ABSTRAK
KETEPATAN DOSIS PERESEPAN SIRUP KOTRIMOKSAZOL PADA BALITA PENDERITA DIARE SPESIFIK DI PUSKESMAS ALALAK TENGAH BANJARMASIN Riska Ramdaniyah1; Ratih Pratiwi Sari2 ; Erwin Fakhrani3 Ketepatan pengobatan adalah pemakaian obat yang sesuai dengan kebutuhan klinis. Dosis atau takaran obat adalah banyaknya suatu obat yang dapat digunakan atau diberikan kepada seorang penderita. Penggunaan antibiotik terutama kotrimoksazol untuk pengobatan diare spesifik pada balita perlu mendapat perhatian khusus dalam pemberian dosis obat, frekuensi waktu pemberian obat, serta takaran dosis obat kotrimoksazol. Tujuan dari penelitian adalah mengetahui persentase ketepatan dosis peresepan sirup kotrimoksazol pada balita penderita diare spesifik, yang meliputi tepat takaran dosis dan tepat frekuensi waktu pemberian Penelitian merupakan penelitian observational yang bersifat deskriptif analitik dengan metode retrospektif. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi. Proses analisis data
dilakukan dengan membandingkan dosis yang diketahui dari hasil
pengamatan dari resep dengan dosis dari literatur Drug Information Handbook (DIH), kemudian dilakukan pengolahan data dengan menghitung persentase secara keseluruhan sesuai dengan parameter yang digunakan. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh jumlah pada resep periode Oktober 2012 sampai Maret 2013 sebanyak 43 resep yang mengandung kotrimoksazol untuk balita penderita diare spesifik. Jadi, didapatkan hasil persentase ketepatan dosis yang meliputi tepat takaran dosis sebesar 68 % ( 29 resep) dan tepat frekuensi waktu pemberian sebesar 100 % (43 resep). Kata Kunci : Tepat Dosis, Kotrimoksazol, Balita, Diare Spesifik
ABSTRACT PRESCRIBING COTRIMOXAZOLE SYRUP PRECISION DOSE TO CHILDREN PATIENT WITH DIARRHEA SPECIFIC AT ALALAK TENGAH HEALTH CENTER BANJARMASIN Riska Ramdaniyah1; Ratih Pratiwi Sari2;Erwin Fakhran3 The Accuracy were the used of drug treatment according to clinical need. Dose or dose of a drug is the amount of a drug that can be used or given to a patient. The use of antibiotics especially cotrimoxazole for the treatment of diarrhea in children specific needs special attention in cotrimoxazole drug dose, frequency of drug given time, also the size of the dose of cotrimoxazole. This study was to know the percentage of accuracy of dose prescription cotrimoxazole syrup to children with specific diarrhea, which includes the right dose and accuracy frequency of given time. This study were observational study that is descriptive analytic method retrospective.The instrument used is the observation sheet. The process of data analysis is do by comparing with known dose from the observations recipes with dose from the literature Drug Information Handbook (DIH), then do processing data to calculate the percentage overall suitable with the parameters used. Based the study obtained total from prescription period October 2012 to March 2013 obtained as much as 43 prescriptions containing cotrimoxazole to children with diarrhea specific. So, percentage results dose accuracy dose including proper dose is 68% (29 recipes) and accuracy frequency of given time is 100 % (43 recipes). Keywords: Accuracy Dose, Cotrimoxazole, Children, Diarrhea Specific
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Antibiotik adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri, yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman (Tjay dan Kirana, 2007). Antibiotik masih merupakan obat pilihan untuk mengobati berbagai penyakit. Antibiotik telah dipercaya untuk menyembuhkan jutaan bahkan miliaran orang terancam dengan kematian akibat penyakit. Rasionalitas antibiotik yaitu penggunaan antibiotik yang didasarkan asas tepat indikasi, tepat pasien, tepat obat, tepat dosis, serta waspada terhadap efek samping yang mungkin timbul dari pemberian antibiotik tersebut. Orientasi penggunaan antibiotik secara rasional lebih diarahkan pada pasien agar didapatkan hasil yang aman,efektif, dan efisien. Pemakaian antibiotik yang tidak rasional yang meliputi indikasi yang tidak jelas, dosis atau lama pemakaian yang tidak sesuai, cara pemakaian yang kurang tepat, status obat yang tidak jelas, serta pemakaian antibiotik secara berlebihan yang dapat menimbulkan kekebalan atau resistensi bakteri terhadap antibiotik tersebut, meningkatkan toksisitas, dan efek samping obat (Santoso, 2009). Bila penggunaan antibiotik yang tidak tepat menyebabkan bakteri menjadi kebal (resisten) terhadap antibiotik. Resistensi ini merupakan masalah berat yang mengkhawatirkan seluruh dunia dan dapat menimbulkan penyakit serius dan kematian (Shaleh, 2008). Pemilihan obat yang tidak terarah dapat menimbulkan berbagai dampak negatif, misalnya efektifitas yang rendah dan timbulnya toksisitas yang tidak perlu terjadi, pemakaian antibiotik tidak tepat dapat mempercepat penyebaran kuman
yang resistensi dan peningkatan biaya pengobatan. Mengingat luasnya dampak negatif yang diakibatkan oleh penggunaan obat yang tidak rasional tersebut, maka penggunaan obat secara rasional perlu dipahami (Anonim, 2008b). Pemilihan antibiotik yang diperlukan pada penderita diare yang
disebabkan oleh infeksi
bakteri karena penyebab diare ada beberapa macam yaitu karena infeksi bakteri, virus dan makanan. Diare merupakan salah satu penyakit yang sering menyerang anak di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Anak berumur di bawah lima tahun mengalami lebih 200 kali diare pertahunnya dan 4 juta anak meninggal di seluruh dunia karena diare. Kematian akibat diare, umumnya, disebabkan oleh dehidrasi (kehilangan cairan). Lebih kurang 10% diare disertai dehidrasi karena kehilangan cairan dan elektrolit tubuh, secara berlebihan. Bayi dan anak kecil lebih mudah mengalami dehidrasi dibandingkan anak yang lebih besar. Dengan demikian, diare merupakan masalah kesehatan nasional karena angka kejadian dan angka kematian masih tinggi. Balita di Indonesia rata-rata mengalami diare 2-3 kali pertahun (Shaleh, 2008). Pengertian dari diare adalah sindroma penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja melunak sampai mencair, serta bertambahnya frekuensi buang air besar dari biasanya hingga 3 kali atau lebih dalam sehari. Dengan kata lain, diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cairan. Kandungan air dalam tinja lebih banyak dari pada biasanya (normal 100-200 ml per jam tinja) atau frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan 3 kali pada anak (Fida dan Maya, 2012). Adapun antibiotik yang sesuai untuk infeksi saluran cerna atau diare yang disebabkan
bakteri yaitu kotrimoksazol yang berkhasiat untuk infeksi saluran pencernaan, saluran kemih maupun saluran nafas. Kotrimoksazol merupakan kombinasi sulfametoksazol dan trimetoprim dalam perbandingan 5 : 1 yang bersifat bakterisid dengan spektrum kerja lebih luas dibandingkan sulfonamida, jarang terjadi retensi sehingga banyak digunakan untuk berbagai penyakit antara lain diare yang disebabkan oleh E. Coli, Shigellosis, infeksi saluran kemih, saluran cerna (Salmonellosis) dan pernapasan (Tjay dan Kirana, 2007).Trimetoprim dan sulfametoksazol menghambat reaksi enzimatik obligat pada dua tahap yang berurutan pada mikroba, sehingga kombinasi kedua obat ini memberikan efek sinergi. Penemuan sediaan ini merupakan kemajuan penting dalam usaha meningkatkan efektifitas klinik antimikroba (FKUI, 2008). Pemberian kotrimoksazol di Puskesmas Alalak Tengah ini diberikan untuk infeksi saluran pencernaan, saluran kemih maupun saluran nafas.Kotrimoksazol merupakan kemoteraupetik yang bersifat antibakteri, dimana harus tepat dosis, aturan pakai maupun cara penggunaannya. Penggunaan kotrimoksazol banyak diberikan pada pasien anak pada saat peneliti melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Puskesmas Alalak Tengah Banjarmasin. Berdasarkan
uraian di atas, maka peneliti melakukan penelitian tentang
“Ketepatan Dosis Peresepan Sirup Kotrimoksazol pada Balita Penderita Diare Spesifik di Puskesmas Alalak Tengah Banjarmasin”