5 BAB V KONSEP AWAL PERANCANGAN 5.1 Konsep Umum Sebagai bangunan Pusat Rehabilitasi untuk Anak Tuna Daksa di Gunung Kidul, bangunan ini mengunakan pendekatan konsep Healing Environment dalam perancangannya. Lingkup dari konsep Healing Environment ini mencakup dua hal penting yakni pengaturan tata ruang luar dan tata ruang dalam. Lingkungan binaan yang tercipta dapat menghadirkan rasa nyaman, rileks dan tenang sehingga mampu membantu mempercepat proses rehabilitasi pasien.
5.2 Konsep Kebutuhan Ruang Luas site adalah 5040.8 m2 , dengan KDB maksimal 60% sehingga luas bangunan lantai 1 maksimum adalah 3024,5 m2 . Namun jika dikaitkan dengan konsep Healing Environment KDB bisa dikurangi dengan pertimbangan pentingnya keberadaan tata hijau dalm konsep tersebut. Jika KDB dibuat 40%, maka luas bangunan lantai 1 adalah 2016 m2.
Tabel 19. Total Luas Kebutuhan Ruang
NO
KEBUTUHAN RUANG
LUAS (m2)
1
Kebutuhan Ruang Administrasi
146,92
2
Kebutuhan Ruang Rehabilitasi Medik
3
Kebutuhan Ruang Rehabilitasi Psikososial
71,4
4
Kebutuhan Ruang Rehabilitasi Pendidikan
223,3
5
Kebutuhan Ruang Pasien Rawat Inap
562,9
6
Kebutuhan Ruang Penunjang
205,6
1250,28
JUMLAH
2460,4
SIRKULASI 30%
738,12
JUMLAH TOTAL
3144,52
Sumber : Analisis Penulis, 2014 Jika dilihat dalam tabel 15, maka diperoleh angka 3144, 52 m2 untuk luasan Lantai 1. Luasan ini melebihi perhitungan awal toleransi luas bangunan di lantai 1 yaitu 2016 m2. Maka massa bangunan dinaikkan menjadi 2 lantai untuk menjaga KDB tetap 40%. 88
5.3 Konsep Sirkulasi 5.3.1 Sirkulasi Ekternal/ Pencapaian Bangunan Site berada di Jalan Pemuda. Di bagian selatan site terdapat jalan kecil yang digunakan untuk akses ke permukiman penduduk. Kemudahan aksesibilitas adalah faktor utama dalam menentukan sirkulasi bangunan. Sirkulasi dari luar bangunan didesain dengan konsep pencapaian langsung. Jenis pencapaian ini cukup efisien serta berfungsi untuk memperjelas dan menonjolkan identitas bangunan. Pencapaian bangunan dibagi menjadi dua yakni untuk pengunjung dan pegawai. Entrance masuk pengunjung melalui jalan barat, sementara untuk pegawai melalui jalan selatan. Parkir Fasilitas parkir juga dibedakan karena pencapaian pengguna bangunan juga berbeda. Parkir pengunjung berada di sebelah barat, sementara parkir pegawai ada di sebelah selatan.
Gambar 55. Pencapaian Bangunan dan Parkir
sumber : Analisis Penulis, 2014
89
5.4 Konsep Perancangan Tata Ruang Dalam 5.4.1 Zonasi Seperti yang sudah dijelaskan dalam Bab IV, zonasi dibagi menjadi tiga bagian yaitu zona publik, semi publik, dan privat.
Gambar 56. Zonasi dalam site
Sumber : Analisis Penulis, 2014 5.4.2 Massa Bangunan Massa bangunan didesain mengikuti hubungan antar pola kegitan yang terjadi seperti yang tertera pada gambar Gambar 57. Dengan kondisi tersebut, maka gubahan massa klaster dianggap paling tepat diterapkan dalam bangunan Panti Rehabilitasi Anak Tuna Daksa ini. Setiap bangunan memiliki pengelompokan ruang berdasarkan kesamaan fungsinya. Kelebihan dari massa bangunan klaster ini yaitu, ruang-ruang yang tercipta menjadi luwes, organic dan sesuai dengan pola sirkulasi antar ruang.
90
Gambar 57. Hubungan Antar Pola Kegiatan
Sumber : Analisis Penulis, 2014 5.4.3 Fasad Site Pusat rehabilitasi Anak Tuna Daksa yang menghadap Barat Laut memungkinkan masuknya cahaya matahari yang cukup besar ke dalam bangunan. Gubahan massa bangunan klaster memiliki kecenderungan muka bangunan yang berbeda-beda. Sebagai antisipasi dari panas matahari yang ditimbulkan dari arah timur dan barat site , diberikan shading dan double fasad di sisi timur dan barat bangunan. 5.4.4 Konsep Citra Interior Suasana yang ingin ditampilkan pada interior pusat rehabilitasi ini adalah informal, sehingga penggunanya, baik pasien, non pasien dan pengelola merasa nyaman, rileks dan hangat. Khusus untuk pasien, suasana tersebut dapat membantu proses rehabilitasi. Sedangkan gaya yang ingin ditampilkan adalah modern fungsional
tetapi tidak meninggalkan unsur
estetika. Tabel di bawah ini merupakan aspek-aspek konsep Healing Environment pada interior. Tabel 20. Elemen interior pembentuk ruang
Aspek
Penerapan Konsep
Warna
-warna-warna hangat pada zona publik untuk menciptakan suasana nyaman dan „menerima‟
91
- warna-warna dingin yang menenangkan dan nyaman untuk zona semi publik dan privat yang menjadi tempat berlangsungnya kegiatan pelayanan terhadap pasien. Material
-adanya tekstur pada material alami maupun modern sebagai terapi sentuh. -pemilihan material furnitur yang berkesan hangat : kayu (material alami)
Sirkulasi
-Sirkulasi yang tidak melorong , karena fungsinya sebagai wadah interaksi sosial. -penerapan warna, unsur dekorasi dan pola lantai berbeda pada tiap jalur sirkulasi menuju ruang-ruang dengan kegiatan berbeda (wayfinding). -maksimalisasi pencahayaan alami pada koridor sirkulasi.
Elemen
-penambahan unsur-unsur dekorasi: karya seni, tanaman, dan elemen air
Dekoratif
sebagai sarana stimulasi visual dan media untuk membantu proses rehabilitasi.
View
-memaksimalkan bukaan (jemdela, dinding kaca) sebagai penghubung antara ruang luar dan ruang dalam. -ruang pelayanan pasien tidak menggunakan
dinding kaca untuk menjaga
privasi pasien. -pemberian shading dan perletakan tanaman pada bukaan barat-timur. Cahaya
-memaksimalkan potensi cahaya alami di siang hari dengan memperbanyak bukaan pada bangunan. -cahaya buatan berupa lampu dengan cahaya hangat, lampu pijar atau lampu TL dengan
sistem indirect lighting (diletakkan
di
atas
plafond)
untuk
meminimalisir efek silau.
Sumber : Analisis Penulis , 2014
5.5 Konsep Perancangan Tata Ruang Luar 5.5.1 Konsep Tata Hijau a. Softscape Vegetasi yang digunakan adalah jenis barrier, tanaman pengatap bertajuk lebar serta bunga-bungaan sebagai unsur estetika. Jenis lain yang digunakan adalah tanaman pergola (merambat), pelantai dan pengarah. Dalam memilih tanaman harus memperhatikan keamanan, misalnya tidak memilih tanaman berduri dan beracun. Berikut merupakan beberapa contoh dari jenis-jenis vegetasi yang akan digunakan :
92
Tabel 21. Jenis vegetasi
Jenis yang Berdaun Indah
Jenis yang Berbunga Indah
Puring, begonia, soka, keladi Batik,Sanseivera
Kana, Geranium, Tapak Dara, Pacar Air
Pohon Hias
Pohon Peneduh
Kolbanda, Flamboyan, Bungur Besar, Bungur Sakura, Jepun bali
Tanjung, Akasia, Angsana, Trembesi
Jenis yang Berdaun Indah
Jenis yang Berbunga Indah
Pergola
Sirih gading, asparaga, dolar-dolaran
Alamanda, air mata pengantin, Bougenvil
Pelantai
Rumput teki, rumput gajah
Barrier
Pengatap
Pengarah
Palem-paleman
Rumpun Bambu
Pinang merah,palem kuning, Palem Jepang ,pakis haji
Bambu jepang, bambu emas
Sumber : Febrianti, 2012 Vegetasi selain digunakan pada taman juga diletakkan pada batas - batas site khususnya di sisi barat sebagai pereduksi polusi suara dan polusi udara.
Gambar 58. Softscape pada site
Sumber : Analisis Penulis, 2014
93
Tabel 22. Rencana Peletakan Vegetasi
Jenis Vegetasi Barrier
Rencana Perletakan -Terletak di tepi site, untuk mereduksi polusi baik polusi udara maupun polusi suara yang masuk ke dalam bangunan. -Terletak di antara bangunan dengan parkir.
Pengatap
-Tersebar di Healing Garden
Pergola
-Penghubung antar tiap massa bangunan
Pelantai
-Tersebar di seluruh site
Pengarah
- Terletak di parkiran pengunjung, sebagai media pengarah masuk entrance. -Tersebar di Healing Garden
Sumber : Analisis Penulis, 2014
b. Hardscape Berikut adalah tabel penggunaan hardscape Tabel 23. penggunaan hardscape
Perkerasan
- Grass block digunakan sebagai elemen perkerasan pada lahan parkir. Sedangkan paving block digunakan sebagai perkerasan pada jalur sirkulasi kendaraan dan jalan setapak pada taman.
Furnitur
- Bangku dengan material beton diletakkan pada titik-titik pusat aktivitas luar ruangan baik pada lansekap terapi maupun publik -Lampu taman, dapat berupa standing lamp atau lampu sorot vegetasi (uplight) - Lampu downlight diletakkan pada jalur sirkulasi
Dekorasi
-Batu alam berupa batu kali dan koral , sebagai elemen hias pada taman dan kolam.
Sumber : Analisis Penulis, 2014 c. Air Dalam konsep Healing Environment, suara yang ditimbulkan oleh air yang dinamis (bergerak) berupa air mengalir, gemericik air, dan sebagainya dapat berguna untuk menenangkan pikiran, sehingga elemen air yang dinamis dihadirkan melalui keberadaan kolam. Elemen air yang dinamis juga dapat berfungsi sebagai barrier terhadap kebisingan atau polusi suara. Unsur fauna yaitu ikan dapat ditambahkan pada kolam.
94
5.6 Konsep Sistem Struktur 5.6.1
Struktur
Sistem struktur yang digunakan adalah sistem portal dengan alasan efisiensi dan fleksibilitas dalam penataan ruang sesuai kebutuhan. Sistem struktur tidak diekspos. Jenis pondasi berupa pondasi setempat-dengan material batu kali dengan rangka beton bertulang dan dinding batu bata. Sedangkan rangka atap menggunakan rangka baja dan kayu. 5.6.2
Material -
Batu bata : digunakan sebagai pengisi dinding yang kemudian diberi acian semen dan dilapisi cat berbahan dasar air.
-
Kayu : digunakan sebagai kusen (pintu, jendela), daun pintu, perabot dan unsur dekorasi , untuk menimbulkan kesan hangat.
-
Batu alam : memiliki variasi yang beragam dan dapat dimanfaatkan sebagai aksen pada dinding serta lansekap.
-
Material Modern : kaca sebagai pengisi jendela, baja sebagai rangka bangunan dan kuda-kuda, beton sebagai struktur utama , alumunium sebagai alternatif kusen.
5.7 Konsep Utilitas 5.7.1
Sistem Penghawaan Tabel 24. Sistem Penghawaan
Alami
-Dimaksimalkan pada ruang-ruang pengelola, koridor dan ruang servis. -Penghawaan alami dapat diperoleh dari langit-langit yang tinggi, shading, tritisan lebar, sistem cross ventilation pada bukaan dan vegetasi sebagai pelingkup bangunan.
Buatan
-AC split diletakkan di ruang-ruang pelayanan pasien. - Penggunaan aroma wewangian / aroma theraphy sebagai media untuk menenangkan pikiran sekaligus membantu keberhasilan proses rehabilitasi.
5.7.2 Sistem Pencahayaan Tabel 25. Sistem pencahayaan
95
Alami
- Diterapkan pada zona publik dan koridor, menggunakan jendela dan dinding kaca. - penggunaan dinding kaca tidak digunakan pada ruang pelayanan pasien untuk alasan privasi - bukaan dimaksimalkan di sisi utara –selatan, bukaan pada sisi barat-timur diberi shading dan meletakkan vegetasi rimbun di depan bukaan untuk menyaring sinar matahari.
Buatan
- Zona publik; ruang tunggu,perpustakaan , ruang seminar, menggunakan indirect lighting dengan lampu TL . - Zona semi publik ; ruang terapi, konseling menggunakan indirect lighting dengan lampu pijar yang berkesan hangat - Area luar bangunan (taman, parkir, sirkulasi ruang luar) menggunakan lampu TL dan lampu natrium dengan cahaya kuning.
5.7.3 Sistem Pengamanan Kebakaran - Usaha pencegahan terjadinya kebakaran dilakukan dengan pemilihan material yang memiliki resistensi yang cukup terhadap api (uncombustible material). Selain itu, juga diperlukan system pemadam kebakaran melalui fire alarm, sprinkler, fire hydrant, dan fire extinguisher. Selain menggunakan alarm tanda bahaya, juga dipasangi lampu yang akan menyala apabila terjadi kebakaran. Hal ini akan lebih memudahkan bagi orang-orang dengan keterbatasan pendengaran. - Jalur evakuasi kebakaran harus diletakkan di setiap ruangan, tentu saja dengan keterangan posisi ruang. Peta tersebut berwarna terang dan kontras, serta memberikan informasi yang jelas. Jalur evakuasi harus berakhir di tempat yang aman, dapat berupa lapangan terbuka atau halaman.
5.7.4 Jaringan Air Bersih Air bersih berasal dari air sumur yang jaringannya sudah tersedia. Perencanaan sistem distribusinya adalah air ditampung terlebih dahulu pada reservoir bawah, kemudian dipompakan ke tangki penampungan pada atap (upper tank) dan didistribusikan ke tiap outlet yang membutuhkan baik di dalam mauun luar bangunan. Perletakan sumber air bersih berupa kran ditempatkan di setiap area yang berfungsi sebagai taman untuk memudahkan proses penyiraman vegetasi. Selain itu
96
pengadaan air bersih juga dimanfaatkan dari pembaharuan air hujan yang dapat digunakan pada penggunaan-penggunaan tertentu yang tidak menuntut kehigienisan air. Pada kamar mandi dan outlet-outlet air lainnya, keran sengaja dibuat tidak terlalu ,udah untuk diputar. Hal ini untuk mengantisipasi agar pegangan keran tidak mudah tersenggol dan mengalirkan air. Warna keran pun dibuat dengan warna-warna cerah.
5.7.5 Jaringan Air Kotor Air kotor terdiri dari tiga macam, yaitu grey water berupa air buangan dari wastafel dan floor drain; black water berupa buangan dari kloset dan urinoir; dan storm water yaitu buangan dari roof drain. Limbah air kotor yang berasal dari dapur dan wastafel akan dibuang menuju sumur resapa, melalui bak lemak yang berjarak setiap 10 m. Black water akan dialirkan langsung menuju septictank. Air hujan tidak langsung dibuang ke got, tetapi diresapkan terlebih dahulu dan ditampung untuk keperluan yang tidak membutuhkan kehigienisan yang tinggi, seperti flushing toilet dan menyiram tanaman.
5.7.6 Jaringan Listrik dan telekomunikasi Jaringan listrik untuk keperluan sehari-hari bersumber dari PLN. Karena penggunaan listrik tidak terlalu besar, maka tidak diperlukan genset walaupun dapat memberikan daya listrik alternatif apabila terjadi pemadaman. Perletakan stop kontak , sakelar lampu, dan alat elektronik lainnya sedapat mungkin mudah terlihat dan dijangkau. Karena nyala hidupnya lampu dan alat elektronik lainnya merupakan tanggung jawab pengelola dan perangkat desa, stop kontak dan sakelar lampu sedapat mungkin diletakkan cukup tinggi agar tidak mudah dijangkau oleh anak-anak. Selain itu, pengaman stop kontak juga diperlukan.
97