I.
Konsep Dasar Penyakit
1. ASKEP PADA PASIEN GASTRITIS 2. PENGERTIAN Gastritis adalah suatu peradangan lokal atau menyebar pada mukosa lambung yang berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri atau bahan iritan. ( J. Reves, 1999 ) Gastritis adalah inflamasi mukosa lambung (Kapita Selekta Kedokteran, 2001)
3.EPIDEMIOLOGI Adapun besaran situasi keadaan penyakit gastritis yang terdapat di Puskesmas Ciputat pada tahun 2007 dan 2008 adalah sebagai berikut : tahun 2007 sebesar 2687 dan peningkatan terjadi pada tahun 2008 hingga mencapai 2776 penderita. Kejadian penyakit gastritis meningkat sejak 5 – 6 tahun ini dan menyerang laki-laki lebih banyak dari pada wanita. Laki-laki lebih banyak mengalami gastritis karena kebiasaan mengkonsumsi alkohol dan merokok. 4. ETIOLOGI •
Infeksi bakteri.
Sebagian besar populasi di dunia terinfeksi oleh bakteri H. Pylori yang hidup di bagian dalam lapisan mukosa yang melapisi dinding lambung. Walaupun tidak sepenuhnya dimengerti bagaimana bakteri tersebut dapat ditularkan, namun diperkirakan penularan tersebut terjadi melalui jalur oral atau akibat memakan makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh bakteri ini. Infeksi H. pylori sering terjadi pada masa kanak - kanak dan dapat bertahan seumur hidup jika tidak dilakukan perawatan. Infeksi H. pylori ini sekarang diketahui sebagai penyebab utama terjadinya peptic ulcer dan penyebab tersering terjadinya gastritis. Infeksi dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan peradangan menyebar yang kemudian mengakibatkan perubahan pada lapisan pelindung dinding lambung. Salah satu perubahan itu adalah atrophic gastritis, sebuah keadaan dimana kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung secara perlahan rusak. Peneliti menyimpulkan bahwa tingkat asam lambung yang rendah dapat mengakibatkan racun-racun yang dihasilkan oleh kanker tidak dapat dihancurkan atau dikeluarkan secara sempurna dari lambung sehingga meningkatkan resiko (tingkat bahaya) dari kanker lambung. Tapi sebagian besar orang yang terkena infeksi H. pylori kronis tidak mempunyai kanker dan tidak mempunyai gejala gastritis, hal ini mengindikasikan bahwa ada penyebab lain yang membuat sebagian orang rentan terhadap bakteri ini sedangkan yang lain tidak. •
Pemakaian obat penghilang nyeri secara terus menerus.
Obat analgesik anti inflamasi nonsteroid (AINS) seperti aspirin, ibuprofen dan naproxen dapat menyebabkan peradangan pada lambung dengan cara mengurangi prostaglandin yang bertugas melindungi dinding lambung. Jika pemakaian obat - obat tersebut hanya sesekali maka kemungkinan terjadinya masalah lambung akan kecil. Tapi jika pemakaiannya dilakukan secara terus menerus atau pemakaian yang berlebihan dapat mengakibatkan gastritis dan peptic ulcer. •
Penggunaan alkohol secara berlebihan.
Alkohol dapat mengiritasi dan mengikis mukosa pada dinding lambung dan membuat dinding lambung lebih rentan terhadap asam lambung walaupun pada kondisi normal. •
Penggunaan kokain.
Kokain dapat merusak lambung dan menyebabkan pendarahan dan gastritis. •
Stress fisik.
Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar atau infeksi berat dapat menyebabkan gastritis dan juga borok serta pendarahan pada lambung. •
Kelainan autoimmune.
Autoimmune atrophic gastritis terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel sehat yang berada dalam dinding lambung. Hal ini mengakibatkan peradangan dan secara bertahap menipiskan dinding lambung, menghancurkan kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung dan menganggu produksi faktor intrinsic (yaitu sebuah zat yang membantu tubuh mengabsorbsi vitamin B-12). Kekurangan B-12, akhirnya, dapat mengakibatkan pernicious anemia, sebuah konsisi serius yang jika tidak dirawat dapat mempengaruhi seluruh sistem dalam tubuh. Autoimmune atrophic gastritis terjadi terutama pada orang tua. •
Crohn's disease
. Walaupun penyakit ini biasanya menyebabkan peradangan kronis pada dinding saluran cerna, namun kadang-kadang dapat juga menyebabkan peradangan pada dinding lambung. Ketika lambung terkena penyakit ini, gejala-gejala dari Crohn's disease (yaitu sakit perut dan diare dalam bentuk cairan) tampak lebih menyolok daripada gejala-gejala gastritis. •
Radiasi and kemoterapi.
Perawatan terhadap kanker seperti kemoterapi dan radiasi dapat mengakibatkan peradangan pada dinding lambung yang selanjutnya dapat berkembang menjadi gastritis dan peptic ulcer. Ketika tubuh terkena sejumlah kecil radiasi, kerusakan yang terjadi biasanya sementara, tapi dalam dosis besar akan mengakibatkan kerusakan tersebut menjadi permanen dan dapat mengikis dinding lambung serta merusak kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung.
•
Penyakit bile reflux.
Bile (empedu) adalah cairan yang membantu mencerna lemak-lemak dalam tubuh. Cairan ini diproduksi oleh hati. Ketika dilepaskan, empedu akan melewati serangkaian saluran kecil dan menuju ke usus kecil. Dalam kondisi normal, sebuah otot sphincter yang berbentuk seperti cincin (pyloric valve) akan mencegah empedu mengalir balik ke dalam lambung. Tapi jika katup ini tidak bekerja dengan benar, maka empedu akan masuk ke dalam lambung dan mengakibatkan peradangan dan gastritis.
5. FAKTOR PREDISPOSISI 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Makanan yang merangsang lambung Merokok Minum alkohol Kondisi stress Konsumsi obat-obatan dalam jangka waktu lama Makan tidak teratur
6. PATOFISIOLOGI Untuk lebih detailnya akan dijelaskan patofisiologi gastritis (Akut dan Kronis), sebagai berikut : Obat-obatan, alkohol, garam empedu atau enzim-enzim pankreas dapat merusak mukosa lambung (gastritis erosif), mengganggu pertahanan mukosa lambung dan memungkinkan difusi kembali asam dan pepsin ke dalam jaringan lambung, hal ini menimbulkan peradangan. Respon mukosa lambung terhadap kebanyakan penyebab iritasi tersebut adalah dengan regenerasi mukosa, karena itu gangguan-gangguan tersebut seringkali menghilang dengan sendirinya. Dengan iritasi yang terus menerus, jaringan menjadi meradang dan dapat terjadi perdarahan. Masuknya zat-zat seperti asam dan basa kuat yang bersifat korosif mengakibatkan peradangan dan nekrosis pada dinding lambung (gastritis korosif). Nekrosis dapat mengakibatkan perforasi dinding lambung dengan akibat berikutnya perdarahan dan peritonitis. Gastritis kronis dapat menimbulkan keadaan atropi kelenjar-kelenjar lambung dan keadaan mukosa terdapat bercak-bercak penebalan berwarna abu-abu atau abu-abu kehijauan (gastitis atropik). Hilangnya mukosa lambung akhirnya akan mengakibatkan berkurangnya sekresi lambung dan timbulnya anemia pernisiosa. Gastritis atropik boleh jadi merupakan pendahuluan untuk karsinoma lambung. Gastritis kronis dapat pula terjadi bersamaan dengan ulkus peptikum atau mungkin terjadi setelah tindakan gastroyeyunostomi
. 7. KLASIFIKASI Gastritis ada 2 yaitu : 1. Gastritis akut Gastritis akut : • Ulserasi superficial yang menimbulkan hemorragie • Ketidaknyamanan abdomen (mual, anoreksia) • Muntah serta cegukan • Dapat terjadi kolik dan diare.
2. Gastritis kronis Gastritis kronis dapat diklasifikasikan sebagai tipe A atau tipe B. Tipe A sering juga disebut gastritis autoimun yang diakibatkan oleh perubahan sel parietal, yang menimbulkan atrofi dan infiltrasi selular. Sedangkan tipe B sering disebut gastritis H. pilori, yang mempengaruhi antrum dan pilorus. Gastritis kronis : Tipe A : • Asimtomatis Tipe B : • Mengeluh anoreksia • Sakit ulu hati setelah makan • Bersendawa • Rasa pahit dalam mulut • Mual dan muntah
8. GEJALA KLINIS$ Walaupun banyak kondisi yang dapat menyebabkan gastritis, gejala dan tanda – tanda penyakit ini sama antara satu dengan yang lainnya. Gejala-gejala tersebut antara lain : • • • • • • •
Perih atau sakit seperti terbakar pada perut bagian atas yang dapat menjadi lebih baik atau lebih buruk ketika makan Mual Muntah Anoreksia Kembung Terasa penuh pada perut bagian atas setelah makan Kehilangan berat badan
Gastritis yang terjadi tiba – tiba (akut) biasanya mempunyai gejala mual dan sakit pada perut bagian atas, sedangkan gastritis kronis yang berkembang secara bertahap biasanya mempunyai gejala seperti sakit yang ringan pada perut bagian atas dan terasa penuh atau kehilangan selera. Bagi sebagian orang, gastritis kronis tidak menyebabkan apapun. Kadang, gastritis dapat menyebabkan pendarahan pada lambung, tapi hal ini jarang menjadi parah kecuali bila pada saat yang sama juga terjadi borok pada lambung. Pendarahan pada lambung dapat menyebabkan muntah darah atau terdapat darah pada feces dan memerlukan perawatan segera. 9. PEMERIKSAAN FISIK Pada pemeriksaan fisik biasanya tidak ditemukan kelainan, kecuali mereka yang mengalami perdarahan hebat hingga menimbulkan gangguan hemodinamik yang nyata seperti hipotensi, pucat, keringat dingin, takikardi sampai gangguan kesadaran
10. PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan Diagnostik: 1.Endoskopi, khususnya gastroduodenoskopi. Hasil pemeriksaan akan ditemukan gambaran mukosa sembab, merah, mudah berdarah atau terdapat perdarahan spontan, erosi mukosa yang bervariasi. 2.Histopatologi. 3.Radiologi dengan kontras ganda, meskipun kadang dilakukan tapi tidak begitu memberikan hasil yang memuaskan.
11. PROGNOSIS Selain itu, penyakit gastritis dapat disembuhkan melalui proses pertahapan. Hal ini sesuai dengan konsensus Asia-Pasifik atau konsensus nasional tentang tata laksana penyakit gastritis. Tahap pertama pengobatan penyakit gastritis adalah konservatif empiris terapy atau terapi percobaan selama 4 sampai 6 minggu yang bisa dilakukan oleh siapa saja baik itu dokter umum maupun Puskesmas. Pasca terapi, maka harus dilihat perkembangannya, jika membaik maka pengobatan dihentikan, tapi jika belum ada perbaikan yang signifikan, maka lanjut ke tahap selanjutnya, yakni menjalani pemeriksaan endoskopi yang dilakukan oleh dokter spesialis untuk bisa diketahui jenis penyakit gastritis yang diderita, mulai dari gastritis, tukak lambung, polip sampai tumor. Dari sini diketahui jenis obat mana yang cocok untuk dikonsumsi.
12. TERAPI Terapi gastritis sangat bergantung pada penyebab spesifiknya dan mungkin memerlukan perubahan dalam gaya hidup, pengobatan atau, dalam kasus yang jarang, pembedahan untuk mengobatinya. Terapi terhadap asam lambung Asam lambung mengiritasi jaringan yang meradang dalam lambung dan menyebabkan sakit dan peradangan yang lebih parah. Itulah sebabnya, bagi sebagian besar tipe gastritis, terapinya melibatkan obat-obat yang mengurangi atau menetralkan asam lambung seperti : •
•
•
•
Anatsida. Antasida merupakan obat bebas yang dapat berbentuk cairan atau tablet dan merupakan obat yang umum dipakai untuk mengatasi gastritis ringan. Antasida menetralisir asam lambung dan dapat menghilangkan rasa sakit akibat asam lambung dengan cepat. Penghambat asam. Ketika antasida sudah tidak dapat lagi mengatasi rasa sakit tersebut, dokter kemungkinan akan merekomendasikan obat seperti cimetidin, ranitidin, nizatidin atau famotidin untuk mengurangi jumlah asam lambung yang diproduksi. Penghambat pompa proton. Cara yang lebih efektif untuk mengurangi asam lambung adalah dengan cara menutup “pompa” asam dalam sel-sel lambung penghasil asam. Penghambat pompa proton mengurangi asam dengan cara menutup kerja dari “pompapompa” ini. Yang termasuk obat golongan ini adalah omeprazole, lansoprazole, rabeprazole dan esomeprazole. Obat-obat golongan ini juga menghambat kerja H. pylori. Cytoprotective agents. Obat-obat golongan ini membantu untuk melindungi jaringanjaringan yang melapisi lambung dan usus kecil. Yang termasuk ke dalamnya adalah sucraflate dan misoprostol. Jika meminum obat-obat AINS secara teratur (karena suatu sebab), dokter biasanya menganjurkan untuk meminum obat-obat golongan ini. Cytoprotective agents yang lainnya adalah bismuth subsalicylate yang juga menghambat aktivitas H. pylori.
Terapi terhadap H. pylori Terdapat beberapa regimen dalam mengatasi infeksi H. pylori. Yang paling sering digunakan adalah kombinasi dari antibiotik dan penghambat pompa proton. Terkadang ditambahkan pula bismuth subsalycilate. Antibiotik berfungsi untuk membunuh bakteri, penghambat pompa proton berfungsi untuk meringankan rasa sakit, mual, menyembuhkan inflamasi dan meningkatkan efektifitas antibiotik. Terapi terhadap infeksi H. pylori tidak selalu berhasil, kecepatan untuk membunuh H. pylori sangat beragam, bergantung pada regimen yang digunakan. Akan tetapi kombinasi dari tiga obat
tampaknya lebih efektif daripada kombinasi dua obat. Terapi dalam jangka waktu yang lama (terapi selama 2 minggu dibandingkan dengan 10 hari) juga tampaknya meningkatkan efektifitas. Untuk memastikan H. pylori sudah hilang, dapat dilakukan pemeriksaan kembali setelah terapi dilaksanakan. Pemeriksaan pernapasan dan pemeriksaan feces adalah dua jenis pemeriksaan yang sering dipakai untuk memastikan sudah tidak adanya H. pylori. Pemeriksaan darah akan menunjukkan hasil yang positif selama beberapa bulan atau bahkan lebih walaupun pada kenyataanya bakteri tersebut sudah hilang. Pencegahan Walaupun infeksi H. pylori tidak dapat selalu dicegah, berikut beberapa saran untuk dapat mengurangi resiko terkena gastritis : •
• •
•
•
•
Makan secara benar. Hindari makanan yang dapat mengiritasi terutama makanan yang pedas, asam, gorengan atau berlemak. Yang sama pentingnya dengan pemilihan jenis makanan yang tepat bagi kesehatan adalah bagaimana cara memakannya. Makanlah dengan jumlah yang cukup, pada waktunya dan lakukan dengan santai. Hindari alkohol. Penggunaan alkohol dapat mengiritasi dan mengikis lapisan mukosa dalam lambung dan dapat mengakibatkan peradangan dan pendarahan. Jangan merokok. Merokok mengganggu kerja lapisan pelindung lambung, membuat lambung lebih rentan terhadap gastritis dan borok. Merokok juga meningkatkan asam lambung, sehingga menunda penyembuhan lambung dan merupakan penyebab utama terjadinya kanker lambung. Tetapi, untuk dapat berhenti merokok tidaklah mudah, terutama bagi perokok berat. Konsultasikan dengan dokter mengenai metode yang dapat membantu untuk berhenti merokok. Lakukan olah raga secara teratur. Aerobik dapat meningkatkan kecepatan pernapasan dan jantung, juga dapat menstimulasi aktifitas otot usus sehingga membantu mengeluarkan limbah makanan dari usus secara lebih cepat. Kendalikan stress. Stress meningkatkan resiko serangan jantung dan stroke, menurunkan sistem kekebalan tubuh dan dapat memicu terjadinya permasalahan kulit. Stress juga meningkatkan produksi asam lambung dan melambatkan kecepatan pencernaan. Karena stress bagi sebagian orang tidak dapat dihindari, maka kuncinya adalah mengendalikannya secara effektif dengan cara diet yang bernutrisi, istirahat yang cukup, olah raga teratur dan relaksasi yang cukup. Ganti obat penghilang nyeri. Jika dimungkinkan, hindari penggunaan AINS, obat-obat golongan ini akan menyebabkan terjadinya peradangan dan akan membuat peradangan yang sudah ada menjadi lebih parah. Ganti dengan penghilang nyeri yang mengandung acetaminophen.
13. PENATALAKSANAAN
Gastritis akut diatasi dengan mengintruksikan pasien untuk menghindari alcohol dan makanan sampai gejala berkurang. Bila pasien mampu makan melalui mulut, diet mengandung gizi dianjurkan. Bila gejala menetap cairan perlu diberikan secara parenteral. Bila gastritis diakibatkan oleh mencerna makanan yang sangat asam atau alkali, pengobatan terdiri dari pengenceran dan penetralisasian agen penyebab. Misalnya untuk menetralisasi asam lambung digunakan antasida umum( mis, aluminium hidroksida ), untuk menetralisasi alkali digunakan jus lemon encer atau cuka encer. Terapi pendukung mencakup intubasi, analgesic, dan sedative, antasida serta cairan intravena. Eudoskopi fiberoptik mungkin diperlukan. Pembedahan darurat mungkin diperlukan untuk mengangkat gangrene atau jaringan perforasi. Gastrojejunostami atau reaksi lambung mungkin diperlukan untuk mengatasi distruksi pylorus. Gastritis kronis diatasi dengan memodifikasi diet pasien, meningkatkan istirahat, megurangi stress, dan memulai farmakoterapi. H. Pylory dapat diatasi dengan antibotik ( seperti tetrasiklin atau amaxilin ) dan garam bismuth. Pasien dengan gastritis A biasanya mengalami malabsorbsi vitamin B12 yang disebabkan oleh adanya antibody terhadap factor intrinsic.
II. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan 1. Diagnosis Keperawatan yang mungkin muncul a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan masukan nutrient yang tidak adekuat. b. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake cairan yang tidak cukup dan kehilangan cairan berlebihan karena perdarahan dan atau muntah c. Nyeri berhubungan dengan mukosa lambung yang teriritasi d. Kurang pengetahuan dan informasi yang berhubungan dengan kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan. Intervensi/Implementasi Keperawatan Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan masukan nutrient yang tidak adekuat 1. Izinkan klien memilih makanan (makanan rendah kalori tidak diperbolehkan) 2.Buat struktur waktu makan dengan batasan waktu (misalnya 40 menit) 3.Hilangkan distraksi (misalnya pembicaraan, menonton televisi) selama waktu makan 4.Sebutkan waktu untuk makan, menghidangkan makanan, dan batas waktu makan; informasikan pada klien bahwa bila makanan tidak dimakan selama waktu yang telah disediakan, akan dibuat penggantian metode pemberian makanan yang lain.
5.Bila makanan tidak dimakan, lakukan pemberian makan melalui selang, NGT sesuai pesanan dalam keadaan seperti ini jangan berikan penawaran pada klien. 6.Lakukan metode pemberian makan pengganti setiap kali klien menolak untuk makan per oral. 7.Jauhkan perhatian selama makan bila klien menolak untuk makan. 8.Jangan biarkan klien "mengemut" makanan.
Evaluasi 1. Klien mengungkapkan pemahaman tentang kebutuhan nutrisi. 2. Menerima masukan kalori adekuat untuk mempertahankan berat badan normal. 3. Mengikuti kembali pola makan yang normal.
Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake cairan yang tidak cukup dan kehilangan cairan berlebihan karena perdarahan dan atau muntah 1. Pantau masukan dan haluan, pengisian kapiler, status membran mukosa,turgor kulit simpan catatan di kantor perawat, dan observasi dengan sesederhana mungkin, rasional indikator keadekuatan volume sikulasi.
2. Pantau jumlah dan tipe masukan cairan. Ukur haluaran urine dengan akurat, rasionalnya klien tidak mengkonsumsi cairan sama sekali mengakibatkan dehidrasi atau mengganti cairan untuk masukan kalori yang berdampak pada keseimbangan elektrolit. 3.Diskusikan strategi untuk menghentikan muntah dengan penggunaan laksatif/diuretik, rasionalnya membantu klien menerima perasaan bahwa akibat muntah dan/atau penggunaan laksatif/diuretik mencegah kehilangan cairan lanjut. 4. Identifikasi rencana untuk meningkatkan/mempertahankan keseimbangan cairan optimal, rasionalnya melibatkan klien dalam rencana untuk memperbaiki ketidakseimbangan memperbaiki kesempatan untuk berhasil. 5. Kaji hasil tes fungsi elektrolit/ginjal (kolaborasi), rasionalnya perpindahan cairan/elektrolit, penurunan fungsi ginjal dapat meluas mempengaruhi penyembuhan klien/ prognosis dan memerlukan intervensi tambahan. 6. Berikan/awasi hiperalimentasi IV (kolaborasi), rasionalnya tindakan darurat untuk memperbaiki ketidakseimbangan cairan/elektrolit. 7. Tambahan kalium, oral atau IV sesuai indikasi (kolaborasi), rasionalnya dapat diperlukan untuk mencegah disritmia jantung.
Evaluasi: 1. Klien menunjukkan hidrasi diperlukan secara adekuat. 2. Keseimbangan antara masukan dan haluaran. Nyeri berhubungan dengan mukosa lambung yang teriritasi 1. Catat keluhan nyeri, termasuk lokasi, lamanya, intensitas (skala 0-10), rasionalnya membandingkan dengan gejala nyeri klien sebelumnya dimana dapat membantu mendiagnosa etiologi gastritis dan terjadinya komplikasi. 2. Kaji ulang faktor yang meningkatkan atau menurunkan nyeri, rasionalnya membantu dalam membuat diagnosa dan kebutuhan terapi. 3. Catat petunjuk nyeri non verbal, contoh gelisah, menolak bergerak, berhati-hati dengan abdomen, takikardi, berkeringat. Selidiki ketidaksesuaian antara petunjuk verbal dan non verbal. Rasionalnya petunjuk non verbal dapat berupa fisiologis dan psikologis dan dapat digunakan dalam menghubungkan petunjuk verbal untuk mengidentifikasi luas/beratnya masalah. 4. Berikan makanan sedikit tapi sering sesuai indikasi untuk klien, rasionalnya makanan mempunyai efek penetralisir asam. Makan sedikit mencegah distensi dan haluaran gastrin. 5. Identifikasi dan batasi makanan yang menimbulkan ketidaknyamanan. Rasionalnya makanan khusus yang menyebabkan distres bermacam-macam antar individu. Penelitian menunjukkan kopi (termasuk dekafein) dapat menimbulkan dispepsia. 6. Bantu latihan rentang gerak aktif /pasif, rasionalnya menurunkan kekakuan sendi, meminimalkan nyeri/ketidaknyamanan. 7. Gunakan susu biasa daripada susu skim, bila susu dimungkinkan, rasionalnya lemak pada susu biasa dapat menurunkan sekresi gaster, namun kalsium dan kandungan protein (khususnya susu skim) meningkatkannya. 8. Berikan obat sesuai indikasi : - Analgesik, misalnya morfin sulfat. Rasionalnya mungkin pilihan narkotik untuk menghilangkan nyeri akut/hebat dan menurunkan aktivitas peristaltik. - Antasida, rasionalnya menurunkan keasaman gaster dengan absorpsi atau dengan menetralisir kimia. - Aseraminofen (Tylenol), rasionalnya meningkatkan kenyamanan dan istirahat. Kurang pengetahuan dan informasi yang berhubungan dengan kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan. 1. Tentukan tingkat pengetahuan nutrisi dan apakah keyakinan klien adalah kebutuhan paling penting. Rasionalnya perlu diketahui apakah informasi tambahan yang perlu diberikan. Kapan pandangan klien didengarkan, kepercayaan ditingkatkan.
2. Berikan informasi tentang cara mempertahankan pemasukan makanan yang memuaskan di lingkungan yang jauh dari rumah. Rasionalnya ”Pintar” makan bila makan malam diluar atau bila dalam perjalanan, membantu individu untuk mengatur berat badan sementara masih meningkatkan hubungan sosial. 3. Identifikasi sumber informasi lain, contoh buku-buku, rekaman, kelas masyarakat, kelompok. Rasionalnya dengan menggunakan kesempatan yang berbeda untuk mengakses informasi akan melanjutkan belajar. Keterlibatan dengan orang lain dapat memberikan dukungan. 4. Tingkatkan peogram latihan yang teratur. 5. Berikan dorongan kunjungan perawatan tindak lanjut dengan dokter dan konselor.
Evaluasi: 1.Klien mengungkapkan pentingnya perubahan gaya hidup untuk mempertahankan berat badan yang normal. 2.Klien mencari sumber konseling untuk membantu mengadakan perubahan. 3. Klien berusaha mempertahankan berat badan.
FAKTOR INTERNAL EKSTERNAL
DAN
MUKOSA LAMBUNG
PERADANGAN MUKOSA LAMBUNG
REGENERASI MUKOSA Nyeri berhubungan dengan mukosa lambung yang teriritasi Resiko kekurangan volume cairan
TERUS-MENERUS
Kurang pengetahuan dan informasi PERDARAHAN
MASUK ZAT KOROSIF Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
RADANG DAN NEKROSIS DINDING LAMBUNG
PERDARAHAN DAN PERITONITIS
PERFORASI