3. Metodologi Penelitian
3.1 Bahan dan Peralatan
3.1.1 Bahan-bahan yang Digunakan Bahan-bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah metanol, NaBH4, iod, tetrahidrofuran (THF), KOH, metilen klorida, logam Na, Na2SO4, NaCl, gas nitrogen dan beberapa asam amino yaitu glisin, alanin, fenil alanin, asam aspartat, tirosin dan l-histidin
3.1.2 Alat-alat yang Digunakan Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Satu set peralatan refluks 2. Pemanas listrik yang dilengkapi dengan pengaduk magnet. 3. Termometer 4. Corong Bűchner 5. Evaporator 6. Peralatan gelas standar yang digunakan dalam laboratorium. 7. Fisher® Melt-Temp Apparatus 8. Spektroskopi FTIR 9. VoltaLabs® 10. Elektroda-elektroda yang digunakan pada pengukuran daya inhibisi menggunakan alat VoltaLab® yaitu besi baja karbon sebagai elektroda kerja, platina sebagai elektroda
pembantu,
referensi/pembanding.
dan
elektroda
kalomel
jenuh
sebagai
elektroda
3.2 Metode Penelitian Histidinal dan fenilalaninal disintesis dengan mereduksi gugus karboksilat asam amino
induknya menggunakan natrium borohidrida dan iod dalam THF. Berikut metode penelitian sintesis histidinal dan fenilalaninal :
3.2.1 Sintesis histidinal Disiapkan sebuah labu leher tiga yang dilengkapi dengan pengaduk magnet dan kondensor refluks. Labu kemudian diisi dengan 0,692 gram (18,3 mmol) natrium borohidrida dan 20 mL THF (yang telah dikeringkan menggunakan logam natrium). 1 gram l-histidin (7,6 mmol) ditambahkan ke dalam labu tersebut. Salah satu leher labu ditutup dengan sumbat karet sedangkan leher yang lainnya dipergunakan untuk mengalirkan gas nitrogen. Labu kemudian didinginkan sampai suhu 0oC dalam penangas es. Larutan yang dibuat dari 1,93 gram (7,6 mmol) iod dalam 50 mL THF kemudian dimasukkan dengan hati-hati tetes demi tetes selama 30 menit melalui leher labu yang sebelumnya ditutup dengan sumbat karet. Setelah penambahan iod selesai dilakukan refluks selama 18 jam dan kemudian didinginkan pada temperatur ruangan. Sebanyak 100 mL metanol kemudian ditambahkan dengan hatihati. Larutan kemudian di aduk selama 30 menit, lalu pelarut diuapkan menggunakan evaporator. Pasta yang tertinggal kemudian dilarutkan dengan 150 mL KOH 20%. Larutan di aduk kembali selama 4 jam dan kemudian diekstrak dengan 3 x 150 mL metilen klorida. Ekstrak organik yang didapat kemudian dikeringkan menggunakan natrium sulfat kemudian dipekatkan menghasilkan kristal putih kecoklatan.
3.2.2 Sintesis fenilalaninal Disiapkan sebuah labu leher tiga yang dilengkapi dengan pengaduk magnet dan kondensor refluks. Labu kemudian diisi dengan 0,692 gram (18,3 mmol) natrium borohidrida dan 20 mL THF (yang telah dikeringkan menggunakan logam natrium). 0.8 gr gram l-fenilalanin (4,8 mmol) ditambahkan ke dalam labu tersebut. Salah satu leher labu ditutup dengan sumbat karet sedangkan leher yang lainnya dipergunakan untuk mengalirkan gas nitrogen. Labu kemudian didinginkan sampai suhu 0oC dalam penangas es. Larutan yang dibuat dari 1,93 gram (7,6 mmol) iod dalam 50 mL THF kemudian dimasukkan dengan hati-hati tetes demi tetes selama 30 menit melalui leher labu yang sebelumnya ditutup dengan sumbat karet. Setelah penambahan iod selesai dilakukan refluks selama 18 jam dan kemudian didinginkan pada temperatur ruangan. Sebanyak 100 mL metanol kemudian ditambahkan dengan hati-
17
hati. Larutan kemudian di aduk selama 30 menit, lalu pelarut diuapkan menggunakan evaporator. Pasta yang tertinggal kemudian dilarutkan dengan 150 mL KOH 20%. Larutan di aduk kembali selama 4 jam dan kemudian diekstrak dengan 3 x 150 mL metilen klorida. Ekstrak organik yang didapat kemudian dikeringkan menggunakan natrium sulfat kemudian dipekatkan menghasilkan kristal putih kecoklatan.
3.3 Karakterisasi
3.3.1 Pengukuran spektrum FTIR Sebanyak 25 mg sampel yang akan diukur dengan spektroskopi FTIR dicampurkan dengan 250 mg KBr yang benar-benar kering. Kedua padatan dicampur secara merata dengan cara penggerusan. Sebanyak 100 mg serbuk yang telah halus dan bercampur secara merata dibentuk menjadi pelet dengan mengunakan penekan hidrolik. Untuk untuk mendapatkan hasil pengukuran yang baik, pelet yang digunakan harus transparan. Dilakukan pengukuran dengan menggunakan spektroskopi FTIR.
3.3.2 Penentuan titik leleh senyawa hasil sintesis Sebagian kecil sampel yang akan ditentukan titik lelehnya ditempatkan pada alas sampel alat Fisher® Melt-Temp Apparatus yang telah dilengkapi termometer. Ketika Fisher® Melt-Temp Apparatus bekerja, kenaikan temperatur sampel diamati, lalu ditentukan temperatur pada saat sampel mulai meleleh sampai meleleh secara sempurna.
18
3.3.3 Penentuan daya inhibisi senyawa Sebanyak 0,2 mg kristal senyawa hasil sintesis dilarutkan dalam 100 mL larutan NaCl 1 %. Disiapkan blanko larutan elektrolit NaCl 1% yang sesuai dengan pelarut yang digunakan untuk melarutkan senyawa hasil sintesis. Sejumlah 100 mL larutan NaCl 1% (blanko) ditempatkan pada wadah yang dilengkapi dengan pengaduk magnet. Ke dalam gelas kimia disusun tiga jenis elektroda yaitu elektroda baja karbon yang merupakan elektroda kerja, elektroda platina yang merupakan elektroda pembantu, dan elektroda kalomel jenuh yang merupakan elektroda standar. Gas CO2 kemudian dialirkan ke dalam wadah selama 5 menit. Alat VoltaLabs® kemudian dijalankan. Hasil pengukuran proses elektrokimia dianalisis dengan metode Tafel-plot. Setelah proses pengukuran selesai, alat VoltaLabs® dimatikan lalu data dan grafik hasil pengukuran yang diperoleh dianalisis melalui salah satu menu pada software VoltaLabs®. Hasil pemprosesan akan diperoleh kurva logaritma arus terhadap potensial. Persen inhibisi korosi senyawa dapat dihitung melalui rumus berikut :
% inhibisi =
(laju korosi blanko - laju korosi sampel) x100% (laju korosi blanko)
19
3.4 Daigram Alir Penelitian 3.4.1 Diagram alir sintesis fenilalaninal NaBH4 Masukkan THF Masukkan l-fenilalanin Alirkan gas nitrogen Dinginkan sampai 0oC Larutan Masukkan larutan iod Refluks selama 18 jam Dinginkan pada temperatur kamar
Larutan Masukkan metanol Aduk selama 30 menit Pasta Masukkan KOH 20% Aduk selama 4 jam Ekstrak dengan metilen klorida Fasa Air
Fasa Organik Keringkan menggunakan Natrium sulfat Pekatkan Kristal Karakterisasi : titik leleh, FTIR, laju korosi Hasil pengukuran
Gambar 3.1 Diagram alir sintesis fenilalaninal
20
3.4.2 Diagram alir sintesis histidinal
NaBH4 Masukkan THF Masukkan l-histidin Alirkan gas nitrogen Dinginkan sampai 0oC Larutan Masukkan larutan iod Refluks selama 18 jam Dinginkan pada temperatur kamar
Larutan Masukkan metanol Aduk selama 30 menit Pasta Masukkan KOH 20% Aduk selama 4 jam Ekstrak dengan metilen klorida Fasa organik
Fasa air Keringkan menggunakan Natrium sulfat Pekatkan Kristal Karakterisasi : titik leleh, FTIR, laju korosi Hasil pengukuran
Gambar 3.2 Diagram alir sintesis histidinal
21