3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian Penelitian ini ditujukan terhadap kegiatan penangkapan unit alat tangkap jaring udang di wilayah pesisir Cirebon.
Penelitian ini mencakup aspek – aspek
yang terkait dengan pengelolaan kegiatan penangkapan unit alat tangkap jaring udang, yakni : pengelolaan sumberdaya udang agar lestari, pengelolaan jumlah armada penangkapan unit alat tangkap jaring udang agar kegiatan penangkapan udang dapat berkelanjutan, pengelolaan iklim investasi terhadap kegiatan penangkapan unit alat tangkap jaring udang, dan pemanfaatan pelabuhan perikanan didalam melayani kelancaran kegiatan penangkapan unit alat tangkap jaring udang serta memfungsikan hak dan kewajiban nelayan terhadap prasarana pelabuhan yang telah diberikan oleh pemerintah. Kasus wilayah perairan pesisir Cirebon yang diduga potensi sumberdaya udangnya sudah dieksploitasi secara berlebihan diupayakan untuk dapat diangkat ke permukaan.
Pelaksanaan survei dilakukan agar dapat diperoleh gambaran
sampel yang diharapkan dapat mewakili kasus wilayah yang bersangkutan. Konsep dan Pengukuran : 1) Usaha penangkapan udang adalah kegiatan menangkap udang dengan tujuan memperoleh keuntungan finansial. 2) Nelayan jaring udang adalah rumah tangga perikanan (RTP) yang memiliki alat tangkap jaring udang dan perahu motor tempel sendiri. 3) Produksi adalah hasil tangkapan udang yang dinyatakan dalam satuan berat (kg). 4) Effort adalah upaya untuk menangkap udang dengan menggunakan teknologi penangkapan yang dinyatakan dalam satuan unit (jumlah kuantitas). 5) Catch per unit effort (CPUE) adalah hasil tangkapan per satuan upaya yang dinyatakan dalam kg/unit. 6) Maximum sustainable yield (MSY) adalah hasil tangkapan maksimum yang membuat sumberdaya lestari. 7) Maximum economic yield (MEY)
adalah hasil tangkapan maksimum yang
memberikan tingkat keuntungan ekonomi maksimum.
8) Open access (OA)
adalah kondisi sumberdaya yang dapat diakses oleh
siapapun. 3.2 Daerah dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah perairan pesisir Cirebon dimana terdapat populasi armada penangkapan jaring udang yang terbesar di wilayah Propinsi Jawa Barat. Lokasi tempat pengambilan sampel dilakukan di wilayah kecamatan pesisir Cirebon yang memiliki komunitas nelayan jaring udang relatif banyak, yakni : Kecamatan Cirebon Utara, Kecamatan Mundu dan Kecamatan Gebang. Waktu pelaksanaan penelitian di lapangan berlangsung selama 12 bulan yang dimulai pada bulan Maret 2006 sampai dengan Maret 2007. 3.3
Sumber dan Jenis Data Data yang diperlukan pada penelitian ini bersumber dari data lapangan
maupun data hasil studi pustaka.
Data lapangan yang merupakan data primer
diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden nelayan jaring udang, sedangkan data hasil studi pustaka yang merupakan data sekunder diperoleh melalui berbagai instansi terkait (seperti : dinas perikanan, koperasi mina, tempat pelelangan ikan, pelabuhan perikanan, toko – toko tempat penjualan berbagai keperluan operasi penangkapan udang, dan lembaga keuangan baik formal maupun yang informal). Data primer dan sekunder menggambarkan kondisi aktual aktivitas perikanan jaring udang di wilayah Cirebon yang meliputi : nelayan, alat tangkap jaring udang , armada penangkapan jaring udang, daerah penangkapan dan volume produksi hasil tangkapan per jenis alat tangkap. 3.4
Teknik Pengambilan Contoh Contoh responden yang diambil dilakukan dengan menggunakan teknik
stratified random sampling.
Teknik ini dipilih karena karakteristik populasi
pemilikan perahu motor tempel menggambarkan adanya kelas – kelas atau stratifikasi tertentu pada besaran kekuatan motor tempelnya.
Variasi besaran
kekuatan motor tempel pada unit penangkapan jaring udang yang terdapat di wilayah Cirebon adalah : 4,5 PK, 5,5 PK, 6,5 PK, 7,5 PK, 8,5 PK, 10,5 PK, 11,5 PK, 14 PK, 15 PK dan 19 PK. Begitu pula terhadap variasi jenis alat tangkap
33
jaring udangnya terdapat adanya kelas – kelas atau stratifikasi tertentu berdasarkan preference nelayan masing–masing. Yang dimaksud dengan alat tangkap jaring udang adalah jenis alat tangkap yang dominant menangkap udang laut yang terdapat di wilayah perairan pesisir Cirebon.
Termasuk dalam
katagori ini adalah : unit alat tangkap dogol, trammel net dan jaring klitik. Dari masing – masing sub populasi berdasarkan penggunaan jenis alat tangkap jaring udang yang beragam tersebut, diambil contoh sebanyak 30 responden sehingga total contoh yang dianalisis sebanyak 90 responden. Banyaknya sampel berdasarkan variasi kekuatan motor tempelnya disesuaikan dengan jumlah sub populasi alat tangkap jaring udang yang masih aktif di lapangan. Secara lebih rinci, banyaknya jumlah contoh (sampel) yang diambil pada penelitian ini dapat diperhatikan pada Tabel 3. berikut ini. Tabel 3
Jumlah contoh (sampel) armada unit alat tangkap jaring udang
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Jaring klitik Jaring klitik Jaring klitik Jaring klitik Jaring klitik Jaring klitik Jaring klitik Jaring klitik
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Dogol Dogol Dogol Dogol Dogol Dogol Dogol Dogol
Jenis Armada : 4,5 PK : 5,5 PK : 6,5 PK : 7,5 PK : 8,5 PK : 10,5 PK : 11,5 PK : 19 PK
: 4,5 PK : 5,5 PK : 6,5 PK : 7,5 PK : 8,5 PK : 10,5 PK : 14 PK : 15 PK
1. Trammel net : 4,5 PK 2. Trammel net : 5,5 PK 3. Trammel net : 6,5 PK 4. Trammel net : 7,5 PK 5. Trammel net : 8,5 PK 6. Trammel net : 10,5 PK 7. Trammel net : 11,5 PK 8. Trammel net : 19 PK Total sampel
Jumlah sampel 3 4 6 6 5 3 2 1 3 4 6 6 5 3 2 1 3 4 6 6 5 3 2 1 90
34
Penghitungan rataan sampel (contoh) dilakukan dengan metode rataan aritmatika
(arithmetic
mean)
dan
rataan
tertimbang
(weighted
mean).
Penghitungan rataan tertimbang (weighted mean) ditujukan terhadap sampel yang memiliki stratifikasi, yaitu pada data kekuatan motor tempel dan jenis alat tangkap jaring udang. Perumusan matematika dari kedua jenis rataan tersebut adalah sebagai berikut (Pohl dan Kazmier 1979) : n
∑ Xi i=1
Arithmetic mean : X = -------------n dimana :
X Xi n
…………………………………….. (25)
= nilai rataan aritmatika variabel X = nilai variabel X ke – i, untuk i = 1, 2, 3, …, n = jumlah sampel
ni Weighted mean : X = ∑ ------- xi …………………………………………… (26) N dimana :
X xi ni N
= nilai rataan tertimbang variabel X = nilai rataan sub sampel ke – i, untuk i = 1, 2, 3, …, n = jumlah sub sampel ke – i, untuk i = 1, 2, 3, …, n = jumlah keseluruhan sampel
Data primer yang didapat berupa : data input dan output kegiatan usaha penangkapan jaring udang, data harga-harga input dan output kegiatan usaha penangkapan jaring udang, data proses pemasaran hasil tangkapan udang, data proses perolehan bekal operasi penangkapan, data investasi kegiatan usaha penangkapan, dan data-data kondisi aktual pemanfaatan PPI yang dijadikan fishing base nelayan jaring udang, yakni : PPI Bondet, PPI Bandengan dan PPI Gebang Mekar.
Sementara data sekunder yang didapat adalah data produksi
udang hasil tangkapan dan jumlah armada penangkapan jaring udang yang berasal dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Cirebon, Cirebon dalam angka. Oleh karenanya satuan effort ditetapkan sebagai jumlah armada. 3.5
Analisis
3.5.1
Analisis untuk mengetahui kondisi pemanfaatan sumberdaya udang dan penentuan kondisi pemanfaatan optimumnya
1)
Analisis hasil tangkap per upaya penangkapan :
35
Analisis hasil tangkap per upaya penangkapan (catch per unit effort) dilakukan untuk menduga parameter – parameter bioekonomi selanjutnya. Rumus analisis CPUE adalah sebagai berikut : CPUEt = Yt / Et dimana :
……………………………………………………………..
(27)
Yt = hasil tangkap udang (kg) pada waktu t Et = jumlah (unit) armada jaring udang pada waktu t.
Data runtut waktu pada masing – masing hasil tangkap dan upaya penangkapan dianalisis kecenderungan perkembangannya selama periode 1983 s/d 2006 (selama 24 tahun) melalui trend analysis. Hal ini dilakukan agar dapat dilihat kecenderungan perkembangan kedua variabel tersebut pada waktu yang akan datang. Trend analysis yang digunakan adalah analisis trend linear dengan metode kuadrat terkecil (Ordinary Least Square) dengan formula berikut ini : Ŷ = a + bX ……………………………………………………………………………………… (28) n
n
∑ Yi = na + b ∑ Xi ……………………………………………………………………. (29) i=1
i=1
n
n
n
∑ Yi Xi = a ∑ Xi + b ∑ X2i …………………………………………..………………. (30) i=1
2)
i=1
i=1
Analisis present value : Metode present value merupakan suatu metode penghitungan seluruh
rente ekonomi yang akan datang (future value of rent atau FVR) dari pemanfaatan sumberdaya perikanan berdasarkan nilai pada masa sekarang (present value of rent atau PVR). Rente sumberdaya perikanan (dalam hal ini adalah udang) dapat ditulis sebagai berikut : π = pHt - ctEt
…………………………………………………………………………………… (31)
π = (a - bHt) Ht - ctEt dimana :
π p a b Ht Et ct t
………………………………………………………………..……… (32) = rente sumberdaya perikanan udang = harga jual udang (di tingkat produsen) = intercept kurva permintaan = slope (kemiringan) = hasil tangkap lestari = upaya (effort) = biaya per unit upaya = periode waktu
Bila diasumsikan biaya per unit upaya adalah konstan, maka PVR dari sumberdaya perikanan udang dapat ditulis sebagai berikut :
36
(Πt ) Vt = ------δ
dimana δ adalah social discount rate untuk t ………………….. (33)
Dalam situasi tertentu nilai δ dapat didekati sebagai nilai suku bunga simpanan dan pinjaman di perbankan. 3)
Analisis depresiasi dan degradasi sumberdaya udang : Depresiasi dapat dilihat dari adanya perubahan present value of rent
(PVR) sebagai berikut : (Πt - Πt-1) Vt – Vt-1 = --------------- …………………………………………………………………….. (34) δ dimana :
Vt
= PVR sustainable pada waktu t
Vt-1
= PVR sustainable pada waktu t – 1
Jika : Vt – Vt-1 < 0
sumberdaya udang telah terdepresiasi ……………… (35)
Di sisi lain, penentuan degradasi sumberdaya udang dapat dilihat dari besaran koefisien degradasi sebagai berikut : Ø = (1 + eh-sus/h-act)-1 dimana :
4)
Ø hact hsus
………………………………………………………………………… (36) = koefisien degradasi = hasil tangkap aktual = hasil tangkap lestari
Analisis biaya : Analisis biaya diperlukan untuk mengetahui struktur biaya penangkapan
dari pengoperasian unit armada penangkapan jaring udang. Komponen biaya yang diperhitungkan adalah : (1) Komponen biaya variabel rata – rata yang meliputi biaya – biaya : solar, oli, es, ransum dan perawatan. (2) Komponen biaya tetap rata – rata yang meliputi biaya – biaya : pembuatan tenda, ijin usaha dan penyusutan. 5)
Analisis pendugaan parameter model bioekonomi : Analisis model bioekonomi merupakan kajian terhadap sumberdaya
udang dari aspek biologi dan aspek ekonomi dengan tujuan memaksimumkan manfaat ekonomi dengan kendala aspek biologi. Pada perikanan udang perlu
37
dilakukan standardisasi upaya agar dapat menggambarkan upaya secara satu kesatuan unit, yakni unit jaring udang.
Dari hasil standardisasi upaya dan
produksi aktual, kemudian dianalisis guna memperoleh fungsi hasil tangkap lestari, tingkat degradasi atau depresiasi dan nilai optimal dari parameter : stock udang, hasil tangkap, upaya (effort) dan rente ekonominya pada kondisi maximum sustainable yield (MSY), open access (OA), maximum economic yield (MEY) dan system dinamik. Proses standardisasi dilakukan dengan maksud agar dapat diketahui besaran upaya (effort) secara satu kesatuan unit, yakni unit jaring udang. Diketahui bahwa unit jaring udang meliputi alat tangkap dogol, trammel net dan jaring klitik.
Alat tangkap yang dijadikan standar adalah alat tangkap yang
memiliki daya tangkap tertinggi dalam menangkap udang, yakni alat tangkap dogol. Ui Estd = ---------- ………………………………………………………………………………... (37) Ustd dimana :
Estd = effort standard Ui = catch per unit effort (CPUE) alat tangkap ke – i Ustd = CPUE alat tangkap yang dijadikan standar
Pendugaan parameter model bioekonomi dimulai dengan menduga terhadap parameter biologi, yaitu : konstanta daya dukung perairan (K), konstanta pertumbuhan alami (r) dan konstanta daya tangkap (q).
Untuk
menduga parameter – parameter K, r dan q digunakan metode Algoritma Fox sebagai berikut : q
= geomean ׀ln (x/y)/z ׀
x
= (z/CPUEt) + 1/b
y
= (z/CPUEt+1) + 1/b
z
= – (a/b) – {( CPUEt + CPUEt+1)/2}
K
= a/q ……………………..…………………………………………………………….. (39)
R
= Kq2/b ………………………………………………………………………………… (40)
……..………………….. (38)
Koefisien a dan b diperoleh melalui pendugaan dengan melakukan regresi sederhana antara CPUE dan effort. Parameter biaya penangkapan per upaya penangkapan ( c ) dihitung dari rata – rata biaya penangkapan total responden nelayan jaring udang di wilayah
38
penelitian. Biaya penangkapan meliputi biaya tetap dan biaya operasi per tahun. Biaya penangkapan rata – rata dihitung dengan menggunakan rumus rata – rata aritmatika sebagai berikut : dimana : B n Bi
B = ∑ Bi/n ……………………………… (41)
= biaya penangkapan rata – rata = jumlah responden = biaya penangkapan responden ke – i
Variabel harga udang (p) ditentukan berdasarkan rata – rata harga per bulan selama periode penelitian (Maret 2006 s/d Maret 2007), yaitu : p = ∑ pi/n …………………………………………………………………………………….… (42) dimana : p n pi
= harga udang rata – rata per bulan (Rp/kg) = jumlah bulan = harga udang di bulan ke – i
Data biaya penangkapan haruslah diubah terlebih dahulu kedalam nilai riil, kemudian disesuaikan dengan indeks harga konsumen (consumer price index) tahunan dari BPS untuk mendapatkan nilai biaya series tahunan. Konversi ke nilai riil (baik terhadap harga maupun biaya) dimaksudkan agar dapat menghilangkan pengaruh inflasi melalui teknik berikut ini : crt = (cnt/IHK) x 100 ……………………………………………………………………….. (43) dimana : crt = biaya riil pada tahun t cnt = biaya nominal pada tahun t IHK = indeks harga konsumen pada tahun t Adapun nilai biaya series tahunan adalah sebagai berikut : ct = (IHKt/IHKstd) x cstd …………………………………………………………………….. (44) dimana : ct cstd IHKstd IHKt
= = = =
biaya riil pada tahun t biaya nominal pada tahun standar indeks harga konsumen pada tahun standar indeks harga konsumen pada tahun t
Tahap selanjutnya adalah proses penghitungan kondisi optimalisasi pemanfaatan sumberdaya udang, yakni terhadap parameter : (i) kondisi stok sumberdaya udang, (ii) kondisi produksi hasil tangkapan, (iii) kondisi upaya penangkapan (effort) dan (iv) kondisi rente ekonominya pada kondisi MSY (maximum sustainable yield) dan kondisi OA (open access). Pada kondisi MSY pemanfaatan sumberdaya udang lebih diperhatikan terhadap keamanan aspek biologinya, sedangkan pada kondisi OA pemanfaatan sumberdaya udang lebih diperhatikan pada kekhawatirannya terhadap status pemanfaatan sumberdaya udang yang mana semua pihak dibolehkan memanfaatkannya.
39
Langkah selanjutnya adalah proses penghitungan kondisi optimalisasi pemanfaatan sumberdaya udang pada kondisi statis MEY (maximum economic yield). Dari hasil penghitungan kondisi optimalisasi MEY kemudian dibandingkan dengan kondisi MSY dan OA. Hasil perbandingan tersebut sudah cukup dapat digunakan oleh pengambil kebijakan pengelolaan sumberdaya udang dalam penetapan kondisi mana yang diinginkannya, namun penggambaran kondisi optimal pemanfaatan sumberdaya udang tersebut masih dalam kondisi statis. Apabila parameter ekonomi dimasukkan pada proses penghitungan kondisi optimalisasi
pemanfaatan sumberdaya udang, maka status statisnya
berubah menjadi dinamis. Kedinamisan tersebut disebabkan karena berubahnya discount rate (tingkat diskon) yang terjadi di masyarakat. Perubahan discount rate (tingkat diskon) lebih disebabkan karena adanya perubahan variabel – variabel ekonomi baik lokal, nasional maupun global. Proses penghitungan matematis terhadap nilai optimal statis maupun dinamis dapat dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak excel.
Pada
penggunaan perangkat lunak excel, secara otomatis tidak dilakukan uji stasioner Dickey Fuller seperti halnya pada penggunaan perangkat lunak Shazam. Digunakannya perangkat lunak excel dikarenakan faktor kemudahan dan data runtut waktu yang dianalisis given dari data-data sekunder. Penghitungan terhadap kebutuhan analisis statistiknya dapat dilakukan dengan perangkat lunak minitab. Penghitungan matematis terhadap nilai optimal statis maupun dinamis didekati dengan menggunakan metode surplus produksi seperti dapat dilihat berikut ini. dx/dt = F (x) = rx (1 – x/K)
………………………………………………………… (45)
dimana : dx/dt = F (x) = perubahan stok ikan (fungsi pertumbuhan stok ikan) x = stok ikan r = laju pertumbuhan intrinsik ikan K = kapasitas daya dukung perairan Aktivitas penangkapan ikan pada dasarnya merupakan : H = q x E …………………………………………………………………………………….… (46) dimana :
H = hasil tangkapan q = koefisien daya tangkap x = stok ikan E = upaya
40
Dengan adanya aktivitas penangkapan seperti tersebut di atas, maka perubahan stok ikan menjadi : dx/dt = F (x) = rx (1 – x/K) – H
…………………………………………………… (47)
Persamaan (47) memberikan pemahaman bahwa terdapat 3 (tiga) kondisi stok ikan (Hartwick dan Olewiler 1998), yakni sebagai berikut : (1)
F (x) – H < 0 ;
terjadi exces harvest (stok ikan akan segera punah bila penangkapan tidak dibatasi dan dikontrol).
(2)
F (x) – H = 0 ;
terjadi keseimbangan statis pada titik yang tidak stabil (glitch point atau MSY).
(3)
F (x) – H > 0 ;
stok ikan ditangkap pada posisi di sebelah kiri glitch point atau MSY yang akan menyebabkan ketidakstabilan karena ikan yang ditangkap masih berukuran kecil. Kestabilan akan terjadi bila penangkapan ikan berada di sebelah kanan glitch point atau MSY karena ukuran ikan yang ditangkap sudah besar, namun dengan kondisi yang mana F (x) – H belum negatip.
Bila kondisi keseimbangan ekologi diasumsikan sama dengan nol, maka dx/dt = 0 dan nilai stok ikan dapat dinyatakan dengan persamaan berikut : X = K { 1 – (q/r) E} ………………………………………………………………………… (48) Bila persamaan (48) disubstitusi ke persamaan (46), maka akan diperoleh fungsi upaya hasil tangkap
(yield effort curve) atau fungsi produksi lestari sebagai
berikut : H
= KqE – (q2K/r) E2 ………….……………………………………………….……. (49)
H/E
= Kq – (q2K/r) E
U
= α – β E ……………………………………………………………………………… (51)
dimana :
U α β
………………………………………………………………….. (50)
= H/E = CPUE = Kq ………………………………………………………………. (52) = Kq2/r …………………………………………………………… (53)
Variabel U dan E dapat diperoleh melalui teknik regresi data time series, sehingga nilai koefisien α dan β dapat diketahui.
Koefisien α dan β identik
dengan a dan b pada perolehan proses algoritma fox. Bila α = Kq dan β = Kq2/r masing – masing disubstitusi pada fungsi produksi lestari (49), maka diperoleh fungsi produksi lestari dalam bentuk kuadrat, yaitu : H = α E – β E2 …………………………………………………………………………………. (54) 41
Nilai MSY dapat diperoleh dari menurunkan fungsi yield effort tersebut terhadap effort yang dibuat sama dengan nol (nilai maksimum), yaitu : ∂H/∂E = α – 2 β E = 0 α = 2 β E, sehingga diperoleh : = α / 2 β = Kqr/2Kq2 = r/2q ………………………………….……………. (55)
EMSY
Nilai tingkat produksi lestari (HMSY) dapat diperoleh dengan mensubstitusi EMSY pada persamaan (54), yaitu : = α (α/2β) – β (α2/4β2) = Kr/4 ……………………………………………….. (56)
HMSY
Keadaan stok udang pada kondisi MSY dapat diperoleh dengan mensubstitusi EMSY pada persamaan (48), yaitu : XMSY
= K { 1 – (q/r) α /2β }
XMSY
= K { 1 – (q/r) Kqr/2Kq2 }
XMSY
= K/2 …………………………………………………………………………………… (57)
Bila kondisi lestari telah diketahui, maka perlu diketahui pula kondisi OA, MEY dan kondisi optimal dinamic sebagai pembanding dalam analisis pemanfaatan sumberdaya udang di wilayah penelitian. Kondisi maximum economic yield (MEY) dapat diketahui melalui kalkulasi persamaan – persamaan berikut ini : (1)
Persamaan rente sumberdaya π = pHt – ctEt Bila persamaan (54) dimasukkan pada persamaan π = pHt - ctEt , maka akan diperoleh π = p (αE – βE2)
– ctEt .
Nilai MEY diperoleh dengan
menderivatifkan persamaan π = p (αE – βE2) – ctEt terhadap variabel E dan dibuat sama dengan nol, sehingga diperoleh :
∂π/∂E = pα – 2p β E – ct = 0 EMEY = (pα – ct)/2 p β EMEY = r(pqK – c)/2 Kpq2 EMEY (2)
= r/2q (1 – c/Kpq) ……………………………………………………….. (58)
Bila diasumsikan keseimbangan lestari F(x) = Ht , kemudian dengan mensubstitusikan persamaan (45), F(x) dan H/qx kedalam persamaan rente sumberdaya, maka dengan menderivatifkannya terhadap variabel x dan dibuat sama dengan nol, maka diperoleh : π
= prx (1 – x/K) – crx/qx (1 – x/K) = (p – c/qx) rx (1 – x/K) = prx – prx2/K – crx/qx + cx2/Kqx
XMEY = K/2 (1 + c/Kpq) …………………………………………………………… (59) 42
(3)
Bila kedua persamaan (58) dan (59) dimasukkan pada persamaan (46), maka akan diperoleh : H H
= q XMEY EMEY = q K/2 (1 + c/Kpq) r/2q (1 – c/Kpq)
HMEY = rK/4 (1 + c/Kpq) (1 – c/Kpq) ….…………………………………... (60) Kondisi open access (OA) dapat diketahui melalui kalkulasi persamaan – persamaan berikut ini : (1)
Dalam kondisi open access (OA), maka π = 0. Oleh karenanya maka : Prx (1 – x/K) = crx/qx (1 – x/K) XOA = c/pq …………………………………………………………………………….. (61)
(2)
Dengan mensubstitusikan persamaan (61) kedalam persamaan (45), maka akan diperoleh : HOA = F (x) = rxOA (1 – xOA/K) HOA = rc/pq (1 – c/Kpq) …………………………………………………………… (62)
(3)
Bila telah diketahui EOA = HOA/qxOA, maka : EOA = { rc/pq (1 – c/Kpq) } / { qc/pq } EOA = r/q (1 – c/Kpq) …………….………………………………………………. (63) Kondisi optimal dinamik menggambarkan situasi bahwa stok udang dapat
dianggap sebagai capital yang memiliki dua manfaat, yakni dapat dipanen saat kini atau dapat dipanen pada masa yang akan datang (berperan sebagai investasi). Manfaat kini dan yang akan datang melibatkan adanya penggunaan discount rate.
Conrad (1999) mengemukakan adanya the fundamental equation of
renewable resources sebagai berikut :
∂F/∂x + (∂π/∂x)/ (∂π/∂h) = δ …………………………………………………………… (64) dan F (x) = h …………………………………………………………………………………. (65) Telah diketahui bahwa :
∂F/∂x = r (1 – 2x/K) ……………………………………………………………………….. (66) ∂π/∂x = ch/qx2 ……………………………………………………………………………….. (67) ∂π/∂h = (p – c/qx) ………………………………………………………………………….. (68) Dengan mensubstitusi persamaan (66), (67) dan (68) kedalam persamaan (64), maka diperoleh : r (1 – 2x/K) + (ch/qx2)/(p – c/qx) = δ ch = δ – r (1 – 2x/K) qx2(p – c/qx) 43
h = x/c (pqx – c) { δ – r (1 – 2x/K)} ……………………………………………….. (69)
h
= Ф (X) merupakan sebuah kurva yang bergantung pada semua parameter
bioekonomi, yaitu : K, q, r, p, c dan δ. Dengan mensubstitusi fungsi pertumbuhan F (x) = rx (1 – x/K) kedalam persamaan (69) diatas, maka diperoleh kondisi optimal dari stok udang, tingkat panen dan besarnya tingkat effort, yaitu : rx (1 – x/K) = x/c (pqx – c) { δ – r (1 – 2x/K)} xOD = K/4 {(c/Kpq + 1 – δ/r) + √{(c/Kpq + 1 – δ/r)2 + (8cδ/Kpqr)} ….… (70) hOD = rxOD (1 – xOD/K) ……………………………………………………………………… (71) EOD = hOD/qxOD ……………………………………………………………………………….. (72) 3.5.2
Analisis investasi unit penangkapan jaring udang Dalam kasus kegiatan perikanan unit penangkapan jaring udang di wilayah
pesisir Cirebon, investasi diasumsikan memiliki sifat irreversible. Hal ini dimungkinkan karena jarang terjadi transaksi jual – beli kapal ikan berikut perangkat penangkapannya, sehingga dalam kasus ini analisis investasi terhadap unit penangkapan jaring udang dapat mengacu pada diagram kontrol seperti tampak sebagai berikut : Fishing Capacity (E) L R3 σ1 Q
R2
R1
σ2 E
Biomas X
‘
X*var Gambar 8
X*total
Diagram kontrol umpan balik untuk kasus modal yang irreversible.
R1 : investasi dapat dilakukan pada tingkat yang maksimum, R2 : jangan dilakukan investasi, karena perikanan berada dalam kapasitas penuh, R3 : jangan dilakukan investasi atau menangkap ikan LQ : hasil tangkapan lestari sementara, E : keseimbangan jangka panjang (Clark 1985)
44
3.5.3
Analisis pemanfaatan pusat – pusat pendaratan armada jaring udang di wilayah Kabupaten Cirebon Analisis strategi pengelolaan pelabuhan perikanan di wilayah Cirebon
terkait dengan pelaksanaan kegiatan usaha penangkapan udang yang melibatkan berbagai unit alat tangkap jaring udang menggunakan matrix analisis SWOT. Analisis ini didasarkan pada logika yang mengupayakan memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan mengupayakan meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (treaths). Tabel 4
Matriks analisis SWOT Faktor Internal
Faktor Eksternal
Peluang Opportunities (O)
Ancaman Treaths (T)
Kekuatan Strengths (S)
Kelemahan Weaknesses (W)
Strategi SO
Strategi WO
Menyusun strategi dengan menggunakan kekuatan internal untuk memperoleh keuntungan (manfaat) dari peluang yang ada. Strategi ST
Menyusun strategi untuk memperoleh keuntungan (manfaat) dari peluang yang ada dalam mengatasi kelemahan internal.
Menyusun strategi dengan memanfaatkan kekuatan yang ada untuk menghindari ancaman.
Menyusun strategi dengan cara meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman
Strategi WT
45