PERSONALITY DISORDER
Personality adalah cara yang khas pada seseorang dalam berfikir, merasakan dan berprilaku, mencakup sikap kesadaran, penghargaan dan gaya serta konflik yang tidak disadari dan mekanisme pertahanan Gangguan kepribadian khas adalah suatu gangguan berat dalamm konstitusi karakter dan kecenderungan perilaku dari individu. Biasanya meliputi beberapa bidang dari kepribadian dan hamper selalu berhubungan dengan kekacauan pribadi dan social.
Etiologi 1. Faktor genetic Penelitian pada 15.000 pasang kembar (monozigotik dan dizigotik) di U.S membuktikan bahwa terjadinya angka kejadian gangguan kepribadian pada kembar monozigot adalah beberapa kali lipat dibandingkan dengan kembar dizigot. 2. Faktor biologi Beberapa kondisi disfungsi susunan saraf, misalnya soft neurological sign (kerusakan otak minimal sejak kecil), berkaitan dengan gangguan kepribadian antisocial dan ambang. a) Hormones Seseorang yang menampilkan sikap yang compulsive menunjukan kadar hormon testosterone,17-estradiol dan estrone yang tinggi. b) Platelet Monoamine Oxidase Rendahnya kadar MAO ini berhubungan dengan aktivitas dan sociability pada monyet. Kadar MAO yang rendah biasanya ditunjukan oleh pasien yang mengalami schizotypal disorders. c) Smooth Persuit Eye Movement Biasanya ditemukan pada seseorang yang introverted (tertutup). d) Neurotransmitters
Endorphin memilki efek yang sama dengan exogenous morphine seperti anelgesia dan menekan aurosal. Tingginya kadar endogenous endorphin berhubungan dengan seseorang yang phlegmatic. Kadar metabolite serotonin yang rendah yang ditemukan pada pasien yang mencoba bunuh diri dan pasien yang impulsive dan agressive. Peningkatan serotonergic agent (Prozac) dapat menyebabkan perubahan dramatic di dalam karakter sifat seseorang. Neurotransmitter lain yang berperan di dalam personality disordes yaitu Konsentrasi Dopamine. e) Electrophysiology Perubahan di dalam konduksi EEG terjadi pada pasien dengan personality disorders, dan yang tersering adalah antisocial dan borderline. Biasanya ditunjukkan dengan rendahnya gelombang aktivitas EEG. 3. Faktor temperamen Anak yang bertemperamen penakut, mungkin berkembang menjadi orang dengan gangguan kepribadian menghindar. 4. Interaksi antara faktor temperamen dengan faktor lingkungan Teori Goodness offit yaitu beberapa jenis gangguan kepribadian adalah hasil interaksi dari ketidakcocokan antara temperamen seorang anak dengan cara mendidik anak. Contohnya seorang anak akan bertemperamen cemas akan lebih cenderung berkembang menjadi gangguan kepribadian bila ia diasuh oleh seorang ibu yang bersifat cemas 5. Faktor lingkungan dan budaya Lingkungan dan budaya yang bersifat keras, tidak toleran, punitiv, dan agresif sering menanamkan dasar-dasar paranoid dan antisosial. 6. Faktor psikodinamik Yang dimaksud disini adalah berbagai faktor psikologi (walaupun secara potensial dipengaruhi
oleh
faktor
genetika
dan
konstitusional)
yang
mengorganisasi,
berkonsolidasi, bersifat kukuh, dan secara maladaptif mengadakan, menyesuaikan, dan menyelesaikan konflik dalam pengalaman hidup.
Manifestasi Klinik a) Sikap dan perilaku yang amat tidak serasi yang biasanya meliputi beberapa bidang fungsi. b) Pola perilaku abnormal berlangsung lama, berjangka panjang, dan tidak terbatas pada episode penyakit jiwa. c) Pola perilaku abnormalnya pervasif dan jelas maladaptif terhadap berbagai keadaan pribadi dan sosial yang luas. d) Manifestasi diatas selalu muncul pada masa kanak-kanak atau remaja dan berlanjut sampai usia dewasa. e) Gangguan menjurus kepada pasien yang berarti, tetapi hal ini mungkin hanya menjadi nyata kemudian dalam perjalanan penyakitnya. f) Gangguan ini biasanya, tetapi tidak selalu, berhubungan secara bermakna dengan masalah pekerjaan dan kinerja sosial.
Categorical Classification CLUSTER A
Paranoid personality disorder
Schizoid personality disorder
Schizotypal personality disorder
CLUSTER B
Borderline personality disorder
Antisocial personality disorder
Histrionic personality disorder
Narcisstic personality disorder
CLUSTER C
Dependent personality disorder
Avoidant personality disorder
Obsessive-Compulsive personality disorder
CLUSTER A 1. Paranoid Karakteristik :
Rasa curiga dan tidak percaya terhadap orang lain secara umum dalam jangka waktu yang lama
Mudah tersinggung,pemarah,tidak ramah
Menolak
bertanggung
jawab
terhadap
perasaannya
mengalihkan tanggung jawab ini kepada orang lain Gambaran klinis :
Cemburu
Membanggakan dirinya sendiri
Ilusi
sendiri,senantiasa
Diagnosis :
2. Schizoid Karakteristik :
Sering dianggap orang eksentrik,kesepian,terisolasi
Tidak nyaman berinteraksi dengan manusia
Menarik diri dari lingkup sosial dalam jangka waktu yang lama
Gambaran klinis :
Mengucilkan diri
Menutup diri
Diagnosis :
3. Schizotypal Karakteristik :
Ilusi
Pemikiran magis
Teori-teori yang tidak umum
Gambaran klinis :
Merasa sebagai peramal
Depresi berat
Bertakhayul
Sangat peka dalam mendeteksi perasaan orang lain
Diagnosis :
CLUSTER B 1. Antisocial Kriteria Klinis
menunjukkan ketidakperdulian terhadap hak-hak orang lain, sejak umur 15 tahun hingga dewasa.
terlihat adanya conduct disorder sebelum umur 15 tahun, seperti berbuat onar, berkelahi, berbohong, menipu, dll
tanda-tanda yang terlihat : -
Gagal dalam membina norma-norma/aturan sosial
-
Deceitfulness
-
Impulsivity
-
Irritability dan aggressiveness
-
Recklessness
-
Irresponsibility
-
Lack of remorse
karakteristik tambahan : -
Promisquity
-
Lack of empathy, cynism
-
Inflated dan arrogant self appraisal
-
Abusiveness dan irresponsibility terhadap anak-anak
Komplikasi : Dysphoria, tension, low tolerance of boredom, depressed mood, dan premature violent death Sex Ratio dan Epidemiology
DSM IV-TR, biasanya lebih sering terjadi pada laki-laki dengan perbandingan 3:1
Antisosial ini biasanya dikaitkan dengan status sosioekonomi yang rendah
Familial Pattern dan Genetics
Saudara sedarah dengan wanita yang antisocial biasanya faktor resiko terkena lebih tinggi dibandingkan dengan saudara sedarah laki-laki antisocial
Faktor didikan keluarga sangat penting dalam membangun karakteristik dan perilaku
2. Narcissistic Kriteria Klinis -
Grandiose sense of self-importance and specialness
-
Preoccupation with fantasies of unlimited success, power, brilliance, or ideal love
-
Sense of entitlement
-
Interpersonal exploitation
-
Lack of empathy
-
Excessive need for admiration and acclaim
-
Intensive and chronic envy
-
Arrogant and haughty attitude
karakteristik tambahan -
Fragile self esteem with hypersensitivity to criticism
-
Lebih sukses dibandingkan dengan personality disorder lain
-
Strong feelings of shame and humiliation
-
Exhibitionist
-
Fear of having hidden imperfections revealed
Komplikasi
Social withdrawal, depressed mood, major depressive disorder in reaction to criticism/failure
Sex Ratio dan Epidemiolgy
DSM IV-TR, 50-75% kasus biasanya terjadi pada laki-laki
Predisposing Features
Jika seorang anak dibesarkan oleh seorang narcism, biasanya akan terbentuk karakteristik yang sama
Sebagai tambahan, pada kenyataannya orang narsis itu memang memiliki bakat, ketampanan/kecantikan, kecerdasan yang lebih dibandingkan orang lain
3. Histrionic Kriteria Klinis -
Inappropriate sexual seductiveness or provocativeness
-
Excessive needs to be in the center of attention
-
Suggestibility
-
Physical appearances used for attention seeking purposes
-
Self dramatization, theatrically, and exaggerated expretion of emotion
-
Relationship considered to be intimates then they really are
Karakteristik tambahan : -
Kesulitan dalam emotional intimacy pada relationship/sexual
-
Craving for excitement and stimulation, promisquity
Komplikasi Frequent suicidal gestures and threats, untuk lebih diperhatikan dan disayang Sex Ratio
DSM IV-TR, men = women
Tetapi para ahli menetapkan persetujuan umum dimana kondisi ini lebih sering terjadi pada wanita
Familial Pattern and Genetics
Selalu/hampir ada pada setiap keluarga
Adanya korelasi antara histrionic dengan antisocial disorder
4. Borderline Kriteria Klinis
-
Gambaran diri yang tidak stabil
-
Usaha yang berlebihan untuk menghindari abandonment
-
Unstable and intense interpersonal relationship
-
Impulsivity (sex, substance abuse, etc)
-
Recurrent suicidal behaviour
-
Chronic feelings of emptiness
-
Tidak dapat mengontrol amarah
Komplikasi
Psychotic-like symptoms (hallucinations, etc) in response to stress
Premature death
Sex Ratio DSM IV-TR, 75% biasa terjadi pada wanita
CLUSTER C 1. Avoidant Personality disorders - Merupakan kepribadian yang ditunjukan dengan hipersensitivitas seseorang terhadap suatu penolakan dan kritikan dari orang lain. - Biasanya juga menunjukan sifat yang pemalu, tidak anti-social tetapi mereka cenderung untuk memilki “garansi” dari orang-orang disekitarnya bahwa dia tidak akan menerima kritikan. - Didalam ICD-10 kategori ini disebut juga Anxious Personality Disorders - Epidemiology : Prevalensi terjadinya 1-10% pada general populasi. Untuk jenis kelamin ataupun familial pattern tidak tersedia. - Diagnosis :
Pada saat clinical interview, pasien menunjukan kecemasan saat berkomunikasi dengan interviewer. Mereka juga menunjukan sikap yang gugup. Mereka juga menganggap setiap klarifikasi yang diberikan oleh interviewer adalah sebagai kritikan. Diagnostic Criteria menurut DSM-IV-TR: Jika pasien menunjukan gejala dibawah ini 4 atau lebih maka diagnostic pasien tersebut adalah Avoidant 1. Menghindari aktivitas kerja yang melibatkan interpersonal contact (sosialisasi dengan pegawai lain) karena mereka takut akan kritikan, tidak diterima ataupun penolakan. 2. Tidak mau melibatkan diri dengan orang lain sebelum dia tahu bahwa orang itu menyukainya. 3. Menolak untuk menjalin hubungan yang akrab dengan orang lain karena takut di cemoohkan dan di permalukan. 4. Terhambatnya untuk melakukan suatu hubungan yang baru dengan orang lain karena adanya perasaan yang inadekuat. 5. Menunjukan sikap bahwa dirinya tidak layak berada di lingkungan sosiall karena merasa paling rendah dibandingkan dengan yang lainnya. 6. Pikirannya tentang situasi sosial adalah kritikan dan penolakan 7. Enggan untuk melakukan aktivitas baru dengan resiko berinteraksi dengan orang lain, karena mereka tidak mau dipermalukan ataupun memalukan jika melakukan aktivitas tersebut.
- Clinical Feature : 1. Hipersensitivitas terhadap penolan olah orang lain. 2. Memiliki sifat yang malu-malu atupun ketakutan (timidity) 3. Jika berbicara dengan seseorang menunjukan sikap yang tidak mengerti dan merasa kurang nyaman. 4. Menolak untuk berbicara di depan umum. 5. Biasanya mereka tidak memilki teman dekat ataupun sahabat, karena takut ketika sikap ataupun sifat buruk mereka diketahui orang lain maka mereka bisa dicemooh dan dipermalukan. - Differential Diagnosis : 1. Schizod Personality disorders
2. Dependent Personality disorders - Course and Prognosis : Pasien dengan Avoidant Personality disorders bisa melakukan kegiatan perlindungan diri terhadap lingkungan. Beberapa dari mereka juga melakukan pernikahan dan memilki anak, tapi mereka hanya hidup di dalam keluarga sendiri saja (enggan untuk berinteraksi dengan orang lain selain keluarga mereka).
Support System mereka mengalami
kegagalan, biasanya mereka depresi, cemas dan marah. Mereka juga biasanya memilki phobia. - Treatment : 1. Psychotherapy Seorang therapist harus bisa membawa pasien memahami dan mengerti bahwa sebenarnya dia tidak ditolak oleh lingkungannya. Disini therapist juga harus berhatihati didalam mengemukakan pendapatnya. 2. Pharmacotherapy Pasien dengan Avoidant biasanya diberikan obat untuk mengatasi kecemasan dan depresi yang terjadi pada pasien. Obat yang diberikan biasanya β-adrenergic receptor antagonist seperti atenolol (Tenormin) untuk mengatasi ANS hyperactivity. Serotonergic agent yang membantu mengatasi sensitivitas penolakan.
2. Dependent Personality Disorders - Suatu gangguan kepribadian yang ditunjukan dengan sikap bahwa mereka tidak bisa berdiri sendiri, harus selalu ada yang membantu mereka. - Pasien yang mengalami DPD ini biasanya merasa kurang nyaman jika ia berada sendirian dan setiap mereka akan mengambil suatu keputusan harus ada saran adari orang lain. - Freud menyebut seseorang yang memilki DPD sebagai passive-dependent personality, yang memilki ciri-ciri pesimis, takut terhadap sex, passive. - Epidemiology :
DPD ini lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan dengan pria. Sekitar 2,5% mengalami DPD ini pada semua personality disoders. Biasanya terjadi pada young children dibandingkan dengan yang lebih tua. - Diagnosis : Pada saat interview, pasien biasanya mengeluh. Mereka akan berusaha untuk cooperate dan juga sangat terbuka terhadap pertanyaan yang spesifik, mereka juga terlihat ingin selalu dibimbing. Diagnostic Criteria menurut DSM-IV-TR: Jika pasien menunjukan gejala dibawah ini 5 atau lebih maka diagnostic pasien tersebut adalah DPD : 1. Mengalami kesulitan untuk menentukan keputusan sehari-hari jika tanpa adanya saran ataupun masukan dari orang lain. 2. Membutuhkan orang lain untukmengambil sutu keputusan yang penting dalam hidupnya. 3. Sulit sekali mngemukakan keberatannya atau ketidak setujuannya dengan orang lain karena takut akan kehilangan support ataupun pengakuan. 4. Memilki kesulitan dalm memulai suatu project ataupun melakukan sesuatu jika tanpa adanya saran ataupun perintah dari orang lain karena mereka merasa kurang nyaman dan kurang energy. 5. Goes to excessive lengths to obtain nurturance and support from others, to the point of volunteering to do things that are unpleasant. 6. Merasa tidak nyaman dan butuh orang lain ketika sedang sendirian karena tidak bisa menjaga diri sendiri. 7. Penting sekali untuk memilki sutu hubungan yang erat dengan orang lain karena untuk sumber support.
- Clinical Feature : Biasanya dikarakteristikan dengan : 1. Pola pervassive. 2. Tidak dapat membuat keputusan sendiri tanpa adanya saran dan dukungan dari orang lain.
3. Menjauhi posisi yang responsibility dan menjadi cemas jika seseorang menanyakan tentang leadership role. 4. Menemukan kesulitan dalam menyelesaikan suatu tugas, tapi jika ada seseorang disampingnya maka tugas itu dirasakannya mudah untuk dikerjakan. 5. Menggantungkan diri sendiri kepada orang lain yang dirasakan memilki kemampuan untuk selalu memberikan support dan saran dalam kehidupannya sehari-hari. 6. Pesimis dan ragu-ragu terhadap diri sendiri. 7. Tahut terhadap sexual dan memilki perasaan yang agressive. - Differential Diagnosis : 1. Histrionic Personality disorders 2. Borderline Personality disorders - Course and Prognosis : Pekerjaan yang dilakukan pasien DPD biasanya gagal, karena pasien tidak dapat beraktivitas secara mandiri. Hubungan sosial mereka juga terbatas hanya dengan orang yang dijadikan pegangan mereka saja. Resiko terjadinya Depressive disorders sangat besar ketika mereka ditinggalkan atau kehilangan seseorang yang biasa menjadi pegangan mereka. Prognosis pasien DPD ini adalah baik jika melakukan therapy. - Treatment : 1. Psychotherapy Therapy kegiatan, diamana disini peran therapiest sangat besar untuk memberikan support bahwa pasien bisa melakukan semua kegiatan sehari-harinya sendirian. Selain itu juga ada thearpy keluarga. Sebagian besar therapy yang dilakukan pada pasien dengan DPD sukses. 2. Pharmacotherapy Biasanya digunakan untuk mengatasi spesific symptom seperti cemas dan depresi. Biasanya diberikan Imipramine (Tofranil). Benzodiazepines dan serotonergic agent juga diberikan pada pasien DPD.
3. Obsessive-Compulsive Personality Disorders - Dikarakteristikan
dengan
emotional
stubbornneess, dan indecisiveness.
constriction,
orderliness,
perseverance,
- Yang paling penting pada pasien OCPD ini yaitu menunjukan perfeksionis dan tidak flexible. - Dalam ICD-10 disebut dengan anancastic personality disoerders - Epidemiology : Lebih sering terjadi pada pria dibandingkan dengan wanita, dan sering terjadi pada oldest children. Biasanya pasien yang mengalami OCPD ini memilki backround keluarga yang menerapkan disiplin keras. Freud berhipotesis bahwa pasien OCPD ini mengalami kesulitan di dalam tahap anal pada psychosexual development. - Diagnosis : Pada saat interview, pasien menunjukan sikap yang kaku, formal dan rigid. Affect yang ditunjukan juga datar dan blunted. Mereka juga kurang spontan dan moodnya selalu serius. Jawaban yang mereka berikan biasnya tidak detail (langsung pada intinya). Defense Mechanisms yang mereka gunakan biasnya rasionalisasi, isolasi, intelektualisasi, reaksi formasi dan undoing. Diagnostic Criteria menurut DSM-IV-TR: Jika pasien menunjukan gejala dibawah ini 4 atau lebih maka diagnostic pasien tersebut adalah OCPD : 1. Preoccupied dengan details, peraturan, lists, order, organisasi, ataupun jadwal. 2. Menunjukan sikap yang perfeksionis dalam mengerjakan suatu tugas ataupun pekerjaan. 3. Sangat tekun dalam mengerjakan suatu tugas atau pekerjaan dan produktivitas terhadapa sutu aktivitas. 4. Overconscientious, cermat dan inflexible terhadap moral, ethics dan nilai. 5. Menunjukan sikap yang keras kepala dan kaku. 6. Unable to discard worn-out or worthless objects even when they have sentimental value. 7. Segan untuk mendelegasikan (menyerahkan) tugas atupun pekerjaan terhadap orang lain karena takut tidak sesuai dengan yang dia harapkan hasilnya. 8. Adopts a miserly spending style toward both self and others.
- Clinical Features :
Biasanya dikarakteristikan dengan : 1. Preoccupied
dengan
aturan,
regulasi,
orderliness,
neatness,
details
dan
kesempurnaan. 2. Beranggapan bahwa aturan itu kaku, tidak flexible dan tidak bisa di toleransi ketika dilanggar. 3. Sanggup untuk bekerja lama. 4. Memilki interpersonal skill yang terbatas. 5. Mereka biasanya formal, serius dan kurang akan humor 6. Hanya memilki teman yang sedikit. - Course and Prognosis : Dari waktu ke waktu pasien dengan OCPD dapt berkembang menjadi compulsoin ataupun obsession. - Treatment : 1. Psychotherapy 2. Pharmacotherapy Clonazepam (Klonopin), Benzodiazepine dengan anticonvulsant digunakan untuk mengurangi symptom pada pasien dengan OCPD yang berat. Clomiparmine (Anafranil) dan beberapa serotonergic agent seperti fluoxetine juga dapat diberikan.