3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1
Waktu dan Tempat Penelitan Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei hingga Oktober 2012,
pengumpulan data dilakukan selama 2 minggu pada bulan Juli 2012. Lokasi penelitian di muara Sungai Cimandiri, Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 7 berikut ini.
Gambar 7 Peta lokasi penelitian muara Sungai Cimandiri, Kabupaten Sukabumi
3.2
Jenis dan Sumber Data Data yang dikumpulkan ada dua jenis, yaitu data primer dan data sekunder.
Data primer merupakan data yang diperoleh dengan cara wawancara langsung dengan responden. Data yang diperoleh berupa deskripsi alat penangkapan ikan, jumlah produksi hasil tangkapan, jenis ikan tertangkap, proses distribusi ikan hasil tangkapan, keadaan sosial nelayan dan keadaan ekonomi nelayan. Data sekunder berasal dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi dan perusahaan budidaya dan pengolahan sidat Kabupaten Sukabumi.
14
Data yang di peroleh berupa data produksi tangkapan ikan di perairan umum, keadaan umum Kabupaten Sukabumi dan jumlah pembelian sidat oleh perusahaan.
3.3
Metode Pengumpulan Data Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
survei. Metode survei adalah proses pengumpulan data primer dengan menanyakan kepada responden untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Metode pengumpulan data melalui wawancara langsung (direct communication) dengan responden yang bersangkutan dengan penelitian tentang keberlanjutan penangkapan sidat di muara Sungai Cimandiri. Penelitian ini menggunakan alat bantu kuisoner secara terbuka dan tertutup. Teknik pengambilan responden menggunakan teknik non random sampling dilakukan secara purposive sampling (penunjukan) berdasarkan suatu kriteria tertentu. Jumlah responden yang digunakan sebanyak 40 responden, terdiri dari 36 nelayan, 2 orang instansi lingkungan terkait dan 2 orang birokrat pemerintah.
3.4
Analisis Data Analisis data yang digunakan menggunakan metode skoring. Data yang
dikumpulkan diperoleh dari wawancara kuisoner. Kriteria-kriteria dinilai dengan skor. Skor dengan skala 1-8 menunjukkan tingkat baik atau buruknya parameter. Data yang berupa skor akan diolah berdasarkan penilaian pendugaan parameter dari aspek biologi, teknis, sosial, dan ekonomi. 3.4.1 Aspek biologi Pengukuran parameter biologi dilakukan terhadap sumberdaya ikan sidat sebagai sampel penelitian. Parameter biologi menjadi kajian terhadap potensi sumberdaya perikanan sidat. Keragaman parameter biologi penangkapan ikan sidat dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini.
15
Tabel 1 Kriteria aspek biologi No
Parameter biologi
1 Jenis hasil tangkapan 2 Produksi tangkapan per hari 3 Selektivitas 4 Ukuran ikan yang tertangkap 5 Sumberdaya ikan di alam 6 Lama musim ikan 7 Lama musim penangkapan ikan
Uraian Jenis - jenis hasil tangkapan target utama atau tangkapan sampingan Jumlah hasil tangkapan ikan target utama per hari Penilaian selektivitas alat tangkap terhadap hasil tangkapan utama Penilaian ukuran hasil tangkapan berdasarkan fase hidup ikan Ketersediaan sumberdaya ikan di alam menurut asumsi nelayan Waktu (bulan) dalam setahun dimana ikan tertangkap dengan jumlah banyak Waktu dalam setahun nelayan melakukan pengoperasian alat tangkap
Sumber : Purbayanto (1989); Suardi (2005), modifikasi
3.4.2 Aspek teknis Pengukuran parameter teknis dilakukan terhadap alat penangkapan ikan. Parameter teknis penting untuk diketahui karena menyangkut masalah produksi unit penangkapan ikan. Keragaman parameter teknis penangkapan ikan sidat dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini. Tabel 2 Kriteria aspek teknis No
Parameter teknis
1 Jenis alat tangkap 2 Alat bantu penangkapan 3 Ukuran mata jaring 4 Karakteristik alat penangkapan ikan 5 pengaruh alat tangkap terhadap lingkungan 6 Kesesuaian daerah penangkapan 7 Produktivitas nelayan
Uraian Penilaian alat tangkap apa yang digunakan nelayan untuk menangkap ikan Penilaian penggunaan alat bantu penangkapan yang digunakan oleh nelayan Besarnya ukuran mesh size jaring pada alat tangkap ikan Penilaian keefektifan alat tangkap ikan terhadap hasil tangkapan Dampak yang ditimbulkan alat tangkap terhadap lingkungan sekitar daerah penangkapan ikan Kesesuaian nelayan dalam mengoperasikan alat tangkap pada wilayah yang sesuai dengan hasil tangkapan Penilaian kinerja nelayan
Sumber : Purbayanto (1989); Suardi (2005), modifikasi
3.4.3 Aspek sosial Pengukuran parameter sosial dilakukan terhadap nelayan. Parameter sosial penting untuk diketahui karena menyangkut masalah keadaan pelaku usaha unit
16
penangkapan ikan. Keragaman parameter teknis penangkapan ikan sidat dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini. Tabel 3 Kriteria aspek sosial No
Parameter sosial
Uraian
1 Tenaga kerja
Jumlah tenaga kerja yang dimiliki nelayan pemilik untuk pengoperasian satu unit penangkapan ikan Penilaian pengalaman kerja nelayan dalam menekuni pekerjaan sebagai nelayan Penilaian pendidikan terakhir nelayan
2 Pengalaman Kerja 3 Tingkat pendidikan nelayan 4 Tingkat kesejahteraan nelayan 5 Konflik sosial
Penilaian terhadap kesejahteraan nelayan sebagai mata pencaharian untuk memenuhi kebutuhan hidup Penilaian terjadinya konflik antara nelayan dengan penduduk yang berprofesi non nelayan Penilaian terhadap kinerja keluarga nelayan dalam hal menggelola hasil tangkapan
6 Peran keluarga
Sumber : Purbayanto (1989); Suardi (2005), modifikasi
3.4.4 Aspek ekonomi Pengukuran parameter ekonomi untuk menegetahui keberlanjutan usaha penangkapan ikan secara ekonomi. Keragaman parameter ekonomi penangkapan ikan sidat dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini. Tabel 4 Kriteria aspek ekonomi No
Parameter ekonomi
1 Biaya investasi alat (1 alat tangkap) 2 Biaya perbekalan semalam 3 Biaya perwatan alat tangkap 4 Pendapatan bersih 5 Harga jual ikan per kg
Uraian Penilaian berapa biaya dalam pembuatan satu alat tangkap Penilaian biaya perbekalan yang dikeluarkan untuk satu malam dalam pengoperasian alat tangkap Penilaian biaya perawatan satu alat penangkap ikan Penilaian pendapatan nelayan dalam satu bulan Penilaian harga jual ikan di tingkat nelayan kepada pengumpul
Sumber : Purbayanto (1989); Suardi (2005), modifikasi
3.4.5 Aspek lingkungan Perkembangan
kegiatan
perikanan
serta
kondisi
sumberdaya
ikan
mendorong timbulnya berbagai masalah baik yang berkaitan dengan persoalan lingkungan. Masalah-masalah tersebut diantaranya adalah berkurangnya stok ikan, semakin kecilnya ukuran individu ikan, rusaknya daya dukung alam dan perubahan fenomena musim. Permasalahan ini bisa ditekan dengan perlunya manusia peduli akan lingkungan, sehingga kelestarian lingkungan akan tetap
17
terjaga. Pada perikanan juvenil sidat masalah lingkungan sangat mempengaruhi aktivitas penangkapan sidat, dimana lingkungan yang sudah tercemar dan rusak mengakibatkan penurunan volume produksi penangkapan juvenil sidat. Perlu adanya penanganan lingkungan yang baik dan konservatif, sehingga kegiatan penangkapan juvenil sidat akan tetap berlanjut di masa akan datang.
3.5
Metode Analisis Data Data hasil penelitian akan dianalisis dengan menggunakan analisis
deskriptif untuk menjawab tujuan pertama dan menggunakan metode skoring untuk menjawab tujuan kedua. 3.5.1 Analisis diskriptif Analisis deskriptif ditujukan untuk mendapatkan informasi tentang berbagai kondisi lapang yang bersifat tanggapan dan pandangan responden terhadap proses penangkapan juvenil sidat serta kondisi lingkungan biologi, teknis, sosial, dan ekonomi. Responden diwawancarai secara langsung menggunakan kuisoner. Pemeberian skor penilaian sesuai dengan hasil wawancara. Skor yang diberikan bernilai antara 1-8. Angka satu (1) merupakan nilai terendah terhadap kriteria pada aspek dan angka delapan (8) merupakan yang tertinggi terhadap kriteria pada aspek. Penilaian kriteria tergantung pada jawaban nelayan. Rendah tingginya nilai skor sebagai acuan kriteria yang bisa diperbaiki. 3.5.2 Metode skoring Metode yang digunakan dalam menganalisis ke empat aspek di atas adalah metode skoring. Metode skoring dapat digunakan untuk penilaian kriteria yang mempunyai satuan berbeda. Skoring diberikan dari nilai terendah sampai nilai tertinggi, pada setiap kriteria baik nilai kualitatif maupun nilai kuantitatif. Pada aspek biologi penilaian ditentukan oleh kriteria jenis hasil tangkapan memiliki nilai 1-4 (hasil tangkapan sampingan) dan 5-8 (hasil tangkapan utama). Kriteria produksi hasil tangkapan per orang dalam sehari diberi skor 1-2 (< 100 gr), 3-4 (100 gr - < 500 gr), 5-6 (500 gr - < 1 kg) dan 7-8 (> 1 kg). Kriteria selektivitas komposisi jenis hasil tangkapan utama diberi skor 1-2 (tidak selektif), 3-4 (kurang selektif), 5-6 (cukup selektif) dan 7-8 (selektif). Kriteria ukuran ikan sidat yang tertangkap diberi skor 1-2 (larva), 3-4 (juvenil), 5-6 (remaja) dan 7-8
18
(dewasa). Kriteria ketersediaan sumberdaya ikan sidat di alam diberi skor 1-2 (sedikit), 3-4 (cukup melimpah), 5-6 (melimpah) dan 7-8 (sangat melimpah). Kriteria lama musim ikan diberi skor 1-2 (3 bulan), 3-4 (6 bulan), 4-6 (9 bulan) dan 7-8 (12 bulan). Kriteria lama musim penangkapan ikan diberi skor 1-2 (3 bulan), 3-4 (6 bulan), 4-6 (9 bulan) dan 7-8 (12 bulan). Pada aspek teknis penilaian ditentukan oleh kriteria jenis alat tangkap yang digunakan diberi skor 1-4 (alat tradisional) dan 5-8 (alat modern). Kriteria alat bantu penangkapan yang digunakan diberi skor 1-2 (tidak ada), 3-4 (tradisional), 5-6 (semi modern) dan 7-8 (modern). Kriteria ukuran mata jaring alat tangkap diberi skor 1-2 (< 1 mm), 3-4 (1 mm – < 1 cm), 5-6 (1 cm – < 2 cm) dan 7-8 (> 2 cm). Kritera karakteristik alat tangkap terhadap hasil tangkapan diberi skor 1-2 (tidak efektif), 3-4 (cukup efektif), 5-6 (efektif) dan 7-8 (sangat efektif). Kriteria pengauruh alat tangkap terhadap lingkungan diberi skor 1-2 (tidak ramah lingkungan), 3-4 (cukup ramah lingkungan), 5-6 (ramah lingkungan) dan 7-8 (sangat ramah lingkungan). Kriteria kesesuaian daerah penangkapan terhadap aktivitas penangkapan sidat diberi skor 1-2 (tidak sesuai), 3-4 (cukup sesuai), 5-6 (sesuai) dan 7-8 ( sangat sesuai). Kriteria produktivitas kinerja nelayan diberi skor 1-2 (tidak produktif), 3-4 (cukup produktif), 5-6 (produktif) dan 7-8 (sangat produktif). Pada aspek sosial penilaian ditentukan oleh kriteria penyerapan tenaga kerja diberi skor 1-2 (1–10 orang), 3-4 (11-20 orang), 5-6 (21-30 orang) dan 7-8 (> 31 orang). Kriteria pengalam kerja nelayan diberi skor 1-2 (belum berpengalaman), 3-4 (cukup berpengalaman), 5-6 (berpengalaman) dan 7-8 (sangat ahli). Kriteria tingkat pendidikan nelayan diberi skor 1-2 (tidak tamat sekolah), 3-4 (tamat SD), 5-6 (tamat SMP) dan 7-8 (tamat SMA). Kriteria tingkat kesejahteraan nelayan diberi skor 1-2 (kurang sejahtera), 3-4 (cukup sejahtera), 5-6 (sejahtera) dan 7-8 (sangat sejahtera). Kriteria pernah terjadi konflik sosial antar masyarakat bukan nelayan diberi skor 1-2 (sering), 3-4 (jarang), 5-6 (sangat jarang) dan 7-8 (tidak ada). Kriteria peran kelurga nelayan deberi skor 1-2 (tidak berperan), 3-4 (cukup berperan), 5-6 (berperan) dan 7-8 (sangat berperan). Pada aspek ekonomi penilaian ditentukan oleh kriteria biaya investasi per alat tangkap diberi skor 1-2 (> Rp 500.000), 3-4 (> Rp 250.000 – Rp 500.000), 5-
19
6 (> Rp 100.000 – Rp 250.000) dan 7-8 (< Rp 100.000). Kriteria biaya perbekalan / operasional per malam diberi skor 1-2 (> Rp 1.000.000), 3-4 (> Rp 750.000 – Rp 1.000.000), 5-6 (> Rp 500.000 – Rp 750.000) dan 7-8 (< Rp 500.000). Kriteria biaya perawatan alat per bulan diberi skor 1-2 (> Rp 500.000), 3-4 (> Rp 250.000 – Rp 500.000), 5-6 (> Rp 100.000 – Rp 250.000) dan 7-8 (< Rp 100.000). kriteria pendapatan bersih nelayan per bulan diberi skor 1-2 (< Rp 500.000), 3-4 (Rp 500.000 – < Rp 1.500.000), 5-6 (Rp 1.500.000 – < Rp 2.500.000) dan 7-8 (> Rp 2.500.000). Kriteria harga jual ikan per kg diberi skor 1-2 (< Rp 100.000), 3-4 (Rp 100.000 – < Rp 250.000), 5-6 (Rp 250.000 – < Rp 500.000) dan 7-8 (> Rp 500.000). Penilaian semua aspek menggunakan nilai tukar sehingga semua nilai mempunyai standard yang sama. Kriteria setiap aspek yang memperoleh nilai tertinggi berarti lebih baik daripada yang lain. Untuk menghindari pertukaran yang terlalu banyak, maka digunakan fungsi nilai yang menggambarkan preferensi pengambilan keputusan dalam menghadapi kriteria majemuk. Bentuk penjumlahan dari fungsi nilai beberapa kriteria menggunakan rumus dari Mangkusubroto dan Trisandi (1985) sebagai berikut: X – X0 V(x) = X1 – X0
................................................................................................... (1)
n V(A)= ∑ Vi (Xi) ................................................................................................. (2) i=1 i = 1, 2, 3, ……, n Keterangan: V(x) X X1 X0 V(A) Vi (Xi)
: Fungsi nilai dari variabel X : Nilai Variabel X : Nilai tertinggi pada kriteria X : Nilai terendah pada Kriteria X : Fungsi nilai dari Alternatif A : Fungsi nilai dari alternatif pada kriteria ke-i
Penentuan status keberlanjutan perikanan delakukan penilaian indeks pengelompokan yaitu dengan cara penghitungan total nilai standardisasi fungsi nilai pada semua kriteria aspek dibagi dengan total jumlah kriteria.
20
Nilai keberlanjutan=
∑ ∑
Adapun pengelompokan penentuan status keberlanjutan suatu perikanan dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Selang indeks dan status keberlanjutan perikanan No 1 2 3 4
Selang indeks keberlanjutan 0 – 24 25 – 49 50 – 74 75 - 100
Sumber : Suyasa (2007)
Status keberlanjutan Buruk Kurang Cukup Baik