4 PEMBANGUNAN MODEL Deskripsi Model Berdasarkan studi literatur dan observasi lapangan dapat dikenali beberapa pelaku utama yang berperan dalam pendistribusian beras dari tingkat petani sampai ke konsumen. Terdapat sepuluh pelaku utama yang selanjutnya akan disebut sebagai subsistem dalam pemodelan sediaan beras ini. Selain pelaku utama terdapat faktor-faktor yang berpengaruh terhadap mengalirnya sediaan beras dari satu subsistem ke subsistem lainnya. Hubungan antara subsistem dan faktor-faktor penentu tersebut selanjutnya digambarkan dalam bentuk diagram sebab akibat yang akan menjadi bahan baku pembuatan model sediaan beras. Diagram ini menggambarkan adanya hubungan sebab-akibat antar faktor di dalam sistem perberasan di Indonesia seperti terlihat pada Gambar 13.
Bulog
Jumlah penduduk
Pedagang pengumpul
Produksi petani
Penggilingan padi
Permintaan beras DN
Stok nasional
Luas panen
KUD Pengecer
Grosir/Swasta
Beras import
Produksi DN
Gambar 13. Diagram sebab-akibat (causal loop) antar faktor sediaan beras 53
Dari kausal loop ini dapat diketahui bahwa sistem sediaan beras bersifat dinamis dan cenderung menunjukkan sifat umpan balik positif. Sebagai contoh, karena jumlah penduduk selalu bertambah, maka permintaan beras di dalam negeri akan meningkat. Peningkatan permintaan ini akan menimbulkan upaya untuk memperluas luas panen. Dan pada gilirannya, bertambahnya luas panen akan meningkatkan produksi beras dalam negeri yg kemudian akan membuat kebutuhan beras dalam negeri meningkat. Selain diagram sebab-akibat selanjutnya diidentifikasi variabel atau parameter yang akan digunakan di dalam penyusunan model sistem dinamis. Variabel-variabel tersebut dikelompokkan sebagai faktor level (stock), laju (rate) dan konstanta.
Batasan sistem
Yang dimaksud sebagai sistem sediaan beras dalam penelitian ini adalah beras yang tersedia sejak di tingkat petani produsen yang kemudian terdistribusi melalui pedagang pengumpul, KUD, BULOG, Grosir/Swasta, Pengecer, Importir, sampai ke tangan konsumen. Model sediaan beras ini disusun dalam dua tingkatan. Pada tingkat pertama adalah model agregat yang menggambarkan hubungan antar subsistem dalam sistem distribusi beras. Dan pada tingkat ke dua adalah model sistem dinamis yang lebih detil untuk setiap subsistem. Terdapat sepuluh subsistem di dalam sistem distribusi beras yaitu subsistem Petani, KUD, Pengumpul, Grosir/Swasta, Importir, Bulog, Penggilingan, Pengecer, Stok Nasional dan terakhir subsistem Konsumen. Sepuluh subsistem tersebut dipilih berdasarkan besarnya pengaruh dan peranan mereka di dalam proses peredaran beras di Indonesia. Secara agregat hubungan antar subsistem tersebut dapat dilihat pada Gambar 14.
54
Gambar 14. Model agregat sistem distribusi beras
55
Subsistem Petani Petani adalah pelaku utama dalam system perberasan Indonesia baik dikaji dari segi jumlah mereka maupun produksi mereka. Tidak kurang dari 40 juta petani (52 persen dari angkatan kerja) menjalankan usahanya di Indonesia. Mereka terdiri dari petani pemilik, penggarap dan buruh tani dengan luas kepemilikan atau garapan dibawah 0,5 Ha. Subsistem petani mewakili produsen padi dalam negeri dengan total luas lahan panen sekitar 12 juta Ha per tahun. Untuk keperluan simulasi digunakan taksiran luas panen menurut BPS seluas 12,88 juta Ha untuk tahun 2009 dengan sebaran luas panen perbulan sebagaimana terlihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Luas panen padi per bulan tahun 2011
Bulan
Luas panen (Ha) 52.633.028 157.502.354 247.295.887 154.857.478 93.893.091 110.952.540 121.928.774 127.747.501 94.157.578 64.534.970 48.268.983 48.004.496 13.224.379
Persen Luas Panen
(%) Januari 3,98 Pebruari 11,91 Maret 18,7 April 11,71 Mei 7,1 Jumi 8,39 Juli 9,22 Agustus 9,66 September 7,12 Oktober 4,88 Nopember 3,65 Desember 3,63 Total 100 Sumber: http://www.bps.go.id/tnmn_pgn.php?eng=0
Luas panen tersebut berfluktuasi dari tahun ke tahun dipengaruhi laju alih fungsi lahan sawah menjadi pemukiman atau industri dan laju percetakan sawah baru di luar Jawa. Berdasarkan data sepuluh tahun terakhir diperoleh kecenderungan penyusutan luas sawah di Jawa 0,38 persen per tahun, sedangkan pertambahan luas sawah di luar Jawa adalah 4,27 persen per tahun. Pertambahan dan penyusutan luas lahan sawah ini berpengaruh terhadap
56
produksi gabah dalam negeri. Untuk keperluan simulasi digunakan angka 0,75 persen sebagai angka pertumbuhan luas panen nasional mengikuti hasil perhitungan pada tabel berikut ini.
Tabel 7. Luas panen di Jawa dan di Luar Jawa beserta tingkat perubahannya (Ha) Tahun Luas Panen (juta Ha) Perubahan (Ha) 1990 10,50 1991 10,28 1992 11,10 1993 11,01 1994 10,73 1995 11,44 1996 11,57 1997 11,14 1998 11,73 1999 11,98 2000 11,79 2001 11,49 2002 11,52 2003 11,45 2004 11,92 2005 11,89 2006 11,78 2007 12,15 2008 12,34 2009 12,88 Rata-rata perubahan per tahun (%) Sumber: www.deptan.go.id dan BPS.
-0,22 0,82 -0,9 -0,28 0,71 0,13 -0,43 0,59 0,23 -0,17 -0,3 0,03 -0,07 0,47 -0.03 -0,11 0,37 0,19 0,54
Persen Perubahan (%) -2,09 7,97 -8,1 -2,5 6,62 1,13 -3,71 5,29 1,96 -1,42 -2,54 0,25 -0,60 4,10 -0,25 -0,925 3,14 1,56 4,37 0,75
57
Tingkat produktivitas sawah bervariasi dari tahun ke tahun dan antar pulau. Pada tahun 2011, produktivitas di pulau Jawa sudah mencapai 5,724 ton GKG/ha sementara di luar Jawa baru mencapai 4,347 ton GKG/ha. Dalam simulasi ini digunakan angka rata-rata produktivitas nasional untuk tahun 2011 sebesar 4,944 ton GKG/ha. Berdasarkan keadaan di lapangan dapat secara lebih rinci digambarkan model dinamis distribusi beras di tingkat petani seperti yang berikut ini.
SUBSISTEM PETANI Run
~
stok gkg ptn per bln
persen panen per bulan gabah ptn ke pengumpul luas panen 2009
fraksi ptn ke pengumpul
~
akumulasi stok gkg di petani
luas panen per bulan inflow gkg gabah ptn ke penggiling fraksi ptn ke penggiling prod per ha
prod gkg ptn per bln fraksi ptn ke KUD akumulasi stok setara beras di petani
gabah keluar dr petani gabah ptn ke KUD
inflow gkg setara beras
gkg tersedia after loss
fraksi unt benih
total loss
stok gkg ptn per bln
benih dan pakan stok setara beras petani per bln
prod netto beras nasional per bln fraksi loss jumlah klg petani
loss pasca panen
faktor konversi gabah beras
kebutuhan gkg ptn per bln prod ptn setara beras per bln
sisa gkg unt konsumsi petani
surplus gkg konsumsi beras per kapita per bln
stok setara beras petani per bln minus gkg
beras dibeli petani dr pengecer
Gambar 15. Model dinamis untuk subsistem petani
Dalam menyusun diagram ithink tersebut dipergunakan skenario sesuai dengan hasil pengamatan di lapangan bahwa petani menjual sebagian besar hasil panennya kepada pedagang pengumpul (sekitar 60 - 70 persen), kemudian ke penggilingan (sekitar 5 - 10 58
persen ) dan terakhir ke KUD (sekitar 10 – 15 persen). Sisanya ditahan petani sebagai simpanan untuk dikonsumsi dan persediaan untuk benih.
Subsistem Pengumpul Subsistem pengumpul merupakan bagian yang mewakili para pedagang pengumpul di pedesaan yang secara langsung berhubungan dengan petani. Para pedagang pengumpul memainkan peranan penting karena memberikan kemudahan kepada para petani dalam bentuk uang tunai untuk padi di sawah yang mereka jual. Hanya saja, kemudahan ini harus dibayar dengan kerugian petani karena pada umumnya pedagang pengumpul membeli gabah dengan harga yang relatif lebih rendah dari pada harga dasar gabah yang ditetapkan pemerintah. Pada saat panen raya mereka membeli dengan harga rendah dengan alasan produk melimpah, tetapi pada saat panen gadu mereka juga membeli dengan harga rendah dengan alasan stok dari musim sebelumnya masih banyak. Dari survei lapangan diketahui bahwa para petani menjual sebagian besar hasil panennya kepada para pengumpul.
Pedagang pengumpul umumnya membeli hasil petani pada saat padi belum dipanen. Dengan demikian mereka perlu memanen, mengangkut hasil panen, menjemur gabah, dan terakhir menggiling sendiri atau mengiling gabah di tempat orang lain.
59
Pedagang pengumpul sebagian menjual kembali gabah yang dibeli dari petani ke Dolog dan ada pula yang menggiling gabah tersebut sebelum akhirnya dijual ke swasta/grosir dan ke pengecer. Volume gabah yang dijual ke Dolog berkisar antara 5 – 10 persen, sedangkan sisanya digiling lalu dijual ke swasta mencapai 40 sampai 60 persen dan sisanya ke pengecer. Pengumpul
fraksi jual ke dolog gabah pengumpul ke Dolog
gabah ptn ke pengumpul
jml pembelian gkg pengumpul fraksi giling di pul
gabah digiling di pengumpul delta gkg pengumpul per bln beras pengumpul ke pengecer beras di pengumpul
fraksi beras pul ke pengecer
faktor konversi gabah beras beras pengumpul ke grosir stok beras pengumpul per bln
fraksi beras pul ke grosir
akumulasi beras di pengumpul
inflow beras
Gambar 16. Model dinamis subsistem pedagang pengumpul
Subsistem KUD KUD memegang peranan penting dalam tata niaga beras karena selama bertahuntahun mereka dijadikan mitra Bulog dalam pengadaan beras (pembelian beras petani oleh Bulog) sejak tahun 1973/1974. KUD diharapkan menjadi semacam jaminan pasar bagi 60
produksi beras petani. Namun akhir-akhir ini peran KUD dalam menampung hasil pertanian petani merosot tajam seiring dengan berkurangnya peran Bulog dalam pengadaan beras dalam negeri dan diberlakukannya sistem perdagangan bebas. Jumlah KUD saat ini kurang lebih mencapai 10000 unit. Dalam subsistem ini KUD diketahui mendapatkan input gabah dari petani dan pedagang pengumpul. Dari gabah yang dibeli, sekitar 55 - 60 persen digiling di luar KUD sedangkan sisanya digiling sendiri karena tidak semua KUD mempunyai fasilitas penggilingan. Hasil penggilingan sendiri selanjutnya dijual ke Bulog sekitar 10 persen, ke pengecer (20 - 25 persen), dan sisanya ke swasta/grosir. Model sistem dinamis untuk subsistem KUD beserta persamaan-persamaan matematis untuk setiap variabelnya dapat dilihat pada gambar berikut ini.
s g
gp
a b
ae bt a an h i
p
a h
p
t n
e n g e
k
g
b K
u
h U
u
b
m
k D
s
p
u
u
d
i s p
l
k
t e k o
a
a b
b
k
e
o
r
n
a h
a gs
v
m
bd
hi
e r
s
ug
a s
ka b k a uh
p k e ut a dn
i
g
k
dk
ij a b d
g
b
p
e
r
a
t o
k
b
e r
a s
k
i n p
e r
b
f
l o
u w
m
u k
u
l a s
K a s
e r
a s
d
p
e r
a s
u
i
g
r
u g
n s
h g
g
g
D
D
d b
g
i
i l i n
U
U
b
s
k
k
u
i l i n
g
h
e
p e r
d
e
u
i r
n s
g l u
k
e n
p
d
d
i
g
e
e n
c e
b
e
s
b a k
e
o
d
e i rb a e s r
b
s
u
K
e k r s i
e p
g
m
b
e r
K
U
e r
a
b
K s
D
k
e e r
g r o s e n
s b
i r e r
l n
U K
p
D U
p k e er
sb e u n
l ob
D
d
l n
Gambar 17. Model dinamis subsistem KUD
61
ge
Subsistem Penggilingan
Pengolahan pasca panen padi di Indonesia masih tergolong sederhana. Proses perontokan, pengeringan dan pengangkutan sebagian besar masih dikerjakan secara manual dan memanfaatkan tenaga surya. Gabah yang sudah kering selanjutnya akan digiling di tempat penggilingan padi. Subsistem penggilingan mewakili kelompok usaha penggilingan padi di Indonesia. Termasuk dalam kategori penggilingan adalah a). penggilingan padi besar (PPB) yaitu unit penggilingan lengkap yang memiliki mesin perontok, pembersih gabah, pemecah kulit, separator padi, pemutih (polisher), grader elevator dll, dengan kapasitas produksi di atas 0,7 ton beras per jam, b). penggilingan padi kecil (PPK) yaitu penggilingan padi yang terdiri dari dua unit mesin yang dipasang terpisah yaitu pemecah kulit (husker) dan pemutih. Pada penggilingan ini pemindahan bahan dari satu mesin ke lainnya dilakukan secara manual. Kapasitas produksinya berkisar antara 0,3 sampai 0,7 ton beras per jam, c). Rice Milling Unit (RMU), d). Penggiling padi Engelberg, e). Huller, dan f). Penyosoh. Dalam model ini penggiling menerima input utama dari petani dan KUD. Hasil penggilingan kemudian di salurkan ke Bulog (sekitar 5 - 10 persen), ke pengecer (sekitar 25 30 persen ) dan sisanya ke grosir. Model dinamis untuk subsistem penggilingan ini dapat dilihat pada gambar berikut:
62
Subsistem Penggilingan
gabah ptn ke penggiling gbh kud ke penggiling luar beras penggilingan ke bulog fraksi ling log gabah masuk penggilingan beras penggilingan ke grosir rendemen giling
beras hsl penggilingan
fraksi ling sir beras penggilingan ke pengecer
fraksi ling cer stok beras di penggilingan per bln
total beras keluar penggilingan
inflow giling
akumulasi beras di penggilingan
Gambar 18. Model dinamis distribusi beras pada subsistem penggilingan
Subsistem Grosir Subsistem Grosir adalah mewakili para pedagang besar, pasar induk, koperasi dan swasta yang melakukan pembelian dan penjualan beras dalam partai besar. Kehadiran mereka sangat penting terutama di kota-kota besar karena berfungsi sebagai pintu masuk produk beras ke suatu wilayah. Mereka membeli beras dari para pedagang pengumpul dan penggilingan. Beras tersebut kemudian dijual ke pengecer (sekitar 50 - 60 persen) dan sisanya dijual ke konsumen akhir. Gambar 19 memperlihatkan distribusi beras pada subsistem Grosir dalam bentuk model sistem dinamis. 63
Subsistem Grosir/Swasta/Koperasi
beras grosir ke konsumen fraksi grosir ke konsumen beras pengumpul ke grosir
fraksi grosir ke pengecer
beras penggilingan ke grosir beras grosir ke pengecer beras masuk ke grosir beras KUD ke grosir beras keluar grosir bulog ke grosir stok beras grosir bulanan
Akumulasi beras grosir
inflow grosir
Gambar 19. Model dinamis distribusi beras pada Subsistem Grosir
Subsistem Bulog Bulog adalah pelaku utama dalam tata niaga beras di Indonesia sejak tahun 50-an sampai akhir tahun 1998. Peranan Bulog kemudian perlahan-lahan digeser oleh pedagang swasta terutama dalam pengadaan beras. Sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 7 tahun 2009 tentang Kebijakan Perberasan, tugas publik BULOG pertama adalah melakukan pembelian gabah dan beras dalam negeri pada Harga Pembelian Pemerintah (HPP). Tugas pengamanan HPP (sebelumnya menggunakan Harga Dasar) terus dilakukan sejak BULOG berdiri tahun 1967 sampai dengan saat ini BULOG menjadi seuah Perusahaan Umum. Pembelian gabah dan beras dalam negeri yang disebut sebagai PENGADAAN DALAM
64
NEGERI merupakan satu bukti keberpihakan Pemerintah (Perum BULOG) pada petani produsen melalu jaminan harga dan jaminan pasaratas hasil produksinya. Saat ini Bulog tidak memiliki dana untuk membeli gabah petani dalam negeri dalam jumlah besar. Pembelian Bulog diperkirakan hanya mencapai tujuh persen dari total produksi beras dalam negeri. Sejak tahun 2008, produksi dalam negeri meningkat tajam. BULOG berhasil mengoptimalkan pengadaan dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan stoknya melalui produksi dalam negeri yang melimpah. Produksi tahun 2008 mencapai 60,3 juta ton GKG atau sekitar 38 juta ton setara beras. Dari total tersebut, sekitar 8,41% dari total produksi tersebut berhasil diserap BULOG. Realisasi pengadaan BULOG mencapai 3,2 juta ton naik secara signifikan sebesar 81% dibandingkan pengadaan tahun 2007, sehingga kebutuhan untuk stok dalam negeri tahun 2008 sepenuhnya dapat dipenuhi dari pengadaan dalam negeri. Jumlah pengadaan 3,2 juta ton tersebut diperoleh BULOG di tengah lonjakan harga beras dunia dan diakui mampu menstabilkan harga beras domestik. Selama tahun 2008 harga beras domestik relatif stabil dari harga beras dunia. Pelaku beras dunia yang memperkirakan Indonesia akan mengimpor sebanyak 1 juta ton pada tahun 2008, memberikan apresiasi atas keberhasilan produksi dan stabilitas harga beras. Sukses pencapaian kuantitas pengadaan 2008 yang besar terus dipertahankan hingga 2009 dengan kemampuan BULOG menyerap hingga 9,05% dari total produksi/tahun dalam negeri. (http://www.bulog.co.id/sekilasada_v2.php).
Secara skematis diagram ithink di bawah ini memperlihatkan peran Bulog dalam distribusi beras. Bulog mendapatkan masukan beras dari penggilingan, KUD, importir dan swasta. Beras hasil pengadaan selanjutnya dijual melalui opsus (20-30 persen) ke grosir (30 40 persen), dan ke pengecer (10 - 20 persen). Beras selebihnya disimpan di gudang-gudang Bulog dengan masa simpan rata-rata 2 - 4 bulan.
65
BULOG akumulasi beras di bulog
beras masuk pertambahan stok beras bulog per bln beras keluar bulog
fraksi opsus opsus
pengadaan DN
beras KUD ke bulog
beras masuk bulog
beras importir ke bulog
beras penggilingan ke bulog
bulog ke grosir
fraksi ke grosir
bulog ke pengecer
fraksi ke pengecer
pengadaan bulog
beras impor bulog
Gambar 20. Model dinamis distribusi beras pada subsistem Bulog
66
Subsistem Importir Importir adalah pihak yang bertanggung jawab terhadap keberadaan beras impor di dalam negeri. Idealnya mereka mengimpor beras pada saat pasokan di dalam negeri tidak dapat memenuhi permintaan masyarakat atau mengalami defisit. Dalam prakteknya mereka diminta pemerintah atau atas kehendak sendiri melakukan impor dengan motif utama mencari keuntungan. Tingginya perbedaan antara harga beras di luar negeri dan di dalam negeri mendorong mereka untuk melakukan impor, bahkan meskipun di dalam negeri sedang panen raya, sehingga menyulitkan petani. Tarif bea masuk yang ditetapkan sebesar Rp 430,- per kg pun nampaknya tidak mengurangi kemauan importir untuk mendapatkan keuntungan dari bisnis beras impor. Gambar berikut ini memperlihatkan model sistem dinamis subsistem importir, beserta persamaan-persamaan matematis pendukung untuk setiap variabelnya.
IMPORTIR
impor murni prod ptn setara beras per bln
importir ke pengecerr beras impor masuk fraksi importir ke pengecer
importir ke grosir
defisit beras beras impor disalurkan konsumen umum beli beras
fraksi importir ke grosir
stok beras importir per bulan importir ke bulog akumulasi stok importir
fraksi importir ke bulog
inflow impor tir beras keluar dari pengecer
Gambar 21. Model dinamis distribusi beras pada subsistem importir
67
Subsistem Pengecer Pengecer adalah mata rantai terakhir dalam rantai tataniaga beras yang menyampaikan beras ke tangan konsumen. Jumlah pengecer beras cukup besar dan tersebar hampir di seluruh wilayah, dari pedesaan sampai perkotaan. Pada umumnya pengecer mendapatkan/belanja beras dari pedagang beras besar atau grosir atau dari penggilingan padi atau KUD.
Pengecer
kg beras per kepala per bln
beras masuk pengecer beras pengumpul ke pengecer beras keluar dari pengecer
jumlah klg petani beras grosir ke pengecer pembelian non petani stok pengecer per bln bukan petani importir ke pengecer beras dibeli petani dr pengecer beras KUD ke pengecer
jumlah penduduk akumulasi stok penngecer
beras penggilingan ke pengecer
aliran beras masuk stok pengecer
Gambar 22. Model dinamis distribusi beras pada subsitem pengecer
68
Subsistem Konsumen (Rumah Tangga) Konsumen adalah mata rantai terakhir dalam sistem distribusi dan sediaan beras. Dalam model ini diasumsikan seluruh kebutuhan konsumen diperoleh dari pengecer dan sebagian kecil dari grosir. Gambar 24 berikut ini memperlihatkan model dinamis untuk subsistem konsumen.
Konsumen RT
kebutuhan beras penduduk per bln
laju pertumbuhan
jumlah penduduk populasi indonesia kebutuhan beras pct per bln
delta populasi bulanan
kebutuhan beras pct per thn beras keluar dari pengecer dari pengecer akumulasi beras dikonsumsi belanja konsumen bulanan
Gambar 23. Model dinamis distribusi beras pada subsistem pengecer
69
Subsistem Stok Nasional Stok nasional merupakan akumulasi dari jumlah beras yang tersedia di dalam negeri yang disimpan di setiap subsistem distribusi. Idealnya jumlah stok nasional ini harus mencukupi untuk kebutuhan minimum tiga bulan ke depan Persediaan nasional yang jumlahnya kurang dari kebutuhan untuk tiga bulan akan mendorong pemerintah (Bulog) maupun swasta untuk mengimpor beras. Model dinamis untuk susbsistem stok nasional dapat digambar secara sederhana sebagai himpunan dari berbagai variabel yang mewakili persediaan di delapan subsistem lainnya.
STOK Nasional Run
stok setara beras petani per bln
akumulasi stok setara beras di petani
akumulasi beras KUD
stok beras kud per bln akumulasi stok beras nasional stok beras pengumpul per bln stok pengecer per bln Stok beras nasional per bln stok beras di penggilingan per bln
akumulasi beras di pengumpul
akumulasi stok penngecer
akumulasi beras di penggilingan
akumulasi beras di bulog
pertambahan stok beras bulog per bln stok beras grosir bulanan Akumulasi beras grosir
akumulasi stok importir
stok bulanan importir . Gambar 24. Model dinamis distribusi beras pada Subsistem Nasional
70