KAJIAN SKALA PRODUKSI DAN PENGELOLAAN BIAYA SEBAGAI DASAR EVALUASI KINERJA PADA AGRIBISNIS PEMINDANGAN IKAN LAUT DI DUSUN PAYANGAN WATU-ULO SUMBEREJO KECAMATAN AMBULU Amien Pudjanarso STIE Mandala Jember
[email protected] ABSTRACT Preserved sea-fish is one of the many seafood products that have been accepted by the community members. This research was intended to analyze the measure the cost efficiency caused by the allocation of resources in the production process, the breakeven point and to set strategies for developing agribusiness of preserved sea-fish by through the approaches of Descriptive Analysis, Benefit Cost Ratio, Profitability Ratio and Breakeven Point Analysis. The research results showed that there had been a positive that is, an average of IDR 1,353.00 per kilogram, a profit ratio of more than one (1); that is, 1.50 per kilogram on average, benefit ratio of 33,29% per kilogram on average, breakeven point in sales/production of 21 kg on average, cost and revenue of IDR 202,494,12. Development strategy for sea-fish preservation business should be focused on the improvement of internal management of the company. Keyword:Cost efficiency,break even point,development, preserved-sea fish menyadari bahwa selama ini beberapa
PENDAHULUAN Sektor
kelautan
mulai
waktu lalu sektor kelautan kurang
diperhatikan oleh pemerintah Indonesia
dikelola dengan baik, melalui berbagai
dalam pembangunan sejak Pelita VI
kebijakan yang ada Pemerintah mulai
Pemerintahan
Sejak
berbenah dengan memetakan kembali
kemerdekaan sampai awal Pelita VI
berbagai potensi sumber daya kelautan
tersebut,
yang
orde
baru.
pemerintah
lebih
ternyata
bisa
meningkatkan
memperhatikan eksploitasi sumberdaya
sumber-sumber ekonomi nasional baik
daratan, karena pada masa tersebut
dari sudut mikro maupun makro.
daratan masih mempunyai potensi yang
Menurut Sugiarto dkk (1995),
sangat besar, baik sumberdaya mineral
menyatakan beberapa hal yang menjadi
maupun sumberdaya hayati, seperti
dasar
hutan. Setelah hutan ditebang habis dan
sumber pertumbuhan baru dalam sektor
sumberdaya minyak dan gas bumi baru
pertanian.
sulit ditemukan di daratan, pemerintahan
subsektor
perikanan
menjadi
1. Potensi sumberdaya perikanan
orde-baru mulai berpaling kapada sektor
yang
kelautan. Terlebih lagi pada masa
pemanfaatan yang relatif rendah
sekarang
terutama sumberdaya perikanan
519
dimana
pemerintah
mulai
besar
dengan
tingkat
laut.
ikan demersal sebesar 25.600 ton,
2. Tingginya potensi permintaan hasil-hasil
perikanan
baik
domestik maupun ekspor. 3.
dari usaha di bidang perikanan (keterkaitan kedepan dan ke yang
54.400 km2. Tempat pendaratan ikan di Kabupaten Jember terletak di
Adanya keterkaitan yang besar
belakang)
yang tersebar di perairan seluas
prospektif
dalam peningkatan nilai tambah
Puger,
Mayangan,
Bandealit,
Curahnongko, Watu Ulo, Paseban, dan Cakru. Puger merupakan pusat pendaratan
yang
terbesar
dan
memiliki tempat pendaratan ikan
dan penyerapan tenaga kerja. Wilayah-wilayah yang berperan sebagai
yang dapat dibilang representatif dari
basis produksi perikanan di Jawa-Timur
berbagai wilayah penangkapan ikan
meliputi.
yang terdapat di Jember (Ismadi,
d. Sembilan daerah kabupaten di
2002).
wilayah pantai utara meliputi Kabupaten
Sumenep,
Pamekasan,
Bangkalan,
Sampang, Probolinggo, Tuban, Pasuruhan, wilayah kotamadya Pasuruhan dan Probolinggo. e. Dua
f.
daerah
Kabupaten
di
Melihat potensi perikananan laut di Jember maka diharapkan dapat
mendukung
agroindustri
pengembangan
perikanan
Agribisnis
perikanan
pengeringan
ikan,
laut. meliputi
pemindangan,
wilayah pantai timur meliputi
pengasapan, terasi, kerupuk ikan,
Kabupaten
serta
Situbondo
dan
tepung
ikan.
Salah
satu
Banyuwangi.
agribisnis perikanan yang memiliki
Empat daerah kabupaten di
peluang
wilayah pantai selatan meliputi
agribisnis pemindangan ikan laut.
Kabupaten Trenggalek, Jember, Pacitan dan Malang (Effrianto dan Wibowo, 2000).
Potensi Kabupaten
perikananan Jember
pasar
Berbagai
yang
usaha
baik
yaitu
pengolahan
ikan laut di Kabupaten Jember dapat diketahui pada tabel 1.
laut
diperkirakan
sebesar 272.000 ton yang terdiri dari ikan pelagis sebesar 246.400 ton dan
Tabel 1 Banyaknya Produksi Hasil Pengolahan Perikanan Menurut Kecamatan Produsen dan Jenis Hasil Pengolahan Tahun 2013 (Dalam Satuan Ton)
520
N o
Kecamatan
Hasil Pengolahan Ikan Kering
1. 2. 3. 4
Ikan Pindang
Asapan
Terasi
Tepung Ikan
Kerupuk
Puger Ambulu Kencong Gumukmas
1.055,55 65,75 23,75 3.51
3.825,50 275,75 56,12 25,35
54,50 18,70 45,12 6,25
15,75 5,50 0,25 -
325,15 17,25 2,75 -
2,50 -
Tahun 2013
1.148,56
4.182,72
124,57
21,50
345,15
2,50
Tahun 2012
1.136,55
4.113,12
121,45
21,00
344,90
2,75
1.105,20
4.105,50
120,30
20,40
340,10
2,55
Tahun 2011 Sumber :
Badan Pusat Statistik Kabupaten Jember (Kabupaten Jember dalam Angka Tahun 2014)
Berdasarkan Kecamatan
Tabel
Ambulu
1
merupakan
dengan daerah lainnya (Kencong dan Gumukmas).
wilayah sentra agribisnis pengolahan
Data jumlah unit pengolah
perikanan laut urutan ke dua (2) di
dan data produksi hasil laut di dusun
Kabupaten
yang
Payangan-Watu
ikan
Ambulu dapat diketahui pada tabel
Jember
penduduknya
nengusahakan
ulo
Kecamatan
pindang. Hal tersebut dapat dilihat
2.
dari
Tabel 2 Jenis Dan Jumlah Usaha Pengolahan Hasil Laut Tahun 2014
rata-rata
produksi
agribisnis
pemindangan
Kabupaten
Jember.
Ambulu
merupakan
pada
ikan
di
Kecamatan penghasil
Di
Dusun Payangan Watu-ulo Sumberejo Kecamatan Ambulu Jember.
urutan kedua tertinggi dibandingkan No 1 2 3 4 5
Jenis Usaha
Jumlah (Orang)
Jumlah Total
12 17 18 5 5 57
Ikan Asin Pemindangan Pembuatan Terasi Kerupuk Ikan Ikan Asapan
Sumber:Laporan Tahunan Tahun 2014, Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Kelautan Perikanan (PNPM-KP) Ambulu Kabupaten Jember
521
Usaha
agribisnis
Gambar 2. Proses perebusan Ikan mentah bergaram untuk dijadikan ikan pindang.
pemindangan ikan laut tergolong jenis
usaha
teknologi
yang
menggunakan
pengolahan
yang
sederhana dan memanfaatkan bahan baku ikan laut segar untuk diolah lebih lanjut menjadi ikan pindang yang memiliki nilai tambah yaitu sebagai usaha untuk meningkatkan nilai
produksi
dengan
tetap
memperhatikan pengalokasian biaya produksi yang dikeluarkan.
Gambar 3. Proses pembersihan setelah ikan pindang turun dari belanga perebusan dan siap untuk dipasarkan
Jumlah
pengusaha
pemindangan ikan laut di Dusun Payangan watu-ulo ini sebanyak 17 pengusaha
pindang
yang
sebagian besar merupakan usaha warisan keluarga dan sebagian kecil lainnya merupakan usaha ikut-ikutan
yang
akhirnya
Gambar 1. Ikan mentah bergaram siap untuk di rebus.
menjadi
mata
pencaharian
disamping usaha pindang ada beberapa
pengusaha
yang
menjadi pengambek.
522
Tabel 3. Pelaku bisnis pemindangan ikan laut Dusun Payangan Watu-Ulo Jember No
Nama
Alamat
Umur (Tahun)
Pengalaman Usaha
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Mat Rofi'i Ni'ah Saripah Tokaya Siati/ Rolin Nanti Si'ah H.Abd.Halim Hj.Ju / H.Affandi Hotimah/ Bunang Nasri /Har Bunasan/Gina /P.Rio Hj.Samiati Matsari H.Ali Torani Feri
Payangan Payangan Payangan Payangan Payangan Payangan Payangan Payangan Payangan
65 51 41 50 60 65 40 60
10 11 12 13 14 15 16 17
Gudang
Pengambek
46 46 9 47 46 46 26 20
Skala Usaha (Kg) 2000 800 2000 1200 2000 1200 600 1200
1 1 1 1 1 1 1 1
3 1 2 1 1
50
15
600
1
2
65 50
29 26
2400 1600
2 1
3 2
40 50 50 42 50 41
26 12 15 15 15 10
1200 1600 800 2400 600 800
1 1 1 1 1
2 2 1 -
Payangan Payangan Payangan Payangan Payangan Payangan Payangan Payangan
Sumber : Data Primer Th.2014
Komponen biaya pada bisnis
(i kan), bi a ya b ahan t am bahan
pengolahan pemindangan ikan laut
(garam ),bi a ya
meliputi biaya tetap yaitu semua
bi a ya
biaya penyusutan sarana dan
pengi ri m an
prasarana
tempat
tempat
produksi
mengolah
(Gudang/
p en gan gkut a n i k an
kapal
kerj a berupa
dari
nelayan
pantai merapat,
Bak
listrik, pulsa, rafia, kayu bakar, pakal
cuci ikan, Pompa air, plat eser,
dan ongkos angkut produk jadi ke
tripung,
pasar.
box
ikan,
t ena ga
ikan,
tumang,
canting, timba, gembor, andang ikan,
Pemasaran dilakukan oleh
andang
mobil/bagi
pemilik
mobil
pengangkut
menjadi
pindang
sendiri,
terpal,
masing-masing
tali
produsen ke pasar-pasar yang segment
produsen,
produsen
yang
plastik, timbangan serta bunga
berasal dari Payangan watu-ulo
modal). Sedangkan biaya variabel
sudah
meliputi
tetap yaitu seorang atau beberapa
523
biaya
bahan
baku
mempunyai
pelanggan
sebagai
ukuran variasi, ikan lemuru, banggol
pengepul/juragan/Bos. Pemasaran
layang, tenguru, ikan banyar, ikan bloso,
ikan pindang dilakukan di daerah-
ikan blanak, ikan teri dan ikan cumi-
daerah
cumi. Industri pengolahan pemindangan
orang
Jember,
Bondowoso,
Tanggul , Malang dan Surabaya. Menurut Afrianto (1998), bahwa kegiatan pengolahan dan pengawetan ikan merupakan salah satu bagian penting
dari
mata
rantai
industri
perikanan. Tanpa adanya kedua proses tersebut, peningkatan produksi ikan yang telah dicapai saat ini akan sia-sia, karena tidak semua produk perikanan dapat dimanfaatkan oleh konsumen dalam keadaan baik. Pengolahan dan pengawetan
ikan
bertujuan
mempertahankan mutu dan kesegaran ikan selama mungkin dengan cara menghambat atau menghentikan sama
ikan
laut
yang
ada
kebanyakan
merupakan industri kecil menengah yang dikelola secara sederhana dan dilakukan secara geografis dekat dengan sumber bahan baku yaitu dilingkungan pemukiman nelayan. Seperti daerah ambulu/payangan-watu muncar,
kencong,
ulo,
puger,
panarukan
dan
daerah-daerah lain sekitar pantura. Untuk
Mengukur
Tingkat
efisiensi penggunaan biaya pada agribisnis
pemindangan
ikan
digunakan analisis R/C ratio
Menurut
Hernanto
(1996),
formulasi R/C ratio adalah sebagai
sekali penyebab kemunduran mutu atau
berikut:
penyebab kerusakan ikan agar ikan tetap
R/C Ratio = Penerimaan Total Biaya Total
baik sampai ketangan konsumen. Bisnis pengolahan pemindangan
Kriteria pengambilan keputusan:
ikan laut merupakan upaya atau kegiatan
R/C ratio > 1, berarti
proses
penggunaan biaya pada agribisnis
dengan
yang
mengolah cara
ikan
segar sistem
perebusan/pemindangan dengan waktu yang relatif singkat yaitu sekitar 15 menit sampai dengan 20 menit dan itupun tergantung pada besar kecilnya ukuran ikan yang diolah. Berbagai jenis ikan laut yang biasa diolah dengan cara pemindangan yaitu, ikan tongkol dengan
pemindangan ikan efisien. R/C ratio 1, berarti penggunaan biaya pada agribisnis pemindangan ikan tidak efisien. Teori Break Even Point ( BEP ) Menurut Achyari (2001) bahwa analisis impas ini merupakan analisis yang melihat hubungan antara volume, 524
biaya
dan
keuntungan.
Bagaimana
Biaya variable adalah biaya yang
pengaruh yang ada terhadap biaya dan
jumlahnya
keuntungan
volume
tingkat kegiatan atau volume kegiatan
kegiatan berubah. Berapa perusahaan
yang dilakukan. Sekali lagi yang dilihat
harus merencanakan volume kegiatan
adalah jumlahnya dan bukan biaya biaya
apabila dikehendaki tingkat keuntungan
per unit. Biaya variable per unit
tertentu. Beberapa pertanyaan ini dapat
(proporsional)
dijawab dengan menggunakan analisis
berapapun
impas.
dilakukan perusahaan.
apabila
kalau
Biaya tetap adalah biaya yang
berubah
Kembali
sesuai
justru
tingkat
dengan
selalu
sama
kegiatan
yang
pada
permasalahan
jumlahnya tetap tidak dipengaruhi oleh
analisis impas, salah satu aspek dari
besarnya volume aktivitas dalam batas
analisis impas adalah titik impas. Titik
kapasitas dan batas waktu tertentu. Perlu
impas
ditekankan disini bahwa yang tetap
menunjukkan
adalah jumlahnya dan bukan biaya per
keadaan tidak untung dan keadaan tidak
unit. Besar biaya tetap per unit justru
rugi. Hal ini dicapai karena jumlah
berubah
pendapatan
apabila
volume
kegiatan
berubah.
ini
merupakan keadaan
sama
titik
yang
impas,
yaitu
dengan
jumlah
pengeluaran.
P
TC
BEP
TR
Profit
Loss
0
Q1
QE
Q2
Q3
Gambar 4. Pendekatan Marjinal (Cost & Revenue)
Keterangan :
525
Q
Kurva TR merupakan kurva produk
total
(pada
daerah
Jumlah pengeluran/ total cost (TC)
rasional) dikalikan dengan harga
terdiri dari biaya tetap (a) dan biaya
satuan output (TR = P.Q, di
variable. Jumlah biaya variable dapat
mana Q adalah mengikuti pola
dihitung melalui besarnya biaya variable
dari fungsi produksinya).
per unit produk (b) dikalikan dengan
Kurva TC adalah kurva dari
jumlah
fungsi biaya, TC=f (Q) + TFC
(Q).Dengan demikian maka jumlah
Keuntungan positip diperoleh
biaya dapat ditulis dengan (b.Q). Jadi
dari interval output QE(Output
jumlah pengeluran dalam hal ii dapat
keseimbangan) sampai dengan
ditulis sebagai.
atau
kuantitas
produk
Q3, sementara daerah produksi di
luar
wilayah
tersebut
Keadaan impas adalah keadaan
merupakan daerah keuntungan
dimana jumlah pendapatan sama dengan
negatif. Pada saat output sebesar
jumlah pengeluaran. Sehingga keadaan
QE( Output keseimbangan )
tersebut adalah sebagai berikut.
maka penambahan output akan meningkatkan
keuntungan,
sebaliknya
output
pada
p.Q = a + b.Q
Q3
p.Q – b.Q = a
penambahan output justru akan memberi
keuntungan
Q(p-b)
negatif
Q
(rugi).
Keuntungan
= a
= a/ (p-b) atau dapat ditulis
maksimum
diperoleh pada saat
MR=MC,
MI /kontribusi
dalam keadaan ini slope kurva
marjin.
TR = slope kurva TC yaitu pada
Titik
tingkat output sebesar Q2.
pengolahan pemindangan ikan laut
Jika
jumlah
pendapatan/
total
Impas
pada
Industri
digunakan analisis BEP ( Break
revenue (TR) adalah sama dengan
Even Point).
kuantitas atau jumlah produk yang dijual
Formulasi Break Even Point
(Q) dikalikan dengan harga jual per unit
sebagai berikut( Prawirosentono Sujadi
produk (p), maka besarnya pendapatan
1997)
adalah
dapat ditulis sebagai.
526
BEP ( Kg ) = Biaya Tetap
dikeluarkan. Alokasi biaya produksi
= …….Kg
yang efisien akan mendatangkan Harga Jual/ Kg –
keuntungan, karena besarnya biaya
Biaya Variabel/ Kg
yang
dikeluarkan
dibandingkan
lebih
dengan
penerimaan
BEP ( Rp ) = Biaya Tetap
yang
= Rp.
produksi
dapat
menutupi/covered
seluruh
biaya
produksi
1 – Biaya Variabel Penjualan Efisiensi Alokasi
Analisis
Biaya pada
pendapatan
sehingga
hasil
yang
dikeluarkan.
Agribisnis Pemindangan Ikan laut. Tingkat
diperoleh,
kecil
yang
yang
digunakan
untuk mengetahui efisiensi alokasi biaya produksi adalah analisis R/C
tinggi pada agribisnis olahan ikan
ratio,
dapat dicapai dengan memperhatikan
mengetahui
efisiensi biaya produksinya. Efisiensi
yang akan diperoleh setiap satuan
biaya produksi sangat dipengaruhi
alokasi
oleh penerimaan total/TR dan biaya
mengetahui efisiensi alokasi
total/
produksi pada agribisnis olahan ikan
TC
yang
dikeluarkan.
yang
digunakan besarnya
biaya
untuk
penerimaan
produksi.
Untuk biaya
Penerimaan dipengaruhi oleh jumlah
ini dapat kita lihat pada Tabel 4.1.
produk olahan yang dihasilkan dan
Tabel 4
harga jual dari produk. Upaya-upaya
yang
harus
dilakukan oleh pengusaha agribisnis olahan efisiensi
ikan untuk meningkatkan alokasi
biaya
adalah
dengan meningkatkan penerimaan dan
527
meminimalkan
biaya
yang
Efisiensi Rata-Rata Alokasi Biaya Produksi Per Proses Produksi (1.353 kg) Pada Agribisnis Pemindangan Ikan Laut Dusun Payangan Watu-ulo Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember Tahun 2014.
No 1. 2. 3. 4.
Uraian Rata-Rata Penerimaan Total Rata-Rata Biaya Produksi Total Pendapatan /Keuntungan R/C Ratio
Nilai Rp. 13.270.588,24 Rp. 8.889.040,00 Rp. 4.381.548,24 1.50
Sumber : Data Primer Diolah Tahun 2014
Tabel 4. Menunjukkan bahwa nilai R/C ratio pada agribisnis Pemindangan ikan laut adalah
jumlah keseluruhan biaya-biaya yang
sebesar 1,50 yang berarti bahwa
dikeluarkan selama proses produksi
alokasi biaya produksi sudah efisien
sampai produk tersebut dipasarkan.
karena nilai R/C ratio lebih besar
Biaya total merupakan jumlah dari
dari satu.
biaya variabel total/TVC dan biaya
Nilai R/C ratio sebesar 1.50 dapat
diartikan
bahwa
dengan
tetap total/TFC. Rata-rata biaya yang dikeluarkan per proses produksi
penggunaan biaya produksi sebesar
adalah
Rp1,00
memperoleh
sedangkan rata-rata penerimaan yang
penerimaan sebesar Rp1,50 sehingga
diperoleh per proses produksi adalah
keuntungan yang diperoleh sebesar
sebesar Rp13.270.588,24.
Rp0,50. Hal ini menunjukkan bahwa
Tabel 5.
akan
pengusaha agribisnis
pemindangan
ikan laut mampu mengalokasikan biaya
produksinya
secara
lebih
efisien. Biaya No 1
total
merupakan
Elemen Biaya Produksi, Harga Jual dan Jumlah Produksi Biaya Bahan Baku (Ikan Segar)
sebesar
Rp8.889.040,00
Rata-Rata Biaya Produksi, Harga Jual dan Jumlah Produksi Agribisnis Pemindangan Ikan Laut Dusun Payangan Watu-ulo Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember Tahun 2014 Nilai (Rp./Proses/1.353 kg) 4.546.176,47
Biaya Pembantu (Garam)
202.941,18
3
Biaya angkut BB
338.235,29
4
Biaya Tukang Masak
136.764,71
5
Biaya Tukang Noto/ikat
241.176,47
6
Total Biaya Masak dan Noto
377.941,18
7
Total Biaya TKL
716.176,47
6
Biaya Kemasan
2.435.294,12
528
7
Biaya Pakal
28.176,47
8
Biaya Kayu Bakar
9
Biaya Tali Rafia
10
Biaya Angkut ke Pasar
11
Biaya Listrik
4,45
12
Biaya Pulsa
13,51
13
Biaya Tetap / Penyusutan
68.848,00
14
Harga Jual/renteng/12 kotak
19.764,71
15
Jumlah Produksi
180.235,29 34.705,88 676.470,59
1.353
Sumber : Data Primer Diolah Tahun 2014 (Lampiran 3- 5 )
Biaya bahan baku merupakan
pemindangan ikan laut
biaya-biaya yang dikeluarkan untuk
proses
memperoleh bahan baku ikan laut.
menggunakan ikan laut sebanyak
Umumnya harga bahan baku ini
1.353 Kg
tergantung
biaya
pada
musim
ikan
produksi
selama rata-rata
dengan rata-rata total
sebesar
Rp8.889.040,00.
sehingga proses produksi tidak dapat
Bahan tambahan yang dipergunakan
berlangsung secara kontinu selama
dalam
satu tahun. Pada umumnya, proses
agribisnis pemindangan ikan laut
produksi
pada
agribisnis
adalah garam. Garam digunakan
pemindangan
ikan
selama
untuk memberikan rasa sedap/cita
laut
musim puncak yaitu bulan Juni
proses
produksi
pada
rasa dan keawetan produk.
sampai November.
Harga rata-rata garam sebesar
Bahan baku yang dianalisis
Rp1.000,00 per Kg. Pada umumnya,
pada penelitian yaitu jenis Tongkol,
setiap proses produksi pengusaha
Benggol/
dan
ikan pindang menggunakan garam
Selingsing/ Salem. Rata-rata harga
dengan perbandingan 15:100 atau
ikan laut seperti 4 jenis diatas saat
garam yang digunakan sebanyak 15
penelitian sebesar Rp25.000,00 –
Kg pada bahan baku ikan laut
Rp28.000,00
sebanyak 100 kg. Rata-rata total
Layang,
tenguru
/keranjang.
Dengan
asumsi berat 1 keranjang sebesar 8
biaya
kg maka harga bahan baku ikan per
membeli
kilogram
sebesar
Rp3.500,00.
529
Rp3.125,00
–
Pengusaha agribisnis
yang
Rp202.941,18.
dikeluarkan garam
untuk sebesar
Biaya angkut Bahan Baku yaitu
biaya
yang
lingkungan setempat dan kebanyakan
dikeluarkan
masih ada hubungan kekerabatan
pengolah pindang untuk membayar
dengan pemilik usaha pengolahan
ongkos angkut ikan segar dari pantai
ikan pindang. Biaya upah langsung
Papuma (tempat merapat perahu
yang harus dibayar oleh pengusaha
nelayan) ke Dusun Payangan, ongkos
olahan ikan rata-rata per proses
angkut plus kuli sebesar Rp2.000,00.
adalah sebesar Rp377.941,18
per kranjang (8 Kg), biaya angkut
Biaya angkut bahan baku dari
bahan baku rata-rata yang harus
pantai watu-ulo ke Dusun Payangan
ditanggung pengusaha per proses
dibayar
sebesar Rp338.235,29 .
pemindangan
Biaya Upah Langsung berupa
biaya
oleh
pengusaha
sehingga
termasuk
kerja
langsung
tenaga
ongkos tukang masak pindang dan
disamping
ongkos tukang noto/ ikat kranjang,
berkaitan langsung dengan kegiatan
ongkos ini dibayarkan secara harian
proses seperti biaya tukang masak
meski alokasi biaya tetap dibebankan
dan biaya tukang noto sehingga
pada jumlah produk yang dihasilkan.
jumlah total biaya tenaga kerja
Jumlah
tenaga
kerja
di
biaya-biaya
langsung adalah rata-rata
pemindangan Dusun Payangan watu-
Rp716.176,47.
ulo berkisar antara 8–25 orang,
Biaya
pengemasan
yang
sebesar
yaitu
dimana 82% tenaga kerja wanita
biaya yang dikeluarkan pengusaha
sebagai tukang membersihkan ikan
untuk
laut, noto dan mengikat rentengan
pindang yang siap dipasarkan pada
ikan pindang, sementara pekerja laki-
konsumen.
laki khusus tukang masak, dimana
dilakukan
pendapatannya relatif lebih besar
kranjang/kepek/kotak dari anyaman
dari pekerja wanita. Untuk jumlah
bambu. Rata-rata biaya pengemasan
pekerja sifatnya fleksibel dalam arti
yang dikeluarkan pengusaha sebesar
jika mengolah banyak mereka yang
Rp2.435.294,12 per proses.
bekerja juga banyak pula sebaliknya. Tenaga-tenaga kerja ini berasal dari
mengemas
produk
Pengemasan
ikan
biasa dengan
Biaya pakal adalah biaya yang
melekat/dekat
pada
biaya
530
kemasan, dalam arti kebutuhan pakal
Untuk 1 pick up setara dengan 10
selalu
penyusunan
sepeda. Para pemindang sudah punya
maksudnya
takaran sendiri dalam hal jumlah
untuk memperkuat atau mengunci
kebutuhan kayu bakar yaitu untuk
susunan kepek/rentengan agar tidak
mengolah 1.000 Kg ikan dibutuhkan
rusak atau cerai berai pada saat
kayu bakar sebanyak 2 sepeda atau
pengiriman barang ke pasar. Untuk
sebesar 2 kali Rp65.000,00.(rata-rata
ini
membayar
harga). Kebutuhan kayu bakar per
ongkos membeli pakal dalam I ikat
proses produksi rata-rata pengolah
ada
ikan mengeluarkan biaya sebesar
menyertai
kranjang/kepek/kotak,
pengusaha
80
akan
batang
pakal
seharga
Rp500,00 per ikat. Biaya pakal rata-
Rp180.235,29.
rata per proses sebesar Rp28.176,47. Biaya
Kayu
Biaya tali rafia merupakan
Bakar
biaya-biaya yang harus dikeluarkan
merupakan biaya-biaya yang harus
pengolah ikan pasca pengolahan
dibayar oleh pengolah ikan pindang
yaitu berkaitan dengan pengemasan
untuk
dan pengiriman ikan pindang ke
melaksanakan
memasak
ikan
kegiatan
mentah
untuk
pasar. Tali rafia digunakan
baik
dijadikan ikan olahan. Pemindang
sebagai pengikat antar kotak/ kepek
ikan di Dusun Payangan watu-ulo
ikan pindang maupun pengikat antar
masih menggunakan kayu bakar
renteng, hal ini dimaksudkan untuk
sebagai bahan bakar/baku untuk
menjaga tersusunnya renteng agar
mengolah ikan, ukuran pemakaian
tetap
kayu bakar adalah bila jumlah kecil
memudahkan pengusaha dalam hal
ukuran
bila
distribusi ikan pindang ke tujuan
memakai
pasar. Ukuran kebutuhan tali rafia
ukuran pick up. Harga kayu bakar
pengolah ikan pindang mempunyai
waktu
mengadakan
ukuran tertentu yaitu untuk 1.000 Kg
penelitian untuk ukuran 1 sepeda
ikan dibutuhkan 1 Kg (1 Bal) tali
sepeda
kebutuhannya
banyak
peneliti
berkisar
dan
Rp60.000,00.
–
rafia
utuh
dengan
susunannya
harga
berkisar
Rp70.000,00. dan ukuran pickup 1
Rp20.000,00
pick
Dalam satu proses pengolahan ikan
531
up
seharga
Rp650.000,00.
s/d
pula
Rp35.000,00.
pindang
pengusaha
membutukan
biaya rata-rata sebesar Rp34.705,88. Biaya
angkut/
transportasi
ikan pindang ke pasar yaitu biayabiaya yang dikeluarkan pengusaha untuk memindah/ mengirim produk olahannya dari lokasi usaha ke pasar tujuan. Jenis alat transportasi yang sering
digunakan
oleh
para pengepul/ pasarnya. Untuk biaya listrik dan pulsa meski pembayarannya bulanan
(listrik)
tapi
biaya-biaya
tersebut tetap dibebankan pada produk yang dihasilkan. Beban biaya listrik dan pulsa yang harus dibayar pengusaha per proses sebesar Rp4,45 untuk listrik, Rp13,51 untuk pulsa dalam pemakaian wajar.
para
Biaya
Tetap/
FC
adalah
pemindang Dusun Payangan watu-
biaya-biaya yang harus dikeluarkan
ulo adalah dengan menyewa pick up
oleh pengusaha berkaitan dengan
untuk tonase dibawah 700 renteng/
penggunaan fasilitas-fasilitas aktiva
1400
tetap selama proses produksi yang
kg
(khusus
kota
Jember,
Tanggul dan Bondowoso)
dan
dialokasikan
sebagai
menggunakan truck untuk tonase
penyusutan/depresiasi aktiva tetap.
diatas 700 renteng/1400 kg khusus
Karena jasa aktiva tetap tersebut ikut
untuk pemasaran jauh seperti Malang
membentuk / berperan penting dalam
dan Surabaya. Biaya angkut ikan
proses produksi, maka semua biaya-
pindang ke pasar per rata-rata proses
biaya aktiva tetap ditambahkan pada
produksi , pengusaha mengeluarkan
harga produksi yaitu berupa biaya
biaya sebesar Rp676.470,59 .
penyusutan.Biaya-biaya aktiva tetap
Biaya
Listrik
dan
Pulsa
merupakan biaya-biaya tambahan untuk membantu
pengusaha
dalam
hal
melancarkan kegiatan proses produksi (listrik
sebagai
penerangan
khusus
kegiatan proses produksi pada malam
meliputi
biaya
Gudang/gedung
penyusutan dan
semua
peralatan/perlengkapan
proses
produksi (Bak cuci, Pompa air, Plat eser, Andang ikan, Andang mobil,
hari) dan telfon/ HP untuk mendapatkan
Tripung,
informasi yang dibutuhkan pengusaha
Timbangan,
baik informasi masalah bahan baku,
Gembor, Terpal, Tali plastik dan
kebutuhan
Bunga Bank). Biaya penyusutan rata-
garam, kayu
bakar
dll,
maupun informasi tentang keberadaan
rata
per
Box
ikan,
Tumang,
Canting,
Timba,
proses
produksi
yang 532
menjadi
beban
pengusaha
ikan
Jika jumlah pendapatan/ total revenue (TR) adalah sama dengan
pindang sebesar Rp68.848,00, ikan
kuantitas atau jumlah produk yang dijual
pindang di Dusun Payangan Watu-
(Q) dikalikan dengan harga jual per unit
Rata-rata
produksi
ulo yang dihasilkan sebesar 676 Renteng/1.353 kg. Sedangkan untuk harga
ikan
pindang
berfluktuasi
produk (P), maka besarnya pendapatan dapat ditulis sebagai berikut: TR = P
cenderung
berkisar
antara
XQ Jumlah pengeluran/ total cost
Rp18.000,00 - Rp20.000,00/renteng,.
(TC) terdiri dari biaya tetap (a) dan
tegantung musim atau hukum pasar
biaya variable. Jumlah biaya variable
yang
harga
dapat dihitung melalui besarnya biaya
ditentukan oleh kekuatan Permintaan
variable per unit produk (b) dikalikan
dan Penawaran produk dipasar. Pada
dengan jumlah atau kuantitas produk
saat penelitian harga rata-rata ikan
(Q).Dengan demikian maka jumlah
pindang sebesar Rp19.764,71. per
biaya dapat ditulis dengan (b.Q). Jadi
berlaku,
renteng
atau
bahwa
Rp9.882,35.
kilogram.
Sedangkan
penerimaan
yang
sekali
proses
didapat
produksi
per
rata-rata untuk sebesar
Rp13.270.588,24.
jumlah pengeluran dalam hal ini dapat ditulis sebagai. TC = a + b.Q Keadaan impas adalah keadaan dimana jumlah pendapatan sama dengan jumlah pengeluaran. Sehingga keadaan tersebut adalah sebagai berikut. TR = TC dan TR – TC = 0
Analisis Titik Impas/ BEP Pada Agribisnis
Pemindangan
Ikan
Laut. Salah satu aspek dari analisis impas adalah titik impas. Titik impas ini merupakan titik yang menunjukkan keadaan impas, yaitu keadaan tidak untung dan keadaan tidak rugi. Hal ini dicapai karena jumlah pendapatan sama dengan jumlah pengeluaran.
533
Tabel 6. Titik Impas (BEP) Pada Masing-Masing Pemindang Dusun Payangan Watu-ulo Sumberejo Ambulu Tahun 2014,Baik Pada Besaran Kilogram Maupun Besaran Rupiah.
No
Nama Pemindang
Titik Impas
Titik Impas
BEP
BEP
(Kg)
(Rp)
1
Mat Rofi'i
17,18
155.743,00
2
Ni'ah
47,45
474.816,13
3
Saripah
14,45
143.841,18
4
Tokaya
15,46
140.436,66
5
Siati/ Rolin
30,47
302.917,14
6
Nanti
11,27
112.187,88
7
Si'ah
18,95
187.088,89
8
H.Abd.Halim
9,10
109.084,09
9
Hj.Ju / H.Affandi
11,12
112.663,89
10
Hotimah/ Bunang
32,84
328.437,14
11
Nasri /Har
16,97
170.014,29
12
Bunasan/Gina /P.Rio
76,69
696.836,66
13
Hj.Samiati
13,64
134.988,57
14
Matsari
12,83
128.196,88
15
H.Ali
20,85
185.606,90
16
Torani
8,19
82.919,44
17
Feri
9,94
100.500,00
367,40
3.566.278,74
21,00
202.494,12
Jumlah Rata-Rata Sumber : Data Diolah
Titik
Impas/
BEP
rata-rata
Rp202.494,12/
Rp202.494,00
pemindang ikan laut di Dusun Payangan
(pembulatan) Penjelasan tentang hal ini
Watu-ulo Sumberejo Ambulu adalah
dapat dilihat pada gambar 5.1.
untuk penjualan/ produksi sebesar 20,52
Penjelasan tentang hal ini dapat dilihat
Kg ikan laut / 21 Kg (pembulatan) dan
pada gambar 5.1.
untuk
cost
dan
revenue
sebesar
534
PROFIT TR
C 13.270.588,2 O 4 ST &
TC
BEP
202.494 R E V 68.848,00 E N U E
FC
LOSS
21
0
1.353
PENJUALAN/ PRODUKSI
Gambar 5. Titik Impas / BEP Rata-Rata Pemindangan Ikan Laut Dusun Payangan Watuulo Sumberejo Ambulu Thn. 2014. Gambar menunjukkan
grafik
revenue
sebesar
Rp.
202.494,00,
dengan
pemindang tidak mendapatkan untung
memproduksi/ menjual ikan pindang
atau rugi, dikarenakan posisi TR = TC
rata-rata sebesar 21 Kg dan cost and
atau TR – TC = 0.
BEP ( Rp )
bahwa
diatas
68.848,00 68.848 68.848 202.494,12 8.820.192,12 1 0,66 0,34 1 13.270.588,24
Pembuktian : BEP =TR - TC = 0 BEP Terjadi pada saat TR=TC=0 Penjualan/Produksi pada BEP rata-rata FC rata-rata Rp. 68.848,00 VC rata-rata 66 % X Rp.202.494,12 = Rp.133.646,12
Rp.202.494,12(TR)
Rp. 202.494,12(TC) 0
535
Perhitungan BEP ( Kg. ) rata-rata
BEP(Kg) =
68.848,00 68.848,00 = = 20,52 Kg / 21Kg 9.882,35 - 6.526,88 3.355,47
KESIMPULAN Berdasar hasil penelitian dan pembahasan
diatas
dapat
disimpulkan beberapa point sebagai
atau sebesar 10,5 Renteng / 126 kotak kepek. SARAN
berikut: 1.
Agribisnis pemindangan ikan
Alokasi
biaya produksi pada
agribisnis pemindangan laut
2.
efisien, dengan melihat
yang
prospektif
untuk
dikembangkan, namun tidak cukup
hasil R/C Ratio rata-rata sebesar
memiliki
1,50 (R/C Ratio >1)
melaksanakan peluang-peluang yang
Titik
Impas/
untuk
ada. Pelaku agribisnis pemindangan
untuk cost and
ikan laut dapat berkembang jika
revenue sebesar Rp202.494,12
mampu memahami peluang-peluang
atau untuk produksi/ penjualan
yang ada atau meminimalkan risiko-
sebesar
risiko
21
BEP
sumberdaya
rata-rata
pemindang
3.
ikan
laut memiliki beberapa peluang pasar
Kilogram,
yang
yang
ada
dengan
berarti jika rata-rata pemindang
menggunakan
ikan
alternatif , baik strategi jangka
memproduksi/menjual
beberapa
maupun
strategi
strategi
sebesar 21 kg mereka tidak
pendek
jangka
mendapatkan keuntungan atau
panjang.
keuntungan sama dengan nol (0)
1. Pelaku agribisnis pemindangan
sebab TR=TC/TR-TC=0
ikan laut disarankan untuk lebih
Jika rata-rata pemindang ikan
meningkatkan
menginginkan
mereka
keuntungan
mereka
melalui
pendapatan peningkatan
harus
kualitas produk, pengembangan
sebesar
produk baik produk itu sendiri
diatas nilai 21 Kg ikan pindang
maupun kemasan produk yang
memproduksi/menjual
536
akan
dipasarkan
guna
meningkatkan nilai tambah dan
lebih
pendapatan pengusaha.
pengalaman
2. Untuk
mempertahankan
riil
produksi dengan
mengetahui
yang
secara berdasar
ada
dengan
dan pasti
keberlanjutan usaha agribisnis
kemungkinan timbul kerugian
pemindangan ikan laut pelaku
yang
agribisnis
perlu
minimal produksi/ penjualan.
menekankan
kepada
lebih alokasi
terkait
dengan
jumlah
4. Melakukan diversifikasi produk/
biaya secara lebih terkontrol
aneka
melalui
pengurangan
memperluas jaringan pemasaran
pemborosan biaya-biaya yang
melalui perluasan target market
semestinya tidak terjadi melalui
(pengecer
penanganan dan pemeliharaan
meningkatkan peran kelompok
peralatan produksi utama yang
usaha, peningkatan ketrampilan
mudah rusak karena aus/ korosi ,
manajerial
sehingga dengan meminimalkan
peningkatan ketrampilan tenaga
/ penghematan biaya operasional
kerja.
Harapan
kedepannya
bisa meningkatkan keuntungan
bahwa
usaha
pengolahan
yang diperoleh.
pindang akan lebih kuat secara
3. Untuk menghindarkan pengusaha pemindang ikan dari kerugian, disarankan
untuk
ragam
produk
,
modern),
pengusaha
dan
internal dan mampu bersaing disisi eksternalnya.
membuat
DAFTAR PUSTAKA
Afrianto, E. 1998. Pengawetan dan Pengolahan Ikan. Yogyakarta: Kanisius Achyari,Agus. 2001.Manajemen Operasi. Jakarta: Universitas Terbuka Bagian Pemerintahan Desa Sumber rejo. 2011. Buku Profil Desa Sumber rejo. Kabupaten Jember BPS Jember. 2014. Jember dalam
537
perencanaan
Angka. Jember: Badan Pusat Statistik Kabupaten Jember Effrianto,M.T. dan R.Wibowo. 2000. Analisis Wilayah Komoditas Perikanan Laut Jawa Timur. Jurnal Agribisnis JUBC. 4(1).
Haryanto, I. 1998. Studi Analisis Kebijakan: Laporan Akhir, Kerjasama Antara Badan Agribisnis dengan
Departemen Pertanian Kabupaten Jember. Jember: Universitas Jember Hernanto, F. 1996. Ilmu Usahatani. Jakarta: Penebar Swadaya Hernawan. 2002. Analisis Ekonomi dan Prospek Pengembangan Agroindustri Produk Perikanan Laut (Studi Kasus di Desa Puger Kulon Kecamatan Puger Kabupaten Jember). Skripsi (tidak diterbitkan). Jember: Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Jember Ismadi. 2002. Abstraksi Sistem Agribisnis Perikanan di Jawa Timur. Malang: Universitas Brawijaya
Persada
Mubyarto, 1995. Pengantar Ekonomi Pertanian, Jakarta : LP3ES
Soekartawi. 1999. Agribisnis,Teori dan Aplikasinya.Jakarta:
Mulyadi, S. 2005. Ekonomi Kelautan. Jakarta: Raja Grafindo PT.Raja Grafindo Persada. Sugiarto,dkk. 1995. Analisa Usaha Penangkapan Ikan Di Perairan Jawa Tengah, Kasus Pelabuhan Perikanan Kodya Pekalongan, Prosiding Agribisnis: Peluang dan Tantangan Agribisnis Perkebunan, Peternakan dan Perikanan. Sugiarto,dkk. 1995. Kajian Usaha Penangkapan Ikan Menurut Ukuran Kapal Jember.
Nazir. 2003. Metode Penelitian, cetakan kelima. Jakarta : Ghalia Indonesia. PNPM-KP. 2013. Laporan Tahunan, Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat –Kelautan Perikanan, Ambulu Jember. Prawirosentono,Sujadi. 1997. Manajemen Produksi & Operasi. Jakarta: Bumi Aksara Profil Kelautan Nasional. 1996. Optimalisasi Pengelolaan Potensi Kelautan Serta Pemberdayaan Masyarakat Nelayan Dalam Perspektif Otonomi Daerah. Lokakarya Nasional. Surabaya: Universitas Hang Tuah.
Raharto, S dkk. 2003. Manajemen Produksi dalam Agribisnis. Jember: Fakultas Pertanian Universitas Jember
Dan Jenis Alat Tangkap Perikanan Rakyat Di Perairan Maluku, Prosiding Agribisnis: Peluang dan Tantangan Agribisnis Perkebunan, Peternakan dan Perikanan.
Sugiyono. 1997. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta Wibowo.R. 2002. Ringkasan Ekonomi Mikro. Jember : Program Studi Magister Agribisnis Pascasarjana Universitas
538