3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian adalah di Kabupaten Selayar (Lampiran 1), dengan waktu penelitian sekitar 10 (sepuluh) bulan, dari tahap persiapan sampai survey lapangan dilakukan pada bulan Agustus 2005 - Oktober 2005, sedangkan pengumpulan data primer/sekunder dan
pengolahan data sampai penulisan
dilakukan pada bulan November 2005 – Mei 2006.
3.2 Pendekatan Studi Dalam penelitian ini dilakukan pendekatan studi yang bertahap untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada dalam mengalokasikan unit penangkapan ikan cakalang di Kab. Selayar. Tahap pertama adalah melakukan standarisasi unit penangkapan ikan cakalang, mengingat unit penangkapan yang digunakan lebih dari satu alat tangkap lalu mengidentifikasi data potensi sumberdaya ikan cakalang dengan menggunakan model statistik Bioekonomi dari Gordon-Schaefer untuk menentukan berapa Maximum Economic Yield (MEY). Kemudian
berdasarkan
hasil
analisis
ini
dapat
diperhitungkan
tingkat
pemanfaatannya. Selanjutnya dilakukan determinasi usaha perikanan cakalang ditinjau dari aspek biologi, teknis, ekonomi dan sosial. Pada tahap ini dilakukan evaluasi perikanan tangkap cakalangnya dengan menggunakan metode skoring yang outputnya adalah teknologi penangkapan ikan cakalang terpilih. Pada tahap akhir
dilakukan
pengalokasian
analisis
unit
optimasi
penangkapan
perikanan dengan
tangkap
menggunakan
cakalang
untuk
model
Goal
Programming. Secara ringkas pendekatan studi ini disajikan pada Gambar 3.
17
Mulai
Data Potensi Sumberdaya Ikan cakalang
Analisis Potensi Sumberdaya Ikan cakalang
Bioeconomic MEY Maximum Economic Yield
Analisis teknologi penangkapan ikan cakalang Metode Skoring Teknologi penangkapan ikan terpilih
Analisis alokasi unit penangkapan ikan cakalang
Linear Goal Programming
Jumlah armada perikanan cakalang yang optimum Selesai
Gambar 3 Tahapan penelitian tentang teknologi penangkapan pilihan untuk ikan cakalang di Kab. Selayar
18
3.3 Metode Pengumpulan Data Secara umum metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey.Data yang dibutuhkan untuk keperluan penelitian ini dikumpulkan dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil kuesioner, wawancara dan observasi langsung dilapangan, sedangkan data sekunder berupa produksi ikan tahunan
yang diperoleh dari Dinas Perikanan dan Kelautan
Kabupaten Selayar dan berbagai tulisan melalui penelusuran pustaka (studi pustaka), lembaga-lembaga pemerintah dan instansi yang ada kaitannya dengan obyek penelitian. Adapun jenis data yang dikumpulkan adalah : (1) Data primer : data yang diperoleh dari nelayan pemilik/ABK dengan observasi,
wawancara dan diskusi berdasarkan kuisioner yang telah
disusun, sesuai dengan tujuan penelitian. Data yang dikumpulkan menyangkut kegiatan usaha penangkapan ikan yang meliputi : investasi, kegiatan operasi penangkapan, bahan bakar, produksi hasil tangkapan, jumlah dan lama trip penangkapan, tenaga kerja, yang digunakan, pemeliharaan dan perawatan kapal dan alat penangkap ikan, pemasaran hasil serta serta sumber pendanaan dan lain sebagainya. (2) Data sekunder : data penunjang yang dikumpulkan yang berasal dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Selayar diantaranya : nama-nama nelayan dan tempat tinggal, jumlah alat tangkap yang ada, data produksi, sarana dan prasarana serta harga ikan dan lain-lain yang berhubungan dengan penelitian. Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, pengumpulan data yang dilakukan dengan cara purposive sampling, yaitu dengan cara memastikan diperolehnya sejumlah sampel yang mewakili populasi yang akan diteliti (Mangkosubroto dan Trisnadi, 1985), dengan jumlah sampel sebanyak 45 orang dari 5 kecamatan (Kec. Bontomate’ne, Kec. Bontoharu, Kec. Benteng, Kec, Bontosikuyu dan Kec. Bontomanai ) tiap kecamatan sebanyak 9 orang (3 orang dari nelayan pancing tonda, 3 orang nelayan purse seine dan 3 orang nelayan jaring insang hanyut).
19
3.4 Analisis Data 3.4.1 Standarisasi unit penangkapan ikan cakalang Secara umum setiap jenis unit penangkapan mampu menangkap berbagai jenis ikan di suatu daerah penangkapan. Namun kemampuan masing-masing unit penangkapan berbeda-beda dalam menghasilkan hasil tangkapan. Standarisasi upaya penangkapan perla dilakukan sebelum melakukan perhitungan catch per unit effort (CPUE), yaitu dengan cara membandingkan hasil tangkapan per upaya penangkapan masing-masing unit penangkapan. Unit penagkapan yang dijadikan sebagai standar adalah jenis unit penangkapan yang paling dominan menangkap jenis-jenis ikan tertentu di suatu daerah (mempunyai laju tangkapan rata-rata per CPUE terbesar pada periode waktu tertentu) dan memiliki nilai faktor daya tangkap (fishing power indeks) sama dengan satu. FPI dari masing-masing unit penangkapan lainnya dapat diketahui dengan cara membagi laju tangkapan rata-rata masing-masing unit penangkapan dengan laju tangkapan rata-rata unit penangkapan yang dijadikan standar. Perhitungan FPI adalah sebagai berikut: CPUEs =
CPUEi =
HTs FEs
HTi FEi
FPI s =
FPI i =
CPUEs CPUEs
CPUEi CPUE
Upaya standarisasi diperoleh dengan menggunakan persamaan sebagai berikut (Gulland,1983) yaitu : SE = FPI i x FEi Dimana : CPUEs = catch per unit effort atau jumlah hasil tangkapan per satuan upaya unit penangkapan standar pada tahun ke-i; CPUEi = catch per unit effort atau jumlah hasil tangkapan per satuan upaya jenis penangkapan yang akan distandarisasi;
20
HTs = Jumlah hasil tangkapan (catch) jenis unit penangkapan yang dijadikan stándar pada tahun ke-i; HTi = Jumlah hasil tangkapan (catch) jenis unit penangkapan yang akan distandarisasi pada tahun ke-i; FEs = Jumlah upaya penangkapan (effort) jenis unit penangkapan ikan yang dijadikan standar pada tahun ke-i; FEi = Jumlah upaya penangkapan (effort) jenis unit penangkapan ikan yang akan distandarisasi pada tahun ke-i; FPI s = fishing power indeks atau faktor daya tangkap jenis unit penangkapan standar pada bulan ke-i; FPI i = fishing power indeks atau faktor daya tangkap jenis unit penangkapan yang akan distandarisasi pada tahun ke-i; SE
= Upaya penangkapan (effort) hasil standarisasi pada tahun ke-i
3.4.2 Model statik bio-ekonomi Analisis fungsi produksi lestari perikanan tangkap yang dikembangkan oleh schaefer, hanya dapat menentukan tingkat pemanfaatan maksimum secara lestari berdasarkan aspek biologi, sehingga belum mampu menetapkan tingkat pemanfaatan maksimum yang lestari secara ekonomi (h-MESY dan E-MESY) . Untuk menjawab permasalahan ini, Gordon mengembangkan Model Schaefer dengan cara memasukkan faktor harga per satuan hasil tangkap dan biaya per satuan upaya pada persamaan fungsinya, yang kemudian dikenal sebagai “Model Statik Gordon-Schaefer”. Model Statik Gordon – Schaefer, dirumuskan dengan pendekatn ekonomi yang bertujuan untuk memaksimumkan keuntungan, yang secara matematis persamaannya dinyatakan sebagai berikut :
π = TR – TC ……………………………. (1) = p. h – c.E …………………………....(2)
21
dimana : π
= Keuntungan dari upaya pemanfaatan sumberdaya
TR = Penerimaan total TC = Biaya total h
= Produksi ikan ton/thn
E = Upaya penangkapan p
= Harga rata-rata ikan cakalang
c
= Biaya penangkapan ikan per satuan upaya Perhitungan diatas dapat dilakukan dengan menggunakan bantuan
software MAPLE 9.5. Parameter ekonomi yang mempengaruhi analisis bio-ekonomi usaha perikanan tangkap model Statik Gordon-schaefer adalah biaya penangkapan (c) dan harga hasil penangkapan (p). Biaya penangkapan dihitung berdasarkan nilai rata-rata biaya operasional penangkapan ditambah dengan biaya tenaga kerja yang ditetapkan berdasarkan sistem bagi hasil. Biaya operasional penangkapan meliputi biaya untuk bahan bakar, oli, es dan perbekalan. Rata-rata biaya operasional penangkapan dihitung dengan menggunakan rumus :
c=
∑ ci n
dimana ; c = biaya penangkapan rata-rata ci = biaya penangkapan responden ke-i n = jumlah responden variabel harga ikan cakalang (p) ditentukan berdasarkan rata-rata harga nominal di tingkat responden. Rata-rata harga ikan cakalang dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut
p=
∑ pi n
dimana : p = rata-rata harga nominal ikan cakalang pi = harga nominal ikan cakalang menurut responden ke-i Dalam penggunakan metode ini, menggunakan konsep dan batasan :
22
1) Analisis bio-ekonomi merupakan suatu analisis terpadu dari aspek biologi dan ekonomi dalam upaya pemanfaatan sumberdaya ikan cakalang. 2) Upaya pemanfaatan sumberdaya ikan cakalang, yaitu upaya penangkapan ikan cakalang yang dilakukan nelayan yang berbasis di Kab. Selayar dengan daerah penangkapan di perairan Selayar. 3) Upaya penangkapan (effort), dihitung berdasarkan jumlah hari operasi 4) Harga nominal ikan cakalang adalah harga pasar ikan cakalang di tempat pendaratan ikan Selayar, menurut responden. 5) Hasil tangkapan adalah volume ikan cakalang yang didaratkan di Selayar oleh nelayan yang berbasis di Selayar. Asumsi dan keterbatasan model statik Gordon-Schaefer adalah : 1) Populasi ikan cakalang di daerah penangkapan menyebar secara merata 2) Pengaruh upaya penangkapan di luar daerah penangkapan (fishing ground) terhadap kelimpahan populasi di daerah penangkapan, relatif kecil dan bisa diabaikan. 3) Ukuran kapal dan teknologi penangkapan yang digunakan relatif sama dan adanya standarisasi alat tangkap. 4) Harga ikan per satuan hasil tangkap bersifat konstan 5) Biaya operasi penangkapan per unit upaya penangkapan adalah konstan 6) Seluruh unit upaya penangkapan aktif melakukan usaha penangkapan.
3.4.3 Tingkat pemanfaatan Tingkat pemanfaatan dinyatakan dengan persen (%) dan didapat dengan menggunakan rumus ( Garcia, S. et al, 1989) :
TP(i) =
C (i ) MEY
X 100%
dimana :
TP(i) = Tingkat pemanfaatan tahun ke- i C(i)
= Total catch (hasil tangkapan) tahun ke-i
MEY = Maximum Economic Yield
23
3.4.4 Penentuan teknologi alat tangkap pilihan Tujuan
penentuan
teknologi
alat
tangkap
pilihan
adalah
untuk
mendapatkan jenis alat tangkap ikan yang mempunyai keragaan (performance) yang baik ditinjau dari aspek biologi, teknis, ekomomi dan sosial sehingga merupakan alat yang cocok untuk dikembangkan. Haluan dan Nurani (1988) mengemukakan bahwa untuk menentukan unit usaha perikanan tangkap pilihan digunakan metode skoring, penilaian mencakup analisis terhadap aspek-aspek berikut ini : a. Aspek biologi, untuk mengevaluasi selektivitas unit penangkapan berdasarkan ukuran dan jenis ikan yang tertangkap. b. Aspek teknis, untuk mengevaluasi hasil tangkapan menurut jenis dan ukuran kapal yang meliputi produksi/tahun, produksi/trip dan produksi/tenaga kerja. c. Penilaian
aspek
ekonomi,
untuk
mengevaluasi
keuntungan
atau
pendapatan/tahun dan pendapatan per trip. d. Aspek sosial, untuk mengevaluasi sejauh mana tanggapan nelayan yang melakukan operasi penangkapan pada daerah penangkapan yang sama, ada tidaknya konflik sosial diantara nelayan dan penggunaan bahan peledak/racun dalam kegiatan penangkapan. Penentuan kriteria dalam setiap aspek sebaiknya berhubungan erat dengan pengkajian masing-masing aspek, yaitu (1) dari aspek biologi tidak mengganggu atau merusak kelestarian sumberdaya, (2) secara teknis efektif digunakan, (3) aspek sosial dapat diterima masyarakat nelayan, dan (4) dari aspek ekonomi menguntungkan. Metode skoring dapat digunakan untuk penilaian kriteria yang mempunyai satuan berbeda. Skoring diberikan dengan nilai terendah sampai nilai tertinggi. Dari masing-masing aspek (biologi, teknis, ekonomi dan sosial) ditetapkan suatu kriteria penilaian, penilaian dilakukan secara subjektif dengan menggunakan skor. Untuk menilai semua kriteria atau aspek digunakan nilai tukar, sehingga semua nilai mempunyai standar yang sama. Unit usaha yang memperoleh nilai tertinggi berarti lebih baik daripada yang lain. Untuk menghindari pertukaran yang terlalu banyak, maka digunakan fungsi nilai yang menggambarkan preferensi pengambil keputusan dalam menghadapi kriteria majemuk.
24
Standarisasi dengan fungsi nilai dapat dilakukan dengan menggunakan rumus dari Mangkusubroto dan Trisnadi (1985) sebagai berikut :
V (X) =
X − Xo X 1 − Xo
n
V (A) =
∑ Vi( Xi)
i = 1,2,….n
i =1
Dimana : V(X)
: Fungsi nilai dari variable X
X
: Nilai variable X
X1
: Nilai tertinggi pada kriteria X
X0
:
V (A)
: Fungsi nilai dari alternative A
Nilai terendah pada kriteria X
V1(Xi) : Fungsi nilai dari alternative pada kriteria ke-i Karena V adalah fungsi nilai yang mencerminkan preferensi pengambil keputusan maka alternatif yang terbaik adalah alternatif yang memberikan nilai V (X) tertinggi merupakan alat tangkap ikan yang terpilih untuk dikembangkan diperairan Selayar. Adapun asumsi yang digunakan adalah bahwa dari hasil determinasi yang dilakukan terhadap unit penangkapan ikan cakalang yang dioperasikan nelayan di daerah Kabupaten Selayar, nilai skor terbesar diprioritaskan untuk dikembangkan dibandingkan alat tangkap yang lebih kecil skor nilainya.
3.4.5 Optimasi alokasi unit penangkapan Untuk mengoptimalkan alokasi beberapa jenis armada penangkapan secara bersamaan yang dibatasi oleh berbagai kendala maka digunakan model goal programming. Stevenson (1989) mengemukakan bahwa goal programming merupakan variasi dari model linear programming yang dapat digunakan untuk menangani masalah yang mempunyai banyak sasaran. Model goal programming terdapat variabel deviasional dalam fungsi kendala. Variabel tersebut berfungsi untuk menampung penyimpangan hasil penyelesaian terhadap sasaran yang hendak dicapai. Dalam proses pengolahan
25
model tersebut, jumlah variable deviasional akan diminimumkan di dalam fungsi tujuan (Siswanto, 1993). Model goal programming untuk optimasi alokasi beberapa jenis armada penangkapan menggunakan model matematik sebagai berikut m
Fungsi tujuan : Z =
∑
( DBi + DAi )
i =1
Terhadap kendala-kendala : aX1
+
a12X2 + … + a1n Xn + DB1 – DA1 = b1
a21X1 + a22X2 + … :
:
+ a2nXn + DB2 - DA2 = b2
:
:
:
:
:
am1X1 + am2 X2 + … + amnXn + DBm – DAm = bm dimana, Z
= Fungsi tujuan (total deviasi) yang akan diminimumkan
DBi = Deviasi bawah kendala ke-i DAi = Deviasi atas kendala ke-i bi
= Ketersediaan atau target dari kendala ke-i
aij
= Parameter fungsi kendala ke-I pada variable keputusan ke-j
cj
= Variabel keputusan ke-j
DAi dan DBi > 0, untuk I = 1,2,…,m dan j = 1,2,….,n