BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan suatu penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis dan dapat menyerang berbagai organ terutama paru-paru. Hingga saat ini, Tuberkulosis tercatat sebagai salah satu masalah kesehatan dunia yang masuk dalam Millennium Development Goals (MDGs) (WHO, 2013 cit Thaslifa, 2014). Tuberkulosis menjadi salah satu penyakit infeksius yang masih diperhitungkan di negara berkembang terutama ketika angka morbiditas meningkat (Somantri, 2007). Pada tahun 2013, sebesar 9 juta orang menderita TB dan 1,5 juta jiwa meninggal karena penyakit tersebut. Lebih dari 95% penderita TB yang meninggal ada pada negara dengan tingkat pendapatan menengah kebawah. Diperkirakan sebanyak 550.000 anak menderita TB dan 80.000 anak dengan HIVnegatif meninggal karena tuberkulosis (WHO, 2014). Saat ini, Indonesia berada pada peringkat kelima negara yang memiliki beban tuberkulosis tertinggi di dunia dengan estimasi jumlah kasus sebesar 410.000 sampai 520.000 (WHO, 2014). Kasus TB anak di Indonesia memiliki prevalensi yang beragam. Tahun 2010 kasus TB anak dengan BTA positif tercatat sebesar 5,4% dari semua kasus TB anak. Tahun 2011, data naik menjadi 6,3% dan tahun 2012 angka tersebut turun menjadi 6% (Kemenkes RI, 2013). Pada tahun 2013, angka penemuan kasus baru dan kekambuhan tuberkulosis pada anak usia 0-14 tahun
di
Indonesia
tercatat
sebesar
26.054
kasus
(WHO,
2014).
1
2
Kejadian tuberkulosis di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terbilang masih cukup tinggi. Penyakit ini selalu masuk dalam 10 besar penyakit menular pada tingkat puskesmas (Dinas Kesehatan DIY, 2012). Prevalensi TB paru di DIY tercatat sebesar 76,88 per 100.000 penduduk dengan jumlah kasus tahun 2012 2.858 kasus (Dinas Kesehatan DIY, 2013). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan DIY (2014), Kota Yogyakarta memiliki jumlah kasus TB anak tertinggi sebanyak 37 kasus. Kemudian diikuti kabupaten lainnya yaitu Bantul 27 kasus, Kulon Progo sebesar 20 kasus, serta Sleman dan Gunung Kidul tidak tercatat. Indonesia telah mencapai target World Health Organization (WHO) dalam pengendalian TB yaitu sebesar 86%. Namun,permasalahan mengenai tuberkulosis masih banyak ditemukan. Adanya kasus TB anak menunjukkan bahwa penularan tuberkulosis di lingkungan masyarakat masih tetap berlangsung. TB anak masih menjadi tantangan utama dalam upaya pengendalian tuberkulosis di Indonesia. (Kemenkes RI, 2011). Pengobatan TB memerlukan waktu yang cukup panjang. Lama pengobatan TB anak dapat mencapai 6-12 bulan tanpa putus dengan kombinasi obat yang beragam. Selain itu, pemberian gizi yang adekuat serta pemeliharaan kebersihan lingkungan juga perlu ditingkatkan dalam tata laksana tuberkulosis (Kemenkes RI, 2014). Keberhasilan pengobatan tuberkulosis anak dapat dicapai jika penderita patuh dalam menjalankan pengobatan (Kemenkes RI, 2015). Kepatuhan diartikan sebagai tingkat perilaku seseorang dalam mengambil suatu tindakan pengobatan,
3
mengikuti diet yang dianjurkan, menerapkan gaya hidup sehat, dan mengikuti saran dari tenaga kesehatan (Haynes et al., 1979 cit. Ogden, 2012). Hasil penelitian oleh Nuriyani (2008) menyatakan bahwa kepatuhan minum obat serta asupan nutrisi yang adekuat menjadi beberapa faktor yang mempengaruhi kesembuhan tuberkulosis pada anak. Kepatuhan perlu dijalankan dengan baik oleh penderita TB agar status kesehatan dan kualitas hidupnya semakin meningkat (WHO, 2003) Orang tua memiliki peran penting dalam perawatan anak dengan tuberkulosis yaitu bertanggung jawab dalam menjalankan manajemen pengobatan anak hingga selesai (Davie, 2013). Terkadang orang tua mengalami stress dan kecemasan yang berlebih saat anak mengalami masalah kesehatan serius (Delaune & Ladner, 2011). Dukungan sosial diharapkan dapat membentuk keseimbangan dan mekanisme koping yang baik bagi orang tua dalam merawat anak yang sedang sakit (Fallatah & Edge, 2014). Dukungan sosial dapat diartikan sebagai ketersediaan suatu bantuan yang diberikan oleh keluarga, teman, tetangga, atau anggota masyarakat baik dalam bentuk psikologis, fisik, maupun bantuan keuangan (The National Cancer Institute cit. Junker & Shutterstock, 2011). Dukungan sosial dapat diberikan dalam bentuk dukungan emosional, penghargaan, instrumental, dan informasional (House, 1981 cit. Wei & Wang, 2009). Salah satu faktor penting yang mempengaruhi tingkat kepatuhan seseorang adalah dukungan sosial yang adekuat. Pemenuhan dukungan sosial yang rendah dapat berdampak pada tingkat kepatuhan yang rendah pula pada penderita
4
tuberkulosis (WHO, 2003). Oleh karena itu, dukungan sosial diperlukan oleh orang tua yang memiliki anak dengan tuberkulosis untuk meningkatkan koping yang efektif sehingga dapat menjalankan kepatuhan manajemen pengobatan dengan baik (WHO, 2014). Sutarno & Utama (2013) menyatakan bahwa dukungan sosial yang berasal dari keluarga dan petugas TB memiliki pengaruh yang besar terhadap motivasi pasien tuberkulosis dewasa untuk melakukan pengobatan. Terok, Bawatong, Untu (2012) menyebutkan bahwa, kualitas hidup pasien TB dewasa secara signifikan meningkat seiring dengan adekuatnya dukungan sosial yang diterima. Menurut Ratnasari (2012), dukungan sosial juga dapat menurunkan kecemasan, ketidakberdayaan dan keputusasaan pada penderita TB dewasa. Dari uraian tersebut dapat terlihat bahwa orang tua yang memiliki anak TB perlu menjalankan manajemen pengobatan dengan patuh sehingga status kesehatan dan kualitas hidup anak meningkat. Kepatuhan tersebut diharapkan dapat meningkat seiring dengan diberikannya dukungan sosial yang adekuat dari lingkungan sekitar. Penelitian mengenai dukungan sosial maupun kepatuhan pada penderita tuberkulosis sudah cukup banyak dilakukan. Namun, peneliti belum pernah menemukan penelitian mengenai hubungan dukungan sosial dengan kepatuhan orang tua dalam perawatan anak tuberkulosis di Yogyakarta. Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tersebut.
5
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka permasalahan penelitian yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut: “Apakah ada hubungan antara dukungan sosial dengan kepatuhan orang tua dalam perawatan anak tuberkulosis di Yogyakarta?”
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan dukungan sosial dengan kepatuhan orang tua dalam perawatan anak tuberkulosis di Yogyakarta 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui dukungan sosial yang diterima orang tua selama perawatan anak tuberkulosis b. Mengatahui sumber dukungan yang diterima orang tua selama perawatan anak tuberkulosis c. Mengatahui bentuk dukungan sosial yang diterima orang tua selama perawatan anak tuberkulosis d. Mengetahui tingkat kepatuhan orang tua dalam perawatan anak tuberkulosis D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoris Dapat menambah pengetahuan dalam bidang keperawatan terutama mengenai dukungan sosial dan perawatan anak dengan tuberkulosis.
6
2. Manfaat Praktis a. Bagi Institusi Pendidikan Dapat menjadi salah satu referensi untuk digunakan dalam proses pembelajaran terkait dengan dukungan sosial dan kepatuhan orang tua dalam perawatan anak tuberkulosis b. Bagi Instansi Pelayanan Kesehatan Dapat mengetahui gambaran dukungan sosial dari pelayanan kesehatan pada pasien TB anak maupun keluarga serta kepatuhan orang tua dalam perawatan pasien TB anak. c. Bagi Perawat Dapat mengetahui dukungan sosial dan tingkat kepatuhan orang tua dalam perawatan anak TB sehingga dapat mempertimbangkan perlunya edukasi pada orang tua. d. Bagi Masyarakat Diharapkan
penelitian
ini
dapat
membantu
masyarakat
dalam
meningkatkan pemahaman mengenai tuberkulosis pada anak dan dukungan yang diperlukan keluarga (orang tua). e. Bagi Peneliti Sebagai pemula, penelitian ini dapat meningkatkan pemahaman dan pengalaman dalam proses pembuatan karya ilmiah dan mengetahui hubungan antara dukungan sosial dengan kepatuhan orang tua dalam perawatan anak tuberkulosis.
7
E. Keaslian Penelitian Berdasarkan hasil studi literatur yang telah dilakukan oleh peneliti, penelitian mengenai “hubungan antara dukungan sosial dengan tingkat kepatuhan orang tua dalam perawatan anak tuberkulosis” belum pernah diteliti sebelumnya, namun ada beberapa penelitian yang mungkin sejenis seperti yang tertera pada tabel di bawah ini. Tabel 1. Keaslian penelitian Nama Tahun Judul Isi Penulis Nuriyani 2008 Faktor-Faktor yang Metode Mempengaruhi - Variabel bebas Kesembuhan TB Kontak dengan sumber Paru Pada Anak di infeksi, asupan nutrisi, Unit Rawat Jalan kepatuhan minum obat, RSU Kota Semarang tingkat pengetahuan orang tua, pola istirahat anak, dan ventilasi rumah - Variabel terikat Kesembuhan TB paru pada anak - Subyek penelitian Kelompok kasus dan kontrol yaitu anak yang dinyatakan sembuh dan belum sembuh setelah menjalani pengobatan 6 bulan, - Pengambilan sampel Teknik purposive sampling - Penelitian survey dengan pendekatan kasus kontrol Dhewi, Armiyati, Supriyono
2012
Hubungan Antara Metode Pengetahuan, Sikap - Subyek penelitian Pasien, dan Penderita TB paru di
Perbedaan - Variabel bebas Dukungan sosial - Variabel terikat Kepatuhan orang tua dalam merawat anak dengan tuberkulosis - Subyek penelitian - Orang tua dari anak usia 0-14 tahun yang menderita tuberkulosis - Pengambilan sampel Teknik Consecutive sampling - Penelitian dengan pendekatan cross sectional
- Variabel penelitian Dukungan sosial dengan kepatuhan
8
Tabel 1. Keaslian penelitian Nama Tahun Judul Isi Penulis Dukungan Keluarga BKPM Pati dengan usia Dengan kepatuhan 16-71 tahun. Minum Obat Pada - Pengambilan sampel Pasien TB Paru di Teknik total sampling. BKPM Pati Maria Ulfah
Perbedaan - Subyek penelitian Orang tua dari anak usia 0-14 tahun yang menderita tuberkulosis
2011
Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Minum Obat pada Pasien Tuberkulosis di wilayah kerja Puskesmas Pamulang Kota Tangerang Selatan
Metode - Variabel bebas Dukungan keluarga - Subyek penelitian Pasien TB yang telah menjalani pengobatan TB selama 3-6 bulan - Pengambilan sampel Teknik random sampling
- Variabel bebas Dukungan sosial - Subyek penelitian Orang tua dengan anak usia 0-14 tahun yang menderita TB. - Pengambilan sampel dengan Consecutive sampling
Litaay, 2005 Pangastuti, Akhmadi
Hubungan Dukungan Sosial Keluarga Dengan Kesembuhan Penderita Tuberkulosis Paru Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru Yogyakarta
Metode - Jenis penelitian korelasional dengan pendekatan retrospektif - Variabel terikat Kesembuhan penderita TB paru - Subyek penelitian Penderita TB paru dewasa yang telah sembuh - Analisis statistik dengan chi square - Teknik sampling dengan purposive sampling
- Variabel terikat Kepatuhan orang tua dalam merawat anak dengan tuberkulosis - Subyek penelitian Orang tua dengan anak usia 0-14 tahun yang menderita TB. - Pengambilan sampel - Teknik Consecutive sampling - Analisa statistik dengan uji korelasi Somers’d