ABSTRAK TINGKAT KEPATUHAN ORANG TUA DALAM PEMBERIAN KOTRIMOKSAZOL SUSPENSI KEPADA BALITA YANG MENGALAMI ISPA DI PUSKESMAS TERMINAL BANJARMASIN Yuyun Wigati1; Noor Aisyah2; Hj. Rahmi Annissa3 Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi pada saluran pernapasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh masuknya kuman mikroorganisme (bakteri dan virus) ke dalam organ saluran pernapasan. Salah satu pengobatan untuk ISPA khususnya pneumonia pada anak adalah Kotrimoksazol suspensi. Kotrimoksazol merupakan kemoterapik yang bersifat antibakteri yang memerlukan ketepatan dalam penggunaannya. Kepatuhan para orang tua terhadap penggunaan Kotrimoksazol suspensi dengan baik dan tepat sangat diharapkan agar tidak terjadinya resistensi pada anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat kepatuhan orang tua dalam pemberian Kotrimoksazol suspensi kepada balita yang mengalami ISPA di Puskesmas Terminal. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Populasi yang digunakan adalah para orang tua dari pasien balita yang terdiagnosa ISPA dan mendapatkan antibiotik, sedangkan sampel yang digunakan adalah para orang tua dari pasien balita yang terdiagnosa ISPA dan mendapatkan Kotrimoksazol suspensi. Sampel didapat sebanyak 44 responden selama 13 hari kerja pada bulan Mei 2013 yaitu mulai tanggal 13-31 Mei 2013 menggunakan teknik accidental sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan orang tua dalam pemberian Kotrimoksazol suspensi kepada balita yang mengalami ISPA di Puskesmas Terminal, dari 44 responden yaitu sebanyak 21 responden (48%) tingkat kepatuhan responden terhadap penggunaan Kotrimoksazol suspensi pada balita adalah kurang, kemudian sebanyak 12 responden (27%) tingkat kepatuhannya cukup dan 11 responden (25%) tingkat kepatuhannya baik. Kata Kunci : Kepatuhan, Orang Tua, Kotrimoksazol Suspensi, Balita
ABSTRACT LEVELS OF PARENTAL COMPLIANCE IN GIVING COTRIMOXAZOLE SUSPENSION TO TODDLERS (CHILDREN UNDER FIVE ) WHO HAS ARI (Acute Respiratory Infection) IN TERMINAL BANJARMASIN PUBLIC HEALTH CENTER Yuyun Wigati1;Noor Aisyah2; Hj. Rahmi Annissa3 Acute Respiratory Infection (ARI) is an infectious disease in the upper and lower respiratory tract caused by the entry of germs microorganisms (bacteria and viruses) into the respiratory tract organs. One treatment for respiratory infection in children is particularly pneumonia Cotrimoxsazole suspension. Cotrimoxazole is an antibacterial that is kemoterapik that requires precision in its use. Compliance of the parents against the use of Cotrimoxazole suspension well and appropriately is desirable to avoid the occurrence of resistance in children. This study aims to identify the level of compliance of the parents in the provision of cotrimoxazole suspension to a toddler who had ari in public healt center Terminal. The method used is descriptive. The population used is the parents of patients diagnosed with Acute Respiratory Infection (ARI) and toddlers who get antibiotics, while the samples used were the parents of patients diagnosed with Acute Respiratory Infection (ARI) and toddlers who get cotrimoxazole suspension. The samples obtained were 44 respondents working for 13 days that started on 13-31 May 2013 using accidental sampling technique. The data was collected using questionnaires. The results showed that the level of compliance of parents in giving cotrimoxazole suspension to a toddler who had Acute Respiratory Infection (ARI) in Public Healt Center Terminal, of the 44 respondents as many as 21 respondents (48%) of respondents to the level of compliance on the use of cotrimoxazole suspension toddlers are lacking, then as many as 12 respondents (27%) and the level of compliance enough 11 respondents (25%) the level of compliance either.
Keywords: Compliance, the Parent, Cotrimoxazole Suspension, Toddler
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Menurut Shaleh (2008), Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit
infeksi pada saluran pernapasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh masuknya kuman mikroorganisme (bakteri dan virus) ke dalam organ saluran pernapasan yang berlangsung selama empat belas hari. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) terjadi pada musim kemarau, dimana banyak partikel berbahaya di udara yang beterbangan dan terhirup oleh penderita, sehingga berakibat pada terinfeksinya saluran pernapasan dan menimbulkan risiko terkena Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Risiko ISPA juga akan bertambah besar jika penderitanya adalah anak berusia di bawah dua tahun yang daya tahan tubuhnya masih belum sempurna. Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan, seperti batuk pilek, dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik. Akan tetapi, anak akan menderita pneumonia yang dapat mengakibatkan kematian bila infeksi paru-paru ini tidak diobati dengan antibiotik. Program Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2 golongan yaitu pneumonia dan yang bukan pneumonia. Kelainan pada sistem pernapasan terutama infeksi saluran pernapasan bagian atas dan bawah menempati bagian yang cukup besar pada lapangan pediatri. Penyebab utama ISPA pada anak di negara berkembang adalah S. Pneumonia dan H. Influenzae, sedangkan penyebab ISPA berat lainnya adalah S. Aureus, B. Pertusis, M. Pneumonia, clamydia dan Branhemella catarrhalis. Angka kejadian pneumonia pada balita di Indonesia adalah sekitar 10-20% per tahun. Angka kematian pnemonia pada balita di Indonesia adalah 6 per 1000 balita. Ini berarti dari setiap 1000 balita setiap tahun ada 6 orang diantaranya yang meninggal akibat pneumonia (Shaleh, 2008 ; Maryunani, 2010).
Menurut Shaleh (2008), penggunaan antibiotik yang tidak tepat menyebabkan bakteri menjadi kebal (resisten) terhadap antibiotik. Resisten ini merupakan masalah berat yang mengkhawatirkan seluruh dunia dan dapat menimbulkan penyakit yang serius dan kematian. Jika mendapatkan antibiotik untuk infeksi bakteri, maka gunakan sesuai petunjuk Dokter dan jangan berbagi antibiotik dengan orang lain. Menurut Zulkifli (2009), pemberian antibiotik berlebihan pada anak yang semakin meningkat dewasa ini tentu saja semakin mengkhawatirkan. Pemberian antibiotika berlebihan bisa karena tidak benar, tidak tepat, dan tidak sesuai dengan indikasi penyakitnya. Banyak kerugian yang terjadi bila pemberian antibiotika berlebihan tersebut tidak dikendalikan secara cepat dan tuntas. Kerugian yang dihadapi adalah menigkatnya resistensi terhadap bakteri. Berdasarkan Niven (2012), selain pemberian antibiotika yang berlebihan Dunbar & Stundkard mengemukakan bahwa saat ini ketidakpatuhan pasien telah menjadi masalah serius yang dihadapi tenaga kesehatan profesional. Oleh karena itu kepatuhan dalam pemberian antibiotik oleh pasien sangatlah di harapkan karena pemberian antibiotik merupakan pengobatan utama dalam penatalaksanaan penyakit infeksi. Jika pemberiannya dilakukan tanggung-tanggung akan mengakibatkan dosis berkurang, masa terapi berkurang sehingga menyebabkan kegagalan terapi yang mungkin jika dilakukan pemberian obat yang sama lagi pada waktu akan datang akan mengakibatkan terjadinya resistensi. Berdasarkan data yang ada di Puskesmas Terminal pada tahun 2012, ISPA merupakan penyakit peringkat pertama di Puskesmas Terminal Banjarmasin dengan 2.686 pasien dan sebagian besar adalah balita. Berdasarkan MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit) pengobatan ISPA menggunakan Kotrimoksazol suspensi, apabila dengan menggunakan Kotrimoksazol suspensi kondisi balita yang mengalami ISPA tidak mengalami perubahan maka menggunakan antibiotik yang lain.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tingkat kepatuhan orang tua dalam pemberian Kotrimoksazol suspensi kepada balita yang mengalami ISPA di Puskesmas Terminal Banjarmasin. Tentunya hal ini menjadi penting, karena mengingat ISPA adalah penyakit peringkat pertama di Puskesmas Terminal dan apabila orang tua dari pasien balita tidak mematuhi cara pengobatan yang benar dalam menggunakan antibiotik maka akan menimbulkan resistensi.