ANALISIS AKAD WADIAH PADA TABUNGAN iB HASANAH DI BANK NEGARA INDONESIA SYARIAH KCP UNISSULA SEMARANG
TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Ekonomi Syariah (A.Md.E.Sy)
DISUSUN OLEH: SOFIANA IIN AYUNI NIM: 20112026
JURUSAN D III PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2015
i
MOTTO “Keluargamu adalah alasan bagi kerja kerasmu, maka janganlah sampai engkau menelantarkan mereka karena kerja kerasmu” “Semangat adalah sebetulnya kepingan-kepingan bara kemauan yang kita sisipkan pada setiap celah dalam kerja keras kita, untuk mencegah masuknya kemalasan dan penundaan”
v
HALAMAN PERSEMBAHAN Tugas Akhir ini penulis persembahkan kepada: 1. Allah SWT yang melimpahkan rahmat, karunia serta hidayahnya. 2. Ayah dan Ibu tercinta yang selalu setia menjaga dan mendampingi atas semua doa pengorbanan dan dukungannya. 3. Keluarga
besar saya
yang selalu
memberikan
dukungan
untuk
menyelsaikan pendidikan saya. 4. Sahabat-sahabatku serta teman-temanku yang senantiasa bersama dalam suka dan duka. 5. Terima kasih kepada bapak Qi Mangku dan Bapak Mifdol yang selalu memberikan
motivasi
dan
bimbingan
baik
perkuliahan
maupun
TugasAkhir. 6. Seluruh karyawan BNI Syariah Kantor Cabang Pembantu Unissula. 7. Terima kasih untuk Bapak, Ibu dosen yang setia membimbing dan memberikan semangat untuk menyelsaikan pendidikan. 8. Teman-teman D3 PerbankanSyariah. 9. Almamaterku.
Vi
KATA PENGANTAR Alhamdulilah, atas puji syukur dan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik serta hidayahnya, sehingga pada kesempatan ini saya dapat menyelesaikan penyusuanan Tugas Akhir dengan judul “ANALISIS AKAD WADIAH PADA TABUNGAN iB HASANAH DI BNI SYARIAH KCP UNISSULA SEMARANG”. Tugas akhir ini disusun dalam rangka sebagai syarat menyelesaikan pendidikan Jurusan D III Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa proses penyusunan tugas akhir ini dapat selesai bukan dari penulis sendiri melainkan berkat izin dari Allah SWT dan bantuan, bimbingan, dorongan dan perhatian dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga. 2. Bapak Dr. Anton Bawono, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Salatiga. 3. Bapak Ahmad Mifdlol Muthohar, Lc., M.Si. selaku Ketua Jurusan D3 Perbankan Syariah IAIN Salatiga. 4. Bapak Qi Mangku Bahjatullah, Lc., M.Si. selaku pembimbing penyusunan tugas akhir yang telah memberikan bimbingan, arahan, masukan serta kritikan penulis dapat menyelsaikan Tugas Akhir ini. 5. Seluruh dosen pengajar Jurusan D3 Perbankan Syariah IAIN Salatiga.
vii
6. Dan teman-teman satu angkatan yang sudah melakukan pendidikan bersamasama. Teriring doa semoga Allah membalas budi baik bapak ibu dan semuannya. Amin Akhirnya penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusuanan Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan namun penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca serta bagi perekonomian syariah pada umumnya. Salatiga, 08 Agustus2015
Penulis Sofiana Iin Ayuni
viii
ABSTRAK Ayuni, Sofiana Iin. 2015. Analisis Akad Wadi’ah pada Tabungan iB Hasanah di Bank Negara Indonesia Syariah Kantor Cabang Pembantu Unissula Semarang. TugasAkhir. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam. Jurusan Diploma III Perbankan Syariah. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui penerapan akad wadi‟ah pada Tabungan iB Hasanah dan bagaimana tinjauan syariah dalam akad wadi‟ah pada Tabungan iB Hasanah. Metode penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif, dengan teknik pengumpulan data yaitu observasi langsung di BNI Syariah KCP Unissula dan Metode Wawancara dengan Mengumpulkan data melalui tanya jawab dengan pihak manager dan karyawan BNI Syariah Semarang KCP Unissula dan Dokumentasi BNI Syariah yang berupa sejarah berdirinya BNI Syariah, visi dan misi, struktur organisasi, serta produk dan jasa yang ditawarkan BNI Syariah. Penelitian ini menyimpulkan bahwa penerapan akad wadi‟ah pada BNI Syariah mempunyai dua skim yaitu: Wadi‟ah dan Mudharabah Mutlaqah dan mempunyai perbandingan biaya yang mana akad wadi‟ah lebih murah dibandingkan dengan akad mudharabah mutlaqah. Adapun akad wadi‟ah itu mempunyai dua prinsip yaitu akad wadi‟ah yad amanah dan akad wadi‟ah yad dhamanah maka dalam operasionalnya BNI Syariah menggunakan akad wadi‟ah yad dhamanah yang mana pihak Nasabah datang ke bank BNI Syariah untuk menitipkan barang atau menyetorkan uangnya ke bank. Kemudian pihak yang dititipi bertanggung jawab atas keutuhan harta titipan sehingga ia boleh memanfaatkan harta titipan tersebut tanpa ada imbalan apapun. Bank dapat memberikan insentif kepada penitip dalam bentuk bonus. Tinjauan syariah akad wadi‟ah dapat disimpulkan bahwa Bank BNI Syariah mengunakan akad Wadi‟ah sudah sesuai prinsip syariah, yang diperjelas dengan adanya rukun dan syarat, serta didasari dengan adanya FATWA DEWAN SYARI‟AH NASIONAL NO:02/DSN-MUI/IV/2000 yang memutuskan tentang Tabungan, Ketentuan umum tabungan berdasarkan Mudharabah, dan Ketentuan umun tabungan berdasarkan Wadi‟ah. Kata kunci : Bank Negara Indonesia Syariah, AkadWadi‟ah , Tabungan iBHasanah.
ix
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL..................................................................................... i PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................. ii PENGESAHAN ............................................................................................ iii PERNYATAAN KEASLIAN ....................................................................... iv MOTTO ........................................................................................................ v HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... vi KATA PENGANTAR .................................................................................. vii ABSTRAK .................................................................................................... ix DAFTAR ISI ................................................................................................. x DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiv DAFTAR SKEMA ........................................................................................ xv BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1 A. Latar Belakang ............................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .......................................................................... 5 C. Tujuan dan Kegunaan .................................................................... 5 D. Metode Penelitian........................................................................... 6 E. Penegasan Istilah ............................................................................ 8
x
F. Sistematika penulisan ..................................................................... 9 BAB II LANDASAN TEORI ....................................................................... 11 A. Kajian Pustaka................................................................................ 11 B. Kerangka Teori............................................................................... 14 1. Akad ......................................................................................... 14 2. Wadi‟ah .................................................................................... 25 3. Tabungan .................................................................................. 32 BAB III LAPORAN OBJEK PENELITIAN ................................................ 37 A. Identitas Perusahaan ....................................................................... 37 B. Sejarah BNI Syariah ....................................................................... 37 C. Visi, Misidan Tata Nilai BNI Syariah ............................................ 40 D. Keunggulan BNI Syariah ............................................................... 41 E. Struktur organisasi BNI Syariah .................................................... 42 F. Deskripsi Jabatan ........................................................................... 43 G. Produk-produk BNI Syariah .......................................................... 45 BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS ..................................................... 53 A. Penerapan akad wadi‟ah pada Tabungan iB Hasanah ................... 53 B. Tinjauan syariah dalam akad wadi‟ah pada Tabungan iB Hasanah ..................................................................................... 63 BAB V PENUTUP ........................................................................................ 66
xi
A. Kesimpulan .................................................................................... 66 B. Saran ............................................................................................... 67 DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Perkembangan Perbankan Syariah ................................................ 2 Tabel 4.1 Perbandingan biaya wadi‟ah dan Mudharabah Mutlaqah ............ 53 Tabel 4.1 Tinjauan syariah dalam akad wadi‟ah .......................................... 64
Xiii
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Pengelompokan macam-macam akad ....................................... 15 Gambar 3.1 Struktur Organisasi .................................................................... 42
xiv
DAFTAR SKEMA Skema 2.1 kerja al-wadi‟ah yad amanah ...................................................... 30 Skema 2.2 Kerja al-wadi‟ah yad dhamanah ................................................. 31 Skema 4.1 Penerapan akad wadi‟ah di BNI Syariah .................................... 54
xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank syariah berkembang secara pesat didunia sejak didirikannya Islamic Development Bank (IDB) pada tahun 1975. Sejak saat itu diperkirakan telah berkembang ratusan bank syariah diseluruh dunia, baik di negara Islam maupun negara non Islam. Bank syariah dewasa ini telah mengembangkan dananya seperti bank-bank konvensional umumnya. Bank syariah sudah jadi penghimpun dan penyaluran dana umat Islam baik untuk kepentingan yang berkaitan dengan ibadah seperti: dana dari zakat, infak, dan sadaqah maupun muamalah seperti: simpanan al-wadiah dan mudharabah (Martono, 2002: 94). Di Indonesia pembentukan bank syariah dalam sistem perbankan nasional memiliki dasar yang kuat yaitu deregulasi sektor perbankan sejak tahun 1983. Dalam deregulasi sektor perbankan tersebut, lembaga keuangan bank diberikan kebebasan, termasuk dalam hal pembentukan tingkat suku bunga hingga nol persen. Deregulasi dibidang perbankan dapat dimanfaatkan setelah dikeluarkannya paket Oktober 1988. Dalam pakto tersebut diperkenankan untuk mendirikan bank-bank baru. Pada tanggal 1 November 1991 didirikanlah Bank Muamalat Indonesia sebagai bank syariah pertama di Indonesia. Perbankan syariah merupakan salah satu inovasi yang baru dalam dunia perbankan di Indonesia. Kedudukan bank tanpa perhitungan bunga ini menjadi lebih kuat setelah dikeluarkannya Undang-undang nomor 7 Tahun
1
2
1992 tentang perbankan yang kemudian diperbarui dengan UU No 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas UU No 7 Tahun 1992 tentang perbankan. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 dan Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 merupakan landasan hukum untuk mengembangkan perbankan syariah di Indonesia. Pengembangan bank syariah di Indonesia dipandang penting untuk; pertama, memenuhi kebutuhan masyarakat yang menghendaki layanan jasa perbankan yang sesuai dengan prinsip syariah; kedua, meningkatkan mobilisasi dana masyarakat yang belum terserap sistem perbankan yang ada; ketiga, meningkatkan ketahanan sistem perbankan nasional; dan keempat, menyediakan sarana bagi investor internasional untuk melaksanakan pembiayaan dan transaksi keuangan yang sesuai dengan prinsip syariah (Martono, 2002: 95). Tabel 1.1 Perkembangan Perbankan Syariah Perkembangan Bank Syariah Indonesia Indikasi
1998
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
KP/UUS KP/UUS KP/UUS KP/UUS KP/UUS KP/UUS KP/UUS KP/UUS BUS
1
2
3
3
3
3
5
6
UUS
-
8
15
19
20
25
27
25
BPRS
76
84
88
92
105
114
131
139
secara
kuantitas,
Sumber : BI, Statistik Perbankan Syariah, 2009 Perkembangan
perbankan
syariah
pencapaian
perbankan syariah sungguh membanggakan dan terus mengalami peningkatan dalam jumlah bank. Jika pada tahun 1998 hanya ada satu Bank Umum Syariah dan 76 Bank Perkreditan Rakyat Syariah, maka pada Desember 2009 (berdasarkan data Statistik Perbankan Syariah yang dipublikasikan oleh Bank
3
Indonesia) jumlah bank syariah telah mencapai 31 unit yang terdiri atas 6 Bank Umum Syariah dan 25 Unit Usaha Syariah. Selain itu, jumlah Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) telah mencapai 139 unit pada periode yang sama (laporan tahunan BI Desember 2009). Bank bukanlah suatu hal yang asing bagi masyarakat di negara maju. Masyarakat di negara maju sangat membutuhkan keberadaan bank. Bank dianggap sebagai suatu lembaga keuangan. Aktivitas keuangan yang sering dilakukan masyarakat di negara maju antara lain aktivitas penyimpanan dana, investasi, pengiriman uang dari suatu tempat ke tempat lain dari suatu daerah ke daerah lain dengan cepat dan aman, serta aktivitas keuangan lainnya. Bank juga salah satu lembaga yang mempunyai peran sangat penting dalam mendorong pertumbuhan perekonomian suatu negara, bahkan pertumbuhan bank dipakai sebagai ukuran pertumbuhan perekonomian negara tersebut (Ismail, 2010: 1). Bank secara sederhana dapat diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya (Kasmir, 2001: 11). Bank Syariah merupakan bank yang kegiatannya mengacu pada hukum Islam, dan dalam kegiatannya tidak membebankan bunga, maupun tidak membayar bunga kepada nasabah. Imbalan yang diterima oleh bank syariah, maupun yang dibayarkan kepada nasabah tersebut didasarkan pada hukum syariah baik perjanjian yang dilakukan bank dengan nasabah dalam penghimpun dana, maupun penyalurannya. Perjanjian (akad) yang
4
terdapat di perbankan syariah harus tunduk pada syarat dan rukun akad tersebut (Ismail, 2010: 20). Penghimpunan dana yang dilakukan bank syariah tidak berbeda jauh dengan bank konvensional. Perbedaannya adalah penghimpunan dana dalam bank syariah tidak didasarkan atas nama produk melainkan berdasarkan prinsip yang digunakan. Prinsip dalam penghimpun dana dalam bank syariah terdiri dari dua prinsip, yaitu akad Wadi‟ah dan akad Mudharabah. Di Indonesia hampir semua bank syariah menerapkan prinsip Wadi‟ah untuk menghimpun dana. Akad wadi‟ah adalah titipan yang dapat diambil sewaktuwaktu, maka produk-produk perbankan syariah yang dapat diterapkan untuk prinsip ini adalah giro dan tabungan dan dilaporkan dalam kewajiban. Dalam perkembangannya
akad
wadi‟ah
terasa
kurang
populer
dikalangan
masyarakat. Hanya sebagian masyarakat mengetahui tentang apa yang dimaksud wadi‟ah, bagaimana prosedur untuk menikmati akad wadi‟ah dilingkungan perbankan syariah. Sehingga perlu dilakukan pengenalan lebih lanjut kepada masyarakat akan produk-produk perbankan syariah dalam perbaikan ekonomi dan kemaslahatan umat (Kasmir, 2001: 85). BNI Syariah Semarang merupakan salah satu bank yang melaksanakan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah, yaitu aturan perjanjian berdasrkan hukum islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatannya lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah. Dalam menjalankan usahanya BNI Syariah Semarang menggunakan pola bagi hasil yang merupakan landasan utama dalam segala
5
operasinya, baik dalam produk pendanaan, pembiayaan maupun dalam produk lainnya. Produk-produk BNI Syariah Semarang mempunyai kemiripan tetapi tidak sama dengan produk bank konvensional karena adanya pelarangan riba, gharar, dan maysir. Oleh karena itu, produk-produk pendanaan dan pembiayaan pada BNI Syariah Semarang harus menghindari unsur-unsur dilarang tersebut. Berdasarkan fenomena diatas, maka dalam Penulisan tugas akhir ini penulis mengambil judul “Analisis Akad Wadi‟ah Pada Tabungan iB Hasanah di BNI Syariah KCP Unissula Semarang”. Penulis ingin mengetahui lebih jauh tentang Analisis Akad Wadi‟ah pada Tabungan iB Hasanah. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana penerapan akad wadi‟ah pada Tabungan iB Hasanah? 2. Bagaimana tinjauan syariah dalam akad wadi‟ah pada Tabungan iB Hasanah? C. Tujuan dan Kegunaan 1. Tujuan : a. Untuk mengetahui penerapan akad wadi‟ah pada tabungan iB Hasanah. b. Untuk mengetahui tinjauan syariah dalam akad wadi‟ah pada Tabungan iB Hasanah.
6
2. Kegunaan: a. Bagi penulis Untuk menambah wawasan, pengetahuan dan informasi dari dunia praktis yang sangat berguna untuk disinkronkan dengan pengetahuan teori yang dapat di bangku kuliah. b. Bagi Civitas Akademik IAIN Salatiga 1) Memperkenalkan IAIN Salatiga kepada masyarakat luar khususnya Jurusan Perbankan Syariah. 2) Sebagai tambahan referensi bacaan serta informasi khususnya bagi mahasiswa IAIN Salatiga jurusan Perbankan Syariah. c. Bagi BNI Syariah Sebagai masukan dan pedoman yang dapat dijadikan pengetahuan untuk mengetahui alasan personality nasabah menjadi nasabah. D. Metode Penelitian 1. Jenis penelitian Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian deskriptif kualitatif, yaitu proses penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang diamati (Moleong, 2008: 3). 2. Jenis data yang dibutuhkan Jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data primer dan skunder.
7
a. Data primer Yaitu data yang dikumpulkan sendiri oleh perorangan atau organisasi langsung melalui objeknya (Supranto, 2002: 20). b. Data skunder Data yang diperoleh dari dokumen, buku-buku dan arsip-arsip yang berkaitan dengan topik data yang akan diteliti dengan metode penulisan kualitatif ini. Sumber data skunder diperoleh dari buku-buku yang berkaitan dengan judul, mengambil karya atau tugas akhir yang sudah ada sebelumnya dan memiliki tema yang berkaitan, penelitianpenelitian yang berkaitan dengan Tugas Akhir yang peneliti lakukan, serta dokumen-dokumen yang relevan. 3. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi Langsung Data yang diperoleh dengan pengamatan langsung di BNI Syariah Semarang KCP Unissula. b. Metode Wawancara Mengumpulkan data melalui tanya jawab dengan pihak manager dan karyawan BNI Syariah Semarang KCP Unissula, atau pihak lain yang berhubungan dengan penelitian ini yang dilakukan pada hari Selasa 17 Maret 2015 pada jam 15:30 s/d 17:00.
8
c. Metode Dokumentasi Penulis akan menggunakan teknik pengumpulan data dengan melihat atau melengkapi data yang telah ada dengan menggunakan catatan data arsip BNI Syariah Semarang KCP Unissula. 4. Metode Analisis Data Dalam analisis data kualitatif, metode yang digunakan untuk membahas sekaligus sebagai kerangka berfikir pada penelitian ini adalah deskriptif. Pelaksanaan metode-metode deskriptif tidak terbatas hanya sampai pada pengumpulan dan penyususnan data, tetapi meliputi analisis dan interpretasi tentang arti data itu (Surakhmad, 1990: 139). E. Penegasan Istilah Agar tidak timbul salah pengertian dan penafsiran, maka penulis perlu menjelaskan arti kata-kata dan memberikan penegasan istilah yang terdapat dalam penelitian ini ialah: 1. Analisis adalah penyelidikan suatu peristiwa (karangan, pembuatan, dan sebagainya) untuk mengetahui apa sebab-sebabnya, bagaimana duduk perkaranya (Poerwadarminta, 2006: 37). 2. Akad adalah mengikat atau mengumpulkan dalam dua ujung tali dan mengikat salah satunya dengan jalan lain sehingga tersambung, kemudian keduanya menjadi bagian dari sepotong benda (Nawawi, 2012: 19). 3. Wadi‟ah dapat di artikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum yang harus dijaga dan
9
dikembalikan kapan saja si penyimpan menghendakinya (Muhammad, 2000: 7). 4. Tabungan menurut Undang-undang tentang perbankan Nomor 7 Tahun 1992 menjelaskan bahwa Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, Bilyet giro, dan alat lainnya yang dipersamakan dengan itu. 5. iB Hasanah adalah produk tabungan yang dimunculkan oleh PT. Bank BNI Syariah sejak awal kantor berdiri. F. Sistematika Penulisan Pada penelitian ini terdapat 5 (lima) bab yang terdiri dari beberapa sub bab yang dapat diuraikan kembali. Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN. Bab ini merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan, metode penelitian, penegasan istilah dan sistematika penulisan. BAB II LANDASAN TEORI. Di dalam bab ini menyajikan tentang penelitian terdahulu dan akad serta wadi‟ah dan tabungan. BAB III LAPORAN OBJEK PENELITIAN. Pada bab ini terdiri dari gambaran umum BNI Syariah Semarang KCP Unissula dan data-data deskriptif.
10
BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS. Dalam bab ini akan menguraikan hasil penelitian yang telah dirumuskan berdasarkan landasan teori dan informasi-informasi objek penelitian Tugas Akhir. BAB V PENUTUP. Bab ini berisi tentang informasi hasil penelitian yang mencakup kesimpulan dan saran-saran yang mungkin bermanfaat bagi lembaga keuangan pada umumnya dan BNI Syariah Semarang KCP Unissula pada khususnya, termasuk pihak lain termasuk mahasiswa.
BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka Peneliti telah berupaya melakukan penelusuran pustaka yang memiliki relevansi dengan pokok permasalahan yang hampir memiliki kesamaan pada peneliti ini. Hal tersebut dimaksudkan agar fokus penelitian tidak dan bukan merupakan pengulangan atas penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, melainkan untuk mencari sisi lain yang signifikan untuk diteliti lebih mendalam dan efektif. Selain itu penelusuran pustaka juga bermanfaat untuk membangun kerangka teoritik yang mendasari kerangka penelitian ini. Illailazatus Zakkiya (2012), dalam tugas akhirnya yang berjudul, ”Strategi Pengelolaan Simpanan Wadi‟ah Yad Dhamanah Pada Produk SAHARA di KJKS Bahtera”. Sahara merupakan tabungan yang menggunakan akad wadi‟ah yad dhamanah yaitu pihak penitip memberikan izin kepada pihak yang diberi titipan untuk mempergunakan barang yang dititipi baik berupa uang ataupun barang untuk diambil manfaatnya. Tentu pihak BMT mendapatkan hasil dari penggunaan dana. BMT dapat memberikan insentif kepada penitip dalam bentuk bonus (Athaya) akan tetapi tidak diperjanjikan sejak awal. Syafaatul Jannah (2012), dalam tugas akhirnya yang berjudul “Mekanisme Tabungan Wadi‟ah Salamah di BPRS Ben Salamah Abadi Purwodadi”.Hasil penelitiannya tabungan wadi‟ah salamah merupakan tabungan dalam bentuk simpanan yang menggunakan prinsip wadi‟ah yad dhamanah yang dapat 11
12
disetor dan dapat diambil kapan saja dan dengan mendapatkan hasil usaha BPRSBen Salamah Abadi. Adapun mekanisme tabungan wadi‟ah salamah, meliputi: pembukaan rekening wadi‟ah salamah, penyetoran rekening, penarikan atau pengambilan dan penutupan tabungan wadi‟ah salamah. Berdasarkan akad wadi‟ah, sebagai imbalan pemilik dana disamping jaminan keamanan uangnya juga memperoleh bonus sebesar 4% berdasarkan pendapatan bank tiap tahun, tarif bonus wadi‟ah merupakan besarnya tarif yang ditentukan bank sesuai ketentuan. BPRS Ben Salamah Abadi mempunyai asumsi bahwa BPRS Ben Salamah Abadi dapat meningkatkan dan menurunkan prosentase bonus tabungan wadi‟ah salamah tergantung pendapatan dan keuntungan yang didapatkan dari penyaluran dana. Driya Primasthi (2015), dalam skripsinya yang berjudul “Studi Komparasi Kualitas Tabungan Akad Wadi‟ah Yad Dhamanah dan Mudharabah Mutlaqah di BRI Syariah dan BNI Syariah” Penentuan bonus tabungan Wadi‟ah Yad Dhamanah BRI Syariah dan BNI Syariah sama-sama menerapkan kriteria bonus berdasarkan minimal rata-rata saldo nasabah dan jangka waktu tertentu. BNI Syariah menawarkan nisbah dan ER yang lebih besar untuk tabungan mudharabah mutlaqah. Biaya tabungan Wadi‟ah Yad Dhamanah dan mudharabah mutlaqah di BRI Syariah lebih rendah daripada BNI Syariah. BRI Syariah dan BNI Syariah secara umum mempunyai implikasi resiko yang sama. Promosi di BRI Syariah lebih menekankan strategi above the line dan below the lineserta strategi cross selling (penjualan silang) untuk tabungan mudharabah mutlaqah. Sedangkan BNI Syariah lebih menekan pada penjualan
13
melalui strategi dirrectselling dan personal selling serta strategi jemput. BNI Syariah menawarkan layanan yang lebih luas karena nasabah bisa memanfaatkan office chanelling, selain itu rekening tabungan juga dapat dijadikan sebagai agunan pembiayaan. Perbedaan mendasar penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan peneliti-peneliti sebelumnya adalah peneliti melakukan penelitian dibidang ekonomi Islam khususnya syariah. Aspek lain yang membedakan penelitian yang dilakukan oleh penulis bisa dilihat disisi variabel yang diambil dalam penelitian dan lokasi penelitian. Penelitian yang dilakukan oleh Illailazatus Zakkiya, penulis lebih fokus terhadap aplikasi akad wadi‟ah yad dhamanah pada produk tabungan wisata. Adapun penelitian yang dilakukan Syafaatul Jannah mengacu pada mekanisme tabungan salamah yang meliputi pembukaan rekening, penyetoran, penarikan dan penutupan. Sedangkan penelitian yang dilakukan Driya Primasthi mengacu pada dalam penentuan bonus tabungan wadi‟ah yad dhamanah BRI Syariah dan BNI Syariah samasama menerapkan kriteria bonus berdasarkan minimal rata-rata saldo nasabah dan minimal jangka waktu. BNI Syariah menawarkan nisbah dan ER yang lebih besar untuk tabungan mudharabah mutlaqah Biaya operasional tabungan wadi‟ah yad dhamanah dan mudharabah mutlaqah di BRI Syariah lebih rendah daripada BNI Syariah. BRI Syariah dan BNI Syariah secara umum mempunyai implikasi risiko yang sama.
14
B. Kerangka Teori 1. Akad a. Teori Akad Perjanjian atau akad mempunyai arti penting dalam kehidupan masyarakat. Melalui akad seorang lelaki disatukan dengan seorang wanita dalam suatu kehidupan bersama, dan melalui akad juga berbagai kegiatan bisnis dan usaha dapat dijalankan. Akad memfasilitasi setiap orang dalam memenuhi kebutuhan dan kepentingannya yang tidak dapat dipenuhinya sendiri tanpa bantuan dan jasa orang lain. Karenanya dapat dibenarkan bila dikatakan bahwa akad merupakan sarana sosial yang ditemukan oleh peradaban umat manusia untuk mendukung kehidupannya sebagai mahluk sosial. Demikian halnya dengan agama islam, yang memberikan sejumlah prinsip dan dasar-dasar mengenai pengaturan perjanjian sebagaimana tentang dalam Al-Qur‟an dan sunah Nabi Muhammad SAW (Anwar, 2010: 13). Dalam kitab Fiqh terdapat banyak bentuk akad yang kemudian dapat dikelompokkan dalam berbagai variasi jenis-jenis akad. Secara garis besar adapun pengelompokan macam-macam akad, antara lain:
15
Akad
Menurut tujuannya a. Akad Tabarru b. Akad Tijari
Dari segi unsur tempo dalam akad a. Akad Bertempo b. Akad Tidak Bertempo
Menurut namanya a. Akad Bernama b. Akad tidak bernama
Dari segi Formalitasnya a. Akad Konsensual b. Akad Formalitas c. Akad Riil Dari segi dilarang /tidak dilarangnya oleh syara‟ a. Akad Masyru‟ b. Akad Terlarang
Menurut kedudukanya a. Akad pokok b. Akad Asesoir
Akad mengikat dan tidak mengikat a. Akad Mengikat b. Akad Tidak mengikat Akad dapat di laksanakan/tidak dilaksanakan a. Akad Nafis b. Akad Mauquf Akad menurut tanggungan a. „aqd adhdhaman b. „aqd al-„amanah
Gambar 2.1 Pengelompokkan macam-macam Akad. Berdasarkan Gambar diatas maka dapat dijelaskan tentang pengelompkkan macam-macam akad yang antara lain: (Anwar, 2012: 72). 1. Akad menurut tujuannya a. Akad Tabarru Akad Tabarru merupakan jenis akad yang berkaitan dengan transakasi non-profit atau transaksi yang tidak bertujuan mendapatkan laba atau keuntungan. Akad Tabarru lebih
16
berorientasi pada kegiatan Ta‟awun atau tolong-menolong. Dalam akad ini pihak yang berbuat baik tidak boleh diharapkan hanya pahala dari Allah SWT, namun menutupi biaya yang timbul akibat kontrak tersebut kepada mitranya. Contoh dari akad Tabarru adalah qardh, rahn, hiwalah, wakalah, kafalah, wadi‟ah, hibah, hadiah, wakaf, shadaqoh. b. Akad Tijari Berbeda dengan Tabarru, akad tijari bertujuan untuk mendapatkan
imbalan
keuntungan
tertentu.
Akad
ini
menyangkut transaksi bisnis dengan motif laba. Contoh akad ini meliputi Jual beli, sewa menyewa, mudharabah, Musyarakah dan lain-lain. 2. Akad menurut namanya a. Akad Bernama (al-„uqud al-musamma) Akad Bernama (al-„uqud al-musamma) merupakan akad yang sudah ditentukan namanya oleh pembuat hukum dan ditentukan pula ketentuan-ketentuan khusus yang berlaku terhadapnya dan tidak berlaku terhadap akad lain. Contohnya meliputi Al-Ijarah, Al-Qard, Al-Bai, Al-Syirkh, AlKafalah, Al-Hibah, Al-Hawalah, Al-Wadi‟ah, Al-Wakalah, AlRahn, Al-Shulh, Al-Ju‟alah.
17
b. Akad tidak bernama (al-„uqud qair al-musamma) Akad tidak bernama (al-„uqud qair al-musamma) merupakan akad yang tidak diatur secara khusus dalam kitab-kitab fiqh dibawah satu nama tertentu. Contohnya meliputi perjanjian penerbitan, periklanan dan sebagainya. 3. Akad menurut kedudukannya: a. Akad pokok (al-aqd al-ashli) Akad pokok (al-aqd al-ashli) merupakan akad yang berdiri sendiri yang keberadaannya tidak tergantung kepada suatu hal. Contohnya meliputi akad jual beli, sewa-menyewa, penitipan, pinjam pakai, dan seterusnya. b. Akad asesoir (al-aqd at-tabi) Akad
asesoir
(al-aqd
at-tabi)
merupakan
akad
yang
keberadaanya tidak berdiri sendiri, melainkan tergantung kepada suatu hak yang menjadi dasar ada dan tidaknya atau sah dan tidak sahnya akad. Contohnya meliputi penanggungan (al-kafalah), dan akad gadai (ar-rahn). 4. Akad dari segi unsur tempo didalam akad: a. Akad bertempo (al-aqd az-zamani)
18
Akad bertempo (al-aqd az-zamani) merupakan akad yang didalamnya unsur waktu merupakan unsur asasi, dalam unsur waktu merupakan bagian dari unsur perjanjian. Contohnya meliputi sewa-menyewa, penitipan, pinjam pakai, pemberian kuasa, berlangganan majalah dan sebagainya. b. Akad tidak bertempo (al-aqd al-fauri) Akad tidak bertempo (al-aqd al-fauri) merupakan akad dimana unsur waktu tidak merupakan bagian dari isi perjanjian. Contonya seperti akad jual beli. 5. Akad dari segi formalitasnya: a. Akad konsensual (al-aqd ar-radha‟i) Akad konsensual (al-aqd ar-radha‟) merupakan jenis akad yang untuk terciptanya cukup berdasarkan kesepakatan para pihak tanpa diperlukan formalitas-formalitas tertentu. Contonya meliputi jual beli, sewa-menyewa, utang piutang dan sebagainya. b. Akad formalitas (al-aqd asy-syakli) Akad formalitas (al-aqd asy-syakli) merupakan akad yang tunduk pada syarat-syarat formalitas yang ditentukan oleh pembuat hukum, dimana apabila syarat-syarat itu tidak terpenuhi akad tidak sah. Contohnya meliputi kehadiran dan kesaksian dua orang saksi.
19
c. Akad riil (al-aqd al-aini) Akad riil (al-aqd al-aini) merupakan akad yang untuk terjadinya diharuskan adanya penyerahan tunai objek akad, dimana akad tersebut belum terjadi dan belum menimbulkan akibat hukum apabila belum dilaksanakan. Contohnya meliputi hibah, pinjam pakai, penitipan, kredit (utang), dan akad gadai. 6. Di lihat dari segi dilarang atau tidak dilarangnya oleh syara‟: a. Akad masyru‟ Akad masyru‟ merupakan akad yang dibenarkan oleh syara‟ untuk dibuat dan tidak ada larangan untuk menutupnya. Contohnya meliputi jual beli, sewa menyewa dan mudharabah dan sebagainya. b. Akad terlarang Akad terlarang merupakan akad yang dilarang oleh syara‟ untuk dibuat seperti jual beli janin, akad donasi harta anak dibawah umur, akad yang bertentangan dengan akad islam (kesusilaan) dan ketertiban umum seperti sewa menyewa untuk melakukan kejahatan, akad nikah mut‟ah. Termasuk juga akad yang dilarang dalam beberapa mazhab adalah akad jual beli kembali asal (bai‟ al-„inah).
20
7. Akad menurut dari mengikat dan tidak mengikatnya: a. Akad mengikat (al-aqd al-lazim) Akad mengikat (al-aqd al-lazim) merupakan akad dimana apabila seluruh rukun dan syaratnya telah terpenuhi, maka akad itu mengikat secara penuh dan masing-masing pihak tidak dapat membatalkannya
tanpa persetujuan pihak lain. Akad
jenis ini dapat dibedakan menjadi dua macam lagi, yaitu: pertama, akad mengikat kedua belah pihak seperti akad jual beli, sewa menyewa, perdamaian dan sebagainya. Kedua, akad mengikat satu pihak, yaitu akad dimana salah satu pihak tidak dapat membatalkan satu perjanjian tanpa persetujuan pihak lain, akan tetapi pihak lain dapat membatalkannya tanpa persetujuan
pihak
pertama,
seperti
akad
kafalah
(penanggungan) dan gadai (ar-rahn). b. Akad tidak mengikat Akad tidak mengikat merupakan akad pada masing-masing pihak dapat membatalkan perjanjian tanpa persetujuan pihak lain. Akad tidak mengikat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: pertama, akad yang memang sifat aslinya tidak mengikat, seperti akad wakalah (pemberian kuasa), syirkah (persekutuan), akad hibah, akad wadi‟ah (penitipan), dan akad „ariah (pinajm pakai). Kedua, akad yang tidak mengikat karena didalamnya terdapat khiyar bagi para pihak.
21
8. Akad menurut dapat dilaksanakan atau tidak dapat dilaksanakan: a. Akad nafis Akad nafis merupakan akad yang bebas dari setiap faktor yang menyebabkan tidak dapatnya akad tersebut dilaksanakan. b. Akad mauquf Akad mauquf merupakan akad yang tidak dapat secara langsung dilaksanakan akibat hukumnya sekalipun telah dibuat sah, melainkan masih tergantung (maukuf) kepada adanya ratifikasi (ijazah) dari pihak berkepentingan. 9. Akad menurut tanggungan: a. Akad tanggungan („Aqd adh-dhaman) Akad tanggungan („Aqd adh-dhaman) merupakan akad yang mengalihkan tanggungan risiko atas kerusakan barang kepada pihak penerima pengalihan sebagai konsekuensi dari pelaksana akad
tersebut
sehingga
kerusakan
barang
yang
telah
diterimanya melalui akad tersebut berada dalam tanggungannya sekalipun sebagai akibat keadaan memaksa. b. Akad kepercayaan („Aqd al-„amanah) Akad kepercayaan („Aqd al-„amanah) merupakan akad dimana barang yang dialihkan melalui akad tersebut merupakan amanah ditangan penerima barang tersebut, sehingga ia tidak berkewajiban menanggung risiko atas barang tersebut, kecuali kalau ada unsur kesengajaan dan melawan hukum.
22
Contohnya meliputi akad penitipan, peminjaman, perwakilan (pemberian kuasa). b. Pengertian Akad Islam merupakan ajaran Allah yang bersifat universal yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia. Manusia sebagai mahluk sosial dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, baik secara material maupun spiritual, selalu berhubungan dan bertransaksi antara satu dan yang lain. Dalam berhubungan dengan orang lain inilah antara yang satu dan yang lain sering terjadi interaksi. Istilah perjanjian dalam hukum Indonesia disebut akad dalam hukum islam. Kata akad berasal dari bahasa arab, yaitu ar-rabtu yang berarti menghubungkan atau mengaitkan, atau mengikat antara beberapa ujung sesuatu (Anwar, 2010: 68). Ada beberapa definisi akad (perjanjian) yang dikemukakan oleh para ulama. Pertama Menurut pasal 262 Mursyid al-Harian, akad merupakan pertemuan ijab yang diajukan oleh salah satu pihak dengan qabul dari pihak lain yang menimbulkan akibat hukum pada objek akad. Kedua Menurut Anwar akad adalah pertemuan ijab dan qabul sebagai pernyataan kehendak dua pihak atau lebih untuk melahirkan suatu akibat hukum pada objeknya (Anwar, 2010: 68). Kedua definisi diatas memperlihatkan bahwa, pertama, akad merupakan keterkaitan atau pertemuan ijab dan qabul yang berakibat timbulnya akibat hukum. Ijab adalah penawaran yang diajukan oleh
23
salah satu pihak, dan qabul adalah jawaban persetujuan yang diberikan mitra akad sebagai tanggapan terhadap penawaran pihak yang pertama. Akad tidak terjadi apabila pernyataan kehendak masing-masing pihak tidak terkait satu sama lain karna akad adalah keterkaitan kehendak kedua belah pihak yang tercermin dalam ijab qabul. Kedua, akad merupakan tindakan hukum dua pihak karna akad adalah pertemuan ijab yang mempresentasikan kehendak dari satu pihak dan qabul yang menyatakan kehendak pihak lain. c. Landasan Akad Adapun yang menjadi dasar dalam akad ini pertama adalah firman Allah dalam al-Qur‟an Surat al-Maidah, 5: 1 yang berbunyi:
ذيا َأذُّيٍَأيا نَّلرذهَأ ا َأآىُنُ ا َأَْو ُنُ ا ِب ْوين ُن ُنُ ِبوا Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu. Adapun yang dimaksud dengan “penuhilah aqad-aqad itu” adalah bahwa setiap mu‟min berkewajiban menunaikan apa yang telah dia janjikan dan akadkan baik berupa perkataan maupun perbuatan, selagi tidak bersifat menghalalkan barang haram atau mengharamkan barang halal. Dan kalimat ini merupakan asas „Uqud (Al-Maraghi, 1993: 81). Sedangkan dasar akad dalam kaidah fiqh berbunyi sebagai berikut:
نجَأياقُن ِبدا ضيا ن ُنمخَأ َأ يقِبدَأا ْوذ ِبها َأَوَأخَأ ْوي َأجخُنًُنا َأآياإِبنخَأ َأز َأآييُنا ِبي َّلا از َأ ألَأصْو مُنا ِبيا ن َأ ْو ِبد ِب Hukum asal dalam transaksi adalah keridhaan kedua belah pihak yang berakad, hasilnya adalah berlaku sahnya yang diakadkan (Djazuli, 2006:130).
24
Maksud dari kaidah diatas bahwa keridhaan dalam transaksi ekonomi dan bisnis merupakan prinsip yang utama. Oleh karena itu, transaksi dikatakan sah apabila didasarkan kepada keridhaan kedua belah pihak yang melakukan transaksi. d. Pembentukan Akad 1. Rukun Akad Rukun adalah unsur-unsur yang membentuk sesuatu, sehingga sesuatu itu terwujud karena adanaya unsur-unsur tersebut yang membentuknya. Dalam konsepsi hukum islam, unsur-unsur yang membentuk sesuatu itu disebut rukun. Akad juga termasuk karena adanya unsur-unsur atau rukun-rukun yang membentuknya. Menurut ahli-ahli hukum kontemporer, rukun yang membentuk akad itu ada empat, yaitu: (Anwar, 2010: 70). a. Para pihak yang membuat akad (al-„aqidan) b. Pernyataan kehendak para pihak (shigatul-„aqd) c. Objek akad (mahallul-„aqd) d. Tujuan akad (maudhu‟al-„aqd). 2. Syarat Akad Syarat yang ada dalam akad dapat dikategorikan menjadi syarat sah (shahih), rusak (fasid), dan syarat yang batal (bathil) dengan penjelasan berikut ini: (Zuhaily, 1989: 305). a. Syarat sahih adalah syarat yang sesuai dengan subtansi akad, mendukung dan memperkuat subtansi akad dan dibenarkan
25
oleh syara‟, sesuai dengan kebiasaan masyarakat („urf). Misalnya harga barang yang diajukan oleh penjual dalam jual beli adanya hak pilih (khiyar) dan syarat sesuai dengan „urf dan adanya garansi. b. Syarat fasid adalah syarat yang tidak sesuai dengan salah satu kriteria yang ada dalam syarat sahih. Misalnya, memberi mobil dengan uji coba dulu selama satu tahun. c. Syarat batil adalah syarat yang tidak mempunyai kriteria syarat sahih dan tidak memberi nilai manfaat bagi salah satu pihak atau lainnya, akan tetapi malah menimbulkan dampak negatif. Misalnya, penjual mobil mensyaratkan pembeli tidak boleh mengendarai mobil yang telah dibelinya . 2. Wadi’ah a. Pengertian Wadi‟ah Wadi‟ah berasal dari bahasa arab yang berakar dari kata wad‟u berarti meninggalkan dan wadi‟ah menurut bahasa adalah sesuatu yang ditinggalkan pada orang yang bukan pemiliknya untuk dijaga (Wiroso, 2005: 196). Wadi‟ah menurut bahasa adalah wadi‟aasyai yang berarti meninggalkannya.
Dinamai
wadi‟aasyai
karena
sesuatu
yang
ditinggalkan seseorang pada orang lain untuk dijaga dengan sebutan qadi‟ah lantaran ia meninggalkannya pada orang yang menerima titipan (Sabiq, 1997: 74).
26
Barang yang dititipkan disebut ida‟, orang yang menitipkan barang disebut mudi‟ dan orang yang menerima titipan barang disebut wadi‟. Dengan demikian maka wadi‟ah menurut istilah adalah akad antara pemilik barang (mudi‟) dengan penerima barang titipan (wadi‟) untuk menjaga harta atau modal (ida‟) dari kerusakan atau kerugian dan untuk keamanan harta (Arifin, 2003: 27). Dalam tradisi fiqh Islam prinsip titipan atau simpanan dikenal dengan prinsip al-wadi‟ah. AlWadi‟ah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip menghendaki (Antonio, 1999: 121). b. Landasan hukum Al-Quran:
يسا إِب َّلنا نهَّلـًَأاذَأأْو ُنآسا ُنك ْوما َأناحُنؤَأا ُّيوَ ا ْوألَأ َأآيوَأي ِب ثاإِبنَأ ٰىا َأ ْوٌهِبٍَأيا َأَإِب َأذ ا َأح َأك ْومخُنما َأ ْويهَأ ا نىَّل ِب صيسًا َأناحَأحْو ُنك ُنمُ ا ِب ْوين َأ ْود ِبلاإِب َّلنا نهَّلـًَأاوِب ِب َّلمياذَأ ِب ظُن ُنكما ِب ِبٍئ ِب َّلنا نهَّلـٍ َأكينا َأس ِبميعًا َأ ِب Sesungguhnya Allah menyuruh kamu untuk menyampaikan amanat (titipan) kepada yang berhak menerimanyadan (menyuruh kamu) apabilamenetapkan hukum diantara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu.Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat.(QS. An nissa, 4: 58). Al hadis
ا َأوِّا ْوألَأ َأآيوَأتَأاإِبنَأىا َأآه.اقيلا نىبياصهىاهللاا هيًاَسهم.ها ىاٌسذسةاقيل ا ْواخَأ َأمىَأ َأا َأَ َأ احَأ ُن ْوها َأآ ْوها َأ يوَأ َأا Abu hurairah meriwayatkan bahwa Rasullawah SAW bersabda, sampaikanlah amanat (titpan) amanat kepada yang berhak menerimannya dan jangan membalas khianat kepada orang yang telah mengkhianati” ( HRAbu Daud dan menurut Tirmidzi Hadis ini Hasan, sedangkan Imam Hakim mengkatagorikan Sahih).
27
c. Rukun dan syarat wadi‟ah Rukun wadi‟ah adalah hal-hal yang terkait atau yang harus ada didalamnya yang menyebabkan terjadinya akad wadi‟ah. Adapun Rukun wadi‟ah ada 4 macam, yaitu: (Zulkifli, 2003: 34). 1. Barang yang dititipkan (al wadi‟ah) 2. Pemilik barang/orang yang bertindak sebagai pihak yang menitipkan (muwaddi‟). 3. Pihak yang menyimpan/memberikan jasa custodian (mustawda‟) 4. Ijab qabul (sighot). Syarat-syarat wadi‟ah adalah sebagai berikut : 1. Baligh adalah seseorang yang sudah sampai pada usia tertentu untuk dibebani hukum syariat (taklif) dan mampu mengetahui atau mengerti hukum tersebut. 2. Berakal adalah orang yang sehat sempurna pikirannya, dapat membedakan baik dan buruk , benar dan salah, mengetahui kewajiban , diperbolehkan dan yang dilarang, serta yang bermanfaat dan yang merusak. 3. Barang titipan : jelas (dapat diketahui jenis atau identitasnya) dapat dipegang, dapat dikuasai untuk dipelihara. d. Fatwa Dewan Syariah Nasional Berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) No:02/DSN-MUI/IV/2000, menyatakan bahwa tabungan
28
yang dibenarkan secara syariah, yaitu tabungan yang berdasarkan Wadi‟ah antara lain: 1. Bersifat simpanan 2. Simpanan bisa diambil kapan saja 3. Tidak ada imbalan yang disyaratkan, kecuali dalam bentuk pemberian ('athaya) yang bersifat sukarela dari pihak bank. e. Jenis-Jenis Wadi‟ah Al-Wadi‟ah adalah perjanjian antara pemilik barang dengan penyimpan dimana pihak penyimpan bersedia untuk menyimpan dan menjaga keselamatan barang yang dititipkan kepadanya (Sumitro, 1996: 31). Prinsip ini dikembangkan berdasarkan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:(Muhammad, 2002: 86). 1. Keuntungan atau kerugian dari penyaluran dana menjadi hak milik yang ditanggung bank, sedang pemilik dana tidak dijanjikan imbalan dan tidak menanggung kerugian. Bank dimungkinkan memberikan bonus kepada pemilik dana sebagai suatu insentif. 2. Bank harus membuat akad pembukaan rekening yang isinya mencakup izin penyaluran dana yang disimpan dan persyaratan lain yang disepakati selama tidak bertentangan dengan prinsip syariah. 3. Terhadap pembukaan rekening ini bank dapat mengenakan pengganti biaya administrasi untuk sekedar menutupi biaya yang benar-benar terjadi.
29
4. Ketentuan lain yang berkaitan dengan rekening giro dan tabungan tetap berlaku selama tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Wadi‟ah dalam produk perbankan syariah dapat dikembangkan menjadi dua jenis yaitu: (Arifin, 2003: 28). 1. Wadi‟ah yad ammanah. Wadi‟ah yad ammanah adalah akad titipan dimana penerima titipan (custodian) adalah penerima kepercayaan (trustee), artinya ia tidak diharuskan mengganti segala risiko kehilangan, kerusakan yang terjadi pada titipan, kecuali bila hal itu terjadi karena‟ akibat kelalaian atau kecerobohan yang bersangkutan atau bila status titipan telah berubah menjadi wadi‟ah yad dhamanah (Arifin, 2003: 28) Dengan konsep al-wadi‟ah yad amanah, pihak yang menerima tidak boleh menggunakan dan memanfaatkan uang atau barang yang dititipkan tetapi harus benar-benar menjaganya sesuai kelaziman. Pihak penerima titipan dapat membebankan biaya kepada penitip sebagai biaya penitipan (Antonio, 1999: 123). Status penerima titipan berdasarkan wadi‟ah yad amanah akan berubah menjadi wadi‟ah yad dhamanah apabila terjadi salah satu dari dua hal ini: a. Harta dalam titipan telah dicampur, dan b. Custodian atau penerima titipan menggunakan harta titipan
30
Titipan Barang
USER OF FUND Dunia Usaha
Bank atau Mustawada‟ (Penyimpanan)
Beban Biaya Penitipan Skema 2.1 Kerja al-Wadi‟ah Yad Amanah 2. Wadi‟ah yad dhamanah. Wadi‟ah yad dhamanah adalah titipan dimana penerima titipan adalah penerima kepercayaan, yang sekaligus penjamin keamanan barang yang dititipkan. Penerima titipan bertanggung jawab penuh atas segala kehilangan atau kerusakan yang terjadi pada asset titipan tesebut. Mengacu pada pengertian wadi‟ah yad dhamanah, lembaga keuangan sebagai penerima titipan dapat memanfaatkan al-wadi‟ah sebagai tujuan untuk giro, dan tabungan berjangka. Sebagai konsekuensinya semua keuntungan yang dihasilkan dari dana titipan tersebut menjadi milik lembaga keuangan termasuk penitip mendapat jaminan keamanan terhadap hartannya, demikian juga fasilitas-fasilitas giro lainnya (Antonio, 1999: 123).
31
1.Titipan Barang Nasabah atau Muwaddi‟ 4.Beri Bonus (Penitip)
Bank atau Mustawada‟ (Penyimpanan)
3. Bagi Hasil
2. Pemanfaatan Dana
USER OF FUND Dunia Usaha
Skema 2.2 Kerja al-Wai‟ah yad Dhamanah Dengan konsep al-wadi‟ah yad Dhamanah, pihak yang menerima titipan boleh menggunakan dan memanfaatkan uang atau barang yang dititipkan. Pihak bank dalam hal ini mendapatkan bagi hasil dari pengguna dana. Bank dapat memberikan insentif kepada penitip dalam bentuk bonus. Prinsip wadi‟ah yang biasa diterapkan dalam lembaga keuangan syariah adalah menggunakan wadi‟ah yad dhamanah, yang mana pihakyang dititipi bertanggung jawab atas keutuhan harta titipan sehingga ia boleh memanfaatkan harta titipan tersebut (Karim, 2004: 97). Dalam pengaplikasian produk ini harta barang yang dititipi boleh dan dimanfaatkan oleh yang menerima titipan. Dan tidak ada keharusan bagi penerima titipan (Bank) untuk memberikan hasil pemanfaatan kepada si penitip (Nasabah). Pemberian bonus semacam jasa giro tidak boleh disebutkan dalam kontrak ataupun dijanjikan
32
dalam akad, akan tetapi benar-benar pemberian sepihak sebagai tanda terima kasih dari pihak bank. Jumlah pemberian bonus sepenuhnya merupakan kewenangan manajemen bank syariah karena pada prinsipnya dalam akad ini penekanannya adalah titipan (Antonio, 1999: 149). Pada umumnya, dana titipan (Wadi‟ah) pihak ketiga berupa giro atau tabungan. Tujuan orang menitipkan dana pada bank adalah karena alasan keamanan dan memperoleh keleluasaan untuk menarik kembali dananya sewaktu-waktu. 3. Tabungan a. Pengertian Tabungan Tabungan adalah simpanan dari pihak ketiga yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet, giro dan alat lainya yang dapat dipersamakan dengan itu. Sedangkan jumlah Tabungan yang dimaksud adalah total keseluruhan Tabungan yang dihimpun oleh bank dalam periode tertentu (Nawawi, 2012: 208). Menurut Undang-undang perbankan No. 10 tahun 1998 tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang telah disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet, giro atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu (Kasmir, 2013: 69).
33
Syarat-syarat penarikan tertentu maksudnya adalah sesuai dengan perjanjian yang dibuat antara bank dan si penabung, sebagai contoh dalam hal frekuensi penarikan, apakah dua kali seminggu atau setiap hari atau mungkin setiap saat, yang jelas haruslah sesuai dengan perjanjian sebelumnya. Kemudian dalam hal sarana atau alat penarikan juga tergantung dengan perjanjian antara keduanya yaitu bank dan penabung. Ada beberapa alat penarikan tabungan, hal ini tergantung bank masing-masing, mau menggunkan sarana yang mereka inginkan. Alat ini dapat digunakan sendiri-sendiri atau secara bersamaan. Alat-alat yang digunakan adalah sebagai berikut: (Kasmir, 2013: 70) 1. Buku tabungan Yaitu buku dipegang nasabah, dimana berisi catatan saldo tabungan, penarikan, penyetoran dan pembebanan, pembebanan yang mungkin terjadi. Buku ini digunakan pada saat penarikan sehingga dapat langsung mengurangi saldo yang ada dibuku tabungan tersebut. 2. Slip penarikan Yaitu formulir penarikan dimana nasabah cukup menulis nama, nomor rekening, jumlah uang serta tanda tangan nasabah untuk menarik sejumlah uang, slip penarikan ini biasanya digunakan bersamaan dengan buku tabungan.
34
3. Kwitansi Merupakan bukti penarikan yang dikeluarkan oleh bank fungsinya sama dengan slip penarikan, dimana tertulis nama penarik, nomor penarik, jumlah uang, dan tanda tangan penarik. Alat ini juga dapat digunakan secara bersamaan dengan buku tabungan. 4. Kartu yang terbuat dari plastik Yaitu sejenis kartu kredit yang terbuat dari plastik yang dapat digunakan untuk menarik sejumlah uang dari tabungannya, baik bank ataupun mesin ATM. Mesin ATM ini biasanya tersebar ditempat-tempat yang strategis. Dalam praktik perbankan di Indonesia dewasa ini terdapat beberapa jenis-jenis tabungan, perbedaan jenis tabungan ini hanya terletak daripada fasilitas yang diberikan kepada si penabung. Dengan demikian si penabung mempunyai banyak pilihan jenis-jenis yang dimaksud adalah: (Kasmir, 2013: 71). a. Tabanas Merupakan tabungan pembangunan nasional. Ada beberapa jenis bentuk tabanas seperti: 1. Tabanas umum 2. Tabanas pemuda 3. Tabanas pelajar 4. Tabanas pramuka
35
b. Taska Tabungan yang dikaitakan dengan asuransi jiwa. c. Tabungan lainnya Yaitu tabungan selain tabanas dan taska tabungan ini dikeluarkan oleh masing-masing bank dengan ketentuan-ketentuan yang diatur oleh Bank Indonesia. Hal-hal lainnya yang dapat diatur oleh bank penyelenggara dan sesuai dengan ketentuan BI. Pengaturan sendiri oleh masing-masing bank agar tabungan dibuat semenarik mungkin sehingga nasabah bank tertarik untuk menabung di bank yang mereka inginkan (Kasmir, 2013: 72). 1. Bank penyelenggara Setiap bank dapat menyelenggarakan tabungan, baik bank pemerintah maupun bank swasta, dan semua bank umum serta Bank Perkreditan Rakyat (BPR). 2. Persyaratan penabung Untuk syarat-syarat menabung, seperti prosedur-prosedur yang harus dipenuhi seperti, jumlah setoran, umur penabung maupun kelengkapan dokumen tergantung bank yang bersangkutan. 3. Jumlah setoran Baik untuk setoran minimal waktu pertama sekali menabung maupun setoran selanjutnya serta jumlah minimal yang harus
36
tersedia dibuku tabungan tersebut, juga diserahkan kepada bank penyelenggara. 4. Pengambilan tabungan Merupakan jumlah maksimal yang harus ditarik, yaitu tidak melebihi saldo minimal dan frekuensi penarikan dalam setiap harinya, apakah setiap saat atau setiap hari tergantung bank yang bersangkutan. 5. Penutupan tabungan Syarat-syarat untuk ditutupnya tabungan oleh bank dapat dilakukan oleh nasabah sendiri atau ditutup oleh bank karena alasan tertentu. Sebagai contoh nasabah sudah tidak aktif lagi melakukan transaksi selama tiga bulan. Dalam praktik perbankan di BNI Syariah telah menerbitkan beberapa produk tabungan salah satunya adalah produk Tabungan iB Hasanah. Tabungan iB Hasanah hadir untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam mengelola dana dan melakukan transaksi setiap harinya. Tabungan iB Hasanah adalah simpanan dalam mata uang rupiah yang dikelola berdasarkan prinsip syariah dengan akad mudharabah muthlaqah dan akad wadi‟ah. Dengan setoran awal administrasi yang ringan (bebas biaya khusus akad wadi‟ah) nikmati kenyamanan dan kemudahan bertransaksi bersama Tabungan iB Hasanah.
BAB III LAPORAN OBJEK PENELITIAN A. Identitas Perusahaan Nama perusahaan
: Kantor Cabang Pembantu Unissula
Alamat perusahaan
: Jl. Raya Kaligawe, Km 4, Semarang.
No Telp
: (024) 65929916
B. Sejarah BNI Syariah Tempaan krisis moneter tahun 1997 membuktikan ketangguhan sistem perbankan syariah. Untuk merespon kebutuhan masyarakat terhadap sistem perbankan yang lebih tahan terhadap krisis ekonomi PT BNI (Persero) Tbk membentuk unit usaha syariah (UUS) BNI pada 29 April 2000 dengan berlandaskan pada UU No 10 Tahun 1998. Prinsip syariah dengan tiga pilarnya yaitu adil, transparan, dan maslahat terbukti mampu menjawab kebutuhan masyarakat akan sebuah sistem perbankan yang lebih adil tangguh dalam menghadapi tempaan krisis moneter tahun 1997, UUS BNI bermula dari lima kantor cabang di Yogyakarta, Malang, Pekalongan, Jepara dan Banjarmasin lalu berkembang menjadi 28 kantor cabang dan 31 kantor cabang pembantu. BNI akhirnya membuka Cabang Unit Syariah yang diresmikan oleh Menteri Keuangan Repulik Indonesia Dr. Bambang Sudibyo yakni pada tanggal 29 April 2000. Hal ini merupakan langkah awal Unit Usaha Syariah (UUS). Dimana BNI Syariah ini akan melakukan usaha pokoknya yaitu memberikan kredit dan jasa-jasa lain dan lalu lintas pembayaran 37
38
serta peredaran uang yang beroperasi sesuai dengan prinsip syariah. Dalam perkembangannya, Bank yang bergerak dengan sistem syariah ini sudah berdiri di Semarang sejak tahun 2000 yang awal mulanya berada di Jl. Pandanaran, kemudian melakukan relokasi pada tahun 2008 ke Jl. Ahmad Yani No. 152 hingga saat ini. Dengan memiliki karyawan sekitar 120 orang yang terdiri dari pegawai tetap dan tidak tetap dan seluruhnya beragama islam. Bank BNI Syariah di Semarang memiliki 2 KCPS yaitu KCPS Ungaran dan KCPS Unissula. Dalam operasionalnya BNI Syariah melakukan Proses spin off yang dilakukan dengan beberapa tahapan, sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku termasuk ketentuan Bank Indonesia. Bank Indonesia memberikan persetujuan prinsip untuk pendirian BNI Syariah, dengan nomor 12/2/DPG/DPbs tanggal 8 Februari 2010 perihal Izin Prinsip Pendirian PT Bank BNI Syariah. Pada tanggal 22 Maret 2010 telah ditanda tangani Akta Nomor: 159, Akta Pemisahan Unit Usaha Syariah PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk ke dalam PT BNI Syariah dan Akta Nomor 160, Akta Pendirian Bank BNI Syariah, yang keduanya dibuat dihadapan Aulia Taufani, sebagai pengganti dari Sutjipto, Notaris dari Jakarta. Selanjutnya Akta Pendirian telah memperoleh pengesahan melalui keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor AHU-15574. AH. 01.01, Tanggal 25 Maret 2010, melalui Keputusan Gubernur Bank Indonesia Nomor 12/41/kep.gbi/2010 Tentang Pemberian Izin Usaha PT
39
Bank BNI Syariah. Sesuai dengan corporate plan UUS BNI Tahun 2000, pada 19 Juni 2010 PT BNI (persero) Tbk melakukan spin off atas UUS BNI dan meresmikan PT BANK BNI SYARIAH BNI Syariah Capem Unissula efektif beroperasi pada tanggal 19 Juni 2010 sebagai Bank Umum Syariah (BUS) berdasarkan surat keputusan gubernur Bank Indonesia No. 12/41/KEP.GBR/2010. Didalam pelaksanaannya operasional perbankan BNI Syariah senantiasa memperhatikan kepatuhan terhadap aspek syariah dengan memastikan bahwa semua produk BNI Syariah telah melalui pengujian dari dewan pengawas syariah sehingga telah memenuhi aturan syariah. Salah satu pertimbangan PT BNI memberikan layanan perbankan syariah adalah pertama: penduduk indonesia mayoritas memeluk agama islam, dan tentunya punya keinginan untuk bermuamalah sesuai Syariat Islam. Kedua: Dengan menggunakan prinsip bagi hasil yang menjadi landasan utama perbankan syariah ini diharapkan dapat meminimkan dampak negatif yang mungkin saja dapat dialami oleh ekonomi Islam dimasa mendatang. Ketiga: Pada tahun 1997 telah terjadi krisis yang sangat memukul dunia perbankan yang berprinsip bunga, dan juga menurunnya kepercayaan
masyarakat
terhadap
Bank
Konvensional,
sehingga
mendorong Bank Konvensional untuk memiliki bank yang mengutamakan transparansi dalam semua kegiatan dan juga kegiatan dan juga kegiatan yang rasional.
40
Perusahaan yang pada tahun 2010-2012 akan difokuskan pada bidang ritel konsumer ini memiliki beberapa produk unggulan disamping produk yang lain, seperti yang disebutkan dalam Buku Panduan Pemasaran BNI Syariah Edisi Pertama (2011) yaitu Tabungan iB Bisinis Hasanah, Tabungan iB Hasanah, Wirausaha iB Hasanah, Griya iB Hasanah, Gadai Emas iB Hasanah dan Talangan Haji iB Hasanah, di mana masing-masing produk memiliki keunggulan dan manfaat yang sesuai dengan kebutuhan dan harapan nasabah BNI Syariah. C. Visi, Misi dan Tata Nilai BNI Syariah 1. Visi BNI Syariah Menjadi bank syariah pilihan masyarakat yang unggul dalam layanan dan kinerja. 2. Misi BNI Syariah a. Memberikan kontribusi positif kepada masyarakat dan peduli pada kelestarian lingkungan. b. Memberikan solusi bagi masyarakat untuk kebutuhan jasa perbankan syariah. c. Memberikan nilai investasi yang optimal bagi investor. d. Menciptakan wahana terbaik sebagai tempat kebanggaan untuk berkarya dan berprestasi bagi pegawai sebagai perwujudan ibadah. e. Menjadi acuan tata kelola perusahaan yang amanah.
41
Selain berdasarkan kegiatan usaha dan operasionalnya berdasarkan prinsip syariah, hukum positif serta regulasi yang berlaku di indonesia, seluruh insan BNI Syariah juga memiliki tata nilai yang menjadi panduan dalam setiap prilakunya yaitu Amanah dan Jamaah. Amanah yang dimaksuud adalah: 1. Jujur dan menempati janji 2. Bertanggung jawab 3. Bersemangat untuk mengahsilakan karya yang terbaik 4. Bekerja ikhlas dan mengutamakan niat ibadah 5. Melayani melebihi harapan Sedangkan jamaah yang dimaksud adalah: 1. Peduli dan berani memberi maupun menerima umpan balik yang kontruktif 2. Membangun sinergi secara profesional 3. Membagi pengetahuan yang bermanfaat 4. Memahami keterkaitan proses kerja 5. Memperkuat kepemimpinan yang efektif D. Keunggulan BNI Syariah 1. Pembukaan rekening dan transaksi dapat dilakukan diseluruh cabang BNI, baik BNI Syariah maupun BNI Konvensional (Syariah Channeling Outlet) Cabang atau Capem BNI yang bisa memberikan layanan syariah (Tabungan Deposito dan Giro) untuk dan atas nama BNI Syariah dalam satu wilayah kerja Kantor Bank Indonesia.
42
2. Fasilitas On Line diseluruh Cabang BNI Syariah dan Cabang BNI Konvensional. 3. BNI Syariah Card dapat digunakan disemua mesin ATM BNI, ATM Bersama, ATM LINK, Jaringan Cirrus dan Master Card. 4. Layanan 24 jam melalui E-Banking (SMS Banking, Phone Banking dan Internet Banking). E. Struktur Organisasi BNI Syariah Struktur Organisasi dan Tugas Pokok Masing-masing Bidang Kantor Cabang Pembantu Unissula. Branch Manager
OSH
Costemer Servive
Teller 1
Teller 2
Teller 3
Gambar 3.1 Struktur Organisasi Keterangan: Branch Manager
: Basuki Soewarno
OSH
: Linda Sari Ningrum
Custemer Service
: Najmi Rizki Khaerani
Marketing
43
Teller
: 1. Hafid Ardian : 2. Novita Maulida Istiqomah : 3. Pandu Indah Yuliana
Marketing
: Baskara Kresna Putra
F. Deskripsi Jabatan Berikut ini akan dijelaskan secara singkat mengenai tugas setiap bagian pada PT Bank BNI Syariah Cabang Pembantu Unissula: 1. Kepala Cabang (Branch Manager) a. Mengelola secara optimal sumber daya cabang agar dapat mendukung kelancaran operasi. b. Mengkoordinir rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP) tahunan cabang. c. Menetapkan dan melaksanakan strategi pemasaran produk bank guna mencapai tingkat volume atau sasaran yang telah ditetapkan baik pendanaan maupun jasa-jasa. d. Dan membawahi bagian OSH serta Marketing secara langsung. 2. OSH ( Operational & Service Head) a. Menyelenggarakan pelayanan
dan pengadministrasian atas
transaksi-transaksi jasa perbankan serta penumpukan dana dikantor cabang pembantu. b. Menyelenggarakan pembukaan accounting atas transaksi keuangan dikantor cabang pembantu.
44
c. Menyelenggarakan pengadministrasian dan pementauan atas transaksi pembiyaan dikantor cabang pembantu. d. Menyelenggrakan pelaporan transaksi kegitan jasa-jasa perbankan, penumpukan dana, posisi likuiditas dan pembiayaan dikantor cabang pembantu sesuai pedoman atau ketentuan yang berlaku. e. Dan membawahi pada bagian Custemer Service dan Teller. 3. Costemer Service a. Mengerjakan dan menyelsaikan semua opersional baik berupa tabungan, deposito, inkaso secara umum ataupun operasional pembayaran dan pembukuannya. b. Memberikan pelayanan kepada nasabah dengan pedoman pada sistem operasional yang benar sehingga kedua pihak merasa puas. c. Memberikan informasi dan penjelasan kepada nasabah mengenai produk yang ditawarkan oleh bank atau yang ditawarkan oleh nasabah. 4. Teller a. Memberikan pelayanan kepada nasabah yang berhubungan dengan penerimaan dan penarikan uang. b. Mencatat semua transaksi yang terjadi setiap hari. c. Membuat laporan atas transaksi-transaksi yang terjadi kemudian dilaporkan kepada bagian pembukuan.
45
5. Marketing a. Menyusun taktik dan strategi pemasaran produk perbankan kepada masyarakat dan dunia usaha setempat. b. Menyelenggrakan penelitian potensi ekonomi maupun kegiatan usaha setempat. c. Mencari nasabah-nasabah baru dengan memperkenalkan dan menawarkan produk perbankan. 6. Dewan Pengawas Syariah Dewan pengawas syariah adalah badan yang ada dilembaga keuangan syariah yang bertugas mengawasi pelaksanaan keputusan Dewan Syariah Nasional dilembaga keuangan syariah tersebut. Sedangkan pada lembaga keuangan di BNI Syariah KCP Unissula dewan pengawas syariahnya mengikuti kantor pusat yang ada di Jakarta. G. Produk-produk pada BNI Syariah Adapun produk di BNI Syariah mempunyai beberapa produk perbankan syariah yaitu mulai dari produk pendanaan, produk pembiyaan serta produk jasa dan layanan sebagai berikut: 1. Produk Pendanaan a. Tabungan iB THI Hasanah Adalah Tabungan untuk perencanaan perjalanan haji yang dikelola secara syariah dengan sistem setoran bebas atau bulanan dan toleransi dengan SISKOHAT kementrian agama sehingga proses mendapatkan nomor porsi haji lebih mudah.
46
b. Tabungan iB Hasanah Adalah Tabungan dengan akad mudharabah dan wadi‟ah yang memberikan berbagai fasilitas serta kemudahan bagi nasabah perorangan maupun non perorangan. c. Tabungan iB Hasanah (Mahasiswa) Adalah Tabungan dengan akad mudharabah atau wadi‟ah dari para mahasiswa perguruan tinggi negeri atau perguruan negeri swasta (PTN atau PTS) yang bekerja sama dengan BNI Syariah yang berfungsi untuk menampung keperluan pembayaran atau keperluan lainnya. d. Tabungan iB Hasanah (Pegawai atau Anggota) Adalah Tabungan dengan mudharabah atau wadi‟ah
dari para
pegawai atau anggota atau perusahaan atau lembaga atau asosiasi atau organisasi profesi yang bekerja sama dengan BNI Syariah. e. Tabungan iB Hasanah (classic) Adalah Tabungan dengan akad mudharabah untuk menampung setoran cash collecteral atau goodwiil nasabah pada setiap penerbitan hasanah card classic. f. Tabungan iB Tunas Hasanah Adalah Tabungan dengan akad wadi‟ah yang diperuntukan bagi anak-anak dan pelajar yang berusia dibawah 17 tahun.
47
g. Tabungan iB Prima Hasanah Adalah Tabungan dengan akad mudharabah yang memberikan berbagai fasilitas serta kemudahan bagi nasabah segmen high net worth individuals secara perorangan dan bagi hasil yang lebih kompetitif. h. Tabungan iB Tapenas Hasanah Adalah Tabungan perencanaan berjangka waktu dengan sistem setoran bulanan dikelola secara syariah dengan akad mudharabah mutlaqah, membantu menyiapkan rencana masa depan anda dan keluarga, seperti rencana liburan, pernikahan, ibadah umrah atau pendidikan untuk sebuah hati anda. Dilengkapi dengan asuransi jiwa, Tabunagn iB Tapenas Hasanah dapat membantu anda mewujudkan rencana masa depan yang lebih baik. i. Tabungan iB Bisnis Hasanah Adalah Tabungan dengan akad mudharabah yang dilengkapi dengan detail mutasi debet dan kredit pada buku tabungan dan bagi hasil yang lebih kompetitif bagi nasabah perorangan maupun non perorangan. j. Tabunganku iB Adalah Tabungan nasional dengan akad wadi‟ah dan setoran awal ringan untuk meningkatkan kesadaran menabung masyarakat
48
k. Giro iB Hasanah Adalah Titpan dana dari pihak ketiga yang dikelola dengan akad wadi‟ah yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet, giro, sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan pemindahbukuan untuk menunjang bisnis. l. Deposito iB Hasanah Adalah Investasi berjangka yang dikelola dengan akad mudharabah yang ditujukan bagi nasabah perorangan dan perusahaan. 2. Produk-produk pembiayaan a. Pembiayaan griya iB Hasanah Adalah
pembiayaan
dengan
prinsip
murabahah
(jual-beli)
merupakan fasilitas yang diberikan kepada individu atau membeli atau membangun, merenovasi rumah, termasuk ruko, rusun, rukan, apartemen dan sejenisnya. Dan membeli tanah kavling serta rumah ident, dengan sistem angsuran tetap hingga akhir masa pembiayaan sehingga memudahkan nasabah mengelola keuangnnya. b. Pembiayaan oto iB Hasanah Adalah pembiayaan dengan prinsip murabahah merupakan fasilitas pembiayaan yang diberikan kepada individu untuk pembelian kendaraan bermotor. c. Pembiayaan Haji iB Hasanah Adalah fasilitas pembiayaan untuk kebutuhan setoran awal untuk mendapatkan porsi keberangkatan haji sesuai biaya penyelenggara
49
ibadah haji (BPIH) yang diatur kementrian agama dengan menggunakan akad Qardh. d. Pembiayaan Rahn Emas iB Hasanah Adalah solusi bagi nasabah yang membutuhkan dana cepat dengan sistem penjaminan berupa emas baik batangan maupun perhiasan didukung administrasi dan proses persetujuan yang cepat dan mudah. e. Pembiayaan Emas iB Hasanah Adalah fasilitas pembiayaan untuk kepemilikan emas logam mulia secara angsuran tetap setiap bulannya dengan menggunakan akad murabahah. f. Pembiayaan Multijasa iB Hasanah Adalah fasilitas pembiayaan konsumtif yang diberikan kepada masyarakat untuk kebutuhan jasa dengan agunan berupa fix asset atau kendaraan bermotor sesuai dengan prinsip syariah. g. Pembiayaan Multiguna iB Hasanah Adalah pembiayaan konsumtif yang diberikan kepada masyarakat untuk membeli kebutuhan konsumtif kebutuhan konsumtif dengan agunan berupa fix asset sesuai dengan prinsip syariah.
50
h. Pembiayaan Fleksi iB Hasanah Adalah pembiayaan konsumtif bagi pegawai atau karyawan suatu perusahaan atau instansi untuk pembelian barang dan jasa sesuai dengan prinsip syariah. i. Pembiayaan CCF iB Hasanah Adalah Pembiayaan dengan jaminan dana nasabah yang disimpan dalam bentuk deposito, tabungan dan giro yang diterbitkan oleh BNI Syariah. j. Pembiayaan Wirausaha iB Hasanah Adalah fasilitas pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan usaha produktif (modal kerja dan investasi) sesuai prinsip syariah. k. Pembiayaan Tunas Usaha iB Hasanah Adalah pembiayaan modal kerja atau investasi yang diberikan untuk usaha produktif yang feasible namun belum bankable dengan prinsip syariah. l. Pembiayaan Linkage Program iB Hasanah Adalah fasilitas pembiayaan dimana BNI Syariah sebagai pemilik dana menyalurkan pembiayaan dengan pola executing kepada lembaga keuangan syariah (LKS) seperti BMT, BPRS, KJKS dan lainnya kemudian disalurkan kepada and user (pengusaha mikro kecil, dan menengah syariah). Kerja sama dengan LKS dapat dilakukan secara langsung ataupun melalui lembaga pendamping.
51
m. Pembiayaan Kopkar atau Kopeg iB Hasanah Adalah fasilitas pembiayaan mudharabah dimana BNI Syariah sebagai pemilik dana menyalurkan pembiayaan dengan pola executing kepada koperasi karyawan atau koperasi pegawai kemudian disalurkan dengan prinsip syariah kepada and user atau karyawan. n. Pembiayaan Usaha Besar iB Hasanah Adalah pembiayaan syariah yang digunakan untuk tujuan produktif (modal kerja maupun investasi) kepada pengusaha berbadan hukum skala menengah dan besar dalam mata uang rupiah ataupun valas. o. Pembiayaan Usaha Kecil iB Hasanah Adalah pembiayaan syariah yang digunakan untuk tujuan produktif (modal
kerja
maupun
investasi)
kepada
pengusaha
kecil
berdasarkan prinsip-prinsip syariah. 3. Produk Jasa dan Layanan a. Cash Management adalah jasa pengelolaan seluruh rekening seperti Corporate Internet Banking yang dapat digunakan oleh perusahaan atau lembaga atau instansi. Produk ini dilengkapi dengan fasilitas Vitual Account.
52
b. Payment Centre adalah kerja sama BNI Syariah dengan perusahaan dalam hal penerimaan pembayaran untuk kepentingan perusahaan. Jasa ini dapat digunakan untuk pembayaran uang kuliah, tagihan listrik dan sebagainya. c. Payment Gaji adalah layanan pembayaran gaji yang dilakukan oleh BNI Syariah atas dasar perintah dari perusahaan atau lembaga atau instansi pembayaran gaji untuk mendebet rekeningnya mengkredit rekening karyawannya.
BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS A. Penerapan akad wadi’ah pada tabungan iB Hasanah di BNI Syariah BNI Syariah KCP Unissula yang diresmikan sejak tahun 2010 ini yang mempunyai berbagai macam produk-produk perbankan yang salah satunya adalah Tabungan iB Hasanah yang mempunyai dua skim yaitu: Wadi‟ah dan Mudharabah Mutlaqah, secara sederhana perbedaan mendasar terletak pada imbal hasil yang diberikan. Jika dengan prinsip Mudharabah, bank akan memberikan bagi hasil yang besarannya sesuai dengan yang dijanjikan diawal. Sementara akad wadi‟ah tidak punya kewajiban memberi bagi hasil. Tabungan BNI Syariah iB Hasanah dengan dua prinsip ini memiliki ketentuan biaya pemeliharaan rekening yang berbeda yaitu sebagai berikut: Tabel 4.1 Perbandingan biaya Wadi‟ah dan Mudharabah Mutlaqah Jenis Biaya Minimal setoran awal Minimal setoran selanjutnya Saldo mengendap
Wadi‟ah Rp. 100.000,-
Biaya dibawah saldo minimum Pengelolaan rekening Pembuatan ATM Biaya penutupan rekening Penggantian buku tabungan Penggantian ATM
Rp. 0,-
Rp. 100.000,Rp. 100,000,-
Rp. 0,Rp. 5000,Rp. 10.000,-
Mudharabah Mutlaqah Rp. 100.000,- sampai Rp.10.000.000,Rp. 100.000,- sampai Rp. 5.000.000,Rp 100.000,- sampai Rp. 5.000.000,Rp. 10.000,- sampai Rp. 50.000,Rp. 5000,-
Rp. 1.500,-
Rp. 5000,Rp. 10.000,- sampai Rp. 25.000,Rp. 1.500,-
Rp. 10,000,-
Rp. 10,000,-
53
54
Tarif Sms Banking Tarif Internet Banking
Rp. 3.500,Transfer ke bank lain Rp. 17.500,- bayar tagihan PLN Rp. 3000,pembiayaan tagihan Telkom, Flexi Postpaint, Speedy Rp. 2.500,Transaksi di ATM Tarik tunai Cirrus dan lain plus Rp. 25.000,informasi saldo link Rp. 2000,- penarikan tunai link Rp. 3.900,informasi saldo ATM bersama Rp. 3000,penarikan tunai ATM bersama Rp. 5000,Sumber : hasil wawancara dengan pihak karyawan.
Rp. 3.500,Transfer ke bank lain Rp. 17.500,- bayar tagihan PLN Rp. 3000,pembiayaan tagihan Telkom, Flexi Postpaint, Speedy Rp. 2.500,Tarik tunai Cirrus dan plus Rp. 25.000,informasi saldo link Rp. 2000,- penarikan tunai link Rp. 3.900,informasi saldo ATM bersama Rp. 3000,penarikan tunai ATM bersama Rp. 5000,-
Berdasarkan identifikasi diatas, beban biaya akad wadi‟ah lebih sedikit dan biaya yang lebih rendah dibandingkan dengan akad Mudharabah Mutlaqah.
1.menitipkan barang
2.pemanfaatan dana dan dapat memberikan bonus tanpa ada imbalan Skema 4.1 Penerapan akad wadi‟ah di BNI Syariah
55
Berdasarkan identifikasi diatas dapat disimpulkan bahwasannya Nasabah datang ke bank BNI Syariah untuk menitipkan barang atau menyetorkan uangnya ke bank. Kemudian
pihak yang dititipi bertanggung jawab atas
keutuhan harta titipan sehingga ia boleh memanfaatkan harta titipan tersebut tanpa ada imbalan apapun. Bank dapat memberikan insentif kepada penitip dalam bentuk bonus. Menurut (Harun, 2007: 103) telah dijelaskan bahwasanya akad wadi‟ah itu dibagi menjadi dua jenis akad yaitu akad wadi‟ah yad amanah dan akad wadi‟ah yad dhamanah. Pengertian akad wadi‟ah yad amanah adalah titipan barang atau harta yang dititipan oleh pihak pertama (penitip) kepada pihak lain (bank) untuk memelihara (disimpan) barang atau uang tanpa mengelola barang atau harta tersebut. Dan pihak lain (bank) tidak dibebankan terhadap kerusakan atau kehilangan pada barang atau harta titipan tersebut. Karakteristik wadi‟ah yad amanah adalah sebagai berikut: 1. Harta atau barang yang dititipkan tidak boleh dimanfaatkan atau digunakan oleh penerima titipan. 2. Penerima titipan hanya berfungsi sebagai penerima amanah yang berfungsi dan berkewajiban untuk menjaga barang yang dititipkan tanpa boleh memanfaatkannya. 3. Sebagai komposensi, penerima titipan diperkenankan untuk membebankan biaya kepada yang menitipakan.
56
4. Mengingat barang atau harta yang dititipkan tidak boleh dimanfaatkan oleh penerima titipan, aplikasi perbankan yang memungkinkan untuk jenis ini adalah jasa penitipan atau safe deposit box. Sedangkan Akad wadi‟ah yad Dhamanah adalah titipan barang atau harta yang dititipkan oleh pihak pertama (nasabah) kepada pihak lain (bank) untuk memelihara barang atau harta tersebut dan pihak lain (bank) dapat memanfaatkan dengan seizin pemiliknya dan menjamin untuk mengembalikan titipan tersebut secara utuh setiap saat, saat si pemilik menghendaki. Konsekuensinya jika uang itu dikelola pihak lain (bank) dan mendapat keuntungan, maka seluruh keuntungan menjadi pihak lain (bank) dan bank boleh memberikan bonus atau hadiah pada pihak pertama (nasabah) dengan dasar tidak ada perjanjian sebelumnya. Aplikasinya di perbankan yaitu: tabungan dan giro tidak berjangka. Adapun karakteristik wadi‟ah yad Dhamanah adalah sebagai berikut: a. Harta dan barang yang ditipakan boleh dan dapat dimanfaatkan oleh yang menerima titipan. b. Karena dimanfaatkan, barang dan harta yang dititpakan tersebut tentu dapat menghasilkan manfaat. Sekalipun demikian, ada keharusan bagi penerima titipan untuk memberikan hasil manfaat kepada si penitip. c. Produk perbankan yang sesuai dengan dengan akad ini. Prinsip wadi‟ah yad Dhamanah inilah yang secara luas kemudian diaplikasikan dalam dunia perbankan syariah dalam bentuk produk-produk pendanaan yaitu: Giro (Current Account) wadi‟ah dan Tabungan (Saving
57
Account) wadi‟ah. Sedangkan dalam kegiatan sehari-harinya BNI Syariah menggunakan jenis akad wadi‟ah yad Dhamanah. Adapun Produk tabungan yang berakad wadi‟ah yad dhamanah di BNI Syariah adalah Tabungan iB Hasanah (Wadi‟ah), Tabungan iB Tunas Hasanah, TabunganKu iB. Analisa dalam produk tabungan iB hasanah menggunakan akad wadi‟ah. Adapun macam-macam pengelompokan akad wadi‟ah yaitu: (Anwar, 2012: 72). 1. Akad dilihat menurut tujuannya yaitu menggunakan Akad Tabarru yang merupakan jenis akad yang berkaitan dengan transakasi non-profit atau transaksi yang tidak bertujuan mendapatkan laba atau keuntungan. Akad Tabarru lebih berorientasi pada kegiatan Ta‟awun atau tolong menolong. Dalam akad ini pihak yang berbuat baik tidak boleh diharapkan hanya pahala dari Allah SWT, namun menutupi biaya yang timbul akibat kontrak tersebut kepada mitranya. 2. Dilihat dari Akad menurut namanya yaitu Akad Bernama (al-„uqud almusamma) yang merupakan akad yang sudah ditentukan namanya oleh pembuat hukum dan ditentukan pula ketentuan-ketentuan khusus yang berlaku terhadapnya dan tidak berlaku terhadap akad lain. 3. Akad menurut kedudukannya yaitu Akad Pokok (al-aqd al-ashli) merupakan akad yang berdiri sendiri yang keberadaannya tidak tergantung kepada suatu hal. 4. Akad dilihat dari segi unsur tempo akad yaitu Akad Bertempo (al-aqd azzamani) merupakan akad yang didalamnya unsur waktu merupakan unsur asasi, dalam unsur waktu merupakan bagian dari unsur perjanjian.
58
5. Akad dilihat dari segi formalitasnya yaitu Akad Riil (al-aqd al-aini) merupakan akad yang untuk terjadinya diharuskan adanya penyerahan tunai objek akad, dimana akad tersebut belum terjadi dan belum menimbulkan akibat hukum apabila belum dilaksanakan. 6. Akad dilihat dari segi dilarang atau tidak dillarangnya menurut syara‟ yaitu Akad Masyru‟ merupakan akad yang dibenarkan oleh syara‟ untuk dibuat dan tidak ada larangan untuk menutupnya. 7. Akad dilihat dari mengikat dan tidak mengikatnya yaitu Akad tidak mengikat merupakan akad pada masing-masing pihak dapat membatalkan perjanjian tanpa persetujuan pihak lain. Akad tidak mengikat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: pertama, akad yang memang sifat aslinya tidak mengikat. 8. Akad dilihat dapat dilaksanakan atau tidak dilaksanakan yaitu Akad Nafis merupakan akad yang bebas dari setiap faktor yang menyebabkan tidak dapatnya akad tersebut dilaksanakan. 9. Akad dilihat menurut tanggungan yaitu Akad kepercayaan („Aqd al„amanah) merupakan akad dimana barang yang dialihkan melalui akad tersebut merupakan amanah ditangan penerima barang tersebut, sehingga ia tidak berkewajiban menanggung risiko atas barang tersebut, kecuali kalau ada unsur kesengajaan dan melawan hukum
59
Adapun beberapa prosedur pembukaan tabungan iB Hasanah a. Prosedur pembukaan tabungan iB Hasanah Pembukaan Tabungan iB Hasanah biasanya dimulai dengan wawancara antara calon nasabah dengan Customer Service. Customer service akan memberikan penjelasan yang detail mengenai hal-hal yang berhubungan dengan tabungan tersebut. Proses pembukaan Tabungan iB Hasanah tidak berbeda dengan dengan proses pembukaan tabungan lainnya. Yaitu sebagai berikut: 1. Ketentuan a. Tabungan iB Hasanah menggunakan akad wadi‟ah b. Usia penabung saat masuk adalah minimal 17 tahun dan maksimal 55 tahun. c. Pembukaan rekening dapat dilakukan diseluruh cabang bank pada saat buka kas. d. penabung diberikan buku tabungan. e. Penggantian buku tabungan berencana bila buku tabungan penuh. f. Jika terdapat perbedaan antara saldo yang dicacat pada buku tabungan dengan saldo yang tercatat pada pembukuan bank maka yang digunakan adalah saldo yang tercatat pada pembukuan bank. b. Pembukaan Tabungan iB Hasanah Pada saat pembukaan rekening Tabungan iB Hasanah baru mengisi dan menandatangani formulir pembukaan Tabungan iB Hasanah yang merangkap formulir auto debet yang ada pada brosur. Ketentuan prinsip
60
mengenal nasabah sangat perlu sehingga tidak terjadi money laundering atau pencucian uang. Untuk nasabah umum: 1. Mengisi formulir aplikasi pembukaaan rekening 2. Melampirkan fotocopy identitas dari (KTP/SIM/Paspor). 3. Melakukan setoran awal minimal Rp 100.000,- dan tambahan Rp 5000,- untuk kartu ATM. Untuk mahasiswa: 1. Mengisi formulir aplikasi pembukaan rekening 2. Melampirkan surat keterangan dari kampus 3. Melampirkan kartu perpustakaan 4. Melampirkan foto 5. Melakukan setoran awal minimal Rp 100.000,- dan tamabahan untuk Rp 16.000,- untuk pembuatan ATM. Untuk nasabah umum yang tidak berdomisili diwilayah: 1. Mengisi formulir aplikasi pembukaaan rekening 2. Melampirkan fotocopy identitas dari (KTP/SIM/Paspor). 3. Melakukan setoran awal minimal Rp 100.000,- dan tambahan Rp 5000,- untuk kartu ATM. 4. Melampirkan surat keterangan kerja jika dia bekerja disebuah perusahaan. Untuk mahasiswa yang tidak berdomisili diwilayah: 1. Mengisi formulir aplikasi pembukaan rekening
61
2. Melampirkan surat keterangan dari kampus 3. Melampirkan kartu perpustakaan 4. Melampirkan foto 5. Melakukan setoran awal minimal Rp 100.000,- dan tamabahan untuk Rp 16.000,- untuk pembuatan ATM. 6. Melampirkan surat keterangan dari kampus. c. Penyetoran Tabungan iB Hasanah Penyetoran merupakan tindakan menyerahkan uang oleh seorang nasabah kepada lembaga terkait. Dalam istilah perbankan penyetoran adalah kegiatan seorang nasabah untuk menyerahkan uangnya kepada bank untuk ditabung. Dalam Tabungan iB Hasanah. d. Penarikan Tabungan iB Hasanah Penabung diperbolehkan melakukan penarikan kapan saja, karena Tabungan iB Hasanah adalah bukan tabungan berjangka. Jadi, penabung bisa melakukan penarikan melalui ATM ataupun saat buka kas. e. Penutupan Tabungan iB Hasanah 1. Penutupan tabungan iB Hasanah dilakukan dengan melampirkan buku tabungan dan jika dikuasakan kepada orang lain, harus menggunakan surat keterangan pada pemilik rekening atau surat kuasa bermatrai. 2. Penutupan tabungan hanya bisa dilakukan pada cabang penerbit atau pengelola tabungan tersebut.
62
f. Fasilitas Tabungan iB Hasanah 1. Fasilitas dan Benefit ATM a. Buku Tabungan b. Kartu BNI Syariah Card Silver c. E-Banking g. Keunggulan Tabungan iB Hasanah Keunggulan Tabungan iB Hasanah adalah Mendapatkan BNI Syariah Card Silver yang dapat dimanfaatkan sebagai: a. Kartu debit untuk belanja dimerchant berlogo Master Card diseluruh dunia. b. Kartu ATM melalui jaringan ATM BNI, ATM Bersama, dan Master Card diseluruh Indonesia serta jaringan ATM Internasional Cirrus diseluruh dunia. c. Penarikan tunai melalui ATM hingga Rp 5.000.000,-/hari d. Setiap pembukaan BNI Syariah Card, nasabah secara otomatis berdonasi sebesar Rp 500,- yang akan disalurkan untuk kegiatan sosial. e. Mendapat bagi hasil yang kompetitif (khusus akad mudharabah). f. Pembukaan rekening dan transaksi penarikan serta penyetoran dapat dilakukan dilebih dari 787 kantor cabang BNI dan 58 kantor cabang BNI Syariah. g. Dapat dijadikan sebagai anggunan pembiayaan. h. Dana nasabah dijamin oleh LPS (Lembaga Penjamin Simpanan).
63
i. Layanan informasi 24 jam dan dapat bertransaksi melalui E-Banking (ATM, Call center 5789 9999 dan 68888, internet banking dan sms banking). Layanan E-Banking ini didukung oleh infrastruktur teknologi PT Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk. B. Tinjauan syariah dalam Akad Wadi’ah pada Tabungan iB Hasanah Dalam praktiknya BNI Syariah mempunyai produk unggulan yaitu produk Tabungan iB Hasanah yang didalamnya menggunakan akad wadi‟ah, yang pada dasarnya akad wadi‟ah adalah titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip menghendaki. Dalam tinjauan syariah akad Wadi‟ah pada Tabungan iB Hasanah di BNI Syariah sudah sesuai dengan prinsip syariah yaitu didasari dengan adanya Fatwa Dewan Syariah Nasional NO:02/DSN-MUI/IV/2000 yang memutuskan tentang Tabungan, Ketentuan umum
tabungan
berdasarkan
Mudharabah,
Ketentuan
umun
tabungan
berdasarkan Wadi‟ah. Untuk mengetahui apakah BNI Syariah menggunakan akad wadi‟ah sesuai dengan tinjauan syariah dapat dilihat dari segi rukun dan syarat yaitu sebagai berikut.
64
Tabel 4.2 Tinjauan syariah dalam akad Wadi‟ah di BNI Syariah Keterangan akadWadi‟ah Rukun: a. Barang yang dititipkan b. Pemilik barang atau orang yang bertindak sebagai pihak yang menitipkan (Muwadd‟i) c. Pihak yang menyimpan atau memberikan jasa custodian (mustawada‟) d. Ijab qabul (sighat) Syarat: a. Baligh b. Berakal c. Barang titipan
Sesuai syariah Ya Tidak
Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa akad wadi‟ah di BNI Syariah sesuai dengan tinjauan syariah dapat dilihat dari unsur rukun dan syarat akad wadi‟ah. Adapun rukun dari akad wadi‟ah adalah: 1. Barang titipan, syaratnya adalah barang titipan itu harus jelas bisa dipegang dan dikuasai. Maksudnya barang titipan itu bisa diketahui jenisnya, identitasnya dan bisa dikuasai untuk dipelihara. 2. Pemilik barang, syaratnya adalah pemilik barang itu harus sudah baligh, berakal, tidak sah penitipan jika dilakukan oleh anak kecil walaupun dia sudah baligh hal itu disebabkan karena dalam akad wadi‟ah banyak mengandung risiko penipuan, selain itu orang yang melakukan penitipan tersebut juga harus dapat bertindak secara hukum. 3.
Pihak yang menyimpan, syaratnya adalah bagi penerima titipan harus menjaga barang titipan tersebut dengan baik dan memelihara barang titipan tersebut ditempat yang aman sebagaimana kebiasaan yang lazim berlaku pada orang banyak berupa pemeliharaan.
65
4.
Ijab qabul akad ijab qabul didalam wadi‟ah yaitu ijabnya diucapkan dengan perkataan dan qabulnya dilakukan dengan perbuatan. Akad ijab qobul antara penitip dengan penerima titipan dapat dilakukan secara jelas atau tersirat asalkan bisa menunjukkan kalau perbuatan tersebut akan mengakibatkan ijab qabul. Seperti contoh “perkataan penitip kepada seseorang (penerima titipan) saya titipkan, dan penerima tiitpan menerima maka sempurnalah ijab qabul titipan secara jelas, atau seseorang datang dengan membawa sebuah pakaian kepada seseorang, penitip berkata ini titipan kepadamu, dan penerima titipan diam maka sahlah ijab qobul titipan secara tersirat. Dilihat dari syaratnya seseorang yang berakad itu harus: a. Baligh adalah seseorang yang sudah sampai pada usia tertentu untuk dibebani hukum syariat (taklif) dan mampu mengetahui atau mengerti hukum tersebut. b. Berakal adalah orang yang sehat sempurna pikirannya, dapat membedakan baik dan buruk , benar dan salah, mengetahui kewajiban , diperbolehkan dan yang dilarang, serta yang bermanfaat dan yang merusak. c. Barang titipan : jelas (dapat diketahui jenis atau identitasnya) dapat dipegang, dapat dikuasai untuk dipelihara.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari penelitian yang dilakukan penulis, maka diperoleh kesimpulan bahwa Tabungan BNI Syariah dengan produk iB Hasanah mempunyai dua skim yaitu: Wadi‟ah dan Mudharabah Mutlaqah yang mempunyai perbedaan. Perbedaan diantara keduanya terletak pada imbal hasil yang diberikan. Jika dengan prinsip Mudharabah, bank akan memberikan bagi hasil yang besarannya sesuai dengan yang dijanjikan diawal. Sementara akad wadi‟ah tidak punya kewajiban memberi bagi hasil. Sedangkan dalam operasionalnya BNI Syariah menggunakan akad wadi‟ah yad dhamanah. Berdasarkan tinjauan syariah maka dapat disimpulkan bahwa Bank BNI Syariah mengunakan akad Wadi‟ah sudah sesuai prinsip syariah, yang diperjelas dengan adanya rukun dan syarat yang sudah terpenuhi rukunnya yaitu: (1) Barang yang dititipkan. (2) Pemilik barang atau orang yang betindak sebagai pihak yang menitipkan (muwadd‟i). (3) Pihak yang menyimpan atau memberikan jasa custodian (mustawada‟). (4) Ijab qabul (sighat). Adapun syarat akad wadi‟ah yaitu: (1) Baligh. (2) Berakal. (3) Barang titipan Serta didasari dengan adanya Fatwa Dewan Syariah Nasional NO:02/DSN-MUI/IV/2000
yang
memutuskan
66
tentang
Tabungan,
67
Ketentuan umum tabungan berdasarkan Mudharabah, dan Ketentuan umun tabungan berdasarkan Wadi‟ah. B. Saran Peneliti dapat memberikan saran khususnya bagi lembaga keuangan BNI Syariah serta masyarakat sebagai calon nasabah maupun nasabah di BNI Syariah, beberapa saran yang dapat diberikan adalah: 1. Karena Produk keunggulan BNI Syariah yakni produk iB hasanah yang terus mengalami perkembangan yang begitu pesat. Hendaknya pihak BNI syariah selalu memberikan inovasi-inovasi baru seperti, dengan mengembangkan produk tabungan iB Hasanah kepada masyarakat dan promosi yang berkesinambungan terhadap setiap produk-produknya agar masyarakat mempunyai keterkaitan untuk menabung dan nasabah tetap mempertahankan tabungannya. 2. Masyarakat sebagai calon nasabah dan nasabah seharusnya memahami spesifikasi akad wadi‟ah dan mudharabah mutlaqah yaitu dengan melakukan sosialisasi secara langsung maupun tidak langsung seperti, direct selling, presentasi dan target market. Agar produk Tabungan iB Hasanah
yang
digunakan
sesuai
dengan
kemampuan
dan
kebutuhannya. Nasabah juga harus memahami dan mempertimbangkan berbagai
aspek-aspek
seperti,
retrun
tabungan,
biaya-biaya
administrasi tabungan, risiko, promosi dan iklan, serta fasilitas tabungan yang diberikan.
Daftar Pustaka Al-Maraghi, Mustafa, Ahmad, 1993,“Tafsir Al-Maraghi”,Cet. II, Semarang, PT. Karya Toha Putra. Antonio, Syafi‟i, Muhammad, 1999, Bank Syariah Suatu Pengenalan Umum, Yogyakarta: Dana Bakti Wakaf. Anwar, Syamsul, 2010, Hukum Perjanjian Syariah, Jakarta: Rajawali pers. Arifin, Zainul, 2003,Dasar-Dasar Manajemen Bank Syari‟ah, Jakarta: Alvabet. Bank Indonesia. 1992. Undang-undang No. 7 Tahun 1992: Tentang Perbankan. Jakarta. Djazuli A, 2006, Kaidah-Kaidah Fikih; Kaidah-kaidah Hukum Islam dalam Menyelesaikan Masalah-masalah yang Praktis, Jakarta, Kencana. Hasan, Ali M, 2003, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqh Muamalah) Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Ismail, 2010.Manajemn Perbankan Dari Teori Menuju Aplikasi. Jakarta: Kencana. Jannah, Syafaatul, 2012, Mekanisme Tabungan Wadi‟ah Salamah, di BPRS Ben Salamah Abadi Purwodadi. Tugas Akhir. Karim, Adiwarman, 2004, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keungan,Jakrta :PT. Raja Grafindo Persada. Kasmir, 2001, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Laporan tahunan, 2009, Statistik Perbankan Syariah, Bank Indonesia. Martono, 2002, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Yogyakarta: Ekonisia. Moleong, Lexi. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif edisi revisi. Bandung. PT Remaja Rosdakarya Offest. Muhammad, 2000, Sistem dan Prosedur Operasional Bank Syariah, Yogyakarta, UII Press. Muhammad, 2002, Sistem dan Prosedur Operasional Bank Syariah, Yogyakarta, UII Press.
Nawawi, Ismail, 2012, Fikih Muamalah Klasik dan Kontemporer, Bogor, Ghalia Indonesia. Poerwadarminta, 2006, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka. Primasthi, Driya, 2015, “Studi Komparasi Kualitas Tabungan Akad Wadi‟ah Yad Dhamanah dan Mudharabah Mutlaqah di BRI Syariah dan BNI Syariah”, Skripsi. Republik Indonesia. 1992. Undang-Undang No. 10/1998 Tentang Perubahan UU. No. 7/1992 Tentang Perbankan. Ridwan, Muhammad, 2004, Manajemen Baitul Maal Wat Tamwil, Yogyakarta, UII Press. Sabiq, Sayyid, 1997, Fiqh Sunnah, Juz 13, Alih Bahasa Kamaluddin A. Marzuki, Bandung: PT.Al-Ma‟arif. Sumitro, Warkum, 1996, Asas-asas Perbankan Islam dan Lembaga Terkait, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Supranto, 2003, Metode Riset Aplikasinya dalam Pemasaran, Jakarta: PT Rineka Cipta. Surakhmad Winarno, 1990, Dasar dan Teknik Research Pengantar Metodologi Ilmiah, Bandung: Tarsito. Wiroso, 2005, Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Bank Syari‟ah,, Jakarta: PT. Grasindo. Zakkiya, Illailazatus, 2012, dalam Tugas Akhir, Strategi Pengelolaan Simpanan Wadi‟ah Yad Dhamanah Pada Produk SAHARA, di KJKS Bahtera. Zuhaily, Wahbah, 1989, Al-Fiqh Islami wa Adillatuhu, Darul Fikri, Beirut, Libanon. Zulkifli, Sunarto, 2003, Panduan Praktis Perbankan Syariah, Jakarta: Zikrul Hakim.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama Lengkap
: Sofiana Iin Ayuni
Tempat, tanggal lahir : Bangun Sari, 02 Februari 1995 Jenis Kelamin
: Perempuan
Warga Negara
: Indonesia
Agama
: Islam
Status
: Belum Menikah
Pendidikan
: 1. SD Negeri Linggang Amer, Kutai Barat, 2009. 2. SMP Negeri 5 Sendawar, Kutai Barat, 2006. 3. MA Al-manar, Bener, Tengaran, 2012.
Alamat
: 1. Bangun Sari, Linggang Bigung, Kutai Barat, Kaltim 2. Cikalan, Padaan, Pabelan, Semarang
Nama Orang Tua Ayah
: H. Sulaiman
Ibu
: Sofiah
Pekerjaan Orang Tua : Swasta Daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Salatiga, 08 Agustus 2015 Yang membuat
Sofiana Iin Ayuni
LAMPIRAN