3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. 'Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama 6 bulan yakni pada bulan Juli
-
Desember
Tahun 2000. Pengambilan data lapangan dilaksanakan selama 2 bulan yakni pada 15 Juli - 15 September 2000 di Laut Sawu, Nusa Tenggara Timur.
Pengarnbilan dan pengolahan data citra suhu permukaan laut dilaksanakan pada bulan Oktober
-
Desember 2000 di Laboratorium Pusat Pemanfaatan
Penginderaan Jauh (PUSFATJA) - LAPAN Pekayon, Jakarta Timur. 3.2. Unit Percobaan
Unit Percobaan yang digunakan dalam penelitian adalah satu unit penangkapan pole and line yang terdiri dari kapal pole and line, alat tangkap pole and line dan tenaga kerja (crew) yang mengoperasikannya. 3.2.1. Kapal Pole and line
Kapal yang digunakan dalam penelitian ini terbuat dari kayu resak, ukuran 30 (3T dengan menggunakan mesin induk 165 HP milik PT. Timor Sarana Pemtmgunan Nekmese (TSPN). Kapal ini dilengkapi dengan beberapa peralatan yang sesuai dengan fbngsinya sebagai kapal pole and line.
Peralatan-peralatan tersebut meliputi : bak umpan hidup, palkah ikan, tempat pemiincingan Vlying deck), sayap @latfom), pipa penyemprot (water sprayer) dan peral atan navigasi. (Gambar 4) - B:tk Umpan Hidup
Jumlah bak umpan hidup sebanyak dua unit, dengan ukuran bak panjang 190 cm, lebar 140 cm dan tingginya 140 cm. Pada setiap bak terdapat enam buah lubang dengan diameter 10 cm. Dinding bak umpan kedap air, sistem sirkulasi dalam bak umpan diatur dengan menggunakan belahan bambu yang dimasukkan ke dalam salah satu lubang, sedangkan lubang yang lain dalam keadaan terbuka. Dengan gerakan maju dari kapal, maka air laut akan masuk melalui lubang yang ada belahan bambu tersebut dan keluar melalui lima lubang lainnya yang yang ditutup dengan jaring agar umprun tidak ikut keluar. - Palkah lkan
Palkah ikan ini berfungsi untuk menyimpan hasil tangkapan selama operasi penai~gkapan.Alat ini juga berfbngsi untuk membawa perbekalan es balok selama operilsi penangkapan. Palkah tersebut mempunyai ukuran panjang 190 cm, lebar 90 cm dan tingginya 130 cm. Jumlah palkah ikan setiap kapal terdapat dua unit yang terletak diatas deck kapal bagian tengah.
- l'empat Pemancingan (Flying Deck) Flying deck adalah semacam deck yang diiebihkan dari bagian haluan kapal. Alat tersebut mempunyai bentuk jajaran genjang dengan alasnya 330 cm, bagian atasnya 190 cm dan tingginya 300 cm. Deck ini dilengkapi tempat duduk para penlancing dengan kapasitas '10 orang bagian depan, satu orang pada sisi sebelah kiri dan satu orang pada sisi sebelah kanan. Pada sisi sebelah kanan terdapat papan setiinggi 80 cm yang disebut pele-pele. Alat ini berfbngsi untuk melindungi ikan agar tidak jatuh ke laut pada waktu pemancingan.
-
P'ipa Penyemprat (Water Sprayer) Pipa penyemprot ini bermuara pada sisi kapal di pinggirflying deck. Air yang
digunakan untuk menyemprot adalah air dari laut yang diserap oleh mesin pembantu. Pipa-pipa yang digunakan berdiarneter 2 cm terbuat dari besi, disarnbung dengan slang plastik dan bambu. Ujung barnbu tersebut dibelah sedikit agar pancaran air dapat jatuh ke permukaan laut secara meluas.
-
Sayap (Platform)
Platform merupakan penonjolan dari deck kesisi kapal pada sekeliling badan kapal, Alat ini mempunyai lebar 50 cm yang berguna sebagai tempat boy-boy dalam melempar umpan agar dapat jatuh sejauh-jauhnya dari badan kapal.
- Peralatan Navigasi Alat-alat navigasi yang dimiliki oleh kapal pole and line ini masih sangat sederhana yakni : kompas basah, larnpu penerangan, teropong binoculer, single side
band (SSB) dan peta perairan.
I
?-I -
panjang I(apa1seluruhnya 23,15meter
II 'I I
I
.Keteran~an: A. Anjungan B. Kamar Mesin C. Kamar Tiduk D. W.C. E. Dapur
F. P a l U Ikan G. Bak Umpan Hidup K Tempat Pemancingan I. Pele-pele J. Platform
Gambar 4. Konstruksi Kapal Pole and line
3.2.2. Alat Tangkap Pole and line
Pada prinsipnya alat tangkap pole and line di perairan Laut S a w tidak banyak berbeda dari alat tangkap pole and line yang umum digunakan di tempat lain. Alat tangkap tersebut terdiri dari : tangkai pancing, tali pancing dan mata pancing. (Ganibar 5.I)
- Tangkai Pancing Tangkai pancing yang digunakan sebagian besar masih menggunakan bahan dari bambu yang beruas-ruas yang mudah didapat dari daerah setempat. Ukuran panjang tangkai 280 cm, diameter pangkalnya 3 cm dan ujungnya 0,6 cm. Pada ujung tangkai ini diberi lilitan tali nylon multzfilament untuk memudahkan dihubungkannya dengan tali pancing.
- Tadi Pancing Tali pancing yang digunakan terbuat dari nylon multzfilament dengan panjang bervariasi antara 1,5
-
2,O meter dan diameter 3 rnm. Panjang tali ini hams lebih
pendek dari tangkai agar memudahkan dalam pemancingan dan dapat lebih cepat. Ujuqg bagian atas dihubungkan dengan lilitan tali dan ujung bagian bawah dihuk~ungkandengan tali pancing lagi yang terbuat dari nylon monofilament yang panjangnya antara 10 - 15 cm.
-
M:ata Pancing
Mata pancing yang digunakan masih hams diimpor. Alat ini mempunyai panjzlng keseluruhan 9 cm yang terdiri dari pemberat yang terbuat dari baja, pemtkungkus terbuat dari kulit, bulu ayam berwarna putih dan mata pancing yang terbuat dari baja. (Gambar 5.11) Mata pancing ini tidak berkait balik agar pemancingan dapat berjalan dengan cepal, karena ikan sudah terlepas dari mata pancing pada waktu masih melambung di udara.
Gambar 5. Sketsa Alat Tangkap Pole and line
3.2..3.Alat-alat Bantu dalam Pemancingan
Alat-alat bantu yang dimaksud disini adalah alat-alat lain yang membantu terlslksananya penangkapan. Alat-alat bantu tersebut antara lain : kotak air (box), alat pengambil umpan (sipu-sipu) besar, alat pembuang umpan (szp-sip) kecil, ember dan jaring. (Gambar 6 )
- Kotak Air (Box) Box ini digunakan untuk menampung umpan yang diambil dari bak umpan sebc:lum dilemparkan ke laut. Alat tersebut terbuat dari kayu dan mempunyai ukuran lebar bagian atas 65 cm, lebar bagian bawah 50 cm dan tingginya 45 cm.
- Tclmpat Pengambil Umpan (Sipu-sku)Besar Sipu-szpu besar ini digunakan untuk memindahkan umpan dari bagan apung kedidam bak umpan dan untuk mengambil umpan dari bak umpan kedalam kotak air. Ala~tersebut mempunyai ukuran panjang tangkai 2,O meter-dan diameter sipu-sipu besslr 40 cm.
- Alat Pembuang Umpan (Sipu-sipu)Kecil Sipu-sipu kecil ini digunakan untuk melempar umpan yang diambil dari dalam kotak air. Alat tersebut rnempunyai ukuran panjang tangkai 40 cm dan diameter sipusipu kecil20 cm.
- Ennber Ember ini digunakan untuk mengambil air dari bak umpan ke dalam kotak air. Alat tersebut terbuat dari seng yang mempunyai ukuran tinggi 40 cm dan diameter atashawah 30 cm.
Jaring ini digunakan untuk mengambil umpan dari bak umpan, apabila umpan didalam bak dirasa tinggal sedikit. Caranya adalah satu orang masuk kedalam bak umpan dan menggiring umpan ke salah satu sudut bak dan ditangkapnya dengan jaring tersebut.
Keteranean : 1. Sipu-sipu Kecil 2. Sipu-sipu Besar 3. JWhg 4. Ember 5 . Kotak Air
Gambar 6. Alat-alat Bantu Pemancingan Pole and line
3.2.4,. Tenaga Kerja
Jurnlah tenaga kerja dalam satu kapal pole and line ini sebanyak 16 orang. Pada saat pemancingan, anak buah kapal (ABK) yang melaksanakan pemancingan sebanyak 12 orang, sisanya yakni : Nakhoda sebagai pemegang kemudi, Boy-boy dan satu orang pembantu melempar umpan, dan koki menyiapkan keperluan makan. Pemancing yang sudah berpengalaman menempatkan diri pada bagian depan halusln kapal sebanyak 10 orang dengan posisi duduk merapat dan sisanya satu orang pada bagian samping kiri dan satu orang pada bagian samping kanan. (Garnbar 7)
Gambar 7. Posisi Anak Buah Kapal (ABK) Saat Pemancingan Pole an line
3.2.5. Alat-alat Pengukur dalam Penelitian
"
Alat-alat pengukur yang digunakan untuk mendapatkan data utama dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut : Tabel 2
: Alat-alat Pengukur yang Digunakan untuk Mendapatkan Data
Utama
1
Nama Alat
I
( Jam tangan
2
Secchi disk
3
Thermometer Hg. -
4
Timbangan pegas
5
Alat hitung Peta perairan
Meteran Alat-alat tulis
Spesifikasi
I merk Seiko, made in Japan pelat putih diameter 20 cm, diberi pemberat besi kapasitas 50' C, made in ~ndonesia kapasitas 12 kg, merk Gebr. Weyersberg, made in Germany, kapasitas 9999, merk Togoshi Seiki, made in Indonesia Surnber Dinas Perikanan Propinsi NusaTenggara
kapasitas 3 meter, merk Kyoito, made in Indonesia buku, boll point, pensil, penggaris
Kegunaan
I mencatat waktu
1
penangkapan mengukur kecerahan mengukur suhu permukaan menirnbang hasil menghitung jumlah hasil tangkapan &an menentukan lokasi daerah penelitian membuat dokumentasi selama ~enelitian untuk mengukur panjang dan lebar kapal
1 mencatat hasil dan kejadian-kejadian di lokasi , ~enelitian
3.3. Metode Penelitian
3.3.1,)Pengumpulan Data
- Data
Utama Penelitian ini menggunakan Metode Percobaan Penangkapan (Fishing
Experimental Methode) di lokasi studi. Pengumpulan data utama dilakukan dengan secara langsung di daerah penelitian untuk mengumpulkan fakta dengan mengikuti secar a aktif operasi penangkapan pole and line. Pada penelitian ini akan dicobakan pengaruh waktu penangkapan, suhu
permukaan laut dan kecerahan perairan yang berbeda terhadap hasil tangkapan Cakalang dengan menggunakan unit percobaan pole and line. Perlakuan lainnya atau kondisi percobaan diupayakan sama pada saat penelitian berlangsung yaitu : unit percobaan yang sama, cara penangkapan yang sama dan perairan yang sama Pada perairan yang sama tersebut ikan diasumsikan selalu terdapat didalamnya dan homogen penyebarannya. Operasi penangkapan dengan menggunakan alat tangkap pole and line di perairan Laut sawu dilaksanakan dalam satu hari penangkapan (one day fishing), yakni mulai pagi hari sampai dengan tengah hari. Hal ini mengingat terbatasnya persediaan dan ketahanan umpan karena jauhnya lokasi penangkapan ikan dari tempigt pendaratan.
Pemancingan dilakukan di tiga lokasi yakni L-I, L-I1 dan L-I11 (Gambar 8) yang telah ditentukan sebelumnya. Operasi pemancingan dilakukan secara acak pada setiap lokasi. Setiap lokasi memiliki luas daerah pemancingan 10 x 10 mil persegi dimulai dari garis pantai. Pada tiap lokasi dilakukan pemancingan pada pada jam-jam yang berbeda dan dilakukan pengacakan dengan menggunakan "Rancangan Ukuran
Berur'ang" (Neter et al. 1977). Pada operasi penangkapan hari pertama di lokasi I (L-I) dilakukan pemancingan pada pukul 06.00-08.00, di lokasi 11 (L-11) pada pukul08.00-10.00 dan di lolcasi I11 (L-111) pada pukul 10.00-12.00, ketiga operasi penangkapan ini diberi kode atau tanda nomor 1,2,3. Pada hari kedua dengan tanda nomor dan urutan lokasi operalsi penangkapan 2,3,1 dan hari ketiga dengan tanda nomor dan urutan lokasi operasi penangkapan 3,1,2. Ketiga hari penangkapan pertama dikelompokkan menjadi satu kelompok yakni kelompok a (dengan masing-masing tanda nomor dan urutan lokasi operasi penangkapan 1,2,3; 2,3,1;
dan 3,1,2). Pada tiga hari
penarlgkapan berikutnya dikelompokkan menjadi kelompok b (dengan tanda nomor dan l~rutanlokasi operasi penangkapan masing-masing 1,3,2; 2,1,3; dan 3,2,1). Selanjutnya kelompok a (1,2,3; 2,3,1; dan 3,1,2) dan kelompok b (1,3,2; 2,1,3; dan 3,2,1) dilakukan pengacakan sampai 5 kali, sehingga setiap lokasi penangkapan mendapat perlakuan waktu yang sama yakni 30 ulangan. Selama operasi penangkapan atau pemancingan berlangsung, dilakukan pengukuran waktu penangkapan dan parameter oseanografi suhu permukaan laut dan kecerahan perairan. Pemancingan dan pengukuran parameter oseanografi tersebut
dilakukan setiap 2 hari sekali selama dua bulan operasi penangkapan. Dengan demiluan terdapat jumlah ulangan percobaan sebanyak 30 ulangan. Apabila pada waktid operasi pemancingan yang telah ditentukan (waktu 1, 2 dan 3) tidak terdapat gerornbolan Cakalang, maka operasi pemancingan dan pengukuran parameter tetap dilakilkan sehingga jumlah ulangan setiap perlakuan sama.
- Waktu
Penangkapan
Guna menentukan perlakuan waktu penangkapan, didalam satu hari penangkapan dibagi dalam tiga periode waktu yakni pagi hari (waktu 1) antara pukul 06.00-08.00, menjelang siang (waktu 2) pukul 08.00-10.00 dan siang hari (waktu 3) jam I. 0.00- 12.00. Pembagian waktu penangkapan ini didasarkan bahwa penangkapan dengim pole and line di perairan Laut Sawu dilakukan mulai pagi sarnpai tengah hari. Data waktu penangkapan diperoleh dengan mencatat jam-jam pemancingan pada saat pertama kali ikan dinaikkan ke atas geladak kapal setiap kali diadakan pemancingan. Apabila terjadi operasi pemancingan dari satu periode waktu sampai dengim periode berikutnya, operasi pemancingan tetap dilanjutkan dan data hasil tangk:apan dimasukkan pada periode yang terdahulu.
-
Suhu Perairan
Guna menentukan suhu permukaan laut, pada saat kapal sudah berhenti untuk mengadakan operasi pemancingan segera dilakukan pengukuran. Pengukuran dilahlkan dengan mencari tempat di kapal yang serendah mungkin untuk
memudahkan pembacaan skala. Thermometer dimasukkan ke dalam air sekitar 20 centimeter dengan posisi vertikal dan berada dalam air sekitar 5 menit.
- Kecerahan Perairan Guna menentukan kecerahan perairan, kecerahan diukur di bagian lambung kapal sebelah kanan pada saat kapal sudah berhenti untuk mengadakan operasi pemancingan. Secchi disk segera diturunkan ke dalam air laut dengan tali yang bertanda secara perlahan-lahan sampai lenyap dari penglihatan mata. Kecerahan perairan dapat diukur dengan menghitung panjangnya tali yang masuk ke dalam air tersebut. Pemantapan pengamatan dan pengukuran ditempuh dengim cara menurunkan secchi disk lebih kedalam lagi dan ditarik keatas secara perlal~an-lahan sampai terlihat lagi. Panjang tali yang masuk kedalam air dapat dihitung sebagai kecerahan perairan. Harga rata-rata dari kedua pengamatan diambil sebagai kecerahan pada waktu dan lokasi di perairan tersebut.
-
Hasil Tangkapan
Data hasil tangkapan berupa jumlah ekor ikan diperoleh dengan menghitung ikan dalam setiap kali selesai pemancingan dengan menggunakan alat hitung (cou~rter)sambil dimasukkan ke dalam palkah ikan. Untuk mendapatkan data tambahan hasil tangkapan berupa jumlah berat hasil tangkapan dilakukan dengan cara mengambil sample ikan yang dipilih secara acak. Pada saat ikan dimasukkan kedalam palkah, ikan diambil dengan menggunakan
"Mei'odePenariki Contoh Sistematik" yakni menimbang setiap ikan yang kelipatan ke-5 (5, 10, 15 dan seterusnya) sampai selesai. Hasil penimbangan dirata-ratakan dan dikalikan jumlah ekor hasil tangkapan. Diddarn perhitungan-perhitungan selanjutnya, untuk mendapatkan data hasil tanglapan ikan digunakitn jumlah ekor. Hal ini mengingat bahwa alat tangkap yang digunakan dalam penelitian addah pale and h e , dimana tsrtangkapnya ikan dengan alat ini satu per satu.
- Data
Tambahan Sebagai data tambahan adalah data pembanding terhadap data suhu
permukaan laut (SPL) yang diperoleh di lapangan (sea tmth), yaitu data suhu pemukaan laut yang diukur mdalui satelit pada waktu yang bersamaan dengan pmc;itatan data s u b pern~ukaasllaut di lapangan. Data suhu permukaan Iaut yang diperoleh meldui satelit tersebut diterima dm diproses di Stasiun Penerima Data Satelit Lingkungan dan Cuaca, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (SAT'CA - LAPAN) yang berlokasi di Pekayon Pasar Rebo, Jakarta Timur. Data suhu yang dipmoleh melahi satelit tersebut diatas yang digunakan adalah sebanyak 12 citra, masing-masing 4 citra bulan Juli, 4 citra bulan Agustus 2000 yang smuanya mewakili Musim Timur, dan 4 citra pada bulan September 2000 yang mewakili Musim Peralihan 11.
3.3.2. Analisis Data
- Data Utama Untuk mengetahui pengaruh waktu, suhu permukaan laut dan kecerahan perairan tmhadap hasil tangkapan digunakan "General Linear Modet' dari Program Minitab 13.20. Ketiga perlakuan tersebut dicobakan pada tiga lokasi yang telah ditentukan secara acak.
- Pendugaan model +L,+ Wj+L,Wj+ a ( S - S ) + P ( K - K ) + E *
Model: Yijk= Kdei-angan :
E ijk = error
hasil
Yijk =
,D
L
=
lokasi
W
=
waktu
S
=
suhu
K
=
kecerahan
=
rataan umum
=
koefisien regresi untuk suhu
/?= koefisien regresi untuk kecerahan
Asunlsi : E ;,k menyebar normal dengan ragam (variance) yang homogen - Penleriksaan asurnsi kenormalan (Anderson Darling Normakip Test)
Hipotesa : &J
: ragam
E ijk normal
: ragam E ijk tidak normal - Penieriksaan Diagram Kotak Garis
Dalam diagram ini diperiksa ada tidaknya data yang ekstrem (pencilan).
- Perneriksaan asumsi kehomogenan (Bartlett S Test dan Levene S Test) Hipotesa : & : ragam E ijk homogen HI : ragam E ijk tidak homogen
- Perneriksaan hasil Jika nilai P > 0.05 -b
terima Ho
JikanilaiP<0.05
tolak&
-b
Jika hasil pemeriksaan sudah terima
6, prosedur dihentikan dan hasil Anava
ditafsirkan. Jika hasil pemeriksaan belum terima &, prosedur diulang kembali dengan membuang data yang ekstrem (pencilan) sampai terima Ho.
- Peniafsiran hasil Anava Jika nilai P > 0.05 Jika nilai P < 0.05
---+ terima Ho,berarti tidak berbeda nyata ---+tolak &,berarti berbeda nyata
Jika berbeda nyata, diadakan uji lanjut dengan menggunakan Tukey Test, guna menentukan pengaruh perlakuan yang paling baik terhadap hasil tangkapan.
- Data Tambahan Data citra suhu permukaan laut (SPL) untuk daerah penelitian, didapat dan diproses di Laboratorium Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh (PUSFATJA)
-
LAPAN Pekayon, Jakarta Timur. Pengolahan data citra satelit NOAA-AVHRR menjadi kontur SPL terdiri dari 7 tahap, sebagai berikut :
- Talhap Pemilihan Citra Bebas Awan Tahap ini didasarkan pada prosentase luasan awan, noise dan kemungkinan lain yang menyebabkan citra tidak layak diolah pada tahap selanjutnya. Tahap ini dilakukan untuk mendapatkan hasil perhitungan SPL yang diteliti dimana pengaruh nilai awan terhadap nilai SPL sangat kecil.
- Tallap Pemotongan Citra (Cropping) Citra-citra yang diat~ggaplayak untuk diproses melalui program SPL 121 selanjutnya di-cropping sesuai dengan lokasi penelitian. Lokasi perairan Laut Sawu tempat penelitian berada pada posisi 09'
-
1lo LS dan 122' - 124' BT berdasarkan
letaknya di permukaan bumi.
- Talbap Perhitungan Nilai SPL (1) Perhitungan Suhu Kecerahan Tahap pertama untuk menghitung suhu kecerahan dari data NOAAIAVHRR adalah proses kalibrasi data radometer count (data digit) menjadi besaran radiansi multikanal yaitu kanal 4 dan 5, sehingga komputasi suhu kecerahan hanya dilakukan untub; kedua kanal tersebut. Persaman kalibrasi yang digunakan adalah : L i = S i x N i F + I i ............................................................... Keterangan : Li = radiansi kanal ke-i Si = koefisien slope (gain) data kanal ke-i
1)
Ni= data radionaete~"-coecnb setiap piksd individu pada kanal ke-i Ii = koefisien intersep data kanal ke-i F
= konstanta
penyetara untuk data AVHRR yang mempunyai tingkat
keabuan berbeda (F=l untuk data 10 bit dan F=4 untuk data 8 bit)
i
=
kanal radiometer 4 d m 5
Suhu kecerahan (Tb;) diperoleh melalui proses konversi data radiansi (Li) dengan menerapkan persarnaan sebagai berikut :
Koefisien CXuntuk kanal 4 dan 5 masing-masing adalah 9.2227 dan 8.9824, sedarlgkan koefisien S adalah -1235.250 dan -1244.250. (2) Perhitungan Suhu Air Suhu air (Tw~)dihitung dari koreksi suhu kecerahan (Tbi) untuk masingmasirkg kanal dengan memasukkan nilai koreksi ernisitas air (E). Nilai koreksi emisitas air yang dipergunakan addah 0.98. Persamaan yang digwakan untuk menghitung Tw; adalah : C x Yi
T w ~=
.................................. .3)
In (1 - € + € x exp (C x Yi /Tbi)) Keter.angan : Twi C
=
suhu air pada kanal ke-i
= konstanta radiasi surya (1.438833 cm.K)
Yi
= central wave number kanal inframerah jauh
(kanal4 = 927.73 em-' dan kanal5 = 838.35 em-') Tbi = suhu kecerahan terkoreksi (3) Penentuan Suhu Permukaan laut Estimasi suhu permukaan laut diperoleh dengan memasukkan suhu air masing-masiig kanal ke dalam suatu persamaan algoritma. Algoritma yang digunakan untuk perhitungan suhu permukaan laut yaitu dengan metode hasil pengembangan McMillin dan Crosby (1984) sebagai berikut : SPL = TW4 + 2.702(TW4 -TW5) - 0.582 - 273.. ....... . . . . . . . . . ...... . . . . . . ....4) Ketel-angan : SPL
= suhu perrnukaan
laut ( OC )
TW4 = suhu air pada kanal4 TWs = suhu air pada kanal 5
273 = suhu absolut (" K)
- Tatlap Klasifikasi SPL Untuk memudahkan analisis selanjutnya dilakukan proses klasifikasi citra hasil perhitungan SPL dengan membagi nilai antara suhu permukaan laut terendah sampai tertinggi ke dalam interval nilai suhu tertentu.
- Talhap Koreksi Geometrik Proses koreksi geometrik ini dilakukan melalui program Idrisi 4.1 dengan menggunakan peta lingkungan laut atau peta navigasi laut sebagai referensi dalam mentmtukan titik kontrol tanah. Untuk memudahkan dalam membaca dan menganalisis distribusi SPL, dibuat garis-garis koordinat &id)
pada citra SPL
dengan satuan lo. Legenda dibuat untuk menyatakan kisaran suhu permukaan laut dengan kisaran suhu 22'- 32' C. Kisaran suhu tersebut dibuat dalam range 0.5' C dan masing-masing range suhu diwakili oleh warna tertentu.
- Tallap Pembuatan Kontur SPL Citra-citra SPL yang telah dikoreksi geometrik tersebut dibuat kontur suhunya untul; mempermudah dalam menganalisis pola distribusi SPL dan fenomenafeno~nenaoseanografi yang terjadi (daerah upwelling, thermal pant dan pola arus). Pemt~uatan kontur SPL ini melalui software SurjCer versi 6.04. Proses awal pengolahan kontur SPL ini berdasarkan data citra SPL yang sebelurnnya telah diolah melalui software Idrisi versi 4.1 melalui menu Pointvec dan Vectosur. Hasil pengolahan citra SPL dari menu Pointvec dan Vectosur berupa data vector yang terdiri dari 3 kolom. Kolom pertarna dan kedua merupakan data posisi (bujur dan lintang), sedangkan kolom ketiga menrpakan data SPL. Data citra yang telah berupa data vector ini kemudian diubah kedalarn bentuk kontur SPL melalui sothare Surfer versi 6.04. Pengkelasan nilai SPL pada kontur SPL dibuat sama
dengan pengkelasan pada citra SPL, yaitu kelas SPL terendah 22' C, sedangkan kelas SPL tertinggi 32' C. Nilai suhu pada kontur SPL dibuat dalam kisaran 0.5' C untuk masiiig-masing kelas suhu dan masing-masing kisaran suhu tersebut diwakili oleh warna tertentu yang sama dengan warna pada citra SPL. Nilai-nilai suhu diluar kisaran 22'-32'
C dihilangkan karena dianggap mewakili suhu awan atau suhu
daratan.
- Tal~apPenggabungan Kontur SPL dengan Hasil Digitasi Bentuk Daratan Proses overlay dilakukan terhadap kontur SPL dan hasil digitasi daratan
(P. l'imor, P. Flores, P. Semau). Proses digitasi daratan dilakukan melalui program Idrisi for wimbw. Proses overlay ini menghasilkan peta distribusi SPL di perairan Laut Sawu, Nusa Tengara Timur.
- Tatlap Pengeplotan Kontur SPL dengan Lokasi Penelitian Data hasil tangkapan yang berupa jurnlah hasil tangkapan untuk tiga lokasi d i p l o t h dengan kontur SPL yang sesuai dengan posisi pada saat operasi penarlgkapan ikan dilakukan. Tampilan akhir kontur SPL yang telah berupa peta daerah penangkapan ikan Cakalang tersebut disempurnakan dengan pembuatan legenda dan atribut-atribut lainnya melalui program Paint dan Power Point.