Media Trend Vol. 10 No. 1 Maret 2015, hal. 95-113
ANALISIS PERMINTAAN TENAGA KERJA PADA INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2009-2013
Afriliyanti Ismei Andri Wijanarko Henny Oktavianti Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Trunojoyo Madura Abstract Economic development on a nation is possibly conducted by increasing the growth on industrial sectors. Job opportunities in medium and big industry is considered less than it is compared with the small and the medium industries. It is happened because the big and medium industries applies capital intensive. Labor average Reduction per small and medium industries on Lamongan region is significantly decreasing in the last two years. If the next year shows the reduction on the number of labor, so the employment is not conducted optimally since the small and medium industries play and important role in employment. The purpose of the study is to determine the influence of industrial total number, investment and production value on employment in small and medium industrial of Lamongan Region in 2009 – 2013. Analysis method applied is panel data method which is used to determine the number of industries, investment and production value hypothesis on small and medium industry’s labor demand in 2009–2013. The result of study shows that the number of industries, investment and production value variable have positive influence and significance on small and medium industry’s labor demand at Lamongan Region in 2009 – 2013. The conclusion of study shows that the overall independent variables (number of industries, investment and production value) all together and simultaneously influence the dependent (labor demand on small and medium industries) variable at Lamongan Region in 2009 – 2013.
Keywords: Labors, small and medium industries, Invesment and production value.
95
Media Trend Vol. 10 No. 1 Maret 2015, hal. 95-113
PENDAHULUAN
menyerap tenaga kerja lebih banyak
Berdasarkan
rancangan
awal
dibandingkan Industri besar/sedang.
rencana pembangunan jangka panjang nasional
tahun
pembangunan
ekonomi
Selama lima tahun dari tahun
2005-2025,
2009-2013 pada industri kecil dan
merupakan
menengah selalu
memiliki tenaga
kemampuan ekonomi untuk tumbuh
kerja terbanyak, hanya saja pada
lebih tinggi, berkelanjutan dan mampu
tahun
meningkatkan
terbanyak
pemerataan
2010
jumlah
terdapat
pada
kerja industri
kesejahteraan masyarakat secara luas,
besar/sedang.
serta berdaya saing tinggi. Dalam hal
industri
ini pembangunan ekonomi didukung
menggunkan teknologi padat karya,
oleh penguasaan dan penerapan ilmu-
sedangkan industri besar/sedang lebih
ilmu
didalam
menggunakan teknologi canggih/mesin
sumber-sumber
modern dalam proses produksinya.
teknologi
mengembangkan daya
pembangunan.
ini
dikarenakan
dan
menengah
dalam
Tambunan (2002) bahwa penurunan
Todaro dan Smith (2006) bahwa dalam
jumlah industri besar dan adanya
pertumbuhan
keterbatasan
dan
Lewis
kecil
Hal
tenaga
perkembangan
lapangan
pekerjaan
ekonomi suatu negara dapat dilakukan
dapat merubah struktur ekonomi yang
dengan meningkatkan pertumbuhan
berorientasi pada industri kecil dan
pada sektor industri.
menengah. Ketidakmampuan industri
Pengembangan
industri
kecil
dinilai
besar
pekerjaan yang besar, karena usaha
pengembangan
tersebut menggunakan padat modal,
industri. Pengembangan industri kecil
sedangkan pada Industri Kecil dan
akan membantu mengatasi masalah
Menengah lebih menggunakan padat
pengangguran, mengingat
teknologi
karya.
yang
digunakan
teknologi
padat
karya.
adalah
cara
peranannya
yang dalam
memperbesar kesempatan
adalah
Sehingga lapangan
usaha
menciptakan
lapangan
bisa
kerja
yang
besar
dan dapat
mendorong pembangunan daerah dan kawasan pedesaan (Kuncoro, 2007). Industri
kecil
Kabupaten
dan
menengah
Lamongan
di
mampu
96
Media Trend Vol. 10 No. 1 Maret 2015, hal. 95-113
Tabel 1.1 Jumlah Tenaga Kerja, Jumlah Industri, Nilai Investasi, Dan Nilai Produksi Kabupaten Lamongan Tahun 20092013 Tahun
Tenaga Kerja
Jumlah Industri
Nilai Investasi
Nilai Produksi
beberapa faktor, salah satunya yaitu faktor jumlah unit usaha dan nilai produksi
yang
dihasilkan
industri
tersebut. Dan Matz (2003) bahwa meningkatnya investasi pada suatu industri,
juga
akan
meningkatkan
(Orang)
(Unit)
(Rp)
(Rp)
2009
5.831
314
33.696.733.199
565.328.983.000
2010
5.459
311
31.781.587.199
523.780.452.000
2011
5.884
315
34.741.877.499
563.001.383.000
dengan meningkatnya investasi akan
2012
5.406
382
61.208.826.000
714.379.557.500
meningkatkan
2013
7.699
576
163.322.431.000
757.923.697.000
penyerapan
tenaga
kerja.
jumlah
Karena
perusahaan
yang ada pada industri tersebut dan akhirnya akan meningkatkan jumlah
Sumber: Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kab. Lamongan, Diolah Dengan melihat Tabel 1.1 jumlah tenaga kerja pada industri kecil dan
menengah
di
Kabupaten
Lamongan mengalami kondisi yang fluktuatif. Pada tahun 2010 dan 2012 jumlah tenaga kerja di Kabupaten Lamongan
mengalami
penurunan
yang cukup drastis. Pada tahun 2010 hal tersebut juga diikuti penurunan dari variabel jumlah industri, nilai investasi dan nilai produksi. Dan pada tahun 2013 jumlah tenaga kerja, jumlah industri,
nilai
investasi,
dan
nilai
produksi mengalami peningkatan yang sangat drastis sekali. Seperti
yang
di
kemukakan
bahwa industri kecil dan menengah berperan banyak dalam penyerapan kerja.
jumlah
tenaga
yang
dihasilkan,
sehingga
kesempatan kerja meningkat. Dan
berdasarkan
Tabel
1.1
dapat di ketahui juga bahwa rata-rata tenaga kerja per industri mengalami kondisi yang fluktuatif juga, dan pada tahun
2012
dan
tahun
2013
mengalami penurunan yang sangat drastis sekali. Kondisi ini berbeda dengan jumlah tenaga kerja, jumlah industri,
nilai
investasi,
dan
nilai
produksi pada tahun 2013 mengalami peningkatan
yang
sangat
drastis
sekali. Hal ini menandakan permintaan tenaga kerja kurang optimal, karena melihat industri kecil dan menengah memegang peranan penting dalam
Squire dalam Rejekiningsih (2004)
tenaga
output
Dalam
penyerapan
kerja
dipengaruhi
penyerapan tenaga kerja. Rumusan Masalah Secara lebih terperinci dapat dirumuskan
masalahnya
sebagai
berikut:
97
Media Trend Vol. 10 No. 1 Maret 2015, hal. 95-113
1.
Bagaimana industri
pengaruh
kecil
dan
jumlah
menengah
terhadap permintaan tenaga kerja
tenaga kerja pada industri kecil dan
pada industri kecil dan menengah
TINJAUAN PUSTAKA
di Kabupaten Lamongan tahun
Permintaan Tenaga Kerja Permintaan
Bagaimana
pengaruh
Kabupaten
tenaga
kerja
nilai
merupakan daftar berbagai altenatif
terhadap permintaan
kombinasi tenaga kerja dengan input
tenaga kerja pada industri kecil
lain yang tersedia, dan berhubungan
dan
dengan
investasi
menengah
di
Kabupaten
Lamongan tahun 2009-2013? 3.
di
Lamongan tahun 2009-2013
2009-2013? 2.
menengah
Bagaimana produksi
pengaruh terhadap
tingkat
gaji.
Permintaan
pengusaha atas tenaga kerja berbeda nilai
permintaan
dengan permintaan konsumen akan barang
atau jasa.
hal ini
tenaga kerja pada industri kecil
konsumen
dan
karena
memberi
kepuasan
kepada
pembeli
tersebut
menengah
di
Kabupaten
Lamongan tahun 2009-2013?
membeli
Dalam barang
yaitu (utility)
(Ananta,
1993). Tujuan Berdasarkan
permasalahan
di
Gambar 2.1 Kurva Permintaan Tenaga Kerja
atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1.
Mengetahui industri
pengaruh
kecil
dan
jumlah
menengah
terhadap permintaan tenaga kerja pada industri kecil dan menengah di Kabupaten Lamongan tahun 2009-2013 2.
Mengetahui investasi
pengaruh
terhadap
nilai
permintaan
Sumber : Ehrenberg dan Smith (1994) D= kurva permintaan tenaga kerja pada tingkat harga barang modal yang relatif tinggi D1=kurva permintaan tenaga kerja karena adanya pengaruh skala produksi
tenaga kerja pada industri kecil dan
menengah
di
Kabupaten
Lamongan tahun 2009-2013 3.
Mengetahui produksi
pengaruh
terhadap
nilai
permintaan
Apabila
harga
barang–barang
modal turun, maka biaya produksi juga akan
ikut
turun.
Hal
ini
juga
mengakibatkan harga jual per unit
98
Media Trend Vol. 10 No. 1 Maret 2015, hal. 95-113
barang akan turun. Pada keadaan ini
Garis DD melukiskan bahwa besarnya
produsen
untuk
nilai hasil marjinal karyawan (value
barangnya,
marginal physical product of labor,
akan
meningkatkan
cenderung
produksi
karena permintaan bertambah besar.
VMPPL)
untuk
Disamping itu permintaan tenaga kerja
Misalnya
jumlah
dapat
karena
dipekerjakan adalah sebanyak 0A=100
perusahaan.
orang dinamakan VMPPL-nya dan
bertambah
peningkatan
besar,
kegiatan
setiap
tingkatan.
karyawan
Sehingga keadaan ini menyebabkan
besarnya sama
bergesernya kurva permintaan tenaga
P=W1. Nilai ini lebih besar dari pada
kerja ke kanan karena pengaruh efek
tingkat upah yang sedang berlaku (W).
skala atau subsitusi efek.
Oleh sebab itu laba pengusaha akan
Fungsi
Permintaan
Perusahaan
Akan Tenaga Kerja Boediono
dengan:
yang
MPPL x
bertambah dengan menambah tenaga kerja baru. Pengusaha dapat terus
(1982)
mengatakan
menambah laba perusahan dengan
bahwa perusahaan dalam melakukan
memperkejakan orang hingga 0N. Di
proses produksi disebabkan oleh satu
titik N pengusaha mencapai laba
alasan,
adanya
maksimum dan nilai MPPL x P sama
yang
dengan upah yang dibayarkan kepada
yaitu
permintaan
karena
akan
output
dihasilkanya. Jadi permintaan akan
karyawan.
input
pengusaha mencapai laba maksimum
akan timbul karena
adanya
permintaan akan output. Dari sinilah
Dengan
kata
lain
bila MPPLxP =W.
sebabnya mengapa permintaan input
Penambahan tenaga kerja yang
tersebut oleh ahli ekonomi Alfred
lebih besar dari pada 0N misalkan 0B
Marshall dikatakan sebagai derived
akan
demand
pengusaha.
atau
Permintaan
permintaan
akan
output
turunan. sendiri
mengurangi
keuntungan
Pengusaha
membayar
upah dalam tingkat yang berlaku (W),
dianggap sebagai "permintaan asli"
padahal nilai hasil
karena timbul langsung dari adanya
diperolah hanya sebesar W2 yang
kebutuhan manusia.
lebih
Gambar 2.2 Fungsi Permintaan Tenaga Kerja Upah VMPTK
pengusaha
dari
pada
W.
cenderung
menghindari jumlah karyawan
Jadi untuk lebih
besar dari pada 0N. Penambahan
D
W1
kecil
marginal yang
Maksimum Laba
W
karyawan yang lebih besar dari pada 0N dapat dilaksanakan hanya bila
W2
D = MPTKX P
0
A
N
B
Kuantitas Tenaga Kerja
Sumber : Simanjutak, 1985
99
Media Trend Vol. 10 No. 1 Maret 2015, hal. 95-113
pengusaha yang bersangkutan dapat
kerja atau meningkatkan permintaan
membayar upah dibawah W atau bila
tenaga kerja.
pengusaha mampu menaikan harga
Sektor Industri
jual barang.
Berdasarkan Surat Keterangan
Hubungan Nilai Investasi Dengan
Menteri
Permintaan Tenaga Kerja
Perdagangan Nomer 590 / MPP / KEP
Matz
(2003)
bahwa
dengan
Perindustrian
/ 10 / 1999,
dan
mendefinisikan industri
adanya peningkatan investasi pada
kecil dan menengah berdasarkan nilai
suatu
akan
asetnya yaitu Industri Kecil adalah
tenaga
industri yang mempunyai nilai investasi
kerja. Hal ini karena dengan adanya
perusahaan sampai dengan 200 juta
peningkatan
akan
rupiah (tidak termasuk tanah dan
perusahaan
bangunan), dan Industri Menengah
perusahaan,
meningkatkan
penyerapan
investasi
meningkatkan yang
ada
juga
maka
jumlah
pada
industri
tersebut.
adalah industri dengan nilai investasi
Peningkatan jumlah perusahaan akan
perusahaan seluruhnya antara 200
meningkatkan
juta-5 milyar rupiah (tidak termasuk
jumlah
output
yang
akan dihasilkan. Sehingga lapangan
tanah
pekerjaan
meningkat
dan
bangunan).
Sementara
dan
akan
penggolongan industri menurut BPS
pengangguran
atau
(Badan Pusat Statistik) berdasarkan
dengan kata lain akan meningkatkan
jumlah tenaga kerja dibagi dalam
penyerapan tenaga kerja.
empat golongan yaitu :
mengurangi
HUBUNGAN DENGAN
NILAI
PRODUKSI
PERMINTAAN
TENAGA
KERJA
jumlah tenaga kerja 1-4 orang. 2. Industri kecil jumlah tenaga kerja
Ehrenberg
dan
Smith (1994)
dalam Setiyadi (2008) naik turunnya permintaan produksi
1. Industri kerajinan rumah tangga
pasar suatu
berpengaruh
terhadap
hasil
perusahaan
akan
terhadap
penyerapan
5-19 orang. 3. Industri menengah jumlah tenaga kerja 20-99 orang. 4. Industri besar jumlah tenaga kerja 100 orang atau lebih.
tenaga kerja. Jika permintaan hasil produksi meningkat, maka akan ada peningkatan hasil produksi. Sehingga dapat menambah penyerapan tenaga
100
Media Trend Vol. 10 No. 1 Maret 2015, hal. 95-113
KERANGKA PENELITIAN
a. Permintaan
Gambar 3.1
Tenaga
Kerja
(TK)
merupakan jumlah tenaga kerja yang diminta oleh perusahaan pada industri kecil dan menengah di
Jumlah Industri (IND)
Kabupaten Lamongan tahun 2009– 2013, dan dihitung dalam satuan Tenaga Kerja (TK)
Nilai investasi (INV)
orang. b. Jumlah
Industri
Kecil
Menengah
(IND)
banyaknya
industri
dan
merupakan
Nilai Produksi (PROD)
kecil
menengah di wilayah Lamongan
yang
dan
Kabupaten
memiliki
nilai
investasi untuk industri kecil sampai METODE PENELITIAN
dengan Rp. 200 juta, dan untuk
Pendekatan Penelitian Dan Definisi
industri menengah Rp. 200 juta
Operasional
sampai dengan Rp. 5 milyar, dan
Pendekatan
penelitian
yang
digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan kuantitatif.
metode
Saebani
penelitian
(2008)
bahwa
dihitung
dengan
satuan
unit
(Berdasarkan Disperindag). c. Nilai Investasi (INV) merupakan jumlah
modal
yang
ditanamkan
metode penelitian kuantitatif adalah
pada industri kecil dan menengah
penelitian yang menggunakan angka
untuk memproduksi barang dan
dalam penyajian data dan analisis
menjalankan usaha industri yang
yang menggunakan uji statistika. Nasir
dikelola
(1999) definisi operasional merupakan
Kabupaten Lamongan, di hitung
definisi yang diberikan kepada variabel
dengan
penelitian
(Berdasarkan Disperindag).
dengan
memberikan
selama
satuan
satu
tahun
jutaan
di
rupiah
arti/menspesifikasikan kegiatan atau
d. Nilai Produksi (PROD) merupakan
dengan memberikan operasional yang
hasil akhir dari proses produksi
diperlukan untuk mengukur variabel
pada industri kecil dan menengah di
tersebut. Definisi operasional masing-
Kabupaten
masing variabel adalah sebagai berikut
produksi dilihat dari jumlah produksi
:
dikalikan dengan harga masing-
Lamongan.
Nilai
masing produk, di hitung dengan
101
Media Trend Vol. 10 No. 1 Maret 2015, hal. 95-113
satuan jutaan rupiah (Berdasarkan
paling
Disperindag).
melakukan kombinasi terhadap data
Metode Data Panel
time series dan cross section tanpa
Dalam estimasi
penelitian
model
ini
analisis
memperhatikan
dan
dimensi
hanya
individu
yang
maupun waktu. Model data panel
digunakan adalah metode analisis data
dengan pendekatan Pooled Least
panel dengan menggunakan program
Square
eviews
berikut:
6.
penelitian
sederhana,
Gujarati
(1991)
bahwa
(PLS)
adalah
sebagai
Yit = β1 + β2 + β3X3it + … + βnXnit +
analisis dengan menggunakan data panel adalah kombinasi antara deret
Uit
waktu (time-series data) dan kerat
2. Fixed Effect Model (FEM)
lintang (cross-section data). Model
Gujarati (2003) bahwa model Fixed
yang digunakan dalam analsis regresi
Effect Model (FEM) adalah teknik
panel di penelitian ini adalah sebagai
estimasi
berikut:
menggunakan
LYit = β0+β1LINDit+β2LINVit+β3LPRODit
untuk
+eit
data
panel
dengan
variabel
dummy
mengetahui
adanya
perbedaan intercept antar cross Dimana:
section. Model data panel dengan
L: Log
e: error term
pendekatan
Fixed
Effect
Model
β: Konstanta
i:
(FEM) adalah sebagai berikut : Yit = a1+ a2D2 +…+ anDn + βnXnit + Uit
Kecamatan t: Waktu
3. Random Effect Model (REM)
Y: Permintaan Tenaga Kerja
Metode analisis data panel yang di
IND: Jumlah Industri (IND)
dalamnya melibatkan korelasi antar
INV: Nilai Investasi (INV)
error
PROD: Nilai Produksi (PROD)
waktu,
Dalam teknik estimasi model regresi
data
panel,
terdapat
tiga
pendekatan yang dapat digunakan
dan
karena
berubahnya
model
data
panel
dengan pendekatan Random Effect Model (REM) sebagai berikut: Yit = β1 + β2X2it + εit + Uit Uji Statistik F (Uji Chow)
yaitu: 1. Model Pooled Least Square (PLS) Gujarati
term
(2003)
bahwa
model
Pooled Least Square (PLS) adalah
Kegunaan uji statistik F atau uji chow
yaitu
pendekatan
untuk
memilih
antara
Pooled
Least
Square
metode estimasi data panel yang
102
Media Trend Vol. 10 No. 1 Maret 2015, hal. 95-113
(PLS) tanpa variabel dummy atau
1. Apabila nilai R² mendekati 0 (nol)
pendekatan Fixed Effect Model (FEM).
menunjukkan bahwa kemampuan
Ketentuan:
variabel independen/bebas dalam
1. Apabila
Fhitung>Ftabel,
maka
H0
ditolak dan H1 diterima yang berarti Fixed Effect Model (FEM) yang
Fhitung
variabel
dependen
terbatas atau lemah 2. Apabila nilai R² mendekati 1(satu) menunjukkan bahwa kemampuan
tepat untuk digunakan. 2. Apabila
menjelaskan
maka
H0
variabel independen/bebas dapat
diterima dan H1 ditolak yang berarti
menjelaskan
Pooled Least Square (PLS) yang
dengan sempurna atau baik.
Fungsi
Uji Hausman (2005)
dependen
Uji t (Parsial)
tepat untuk digunakan.
Widarjono
variabel
bahwa
Uji
menunjukkan
uji
t
(parsial)
signifikan
atau
untuk tidak
hausman adalah uji statistik untuk
signifikan suatu variabel independen
memilih antara menggunakan Fixed
secara
Effect Model (FEM) atau Random
mempengaruhi variabel dependen.
Effect Model (REM).
Ketentuan:
Ketentuan:
1. Apabila t0 (t
1. Apabila Hausman tabel
hitung>chi
square
maka H0 ditolak dan H1 diterima,
berarti Fixed Effect Model (FEM)
tabel
variabel
hitung
square
maka H0 diterima dan H1 ditolak,
berarti Random Effect Model (REM)
dalam
observasi)<(t tabel)
independen
maka tidak
menerangkan variabel dependen dengan baik atau tidak signifikan. 2. Apabila t0 (t
yang digunakan. 2. Apabila Hausman
individual/sendiri
variabel
observasi)>(t tabel)
independen
menjelaskan
variabel
maka dapat
dependen
dengan baik atau signifikan.
yang digunakan. Uji Koefisien Determinasi (Uji R²) Koefisien Determinasi (Uji R²) digunakan
untuk
menunjukkan
Uji F (Simultan) Uji F (Simultan) menentukan
digunakan untuk
signifikan
atau
tidak
seberapa besar presentase variabel
signifikan suatu variabel independen
independen
secara bersama-sama mempengaruhi
dapat
menjelaskan
variabel dependendengan baik. Nilai
veriabel dependen.
R² berkisar antara 0-1 (0
103
Media Trend Vol. 10 No. 1 Maret 2015, hal. 95-113
Ketentuan:
Fixed Effect Model (FEM) adalah
1. Apabila F0 (Fobservasi)<(Ftabel), maka
model terbaik untuk digunakan dari
variabel
independen/bebas
berpengaruh variabel
signifikan
tidak
terhadap
dependen/terikat
secara
pada model Pooled Least Square (PLS)
dan
Random
Model
(REM). Fixed Effect Model (FEM)
bersama-sama.
TABEL 5.1
2. Apabila F0 (Fobservasi)>(Ftabel), maka variabel independen berpengaruh signifikan
Effect
terhadap
HASIL ESTIMASI FIXED EFFECT MODEL (FEM)
variabel
dependen secara bersama–sama.
Dependent Variable: LTK Method: Panel Least Squares
HASIL DAN PEMBAHASAN
Date: 11/25/14 Time: 20:35
HASIL:
Sample: 2009 2013 Periods included: 5
Uji chow
Cross-sections included: 27
Berdasarkan
hasil
redundant
Total panel (balanced) observations: 135
fixed effect test Fhitung=14,249778 sedangkan nilai Ttabel (numerator=3
Variable
Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
LIND
0.735023 0.076914 9.556430 0.0000
LINV
0.077293 0.033975 2.274995 0.0249
LPROD
0.073384 0.034572 2.122614 0.0361
C
-0.261514 0.873095 -0.299526 0.7651
dan denominator=131) α=5% adalah 2,65.
Maka
Fhitung>Ftabel
menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima. Sehingga Fixed Effect Model (FEM)
yang
diterima.
Jadi
teknik Effects Specification
regresi yang digunakan adalah Fixed Effect Model (FEM) lebih baik dari
Cross-section fixed (dummy variables)
pada Pooled Least Square (PLS). Uji Hausman Berdasarkan
dari
hasil
uji
Hausman Test nilai Chi Squarehitung adalah
10,189310,
dan
Chi
R-squared
0.976724 Mean dependent var
4.446948
Adjusted R-squared
0.970295 S.D. dependent var
1.469000
S.E. of regression
0.253184 Akaike info criterion
0.283728
Sum squared resid
6.730715 Schwarz criterion
0.929345
Log likelihood
10.84835 Hannan-Quinn criter. 0.546089
F-statistic
151.9323 Durbin-Watson stat
Prob(F-statistic)
0.000000
1.865854
Squaretabel adalah 7,81473, df = 3 dan α = 5 % atau pada tingkat signifikan
5
%.
Squarehitung>Chi menunjukkan
bahwa
Maka
Chi
Squaretabel hipotesis
H0
ditolak dan H1 diterima. Sehingga
Sumber: Hasil Pengolahan data panel menggunakan program Eviews 6 Dari hasil diatas diperoleh persamaan
regresi
dengan
Fixed
Effect Model (FEM) sebagai berikut:
104
Media Trend Vol. 10 No. 1 Maret 2015, hal. 95-113
Yit=0,261514+0,735023X₁+0,077293X₂
produksi
+0,073384X₃+eit Persamaan tersebut memiliki arti bahwa
variabel
jumlah industri, nilai investasi dan nilai
jumlah
industri
mempunyai hubungan yang
positif
pada
menengah
industri
tidak
kecil
ada,
dan maka
menyebabkan permintaan tenaga kerja menurun sebesar 0,261514%
terhadap permintaan tenaga kerja. Dengan koefisien korelasi
sebesar
Analisisi Efek Individu Efek individu yang dihasilkan
0,735023 yang menunjukkan bahwa setiap sebesar jumlah
kenaikan 1%,
industri
fixed effect model (FEM) merupakan
menyebabkan
gambaran dari heterogenitas setiap
jumlah
maka
permintaan
tenaga
kerja
hasilkan
meningkat sebesar 0,735023%. Pada
variabel
nilai
kecamatan.
investasi
Heterogenitas
kecamatan
yang
di
mencerminkan
adanya faktor-faktor/variabel lain yang
positif
dimiliki oleh satu kecamatan tetapi
terhadap permintaan tenaga kerja.
tidak dimiliki oleh kecamatan lain.
Dengan koefisien korelasi sebesar
Dengan kata lain kecamatan tersebut
0,077293 yang menunjukkan bahwa
memiliki keunggulan dalam variabel
setiap kenaikan nilai investasi sebesar
lain
1%, maka menyebabkan permintaan
model).
mempunyai hubungan yang
tenaga
kerja
bertambah
(diluar
variabel
Hasil
sebesar
bebas
intersep
dalam
berdasarkan
koefisien dalam tabel FEM (Fixed
0,077293 %. produksi
Effect Model) adalah dalam bentuk log
mempunyai hubungan yang posistif
A sehingga untuk mendapatkan A
terhadap permintaan tenaga kerja.
harus
Dengan koefisien korelasi sebesar
Intersep
0,073384 yang menunjukkan bahwa
setiap
setiap kenaikan nilai produksi sebesar
Lamongan
1%, maka menyebabkan permintaan
tenaga kerja yang berbeda sebesar Ai,
tenaga kerja akan meningkat sebesar
apabila tidak ada perkembangan dari
0,073384%.
variabel-variabel dalam model.
Untuk
variabel
nilai
di
antilog (A)
terlebih
menunjukkan
kecamatan
dahulu. bahwa
di
Kabupaten
mempunyai
permintaan
Dan dari persamaan diatas untuk nilai kofisien korelasi dari konstanta sebesar -0,261514, yang menunjukkan bahwa ketika semua variabel yaitu
105
Media Trend Vol. 10 No. 1 Maret 2015, hal. 95-113
5.2 Nilai Intersep Setiap Individu (Kecamatan)
kecamatan ini paling tinggi diantara
No. Kecamatan A 1 α Maduran 26,17 2 α Lamongan 11,03 α 3 4,73 Kembangbahu 4 α Paciran 3,33 5 α Brondong 3,08 6 α Sukodadi 2,99 7 α Babat 2,14 8 α Kalitengah 1,95 9 α Sarirejo 1,56 10 α Kedungpring 1,20 11 α Sukorame 1,13 12 α Sambeng 1,00 α 13 0,76 Karanggeneng α 14 0,73 Karangbinangun 15 α Glagah 0,71 16 α Ngimbang 0,65 17 α Solokuro 0,53 18 α Turi 0,53 19 α Bluluk 0,52 20 α Modo 0,44 21 α Tikung 0,44 22 α Deket 0,43 23 α Sugio 0,41 24 α Mantup 0,36 25 α Pucuk 0,33 26 α Sekaran 0,22 27 α Laren 0,00 Sumber: Hasil Estimasi Fixed Effect
ada di Kabupaten Lamongan. Selama tiga tahun (2009-2011) Kecamatan Maduran
merupakan
penyumbang
jumlah tenaga kerja terbanyak dalam permintaan tenaga kerja pada industri kecil dan menengah di Kabupaten Lamongan,
dengan
jenis
usaha
sebanyak 5 jenis usaha yang di kembangkan. Dan selama lima tahun (2009-2013) untuk nilai produksi di Kecamatan Maduran selalu masuk dalam peringkat tiga besar. Hal ini karena
di
Kecamatan
Maduran
terdapat usaha sarung tenun ikat yang mampu
menyerap
tenaga
kerja
terbanyak, dan usaha ini merupakan produk
unggulan
yang
terus
di
kembangkan usahanya di Kabupaten Lamongan. Sedangkan
kecamatan
intersepnya
paling
rendah
Kecamatan
Laren
Sebesar
menunjukkan
bahwa
yang adalah 0,00,
permintaan
tenaga kerja pada industri kecil dan menengah di kecamatan ini paling rendah. Selama 5 tahun (2009-2013)
Model Dari Tabel 4.2 bahwa yang memiliki intercep terbesar adalah di Kecamatan Maduran sebesar 26,17, yang
kecamatan-kecamatan lainnya yang
menunjukkan
permintaan
tenaga
bahwa
tingkat
kerja
untuk
permintaan tenaga kerja, nilai investasi dan nilai produksi menduduki posisi terendah. kecamatan
Hal
ini
yang
karena dekat
letak dengan
bengawan solo, sehingga kecamatan ini rawan banjir. Dan ini membuat
106
Media Trend Vol. 10 No. 1 Maret 2015, hal. 95-113
investor enggan untuk berinvestasi,
permintaan
sebab memikirkan resiko yang diambil
industri kecil dan menengah dari
ketika banjir datang.
tahun 2009-2013.
Koefisien Determinasi (Uji R²)
3. Variabel
Koefisien determinasi nilai R sebesar
0,976724,
2
menunjukkan
tenaga
nilai
berpengaruh permintaan
kerja
Produksi
(PROD)
signifikan tenaga
pada
terhadap
kerja
pada
jumlah perusahaan, nilai investasi, dan
industri kecil dan menengah dari
nilai
tahun 2009-2013.
produksi
berpengaruh
tinggi
sebesar 0,98% terhadap permintaan
Uji Simultan
tenaga kerja pada industri kecil dan
Berdasarkan hasil Fixed Effect
menengah di Kabupaten Lamongan
Model (FEM), menunjukkan bahwa
dari tahun 2009-2013, sisanya sebesar
nilai Fhitung sebesar 14,249778 dan nilai
0,02 % dipengaruhi variabel-variabel
Ttebel
lain yang tidak di analisis dalam model
denominator=131) α = 5% adalah 2,65
ini.
dapat dilihat bahwa nilai Fhitung lebih Uji t (Parsial)
Nilai investas i
dan
diterima. Hal ini menujukkan bahwa A
variabel
independen
industri,
nilai
yaitu
investasi,
jumlah
dan
nilai
9,556
1,9
0,00
0,0
produksi secara simultan berpengaruh
430
60
00
5
signifikan terhadap variabel dependen
2,274
1,9
0,02
0,0
995
60
49
5
yaitu permintaan tenaga kerja pada industri
kecil
Kabupaten
Nilai 2,122 1,9 0,03 0,0 Produks 614 60 61 5 i 1. Variabel jumlah Industri (IND) berpengaruh permintaan
signifikan tenaga
terhadap
kerja
pada
industri kecil dan menengah di Kabupaten Lamongan dari tahun
dan
menengah
Lamongan
dari
di
tahun
2009-2013. PEMBAHASAN: Pengaruh Jumlah Industri Terhadap Permintaan
Tenaga
Kerja
Pada
Industi Kecil Dan Menengah Di Kabupaten Lamongan Tahun 20092013
2009-2013. 2. Variabel
(numerator=3
besar dari Ftebel H0 ditolak dan H1
Tabel 5.3 Hasil Uji t t Pro thitung Variabel tabel b. Jumlah Industri
dengan
Berdasarkan hasil analisis Fixed Nilai
berpengaruh
Investasi
signifikan
(INV)
terhadap
Effect
Model
(FEM)
dan
uji
t
menunjukkan bahwa variabel jumlah
107
Media Trend Vol. 10 No. 1 Maret 2015, hal. 95-113
industri (IND) berpengaruh positif dan
2009-2013.
signifikan terhadap permintaan tenaga
konsisten dengan hasil penelitian yang
kerja pada industri kecil dan menengah
dilakukan
di Kabupaten Lamongan pada tahun
dengan judul Analisis Peranan Sektor
2009-2013. Penelitian ini konsisten
Industri
dengan
Penyerapan Tenaga Kerja Di Provinsi
penelitian
yang
dilakukan
Hasil
oleh
Penelitian
Wardhana
(2012)
Manufaktur
terhadap
Tsauri (2014) dengan judul Analisis
Sulawesi
Permintaan
pada
mengatakan
bahwa
nilai
investasi
Di
berpengaruh
positif
dan
signifikan
Industri
Tenaga
Besar
Indonesia
Dan
Tahun
secara
Kerja Sedang
2000-2012
parsial
jumlah
perusahaan/industri pengaruh
positif
yang
memberikan dan
jumlah
meningkatkan
Provinsi
Sulawesi
Selatan
(2001-
2012). Nilai investasi adalah salah satu faktor yang dapat menentukan laju
Matz (2003) mengatakan bahwa peningkatan
(2001-2010),
terhadap permintaan tenaga kerja di
signifikan
terhadap permintaan tenaga kerja.
Selatan
ini
pada pertumbuhan ekonomi, selain
industri
akan
mendorong kenaikan output secara
output
yang
signifikan,
jumlah
investasi
juga
akan
akan dihasilkan sehingga lapangan
meningkatkan permintaan input yaitu
pekerjaan
meningkat
mengurangi
dan
akan
tenaga
kerja.
pengangguran
atau
mempengaruhi
Sehingga pada
akan
penyediaan
dengan kata lain akan meningkatkan
kesempatan kerja dan penyerapan
permintaan tenaga kerja.
tenaga kerja yang tinggi, dan akibat
Pengaruh Nilai Investasi Terhadap
dengan
Permintaan
masyarakat
Tenaga
Kerja
Pada
meningkatnya akhirnya
pendapatan kesejahteraan
Industi Kecil Dan Menengah Di
masyarakatpun
Kabupaten Lamongan Tahun 2009-
1995).
2013
Pengaruh Nilai Produksi Terhadap Berdasarkan hasil analisis Fixed
Permintaan
tercapai
Tenaga
(Muljana,
Kerja
Pada
Effect Model (FEM) dan hasil uji t
Industi Kecil Dan Menengah Di
menunjukkan
Kabupaten Lamongan Tahun 2009-
bahwa
variabel
nilai
investasi (INV) berpengaruh positif dan
2013
signifikan terhadap permintaan tenaga
Berdasarkan hasil analisis Fixed
kerja pada industri kecil dan menengah
Effect Model (FEM) dan hasil uji t
di Kabupaten Lamongan pada tahun
menunjukkan
bahwa
variabel
nilai
108
Media Trend Vol. 10 No. 1 Maret 2015, hal. 95-113
produksi (PROD) berpengaruh positif
akan
dan signifikan terhadap permintaan
sebaliknya.
tenaga kerja pada industri kecil dan
semakin
2. Variabel
nilai
meningkat,
investasi
pengaruh
pada tahun 2009-2013. Penelitian ini
terhadap permintaan tenaga kerja
konsisten
pada industri kecil dan menengah di
hasil
penelitian
dan
memiliki
menengah di Kabupaten Lamongan
dengan
positif
dan
signifikan
Suerna (2013) yang berjudul Analisis
Kabupaten
Penyerapan
Pada
menunjukkan semakin meningkat
Industri Kecil Di Kecamatan Socah
nilai investasi, maka permintaan
Kabupaten Bangkalan (Studi kasus
tenaga kerja juga akan semakin
Industri Pengolahan Kapur), dimana
meningkat, dan sebaliknya.
Tenaga
Kerja
nilai produksi berpengaruh positif dan
3. Variabel
Lamongan.
nilai
Hal
produksi
pengaruh
kerja.
terhadap permintaan tenaga kerja ini
sesuai
signifikan
teori
pada industri Kecil dan menengah
Simanjuntak (2001) bahwa semakin
di Kabupaten Lamongan. Hal ini
tinggi jumlah barang yang di minta oleh
menunjukkan semakin meningkat
konsumen, maka produsen cenderung
nilai produksi, maka permintaan
menambah
tenaga kerja juga akan semakin
kapasitas
dengan
dan
memiliki
signifikan terhadap permintaan tenaga
Hal
positif
ini
produksinya.
Dimana semakin tinggi jumlah barang yang
di
produksi,
menambah
maka
penggunaan
akan tenaga
meningkat, dan sebaliknya. Saran Dari
hasil
penelitian
yang
kerjanya.
diperoleh ada beberapa saran yang
KESIMPULAN DAN SARAN
akan diberikan oleh peneliti adalah
Kesimpulan
sebagai berikut:
1. Variabel Jumlah industri kecil dan
1. Pemerintah Daerah
menengah memiliki pengaruh positif
Untuk
dan signifikan terhadap permintaan
permintaan tenaga kerja pada
tenaga kerja pada industri Kecil dan
industri kecil dan menengah di
menengah
Kabupaten
Kabupaten
Lamongan. Hal ini menunjukkan
Pemerintah
/semakin meningkat jumlah industri,
dinas koperasi, perindustrian dan
maka permintaan tenaga kerja juga
perdagangan
di
dapat
Lamongan
meningkatkan
Lamongan. daerah
khususnya
Kabupaten seharusnya
109
Media Trend Vol. 10 No. 1 Maret 2015, hal. 95-113
meningkatkan jumlah industri, nilai
booklet/leaflet/brosur/katalog. Dan
investasi
produksi
pihak swasta juga harus lebih
dengan menyelenggarakan PTSP
memperhatikan Kecamatan Laren
(Pelayanan Terpadu Satu Pintu),
yang memiliki permintaan tenaga
mendirikan
pusat
kerja paling rendah. Hal ini dapat
pelatihan
skil/kewirausahaan,
dan
nilai
pelatihan-
dilakukan
dengan
cara
memberikan akses pasar yang
memberikan
Coorporate
Social
mudah, serta pengenalan alat-alat
Responsbility
(CSR)
melalui
produksi dan teknologi melalui
perbaikan infrastruktur desa dan
PNPM
pemberian alat-alat teknologi yang
mandiri
yang
diadakan
pemerintah. Selain itu pemerintah
dapat
daerah
produksi.
juga
harus
lebih
memperhatikan Kecamatan Laren
meningkatkan
hasil
3. Masyarakat
yang memiliki permintaan tenaga
Untuk meningkatkan permintaan
kerja
tenaga kerja pada industri kecil
paling
rendah.
Dengan
memberikan akses pasar yang
dan
mudah,
Lamongan.
serta
dukungan
menengah
di
Kabupaten Seharusnya
kelancaran usaha dengan cara
masyarakat meningkatkan jumlah
perbaikan
industri, nilai investasi dan nilai
infrastruktur
desa
seperti tanggul dan jalan raya. 2. Pihak Swasta
produksi
dengan
mengikuti
pelatihan-pelatihan
Untuk meningkatkan permintaan
kewirausahaan.
tenaga kerja pada industri kecil
masyarakat
dan
khususnya, dalam hal ini untuk
menengah
Lamongan. swasta
di
Kabupaten
Seharusnya
meningkatkan
Pihak jumlah
Dan
untuk
Kecamatan
Laren
meningkatkan permintaan tenaga kerja
pada
industri
kecil
dan
industri, nilai investasi dan nilai
menengah.
produksi
dengan
meningkatkan jumlah industri, nilai
program
kemitraan,
cara dan
melalui CSR
investasi
Seharusnya
dan
nilai
produksi
membuat
produk
(Coorporate Social Responsbility)
dengan
melalui pemberian modal, dan
unggulan dan jenis usaha yang
pelatihan-pelatihan
lebih menarik, berkualitas serta
serta dengan
mendesain
mempromosikan pameran,
produk
berdaya saing tinggi.
penerbitan
110
Media Trend Vol. 10 No. 1 Maret 2015, hal. 95-113
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Koperasi, Perindustrian, dan
Ananta, Aris, 1993. Ciri Demografis Kualitas
Penduduk
Pembangunan
Perdagangan
Kabupaten
dan
Lamongan, 2009. Data Jumlah
Ekonomi.
Tenaga Kerja, Jumlah Industri,
Jakarta: Lembaga Demografi
Nilai
FE UI.
Produksi Industri Kecil Dan
Badan
Pusat
2009.
Menengah
Lamongan Dalam Angka Tahun
Lamongan
2009. Lamongan
Lamongan.
Badan
Statistik,
Investasi,
Pusat
Statistik,
2010.
dan
Nilai
Kabupaten Tahun
2009.
Dinas Koperasi, Perindustrian, dan
Lamongan Dalam Angka Tahun
Perdagangan
2010. Lamongan
Lamongan, 2010. Data Jumlah
Badan
Pusat
Statistik,
2011.
Kabupaten
Tenaga Kerja, Jumlah Industri,
Lamongan Dalam Angka Tahun
Nilai
2011. Lamongan
Produksi Industri Kecil Dan
Badan
Pusat
2012.
Menengah
Lamongan Dalam Angka Tahun
Lamongan
2012. Lamongan
Lamongan.
Badan
Statistik,
Investasi,
Pusat
Statistik,
2013.
dan
Nilai
Kabupaten Tahun
2010.
Dinas Koperasi, Perindustrian, dan
Lamongan Dalam Angka Tahun
Perdagangan
2013. Lamongan
Lamongan, 2011. Data Jumlah
Boediono,
1982.
Ekonomi
Mikro.
Yogyakarta: BPFE. Damodar,
Gujarati,
ekonometrick,
McGraw
Basic Hill,
New York. Damodar,
Investasi,
Gujarati,
1991.
Erlangga
Menengah
Republik
Indonesia
Nilai
Kabupaten Tahun
2011.
Lamongan. Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan
Departemen Perindustrian. Undang –
dan
Produksi Industri Kecil Dan
Lamongan
Ekonometrika Dasar. Jakarta:
Undang
Tenaga Kerja, Jumlah Industri, Nilai
2003.
Kabupaten
Kabupaten
Lamongan, 2012. Data Jumlah Tenaga Kerja, Jumlah Industri,
Nomor 3 Tahun 2014, tentang
Nilai
Investasi,
Perindustrian.
Produksi Industri Kecil Dan Menengah
dan
Nilai
Kabupaten
111
Media Trend Vol. 10 No. 1 Maret 2015, hal. 95-113
Lamongan
Tahun
2012.
Lamongan.
Jakarta : LPFE UI. Payaman,
Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan
Investasi,
dan
Menengah
Saebeni, Ahmad, 2008. Metodelogi Penelitian. Bandung. Setiyadi,
Kabupaten
Lamongan
Tahun
2013.
2008. Kera
Desa
Labor and
Pada
Sendang
Kalinyamatan
Economics, public
Penyerapan Industri
Kecil Konveksi (Studi Kasus
Enrenberg, Rcdan RS Smith, 1994.
Theory
Heru,
Tenaga
Lamongan.
Modern
Sumber
Jakarta : LPFE UI.
Nilai
Produksi Industri Kecil Dan
Ekonomi
1985.
Daya Manusia,
Lamongan, 2013. Data Jumlah
Nilai
Simanjuntak,
Pengantar
Kabupaten
Tenaga Kerja, Jumlah Industri,
J,
Kec.
Kab.
Jepara).
Semarang: UNDIP.
Policy
Suerna, 2013. Analisis Penyerapan
IIIiunis. Fresment and Company
Tenaga Kerja Pada Industri
Kuncoro, Mudrajad, 2007. Industri
Kecil
Di
Kecamatan
Socah
Kecil dan UMKM. Jakarta: FE
Kabupaten Bangkalan (Studi
UI
kasus
Matz dan Usry, 2003. Cost accounting,
Kapur.
Planning and Control. Jakarta: Erlangga Menteri
Industri
Pengolahan
Bangkalan:
FE
Universitas Trunojoyo Madura Todaro, M. P. dan Smith, S. C, 2006.
Perindustrian
dan
Pembangunan Ekonomi. Haris
Perdagangan. Surat Keputusan
Munandar [penerjemah]. 2006.
Nomer 590/MPP/KEP/10/1999
Edisi
tentang Definisi Industri Kecil
Erlangga.
dan Menengah. Muljana,
B.S.,
1995.
Perencanaan
Jakarta: Ghalia Indonesia. Simanjuntak, Ekonomi
Daya Manusia,
Jakarta: Salemba Empat Patria Tsauri,
Nasir, M, 1999. Metode Penelitian.
Pengantar
dan Menengah di Indonesia.
Nasional.
Jakarta: UI Pres
J,
Jakarta:
Tambunan, Tulus, 2002. Usaha Kecil
Pembangunan
Payaman,
Kesembilan.
Sofyan,
2014.
Analisis
Permintaan Tenaga Kerja pada Industri Besar Dan sedang Di
2001. Sumber
Indonesia Bangkalan:
Tahun
2000-201.
FE
Universitas
Trunojoyo Madura
112
Media Trend Vol. 10 No. 1 Maret 2015, hal. 95-113
Wardhana, Wisnu,
Andhika,
2012.
Analisis Pranan Sektor Industri Manufaktur
terhadap
penyerapan Tenaga Kerja Di provinsi
Sulawesi
(2001-2012).
Selatan Makassar:
Universitas Hasanuddin. Widarjono, Agus, 2005. Ekonometrika: Teori
dan
Aplikasinya.
Yogjakarta: Ekonisia
113