INTISARI TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG PENGGUNAANCEFADROXYL SIRUP PADA BALITA PENDERITA ISPA DI APOTEK KIMIA FARMA MISTAR BANJARBARU Depiana Latipah¹; Erna Prihandiwati²;Novia Valentina³ Penyakit saluran pernafasan merupakan salah satu penyebab kesakitan dan kematian yang paling penting pada anak, terutama pada bayi karena saluran nafasnya masih sempit dan daya tahan tubuhnya masih rendah. Dewasa ini, banyak sekali dokterdokter meresepkan antibiotik sirup dalam setiap pengobatan yang diberikan pada balita. Pengetahuan orang tua terhadap penggunaan cefadroxyl sirup dengan baik dan tepat sangat diharapkan agar dapat dicapai efek terapi yang diharapkan dan anaknya dapat sembuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana tingkat pengetahuan orang tua pasien berdasarkan karakteristik umur dan pendidikan terakhir tentang penggunaan cefadroxyl sirup pada balita penderita ISPA meliputi jumlah penggunaan, waktu penggunaan, dan lama penggunaan obat di Apotek Kimia Farma Mistar Banjarbaru. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Sampelnya adalah orang tua pasien balita penderita ISPA yang berumur 21 – 50 tahun yang menggunaan cefadroxyl sirup di apotek kimia farma mistar berdasarkan karakteristik responden yang meliputi umur dan tingkat pendidikan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar kuesioner. Hasil penelitian yang telah dilakukan di Apotek Kimia Farma Mistar Banjarbaru tanggal 28 Oktober sampai 30 November 2013, dapat disimpulkan bahwa dari 53 reponden yang diteliti tingkat pengetahuan orang tua tentang penggunaan cefadroxyl sirup pada balita penderita ISPA yaitu sebanyak 20 pasien (37,74%) berpengetahuan baik, sebanyak 22 responden (41,51%) berpengetahuan cukup, dan 11 responden (20,75%) berpengetahuan kurang. Dari hasil uji korelasi spearman’s didapatkan hasil bahwa tingkat pendidikan terhadap pengetahuan menunjukkan korelasi positif. Sedangkan hasil uji korelasi umur terhadap pengetahuan menunjukkan korelasi negatif. Kata Kunci : Pengetahuan, Jumlah, Waktu, dan Lama Penggunaan Cefadroxyl Sirup, Orang Tua Pasien.
ABCTRACT KNOWLEDGE LEVEL OF PARENTS ABOUT USING CEFADROXYL SYRUP FOR TODDLERS WHICH SUFFER ISPA IN PHARMACY CHEMICAL KIMIA FARMA MISTAR BANJARBARU. Depiana Latipah¹; Erna Prihandiwati²; Novia Valentina³ Respiratory disease is one cause of illness and death are the most important in children, especially in infants because the channel is constricted breathing and body resistance is low. Currently there are many doctors, physicians prescribe antibiotics syrup in each treatment given to toddlers. Knowledge of older people to use cefadroxyl syrup well and very accurately in order to achieve desired therapeutic effect desired and can heal her. This study was to find out how old the patient's level of knowledge on the characteristics of the last age, and education on the usage of cefadroxyl syrup in toddlers ISPA patients in amount of use, time of usage, and long usage of the drug in pharmacies Kimia Farma Mistar Banjarbaru. This research is a descriptive study. The sample were parents of patients toddlers ISPA patients aged 21 - 50 years who has used cefadroxyl syrup in pharmacies crossbar based pharma chemical characteristics of the respondents including age, and education level. Data was collected by using a questionnaire. The results of the research that has been conducted in Pharmacy Kimia Farma Mistar Banjarbaru on 28th October to 30 November 2013, it can be concluded that of the 53 respondents who have investigated the level of knowledge about the usage of parental cefadroxyl syrup in infants as many patients with respiratory infection 20 patients (37.74%) knowledgeable well, as many as 22 respondents (41.51%) knowledgeable enough, and 11 respondents (20.75%) less knowledgeable. From the results of Spearman's correlation test showed that the level of education on knowledge showed a positive correlation. While the correlation of test results to the knowledge age showed a negative correlation. Keywords : Knowledge, Number, Timing, and Duration of Use Cefadroxyl Syrup, Patient Parent.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tubuh manusia tersusun atas sel, jaringan, organ, dan sistem organ yang bekerja saling berpadu dan berkaitan. Jika salah satu organ mengalami kerusakan, maka akan berpengaruh pada keseluruhan kerja sistem yang ada. Orang akan berusaha menghindari dan berusaha menyembuhkan penyakit yang diderita. Namun yang sering terjadi di masyarakat umum, pengetahuan yang kurang menyebabkan penanganan yang salah (Akmal dkk., 2010). Penyakit saluran pernafasan merupakan salah satu penyebab kesakitan dan kematian yang paling penting pada anak, terutama pada bayi karena saluran nafasnya masih sempit dan daya tahan tubuhnya masih rendah (Ngastiyah, 2005). Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi pada saluran pernafasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh masuknya kuman mikroorganisme (bakteri dan virus) ke dalam organ saluran pernafasan yang berlangsung selama empat belas hari (Shaleh, 2008). Pengobatan ISPA diterapi dengan antibiotik .Dewasa ini, banyak sekali dokter-dokter meresepkan antibiotik sirup dalam setiap pengobatan yang diberikan pada balita. Hampir semua orang tua pasien biasanya langsung menebus obat-obat yang diresepkan oleh dokter. Antibiotik adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri, yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman, sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif kecil. Turunan zat tersebut, yang dibuat secara semi sintetis dengan khasiat antibakteri lazimnya disebut antibiotika (Tjay dan Raharja, 2002). Cefadroxyl merupakan antibiotik golongan sefalosporin generasi
pertama.
Sefalosporin generasi pertama bekerja aktif terhadap kuman gram positif. Golongan ini efektif terhadap sebagian besar S. Aureus dan streptokokus termasuk Str. Pyogenes, Str. Viridans dan Str. Pneumonia. Bakteri gram positif yang juga sensitif adalah Str anaerob, Clostridium perfringens, Listeria Monocytogenes dan Corinebacterium diphteria.
Mikroba yang resisten antara lain S. Aureus resisten metisilin (MRSA), S. Epidermidis dan Str. faecalis. Obat ini diindikasikan untuk infeksi saluran kemih yang tidak berespons terhadap obat lain atau yang terjadi selama kehamilan, infeksi saluran nafas, sinusitis, infeksi kulit dan jaringan lunak (Sukandar, dkk., 2009). Resistensi dapat dihindarkan dengan menggunakan penakaran obat yang relatif tinggi (dibandingkan dosis efektif minimalnya) selama waktu yang agak singkat. Atau, penggunaan kombinasi dari dua atau lebih obat, terutama pada tuberkulosa, lepra dan kanker. Akhirnya, pembatasan penggunaan antibiotik dengan aktivitas terhadap kumankuman berbahaya hanya untuk penyakit parah dan tidak untuk membasmi kuman biasa, seperti pada sakit tenggorok atau radang telinga (Tjay dan Raharja, 2002). Pengetahuan orang tua terhadap penggunaan cefadroxyl sirup dengan baik dan tepat sangat diharapkan agar dapat dicapai efek terapi yang diharapkan dan
anaknya
dapat sembuh. Minimnya pengetahuan pasien tentang cara penggunaan cefadroxyl sirup dengan baik dan benar dapat menyebabkan penggunaan obat cefadroxyl sirup yang tidak tepat dan memicu terjadinya resistensi. Dokter yang praktek di apotek kimia farma mistar Banjarbaru sering kali menuliskan resep antibiotik cefadroxyl sirup pada balita penderita ISPA. Pada studi pendahuluan sebelumnya diperoleh jumlah pasien rata-rata dalam 1 bulan adalah sebanyak 50 orang. Orang tua pasien biasanya langsung menebus resep yang diberikan oleh dokter. Namun pada saat menebus resep tersebut ada beberapa orang tua pasien yang masih belum terlalu mengerti tentang penggunaan obat cefadroxyl yang dijelaskan oleh tenaga teknis kefarmasian di apotek kimia farma mistar Banjarbaru. Ada juga ditemukan orang tua pasien datang lagi keapotek karena penyakit anaknya kembali lagi padahal baru
saja berobat 2 minggu sebelumnya. Kemudian tenaga teknis kefarmasian menanyakan tentang lama penggunaan antibiotik cefadroxyl sirup kepada orang tua pasien dan didapatkan ternyata orang tua pasien hanya menggunakan antibiotik cefadroxyl sirup selama 2 hari, setelah anaknya sehat antibiotik cefadroxyl sirup tidak digunakannnya lagi. Berdasarkan teori yang ada seharusnya penggunaan cefadroxyl sirup selama 10 hari (Anonim, 2010). Berdasarkan uraian di atas, oleh karena itu dilakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana tingkat pengetahuan orang tua pasien berdasarkan karakteristik umur dan pendidikan terakhir tentang penggunaan cefadroxyl sirup pada balita penderita ISPA meliputi jumlah penggunaan, waktu penggunaan, dan lama penggunaan obat.