17/03/2016
Ketentuan Adopsi Menurut Hukum Islam • Pada dasarnya, Kompilasi Hukum Islam (“KHI”) tidak mengatur mengenai pengangkatan anak oleh orang tua tunggal • KHI hanya menerangkan terkait hak waris anak angkat • Menurut KHI, yang dimaksud anak angkat adalah anak yang dalam hal pemeliharaan untuk hidupnya seharihari, biaya pendidikan dan sebagainya beralih tanggung jawabnya dari orang tua asal kepada orang tua angkatnya berdasarkan putusan Pengadilan (Pasal 171 huruf h Kompilasi Hukum Islam)
-PERBANDINGAN HUKUM PERDATAADOPSI HUKUM AGAMA Kelompok Utama anggota : ADI WAHYU ANUGRAH 135010100111052 SHOVIA UZLAH NKH 135010107111010 JENUARANI ARTHA A.P 135010107111014 RYELA RIA PRISANDI 135010107111028 1
2
Ketentuan Adopsi Menurut Hukum Islam
Ketentuan Adopsi Menurut Hukum Islam
• didalam hukum Islam itu sendiri banyak dalil yang mengatakan bahwa diperbolehkan untuk mengangkat seorang anak untuk diberikan kasih sayang, diberikan pendidikan yang layak, serta kehidupan yang sejahtera • namun mengangkat anak bukan lantas mengubah bahkan menambahkan nama si anak angkat dengan nama orang tua angkatnya, karena itu sudah jelas-jelas dilarang oleh Al-Qur’an
• Dalam Al-Qur’an surah Al Ahzab ayat 4 dan 5 menyebutkan yang artinya sebagai berikut : • ....dan Dia tidak menjadikan anak-anak angkatmu sebagai anak kandungmu (sendiri). Yang demikian itu hanyalah perkataanmu di mulut saja, Dan Allah mengatakan yang sebenarnya dan Dia menunjukkan jalan yang benar. Panggillah mereka (anak-anak angkat itu) dengan memakai nama-nama bapak mereka; itulah yang lebih adil pada sisi Allah dan jika kamu tidak mengetahui bapak-bapak mereka, maka (panggillah mereka) sebagai saudara-saudaramu seagama dan maula-maulamu, Dan tidak ada dosa atasmu terhadap apa yang kamu khilaf padanya, tetapi (yang ada dosanya) apa yang disengaja oleh hatimu. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
3
4
1
17/03/2016
Berikut beberapa pengertian dari adopsi menurut para ahli : • Hilman Kusuma, SH “Bahwa anak angkat adalah anak orang lain yang dianggap anak sendiri oleh orang tua angkat dengan resmi menurut hukum adar setempat dikarenakan tujuan untuk kelangsungan keturunan dan pemeliharaan atas harta kekayaan rumah tangga” • Surojo Wingjodipura, SH “Mengangkat anak (adopsi) adalah suatu perbuatan pengambilan anak orang lain kedalam keluarga sendiri sedemikian rupa sehingga antara orang yang memungut anak dan anak yang dipungut itu timbul suatu hukum kekeluargaan yang sama seperti antara orang tua dan anak”
• Pengangkatan anak itu sendiri dilihat menurut bahasa yang berasal dari bahasa inggris “adoption” yang berarti pengangkatan atau pemungutan anak sedangkan dalam kamus Munjid diartikan sebagai “ittihadzahu Ibnan” atau menjadikannya sebagai anak
5
Pengertian Adopsi Darai Beberapa Ahli • Prof. Dr. Zakiyah Darajat “Adopsi adalah memelihara anak orang lain yang kurang mampu untuk mendidik dan disekolahkan pada pendidikan formal, dimana orang itu memberikan biaya pemeliharaan dan pendidikan sehingga anak itu nantinya menjadi orang berpendidikan dan berguna” • KHI (Kompilasi Hukum Islam) “Anak angkat adalah anak yang dalam pemeliharaan untuk kehidupan sehari-hari, biaya pendidikan dan sebagainya beralih tanggung jawabnya dari orang tua asal kepada orang tua angkatnya berdasarkan putusan hakim” 7
6
Syarat Materiil Pengadopsian • Sehat jasmani dan rohani baik secara fisik maupun mental mampu untuk mengasuh Calon Anak Angkat; • Beragama sama dengan agama calon anak angkat; • Berkelakuan baik dan tidak pernah dihukum karena melakukan tindak kejahatan; • Tidak atau belum mempunyai anak atau hanya memiliki satu orang anak; • Dalam keadaan mampu secara ekonomi dan sosial; 8
2
17/03/2016
Syarat Materiil Pengadopsian
Syarat Materiil Pengadopsian
• Memperoleh persetujuan anak, bagi anak yang telah mampu menyampaikan pendapatnya; dan izin tertulis dari orang tua/wali anak; • Membuat pernyataan tertulis bahwa pengangkatan anak adalah demi kepentingan terbaik bagi anak, kesejahteraan dan perlindungan anak; • Adanya laporan sosial dari Pekerja Sosial Instansi Sosial Propinsi; • Telah mengasuh calon anak angkat paling singkat 6 (enam) bulan,sejak izin pengasuhan diberikan; dan • Memperoleh izin pengangkatan anak dari Menteri Sosial untuk ditetapkan di pengadilan
• Ketentuan-ketentuan khusus tentang pengangkatan anak versi hukum Islam harus dicantumkan dalam pertimbangan hukum penetapan Pengadilan Agama tentang pengangkatan anak antara lain: • Anak angkat tidak boleh menggunakan nama ayah angkatnya dibelakang namanya. • Pengangkatan anak tidak merubah nasab antara anak angkat dengan orang tua asal. • Pengangkatan anak tidak merubah hubungan mahram. • Anak angkat mendapat bagian dari harta warisan dari orang tua angkat dengan wasiat wajibah sebanyak banyak 1/3 dari harta warisan, demikian sebaliknya. • Ayah angkat/saudara angkat laki-laki tidak boleh menjadi wali nikah dari anak angkat perempuan. Pencantuman hal-hal tersebut diatas dimaksudkan agar tidak terjadi kesalahan-kesalahan dalam pengamalan hukum Islam setelah terjadi peristiwa hukum pengangkatan anak (adopsi) dilakukan.
9
Syarat Formil Pengadopsian
10
Syarat Formil Pengadopsian
• Calon orang tua angkat dan calon anak angkat harus satu agama. • Surat permohonan izin pengangkatan anak dari yang bersangkutan diatas kertas bermaterai 6.000 (asli) • Surat kelakuan baik dari Kepolisian (suami-istri) • Surat dari calon orang tua angkat mengenai motif pengangkatan anak diatas kertas bermaterai 6.000 11
• Foto copy surat nikah dan surat lahir calon orang tua angkat • Surat keterangan dokter kandungan tentang keadaan calon ibu angkat yang menyatakan • Tidak mempunyai anak • Tidak mempunyai anak lagi, risiko tinggi
12
3
17/03/2016
Syarat Formil Pengadopsian • • • • • • • • • •
Akibat Hukum Dari Adopsi • Peralihan tanggung jawab pemeliharaan dan pendidikan anak dari orang tua asal kepada orang tua angkat, (pasal 171 huruf (h) Kompilasi Hukum Islam).Peralihan tanggung jawab tersebut secara formil dimulai sejak penetapan Pengadilan Agama • Dengan adanya penetapan Pengadilan Agama merupakan bukti telah terjadi peristiwa hukum pengangkatan anak.antara orang tua angkat dengan anak angkat • Orangtua angkat yang tidak menerima wasiat, diberi wasiat wajibah sebanyak-banyaknya 1/3 dari harta warisan anak angkat • Demikian sebaliknya anak angkat yang tidak menerima wasiat, diberi wasiat wajibah sebanyak banyaknya 1/3 dari harta warisan orang tua angkat, (pasal 209 ayat (1 dan 2) Kompilasi Hukum Islam): Pasal 209.(1) • Pengangkatan anak tidak merubah hubungan mahram, yakni anak angkat dalam keluarga orang tua angkatnya masih tetap sebagai "orang asing" dalam arti bahwa antara anak angkat dengan ayah angkat/ ibu angkat, saudara angkat, dan lain-lain, harus saling menjaga ketentuan mahram menurut hukum Islam dalam pergaulan sehari-hari.
Surat keterangan sehat dari dokter pemerintah (suami-istri) Surat keterangan penghasilan dari tempat orang tua bekerja Surat keterangan persetujuan pengangkatan anak dari keluarga suami –istri Fotocopy surat akte kelahiran/ akte kenal lahir calon anak angkat Fotocopy surat penyerahan orang tua kandung/ wali kepada Dinas Sosial dan Pemakaman Kota Batam Fotocopy surat penyerahan anak dari Dinas Sosial ke Organisasi Sosial Fotocopy surat keputusan kepala Dinas Sosial dan Pemakaman tentang izin pengasuhan anak (selama 6 bulan) Laporan sosial tentang calon orang tua angkat maupun anak yang dibuat oleh pejabat sosial setempat. Foto calon orang tua agkat, anak angkat Tembusan surat permohonan disampaikan kepada Menteri Sosial dan orsos dimana calon anak angkat tersebut berada, beserta fotocopy lampirannya.
13
Hak waris anak adopsi terhadap orangtua biologisnya dan orang tua angkatnya • Pengangkatan anak tidak membawa akibat hukum dalam hal hubungan darah, hubungan wali-mewali dan hubungan waris mewaris dengan orang tua angkat. • Ia tetap menjadi ahli waris dari orang tua kandungnya dan anak tersebut tetap memakai nama dari ayah kandungnya (M. Budiarto, S.H.,Pengangkatan Anak Ditinjau Dari Segi hukum, AKAPRESS, 1991). • Dengan demikian, anak adopsi tidak mewarisi harta peninggalan orang tua angkatnya. Untuk melindungi hak dari anak adopsi tersebut, maka orang tua angkat dapat memberikan wasiat asalkan tidak melebihi 1/3 harta peninggalannya 15
14
Lembaga Pengesahan Adopsi • Lembaga yang berwenang untuk mengesahkan suatu permohonan pengangkatan anak menurut islam ialah Pengadilan Agama • yang mana nantinya akan mengeluarkan suatu penetapan bagi para pihak (calon orang tua angkat) • karena Pengadilan Agama berposisi penuh untuk memutuskan apakah si calon orang tua angkat ini benar-benar dapat merawat dan membesarkan calon anak angkatnya sesuai dengan yang seharusnya ataukah tidak. 16
4
17/03/2016
Adopsi Menurut Agama Hindu • Keluarga yang tidak mempunyai anak menurut Titib (1995) disebut Aputra, Niputrika dan Nirsamtana namun yang mereka tidak mempunyai anak dari rahim sendiri tidaklah berarti tertutup jalan untuk mencapa kebahagiaan yang sejati. Mereka dapat mengangkat anak(adopsi) yang didalam bahasa sanskerta disebut prigraha atau putrika sedangkan anak yang di angkat di sebut krtakaputra, datrimasuta atau putra dattaka. Yang perlu dipahami dan diyakini adalah bahwa baik anak kandung maupun anak angkat sesunguhnya memiliki kedududkan yang sama dalam segala hal. Hal ini tercemin dalam kekawin nitisastra bahwa yang dibisa di sebut anak adalah anak kandung (lahit dari hasil perkawinan), anak yang lahir dari pendididkan kesucian, anak yang di tolong jiwanya saat menemui jiwanya, anak yang dipelihara, diberi makan selama hidup. Dengan mengacu pada bunyi kekawin nitisastra tersebut dan terkait dengan tema paper ini yang bisa di tafsirkan sebagai anak angkat adalah anak yang seorang bapak diberimakan selama hidupnya dengan tiada mengharapkan balasan.
• Tata Cara Mengangkat Anak : Menurut Dyatmikawati (2008) di Bali ada beberapa istilah untuk menyebut mengangkat anak yaitu antara lain: ngidih pianak, nyentanayang, mgedeng/ngengge pianak, angkat anak dan meras pianak. Sedangkan anak yang diangkat itu disebut sentana, anak ban ngidih, anak sumendi, anak pupon-pupon dan sentana peperasan. Ada pun syarat-syarat pengangkatan anak menurut hukum nasional (sebagai perbandingan) yaitu termuat dalam Keputusan Menteri Sosial RI no.41/HUK/KEP/VII/1984 tentang petunjuk pelaksanakan perizinan mengangkat anak. Sedangkan menurut hukum adat Bali tidak ada peraturan kapan dan umur berapa anak boleh diangkat. Secara sederhana proses pengangkatan anak menurut Dyatmikawati( 2008) dapat di gambarkan sebagai berikut:
17
1.
2.
3.
4.
Dimulai dari rembug keluarga kecil (pasutri yang akan mengangkat anak). Kemudian diajaukan dengan rembug keluarga yang lebih luas meliputi saudara kandung yang laianya.setelah ada kesepakatan matang, lalau mengadakan pendekatan dengan orng tua ataukeluarga yang anakanya yang mau diangkat. Setelah semua jalan lancara dilanjutkan dengan pengumuman(pasobyahan) dalam rapat desa atau banjar. Tujuanya, untuk memastikan tidak ada angota keluarga laianya dan warga desa atau banjar yang keberatan atas pengangkatan anak yang diamksud. Oleh karena itu, anak angkat harus dihusahakan dari lingkungan keluarga yang terdekat, garis purusa, yang merupakan pasidikarya. Ada tiga golongan pasidikarya yaitu pasidikarya waris (mempunyai hubungan saliang waris), pasidikarya sumbah ( pempunyai hubungan salaing menyembah leleuhur), dan pasidikarya idih pakidih ( mempunyai hubungan perkawinan). Apabila tidak ada garis dari garis purusa, maka dapat dicarai dari keluarga menurut garis pradana (garis ibu). Apa bila tidak ditemuakn pula maka dapat dihusahakan dari keluarga lain dalam satu soroh dan terakhir sama sekali tidak ada pengangkatan anak dapat dilakukan walaupun tidak ada hubungan keluarga (sekama-kama). Anak yang diangkat wajib beragama Hindu. Jika yang diangkat seseorng yang bukan umat Hindu, pengangkatan anak itu akan ditolak warga desa karena tujuan pengangkatan anak antara laian untuk meneruskan warisan baik dalam bentuk kewajiaban maupun hak, termasuk berbagai kewajiaban desa adat, terutama dalam hubungan dengan tempat suci (pura). 19
18
5.
6.
Melakukan upacara pemerasan yang disaksiakan keluarga dan perangkat pemimpin desa atau banjar adat. Pengangkatan anak baru di pandang sah sesudah dilakauakan upacara pemerasan. Itulah sebabnya anak angkat itu disebut pula dengan istilah sentana paperasan. Selain melakukan upacara pemerasan proses berikutnya adalah pembuatan surat sentana. Walau[un hal ini tidak merupakan syarat bagi sahnya pengangkatan anak, tetapi hal ini penting dilakuakn sebagai alat bukti bahwa telah terjadi pengangkatan anak. Menurut hokum pusitif pengangkatan anak dilakukan dengan penetapan hakim. Dengan demikian sesudah uapacar pemerasan, patut dilanjutkan denganmengajukan pemohonan penetapan pengangkatan anak kepada Pengadilan Negeri dalam daerah hokum tempat pengangkatan anak itu dilaksanakan.
20
5
17/03/2016
Pengingkat tali kasih keluarga. Kelahiran seorang anak/anak angkat dalam keluarga dapat sebagai pengingkat tali kasih dalam keluarga hal ini diungkapkan dalam sastra hindu, yakni dalam Adiparwa yang di sebutkan seorang anak merupakan pengikat tali kasih yang sangat kuat dalam keluarga, ia merupakan pusat penyatunya cinta kasih orangtuanya. Dalam ajaran agama Hindu dapat dikatakan kehadiran seorag anak/anak angkat sebagai penjain cinta kasih dalam kelurga. Penomena yang ada betapa pun kemulut yang terjadi antaraa orang tua dan anak akan selalu damai dalam pelukan orang tua, anak juga akan menjadi pelekat diantara kemulut orang tau. Anak juga dapat menciptakan kedamian dalam keluarga disamping orang suci dan seorang istri. Dengan melihat begitu pentngya peranan anak dalam keluraga yang perlu di simak seagi seorang anak adalah menyucikan dan mengagungkan tugas-tugas dan fungsi-fungsi yang melakat pada anak sesuai dengan sastra-sastra Hindu dengan berlaku sebagai anak yang suputra.
21
• Demikian pula dalam agama kristen dengan berdoa mempertimbangkan mengadopsi anak ke dalam keluarga jasmani. Dalam hal ini, jelas bahwa adopsi menurut hukum Kristen baik dalam pengertian fisik maupun rohani , merupakan sesuatu yang baik dalam Alkitab. Baik yang mengadopsi maupun yang diadopsi mendapatkan berkat yang luar biasa, hak yang ditunjukkan oleh agama Kristen diadopsi ke dalam keluarga Allah.
23
Adopsi Menurut Agama Kristen • Kejadian 1:27-30 : “Laki-laki dan perempuan diciptakan segambar dengan Allah dan diberi misi yang sama.” • Kor 11:11-12 & Gal 3:26-28 : “Dihadapan Allah semua manusia sama, Imannya yang membedakan.” • Arsip-arsip Nuzi memberikan sekedar penjelasan mengenai bentuk 'adopsi' di Semit, yang sebelumnya dianggap tidak ada. Di Nuzi, adalah kebiasaan bagi pasangan yang tidak mempunyai anak untuk meng'adopsi' seorang anak lakilaki, yang akan melayani mereka sementara mereka masih hidup, dan menguburkan mereka bila meninggal. Sebagai imbalannya, anak itu akan menerima warisan. Tapi setiap anak lelaki yang lahir kemudian sesudah 'adopsi' itu, akan menjadi ahli waris utama. Beberapa cara seperti ini harus dikaitkan dalam hubungan antara Abraham dan Eliezer, sementara 'adopsi' yang sangat dekat dengan yang legal terjadi dalam Kejadian 48:5; Keluaran 2:10, 1 Raja-raja 11:20, dan Ester 2:7. • Demikian pula ketika memasukkan seseorang ke dalam keanggotaan sebuah keluarga melalui adopsi, pasti itu dilakukan berdasarkan pemilihan dan kasih. “Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya” (Ef 1:5).
22
Menurut Dyatmikawati jika pasangan suami istri adalah orang Bali yang beragama Hindu, maka proses pengangkatan anak patut mengikuti ketentuan hokum adat Bali, awig-awig yang berlaku di desanya dan juga harus mengikuti tata cara pengangkatan anak sebagaimana ditentukan berdasarkan aturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Dengan adanya proses pengangkatan anak yang sesuai dengan hokum yang berlaku (baik hukum adat maupun hokum nasional), maka anak itu akan memiliki kedudukan huukum persisi seperti anak kandung. Dalam hukum Hindu sudah ditegaskan bahwa kedudukan anak angkat tidak berbeda dengan anak kandung. Hal ini dapat dilihat dalam Manawadharmasastra IX.141 sebagai berikut: Jika anak laki yang mempunyai anak angkat laki-laki yang mempunyai sifatsifat mulia yang sama akan mewarisi walupun lahir dari keluarg ayang lain ( Puja dan Tjokorda Rai sudharta, 1973:554-565). Kemudian dalam Manawadharmasastra IX.142menyakan keluarga dan harta warisan dari orang tua yang sebenarnya. Tarpana (upacara persenmbahan kepada kepada orang tua yang meningal), ia arus mengikuti nama keluarga (yang mengangkat) serta menerima warisan dari orang tua angkat (setelah tarpana kepadanya), (Puja dan Tjokorda Rai sudharta,1973:565)
24
6
17/03/2016
DAFTAR PERTANYAAN 1. Seorang lelaki menikah dengan seorang perempuan, dari pernikahan tersebut lahirlah 3 orang anak. Lakilaki tersebut menikah lagi secara siri dan ingin mengadopsi anak karena tidak dikaruniai anak dari pernikahan sirinya? Bagaimana hukumnya? (Michael) 2. Sepasang suami isteri menikah dan mempunyai anak kandung, mereka mengadopsi seorang anak lagi. Sepasang suami isteri tersebut meninggal dan tidak memberikan warisan ke anak adopsi tersebut? Bagaimana hukumnya? (Fajar) 3. Seorang bayi diadopsi sejak bayi dan disusui oleh ibu angkat, apakah ia tetap berhak menerima warisan? (Denadry) 4. Apakah anak angkat dapat menikahi anak kandung? (I Gede)
5. Bagaimanakah jika anak angkat dihamili oleh ayah angkatnya? Apakah ia (anak) berhak menuntut pertanggungjawaban atas status anak yang dilahirkan kepada ayah angkat yang menghamilinya?
25
26
JAWABAN 1. Jika dipandang dari hukum nasional, status tersebut tidak sah, karena dalam PP nomor 54 tahun 2007 tentang pelaksanaan pengangkatan anak dijelaskan bahwa syarat pengangkatan anak harus berasal dari perkawinan yang sah, sedangkan perkawinan siri dianggap sebagai perkawinan yang sah karena tidak dicatatkan dan tidak diakui oleh negara. Ditinjau dari hukum Islam pun, tetap tidak sah karenan hukum Islam mengikuti hukum nasional. 2. Tidak masalah, karena wasiat sendiri tidak wajib hukumnya. Namun, pasal 209 KHI menyebutkan bahwa anak angkat dapat memperoleh wasiat wajibah. Aturan lebih lengkapnya bterdapat di Pasal 188 KHI.
3.
4.
27
Menyusui hanya mengubah mahram dari anak angkat menjadi mahram keluraga sesusuan tersebut, tidak semerta merta menjadikan anak angkat tersebut ahli waris dari orang tua susuan. Hubungan susuan tidak memberikan kedudukan kepada anak tersebut sebagai ahli waris sah, jadi meskipun sudah menjadi anak susuan, namun tetap tidak mendapatkan warisan. Di dalam Islam terdapat dua jenis pengadopsian, yaitu pengadopsian dari garis keturunan menyamping, dan pengadopsian diluar dari garis keturunan. Jika suatu perkawinan dilakukan oleh anak angkat dari luar garis keluara dengan anak kandung, maka perkawinan tersebut sah. Namun, jika perkawinan tersebut antara anak kandung dengan anak angkat dalam garis keturunan menyamping, perkawinan tersebut tidak sah. Karena dalam Islam dilarang menikahai saudara yang mempunyai garis keluarga menyamping.
28
7
17/03/2016
Daftar Pustaka 5.Diketahui bahwa apabil anak angkat tersebut berasal dari luar keluarga maka pertanggungjawaban yang diminta dari anak angkat kepada bapak angkat yang menghamili dapat dilakukan karena anak angkat tersebut memang bukan mahramnya, sehingga apabila anak angkat yang dihamili tersebut dinikahi secara sah, pernikahannya akan legal karena memang bukan keluarga 29
• Kompilasi Hukum Islam • R. Soeroso, 2014, Perbandingan Hukum Perdata, Sinar Grafika, Jakarta • Republika.co.id, Mengadopsi Anak Menurut Hukum Islam, http://www.republika.co.id/berita/ensiklopediaislam/fatwa/10/06/1 3/119639mengadopsi-anak-menurut-hukum-islam (diakses pada 2 Maret 2016) • Drs. H. Abd. Rasyid As’ad, M.H., Hukum Pengangkatan Anak dalam Perspektif Islam, https://docs.google.com/file/d/0B5DxaF9ujxbQkwyTjd0RV FfR1U/edit?pli=1(diakses pada 2 Maret 2016) • Hukumonline.com, Hak Waris Anak Adopsi Menurut Hukum Agama dan Hukum Barat, http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt50877107ba949/hukumwaris-anak-adopsi (diakses 2 Maret 2016)
30
8