BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kusta merupakan penyakit menular menahun yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium leprae (M.leprae). Penatalaksanaan kasus yang buruk dapat menyebabkan kusta menjadi progresif dan menyebabkan kecacatan pada kulit, saraf, anggota gerak dan mata (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization (WHO) (2012), melaporkan prevalensi kusta di dunia pada bulan Agustus tahun 2012 (181.941 kasus), sedangkan penderita baru penyakit kusta di dunia tahun 2012 mengalami peningkatan 2,75% (232.857 kasus). Pada akhir bulan Agustus tahun 2013 mengalami peningkatan 0.33% (189.018 kasus) (WHO, 2013). Kusta juga menyebar luas di Indonesia, khususnya di Provinsi Jawa Timur yang menempati peringkat pertama penemuan penderita kusta tipe Multi basiler (MB) dan cacat tingkat II. Penderita kusta menyebar di hampir seluruh kabupaten yang ada di wilayah Jawa Timur. Newly Case Detection Rate (NCDR) penyakit kusta di Indonesia tahun 2012 sebesar 6,6 per 100.000 penduduk, dan Case Detection Rate (CDR) di wilayah Jawa Timur sebesar 9,41 per 100.000 penduduk. Jumlah penderita kusta tipe Multi basiler (MB) sebanyak 13.268 penderita dengan proporsi kecacatan kusta tingkat II sebesar 11,40%. Untuk kasus kusta pada anak usia 0-14 tahun sebesar 11,12% (Kemenkes RI, 2013).
Penemuan kasus baru penderita kusta di Kabupaten Ngawi sejak tahun 2008-2013 bersifat fluktuatif (46 orang, 57 orang, 42 orang, 38 orang, 55 orang, dan 41 orang) sehingga masih menjadi perhatian khusus oleh tenaga kesehatan. Tahun 2013 angka Case Detection Rate (CDR) sebasar 4,61 per 100.000 penduduk dengan proporsi penderita usia anak sebesar 0% dan cacat tingkat 2 sebesar 12%. Hal ini menggambarkan Kabupaten Ngawi merupakan daerah dengan beban kusta rendah tetapi jumlah penemuan kasus baru masih di atas standart Nasional (≤ 30 kasus per tahun selama 3 tahun berturut-turut) serta kurang efektifnya kinerja petugas dalam upaya penemuan kasus baru kusta (Dinkes Ngawi, 2013). Tahun 2012 tercatat ada 7 orang penderita kusta baru di wilayah kerja Puskesmas Padas. Jumlah penderita kusta baru pada tahun 2013 (3 orang) mengalami penurunan 42,85% dengan Case Detection Rate (CDR) 9,9 per 100.000 penduduk, Prevalensi Rate (PR) 0,9 per 10.000 penduduk (Puskesmas Padas, 2013). Puskesmas Padas telah menerapkan program Rapid Village Survey (RVS) secara rutin per bulan dengan prioritas kegiatan upaya penemuan penderita baru kusta dalam lingkup kecil (desa) melalui deteksi dini pada kelompok rentan, kelompok beresiko tertular, dan kelompok tertular. Dari pemaparan diatas sesuai dengan hadits Rasullullah SAW, bahwa penyakit kusta itu menular dengan ijin Alloh akan tetapi kita tidak boleh mengucilkan orang yang menderita kusta seperti yang tercantum dalam hadits riwayat Bukhori berikut ini :
2
ِ َّ أ: َِب ُهَريْ َرَة , َو الَ ِطيَ َرَة, " الَ َع ْد َوى: ال َ َصلَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ق َ َن َر ُس ْو ُل اهلل ْ َِع ْن أ ِ ِ ِ ِ ِ ." َس ِد َ َ َو ال,ََو الَ َه َامة َ َو فَّر م َن الْ َم ْج ُذ ْوم َك َما تَفُّر م َن ْاْل,ص َفَر “Dari abu Hurairah, Bahwa Rasulullah bersabda :” Tidak ada penyakit menular (kecuali dengan izin Alloh), tidak ada pertanda buruk, tidak ada hamah (kematian yang disebabkan burung tertentu), tidak ada pertanda buruk pada bulan shafar, dan menjauhlah dari kusta sebagaimana engkau lari dari singa” (HR. Bukhori).
ٍ ِ ِض ك َّ ض َ ت َر ُس ْو ُل اهلل َم َع ََْم ُذ ْوم َو أَقْ َع َدهُ َم َعهُ َو َح َع َل ذل َ الس َ ف قَالُْوا قَ ْدأَ َك ُ بَ ْع .ابسهُ الُ َم ْه ِديُ ْو َن ْأ ُ َص َح
“Sebagian ulama salaf mereka berkata sungguh Rasullullah SAW makan bersama penderita kusta dan mendudukkannya bersamanya dan para sahabatnya yang diberi petunjuk melakukannya “ (Ibnu Bathol, 2003).
Berdasarkan analisa Wasor kusta Dinas Kesehatan Kabupaten Ngawi data penyakit kusta yang telah terkumpul hanya dilakukan sampai pengolahan data dalam bentuk tabel dan grafik di kusta elektronik. Seharusnya pengendalian penyakit kusta memerlukan analisis data yang telah diolah sehingga kegiatan pengendalian penyakit kusta tepat sasaran. Kondisi ini sama halnya dengan data penyakit kusta Puskesmas Padas berasal dari pencatatan di kartu penderita yang dilaporkan ke Dinas Kesehatan tanpa melalui proses pengolahan dan analisis data sehingga upaya pengendalian penyakit kusta kurang efektif. Salah satu analisis data yang mendukung pengendalian kusta dengan menggunakan pendekatan Sistem Informasi Geografis (SIG). Sistem Informasi Geografis (SIG) menurut World Health Organization (WHO) dalam pengendalian penyakit menular bermanfaat untuk menentukan distribusi geografis penyakit, analisis trend spasial dan temporal, pemetaan populasi berisiko, stratifikasi faktor risiko, penilaian distribusi sumber daya,
3
perencanaan dan penentuan intervensi, monitoring penyakit (Setyawan, 2014). Berdasarkan manfaat yang ada Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan salah satu pendekatan analisis yang tepat guna meningkatkan upaya penemuan penderita kusta baru dan diagnosis dini di masyarakat. Kemampuan analisis Sistem Informasi Geografis (SIG) dapat menyajikan peta dengan informasi yang lebih banyak daripada penyajian data dalam bentuk tabel, grafik, dan diagram adapun macam-macam analisis spasial menurut fungsinya yaitu query spasial, klasifikasi, overlay, buffering, neighbourhood, network, 3D analyst (Aronoff, 1989 dalam Albert et al., 2005). Peta pada SIG dapat menggambarkan persebaran penyakit berbasis wilayah sehingga kantong-kantong penyakit khususnya kusta dapat segera diketahui dan upaya pencegahan penularan dapat dilakukan sedini mungkin. Berdasarkan uraian latar belakang maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai analisis spasial persebaran penyakit kusta di wilayah kerja Puskesmas Padas Kabupaten Ngawi.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan permasalahan di atas maka peneliti dapat merumuskan masalah penelitian yaitu “ Bagaimana persebaran penyakit kusta di wilayah kerja Puskesmas Padas Kabupaten Ngawi tahun 2014 .”
4
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Menggambarkan analisis persebaran penyakit kusta di wilayah kerja Puskesmas Padas Kabupaten Ngawi tahun 2014 . 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan karakteristik (jenis kelamin dan umur) penderita kusta di wilayah kerja Puskesmas Padas Kabupaten Ngawi tahun 2014 . b. Menganalisis karakteristik rumah penderita kusta (berdasarkan jenis lantai rumah, ventilasi rumah dan pencahayaan). c. Menganalisis buffer jarak Puskesmas dengan rumah penderita kusta tahun 2014 .
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Puskesmas Sebagai bahan informasi untuk pertimbangan dalam mengambil kebijakan dan mendapatkan alternatif cara intervensi, perencanaan, dan monitoring dalam program pengolahan informasi dengan analisis spasial menggunakan software GIS sehingga dapat mengendalikan persebaran penyakit kusta dengan tepat dan segera. 2. Bagi Masyarakat Sebagai bahan informasi kepada masyarakat dalam antisipasi terhadap persebaran penyakit kusta, sehingga masyarakat dapat berperan aktif dalam penemuan kasus baru penyakit ini.
5
3. Bagi Peneliti Lain Penelitian ini diharapkan dapat menjadi data dasar dalam penelitian lebih lanjut mengenai analisis spasial persebaran penyakit kusta dan peneliti
lanjut
dapat
menambah
variabel
penelitian
agar
dapat
menggambarkan persebaran penyakit kusta yang lebih luas.
6