Keluolrga sebagai Fungsi Ekonomi Keluarga dalarn pengertian umum adalah sekelompok orang d a b suatu
rurnah tangga yang terdiri dari ayah, ibu, anak d m mggota kehiarga lain yang hidup daci swtu pengelolaan sumberdaya keluarga yang bersangkutan. Menurut Sumardjan ( 19931, keluarga adalah sekelompok manuski yang para warganya terikat dengan jalur
keturunan. Dengan demikian, dasar dari pada konsep keluarga adalah biobgis.
Burgers dm Lacke (19611, mendefmisikan keluarga sebagai unit sosial terkecil dalam masyarakat yang anggotmya terikat oleh adanya huhungan
perkawinan (suami dm isteri), hubungan d
d (an& kandung) dan adopsi (&
pungut). Dalam hubungannya dengan a d , kelusrgapun dicirikan sebagai tempat
atau lembaga pengasuhan anak yang paling dapat memberikan kasih sayang yang
tuIus, manusiawi, efektif dan ekonomis.
Menurut Hook dm Polucci (1970) dalam Melson (19801, kehmga adalah
unit kerjasama yang saying khubungan dm saling ketergantungan antar anggotaanggotanya yang memiliki kesamaan motif
clan
tujum,
memiliki komitmen untuk
waktu yang tidak terhatas dan saling membagi sumberdaya dan tempat tinggal yang
sama. Sedangkan Hawley (1950) M a m Melson (1980) medefmisikan keluarga sehgai perkurnpulan individu yang relatif kecil yang berbeda umur dan jenis
kelamin, yang sebagai hasil hidup bersama dm berdekatan secara fisik d m aktivitas yang saling menguntungkan dan berkelanjutan, membentuk kesatuan yang dapat
dibedakan aau unit d a b jumtah yaw sangat ksar.
Kelwga, dilihat dari ragam dimensinya ada yang termasuk keluarga inti (nuclear family>, keluarga has ( e x t e d d family), fam, clan, hah dan sebagainya
(Surnardjan, 1993). Di Indonesia, tipe keluarga yang sering ditemui adalah keluarga
inti dan kelwga I-.
Kelwga inti terdiri dari ayah, ibu dm anak. Sedangkan
k e h g a luas terdiri dari ayah, ibu, anak dan mggota keluarga lain yang hidup daci satu pengelohan sumberdaya keluarga.
Menunrt Sumardjan (1993), secara umum dapat d-
hahwa keluarga
didalam kehidupan masyarakat rnernpunyai b e r k a i fungsi sebagai mkanisme "procreatiun"yaitu naengadakan keturunaTt manusia yang selanjutnya rnelestarikan
eksistensi masyarakat; fungsi sebagai kesatuan masyarakat; fungsi pemersatu dan pelindung bagi warganya; fungsi sosialisasi anak-anak melalui pendidikan dan fbngsi sehagai unit produksi di rlalam masyarakat. Menurut BW
N ( 1 994) dan W No. 10 Tahun 1992, fmgsi ke1uarga secara
optimum meliputi: fungsi keagamaan, fungsi cinta kaslh, fungsi reproduksi, fmgsi
sosialisasi dan pendidhn, fungsi palindungan, fungsi budaya, fungsi ekonomi, d m fungsi pelestarian lhgkungaa Yang m p a k a n fmgsi keluarga hams diberikan pada
semua mggota keluarga.
Dalam hubungannya sehagai fUngsi ekonomi, peran ayah dalam keluarga yang utama adalah mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup anggota
keluarganya. Sementara itu secara tradisional peran ibu adaIah mengums nunah tangga. SeJalan dengan meningkatny a pendidikan wanita dan pengaruh modemisasi,
=orang ibu ti&
hanya melakukan peran tradisionalnya, tetapi juga mulai dituntut
untuk kkerja diluar rumah guna membantu rnencukqi kebuhJhan keluarganya.
Fungsi Ekonomi keluarga W untuk mengernbangkan kemampuan
ekonomi keluarga itu sendiri untuk mandiri. Usaha yang dapat dilakukan keluarga
adalah dengan merencanakan keuangannya dan bagaimana kiatnya agar l r g yang tersedia &pat memenuhi kebutuhan keluarga, sebkgga keluarga dapat mencapai kesejahtmm yang optimudmaksimum Karena perenCanaan keuangan merupakan
faktor tterperrting dalarn usaha mencapai tujuan kemandirian ekonomi keluarga. Sehingga perh diketahui sejauh mana keluarga terbiasa mengadakan perencanam
keuangan. Berdrtsarkan fapram penelitian Kelompok Studi Wanita FtSTP-UI (1990), penentuan keluarga golongan menengah didmarkan atas informmi dari pejabat
kelurahan setempat, naelihat pada pekerjaan suami, pendidikan suarni dan kondisi
frsik tempat tinggd. Pertunbangan ini dibuat krdawkan &lam banyak kebudayam di dunia, pekerjaam dan penghasilan kepala keluarga (suami) mash dianggap m e n e n t h W a r kehidupan keluarganya, meskipun isterinya juga bekerja.
Pemn Wanita dahm Peacarian Nafkah Anggapan bahwa wanita rnerupakan "'pewaris" pasif dari pertumbuhan
ekonomi dm pembangumn sosial palitik sudab hampir hilang. Wanita semakin haperan terutama untuk hak mereka sendiri, &ngan
keterarnpilan dan energi, mereka &if,
memiliki pengetahuan,
dan rnenjadi aktivis di dalam keluarga,
mztsyarrlkat zt h g s a bertekad untuk menjamin satu dunia yang lebih
anak-anakrnereka (BPS, 1997)
untuk
Jumlah penduduk wanita Indonesia saat ini lebih besar dari laki-laki yaitu 50,3 % (BPS, 1999). Partisipasi angkatan kerja wanitapun meningkat dari tahun
ke
tahun, seperti yang terlihat pada data di Jakarta (1998), angka partisipasi angkatan
kerja wanita meningkat dmi 34 % pada tahun 1990 menjadi 40,6 % pada tahun 1996. Peningkatan ini rnencerminkan semakin banyaknya ibu yang mempakan bagian dari angkatan kwja wanita bekerja di Iuar rumah, Mativasi untuk bekerja wanita dari golongan hawah srtmpai rnenengah kwah
berbeda dengan wanita golongan rnenengah ke atas dimana motivasi pada wanita golongan menengah
kbih h a g a m tidak hanya dnri ikut rnemenuhi kebutuhan
ekonomi keluarga, tetapi juga menggunakan keterampilan d m pengetahuan yang telah mereka peroleh scrta wtuk mengembangkan dan mengaktualisaskn diri Pernyataan ini did&%
.
hasil penelhian yang telah dilakukm, okh Oyabu dan
Eguchi (1999) W w a motivasi ibu bkerja berbeda menurut tingkat pendapatan keluargrt . Dan menurut Ihromi (1 989) pada wanita perkotaan dari keluarga golongan menengah ke atas 323% tidak merniliki masalah keuangan sedangkan golongan
rnenengah bawah lebih sedikit keluarga yang tidak merniliki masalah keuangan yaitu 12,5 %. Hal ini akan membedakan alasan ibu bekerja pada kelwga tingkat golongam
permdapatan
Peningkiltan kedudukan dan pefanan wmita juga merupakam upaya untuk
merubah kondisi obyektif empiris menjadi kondisi normatif sebagaimana dknanatkan &lam G R m , dengan mewujudkan persamaan hak, kewajiban,
kedudukan dan peranan serta kesempatan d a b bidang kehidupan (BPS, 1997). Dengan dernikian perm istri tidak hmya sebagai ibu rumahtangga tetapi juga
berperan aktif dalam mensejahterakan keluarga
dengan menambah p e n d q & n
keluarga.
B a p e m y a wanita untuk bekerja di
luaf
r u d dapat membawa damp&
posit if dan negatif Menurut Rafiarto (1 994) partisipasi wanita dahm mencari && a k a membawa dam*
negatif dengm berkurangnya waktu untuk Nmah tangga
karma meniaggakan rumah dalam junzlah waktu tertentu Selah itu, menmgkatnya partisipasi d a m angkatan kerja
&an mningkatkan usia
kawin prtama dan
pendapatan kelwga. Wanita yimg bekerja menggunakan pendapatannya untuk membnntu atau menambah hiaya hidup keluarga. Menurut Suryocondro ( 1 987),
bedasarkan hasil penelitian di Jakarta, istri menyumbang sekitar 49% dari pendapatan kcluarga. Hal ini menunjukkan hahwa kontribusi istri yang bekerja
&lam
kesejahtraan keluztrga rehtif cukup be=. Namun demikian dengan ibu rneninggalkan rumah untuk bekerja, keluarga
memiliki problem y q berkaitan dengan siapa yang memberikan pelayanan di 4 yang biasanya diberikan oleh ibu. Untuk menutupi kekurangrtn pelayanan pekerjaam
rumah, banyak keluarga meninglcatkan
pembelanjaan untuk pelayanan sepert i
p e l a y m unhk anak, makan dilwr atau makanan siap saji (Bergmann, 1986; Oyabu & Eguchi, 1999). Bryant dan Zick (1 994) mengemukakm bahwa meskipun tingkat
partkipasi @tan
kerja wanita (ibu nmah tangga) rneningkat, t&yi mereka masih
mengerjakan sekgian besar dari seluruh pekerjaan rumah tangga
Menurut hasil penelitian H o M n bahwa an&-&
sekohh dasar yang
ibunya bekerja, sebagian besar yaw ibunya bekerja merasa bersahh bahwa mereka kkerja dan a h y a perasaan itu rnenimbulkan damp& tertentu, bukan status bekerja
dari ibu. Sebagian dari ibu menyenangi p e k e r j m y a clan rnereka merasa bersalah
bahwa sikapnya demikian
. Permaan ini mereka imbangi dengan perlolkuan yang
memanjakan anak (Ihromi, 1989). Dengan demikian akan menambah alokasi pengelwan yang berkaitan dengm anak seperti: mainan, uang saku, buku cerita dan lain- lain.
Pendapatsln dsln Pengebran Keluslrga
Kesejahteraan keluarga tergantung dari kesiapan kelwga tersebut ddam melaksanakan tugasnya menciptakan rasa aman, kesehatan dm hidup yang menyemmghn yang tergarnbar dari tersedianya makanan dktas meja, anak yang
terawat, ketersediaam pakaian serta tempat tinggal yang bersih (Bergmann, 1 986) .
Dengan demikian ke~afnpuankeluarga dalam melaksanakan fmgsi-fungsinya untuk anggatanya akan mencerminkan tingkat kesejahtraan yang dicapai.
Untuk mencapai tingkat kesejahteraan keluarga yang diinginkan diperlukan sumberdaya keluarga. Sumberdaya keluarga dibagi menjadi sumberdaya manusia meliputi waktu, keahlian dan energi yang dimiliki oleh anggota keluaxga dan
swnberdaya fisik yang meliputi pendapatan keluarga dan as& k e h g a ) . Sumberdaya keluarga cenderung krbatas sedan*
kebutuhan cenderung tidak terbatas (Bryant,
1990).
Keluarga biasanya rnempunyai bmyak tujuan hidup, oleh karena itu perlu peryelolaan untuk mencapainya. Meqhadapi masalah tersebut dengan surnberdaya terbatas rnenyehabkan keluarga m e n g g d a n manajemen untuk mencapai tujuan keluarga (Deacon & Firebaugh, 1981).
Pendapatan &lam satu keluarga akan mmpengaruhi aktivitas keluarga dalam
pemenuhan kebutuhan kefuarga. Pendapatan keluarga tergantung dari kuantitas dan kualitas sumberdaya yang dimiliki (Bryant, 1990) dan penelitian yang dilakukm
Oyabu dan Eguchi (19991, menunjukkan bahwa keluarga y ang memiliki dua sumber pendapatan (bapak d m ibunya bekerja) mmiliki pendapatan yang lebih hsar dengan sumberdaya tenaga kerja yang lebih banyak. Hal ini mnunjukkan bahwa pelcerjaan istri secara tidak langsung rnempengasuhi pengelurn utama keluarga. Penghasilan istri yang bekerja a h memiliki kontribusi terhadap pendapatan keluarga untuk &pat dialokasikan pada krbgai jenis pengeluam.
Pendapatan keluarga mengacu pada a
h sumberdaya yang diterima s e h
waktu yang diberikan. Pendapatan berkda dengan kekayaan, stok surnberdaya yang
dimiliki pada satu saat. Pendapatan secara umum mengacu pada pendapatztn uang yang diterima dari sernua sumber selarna waktu yang diluangkan. Pendapatan normal
adalah aliran barang dan jasa yang digunakan atau tersedia untuk memuaskan keinginan dm kebutuhan untuk satu periode w&u tertentu (Rice & Tucker,1986).
Pendapatan riil xumahtangga merupakan W a n yang lebih baik dibanding dengan pendapatan tunai dm memberikan gambamn yang h a t kontribusi wanita. Ukuran p b g bagus dari pendapatan riil rumah t q g a adalah nilai muneter dari barang dan
jasa sumberdaya yang tersedia untuk konsumsi dalarn suatu periode waktu (Smk &
Magrabi, 1997).
Pendidikan dan umur kepala keluarga menunjukkan peng aruh yang besar terhadap jumlah kekayaan yang dimiliki kelwga (Lee & Hanna, 1990). Pada saat usia kepala keluarga masih muda penghasilan yang didapat &it
dan a k a
meningkat seiring dengan meningkatnya umur dan k r t m b a h y a pengalaman dan
akan turun kembli pada masa masuk pensiun. Menurut Bryant (1990), terdapat hubungan yang negatif antara tingkat
pendapatan dan tingkat pendidikan ibu dengan jumlah anak. Hubungan negatif antara pendapatan dengan jumlah an& ini karena peningkatan kuantitas anak memerlukan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan mermgbtkan kwalitas anak (harga
ad),
sehingga keluraga cenderung mengeluarkan uang lebih banyak untuk
menrngkatkan kwalitas anak. Dan semakin tinggi pendidikan ibu akan menhgkatkan nilai waktu i h dan pengetahuan ihu tentang proses repduksi, sehingga
menginginkan anak dengan jumlah yang lebib sedikit. Hal ini dibuktikan dalarn hasil penelitian Megawangi, Sumaman, Rartoyo dan Karsin (1994) bahwa tingkat pendapatan dan pendidikan suami berhubungan nyata dm positif terhadap kebiasaan merencanakan anggaran biaya.
Dengan
demikian, kemmpuan rnelihat kedepan dengan mngadakan perencaman biaya dipengaruhi oleh tingkat sosial ekonomi penduduk. Dan semakin banyak anak
cendenrng keluarga tidak riapat merencanakaa biaya. Oleh karena itu, strategi untuk meningkatkan fungsi ekonomi keluarga, addah dengan usaha yang s e h ini dijalankan, yaitu men&
j
W an&.
Dengan sedikitnya j d a h anak,
surnberdaya yang tasedia per anak akan meningkat, maka keluarga &an lebih leluasa
utuk merencanakan anggarannya, ymg pada akbimya kesejahteman anak &lam jangka panjang akan terjamin.
B e r W k a n basil penelitian Pitts (1 990) pads etnik Hispanik di Amerika Serikat, diperoleh gmbaran tentang pendapatan rata-rata tahunan m a h tangga.
Pendapatan rata-rata t a h m sebelum pajak untuk rumah tangga Hispanic dalarn t a h u 1985-1986 adalah 20.26 1 d o h , lebih rendah ditmnding rumah tmgga nonHispanic kulit putih dan lainnyet (26.023 doh) namun lebih tinggi dibanding dengan
Hal ini
pendapatan rumah tangga mn-Hispanic kulit hitam (17.388 doh).
rnenunjukkan adanya pengaruh etnik terWap pendapatan dan jenis pekerjaan G a m h kondisi keluarga berdasarkan pendapatan keluarga dari suamiisteri yang menikah ketika s a t u diantamnya ti&
k k e j a dipalihatkm dari h i 1
penelitian G d a g n o (1990) di Amerika Serikat. Dari hasil penelitian tersebut rnemperlihatkan hahwa sekitar 1,7 juta keluarga pasangan mmi-isteri
terancam
pernikahan b u d dan hampir bur& ketika ada salah satu dari suami atau isteri tidak bekefia. Sebagian besar dari kondisi keluarga yang terancam buruk d m hampir buruk tersebut berasal dari keluarga suami isteri dengan perkawinan mereka itu berada dahm keluarga tradisional, yaitu suarni bekerja sedangkan isteri di rumah mengurus keluarga ( 1,2 juta). Pada tahun 1987 diprkirdian 3 1 persen dari 27,2 juta keluarga smi-isteri yang menikah dengan pasangan suami-isteri yang bmnasalah dengan
pdapatannya karena suami dan atau isteri tidak bekerja. Setiap keluarga merniliki kebutuhan yang berbeda-beda dernikian juga dengan
cara penenuhamya. Ernpat War yang mempengamhi konsumsi keluarga yaitu pendapatan, ukuran @sar keluarga), komposisi keluarga dm harga. Dan dua faktor yang kuat m e m W a n &tarn
keluarga
barang dan jasa adalah ukuran dan komposisi
(Bryant, 1990). Pendidikan dan pekerjaan
mernpengaruhi selera dan
preferensi konsumen pada jenis dan tiagkat pengeluaran piliban ( Fan, 1997; Ghany &S m ,1997).
Seiring dengan peningkatan pendapatan maka lambat laun &an
terjadi
pergeseran pola pengeluaran, yaitu penurunan porsi pendapatan yang dibelanjakan untuk makanan dm peningkatan p r s i pendapatan yang dibelanjakan untuk bukan makanan (BPS, 1999), seperti peningkatan biaya untuk pendidikan a d (Oyabu &
Eguchii 1 999). Pergeseran komposisi atau pola pengeluaran tersebut terjadi karena elastisitas permintam terhadap makanan pada urnumnya renilah, sementara elastisitas permintaan terhadap barang bukan makanan pada u m m y a tinggi
. Keadaan ini
semakin j e h terlihat pa& kelompok penduduk yang trngkat kommsi makaraanya
sudah mencapai t itik jenuh, sehingga peningkatan pendapatan akan digunakan untuk
memenuhi kebutuhan bukan rnakanaa Elastisitas pendapatan bervariasi menurut kelornpk pendapatan (BPS, 1 999 & Hartoyo, 1998).
Jumhh, usia dm jenis kelamin anggota keluarga mempengaruhi pengeluaran keluarga, seperti pengeluaran makanan, permdidikan dan pengeluaran hidup lain (Bian, 1996 & Oyabu dan Eguchi, 1999) . Keluarga yang memiliki dua anak Mi-laki usia lima dan sepuluh tahun akan berbeda dengan keluarga yang memiliki dua anak
perempuan dengan usia yang sama terutma untuk pengeharan keluarga bukan
makan. Karena ibu bekerja meninggalkm rurnah mka timbuI pengeluaran yang
berkaitan dengan bekerjanya ibu. Menurut hasil peiitian yang dillkukan Oyabu & Eguchy (1999) bahwa pa& keluarga dengan ibu bekerja terjadi peningkatan pada dokasi pengeluaran yang berkaitan efek ibu bekerja (makanm, pakaian dan
tmportasi) dm pengeluaran yang kkaitan dewan alasan ibu bekerja sepwti biaya
pendidikan (Bergmann,1986 & Oyabu & Eguchi, 1W9).
Pengeluaran keluarga menurut Lino (1 995) dapat dikelompokkan menjsdi, b i y a perumaban temsuk perhdungan; biaya makanan terms& untuk pembelian
&an
di restoran; biaya tmnsportasi; biaya untuk pakaian; biaya pemeliharaan
kesebatan, termasuk pelayanan medik, doher gigi persediaan obat dan asurami kesehatm; biaya pendidikan; pemeliharaan anak; gaji pengasuh bayi dan biaya
lainnya termasuk pemelibaraan untuk pribadii hiburan dm h a a n Dan pada keluarga dengan ibu bekerja, pengeluareul keharga dapat
dikelompok lagi dengan pengeluaran yang berkaitan dengan kkerjanya ibu. Menurut hasil penelitian yang dilakukan Oyahu & Eguchy ( f 999) bahwa pada keluarga dengan
ibu bekerja terjadi peningkatan pada alokasi pengeluaran yang berkaitan efek ibu bekerja (makanan, pakaian dan transportasi) dan pengeluaran yang berkaitan dengan alasan ibu bekerja seperti biaya pendidikan (Bergminq1986; Oyabu & Eguchi, 1999).
Menuntt Pitts (1990), rumah tangga Hispanic membelanjakan 18.069 dolar
dari total pembelanjm pula tahun I 985- 1 086. Dari yang dernikian itu 33 persen
untuk keperluan rumah, 20 persen untuk transportasi, 19 persen untuk makanan, 6 persen untuk pakaian, clan 22 persen untuk s e m pengel-
hinnya. Belanja
rnereka mengambil p s i besar terhadap total pengeluaran mtuk makanan d m rumah
dibanding rumah tangga non-Hispanic, tetapi proporsional pemklanjaan mereka untuk pakaian dan transportasi adalah sebanding dengan pengeluaran oleh rumah tangga kulit hitam non-Hispanic.
Diantara tipe-tipe rumah tmgga Hispanic, rumah tangga suanzi-istri dengm
anak mengalokaskw lebih besar bgian dari total pembelanjaan untuk transportasi
clan lebih sedikit bagian untuk rwnah dari pada tipe rumah tangga lainnya. Rumah tangga dengan orang tua tunggal rnembelanjakan porsi yang lebih besar untuk
mhmaq rumah, dan pakaian, dan porsi lebih sedikit pa& transportasi di'banding yang lainnya. Alokasi Pengeha~muntuk Anak
Menurut Bryant (1990) investasi p d a mak terdiri dari dua komponen yaitu: nilai uang dari jasa (makanan, pakaian, rumah, transportasi pendidikan dm perawatan kesehatan) dan nilai waktu (nilai waktu y q dihabiskan ibu dalam
membesarkan anak baik peramtan maupun pemeliharaan). D e w demikian dua sumberdaya kehmga yang pent*
dm dapat dig&
urrtuk mencapai tujuan
berkaitan dengan perkembangan anak adalah waktu dan pendapatan.
Biaya yang diperlukan untuk membesarkan anak memiliki proporsi yang besar
dari pendapatan ke luarga Biayst yang dike luarkan untuk anak sernakin meningkat dengan sernakin bertambahnya u r n anak dan atau bertambdmya jumlah anak. Lino (1990) mengemukakan bahwa pengeluaran untuk anak yang diperkirakan untuk
kompnen anggaran utarraa adajah untuk : #an
tempat tinggal, makaxaan,
tranqmrtasi, pakaian, perawatan kesehatan, pendidlkan, perawatan atau pengasuhan anak, barang-barang dm playanan-pelayanan lainnya. Untuk 1eb& jelasnya Mark
Lino m e n g u r a h masing-masing komponen tersebut. a. Pengeluaran-pengeluaran u n t k perumhan rumah tempat tinggal termasuk
perlinduryan (pajak-pajak kekayaan; sewa; dm perawatan, perbalkan, dan asucansi), utilitas (gas, listrik, Man bakar, telpon, dm air), dan perahtan rumah
tangga clan perlengkapan (perabot, pnutup lantai, perahtan utama, dan peralatm
kecil-kecil). b. Pengelumm-pengeluaran untuk rnakanan termasuk m a k m dan pembelian
minuman tanpa alkohol pada toko penjual bahan mttkanan, dan toko khusus; k e l w rnakan malam di restoran; dan jajanan di sekolah c. Pengelman-pengeluaran untuk traflsportasi termasuk jaringan pembiay aan untuk
pembelian barn dan pemakaian kendaraan, ongkos finansial kendaraan, gasolin
dan minyak motor, perawatan dan perbadcan, asuransi, dan kendaraan urrmm. d. Pengeluran-pengeluaran untuk busana tennasuk item-item pakaian unhik m k
diantaranya kemeja, celana panjang, baju, dm setelan; alas W, servis pakaian diantaranya dry cleaning, pengubahan clan perbaikan, dm peny impanan. e. Pengelwan-pengelwan untuk perawatan kesehatan temsuk pengobatan dan
servis gigi yang tidak diasuransikan, resep dokter dan keperluan kesehatan yang ti&
diasuransikan, dan premium asuransi yang tidak me-atkan
pe mbayaran
dari tempat bekerja dm organisasi lainnya.
f. Pendid-
pelayanan anak,d m berrnacam-macam yang lainnya termasuk biaya
pendidikan dasar,
imjutan dm
perkuliahan,
buku
dm
kelengkapan;
menyempatkan hari untuk perkuliahan dm kelengkapan; pengurus atau pembantu
bayi; dm item-item pelaymm perorangan, hiburan dan bacaan.
Biaya p e n d i d i di Indonesia yang tinggi saat ini , selalu naik dari tahun ke
tahun dan ketidakpastkn fisik orang tua di masa rnendatang sehmgga orang tua perlu mempersiapkan dana urrtuk pendidikan anak (BPS, 1999; Senduk, 1999). Dan Biaya pendidikan yang tinggi menjadi alasan ibu bekerja pada keluarga golongan
pendapatan rendah dan menengah di Jepang (Oyabu & Eguchi, 1999). Menurut Hartoyo ( 1998) usia sekohh mak secara signifikan krpngaFuh pada pengeluarm
perkapita per bulan bagi pendidikan. Hal hi berarti semakin meningkat usia anak semakin besar pengeluaran untuk pendidikan.
Berdasarkan hasil penelitian Ha&
(19%) di J a r n d , ditemukan bahwa
jenis kelamin d m status d t a n g g a tunggd mernpunyai pengaruh yang sangat
signifikan pada alokasi pengeluaran rumahtangga untuk individu dan anggota
keluarga Bila wanita sebagai pembuat keputusan, biasanya bagian dari alokasi anggaran rumahtangga untuk anak dan keluarga meningkat.
Menmt hasil penelitian Bian (1994) di Gina. j
d anak krhubungan
negatif dengan investasi uang orangtua, biaya anak dan biaya pengeluaran total anak &dam income keluarga. Tingkat pendidikan ibu berpengaruh terhadap investasi yang
diberikan pada anak (ada pertukaran dua jenis investasi waktu dm uang). Dimana ibu yang berpendidikan tinggi mengelwkan waktu yang Iebih barnyak dibandingkan uang untuk investasi pada anak.
Dua sumkrdaya keluarga y a q pnting dm dapat digunakatl untuk mencapai tujuan berkaitan dengam perkembangan araak addah w
h dm pendapatan. Dan
peningkatm pendapatan mengakibatkan peningkatan nilai anak dengan meningkatkan kualitas anak yang dimiliki. Karena peningkatan kualitas lebih cepat dan lebih rnudah
dibandingkan dengan kuantitas anak (Bryant, 1990). Menurut Becker (I981), pengelwan untuk amk dibatasi oleh pendapatan keluarga, kesukaan orang tua, jumlah anak dan biaya untuk kualitas anak. Sedwgkm
kesejahteraan anak diktasi okh pengeluaran, reputasi dan kontak keluarga (care),
faktor genetik, nilai-nifai dan keterarnpilan keluarga yang dipengruvhj oleh budaya. Menurut Bryant (19901, selera d t a n g g a menggamkkrtn a p yang
disukai clan apa yang tidak disukai. Dan budaya atau etnis juga mmpengaruhi selera yang a h mernpengaruhi pengalokasian anggaran rumah tangga (Fan, 1997; Ghmy & Sharpe. 1997). Nilai anak perempuan dan Mi-laki krbeda baik dalam bentuk
investasi yang dikikan mupun dalam total j d a h investasi. Hal hi hens orang tua di Citla lebih menyenangi anak laki-laki (Bian, 1996). Etnik Jawa memberikan
investasi dalam bentuk waktu (care) lebih besar untuk an& d i b h g k a n etnik
Padang yang memberikan lebih besar investasi dalam bentuk uang (Hartoyo, 1998).