PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MENGENAI ASUPAN CAIRAN HARIAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI PEJATEN BARAT JAKARTA TAHUN 2012 Khairunissa Permata Hati1 dan Inge Permadhi2 1
Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 2
Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Email:
[email protected]
Abstrak Dehidrasi adalah berkurangnya cairan tubuh secara cepat tanpa diimbangi asupan cairan yang cukup. Anak sekolah dasar rentan mengalami dehidrasi yang dapat menimbulkan gejala kelemahan fisik dan penurunan fungsi kognitif. Mereka cenderung mengabaikan gejala dehidrasi dan tidak mengonsumsi cairan dalam jumlah cukup serta belum memiliki pengetahuan tentang cara menjaga status hidrasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan, sikap, perilaku mengenai asupan cairan harian dan faktor-faktor yang berhubungan pada anak SD dengan menggunakan desain cross-sectional. Data diambil Januari 2012 dengan memberikan kuesioner kepada 107 anak SD di Pejaten Barat Jakarta Selatan. Hasil penelitian menunjukkan subyek terbanyak berusia 10-12 tahun (53,1%), laki-laki (62,2%), duduk di kelas 4-6 SD (64,3%), mendapat informasi dari 3 sumber informasi atau kurang (82,7%). Diperoleh hasil yakni subyek terbanyak memiliki pengetahuan cukup (45,9%), sikap cukup (51%), dan perilaku baik (74,5%). Terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap (uji chi square, p=0,01), namun tidak ada hubungan antara pengetahuan dan perilaku serta antara sikap dan perilaku. Terdapat hubungan antara pendidikan dengan pengetahuan (uji chi square, p=0,042), namun pendidikan tidak berhubungan dengan sikap maupun dengan perilaku. Karakteristik demografi lainnya seperti usia, jenis kelamin, dan jumlah sumber informasi tidak memiliki hubungan dengan pengetahuan, sikap, dan perilaku. Kata kunci: pengetahuan, sikap, perilaku, asupan cairan harian, anak SD, usia, jenis kelamin, pendidikan, jumlah sumber informasi
Knowledge, Attitude and Behaviour Regarding Daily Fluid Intake and Associated Factors of School Children in Pejaten Barat South Jakarta Year 2012 Abstract Dehydration is the rapid excessive loss of body fluids without adequate fluid intake replenishment. School children are susceptible to dehydration. It causes them to physical weakness and cognitive function decline. They tend to ignore the symptoms of dehydration and do not consume adequate amount of fluids. Children do not have the knowledge on how to maintain hydration status. This study aimed to determine the knowledge, attitudes, behaviors regarding daily fluid intake and associated factors in school children by using crosssectional design. Data were taken in January 2012 by giving questionnaires to 107 school children in Pejaten Barat South Jakarta. The result shows that most subjects aged 10-12 years (53.1%), males (62.2%), fourth to sixth primary school students (64.3%), and received information from 3 or less media resources (82.7%). The data was processed using SPSS version 18 and analyzed using the chi-square and Kolmogorov-Smirnov test. Most subjects had sufficient knowledge (45.9%), sufficient attitude (51%), and good behavior (74.5%). There is correlation between knowledge and attitude (p = 0.01), but there is no correlation between knowledge and behavior as well as between attitudes and behavior. There is correlation between education and knowledge (p = 0.042), but education is not correlated with attitudes and behavior. Other demographic characteristics such as age, gender, and number of resources are not correlated to knowledge, attitudes, and behaviors
Pengetahuan sikap..., Khairunissa Permata Hati, FK UI 2013
Keywords: knowledge, attitude, behaviour, daily fluid intake, school children, age, gender, education, number of resources
Pendahuluan The Indonesian Hydration Regional Study (THIRST) pada tahun 2009 melaporkan bahwa sebanyak 46,1% penduduk Indonesia mengalami dehidrasi ringan.1 Sayangnya penelitian ini tidak mencantumkan data hidrasi untuk anak-anak. Penelitian oleh David dkk tahun 2008 memperlihatkan bahwa 70% anak usia sekolah di kawasan Israel mengalami dehidrasi.2 Murray melaporkan bahwa 85% anak usia sekolah tidak mengonsumsi cairan dalam jumlah yang cukup.3 Dehidrasi adalah berkurangnya cairan tubuh secara cepat (rapid lost) tanpa diimbangi asupan cairan yang cukup. Dehidrasi ringan dapat menimbulkan kelemahan tubuh.4 Anakanak memiliki proporsi luas permukaan tubuh yang besar terhadap massa tubuhnya sehingga lebih mudah terjadi penguapan cairan. Bahkan penguapan semakin banyak saat berada di lingkungan dan cuaca yang panas. Anak usia sekolah banyak melakukan aktivitas fisik pada siang hari sehingga mereka akan lebih sering terekspos sinar matahari.5 Status hidrasi seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh konsumsi cairan yang cukup, namun juga oleh kebiasaan minum. Assael melaporkan bahwa sebagian besar anak-anak belum mempunyai pengetahuan tentang bagaimana cara mempertahankan status hidrasi secara adekuat.6 Kurangnya asupan cairan masih sering diabaikan oleh anak-anak.7 Padahal, dehidrasi pada anak usia sekolah mengakibatkan efek buruk pada kesehatan dan kemampuan kognitif seperti penurunan konsentrasi, penurunan daya ingat dan juga penurunan kemampuan operasi aritmatika8. Dehidrasi dapat dicegah dengan mengonsumsi cairan yang cukup untuk mengimbangi pengeluaran cairan. Seringkali anak-anak kurang peduli terhadap pentingnya asupan cairan untuk mengimbangi aktivitas mereka. Dehidrasi pada anak sekolah dapat diatasi dengan mengonsumsi air sesuai kebutuhannya, yakni 1,6-1,9 liter per hari. Beberapa sekolah di Inggris menganjurkan murid-muridnya membawa bekal minum ke sekolah serta memperbolehkan mereka untuk minum saat berlangsungnya kegiatan belajar di kelas.9 Mengingat beratnya dampak dehidrasi, pentingnya peranan pengetahuan, sikap, dan perilaku dalam memenuhi asupan cairan harian, serta belum adanya penelitian yang dilakukan di Indonesia, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengetahuan, sikap dan perilaku tentang asupan cairan harian dan faktor-faktor yang berhubungan pada anak usia sekolah dasar di Jakarta tahun 2012. Penilitian ini ditujukan untuk mengetahui
Pengetahuan sikap..., Khairunissa Permata Hati, FK UI 2013
hubungan karakteristik anak usia sekolah terhadap pengetahuan, sikap, dan perilaku tentang asupan cairan harian. Di samping itu, peneilitan ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap, sikap dan perilaku, serta pengetahuan dan perilaku tentang asupan cairan harian pada anak usia sekolah dasar. Tinjauan Pustaka Hidrasi merupakan kebutuhan air dalam tubuh yang menunjang fungsi fisiologis sel-sel dalam tubuh. Hidrasi yang adekuat sangat penting dalam mempertahankan fungsi fisik dan mental yang optimal.10 Euhidrasi adalah keadaan di mana cairan tubuh berada dalam kondisi seimbang. Keseimbangan ini dicapai dengan menyeimbangkan pemasukan dan pengeluaran cairan tubu.11,12 Dehidrasi adalah suatu keadaan di mana tubuh kehilangan sejumlah cairan.13 Dehidrasi juga didefinisikan sebagai ketidakseimbangan cairan dan zat elektrolit dalam tubuh manusia. Dehidrasi adalah bagian dari aktivitas hidrasi di mana tubuh kehilangan cairan secara cepat (rapid lost) dengan volume lebih dari 3%.14 Anak-anak merupakan kelompok usia yang lebih berpotensi terkena dehidrasi karena mereka memiliki proporsi cairan tubuh yang lebih tinggi dibandingkan orang dewasa. Di samping itu, mereka belum memiliki kemampuan optimal dalam beradaptasi terhadap lingkungan yang panas.15 Anak-anak kebanyakan tidak menyadari kebutuhan untuk mengganti cairan yang hilang sehingga mereka membutuhkan panduan dalam hal asupan cairan.16 Mereka mudah terkena dehidrasi ketika melakukan aktivitas fisik, terutama pada cuaca yang panas. Oleh karena itu, anak-anak harus didorong untuk memiliki kebiasaan minum yang baik untuk tetap menjaga status hidrasi mereka.15 Beberapa studi menyebutkan bahwa dehidrasi ringan (mild dehydration) memiliki pengaruh terhadap aspek kognitif. Aspek kognitif dapat dikelompokkan ke dalam beberapa fungsi utama yaitu fungsi memori, fungsi konsentrasi, fungsi persepsi, fungsi eksekutif, fungsi psikomotorik, dan fungsi linguistik. Pada studi tersebut siswa yang memiliki kondisi hidrasi lebih adekuat menunjukkan kemampuan kognitif dan kemampuan verbal yang lebih baik dibandingkan siswa yang mengalami dehidrasi ringan. Dehidrasi dapat meningkatkan kadar hormon stress seperti kortisol.17 Pada manusia, peningkatan level kortisol diasosiasikan dengan penurunan fugsi kognitif.18,19,20,21 Asupan cairan yang kurang akan berakibat pada rendahnya volume air dan peningkatan kadar natrium pada tubuh. Kondisi ini akan menyebabkan hypernatremia. Pada hypernatremia akut, cairan akan meninggalkan ruang intraselular dan mengalir menuju ruang
Pengetahuan sikap..., Khairunissa Permata Hati, FK UI 2013
ekstraselular. Hal ini akan menyebabkan sitoplasma sel saraf pada otak mengalir keluar menuju ruang interstisial. Pada akhirnya kondisi ini akan menyebabkan berkurangnya volume sel otak sekitar 10% sampai 15%.16 Kebutuhan akan asupan cairan pada anak-anak bervariasi, bergantung pada kelompok usia. Jumlah ini dapat meningkat pada kondisi cuaca yang panas. Anak usia 4-8 tahun dianjurkan untuk memperoleh asupan cairan sebesar 1600 mL/hari. Pada anak usia 9-13 tahun, dianjurkan memperoleh asupan cairan sebesar 2100 mL/hari untuk perempuan dan 2100 mL/hari untuk laki-laki.22 Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG), anak usia sekolah dasar terbagi menjadi dua kelompok, yaitu usia 7-9 tahun dan usia 10-12 tahun. AKG adalah taraf konsumsi zat-zat gizi esensial yang dinilai cukup untuk memenuhi kebutuhan orang sehat. AKG yang dianjurkan didasarkan pada patokan berat badan untuk masing-masing kelompok umur, gender, dan aktivitas fisik. AKG juga meliputi angka kecukupan kebutuhan akan asupan cairan.23 Tabel 1. Angka kecukupan air orang Indonesia pada berbagai usia
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.24 Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia yaitu indra perasa, peraba, penglihatan, pendengaran, dan penciuman. Pengetahuan bersifat pengenalan terhadap suatu benda atau hal secara objektif.25 Pengetahuan merupakan kegiatan mental yang dikembangkan melalui proses belajar dan disimpan dalam ingatan, akan digali saat dibutuhkan melalui bentuk ingatan.
Pengetahuan sikap..., Khairunissa Permata Hati, FK UI 2013
Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui karena mempelajari ilmu, mengalami, melihat dan mendengar.26 Terdapat enam tingkatan pengetahuan yaitu tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang berbeda dengan pengetahuan yang dimiliki oleh orang lain. Hal ini dikarenakan pengetahuan merupakan suatu substansi yang diperoleh seiring dengan pengalaman yang dialami seseorang dari waktu ke waktu. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang meliputi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal terdiri atas pendidikan dan umur. Sedangkan faktor eksternal terdiri atas lingkungan, sosial budaya, keyakinan, dan fasilitas.27 Sikap adalah suatu reaksi evaluasi yang menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap seseuatu atau seseorang, yang ditunjukkan dalam kepercayaan, perasaan, atau tindakan seseorang. Sikap terbentuk dari pengalaman melalui proses belajar. Proses belajar dapat terjadi melalui proses pengkondisian, proses belajar sosial, atau melalui pengalaman secara langsung.28 Sikap dapat timbul dari pengalaman, tidak dibawa sejak lahir, namun merupakan hasil belajar sehingga dapat diperkuat atau diubah.29 Sikap belum tentu terwujud secara otomatis dalam suatu tindakan. Demi terwujudnya sikap menjadi perbuatan diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan.27 Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas dari makhluk hidup. Perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar.30 Proses interaksi untuk membentuk perilaku terjadi pada kesadaran seseorang.28 Seseorang akan menjalani perilaku baru apabila sebelumnya telah terjadi proses berurutan berikut: awareness (kesadaran), interest (ketertarikan), evaluation (pertimbangan), trial (percobaan), adoption (adopsi).27 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional
karena tujuannya untuk mengetahui
pengetahuan, sikap dan perilaku mengenai asupan cairan serta hubungannya dengan beberapa faktor pada anak usia sekolah dasar. Penelitian dilaksanakan di Pejaten Barat Jakarta Selatan pada bulan Januari 2012. Pemilihan tempat penelitian dilakukan atas pertimbangan adanya subyek yang dibutuhkan yaitu anak sekolah dasar pada rentang usia 6-12 tahun yang tergolong dalam keluarga dengan kemampuan ekonomi menengah ke bawah. Sampel penelitian direkrut dengan metode consecutive sampling. Dengan metode ini setiap subjek yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan sebagai sampel penelitian sampai jumlah yang dibutuhkan terpenuhi. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan pengisian kuesioner oleh subyek. Subyek juga diminta untuk mengisi data mengenai
Pengetahuan sikap..., Khairunissa Permata Hati, FK UI 2013
karakteristik demografi yang meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan, dan jumlah media yang subyek gunakan sebagai sumber untuk mendapat informasi mengenai asupan cairan harian. Kuesioner yang digunakan merupakan adaptasi dari kuesioner Trammel yang berisi daftar pertanyaan untuk menilai pengetahuan, sikap, dan perilaku mengenai penggantian cairan tubuh pada atlet.31 Kuesioner telah divalidasi sehingga bisa digunakan sebagai instrumen penelitian yang valid. Kuesioner terdiri atas tiga bagian. Bagian pertama berisi 15 pertanyaan untuk menilai aspek pengetahuan. Bagian kedua berisi 10 pertanyaan untuk menilai aspek sikap Bagian terakhir berisi 11 pertanyaan untuk menilai aspek perilaku. Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan uji chi square dan Kolmogorov Smirnov dengan SPSS for Windows versi 18. Hasil Penelitian Jumlah sampel penelitian yaitu 107 orang anak usia Sekolah Dasar. Sebanyak 9 orang drop out sehingga subyek yang diikutsertakan dalam penelitian yaitu 98 orang. Penelitian ini mengambil beberapa data demografi berupa usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan jumlah sumber informasi. Tabel 2. Sebaran data demografi subyek
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa sebaran subyek terbanyak yakni subyek dengan kategori usia 10-12 tahun (53,1%), sedang duduk di kelas 4-6 SD (64,3%). Sebagian besar subyek berjenis kelamin laki-laki (62,2%) dan paling banyak mendapat sumber informasi mengenai asupan cairan harian dari sejumlah 3 sumber informasi atau kurang (82,7%).
Pengetahuan sikap..., Khairunissa Permata Hati, FK UI 2013
Tabel berikut menunjukkan sebaran pengetahuan, sikap, dan perilaku subyek mengenai asupan cairan hairan. Tabel 3. Sebaran data pengetahuan, sikap, dan perilaku subyek
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa sebaran subyek terbanyak yaitu subyek dengan pengetahuan cukup (45,9%), subyek dengan sikap cukup (51%), dan subyek dengan perilaku baik (74,5%). Tabel 4. Hubungan pengetahuan, sikap, dan perilaku subyek mengenai asupan cairan harian
Pengetahuan sikap..., Khairunissa Permata Hati, FK UI 2013
Data diolah menggunakan uji chi square. Apabila tidak memenuhi syarat, diganti dengan uji alternatif kolmogorov smirnov. Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan dengan sikap (p=0,01). Namun tidak terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan dan sikap, serta antara sikap dan perilaku. Tabel berikut menunjukkan hubungan pengetahuan, sikap, dan perilaku subyek mengenai asupan cairan harian dengan berbagai karakteristik subyek yang meliputi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan jumlah sumber informasi. Tabel 5. Hubungan pengetahuan, sikap, dan perilaku mengenai asupan cairan harian dengan karakteristik subyek
Uji chi square digunakan untuk mengetahui adanya hubungan antara pengetahuan, sikap, dan perilaku mengenai asupan cairan harian dengan karakteristik demografi subyek. Jika tidak memenuhi syarat, maka uji diganti dengan uji kolmogorov smirnov. Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa terdapat hubungan bermakna antara pendidikan dengan pengetahuan (p=0,042). Namun pendidikan tidak berhubungan dengan sikap maupun perilaku. Sedangkan karakteristik demografi lainnya seperti jenis kelamin, usia, dan jumlah sumber informasi tidak memiliki hubungan bermakna dengan pengetahuan, sikap, dan perilaku. Pembahasan 1. Sebaran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Mengenai Asupan Cairan Harian Pada penelitian ini, pengetahuan yang diteliti meliputi jumlah cairan yang dibutuhkan tubuh, fungsi cairan bagi tubuh, sumber air minum, kebersihan air minum, dan pengolahan
Pengetahuan sikap..., Khairunissa Permata Hati, FK UI 2013
air minum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar subyek (45,9%) memiliki pengetahuan yang cukup mengenai asupan cairan harian, sedangkan 37,8% subyek memiliki pengetahuan yang baik dan sisanya memiliki pengetahuan yang kurang. Notoatmodjo mengungkapkan bahwa pengetahuan merupakan hasil dari pengalaman seseorang dalam melakukan penginderaan terhadap suatu rangsangan tertentu. Pengetahuan adalah pemahaman seseorang akan suatu hal yang didapat baik secara formal maupun informal. Secara formal, pengetahuan pada anak usia sekolah diperoleh melalui pendidikan di sekolah. Sedangkan secara informal, pengetahuan diperoleh melalui media, teman sebaya, ataupun dari keluarga khususnya orang tua.30 Dalam penelitian ini, sebagian besar subyek (51%) memiliki sikap yang cukup mengenai asupan cairan harian. Sedangkan 36,7% subyek memiliki sikap yang baik dan sisanya memiliki sikap yang kurang. Menurut Steinberg yang dikutip oleh Prawitasari sikap adalah evaluasi yang secara relatif berlangsung lama terhadap suatu ide. Sikap merupakan penilaian apakah ide tersebut positif atau negatif.32 Berdasarkan hasil tersebut, terlihat bahwa sebagian besar subyek memiliki pengetahuan dan sikap mengenai asupan cairan harian yang tergolong dalam kategori cukup. Hal ini dikarenakan subyek masih duduk di jenjang SD yang merupakan kategori pendidikan rendah dengan pemahaman yang terbatas. Pengetahuan yang cukup tersebut mungkin bisa berkembang menjadi baik seiring subyek menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi sehingga mereka memiliki pemahaman yang lebih baik. Sikap yang cukup juga bisa berkembang menjadi baik seiring subyek tumbuh dan berkembang dengan pemikiran yang lebih matang sehingga memiliki kemampuan evaluasi yang lebih baik terhadap suatu ide. Dalam penelitian ini, sebagian besar subyek (74,5%) memiliki perilaku yang baik mengenai asupan cairan harian. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Rahma33 yang menyatakan bahwa sebesar 52,3% anak SD memiliki kebiasaan minum air putih 5-6 kali per hari dan sebesar 64,0% anak SD memiliki kebiasaan minum susu setiap hari. Menurut Skiner yang dikutip oleh Notoatmodjo perilaku kesehatan merupakan respons atau reaksi seseorang teradap stimulus dari luar, terutama stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, minuman, serta lingkungan.30
Pengetahuan sikap..., Khairunissa Permata Hati, FK UI 2013
2. Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku asupan cairan harian Dari 36 subyek yang memiliki sikap baik, terdapat 1% subyek yang memiki pengetahuan rendah, 14,3% subyek memiliki pengetahuan cukup, dan sisanya (21,4%) memiliki pengetahuan baik. Kemudian dari hasil analisis bivariat diketahui bahwa terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan dan sikap mengenai asupan cairan harian (p=0,01). Hal ini sesuai dengan Walgito yang menyatakan bahwa salah satu komponen yang membentuk sikap adalah komponen kognitif (perceptual). Komponen ini berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan, maupun hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana seseorang mempersepsikan terhadap suatu objek.34 Hal serupa disampaiakan Allport yang dikutip oleh Notoatmodjo bahwa pengetahuan, pikiran, keyakinan, emosi memegang peranan paling penting dalam menentukkan sikap.30 Berdasarkan hasil penelitian, didapat 73 subyek dengan perilaku baik. Dari jumlah tersebut, sebanyak 9,2% subyek memiliki pengetahuan kurang, 36,7% subyek memiliki pengetahuan cukup, dan sisanya (28,6%) memiliki pengetahuan baik. Dengan menggunakan analisis bivariat diketahui bahwa tidak ada hubungan bermakna antara pengetahuan dan perilaku mengenai asupan cairan harian. Penelitian ini sesuai dengan penelitian Purtiantini yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan mengenai pemilihan makanan jajanan dengan perilaku anak memilih makanan di SDIT Muhammadiyah Al-Kautsar Kartasura.35 Dari 73 subyek yang memiliki perilaku baik, sebanyak 9,2% subyek memiliki sikap kurang, 32,7% subyek memiliki sikap cukup, dan sisanya (32,7%) memiliki sikap baik. Kemudian menggunakan analisis bivariat diketahui bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara sikap dan perilaku mengenai asupan cairan harian. Purtiantini dalam penelitiannya juga menyatakan hal serupa bahwa tidak ada hubungan antara sikap mengenai pemilihan jajanan dengan perilaku anak memilih jajanan.35 Menurut Newcomb yang dikutip oleh Notoatmodjo, sikap bukanlah tindakan, namun merupakan faktor predisposisi terbentuknya perilaku. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek tersebut. Sebelum seseorang mengadopsi suatu perilaku, ia harus mengetahui apa arti dan manfaat perilaku tersebut bagi dirinya. Orang tersebut mengetahui stimulus kemudian mengadakan penilaian terhadap apa yang diketahui dan selanjutnya ia akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang diketahui atau disikapinya.30
Pengetahuan sikap..., Khairunissa Permata Hati, FK UI 2013
Secara teori, adopsi perilaku baru mengikui tahap-tahap yang telah disebutkan di atas, yakni melalui proses perubahan pengetahuan ke sikap, kemudian sikap ke perilaku. Namun ada pula penelitian yang menunjukkan sebaliknya. Artinya seseorang telah berperilaku positif meskipun pengetahuan dan sikapnya masih negatif.30 Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian ini yang menunjukkan bahwa perilaku tidak memiliki hubungan bermakna dengan pengetahuan maupun sikap. Sebagian subyek memiliki perilaku yang baik namun pengetahuan dan sikap mereka masih tergolong kategori cukup. Menurut teori Green, perilaku ditentukan oleh 3 faktor yaitu faktor predisposisi (pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai-nilai), faktor pendukung (ketersediaan fasilitas, dukungan lingkungan), dan faktor pendorong (sikap dan perilaku komunitas). Sedangkan menurut teori Kar, perilaku merupakan fungsi dari niat pribadi, dukungan masyarakat, ketersediaan informasi maupun fasilitas, otonomi pribadi, dan situasi sekitar.30 Melihat hasil penelitian, kemungkinan subyek mengerti tentang asupan cairan dan pemahamannya tersebut berpengaruh terhadap sikapnya mengenai asupan cairan. Namun stimulus serta ide-ide yang mereka pahami tidak mereka aplikasikan ke dalam suatu tindakan. Mereka memiliki perilaku yang baik namun hal tersebut tidak ada hubungannya dengan pengetahuan maupun sikapnya tentang asupan cairan harian. Perilaku mereka yang baik ditunjang oleh faktor pendukung dan faktor pendorong. Faktor pendukung berupa kemudahan dalam memperoleh air minum saat di rumah maupun di sekolah. Hal ini karena mereka membawa bekal minuman ke sekolah dan mereka mendapatkan uang jajan untuk membeli berbagai minuman ketika di sekolah maupun ketika bermain. Sedangkan faktor pendorong berupa sikap dan perilaku keluarga. Keluarga mendorong anak untuk minum dalam jumlah yang cukup. Hal ini ditunjukkan dengan orang tua yang terbiasa mempersiapkan bekal minum untuk dibawa anaknya ke sekolah. Di samping itu anak-anak memiliki aktivitas bermain yang banyak dilakukan di luar rumah. Aktivitas tersebut menguras energi dan menimbulkan rasa haus sehingga mendorong mereka untuk minum. 3. Hubungan Pengetahuan dengan Karakteristik (Usia, Jenis kelamin, Pendidikan, Jumlah Sumber Informasi) Dalam penelitian ini tidak ada hubungan bermakna antara usia dan pengetahuan subyek mengenai asupan cairan harian. Secara umum, usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia, semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin baik. Semakin bertambah
Pengetahuan sikap..., Khairunissa Permata Hati, FK UI 2013
usia, semakin banyak informasi yang dijumpai dan semakin banyak pengalaman yang diperoleh sehingga menambah pengetahuannya.30 Hasil penelitian menunjukkan hal yang berbeda dengan teori di atas. Hal ini karena rentang usia yang diteliti sempit yaitu 6-12 tahun sehingga sebaran usia subyek tergolong homogen. Selain itu subyek masih anak-anak yang bermain di lingkungan terbatas. Mereka berinteraksi tanpa memandang perbedaan usia. Dengan kata lain, terdapat kebersamaan antara usia berapapun pada anak sehingga semua subyek memiliki peluang untuk mendapatkan informasi mengenai asupan cairan. Pada penelitian ini, tidak ada hubungan bermakna antara jenis kelamin dan pengetahuan subyek mengenai asupan cairan harian. Menurut Seva Canadian Society yang dikutip oleh Ifada, perempuan di negara berkembang memiliki pengetahuan yang lebih rendah daripada laki laki karena keterbatasan mereka dalam mengakses sumber informasi.36 Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori tersebut. Kemungkinan hal ini terjadi karena baik laki-laki maupun perempuan menempuh pendidikan formal pada jenjang yang sama sehingga sama-sama mendapatkan materi tentang asupan cairan yang diajarkan di sekolah. Di samping itu anak-anak belum memiliki kecenderungan untuk bermain hanya dengan jenis kelamin yang sama. Baik anak laki-laki maupun perempuan berinteraksi serta bermain bersama sehingga mereka memiliki peluang untuk mendapat informasi di lingkungan pergaulan yang sama. Penelitian ini menunjukkan adanya hubungan bermakna antara pendidikan dengan pengetahuan subyek mengenai asupan cairan harian (p=0,042). Menurut Redman yang dikutip oleh Potter & Perry pendidikan lebih tinggi akan memberikan pengetahuan lebih besar sehinga menghasilkan kebiasaan mempertahankan kesehatan lebih baik.37 Ketika menyadari masalah kesehatan, mereka yang berpengetahuan akan cenderung mencari solusi untuk mengatasi masalah. Menurut Piaget yang dikutip oleh Yusuf, terdapat masa operasi konkret pada anak-anak, yaitu masa berakhirnya berpikir khayal dan dimulainya berpikir konkrit. Pada masa ini anak juga dapat mengetahui konsep baru. Kemampuan intelektual dalam masa ini sudah tergolong cukup untuk menjadi dasar diberikannya berbagai kecakapan yang dapat mengembangkan pola pikir atau daya nalarnya.38 Faktor usia saja tidak memiliki pengaruh terhadap pengetahuan anak-anak. Faktor usia perlu didukung oleh faktor pendidikan dalam mempengaruhi pengetahuan anak-anak. Semakin bertambah usianya, anak-anak memiliki pemahaman yang lebih baik serta kemampuan intelektual yang lebih siap untuk menerima informasi-informasi baru yang mereka dapatkan dari pendidikan formal maupun nonformal.
Pengetahuan sikap..., Khairunissa Permata Hati, FK UI 2013
Pada penelitian ini, tidak terdapat hubungan bermakna antara jumlah sumber informasi dan pengetahuan subyek mengenai asupan cairan harian. Hasil tersebut tidak sesuai dengan penelitian Sa’diyyah dkk yang menyatakan bahwa pengetahuan dipengaruhi oleh banyaknya jenis informasi yang pernah diterima.39 Dian menyatakan bahwa banyaknya sumber informasi yang digunakan memiliki hubungan dengan pengetahuan. Media informasi berperan menumbuhkan kesadaran bagi individu dan masyarakat. Banyaknya pengetahuan yang mereka ketahui bergantung dari seberapa banyak sumber informasi yang mereka dapat.40 Hal serupa disampaikan Notoatmodjo bahwa semakin banyak seseorang melakukan penginderaan baik visual maupun audio, maka pengetahuan seseorang dapat bertambah.30 Teori tersebut tidak sejalan dengan hasil penelitian ini. Sebagian besar subyek mendapatkan informasi dari 1 sumber. Hal ini disebabkan anak SD belum memiliki kesempatan untuk memperoleh informasi dari banyak sumber, misalnya internet. Mereka belum bisa menjangkau internet serta belum memiliki kemampuan dalam menggunakan internet untuk memperoleh informasi atau pengetahuan.
4. Hubungan Sikap dengan Karakteristik (Usia, Jenis Kelamin, Pendidikan, Jumlah Sumber Informasi) Menurut Azwar ada beberapa faktor yang mempengaruhi sikap seseorang yaitu pengalaman pribadi, pengaruh orang lain, pengaruh kebudayaan, pengaruh media massa, lembaga pendidikan & agama, dan faktor emosional.41 Menurut Sarwono sikap terbentuk dari pengalaman melalui proses belajar. Proses belajar tersebut terjadi melalui proses pengkondisian, proses belajar sosial serta terbentuk dari pengalaman secara langsung.28 Dalam penelitian ini, tidak ada hubungan bermakna antara sikap subyek mengenai asupan cairan harian dengan semua karakteristik demografi subyek. Penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara usia dengan sikap subyek mengenai asupan cairan harian. Hal ini dikarenakan banyak faktor yang membentuk sikap seseorang. Berapapun usia subyek, masing-masing memiliki pengalaman yang berbeda-beda serta memiliki kesempatan yang berbeda pula untuk belajar dari lingkungan sosialnya. Pengalaman serta kesempatan yang berbeda itulah yang berkontribusi dalam membentuk sikap subyek terhadap asupan cairan harian. Dengan demikian bukan berarti semakin tua usia subyek, semakin banyak pengalaman dan kesempatan belajar dari lingkungan sosialnya.
Pengetahuan sikap..., Khairunissa Permata Hati, FK UI 2013
Penelitian ini juga menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara jenis kelamin
dengan sikap subyek mengenai asupan cairan harian. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sekarsari yang menyatakan tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin dan sikap mengenai keamanan makanan jajanan pada siswa sekolah dasar di Sukabumi.42 Penelitian tersebut menunjukkan baik anak laki-laki maupun perempuan memiliki kecenderungan untuk bertindak yang sama terhadap keamanan makanan jajanan. Anak laki-laki dan perempuan bermain bersama dalam lingkungan pergaulan yang sama sehingga mereka dapat berbagi pengalaman. Pengalaman tersebut dapat mempengaruhi pembentukan sikap masing-masing subyek. Oleh karena itu, tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin dan sikap subyek mengenai asupan cairan harian. Penelitian ini juga menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara pendidikan dan sikap subyek mengenai asupan cairan harian. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Sekarsari43 yang menunjukkan tidak ada hubungan antara prestasi dan sikap subyek mengenai keamanan makanan. Prestasi merupakan salah satu parameter untuk mengukur tingkat keberhasilan pendidikan. Rakhmat mengemukakan bahwa sikap tidak dibawa sejak lahir, namun merupakan hasil belajar, sehingga sikap dapat diperkuat atau diubah.29 Salah satu faktor yang membentuk sikap subyek adalah proses belajar secara formal di sekolah, namun sikap tersebut dapat diperkuat dan diubah oleh proses belajar secara nonformal yang bisa didapatkan di mana saja di luar sekolah. Di samping itu hanya sebagian kecil mata pelajaran di sekolah yang mengajarkan tentang asupan caira
n. Oleh karena itu, pada
penelitian ini pendidikan tidak berhubungan dengan sikap karena parameter pendidikan yang diukur hanya pendidikan formal saja tanpa mempertimbangkan pendidikan di luar sekolah.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara jumlah
sumber informasi dengan sikap subyek mengenai asupan cairan harian. Hal ini disebabkan sikap subyek tidak ditentukan oleh kuantitas sumber informasi, namun cenderung ditentukan oleh kualitas informasi. Informasi paling berkesan bisa diperoleh dari media apapun, tidak bergantung dari banyaknya jumlah sumber informasi. Informasi yang berkesan tersebut menjadi sumber dari proses belajar maupun pengalaman. Keduanya merupakan dua faktor yang menentukan sikap.
Pengetahuan sikap..., Khairunissa Permata Hati, FK UI 2013
5. Hubungan Perilaku dengan Karakteristik (Usia, Jenis Kelamin, Pendidikan, Jumlah Sumber Informasi) Menurut Notoatmodjo perilaku adalah bentuk respons terhadap stimulus dari luar, namun respons tersebut juga bergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Faktor-faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda dinamakan determinan perilaku. Determinan perilaku ini dibedakan menjadi dua. Determinan pertama adalah faktor internal yang meliputi karakteristik orang yang bersangkutan. Faktor ini bersifat bawaan seperti tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya. Determinan kedua adalah faktor eksternal yang meliputi lingkungan sekitar seperti lingkungan fisik, sosial budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini merupakan faktor yang dominan membentuk perilaku seseorang. Dalam penelitian ini, tidak ada hubungan bermakna antara perilaku subyek mengenai asupan cairan harian dengan semua jenis karakteristik subyek.30 Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara usia dengan perilaku subyek dalam memenuhi asupan cairan harian. Menurut Green yang dikutip oleh Notoatmodjo usia mempengaruhi perilaku seseorang.30 Menurut Hellert dkk secara kesuluruhan total asupan air minum meningkat seiring bertambahnya usia, yaitu dari 1114 gram cairan per hari pada anak umur 2-3 tahun, meningkat menjadi 1891 gram cairan per hari untuk anak laki-laki usia 9-13 tahun serta 1676 gram cairan per hari untuk anak perempuan usia 9-13 tahun.43 Pada penelitian ini tidak ada hubungan bermakna antara usia dengan perilaku subyek memenuhi asupan cairan harian. Hal ini disebabkan subyek adalah anak-anak yang belum memiliki kemandirian dalam memenuhi kebutuhan asupan cairan mereka. Salah satu karakteristik anak sekolah dasar yaitu suka meniru orang-orang di sekitarnya termasuk orang tua, guru, dan teman sebaya. Anak memiliki ketergantungan tinggi terhadap lingkungan. Mereka cenderung mudah terbawa arus lingkungan dan berperilaku sesuai orang-orang di sekitar mereka. Dengan demikian perilaku anak-anak dalam memenuhi kebutuhan asupan cairan bukan dipengaruhi oleh usia, namun lebih banyak dipengaruhi oleh lingkungan sekitar mereka. Anak-anak cenderung masih berada dalam pengawasan orang tua, guru, maupun saudara mereka dalam memenuhi kebutuhan asupan cairan harian. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara jenis kelamin dengan perilaku subyek memenuhi asupan cairan harian. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Anggrahitha yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan
Pengetahuan sikap..., Khairunissa Permata Hati, FK UI 2013
signifikan praktek perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) antara siswa laki-laki dan siswa perempuan SD Cisalak 1 Depok.44 Menurut Trexler dan Sargent yang dikutip oleh Savitri, laki-laki lebih banyak mengonsumsi makanan dan minuman dibandingkan perempuan karena adanya perbedaan jenis kegiatan serta komposisi tubuh, sehingga kebutuhan konsumsi pangan dan cairannya pun berbeda.45 Asian Food Information Centre menyatakan bahwa perempuan hanya minum 5-6 gelas cairan per hari, sedangkan laki-laki minum 6-8 gelas cairan perhari.46 Pada penelitian ini, lebih banyak laki-laki (77%) yang memiliki perilaku baik dibandingkan perempuan (70%) dalam memenuhi asupan cairan harian. Perbedaan yang tidak terlalu signifikan ini menunjukkan tidak adanya hubungan antara jenis kelamin dengan perilaku memenuhi asupan cairan harian. Namun terdapat kecenderungan anak laki-laki lebih banyak minum dibandingkan anak perempuan. Hal ini disebabkan anak laki-laki biasanya lebih banyak bermain di luar rumah dibandingkan anak perempuan. Di samping itu anak laki-laki lebih banyak beraktivitas fisik saat bermain di luar rumah seperti bermain bola sehingga tubuh mereka rentan dehidrasi. Kedua hal tersebut membuat anak laki-laki lebih cepat merasa haus sehingga cenderung lebih banyak minum. Pada penelitian ini, tidak ada hubungan bermakna antara tingkat pendidikan dengan perilaku subyek memenuhi asupan cairan harian. Menurut Atmarita dan Fallah, tingkat pendidikan
yang
lebih
tinggi
akan
memudahkan
penyerapan
informasi
dan
mengimplementasikannya ke dalam perilaku serta gaya hidup di bidang gizi dan kesehatan.47 Hal serupa disampaikan Notoatmodjo bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin banyak bahan, materi, atau pengetahuan yang diperoleh untuk mencapai perubahan tingkah laku yang baik.30 Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori-teori di atas. Kemungkinan hal ini disebabkan adanya banyak faktor yang mendukung terbentuknya perilaku dalam memenuhi asupan cairan harian pada anak. Parameter pendidikan pada penelitian ini adalah pendidikan di sekolah. Tidak semua anak mendapat mata ajar tentang asupan cairan harian di kelas mereka. Beberapa anak mendapatkan informasi mengenai asupan cairan harian dari luar sekolah. Di sisi lain, kebiasaan minum dipengaruhi oleh faktor di luar sekolah seperti pengawasan orang tua serta perilaku meniru teman dan saudara. Penelitian ini menunjukan tidak ada hubungan bermakna antara perilaku subyek mengenai asupan cairan harian dengan jumlah sumber informasi. Hal ini disebabkan sebagian besar anak mengakses media untuk kepentingan hiburan. Media cenderung tidak digunakan sebagai sarana untuk memperoleh informasi mengenai asupan cairan.
Pengetahuan sikap..., Khairunissa Permata Hati, FK UI 2013
Simpulan 1. Sebanyak 53,1% subyek berusia 10-12 tahun, 62,2% berjenis kelamin laki-laki, 64,3% duduk di kelas 4-6 SD, dan 82,7% mendapat informasi dari sejumlah kurang 3 sumber informasi. 2. Sebanyak 45,9% subyek memiliki pengetahuan cukup, 51% subyek memiliki sikap baik, dan 73,5% subyek memiliki perilaku baik. 3. Terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap, namun tidak terdapat hubungan antara pengetahuan dan perilaku, serta antara sikap dan perilaku. 4. Terdapat hubungan antara pendidikan dan pengetahuan subyek mengenai asupan cairan harian. Namun pendidikan tidak berhubungan dengan sikap ataupun dengan perilaku subyek mengenai asupan cairan. Tidak ada hubungan antara karakteristik demografi lain seperti usia, jenis kelamin, dan jumlah sumber informasi dengan pengetahuan, sikap, maupun perilaku subyek mengenai asupan cairan. Saran 1. Pengetahuan subyek mengenai asupan cairan harian perlu ditingkatkan dengan memberikan penyuluhan. 2. Penyuluhan diberikan kepada semua subyek tanpa memandang usia, jenis kelamin, pendidikan, dan jumlah sumber informasi. 3. Penyuluhan dapat diberikan melalui media cetak maupun media elektronik. Mengingat subyek masih anak-anak, penyuluhan perlu dikemas dengan cara yang menarik. Daftar Pustaka 1.
The Indonesian Regional Hydration Study (THIRST). Pentingnya Minum Air Cukup Setiap Hari [article on the internet]. 2009 [cited 15 Januari 2013]. Available from: http://medicastore.com/seminar/102/Pentingnya_Minum_Air_yang_Cukup_Setiap_Hari. html
2.
Bar-David Y, Urkin J, Landau D, Bar-David Z, Pilpel D. Voluntary dehydration among elementary schoolchildren residing in a hot arid environment. The British Dietic Association. 2009; 22: 455-460.
3.
Murray B. 85 Percent of Schoolchildren Are Not Drinking Enough Water [article on internet]. 2011 [cited January 2013]. Available from: http://www.thetruthaboutthin.com/blog/2011/04/20/schoolchildren-not-drinking-enoughwater/
Pengetahuan sikap..., Khairunissa Permata Hati, FK UI 2013
4.
Schmitt BD. Heat Exposure and Reactions [article on internet]. 2011 [cited January 2013]. Available from: http://www.ohsu.edu/xd/health/services/doernbecher/patientsfamilies/health-information/md4kids/symptom-index/heat-exposure-and-reactions.cfm
5.
Committee on Sport Medicine and Fitness. Climatic Heat Stress and The Exercising Child and Adolescent. Pediatrics. 2000; 106: 158-159.
6.
Assael BM et al. Italian Children Go to School with a Hydration Deficit. J Nutr Disorders Ther, 2012; 2(3): 1-6
7.
NHS. Dehydration-Causes [article on internet]. 2011 [cited January 2013]. Available from: http://www.nhs.uk/Conditions/Dehydration/Pages/Causes.aspx
8.
Bar-David Y, Urkin J, Kozminsky E. The effect of voluntary dehydration on cognitive functions of elementary schoolchildren. Acta Paediatr. 2005; 94:1667-673
9.
Kaushik A. Mullee MA. Bryant TN, Hill CM. A study of The Association Between Children’s Access to Drinking Water in Primary Schools and Their Fluid Intake: Can Water be Cool in School?. Childh Care Health Dev, 2007; 33(4): 409-415
10. Shanholtzer BA, Patterson SM. Fluid Hydration Status Assessment in Behavioral Medicine Research: Seven Day Test-Retest Reliability. Annals of Behavioral Medicine. 2002; 24: 133 11. Bossingham MJ, Carnell NS, Campbell WW. Water Balance, Hydration Status, and Fatfree Mass Hydration in Younger and Older Adults. American Society for Clinical Nutrition. 2005; 81: 1342-1350 12. Guyton, Arthur C and John E Hall. Medical Physiology 11th ed. Philadelphia: Elsevier Inc; 2006 13. Shirreffs SM. Markers of Hydration Status. European Journal of Clinical Nutrition. 2003; 57: 56-59 14. Hodgkinson B, Evans D, Wood J. Maintaining Oral Hydration in Older People. The Joanna Briggs Institute for Evidence Based Nursing and Midwifery. 2001; Systematic Review No. 12 15. Bridget Benelam. Recognizing the Signs of Dehydration. Practice Nursing. 2010; 21(5): 230-234 16. D'Anci KE, Constant F, Rosenberg IH. Hydration and Cognitive Function in Children. Nutrition in Clinical Care. 2006; 1: 457-464 17. Francesconi RP, Sawka MN, Pandolf KB. Hypohydration and acclimation: effects on hormone resonses to exercise/heat stress. Aviat Space EnviroMed. 1984; 55: 365–369
Pengetahuan sikap..., Khairunissa Permata Hati, FK UI 2013
18. Greendale GA, Kritz-Silverstein D, Seeman T, Barrett-Connor E. Higher basal cortisol predicts verbal memory loss in postmenopausal women: Rancho Bernardo Study: Brief Reports. J Am Geriatrics Soc. 2000; 48: 1655–1658 19. Kirschbaum C, Wolk OT, May M, Wippich W, Hellhammer DH. Stress- and treatmentinduced elevations of cortisol levels associated with impaired declarative memory in healthy adults. Life Sci. 1996; 58: 1475–1483 20. Newcomer JW, Selke G, Melson AK, et al. Decreased memory performance in healthy humans induced by stress-level cortisol treatment. Arch Geriatry Psychiatry. 1999; 56: 527–533 21. Van Londen L, Goekoop JG, Zwinderman AH, Lanser JBK, Wiegant VM, De Wied D. Neuropsychological performance and plasma cortisol, arginine, vasopressin, and oxytocin in patients with major depression. Psychol Med. 1998; 28: 275–284. 22. Hydration for Health. Hydration in Infancy and Childhood [article on internet]. Cited January 2013. Available from: http://www.h4hinitiative.com/about-healthyhydration/different-needs-at-different-life-stages/hydration-in-infancy-and-childhood/ 23. Proboprastowo SM, Dwiriani CM. Angka Kecukupan Air dan Elektrolit. Dalam Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII. Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia; 2004 24. Notoatmodjo, S. Pengantar Pendidikan Kesehatan Ilmu Perilaku Kesehatan. Yogyakarta: Penerbit Andi Offset; 1993 25. Sarwono, S. Sosiologi Kesehatan Beberapa Konsep Serta Aplikasinya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press; 1997 26. Poerwadarminta, WJS. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka; 1999 27. Notoatmodjo, S. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta; 2003 28. Sarwono SW. Psikologi Sosial: Individu dan Teori-teori Psikologi Sosial. Jakarta: Balai Pustaka; 2002 29. Rakhmat J. Psikologi Komunikasi ed 18. Bandung: PT Remaja Rosadakarya; 2001 30. Notoatmodjo S. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineke Cipta; 2003 31. Trammell JE. Assessment of Hydration Knowledge, Attitude, Behaviors and Fluid Replacement Effectivenes of Collegiate Athletes [tesis]. Clemson: Clemson University; 2007 32. Prawitasari J. Catatan Singkat Istilah-Istilah Psikologi. Yogyakarta: Penerbit FK UGM; 1998
Pengetahuan sikap..., Khairunissa Permata Hati, FK UI 2013
33. Rachma P. Kebiasaan Minum, Kebutuhan Cairan dan Kecenderungan Dehidrasi Siswi Sekolah Dasar [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor; 2009 34. Walgito B. Psikologi Sosial: Suatu Pengantar. Yogyakarta: Penerbit Andi; 2003 35. Purtiantini. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Mengenai Pemilihan Makanan Jajanan dengan Perilaku Anak Memilih Makanan di SDIT Muhammadiyah Al Kautsar [skripsi]. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Sukrakarta; 2010 36. Ifada I. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pengetahuan Masyarakat Mengenai Pelayanan Kesehatan Mata [artikel ilmiah]. Semarang: Universitas Diponegoro; 2010 37. Potter PA, Perry AG. Fundamental Keperawatan ed 7. Jakarta: Salemba Medika; 2009 38. Yusuf S. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya; 2002 39. Sa’diyyah NY, Karsin E, Yuliati LN. Perbaikan Perilaku Hidup Sehat Keluarga di Pedesaan. Media Gizi dan Keluarga Tahun XXIV. 2000; 2: 86-92 40. Dian RR. Hubungan Karakteristik, Status Sosial Ekonomi Responden dan Sumber Informasi dengan Pengetahuan dan Sikap Mengenai HIV/AIDS pada siswa SMUN 41 Jakarta Utara [skripsi]. Depok: Universitas Indonesia; 2002 41. Azwar S. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Belajar; 2005 42. Sekarsari I. Studi Perilaku Siswa Sekolah Terhadap Keamanan Makanan Jajanan [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor; 2003 43. Hellert W, Kerstino M, Manz F. Fifteen Year Trends in Water Intake in Germany Children and Adolescents: Result of the DONALD Study. Acta Ped. 2001; 90: 732-737 44. Anggrahitha R. Studi Intervensi Peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Bagi Anak SDN Cisalak 1 Depok Tahun 2009 [skripsi]. Depok: Universitas Indonesia; 2009 45. Savitri R. Faktor-Faktor yang Berhubunan Dengan Perilaku Konsumsi Makanan Jajanan yang Mengandung Pewarna Sintetik pada Siswa Kelas VIII dan IX SMP PGRI 1 dan SMP YMJ Ciputat Tahun 2009 [skripsi]. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah; 2009 46. Asian Food Information Centre (AFIC). Fluid, the Forgotten Factor [article on internet]. Available at: http://www.afic.org 47. Atmarita, Fallah YS. Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan. WNPG VIII LIPI; 2004: 14
Pengetahuan sikap..., Khairunissa Permata Hati, FK UI 2013