11 Modul ke:
Pancasila dan Implementasinya – Bagian I Pada Modul ini kita akan mempelajari mengenai keterkaitan sila pertama (Ketuhanan Yang Maha Esa) dengan Prinsip pembangunan manusia seutuhnya
Fakultas
DESAIN SENI KREATIF Program Studi
DESAIN PRODUK
Aji Wicaksono S.H., M.Hum.
A. Pengertian Pembangunan Nasional • TAP MPR No. IV/ MPR/1999, menyebutkan pengertian Pembangunan Nasional, merupakan usaha peningkatan kualitas manusia dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan, berdasarankan kemampuan nasional dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan memperhatikan tantangan global. • Dalam mengimplementasikan pembangunan nasional senantiasa mengacu pada keprbadian bangsa dan nilai luhur yang universal untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang berdaulat, mandiri, berkeadilan, sejahtera, maju serta kokoh baik dalam kekuatan moral maupun etika.
• Pengamalan sila Ketuhanan Yang Maha Esa antara lain mencakup tanggungjawab bersama dari semua golongan beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa secara bersama-sama meletakkan landasan spirtual, moral dan etika yang kuat bagi pembangunan nasional. • Hakikat pembangunan nasional: – Adanya keselarasan, keseimbangan dan keutuhan dalam seluruh kegiatan pembangunan. Pembangunan untuk manusia dan bukan manusia untuk pembangunan. Pada kegiatan pembangunan dewasa ini, unsur manusia, unsur sosial budaya dan unsur lainnya harus mendapatkan perhatian yang seimbang
– Pembangunan harus merata untuk seluruh masyarakat dan diseluruh wilayah tanah air (desentralisasi) – Subjek dan objek pembangunan adalah masyarakat Indonesia sehingga pembangunan harus berkepribadian Indonesia. – Pembangunan dilaksanakan bersama oleh masyarakat dan pemerintah. Masyarakat adalah pelaku utama pembangunan dan pemerintah berkewajiban untuk mengarahkan, membimbing, serta menciptakan suasana yang menunjang.
• salah satu tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan masyarakat berahlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila serta memperkuat jatidiri dan karakter bangsa melalui pendidikan yang bertujuan membentuk manusia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mematuhi aturan hukum, memelihara kerukunan internal (sesama pemeluk agama yang sama) dan eksternal (antar umat yang berbeda agama dan keyakinan), melaksanakan interaksi antar budaya, mengembangkan modal sosial menerapkan nilai-nilai luhur budaya bangsa dan memiliki kebanggaan sebagai bangsa Indonesia dalam rangka memantapkan landasan spiritual moral dan etika pembangunan bangsa.
B. Tujuan Pembangunan Nasional • Tujuan Nasional dalam pembukaan UU Dasar 1945 yaitu: • “melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraaan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berlandaskan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.” • Hal ini adalah cerminan bahwa pada dasarnya tujuan Pembangunan nasional: untuk mewujudkan kehidupan masyarakat Indonesia yang sejahtera lahir dan batin. Maka pembangunan yang dilaksanakan bangsa indonesia adalah pembangunan yang berkesinambungan, meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat bangsa & negara berasaskan keimanan & ketakwaan terhadap Tuhan YME
C. Pancasila Sebagai Sumber Nilai 1. Pengertian Nilai • Dalam pandangan filsafat, nilai (Value : bahasa inggris) sering di hubungkan dengan masalah kebaikan. Sesuatu dikatakan mempunyai nilai apabila sesuatu itu berguna. • Sebuah nilai merupakan gagasan atau ide dari masyarakat dimana nilai tersebut berasal, karenanya nilai bersifat ideal. Nilai adalah sesuatu yang abstrak dan tidak dapat disentuh oleh Panca indra, sesuatu yang dapat dikatakan bernilai adalah barang atau tingkah laku perbuatan yang mengandung nilai.
• Nilai adalah kualitas ketentuan bermakna bagi kehidupan manusia perseorangan, masyarakat bangsa dan negara. Kehadiran nilai dalam kehidupan bermasyarakat dapat menimbulkan aksi dan reaksi sehingga masyarakat dapat menerima dan/atau menolak keberadaannya. • Terkait dengan nilai-nilai pancasila yang telah dikembangkan dalam masyarakat Indonesia maka dapat diambil contoh bahwa nilai kejujuran dan keadilan merupakan nilai-nilai yang selalu menjadi kepedulian manusia untuk diwujudkan dalam kenyataan, sebaliknya nilai kezaliman dan kebohongan merupakan nilai-nilai yng selalu ditolak.
2. Ciri-Ciri Nilai • Pada dasarnya nilai dapat dibedakan berdasarkan ciri sebagai berikut: – Nilai-nilai yang mendarah daging (internalized value) Yaitu yang telah menjadi kepribadian bawah sadar atau yang mendorong timbulnya tindakan tanpa berfikir lagi bila dilanggar akan timbul perasaan malu atau bersalah yang mendalam dan sukar dilupakan
– Nilai, yang dominan Merupakan nilai yang dianggap lebih penting dibandingkan nilai lainnya.
• Pertimbangan bahwa suatu nilai dapat dikatakan sebagai suatu nilai yang dominan adalah sebagai berikut : – Banyaknya orang yang menganut nilai tersebut, – Lamanya nilai itu dirasakan oleh para anggota kelompok tersebut, – Tingginya usaha untuk mempertahankan nilai itu – Tingginya kedudukan (prestise) orang yang membawakan nilai tersebut.
• Prof.Dr. Notonagoro memandang nilai menjadi 3 (tiga) bagian yaitu : NILAI MATERIL, NILAI VITAL, NILAI KEROHANIAN.
• NILAI MATERIL: hal yang berguna bagi unsur manusia. • NILAI VITAL: segala sesuatu yang berguna bagi manusia, untuk dapat mengadakan kegiatan atau aktivitas. • NILAI KEROHANIAN, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia, nilai kerohanian dapat dibedakan atas 4 (empat) macam, yaitu: – – – –
Nilai kebenaran / kenyataan Nilai keindahan Nilai moral / kebaikan Nilai religius
3. Pancasila Sebagai Sumber Nilai • Bagi bangsa Indonesia yang dijadikan sumber nilai dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara adalah pancasila. Artinya bahwa seluruh tatanan kehidupan masyarakat bangsa dan negara menggunakan pancasila sebagai dasar moral atau norma dan tolok ukur tentang baik atau buruk dan benar atau salahnya sikap, perbuatan, tingkah laku bangsa Indonesia. • Sebagai sumber nilai, sila ketuhanan yang maha esa merupakan bentuk keyakinan yang berpangkal dari kesadaran manusia sebagai mahluk Tuhan, karenanya pasal 29 UUD 1945 negara menjamin kebebasan setiap penduduk beribadah menurut agama & kepercayaan.
• Kemajemukan atau ke-bhineka-an kehidupan beragama di Indonesia, menuntut pemerintah bersama sama masyarakat Indonesia mengembangkan kehidupan toleransi baik pada sesama umat yang seagama, pada umat yang berbeda agama dan keyakinannya. Perwujudannya adalah adanya nilai-nilai atau norma-norma yang mengatur hubungan antara agama dan negara, manusia dengan Sang Pencipta dan nilai nilai yang mengatur HAM • Nilai-nilai pancasila adalah nilai intrinsik, kebenarannya dapat dibuktikan secara obyektif serta mengandung kebenaran universal. Nilai-nilai pancasila juga merupakan kebenaran karena telah teruji dalam sejarah dan diprespsikan sebagai nilai-nilai subyektif yang menjadi sumber kekuatan dan pedoman hidup.
• Sila Ketuhanan Yang Maha Esa menunjukkan bahwa Tuhan adalah sebab pertama dari segala sesuatu dan segala sesuatu bergantung kepada-NYA. Keberadaan Tuhan bagi bangsa Indonesia bersifat mutlak atau absolute, oleh karena itu di Indonesia perlu dikembangkan nilai-nilai religius seperti : – keyakinan terhadap adanya Tuhan Yang Maha Esa dengan sifat-sifat-NYA yang maha sempurna, maha kasih, maha kuasa, maha adil – ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dengan manjalankan semua perintah-NYA dan menjauhi segala larangan-NYA. Manusia yang bertakwa adalah manusia yang melaksanakan perintah- perintah Tuhan serta menjauhi semua larangan-NYA.
• Manusia yang bertakwa taat melaksanakan ibadah selalu berbuat amal kebaikan, menjaga hubungan baik dengan tetangga, gemar bersedekah dan jujur. Selain itu, selalu menjauhkan diri dari perbuatan dosa dan tercela misalnya berjudi, memfitnah, mencuri, dan minum minuman keras. (nilai ketakwaan) • Bhineka tunggal ika adalah semboyan Indonesia, hingga muncul sikap saling menghargai, menghormati atas perbedaan yang ada dalam masyarakat. Dalam kehidupan beragama bangsa indonesia menganut agama dan keyakinan yang berbeda-beda, demi kehi-dupan rukun dan damai dalam pergaulan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, perlu dikembangkan (nilai toleransi)
• Keikhlasan dan kejujuran menumbuhkan sikap dan tindakan setia secara sadar dipaksa berbuat sesuai dengan hati nurani tanpa pamrih. Keikhlasan dan kejujuran menurut ajaran agama adalah bersedia secara sadar mematuhi dan melaksanakan ajaran atau perintah Tuhan serta menjauhi larangan-larangannya. Bila dikaitkan dengan hukum, keikhlasan dan kejujuran akan menimbulkan sikap dan perbuatan mamatuhi perintah serta menjauhi larangan-larangan hukum berbuat ikhlas dan jujur dapat bermanfaat untuk pribadi, masyarakat, atau semua manusia dan juga bangsa dan negara. (nilai keikhlasan dan kejujuran)
• Sikap saling menghormati sudah mengakar dalam masyarakat indonesia sikap ini sebagai perekat terhadap kebudayaan atau kepercayaan serta tradisi yang berbeda antar daerah di indonesia. Dalam kehidupan beragama dapat melahirkan sikap saling menghormati antar umat beragama dan intra umat beragama atau sesama penganut agama yang sama. (nilai saling menghormati) • Kesejahteraan dan kebahagiaan hidup manusia dapat dicapai terdapat keserasian hubungan antara dirinya dengan Tuhan Yang Maha Esa, hubungan dirinya dengan orang lain serta hubungan dirinya dengan lingkungan alam sekitarnya. Keserasian hubungan antara hak dan kewajiban dalam berbagai kehidupan. (nilai keselarasan).
4. Nilai Yang Terkandung Dalam Sila Ketuhanan YME • Keyakinan adanya Tuhan Yang Maha Esa itu bukanlah suatu dogma atau kepercayaan yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya melalui akah pikiran, melainkan suatu kepercayaan yang berakar pada pengetahuan yang benar dapat diuji atau dibuktikan melalui kaidah-kaidah logika. • Atas keyakinan yang demikianlah maka Negara Indonesia berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, dan Negara memberi jaminan sesuai dengan keyakinannya dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.
• Di Indonesia tidak boleh ada faham yang meniadakan/ mengingkari adanya Tuhan (atheisme), yang seharusnya ada ialah Ketuhanan Yang Maha Esa (monotheisme) dengan toleransi menurut agama masing-masing. • Sebagai sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi sumber pokok nilai-nilai kehidupan bangsa Indonesia, menjiwai dan mencari serta membimbing perwujudan kemanusiaan yang adil dan beradab, menggalang Persatuan Indonesia yang membentuk Negara Kesatuan Indonesia yang telah berdaulat penuh, dalam Kerakyatan dan dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan guna mewujudkan Keadilan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia.
• Hakikat pengertian di atas sesuai dengan: – Pembukaan UUD 1945 yang berbunyi: “Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa…” – Pasal 29 UUD 1945.
D. Iman & Takwa Sebagai Karakter Bangsa • Negara kesatuan yang berbentuk republik ini telah cukup dikenal sebagai masyarakat religius dan seiring dengan itu maka diperlukan pembangunan moral bagi warga negara yang kelak akan melahirkan individu individu yang merupakan mahluk beragama (human religius). • Hubungan manusia dengan Tuhan sebagaimana tersirat dalam sila “Ketuhanan Yang Maha Esa” menggambarkan suatu karakter bangsa Indonesia yang religius dalam konteks hubungan baik antara khalik (pencipta kehidupan) dan mahluk (Penikmat kehidupan).
• Sila ketuhanan yang maha esa mengandung arti bahwa manusia itu pasti beragama yang sekaligus berkarater religius sesuai dengan agama masing-masing yang dianutnya. Manusia Indonesia selalu memposisikan agama/Tuhan sebagai pendamping dalam pengabdiannya. Kesadaran untuk selalu ingat bahwa dirinya selalu berada dalam perlindungan dan pengawasan Tuhan sehingga melahirkan sikap rendah hati, jujur, bertakwa, taat pada prinsip-prinsip yang benar.
E. Ahlak/Moral Dalam Pembangunan • Ahlak (moral) adalah nilai-nilai dasar yang membimbing seseoang dalam berprilaku. Seseorang dapat dikatakan berahlak atau bermoral, apabila prilakunya mengikuti kaidah-kaidah kehidupan yang dikehendaki atau dibenarkan oleh agama, masyarakat dan hati nuraninya. Kaidah-kaidah kehidupan itu berisi tuntunan atau petunjuk mengenai hal baik dan hal buruk. • Berbicara mengenai ahlak atau moral dalam kaitanya dengan pembangunan nasional, maka pertanyaan yang timbul adalah: pembangunan yang bagaimanakah yang dapat disebut sebagai pembangunan yang bermoral atau berahlak??
• Umumnya pembangunan bertujuan untuk memperbaiki keadaan, (perbuatan baik). Namun sejarah menunjukan bahwa pembangunan dapat jadi hal tidak baik, apabila: – Ditujukan untuk kepentingan pembangunan suatu kelompok dengan mengorbankan kelompok yang lain; – Pembangunan yang hanya menguntungkan bagi sebagian orang namun tidak bermanfaat bagi yang lainnya. – Pembangunan yang dijalankan dengan menggunakan cara yang tidak benar, tidak baik, atau tidak halal – Pembangunan yang hanya mengerjakan kkebutuhan lahiriah dan mengabaikan sisi rohaniah manusia sebagai mahluk yang utuh. – Pembangunan yang merusak alam dan lingkungan – Pembangunan yang dijalankan tanpa memperhatikan nilai-nilai kemanusiaan pada umumnya
• Dalam Pembangunan Jangka Panjang Tahap II (PJP-II), bangsa Indonesia diproyeksikan akan tumbuh dan berkembang dengan mengandalkan kemampuan dan kekuatan sendiri. Dengan demikian pada akhir PJP-II bangsa Indonesia diharapkan mampu mewujudkan kehidupan yang sejajar dengan bangsa lain yang telah maju, yaitu sebagai bangsa industri. • Garis Garis Besar Haluan Negara (GBHN) tahun 1993 menetapkan bahwa PJP-II bertujuan mewujudkan bangsa yang maju dan mandiri serta sejahtera lahir dan batin sebagai landasan bagi tahap pembangunan berikutnya sehingga terwujudnya tujuan nasional.
• Sasaran umum PJP-II adalah terciptanya kualitas manusia dan masyarakat Indonesia yang maju dan mandiri dalam suasana tentram dan sejahtera lahir batin dalam tata kehidupan masyarakat, bangsa dan negara yang berdasarkan pancasila, dalam suasana kehidupan bangsa Indonesia yang serba berkeseimbangan dan selaras dalam hubungan antar sesama manusia, manusia dengan alam lingkungannya dan serta antara manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
Terima Kasih Aji Wicaksono, S.H., M.Hum.