ADAPTASI MATA PENCAHARIAN MASYARAKAT DALAM MERESPON DAMPAK PERUBAHAN IKLIM (Studi Kasus Pelaksanaan Program Mata Pencaharian Adaptif oleh Kabahill di Desa Linau, Kecamatan Maje, Kabupaten Kaur, Provinsi Bengkulu) Gus Firman dan Rissalwan Habdy Lubis Program Studi Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik, Universitas Indonesia, Kampus UI Depok 16424, Indonesia
[email protected] /
[email protected]
Abstrak Skripsi ini membahas strategi adaptasi mata pencaharian masyarakat dalam merespon dampak perubahan iklim di Desa Linau. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan jenis deskriptif. Penelitian ini bertujuan memberikan gambaran strategi mata pencaharian masyarakat menggunakan Sustainable Livelihood Framework yang fokus pada 5 tema besar yaitu; (1) konteks kerentanan, (2) aset-aset mata pencaharian, (3) organisasi, kebijakan dan proses, (4) strategi mata pencaharian, (5) hasil-hasil mata pencaharian. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa strategi adaptasi masyarakat di Desa Linau dilakukan dengan diversifikasi kegiatan dan sumber mata pencaharian. Hal ini juga dipicu oleh peran Kabahill melalui program MPA sebagai faktor eksternal. Kata Kunci: Perubahan Iklim; Adaptasi Mata Pencaharian; Sustainable Livelihood Framework.
Community Livelihood Adaptation In Response to Climate Change Impacts (Case Study of Implementation of Adaptive Livelihood Program by Kabahill in Linau Village, Maje, Kaur District, Bengkulu) Abstract This thesis is discussing on people's livelihood adaptation strategies in response to climate change impacts in Linau Village. This is a qualitative research with a descriptive method. The purpose of this research is to describe a community livelihoods strategies based on SLF focusing on five points; (1) Vulnerability Context, (2) Livelihood Assets, (3) Organization, Policy and Process, (4) Livelihood Strategies, (5) Livelihood Outcomes. The results of this research shows that livelihood adaptation strategies in the community of Linau Village carried with diversification activities and sources of livelihood. It is also triggered through MPA Program by Kabahill as external factors. Keywords: Climate Change; Livelihood Adaptation; Sustainable Livelihood Framework.
Pendahuluan Indonesia adalah negara kepulauan dengan jumlah pulau mencapai lebih dari 17.504 ribu, dan panjang kawasan pesisir mencapai 81.000 km (Dahuri dan Dutton, 2000: 1). Dengan 1
Adaptasi mata pencaharian ..., Gus Firman, FISIP UI, 2014
Universitas Indonesia
total populasi mencapai 231 juta, diperkirakan sekitar 41,4 juta orang tinggal di kawasan pesisir pantai dengan ketinggian di bawah 10 meter atau yang dikenal sebagai Low Elevation Coastal Zone (McGranahan, et.all, 2007: 24-25). Ditambah lagi dengan luas kawasan pesisir yang mencapai 177.000 km2. Menurut Dahuri dan Dutton (2000), kawasan pesisir pulaupulau utama di Indonesia adalah tempat beroperasinya berbagai industri, aktivitas ekonomi dan infrastruktur. Diperkirakan aktivitas di kawasan pesisir menyumbang 25% Pendapatan Domestik Bruto dan menyerap 15% tenaga kerja (Dahuri dan Dutton, 2000: 1). Begitu vitalnya kawasan pesisir bagi Indonesia menyebabkan kawasan ini bagaikan jantung dalam perekonomian bangsa. Berbagai bentuk kerentanan baik yang disebabkan oleh faktor manusia atau disebabkan oleh faktor alam akan sangat berpotensi menciptakan kerugian ekonomi bagi Indonesia. Bencana yang disebabkan oleh faktor perubahan iklim merupakan salah satu faktor pemicu timbulnya masalah bagi kawasan pesisir. Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI) mengelompokkan fenomena perubahan iklim ke dalam 4 (empat) fenomena berikut: (1) peningkatan suhu; (2). perubahan pada pola curah hujan; (3). kenaikan muka air laut (sea level rise); (4). perubahan frekuensi dan intensitas cuaca ekstrim seperti meningkatnya intensitas curah hujan pada musim basah (extreme rainfall), meningkatnya frekuensi dan intensitas banjir (extreme flood), berkurangnya curah hujan dan debit sungai pada musim kemarau serta bertambah panjangnya periode musim kering (drought), meningkatnya temperatur yang diikuti gelombang panas (head waves), menurunnya kualitas air pada musim kemarau, meningkatnya intensitas dan frekuensi badai (tropical cyclone), meningkatnya tinggi gelombang dan abrasi pantai, dan meningkatnya intrusi air laut (Herdis, dkk, 2013). Berkenaan dengan perubahan iklim, upaya adaptasi perubahan iklim semakin mendesak untuk dilakukan. Adaptasi perubahan iklim sendiri tidak terlepas dari upaya pengurangan risiko bencana. Risiko kehilangan akibat perubahan dan variabilitas iklim mendorong pelaksanaan upaya pengurangan risiko bencana jika dikaitkan dengan adaptasi. Risiko bencana adalah kombinasi antara bahaya yang meningkat, diikuti dengan kerentanan masyarakat yang ikut meningkat, dengan kapasitas masyarakat termasuk didalamnya infrastruktur dan kapasitas pemerintah (Collins, 2009). Salah satu penelitian yang penting untuk dibahas salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Widodo (2011). Widodo (2011) dengan menggunakan suistanable livelihood framework berusaha mengetahui penyebab kemiskinan, dan strategi nafkah yang dijalankan oleh rumah tangga miskin, serta menyusun strategi nafkah berkelanjutan berdasarkan kondisi
Adaptasi mata pencaharian ..., Gus Firman, FISIP UI, 2014
yang ada di masyarakat. Hasil dari penelitian adalah gambaran secara menyeluruh penyebab kemiskinan nelayan meliputi konteks kerentanan, livelihood assets, organisasi dan kebijakan, strategi mata pencaharian, dan livelihood outcomes. Kerentanan digambarkan dalam tren dan guncangan. Tren ditunjukkan dengan berkurangnya hasil tangkapan, persaingan dengan kapal besar, dan kesenjangan penggunaan teknologi. Livelihood assets digambarkan dalam hasil penelitian yang menjelaskan bahwa rendahnya akses terhadap modal terutama modal finansial merupakan penyebab kemiskinan (Widodo, 2011). Akses yang terbatas terhadap modal finansial menyebabkan nelayan tidak mampu mengakses modal fisik berupa teknologi penangkapan yang lebih modern. Kondisi ini semakin diperparah dengan adanya konflik perebutan sumber daya dengan nelayan dari daerah lain. Sehingga tidak bisa pergi melaut dengan aman. Meskipun tidak membahas mengenai strategi adaptasi masyarakat terhadap perubahan iklim ataupun pelaksanaan program tertentu, Widodo berusaha memberikan gambaran bahwa rendahnya akses terhadap modal finansial yang terjadi, dihadapi masyarakat pesisir dengan melakukan berbagai strategi yang dibagi ke dalam strategi ekonomi dan sosial. Hal ini kemudian menghadirkan livelihood strategy dimana strategi ekonomi digambarkan dengan melakukan strategi nafkah ganda, pemanfaatan tenaga kerja rumah tangga hingga melakukan migrasi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Widodo (2011) juga menggambarkan bahwa masyarakat yang memiliki lebih dari satu mata pencaharian lebih mampu untuk bertahan dalam himpitan ekonomi akibat rendahnya akses terhadap modal finansial. Penelitian mengenai proses strategi mata pencaharian adaptif ini berusaha mengaitkan antara strategi ekonomi masyarakat yang dipengaruhi oleh adanya dampak fenomena perubahan iklim. Pada dasarnya, beragam program pemberdayaan masyarakat baik yang berjalan secara tradisional maupun yang muncul akibat adanya intervensi pihak luar seperti LSM ataupun pemerintah telah dilakukan di berbagai bidang kehidupan yang berhasil meningkatkan kualitas hidup komunitas sasaran. Program yang ada digunakan sebagai pemicu untuk memodifikasi modal-modal yang ada di masyarakat dalam hubungan relasi kelembagaan. Berbeda dengan penelitian terdahulu, program yang akan dikemukakan dalam penelitian ini memiliki fokus pada pemberdayaan masyarakat di bidang ekonomi sebagai upaya adaptasi dari dampak perubahan iklim di wilayah Provinsi Bengkulu yang merupakan wilayah dengan kategori very high dalam soal peningkatan risiko bencana akibat perubahan iklim bersama dengan daerah Pesisir Sumbar, Kepulauan Mentawai dan Nias, Aceh bagian barat, Banten bagian selatan, dan Papua bagian utara (UNOCHA dalam UNDP, 2007).
Adaptasi mata pencaharian ..., Gus Firman, FISIP UI, 2014
Strategi adaptasi tidak hanya berfungsi sebagai upaya bertahan hidup, namun lebih jauh juga berfungsi sebagai coping strategy guna mengurangi risiko bencana yang ditimbulkan dan hidup berdampingan dengan risiko bencana. Salah satu adaptasi yang dilakukan masyarakat di Desa Linau, Kecamatan Maje, Kabupaten Kaur adalah dengan menjalankan strategi mata pencaharian yang adaptif terhadap perubahan kondisi lingkungan yang ada. Untuk menganalisa hal itu dalam penelitian ini dibutuhkan kerangka kerja yang sistematis dan komprehensif untuk dapat menggambarkan strategi adaptasi mata pencaharian masyarakat di Desa Linau. Penelitian ini menggunakan kerangka kerja mata pencaharian berkelanjutan (sustainable livelihood framework) yang memberikan gambaran konteks kerentanan, livelihood assets, organisasi, struktur dan kebijakan yang mempengaruhi, strategi mata pencaharian, serta livelihood outcomes dari masyarakat di Desa Linau. Dengan menggunakan kerangka yang sistematis, partisipatif, dan komprehensif ini, penelitian ini diharapkan mampu mengidentifikasi strategi mata pencaharian masyarakat untuk membangun ketahanan sosial dan ekonomi mereka demi mempertahankan keberlangsungan hidup dan upaya untuk menjaga lingkungan secara berkelanjutan. Masyarakat miskin yang sebenarnya tidak banyak mengambil peran dalam pelepasan emisi karbon justru menjadi kelompok yang paling rentan terhadap dampak yang ditimbulkan. Sumber mata pencaharian merupakan salah satu aspek terdampak dari perubahan iklim. Banyak di antara mereka mencari nafkah di bidang pertanian atau perikanan sehingga sumber-sumber pendapatan mereka sangat dipengaruhi oleh cuaca. Terlalu banyak atau terlalu sedikit air merupakan ancaman utama perubahan iklim, dan ketika bencana melanda mereka nyaris tidak memiliki apapun untuk menghadapinya sehingga kemampuan mereka untuk dapat mengembalikan kondisi pasca bencana seperti keadaan normal menjadi semakin sulit. Mata pencaharian berhubungan erat dengan pendapatan sebagai faktor utama dalam menunjang keberlanjutan hidup. Tanpa memiliki mata pencaharian tertentu masyarakat tidak akan mampu memenuhi kebutuhan hidupnya, tidak terkecuali bagi masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir barat Provinsi Bengkulu, tepatnya di wilayah Desa Linau. Berdasarkan hal ini, salah satu lembaga yakni Kabahill menjalin kerja sama dengan masyarakat untuk meningkatkan ketahanan masyarakat terhadap kerentanan sumber penghidupan akibat dampak perubahan iklim. Upaya tersebut dilakukan, salah satunya, melalui program yang bernama Climate Adaptation and Disaster Ressilience (CADRE). Program ini di Indonesia telah dilaksanakan sejak tahun 2012. Oleh Project Concern International (PCI), selaku lembaga internasional, proyek percontohan dari program ini dilaksanakan di tiga wilayah di
Adaptasi mata pencaharian ..., Gus Firman, FISIP UI, 2014
Provinsi Bengkulu yakni di wilayah Kabupaten Bengkulu Utara, Kota Bengkulu, dan Kabupaten Kaur Kondisi Desa Linau yang kerap mengalami beragam bencana seperti longsor, abrasi, kemarau panjang, gelombang tinggi, dan juga badai kini berupaya untuk bangkit dan bertahan melalui beragam aktivitas. Hadirnya program Mata Pencaharian Adaptif (MPA), sebagai operasionalisasi dari program CADRE, merupakan salah satu pemicu bagi pengenalan dan pemanfaatan kolaborasi aset yang sebenarnya mereka miliki. Program mata pencaharian adaptif yang dilaksanakan di Desa Linau dan juga di 9 desa dampingan lain di Kabupaten Kaur memberikan beragam dampak positif. Dalam dokumen laporan perkembangan pelaksanaan program tahun 2013 milik Kabahill dijelaskan beberapa dampak positif yang ada diantaranya adalah terjalinnya kerja sama yang baik antara masyarakat Desa Linau dengan pemerintah desa yang menyediakan fasilitas balai adat desa sebagai sekretariat program, terciptanya 22 demplot (kebun) baru bagi pelaksanaan pertanian permakultur, dan hadirnya kegiatan budi daya lele sebagai alternatif mata pencaharian masyarakat. Beragam manfaat yang hadir beserta tantangan dan hambatan yang melingkupinya membuat program yang dijalankan di Desa Linau ini menjadi penting untuk dibahas dan diteliti sejauh mana program dapat memberikan kontribusi dan memicu strategi adaptasi masyarakat. Hal ini juga mengingat masih sedikitnya pelaksanaan program adaptasi dampak perubahan iklim di Indonesia sementara hal ini diperlukan dalam upaya peningkatan ketahanan wilayah, terutama pesisir. Implementasi program yang kemudian memicu masyarakat untuk mengembangkan kegiatan yang ada telah berimplikasi pada strategi adaptasi masyarakat dalam merespon dampak perubahan iklim yang ada. Berdasarkan latar belakang dan permasalahan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana strategi adaptasi mata pencaharian masyarakat Desa Linau dalam merespon dampak perubahan iklim ?”
Tinjauan Teoritis Pembahasan mengenai upaya adaptasi masyarakat tidak dapat dilepaskan dari hubungannya dengan upaya mencapai suatu kondisi kesejahteraan sosial. Midgley (1995) menyatakan bahwa kesejahteraan sosial adalah suatu keadaan atau kondisi kehidupan manusia yang tercipta ketika berbagai permasalahan sosial dapat dikelola dengan baik; ketika
Adaptasi mata pencaharian ..., Gus Firman, FISIP UI, 2014
kebutuhan manusia dapat terpenuhi, dan ketika kesempatan sosial dapat dimaksimalkan (dalam Adi, 2013: 35). Ketiga komponen ini merupakan komponen kunci untuk mencapai kondisi kesejahteraan sosial yang diharapkan. Akan tetapi, hal tersebut tentu tidak akan dapat terpenuhi ketika suatu wilayah atau masyarakat tidak mampu menghadapi perubahan yang ada terlebih perubahan yang diakibatkan oleh alam berupa fenomena perubahan iklim ini. Masyarakat pesisir yang mayoritas menggantungkan kehidupan pada sektor pertanian dan sumber daya bahari merupakan kelompok yang sangat rentan terkena dampak perubahan iklim dimana masyarakat tidak mampu lagi bertahan hidup dengan mengandalkan sumber mata pencaharian tradisional tanpa adanya adaptasi terhadap perubahan yang ada. Kondisi ini akan menimbulkan berbagai masalah turunan hingga menyebabkan masyarakat menjadi hilang keberfungsian sosialnya, yang itu berarti kondisi kesejahteraan akan jauh dari harapan. Kegiatan peningkatan kapasitas dan pemberian wewenang yang lebih kepada masyarakat merupakan kunci untuk meningkatkan taraf fungsi kesejahteraan sosial yang ada. Green dan Haines (dalam Philips dan Pittman, 2009) menjelaskan bahwa pengembangan komunitas adalah upaya terencana untuk memproduksi aset yang dapat meningkatkan kapasitas dari komunitas untuk meningkatkan kualitas hidupnya. •
Sustainable Livelihoods Framework Sustainable Livelihood Framework digunakan untuk dapat menjelaskan faktor-faktor
utama yang mempengaruhi penghidupan masyarakat serta hubungan khusus diantara faktorfaktor tersebut. Kerangka kerja ini bisa digunakan baik untuk merencanakan kegiatan pembangunan baru maupun untuk menilai sumbangan kegiatan-kegiatan yang sudah dilaksanakan bagi keberlanjutan penghidupan. Definisi tentang Sustainable Livelihood didefinisikan oleh Chambers dan Conway (dalam Scoones 1998: 5) bahwa sebuah mata pencaharian terdiri dari kemampuan-kemampuan, aset-aset (termasuk sumber daya material dan sosial) dan kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan sebagai sarana hidup. Penghidupan yang berkelanjutan adalah ketika kita bisa mengatasi dan kembali normal dari tekanan-tekanan, dan guncangan-guncangan, menjaga atau meningkatkan kemampuan-kemampuan dan aset-aset, sementara tidak merusak sumber daya yang berbasis alam. Kerangka pendekatan ini juga menyoroti segala bentuk ancaman terhadap modalmodal tersebut, dengan mempelajari semua struktur dan proses yang dapat berpengaruh pada keberlangsungan dan keberlanjutan dari strategi mata pencaharian yang diupayakan. Kerangka ini juga berpusat pada manusia, yang bersifat responsif, partisipatif, multi
Adaptasi mata pencaharian ..., Gus Firman, FISIP UI, 2014
tingkatan, dinamis dan seimbang, serta menekankan pada dimensi keberlanjutan ekonomi, kelembagaan, sosial dan lingkungan hidup.
Gambar 1. Kerangka Kerja Sustainable Livelihoods Sumber : DFID, 1999
§
Konteks Kerentanan Dalam Sustainable Livelihood Framework konteks kerentanan yang menjadi fokus
perhatian adalah dalam bentuk ancaman yang dihadapi pada keberlanjutan strategi mata pencaharian.
Kerentanan
(Knutsson
dan
Ostwald,
2006:6)
didefinisikan
sebagai
ketidakmampuan individu atau kelompok memobilisasi atau mengubah aset-aset atau modal untuk menghadapi perubahan kondisi. Kerentanan (DFID, 1999) dapat digambarkan sebagai situasi yang setiap saat dapat mengubah dan mempengaruhi mata pencaharian masyarakat, dan konteks kerentanan dapat dikategorikan melalui 3 bentuk, yaitu: a. Shock atau guncangan/gejolak b. Trends atau kecenderungan, dan c. Seasonality atau perubahan musiman §
Aset-Aset Mata Pencaharian Masyarakat (Livelihood Assets) Program mata pencaharian adaptif merupakan salah satu bentuk upaya intervensi yang
dilakukan guna mempercepat proses adaptasi terhadap dampak perubahan iklim dan tetap menjaga kontinuitas sumber pendapatan masyarakat. Mata pencaharian adaptif dibutuhkan guna menciptakan bentuk mata pencaharian baru yang dapat disesuaikan dengan kondisi
Adaptasi mata pencaharian ..., Gus Firman, FISIP UI, 2014
perubahan iklim dan berupaya menciptakan bentuk mata pencaharian yang berkelanjutan (sustainable livelihood). Aset didefinisikan oleh McKnight (dalam Philips dan Pittman, 2009: 40-41) sebagai bakat, kemampuan, dan kapasitas dari individu, asosiasi, dan institusi yang ada dalam sebuah komunitas. Dalam sustainable livelihood framework aset atau modal digambarkan dalam konsep segilima aset kehidupan yang akan disoroti dalam melihat komunitas sasaran penelitian. Livelihood Assets dalam penelitian ini menggunakan aset-aset yang menggunakan diksi modal, sebagai berikut: a.
Modal Fisik
Modal fisik berkaitan dengan infrastruktur dasar dan peralatan produksi yang dibutuhkan dan digunakan untuk mendukung mata pencaharian masyarakat (DFID, 1999). b.
Modal Manusia
Terdiri dari kemampuan, talenta, dan pengetahuan yang dimiliki oleh anggota komunitas. Modal manusia juga termasuk, kemampuan dari pasar tenaga kerja, kemampuan kepemimpinan, latar belakang pendidikan, penghargaan terhadap karya seni, kesehatan, dan kemampuan serta pengalaman lain (Philips dan Pittman, 2009: 41). c.
Modal Sosial
Green dan Haines (dalam Philips dan Pittman, 2009: 41) menjelaskan modal ini mengacu pada hubungan sosial yang ada dalam komunitas seperti kepercayaan (trust), norma (norms), dan jaringan sosial yang terbentuk. Dalam konteks sustainable livelihood framework modal sosial didefinisikan sebagai sumber daya sosial dimana orang menggunakan sumberdaya tersebut untuk mencapai tujuan dari mata pencaharian yang dijalankan (DFID, 1999). d.
Modal Alam
Modal alam terdiri dari tanah, air, dan sumber daya biologis lainnya yang digunakan orang-orang untuk keperluan bertahan hidup. Scoones (1998) mendefinisikan modal alam adalah persediaan-persediaan sumber daya alam (tanah, air, udara, sumber daya genetik, dll) dan pelayanan lingkungan (siklus hidrologi, pencemaran dll) dimana arus dan layanan sumber daya bermanfaat bagi mata pencaharian. e.
Modal Finansial
Modal finansial mengacu pada akses masyarakat pada sumber modal. Masyarakat miskin atau kelompok minoritas cenderung memiliki akses yang buruk terhadap sumbersumber modal. Tanpa adanya sumber keuangan untuk menjalankan atau memperluas usaha,
Adaptasi mata pencaharian ..., Gus Firman, FISIP UI, 2014
komunitas tidak akan mampu memanfaatkan modal potensial yang ada (Philips dan Pittman, 2009: 42)
Gambar 2. Pentagon Aset Kehidupan Sumber: DFID, 1999
§
Organisasi, Kebijakan, dan Proses Struktur dan proses menggambarkan adanya pengaruh institusi, kebijakan, dan
peraturan yang mempengaruhi sumber penghidupan masyarakat (DFID, 1999). §
Strategi Mata Pencaharian Strategi ini berusaha untuk mengenalkan pilihan, kesempatan, dan keberagaman.
Strategi ini berkaitan dengan bagaimana masyarakat mengelola aset-aset yang ada, menyikapi perubahan,
dan
menentukan
prioritas
untuk
mempertahankan
atau
memperbaiki
penghidupannya. §
Hasil-hasil Mata Pencaharian (Livelihood Outcomes) Hasil mata pencaharian adalah pencapaian yang timbul dari output strategi mata
pencaharian yang dilakukan. Kerangka kerja ini berusaha memahami manfaat pencaharian sesuai dengan strategi, motivasi, pilihan, dan faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian optimal. Pencapaian ini seperti pendapatan yang menjadi lebih baik dan meningkat, kesejahteraan yang meningkat, berkurangnya kerentanan yang dihadapi, lebih lanjut adalah peningkatan ketahanan pangan dan penataan sumber daya alam sebagai aset dan modal yang berkelanjutan (DFID, 1999) •
Perubahan Iklim Terhadap Lingkungan Pesisir Pada Konferensi Perubahan Iklim ke 13 (COP 13) di Bali pada tahun 2007, para pihak
secara formal mengakui pentingnya adaptasi sebagai upaya atau bagian dari strategi pengurangan bencana agar masyarakat dapat tetap bertahan menghadapi kondisi lingkungan
Adaptasi mata pencaharian ..., Gus Firman, FISIP UI, 2014
yang terus berubah. Hal ini secara jelas tercantum dalam kesepakatan Bali Action Plan dalam pembahasan mengenai ‘Enhanced action on adaptation.
Gambar 3. Mitigasi dan Adaptasi Pada Dampak Perubahan Iklim Sumber: Kementerian Lingkungan Hidup Indonesia, 2007
Adaptasi menurut IPCC adalah upaya penyesuaian terhadap praktik, proses, dan struktur yang lebih moderat untuk mengimbangi bahaya potensial atau mengambil keuntungan dari kesempatan yang muncul akibat adanya perubahan iklim (Yamin dan Depledge, 2004). Dalam Indonesia Country Report mengenai Climate Variability And Climate Changes, And Their Implication (Kementerian Negara Lingkungan Hidup Indonesia, 2007) dijelaskan bahwa adaptasi yang dimaksud dalam konteks perubahan iklim adalah sebuah rencana aksi untuk mengurangi dampak buruk dari perubahan iklim dan juga mengambil manfaat dari perubahan yang ada.
Metode Penelitian Penelitian ini berusaha mengkaji strategi adaptasi mata pencaharian masyarakat dalam merespon dampak perubahan iklim melalui stimulus program MPA yang diberikan oleh PCI dan Kabahill. Selain itu, karena penelitian ini berfokus pada proses dan hasil serta perlu pemahaman akan makna mengenai perilaku dan kebiasaan subjek penelitian maka pendekatan penelitian yang tepat adalah penelitian kualitatif. Penelitian ini memerlukan keterlibatan langsung dari peneliti dalam penggalian informasi dari para narasumber atau juga disebut
Adaptasi mata pencaharian ..., Gus Firman, FISIP UI, 2014
dengan penelitian lapangan. Penelitian lapangan adalah studi tentang orang yang bertindak secara alamiah dalam kehidupan sehari-hari, mencoba memahami makna dari berbagai kegiatan yang diamati bagi mereka yang terlibat didalamnya. Berdasarkan pada tujuan penelitian yakni memberikan gambaran mengenai proses strategi adaptasi mata pencaharian masyarakat secara utuh, maka jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Secara singkat, penelitian deskriptif berusaha memaparkan, menggambarkan, menganalisa, dan menginterpretasikan suatu proses secara sistematis mengenai bagaimana masyarakat merespon dampak perubahan iklim melalui strategi mata pencaharian adaptif yang ada dan bagaimana strategi yang diterapkan memenuhi kriteria sustainable livelihood. Teknik sampling yang dipilih dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Pada tahapan pengumpulan data, data dalam penelitian terbagi ke dalam dua bagian yakni data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh berdasarkan pernyataan informan yang berkaitan dengan tujuan penelitian. Sementara data sekunder diambil dari data monografi Desa Linau, data yang berasal dari instansi pemerintah lainnya, dan data program dari Kabahill. Data primer yang dibutuhkan dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan metode wawancara secara mendalam, observasi, serta menggunakan diskusi kelompok. Informan yang diwawancarai adalah masyarakat yang mengetahui, mengalami, mengenal, dan terlibat di dalam proses perkembangan pelaksanaan program di Desa Linau. Informan terbagi kedalam 5 kategori yakni masyarakat Desa Linau yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam program MPA, kelompok masyarakat dengan profesi petani, kelompok masyarakat berprofesi nelayan, petugas atau fasilitator Kabahill, dan Petugas Desa Linau dengan total keseluruhan informan sebanyak 8 orang. Sementara itu, dalam penelitian ini, studi literatur dilakukan dengan mengkaji beberapa laporan monitoring dan evaluasi yang dibuat oleh Kabahill, data monografi Desa Linau, data yang berasal dari instansi pemerintah lainnya, serta buku,
hasil penelitian dan jurnal mengenai topik sejenis yang telah
dipublikasikan.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Adaptasi mata pencaharian ..., Gus Firman, FISIP UI, 2014
Konteks Kerentanan
• §
Bencana Alam, Gangguan Ekonomi, dan Serangan Hama Salah satu konteks kerentanan adalah guncangan (shocks) yang diartikan sebagai
perubahan yang bersifat mendadak, yang sulit diprediksi, pengaruhnya besar, melumpuhkan, menghancurkan, merusak tata penghidupan masyarakat. Salah satunya adalah bencana alam. Bencana alam yang terjadi di desa Linau didominasi oleh bencana hidrometeorologi atau bencana yang diakibatkan oleh siklus air dan cuaca seperti hujan lebat, angin kencang, gelombang pasang, dan badai. Angin kencang yang terjadi setiap tahunnya merupakan siklus musiman yang sebenarnya sudah dapat diprediksi kedatangannya oleh masyarakat. Produktivitas masyarakat juga sangat bergantung terhadap harga barang pokok yang ada di Linau. Harga barang pokok secara simultan menyebabkan naiknya harga komoditi pertanian dan hasil laut secara umum. Kenaikan harga barang pokok yang sangat ditentukan oleh mekanisme pasar dan pemerintah pusat juga berpengaruh pada peningkatan harga pupuk bagi petani. Serangan hama juga menjadi indikator adanya faktor guncangan di desa Linau. Bagi petani, serangan hama seperti ulat, pianggang, dan babi menjadi musuh utama tanaman mereka. §
Perubahan Iklim dan Harga di Pasaran Cenderung Sulit Diprediksi Dalam temuan lapangan digambarkan kecenderungan yang terjadi di Desa Linau pada
konteks perubahan iklim, kecenderungan perubahan harga, dan pertumbuhan penduduk. Perubahan iklim yang semakin sulit diprediksi berdampak pada pendapatan masyarakat di semua bidang pekerjaan. Perubahan iklim berdampak pada musim angin yang cepat berubah dan musim tanam yang sulit ditentukan akibat tidak pola cuaca yang tidak beraturan. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Agrawal bahwa perubahan iklim akan menekan pilihan mata
pencaharian yang ada, dan bahkan lebih penting lagi, akan membuat mata pencaharian yang ada lebih sulit untuk diprediksi akibat meningkatnya ketidakstabilan iklim. §
Perubahan Musiman Perubahan alam yang menyebabkan ketidakpastian musim panen, tanam, dan musim
angin untuk melaut bagi nelayan. Dilain sisi, dinamika sosial juga diperlihatkan pada pertumbuhan penduduk yang cenderung meningkat. Pertumbuhan penduduk akhirnya menyebabkan tantangan baru bagi masyarakat untuk tetap dapat bertahan hidup. Mobilisasi penduduk menjadi salah satu solusi dalam menyikapi pertumbuhan penduduk yang ada. Anak muda setelah menyelesaikan sekolah, biasanya di tingkat SMA, memilih untuk pergi ke kota untuk mengadu nasib, bagi mereka yang sudah berkeluarga atau lanjut usia dengan
Adaptasi mata pencaharian ..., Gus Firman, FISIP UI, 2014
keterbatasan yang ada berusaha menyiasatinya dengan bekerja musiman ke kota jika ada pekerjaan seperti menjadi tukang bangunan atau berdagang. Kerangka kerja SLF juga disebutkan bahwa masyarakat berusaha menggabungkan usaha dan memadukan aset untuk dapat tetap bekerja dan salah satu jalannya adalah dengan migrasi. §
Livelihood Assets (Modal) a. Kualitas Sumber Daya Manusia Kondisi pendidikan merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk melihat
modal manusia yang dimiliki masyarakat. berdasarkan hasil temuan lapangan, kondisi pendidikan masyarakat Linau cenderung baik. Hal ini terlihat dari rata-rata pendidikan usia bekerja yakni SMP dan SMA. Haines berpendapat bahwa individu-individu akan termotivasi untuk meningkatkan penghasilan, melalui investasi pada pendidikan dan pelatihan yang diperlukan untuk meningkatkan posisi mereka dalam pasar tenaga kerja. Akses terhadap pelatihan menjadi modal penting lain yang dapat digunakan untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat. Berdasarkan hasil temuan lapangan, terdapat beberapa kegiatan pelatihan yang telah diikuti oleh masyarakat. Pelatihan yang ada adalah pelatihan dalam bentuk program yang dijalankan oleh Kabahill. Pelatihan yang ditujukan guna meningkatkan kapasitas masyarakat dalam menghadapi tantangan risiko bencana dan perubahan iklim ini membawa suasana baru bagi pengembangan aktivitas masyarakat baik yang berhubungan langsung dengan sumber penghidupan maupun yang tidak. Program yang dijalankan berkaitan dengan upaya peningkatan pengetahuan mengenai isu perubahan iklim, pengurangan risiko bencana, dan upaya yang harus dilakukan agar lebih siap dalam menghadapi bencana. Selain itu, pelatihan juga diberikan dalam bentuk peningkatan kemampuan dan keterampilan baru guna memberikan alternatif solusi sumber pendapatan baru bagi keluarga yang menjalankan program. b. Akses Terhadap Sumber Modal Dalam setiap aktivitas mata pencaharian sangat ditentukan dengan akses dan kemampuan finansial masyarakat. Pendapatan kelompok petani dan nelayan yang ada di Linau cenderung beragam, meski demikian berdasarkan temuan lapangan pendapatan masyarakat Linau tidak dapat dikategorikan sangat rendah. Sumber modal dalam artian pinjaman atau kredit dapat dengan mudah didapatkan oleh masyarakat melalui koperasi simpan pinjam, Bank, dan program SPP, hal yang menjadi kendala adalah tingginya bunga yang ditetapkan dalam pinjaman, besaran bunga dari setiap pinjaman bisa mencapai 20-40%.
Adaptasi mata pencaharian ..., Gus Firman, FISIP UI, 2014
Subsidi yang secara merata diterima oleh semua anggota masyarakat adalah subsidi pendidikan dalam bentuk dana BOS. Sedangkan subsidi dari pemerintah dalam bentuk lain seperti raskin, Kartu Perlindungan Sosial (KPS), pupuk, dan racun tidak diterima masyarakat secara merata. Subsidi atau bantuan dalam bentuk lain juga diterima masyarakat dari program MPA yang dijalankan oleh Kabahill. Meski sangat terbatas, berdasarkan hasil temuan lapangan beberapa anggota masyarakat yang tergabung dalam penerima manfaat program mendapatkan bantuan modal dalam bentuk uang dan material untuk memulai usaha baru sesuai dengan yang digeluti masing-masing kelompok. c. Kelompok Sosial sebagai Modal Sosial Modal sosial mengacu pada hubungan sosial yang ada dalam komunitas seperti kepercayaan (trust), norma (norms), dan jaringan sosial yang terbentuk. Terdapat beberapa lembaga yang menjadi representasi adanya hubungan antar anggota masyarakat di lingkungan Desa Linau. Kelompok tani dan nelayan merupakan kelompok profesi yang ada di Desa Linau. Selain dua kelompok ini ada pula kelompok baru yang terbentuk akibat adanya program CADRE di Desa Linau. Dua kelompok baru tersebut adalah kelompok MPA sebagai perkumpulan para pelaksana program MPA dan Komite PRB/API sebagai kelompok yang dibentuk untuk meneruskan pelaksanaan diseminasi informasi PRB/API di Desa Linau ketika program CADRE selesai. Penggunaan kelompok sebagai sumber daya sosial untuk mencapai dan meningkatkan kualitas mata pencaharian ini sesuai dengan penjelasan dalam Sustainable livelihood framework (SLF) bahwa modal sosial didefinisikan sebagai sumber daya sosial dimana orang menggunakan sumberdaya tersebut untuk mencapai tujuan dari mata pencaharian yang dijalankan. Rasa saling percaya antar anggota masyarakat yang ada di Desa Linau menjadi modal sosial yang dapat ditransformasikan ,menjadi modal finansial. Hal ini terkait dengan kegiatan simpan pinjam yang terjadi antar anggota masyarakat baik yang memiliki hubungan keluarga, hubungan bos dengan petani, dan hubungan tetangga. d. Prasarana Fisik Desa sebagai Modal Fisik Kondisi fisik jalan desa sudah cukup baik, pada jalan desa kondisi jalan berupa aspal curah berkerikil, dan jalan lintas Sumatera yang membagi Desa Linau menjadi dua bagian kondisinya sangat bagus. Sumber air bagi kebutuhan pribadi didapat melalui sumur dan mata air yang ada di Desa Linau, sedangkan untuk sawah masih menggunakan sistem tadah hujan sehingga tidak ada sistem irigasi di Linau. Akses listrik dapat mudah diperoleh dari layanan PLN. Selain itu kondisi sanitasi desa juga cenderung baik dimana hampir semua rumah
Adaptasi mata pencaharian ..., Gus Firman, FISIP UI, 2014
memiliki sarana MCK sendiri. Selain itu modal fisik yang juga dimiliki oleh Desa Linau adalah fasilitas radio komunitas yang baru saja didirikan berkat bantuan dari Program CADRE. Radio ini diharapkan dapat menjadi sarana komunikasi dan diseminasi informasi kepada masyarakat Linau untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai berbagai isu terkini. Dari segi akses terhadap alat produksi, petani di Desa Linau kebanyakan memiliki sendiri peralatan mereka untuk berkebun. Sedangkan di lain pihak, tidak semua nelayan memiliki perahu sendiri untuk pergi melaut meski demikian peralatan yang digunakan dapat bersifat kolektif ataupun hasil pinjaman dari anggota masyarakat lain (Bab 4: 91). Peralatan produksi juga bisa didapatkan masyarakat dari program MPA yang dijalankan oleh Kabahill. Khusus untuk para penerima manfaat, semua peralatan awal yang dibutuhkan guna menunjang proses produksi diberikan oleh Kabahill. e. Akses Lahan sebagai Modal Alam. Lahan yang biasa digunakan petani di Desa Linau kebanyakan adalah lahan milik pribadi atau lahan milik kerabat yang dikelola oleh petani. Bagi kelompok nelayan, rata-rata jarang yang memiliki lahan garapan, hal ini selain karena disebabkan rendahnya kemampuan nelayan untuk menjadi petani, kebiasaan melaut yang turun-temurun dilakukan menyebabkan mereka jarang memiliki lahan garapan. Dalam konteks yang lebih kecil pemanfaatan lahan menjadi lebih produktif juga dilaksanakan oleh para ibu-ibu yang ada di Desa Linau. Melalui program MPA Pemanfaatan lahan pekarangan untuk ditanami sayur memberikan penghasilan tambahan baik dalam bentuk pendapatan langsung maupun kemudahan dalam mengonsumsi sayur hasil kebun sendiri. Selain itu, modal alam juga digunakan oleh masyarakat Linau untuk berinvestasi sebagai bentuk lain dari tabungan. Berdasarkan hasil temuan lapangan, masyarakat yang tidak memiliki tabungan dalam bentuk uang, memiliki lahan tidur yang digunakan sebagai investasi dan dapat dijual atau disewakan sewaktu-waktu jika dibutuhkan. §
Peraturan Desa, Peran Aparat Desa dan Peran Pihak Eksternal Berdasarkan kerangka kerja SLF peraturan dan peranan pihak pemerintah maupun
eksternal dibahas dalam kerangka struktur dan proses. Struktur dan proses sendiri menggambarkan adanya pengaruh institusi, kebijakan, dan peraturan yang mempengaruhi sumber penghidupan masyarakat (DFID, 1999). Peraturan desa yang berdampak pada kelompok nelayan adalah kewajiban nelayan untuk menjual hasil tangkapan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang ada di Desa Linau. Hal ini dimaksudkan agar perbedaan harga
Adaptasi mata pencaharian ..., Gus Firman, FISIP UI, 2014
tidak terlalu jauh ketimpangannya dan harga dapat lebih mudah terkontrol oleh mekanisme pasar. Peran aparat desa tidak hanya berkenaan dengan aturan, aparat desa juga berperan dalam memfasilitasi masyarakat kepada akses bantuan dari pemerintah nasional dan daerah, selain itu aparat desa juga menjadi penghubung antara masyarakat dengan pemerintah di tataran yang lebih tinggi ketika masyarakat ingin mengajukan bantuan melalui kelompok tani, kelompok nelayan, ataupun kelompok lainnya. Di pihak eksternal, Kabahill memberikan peranan yang cukup penting bagi masyarakat. berkat adanya Kabahill manfaat seperti peningkatan pengetahuan dan keterampilan masyarakat, peningkatan pendapatan, peningkatan keguyuban masyarakat akibat pelaksanaan program, hingga tahap kemandirian masyarakat dalam memulai usaha baru, mulai tampak di Desa Linau. Peran Kabahill sejalan dengan pemikiran Agrawal bahwa peran insitusi lokal sangatlah krusial karena tidak hanya memberikan pengarahan bagaimana rumah tangga harus menyikapi dampak perubahan iklim yang ada, mereka juga harus meningkatkan kemampuan rumah tangga untuk merespon dampak perubahan iklim dan mencari jalan keluar. Dan juga melakukan mediasi kepada intervensi eksternal dalam konteks adaptasi. §
Strategi Menghadapi Perubahan Cuaca dan Kekurangan Pendapatan Kerugian dalam berbagai hal kerap dialami oleh masyarakat Linau dalam proses
mereka menjalani kehidupan. Berdasarkan hasil temuan lapangan yang ada, kerugian seperti hasil panen yang tidak maksimal akibat hama dan cuaca yang mudah berubah, hasil tangkapan yang merosot akibat musim angin yang tidak mendukung, hingga kendala untuk beraktivitas karena hujan yang terus menurus terjadi di Desa Linau adalah beberapa contoh kerugian yang terjadi. Berbagai strategi dijalankan masyarakat untuk mengatasi beragam tantangan ini, untuk menyiasati gagal panen tidak jarang petani melakukan diversifikasi jenis tanaman, meminjam uang untuk modal, hingga mengganti jenis tanaman. Bagi kelompok nelayan adanya kendala dalam melaut juga disikapi dengan beragam cara seperti dengan meminjam uang untuk menutupi kebutuhan hidup, dan juga mencoba untuk berdagang. Strategi lainnya yang juga diungkapkan oleh informan penelitian adalah mereka menambah beban kerja dengan mencari penghasilan tambahan sebagai kuli bangunan, pergi ke hutan untuk mencari kayu, atau migrasi musiman ke kota. Berbeda dengan kelompok bapak-bapak, kelompok ibu-ibu berusaha mengatasi kerugian atau kekurangan pendapatan keluarga dengan tergabung dalam kelompok MPA yang
Adaptasi mata pencaharian ..., Gus Firman, FISIP UI, 2014
dibentuk oleh Kabahill. Kelompok ini diberikan modal dan keterampilan untuk menjalankan usaha baru sebagai alternatif pendapatan keluarga mereka. §
Harapan Peningkatan Kualitas Kehidupan Dalam melihat hasil mata pencaharian ini, kita tidak berasumsi bahwa masyarakat
berusaha semaksimal mungkin untuk meningkatkan pendapatannya. Tapi, kita berusaha untuk mengenali dan memahami kekayaan tujuan potensial dari mata pencaharian. Cara ini akan membuat kita mengerti prioritas masyarakat, apa yang mereka perbuat, dan di ranah mana kendala utama terjadi. Berdasarkan hasil temuan lapangan harapan masyarakat setiap kali ia bekerja cenderung beragam diantara lain; penghasilan yang bertambah, memiliki tanah garapan sendiri, bisa mendapatkan pekerjaan baru yang lebih ringan, dapat memenuhi semua kebutuhan keluarga, dan menyekolahkan anak hingga tingkat kuliah, serta memiliki tabungan untuk jaminan hari tua nanti. Seluruh harapan ini menunjukkan bahwa masyarakat secara sadar berusaha untuk terus meningkatkan kualitas kehidupannya. Berkaitan dengan harapan peningkatan kualitas kehidupan, hal-hal tersebut mencerminkan kondisi yang mereka rasakan. Hal ini terlihat dari persepsi mereka mengenai definisi kemiskinan dimana diantara mereka berpendapat bahwa miskin tidak hanya soal kekurangan uang tapi lebih jauh membahas mengenai budaya malas dan daya pikir yang rendah. Budaya malas dan daya pikir yang rendah inilah yang menurut mereka menyebabkan kemampuan untuk merencanakan masa depan yang buruk dan daya kreativitas dalam membaca peluang yang rendah.
Adaptasi mata pencaharian ..., Gus Firman, FISIP UI, 2014
Gambar 4. Kerangka Kerja Sustainable Livelihood Framework Pada Masyarakat Linau
Kesimpulan Kesimpulan akan dijabarkan berdasarkan konteks kerentanan masyarakat Linau, aset komunitas, transformasi proses, strategi mata pencaharian masyarakat dan livelihood outcomes yang ada. Dari hasil studi yang dilakukan dalam penelitian ini maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Konteks Kerentanan, Masyarakat Linau menghadapi beragam tantangan seperti bencana yang diakibatkan oleh siklus air dan cuaca seperti hujan lebat, angin kencang, gelombang pasang, dan badai, serangan hama bagi petani dan perubahan iklim yang mengakibatkan cuaca semakin sulit diprediksi. Perubahan iklim berdampak pada musim angin yang cepat berubah dan musim tanam yang sulit ditentukan akibat pola cuaca yang tidak beraturan. Mobilisasi penduduk menjadi salah satu solusi dalam menyikapi pertumbuhan penduduk yang ada. Anak muda setelah menyelesaikan sekolah, biasanya di tingkat SMA, memilih untuk pergi ke kota untuk mengadu nasib, bagi mereka yang sudah berkeluarga atau lanjut usia dengan keterbatasan yang ada berusaha menyiasatinya dengan bekerja musiman ke kota jika ada pekerjaan seperti menjadi tukang bangunan atau berdagang. 2. Aset Komunitas dalam Kaitannya dengan Mata Pencaharian a. Modal Manusia Kondisi pendidikan masyarakat Linau cenderung baik. Hal ini terlihat dari rata-rata pendidikan usia bekerja yakni SMP dan SMA. Motivasi orang tua untuk menyekolahkan anaknya juga cenderung tinggi dan beberapa sudah memiliki motivasi untuk meningkatkan kualitas pendidikan hingga bangku kuliah. Pelatihan dan program terbaru yang hingga saat ini masih berjalan adalah program CADRE yang dijalankan oleh Kabahill. Pelatihan yang ditujukan guna meningkatkan kapasitas masyarakat dalam menghadapi tantangan risiko bencana dan perubahan iklim ini membawa suasana baru bagi pengembangan aktivitas masyarakat baik yang berhubungan langsung dengan sumber penghidupan maupun yang tidak b. Modal Finansial Dari segi modal finansial, strategi adaptasi dalam menghadapi fluktuasi pendapatan akibat meningkatnya faktor shocks dan trends di Desa Linau dilakukan melalui bantuan dari program MPA. yang dijalankan oleh Kabahill. Masyarakat yang tergabung dalam penerima
Adaptasi mata pencaharian ..., Gus Firman, FISIP UI, 2014
manfaat program mendapatkan bantuan modal dalam bentuk uang dan material untuk memulai usaha baru sesuai dengan yang digeluti masing-masing kelompok. Sumber modal lain dalam artian pinjaman atau kredit dapat dengan mudah didapatkan oleh masyarakat melalui koperasi simpan pinjam, Bank, dan program SPP, hal yang menjadi kendala adalah tingginya bunga yang ditetapkan dalam pinjaman, besaran bunga dari setiap pinjaman bisa mencapai 20-40%. c. Modal Sosial Kelompok tani, nelayan, dan kelompok mata pencaharian adaptif bentukan Kabahill, merupakan tiga kelompok profesi yang ada di Desa Linau. Selain kelompok yang muncul akibat profesi, kelompok pengajian juga ada di Linau. Rasa saling percaya antar anggota masyarakat yang ada di Desa Linau menjadi modal sosial lain yang juga ada di tengah masyarakat. Hal ini terkait dengan kegiatan simpan pinjam yang terjadi antar anggota masyarakat baik yang memiliki hubungan keluarga, hubungan bos dengan petani, dan hubungan tetangga. d. Modal Fisik Kondisi fisik jalan desa sudah cukup baik, pada jalan desa kondisi jalan berupa aspal curah berkerikil, dan jalan lintas Sumatera yang membagi Desa Linau menjadi dua bagian kondisinya sangat bagus. Sumber air bagi kebutuhan pribadi didapat melalui sumur dan mata air yang ada di Desa Linau, sedangkan untuk sawah masih menggunakan sistem tadah hujan sehingga tidak ada sistem irigasi di Linau. Akses listrik dapat mudah diperoleh dari layanan PLN. Selain itu kondisi sanitasi desa juga cenderung baik dimana hampir semua rumah memiliki sarana MCK sendiri. Selain itu modal fisik yang juga dimiliki oleh Desa Linau adalah fasilitas radio komunitas yang baru saja didirikan berkat bantuan dari Program CADRE. e. Modal Alam atau Lingkungan Pemanfaatan lahan pekarangan untuk ditanami sayur melalui program MPA memberikan penghasilan tambahan baik dalam bentuk pendapatan langsung maupun kemudahan dalam mengonsumsi sayur hasil kebun sendiri. Selain itu, modal alam juga digunakan oleh masyarakat Linau untuk berinvestasi sebagai bentuk lain dari tabungan. Masyarakat yang tidak memiliki tabungan dalam bentuk uang, memiliki lahan tidur yang digunakan sebagai investasi dan dapat dijual atau disewakan sewaktu-waktu jika dibutuhkan.
Adaptasi mata pencaharian ..., Gus Firman, FISIP UI, 2014
3. Organisasi, Struktur, dan Proses, peraturan desa yang berdampak pada kelompok nelayan adalah kewajiban nelayan untuk menjual hasil tangkapan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang ada di Desa Linau.
Peran aparat desa juga terkait
memfasilitasi masyarakat kepada akses bantuan dari pemerintah nasional dan daerah. Adanya Kabahill manfaat seperti peningkatan pengetahuan dan keterampilan masyarakat, peningkatan pendapatan, peningkatan keguyuban masyarakat akibat pelaksanaan program, hingga tahap kemandirian masyarakat dalam memulai usaha baru, mulai tampak di Desa Linau. 4. Strategi Mata Pencaharian Masyarakat Linau Untuk mensiasati gagal panen, misalnya, tidak jarang petani melakukan diversifikasi jenis tanaman, meminjam uang untuk modal, hingga mengganti jenis tanaman. Perlakuan diversifikasi tanaman ini didukung dengan adanya pengetahuan tambahan mengenai pengelolaan lahan yang efektif dan efisien melalui program MPA yang dilaksanakan oleh Kabahill. Bagi kelompok nelayan adanya kendala dalam melaut juga disikapi dengan beragam cara seperti dengan meminjam uang untuk menutupi kebutuhan hidup, dan juga mencoba untuk berdagang. Strategi lainnya adalah dengan menambah beban kerja dengan mencari penghasilan tambahan sebagai kuli bangunan, pergi ke hutan untuk mencari kayu, atau migrasi musiman ke kota. Kelompok ibu-ibu berusaha mengatasi kerugian atau kekurangan pendapatan keluarga dengan tergabung dalam kelompok MPA yang dibentuk oleh Kabahill. 5. Livelihood Outcomes Harapan yang terlihat cenderung beragam diantara lain; penghasilan yang bertambah, memiliki tanah garapan sendiri, bisa mendapatkan pekerjaan baru yang lebih ringan, dapat memenuhi semua kebutuhan keluarga, dan menyekolahkan anak hingga tingkat kuliah, serta memiliki tabungan untuk jaminan hari tua nanti. Seluruh harapan ini menunjukkan bahwa masyarakat secara sadar berusaha untuk terus meningkatkan kualitas kehidupannya.
Saran Pelatihan dan peningkatan kapasitas merupakan hal yang penting dalam upaya pemberdayaan masyarakat ke arah kemandirian. Oleh karenanya, yang dapat diusulkan melalui penelitian ini adalah: a. Peran pemerintah desa dikembangkan
dan diintegrasikan dalam program
pendampingan yang sudah dijalankan oleh Kabahill.
Adaptasi mata pencaharian ..., Gus Firman, FISIP UI, 2014
b. Mendata kebutuhan dan kondisi masyarakat sehingga dapat memastikan setiap bantuan pemerintah dalam bentuk subsidi atau bentuk lainnya dapat tersebar merata dan tepat sasaran. c. Pasca program CADRE, pemerintah dalam hal ini pemerintah kabupaten harus diajak bekerjasama dan berkomitmen untuk melanjutkan program yang sudah ada menjadi agenda wajib dinas terkait seperti dinas pertanian, perikanan, dan peternakan. Berdasarkan hasil temuan lapangan, dalam proses meramu aset komunitas menjadi potensi strategi mata pencaharian baru maupun pengembangan dari yang sudah dilakukan, masyarakat kerap mengalami tantangan dan permasalahan. Melalui program MPA hambatan ini berusaha dijembatani dengan kehadiran pihak eksternal yang dianggap memiliki cukup pengetahuan, keterampilan, dan jaringan yang lebih luas untuk dapat meningkatkan kapasitas masyarakat. Oleh karenanya yang dapat direkomendasikan bagi pelaksanaan program melalui penelitian ini adalah: a. Secara berkala melakukan penyuluhan dengan merata dan rutin yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan terkait mitigasi dan adaptasi perubahan iklim dan dampak bencana secara umum yang menjadi kerentanan paling sering dihadapi dan cenderung menimbulkan kerugian bagi masyarakat. b. Sebaiknya pengkajian yang dilakukan oleh Kabahill melibatkan semua elemen masyarakat untuk mengidentifikasi secara mendetail aset komunitas yang berpotensi untuk mengembangkan kualitas kehidupan masyarakat sendiri. c. Kabahill sebagai fasilitator harus mampu mendorong masyarakat untuk mengutarakan ide menurut dirinya sendiri bukan sekedar ikut menyetujui ide yang dikemukakan oleh orang lain. Masyarakat diarahkan untuk memikirkan apa yang sebenarnya ingin dan bisa mereka lakukan tanpa harus dibatasi oleh pilihan-pilihan yang sudah di buat. d. Keterlibatan kelompok laki-laki juga harus dipertimbangkan sebagai langkah pengembangan program kedepan.
Daftar Referensi •
Sumber Buku
Adi, I. R. (2013). Intervensi Komunitas & Pengembangan Masyarakat: Sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: Rajawali Press. Bappenas. (2009). Indonesia Climate Change Sectoral Road Map. Jakarta: Bappenas.
Adaptasi mata pencaharian ..., Gus Firman, FISIP UI, 2014
DFID. (2002). Masyarakat, Kemiskinan, dan Mata Pencaharian: Mata Rantai Pengurangan Kemiskinan di Indonesia. Jakarta. Ellis, Frank. (2000). Rural Livelihoods and Diversity in Developing Countries. New York: Oxford University Press Inc. Green, Gary Paul, dan Haines, Anna. (2002). Asset Building and Community Development. Thousand Oaks: Sage Publications, Inc. Herdiansyah, Herdis, dkk. (2013). Adaptasi Perubahan Iklim Dan Pengurangan Risiko Bencana: Mengintegrasikan Kemampuan Adaptif Masyarakat dalam Adaptasi Perubahan Iklim dan Pengurangan Risiko Bencana. Jakarta: DNPI. Ife, J., dan Tesorerio, F. (2006). Community Development (community-based alternatives in an age of globalisation). Australia: Pearson Education. Krantz, L. (2001). The Sustainable Livelihood Approach to Poverty Reduction. Swedish International Development Agency. Mearns, R., dan Norton, A. (2010). Social Dimensions of Climate Change: Equity and Vulnerability in a Warming World. Washington DC: The World Bank. Moleong, Lexy J. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Neuman, Willian Lawrence. (2006). Social Research Methodes. USA: Pearson. Phillips, Rhonda, dan Pittman, Robert H,. (2009). An Introduction to Community Development. New York: Routledge. Scoones, Ian. (1998). Sustainable Rural Livelihoods: A Framework for Analysis. Institute of Development Studies. •
Pencarian & Publikasi Jurnal Internet
Dahuri, Rokhim dan Dutton, Ian M. (2000). Integrated Coastal and Marine Management Enters a New Era in Indonesia. Integrated Coastal Zone Management, 11-16. Diakses pada
tanggal
30
Maret
2014,
dari
website
http://www.crc.uri.edu/download/2000_Dahuri_CP_Integrated_Coastal_Marine.pdf DFID. (1999). Suistanable Livelihoods Guidance Sheets. Diakses pada tanggal 25 November 2014, dari http://www.ennonline.net/dfidsustainableliving Knutsson, dan Ostwald. 2006. A Process – Oriented Sustainable Livelihoods Approach – A Tool for Increased Understanding of Vulnerability, Adaptations, and Resilience. Mitigation and Adaptation Strategies for Global Change, Online First™, 22 May 2006,
diakses
pada
tanggal
26
November
http://www.springerlink.com
Adaptasi mata pencaharian ..., Gus Firman, FISIP UI, 2014
2014,
dari
website
McGranahan, Gordon; Balk, Deborah; Anderson, Bridget. (2007). The rising tide: assessing the risks of climate change and human settlements in low elevation coastal zone. International Institute for Environment and Development (IIED), 17-37. Diakses pada tanggal
30
Maret
2014
dari
website
http://www.coastalchange.ca/download_files/external_reports/McGranahan_%282007 %29_Therisingtide.pdf •
Karya Ilmiah
Tumiwa, F. 2010. Strategi Pembangunan Indonesia Menghadapi Perubahan iklim: Status dan Kebijakan Saat Ini . Jakarta: Friedrich-Naumann-Stiftung fur die Freihet, Indonesia. Widawati, T. 2012. Kebijakan Nasional dan Adaptasi Perubahan Iklim. Jakarta: Kementerian Negara Lingkungan Hidup Indonesia. Widodo, S. 2011. Strategi Nafkah Berkelanjutan Bagi Rumah Tangga Miskin Di Daerah Pesisir. Makara Sosial Humaniora, 15, 10-20.
Adaptasi mata pencaharian ..., Gus Firman, FISIP UI, 2014