JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6
1
Analisa Penerapan Metode Crash Program Untuk Percepatan Pembangunan Hull Constraction LCU 300 DWT dan Pengaruhnya Terhadap Sumberdaya Galangan Lilik H Ni’mah, Imam Rochani, Heri Supomo Jurusan Teknik Kelautan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail:
[email protected]
Abstrak Dalam sebuah perjanjian kerja sebuah pembangunan kapal akan banyak hal yang akan disepakati berkaitan dengan pambangunan kapal tersebut salah satunya proses pembangunan. Untuk tercapainya proses pembangunan pada waktu yang telah ditentukan dan mendapatkan kualitas produksi yang diharapkan, maka urutan dari proses pembangunan sebuah kapal harus ditentukan secara rasional dan disesuaikan dengan fasilitas produksi yang tersedia di galangan. Pada tugas akhir ini penulis akan menganalisa pengunaan metode crash program pembangunan hull constraction LCU 300 DWT. Dimana penulis akan mempercepat waktu pembangunan awal sebesar 107 hari menjadi 90 hari. Dengan adanya penerapan crash program ini akan berpengaruh terhadap biaya produksi , khususnya biaya tenaga kerja langsung. Hal ini dikarenakan dalam penerapan crash program diperlukan suatu tambahan waktu kerja (kerja lembur) pada kegiatan-kegiatan yang mengalami pemampatan. Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa biaya produksi awal sebesar Rp 278.521.056,akan menjadi Rp 288.371.056,- . Sehingga dengan adanya pemampatan waktu pembangunan selama 17 hari akan terjadi penambahan biaya tenaga kerja sebesar Rp 9.850.000,Kata Kunci—Crash Program, Hull Constraction, Network Planning I. PENDAHULUAN Dalam sebuah perjanjian kerja sebuah pembangunan kapal akan banyak hal yang akan disepakati berkaitan dengan pambangunan kapal tersebut. Yang paling penting adalah mengenai waktu pembangunan, yaitu waktu dimana sebuah proyek siap dimulai sampai bangunan tersebut selesai di bangun hingga siap dirasakan manfaatnya. Selain itu, nilai proyek juga sangat penting pada sebuah proyek, bisa jadi nilai merupakan parameter utama dari disetujuinya proyek tersebut. Apabila pada proses negosiasi proyek kerja pemesan (owner) menginginkan proyek berjalan lebih cepat. Untuk
mengatasi hal itu maka di gunakan suatu metode yang disebut crash program guna mendapatkan waktu penyelesaian yang singkat dan mengetahui kebutuhan biaya dari proyek yang dikerjakan dengan adanya pemampatan waktu tersebut. Crash program dapat diartikan sebagai proses mempercepat kurun waktu pengerjaan pembangunan sebuah proyek. Proses mempercepat ini dilakukan berulang-ulang sampai mendapatkan kondisi dimana durasi pekerjaan sudah tidak dapat dipercepat lagi. Crash program akan menghasilkan beberapa network diagram yang telah dimampatkan. Melalui penerapan crash program ini diharapkan dapat memberikan solusi bagi galangan dalam usahanya mempercepat proses pembangunan kapal sehingga galangan mampu memenuhi target waktu pembangunan kapal dari owner. II. URAIAN PENELITIAN A. Proses Produksi Kapal Untuk tercapainya proses pembangunan pada waktu yang telah ditentukan dan mendapatkan kualitas produksi yang diharapkan, maka urutan dari proses pembangunan sebuah kapal harus ditentukan secara rasional dan disesuaikan dengan fasilitas produksi yang tersedia di galangan. Urutan proses pembangunan kapal tidak akan terlepas dari tahapan proses berikut[1] : 1. Persiapan Produksi Tahapan ini merupakan tahapan awal yang harus dilakukan sebelum melakukan proses produksi. Tujuan dari tahap ini yaitu mengaturkeadaan-keadaan sehingga pada waktu yang ditentukan, pekerjaan pembangunan kapal dapat dilaksanakan dan ditetapkan. 2. Mould Loft Mould loft adalah lantai gambar dengan skala sebebnarnya yang digunakan untuk pembuatan rambu atau gambar produksi (shop drawing) dan merupakan gambar yang benarbenar siap pakai 3. Fabrikasi Pekerjaan yang dilakukan pada tahap fabrikasi adalah marking, cutting, bending dan rolling. 4. Assembly Assembly merupakan proses penggabungan komponenkomponen dari bengkel fabrikasi menjadi seksi-seksi kecil
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 menjadi sebuah blok. Blok yang digabung diperhitungkan beratnya sesuai dengan kemampuan crane. 5. Erection Pada tahap erection, blok-blok badan kapal yang telah dibuat di bengkel assembly digabung di building berth sehingga menjadi sebuah kapal. B. Teori Dasar Network Planning Pada prinsipnya network dipergunakan untuk perencaan penyelesaian berbagai macam pekerjaan terutama pekerjaan yang terdiri atas berbagai unit pekerjaan yang semakin sulit dan rumit. Menurut Sofwan Badri [2] dalam bukunya “DasarDasar Network Planning” adalah sebagai berikut : “Network planning pada prinsipnya adalah hubungan ketergantungan antara bagian-bagian pekerjaan (variabel) yang digambarkan / divisualisasikan dalam diagram network”. Dengan demikian diketahui bagian-bagian pekerjaan mana yang harus didahulukan, bila perlu dilembur (tambah biaya), pekerjaan mana yang menunggu selesainya pekerjaan yang lain, pekerjaan mana yang tidak perlu tergesa-gesa sehingga alat dan tenaga dapat digeser ke tempat lain demi efesiensi. Sedangkan menurut Soetomo Kajatmo [3] adalah Network planning merupakan sebuah alat manajemen yang memungkinkan dapat lebih luas dan lengkapnya perencanaan dan pengawasan suatu proyek”. Adapun definisi proyek itu sendiri adalah suatu rangkaian kegiatan-kegiatan (aktivitas) yang mempunyai saat permulaan dan yang harus dilaksanakan serta diselesaikan untuk mendapatkan tujuan tertentu. Pengertian lainnya yang dikemukakan oleh Tubagus Haedar Ali [4] yaitu: Network planning adalah salah satu model yang digunakan dalam penyelenggaraan proyek yang produknya adalah informasi mengenai kegiatan-kegiatan yang ada dalam network diagram proyek yang bersangkutan.” Untuk membentuk gambar dari rencana network tersebut perlu digunakan simbol-simbol, antar lain : [5] a. : Arrow / anak panah yang menyatakan aktifitas/kegiatan yaitu suatu kegiatan atau pekerjaan dimana penyelesaiannya membutuhkan durasi (jangka waktu tertentu) dan resources (tenaga, alat, material dan biaya). Kepala anak panah menjadi pedoman arah tiap kegiatan, Kepala anak panah menjadi pedoman arah tiap kegiatan, dimana panjang dan kemiringan tidak berpengaruh. b.
: Node / event, yang merupakan lingkaran bulat yang artinya saat peristiwa atau kejadian yaitu pertemuan dari permulaan dan akhir kegiatan
c.
: Dummy /anak panah terputus-putus yang menyatakan kegiatan semu yaitu aktivitas yang tidak membutuhkan durasi dan resources.
d.
: Double arrow / dobel anak panah yang menunjukkan kegiatan di lintasan kritis (critical path)
2 C. Crash Program Crash program dapat diartikan sebagai metode pemampatan waktu penyelesaian proyek agar menjadi lebih cepat[6]. Proses pemampatan ini dilakukan berturut-turut sampai mendapatkan kondisi dimana durasi kegiatan tidak dapat dimampatkan lagi. Keadaaan yang dihadapi disini adalah adanya perbedaan umur antara umur perkiraan proyek dengan umur rencana proyek. Umur rencana proyek biasanya lebih pendek daripada umur perkiraan proyek. Umur perkiraan proyek ditentukan oleh lintasan kritis yang terlama waktu pelaksanaannya dan waktu pelaksanaan tersebut merupakan jumlah lama kegiatan perkiraan dari kegiatan-kegiatan kritis yang membentuk lintasan tersebut. Sedangkan umur rencana proyek ditentukan berdasarkan kebutuhan management dan atau sebab-sebab lain. Supaya proyek dapat diselesaikan sesuai dengan rencana, umur perkiraan proyek harus disamakan dengan umur rencana proyek. Caranya dengan mempercepat lama kegiatan perkiraan secara proposional. D. Pengumpulan Data Kapal yang menjadi objek penelitian pada tugas akhir ini adalah Landing Craft Utility 300 DWT. Landing Craft Utility adalah sebuah kapal yang mana fungsinya adalah sebagai kapal pengantar. Dimana yang biasanya diangkut adalah truk dan perahu yang lebih kecil. Kapal ini menghubungkan kapal induk dan daratan pantai. Kapal induk tidak bisa menjangkau daratan pantai karena akan kandas, sehingga diperlukan kapal yang lebih kecil untuk turun ke dataran pantai, disitulah Landing Craft Utility ini di gunakan. Ukuran kapal yang akan dibangun pada penyelesaian tugas akhir ini adalah sebagai berikut : Ship’s name : Landing Craft Utility 300 DWT Length Over All (LOA) : 43,33 m Length Between Perpendiculars (LPP) : 39,00 m Breadth Moulded (B) : 10,50 m Depth Moulded (H) : 3,25 m Draught (T) : 1,80 m Tabel 1. Nama dan berat blok kapal Nomer Nama Blok Kapal Berat (kg) 1 DB1 20940 2 DB2 19970 3 ER 19490 4 UD1 12760 5 UD2 11883 6 DB3 18975 7 UD3 11290 8 EUD 10930 9 AP 9637 10 FUD 23759 11 PD 4136 12 FC 24697 13 FBW 10270 14 ABW 10179 15 TD 2346 16 FN 2780 17 BRD 3931 jumlah 217973
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6
3
Berdasarkan Tabel 1 di atas jumlah seluruh blok kapal adalah 17 buah, dengan berat keseluruhan 217973 Kg. Blok yang paling ringan adalah blok TD dengan berat 2346 Kg dan blok paling berat adalah blok FC dengan berat 24697 Kg Tabel 2. Aktivitas, ketergantungan dan durasi kegiatan pembangunan LCU 300 DWT
Nama Kegiatan fabrication DB1 A assembly DB1 B fabrication DB2 C fabrication ER ASsembly DB2 D assembly ER fabrication UD1 E assembly UD1 F fabrication DB3 G fabrication UD2 assembly DB3 H assembly UD2 erection DB1 I fabrication UD3 J assembly UD3 K fabrication EUD L assembly EUD M erection DB2 N fabrication AP O assembly AP P fabrication FUD+FP Q assembly FUD+FP R fabrication PD S erection UD1 T fabrication FC U assembly FC V fabrication FBW W Assembly FBW X erection ER Y erection EUD Z erection DB3 AA erection UD2 AB fabrication ABW AC erection UD3 AD erection AP AE assembly PD AF erection FUD+FP AG fabrication BRD AH assembly BRD erection FC AI erection FWB AJ AK fabrication TD AL assembly TD AM fabrication FN AN assembly FN AO assembly ABW AP erection PD AQ erection ABW AR erection BRD AS erection TD AT erection FN
Ketergantungan A
Durasi (hari) 6 14
A
6
C
25
C E
5 17
C
6
G
16
B G J E L D L O J Q O F Q U U W I M,T
5 5 18 5 18 5 5 11 5 9 5 6 5 11 4 11 6 6
N,H
5
W AA , K P,Y,Z S , AD R , AC S , AD AG V , AF X , AI AG AK AL AM AB , AJ AE AP,AO,AH AP,AO,AH AQ AS
4 6 6 13 5 5 13 7 7 5 17 5 12 4 6 7 6 6 7
III. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian untuk tugas akhir ini, yang digunakan untuk mempercepat pembangunan LCU 300 DWT yang awalnya berdurasi 107 hari menjadi 90 hari adalah metode crash program. Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mempercepat durasi proyek lebih jelasnya dijabarkan sebagai berikut : a. Tahap pertama adalah membuat diagram jaringan kerja sesuai schedule awal pembangunan. Data awal pembangunan hull constraction LCU 300 DWT . dimana pada jadwal ini lama pengerjaan proyek adalah 107 hari. Dengan membuat network diagram jalur kritis maka akan didapatkan jalur kritis , yaitu A-C-D-N-AA-AC-AF-AIAJ-AO-AQ-AS-AT. b. Tahap kedua adalah menentukan waktu percepatan proyek, dimana waktu yang awalnya 107 hari akan dipercepat 17 hari menjadi 90 hari. c. Tahap ketiga adalah menghitung mundur nilai LET (Latest even time) pada network diagram yang telah dibuat pada tahap pertama. d. Tahap keempat adalah menentukan EET (earliest even time) dan LET (Latest even time) pada network diagram yang telah dibuat pada tahap pertama. e. Tahap kelima adalah menghitung nilai Total Float untuk setiap kegiatan. Total Float adalah jangka waktu antara saat paling lambat peristiwa terakhir (SPL/LET) kegiatan bersangkutan dengan saat selesainya kegiatan yang bersangkutan, bila kegiatan tersebut dimulai pada saat yang paling awal awalnya (SPA/EET). Untuk mendapatkan nilai Total Float (TF) digunakan rumus : Total Float = LET - L - EET
f.
(1)
Dimana : LET = Latest Even Time L = durasi / lama kegiatan EET = Earliest Even Time Setelah mengitung TF semua kegiatan yang ada. Lihat harga TF, bila tidak ada TF yang berharga negatif, proses perhitungan selesai. Bila masih ada TF berharga negative lanjutkan ke tahap lima. Di tahap keenam ini. Setelah mendapat nilai TF yang berharga negatif, selanjutnya akan dihitung durasi baru dari kegiatan yang memiliki nilai negative dari TF yang paling besar. Adapun rumus untuk menghitung nilai durasi baru yaitu
Ln (baru) = Ln (lama) + Ln (lama) x TF (1) Li Dimana : Ln (baru) = durasi baru Ln (lama) = durasi lama Li = lama durasi proyek TF = nilai Total Float negative g. Tahap ketujuh adalah menerapkan durasi yang baru dihitung pada tahap keenam kedalam network diagram
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6
h.
i.
j.
k.
4
untuk dihitung kembali nilai EET dan LET pada network diagram baru yang telah memiliki durasi baru Tahap kedelapan adalah menghitung kembali nilai TF. Perhitungan pada tahap lima enam dan tujuh ini akan terus berlanjut apabila masih ada nilai TF yang berharga negatif. Apabila nilai TF sudah berharga positif maka perhitungan selesai. Berikut adalah hasil durasi akhir setiap kegiatan. Tahap Tahap ketujuh adalah menerapkan durasi yang baru dihitung pada tahap keenam kedalam network diagram untuk dihitung kembali nilai EET dan LET pada network diagram baru yang telah memiliki durasi baru Tahap kedelapan adalah menghitung kembali nilai TF. Perhitungan pada tahap lima enam dan tujuh ini akan terus berlanjut apabila masih ada nilai TF yang berharga negative. Apabila nilai TF sudah berharga positif maka perhitungan selesai. Berikut adalah hasil durasi akhir setiap kegiatan. Hitung TF semua kegiatan yang ada. Bila tidak ada TF yang berharga negatif, proses perhitungan selesai. Bila masih ada TF berharga negatif, lanjutkan ke langkah berikut. Cari lintasan-lintasan yang terdiri dari kegiatan yang TF masing-masing besarnya : Total Float = LET - L - EET IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Analisa Waktu Seperti yang telah dijelaskan pada metodologi, maka inilah hasil pada setiap tahap yang ada : 1. Menentukan EET (earliest even time) dan LET (Latest even time) pada network diagram yang telah dibuat pada tahap pertama. Adapun EET dan LET setiap kegiatan dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini Tabel 3. Nilai EET dan LET Kegiatan A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z
LET -11 29 -5 20 11 28 8 25 34 13 31 16 34 25 29 40 28 37 46 34 34 42 38 49 40 40
EET 0 6 6 12 12 17 12 18 20 18 23 17 22 37 22 27 23 28 27 34 28 33 33 37 25 40
Lanjutan Tabel 3 Kegiatan V W X Y Z AA AB AC AD AE AF AG AH AI AJ AK AL AM AN AO AP AQ AR AS AT
LET 42 38 49 40 40 31 66 37 46 64 42 51 70 49 66 56 73 78 90 70 70 77 90 83 90
EET 33 33 37 25 40 42 37 48 46 52 54 52 57 59 66 57 62 79 84 83 65 87 87 94 100
Pada Tabel 3 diatas dapat dilihat nilai LET (Latest Even Time) dan EET (Earliest Even Time). Nilai LET dan EET didapat setelah mengurangi durasi proyek menjadi 90 hari. Kemudian semua nilai LET dihitung kembali karena adanya pengurangan tersebut 2. Berikut adalah hasil perhitung nilai Total Float untuk setiap kegiatan yang disajikan pada Tabel 4. Nama A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z
LET -11 29 -5 20 11 28 8 25 34 13 31 16 34 25 29 40 28 37 46 34 34 42 38 49 40 40
Tabel 4. Nilai total float tiap kegiatan Durasi (hari) EET Total Float 0 -17 6 6 9 14 6 -17 6 12 -17 25 5 12 -6 17 17 -6 12 -10 6 18 -9 16 5 20 9 5 18 -10 18 23 -10 5 17 -6 18 22 -6 5 37 -17 5 22 2 11 27 2 5 23 0 9 28 0 5 27 14 6 34 -6 5 28 1 11 33 -2 4 33 1 11 37 1 6 25 9 6 40 -6
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6
Nama AA AB AC AD AE AF AG AH AI AJ AK AL AM AN AO AP AQ AR AS AT
LET 31 66 37 46 64 42 51 70 49 66 56 73 78 90 70 70 77 90 83 90
Lanjutan Tabel 4 Durasi (hari) 6 4 6 6 13 5 5 13 7 17 5 17 5 12 4 6 7 6 6 7
5 Lanjutan Tabel 6
EET 42 37 48 46 52 54 52 57 59 66 57 62 79 84 83 65 87 87 94 100
Total Float -17 25 -17 -6 -1 -17 -6 0 -17 -17 -6 -6 -6 -6 -17 -1 -17 -3 -17 -17
Nama F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z AA
Dari Tabel 4 dapat kita lihat nilai total float yang bernilai negatif paling kecil yaitu -17 . Dan yang paling besar adalah 14. Pada Tabel 4 juga terlihat bahwa semua kegiatan kritis memiliki total float paling kecil dibandingkan dengan yang lainnya. Arti dari nilai negative adalah apabila kita ingin mengerjakan proyek tersebut tepat pada waktunya, yaitu 90 hari, maka kita harus mempercepat proyek tersebut sebanyak 17 hari. 3. Untuk perhitung durasi baru ini, hanya menhitung durasi baru untuk kegiatan yang memiliki total float paling besar yaitu -17. Berikut pada Tabel 5 akan disajikan nilai durasi baru.
AB AC AD AE AF AG AH AI AJ AK AL AM AN AO AP AQ AR AS AT
Tabel 5 Nilai durasi baru Nama A C D N AA AC AF AI AJ AO AQ AS AT
LET -11 -5 20 25 31 37 42 49 66 70 77 83 90
Durasi (hari) 6 6 25 5 6 6 5 7 17 4 7 6 7
EET 0 6 12 37 42 48 54 59 66 83 87 94 100
Total Float -17 -17 -17 -17 -17 -17 -17 -17 -17 -17 -17 -17 -17
Durasi baru (hari) 6+((6/107)*(-17)) = 5 6+((6/107)*(-17))=5 25+((25/107)*(-17))=22 5+((5/107)*(-17))=4 6+((6/107)*(-17))=5 6+((6/107)*(-17))=5 5+((5/107)*(-17))=4 7+((7/107)*(-17))=6 17+((17/107)*(-17))=14 4+((4/107)*(-17))=3 7+((7/107)*(-17))=6 6+((6/107)*(-17))=5 7+((7/107)*(-17))=6
4. .Setelah melakukan iterasi untuk mendapatkan nilai total float yang bernilai positif. Berikut disajikan pada Tabel 6 nilai durasi baru untuk setiap kegiatan. Tabel 6
Nilai durasi baru Nama A B C D E
Kegiatan fabrication DB1 assembly DB1 fabrication DB2 fabrication ER ASsembly DB2 assembly ER fabrication UD1
Durasi (hari) 5 14 5 22 5
Kegiatan assembly UD1 fabrication DB3 fabrication UD2 assembly DB3 assembly UD2 erection DB1 fabrication UD3 assembly UD3 fabrication EUD assembly EUD erection DB2 fabrication AP assembly AP fabrication FUD+FP assembly FUD+FP fabrication PD erection UD1 fabrication FC assembly FC fabrication FBW Assembly FBW erection ER erection EUD erection DB3 erection UD2 fabrication ABW erection UD3 erection AP assembly PD erection FUD+FP fabrication BRD assembly BRD erection FC erection FWB fabrication TD assembly TD fabrication FN assembly FN assembly ABW erection PD erection ABW erection BRD erection TD erection FN
Durasi (hari) 16 6 16 5 5 18 5 17 4 5 11 5 9 5 6 5 11 4 11 6 6 5 4 5 6 13 4 5 13 6 14 5 16 5 10 3 6 6 6 5 6
B. Analisa Biaya Adanya dua alternatif waktu penyelesaian pembangunan yaitu secara normal (tanpa proses percepatan dan dengan penerapan crash program) akan berpengaruh terhadap biaya produksi, khususnya biaya tenaga kerja langsung. Hal ini dikarenakan dalam oenerapan crash program diperlukan suatu tambahan waktu kerja (kerja lembur) pada kegiatan-kegiatan yang mengalami pemampatan. Untuk selanjutnya pada tahap ini akan dilakukan perhitungan biaya tenaga kerja langsung yang terlibat dalam pembangunan Landing Craft Utility 300 DWT, baik sebelum dilakukan pemampatan maupun setelah pemampatan. Tujuan dari perhitungan ini adalah untuk mengetahui perbandingan biaya antara kedua alternatif tersebut 1.
Perhitungan Biaya Tenaga Kerja Langsung Tanpa Adanya Pemampatan.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 Adapun perincian biaya tenaga kerja langsungtanpa adanya pemampatan adalah sebagai berikut : Gaji pokok rata-rata per bulan = Rp 2.400.000, Hari kerja rata-rata perbulan = 24 hari Jam kerja perhari = 8 jam Besarnya tarif jam per orang =Rp 2.400.000/(24x8) = Rp 12.500, Total kebutuhan jam orang = 22282 Dengan demikian besarnya biaya tenaga kerja langsung dalam pembangunan Landing Craft Utility 300 DWT sebelum pemampatan adalah : = 22282 x Rp 12.500,= Rp 278.521.056,2.
Perhitungan Biaya Tenaga Kerja Langsung Sesudah Pemampatan Dengan melihat network diagram awal dan akhir sampai siklus pemampatan kedua terlihat bahwa tidak semua kegiatan mengalami pemampatan (mengalami perubahan durasi). Pemampatan hanya terjadi pada beberapa kegiatan saja. Untuk mengetahui durasi kegaiatan sebelum dan sesudah pemampatan dapat dilihat pada Tabel 7 di bawah ini : Tabel 7. Kebutuhan Jam Orang Lembur Dan Biaya Pembangunan LCU 300 DWT Nama A C D F M N AA AC AF AI AJ AL AN AO AQ AS AT
KEGIATAN fabrication DB1 fabrication DB2+fabrication ER ASsembly DB2+assembly ER assembly UD1 assembly EUD erection DB2 erection DB3+erection UD2 erection UD3 erection FUD+FP erection FC erection FWB assembly TD assembly FN assembly ABW erection ABW erection TD erection FN jumlah
jam orang (J.O) lembur 1x10x8=80 1x18x8=144 3x8x8=192 1x4x8=32 1x4x8=32 1x20x8=160 1x26x8=208 1x9x8=72 1x24x8=192 1x18x8=144 3x3x8=72 1x3x8=24 2x2x8=32 1x13x8=104 1x7x8=56 1x2x8=16 1x2x8=16 1576
Biaya J.O lemburx1,5xtarif /J.O Rp 1.500.000 Rp 2.700.000 Rp 3.600.000 Rp 600.000 Rp 600.000 Rp 3.000.000 Rp 3.900.000 Rp 1.350.000 Rp 3.600.000 Rp 2.700.000 Rp 1.350.000 Rp 450.000 Rp 600.000 Rp 1.950.000 Rp 1.050.000 Rp 300.000 Rp 300.000 Rp 29.550.000
Jumlah jam yang dikerjakan lembur = 1576 Jumlah biaya untuk jam lembur =Rp 29.550.000,Jumlah jam orang yang dikerjakan tanpa lembur = 20706 Jumlah biaya yang dikerjakan tanpa lembur = Rp 258.821.056,-
Dengan demikian jumlah biaya tenaga kerja yang diperlukan karena adanya pemapatan waktu selama 17 hari adalah : =biaya lembur + biaya kerja biasa (tanpa lembur) = Rp 29.550.000,- + Rp 258.821.056,= Rp 288.371.056,-
6 V. KESIMPULAN Dari analisa yang telah dilakukan maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut : 1. Pengaruh percepatan waktu proyek terhadap network diagram adalah berubahnya lintasan kritis yang mulanya 1 lintasan setelah dilakukan pemampatan menjadi 3 lintasan, yaitu : • Lintasan kritis yang melalui kegiatan-kegiatan : A-C-DN-AA-AC-AF-AI-AJ-AO-AQ-AS-AT • Lintasan kritis yang melalui kegiatan-kegiatan : A-C-EL-M-Z-AD-AG-AK-AL-AM-AN • Lintasan kritis yang melalui kegiatan-kegiatan : A-C-EF-T-Z-AD-AG-AK-AL-AM-AN 2. Dengan adanya pemampatan waktu pembangunan selama 17 hari akan terjadi penambahan biaya tenaga kerja sebesar = biaya sesudah pemampatan - biaya sebelum pemampatan = Rp 288.371.056 - Rp 278.521.056 = Rp 9.850.000 VI. UCAPAN TERIMA KASIH Dalam pengerjaan penelitian ini tidak terlepas dari bantuan serta dorongan moral maupun material dari banyak pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada kedua orang tua yang tak perna lelah mendoakan penulis dalam keadaan apapun dan tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada PT. CITRA MAS sebagai pihak yang telah memberikan data da bimbingan kepada penulis
DAFTAR PUSTAKA 1. S. Anjhar, 1996. “Galangan kapal”, Surabaya:Fakultas Teknologi Kelautan ITS. 2. B. Sofwan, 1997, “Dasar-Dasar Network Planning”, Jakarta:PT. Rineka Cipta. 3. K. Soetomo, 1977, “Uraian Lengkap metode network planning jilid I,II,III” Jakarta : Badan penerbit pekerjaan umum 4. H. A. Tubagus, 1986, “Prinsip-prinsip network planning” Jakarta : Gramedia 5. Rochani, Imam, 2010, “Catatan mata kuliah Ekonomi Teknik” Surabaya. Jurusan Teknik Kelautan. 6. Supomo, Heri, 2011, “Catatan mata kuliah manajemen industi” Surabaya. Jurusan Teknik Kelautan.