Agama dan Kesehatan
Bismillahir Rahmanir Rahim, Pendidikan agama terutama yang berkaitan dengan kesehatan dan khsususnya tentang pelayanan terhadap orang sakit, perlu diberikan pada semua tenaga medis, karena dalam upaya penyembuhan, pendekatan agama merupakan salah satu yang harus dilakukan. Bimbingan agama merupakan salah satu yang harus dilakukan. Bimbingan terhadap orang sakit sangat dianjurkan untuk dilakukan agar orang yang sedang sakit itu bias lebih dekat dengan Allah SWT. Disamping itu pendekatan agama juga akan mampu mempercepat kesembuhan, karena mengantarkannya pada keadaan homeostasis. Dan dalam keadaan ini semua protector yang ada dalam tubuh akan dapat bekerja dengan baik sehingga kuman – kuman dan virus penyakit yang masuk tubuh akan dapat dimusnahkannya. Kedekatannya pada Allah menyebabkan ia akan lebih taat beribadah (bila telah sembuh) dan bila ajalnya telah sampai maka ia akan meninggal dalam keadaan husnul chatimah. Oleh karena itu membantu orang sakit untuk selalu ingat pada Allah merupakan hal yang sangat dianjurkan oleh agama, seperti Firman Allah berikut ini : ―Dan wasiat mewasiatilah kamu guna melakukan kesabaran dan wasiat mewasiatilah kamu guna melakukan kasih saying‖ (S. Al Balad : 17). Sepanjang sejarah manusia selalu memerlukan agama sebagai pedoman dan petunjuk agar dapat selalu mengendalikan dan mengarahkan hidupnya dengan baik. Bahkan agama sering menjadi pelita dalam kegelapan hidup. Menurunnya ketaatan pada agama dapat menurunkan nilai kemanusiaan yang dapat menimbulkan disintegrasi secara individual, kelompok dan masyarakat. Disamping itu banyak pula problem kehidupan yang hanya bias dipecahkan dengan agama. Menurunnya kesehatan jiwa masyarakat menyebabkan orang kembali merasa perlu memiliki pegangan yang kokoh yaitu agama. Meningkatnya kenakalan remaja, penyalahgunaan Napza, graviditas di kalangan remaja, perkelahian antar geng, penggunaan senjata api, dan terjadinya berbagai kerusuhan menunjukkan rapuhnya kesehatan jiwa masyarakat dan merupakan indikator yang nyata akan menurunnya kesehatan jiwa masyarakat. Salah satu faktor penyebab turunnya kesehatan jiwa masyarakat itu adalah kekosongan spiritual masyarakat akibat agama telah ditinggalkan atau diabaikan sehingga masyarakat menjadi bingung, tak tahu lagi akan yang benar dan sangat mudah tersulut hanya dengan provokasi kecil. Manusia adalah makhluk yang diciptakan Allah sebagai makhluk yang mulia, makhluk multikompleks yang lebih sempurna dari makhluk lainnya, oleh karena itu hendaklah manusia itu dimuliakan sewaktu hidupnya dan sesudah matinya (Sesungguhnya kami memuliakan anak cucu Adam (manusia). Al lsra‘ 70). Menurut ilmu kedokteran jiwa manusia merupakan makhluk somato-psiko-sosial dan spiritual/religiosa yang berarti Universitas Gadjah Mada
1
mempunyai jasmani (fisik), jiwa (mental), sosial (budaya), dan kepercayaan atau keyakinan. Oleh karena itu bila manusia mengalami gangguan atau sakit perlu pula dilakukan pendekatan spiritual atau pendekatan agama. Tenaga medis seharusnya tidak hanya menguasai pengetahuan tentang kesehatan saja tetapi penting pula dikuasai pengetahuan agama yang sangat erat hubungannya dengan kesehatan. Melayani atau merawat orang sakit merupakan tugas dan pekerjaan yang penuh kasih sayang dan empati agar dapat membantu mengurangi derita yang sedang dialami penderita. Selain dirawat secara medis orang sakit perlu pula dibimbing agar lebih dekat dengan Tuhannya terutama bagi mereka yang telah berada dalam stadium terminal. Dzikrullah yang dituntunkan insya Allah akan mampu menjadikan penderita lebih taat beribadah (bila telah sembuh) dan bila ia harus meninggal maka ia akan meninggal dalam keadaan husnul chatimah. Bimbingan pada orang sakit yang dilakukan oleh para tenaga medis hendaknya dilandasi oleh ajaran agama sebagai berikut ini : Kasihanilah mereka yang dibumi, niscaya kamu dikasihani oleh yang dilangit, —(Riwayat Tirmidzi). Dan wasiat mewasiatilah kamu untuk melakukan kesabaran dan wasiat mewasiatilah kamu untuk melakukan kasih sayang (& Al Balad: 17). Ketaatan dalam beribadah ternyata dapat pula merupakan pelindung terhadap halhal berikut ini : a. Teryata remaja yang tidak taat atau tidak konsisten dengan agamanya mempunyai resiko tinggi terlibat penyalahgunaan Napza. Hal ini berarti bahwa remaja yang konsisten
dengan
agamanya
akan
menjadi
kecil
kemungkinannya
terlibat
penggunaan Napza. b. 89 % penderita alkohoilk adalah mereka yang pada saat remajanya tidak konsisten pada agamanya. c. Penelitian tentang hubungan skizofrenia dengan konsistensi dalam agama menunjukkan bahwa 73 % penderita skizofrenia sebelum sakit mengatakan bahwa Tuhan itu kasar, sedangkan 70 % responden pada kelompok kontrol mengatakan bahwa Tuhan Maha Pengasih dan Penyayang serta baik hati. d. Mereka yang rajin beribadah mempunyai resiko rendah untuk menderita gangguan cardiovaskuler. e. Mereka yang kurang rajin beribadah mempunyai resiko dua kali Iebih besar untuk mati karena penyakit arterioskierotik dibanding mereka yang rajin beribadah. f.
Mereka yang rajin beribadah mempunyai resiko kecil mengalami : kanker rahim dan serviks; kanker kandungan lainnya; kolitis dan enteritis, penyakit kardiovaskuler, hipertensi dan stroke; kematian mendadak karena stres.
Universitas Gadjah Mada
2
g. Rajin beribadah menyebabkan kesehatan umum Iebih baik, karena lebih mampu mengatasi penyakit, lebih baik dalam proses penyembuhan dan mempercepat kesembuhan. h. Rajin beribadah menyebabkan Iebih tahan terhadap stresor sehingga lebih kecil resiko menderita depresif atau kecemasan. i.
Konsistensi dalam agama dapat pula menurunkan angka suicide. Mereka yang tidak konsisten dengan agamanya kemungkinan melakukan bunuh diri 4 kali Iebih besar dan pada yang konsisten terhadap agamanya. Agama dapat pula mempengaruhi kehidupan perkawinan dan ternyata keluarga yang
tidak konsisten dengan agamanya mempunyal resiko 4 kali Iebih besar untuk bercerai; beresiko tinggi mempunyai anak nakal. Agar para tenaga medis mampu melaksanakan pekerjaannya dengan baik dan tidak bertentangan dengan ketentuan-ketentuan yang telah digariskan oleh agamanya, maka pendidikan agama sangat penting untuk dikuasai oleh tenaga medis tersebut. Berikut ini disampaikan beberapa sifat yang harus dimiliki oleh tenaga medis : 1. Bekerja dengan tulus dan ikhlas karena Allah. Hal mi dilandasi oleh ajaran sbb : ―Mereka hanya diperintahkan untuk mengabdikan dirikepada Allah dengan ikhlas dan lurus rnengerjakan Agama karena Dia (S. Al Bayinah: 5) ―Mereka member makan orang miskin, yatim dan tawanan perang, sedangkan mereka sendiri mash memerlukan makanan itu. Kami hanya karena Allah memberi makan kamu, dengan tidak membedkan balasan dan terima kasih dari kamu(kata mereka)‖ (S. Ad Dahr:8-9) ―Sesungguhnya segala amal perbuatan itu dengan niat dan sesungguhnya tiap-tiap seseorang itu mendapat sesuatu hanya menurut niatnya‖ (Riwayat Buchan, Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, dan Nasa‘! dan Umar bin Chattab). 2. Penyantun ―Dan orang-orang yang menahan marahnya dan mema‘afkan (kesalahan) orang, Allah menyukai‘orang-orang berbuat kebajikan.‖ (S. All lmran: 134) 3. Peramah Agama mengajarkan agar seseorang selalu berwajah bersen-seri oleh karena wajah yang berseri-seri merupakan shadaqah : ―Dan senyuman untuk saudaramu adalah shadaqah.‖ (HR. lbnu Hibban dan Baihaqi) 4. Sabar, tidak mudah tersinggung dan tidak mudah marah ―Sungguh orang yang sabar dan pemaaf adalah pekerjaannya itu termasuk pekerti yang sangat perlu dipelihara.‖ (S. Asy Syura: 43)
Universitas Gadjah Mada
3
Seorang Muslim yang bergaul dengan orang lain dan sabar menghadapi perbuatan mereka yang menyakiti, lebih utama dari seorang Muslim yang tidak sabar.‖ (Riwayat Tirmidzi dan Abi Hurairah) ―Sebaik-baik senjata orang Mu‘min adalah sabar dan do‘a.‖ (Riwayat Dallami dan lbnu Abbas). ―Abu Hurairah meriwayatkan bahwa ada seorang laki-laki datang kepada Nabi Muhammad s. a. w. meminta nasihat, berulang-ulang. Setiap kali ia meminta nasihat, nabi tetap menjawab: Jangan pemarah.‖ (Riwayat Buchan). ―Barang siapa yang menahan amarahnya, pasti Allah menghindarkannya dari siksaanNya.‖ (Riwayat Thabarani dalam kitab Awsath dan Anas bin Malik). 5. Bersikap tenang, tidak tergesa-gesa dalam bekerja dan tidak ribut ―Tetaplah kamu bersikap tenang.‖ (Riwayat Thabarani dan Baihaqi dan Abu Musa) ―Bila engkau hendak melakukan suatu pekerjaan, hadapilah dengan tenang, hingga Allah menunjukkan kepada engkau jalan keluar (dari kesulitan).‖ (Riwayat Buchari dalam kitab Al Adab dan Baihaqi) 6. Teilti, hati-hati dan cermat serta rapi. ―Sesungguhnya Allah Ta‘ala menyukai bila seorang mengerjakan suatu pekerjaan supaya dilakukannya dengan teliti. (Riwa yat Baihaqi,
Abu Ja ‗Ia, Ibnu ‗Asakir, dan
lainnya dart Siti ‗Aisyah ra.) ―Bila seorang mengerjakan suatu pekerjaan hendaklah ia mengerjakannya dengan teliti karena yang demikian itu menyenangkanhati si penderita.‖ (Riwayat lbnu Sa‘ad dari ‗Atha) 7. Tegas dalam bertindak tanpa ragu-ragu atau bimbang ―Bila ada keraguan dalam hatimu, tinggalkanlah.‖ (Riwayat Ahmad, Ibnu Hibban, dan Hakim dari Aba Umamah,). ―Abu Sa‘id meriwayatakan bahwa ada seorang laki - laki mendatangi Nabi Muhammad s.a.w. serta berkata: Saudaraku perutnya sakit. Nabi bersabda : Minumkanlah madu. Kemudian dia datang lagi untuk kedua kalinya, maka Nabi bersabda: Minumkanlah madu. Kenduian dia datang lagi serta berkata: Sudah kukerjakan.
Nabibersabda.
Benarlah
Allah
dan
berdustalah
perut
saudaramu;
minumkanlah madu. Maka diminumkannyalah madu dan lalu dia sembuh. ――Riwayat Buchari). 8. Disiplin dan taat pada peraturan ―Anas bin Malik meriwayatkan bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda: Dengarkanlah dan patuhlah, walaupun dijadikan kepala atasmu seorang budak hitam. (Riwayat Buchari).
Universitas Gadjah Mada
4
―Abdullah bin Umar meriwayatkann bahwa Nabi Muhammad s.a.w. bersabda : Mendengarkan dan mematuhi wajib atas seseorang Islam dalam hal-hal yang disukainya atau tidak, selama ía tidak diperintahkan melakukan ma‘siat, maka tidak boleh ía mendengakan dan mematuhinya.‖ (Riwayat Buchari Muslim, dan Abu Daud). 9. Memelihara kebersihan dan kesucian ―Allah menyukai orang-orang yang bersih. ―(S. At Taubah: 108) ―Pakaianmu bersihkanlah. ―(S. Al‘ Muddattsir4). ―Sesungguhnya Allah Ta‘ala baik, menyukai kebaikan. Ia bersih, menyukai kebersihan, Ia pemurah, menyukai kedermawanan; maka bersihkanlah pekaranganmu.‖ (Riwayat Tirmidzi dad Sa‘ad,). ―Djabir bin Abdullah meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad s.a.w. melihat seorang lakilaki, rambutnya kusut mesai, lalu beliau bersabda : Apakah orang ini tidak mempunyai sesuatu untuk menyelesaikan rambutnya? Dan beliau mellhat laki-laki yang lain, pakaiannya kotor, lalu beliau bersabda: Apakah orang ini tidak mempunyai sesuatu untuk mencuci pakaiannya?‖ (Riwayat Abu Daud). 10. Penyimpan rahasia ―Allah tidak menyukai orang mengeluarkan kata-kata keji (menyebutkan ke‘aiban orang lain) kecuali bila ia dianiaya (S. An Nisa : 148). ―Sesungguhnya orang-orang yang menyukai tersiarnya kekejian pada orang-orang yang beriman, untuk mereka siksa yang pedih di dunia dan di akherat (S. An Nur: 19). ―Ibnu ‗Abbas ra. meriwayatkan, bahwa Nabi Muhammad s.a.w. bersabda : Barang siapa menyimpan rahasia (ke‘aiban) temannya, Allah menyimpan pula rahasianya di hari kiamat dan barang siapa membukakan rahasia temannya sesama Muslim, Allah membukakan pula rahasianya hingga Allah memberi dia dalam rumah tangganya.‖ (Riwayat lbnu Maddjah dengan sanad baik). ―Barangsiapa menyimpan rahasia (ke‘aiban) seakan-akan ia menghidupkan kembali anak yang dikubur hidup-hidup. (Riwayat Aba Daud dan Nasa‘l). ―Bila seseorang menutup rahasia (ke‘aiban) orang lain di dunia, pasti Allah menutup pula rahasia (kea‘ibannya) di hari kiamat.‖ (Riwayat Muslim dari Abu Hurairah). 11. Dapat dipercaya ―Sungguh berbahagialah orang-orang yang beriman, yaitu yang khusuk dalam sembahyangnya, yang meninggalkan segala yang sia-sia, yang menunaikan zakat, yang memelihara kehormatannya, selain daripada isteri atau hamba sahayanya, buat ini mereka tidak tercela; barangsiapa menghendaki selain itu, maka adalah mereka melampaui batas, yang memelihara amanat dan menepati janji, yang menetapi segala sembahyangnya, mereka itulah yang memperoleh surga Firdaus, tempat mereka kekal selama-lamanya. ― (S. Al Mu ‗minun :1 — 11). Universitas Gadjah Mada
5
―Wahai orang-orang yang beriman, Janganlah kamu mengkhianati Allah dan rasul-Nya dan janganlah kamu mengkhianati amanat yang dipercayakan kepadamu, sedangkan kamu mengetahuit‖ (S. Al Anfal: 27). ―Sesungguhnya Allah memerintahkan kamu supaya menyampaikan segala amanat (yang dipercayakan) kepada yang berhak. (S. An Nisa‘ 58). ―Anas meriwayatkan bahwa Rasulullah s.a.w. selalu dalam khutbah bersabda: Tak ada iman pada orang yang tidak dapat dipercaya, tidak memeilhara amanat dan tak ada agama pada orang yang tidak menepati janji ― (Riwayat Ahmad). 12. Bertanggung jawab ―Dan janganlah engkau menurut saja apa-apa yang tidak engkau ketahui sesungguhnya pendengaran,
penglihatan,
dan
hati
itu,
masing
-
masingnya
adalah
bertanggungjawab.‖(S. Al Isra‘: 36) ―Sesungguhnya Allah akan memeriksa setiap orang tentang urusan yang dipertanggungjawabkan kepadanya, apakah diurusinya dengan baik atau disia-siakannya, sehingga pertanggung-jawaban terhadap keluarga/rumah tangganya pun akan diperiksa juga.‖ (Riwayat An Nasa‘l dan Ibnu Hibban dan Anas bin Malik). Tiap-tiap kamu adalah pemimpin dan tiap-tiap kamu bertanggung jawab atas pimpinannya; kepala negara adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas pimpinannya, suami adalah pemimpin atas keluarganya dan bertanggung jawab atas pimpinannya; isteri adalah pengurus dalam rumah tangganya dan ia bertanggung jawab atas urusannya, pelayan adalah pengurus atas harta benda majikannya dan ia bertanggung jawab atas urusannya; ringkasnya tiap-tiap kamu adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas pimpinannya. ―(Riwayat Ahmad, Buchari Muslim, Abu Daud, dan Tirmidzi dad Ibnu ‗Umar). Kewajiban tenaga medis yang merawat penderita sakit ringan, antara lain : 1. Menganjurkan, memperingatkan, dan memberi kesempatan kepada penderita supaya senantiasa ingat kepada Allah beribadah dengan baik agar lebih dekat dengan Allah. 2. Menyediakan mushola khusus, bacaan ringan berisi tuntunan agama, agar terwujud suasana agamis. 3. Menganjurkan berekreasi kesenian. Kewajiban Tenaga Medis Dalam Merawat Penderita Dalam Stadium Terminal 1. Menghadapkan penderita ke arah kiblat “Abu Qatadah meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad s.a.w. ketika tiba di Madinah menanyakan Bara‟ bin Ma‟rur. Dijawab orang: ia telah meninggal dunia dan mewasiatkan sepertiga hartanya buat engkau, ya Rasulullah dan ia telah mewasiatkan juga agar ia dihadapkan ke kiblat bila ia sudah dalam keadaan dekat wafat; maka Nabi s.a.w. bersabda: wasiatnya itu sudah sesuai dengan fithrah (Islam).” (Riwayat Hakim). Universitas Gadjah Mada
6
―Salma meriwayatkan bahwa Fathimah binti Rasulullah s.a.w. diwaktu dekat akan wafat menghadapkan dirinya ke kiblat dan berbaring atas sisi kanannya:‖ (Riwayat Ahmad). 2. Mengingatkan dan mengajarinya mengucapkan kalimat “La ilaha illa „llah” ―Abu Sa‘ad meriwayatkan bahwa Nabi s.a.w. bersabda: Ajarilah orang-orang kamu yang hampir mati kalimat La ilaha illa„llah”.‖ (Riwayat Jama ‗ah kecuali Buchari). Mu‘adz berkata bahwa ia mendengar
Rasulullah s.a.w.
bersabda:
Barangsiapa akhir
perkataannya La Ilaha illa‘IIah pasti ia masuk surga.‖ (Riwayat Ahmad dan Abu Daud). 3. Menasihati penderita supaya Ia bertobat dan berbaik sangka kepada Allah dengan mengharapkan ampunan dan rahmat-Nya, sekalipun ia merasa banyak berdosa namun Allah akan tetap dapat memberinya rahmat dan ampunan. ―Djabir meriwayatkan bahwa ia mendengar Nabi Muhammad s.a.w. bersabda : Barangsiapa diantara kamu menghadapi maut, hendaklah ia berbaik sangka bahwa Allah akan memberinya rahmat dan ampunan.‖ (Riwayat Muslim). ―Anas meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad saw. mengunjungi seorang pemuda yang sedang dekat mati. Beliau bertanya: Bagaimanakah perasaanmu? Ia menjawab : Saya mengharapkan ampun dari Allah dan merasa takut karena dosa - dosaku. Maka Nabi s.a.w. bersabda : Bila berkumpul dua perasaan ini dalam hati seorang disaat yang seperti ini, niscaya Allah akan memberi apa yang diharapkannya dan melindungiNya dari apa yang ditakutinya.‖ (Riwayat Tirrnidzi). Abdullah bin Umar ra. meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda: Sesungguhnya Allah menerima taubat hambaNya selama ia belum berada dalam krisis mati (Riwayat Ibnu, Madjah dan Tirmidzi, hadis Hasan). 4. Menjaga supaya pakaian dan tempatnya senantiasa bersih dan suci. “Abi Said Al Chudri ketika ia menghadapi maut meminta pakaian yang baik/bersih dan lalu dipakainya, seraya berkata : Saya mendengar Rasulullah s.aw. bersabda: Orang yang mati akan dibangkitkan (di Hari Kiamat) dengan pakaian yang dipakainya waktu meninggal .“ (Riwayat Abu Daud). 5. Mendo‟akannya ―Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad saw. Bersabda : Barangsiapa yang mengunjungi orang sakit, sedang ajalnya belum sampai, lalu ia berdo‘a dekatnya tujuh kali. (Saya bermohon mudah-mudahan Allah Yang Maha Besar, Tuhan Yang mempunyai Arsy, yang Agung, menyembuhkan engkau) niscaya Allah menyembuhkannya dari penyakit itu (Riwayat Abu daud dan Nasa‟l yang dikatakannya hasan). “Abdullah bin „Amar bin „Ash meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad s.a.w. bersabda : Bila datang seseorang mengunjungi orang sakit hendaklah ia berdo‟a : (Ya Allah sembuhkanlah hamba Engkau ini supaya dapat ia membinasakan musuh atau mengantarkan jenazah kepada Engkau). “(Riwayat Abu Daud).
Universitas Gadjah Mada
7
―Ummu Salamah meriwayatkan bahwa Rasullullah s.a.w bersabda : Bila kamu berada pada orang sakit atau mati, ucapkanlah do‘a yang baik – baik, maka sesungguhnya Malaikat – Malaikat akan mengaminkan apa – apa yang engkau katakana. (Riwayat Muslim). 6. Menjaga jangan sampai penderita terganggu ―Ubaidullah bin Abdullah meriwayatkan dari lbnu Abbas : Ketika Rasulullah s.a.w. dekat wafat — diantara hadirin terdapat Umar bin Chatthab — beliau bersabda : Marilah saya tuliskan buat kamu satu surat (wasiat) yang kamu tidak akan sesat bila kamu mengikutinya. Umar lalu berkata: Sesungguhnya Nabi s.a.w. telah sakit parah, sedang kamu sudah mempunyai Qur‘an maka cukuplah Qur‘an Itu buat kita. Ketika itu timbullah pertikaian diantara mereka hadirin, sebagian mengatakan : Dekatkanlah supa Nabi s.a.w dapat menuliskan wasiat yang kamu tidak akan sesat bila mengikutinya, sebagian lagi menyetujui pendapat Umar. Diwaktu pertengkaran dan perselisihan diantara mereka telah memuncak, maka Rasulullah s.a.w. berkata : Menjauhlah kamu! Seterusnya Ubaidullah meriwayatkan bahwa lbnu Abbas berkata: Adalah satu kerugian besar terhalangnya Rasulullah menuliskan satu wasiat itu untuk mereka, disebabkan pertengkaran dan perselisihan mereka.‖ (Riwayat Sahih Buchari). 7. Membacakan Al – Qur‟an, diantaranya Surat Yasin ―Ma‘qil bin Jasar meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: Bacakanlah kepada saudaramu yang sedang menghadapi maut Surat Yasin (Riwayat Abu Daud, lbnu Madjah dan Ahmad) Dan bunyi Iengkapnya ialah: Surat Yasin adalah jantung Qur‘an. Barangsiapa yang membacanya karena mencari keridhaan Allah dan kampung Akherat, niscaya Allah akan mengampuninya dan oleh karena itu bacakanlah Surat yasin kepada saudaramu yang sedang menghadapi maut!‖. ―Aba Darda‘ dan Aba Dzar meriwayatkan bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda: Apabila dibacakan Surat Yasin didekat orang yang sedang menghadapi maut, maka Allah akan meringankan kesakitan matinya.‖ Pemeriksaan oleh tenaga medis yang berlainan jenis kelaminnya. 1. Orang sakit wajib berobat a. Usamah bin Syarik berkata : Usamah bin Syarik berkata : Diwaktu saya beserta Nabi Muhammad s.a.w. datanglah beberapa orang badui lalu mereka bertanya: Ya Rasulullah apakah kita mesti berobat? Jawab Beliau: Ya, wahai hamba Allah, berobatlah kamu, karena Allah tidak mengadakan penyakit, melainkan Ia mengadakan obatnya, kecuali satu penyakit. Tanya mereka: Penyakit apakah itu? Jawab beliau: Tim (Riwayat Ahmad).
Universitas Gadjah Mada
8
b. Abu Darda berkata: Rasulullah s.a.w. bersabda: Sesungguhnya Allah menurunkan penyakit dan obat dan diadakanNya bagi tiap-tiap penyakit obatnya, maka berobatlah kamu, tetapi janganlah berobat dengan yang haram. (Riwayat Abu Daud) 2. Wajib ada ahli pengobatan dan perawatan dalam rumah sakit a. Bertanyalah kepada ahlinya bila kamu tidak mengetahui” (S. An-Nahl: 43) b. Abu Hurairah berkata: Sabda Rasulullah s.a.w.: Apabila sesuatu urusan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah saat keruntuhannya.” (Riwayat Buchari). c. lbnu „Umar berkata: Rasulullah s.a.w. bersabda: Tiap-tiap kamu adalah pemimpin, dan tiap - tiap kamu bertanggung jawab atas pimpinannya.” (Riwayat Ahmad, Buchari dan Abu Daud). Dalam agama Islam berobat itu wajib dan berobat itu haruslah pada ahlinya tanpa membedakan jenis kelaminnya. 3. Wanita boleh jadi dokter atau paramedis a. Ummu „Athijah AI-Ansharijah berkata: Saya telah turut berperang bersama Rasulullah s.a.w. dalam tujuh kali peperangan, dimana saya menjaga kendaraan, menyediakan makanan, mengobati orang-orang luka dan merawati orang-orang yang tidak dapat berjalan. (Riwayat Ahmad dan Muslim). b. Rubaiyi‟ binti Mu‟auwidz bin „Afra‟ berkata: Kami telah turut berperang beserta Rasulullah s.a.w. dimana kami menyediakan minuman, melayani pasukan dan mengantarkan orang-orang yang terbunuh dan luka pulang ke Madinah (Riwayat Buchari). 4. Dalam keadaan biasa tidak dibolehkan laki-laki (bukan muhrim) bersendirian dengan perempuan dan memeriksa serta atau merawatnya, begitu juga sebaliknya. Dalam rumah sakit hendaklah diadakan bagian-bagian pemeriksaan/perawatan khusus buat pasien laki-laki dan perempuan. Abu Umamah, Rasulullah s. a. w. bersabda: Jauhilah bersendirian dengan perempuan, demi Allah, yang diriku dalam kekuasaanNya; jika seorang laki-laki bersendiri dengan seorang perempuan, rnaka tak dapat tidak pastilah syaithan masuk menyelinap diantara keduanya. (R. At Thabarani) 5. Akan tetapi dalam keadaan tertentu (darurat) diperbolehkan pria memeriksa wanita atau sebaliknya. Sesuatu yang dipandang darurat (tak dapat dielakkan) membolehkan sesuatu yang terlarang. (Al Asybah wan Nazha-ir hal. 85). ―Hanya yang diharamkan atas kamu ialah bangkai, darah, daging babi dan apa (binatang) yang disembelih bukan dengan nama Allah (dengan nama berhala dan sebagainya). Maka barangsiapa yang terpaksa (memakannya), dengan tidak aniaya dan Universitas Gadjah Mada
9
tidak melampaui batas, tidaklah ia berdosa; Allah sesungguhnya Pengampun lagi Penyayang (S. Al Baqarah: 173). Etika Berkunjung Pada Orang Sakit Islam sangat menganjurkan untuk mengunjungi orang sakit tetapi harus dengan etika yang baik. a. Barra‘ bin ‗Azib ra. meriwayatkan bahwa Nabi s.a.w. menyuruh kami mengunjungi orang sakit dan mengantarkan jenazah . . . (Ryadush salihin, hal.354). b. Abu Musa meriwayatkan bahwa Nabi s.a.w. bersabda: Beri makanlah orang yang Iapar dan kunjungilah orang yang sakit dan bebaskanlah orang tawanan (R. Buchari). c. Ka‘ab bin Malik meriwayatkan bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda: Barangsiapa menziarahi orang sakit berarti berenang dalam lautan rahmat dan apabila Ia telah duduk berarti Ia sudah berkecimpung di dalamnya (Riwayat Ahmad dengan Isnad Hasan dan Tabarani). Pada waktu mengunjungi orang sakit harus memperhatikan hal-hal berikut ini. Mengucapkan salam dengan suara yang lembut, berlaku tenang, sedikit bicara, memendekkan waktu berkunjung, menggembirakan, menasehati, menjauhkan dari hal- hal yang mengecilkan hati, mendo‟akan, membatasi frekuensi kunjungan, tidak membawakan makanan yang dilarang oleh dokter. 1.
Mengucapkan salam dengan suara lembut a. Bila engkau memasuki rumah-rumah maka hendaklah engkau memberi salam kepada penghuninya, ucapan selamat dari Allah yang berkat dan baik, demikianlah Allah menerangkan kepada kamu ayat-ayatNya supaya kamu pikirkan (S. AnNur:61) b. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu masuki rumah-rumah yang bukan rumahmu, sebelum kamu minta izin dan memberi salam kepada penghuninya, demikian sebaik-baiknya buat kamu, mudah-mudahan kamu ingat. (S. An-Nur : 27).
2.
Berlaku tenang a. Tetaplah kamu bersifat tenang (P. Tabarani dan Baihaqi) b. lbnu „Abbas berkata : Termasuk sunnah Nabi s.a.w. tidak lama-lama duduk, tidak ribut-ribut, ketika mengunjungi orang sakit. (R. Razin, Misykatulmashabih).
3.
Sedikit bicara a. Ibnu „Abbas berkata : Termasuk sunnah Nabi s.a.w. tidak lama-lama duduk, tidak banyak
bicara
/
ribut
ketika
mengunjungi
orang
sakit
(Riwayat
Razin,
Misykatulmashabih).
Universitas Gadjah Mada
10
4.
Memendekkan waktu kunjungan a. Anas meriwayatkan bahwa Nabi s.a.w bersabda : Mengunjungi orang sakit selama sekedar dua perasaan susu unta (tidak lama – lama) dan dalam riwayat Sa‟id bin Musayab Mursal : Sebaik – baik kunjungan kepada orang sakit ialah cepat berdiri (tidak lama – lama) (Misykatulmashabih).
5.
Menggembirakan dan menghibur a. Ibnu „Abbas meriwayatkan bahwa Nabi s.a.w dikala mengunjungi orang sakit bersabda : Tidak apa-apa, suci, Insya Allah (Riwayat Tirmidzi). b. Anas r.a. meriwayatkan bahwa Nabi saw. Bersabda : Permudahkah jangan dipersukar, gembirakanlah, jangan ditakut-takuti (R. Buchari dan Muslim) c. Apabila kamu mengunjungi orang sakit maka hilangkanlah kecemasan hatinya tentang ajalnya. Sesungguhnya yang demikian itu tidak merubah sesuatu, tetapi dapat menenangkan jiwanya (riwayat Tirmidzi).
6.
Memberi nasehat a. Demi masa sesungguhnya manusia dalam keadaan merugi kecuali mereka yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasihat-menasihati guna melakukan kesabaran (S. Wal „Asri: 1 - 3). b. Djarir bin Abdullah berba‟it (janji setia) kepada Rasulullah s.a.w. untuk patuh dan ta‟at - ditegaskan oleh beliau s.a.w. - dengan sepenuh - penuh kesanggupan dan memberi nasihat (jujur kepada setiap muslim (Buchari dan Muslim). c. Djarir bin „Abdillah berkata : Saya berbait kepada rasulullah untuk mendirikan sembahyang, mengeluarkan zakat dan memberi nasihat kepada setiap muslim (R.‟Buchari dan Muslim).
7.
Menjauhkan segala yang mengecilkan hati orang yang sedang sakit a. Apabila kamu mengunjungi orang sakit, hilangkanlah kecemasan hatinya tentang ajalnya. Sesungguhnya yang demikian itu tidak merubah sesuatu, tetapi dapat menenangkan jiwanya (R. Tirmidzi dan lbnu Madjah)
8.
Berdo‟a untuk orang yang sedang sakit Siti „Aisyah r.a. meriwayatkan bahwa Nabi saw. dikala mengunjungi salah satu keluarga, beliau mengusap-usap orang yang sakit dengan tangan kanannya seraya berdo‟a : Ya, Allah Tuhan manusia lenyapkanlah penyakitnya, sembuhkanlah ia, Engkaulah yang menyembuhkan,
tiada
ada
lain
kesembuhan
hanyalah
kesembuhan
Engkau,
kesembuhan yang menghabiskan penyakit. (Riwayat Buchari dan Muslim) 9.
Membatasi frekuensi berkunjung a. Berkunjunglah jarang-jarang, dengan demikian bertambahlah rasa kasih sayang (Riwayat Al-Bazar, Baihaqi, Tabrani, Hakim dan Daruquthni, serta Abu Huraira dan Abu Dzar). Universitas Gadjah Mada
11
b. Jarang-jaranglah mengunjungi orang sakit. (R. Abu Ja‟la). c. Fiqhi : Dan disunatkan supaya jangan mengunjungi orang sakit terus menerus tetapi hendaklah jarang-jarang, dan tidaklah makruh mengunjungi orang sakit sembarang waktu, kecuali jika mengganggu orang yang sedang sakit. (Al Anwar,juz 1, hal 113). 10. Jangan membawa makanan yang dilarang bagi orang yang sakit a. Ummul Mundzir binti Qaisul Al-Ansharijah beiiwayat: Rasulullah s.a.w. beserta „Ali datang mengunjungi saya, sedang sayidina „Ali belum sembuh benar dari sakitnya. Pada kami terdapat beberpa tandan kurma tergantung. Maka bangkitlah Rasulullah s.a.w. memakannya, lalu Rasulullah s.a.w. bersabda: Jangan, engkau belum sembuh benar, sehingga „Ali tidak jadi memakannya. Ummul Mundzir berkata: Saya telah memasakkan bubur sya‟ir (padi-padian) dan sup lalu saya hidangkan pada Nabi s.a.w. Beliau bersabda : Wahai „Ali makanlah, ini lebih baik bagimu. (R Abi Daud). b. Diantara tuntunan Rasulullah s.a.w tentang etika mengunjungi orang sakit ialah bahwa Rasulullah s.aw. mendekati orang sakit, duduk dekat kepalanya, lalu beliau tanyai ia tentang keadaannya seraya berdo‟a. Diriwayatkan pula bahwa Rasulullah s.a.w bertanya pada orang sakit apa yang diinginkannya, kalau ternyata yang diinginkannya tidak membahayakan maka dibolehkan untuk menyediakannya. (hudor – rasul, Muchtashar adul-ma‟ad, hal. 86). Kewajiban Orang yang Sedang Sakit. Orang yang sedang sakit wajib : memeriksakan diri pada dokter, berobat, taat pada nasihat dan petunjuk dokter, sabar dan tidak gelisah atas cobaan sakit, selalu ingat pada Allah, menyadari diri akan sebab-sebab mengalami sakit, bertaubat, selalu berpengharapan akan sembuh, memperbanyak dzikrullah, berwasiat (bila sakit keras), selalu berbaik sangka pada Allah. 1. Wajib memeriksakan diri bila sakit a. Bertanyalah pada ahlinya jika kamu tidak mengetahuinya (S.An – Nahl : 43) b. Imam Malik meriwayatkan dari Zaid bin Aslam, bahwa pada masa Rasulullah s.a.w. ada seorang laki – laki mendapat luka dan dalam tubuhnya bercucuran darah, ia memanggil dua orang laki – laki dari Bani Amar, kedua orang itu dating mengobatinya. Maka keduanya berkata, bahwa Rasulullah s.a.w. bertanya kepada mereka: Siapakah diantara kamu berdua yang lebih ahli dalam ilmu kedokteran? Kedua orang itu menjawab: Apakah ada baiknya ilmu kedokteran itu, ya Rasulullah? Maka Zaid berkata, bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda: Yang menurunkan obat, Dialah yang menurunkan penyakit. (Tanwirul Hawalik, Syarh „ala Muwaththa‟ juz III, hal 121). Universitas Gadjah Mada
12
c. Sabda Rasulullah s.a.w. : Allah yang menurunkan penyakit, Allah pula yang menurunkan obatnya. d. Sabda rasulullah saw. : Setiap penyakit selalu ada obatnya, kecuali penyakit tua. 2. Wajib berobat a. Usman bin Syarik berkata: Diwaktu saya berada beserta Rasulullah s.a.w. datanglah beberapa orang Badui, lalu mereka bertanya: Ya, Rasulullah, apakah kita mesti berobat? Jawab beliau: Ya, wahal hamba Allah, berobatlah kamu, karena Allah tidak mengadakan suatu penyakit melainkan mengadakan pula obatnya, kecuali suatu penyakit. Tanya mereka : Penyakit apakah itu? Jawab beliau: Tua. (Riwayat Ahmad Zadul Ma‟ad, juz Ill, hal 66). b. Abu Darda‟ meriwayatkan bahwa Rasulullah s.a.w. Bersabda : Sesungguhnya Allah menurunkan penyakit dan obat dan diadakanNya bagi tiap-tiap penyakit obatnya, maka berobatlah kamu, tetapi janganlah berobat dengan yang haram. (Riwayat Abu Daud). 3. Mengindahkan nasihat dan petunjuk dokter Perbuatan yang baik ialah bertanya kepada ahlinya dan sesudah itu mengerjakan nasihatnya. 4. Sabar dan tidak boleh gelisah karena cobaan sakit a. Sabarlah atas segala yang menimpa engkau, dan sesungguhnya yang demikian itu termasuk pekerti yang utama (S. Lukman : 17). b. Basyir bin „Abdullah bin Abi Ayyub Anshary meriwayatkan dari bapanya yang menerima dari kakeknya, bahwa ketika Rasuluuah s.a.w. mengunjungi seorang lakilaki Anshary, beliau menunjukkan diri kepadanya serta bertanya, rnaka Ia menjawab: Ya, Nabi Allah, aku sudah tujuh malam tidak memejamkan mata dan tidak seorangpun datang menengok aku. Lalu Rasulullah s.a.w. bersabda: Hai saudaraku, bersabarlah, hai saudaraku, sabarlah (jika engkau sabar), niscaya engkau akan keluar dari dosa-dosamu seperti pada saat engkau memasukinya (Riwayat lbnu Abid Dunia). c. Anas berkata bahwa Ia mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda : Allah SWT berfirman Apabila Aku coba hambaku dengan kedua matanya (sakit-buta). Sedang Ia tetap bersabar, maka Aku akan membalasnya dengan surga. (R.Buchari) d. Dan gembirakanlah orang-orang yang sabar, yang bila mereka ditimpa musibah berkata : Kami kepunyaan Allah, dan kami akan kembali kepada Allah.” (S. Al Baqarah: 155 - 156). e. “Dan mereka yang sabar dalam penderitaan, kesusahan dan dalam peperangan, mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa.” (S. Al Baqarah: 177). Universitas Gadjah Mada
13
5. Ingat kepada Allah a. Ketahuilah bahwa dengan ingat pada Allah hati akan menjadi tenang (S. Ar-ra‟d: 28). 6. Menyadari diri akan sebabnya ia sakit a. Rasulullah s.a.w. bersabda : Tiap-tiap bencana apa saja yang menimpa sesorang muslim sekalipun satu duri, adalah karena salah dari dua sebab, karena Allah hendak mengampuni dosa kesalahannya yang tidak dapat diampuninya melainkan dengan cobaan itu atau karena Allah hendak memberinya suatu kehormatan yang tidak mungkin dicapainya melainkan dengan cobaan itu (R. lbnu Abi-dunia). b. Siti „Aisyah r.a. meriwayatkan bahwa ia bertanya pada Rasulullah s.a.w. tentang pes, maka beliau menjawab : Sesungguhnya wabah pes adalah suatu „azab yang diturunkan Allah kepada siapa yang dikehendakiNya dan menjadikannya (wabah pes) rahmat bagi orang yang beriman, sebab barangsiapa yang tetap dalam negerinya yang ditimpa wabah pes itu dengan sabar dan berkeyakinan bahwa ia tidak akan ditimpa oleh sesuatu penyakit apapun juga kecuali memang telah ditetapkan Allah, maka pastilah orang itu akan mendapat pahala sebesar pahala mati syahid (Riwayat Shahih Buchari). 7. Bertaubat a. Sesungguhnya Aku sangat pengampun bagi orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal shalih lalu ia tetap atas yang demikian itu (S. Thaha :82). b. Hai orang-orang yang beriman bertaubatlah kepada Allah dengan sebenar benarnya taubat (nasuha) niscaya Tuhanmu menghapuskan dan padamu kejahatankejahatanmu (S. Tahrim: 8). c. Katakanlah (hai Rasul), Hai hambaKu yang sudah berlebih-lebihan berbuat dosa janganlah berputus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya Allah itu, kuasa mengampuni dosa semuanya, sesungguhnya Dia Maha Pengampun dan Maha Penyayang (S. Az-Zumar: 53). 8. Tetap berpengharapan akan sembuh a. Janganlah kamu berputus asa dari pertolongan Allah, sesungguhnya tidak akan berputus asa dari pertolongan Allah kecuali orang-orang kafir (yang tidak perceya pada Allah) (S. Junus: 87). 9. Memperbanyak mengingat-ingat Allah a. lngatlah pada Ku niscaya Aku ingat padamu (S. Al Baqarah: 152) b. Hal orang yang beriman, ingatlah kamu kepada Allah sebanyak-banyaknya (S. Al Ahzab :41) c. Dan ingatlah kepada Tuhanmu dalam dirimu pagi dan petang dengan berendah diri dan khidmat, tidak usah dengan suara keras dan janganlah lengah (S. Al A‟raf:205).
Universitas Gadjah Mada
14
10. Berwasiat jika sakit keras a. Diawajibkan atasmu bila kamu dekat mati, berwasiat kepada ibu bapa dan kaum kerabat, jika kamu mempunyai harta benda, (wasiat itu) dengan ukuran yang layak, yang demikian itu adalah suatu kewajiban atas orang yang takut kepada Allah (S. Al Baqarah: 180) b. Djabir r.a. meriwayatkan bahwa Nabi s.a.w. bersabda: Barangsiapa yang meninggal dunia dengan berwasiat, maka ia meninggal diatas jalan yang benar dan menurut sunnah, meninggal dalam taqwa dan syahadat serta meninggal dengan diampuni Tuhan (R. lbnu Madjah). 11. Berbaik sangka pada Allah a. Djabir r.a. meriwayatkan bahwa Nabi s.a.w. bersabda: Janganlah hendaknya mati seseorang kamu kecuali hendaklah Ia membaikkan sangkanya terhadap Allah Ta‟ala (Riwayat Muslim). BAYI YANG BARU LAHIR Hal – hal yang wajib dilakukan pada bayi yang baru lahir adalah : mengadzankan, mentahnikkan (mencicipkan manisan) dan mendo‟akan (memohon perlindungan). 1. Mengadzankan a. Diriwayatkan dari Ubal bin Rafi‟ bahwa Nabi s.a.w. mengadzankan Hasan bin Ali pada telinganya dengan lafaz adzan sholat, ketika ia dilahirkan ibunya, Fatimah r.a. (Riwayat Abu Daud dan Nasal). b. Fiqhi : Disunnatkan adzan serta membacakan surat Al-Ichlas dan ayat: Inni u‟idzuha bika wa dzurriyataha minasy syaithanir rajim” pada telinga kanan bayi, lelaki atau perempuan, dan (disunnatkan juga) qamat pada telinga kirlnya ketika dilahirkan, dan (disunnatkan pula) mentahnikkan (mencicipkan korma atau menisan (misalnya madu) yang belum dimasak, orang baik-baik, laki-laki atau perempuan (Kitab fathul Mu‟in). c. Diriwayatkan dari Husain bin „Ali bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda: Barangsiapa yang lahir anaknya kemudian mengadzankannya pada telinganya yang kanan dan mengiqamatkannya pada telinganya yang kiri, niscaya anak itu tidak diganggu oleh Ummush-shibyan (nama syaithan) (Riwayat lbnu Sunni) 2. Mentahnikkan bayi yang baru lahir a. Diriwayatkan dari Abu Musa Al-Asy‟ari bahwa ia berkata : Anak saya lahir lalu saya bawa kepada Rasulullah s.a.w. maka beliau memberinya nama Ibrahim dan mentahnikkannya
serta
mendo‟akannya
supaya
diberkati
Allah
kemudian
dikembalikannya kepada saya. Anak ini ialah putera Abu Musa yang tertua (Riwayat Buchari dan Muslim).
Universitas Gadjah Mada
15
3. Mendo’akan bayi baru lahir a. Diriwayatkan dari Ibnu „Abbas r.a bahwa ia berkata : Adalah Rasulullah s.a.w. memohonkan perlindungan bagi Hasan dan Husain dan sabdanya : Sesungguhnya Nabi Ibrahim memohonkan perlindungan bagi kedua anaknya, Isma‟il dan Ishak dengan do‟anya : “Aku memohonkan perlindungan dengan kalimat Allah yang sempurna dari segala syeitan dan binatang – binatang berbisa dan dari pandangan mata yang jahat. “ (Riwayat Buchari). KEWAJIBAN TERHADAP ORANG YANG BARU MENINGGAL Manusia pasti mati dan tidak dapat menghindarkan diri daripadanya, seperti Firman Allah berikut ini : “Tiap - tiap diri pasti merasa mati. “(S. Ali „lmran : 185) “Katakanlah: Sesungguhnya maut yang kamu elakkan , pasti menemui kamu (S. Al Jumu‟ah: 8) “Dimana saja kamu berada, maut pasti mencapai kamu, sekalipun kamu berada di dalam benteng yang kokoh.” (S. An Nisa‟: 78)
Karena manusia pasti mati maka Allah memerintahkan manusia agar beriman hingga waktu matinyapun ia harus berada dalam beriman (beragama Islam), seperti firmanNya berikut ini : “Dan janganlah kamu mati kecuali dalam Islam.” (S. Al Baqarah: 132) Ada beberapa hal yang dapat dilakukan pada orang yang barn meninggal yaitu: menutupkan matanya, mengatupkan rahangnya dengan mengikatnya dari puncak kepala sampai ke dagu supaya jangan menganga mulutnya, memperlemah persendian anggota gerak (tungkai, lengan dan jari) guna mempermudah memandikannya, sebaiknya selama badannya masih terasa panas, menutupinya dengan kain, menanggalkan pakaian yang dipakainya dibawah kain tersebut, mendekapkan kedua tangannya (kanan diatas kiri) diatas pusat dibawah dada, seperti orang sembahyang, meletakkan sesuatu diatas perutnya, menghadapkannya ke qiblat (telapak kakinya menghadap ke qiblat) 1. Menutupkan mata a. Syaddad bin Aus meriwayatkan bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda : Bila kamu menghadiri orang mati, maka tutupkanlah matanya (Riwayat Ahmad dan lbnu Madjah). b. Ummu Salamah r.a meriwayatkan bahwa Rasulullah datang melihat Abi Salamah (sesudah meninggal), (beliau melihat) matanya terbelalak lalu ditutupkannya (Bulugul Muram, hal. 85). Universitas Gadjah Mada
16
2. Mengatupkan rahang dengan mengikatnya dari puncak kepala sampai ke dagu supaya jangan menganga mulutnya. a. Kitab Al Mahalli Juz I, hal 322 dan Al Majmu‟, juz 5, hal. 120 3. Memperlemah persendian anggota gerak. a. Kitab Al Mahalli juz I, hal 322 4. Menutup dengan kain a. Sitti Aisyah r.a. meriwayatkan bahwa ketika Nabi s.a.w. meninggal dunia beliau ditutupi dengan selimut buatan Yaman (kain) (R. Buchari dan Muslim) 5. Menanggalkan pakaian a. Kitab Al Mahalli juz I hal 322 6. Mendekapkan kedua tangan a. Kitab Al Mahalli juz I hal 322 7. Meletakkan sesuatu di atas perut a. Karena diriwayatkan bahwa pelayan Anas meninggal, maka berkata Anas r.a. Letakkanlah sepotong besi diatas perutnya (Kitab Majmu‟ juz hal 120). 8. Merighadapkan ke qiblat a. Yang lebih layak sebagal dalil sunnatnya menghadapkan mayat ke qiblat adalah hadis yang diriwayatkan oleh Hakim dan Baihaqi dan Abi Qatadah yang berbunyi: b. Bahwa Al Barra‟ bin Ma‟ruf berwasiat supaya ia dihadapkan ke qiblat bila ia telah sekarat/hampir wafat, maka bersabda Rasulullah saw.: Wasiatnya itu sesuai dengan fitrah Islam (Nailul Authar, juz 4, hal 23). c. „Ubaid bin „Umar meriwayatkan dari bapanya - „Umar itu pernah mengawani Rasulullah s.a.w. - bahwa ada seorang bertanya: Ya, Rasulullah, apakah macamnya dosa besar itu?” Jawab Rasulullah saw.: Tujuh macam, disebutkan diantaranya: melanggar kehormatan Masjidil haram yang jadi qiblatmu diwaktu hidup dan setelah matimu (Riwayat Abu daud) d. Fiqhi: Disunnatkan menghadapkannya ke qiblat (Kitab Majmu‟ juz 5, hal: 116). PERAN AGAMA DALAM PENINGKATAN KESEHATAN JIWA Agama secara khusus dapat membantu pencegahan timbulnya “mental distress”, kecemasan dan depresi, sepanjang pemeluknya telah menjadikan ajaran agama sebagai bagian dan kepribadiannya, mempraktekannya dalam kehidupan keseharian. Merasa haqqul yakin dengan adanya Allah sebagai Maha Pencipta, Maha Pengasih dan Penyayang dan dengan Nabi Muhammad debagai Rasul Allah yang merupakan satu-satunya teladan dalam segala aspek kehidupan buat umatnya. Juga merasa haqqul-yakin dengan kebenaran Kitab Suci dan Hadist Nabi yang shohih, mempelajarinya menghayatinya dan mentaati aturan main yang ditetapkan Allah dan Rasulnya. Keyakinan bahwa kehidupan di dunia itu hanya Universitas Gadjah Mada
17
sangat sementara untuk menuju ke kehidupan yang kekal di akhirat, maka kita seharusnya disamping bekerja untuk kebahagiaan di dunia sekaligus beribadah dan berdoa untuk kebahagiaan di akhirat, dijauhi dari siksa neraka. “Fear of unknow threats” (merasa takut dengan ancaman-ancaman yang tidak diketahuinya) Hal ini tidak mungkin terjadi, kalau kehidupan kita telah bertahun-tahun (bahkan sejak kecil) telah memahami, meyakini dan mempraktekkan bahwa dalam setiap perbuatan yang Rita takuti hanya Allah semata. Bukankah sembahyangku, ibadahku. Hidup dan matiku hanya kuserahkan kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam? (dibaca pada setiap kali shalat). Kita memang tidak perlu merasa khawatir dalam kehidupan di dunia ini sepanjang kita selalu menyerahkan diri kepada-Nya, karena Allah pasti akan mencukupi / memelihara kita. Allah jugalah, sebaik-baiknya Pelindung den sebaik-baiknya Penolong. “Internal Conflict” (konflik internal) Konflik internal yang bisa menimbulkan kecemasan, biasanya kalau kita harus marah kepada orang – orang terdekat tetapi terpaksa harus menahan diri atau kalau kita merasa iri hati dengan kesuksesan orang lain, atau kalau kita harus mengerjakan dua atau lebih masalah penting dalam waktu yang relatif bersamaan. Oleh karena itu sebagai muslim kita harus bersabar karena Allah, karena kesabaran bentuk ini tidak terbatas, bukan seperti kita pada umumnya, kesabaran yang hanya bersifat menahan marah. Permintaan Allah kepada orang-orang yang beriman supaya menjadi sabar dan sholat sebagai penolong mereka, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. Kita dilarang memutuskan tali persaudaraan, diperintahkan mudah memberi maaf, dan pemberian maaf kita itu lebih dekat kepada taqwa. Perasaan iri hati dan dengki kepada orang lain yang lebih beruntung, disamping dilarang oleh Allah, juga dapat menggerogoti jiwa yang bersangkutan. Bahkan menjadi fltnah dan memupuk bibit-bibit permusuhan. Allah meninggikan sebagian dari kita atas sebagian yang lain beberapa derajat, untuk menguji kita tentang apa yang diberikanNya kepada kita. Allah juga melarang kita iri hati terhadap apa yang dikaruniakan-Nya kepada sebagian dari kita Iebih banyak dari sebagian yang lain. Sebenarnya jika semua perbuatan atau perilaku kita dimenej dengan baik, kecil sekali kemungkinannya kita akan menghadapi berbagai masalah penting dalam waktu yang bersamaan. Bukankah Nabi telah memesankan kepada kita bahwa segala amal perbuatan itu tergantung dengan niatnya (Hadist). Artinya kita harus membuat perencanaan yang baik supaya tidak saling bertumpuk. Karena niat yang baik atau perencanaan yang baik, dengan mengharapkan keridhoan Allah meskipun belum sempat dilaksanakan akan diberikan pahala.
Universitas Gadjah Mada
18
“Feeling of idadequency” (Perasaan yang tidak adekuat) Biasanya orang-orang yang mengerjakan sesuatu, betapapun sulitnya kalau mereka mengetahui masalahnya dan cara mengatasinya, maka merekapun merasa aman-aman saja (perasaan adekuat dengan masalahnya atau pekerjaan yang akan atau sedang dihadapi). Tetapi banyak orang mengerjakan sesuatu yang bukan bidangnya atau menghadapi masalah yang tidak / belum diketahuinya secara jelas. Mereka ini tentunya merasakan sesuatu yang tidak adekuat, minimal akan menghadapi ketegangan mental, bahkan bisa menghadapi kecemasan. ltulah sebabnya agama melarang kita mengerjakan sesuatu yang kita tidak mengetahui ilmunya, yang tentu saja demi kemaslahatan kita sendiri, disamping sebagai ibadah melalui jalur “habluminnannas”. Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kemampuannya. Allah juga melarang kita mengikuti apa yang kita tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semua itu akan diminta pertanggung jawabannya. “Lost of object” (kehilangan obyek yang dicintainya) Kehilangan untuk selamanya obyek yan dicintai seseorang (pasangan, anak, dan orang tua) memang merupakan peristiwa kehidupan yang sangat menekan (“stressful life events”). Banyak diantara kita yang taat, seharusnya yang paling kita cintai adalah Allah SWT yang telah memberikan kenikmatan yang tidak terhingga. Kemudian cinta kepada Muhammad Rasulullah, satu-satunya keteladanan dalam semua aspek kehidupan buat kita. Hati yang beriman, gemetar (karena cinta yang mendalam) bila disebutkan Allah. Sedangkan suamiistri, anak, orang tua dan lain-lainnya yang kita cintai, seperti kita sendiri hanyalah makhluk Allah di dunia yang kita tempati untuk waktu yang sangat singkat dibandingkan dengan akhirat yang akan kita tempati untuk selama-lamanya, yang merupakan sebenar-benarnya kehidupan. Kalau Rita mencintai dan mentaati Allah dan Rasul-Nya, niscaya suami-istri, anak, orang tua dan lain - lainnya, Rita tidak mendapatkan apa-apa dari amal mereka kecuali amal kita sendiri. Manusia hanya memperoleh pahala dari Allah atas apa yang diusahakan sendiri. Karena semua mahluk Allah pasti akan meninggal, termasuk mereka yang kita cintai, sebaiknya kita ikhlaskan dan mengingatkan kita untuk meningkatkan bekal diakhirat, karena sewaktu-waktu kita juga akan dipanggil Allah. Oleh karena itu, apabila kita ditimpa musibah, kita mengucapkan : “Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sesungguhnya pula kami akan kembali kepada-Nya. Selanjutnya kita harus memperbanyak mengingat Allah, karena kita diperingatkan, bahwa hanya dengan mengingat Allah, hati kita menjadi tenteram. “Worthlessness, lonelines, helplessness, and hopelessnes” (merasa tidak berguna, kesepian, tidak ada penolong, dan tidak ada harapan) Dimuka telah disampaikan bahwa salah satu modal kesehatan jiwa adalah merasa berguna hidupnya, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain. Beramal sholeh kepada orangorang
lain,
tanpa
melupakan
dirinya
sendiri,
merupakan
ibadah
melalui
Universitas Gadjah Mada
19
jalur
“hablumminannaas”. Jangan lupa dengan janji Allah pula untuk merasa diri berguna dengan beramal sholeh, yaitu : orang – orang beriman dan mengerjakan amal – amal sholeh, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam surga. Orang-orang yang merasa dirinya tidak berguna, biasanya menjauhkan diri dari pergaulan sosial yang setelah sekian lama lalu merasa kesepian. Padahal manusia diciptakan sebagai mahkluk sosial, dimana pergaulan sosial itu menjadi modal untuk bekerja. Apabila telah ditunaikan sholat, maka kita diperintahkan untuk bertebaran mencari karunia Allah didunia sebanyak mungkin supaya kita beruntung. Karena sesama mukmin itu bersaudara maka kita ada alasan untuk merasa kesepian. Apabila kalau Nabi telah berpesan, sayangilah kamu kepada semua yang ada di bumi, maka kamu akan disayangi oleh semua yang ada di langit. Orang-orang depresif juga merasa dirinya tidak ada penolong dan tidak ada harapan. Padahal dalam agama prinsip tolong menolong itu merupakan amal sholeh yang diperintahkan Allah. Sesungguhnya Allah menyeluruh kamu sekalian berlaku adil dan berbuat kebajikan memberi kepada kaum kerabat dan Allah melarang dan perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Berbuat baiklah kepada ibu-bapakmu, karib-kerabat, anakanak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat dan para pembantu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri. Kita juga dilarang berputus asa dalam kehidupan dunia, termasuk dilarang bunuh diri karena merasa hidup tanpa harapan. Berdoa kepada Allah dengan rasa rendah diri dan penuh harapan, niscaya Allah akan mengabulkan doa kita. Jadi tidak beralasan, kalau hidup di dunia yang sangat sementara ini, kita merasa tak ada penolong dan tiada harapan, padahal harapan sesungguhnya adalah kebahagiaan hidup yang kekal di akhirat. “Guilty feeling and threats to self-confidence and self esteem” (merasa berdosa dan adanya ancaman terhadap kepercayaan diri dan harga diri) Orang depresif juga merasa berdosa dan merasa adanya ancaman terhadap kepercayan diri dan harga diri yang merupakan perasaan negatif yang saling berhubungan. Padahal Allah hanya tidak mengampuni dosa karena syirik (menyekutukan Tuhan ). Allah itu Maha penerima tobat, make hendaklah kamu sekalian memohon ampun kepada Allah dan bertobat kepada-Nya, niscaya Allah akan mengampunimu dan memberikan kenikmatan. Asalkan tobatmu sebagai orang beriman harus dilakukan dengan sungguh-sungguh dan sebaiknya permintaan tobatmu itu dilakukan di akhir-akhir malam. Dengan cara tersebut, seharusnya kita yakin bahwa perasaan berdosa kita telah diampuni Allah, dan kita harus percaya diri kembali termasuk kembalinya harga diri kita. Jadi tugas para ulama, di sarnping memberikan dakwah secara konvensional, sangat diharapkan pula menyadarkan mereka kembali terhadap psikopatologi tersebut di atas, Universitas Gadjah Mada
20
sehingga secara tidak langsung telah membantu pencegahan terjadinya “mental distress”, kecemasan dan depresi di masyarakat. Secara tegas lagi, para ulama bisa membantu meningkatkan kesehatan jiwa masyarakat di Indonesia. Sebagai Umaro (pemimpin) di Indonesia, mereka harus menyadari sebagai khalifahkhalifah di bumi yang dijadikan oleh Allah, dan diberi kekuatan positif untuk mengubah corak kehidupan di dunia ini. Sebagai pemimpin maka mereka akan dimintai pertanggung jawab atas kepemimpinannya (Hadist). Hanya perlu diketahui bahwa kesehatan jiwa masyarakat, di negara majupun dinomerduakan daripada kesehatan masyarakat Iainnya apalagi di negara berkembang seperti Indonesia. Jika anggaran kesehatan kecil, maka dapat dipastikan bahwa anggaran kesehatan jiwa masyarakat akan semakin Iebih kecil dan sangat tidak memadai. Masalah penanggulangan kesehatan jiwa juga tidak hanya menjadi tanggung jawab para pemimpin yang menjadi “stake holders” bidang kesehatan saja, tetapi melibatkan pemimpin-pemimpin lain. Karena kesehatan jiwa masyarakat dipengaruhi oleh kemiskinan, kekerasan, dislokasi sosial, kepadatan penduduk (―density and crowded place‖) dan lain-lain, maka para pemimpin yang tertibat untuk mengatasi hal - hal tersebut harus dapat bekerjasama dengan bidang kesehatan secara bermusyawarah dan melakukan tindakan terpadu, serta melibatkan masyarakat untuk aktif berpartisipasi. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas kami menghimbau para cendekiawan muslim, sebagai bagian ibadah melalul jalur “hablumminannas”, kembangkanlah ilmu pengetahuan yang sekarang sudah ditemukan oleh para cendekiawan non-muslim. Sekarang kita belum memiliki instrumen kualitas keagamaan (―Instrument of Religiosity Scale‖) yang bisa untuk mencari hubungan besarnya “stresor” di masyarakat terhadap kemungkinan terjadinya “mental distress”, kecemasan dan depresi. Instrumen ini bisa dihubungkan dengan instrumen kecerdasan emosional (tentunya korelasinya sangat signifikan, karena butirbutirnya hampir sama dengan sifat-sifat atau ekspresi emosional yang diperintahkan oleh Allah) dan dipakai selanjutnya untuk mengetahui kondisi kesehatan jiwa masyarakat di Indonesia. Akhirnya, marilah kita mengamalkan janji Allah, barangsiapa yang menyerahkan diri kepada-Nya, sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran / kecemasan terhadap mereka dan tidak pula bersedih hati / depresif.
Universitas Gadjah Mada
21