laju pertumbuhan ekonomi serta menjadi penggerak perkembangan pembangunan daerah. Hal ini juga membuka peluang perluasan kesempatan kerja bagi masyarakat. Pesatnya pertumbuhan industri ini tercapai berkat peran serta masyarakat dunia usaha. Kemajuan ini juga turut mendukung pertumbuhan sektor-sektor lainnya seperti peningkatan agrobisnis dan agroindustri.
26
Berdasarkan data dinas perindustrian dan perdagangan Kabupaten Bogor (2006), laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor mengalami peningkatan, yaitu dari 5,01% pada tahun 2004 menjadi 5,28% pada tahun 2005, dengan nilai PDRB berlaku pada tahun 2004 sebesar Rp. 28,689 trilyun dan sebesar Rp. 34,625 trilyun pada tahun 2005. PDRB per kapita menurut harga berlaku pada tahun 2004 sebesar Rp. 7.091.120,91 meningkat menjadi Rp. 8.257.374,71 pada tahun 2005. Dilihat dari sektor pembentuk PDRB pada tahun 2005, tiga sektor terbesar penyumbang PDRB adalah sektor industri pengolahan (51,07%), sektor perdagangan, hotel restoran (16,76%) dan sektor pertanian (9,31%). Begitu juga dengan potensi industri Kabupaten Bogor selama kurun waktu 5 tahun mengalami peningkatan. Nilai Investasi pada tahun 2001 sebesar Rp. 1.601.477.936.000 sedangkan tahun 2005 meningkat menjadi Rp. 2.151.193.861.415. Jumlah unit usaha di sektor industri hingga tahun 2005 sebesar 1.783 buah terdiri dari 538 buah usaha menengah dan besar serta 1.245 unit usaha kecil (Kabupaten Bogor dalam Angka, 2006). C. Nilai Indeks Keberlanjutan Pengelolaan Industri Kecil dan Menengah di Kabupaten Bogor Penilaian terhadap status keberlanjutan industri kecil dan menengah di Kabupaten Bogor dilakukan dengan menggunakan metode Rapid Appraisal Analysis. Metode Rapid Appraisal Analysis menghasilkan nilai indeks status keberlanjutan pengelolaan industri kecil dan menengah pada masing-masing dimensi yang diukur, yaitu dimensi ekonomi, dimensi ekologi, dimensi sosial, dimensi teknologi serta dimensi kemitraan. Setiap dimensi memiliki atribut yang mencerminkan status keberlanjutan dari dimensi yang bersangkutan. Nilai yang dihasilkan merupakan gambaran kondisi pengelolaan industri kecil dan menengah di Kabupaten Bogor pada saat ini. Nilai tersebut ditentukan oleh nilai skoring dari masing-masing atribut pada setiap dimensi yang dikaji. Nilai indeks keberlanjutan pengelolaan industri kecil dan menengah mempunyai rentang 0%-100%. Dimensi yang dinilai akan dinyatakan sebagi dimensi yang sustainable, jika memiliki nilai indeks lebih dari 50%, dan sebaliknya, sebuah dimensi yang diukur akan dinyatakan tidak sustainable jika memiliki indeks hasil pengukuran dengan nilai
27
kurang dari 50%. Nilai status indeks keberlanjutan dikategorikan ke dalam 4 status keberlanjutan, yaitu : a) buruk, jika memiliki nilai indeks keberlanjutan pada rentang nilai 0,00 s.d. 24,99; b) kurang, jika memiliki nilai indeks keberlanjutan pada rentang nilai 25,00 s.d. 49,99; c) cukup, jika memiliki nilai indeks keberlanjutan pada rentang nilai 50,00 s.d. 74,99; dan d) baik, jika memiliki nilai indeks keberlanjutan pada rentang nilai 75,00 s.d. 100. Gambaran keberlanjutan pengelolaan industri kecil dan menengah di Kabupaten Bogor hasil analisis dengan teknik Rapid Appraisal Analysis disajikan dalam bentuk diagram layang yang menampilkan nilai status keberlanjutan dari setiap dimensi yang telah dinilai. Hasil analisis tersebut akan dilengkapi dengan hasil analisis sensitivitas. Analisis sensitivitas (leverage) dilakukan untuk mengidentifikasi atribut yang sensitif dalam memberikan kontribusi terhadap nilai indeks yang dihasilkan. Pengaruh dari setiap atribut dilihat dalam bentuk perubahan “root mean square” (RMS) ordinasi, khususnya pada sumbu-x atau skala sustainabilitas (Marhayudi, 2006). Semakin besar nilai perubahan RMS akibat hilangnya suatu atribut tertentu, maka semakin besar pula peranan atribut tersebut dalam pembentukan nilai keberlanjutan sebuah dimensi, pada skala sustainabilitas; atau dengan kata lain semakin sensitif atribut tersebut dalam keberlanjutan pengelolaan industri kecil dan menengah di lokasi penelitian. Dimensi dan Atribut yang Dinilai Analisis multidimensional dilakukan terhadap lima dimensi yang telah ditetapkan, yaitu dimensi ekonomi, dimensi ekologi, dimensi sosial, dimensi teknologi serta dimensi kemitraan. Setiap dimensi memiliki atribut yang dapat menggambarkan kondisi keberlanjutan pada dimensi tersebut. 1. Dimensi Ekonomi Tingkat pengembalian dana investasi Kontribusi terhadap pendapatan daerah
28
Pasar produk dari IKM Ketergantungan konsumen terhadap produk IKM Harga komoditi yang dipasarkan Kelayakan usaha IKM Pendapatan masyarakat sekitar 2. Dimensi Ekologi Apakah dilakukan pengolahan limbah Sistem pembuangan limbah Pengaruh terhadap lingkungan Ketersediaan Bahan baku Industri di alam 3. Dimensi Sosial Tingkat penyerapan tenaga kerja Pola hubungan IKM dengan lingkungan sekitar Tingkat pendidikan masyarakat sekitar Pemberdayaan masyarakat sekitar 4. Dimensi Teknologi Tingkat efisiensi IKM Ketersediaan teknologi informasi Ketersediaan teknologi pengolahan di IKM Standarisasi mutu produk Penerapan sertifikasi produk 5. Dimensi Kemitraan Kemitraan dengan investor Kemitraan dengan pemasok bahan baku Kerjasama dengan distributor atau pemasar produk Kerjasama lintas sektor (dengan IKM pada bidang yang berbeda)
29
E konomi 58,36 100, 00
90, 00
80, 00
70, 00
60, 00
50, 00
40, 00
Teknologi 27,18
30, 00
20, 00
K emitraan 73,33
10, 00
0, 00
78,71 S os ial
E kologi 61,98
Gambar 4. Nilai indeks keberlanjutan pengelolaan industri kecil dan menengah di Kabupaten Bogor. Diagram layang tersebut menggambarkan kondisi faktual mengenai keberlanjutan pengelolaan industri kecil dan menengah di Kabupaten Bogor. Dimensi dengan nilai indeks keberlanjutan terbaik adalah dimensi sosial dengan skor 78,71. Dengan nilai tersebut, dimensi sosial dapat dikatakan sebagai dimensi yang sustainable dengan status keberlanjutan yang dapat dikategorikan “baik” (75,00-100). Nilai tersebut mencerminkan bahwa pembangunan industri kecil dan menengah telah berjalan sesuai dengan pengembangan kondisi sosial di Kabupaten Bogor. Keberadaan industri kecil dan menengah di tengah masyarakat juga menjadi sarana pemberdayaan masyarakat dengan menyerap tenaga kerja dari masyarakat sekitar. Dengan demikian, tercipta pola hubungan yang saling menguntungkan antara industri dan masyarakat sekitarnya. Pola interaksi tersebut pada akhirnya memacu peningkatan kesejahteraan masyarakat, sehingga kualitas pendidikan masyarakat sekitar industri pun relatif lebih baik dan lebih tinggi dari rata-rata kabupaten. Nilai indeks keberlanjutan di peringkat selanjutnya adalah dimensi kemitraan, ekologi serta ekonomi dengan nilai indeks berturut-turut 73,33; 61,98 dan 58,36. Ketiga dimensi ini memiliki status yang sustainable dengan kategori “cukup”. Pada dimensi kemitraan, adanya kemitraan antara para pengusaha industri kecil dan menengah dengan para pemasok bahan baku dan investor telah mempermudah pelaksanaan proses produksi serta proses penyediaan modal.
30
Kerjasama dengan industri lain pun (lintas sektor) telah dilakukan untuk mempermudah berjalannya kegiatan perusahaan. Kerjasama lintas sektor tersebut dilakukan baik dengan pemasok bahan baku, pemasar barang serta dengan distributor produk. Pada dimensi ekologi, kondisi saat ini menunjukkan bahwa industri kecil dan menengah di Kabupaten Bogor memiliki status yang sustainable (61,98) meskipun sebagian industri kecil dan menengah tersebut belum menerapkan sistem pengolahan limbah. Industri kecil dan menengah yang ada saat ini pada umumnya belum memiliki sistem pengolahan limbah, namun mereka membuang limbah sisa proses produksi di tempat tertentu sehingga tidak mencemari lingkungan. Kondisi ini juga menjadi semakin tidak kentara karena sebagian besar industri tersebut berbahan baku barang hasil hutan dan bahan makanan atau minuman sehingga limbah dapat terurai meskipun tidak diberi perlakuan khusus sebelum dibuang. Dari sisi pasokan bahan baku, eksistensi industri kecil dan menengah masih dapat bertahan karena ketersediaan bahan baku di alam masih relatif tinggi. Pada dimensi ekonomi, indeks keberlanjutan pengelolaan industri kecil dan menengah memiliki status yang sustainable (58,36) meskipun hanya sedikit lebih tinggi dari batas indeks sustainabilitas 50%. Rendahnya nilai keberlanjutan ini disebabkan oleh manajemen perusahaan yang masih bersifat tradisional, keterbatasan pasar produk, tidak adanya analisis kelayakan usaha serta harga produk yang kurang prospektif. Dimensi terakhir yang memiliki nilai keberlanjutan terendah adalah dimensi teknologi. Dimensi ini menjadi satu-satunya dimensi yang memiliki status kurang berkelanjutan. Hal ini disebabkan karena sebagian besar industri kecil dan menengah di Kabupaten Bogor masih menerapkan teknologi sederhana yang beimplikasi pada rendahnya efisiensi kinerja. Status kurang berkelanjutan ini juga didukung oleh tidak adanya penerapan sertifikasi dan standarisasi produk, ketidaktersediaan teknologi informasi serta teknologi pengolahan yang masih rendah. Beberapa parameter statistik yang diperoleh dari analisis metode rapid appraisal dengan menggunakan metode MDS berfungsi sebagai standar untuk
31
menentukan kelayakan terhadap hasil kajian yang dilakukan di wilayah studi. Dalam hasil ordinasi terdapat nilai “stress” dan R2 untuk setiap dimensi. Nilai tersebut berfungsi untuk menentukan perlu tidaknya penambahan atribut untuk mencerminkan dimensi yang dikaji secara akurat (mendekati kondisi sebenarnya) (Edwarsyah, 2008). Tabel 5. Hasil analisis Rapfish untuk beberapa parameter statistik Nilai Statistik stress R2 iterasi
Ekonomi
Ekologi
Sosial
Teknologi
Kemitraan
0.22 0.91 3.00
0.24 0.84 3.00
0.25 0.94 3.00
0.23 0.93 3.00
0.17 0.90 3.00
Berdasarkan tabel 5 setiap dimensi memiliki nilai “stress” kurang dari atau sama dengan 0,25. Nilai ini berada pada range ketetapan yang menyatakan bahwa nilai “stress” pada analisis dengan metode MDS sudah cukup memadai jika diperoleh nilai 25%. Karena semakin kecil nilai “stress” yang diperoleh berarti semakin baik kualitas hasil analisis yang dilakukan. Berbeda dengan koefisien determinasi (R2), kualitas hasil analisis semakin baik jika nilai koefisien determinasi semakin besar (Mendekati 1) (Edwarsyah, 2008). Dengan demikian dari kedua parameter (nilai “stress” dan R2) menunjukkan bahwa seluruh atribut yang digunakan pada analisis keberlanjutan pengelolaan IKM di Kabupaten Bogor sudah cukup baik dalam menerangkan kelima dimensi pembangunan yang dianalisis. Untuk menguji tingkat kepercayaan nilai indeks digunakan analisis Monte Carlo. Analisis ini merupakan analisis berbasis komputer yang dikembangkan pada tahun 1994 dengan menggunakan teknik random number berdasarkan teori statistik untuk mendapatkan peluang suatu solusi persamaan atau model matematis. Mekanisme untukmendapatkan solusi tersebut mencakup perhitungan yang berulang-ulang. Oleh karena itu, proses perhitungan akan lebih cepat dan efisien jika menggunakan komputer (Bielajew, 2001). Analisis Monte Carlo sangat membantu dalam analisis Rapfish untuk melihat pengaruh kesalahan pembuatan skor pada setiap atribut pada masingmasing dimensi yang disebabkan oleh kesalahan prosedur atau pemahaman
32
terhadap atribut, variasi pemberian skor karena perbedaan opini atau penilaian oleh peneliti yang berbeda, stabilitas proses analisis MDS, kesalahan memasukkan data atau penilaian atau ada data yang hilang (missing data), dan nilai “stress” yang terlalu tinggi (Edwarsyah, 2008). Hasil analisis Monte Carlo dilakukan dengan beberapa kali pengulangan ternyata mengandung kesalahan yang tidak banyak mengubah nilai indeks setiap dimensi. Berdasarkan tabel 6 dapat dilihat bahwa nilai status keberlanjutan pengelolaan IKM pada masing-masing dimensi, tidak mengalami banyak perbedaan antara hasil MDS dengan analisis Monte Carlo. Kecilnya perbedaan nilai indeks antara hasil MDS dengan analisis Monte Carlo mengindikasikan halhal sebagai berikut : 1) kesalahan dalam pembuatan skor setiap atribut relatif kecil, 2) proses analisis yang dilakukan berulang-ulang stabil, serta 3) kesalahan memasukkan data dan data yang hilang dapat dihindari.
Tabel 6. Hasil analisis Monte Carlo untuk nilai indeks dan masing-masing nilai indeks dimensi IKM Status indeks Ekonomi Ekologi Sosial Teknologi Kemitraan
Hasil MDS Hasil Monte Carlo Selisih 58.36 57.70 0.66 61.98 61.63 0.35 78.71 77.33 1.38 27.18 28.27 -1.09 73.33 71.99 1.35
Perbedaan hasil analisis yang relatif kecil sebagaimana disajikan pada tabel 7 menunjukkan bahwa analisis keberlanjutan IKM di Kabupaten Bogor dengan menggunakan metode MDS memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi dan sekaligus dapat disimpulkan bahwa analisis indeks keberlanjutan ini dapat dijadikan salah satu alat evaluasi untuk penilaian cepat kondisi keberlanjutan pengelolaan industri kecil dan menengah di Kabupaten Bogor.
1. Dimensi Ekonomi Nilai keberlanjutan dimensi ekonomi berdasarkan hasil ordinasi rapfish adalah 58,36. Nilai tersebut terkategorikan sebagai nilai angka indeks yang cukup berkelanjutan. Untuk melihat nilai sensitivitas yang dimiliki setiap atribut yang
33
dinilai dalam penyusunan nilai indeks tersebut, maka rapfish melakukan analisis leverage pada setiap atribut. Grafik hasil analisis tersebut memuat nilai “root means square” yang digambarkan pada garis horizontal. Semakin tinggi nilai RMS sebuah atribut, maka semakin sensitif pengaruh sebuah atribut terhadap perubahan indeks status keberlanjutan pada dimensi tersebut. Leverage of Attributes Pendapatan masyarakat sekitar
2,99925238
Kelayakan usaha
4,778997902 4,079859835
Attribute
Harga komoditi Ketergantungan konsumen
5,571793354
Pasar produk
5,552257778
Kontribusi terhadap PAD
3,072400906
Tingkat pengembalian investasi
2,291180688 0
1
2
3
4
5
6
Gambar 5. Grafik analisis leverage untuk dimensi ekonomi. Berdasarkan hasil analisis leverage di atas, atribut yang paling sensitif dalam mempengaruhi dimensi ekonomi adalah luasan/cakupan pasar produk, ketergantungan konsumen terhadap produk yang dihasilkan industri dan aspek kelayakan usaha. Ketergantungan konsumen terhadap produk industri kecil menengah saat ini masih belum begitu tinggi. Hal ini disebabkan karena ada beberapa industri yang bergerak dalam bidang yang sama, sehingga konsumen memiliki beragam pilihan untuk produk-produk industri kecil dan menengah yang akan dikonsumsinya. Pada aspek pasar produk industri kecil dan menengah, saat ini sebagian besar hanya mencakup daerah lokal Kabupaten Bogor saja, karena sebagian besar industri tersebut berproduksi dengan kapasitas rendah, sehingga hanya mampu untuk memenuhi pasar lokal. Hanya sebagian kecil industri yang mampu memperluas pasar hingga ke luar negeri. Industri yang mampu memperluas pasar
34
seperti ini pada umumnya adalah industri menengah yang pemasaran produknya dikoordinir oleh eksportir atau pemerintah daerah. Kemampuan industri untuk bertahan dalam persaingan juga ditentukan oleh kelayakan usaha. Kondisi indeks keberlanjutan dimensi ekonomi industri kecil dan menengah saat ini masih sedikit di atas batas ketidakberlanjutan. Pada industri kecil dan menengah yang masih dikelola secara tradisional, tidak ada analisis kelayakan usaha yang dilakukan seperti seharusnya. Bagi beberapa pengelola industri, usaha mereka dianggap layak selama masih ada keuntungan yang diperoleh, tanpa menganalisis kelayakan usahanya secara benar. 2. Dimensi Ekologi Nilai indeks keberlanjutan untuk dimensi ekologi adalah 61,96. Nilai indeks tersebut termasuk ke dalam status sustainable dengan kategori cukup berkelanjutan. Atribut-atribut yang mempengaruhi nilai indeks keberlanjutan ekologi dtampilkan dalam grafik hasil analisis leverage berikut ini. Leverage of Attributes
Ketersediaan bahan baku
10,04266467
Pengaruh thd lingkungan Attribute
11,4768525
Pembuangan limbah
21,54596011
Pengolahan limbah
15,32205899
0
5
10
15
20
25
Gambar 6. Grafik analisis leverage untuk dimensi ekologi. Atribut yang paling sensitif mempengaruhi nilai indeks keberlanjutan adalah atribut pembuangan limbah, pengolahan limbah dan pengaruh limbah terhadap lingkungan. Atribut pertama menilai kondisi pengelolaan industri pada
35
aspek pembuangan limbah yang ada saat ini. Nilai analisis leverage untuk atribut ini adalah yang tertinggi dibandingkan dengan atribut lainnya. Dengan demikian, atribut ini adalah atribut yang paling sensitf dalam mempengaruhi nilai keberlanjutan dimensi ekologi. Untuk meningkatkan status keberlanjutan dimensi ekologi, maka aspek pembuangan limbah menjadi prioritas utama dalam perbaikan dimensi ini. Saat ini, pembuangan limbah dari sebagian besar industri kecil dan menengah pada umumnya langsung dibuang ke perairan, belum ada tempat khusus yang disediakan oleh industri untuk menampung limbah yang mereka hasilkan. Akibat yang ditimbulkannya adalah pencemaran tanah dan air. Oleh karena itu, aspek ini menjadi prioritas utama dalam perbaikan dimensi ekologi. Proses pembuangan limbah seperti ini diperparah dengan tidak tersedianya teknologi pengolahan limbah, sehingga limbah sisa proses dibuang ke lingkungan tanpa ada proses pengolahan terlebih dahulu. Hal ini perlu diperbaiki meskipun saat ini, dengan pola seperti itu, kegiatan industri belum menyebabkan pencemaran berat di lingkungannya. 3. Dimensi Sosial Nilai indeks keberlanjutan untuk dimensi sosial adalah 78,71; nilai tersebut adalah nilai indeks tertinggi dibandingkan dengan keempat dimensi lainnya. Dimensi sosial juga menjadi satu-satunya dimensi yang memiliki status berkelanjutan yang terkategorikan baik. Nilai indeks ini menggambarkan bahwasannya proses pengembangan industri kecil dan menengah di Kabupaten Bogor sudah sejalan dengan dimensi sosial. Terutama dalam aspek pemberdayaan masyarakat dan proses penyerapan tenaga kerja dari lingkungan sekitar industri, sehingga menimbulkan pola hubungan industri dan masyarakat yang saling menguntungkan. Dimensi sosial memiliki beberapa atribut yang sensitif terhadap nilai indeks keberlanjutan tersebut. Beberapa atribut yang sensitif ditampilkan dalam grafik di bawah ini,
36
Leverage of Attributes
Attribute
Pemberdayaan masyarakat
4,427467745
Pendidikan masyarakat sekitar
8,355862509
Hubungan dengan lingkungan
7,274750653
Penyerapan tenaga kerja
4,888654649
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Gambar 7. Grafik analisis leverage untuk dimensi sosial. Atribut yang paling sensitif dalam dimensi sosial adalah tingkat pendidikan masyarakat sekitar, hubungan industri kecil dan menengah dengan lingkungannya serta penyerapan tenaga kerja. Dari hasil survei yang dilakukan selama penelitian, pada umumnya tingkat pendidikan masyarakat sekitar industri berada pada level yang lebih tinggi dari rata-rata pendidikan di Kabupaten. Meski demikian, pengaruh keberadaan industri terhadap naiknya tingkat pendidikan warga masih bisa dioptimalkan untuk lebih meningkatkan pembangunan dimensi sosial. Atribut lain yang cukup sensitif mempengaruhi nilai keberlanjutan dimensi sosial adalah hubungan antara industri dengan masyarakat sekitar serta proses penyerapan tenaga kerja. Pada beberapa industri kecil dan menengah hubungan yang terjadi antara masyarakat dan industri tidak saling menguntungkan. Ada penduduk sekitar yang tidak merasakan perbaikan dengan adanya industri itu di sekitar pemukiman mereka. Bahkan dalam beberapa industri, ada warga yang merasa terganggu dengan aktivitas produksi industri. Pola hubungan yang tidak saling menguntungkan juga dapat disebabkan oleh minimnya penyerapan tenaga kerja dari warga sekitar. Kemampuan warga sekitar yang mungkin tidak sesuai dengan kebutuhan perusahaan, menjadi salah satu faktor penyebabnya, sehingga
37
industri lebih memilih untuk mendatangkan pekerja yang lebih terampil dari tempat lain. 4. Dimensi Teknologi Dimensi selanjutnya, yang dinilai dalam penelitian ini adalah dimensi teknologi. Nilai indeks keberlanjutan dimensi teknologi adalah 27,18. Nilai indeks ini menunjukkan bahwa dimensi teknologi masih kurang sustainable, bahkan nilainya mendekati kategori buruk. Teknologi yang digunakan pada industri kecil dan menengah masih sangat rendah. Sebagian besar industri masih menggunakan teknologi tradisional dalam proses pengolahannya. Ada beberapa industri yang telah menggunakan teknologi pengolahan yang lebih modern, namun jumlahnya tidak signifikan jika dibandingkan dengan jumlah industri dengan teknologi tradisional. Untuk mengetahui atribut-atribut yang sensitif dalam mempengaruhi nilai keberlanjutan dimensi teknologi, maka dilakukan analisis leverage pada setiap atribut yang dinilai.
Leverage of Attributes
Penerapan sertifikasi produk
5,591434669
Attribute
Penerapan standarisasi mutu
4,596729452
Teknologi pengolahan
4,974994067
Teknologi informasi
5,23485924
Tingkat efisiensi
7,393514645
0
1
2
3
4
5
6
7
8
Gambar 8. Grafik analisis leverage untuk dimensi teknologi. Atribut paling sensitif dalam mempengaruhi nilai keberlanjutan dimensi teknologi adalah efisiensi kinerja, penerapan sertifikasi produk dan ketersediaan
38
teknologi informasi. Proses pengolahan yang masih tradisional menjadi salah satu penyebab utama rendahnya efisiensi kinerja industri kecil dan menengah di Kabupaten Bogor. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan efisiensi kinerja industri adalah prioritas utama dalam perbaikan kualitas dimensi teknologi. Atribut selanjutnya yang menjadi prioritas adalah penerapan sertifikasi produk dan ketersediaan teknologi informasi sebagai penunjang kemajuan dimensi teknologi. Atribut-atribut yang dipakai dalam penilaian dimensi teknologi, disusun berdasarkan kriteria keberlanjutan industri kecil dan menengah secara umum. Pada beberapa industri yang sudah mapan, kriteria ini dapat dipenuhi dengan cukup baik, namun pada sebagian besar industri kecil dan menengah yang masih tradisional, kriteria ini menjadi sangat jauh dan sulit dicapai dengan kondisi yang ada saat ini. 5. Dimensi Kemitraan Dimensi terakhir yang dinilai adalah dimensi kemitraan. Dimensi ini menilai keberlanjutan sebuah industri berdasarkan adanya jalinan kerjasama yang dilakukan industri baik dengan pemasok, investor, distributor atau pemasar barang, maupun dengan industri di sektor lain (kerjasama lintas sektor). Nilai indeks keberlanjutan dimensi ini adalah 73,33. Nilai tersebut berada pada kategori cukup berkelanjutan, bahkan mendekati kategori baik. Leverage of Attributes
Attribute
Kerjasama lintas sektor
14,27157655
Kerjasama dengan distributor
17,55563144
Kemitraan dengan pemasok bahan
11,08219696
Kemitraan dengan investor
11,4550824
0
5
10
15
20
Gambar 9. Grafik analisis leverage untuk dimensi kemitraan.
39
Atribut yang paling sensitif dalam mempengaruhi indeks keberlanjutan dimensi kemitraan adalah kerjasama dengan distributor, kerjasama lintas sektor dan kemitraan dengan investor. Kondisi yang ada saat ini masih dapat dioptimalkan dengan peningkatan pada ketiga dimensi tersebut. Kerjasama dengan distributor menjadi atribut utama yang perlu diprioritaskan dalam peningkatan status keberlanjutan dimensi ini. Saat ini, baru sebagian industri kecil dan menengah sudah menjalin kerjasama dengan distributor dan para pemasar produk mereka. Kerjasama lintas sektor dan kemitraan dengan investor pun perlu menjadi perhatian para pengelola industri kecil dan menengah. Kedua faktor tersebut dapat mempermudah proses penyediaan faktor produksi dan penyediaan modal. Kerjasama lintas sektor juga perlu dilakukan untuk memperkuat eksistensi masing-masing industri yang bekerjasama. D. Indeks Keberlanjutan pada Empat Dimensi Ekonomi, Ekologi, Sosial dan Kemitraan Berdasarkan hasil analisis sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa nilai indeks keberlanjutan yang terkecil adalah pada dimensi teknologi. Kondisi hasil penilaian di lapangan memperlihatkan bahwa nilai dimensi teknologi jauh berada di bawah keempat dimensi lainnya. Oleh karena itu, dalam pembahasan subbab ini akan disimulasikan penyusunan nilai indeks keberlanjutan dengan menggunakan empat dimensi yang memiliki nilai yang relatif seimbang. Gambar diagram layang berikut ini hanya akan menampilkan hasil analisis yang memuat empat dimensi yaitu ekonomi, ekologi, sosial dan kemitraan.
40
E konomi 58,36 100, 00
90, 00
80, 00
70, 00
60, 00
50, 00
40, 00
30, 00
20, 00
10, 00
E kologi
K emitraan 73,33
0, 00
61,98
S os ial
78,71
Gambar 10. Nilai indeks keberlanjutan industri kecil dan menengah dengan empat dimensi (ekonomi, ekologi, sosial dan kemitraan) Penghilangan dimensi teknologi berpengaruh pada bentuk diagram layang. Dengan empat dimensi yang ada (ekonomi, ekologi, sosial dan kemitraan), maka kondisi pengelolaan industri kecil dan menengah berada dalam kondisi yang baik. Keseimbangan antara keempat dimensi menggambarkan bahwa pengelolaan pengembangan IKM dapat berjalan dengan baik, seimbang antar setiap dimensi yang dinilai. Berdasarkan nilai indeks, dapat disimpulkan bahwa pengelolaan IKM d Kabupaten Bogor sudah berkelanjutan karena secara ekonomi layak dan menguntungkan dan secara ekologi ramah lingkungan. Demikian juga dengan dimensi sosial dan kemitraan, kedua dimensi tersebut berada dalam kondisi yang berkelanjutan. Hal itu dapat disebabkan oleh keberhasilan IKM dalam proses penyerapan tenaga kerja dari lingkungan sekitar, serta keberhasilan dalam proses pemberdayaan masyarakat. Berdasarkan analisis pada empat dimensi tersebut, maka secara umum dapat disimpulkan bahwa pengelolaan IKM di Kabupaten Bogor asudah berkelanjutan. E. Upaya untuk Meningkatkan Dimensi Teknologi Dalam proses perbaikan menyeluruh dalam pengelolaan IKM di Kabupaten Bogor, maka hasil penilaian untuk setiap dimensi memiliki peranan penting sebagai pengidentifikasi gambaran kondisi faktual di lapangan. Gambaran
41
ini dapat memberikan informasi nilai-nilai yang dimiliki oleh setiap dimensi, sehingga
dapat
diambil
prioritas-prioritas
dalam
pengembangan
proses
pengelolaan IKM yang berkelanjutan. Dimensi teknologi adalah
dimensi dengan nilai indeks keberlanjutan
terendah. Status keberlanjutannya masih berada pada status yang kurang berkelanjutan, karenanya perbaikan pada dimensi ini harus menjadi prioritas dalam pengelolaan industri kecil dan menengah di Kabupaten Bogor. Prioritas perbaikan juga ditentukan oleh nilai hasil analisis leverage. Atribut dengan nilai tertinggi pada analisis leverage, menjadi atribut pertama yang harus di perbaiki. Berikut ini hasil analisis dari perbaikan yang dilakukan dengan memaksimalkan beberapa atribut yang masih perlu ditingkatkan. 1. Memaksimalkan Efisiensi Kinerja IKM Efisiensi kinerja merupakan faktor yang paling sensitif dalam penilaian keberlanjutan dimensi teknologi. Oleh karena itu, dalam analisis selanjutnya, akan dilihat pengaruh yang diakibatkan oleh perbaikan (maksimalisasi) atribut efisiensi kinerja industri terhadap performa dimensi teknologi. Hasil pengolahan data menunjukkan nilai status keberlanjutan pengelolaan industri kecil dan menengah yang baru. Status ini disusun dengan memaksimalkan nilai efisiensi kinerja industri. Nilai indeks keberlanjutan dimensi berubah naik, dari nilai awal sebesar 27,18 menjadi 32,33. Akan tetapi, kenaikan tersebut masih belum meningkatkan status keberlanjutan dimensi ini.
42
E konomi 100, 00
90, 00
58,36
80, 00
70, 00
60, 00
50, 00
40, 00
Teknologi 32,17
K emitraan 73,33
30, 00
20, 00
10, 00
0, 00
E kologi
S os ial 78,71
61,98
Gambar 11. Nilai indeks keberlanjutan pengelolaan industri kecil dan menengah di Kabupaten Bogor dengan memaksimalkan atribut efisiensi kinerja pada dimensi teknologi. Dimensi teknologi masih berada pada kategori kurang sustainable. Peningkatan yang tidak begitu besar ini disebabkan oleh sensitifitas ketiga faktor (yang paling sensitif) yang tidak berbeda jauh nilainya dalam analisis leverage. Oleh karena nilai indeks keberlanjutannya masih belum berada pada status sustainable, maka untuk meningkatkan status tersebut, perlu ditingkatkan kualitas atribut berikutnya yang memiliki sensitifitas tertinggi. 2. Memaksimalkan Penerapan Sertifikasi Produk Setelah efisiensi kinerja dimaksimalkan, maka dalam analisis selanjutnya akan dianalisis kondisi keberlanjutan dimensi teknologi dengan memaksimalkan atribut yang berada pada urutan kedua dari daftar atribut yang paling sensitif.
43
E konomi 58,36 100, 00
90, 00
80, 00
70, 00
60, 00
50, 00
E kologi
40, 00
30, 00
20, 00
61,98
10, 00
Teknologi 48,77
0, 00
K emitraan 73,33
S os ial 78,71
Gambar 12. Nilai indeks keberlanjutan pengelolaan industri kecil dan menengah di Kabupaten Bogor dengan memaksimalkan atribut penerapan sertifikasi produk pada dimensi teknologi. Hasil analisis data dengan memaksimalkan nilai atribut penerapan sertifikasi produk menunjukkan peningkatan nilai indeks keberlanjutan dimensi teknologi. Nilai indeks keberlanjutan dimensi teknologi meningkat menjadi 48,77. Nilai indeks ini hampir mencapai status sustainable, namun masih terkategori kurang berkelanjutan. Dalam dua proses optimasi atribut tadi, ternyata peningkatan dengan memaksimalkan efisiensi kinerja dan proses penerapan sertifikasi produk, masih belum cukup untuk meningkatkan status keberlanjutan dimensi teknologi menjadi lebih baik. Oleh karena itu, perlu peningkatan pada atribut lainnya, yaitu memaksimalkan ketersediaan teknologi informasi. 3. Memaksimalkan Peran IT dalam Proses Pengelolaan Industri Kecil dan Menengah Sebagian besar industri kecil dan menengah di Kabupaten Bogor belum dilengkapi dengan sistem teknologi informasi. Hal ini disebabkan oleh sistem pengelolaannya yang masih tradisional, sehingga tidak merasa perlu untuk mengakses teknologi informasi meski hanya untuk mendapatkan iformasi tentang uasaha yang sedang dijalaninya. Dalam analisis selanjutnya, akan dilihat pengaruh dari maksimalisasi peran teknologi informasi terhadap nilai keberlanjutan dimensi teknologi.
44
E konomi 58,36 100, 00
90, 00
80, 00
70, 00
60, 00
50, 00
40, 00
Teknologi 73,02
30, 00
K emitraan
20, 00
10, 00
73,33
0, 00
E kologi
S os ial 78,71
61,98
Gambar 13. Nilai indeks keberlanjutan pengelolaan industri kecil dan menengah di Kabupaten Bogor dengan memaksimalkan atribut teknologi informasi. Nilai indeks keberlanjutan dimensi teknologi saat ini telah meningkat menjadi 73,02. Dengan nilai tersebut, status keberlanjutan dimensi teknologi menjadi cukup berkelanjutan. Dari hasil analisis dengan memaksimalkan ketiga atribut teknologi paling sensitif, status keberlanjutan dimensi teknologi baru bisa menjadi sustainable setelah ketiga atribut paling sensitif tersebut dimaksimalkan.
45
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Analisis indeks keberlanjutan industri kecil dan menengah memberikan gambaran kondisi faktual mengenai keberlanjutan pengelolaan industri kecil dan menengah di Kabupaten Bogor. Dimensi dengan nilai indeks keberlanjutan terbaik adalah dimensi sosial dengan skor 78,711. Dengan nilai tersebut, dimensi sosial dapat dikatakan sebagai dimensi yang sustainable dengan status keberlanjutan yang dapat dikategorikan “baik” (75,00-100). Nilai indeks keberlanjutan di peringkat selanjutnya adalah dimensi kemitraan, ekologi serta ekonomi dengan nilai indeks berturut-turut 73,334; 61,981 dan 58,364. ketiga dimensi ini memiliki status yang sustainable dengan kategori “cukup”. Dimensi terakhir yang memiliki nilai keberlanjutan terendah adalah dimensi teknologi. Dimensi ini menjadi satu-satunya dimensi yang memiliki status kurang berkelanjutan (27,18) . Hal ini disebabkan karena sebagian besar industri kecil dan menengah di Kabupaten Bogor masih menerapkan teknologi sederhana yang beimplikasi pada rendahnya efisiensi kinerja. Status kurang berkelanjutan ini juga didukung oleh tidak adanya penerapan sertifikasi dan standarisasi produk, ketidaktersediaan teknologi informasi serta teknologi pengolahan yang masih rendah. Untuk meningkatkan status kebelanjutan pengeloaan IKM, perbaikan pada dimensi teknologi harus menjadi prioritas dalam pengelolaan industri kecil dan menengah di Kabupaten Bogor. Prioritas perbaikan juga ditentukan oleh nilai hasil analisis leverage. Atribut dengan nilai tertinggi pada analisis leverage, menjadi atribut pertama yang harus di perbaiki, sehingga prioritas perbaikan perlu difokuskan pada peningkatan kinerja IKM, penerapan sertifikasi produk serta memaksimalkan peran teknologi informasi untuk mendukung kemajuan IKM.
46
B. Saran Untuk
tercapainya
pembangunan
industri
kecil
menengah
yang
berkelanjutan, maka perlu dilakukan perbaikan pada dimensi teknologi, terutama pada aspek efisiensi kinerja industri, penerapan sertifikasi produk serta peningkatan pada aspek teknologi informasi. Untuk mendapatkan hasil yang lebih komprehensif, diperlukan penelitian lebih lanjut dengan atribut penilaian yang lebih detail untuk mendapatkan hasil penilaian yang lebih mendekati kondisi nyata di lokasi penelitian.
47
DAFTAR PUSTAKA
Alder J, Pitcher TJ, Preikshot D. And Kaschner K. Ferriss B. How Good is Good? : a rapid appraisal technique for evaluation of the sustainability status of fisheries of the North Atlantic. Sea Around Us: Methodology Review. Fsheries Centre. Canada. University of Columbia. 136-182. Bielajew, AF. 2001. Fundamental of the Monte Carlo Method for Natural and Charged
Particle
Transport.
Depatment
Engineering
and
Radiological Sciences, The University of Michigan, Ann Arbor. Bond, Richard, Curran, Jahanna, Kirk Patrick, Lece, Norman, Francis, Paul. 2001. Integrated Impact Assessment for Sustainable Development, A Case Study Approach. University of Manchester. UK. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor. 2006. Kabupaten Bogor dalam Angka. Dirjen UKM. 2007. Kajian Pengembangan Kompetensi Inti Daerah. Departemen perindustrian. Edwarsyah. 2008. Rancang Bangun Sistem Kebijakan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Pesisir (Studi Kasus : DAS dan Pesisir Citarum Jawa Barat). Sekolah Pascasarjana IPB. Fauzi, A dan Anna S. 2005. Permodelan Sumberdaya Perikanan dan Lautan untuk Analisis Kebijakan. Gramedia Pustaka Utama. Kavanagh P dan Pitcher TJ. 2004. Implementing Microsoft Excell Software for Rapfish: a technique for rapid appraisal fisheries status. Fisheries Centre Research Report. Canada. Universityof British Columbia. Marhayudi, Putut. 2006. Model Pengelolaan Hutan Berkelanjutan Di Wilayah Perbatasan Kalimantan Barat. Sekolah Pascasarjana IPB. Marten, Gerald. 2001. Human Ecology, Basic Concept for Sustainable Development. London. Mitchel, B. 1997. Resource and Environmental Management. University of Ontario, Ontario. Waterloo.
48
Munasinghe,
Mohan.
1993.
Environmental
Economic
and
Sustainable
Development, The International Bank for Recontruction and Development/ The World Bank. Washington DC. USA. Salikin, A. 2003. Pembangunan Pertanian Berkelanjutan. Jakarta Salim, E. 2004. Membangun Indonesia 2005-2020. Jurnal ekonomi lingkungan. Edisi 13 tahun 2004. Setiadi. 2002. Buletin Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Vol. 3. No. 1. Sitorus, S. 2004. Pengembangan Sumberdaya Berkelanjutan. Laboratorium Perencanaan Pengembangan Sumberdaya Lahan IPB. Bogor. Kuncoro, M., (2003), Metode Riset Untuk Bisnis & Ekonomi: Bagaimana Meneliti & Menulis Tesis?, Cetakan 1, Erlangga, Jakarta. Sekaran, U., (2003), Research Methods for Business A Skill-Building Approach, Fourth Edition. John Wiley & Sons, Inc., Singapore.
49
LAMPIRAN
50
Kelayakan usaha
Pendapatan masyarakat sekitar
Pengolahan limbah
Pembuangan limbah
Pengaruh thd lingkungan
Ketersediaan bahan baku
Penyerapan tenaga kerja
Hubungan dengan lingkungan
Pendidikan masyarakat sekitar
Pemberdayaan masyarakat
0
2
1
0
0
2
2
2
1
0
1
0
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
UKM 2
2
1
0
1
2
2
1
0
1
1
1
2
1
1
2
1
UKM 3
2
2
1
1
2
3
1
1
1
1
2
1
1
1
2
2
UKM 4
1
0
0
1
1
2
1
0
0
1
2
1
1
1
2
1
UKM 5
0
0
0
0
1
1
0
0
0
2
1
1
1
1
2
1
UKM 6
2
2
1
1
2
3
2
0
1
2
1
1
1
2
3
2
UKM 7
2
2
2
1
2
3
2
1
1
1
1
1
1
2
3
2
UKM 8
2
2
1
1
2
3
2
0
1
2
1
1
1
2
3
2
UKM 9
2
2
1
1
2
3
2
0
1
2
1
2
1
1
3
2
UKM 10
2
2
1
1
2
3
2
0
1
2
1
2
1
2
3
2
UKM 11
2
1
1
1
1
3
2
0
1
1
2
2
1
1
3
1
UKM 12
2
1
1
1
1
3
1
0
0
2
2
1
1
1
2
1
UKM 13
1
0
0
2
2
2
1
1
1
2
1
1
1
1
2
1
UKM 14
1
0
0
1
0
2
1
0
0
1
2
1
1
1
2
1
UKM 15
2
2
1
1
2
3
1
0
0
2
1
2
1
2
3
2
UKM 16
0
0
0
1
2
2
1
0
0
2
1
1
1
1
3
1
UKM 17
0
0
0
1
1
1
1
0
0
2
2
1
1
0
2
0
UKM 18
2
1
1
1
2
3
1
0
1
1
2
2
1
1
3
2
UKM 19
1
1
1
1
1
2
1
0
1
1
2
1
1
1
2
1
UKM 20
2
2
2
2
2
3
2
0
1
1
2
2
1
2
3
2
UKM 21
2
1
1
1
2
3
1
0
1
1
2
1
1
1
2
2
UKM 22
1
1
0
1
1
2
1
0
1
2
1
2
1
1
2
1
UKM 23
2
2
1
1
2
3
1
0
1
1
2
2
1
1
3
2
UKM 24
1
1
0
2
1
2
1
0
0
2
1
1
1
1
2
1
UKM 25
1
1
0
1
1
2
1
0
0
2
1
1
1
1
3
1
UKM 26
1
1
0
1
2
3
1
0
0
2
1
1
1
1
3
1
UKM 27
1
0
0
0
0
2
1
1
1
2
1
1
1
1
2
1
UKM 28
1
1
0
1
1
2
1
0
0
1
1
1
1
1
3
1
UKM 29
2
2
1
1
2
3
2
0
0
2
1
2
1
2
3
2
UKM 30
2
1
1
1
1
2
1
0
0
1
1
2
1
2
2
1
Dosen TIN
1
1
1
1
1
2
1
0
1
1
2
1
1
1
2
1
Tingkat efisiensi
Harga komoditi
1
0
TECHNOLOGICAL
Ketergantungan konsumen
0
1
SOCIAL
Pasar produk
1
0
ECOLOGICAL
Kontribusi terhadap PAD
1
Disperindag Bogor 2
ECONOMIC
Disperindag Bogor 1
Attributes > Red Sea Fisheries V
Abbreviation
Tingkat pengembalian investasi
Lampiran 1. Worksheet input data
Reference fisheries: GOOD
1
2
2
2
2
2
3
2
1
1
2
2
2
1
2
3
2
BAD
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
UP
3
2
2
2
2
0
0
0
1
1
0
0
2
1
0
0
2
DOWN
4
0
0
0
0
2
3
2
0
0
2
2
0
0
2
3
0
Anchor Fisheries:
1
2
2
2
2
2
3
0
1
1
2
0
2
1
2
0
2
2
2
2
2
2
2
0
0
1
0
0
0
2
0
0
0
2
3
2
2
2
0
0
0
0
0
0
0
2
0
0
0
3
2
51
4
2
2
0
0
0
0
0
0
1
2
2
0
1
2
3
0
5
2
0
0
0
0
0
0
4
0
3
2
0
0
0
2
0
6
0
0
0
0
0
0
0
0
7
0
0
0
0
0
0
2
0
8
0
0
0
0
0
3
2
9
0
0
0
2
2
3
2
10
0
2
2
2
3
2
2
2
2
3
2
0
0
0
0
0
11 0 2 User-entered scoring error limits per attribute: (score is expected to be in interval scoreEmin to score+Emax) Emin Emax
DEFAULT 95% probability scoring error limits set at 20% of full attribute scale Error limit above or below score 0 0
52
Lampiran 2. Form analisis rapfish
53
Lampiran 3. Hasil ordinasi Rapfish untuk dimensi ekonomi Disperindag Bogor 1 Disperindag Bogor 2 UKM 1 UKM 2 UKM 3 UKM 4 UKM 5 UKM 6 UKM 7 UKM 8 UKM 9 UKM 10 UKM 11 UKM 12 UKM 13 UKM 14 UKM 15 UKM 16 UKM 17 UKM 18 UKM 19 UKM 20 UKM 21 UKM 22 UKM 23 UKM 24 UKM 25 UKM 26 UKM 27 UKM 28 UKM 29 UKM 30 Dosen TIN GOOD BAD UP DOWN ANCHORS:
2D MDS Results
Rotated
-0.575575
-0.06708
-0.57701
0.053359
42.85063
-1.17153
-0.462506 -0.501244 0.0167694 0.7461946 -0.500347 -1.846862 1.1166056 1.581007 1.1168125 1.1168153 1.1168164 0.4279378 0.1500579 0.101573 -0.849192 0.7439025 -0.463496 -0.938577 0.4426391 -0.108217 2.0785551 0.4482099 -0.267794 0.7456133 -0.004454 -0.266792 0.0847346 -1.294618 -0.267461 1.115766 -0.004929 -0.097564 2.0817924 -2.566087 0.192332 -0.423958 1.7020196 1.0293998 -0.806023 -1.513552 -2.110414 -2.548091 -2.11759 -1.201434 0.4620249 1.2630078 1.8561925
0.27342 0.22016 -0.0954 -0.33868 0.21964 0.144392 0.144158 -0.09399 0.143945 0.143949 0.143953 0.210182 -0.18357 0.693172 0.199366 -0.33214 0.824186 0.419666 -0.06905 -0.11 -0.05652 -0.0681 0.003288 -0.32582 0.042206 0.002847 0.373325 0.304345 0.003639 0.148808 -0.2722 -0.10764 -0.05143 -0.16211 -2.3238 1.727163 -1.03478 -1.92681 -2.20966 -1.58377 -0.92282 -0.21989 0.820894 1.498844 1.69953 1.433892 0.71629
-0.45587 -0.49586 0.014494 0.737921 -0.49498 -1.8429 1.119721 1.578321 1.119923 1.119926 1.119927 0.43282 0.145645 0.118046 -0.84421 0.735785 -0.44374 -0.92832 0.44087 -0.1108 2.076621 0.446462 -0.26764 0.737646 -0.00345 -0.26665 0.093598 -1.28701 -0.2673 1.118992 -0.01141 -0.1001 2.079978 -2.56922 0.136958 -0.38272 1.676904 0.983239 -0.8584 -1.55082 -2.13178 -2.5526 -2.09745 -1.16541 0.502352 1.296784 1.872718
-0.28435 -0.23203 0.095771 0.356344 -0.23149 -0.18832 -0.11754 0.1316 -0.11732 -0.11732 -0.11733 -0.19994 0.187089 -0.69056 -0.21953 0.349758 -0.83499 -0.44189 0.079563 0.107397 0.105981 0.078754 -0.00966 0.343476 -0.0423 -0.0092 -0.3712 -0.33508 -0.01001 -0.1222 0.272004 0.105291 0.100975 0.100976 2.327721 -1.73677 1.075008 1.950774 2.189846 1.547289 0.872319 0.159165 -0.87107 -1.52702 -1.68805 -1.40342 -0.6719
45.4563 44.59605 55.57331 71.13357 44.61506 15.62244 79.34574 89.20982 79.35008 79.35014 79.35017 64.57113 58.39426 57.80062 37.10347 71.08763 45.71702 35.29422 64.74428 52.87825 99.92779 64.86455 49.50487 71.12766 55.1874 49.52619 57.27477 27.57923 49.51222 79.33007 55.0162 53.10854 100 0 58.20741 47.02956 91.33024 76.41015 36.79825 21.90474 9.408842 0.357387 10.14737 30.19458 66.0667 83.15422 95.54203
-9.48035 -8.19304 -0.12804 6.282926 -8.17972 -7.11756 -5.3761 0.753481 -5.37074 -5.37083 -5.37093 -7.4034 2.118675 -19.4744 -7.88538 6.1209 -23.0278 -13.3563 -0.52681 0.158 0.123159 -0.54672 -2.72204 5.96632 -3.52506 -2.71063 -11.6172 -10.7284 -2.73049 -5.49098 4.20788 0.106175 0 -4.78539 50 -50 19.17906 40.72585 46.60782 30.79875 14.19224 -3.35374 -28.701 -44.8395 -48.8014 -41.7985 -23.8007
54
& Flipped & Scaled
Lampiran 3. Hasil ordinasi Rapfish untuk dimensi ekonomi (lanjutan) Stress = Squared Correlation (RSQ) = Number of iterations = Memory needed (words) = Rotation angle (degrees) =
0.2159019 0.9086959 3 14444 1.3640831
Return value ierr = 0 no errors RAPFISH PARAMETERS USED FOR THIS ANALYSIS # fisheries = # reference fisheries = # anchor fisheries = Row# of 1st fishery = Row# of GOOD fishery = Row# of BAD fishery = Row# of UP fishery = Row# of DOWN fishery = Column letter with fisheries names = A Row# of 1st anchor fishery = # attributes = Column letter of 1st attribute = D
55
33 4 11 2 37 38 39 40 41 7
Lampiran 4. Hasil ordinasi Rapfish untuk dimensi ekologi 2D MDS Results Disperindag Bogor 1 Disperindag Bogor 2 UKM 1 UKM 2 UKM 3 UKM 4 UKM 5 UKM 6 UKM 7 UKM 8 UKM 9 UKM 10 UKM 11 UKM 12 UKM 13 UKM 14 UKM 15 UKM 16 UKM 17 UKM 18 UKM 19 UKM 20 UKM 21 UKM 22 UKM 23 UKM 24 UKM 25 UKM 26 UKM 27 UKM 28 UKM 29 UKM 30 Dosen TIN GOOD BAD UP DOWN ANCHORS:
Rotated
& Flipped & Scaled
1.4429697
-0.06295
0.40302
-1.38697
68.34832
-39.6164
-1.475117 -0.238473 -0.528196 -0.83114 0.7475846 0.420583 0.1302436 -1.465977 0.1331602 0.1331762 0.1331924 0.5633874 1.4594219 -0.927811 0.7489837 0.4261847 0.4261904 1.4629405 0.5622967 0.5623308 0.5623648 0.5623989 0.1432749 0.5622694 0.41552 0.41553 0.41554 -0.906701 -0.197764 0.4152376 -0.197134 0.553907 0.1488358 -1.308566 -3.42332 1.4635103 -2.143258 -3.060561 0.5687149 1.12427
0.520297 -0.8719 -0.16305 1.375636 -0.86367 -0.57677 0.614625 0.519044 0.614758 0.614768 0.614779 0.292124 -0.05826 1.358722 -0.85195 -0.55924 -0.55924 -0.05309 0.288807 0.288873 0.288939 0.289004 0.600233 0.288069 -0.56523 -0.56523 -0.56523 1.339168 -0.81095 -0.55531 -0.81082 0.297625 1.894038 -2.41155 0.100527 -0.05287 1.404667 -1.53041 -1.98095 0.863991
0.019876 -0.90233 -0.32379 1.036533 -0.57838 -0.41147 0.623936 0.021619 0.624998 0.625012 0.625027 0.457335 0.412732 0.989516 -0.56683 -0.39308 -0.39308 0.41876 0.453844 0.453917 0.453991 0.454064 0.614483 0.453136 -0.40217 -0.40217 -0.40216 0.977763 -0.83154 -0.39286 -0.83122 0.459507 1.841767 -2.7038 -1.00237 0.419151 0.643339 -2.4309 -1.69403 1.178843
1.56406 -0.05366 0.448035 1.22832 -0.98503 -0.5833 0.073694 1.555001 0.070974 0.070962 0.07095 -0.43998 -1.40106 1.314464 -0.9826 -0.58299 -0.583 -1.40273 -0.44001 -0.44003 -0.44004 -0.44005 0.056736 -0.44023 -0.57481 -0.57482 -0.57483 1.288199 -0.07268 -0.57136 -0.07324 -0.42924 0.466289 0.466289 3.274826 -1.4032 2.480476 2.408304 -1.17383 -0.7879
59.91934 39.63139 52.35884 82.28526 46.75799 50.42992 73.20835 59.9577 73.23171 73.23203 73.23236 69.54322 68.56197 81.25092 47.01204 50.83462 50.83463 68.69459 69.46642 69.46803 69.46964 69.47124 73.00038 69.45084 50.63456 50.63464 50.63472 80.99236 41.18853 50.83938 41.19567 69.591 100 0 37.43051 68.70319 73.63519 6.003586 22.21428 85.41602
23.46653 -11.1148 -0.39022 16.28957 -31.0241 -22.4367 -8.39234 23.27288 -8.45048 -8.45073 -8.45099 -19.373 -39.9174 18.13104 -30.9722 -22.43 -22.4301 -39.9532 -19.3736 -19.3739 -19.3741 -19.3744 -8.75483 -19.3781 -22.2551 -22.2553 -22.2555 17.56959 -11.5214 -22.1814 -11.5332 -19.1433 0 -10.0368 50 -50 33.01954 31.47677 -45.0968 -36.8471
56
Lampiran 4. Hasil ordinasi Rapfish untuk dimensi ekologi (lanjutan) Stress = Squared Correlation (RSQ) = Number of iterations = Memory needed (words) = Return value (error if > 0) Rotation angle (degrees) =
RAPFISH PARAMETERS USED FOR THIS ANALYSIS # fisheries = # reference fisheries = # anchor fisheries = Row# of 1st fishery = Row# of GOOD fishery = Row# of BAD fishery = Row# of UP fishery = Row# of DOWN fishery = Column letter with fisheries names = Row# of 1st anchor fishery = # attributes = Column letter of 1st attribute =
57
0.2396466 0.8357449 3 10622 0 71.29953
33 4 4 2 37 38 39 40 A 41 4 D
Lampiran 5. Hasil ordinasi Rapfish untuk dimensi sosial 2D MDS Results Disperindag Bogor 1 Disperindag Bogor 2 UKM 1 UKM 2 UKM 3 UKM 4 UKM 5 UKM 6 UKM 7 UKM 8 UKM 9 UKM 10 UKM 11 UKM 12 UKM 13 UKM 14 UKM 15 UKM 16 UKM 17 UKM 18 UKM 19 UKM 20 UKM 21 UKM 22 UKM 23 UKM 24 UKM 25 UKM 26 UKM 27 UKM 28 UKM 29 UKM 30 Dosen TIN GOOD BAD UP DOWN ANCHORS:
Rotated
& Flipped & Scaled
0.617864
1.4336
-0.49273
1.481278
65.33064
30.71575
0.2757241 0.2757181 -0.113797 0.2751302 0.2751242 0.2751182 -0.917756 -0.917768 -0.917781 -0.629106 -1.394908 -0.63062 0.2512509 0.2512457 0.2512404 -1.402349 -0.1512 0.7473769 -0.639656 0.2411503 -1.409208 0.2335589 -0.147433 -0.644441 0.2314162 -0.161571 -0.161578 0.230746 -0.162 -1.422267 -0.951492 0.219694 -1.424787 4.0904217 0.8603648 0.6068814 -0.611629 3.0797985 2.4202993 -0.898777
-0.02996 -0.02995 0.609927 -0.02889 -0.02889 -0.02889 -0.63852 -0.63852 -0.63852 0.322408 0.073878 0.321461 -0.03407 -0.03407 -0.03407 0.075232 -0.40588 0.224672 0.323167 -0.03276 0.076041 -0.03201 0.598702 0.3233 -0.03011 -0.40018 -0.40018 -0.03071 -0.40035 0.080024 0.512903 -0.02795 0.08024 -0.39418 2.097444 -2.85887 1.795663 1.739636 -2.03261 -1.47818
-0.27728 -0.27727 0.165651 -0.27659 -0.27659 -0.27658 0.859657 0.859669 0.859681 0.654422 1.396108 0.65585 -0.25325 -0.25324 -0.25324 1.403636 0.115859 -0.72537 0.664999 -0.24307 1.41054 -0.23544 0.198201 0.669778 -0.23315 0.12668 0.126686 -0.23253 0.127092 1.423892 0.991949 -0.22128 1.426422 -4.10915 -0.67744 -0.84966 0.763273 -2.91937 -2.5856 0.768786
-0.00622 -0.00621 0.59793 -0.0052 -0.0052 -0.0052 -0.71482 -0.71482 -0.71482 0.267305 -0.04594 0.266232 -0.01241 -0.01241 -0.01241 -0.04523 -0.41734 0.287897 0.267158 -0.01197 -0.04501 -0.01187 0.583864 0.26688 -0.01017 -0.41256 -0.41256 -0.01082 -0.41276 -0.04216 0.42947 -0.00902 -0.04216 -0.04216 2.163463 -2.79634 1.736638 1.997184 -1.81771 -1.54977
69.22274 69.22285 77.22421 69.23508 69.23519 69.2353 89.76141 89.76163 89.76185 86.05386 99.45238 86.07965 69.65685 69.65694 69.65704 99.58839 76.32472 61.12791 86.24493 69.84068 99.7131 69.97847 77.81223 86.33126 70.01997 76.5202 76.52032 70.03112 76.52766 99.95431 92.15127 70.2343 100 0 61.99377 58.88262 88.02024 21.49332 27.52304 88.11983
0.724769 0.724798 12.90562 0.745156 0.745185 0.745215 -13.5622 -13.5622 -13.5622 6.239533 -0.07619 6.217887 0.599857 0.59988 0.5999 -0.06185 -7.5644 6.65471 6.236556 0.608815 -0.05744 0.610723 12.62201 6.23096 0.645111 -7.46795 -7.46796 0.632006 -7.47196 7.63E-06 9.509109 0.668181 0 5.529996 50 -50 41.39433 46.64747 -30.2687 -24.8664
58
Lampiran 5. Hasil ordinasi Rapfish untuk dimensi sosial Stress = Squared Correlation (RSQ) = Number of iterations = Memory needed (words) = Return value (error if > 0) Rotation angle (degrees) =
RAPFISH PARAMETERS USED FOR THIS ANALYSIS # fisheries = # reference fisheries = # anchor fisheries = Row# of 1st fishery = Row# of GOOD fishery = Row# of BAD fishery = Row# of UP fishery = Row# of DOWN fishery = Column letter with fisheries names = Row# of 1st anchor fishery = # attributes = Column letter of 1st attribute =
59
0.2451291 0.9407049 3 10622 0 175.08354
33 4 4 2 37 38 39 40 A 41 4 D
Lampiran 6. Hasil ordinasi Rapfish untuk dimensi teknologi Disperindag Bogor 1 Disperindag Bogor 2 UKM 1 UKM 2 UKM 3 UKM 4 UKM 5 UKM 6 UKM 7 UKM 8 UKM 9 UKM 10 UKM 11 UKM 12 UKM 13 UKM 14 UKM 15 UKM 16 UKM 17 UKM 18 UKM 19 UKM 20 UKM 21 UKM 22 UKM 23 UKM 24 UKM 25 UKM 26 UKM 27 UKM 28 UKM 29 UKM 30 Dosen TIN GOOD BAD UP DOWN ANCHORS:
2D MDS Results
Rotated
-0.044002
-0.84901
-0.07641
-0.84671
29.35041
-14.1418
0.0570641 1.4445134 0.5415855 -0.325382 0.5419205 1.0595368 -1.352249 -1.352248 -0.596058 -1.728581 -1.036648 -0.465741 -0.270216 0.5437173 0.5437215 0.0624822 1.0634023 1.4494253 1.0641637 0.6294951 -0.577836 -0.319984 0.0069054 -0.577658 1.06814 1.0681453 0.4870137 1.0685534 1.0685591 0.6235094 1.0686749 -0.429454 -3.354652 1.4474576 -0.819165 -0.332411 -2.191033 0.1728876 1.0487665 1.4413953 0.8547924 -1.516159 -3.136352
-0.56919 -0.48252 0.136102 0.478055 0.136185 0.086632 0.437706 0.437708 0.045028 0.049873 0.190172 -0.23387 0.01595 0.139773 0.139777 0.585045 0.090095 -0.47896 0.700857 0.315082 0.05071 0.046842 -0.13775 0.050553 0.092131 0.092137 -0.2095 0.092635 0.092641 0.870688 0.093645 -0.21666 0.209875 -0.47559 1.934459 -2.28097 1.395118 1.746713 0.715726 -0.45068 -1.67843 -2.13906 -1.26573
-0.13692 -1.4982 -0.51692 0.389671 -0.51724 -1.03666 1.400531 1.400531 0.59644 1.718283 1.053119 0.42802 0.269759 -0.51851 -0.51851 0.020817 -1.04 -1.50256 -0.95445 -0.57865 0.579204 0.323392 -0.0263 0.579005 -1.0444 -1.04441 -0.51173 -1.04474 -1.04475 -0.49422 -1.04472 0.394528 3.350646 -1.50014 1.084303 0.006752 2.36619 0.075674 -0.9371 -1.49062 -1.08339 1.198676 2.926021
-0.55542 -0.27355 0.211267 0.427278 0.211397 0.235485 0.242229 0.242231 -0.03965 -0.19489 0.041776 -0.29733 -0.02239 0.215203 0.215208 0.588003 0.23946 -0.26934 0.844201 0.400874 -0.03145 0.001155 -0.13539 -0.03158 0.242144 0.242151 -0.13858 0.242703 0.242709 0.950059 0.243719 -0.27518 -0.26628 -0.26628 1.799292 -2.30506 1.071505 1.753616 0.856744 -0.24247 -1.5408 -2.33184 -1.69623
28.10297 0.039903 20.26929 38.95882 20.26269 9.554643 59.79794 59.79793 43.22142 66.34846 52.63596 39.7494 36.48681 20.23648 20.2364 31.35483 9.485842 -0.04999 11.24953 18.99659 42.86609 37.59248 30.38347 42.862 9.395082 9.394994 20.37622 9.388115 9.388017 20.7373 9.388577 39.05897 100 0 53.27882 31.06488 79.70522 32.48572 11.60708 0.196288 8.591292 55.63665 91.24625
-7.04474 -0.17726 11.63503 16.89801 11.63819 12.22509 12.3894 12.38944 5.521523 1.739182 7.505482 -0.7567 5.942017 11.73092 11.73104 20.81399 12.32193 -0.07464 27.05609 16.25469 5.721298 6.515777 3.188902 5.718124 12.38734 12.3875 3.111188 12.40094 12.4011 29.63527 12.4257 -0.21685 0 -0.32632 50 -50 32.26792 48.88715 27.03539 0.253629 -31.3793 -50.6526 -35.1663
60
& Flipped & Scaled
Lampiran 6. Hasil ordinasi Rapfish untuk dimensi teknologi Stress = Squared Correlation (RSQ) = Number of iterations = Memory needed (words) = Return value (error if > 0) Rotation angle (degrees) =
0.2273416 0.9290195 3 12188 0 171.87637
RAPFISH PARAMETERS USED FOR THIS ANALYSIS # fisheries = # reference fisheries = # anchor fisheries = Row# of 1st fishery = Row# of GOOD fishery = Row# of BAD fishery = Row# of UP fishery = Row# of DOWN fishery = Column letter with fisheries names = A Row# of 1st anchor fishery = # attributes = Column letter of 1st attribute = D
61
33 4 7 2 37 38 39 40 41 5
Lampiran 7. Hasil ordinasi Rapfish untuk dimensi kemitraan Disperindag Bogor 1 Disperindag Bogor 2 UKM 1 UKM 2 UKM 3 UKM 4 UKM 5 UKM 6 UKM 7 UKM 8 UKM 9 UKM 10 UKM 11 UKM 12 UKM 13 UKM 14 UKM 15 UKM 16 UKM 17 UKM 18 UKM 19 UKM 20 UKM 21 UKM 22 UKM 23 UKM 24 UKM 25 UKM 26 UKM 27 UKM 28 UKM 29 UKM 30 Dosen TIN GOOD BAD UP DOWN ANCHORS:
2D MDS Results
Rotated
0.9855112
-0.50137
1.105686
0.007701
99.99605
-0.03023
0.7001754 -0.535847 -0.53584 -0.081342 -1.613242 0.7046072 0.9909428 0.9909481 0.9909526 0.990958 0.9909623 0.9909672 0.439199 -0.49651 0.4390085 0.994612 0.4432643 -1.572669 -1.057631 -1.057628 0.9911082 0.9911138 0.7038012 -0.058701 -1.555627 -1.555626 0.9901291 0.7002854 0.4376414 0.7001854 0.7002015 -2.21834 0.986122 -2.214782 0.4329931 -1.050226 0.6845675 -1.014796 -2.332437 -0.019012
0.413481 0.096042 0.096041 -1.19336 -0.35335 0.409685 -0.50439 -0.5044 -0.5044 -0.50441 -0.50441 -0.50442 1.722091 0.08688 1.722473 -0.49733 1.719012 -0.33777 -1.4899 -1.4899 -0.50123 -0.50123 0.385817 -1.17525 -0.35606 -0.35607 -0.50295 0.377794 1.6924 0.378998 0.378989 1.158137 -0.5005 1.156088 1.690322 -1.4651 0.381369 1.675201 -0.13139 -1.16164
0.431785 -0.52004 -0.52003 0.476262 -1.27033 0.437466 1.111901 1.111908 1.111914 1.111921 1.111927 1.111933 -0.40147 -0.48089 -0.40181 1.111913 -0.39644 -1.24146 -0.25449 -0.25449 1.110592 1.110601 0.44772 0.488046 -1.21791 -1.21791 1.110514 0.448285 -0.3892 0.447643 0.447662 -2.50245 1.105829 -2.49834 -0.39238 -0.25931 0.432683 -1.67122 -2.01107 0.517041
0.689038 -0.161 -0.16099 -1.09722 -1.05531 0.687704 0.007509 0.007508 0.007506 0.007504 0.007502 0.007501 1.731276 -0.15105 1.731528 0.01547 1.73041 -1.02282 -1.80931 -1.80932 0.010399 0.010395 0.666137 -1.07073 -1.03124 -1.03124 0.008419 0.657395 1.704191 0.658418 0.658418 0.008938 0.008754 0.008754 1.700209 -1.78388 0.653345 1.021333 -1.18875 -1.0404
81.29824 54.88941 54.8896 82.53229 34.07212 81.45586 100.1685 100.1687 100.1688 100.169 100.1692 100.1694 58.17916 55.97556 58.16959 100.1688 58.3186 34.87312 62.25708 62.25724 100.1322 100.1324 81.74037 82.85925 35.52641 35.52647 100.13 81.75606 58.51942 81.73824 81.73875 -0.11379 100 0 58.43137 62.12327 81.32316 22.94897 13.51968 83.66372
19.52542 -4.87213 -4.87206 -31.7435 -30.5406 19.48713 -0.03575 -0.03579 -0.03584 -0.03588 -0.03594 -0.03598 49.43958 -4.58675 49.44681 0.192752 49.41473 -29.6081 -52.182 -52.1821 0.047193 0.047074 18.86809 -30.9833 -29.8497 -29.8497 -0.00963 18.6172 48.6622 18.64656 18.64655 0.005267 0 1.452079 50 -50 19.95305 30.51498 -32.9184 -28.6607
62
& Flipped & Scaled
Lampiran 7. Hasil ordinasi Rapfish untuk dimensi kemitraan (lanjutan) Stress = Squared Correlation (RSQ) = Number of iterations = Memory needed (words) = Return value (error if > 0) Rotation angle (degrees) =
RAPFISH PARAMETERS USED FOR THIS ANALYSIS # fisheries = # reference fisheries = # anchor fisheries = Row# of 1st fishery = Row# of GOOD fishery = Row# of BAD fishery = Row# of UP fishery = Row# of DOWN fishery = Column letter with fisheries names = Row# of 1st anchor fishery = # attributes = Column letter of 1st attribute =
63
0.172719 0.9000136 3 10622 0 -27.36322
33 4 4 2 37 38 39 40 A 41 4 D
Lampiran 8. Diagram layang indeks keberlanjutan industri kecil dan menengah di Kabupaten Bogor
Nilai indeks keberlanjutan hasil analisis ordinasi rapfish : Ekonomi Kemitraan Sosial Ekologi Teknologi 42.85 100.00 65.33 68.35 29.35 45.46 81.30 69.22 59.92 28.10 44.60 54.89 69.22 39.63 0.04 55.57 54.89 77.22 52.36 20.27 71.13 82.53 69.24 82.29 38.96 44.62 34.07 69.24 46.76 20.26 15.62 81.46 69.24 50.43 9.55 79.35 100.17 89.76 73.21 59.80 89.21 100.17 89.76 59.96 59.80 79.35 100.17 89.76 73.23 43.22 79.35 100.17 86.05 73.23 66.35 79.35 100.17 99.45 73.23 52.64 64.57 100.17 86.08 69.54 39.75 58.39 58.18 69.66 68.56 36.49 57.80 55.98 69.66 81.25 20.24 37.10 58.17 69.66 47.01 20.24 71.09 100.17 99.59 50.83 31.35 45.72 58.32 76.32 50.83 9.49 35.29 34.87 61.13 68.69 -0.05 64.74 62.26 86.24 69.47 11.25 52.88 62.26 69.84 69.47 19.00 99.93 100.13 99.71 69.47 42.87 64.86 100.13 69.98 69.47 37.59 49.50 81.74 77.81 73.00 30.38
64
Lampiran 8. Lanjutan… 71.13 55.19 49.53 57.27 27.58 49.51 79.33 55.02 53.11
82.86 35.53 35.53 100.13 81.76 58.52 81.74 81.74 -0.11
86.33 70.02 76.52 76.52 70.03 76.53 99.95 92.15 70.23
69.45 50.63 50.63 50.63 80.99 41.19 50.84 41.20 69.59
42.86 9.40 9.39 20.38 9.39 9.39 20.74 9.39 39.06
Nilai keberlanjutan masing masing dimensi adalah : 58.36 73.33 78.71 61.98 27.18
65
Lampiran 9. Nilai indeks setelah dimensi teknologi ditiadakan
Nilai indeks keberlanjutan hasil analisis ordinasi rapfish : Ekonomi Kemitraan Sosial Ekologi 42.85 100.00 65.33 68.35 45.46 81.30 69.22 59.92 44.60 54.89 69.22 39.63 55.57 54.89 77.22 52.36 71.13 82.53 69.24 82.29 44.62 34.07 69.24 46.76 15.62 81.46 69.24 50.43 79.35 100.17 89.76 73.21 89.21 100.17 89.76 59.96 79.35 100.17 89.76 73.23 79.35 100.17 86.05 73.23 79.35 100.17 99.45 73.23 64.57 100.17 86.08 69.54 58.39 58.18 69.66 68.56 57.80 55.98 69.66 81.25 37.10 58.17 69.66 47.01 71.09 100.17 99.59 50.83 45.72 58.32 76.32 50.83 35.29 34.87 61.13 68.69 64.74 62.26 86.24 69.47 52.88 62.26 69.84 69.47 99.93 100.13 99.71 69.47 64.86 100.13 69.98 69.47 49.50 81.74 77.81 73.00
66
Lampiran 9. Lanjutan… 71.13 55.19 49.53 57.27 27.58 49.51 79.33 55.02 53.11
82.86 35.53 35.53 100.13 81.76 58.52 81.74 81.74 -0.11
86.33 70.02 76.52 76.52 70.03 76.53 99.95 92.15 70.23
69.45 50.63 50.63 50.63 80.99 41.19 50.84 41.20 69.59
Nilai indeks keberlanjutannya adalah : 58.36 73.33 78.71 61.98
67
Lampiran 10. Perbandingan analisis MDS dan Monte Carlo untuk dimensi ekonomi 42.85063 42.33744 45.4563 45.23219 44.59605 45.01788 55.57331 54.77919 71.13357 69.89821 44.61506 44.55467 15.62244 18.63392 79.34574 77.83585 89.20982 86.73787 79.35008 77.94028 79.35014 77.23415 79.35017 77.73646 64.57113 63.63422 58.39426 57.56519 57.80062 57.63929 37.10347 36.70025 71.08763 69.57684 45.71702 46.16199 35.29422 36.15247 64.74428 63.54389 52.87825 52.23845 99.92779 96.68717 64.86455 64.03833 49.50487 48.79849 71.12766 69.64468 55.1874 54.98281 49.52619 49.2063 57.27477 56.71726 27.57923 28.87109 49.51222 49.58497 79.33007 77.55944 55.0162 54.51434 53.10854 52.45861
68
Lampiran 11. Perbandingan analisis MDS dan Monte Carlo untuk dimensi ekologi 68.34832 67.50498 59.91934 58.38331 39.63139 39.79832 52.35884 52.51717 82.28526 80.47138 46.75799 47.69981 50.42992 51.76075 73.20835 72.54859 59.9577 58.96457 73.23171 73.23031 73.23203 72.93461 73.23236 73.1906 69.54322 67.88431 68.56197 68.53936 81.25092 79.41145 47.01204 46.86217 50.83462 51.74281 50.83463 51.3626 68.69459 68.26414 69.46642 67.44753 69.46803 67.95311 69.46964 68.8502 69.47124 68.73933 73.00038 71.922 69.45084 67.64722 50.63456 51.90963 50.63464 52.57352 50.63472 50.2174 80.99236 80.80652 41.18853 42.43167 50.83938 51.45017 41.19567 41.97428 69.591 66.90491
69
Lampiran 12. Perbandingan analisis MDS dan Monte Carlo untuk dimensi sosial 65.33064 63.39006 69.22274 67.773 69.22285 68.20023 77.22421 76.2709 69.23508 68.61063 69.23519 67.61356 69.2353 68.3425 89.76141 88.796 89.76163 87.50035 89.76185 88.50066 86.05386 84.25272 99.45238 97.15695 86.07965 84.7868 69.65685 68.09348 69.65694 68.71735 69.65704 68.21709 99.58839 97.36229 76.32472 75.27531 61.12791 60.4908 86.24493 84.89882 69.84068 68.59962 99.7131 97.64818 69.97847 69.41018 77.81223 76.02881 86.33126 84.65998 70.01997 68.81078 76.5202 75.67953 76.52032 75.69778 70.03112 68.83416 76.52766 74.58775 99.95431 98.15817 92.15127 90.84582 70.2343 68.56743
70
Lampiran 13. Perbandingan analisis MDS dan Monte Carlo untuk dimensi teknologi 29.35041 29.90307 28.10297 29.28768 0.039903 2.801289 20.26929 21.57847 38.95882 40.06811 20.26269 22.09253 9.554643 12.08822 59.79794 59.47368 59.79793 58.98014 43.22142 44.00336 66.34846 64.46889 52.63596 52.04737 39.7494 40.65421 36.48681 36.93424 20.23648 21.69136 20.2364 21.10968 31.35483 32.74337 9.485842 11.87204 -0.04999 2.902452 11.24953 12.78378 18.99659 20.19784 42.86609 42.9099 37.59248 38.46357 30.38347 30.94774 42.862 43.46226 9.395082 10.7464 9.394994 11.45311 20.37622 21.37391 9.388115 11.40849 9.388017 11.91955 20.7373 22.12094 9.388577 11.07019 39.05897 39.35626
71
Lampiran 14. Perbandingan analisis MDS dan Monte Carlo untuk dimensi kemitraan 99.99605 95.57807 81.29824 78.27441 54.88941 55.59159 54.8896 56.14408 82.53229 80.11317 34.07212 34.53822 81.45586 80.88645 100.1685 98.20057 100.1687 96.21457 100.1688 97.7088 100.169 96.8014 100.1692 97.09937 100.1694 97.51593 58.17916 56.64126 55.97556 56.73422 58.16959 56.94444 100.1688 97.41956 58.3186 57.54119 34.87312 35.40818 62.25708 61.11041 62.25724 61.1313 100.1322 97.47214 100.1324 97.41999 81.74037 79.71622 82.85925 80.56254 35.52641 35.88035 35.52647 36.67932 100.13 97.60562 81.75606 80.28793 58.51942 57.38392 81.73824 81.45776 81.73875 81.37055 -0.11379 2.212918
72
Lampiran 15. KUISIONER PENELITIAN ANALISIS INDEKS KEBERLANJUTAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR Dimohon kesediaan Bapak/Ibu/Sdr untuk mengisi kuisioner penelitian ini. Data dan semua informasi yang diberikan akan saya jamin kerahasiaannya. Data dan informasi tersebut akan saya pergunakan untuk penulisan skripsi. Atas kesediaan dan partisipasi Bapak/Ibu/Sdr saya ucapkan terima kasih.
2008 DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR Nama Responden
: _________________________________________
Nama Instansi/IKM
: _________________________________________
Lingkari pada pilihan jawaban yang menggambarkan kondisi IKM saat ini.
Dimensi Ekonomi 1. Tingkat pengembalian dana investasi ? (0) rendah,
(1) sedang;
(2) tinggi
2. Kontribusi terhadap pendapatan daerah ? (0) rendah,
(1) sedang;
(2) tinggi
3. Pasar produk dari IKM ? (0) lokal,
(1) nasional;
(2) internasional
4. Ketergantungan konsumen terhadap produk IKM ? (0) tinggi,
(1) sedang;
(2) rendah
5. Harga komoditi yang dipasarkan ? (0) rendah,
(1) sedang;
(2) tinggi
6. Kelayakan usaha IKM ? (Mengacu pada analisis usaha) (0) rugi; (1) kembali modal; (2) keuntungan marjinal;
(3) untung besar
73
7. Pendapatan masyarakat sekitar ? (0) rendah,
(1) sedang;
(2) tinggi
Dimensi Ekologi 1. Apakah dilakukan pengolahan limbah ? (0) tidak dilakukan;
(1) dilakukan
2. Sistem pembuangan limbah ? (0) di buang langsung ke perairan; (1) disalurkan ke tempat khusus 3. Pengaruh terhadap lingkungan ? (0) terjadi pencemaran berat; (1) pencemaran ringan; (2) tidak mencemari 4. Ketersediaan Bahan baku Industri di alam ? (0) rendah,
(1) sedang;
(2) tinggi
Dimensi Sosial 1. Tingkat penyerapan tenaga kerja ? (0) rendah,
(1) sedang;
(2) tinggi
2. Pola hubungan IKM dengan lingkungan sekitar ? (0) tidak saling menguntungkan; (1) saling menguntungkan 3. Tingkat pendidikan masyarakat sekitar ? (0) di bawah rata-rata kabupaten, (1) sama dengan rata-rata kabupaten; (2) lebih tinggi dari rata-rata kabupaten 4. Pemberdayaan masyarakat sekitar ? (0) tidak ada, (1) ada, tidak berjalan; (2) kurang optimal; (3) berjalan optimal
Dimensi Teknologi 1. Tingkat efisiensi IKM ? (0) rendah,
(1) sedang;
(2) tinggi
74
2. Ketersediaan teknologi informasi ? (0) tidak ada, (1) cukup tersedia; (2) tersedia memadai; (3) tersedia dengan teknologi tinggi. 3. Ketersediaan teknologi pengolahan di IKM ? (0) teknologi sederhana, (1) teknologi sedang; (2) teknologi tinggi. 4. Standarisasi mutu produk ? (0) belum diterapkan, (1) diterapkan pada beberapa produk saja; (2) diterapkan pada semua jenis produk. 5. Penerapan sertifikasi produk ? (0) belum diterapkan, (1) diterapkan pada beberapa produk saja; (2) diterapkan pada semua jenis produk.
Dimensi Kemitraan IKM 1. Kemitraan dengan investor (individu, perusahaan, perbankan) ? (0) tidak ada,
(1) ada.
2. Kemitraan dengan pemasok bahan baku ? (0) tidak ada,
(1) ada.
3. Kerjasama dengan distributor atau pemasar produk ? (0) tidak ada,
(1) ada.
4. Kerjasama lintas sektor (dengan IKM pada bidang yang berbeda) ? (0) tidak ada,
(1) ada.
75