AKTIVITAS ANTI RADIKAL BEBAS dari PRODUK MINUMAN GANSELLA HERBAL TEA KARYA TULIS ILMIAH
OLEH VIVIN RESTU ANGGRAINI NIM 11 044
AKADEMI ANALIS FARMASI DAN MAKANAN
PUTRA INDONESIA MALANG
AGUSTUS 2014
AKTIVITAS ANTI RADIKAL BEBAS dari PRODUK MINUMAN GANSELLA HERBAL TEA
KARYA TULIS ILMIAH Diajukan kepada Akademi Analis Farmasi dan Makanan Putra Indonesia Malang untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan program D III bidang Farmasi
OLEH VIVIN RESTU ANGGRAINI NIM 11 044
AKADEMI ANALIS FARMASI DAN MAKANAN
PUTRA INDONESIA MALANG
AGUSTUS 2014
LEMBAR PERSEMBAHAN Allah SWT. Sujud serta syukur kepada Allah SWT. yang telah memberikanku kekuatan, membekaliku dengan ilmu. Atas karunia serta kemudahan yang Engkau berikan akhirnya karya tulis ilmiah yang sederhana ini dapat terselesaikan. Kupersembahkan karya sederhana ini kepada orang yang sangat kukasihi dan kusayangi Bapak dan Ibu Tercinta Sebagai tanda rasa terima kasih yang tiada terhingga kupersembahkan karya kecil ini kepada Bapak dan Ibu Tercinta yang telah memberikan kasih sayang. Untuk Bapak dan Ibu Tercinta yang selalu membuatku termotivasi dan selalu menyirami kasih sayang, selalu mendoakanku, selalu menasehatiku menjadi lebih baik, My Best friend’s Buat sahabatku “Elvakasquad “ terima kasih atas bantuan, doa, nasehat, hiburan, ejekkan, dan semangat yang kamu berikan selama aku kuliah, aku tak akan melupakan semua yang telah kamu berikan selama ini. Dosen Pembimbing Karya Tulis Ilmiahku... Ibu Dra. Wigang Solandjari, saya sudah dibantu selama ini, sudah dinasehati, sudah diajari, saya tidak akan lupa atas bantuan dan kesabaran dari ibu. Terima kasih banyak..bu.. Seluruh Dosen Pengajar Akafarma: Terima kasih banyak untuk semua ilmu, didikan dan pengalaman yang sangat berarti yang telah Bapak / Ibu dosen berikan kepada kami…
Karya Tulis Ilmiah Oleh Vivin Restu Anggraini ini Telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan
Pembimbing,
Dra. Wigang Solandjari
ABSTRAK
Anggraini, Vivin Restu. 2014. Aktivitas Anti Radikal Bebas dari Produk Minuman GanSella Herbal Tea. Karya Tulis Ilmiah Akademi Analis Farmasi dan Makanan Putra Indonesia Malang, Pembimbing Dra. Wigang Solandjari Kata kunci : aktivitas anti radikal bebas, ekstrak pegagan, bunga rosella, metode DPPH.
Herba pegagan dan bunga rosella merupakan tanaman yang telah dibudidaya oleh masyarakat Indonesia. Kedua tanaman tersebut diketahui memiliki aktivitas anti radikal bebas karena adanya kandungan senyawa asiatikosida pada pegagan dan senyawa beta karoten, vitamin C serta antosianin pada bunga rosella. Senyawa tersebut merupakan sumber anti radikal bebas alami yang biasanya terdapat pada tumbuhan. Adanya kandungan senyawa tersebut maka dilakukan pengujian aktivitas anti radikal bebas dengan menggunakan metode DPPH (2,2 diphenyl-1picrylhydrazil). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya aktivitas anti radikal bebas pada produk minuman GanSella Herbal Tea. Sampel yang diuji meliputi produk minuman, ekstrak pegagan dan bunga rosella dan vitamin C (kontrol positif). Untuk mendapatkan senyawa anti radikal bebas dilakukan proses ekstraksi terlebih dahulu dengan menggunakan metode infundasi. Hasil ekstraksi disaring menggunakan corong gelas. Uji aktivitas dari ekstrak pegagan dan bunga rosella diuji dengan reagen DPPH sebagai anti radikal bebas secara spektrofotometri yang diukur absorbansi DPPH pada panjang gelombang 540 nm. Pengujian sampel dan DPPH digunakan pada panjang gelombang 540 nm. Hasil penelitian diperoleh bahwa produk minuman GanSella Herbal Tea memiliki nilai IC50 yaitu sebesar 84.18 ppm, sedangkan ekstrak (pegagan + bunga rosella) memiliki nilai IC50 sebesar 65,76 ppm. Kesimpulan dari penelitian ini adalah produk minuman GanSella Herbal Tea berfungsi sebagai anti radikal bebas yang sedang.
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Aktivitas Anti Radikal Bebas dari Produk Minuman Gansella Herbal Tea” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini adalah sebagai persyaratan untuk menyelesaikan program DIII di Akademi Analis Farmasi dan Makanan Putra Indonesia Malang. Sehubungan dengan terselesaikannya penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak, yaitu sebagai berikut: 1. Ibu Ayu Ristamaya Yusuf, Amd, ST, selaku Direktur akademi Analis Farmasi dan Makanan Putra indonesia Malang. 2. Ibu Dra.Wigang S., selaku dosen pembimbing. 3. Bapak Drs. Sentot Djoko R., Msi., selaku dosen penguji pertama 4. Bapak Rizal Pratama N., S.Farm, Apt., selaku dosen penguji kedua 5. Bapak dan Ibu Dosen Akademi Analis Farmasi dan Makanan beserta seluruh staf. 6. Kedua orang tua yang telah memberikan motivasi dan doa. 7. Seluruh rekan mahasiswa dan pihak-pihak yang secara langsung maupun
tidak langsung telah memberikan bimbingan, bantuan, arahan, serta motivasi kepada penulis.
ii
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih mempunyai banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran akan sangat diharapkan. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat dan berguna untuk seluruh pihak.
Malang, Agustus 2014
Penulis
iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK .......................................................................................................................... i KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii DAFTAR ISI..................................................................................................................... iv DAFTAR TABEL ........................................................................................................... vii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... vii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................... ix BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang .................................................................................................... 2
1.2.
Rumusan Masalah ............................................................................................... 5
1.3.
Tujuan ................................................................................................................. 5
1.4.
Manfaat Penelitian .............................................................................................. 5
1.5
Asumsi Penelitian ............................................................................................... 6
1.6
Ruang lingkup dan keterbatasan penelitian......................................................... 6
1.6.1.
Ruang lingkup penelitian ............................................................................ 6
1.6.2.
Keterbatasan penelitian ............................................................................... 6
1.7
Definisi Istilah ..................................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Minuman Teh ...................................................................................................... 7
2.1.1
Teh .............................................................................................................. 7
2.1.2
Teh Herbal .................................................................................................. 7
2.2
Bunga Rosella ..................................................................................................... 8
2.2.1
Klasifikasi dan Morfologi ........................................................................... 8
2.2.2
Kandungan Bunga Rosella .......................................................................... 9
2.2.3
Manfaat Bunga Rosella ............................................................................. 10
2.3
Herba pegagan .................................................................................................. 12
2.3.1
Klasifikasi dan Morfologi ......................................................................... 12
2.3.2
Kandungan Herba Pegagan ....................................................................... 13
2.3.3
Manfaat Herba Pegagan ............................................................................ 14
2.4
Ekstraksi ............................................................................................................ 16 iv
2.4.1
Definisi ...................................................................................................... 16
2.4.2
Ekstraksi metode Infundasi ....................................................................... 16
Anti Radikal Bebas ........................................................................................... 17
2.5
2.5.1
Pengertian dan Mekanisme Anti Radikal Bebas ....................................... 17
2.5.2
Sumber Anti Radikal Bebas ...................................................................... 19
2.6
Metode DPPH ................................................................................................... 23
2.7
Spektrofotometri ............................................................................................... 25
2.7.1
Pengertian Spektrofotometri ..................................................................... 25
2.7.2
Spektrofotometri Uv-Vis........................................................................... 25
2.7.3
Instrumen Spektrofotometri ...................................................................... 26
2.8
Kerangka Teori ................................................................................................. 28
2.9
Hipotesis Penelitian .......................................................................................... 30
BAB III METODE PENELITIAN Rancangan penelitian ........................................................................................ 29
3.1
3.1.1
Tahap persiapan ........................................................................................ 29
3.1.2
Tahap pelaksanaan .................................................................................... 29
3.1.3
Tahap akhir ............................................................................................... 29
Populasi dan sampel .......................................................................................... 30
3.2
3.2.1
Populasi ..................................................................................................... 30
3.2.2
Sampel....................................................................................................... 30
Lokasi dan waktu .............................................................................................. 30
3.3
3.3.1
Lokasi penelitian ....................................................................................... 30
3.3.2
Waktu penelitian ....................................................................................... 30
3.4
Definisi operasional variabel ............................................................................ 31
3.4.1
Variabel ..................................................................................................... 31
3.5
Instrumen penelitian.......................................................................................... 31
3.6
Pengumpulan data ............................................................................................. 35
3.6.1
Pembuatan reagen DPPH .......................................................................... 35
3.6.2
Penentuan panjang gelombang serapan maksimum DPPH....................... 35
3.6.3
Pemeriksaan aktivitas anti radikal bebas................................................... 35
3.7
Analisis data ...................................................................................................... 36
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1
Hasil Penelitian ................................................................................................. 37
v
4.1.1.
Determinasi Tanaman ............................................................................... 37
4.1.2.
Hasil Uji Organoleptis .............................................................................. 37
4.1.3.
Hasil Uji Organoleptis Setelah Ekstraksi .................................................. 36
4.1.4.
Hasil Penentuan Serapan Maksimum........................................................ 37
4.1.5
Pengujian Aktivitas Anti Radikal Bebas Kontrol Positif (Vitamin C)...... 38
4.1.6 Hasil Peredaman aktivitas Anti Radikal Bebas Sampel Ekstrak (Pegagan + Bunga Rosela) ........................................................................................................... 39 BAB V PEMBAHASAN 5.1
Pembahasan....................................................................................................... 43
5.1.1
Hasil Ekstraksi .......................................................................................... 43
5.1.2
Hasil Penentuan Serapan Maksimum........................................................ 43
5.1.3
Hasil Peredaman Aktivitas Anti Radikal Bebas DPPH ............................ 43
5.1.4
Sampel Ekstrak dan Sampel Produk ......................................................... 44
BAB VI PENUTUP 6.1
Kesimpulan ....................................................................................................... 45
6.2
Saran ................................................................................................................. 45
DAFTAR RUJUKAN ..................................................................................................... 46
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Komposisi kimia kelopak bunga rosella ....................................
10
Tabel 2.2 Komposisi nilai nutrisi pegagan .................................................
14
Tabel 3.1 Definisi operasional variabel ......................................................
32
Tabel 4.1 Uji Organoleptis dari Bunga Rosela ...........................................
35
Tabel 4.2 Uji Organoleptis dari Herba Pegagan .........................................
36
Tabel 4.3 Uji Organoleptis Hasil Ekstraksi.................................................
36
Tabel 4.4 Penentuan Serapan Maksimum ....................................................
37
Tabel 4.5 Hasil Peredaman Anti Radikal Bebas Kontrol Positif ...............
38
Tabel 4.6 Hasil Peredaman Aktivitas Anti Radikal Bebas Ekstrak ...........
39
Tabel 4.7 Hasil Peredaman Aktivitas Anti Radikal Bebas Sampel Produk Minuman Teh ..............................................................................................
vii
40
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bunga Rosella .........................................................................
8
Gambar 2.2 herba pegagan ..........................................................................
12
Gambar 4.1 Hasil Peredaman Anti Radikal Bebas Kontrol Positif ............
38
Gambar 4.2 Aktivitas Anti Radikal Bebas Sampel Ekstrak ........................
39
Gambar 4.3 Hasil Peredaman Aktivitas Anti Radikal Bebas Sampel Produk Minuman Teh ..............................................................................................
viii
41
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Perhitungan % peredaman ekstrak ........................................
48
Lampiran 2. Perhitungan % peredaman produk ..........................................
49
Lampiran 3. Perhitungan DPPH..................................................................
50
Lampiran 4. Hasil Determinasi Tanaman Pegagan ....................................
51
Lampiran 4. Hasil Determinasi Tanaman Pegagan ....................................
52
Lampiran 5. Produk dan Sampel Pengujian ................................................
53
Lampiran 6. Proses Pengujian Aktivitas Antioksidan.................................
54
Lampiran 7. Gambar Proses Pengujian .......................................................
55
ix
2
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Saat ini banyak ditemukan penderita penyakit degeneratif. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia degeneratif adalah kemunduran atau kemerosotan generasi (tidak sebaik generasi sebelumnya). Penyakit degeneratif merupakan penyakit yang timbul akibat kemunduran fungsi sel. Penyakit degeneratif adalah istilah medis untuk menjelaskan suatu penyakit yang muncul akibat proses kemunduran fungsi sel tubuh yaitu dari keadaan normal menjadi lebih buruk. Penyakit degeneratif dapat mempengaruhi kualitas hidup serta produktifitas seseorang. Penyakit degeneratif yaitu penyakit kanker.(Pramesti, 2005). Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (riskesdas) tahun 2007, penyakit degeneratif meningkat dari 41,7 % pada tahun 1995 menjadi 59,5% pada tahun 2007. Penyakit degeneratif dapat dipicu oleh gaya hidup masyarakat yang tidak sehat seperti kecenderungan mengkonsumsi makanan cepat saji dan minuman instan. GanSella Herbal Tea merupakan produk minuman instan berupa teh herbal yang diproduksi oleh unit PMW Akademi Analis Farmasi dan Makanan Putra Indonesia Malang. Produk tersebut terbuat dari herba pegagan dan bunga rosella. Berdasarkan penelitian Antuni Wiyarsi, 2001 produk berupa teh bunga rosela kaya akan anti radikal bebas. Asiatikosida pada pegagan menurut Winarto dan Surbakti, 2003 mampu menghambat kerja radikal bebas dalam tubuh.
3
Anti radikal bebas pada teh herbal tersebut diduga memiliki khasiat untuk mencegah dan mengobati penyakit degeneratif, tetapi aktivitas anti radikal bebas dalam produk tersebut perlu diteliti. Kandungan anti radikal bebas pada produk perlu dilakukan penelitian aktivitas anti radikal bebas dalam minuman teh herbal yang terbuat dari kombinasi ekstrak herba pegagan dan bunga rosella. Minuman teh merupakan minuman yang sangat familiar dan banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia. Selain sebagai minuman yang menyegarkan, digemari karena harganya relatif murah, mudah didapatkan, dan telah lama diyakini memiliki khasiat bagi kesehatan tubuh. Selama ini minuman teh terbuat dari bahan baku daun teh asli. Minuman teh tidak hanya dibuat dari daun teh saja, namun ada beberapa jenis tumbuhan yang dapat digunakan sebagai minuman teh. Tumbuhan yang dapat digunakan sebagai pengganti daun teh asli yaitu herba pegagan yang di campur dengan bunga rosella. Alasan pencampuran bahan tersebut karena ingin memunculkan variasi baru dari sebuah produk yang samasama memiliki anti radikal bebas sehingga menghasilkan produk yang lebih berkhasiat bagi kesehatan. Bunga Rosella kaya akan vitamin C dan beta karoten. Kandungan vitaminnya 3 kali lipat dari anggur hitam, 9 kali lipat dari jeruk sitrus, 10 kali lipat dari buah belimbing. Selain itu Rosella mengandung kalsium tinggi (486 mg / 100 g) dan omega 3. Rosella juga diperkaya vitamin A, Iron, Potasium, Beta Caroten dan asam esensial (Widyanto dan Nelistya, 2008). Tumbuhan ini telah dimanfaatkan sebagai obat penyakit degeneratif. Kandungan penting yang terdapat pada kelopak bunga rosela adalah antosianin yang merupakan golongan
4
flavonoid yang berperan sebagai anti radikal bebas. (Mardiah, dkk, 2009). Bunga rosella memiliki anti radikal bebas dari vitamin C, beta karoten dan antosianin. Herba
pegagan
memiliki
kandungan
asiaticoside,
thankuniside,
isothankuniside, madecassoside, brahmoside, brahmic acid, brahminoside, madasiatic acid, meso-inositol, centelloside, carotenoids, hydrocotylin, vellarine, tanin serta garam mineral seperti kalium, natrium, magnesium, kalsium dan besi. Tumbuhan ini telah dimanfaatkan untuk obat penyakit degeneratif karena sifat herbanya yang sejuk tanaman ini berkhasiat sebagai anti infeksi, anti toksik, mempercepat penyembuhan luka.(Hefriyan et al, 2006). Kandungan asiatikosida pegagan menurut Winarto dan Surbakti (2003) mampu menghambat kerja radikal bebas dalam tubuh yang dapat menimbulkan berbagai penyakit. Kemampuan untuk menghambat dan melawan kerja radikal bebas ini disebut anti radikal bebas. Senyawa- senyawa yang terdapat dalam herba pegagan dan bunga rosella dan yang mampu menetralkan radikal bebas yaitu senyawa golongan flavonoid. Senyawa flavonoid dalam tubuh manusia berfungsi sangat baik untuk pencegahan penyakit kanker. (Miryanti dkk, 2011) Anti radikal bebas merupakan zat yang dapat menetralkan radikal bebas sehingga dapat melindungi tubuh dari efek merugikan yang timbul dari proses ataupun reaksi yang menyebabkan oksidasi yang berlebihan. (Hariyatimi, 2004:54). Radikal bebas adalah molekul yang sangat reaktif karena memiliki elektron yang tidak berpasangan dalam orbital luarnya dapat bereaksi dengan molekul sel tubuh dengan cara mengikat elektron molekul sel tersebut (Wijaya, 1996). Perlu dilakukan penelitian aktivitas anti radikal bebas karena zat aktif yang terkandung dalam kedua ekstrak pada produk mengandung senyawa flavonoid
5
yang
mudah
mengalami
perusakan
karena
pemanasan
pada
proses
pembuatan.(Miryanti dkk, 2011) Berdasarkan permasalahan di atas dilakukan penelitian anti radikal bebas kombinasi ekstrak bunga rosela dan herba pegagan karena keduanya sama-sama memiliki aktivitas sebagai anti radikal bebas yang dapat menghambat dan melawan kerja radikal bebas.
1.2. Rumusan Masalah 1. Apakah produk minuman GanSella Herbal Tea berfungsi sebagai anti radikal bebas ? 1.3. Tujuan 1. Untuk mengetahui apakah produk minuman GanSella Herbal Tea berfungsi sebagai anti radikal bebas.
1.4. Manfaat Penelitian Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat, diantaranya: Masyarakat : 1. Dapat memberikan informasi terhadap masyarakat tentang aktivitas anti radikal bebas dalam teh herbal dari herba pegagan dan bunga rosella “GanSella Herbal Tea” yang memiliki khasiat kesehatan untuk penyakit degeneratif. Diri sendiri :
6
1. Mengaplikasikan materi perkuliahan yang didapatkan terhadap proses penelitian. 2. Mengetahui adanya manfaat GanSella Herbal Tea sebagai anti radikal bebas. Institusi : 1. Digunakan sebagai referensi sehingga dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa yang membutuhkan.
1.5 Asumsi Penelitian 1. Herba pegagan merupakan tanaman yang mengandung asiaticosida. 2. Bunga rosella merupakan tanaman yang mengandung vitamin C, antosianin, beta karoten. 3. Metode DPPH dapat digunakan untuk pengujian aktivitas anti radikal bebas. 1.6 Ruang lingkup dan keterbatasan penelitian 1.6.1. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup dalam penelitian ini yaitu simplisia bunga rosella, simplisia pegagan, anti radikal bebas, metode DPPH 1.6.2. Keterbatasan penelitian 1.6.2.1 Tidak dilakukan pengambilan sampel dari beberapa kali produksi. 1.7
Definisi Istilah 1. Radikal bebas merupakan molekul yang sangat reaktif karena memiliki elektron yang tidak berpasangan dalam orbital luarnya sehingga dapat
7
bereaksi dengan molekul sel tubuh dengan cara mengikat elektron molekul sel tersebut. 2. Penyakit degeneratif merupakan penyakit yang diakibatkan oleh radikal bebas. Penyakit degeneratif meliputi stroke, jantung, kanker dan diabetes. 3. Anti radikal bebas yaitu senyawa yang dapat menetralkan radikal bebas sehingga dapat melindungi tubuh dari efek merugikan yang timbul dari proses ataupun reksi yang menyebabkan oksidasi yang berlebihan. 4. Minuman teh herbal merupakan sebutan racikan bunga, daun, biji, akar, atau buah kering untuk membuat minuman dengan cara diseduh yang memiliki banyak manfaat dan khasiat sebagai obat alami untuk mengatasi berbagai macam penyakit dan menjaga kesehatan, yang tergantung dari jenis komposisi teh herbal tersebut. 5. Infundasi merupakan proses penyarian dengan menggunakan pelarut air pada temperatur 90°C selama 15 menit. 6. Metode DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil) merupakan metode pengujian anti radikal bebas berdasarkan pada kemampuan aktivitas anti radikal bebasuntuk menghambat radikal bebas.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Minuman Teh 2.1.1 Teh Teh (Camellia sinensis) merupakan tanaman asli Asia Tenggara dan kini telah ditanam di lebih dari 30 negara. Teh memiiki 3.000 jenis, pada prinsipnya teh berasal dari satu jenis tanaman dengan hasil perkawinan silangnya. Teh merupakan salah satu minuman yang paling populer di dunia, dan posisinya berada pada urutan kedua setelah air. Kepopulerannya tersebut dikarenakan teh mempunyai rasa dan aroma yang khas. (Rohdiana dkk., 2005). 2.1.2 Teh Herbal Minuman herbal instan adalah minuman yang dapat meningkatkan fungsi fisiologis tubuh dengan cara penyajian yang praktis dan tidak meninggalkan buangan sisa. Menurut Hatasura (2005), ramuan tradisional dalam bentuk instan dapat dikonsumsi tanpa harus merebus ataupun menyeduh dengan air panas karena serbuk instan bersifat mudah larut dalam air. Minuman herbal instan mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan produk dalam bentuk cairan ataupun produk herbal kering. Kelebihan dari produk instan yaitu kestabilan produk dan kemudahan distribusi.
7
8
2.2 Bunga Rosella
Gambar 2.1 Bunga Rosella (Widyanto dan Nelistya, 2008). 2.2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman rosella memiliki lebih dari 300 spesies yang tersebar pada daerah tropis dan non tropis. Biasanya, digunakan sebagai tanaman hias dan beberapa diantaranya dipercaya memiliki khasiat medis, salah satu diantaranya adalah rosella merah atau rosella (Hibiscus sabdariffa L.). Nama lain rosella adalah Hibiscus Sabdariffa L., H. Sabdariffa varaltissima, Rozelle, Red Sorrel, Sour-sour, Lemon bush, Florida cranberry, Oseille rouge (Perancis), Quimbombo Chino (Spanyol), Karkad (Afrika Utara), Bisap (Senegal) (Ullych, 2009). Sistematika tumbuhan Rosella adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae Divisio
: Spermatophyta
Kelas
: Dycotyledone
Ordo
: Malvales
Famili
: Malvaceae
Genus
: Hibiscus
9
Spesies
: Hibiscus sabdariffa.)
(Laboratorium Taksonomi, Departemen Biologi USU, Medan ) Hibiscus sabdariffa L. merupakan tanaman semusim yang tumbuh tegak bercabang yang berbatang bulat dan berkayu. Daunnya tunggal, berbentuk bulat telur, pertulangan menjari dan letaknya berseling dan pinggiran daun bergerigi. Bunga rosella bertipe tunggal yaitu hanya terdapat satu kuntum bunga pada setiap tangkai bunga. Bunga ini mempunyai 8-11 helai kelopak yang berbulu dengan panjang 1 cm, pangkal saling berlekatan dan berwarna merah. Mahkota bunga rosella berwarna merah sampai kuning dengan warna lebih gelap dibagian tengahnya. Tangkai sari merupakan tempat melekatnya kumpulan benang sari berukuran pendek dan tebal. Putik berbentuk tabung dan berwarna kuning atau merah. Bunga rosella bersifat hermaprodit sehingga mampu menyerbukan sendiri (Maryani, 2005). 2.2.2 Kandungan Bunga Rosella Berbagai kandungan yang terdapat dalam tanaman rosella membuatnya populer sebagai tanaman obat tradisional. Kandungan vitamin dalam bunga rosella cukup lengkap, yaitu vitamin A, C, D, B1, dan B2, bahkan, kandungan vitamin C-nya (asam askorbat) diketahui 3 kali lebih banyak dari anggur hitam, 9 kali dari jeruk sitrus, 10 kali dari buah belimbing, dan 2,5 kali dari jambu biji. Vitamin C merupakan salah satu anti radikal bebas penting. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa kandungan anti radikal bebas pada teh rosella sebanyak 1,7 mmol/prolox. Jumlah tersebut lebih tinggi daripada jumlah pada kumis kucing (Widyanto dan Nelistya, 2008).
10
Tabel 2.1 Komposisi kimia kelopak bunga rosella
2.2.3 Manfaat Bunga Rosella Kelopak bunga rosella dapat diambil sebagai bahan minuman segar berupa sirup, teh, selai dan jenis minuman lainnya, terutama dari tanaman yang berkelopak bunga tebal, yaitu rosella merah. Kelopak bunga tersebut mengandung vitamin C, vitamin A dan asam amino. Asam amino yang diperlukan tubuh, 18 diantaranya terdapat dalam kelopak bunga rosella, termasuk arginin dan lisin yang berperan dalam proses peremajaan sel tubuh. Selain itu, rosella juga mengandung protein dan kalsium. Tumbuhan herba ini ternyata mampu berfungsi sebagai bahan antiseptik, penambah syahwat, agen astringen. Tanaman ini juga banyak digunakan dalam pengobatan tradisional seperti batuk, lesu, demam, tekanan perasaan, gusi berdarah dan mencegah
11
penyakit hati. Bunga rosella banyak digunakan untuk pembuatan jus, saos, sirup dan juga sebagai bahan pewarna pada makanan (Wati, 2007). Khasiat yang terkandung didalamnya adalah: 1. Menurunkan asam urat 2. Menurunkan kadar kolesterol dalam tubuh 3. Menghancurkan lemak 4. Melangsingkan tubuh 5. Mengurangi kecanduan merokok 6. Mencegah stroke dan hipertensi 7. Memperbaiki pencernaan 8. Menghilangkan wasir 9. Menurunkan kadar gula 10. Mencegah kanker, tumor, kista dan sejenisnya 11. Migrain 12. Mampu meningkatkan gairah sex dan tahan lama (dengan terapi rutin) (Fatmawati, 2010). Kadar anti radikal bebas yang tinggi pada kelopak rosella dapat menghambat radikal bebas. Beberapa penyakit kronis yang banyak ditemui saat ini banyak disebabkan karena paparan radikal bebas yang berlebihan. Diantaranya kerusakan ginjal, diabetes mellitus, jantung koroner, hingga kanker. Selain itu, radikal bebas juga dapat menyebabkan proses penuaan dini. Semakin pekat warna merah pada kelopak bunga rosella, rasanya akan semakin asam dan kandungan antosianin (sebagai anti radikal bebas) semakin tinggi. Kadar anti radikal bebas tersebut menjadi berkurang bila mengalami
12
proses pemanasan dan pengeringan (dengan oven). Kadar anti radikal bebas tersebut berada pada tingkat tertinggi jika dikonsumsi dalam bentuk kering (Maria dan Ramli 2007). 2.3 Herba pegagan 2.3.1 Klasifikasi dan Morfologi
Gambar 2.2 herba pegagan Pegagan (Centella asiatica L. Urban) merupakan tumbuhan kosmopolit atau memiliki daerah penyebaran luas, terutama di daerah tropis dan subtropis. Pegagan menyebar liar dan dapat tumbuh subur di atas tanah dengan ketinggian 1-2500 meter dari permukaan laut. Pegagan banyak tumbuh di perkebunan, ladang, tepi jalan, pematang sawah ataupun di ladang yang agak basah. Tanaman ini berasal dari daerah Asia tropik, tersebar di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, India, Tiongkok, Jepang, dan Australia kemudian menyebar ke berbagai negara-negara lain (Winarto dan Surbakti, 2003). Klasifikasi Tanaman Kingdom
: Plantae
Divisio
: Spermathophyta
Subdivision
: Angiospermae
13
Class
: Dicotyledonae
Ordo
: Umbilales
Family
: Umbilaferae (Apiaceaea)
Genus
: Centella
Species
: Centella asiatica (L) Urban
Pegagan merupakan tumbuhan terna atau herba tahunan tanpa batang, tetapi dengan rimpang pendek dan stolon-stolon yang melata dengan tinggi 10-80 cm. Daunnya tunggal yang tersusun dalam roset yang terdiri atas 2 sampai 10 daun (Handra, 2004). Daun pegagan berwarna hijau, berbentuk seperti kipas, buah pinggang, atau ginjal; berdiameter 1-7 cm; permukaan dan kadang-kadang berambut; tulangnya berpusat di pangkal dan tersebar ke ujung (Winarto dan Surbakti, 2003). Menurut Winarto dan Surbakti (2003), bunga pegagan sangat kecil, bentuknya lonjong, cekung, dan runcing ke ujung. Jumlah tangkai bunga antara 1-5 tangkai dengan ukuran sangat pendek, keluar dari ketiak daun, tersusun dalam kerangka seperti payung, berwarna putih sampai merah muda atau agak kemerahan. Kelopak bunga tidak bercuping serta tajuk bunga berbentuk bulat telur dan meruncing ke bagian ujung. Buah pegagan juga berukuran kecil, panjangnya 2-2,5 mm dan lebar 7 mm, berbentuk lonjong atau pipih, menggantung, baunya wangi, rasanya pahit, berdinding agak tebal, berkulit keras, berlekuk dua, berusuk jelas, dan berwarna kuning. 2.3.2 Kandungan Herba Pegagan Menurut Winarto dan Surbakti (2003), pegagan memiliki kandungan zat kimia yang bermanfat bagi manusia. Berbagai kandungan zat kimia yang
14
sudah diketahui antara lain asiaticoside, thankunside, isothankunside, madecassoside, brahmaside, brahmic acid, modasiatic acid, meso-inosetol, centellose, carotenoids, vellarine, garam K, Na, Ca, Fe, tanin, musilago, resin, pektin, gula, protein, fosfor, vitamin B, vitamin C, dan sedikit minyak atsiri. Selain kandungan zat kimia yang beragam, menurut Pramono (1992), pegagan juga memiliki kandungan nutrisi yang cukup banyak. Tabel 2.1 Komposisi kimia pegagan dalam 100 gram
2.3.3 Manfaat Herba Pegagan Menurut Winarto dan Surbakti (2003), sifat dan manfaat pegagan diantaranya pegagan bersifat menyejukkan atau mendinginkan, rasanya tajam, pahit, dan sedikit manis. Sedangkan manfaatnya antara lain merevitalisasi tubuh dan pembuluh darah serta mampu memperkuat struktur jaringan tubuh; sebagai tonik otak, yaitu memperlancar darah ke otak, meningkatkan kerja
15
otak, dan mempertajam ingatan; berkhasiat untuk memudahkan proses pencernaan dan sebagai pencahar; menenangkan saraf, mempermudah timbulnya rasa kantuk bagi penderita sulit tidur; memperbanyak sel-sel darah merah, serta menyembuhkan gangguan ringan di hati dan limpa yang membengkak. Selain efek farmakologis di atas, Winarto dan Surbakti (2003) juga menambahkan manfaat lain pegagan antara lain sebagai anti infeksi, anti racun, penurun panas, peluruh air seni (diuretikum), anti lepra, dan anti sifilis yang berasal dari kandungan triterpenoid, yaitu asiaticoside dan vellarine. selain itu, daun pegagan dapat digunakan sebagai tonikum untuk menambah energi dan meningkatkan stamina. Menurut Handra (2004), pegagan yang juga dikenal dengan nama Asiatic pennywort dan Indian pennywort ini sudah banyak digunakan di Asia Tenggara, India, dan China semenjak zaman pra sejarah untuk berbagai macam penyakit. Di China, tumbuhan ini digunakan sebagai tonikum dan pengobatan lepra. Dengan karakternya yang dingin, tumbuhan ini digunakan sebagai anti infeksi, anti toksik, antipiretik, dan diuretik. Dalam sistem pengobatan ayurvedic di India, pegagan dibuat dalam bentuk sirup tanpa alkohol untuk pengobatan epilepsi, di Thailand, digunakan sebagai tonikum dan obat diare, di Sri Lanka, tumbuhan ini banyak dimanfaatkan untuk meningkatkan pengeluaran air susu, sedangkan di Vietnam digunakan untuk mengatasi lemah badan karena usia lanjut, di Indonesia sendiri, tumbuhan ini digunakan untuk menyembuhkan luka, sakit perut, obat cacing, dan kencing batu. Pegagan juga digunakan sebagai obat
16
demam, pembersih darah, hemoroid, batuk kering, dan penyakit anak-anak hidung berdarah, serta digunakan untuk mengobati kusta dan sipilis. Kandungan asiatikosida pegagan menurut Winarto dan Surbakti (2003) mampu menghambat kerja radikal bebas dalam tubuh yang dapat menimbulkan berbagai penyakit. Kemampuan untuk menghambat dan melawan kerja radikal bebas ini disebut anti radikal bebas. 2.4 Ekstraksi 2.4.1 Definisi Ekstraksi adalah metode pemisahan dimana komponen-komponen terlarut dari suatu campuran dipisahkan dari komponen yang tidak larutdengan
pelarut
yang
sesuai.
Metode
paling
sederhana
untuk
mengekstraksi padatan adalah mencampurkan seluruh bahan dengan pelarut lalu memisahkan larutan dengan padatan tidak terlarut (Harborne, 1987). Menurut Brown dalam Oktaviany (2002), ekstraksi dapat dilakukan secara fisik dan kimia. Ekstraksi secara fisik dapat dilakukan dengan pengempaan atau pengepresan, sedangkan ekstraksi secara kimia dapat dilakukan dengan perlakuan panas (hot extraction) dan penggunaan pelarut. Ekstraksi yang diguakan dalam penelitian ini adalah ekstraksi infundasi. 2.4.2 Ekstraksi metode Infundasi Infundasi adalah proses penyarian yang umumnya dilakukan untuk menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati. Proses ini dilakukan pada suhu 900C selama 15 menit. Penyarian dengan metode ini menghasilkan sari atau ekstrak yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan kapang. Oleh sebab itu, sari yang diperoleh dengan cara ini tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam. (Ditjen POM, 2000).
17
2.5 Anti Radikal Bebas 2.5.1 Pengertian dan Mekanisme Anti Radikal Bebas Anti Radikal Bebas dan Mekanisme Antioksidasi Menurut Schuler (1990), anti radikal bebas adalah zat yang mampu memperlambat atau mencegah terjadinya proses oksidasi. Begitu pula disebutkan dalam http://www.kompas.com/ (2003), anti radikal bebas merupakan zat yang anti terhadap zat lain yang bekerja sebagai oksidan. Zat lain itu populer disebut radikal bebas atau reactive oxygen species (ROS), yaitu suatu molekul oksigen dengan atom yang pada orbit terluarnya memiliki elektron yang tidak berpasangan. Karena kehilangan pasangannya itu, molekul lalu menjadi tidak stabil, liar, dan radikal. Radikal bebas tersebut menurut Karyadi (1997) muncul disebabkan karena berbagai proses kimia kompleks dalam tubuh, berupa hasil sampingan dari proses oksidasi (pembakaran) sel yang berlangsung pada waktu bernafas, metabolisme sel, olahraga yang berlebihan, peradangan atau ketika tubuh terpapar polusi lingkungan seperti asap kendaraan bermotor, asap rokok, bahan pencemar, dan radiasi matahari.
18
Anti radikal bebas merupakan senyawa yang mempunyai struktur molekul yang dapat memberikan elektronnya kepada molekul radikal bebas dan dapat memutus reaksi berantai dari radikal bebas (Kumalaningsih, 2006). anti radikal bebas atau reduktor berfungsi untuk mencegah terjadinya oksidasi atau
menetralkan
senyawa
yang
telah
teroksidasi
menyumbangkan hidrogen dan atau elektron (Silalahi, 2006).
dengan
cara
19
Menurut
Kumalaningsih
(2006),
anti
radikal
bebas
tubuh
dikelompokkan menjadi 3 yakni: 1. Anti radikal bebas primer yang berfungsi untuk mencegah pembentuk senyawa radikal baru karena dapat merubah radikal bebas yang ada menjadi molekul Universitas Sumatera Utara yang berkurang dampak negatifnya, sebelum radikal bebas ini sempat bereaksi. Contohnya adalah enzim superoksida dismutase (SOD) yang berfungsi sebagai pelindung hancurnya sel-sel dalam tubuh karena radikal bebas. 2. Anti radikal bebas sekunder merupakan senyawa yang berfungsi menangkap senyawa serta mencegah terjadinya reaksi berantai. Contohnya adalah vitamin E, vitamin C, dan betakaroten yang dapat diperoleh dari buah-buahan. 3. Anti radikal bebas tersier merupakan senyawa yang memperbaiki kerusakan sel-sel dan jaringan yang disebabkan karena radikal bebas. Contohnya enzim metionin sulfoksidan reduktase untuk memperbaiki DNA pada inti sel. 2.5.2 Sumber Anti Radikal Bebas Anti radikal bebas berdasarkan sumbernya dibagi kedalam dua kelompok, yaitu anti radikal bebas sintetik (anti radikal bebas yang diperoleh dari hasil sintesis reaksi kimia) dan anti radikal bebas alami (anti radikal bebas hasil ekstraksi bahan alami tanpa ada penambahan senyawa kimia) (Kuncahyo dan Sunardi 2007).
20
2.5.2.1 Anti Radikal Bebas sintetik Anti
radikal
bebas
sintetik
sudah
banyak
digunakan
untuk
menggantikan anti radikal bebas alami, karena sifatnya yang mudah dicari dan mudah didapatkan. Anti radikal bebas sintetik yang banyak digunakan adalah senyawa-senyawa fenol yang biasanya agak beracun dan memiliki efek samping (Siagian 2002). Penggunaan anti radikal bebas ntioksidan ini harus memenuhi beberapa syarat, yaitu tidak berbahaya bagi kesehatan, tidak menimbulkan warna yang tidak diinginkan, penggunaannya efektif dalam konsentrasi rendah (0,01- 0,02 %), dapat terkonsentrasi pada permukaan atau lapisan lemak (lipofilik), mudah didapat, ekonomis, serta dapat bertahan dalam kondisi pengolahan pangan pada umumnya (Belitz et al. 2009) Empat macam anti radikal bebas yang sering digunakan dalam produk makanan adalah butylated hydroxyanisole (BHA), butylated hydroxytoluene (BHT), propylgallate (PG), dan nordihidro guaiaretic acid (NDGA) (Siagian 2002), tertbutilated hydroxyquinon (TBHQ) dan tokoferol (Winarno 2008). Anti radikal bebas tersebut merupakan anti radikal bebas alami yang telah diproduksi secara sintetis untuk tujuan komersial. 2.5.2.2
Anti radikal bebas anti radikal bebas alami
Anti radikal bebas alami umumnya mempunyai gugus hidroksi dalam struktur molekulnya. Anti radikal bebas alami mampu melindungi tubuh terhadap kerusakan yang disebabkan karena spesies oksigen reaktif, mampu menghambat terjadinya penyakit degeneratif serta mampu menghambat peroksidase lipid pada makanan. Meningkatnya minat untuk mendapatkan
21
anti radikal bebas alami terjadi beberapa tahun terakhir ini (Kumalaningsih 2006). Anti radikal bebas alami banyak ditemukan pada tumbuh-tumbuhan, baik dalam buah maupun sayuran. Anti radikal bebas alami dalam buah dan sayuran berfungsi untuk mencegah terbentuknya radikal bebas di dalam tubuh, mengikat logam yang terlibat dalam reaksi radikal bebas, dan memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak (Simamora 2011). Kebanyakan senyawa anti radikal bebas yang diisolasi dari sumber alami berasal dari tumbuhan. Senyawa anti radikal bebas alami umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa golongan flavonoid, turunan asam sinamat, kumarin, tokoferol, dan asam-asam organik polifungsional (Pratt dan Hudson 1990). Radikal bebas Radikal bebas adalah suatu molekul yang memiliki satu atau lebih elektron tidak berpasangan. Suatu radikal bebas dapat bermuatan positif atau negatif, maka sangat reaktif karena adanya elektron tidak berpasangan. Sumber radikal bebas dapat berasal dari dalam tubuh kita sendiri (endogen) yang terbentuk sebagai sisa proses metabolisme (proses pembakaran), protein, karbohidrat, dan lemak yang kita konsumsi. Radikal bebas dapat pula diperoleh luar tubuh (eksogen) yang berasal dari polusi udara, asap kendaraan, berbagai bahan kimia.
22
Struktur Radikal Bebas
Flavonoid Flavonoid termasuk senyawa fenolik alam yang bermanfaat sebagai anti radikal bebas. Zat warna yang terdapat dalam tumbuh - tumbuhan seperti zat warna merah, ungu, biru, kuning, dan hijau tergolong senyawa flavonoid. Flavonoid dalam tubuh manusia berfungsi sebagai antioksidan sehingga sangat baik untuk pencegahan kanker. Flavonoid mengandung sistem aromatik yang terkonjugasi. Kebanyakan senyawa terkonjugasi pada umumnya berwarna cerah sehingga menunjukkan pita serapan yang kuat pada daerah spektrum sinar ultraviolet dan spektrum sinar tampak.
Rumus struktur flavonoid Flavonoid mudah mengalami perusakan karena panas, kerja enzim dan pH. (Miryanti dkk, 2011) Vitamin C
23
Vitamin C atau asam askorbat merupakan vitamin dengan berat molekul 178 dan rumus molekul C6O8H8 dalam bentuk kristal tak berwarna, titik cair 190192 ˚C, bersifat larut dalam air dan sedikit larut dalam aseton atau alkohol yang mempunyai berat molekul rendah. Vitamin C sukar larut dalam chloroform, eter, dan benzene. Asam askorbat adalah vitamin yang dapat larut dalam air. Keuntungan di bidang kesehatan yang didapat dari fungsi askorbat, yaitu sebagai antioksidan (Naidu, 2003).
Rumus struktur vitamin C
2.6 Metode DPPH Pada tahun 1922, ditemukan senyawa berwarna ungu radikal bebas stabil DPPH, yang sekarang digunakan sebagai reagen kolorimetri. DPPH sangat berguna dalam berbagai penyelidikan seperti inhibisi atau radikal polimerisasi, metode DPkimia, penentuan sifat anti radikal bebas amina, fenol atau senyawa alami (vitamin, ekstrak tumbuh-tumbuhan, obat-obatan). DPPH berwarna sangat ungu seperti KMnO4 dan bentuk tereduksinya berwarna oranye-kuning (Ionita, 2005).
24
Gambar 2. Rumus Bangun DPPH Metode DPPH adalah sebuah metode yang sederhana yang dapat digunakan untuk menguji kemampuan anti radikal bebas yang terkandung dalam makanan. Metode DPPH dapat digunakan untuk sampel yang padat dan juga dalam bentuk larutan. Prinsipnya dimana elektron ganjil pada molekul DPPH memberikan serapan maksimum pada panjang gelombang 517 nm yang berwarna ungu. Warna ini akan berubah dari ungu menjadi kuning lemah apabila elektron ganjil tersebut berpasangan dengan atom hidrogen yang disumbangkan
senyawa
anti
radikal
bebas.(Prakash,
2001).
Berikut
merupakan mekanisme penghambatan radikal bebas.
Parameter yang dipakai untuk menunjukan aktivitas anti radikal bebas adalah harga konsentrasi efisien atau efficient concentration (EC50) atau Inhibitory Concentration (IC50) yaitu konsentrasi suatu zat anti radikal bebas yang dapat menyebabkan 50% DPPH kehilangan karakter radikal atau konsentrasi suatu zat anti radikal bebas yang memberikan persen peredaman
25
sebesar 50%. Zat yang mempunyai aktivitas anti radikal bebas tinggi, akan mempunyai harga EC50 atau IC50 yang rendah (Molyneux, 2004).
2.7 Spektrofotometri 2.7.1 Pengertian Spektrofotometri Menurut Cairns (2009), spektrofotometer adalah alat untuk mengukur absorbansi suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Tiap media akan menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu tergantung pada senyawaan atau warna terbentuk. Spektrofotometri Uv-Vis Prinsip kerja spektrofotometer Uv-Vis adalah dimana sinar atau cahaya dilewatkan melewati sebuah wadah (kuvet) yang berisi larutan, dimana akan menghasilkan spektrum. Alat ini menggunakan hukum Lambert Beer sebagai acuan (Ewing, 1975). Panjang gelombang untuk sinar tampak atau Uv-Vis antara 400-750 nm (Rohman, 2007). Spektrofotometri Uv-Vis merupakan salah satu teknik analisis spektroskopi yang memakai sumber radiasi sinar tampak (380-780) dengan memakai instrumen spektrofotometer
(Mulja dan Suharman, 1995:26).
Spektrofotometri Uv-Vis melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga spektrofotometri Uv-Vis lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif ketimbang kualitatif (Mulja dan Suharman, 1995:26). Spektrofotometer terdiri atas spektrometer dan fotometer. Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya
26
yang ditranmisikan atau yang diabsorpsi. Spektrofotometer tersusun atas sumber spektrum yang kontinyu, monokromator, sel pengabsorpsi untuk larutan sampel atau blangko dan suatu alat untuk mengukur pebedaan absorpsi antara sampel dan blangko ataupun pembanding (Khopkar, 1990: 216). 2.7.2 Instrumen Spektrofotometri Alat-alat instrumentasi spektrofotometer Uv-Vis terdiri dari : 1. Sistem Optik Pada umumnya konfigurasi dasar setiap spektrofotometer Uv-Vis berupa susunan peralatan optik yang terkonstruksi sebagai berikut : VD
A
D
SK
M
SR
Keterangan : SR
= Sumber radiasi
M
= monokromator
SK
= Sampel Kompartemen
D
= Detektor
A
= amplifier atau penguat
VD
= Visual Display atau meter
Setiap bagian peralatan optik dari spektrofotometer Uv-Vis memegang fungsi dan peranan tersendiri yang saling terkait fungsi peranannya. Setiap fungsi dan peranan tiap bagian dituntut ketelitian dan ketetapan yang optimal, sehingga akan diperoleh hasil pengukuran yang tinggi tingkat ketelitian dan ketetapannya. Dilihat dari segi spektrofotometer dapat digolongkan tiga macam yaitu :
27
1. Sistem optik radiasi berkas tunggal (single beam) 2. Sistem optik radiasi berkas ganda (double beam) 3. Sistem optik radiasi berkas terpisah (spliter beam) Pertama kali spektrofotometer Uv-Vis yang diperkenalkan untuk analisis adalah spektrofotometer Uv-Vis dengan sistem optik radiasi berkas tunggal (single beam). Kemudian dengan kemajuan elektronika mulai dipopulerkan spektrofotometer Uv-Vis radiasi berkas ganda (double beam), dengan asumsi mengambil suatu keuntungan tidak terpengaruh penurunan intensitas radiasi berkas ganda adalah : tidak mungkin kedua kuvet yang dipakai adalah betul-betul identik, dan lagi intensitas radiasi yang menuju kedua kuvet juga tidak mungkin betul-betul sama. Oleh karena itu pada era terakhir ini sistem optik spektrofotometer Uv-Vis cenderung pengukurannya lebih baik dari sistem optik radiasi berkas ganda.
Sedangkan sistem optik radiasi berkas terpisah (spliter
beam) pada prinsipnya adalah rumit sehingga memungkinkan terjadinya penurunan intensitas radiasi setelah melalui rangkaian sistem optik yang rumit dan panjang. 2. Sumber Radiasi Sumber tenaga radiasi yang stabil yang biasa digunakan adalah lampu wolfram. 3. Monokromator Monokromator berfungsi untuk mendapatkan radiasi monokromatis dari sumber radiasi polikromatis. Monokromator pada spektrofotomreter Uv-
28
Vis biasanya terdiri dari susunan : celah (slot) masuk-filter-prismakisi(grating)-celah keluar. 4. Sel dan Kuvet Kuvet atau sel merupakan wadah sampel yang akan dianalisis. Ditinjau dari pemakaiannya kuvet ada dua macam yang permanen terbuat dari bahan gelas leburan silika atau kuvet disposable untuk satu kali pemakaian yang terbuat dari teflon atau plastik. Dianjurkan setiap kali memakai kuvet selalu dibersihkan dengan alkohol absolut atau direndam didalamnya. Membersihkan permukaan kuvet yang basah harus dipakai kertas lensa yag bagus jangan sekali-kali memegang permukaan kuvet yang transparan. 5. Detektor Detektor merupakan salah satu bagian dari spektrofotometer Uv-Vis yang penting oleh sebab itu kualitas detector akan menentukan kualitas spektrofotometer Uv-Vis. Fungsi detektor akan menentukan kualitas spektrofotometer Uv-Vis. Fungsi detektor didalam spektrofotometer adalah mengubah sinyal radiasi yang diterima menjadi sinyal elektronik.
2.8 Kerangka Teori Dalam penelitian ini setelah didapatkan bahan yang akan diuji, selanjutnya dilakukan preparasi sampel dengan cara dilakukan ekstraksi menggunakan metode maserasi. Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi karena sifat senyawa yang bersifat anti radikal bebas tidak tahan terhadap pemanasan Pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi yaitu
29
pelarut metanol. Pemilihan pelarut ini dikarenakan metanol lebih efektif mengekstrak senyawa anti radikal bebas. Sedangkan pengujian pada produk preparasi sampel dilakukan dengan cara menyiapkan produk minuman kemasan sebanyak 3 cup. Setelah diperoleh ekstrak dan produk kemasan minuman dalam cup selanjutnya direaksikan dengan pereagen DPPH dan dilakukan proses peredaman selama 30 menit. Dilakukan proses peredaman bertujuan untuk mendapatkan hasil anti radikal bebas yang maksimal. Hal ini dikarenakan pada menit ke 30 sampel yang mengandung senyawa anti radikal bebas telah bereaksi dengan radikal DPPH dan reaksi cenderung stabil. (Suhartono, 2007). Setelah dilakukan proses peredaman, selanjutnya dilakukan pengujian aktivitas anti radikal bebas menggunakan metode DPPH secara spektrofotometri visibel. Pengujian anti radikal bebas menggunakan metode DPPH diperoleh data yang selanjutnya diolah menggunakan rumus % peredaman (IC50). IC50 merupakan konsentrasi suatu zat anti radikal bebas yang dapat menyebabkan 50% DPPH kehilangan karakter radikal bebas. Zat yang mempunyai aktivitas anti radikal bebas yang tinggi akan mempunyai harga IC50 pada dosis yang rendah. Dalam sebuah penelitian menyebutkan kandungan asiatikosida pegagan menurut Winarto dan Surbakti (2003) mampu menghambat kerja radikal bebas dalam tubuh yang dapat menimbulkan berbagai penyakit. Kemampuan untuk menghambat dan melawan kerja radikal bebas ini disebut anti radikal bebas. Bunga Rosella kaya akan vitamin C dan beta
30
karoten. Kandungan vitaminnya 3 kali lipat dari anggur hitam, 9 kali lipat dari jeruk sitrus, 10 kali lipat dari buah belimbing, beta Caroten (Widyanto dan Nelistya, 2008). Anti radikal bebas yang dimiliki dalam bunga rosela yaitu vitamin C, beta karoten dan antosianin yang dapat berfungsi sebagai penangkal radikal bebas.
2.9 Hipotesis Penelitian Berdasarkan pada kerangka teori yang ada dapat diajukan hipotesis bahwa produk minuman GanSella Herbal Tea dapat berfungsi sebagai anti radikal bebas.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan menguji anti radikal bebas dari produk minuman GanSella Herbal Tea yang diproduksi oleh unit PMW Akafarma Putra Indonesia Malang. 3.1.1 Tahap persiapan Pada tahap persiapan penelitian harus menyiapkan segala sesuatu yang akan dibutuhkan selama proses penelitian. Tahap persiapan ini meliputi persiapan alat, persiapan bahan serta prosedur yang digunakan. 3.1.2 Tahap pelaksanaan 3.1.2.1
Pengujian anti radikal bebas Pada tahap pengujian anti radikal bebas dilakukan dengan
menggunakan metode DPPH. Metode tersebut dilakukan dengan pengamatan terhadap penangkapan radikal bebas (DPPH) dengan mengamati penurunan absorbansi secara spektrofotometri Uv-Vis 3.1.3 Tahap akhir Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data selama proses penelitian, menganalisis data yang diperoleh, dan menyimpulkannya.
29
30
3.2 Populasi dan sampel 3.2.1 Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah ekstrak (pegagan + bunga rosella) dan produk minuman GanSella Herbal Tea dalam kemasan cup yang diproduksi oleh unit PMW Akafarma Malang. 3.2.2 Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah senyawa anti radikal bebas dari ekstrak (pegagan + rosella) dan produk minuman yang diambil menggunakan acak sederhana untuk di uji dengan cara membuat penomoran angka pada kertas dan dilipat yang kemudian diambil secara acak.
3.3 Lokasi dan waktu 3.3.1 Lokasi penelitian Pada proses pengujian anti radikal bebas radikal bebas produk “GanSella Herbal Tea” dilakukan di Laboratorium Farmakognosi Akademi Analis Farmasi dan Makanan Putra Indonesia Malang. 3.3.2 Waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai dari penyusunan proposal yaitu bulan januari 2014 sampai bulan juni 2014.
31
3.4 Definisi operasional variabel 3.4.1 Variabel Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah anti radikal bebas. Tabel 3.1 Definisi operasional variabel Variabel
Definisi operasional
Hasil ukur
Skala ukur
Alat ukur
Aktivitas
Parameter yang
%
Nominal
Spektrofotometri
anti radikal
menunjukkan seberapa
peredaman
bebas
besar senyawa tersebut
Uv-Vis
sebagai penangkap radikal bebas (DPPH) Aktivitas
Parameter yang
%
Produk
menunjukkan seberapa
peredaman
GanSella
besar produk tersebut
Herbal Tea
sebagai penangkap radikal
Nominal
Spektrofotometri Uv-Vis
bebas (DPPH)
3.5 Alat penelitian Instrumen penelitian merupakan semua alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini. Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Alat: 1. Beaker glass
5. Gelas ukur
2. Corong gelas
6. Bola hisap
3. Labu ukur
7. Pipet volum
4. Pipet tetes
8. Termometer
32
9. Kertas saring 10. Batang pengaduk 11. kuvet 12. Spektrofotometri Uv-Vis
Bahan : 1. Simplisia pegagan dan bunga rosella 2. Produk teh herbal kemasan cup 3. Etanol 96 % 4. Vitamin C 5. Kertas lensa 6. Reagen
1,1-diphenyl-1-
picrylhydrazyl (DPPH) 7. Aquades 8. Alumunium foil
3.6 Pengumpulan data 3.6.1
Pembuatan reagen DPPH 1
Serbuk DPPH ditimbang sebanyak 0,02 g DPPH
2
Dilarutkan dengan etanol di dalam labu sampai 500 ml sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 0,004 %.
3.6.2
Penentuan panjang gelombang serapan maksimum DPPH 1
Pipet sebanyak 5 ml larutan DPPH 0,004 %
2
Dibiarkan selama 30 menit pada suhu kamar kemudian dilihat serapan larutan DPPH
3
Diukur dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 400-800 nm
3.6.3
Pemeriksaan aktivitas anti radikal bebas 1. Dipipet sampel sebanyak 4 ml 2. Dilarutkan dengan etanol dalam erlemeyer, sampai larut 3. Masukan dalam labu ukur 100 ml dengan etanol sampai tanda batas (Pengenceran 1) 4. Ambil 10 ml sampai dengan etanol dalam labu 100 ml (Pengenceran 2) 5. Ambil 10 ml sampai dengan etanol dalam labu 100 ml (Pengenceran 3) 6. diencerkan lagi dengan menambahkan etanol hingga diperoleh sampel dengan konsentrasi (16, 24, 32, 48, 100 ppm) 7. Pipet 0,1 ml larutan sampel pada masing-masing konsentrasi masukkan dalam labu ukur 10 ml
35
8. Ditambahkan 2 ml larutan DPPH 0,004 %, pada masing-masing konsentrasi. 9. Tambahkan etanol sampai tanda batas, pada masing-masing konsentrasi. Campuran dihomogenkan 10. Di diamkan pada suhu ruangan selama 30 menit pada masing-masing konsentrasi. Serapan diukur dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 540 nm. 11. Sebagai pembanding asam akorbat dengan perlakuan sama dengan sampel uji.
3.7 Analisis data Analisis data dalam penelitian ini dilakukan untuk menentukan IC50 dalam berbagai konsentrasi (16 ppm, 24 ppm, 32 ppm, 48 pmm, 100 ppm). Setelah itu dapat digambarkan dengan grafik yang sesuai dengan konsentrasi dan nilai absorbansi, serta menghasilkan % peredaman dari masing-masing konsentrasi. Hasil aktivitas anti radikal bebas dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : % Peredaman =
𝑎𝑏𝑠 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙−𝑎𝑏𝑠 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑎𝑏𝑠 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙
x 100 %
IC50 dihitung dari kurva regresi linier yang didapatkan dari hubungan antara konsentrasi pada berbagai konsentasi dengan % peredaman. Nilai IC50 menggambarkan besarnya konsentrasi ekstrak yang diuji dapat menangkal radikal bebas sebesar 50%.
36
BAB IV HASIL PENELITIAN
Berdasarkan penelitian yang dilakukan tentang pengujian aktivitas anti radikal bebas terhadap produk minuman GanSella Herbal Tea diperoleh data sebagai berikut: 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1. Determinasi Tanaman Tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah bunga rosela (Hibiscus Sabdariffa L.) dan pegagan (Centellae Herba) yang dilakukan determinasi di UPT Balai Materia Medika Batu kota Batu, data terlampir. 4.1.2. Hasil Uji Organoleptis Hasil uji organoleptis dari bunga rosela dan herba pegagan dalam penelitian ini sebagai berikut : Tabel 4.1 Uji Organoleptis dari Bunga Rosela Organoleptis
Hasil Pengamtan
Bunga Rosela Bentuk a. Daun tunggal, bulat telur, ujung
a. Daun
tumpul, tepi beringgit.
b. Bunga
b. Bunga tunggal Warna
Merah
37
36
Tabel 4.2 Uji Organoleptis dari Herba Pegagan Organoleptis
Hasil Pengamatan
Herba Pegagan Bentuk a. Daun
a. Daun tunggal, bertangkai
b. Bunga
panjang, berbentuk ginjal. b. Bunga berwarna putih atau
Warna
merah muda. Hijau
4.1.3. Hasil Uji Organoleptis Setelah Ekstraksi Hasil uji organolepis setelah ekstraksi dalam penelitian ini sebagai berikut: Tabel 4.3 Uji Organoleptis Hasil Ekstraksi Organoleptis
Hasil pengamatan
Bentuk
Cair
Warna
Merah pekat
Rasa
Asam
Bau
Khas
37
4.1.4. Hasil Penentuan Serapan Maksimum Hasil Penentuan Serapan Maksimum dalam penelitian ini sebagai berikut : Tabel 4.4 Penentuan Serapan Maksimum nm ()
Absorbansi
500 nm
0.031
510 nm
0.118
520 nm
0.209
530 nm
0.259
540 nm
0.285
550 nm
0.276
560 nm
0.238
570 nm
0.196
580 nm
0.148
590 nm
0.118
Dari hasil pengukuran serapan maksimum larutan DPPH 0,004% dalam etanol 96 % dengan menggunakan spektrofotometer Uv-Vis diperoleh serapan maksimum pada panjang gelombang 540 nm.
38
4.1.5
Pengujian Aktivitas Anti Radikal Bebas Kontrol Positif (Vitamin C)
Hasil peredaman aktivitas anti radikal bebas kontrol positif dalam penelitian ini sebagai berikut : Tabel 4.5 Hasil Peredaman Anti Radikal Bebas Kontrol Positif No.
Waktu
Konsentrasi
% peredaman
1
16 ppm
49.47
2
24 ppm
65.62
32 ppm
71.23
4
48 ppm
80.35
5
100 ppm
108.07
3
30 menit
IC50
4.39
Grafik peredaman aktivitas anti radikal bebas sampel ekstrak dalam penelitian ini sebagai berikut : Gambar 4.1 Hasil Peredaman Anti Radikal Bebas Kontrol Positif
Kontrol Positif (Vitamin C) 120 R² = 0.9468
% peredaman
100 80 60
% peredaman
40
Linear (% peredaman )
20
y = 0.6297x + 47.242
0 0
20
40
60
80
100
120
Konsentrasi (ppm) Dari persamaan regresi linier diatas, garis X menunjukkan konsentrasi yang digunakan dalam analisis kontrol positif, sedangkan garis Y
39
menunjukkan % peredaman anti radikal bebas. Kontrol positif memiliki aktivitas anti radikal yang sangat kuat karena memiliki nilai IC50 < 50 4.1.6 Hasil Peredaman aktivitas Anti Radikal Bebas Sampel Ekstrak (Pegagan + Bunga Rosela) Hasil peredaman aktivitas anti radikal bebas sampel ekstrak dalam penelitian ini sebagai berikut : Tabel 4.6 Hasil Peredaman Aktivitas Anti Radikal Bebas Sampel Ekstrak No.
Waktu
Konsentrasi
% peredaman
1
16 ppm
31,58
2
24 ppm
32.98
32 ppm
35.79
4
48 ppm
41.4
5
100 ppm
64,56
3
30 menit
IC50
65,76
Grafik peredaman aktivitas anti radikal bebas sampel ekstrak dalam penelitian ini sebagai berikut : Gambar 4.2 Aktivitas Anti Radikal Bebas Sampel Ekstrak
Aktivitas Anti Radikal Bebas Ekstrak (Pegagan + Bunga Rosela)
% Peredaman
70 60 50 30
y = 0.403x + 23.50 R² = 0.99 R = 0,99
20
% peredaman
10
Linear (% peredaman)
40
0 0
20
40
60
80
100
Konsentrasi (ppm)
120
40
Dari persamaan regresi linier diatas, garis X menunjukkan konsentrasi yang digunakan dalam analisis sampel, sedangkan garis Y menunjukkan % peredaman anti radikal bebas. Ekstrak (pegagan + bunga rosela) memiliki aktivitas anti radikal bebas yang kuat karena memiliki nilai IC50 65,76.
Hasil Peredaman Aktivitas Anti Radikal Bebas Sampel Produk Minuman Teh Hasil peredaman aktivitas anti radikal bebas sampel produk minuman teh dalam penelitian ini sebagai berikut : Tabel 4.7 Hasil Peredaman Aktivitas Anti Radikal Bebas Sampel Produk Minuman Teh
No.
Waktu
Konsentrasi
% peredaman
1
16 ppm
21,40
2
24 ppm
23,86
32 ppm
32.98
48 ppm
35.79
100 ppm
55.78
3 4 5
30 menit
IC50
84.18
41
Grafik hasil peredaman aktivitas anti radikal bebas sampel produk minuman teh dalam penelitian ini sebagai berikut : Gambar 4.3 Hasil Peredaman Aktivitas Anti Radikal Bebas Sampel Produk Minuman Teh
% peredaman
Sampel Produk Minuman 60 50 40 30 20 10 0
y = 0.4006x + 16.336 R² = 0.971 R = 0,98 % peredaman 0
50
100
150
Linear (% peredaman)
konsentrasi (ppm)
Dari persamaan regresi linier diatas, garis X menunjukkan konsentrasi yang digunakan dalam analisis sampel, sedangkan garis Y menunjukkan % peredaman anti radikal bebas. Produk minuman teh GanSela Herbal Tea memiliki aktivitas anti radikal bebas yang kuat karena memiliki nilai IC50 sebesar 84.18.
43
BAB V PEMBAHASAN
5.1
Pembahasan
5.1.1
Hasil Ekstraksi Ekstraksi yang digunakan yaitu metode infundasi menggunakan pelarut air sebanyak 100 ml. Bahan baku simplisia bunga rosela dan pegagan menggunakkan perbandingan (1 % : 2 % dari pelarut). Setelah melakukan ekstraksi menggunakan metode infundasi dilanjutkan proses penyaringan untuk mendapatkan filtrat yang akan digunakan sebagai sampel pengujian anti radikal bebas. Filtrat yang diperoleh setelah penyaringan sebanyak 80 %.
5.1.2
Hasil Penentuan Serapan Maksimum Dari hasil pengukuran serapan maksimum larutan DPPH 0,004% dalam etanol 96 % dengan menggunakan spektrofotometer Uv-Vis diperoleh serapan maksimum pada panjang gelombang 540 nm. Panjang gelombang 540 nm dikatakan maksimum karena pada panjang gelombang tersebut dapat memberikan serapan yang maksimum dari larutan DPPH.
5.1.3
Hasil Peredaman Aktivitas Anti Radikal Bebas DPPH Pengujian peredaman aktivitas anti radikal bebas DPPH dilakukan terhadap ekstrak (pegagan dan bunga rosela). Metode yang digunakan adalah metode DPPH dengan prinsip apabila DPPH direaksikan dengan senyawa peredam radikal bebas maka DPPH dapat berubah warna menjadi
44
pudar atau kuning. DPPH merupakan radikal yang stabil dan dapat diukur intensitasnya pada panjang gelombang 540 nm. 5.1.4
Sampel Ekstrak dan Sampel Produk Pada tabel 4.6 dan 4.7 terlihat bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak maka semakin tinggi % peredaman yang dihasilkan. Akan tetapi dari tabel 4.6 juga terlihat bahwa penambahan konsenrasi ekstrak menjadi dua kalinya, tidak menyebabkan % peredaman radikal bebas DPPH yang dihasilkan bertambah menjadi dua kalinya juga. Hal ini disebabkan karena ketidakstabilan anti radikal bebas yang terdapat dalam ekstrak. Ketidaksabilan
anti
radikal
bebas
tersebut
dikarenakan
mudah
teroksidasinya anti radikal bebas oleh lingkungan luar. Sehingga menurunkan aktivitasnya di dalam meredam radikal bebas. Hubungan antara % peredaman dan konsentrasi didapatkan persamaan linier dan nilai R.Nilai R menunjukkan kualitas data yang didapatkan. Nilai R yang baik yaitu mendekati satu. Persamaan linier yang didapatkan dari grafik hubungan daru % peredaman dan konsentrasi digunakan untuk mencari IC50 dari sampel. Sehingga dapat diketahui aktivitas anti radikal bebasnya. Ekstrak (pegagan + bunga rosela) pada tabel 4.6 memiliki aktivitas anti radikal bebas yang kuat karena memiliki nilai IC50 = 50 - 100). Nilai IC50 yang terdapat pada sampel ekstrak yaitu 65,76, produk minuman teh GanSela Herbal Tea pada tabel 4.6 memiliki aktivitas anti radikal bebas yang kuat karena memiliki nilai % peredaman sekitar 50 % - 100 %. Nilai IC50 yang terdapat pada sampel produk minuman yaitu 84.18.
45
Pada pengujian vitamin C sebagai kontrol positif menunjukkan aktivitas anti radikal bebas yang sangat kuat karena memiliki nilai % peredaman antara < 50. Aktivitas anti radikal bebas kontrol positif lebih tinggi daripada sampel ekstrak (pegagan + bunga rosela) yang diuji. Hal tersebut disebabkan karena larutan vitamin C terlalu pekat. Sedangkan Kandungan anti radikal bebas ekstrak (pegagan + bunga rosela) meliputi vitamin C, beta karoten, antosianin dan asiatikosida. Sedangkan kontrol positif yang digunakan yaitu vitamin C murni. Pengujian aktivitas anti radikal bebas antara ekstrak (pegagan + bunga rosela) dan produk minuman didapatkan perbedaan aktivitas anti radikal bebas. Aktivitas anti radikal bebas ekstrak lebih kuat daripada aktivitas produk. Hal tersebut dapat terjadi karena pada produk yang digunakan sebagai sampel telah mengalami proses pemanasan yang tidak stabil (terlalu tinggi) sehingga pada produk minuman memiliki aktivitas anti radikal yang lebih rendah.
BAB VI PENUTUP
6.1
Kesimpulan Berdasarkan penelitian aktivitas anti radikal bebas yang dilakukan terhadap sampel produk minuman GanSella Herbal Tea didapatkan kesimpulan bahwa Produk minuman GanSela Herbal Tea berfungsi sebagai anti radikal bebas yang sedang dengan konsentrasi IC50 sebesar 84.18 yang dapat meredam radikal bebas (IC50).
6.2
Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan ekstrak yang lebih maksimal melalui pengontrolan suhu pemanasan pada waktu ekstraksi. 2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui aktivitas anti radikal bebas yang lebih efektif melalui perbandingan lamanya proses perendaman. 3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui aktivitas anti radikal bebas dari masing – masing ekstrak (ekstrak pegagan dan ekstrak bunga rosella).
45
DAFTAR RUJUKAN
Brunner, L dan Suddarth, D. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah (H. Kuncara, A.Hartono, M. Ester ,. Asih,Terjemahan). (Ed.8) vol 1 Jakarta : EGC. Damayanti, E. 2004. Mempelajari Aktivitas Antioksidan dan Antibakteri dari Ekstrak Campuran Rempah Minuman Cinna-Ale. [skripsi]. Bogor : Fakultas Teknologi Pertanian. IPB. Depkes RI, 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Direktorat Pengawasan Obat Tradisional, Jakarta : 4-3. Fatimah, F. 2005. Efektivitas Antioksidan dalam Sistem Emulsi Oil-in-Water (O/W). [disertasi]. Bogor : Sekolah Pascasarjana IPB. Handra, H. 2004. Pegagan, Tumbuhan Terlupakan Kaya Manfaat Anti-"cellulite" [online] URL : http://www.kompas.com.diakses 2007 Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia. Penuntun Cara Modern Menganalisa Tumbuhan. Bandung : Penerbit ITB Hariyatimi. 2004. Kemampuan Vitamin E sebagai Antioksidan terhadap Radikal Bebas pada Lanjut Usia. Jurnal MIPA. Surakarta : Universitas Muhamadiah Surakarta Vol. 14: 52-60. Karyadi, E. 1997. Antioksidan. Resep Sehat dan Umur Panjang [online] URL : http://www.indomedia.com/intisari.diakses. 18 maret 2013. Kumalaningsih, Sri, 2006. Antioksidan Alami-Penangkal Radikal Bebas, Sumber, Manfaat, Cara Penyediaan dan Pengolahan. Surabaya: Trubus Agrisarana. Mardiah, dkk., 2009. Budi Daya dan Pengolahan Rosella Si Merah Segudang Manfaat. Jakarta : Agro Media Pustaka.
46
Molyneux P. 2004. The use of the stable free radicals diphenylpicrylhydrazyl (DPPH) for estimating antioxidant activity. Songklanakarin Journal of Science Technology. 26(2):211-219. Oktaviany, Y. 2002. Pembuatan Minuman Cinna-Ale dari Rempah Asli Indonesia. [skripsi]. Bogor : Fakultas Teknologi Pertanian. IPB. Pramono, S. 1992. Profil Kromatogram Ekstrak Herba Pegagan yang Berefek Anti Hipertensi. Warta Tumbuhan Obat Indonesia I(2) : 37-39. Hatasura, R.N. 2004. Pengaruh Jenis Bahan Pengisi dan Pemanis Terhadap Minuman Instan dari Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia) dan Buah Mengkudu (Morinda citrifolia). [skripsi]. Bogor : Fakultas Teknologi Pertanian. IPB. [RISKESDAS] Riset Kesehatan Dasar. 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik Indonesia. Schuler, P. 1990. Natural Antioxidant Exploited. Di dalam: Hudson, B.J.F. (ed). Food Antioxidant. El Sevier App. Sci., London. Silalahi, J. 2006. Makanan Fungsional. Yogyakarta : Kanisius. Widyanto, S. P. dan Nelistya, A. 2008. Aneka Olahan, Khasiat, dan Ramuan Rosella. Jakarta : Penebar Swadaya. Wijaya A, 1996. Radikal Bebas dan Parameter Status Antioksidan, Forum Diagnosticum, Prodia Diagnostic Educational Services, No. 1: 1–12. White, P.J. 1995. Conjugated Diene, Anisidine Value and Carbonyl Value Analysis. Di dalam: K. Warnen dan N.A.M. Eskin (eds). Methods to Access Winarto, W.P. dan M. Surbakti. 2003. Khasiat dan Manfaat Pegagan. Jakarta : Agromedia Pustaka,.
47
LAMPIRAN
Lampiran 1. Perhitungan % peredaman ekstrak
% peredaman =
𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜−𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜
x 100 %
30҆. 16 ppm
24 ppm
32 ppm
48 ppm
100 ppm
0,285−0182
x 100 % = 31.58 %
0,285
0,285−0,192 0,285
0,285−0,183 0,285
0,285−0,167 0,285
0,285−0,101 0,285
x 100 % = 32.98 %
x 100 % = 35,79 %
x 100 % = 41,40 %
x 100 % = 64,56 %
48
49
Lampiran 2. Perhitungan % peredaman produk
% peredaman =
𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜−𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜
x 100 %
30 ҆ 16 ppm
24 ppm
32 ppm
48 ppm
100 ppm
0,285−0,224 0,285
0,285−0,217 0,285
0,285−0,192 0,285
0,285−0,183 0,285
0,285−0,126 0,285
x 100 % = 21,40 %
x 100 % = 23,86 %
x 100 % = 32,98 %
x 100 % = 35,79 %
x 100 % = 55.78 %
50
Lampiran 3. Perhitungan DPPH
20 𝑚𝑔 500 𝑚𝑙
= 0,004%
Preparasi sampel 4𝑔 100 𝑚𝑙
10 𝑚𝑙 100 𝑚𝑙
10 𝑚𝑙 100 𝑚𝑙
=
4000 𝑚𝑔 0,1 𝑙
= 40.000 ppm
x 40.000 ppm = 4000 ppm
x 4000 ppm = 400 ppm
Baku Kerja 2 𝑚𝑙 50 𝑚𝑙
3 𝑚𝑙 50 𝑚𝑙
2 𝑚𝑙 25 𝑚𝑙
3 𝑚𝑙 25 𝑚𝑙
5 𝑚𝑙 25 𝑚𝑙
x 400 ppm = 16 ppm
x 400 ppm = 24 ppm
x 400 ppm = 32 ppm
x 400 ppm = 48 ppm
x 400 ppm = 100 ppm
51
Lampiran 4. Hasil Determinasi Tanaman Pegagan
53
Lampiran 4. Hasil Determinasi Bunga Rosella
53
Lampiran 5. Produk dan Sampel Pengujian
Gambar 5.1. Sampel Produk Minuman
Gambar 5.2. Simplisia Bunga Rosella
Gambar 5.3. Simplisia Pegagan
54
Lampiran 6. Proses Pengujian Aktivitas Antioksidan
Gambar 6.1. Proses ekstraksi
Gambar 6.2. Sampel ekstrak sebelum peredaman
Gambar 6.3. Sampel ekstrak setelah peredaman