II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Tinjauan Teoritis Ekonomi pertanian merupakan suatu aplikasi ilmu ekonomi dengan bidang
pertanian, dimana ilmu ini digunakan untuk memecahkan permasalahanpermasalahan pertanian. Menurut Mubyarto (1989), ekonomi pertanian pertama kali diperkenalkan oleh Adam Smith dalam bukunya yang berjudul Wealth of Nations. Ilmu ekonomi pertanian didefinisikan sebagai bagian dari ilmu ekonomi umum yang mempelajari fenomena-fenomena dan persoalan-persoalan yang berhubungan dengan pertanian baik mikro maupun makro. Cramer and Jensen (1994), mengemukakan bahwa ekonomi pertanian adalah pengaplikasian ilmu sosial yang menghadapkan bagaimana manusia memilih untuk menggunakan teknik ekonomi dengan kondisi sumberdaya yang semakin terbatas dan langka seperti lahan, tenaga kerja, kapital, dan manajemen untuk memproduksi makanan dan serat hingga untuk memproduksinya kepada masyarakat. Terjadinya permintaan kakao merupakan jumlah dari seluruh permintaan individual, karena masing-masing individu dihadapkan pada pilihan, seperti permintaan yang tidak terbatas dan adanya keterbatasan sumberdaya. Cramer and Jansen (1994), mengungkapkan bahwa dalam pasar terdapat pelaku pasar yang mengendalikan keadaan pasar, hal ini dinyatakan sebagai perilaku pasar. Perilaku pasar adalah pola tingkah laku para pelaku pasar dalam melakukan penyesuaian dengan struktur pasar yang dihadapi dapat berupa praktekpraktek penentu harga komoditi, seragamnya biaya pemasaran, praktek persaingan bukan harga seperti kolusi, pasar gelap, praktek-praktek tidak jujur dan
kebijaksanaan harga yang kurang mendorong perbaikan mutu. Keragaan pasar sangat ditentukan oleh struktur pasar dan perilaku pasar. Keragaan pasar dapat dilihat dari tingkat harga dan marjin pemasaran. Cramer and Jensen (1994) juga mengungkapkan bahwa terdapat beberapa jenis struktur pasar berdasarkan persaingan yang terjadi, yaitu: (a) Persaingan Sempurna/Persaingan Murni (Pure Competition). Pasar ini ditandai dengan banyaknya perusahaan dalam industri, produknya bersifat homogen, dan terdapat kebebasan perusahaan secara individu dalam masuk atau keluar industri. (b) Monopoli Murni (Pure Monopoly). Pasar ini ditandai dengan hanya ada satu perusahaan dalam industri serta produk perusahaan yang bersifat diferensiasi. (c) Monopsoni (Monopsony), yaitu pasar dengan satu pembeli yang menghadapi banyak penjual. (d) Pasar persaingan tidak sempurna (Imperfect Competition). Beberapa struktur pasar yang termasuk di dalamnya, yaitu pasar yang terdiri atas dua penjual disebut duopoli dan pasar yang terdiri dari sejumlah kecil penjual (lebih dari dua) disebut oligopoli. Sebaliknya, situasi pasar dengan dua pembeli disebut duopsoni dan pasar dengan sejumlah kecil pembeli disebut oligopsoni. (e) Persaingan Monopolistis (Monopolistic
Competition). Pasar jenis ini
merupakan suatu organisasi pasar yang terdiri dari banyak perusahaan yang menjual komoditi sangat serupa tetapi tidak identik. Tomek (1990) mengemukakan bahwa struktur pasar adalah berbagai aspek yang ada di pasar yang dapat mempengaruhi pelaku pasar, dimana pelaku pasar
14
terdiri dari produsen dan konsumen. Struktur pasar dibedakan menjadi empat kelompok. Adapun faktor-faktor dalam struktur pasar yaitu: 1. Banyaknya Penjual dan Pembeli Penjual dan pembeli yang bertindak sebagai pelaku pasar akan mempengaruhi pengambilan keputusan yang terjadi dalam sebuah pasar. Banyaknya penjual dan pembeli tentu akan mempengaruhi penentuan harga dan besarnya penguasaan pasar. Semakin sedikit jumlah penjual dalam suatu pasar maka penguasaan terhadap pasar semakin kuat dan cenderung monopoli. 2. Derajat Perbedaan Produk (Homogen atau Terdiferensiasi) Kondisi produk dibagi menjadi dua jenis, yaitu: produk yang homogen dan heterogen. Perbedaan jenis produk dapat mempengaruhi perilaku produsen yang berada didalam pasar untuk bersaing. Perbedaan corak produk (produk differentiation) memberikan keluasan yang lebih besar bagi produsen guna mengatur strategi pasar. Produk yang memiliki ciri khusus atau unik biasanya cenderung digemari oleh konsumen tertentu. Melalui keunggulan produk tersebut pihak produsen memiliki kekuatan tambahan guna mengendalikan keadaan pasar sehingga mampu menjadi monopolis di wilayah-wilayah pasarnya sendiri. Konsumen dihadapkan pada pilihan produk yang terbatas. Dengan demikian, keadaan ini menciptakan kekuatan pasar bagi produsen yang bersangkutan
sehingga
produsen
tersebut
pada
gilirannya
akan
mampu
mengendalikan keadaan pasar. Sebaliknya bila produk yang ditawarkan produsen bersifat homogen maka hal ini menyebabkan konsumen memiliki banyak alternatif pilihan untuk berbelanja. Konsumen dapat memilih pada konsumen mana saja sehingga hal tersebut memberikan alternatif yang terbatas bagi produsen dalam
15
membuat keputusan pasar. Dengan demikian pasar cenderung kompetitif dan produsen tidak dapat mengendalikan keadaan pasar guna menentukan harga dan output di dalam pasar yang secara semena-mena. Selanjutnya, harga dan output pasar akan tercipta melalui mekanisme pasar. 3. Hambatan Untuk Memasuki Pasar Hambatan untuk memasuki sebuah pasar dapat dilihat dari mudah tidaknya suatu pesaing untuk masuk ke dalam suatu pasar. Hambatan untuk memasuki sebuah pasar dapat disebabkan oleh munculnya persaingan yang semakin ketat. Hambatan ini dapat dilihat dari mudah atau tidaknya pesaing-pesaing potensial untuk masuk ke pasar. Salah satu cara yang digunakan untuk melihat hambatan masuk dalam penelitian ini adalah dengan mengukur skala ekonomi yang dillihat melalui output perusahaan yang menguasai pasar. 4. Mudah atau Tidaknya Informasi yang Diperoleh Adanya informasi yang tidak sempurna akan mempengaruhi kemampuan pasar untuk menetapkan harga keseimbangan/ekuilibrium. Pembuktian efisiensi dari harga persaingan mengasumsikan bahwa harga ekuilibrium ini diketahui oleh semua pelaku ekonomi. Jika beberapa pelaku ekonomi tidak memiliki informasi penuh tentang harga yang berlaku dan mutu produk tidak tersedia secara bebas, tangan tak terlihat Adam Smith tidak akan sangat efektif. Keputusan-keputusan yang tidak tepat yang didasari oleh informasi yang salah tentang harga atau mutu dapat menghasilkan alokasi yang tidak efisien. Pasar persaingan sempurna dicirikan dengan banyaknya jumlah penjual dan pembeli yang berada dalam pasar, jenis produk yang dipasarkan bersifat homogen, tidak ada hambatan untuk memasuki sebuah pasar bagi pesaing, dan informasi
16
mengenai pasar mudah untuk diperoleh. Sebaliknya, pada pasar monopoli hanya ada satu penjual dan berperan sebagai penentu harga, produk yang dipasarkan terdiferensiasi, hambatan yang sulit untuk memasuki sebuah pasar karena sudah ditentukan, seperti: modal teknologi, skala ekonomi, dan informasi mengenai pasar sangat sulit untuk diperoleh. Tidak jauh berbeda dengan pasar monopoli, pasar oligopoli juga hanya terdiri dari beberapa penjual, produk yang dipasarkan homogen maupun terdiferensiasi, ada hambatan yang cukup besar untuk memasuki sebuah pasar, dan sulit untuk memperoleh informasi mengenai pasar oligopoli. Sedangkan, pada pasar monopolistik hampir sama dengan pasar persaingan dimana banyak penjual dan pembeli dalam pasar, produk yang dipasarkan terdiferensiasi, tidak ada hambatan untuk masuk dan keluar pasar, dan mudah untuk memperoleh informasi. (Gambar 2) Cenderung Perfect Competition
Pasar Persaingan Sempurna
Pasar Monopolistik
Cenderung Monopoly
Pasar Oligopoli
Pasar Monopoli
Banyak penjual pembeli
Banyak penjual pembeli
Terdapat beberapa penjual
satu penjual dan banyak pembeli
Produk homogen
Produk terdiferensiasi
Produk homogen & terdiferensiasi
Produk terdiferensiasi
Tidak ada hambatan masuk pasar
Tidak ada hambatan masuk pasar
Terdapat hambatan masuk pasar
Besar hambatan masuk pasar
Informasi mudah diperoleh
Informasi mudah diperoleh
Informasi sulit untuk diperoleh
Informasi sangat sulit diperoleh
Sumber: Agricultural Product Prices (Tomek, 1990)
Gambar 2. Klasifikasi Struktur Pasar 17
Tomek (1990) mengungkapkan bahwa penetapan harga dan keuntungan yang terjadi pada pasar persaingan sempurna berasal dari jumlah permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar sehingga terjadi harga keseimbangan pada titik equilibrium. (Gambar 3 dan 4) P
P S
P
P D
MR= MC= P
Q
Q
i.) PPS pada pasar
ii.) PPS pada perusahaan
Gambar 3. Penetapan Harga Pasar Persaingan Sempurna P
MC AC
P*
AVC
AC*
Q* Q Gambar 4. Keuntungan Pasar Persaingan Sempurna Menurut Nicholson (1999), penentuan harga pada pasar monopoli akan memaksimalkan laba dengan berproduksi di tingkat dimana pendapatan marginal sama dengan biaya marginal dan akan dijelaskan dalam gambar 5. P MC P*
AC
MR
D
Q
Q*
18
Gambar 5. Penentuan Harga Pasar Monopoli Gambar selanjutnya menunjukkan bahwa Q* akan menghasilkan harga sebesar P* di pasar sehingga laba yang diperoleh pada perusahaan monopli adalah sebesar P*EAC. (Gambar 6)
Harga, biaya
P* C
MC
E
AC
A MR
D
Keluaran per periode Q* Gambar 6. Keuntungan Pasar Monopoli Penetapan harga pada pasar oligopoli terdiri dari empat model, yaitu: 1. Quasi-competitive model: mengasumsikan bahwa perilaku pengambilan keputusan harga oleh semua perusahaan (harga diberlakukan tetap), dengan kata lain tindakan perusahaan dalam oligopoli tidak mempengaruhi harga pasar dan perusahaan lain. Perusahaan bertindak sebagai price taker. 2. Cartel model: mengasumsikan bahwa perusahaan-perusahaan yang ada dipasar bergabung membentuk kartel, dimana kartel bertindak sebagai monopoli. 3. Cournot model: mengasumsikan bahwa perusahaan menganggap tindakannya dapat mempengaruhi harga pasar, tetapi tidak berpengaruh pada tindakan perusahaan lain. 4. Conjectural variations model: mengasumsikan bahwa perusahaan dalam oligopoli menganggap bahwa tindakannya dapat mempengaruhi harga pasar dan tindakan perusahaan lain. Perusahaan sebagai price leader.
19
Penetapan harga pada pasar monopolistik yang dijelaskan oleh gambar dibawah ini terjadi ketika kurva permintaan berpotongan dengan biaya rata-rata sehingga tidak mungkin memperoleh laba yang lebih. Perusahaan hanya dapat bertahan pada tingkat output dimana MR=MC. (Gambar 7) P
P*
MC AC MR D Q* Q Gambar 7. Penetapan Harga Pasar Monopolistik
Keuntungan maksimum pada pasar monopolistik dapat dilihat dari kurva permintaan yang terletak diatas kurva biaya rata-rata yang dijelaskan pada gambar 8. P MC P*
a
c
b
AC
MR D Q Q* Gambar 8. Keuntungan Pasar Monopolistik Mubyarto (1989) mengemukakan bahwa dalam ekonomi pertanian terdapat tiga hal yang saling berkaitan yaitu: harga, permintaan, dan penawaran. Salah satu gejala ekonomi yang sangat penting yang berhubungan dengan perilaku petani baik sebagai produsen maupun sebagai konsumen adalah harga. Harga merupakan ukuran nilai dari barang-barang dan jasa-jasa. Suatu barang memiliki harga karena
20
disebabkan oleh dua hal yaitu: barang itu berguna dan barang itu jumlahnya terbatas. Barang-barang yang berguna bagi manusia dan jumlahnya terbatas ini disebut barang-barang ekonomi. 2.1.1. Keseimbangan Pasar Keseimbagan pasar terjadi karena adanya permintaan dan penawaran dalam suatu pasar. Permintaan adalah Jumlah barang atau komoditas yang mampu dibeli oleh seorang konsumen karena peningkatan pendapatan riil akan tergantung dari efek substitusi dan efek pendapatannya. Penawaran dapat dilihat dari kurva penawaran agregat yang merupakan merupakan penjumlahan secara horizontal kurva penawaran individual di pasar. Kurva penawaran dapat didefinisikan sebagai kurva tempat kedudukan hubungan antara jumlah barang atau komoditas yang ditawarkan pada berbagai tingkat harga. Mubyarto (1989) menyatakan bahwa inti dari teori permintaan dan penawaran adalah terjadinya harga keseimbangan sebagai akibat permainan bersama gaya-gaya permintaan dan penawaran. Teori keseimbangan ini akan dijelaskan dalam gambar 9 berikut. P
S
P*
D
Q
q* Gambar 9. Harga Keseimbangan Antara Permintaan dan Penawaran
21
Kondisi keseimbangan yang terjadi di pasar tentunya menjadi relatif tidak stabil apabila ada kekuatan-kekuatan yang mendorong harga dan jumlah barang atau komoditas yang pada akhirnya akan mencapai keseimbangan baru. 2.1.2. Konsep Ekonomi Industri Jaya (2001) menyatakan bahwa konsep-konsep industri sangat penting untuk diketahui dan dipahami. Konsep ekonomi industri berkaitan erat dengan aspek ekonomi. Ekonomi industri merupakan seperangkat konsep dan analisis mengenai persaingan dan monopoli dengan berbagai macam pasar yang berada diantara keduanya. Ekonomi industri merupakan suatu keahlian khusus dalam ilmu ekonomi yang membantu menjelaskan mengapa suatu pasar perlu diorganisir dan bagaimana pengorganisasiannya mempengaruhi cara kerja pasar industri. Ekonomi industri menelaah struktur pasar dan perusahaan yang secara relatif lebih menekankan pada studi empiris dari faktor-faktor yang mempengaruhi struktur pasar, perilaku, dan kinerja pasar. Hasibuan (1993) dalam Sari (2011) mengemukakan bahwa pengertian industri dapat dibedakan secara makro dan mikro. Secara mikro, pengertian industri adalah kumpulan perusahaan-perusahaan yang menghasilkan barang- barang homogen atau barang-barang yang mempunyai sifat saling mengganti yang sangat erat. Pengertian industri secara makro adalah kegiatan yang menciptakan nilai tambah, yakni semua produk barang maupun jasa. jadi dapat disimpulkan pengertian industri secara luas yaitu suatu unit usaha yang melakukan kegiatan ekonomi yang mempunyai tujuan untuk menghasilkan barang dan jasa yang terletak pada satu bangunan atau lokasi tertentu serta memiliki catatan administrasi
22
tersendiri mengenai produksi dan struktur biaya serta ada seseorang atau lebih yang bertanggungjawab atas resiko usaha tersebut. 2.2.
Pendekatan Struktur, Perilaku, dan Kinerja Pasar Ekonomi industri menyebutkan bahwa para ahli ekonomi melakukan
pendekatan-pendekatan untuk melihat hubungan keterkaitan antara struktur, perilaku, dan kinerja pasar yang masing-masing pendekatan memiliki pola tersendiri di dalam mempelajari hubungan keterkaitan perilaku industri sehingga mewarnai perbedaan dalam struktur analisis yang dilakukan, akan tetapi antara struktur, perilaku, dan kinerja pasar memiliki hubungan ketergantungan satu dengan yang lainnya. Teori Structure, Conduct, Performance (SCP) ini menjelaskan bahwa kinerja suatu industri pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh struktur pasar. Struktur pasar (structure) dianggap akan mempengaruhi perilaku dan strategi perusahaan dalam suatu industri dan perilaku (conduct) akan mempengaruhi kinerja (performance), Paradigma SCP menyatakan bahwa konsentrasi pasar yang tinggi akan membuat perusahaan lebih mudah untuk menguasai pasar dan menghasilkan keuntungan atau marjin yang tinggi, dimana srtuktur pasar mempengaruhi profitabilitas secara positif. 2.2.1. Struktur Pasar Struktur pasar menunjukkan karakteristik pasar, seperti elemen sejumlah pembeli dan pejual, keadaan produk, keadaan pengetahuan penjual dan pembeli, serta keadaan rintangan/hambatan pasar. Perbedaan pada elemen-elemen itu akan membedakan cara masing-masing pelaku pasar dalam industri berperilaku, yang pada gilirannya akan menentukan perbedaan kinerja pasar yang terjadi. Keadaan
23
jumlah dan distribusi penjual dalam pasar mempengaruhi harga jual yang berlaku dan output yang terdapat di dalam pasar. Pada struktur pasar persaingan sempurna ditandai oleh adanya sejumlah besar penjual di dalam pasar dan masing-masing diantara mereka memiliki kekuatan pasar yang relatif sama. Sebagai akibatnya para pesaing pasar tidak memiliki kekuatan pasar yang berguna untuk mengendalikan keadaan pasar, selanjutnya keadaan harga dan output pasar berjalan menurut mekanisme pasar. Berbeda dengan kondisi pada pasar monopoli dimana jumlah penjual bersifat tunggal sehingga keadaan pasar dapat dikendalikan sepenuhnya oleh monopolis, baik dari segi penentuan harga maupun jumlah output. Menurut Jaya (2001), elemen dalam struktur pasar terdiri dari: pangsa pasar, konsentrasi, dan hambatan. 1) Pangsa Pasar (Market Share) Pangsa pasar menunjukkan besarnya persentase pendapatan perusahaan dari total pendapatan industri yang dapat diukur dari 0-100 persen. Semakin tinggi pangsa pasar maka semakin tinggi pula kekuatan pasar yang dimiliki perusahaan tersebut. Perusahaan yang memiliki pangsa pasar yang sangat dominan akan menciptakan monopoli yang bersandar pada profit yang maksimal, hal sebaliknya juga jika pangsa pasar suatu perusahaan rendah maka persaingan yang tercipta yaitu persaingan sempurna/persaingan efektif. 2) Konsentrasi (Concentration) Konsentrasi atau pemusatan merupakan kombinasi pangsa pasar dari perusahaan-perusahaan oligopolis dimana perusahaan tersebut menyadari adanya saling ketergantungan. Kelompok perusahaan ini terdiri dari 2, 4, dan 8 perusahaan. Jaya (2001) mengungkapkan bahwa suatu hubungan yang positif antara keuntungan
24
dan tingkat konsentrasi ini adalah merupakan halangan masuk yang besar bagi perusahaan baru karena dengan keuntungan yang diperoleh maka perusahaanperusahaan yang ada dalam industri akan berusaha untuk meningkatkan konsentrasinya. 3) Hambatan Masuk Pasar (Barrier to Entry) Hambatan untuk memasuki sebuah pasar dapat dilihat dari mudah tidaknya suatu pesaing untuk masuk ke dalam suatu pasar. Hambatan untuk memasuki sebuah pasar dapat disebabkan oleh munculnya persaingan yang semakin ketat. Salah satu cara yang digunakan untuk melihat hambatan masuk dalam penelitian ini adalah dengan mengukur skala ekonomi yang dillihat melalui output perusahaan yang menguasai pasar. Nilai output tersebut kemudian dibagi dengan output total industri. Data ini disebut dengan Minimum Efficiency Scale (MES). Produsen yang efisien dalam berproduksi pada dasarnya memiliki kekuatan alamiah untuk menghambat para pesaing potensial untuk memasuki pasar. Harga jual produk yang ditawarkan oleh produsen kepada konsumen dapat diatur pihak produsen yang mapan menurut selera yang diinginkan. Produsen yang mapan dapat menentukan tingkat harga dan output yang diinginkan untuk menentukan keuntungan. Sebaliknya pada produsen yang memiliki keputusan yang lemah dalam memasuki pasar akan sulit menentukan tingkat harga dan output, hal ini pula yang menyebabkan produsen lemah akan sering gagal melakukan penetrasi pasar dan menguasai keadaan pasar. Jaya (2001) mengemukakan bahwa masuknya hambatan dalam mencakup segala sesuatu akan memungkinkan terjadinya kecepatan pesaing baru. Shepherd (1990) dalam Sari (2001), menyatakan bahwa hambatan terdiri dari dua jenis, yaitu
25
hambatan eksogen dan hambatn endogen. Hambatan eksogen merupakan hambatan untuk masuk ke dalam suatu pasar yang berasal dari luar perusahaan, seperti: modal, skala ekonomi, diferensiasi produk, diferensiasi intensitas penelitian dan pengembangan, investasi yang besar dan integritas vertikal. Sedangkan hambatan endogen dapat berupa kebijakan harga dari establish firm, strategi penguasaan produksi, strategi penggunaan bahan baku, strategi pemasaran produk dan image dari loyalitas merek produk itu sendiri. Pada tabel 4 akan dipaparkan perbedaan mendasar dari masing-masing struktur pasar. Tabel 4. Perbedaan Pasar Berdasar Struktur Pasar Tipe pasar Persaingan sempurna
Pangsa pasar Produk Pesaing >50 persen dan tidak Homogen satupun produsen yang dapat menguasai pangsa pasar dan didalamnya banyak penjual dan pembeli
Hambatan Tidak ada
Monopoli
Menguasai 100 persen Tidak pangsa pasar dan hanya ada memiliki satu penjual pengganti
Sangat sulit Sangat sulit memasuki memperoleh pasar informasi
Monopolistik Tidak satupun produsen yang Heterogen menguasi pangsa pasar >10 persen dan didalamnya banyak penjual
Mudah untuk memasuki Mudah untuk pasar memperoleh informasi
Oligopoli
Sulit memasuki pasar
Menguasai pangsa pasar sekitar 60 persen dan terdapat beberapa penjual
Homogen dan heterogen
Informasi Mudah memperoleh informasi
Sulit memperoleh informasi
Sumber: Ekonomi Industri (Jaya, 2001)
2.2.2. Perilaku Pasar Tindakan produsen dalam menjalankan suatu pasar memiliki ciri tersendiri untuk menjalankan usahanya dalam suatu pasar sehingga hal ini akan berpengaruh pada perbedaan strategi yang dijalankan dalam melaksanakan penetrasi pasar. Menurut Teguh (2010), pasar yang berstruktrur oligopoli cenderung memiliki perilaku kolusi, meskipun perilaku ini juga dapat terjadi pada pasar monopoli.
26
Setiap pesaing yang berada pada pasar oligopoli pada dasarnya memiliki dua pilihan untuk berkolusi, yaitu menganut kolusi formal atau kolusi informal. Kolusi formal ditandai dengan adanya perjanjian-perjanjian yang bersifat mengikat. Perjanjian ini dapat meliputi persetujuan harga, produksi, wilayah pasar dan lainnya yang sifatnya saling menguntungkan. Disamping itu pada persekutuan yang bersifat formal diberlakukan pula ancaman-ancaman yang dikenakan kepada setiap anggota yang melakukan pelanggaran perjanjian yang telah disepakati. Berbeda dengan kolusi informal, anggota yang tergabung dalam persekutuan ini tidak saling mengenal secara langsung satu dengan yang lainnya secara tepat. Sebaliknya mereka akan bersekutu secara diam-diam guna menciptakan situasi yang aman bagi masing-masing pesaing yang terdapat di dalam pasar. (Teguh, 2010) Pemimpin pasar (leader) biasanya akan menentukan harga dan output menurut pandangannya yang menguntungkan dan terhindar dari ancaman pemerintah dan persaingan pasar. Sebaliknya perusahaan-perusahaan kecil akan mengikuti harga yang telah disepakati oleh pemimpin pasar. Perusahaanperusahaan kecil bebas menentukan pilihan apakah akan mengikuti keputusan pemimpin pasar atau menentukan harga jual sesuai keputusan sendiri, namun dengan konsekuensi yang diterima yaitu akan menghadapi ancaman kemungkinan keluar dari pasar. (Teguh, 2010) 2.2.3. Kinerja Pasar Teguh (2010) mengemukakan bahwa kinerja pasar merupakan hasil-hasil atau prestasi yang muncul di dalam pasar sebagai reaksi akibat terjadinya tindakantindakan para pesaing pasar yang menjalankan berbagai strategi dan menguasai
27
kondisi pasar. Kinerja pasar dapat muncul dalam berbagai bentuk, seperti harga, keuntungan, dan efisiensi. Harga sering dijadikan sebagai faktor terpenting dalam pembedaan kinerja pasar yang bersaing sempurna dengan pasar yang tidak bersaing. Pada pasar persaingan sempurna harga jual yang terjadi di pasar cenderung lebih rendah karena mengikuti gejolak pasar yang berlangsung dikarenakan di dalam pasar tidak ada satupun produsen yang dapat mengendalikan pasar. Sebaliknya pada pasar yang tidak bersaing seperti monopoli harga jual di pasaran cenderung tinggi karena produsen monopolis memiliki kemampuan penuh guna mengendalikan pasar sehingga monopolis dapat menentukan harga jual yang tinggi sesuai kehendaknya dibanding harga jual yang ditentukan oleh persaingan pasar sempurna. Dalam hal keuntungan, pasar persaingan sempurna akan menerima keuntungan normal (normal profit). Produsen umumnya berproduksi pada situasi harga sama dengan biaya marjinal dan biaya rata-rata. Sebaliknya pada pasar monopoli, keuntungan yang diterima adalah super normal (extra profit) karena produsen berproduksi pada tingkat harga diatas biaya rata-rata pada rentangan kurva biaya rata-rata yang sedang menurun. Dengan kata lain, monopolis sengaja berproduksi pada situasi kapasitas produksi yang rendah sehingga keuntungan yang diperolah menjadi lebih tinggi. Akibat dari penentuan keuntungan ini akan mempengaruhi efisiensi ekonomi. 2.3.
Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai analisis Struktur, Perilaku, Kinerja telah banyak
dilakukan, terutama penelitian mengenai industri. Beberapa penelitian mengenai analisis struktur, perilaku, kinerja industri diantaranya:
28
1.
Sari (2011) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Struktur, Perilaku, Kinerja Industri Pengolahan Susu di Indonesia, menyimpulkan bahwa bentuk struktur pasar industri susu di Indonesia adalah oligopoli ketat dengan rata-rata ratio konsentrasi empat perusahaan terbesar (CR4)
sebesar 72.68 persen,
hambatan masuk pasar dengan melihat nilai MES sebesar 29.05 persen yang tergolong cukup tinggi. Perilaku industri pengolahan susu ini dapat dilihat dari strategi penerapan harga, strategi produk, dan promosi. Kinerja industri ini tergolong rendah dengan nilai PCM sebesar 25.10 persen, growth sebesar 37.62 persen, dan x-eff sebesar 20.32 persen. Hasil kinerja yang masih rendah ini disimpulkan terjadi karena dalam proses produksi terjadi peningkatan biaya dan industri belum mampu menekan biaya produksi dengan baik. 2.
Sucianti (2011) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Pakan Ternak di Indonesia menyimpulkanbahwa struktur industri pakan ternak di Indonesia tergolong dalam pasar oligopoli longgar dengan rata-rata konsentrasi sebesar 38.33 persen. Penetapan harga bergantung pada harga bahan baku pakan, peningkatan mutu produk ditingkatkan sesuai dengan SNI, promosi yang dilakukan melalui iklan, majalah, dan internet. Kinerja industri dilihat dari nilai rata- rata PCM sebesar 20.43 persen, x-eff sebesar 31.96 persen, dan growth sebesar 25.17 persen. Hal ini menyimpulkan bahwa kinerja perusahaan yang masih rendah belum dikelola dengan baik.
3.
Is (2008) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Daya Saing Kakao di Pasar Internasional menyimpulkan bahwa struktur pasar kakao dipasar internasional menunjukkan kecenderungan ke arah pasar persaingan oligopoli
29
namun sedikit memiliki kekuatan monopoli dengan nilai CR4 sebesar
82
persen dan nilai rata- rata Herfindahl Index sebesar 2.621. 4.
Rahmanu (2009) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Daya Saing Industri Pengolahan dan Hasil Olahan Kakao Indonesia menyimpulkan bahwa kakao olahan Indonesia tidak memiliki keunggulan komparatif pada tahun 1988 hingga tahun 1995 dengan nilai RCA dibawah satu dan memiliki keungulan komparatif pada tahun 1996 sampai dengan tahun 2006 dengan nilai RCA diatas satu. Hal ini dikarenakan pada tahun 1988 sampai dengan tahun 1995 nilai ekspor hasil olahan kakao masih relatif sedikit dan mulai meningkat pada tahun 1996 sampai dengan tahun 2006 seiring dengan meningkatnya permintaan hasil olahan kakao dunia untuk memenuhi kebutuhan konsumsi industri makanan dan minuman dunia.
5.
Yuliati (2010) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Daya Saing Ekspor Kakao Indonesia Tahun 2005-2009 menyimpulkan bahwa dengan hasil perhitungan Revealed Comparative Advantage (RCA) komoditi kakao Indonesia memiliki keunggulan komparatif yang tinggi. Pada periode tersebut nilai RCAnya selalu lebih besar dari satu dan Indeks konsentrasi pasar kakao berada pada kisaran 39.47- 44.45 persen. Dari referensi penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, maka
dapat dibedakan bahwa penelitian yang dilakukan pada Analisis Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Kakao di Indonesia mampu bersaing secara industrialisasi dengan hasil struktur industri yang tercipta adalah oligopoli selama periode 20002009. Struktur oligopoli dinilai mampu menghasilkan keuntungan yang cukup tinggi dan mampu menciptakan persaingan yang kondusif, sehingga dapat
30
disimpulkan bahwa persaingan kakao di Indonesia akan lebih efektif jika dikelola oleh industri pengolahan kakao. Penulis mengharapkan adanya keberlanjutan mengenai penelitian Analisis Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Kakao di Indonesia yang lebih lanjut untuk melihat persaingan kakao di periode selanjutnya
31