24/03/2016
Latar Belakang
Hukum Adopsi menurut Hukum Adat
Mengenai adopsi sebenarnya sudah lama dikenal dan dilakukan orang di berbagai daerah baik oleh masyarakat yang primitif maupun masyarakat yang sudah maju. Cara melakukan pengangkatan anak banyak macamnya, terutama di Indonesia sendiri yang mempunyai banyak ragam sistem per-adatannya. Pengangkatan anak ini lebih banyak didasarkan pada pertalian darah, sehingga kelanjutan keluarga yang mengadopsi tergantung kepadanya. Mengenai harta kekayaan anak yang bersangkutan juga tergantung kepada adanya hubungan pertalian darah atau tidak. Begitu pula mengenai kedudukan tersebut didalam masyarakat masih dipengaruhi oleh perlakuan dan pertimbangan tertentu.
Oleh: 1. 2. 3. 4. 5.
Rico Andrian Hartono (135010101111114) / 17 Ramadhanti Safirriani (135010119111001) / 46 Farahdyba R (135010107111189) / 44 Giovanna Calista F (135010101111106) / 16 Diajeng Maulid T (135010101111128) / 20 1
ex: Gayo
Matrilineal
ex: Minangkabau
Parental
ex: Jawa
Yang dijelaskan
Patrilineal
2
SISTEM KEKERABATAN MENURUT HUKUM ADAT DI INDONESIA
Kelompok Masyarakat Adat Patrilineal (Gayo)
3
4
1
24/03/2016
Akibat hukum dari adopsi - Terhadap hubungan hukum anak dan orang tua biologisnya: Perbuatan mengangkat anak angkat terhadap orang tua angkat mempunyai kedudukan sebagai anak sendiri atau anak kandung. Jadi, anak yang sudah diadopsi oleh keluarga lain, berakibat hubungan dengan orang tua kandungnya menjadi putus. Hal ini berlaku sejak terpenuhinya prosedur atau tata cara pengangkatan anak secara terang dan tunai. Kedudukan orang tua kandung telah tergantikan oleh orang tua angkat tersebut.
- Hak waris anak adopsi terhadap orang tua biologisnya dan orang tua angkatnya: Anak angkat berhak atas hak mewaris dan keperdataan. Perbuatan mengangkat anak adalah perbuatan hukum melepaskan anak itu dari pertalian keluarganya sendiri serta memasukkan anak itu kedalam keluarga bapak angkat, sehingga anak angkat mewarisi dari orang tua angkatnya dan tidak dari orang tua kandungnya.
5
6
- Tanggung jawab orang tua angkat dan keluarganya terhadap anak adopsi: Pada dasarnya setiap orang tua asuh memiliki tanggungjawab yang sama terhadap anak angkatnya. Tanggungjawab itu seperti: Mengasuh; Mendidik; Melindungi anak; Menumbuhkembangkan anak sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minatnya; Memenuhi kewajiban terhadap biaya-biaya pendidikan anak angkat.
Syarat-syarat sah material adopsi: - Bagi calon orang tua angkat – Tunai/kontan, artinya bahwa anak itu dilepaskan dari lingkungannya semula dan dimasukkan ke dalam kerabat yang mengadopsinya dengan suatu pembayaran benda-benda magis, uang, pakaian. – Terang, artinya bahwa adopsi dilaksanakan dengan upacara-upacara dengan bantuan para Kepala Persekutuan, ia harus terang diangkat ke dalam tata hukum masyarakat
- Tanggung jawab anak adopsi terhadap keluarga orang tua angkat: “Berbakti dan Menghormati” 7
8
2
24/03/2016
Syarat-syarat sah Formil adopsi: - Bagi calon anak yang diadopsi: - Anak angkat bukan warga keluarga; - Anak itu diambil dari lingkungan asalnya dan dimasukkan dalam lingkungan keluarga orang yang mengangkat ia menjadi anak angkat, serentak dengan penyerahan barang-barang magis atau sejumlah uang kepada keluarga anak semula, sehingga adopsi ini merupakan perbuatan tunai; - Pengangkatan anak hanya pada anak laki-laki dengan tujuan utama untuk meneruskan keturunan; - Usia anak yang akan di angkat maksimal 20 Tahun, harus lebih muda dari orang tua angkatnya; - Hubungan kekeluargaan dengan orang tua aslinya secara adat menjadi putus.
-
Bagi calon orang tua angkat: - Dalam keadaan sehat jasmani dan rohani Orang tua angkat wajib memelihara dan mendidik anak angkat mereka dengan baik. - Memperoleh persetujuan anak dan izin tertulis orang tua atau wali anak Orang yang ingin mengangkat anak itu lebih dahulu wajib membicarakan kehendaknya dengan keluarga anak yang akan di adopsi secara matang. - Adopsi dilakukan dengan upacara adat yang dibantu oleh Kepala Adat. Upacara semacam kenduri atau selatan yang disaksikan orang tua dan cerdik panda, kemudian diadakan acara “pinang biru”, yaitu membagibagikan buah pinang sejumlah 1000 biji kepada para anggota keluarga dan orang-orang yang hadir. - Dalam keadaan mampu ekonomi dan sosial. Orang tua angkat memiliki harta benda. Menurunkan harta warisan untuk anak angkat dan memberikan nama belakang bapak angkat.
9
10
Tujuan Adopsi Terdapat berbagai alasan yang menjadi arti penting sebuah pertimbangan dalam pengangkatan seorang anak. Berikut ini merupakan motivasi pengangkatan anak menurut hukum adat: 1. Karena tidak mempunyai anak 2. Karena belas kasihan terhadap anak-anak tersebut, misalnya karena orang tua tidak memberikan nafkah 3. Karena belas kasihan dimana anak tersebut tidak mempunyai keluarga (orang tua) 4. Karena hanya mempunyai anak laki-laki, maka diangkatlah anak perempuan, atau sebaliknya 5. Sebagai pemancing bagi yang tidak mempunyai anak (kepercayaan) 6. Untuk menambah jumlah keluarga 7. Agar anak yang diangkatnya mendapatkan pendidikan yang baik 8. Faktor kekayaan 9. Untuk menyambung keturunan dan mendapatkan pewaris bagi yang tidak mempunyai anak kandung 10. Adanya hubungan keluarga 11. Diharapkan dapat menolong di hari tua 12. Adanya perasaan kasihan 13. Untuk mempererat hubungan keluarga 14. Alasan kesehatan 11
Lembaga yang mengesahkan adopsi Dalam hukum adat tidak ada lembaga resmi yang menangani permasalahan adopsi, namun biasanya untuk pengangkatan anak ini dilakukan melalui ijin kepala adat sebagai pemangku adat.
12
3
24/03/2016
Akibat hukum dari adopsi - Terhadap hubungan hukum anak dan orang tua biologisnya: Adopsi dilakukan dengan cara mengangkat anak dari suatu keluarga yang bukan dari garis keturunan istri, kemudian anak tersebut dimasukkan menjadi suku dari siibu yang mengadopsi anak. Pengangkatan anak di Minangkabau dilakukan untuk mencegah punahnya suatu kerabat (garis keturunan), yaitu dengan cara mengadopsi anak perempuan. Artinya tujuan adopsi dalam hal ini lebih menekankan pada fungsi biologi. Hubungan hukum antara anak angkat tersebut dangen orang tua kandungnya tidak terputus.
Kelompok Masyarakat Adat Matrilineal (Minangkabau)
13
- Hak waris anak adopsi terhadap orang tua biologisnya dan orang tua angkatnya: Di Minangkabau pada prinsipnya tidak dikenal lembaga adat pengangkatan anak. Menurut hukum adat waris yang berlaku di Minangkabau, maka mata pencaharian seorang suami tidak akan diwarisi oleh anak-anaknya sendiri, melainkan olehsaudara-saudara sekadung beserta turunan saudara perempuanya yang sekandung. Akibatnya, di Minangkabau tidak mendesak untuk mengangkat anak sebab yang mewarisi adalah anakanak saudaranya yang perempuan, sehingga tidak terlalu dianjurkan. 15
14
Tanggung jawab orang tua angkat dan keluarganya terhadap anak adopsi & Tanggung jawab anak adopsi terhadap keluarga orang tua angkat: “Sama seperti halnya tanggungjawab yang ada pada masyarakat Patrilineal”
16
4
24/03/2016
- Bagi calon anak yang diadopsi:
Syarat-syarat sah material adopsi: - Bagi calon orang tua angkat “Sama seperti halnya syarat material adopsi yang ada pada masyarakat Patrilineal”
- Anak yang akan di adopsi merupakan anak perempuan; - Anak yang akan di adopsi berstatus belum kawin atau belum dewasa; - Agama sama dengan orang tua angkat; - Tetap menjaga hubungan dengan orang tua kandung (hubungan tidak terputus).
17
18
Syarat-syarat sah Formil adopsi: Tujuan Adopsi dan Mengesahkan adopsi:
- Bagi calon orang tua angkat: - Sehat jasmani dan rohani; - Tidak mengangkat anak untuk membantu pekerjaan rumah. - Dalam keadaan mampu ekonomi dan sosial untuk kesejahteraan anak angkat; - Memperoleh persetujuan anak dan izin tertulis dari dua keluarga orang tua atau wali anak angkat dan orang tua yang akan mengangkat anak; - Agama anak angkat sama dengan orang tua angkat; - Upacara adat di masing-masing desa. Untuk keluarga Matrilineal cenderung kepada ketentuan Hukum Islam pula; - Disaksikan oleh masyarakat desa dan pemuka agama. 19
Lembaga
yang
“Sama seperti halnya Tujuan dan Lembaga yang Mangesahkan adopsi pada masyarakat Patrilineal”
20
5
24/03/2016
PERTANYAAN DAN JAWABAN PRESENTASI “ADOPSI MENURUT HUKUM ADAT” MENURUT KELOMPOK PEMBANDING
Daftar Pustaka 1.
- (R. Soeroso, Hlm. 182-183) - https://maxbhirawaar.wordpress.com - http://pardedejabijabi.blogspot.co.id/2011/12/pen gangkatan-anak-pada-masyarakat-batak.html - sirkulasiku.blogspot.co.id - husnisyams.wordpress.com - http://remantotumanggoryahoo.com - http://www.trigonalmedia.com 21
3.
Apakah hukum adat dapat diperkarakan di Pengadilan? Apabila ada permasalahan diselesaikan dimana? Pengadilan/mana? Jawab: Permasalahan dalam hukum adat dapat diperkarakan di Pengadilan adat yang dilaksanakan oleh anggota masyarakat secara perorangan, oleh keluarga/tetangga, kepala kerabat/kepala adat (hakim adat). Kepala desa, atau oleh perkumpulan pengurus organisasi dengan cara musyawarah. Apabila penyelesaian tidak kunjung didapatkan, maka dapat di perkarakan di Pengadilan Negeri hingga Pengadilan Tinggi atau bahkan Makamah Agung. 4. Apakah ada adat yang tidak memperbolehkan adopsi? Atau semuanya memperbolehkan adopsi? Jawab: Tidak ada hukum manapun yang melarang pengangkatan anak. Yang tidak dianjurkan misalnya masyarakat patrilineal mengangkat anak perempuan, dan masyarakat matrilineal mengangkat anak laki-laki. 23
Dalam masyarakat patrilineal memutuskan hubungan anak angkat dengan orang tua kandung, bagaimana jika menganut hukum islam? Jawab: Dalam pengangkatan anak harus memilih salah satu dari sumber hukum tersebut. Memilih mengangkat anak secara Hukum Adat atau menurut Hukum Islam. Karena pada dasarnya sistem hukum tersebut konteksnya sudah berbeda. Dalam hukum Isalam hubungan antara orang tua kandung dan anak yang telah diangkat tidak boleh tersputus. 2. - Apakah orang tua kandung yang sudah tidak memiliki hak, masih memiliki hak terhadap anaknya? Jawab: Patrilineal: Karna hubungan dengan orang tua kandung menjadi putus, maka orang tua kandung tidak berhak terhadap anak kandungnya. Matrilineal: Kebalikannya - Marga adopsi anak dari marga yang berbeda boleh atau tidak? Jawab: Menurut kelompok kami yang bertanya langsung kepada narasumber, menurut adat patrilineal, mengangkat anak diutamakan yang marganya sama. Contoh: Orang Batak marga Sitepu mengangkat anak dari marga Sitepu juga untuk meneruskan garis keturunan. 22
5. - Putusnya pertalian apakah tidak boleh bertemu atau gimana? Jawab: Putusnya pertalian disini diartikan bahwa hubungan orang tua kandung dan anaknya dalam hal hak anak terputus. Seperti membiayai, merawat, dan membesarkan anaknya. Karena sudah beralih menjadi tanggung jawab orang tua angkat. - Namun dalam hal orang tua kandung ingin bertemu anak kandungnya, tidak ada aturan bahwa orang tua kandung tidak boleh bertemu dengan anak. Faktor lain diadakannya adopsi? Jawab: Terdapat 14 tujuan yang sudah kami sebutkan dalam slide presentasi, namun terdapat faktor lain misalnya: faktor persahabatan, alasan untuk membalas budi kepada orang tua kandung dari anak angkat tersebut. 6. - Apakah tujuan dari pengangkatan anak sudah terbaik bagi anak? Jawab: Menurut kelompok kami pengangkatan anak dalam hukum adat ini belum memenuhi tujuan dari pengangkatan anak sesuai ketentuan bagi kebaikan anak. Karena masih cenderung pengangkatan anak ini dilakukan untuk kepentingan tertentu orang tua angkat. - Misal ada kasus orang tua mengangkat anak secara adat sudah dianggap sah, apakah menurut hukum nasional juga sah? Sedangkan dilihat dari tujuannya sendiri saja sudah berbeda (Tujuan patrilineal: untuk meneruskan garis keturunan) Jawab: Apabila anak angkat tersebut sudah didaftarkan pada Pengadilan dan mendapat penetapan Pengadilan, maka anak tersebut secara hukum nasional juga dianggap sudah sah menjadi anak 24 angkat.
6