INTISARI STUDI DESKRIPTIF PEMBERIAN INFORMASI OBAT ANTIHIPERTENSI KEPADA PASIEN DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN Husnul Hatimah1; Yugo Susanto 2; Rina Feteriyani 3 Pelayanan kefarmasian saat ini telah bergeser orientasinya dari orientasi obat(drug oriented) menjadi orientasi pasien (patient oriented) yang mengacu pada asuhan kefarmasian (pharmaceutical care). Kegiatan pelayanan kefarmasian yang semula hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai komiditi menjadi pelayanan yang komprehensif yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dari pasien. Sebagai konsekuensi perubahan orientasi tersebut, Apoteker sebagai tenaga farmasi dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, perilaku agar dapat berinteraksi langsung dengan pasien. Bentuk interaksi tersebut dalam hal melaksanakan pemberian informasi obat. Penyediaan informasi obat yang benar, objektif dan lengkap akan sangat mendukung dalam pelayanan kefarmasian untuk mendapatkan kerasionalan dan ketepatan penggunaan obat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pemberian informasi obat antihipertensi berdasarkan jenis informasi yang diberikan sesuai standar pedoman pelayanan kefarmasian di puskesmas. Penelitian bersifat deskriptif dengan menggambarkan bagaimana pemberian informasi obat antihipertensi kepada pasien di Puskesmas Pekauman Banjarmasin. Penelitian dilakukan di Puskesmas Pekauman Banjarmasin dari tanggal 7 Mei – 7 Juni 2014 pada saat pelayanan berlangsung. Populasi dari penelitian ini berjumlah 210 pasien dengan sampel berjumlah 138 sampel pasien baru dengan diagnosa hipertensi. Metode yang digunakan teknik random sampling dengan sistem komputerisasi. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah lembar observasi dengan pengamatan langsung pada saat pemberian informasi obat diberikan kepada pasien. Berdasarkan hasil penelitian diketahui pemberian informasi obat meliputi waktu penggunaan obat (100%), cara penggunaan obat (96,38%), hal-hal yang mungkin timbul seperti efek samping obat (18,84%), Efek yang timbul setelah penggunaan obat yang dirasakan (10,87%) lama penggunaan obat dan cara penyimpanan obat antihipertensi tidak ada (0%). Tenaga Teknis Kefarmasian merupakan pemberi informasi utama ( 70,29%) dibanding Apoteker (29,71%).
Kata Kunci : Studi deskriptif, pemberian informasi obat, antihipertensi
ABSTRACT DESCRIPTIVE STUDY GRANT OF DRUG INFORMATION TO PATIENTS IN HEALTH ANTIHYPERTENSIVE PEKAUMAN BANJARMASIN Husnul Hatimah1; Yugo Susanto 2; Rina Feteriyani 3 Today, there has been a shift in tems of pharmaceutical services in the orientation of the drug in to the patient orientation. The Activities of pharmaceutical services that previously only focused on medication management as a commodity into a comprehensive service that aims to improve the quality life of patients. As a consequence of changes in the orientation, Pharmacist as pharmacy staff is required to improve the knowledge, skills, behaviors that can interact directly with patients. The form of interactiontermsin implementing the information provision of drug. The supply of drug correct information, objective and complete will be supportive of the pharmaceutical service to get rational and accuracy use of a drug. This study aims to describe how far the drug information has been informated to patients at a Pekauman public Health Center in Banjarmasin. This is a descriptive study to illustrate how the antihypertensive of drug information gives to health center patients in Pekauman Banjarmasin. Dated 7 May to 7 June 2014 at the time the service takes place. The population consists of 210 patients with samples totaling 138 samples. The method used random sampling techniques with a computerized system The instrument used in this study is the observation sheet, make direct observations at the time of drug information gives provided to patients. The results of this study is the time of drug use (100%), how to use drugs (96.38%), the things that may arise as a side effect of drugs (18.84%) effects that arise after the perceived drug use (10.87%), duration of use of the drug and antihypertensive drug storage means no (0%). Provision of information also concluded that technical personel of pharmacy( 70,29%) is the primary provision of information than pharmacist. (29,71%). Keyword : Descriptive studiy, provision of drug information, antihypertensive
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan (DepKes, 2004a). Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1027 / MENKES / SK / IX/2004. Pelayanan kefarmasian saat ini telah bergeser orientasinya dari orientasi obat (drug oriented) menjadi orientasi pasien (patient oriented) yang mengacu pada asuhan kefarmasian (pharmaceutical care). Kegiatan pelayanan kefarmasian yang semula hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi menjadi pelayanan yang komprehensif yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dari pasien. Sebagai konsekuensi perubahan orientasi tersebut, Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian sebagai tenaga kefarmasian dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, perilaku agar dapat berinteraksi langsung dengan pasien sehingga pelayanan kefarmasian yang diberikan kepada pasien lebih efektif. Bentuk interaksi tersebut antara lain adalah melaksanakan pemberian informasi, monitoring penggunaan obat untuk mengetahui tujuan akhirnya sesuai harapan dan terdokumentasi dengan baik. Tujuan pokok profesi farmasi adalah melayani masyarakat untuk memastikan penggunaan obat yang aman dan tepat. Suatu sasaran pokok profesi adalah
meningkatkan kesehatan dan mencegah penyakit. Apoteker harus mengejar sasaran itu dengan peningkatan penggunaan obat yang optimal (termasuk pencegah penggunaan yang tidak benar dan tidak terkendali) dan dengan pemberian informasi bagi pasien terkait obat yang digunakannya agar didapatkan hasil optimal sehingga kualitas hidup penderita meningkat serta hasil memuaskan (Siregar, 2006). Pelaksanaan pelayanan informasi obat merupakan kewajiban Apoteker yang di atur dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1197/MENKES/SK/X/2004. Kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh Apoteker untuk memberi informasi secara akurat, tidak bias dan terkini kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien. Peran apoteker untuk memberi informasi obat dan edukasi kepada pasien sangat penting terutama pada pasien penyakit kronik dan degeneratif yang memerlukan terapi seumur hidup (Handayani dkk, 2006). Penyakit kronik dan degeneratif yang sering terjadi yaitu diabetes, serangan jantung, dan salah satunya yaitu hipertensi. Hipertensi adalah suatu keadaan ketika tekanan darah di pembuluh darah meningkat secara kronis. Hal tersebut dapat terjadi karena jantung bekerja lebih keras memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi tubuh. Pada kebanyakan kasus, hipertensi terdeteksi saat pemeriksaan fisik karena alasan penyakit tertentu, sehingga sering disebut sebagai “ silent killer”. Tanpa disadari penderita mengalami komplikasi pada organ –organ vital seperti jantung, otak ataupun ginjal (DepKes, 2006b ). Berdasarkan data hasil survei (Dalimartha dkk, 2008), dapat diketahui bahwa Indonesia prevalensi hipertensi yang menjadi masalah kesehatan nasional cukup tinggi. Munculnya gejala dan ancaman berbagai penyakit di era modern ini antara lain juga
didukung oleh adanya pola dan gaya hidup yang tidak sehat. Prevalensi hipertensi di Indonesia terutama di Kalimantan Selatan menempati urutan kedua yaitu sebesar 30,8 % (Riskesdas, 2013). Berdasarkan yang dikutip dalam buku Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Hipertensi (DepKes, 2006b) Healthy People 2010 for Hypertension menganjurkan perlunya pendekatan yang lebih komprehensif dan intensif guna mencapai pengontrolan tekanan secara optimal. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan antara lain partisipasi aktif para Apoteker melaksanakan praktek profesinya pada setiap tempat pelayanan kesehatan. Apoteker dapat bekerjasama dengan dokter dalam memberikan informasi dan edukasi kepada pasien mengenai hipertensi, memonitor respons pasien melalui farmasi komunitas, mendeteksi dan mengenali secara dini reaksi efek samping, dan mencegah atau memecahkan masalah yang berkaitan dengan pemberian obat. Berdasarkan survei pendahuluan di Puskesmas Pekauman, hipertensi termasuk sepuluh penyakit terbanyak urutan pertama pada tahun 2013 yaitu berjumlah 5637 pasien , sehingga banyak juga obat antihipertensi yang digunakan. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang studi deskriptif pemberian informasi obat antihipertensi kepada pasien, khususnya di Puskesmas Pekauman Banjarmasin. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan menjadi masukan bagi pihak puskesmas untuk meningkatkan pelayanan kefarmasian. Pelayanan kefarmasian yang dimaksud, khususnya dalam hal memberikan pemberian informasi obat yang sesuai dengan Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas (2007), dimana informasi yang diberikan meliputi waktu penggunaan obat, lama penggunaan obat, cara penggunaan obat, efek yang akan timbul dari penggunaan
obat yang akan dirasakan, efek samping obat, interaksi obat, kontraindikasi obat, serta cara penyimpanan obat. Maka diperlukan pelayanan informasi obat yang benar, jelas, mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis dan bijaksana agar berguna untuk meningatkan terapi pengobatan pasien.