Adam Smith Sebuah Primer Bagian 2: Tentang Wealth of Nations Oleh: Eamonn Butler
Tema yang Luas Adam Smith menulis The Wealth Nations adalah usaha untuk memprovokasi para politisi agar meninggalkan kebijakan mengekang dan mengacaukan perdagangan, dan sebaliknya membiarkannya berkembang. Oleh karenanya, dia menggunakan bahasa sehari-hari yang masih dapat dimengerti sampai hari ini. Tetapi Smith juga mencoba untuk menciptakan sebuah ilmu pengetahuan baru; ekonomi. Ini adalah usaha perintisan, dan istilah dan konsep yang digunakannya sulit untuk disesuaikan dengan yang saat ini dipakai. Tulisannya tersusun tidak saling menyambung, dipenuhi lanturan yang panjang dan dijejali dengan banyak fakta, dari harga perak di Cina sampai makanan para pelacur Irlandia di London. Semua ini membuat bukunya sulit untuk diselami. Jadi, mari pertama kita fokus pada tema utamanya. Tema yang paling jelas adalah regulasi perdagangan yang tidak berdasar dan kontraproduktif. Pandangan yang paling diterima saat itu adalah ide “merkantilisme”, yaitu bahwa kesejahteraan bangsa adalah sebanyak uang yang mereka punyai. Hasilnya adalah bahwa untuk menjadi lebih kaya, suatu negara perlu untuk menjual sebanyak mungkin kepada negara lain, dengan tujuan mendapatkan keping logam mulia sebanyak mungkin; dan perlu untuk membeli sesedikit mungkin, dengan tujuan mencegah cadangan kas untuk bocor keluar negeri. Pandangan tentang perdagangan seperti ini menuntun pada terciptanya sebuah jejaring yang luas dari berbagai tarif impor, subsidi ekspor, pajak dan kebijakan pro industri dalam negeri, semua itu dirancang untuk membatasi impor dan memajukan ekspor. Pandangan revolusioner dari Smith adalah bahwa kekayaan (kesejahteraan) bukan tentang berapa banyak emas atau perak yang tersimpan dalam brankas negara. Ukuran sebenarnya dari kesejahteraan negara adalah aliran barang dan jasa yang yang diciptakannya. Dia menemukan sebuah ide, yang begitu umum diterima dan fundamental dalam ilmu ekonomi saat ini, yang disebut sebagai Produk Domestik Bruto.1 Dan cara untuk memaksimalkan 1
Hal ini dijelaskan dengan baik oleh P. J. O’Rourke, dalam On The Wealth of Nations, Atlantic Monthly Press, New York, 2006, hh. 7 – 8.
produk ini, Smith berargumen, adalah dengan tidak membatasi kemampuan produksi bangsa, tetapi membebaskannya. Tema utama berikut adalah bahwa kapasitas produksi bergantung pada pembagian kerja (Division of Labour) dan pencipta pembagian tersebut; akumulasi modal (kapital). Besarnya efisiensi bisa dicapai dengan memecah-mecah produksi menjadi tugas-tugas kecil yang banyak jumlahnya masing-masing dikerjakan oleh pekerja terspesialisasi. Hal ini memampukan produsen mendapatkan surplus yang bisa mereka tukarkan dengan orang lain, atau menginvestasikannya untuk menciptakan berbagai mesin yang nantinya lebih mengefisienkan lagi pekerjaan. Tema ketiga Smith adalah bahwa pendapatan masa depan sebuah negara ditentukan oleh akumulasi modal ini. Lebih banyak yang investasikan untuk membuat proses lebih produktif, lebih banyak pula kekayaan yang diciptakan di masa depan. Tetapi agar rakyat mau menumpuk modalnya, mereka harus punya keyakinan bahwa modal ini aman dari pencurian. Negara yang sejahtera adalah yang menumbuhkan modalnya, mengelolanya dengan baik dan melindunginya. Tema keempat adalah bahwa sistem ini bekerja secara otomatis. Dimana ada kelangkaan, orang akan bersedia untuk membayar lebih untuk barang tersebut; sehingga ada lebih banyak laba yang dihasilkan dengan memasoknya, sehingga produsen menginvestasikan lebih modalnya untuk memproduksi lebih. Dimana ada kelimpahan, harga dan laba menjadi rendah dan produsen mengalihkan modal dan usaha mereka kebarang atau tempat lain. Oleh karenanya, industri menjadi fokus pada kebutuhan yang paling dibutuhkan suatu bangsa, tanpa perlunya pengaturan terpusat. Tetapi sistem ini bekerja otomatis hanya jika ada perdagangan bebas dan persaingan. Ketika pemerintah menyediakan subsidi atau monopoli kepada produsen yang disukainya, atau melindunginya dengan dinding tarif, mereka bisa membebankan harga yang lebih tinggi. Orang miskin menjadi korbannya, karena menghadapi biaya yang lebih tinggi untuk mendapatkan kebutuhan pokok yang mereka perlukan. Tema lebih lanjut dari The Wealth of Nations adalah bagaimana berbagai tahap dari tingkat kemajuan ekonomi menciptakan lembaga pemerintahan yang berbeda pula. Masyarakat pengumpul-pemburu punya sedikit nilai benda. Tetapi ketika masyarakat menjadi petani, maka tanah mereka, hasil bumi dan hewan ternak adalah properti yang penting dan mereka mengembangkan pemerintahan dan sistem peradilan untuk melindunginya.
Di zaman perdagangan, ketika orang-orang mengumpulkan modal, properti bahkan semakin menjadi penting. Tetapi pada zaman ini dipenuhi oleh para pedagang bisa mendapatkan banyak hal dengan mengacaukan pasar demi keuntungan mereka dan mereka punya berbagai muslihat untuk menggunakan proses politik untuk membantu mereka. Persaingan dan perdagangan bebas terancam dengan monopoli, keringanan pajak, kendali dan berbagai hak istimewa untuk para produsen yang mampu mempergunakan kekuasaan pemerintah. Oleh karena semua alasan ini, Smith percaya bahwa pemerintah harus dibatasi. Negara punya fungsi inti seperti menjaga pertahanan, memelihara keteraturan, membangun infrastruktur dan memajukan pendidikan. Negara harus menjaga agar pasar tetap terbuka dan bebas, dan tidak bertindak dengan cara yang bisa malah mengacaukannya.
Produksi dan Pertukaran (Perdagangan) Bagian pertama dari lima “Buku” dalam The Wealth of Nations menjelaskan tentang mekanisme produksi dan perdagangan, dan kontribusi mereka bagi pendapatan nasional.
Keuntungan dari Spesialisasi Menggunakan contoh pabrik jarum pentul, Smith menunjukkan bahwa pembagian kerja – spesialisasi pekerjaan – menghasilkan peningkatan luar biasa dari hasil (output). Pembuatan jarum pentul tampaknya hanya “usaha pabrikan sepele” tetapi sebenarnya begitu rumit. Kawat harus ditarik, diluruskan, dipotong dan ditajamkan. Bagian atas harus diratakan untuk kepalanya, yang nantinya akan dibuat dan dipasang. Jarum lalu harus diputihkan dan dibungkus dalam kertas. Tentu saja, ada sekitar delapan-belas pekerjaan yang berbeda dalam proses pembuatannya. Satu orang, kata Smith, yang mengerjakan semua operasi berbeda-beda ini, mungkin bisa menghasilkan sebanyak-banyaknya hanya dua-puluh jarum pentul per hari (dan jika dia juga harus menambang dan melebur logam yang diperlukan, mungkin bahkan tidak sampai satu jarum dihasilkan dalam setahun.) Tetapi di dalam pabriknya, pekerjaan dibagi-bagi ke berbagai orang yang berbeda, masing-masing mengerjakan satu atau dua pekerjaan yang berbeda. Dengan pekerjaan yang dibagi diantara mereka, sepuluh tim pembuat jarum bisa menghasilkan 48.000 jarum pentul per hari – atau sama dengan 4.800 per tim , atau 240 kali lipat dari yang bisa dihasilkan tanpa pembagian kerja.
Begitu efisiennya spesialisasi ini sehingga dia muncul bukan hanya di dalam perusahaan, tetapi di antara industri bahkan di antara negara. Petani berspesialisasi untuk menghasilkan pangan dan ternak: tanah mereka tentu saja lebih terjaga baik, dan lebih produktif, dibandingkan jika mereka juga harus menghabiskan waktu untuk membuat peralatan rumah tangga mereka. Tetapi para pengusaha pabrikan sangat senang jika bisa memasok kebutuhan rumah tangga dan mempercayakan produksi makanan kepada petani. Hal yang sama, negara berspesialisasi dalam mengekspor barang yang paling unggul mereka produksi dan mengimpor barang yang lebih baik diproduksi negara lain. Meningkatnya efisiensi datang bukan hanya dari keahlian yang diperoleh jika seseorang melakukan kerja yang sama berulang kali, kata Smith. Tetapi juga lebih sedikit waktu yang dibuang dengan berpindah dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain, dan spesialisasi memungkinkan orang-orang untuk menggunakan mesin penghemat tenaga yang memang terkhususkan untuk pekerjaan itu saja dan ini bahkan lebih meningkatkan hasil (output). Hasilnya: “kemajuan terbesar dari kemampuan produktif tenaga kerja, dan kemajuan terbesar dari keahlian, keterampilan, dan kebajikan, yang apakah itu diajarkan, atau diaplikasikan, tampaknya adalah akibat dari pembagian kerja.”2 Pembagian kerja memanfaatkan kerja sama ribuan orang dalam meproduksi bahkan barang sehari-hari yang remeh-temeh: Jaket wol, contohnya, yang dipakai buruh harian, sekasar dan sekasat rupanya, adalah hasil dari kerja bersama dari begitu banyak pekerja. Penggembala, para tukang sotir wol, para pekerja yang menyisir wol atau carder, pekerja perendaman wol, pemintal, pekerja tenun, pemotongkain, pekerja yang memberi warna dekorasi pada kain, dan banyak lainnya, semua menggabungkan seni yang berbeda-beda dengan tujuan untuk menyelesaikan produksi bahkan hal yang begitu rumahan ini.3
Lebih jauh, pengangkutan wol akan membutuhkan para pelaut, pembuat kapal dan layar; bahkan hal sederhana seperti memotong wol membutuhkan penambang dan pandai besi. Daftarnya kelihatan tanpa akhir. Tetapi kerja sama dari ribuan spesialis yang sangat efisien ini adalah sumber pertumbuhan kekayaan negara yang luar biasa, dan membuat barangbarang seperti jaket wol bisa diperoleh bahkan oleh yang paling miskin sekalipun – apa yang 2 3
Wealth of Nations, Buku I, Bab 1, hal. 13, paragraf 1. Ibid. Buku I, hal. 22, paragraf 11.
disebut oleh Smith sebagai ‘keberlimpahan universal yang memperluas dirinya bahkan sampai ke orang-orang dengan posisi terendah’.4
4
Ibid. Buku I, hal. 22, paragraf 10.