Adam Smith Sebuah Primer Bag. 7: Tentang Wealth of Nations Peran pemerintah Smith menyelidiki peran yang benar dari pemerintah dalam Buku V. Dia kritis terhadap pemerintah dan kepemerintahan, tetapi juga bukan pendukung utama laissez-faire. Dia percaya bahwa eknomi pasar yang dia jelaskan bisa berfungsi dan membawa keuntungan hanya jika peraturannya ditaati – ketika hak properti diamankan dan kontrak dihormati. Penegakan keadilan dan supremasi hukum oleh karena itu sangat penting. Begitu juga pertahanan. Jika properti kita bisa dicuri oleh kekuatan asing, kita tidak lebih baik dari keadaan di mana tetangga kita bisa mencuri dari kita. Tetapi Smith berargumen lebih jauh dari ini dan berpendapat peran pemerintah juga dalam menyediakan pekerjaan umum dan mendukung pendidikan.
Pertahanan Smith menduga bahwa di dunia berburu dan mengumpul, setiap orang harus mempertahankan dirinya masing-masing. Tetapi karena pemburu hidup untuk hari itu dan punya sedikit atau tanpa properti, maka hanya sedikit kebutuhan untuk otoritas terpusat. Di zaman pertanian, dilain pihak, orang-orang mulai mengumpulkan properti berharga (tumbuhan dan ternak contohnya) dan mempertahankannya menjadi prioritas. Dalam prinsip pembagian kerja, diadakanlah spesialis dalam bidang militer. Mereka dengan properti yang paling banyak yang paling diuntungkan, tetapi mereka mengajak yang lain untuk turut serta berkontribusi dari pada menjadi ‘penumpang gratis’. Sehingga pertahanan menjadi fungsi dari pemerintah.
Peradilan Argumentasi sejarah yang sama dipakai untuk sistem peradilan. Ketika masyarakat berpindah menjadi masyarakat komersial, perdagangan, mereka yang punya properti mendirikan pemerintahan sipil, untuk melindungi diri mereka dari mereka yang tak berpunya: Keberlimpahan orang kaya memicu kemarahan orang miskin, yang sering dirangsang oleh keinginan, dan dorong oleh kecemburuan, untuk menyerbu kepemilikan mereka. Hanya dengan berlindung dibawah lindungan hakim sipil sehingga pemilik barang berharga, yang telah dikumpulkan lewat kerja selama bertahun-tahun, atau mungkin beberapa generasi, bisa tidur dengan rasa aman. Adalah hal yang tentu saja berguna bagi setiap orang untuk menerima kekuasaan dari hakim independen. Tetapi Tetapi usaha dari yang kaya dan berkuasa untuk membangun benteng dari keadilan untuk diri mereka sendiri diperparah juga dengan kecenderungan alamiah manusia untuk menghormati kualitas pribadi seperti kekuatan, kebijaksanaan, kebajikan, kedewasaan, kekayaan dan status.
Pemerintahan sipil, dalam kata lain, adalah hasil konflik dan ketidakadilan yang muncul ditengah masyarakat perdagangan. Dia adalah hal yang muncul secara alami, dan pada umumnya menguntungkan, tetapi bukan berarti dia sempurna. Pemerintahan sipil, selama dia didirikan dengan tujuan untuk melindungi properti, pada kenyataannya didirikan untuk melindungi yang kaya dari yang miskin, atau melindungi mereka yang punya properti terhadap mereka yang tidak berpunya. Sehingga tidak mengejutkan bahwa struktur pemerintahan ini, karena didirikan diatas fondasi yang tidak sempurna, hasilnya tidak sempurna pula. Kekuasaan untuk menarik pajak telah memungkinkan pemerintah menimbun begitu banyak sumber daya, tetapi dengan sedikit insentif untuk mengaturnya se-efisien jika diatur oleh individu. Sehingga:
Ketika tanah kerajaan menjadi properti individu, maka dia akan, dalam jangka waktu beberapa tahun, menjadi berkembang dan ditanami dengan baik … Penghasilan yang ditarik oleh kerajaan lewat bea dan pajak, akan pasti bertambah seiring dengan bertambahnya pendapatan dan konsumsi rakyatnya.
Kurangnya insentif ini harus diperbaiki: ‘Pelayanan masyarakat tidak akan dikerjakan dengan lebih baik dari pada ketika ganjarannya datang sesuai dengan konsekwensi dari apakah dia dikerjakan atau tidak, dan sesuai dengan kesungguhan dalam mengerjakannya.’
Pekerjaan dan Lembaga Publik Tugas pemerintah yang ketiga menurut Smith adalah ‘tanggung jawab untuk mendirikan dan memelihara beberapa pekerjaan publik dan beberapa lembaga publik, yang mana mereka tidak akan menarik bagi individu, atau beberapa individu, untuk didirikan dan dijaga’. Termasuk didalamnya proyek infrastruktur yang memfasilitasi perdagangan dan pendidikan, yang membantu masyarakat mengambil bagian yang konstruktif dalam tatanan ekonomi dan sosial.
Pekerjaan umum (publik) Kesejahteraan membutuhkan perdagangan dan perdagangan membutuhkan infrastruktur seperti jalan, jembata dan pelabuhan. Beberapa darinya, Smith percaya, tidak akan pernah balik modal, dan pendanaan dari pajak diperlukan untuk membangunnya. Tetapi paling tidak sebagian dari biayanya harus dibayar dengan tarif tol dari mereka yang menggunakannya, bukannya dari pajak yang ditarik dari seluruh Negara. Demikian juga, jika keuntungan utama didapatkan oleh warga loka dan biayannya tidak bisa didapatkan dari tarif tol, pajak local adalah sumber terbaik: pembayar pajak di London harus membayar biaya pembuatan jalan dan penerangan jalan di London, sebagai contoh.
Smith juga melihat perlunya persetujuan public untuk mendorong orang-orang agar membuka perdagangan dengan Negara ‘barbar’. Tetapi bantuan ini harus diberikan dalam bentuk monopoli local sementara (seperti paten dan hak cipta) dan bukannya subsidi dari pajak masyarakat umum. Karena The Wealth of Nations sampai pada titik ini adalah berisi penentangan terhadap usaha pemerintah untuk ‘menuntun arus modal’ masyarakat, maka usulan tetang belanja publik ini menjadi sangat aneh. Perdagangan tentu saja membutuhkan infrastruktur, sebagaimana dia membutuhkan aturan peradilan. Tetapi tidak jelas, kenapa jalan, jembatan atau pelabuhan tidak bisa dibangun secara komersial dan biayanya ditanggung sepenuhnya lewat tagihan terhadap penggunanya. Bahkan pembuatan dan penerangan jalan bisa dilakukan dan dibayar oleh pebisnis local, yang bisa mendapatkan keuntungan dagang sebagai pengembaliannya. Dan jika memang menguntungkan untuk membuka ruter perdagangan yang baru, kenapa pemerintah harus terlibat? Mungkin kita bisa mentolerir Smith atas dasar bahwa saat ini kita punya begitu banyak instrument pendanaan yang menyediakan dana untuk cabang usaha baru dan menyediakan infrastruktur penting yang dibutuhkan. Kita juga punya teknologi yang lebih maju dalam mengumpulkan pembayaran dari mereka yang menggunakan jalan, jembatan, dan fasilitas lainnya. Tetapi pada abad ke delapan-belas, inisiatif dan pendanaan pemerintah tampaknya adalah satu-satunya jalan untuk melakukan beerapa hal sehingga semua orang bersetuju bahwa dia penting.
Pendidikan orang muda Smith melihat dukungan terhadap pendidikan dasar sebagaimana dia melihat infrastruktur – sesuatu yang dibutuhkan agar perdagangan dapat berkembang. Tetapi sekali lagi, dalam analisa dan sarannya sepertinya tidak konsisten dengan analisa umumnya. Titik awalnya adalah bahwa, dengan segala keuntungannya, pembagian kerja memiliki beberapa akibat sosial yang tak diinginkan. Fokus setiap hari pada tugas yang berulang-ulang secara tak terhindarkan mempersempit pandangan dan ketertarikan seseorang: Orang yang seluruh hidupnya dihabiskan untuk mengerjakan pekerjaan sederhana yang sedikit, yang mana efeknya juga, mungkin, selalu sama, atau hampir selalu sama, tidak punya kesempatan untuk memperluas pengertiannya, atau mempergunakan kreatifitas-nya untuk mencari jalan keluar guna mengatasi masalah yang belum pernah dia temui sebelumnya. Marx nantinya menyebut ini ‘alienasi’ dan Smith memaksakan bahwa pendidikan diperlukan untuk memperbaikinya. Pendidikan harus berpusat pada pekerja miskin, yang paling merasakan akibatnya (pemilik pabrik dan pedagang punya kehidupan yang lebih penuh gairah). Dan untuk memfasilitasi perdagangan, kata Smith, orang-orang ‘perlu membaca, menulis, dan menghitung’; geometri dan mekanika juga diperlukan. ‘Publik’ bisa memfasilitasi pendidikan ini dengan mendirikan sekolah – seperti sekolah yang didanai masyarakat lokal seperti sekolah dimana Smith belajar di Krikcaldy. Tetapi sementara pemerintah bisa membayar untuk gedung sekolah, pemerintah tidak seharusnya
membayar seluruh upah guru. Ketika guru bergantung dari iuran siswa, kinerja mereka akan lebih baik. Smith mengingat kembali dengan penuh kejengkelan saat dia di Oxford, dimana: ‘Sumbangan dari sekolah dan universitas telah menghilangkan perlunya ketrampilan untuk dimiliki oleh para guru. Penghidupan mereka telah sama sekali tidak bergantung pada keberhasilan dan nama baik dari profesi mereka.’ Tetapi posisi Smith tetap tidak jelas tentang seberapa banyak yang pemerintah harus bayarkan untuk pendidikan dasar ini, walaupun dia menunjukan penghargaan yang tinggi terhadap sekolah swasata untuk keahlian seperti kemahiran pedang dan menari, dimana para siswa membayar seluruh iurannya. Tetapi perhatikan peringatan Smith tetang usaha pemerintah, seorang pembaca modern mungkin akan bertanya apakah tidak lebih baik memberi subsidi bagi siswa yang membutuhkan dari pada mensubsidi sekolahnya?
Pendidikan untuk segala usia Smith juga melihat peran pemerintah dalam memajukan pendidikan usia dewasa dan pendidikan agama. Anggota jemaat gereja menjadi malas ketika gaji mereka harus dipotong perpuluhan, tetapi godaan dari kota yang sedang bertumbuh berarti bahwa pendidikan agama dan moral menjadi sangat dibutuhkan. Sehingga Smith menyarankan bahwa paling tidak beberapa peran dari pemerintah untuk mendorong pembelajaran sains, filsafat dan kesenian – walaupun sekali lagi, tanpa dijelaskan secara lebih spesifik. Dan, dia berargumen, pemerintah harus memberi ‘perhatian serius’ untuk memerangi ‘kebuntuan mental’ yaitu rasa pengecut, sebagaimana pemerintah harus mencegah menyebarnya ‘kusta atau penyakit menjijikan dan mengerikan lainnya’.
Kedaulatan Hal terakhir yang harus dibayar dengan pajak adalah penjagaan ‘martabat kedaulatan’, yang termasuk didalamnya biaya untuk kerajaan dan hukum kriminal. Tetapi kebanyakan hukum sipil harus dibayar oleh mereka yang benar dalam berperkara, kata Smith, karena merekalah yang paling utama mendapatkan keuntungan.
Prinsip perpajakan Setelah menjelaskan bahwa beberapa bentuk perpajakan diperlukan, Smith kemudian beralih pada pertanyaan bagaimana cara terbaik untuk menagihnya. Di sini dia ada dalam ranah yang lebih aman dan familiar. Dia sangat sadar bahwa: ‘Tidak ada pekerjaan lain yang lebih cepat pemerintah pelajari dari pada cara menguras uang dari kantung rakyatnya.’ Sederhananya, beberapa pengekangan diperlukan, dan Smith menyarankan empat prinsip terkenal perpajakan. Pertama, setiap orang harus berkontribusi berdasarkan proporsi jumlah pendapatan yang dia nikmati dibawah perlindungan keamanan Negara. Kedua, pajak harus pasti, dan bukannya bergantung pada keputusan sepihak pegawai pajak. Ketiga, pajak tidak boleh sulit untuk dibayar. Keempat, pajak harus punya efek samping yang kecil; dia harus
murah untuk dikumpulkan; tidak boleh menghambat industri dan usaha; tidak boleh begitu tinggi sehingga mendorong penggemplangan, seperti penyeludupan; dan tidak boleh memerlukan ‘kunjungan berlebihan dan penyelidikan yang tak menyenangkan dari para penagih pajak’. Pajak adalah sesuatu yang pemerintah harus dapatkan secara benar, kata Smith. Pajak terhadap perusahaan adalah tidak bijak, contohnya, karena – sebagaimana yang dia amati dengan seksama – modal yang dari mana pendapatan kita bergantung bergerak dengan mobilitas tinggi: Pemilik modal adalah selayaknya warga Negara dunia, dan tidak perlu terikat pada suatu Negara. Dia akan lebih memilih meninggalkan satu Negara dimana dia bisa menjadi korban pajak yang begitu tinggi, dan memindahkan modalnya ke Negara lain dimana dia bisa meneruskan usahanya, atau menikmati kekayaannya dengan santai. Tetapi ada juga ketidak-konsistenan dalam perencanaan Smith disini. Dia menentang pajak konsumsi, tetapi mendukung pajak barang mewah (termasuk barang-barang yang menjadi barang biasa saat ini, seperti daging unggas). Dia berkata bahwa orang-orang harus membayar pajak berdasarkan proporsi pendapatan mereka, tetapi menginginkan agar yang kaya membayar ‘sedikit lebih dari proporsi’.
Utang pemerintah Sementara pandangan Smith tampaknya tidak konsisten dengan prinsip utamanya, dan saran kebijakannya tampaknya tidak sepikir dengan cara berpikirnya yang seksama, tetapi dia mengakhiri dengan sesuatu yang lebih mirip gaya lamanya. Pemerintah, dia mencatat, punya kecenderungan untuk membelanjakan uang lebih banyak dari yang bisa mereka kuras dari kantung rakyatnya. Jadi dia mengakhiri The Wealth of Nations dengan peringatan bahwa utang Negara yang besar adalah merusak. Dengan menerbitkan utang, pemerintah menarik modal dari investasi dan pertumbuhan, dan mengarahkannya kepada konsumsi saat ini – dalam bentuk aktifitas pemerintah – yang artinya pertumbuhan tersebut gagal terjadi. Sebagai tambahan, pinjaman pemerintah memungkinkan politisi untuk mengambil lebih banyak peran dan mendorong kekuasaan mereka, tanpa perlu meminta pajak lebih dari rakyatnya. Dan lagipula, mereka juga sering menemukan cara untuk menghindari pembayaran utang. Atas alasan ini, utang Negara bukanlah perpindahan uang biasa dari satu kelompok ke kelompok lain; tetapi dia adalah ancaman nyata bagi kebebasan dan karenanya ancaman nyata bagi kesejahteraan.
The Wealth of Nations saat ini Dunia Smith begitu berbeda dengan dunia kita, tentu saja, sebelum Revolusi Industri mengubah segalanya. Dia menaruh curiga terhadap perseroan (yang menerbitkan saham) yang adalah pendukung utama kapitalisme saat ini, menurutnya bahwa ‘jumlah pemilik yang begitu banyak’ tidak akan pernah membuat mereka bisa fokus. Mungkin dia benar. Dia tidak
meramalkan bangkitnya kekuatan serikat buruh, masalah polusi industri, inflasi uang fiat dan banyak lagi yang menjadi masalah para ekonom saat ini. Tetapi, dengan menunjukan bahwa kebebasan dan keamanan untuk bekerja, berdagang, menabung dan berinvestasi memajukan kesejahteraan, tanpa diperlukannya kekuasaan yang mengarahkan. The Wealth of Nations tetapi menyediakan bagi kita solusi yang manjur bagi masalah ekonomi terburuk yang dunia bisa berikan bagi kita. Ekonomi bebas adalah sistem yang fleksibel dan bisa beradaptasi, yang bisa kokoh berdiri menghadapi goncangan baru dan mengatasi apapun yang terjadi di masa depan.