49
3 METODOLOGI PENELITIAN 3. 1 Metode Penelitian Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dan eksperimen laboratorium. Menurut Nazir (1999), metode survei adalah penelitian yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan secara faktual baik tentang instansi sosial dan ekonomi dari usaha kelompok atau suatu daerah. Penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai penelitian yang di dalamnya melibatkan manipulasi terhadap kondisi subjek yang diteliti, disertai upaya kontrol yang ketat terhadap faktorfaktor luar serta melibatkan subjek pembanding atau metode ilmiah yang sistematis yang dilakukan untuk membangun hubungan yang melibatkan fenomena sebab akibat (Arifin 2009), sedangkan metode eksperimen laboratorium yaitu suatu metode yang digunakan untuk mendapatkan data-data yang dilakukan dengan percobaan di laboratorium dan pengamatan secara langsung, sistematis terhadap kejadian-kejadian obyek yang diteliti (Sudjana 1989). 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Sebamban Baru, Kecamatan Sungai Loban, Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan. Penelitian ini dilaksanakan selama 10 (sepuluh) bulan, mulai bulan Januari 2010 sampai Oktober 2010. 3.3 Jenis dan Sumber Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui metode pengamatan lapangan (observasi), sampling (random dan purposive) dan ground check terhadap objek penelitian serta penggunaan kuisioner dan wawancara dengan stakeholders yang terkait dengan materi penelitian, sedangkan data primer yang diperoleh dari kegiatan laboratorium dikumpulkan melalui eksperimen laboratorium. Data sekunder dikumpulkan dengan cara penelusuran berbagai literatur dan pustaka pada berbagai instansi terkait sesuai materi yang dikaji. Uraian data yang dibutuhkan secara lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 5.
50 Tabel 5 Data penelitian yang dikumpulkan No.
Kategori
Jenis Data
Sumber
Ket
1. Data Biogeofisik a.
Fisik, Kimia, Oceanografi
b.
Fisiografi
c. Ekosistem 2. Data daya dukung a. Fungsi Filter mangrove
b.
Daya dukung
c
Rasio mangrove: tambak
3. Data Valuasi Ekonomi a. Perekonomian
4. Data Pendukung a. Peta
Buku laporan
Kecepatan arus, pasang surut, salinitas perairan, pH, suhu, DO, NH3-N, NO3-N Bentang alam, tofografi dan hidrologi Mangrove
Ground check
Data primer; purposive sampling
Instansi terkait
Data sekunder
Ground check
Data primer
Pertumbuhan tanaman 2 jenis mangrove dan kandungan N pada daun, kulit batang dan akar mangrove NH 3 -N outflow dan inflow, NH 3 -N loading, pasang surut, konsentrasi NH 3 -N, bakumutu untuk NH3-N, luas area tambak Perhitungan rasio mangrove tambak
Eksperimen laboratorium
Data primer, RAL faktorial dan tabulasi
Ground check
Data primer dan data sekunder; purposive sampling
Hasil eksperimen a dan b; expert judgement
Data primer dan data sekunder
Tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, dan umur, produksi tambak, nilai manfaat langsung dan nilai manfaat tidak langsung tambak dan mangrove
BPS, Statistik Perikanan
Data primer dan Sekunder
Peta lokasi penelitian
Citra Landsat ETM tahun 2001 dan tahun 2010 Bappeda, BPS, Instansi Terkait
Data sekunder
RTRW, Propeda, Renstra, Administrasi dan Pemerintahan, Kebijakan Pembangunan Sektoral dan data lainnya yang terkait
Data sekunder
3.4 Metode Analisis Data Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Data yang sudah dikumpulkan dianalisis secara deskriptif, dan disajikan dalam bentuk tabel dan perhitungan matematik. Di dalam analisis data, beberapa formula digunakan dalam penentuan
51 hasil untuk mencapai jawaban yang diinginkan dalam tujuan penelitian ini. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara bertahap. Tahapan pengumpulan data berdasarkan pada tujuan, alat analisis utama dan output yang ingin dicapai dapat dilihat pada Gambar 4 dan Tabel 6. Tabel 6 Tahapan pengumpulan data berdasarkan tujuan, alat analisis utama dan output yang diinginkan dalam penelitian No. 1.
Tujuan Keterkaitan ekologisekonomis kegiatan Budidaya PerikananMangrove
Alat Analisis Utama Analisis ekologi-ekonomi Analisis biaya-manfaat
2.
Estimasi daya dukung pemanfaatan ekosistem pesisir untuk pengembangan budidaya perikanan
3.
Mengembangkan model pengelolaan pesisir berbasis budidaya perikanan
Anova, analisis daya dukung mass balance formula Tchobanoglous 1990 dan Predalumpaburt 1996 Formula Widigdo dan Pariwono (2003), formula rasio tambak dan mangrove Modeling ekologi-ekonomi
Output Teridentifikasi keterkaitan eko-logis-ekonomis kegiatan budi-daya perikanan dan ekosistem mangrove Tersusunnya daya dukung pemanfaatan ekosistem di kawasan pesisir untuk pengembangan budidaya perikanan
Tersusunnya model pengelola-an pesisir berbasis tambak di Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan
Khusus untuk pemodelan dinamis, metode analisis yang digunakan dikelompokan dalam 2 (dua) sub model yaitu : Sub model 1 dimensi ekologi tambak dan mangrove serta daya dukung. Tujuan mendapatkan nilai ekologi tambak dan mangrove, dan seberapa besar daya dukung lingkungannya terhadap model pengembangan kawasan
pesisir
Kabupaten Tanah Bumbu berbasis budidaya pesisir berwawasan lingkungan. Sub model 2 dimensi ekonomi mangrove dan tambak, menggunakan pendekatan analisis model untuk menggambarkan pemanfaatan barang dan jasa lingkungan mangrove dan dilakukan valuasi ekonomi,
dengan tujuan untuk
melihat nilai ekonomi dari model pengelolaan mangrove dan budidaya perikanan. Rancang bangun model pengembangan kawasan pesisir berbasis budidaya perikanan dilakukan dengan cara simulasi terhadap beberapa skenario pengelolaan, dengan menggunakan software Power Sim Studio 5 sebagai alat bantu analisis.
52
MULAI
Fungsi filter mangrove terhadap N Limbah
INPUT
Data untuk dayadukung Mass Balance
PROSES
Analisis Daya Dukung
OUTPUT
Tersusunnya Daya Dukung Pemanfaatan Ekosistem Pesisir untuk Pengembangan Budidaya Perikanan.
T A H A P I
Data Ekologis-Ekonomis Budidaya Perikanan dan Ekosistem Mangrove
INPUT
PROSES
Analisis Ekologi-Ekonomi Budidaya Perikanan dan Mangrove
OUTPUT
Keterkaitan Ekologi-Ekonomi Kegiatan Budidaya Perikanan dan Ekosistem Mangrove
T A H A P II
Rancang Bangun Diagram Sebab Akibat Pengelolaan Mangrove-Tambak
INPUT
Analisis Skenario (Dynamic model, validasi, sensitivitas)
PROSES
T A H A P III
OUTPUT
Model Pengelolaan Pesisir berbasis Budidaya Perikanan
SELESAI
Gambar 4 Diagram alir tahapan analisis data.
53 3.4.1 Analisis Daya Dukung Pengukuran daya dukung dalam penelitian terdiri dari 3 macam kegiatan, yakni pengukuran lapangan dan laboratorium yang bertujuan untuk mengetahui : (1) daya dukung berdasarkan kuantitas air di perairan pesisir, (2) eksperimen laboratorium fungsi filter mangrove terhadap limbah tambak dan (3) pengukuran lapangan untuk perolehan data daya dukung model mass balance berdasarkan total ammonia-nitrogen. Data hasil pengukuran (1) digunakan untuk mengetahui kapasitas asimilasi perairan terhadap limbah tambak, dan digunakan sebagai dasar perhitungan mengestimasi rasio luas mangrove dan tambak lestari,
hasil
eksperimen (2) digunakan sebagai dasar dalam pembuktian bahwa mangrove mampu menyerap limbah yang dikeluarkan oleh tambak. Sedangkan hasil pengukuran (3) melihat dampak lingkungan limbah tambak terhadap perairan pesisir serta mengetahui luas daya dukung perairan pesisir berdasarkan model mass balance. (1)
Pengukuran Daya Dukung Berdasarkan Kuantitas Air Di Perairan Pesisir Pengukuran daya dukung mengacu pada kuantitas air yang tersedia
di perairan pesisir. Pengamatan parameter-parameter y, h, x dan θ yang digunakan untuk menentukan kapasitas asimilasi perairan pesisir dinyatakan dengan rumus Widigdo dan Pariwono, 2001) yaitu V perairan = 0,5 hy (2x - (h/tanθ)) dengan ketentuan: y = panjang garis pantai kawasan, h = kisaran pasut, x = jarak dari garis pantai pada saat air pasang ke arah laut sampai mencapai titik dimana kedalaman air pada saat surut adalah satu meter, θ = sudut kemiringan pantai. Selain itu juga dilakukan pengamatan parameter yang terkait dengan kondisi tambak seperti tinggi rata-rata air tambak dan luas tambak yang ada saat ini. Menentukan luas tambak maksimum yang masih dapat didukung pada kawasan pesisir di daerah studi dengan memperhatikan pernyataan bahwa perairan penerima limbah harus memiliki volume 60-100 kali lipat dari volume limbah yang dibuang.
54 (2) Estimasi Rasio Luas Mangrove dan Luas Tambak Lestari Berdasarkan hasil perhitungan kapasitas asimilasi perairan pesisir yang dinyatakan dengan rumus Widigdo dan Pariwono (2001), digunakan sebagai dasar dalam mensimulasi daya dukung wilayah pesisir Kabupaten Tanah Bumbu. Rasio luas pengembangan areal tambak lestari dan kebutuhan luas mangrove yang diperlukan dalam menyerap limbah buangan tambak. Untuk menghasilkan luas tambak lestari dengan alur pendekatan seperti pada Gambar 5.
Aktivitas Pertambakan
Eksperimen
Laju Penyerapan Limbah
Limbah Tambak
Luas Hutan Mangrove (M)
Daya Dukung (X) Kapasitas Penyerapan Limbah (Y)
Ekonomi
Pendapatan Masyarakat
Produksi
Daya Dukung Terkoreksi (X-Y) Luas Tambak Lestari (Z)-(M)
Intensif
Semi intensif
Tradisional
Gambar 5 Alur pendekatan untuk mendapatkan luas tambak lestari. Bila dalam praktek di lapangan, luas tambak (A hektar) sebagian dikonversi menjadi tambak semi intensif dan tradisional plus sehingga diperoleh kombinasi: (a) W% tambak intensif, (b) X% semi intensif, dan (c) Y% tradisional, maka komposisi areal tambak menjadi: (1) Tambak intensif = 0,01 W.A hektar, 2) Tambak semi intensif = 0,01 X. A hektar, dan 3) Tambak tradisional plus = 0,01 Y.A hektar. Berarti : A = 0,01 A (W+X + Y) hektar. Formula ini digunakan menampilkan berbagai kombinasi luas tambak dalam batasan daya dukung
55 maksimum dan optimum. Nilai ekologi ekonomi diperoleh berdasarkan perkalian masing-masing kombinasi hasil luas simulasi dikalikan dengan nilai ekonomi dari masing-masing tingkat teknologi tambak, sehingga dari perhitungan ini diperoleh nilai ekologi ekonomi tambak maksimum yang mendekati luas tambak lestari. (3) Percobaan Fungsi Filter Mangrove Terhadap Limbah Tambak Percobaan fungsi mangrove sebagai filter terhadap limbah dilakukan skala laboratorium. Pemeliharaan udang dilakukan dalam sebuah kolam berukuran 2,4 m x 8,5 m x 1,30 m yang diisi air laut. Pemeliharaan yang dilakukan menyerupai pemeliharaan dalam tambak intensif, dengan pemberian pakan tambahan. Desain tempat pemeliharaan udang dan mangrove dapat dilihat pada Lampiran 3. Komoditas percobaan menggunakan udang Vaname (Litopenaeus vannamae) dengan padat tebar menurut Poernomo (1988) yaitu benur ukuran PL-20 dengan padat tebar antara 30->40 ekor/m3. Limbah pemeliharaan udang sistem resirkulasi dialirkan ke tempat percobaan pemeliharaan tanaman uji. Tanaman uji terdiri dari dua jenis mangrove yaitu Avicennia dan Rhizophora yang ditanam dalam media tanah, ditampung dalam wadah berukuran 2 m x 1 m x 1 m sebanyak 12 unit pemeliharaan. Setiap hari dialiri air yang berasal dari limbah pemeliharaan udang dan dibiarkan tergenang selama waktu 12 jam (mengikuti siklus pasut), kemudian aliran dihentikan selama 12 jam berikutnya. sampling dilakukan setiap periode waktu 30 hari selama 4 bulan masa pemeliharaan. Parameter yang dianalisa terdiri atas (1) Nilai N total diukur konsentrasinya dari ekstrak daun, kulit batang dan akar tanaman mangrove. (2) konsentrasi N total dari air limbah pemeliharaan udang sebelum dialirkan ke wadah pemeliharaan mangrove, dan setelah melalui wadah pemeliharaan mangrove. (3) pertumbuhan diukur dari
pertambahan panjang baku 2 jenis anakan
mangrove. Hasil analisis kandungan N total
dalam daun, kulit batang dan akar
mangrove ditampilkan dalam bentuk tabulasi dan grafik. Dalam rangka memenuhi persyaratan sidik kuantitatif, maka percobaan ini menggunakan rancangan acak lengkap faktorial (Randomized Complete Design) 2 x 2 yang dilakukan selama
56 4 bulan masa pemeliharaan. Faktor pemberian air laut 2 taraf yaitu pemberian air laut biasa (N0), dan air laut yang mengandung air limbah buangan organik (N1), yang berasal dari pemeliharaan udang. Faktor jenis mangrove terdiri dari jenis Avicennia (V1) dan Rhizophora (V2), sehingga terdapat 4 kombinasi perlakuan yakni: 1 V1N0 = Anakan Avicennia dengan pemberian air laut biasa 2
V2N0 = Anakan Rhizophora dengan pemberian air laut biasa
3
V1N1 = Anakan Avicennia dengan pemberian air limbah organik
4
V2N1= Anakan Rhizophora dengan pemberian air limbah organik
Masing-masing kombinasi perlakuan diulang sebanyak 3 kali, maka jumlah petak yang harus disediakan adalah 4 x 3 = 12 petak pemeliharaan. Sebagai penera terhadap percobaan ini juga dilakukan uji awal kandungan N total dari daun, kulit batang dan akar kedua jenis mangrove pada tinggi tanaman yang berbeda; dari anakan, sampai mangrove yang paling tinggi pada lokasi penelitian sebelum perlakuan dimulai. Pengukuran kualitas air pada lokasi tambak yang masih ada mangrove, dan pada lokasi tambak yang tidak ada mangrove pada lokasi yang berdampingan. Model linier rancangan percobaan berdasarkan Gaspersz (1991) adalah : ……............................................
(1)
i= l..., a. j = 1...,b. k=1...,r Yijk adalah laju pertumbuhan anakan mangrove pada pengamatan ke-k yang memperoleh perlakuan ij (taraf ke i dari perlakuan jenis mangrove dari faktor pemberian air laut ke-j (mm/hari), µ adalah pengaruh rata-rata umum; αi adalah pengaruh aditif ke- i dari faktor jenis mangrove, ßj adalah
pengaruh
aditif ke-j dari faktor pemberian air laut ke-j; (αβ)ijk adalah pengaruh interaksi taraf ke-i faktor jenis mangrove dan taraf ke-j faktor pemberian air laut ke-i;
εijk adalah
pengaruh galat dari satuan percobaan ke-k yang memperoleh
kombinasi perlakuan ij. Kemampuan mangrove sebagai penyerap limbah N, dilihat dari apakah ada pengaruh limbah N dalam media percobaan terhadap laju pertumbuhan tinggi anakan mangrove. Asumsi yang diperlukan untuk model ini adalah :
57
i i
j j
ij i
ij
0 .......................................
(2)
j
Untuk mengetahui apakah pemberian perlakuan air buangan limbah, dalam media percobaan berpengaruh terhadap laju pertumbuhan anakan mangrove, maka dilakukan analisis variansi (ANOVA) terhadap data hasil percobaan.
Tabel 7 Analisis variansi (ANOVA) percobaan RAL faktorial yang terdiri dari dua faktor Sumber Keragaman Perlakuan A B AB Galat Total
DB ab-1 a-1 b-1 (a-1)(b-1) ab(r-1) rab-1
JK JKP JK(A) JK(B) JK(AB) JKG JKT
KT KTP KT(A) KT(B) KT(AB) KTG -
Hipotesis yang perlu diuji adalah sebagai berikut. Hipotesis pertama H0 : (αβ)ij = 0 yang berarti tidak ada pengaruh interaksi mangrove dengan pemberian air laut yang diamati (faktor A dan B), Hi = ada pengaruh interaksi
jenis
mangrove dengan pemberian air laut yang diamati. Hipotesis kedua H0 : (α)i = 0 yang berarti tidak ada perbedaan respon antara kedua jenis
mangrove yang
diujicobakan (faktor A). Hi = ada perbedaan respon antara kedua jenis mangrove yang diujicobakan. Hipotesis ketiga H0 : (β)j = 0 yang berarti tidak perbedaan respon antar taraf pemberian air laut (faktor B), Hi = ada perbedaan respon antara taraf pemberian air laut. Jika terdapat interaksi (H0 ditolak) maka tidak perlu lagi melakukan pengujian hipotesis kedua dan ketiga. Kaidah pengujian hipotesis kedua adalah jika F hit A > Fα(v1,v2) maka tolak H0; dan jika F hit A ≤ Fα(v1,v2) maka terima H0. Pengujian hipotesis ketiga F hit B > Fα(v1,v2) maka tolak H0; dan jika F hit B ≤ Fα(v1,v2) maka terima H0 F hit interaksi > Fα(v1,v2) maka tolak H0; dan jika F hit interaksi ≤ Fα(v1,v2) maka terima H0. (4) Analisis Daya Dukung Berdasarkan Model Mass Balance (Tookwinas 1998) Daya dukung model mass balance berdasarkan total ammonia-nitrogen, merupakan pengukuran data lapangan yang digunakan untuk melihat dampak
58 lingkungan limbah tambak dan daya dukung perairan pesisir di Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan. Data yang diperlukan untuk analisis daya dukung model mass balance ini terdiri dari volume air laut tersedia (Vo), volume air laut tersisa pada saat surut (Vs) dan total ammonia-nitrogen (NH3-N). Estimasi daya dukung dengan konsep model mass balance menggunakan formula (Tchobanoglous 1990 dan Predalumpaburt 1996 in Tookwinas 1998) sebagai berikut.
NAL …………………….……………………. AL
CC
(3)
CC adalah Carrying capacity; NAL adalah Net Ammonia Loading; AL adalah Ammonia Loading. Untuk mendapatkan nilai daya dukung (CC), maka perlu melakukan perhitungan- perhitungan melalui formula berikut ini.
NAL
MAO
AO …………………………….………………..
(4)
MAO adalah Max. Ammonia Outflow; AO adalah Ammonia Outflow. MAO
R
R.MAI ………………………………….………………
(5)
AO ………………………………………………………… AI
(6)
R adalah Removal rate; AI adalah Ammonia inflow.
CC
R.MAI AO ……………………………………………… AL
Kemudian untuk mendapatkan nilai
(7)
Ammonia Outflow (AO) dan
Ammonia Inflow (AI) dilakukan perhitungan berikut ini. ……………………………..................
(8)
AO adalah Ammonia Outflow; J adalah Low tide level pada jam ke satu sampai jam ke-n (jam); Aj adalah Cross section area (garis melintang area pada j jam m2);
59 Vj adalah Kecepatan arus pada j jam (m/dt); Cj adalah konsentrasi ammonianitrogen pada j jam (mg/l). ……………………………................
(9)
AI adalah Ammonia Inflow; I adalah High tide level pada jam ke satu sampai jam ke-n (jam); Ai adalah Cross section area (garis melintang area pada i jam (m2); Vi adalah kecepatan arus pada i jam (m/dt); Ci adalah konsentrasi ammonia-nitrogen pada i jam (mg/l). ……………………………........ MAI adalah Maximum Ammonia Inflow; i
m
(10)
adalah High tide level pada jam ke
satu sampai jam ke-n (jam); Aim adalah Ai; Vim adalah Vi; Cim adalah konsentrasi ammonia-nitrogen pada level aman 0,1 mg/l (Tookwinas 1998). Data Vo dan Vs berdasarkan formula Widigdo dan Pariwono (2001) dan Tookwinas (1998) dilakukan modifikasi untuk mendapatkan formula baru dalam penelitian ini berupa gabungan formula keduanya. Modifikasi ini merupakan pengembangan metode estimasi daya dukung berwawasan lingkungan. 3.4.2 Analisis Nilai Ekonomi Budidaya Perikanan dan Mangrove Kerangka pendekatan penilaian ekonomi menurut Barbier et al. (1997) in Adrianto (2006) terdapat 3 tahapan utama dalam melakukan valuasi ekonomi sumberdaya pesisir dan laut, yaitu : 1 Tahap pertama, adalah mendefinisikan problem dan memilih pendekatan yang tepat untuk melakukan penilaian ekonomi. 2
Tahap kedua, adalah mendefinisikan ruang lingkup dan batasan dari analisis yang dilakukan serta informasi yang diperlukan untuk melakukan pendekatan terpilih.
3
Tahap ketiga, adalah mendefinisikan metoda pengumpulan data dan teknik valuasi termasuk analisis dan distribusi dampak yang mungkin dari pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut.
60 Ketiga tahapan tersebut diatas dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan penilaian ekonomi secara utuh, yang menggambarkan willingness to pay yang benar dari masyarakat terhadap manfaat yang dihasilkan dari ekosistem pesisir dan laut. Berdasarkan kerangka pendekatan tersebut diatas, maka analisis nilai ekonomi budidaya perikanan yang digunakan dalam penelitian ini, adalah dengan pendekatan extended cost benefit analysis (ECBA) yang diawali dengan metode valuasi ekonomi. Total economic value (TEV) dalam konsep ini dikategorikan ke dalam 2 (dua) komponen yaitu use value (UV) dan non use value (NUV) sehingga dapat diformulasikan sebagai berikut. TEV
UV
NUV .............................................................
TEV adalah Total economic value (nilai ekonomi total); UV
(11)
adalah Use value
(nilai manfaat); NUV adalah Non use value (bukan nilai manfaat). Pada dasarnya nilai manfaat (use value) diartikan sebagai nilai yang diperoleh seorang individu atas pemanfaatan langsung dari sumberdaya alam, dimana individu tersebut berhubungan langsung dengan sumberdaya alam dan lingkungan, yang didalamnya termasuk pemanfaatan secara komersial atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya alam, misalnya ikan, kayu, dan lainlain, yang bisa dikonsumsi langsung atau dijual. Nilai manfaat ini secara lebih rinci adalah sebagai berikut. UV
DUV
UV adalah Use value
IUV
OV ...........................................................
(nilai manfaat); DUV adalah Direct use value
(12) (nilai
manfaat langsung); IUV adalah Indirect use value (nilai manfaat tidak langsung); OV adalah Option value (nilai pilihan). Nilai manfaat langsung (direct use value) merujuk langsung pada konsesi sumberdaya alam seperti kayu sebagai bahan bakar, sedangkan nilai manfaat tidak langsung (indirect use value) merujuk pada nilai yang dirasakan secara tidak langsung dari barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya alam dan lingkungan, seperti pencegahan banjir dan nursery ground dari ekosistem mangrove, sedangkan nilai pilihan (option value) merupakan suatu nilai yang
61 menunjukan pilihan seorang individu untuk membayar dalam melestarikan sumberdaya alam bagi pengguna lainnya dimasa mendatang. Komponen bukan nilai manfaat (non use value) adalah nilai yang diberikan kepada sumberdaya alam atas keberadaannya meskipun tidak digunakan secara langsung, yang lebih bersifat sulit diukur karena lebih didasarkan pada preferensi terhadap lingkungan ketimbang pengamatan langsung. Bukan nilai manfaat ini secara lebih rinci adalah sebagai berikut. NUV QOV
BV
EV .................................................................
(13)
NUV adalah Non use value (bukan nilai manfaat); BV adalah Bequest value (nilai pewarisan); EV adalah Existence value (nilai keberadaan); QOV adalah Quasi option value (nilai pilihan untuk menghindari kerusakan yang irreversible). Pada dasarnya nilai keberadaan (existence value) adalah penilaian yang didasarkan kepada penilaian yang diberikan dengan terpeliharanya sumberdaya alam dan lingkungan, nilai pewarisan (bequest value) diartikan sebagai nilai yang diberikan oleh generasi kini dengan menyediakan atau mewariskan sumberdaya alam dan lingkungan kepada generasi mendatang, nilai pilihan untuk menghindari kerusakan yang irreversible (quasi option value) mengandung makna ketidakpastian, nilai ini merujuk pada nilai barang dan jasa dari sumberdaya alam yang mungkin timbul sehubungan dengan ketidak-pastian permintaan dimasa mendatang. Dari persamaan (12) dan persamaan (13), maka nilai ekonomi total (total economic value) dapat dirumuskan sebagai berikut. TEV
UV
TEV
( DUV
NUV IUV
OV )
QOV
BV
EV
.....................................(14)
Dengan demikian yang dimaksud dengan nilai ekonomi sumberdaya menyeluruh adalah nilai ekonomi total, yang merupakan penjumlahan dari nilai manfaat (use value) dan bukan nilai manfaat (non use value) beserta komponenkomponennya. Dari hasil valuasi ekonomi tersebut maka nilai bersih sekarang (net present value) dari manfaat dan biaya suatu proyek/usaha dapat diperoleh melalui pendekatan extended cost benefit analysis (ECBA).
62 Barton (1994) menjelaskan bahwa salah satu kriteria yang digunakan dalam evaluasi kebijakan adalah menghitung Net present value (NPV), dimana keuntungan bersih suatu proyek/usaha adalah pendapatan kotor dikurangi jumlah biaya. Dengan demikian maka NPV suatu proyek/usaha adalah selisih PV arus benefit dengan PV arus cost. Suatu proyek/usaha dapat dikatakan bermanfaat atau layak untuk dilaksanakan bila NPV proyek/usaha tersebut lebih besar dari atau sama dengan nol (NPV > 0), dan sebaliknya bila NPV proyek/usaha tersebut lebih kecil dari nol (NPV < 0) maka proyek/usaha tersebut merugikan atau tidak layak untuk dilaksanakan. Selanjutnya, dengan mengadopsi pendekatan extended cost benefit analysis (ECBA), maka menurut Barton (1994) Net present value (NPV) dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut. NPV
Bd
Be
Cd
Ce
C p ........................................................
(15)
NPV adalah Net present value (nilai bersih sekarang); Bd adalah Direct benefit (manfaat langsung); Be adalah External and/or environmental benefit (manfaat eksternal dan/atau lingkungan); Cd adalah Direct cost (biaya langsung); Ce adalah External and/or environmental cost (biaya eksternal dan/atau lingkungan); Cp adalah Environmental protection cost / mitigation cost (biaya proteksi lingkungan / biaya mitigasi). 3.4.3 Analisis Model Dinamik Struktur model dinamik yang dibangun dari model tambak-mangrove, dimulai dari masukan, proses, keluaran dan umpan balik. Mekanisme kerja untuk keberlanjutan menunjukkan adanya perubahan menurut waktu dan bersifat dinamis. Analisis model terhadap subsistem daya dukung perairan pesisir, mangrove, tambak, dan ekonomi dilakukan menggunakan software Power Sim Studio 5 sebagai alat bantu analisis untuk memperoleh model pengembangan kawasan pesisir berbasis budidaya perikanan yang berwawasan lingkungan di kawasan pesisir Kabupaten Tanah Bumbu. Simulasi dari model dinamik ini akan menghasilkan beberapa skenario pengelolaan, dari beberapa skenario tersebut akan dipilih salah satu yang paling
63 optimal untuk dijadikan model pengembangan kawasan pesisir berbasis budidaya perikanan berwawasan lingkungan. Terpenuhinya syarat kecukupan struktur dari suatu model sistem dinamik adalah dengan melakukan validasi atas perilaku yang dihasilkan oleh suatu struktur model. Validasi perilaku model dilakukan dengan membandingkan antara perilaku yang dihasilkan oleh model dan perilaku pada sistem nyata. Model konseptual hubungan sebab akibat (causal loop diagram) model dinamik pengembangan kawasan pesisir, berbasis budidaya perikanan yang berwawasan lingkungan di Kabupaten Tanah Bumbu seperti diperlihatkan dalam Gambar 6, 7, 8, 9, 10. P enanaman
[SM-PT]
+
-
+ +
Regenerasi
-
Luas Mangrove
Eksploitasi
-
+
-
P emanfaatan [SM-EM]
Gambar 6 Causal loop diagram sub model mangrove (SM-M). Kapur
Saponin
+ Daya dukung Tambak
+
+
+ Pupuk
benih Modal kerja tambak
[SM-M]
+ + +
+ +
Luas areal tambak
+
+
[SM-ET]
+ +
Produksi tambak
+ +
Tenaga Kerja
+ Upah tenaga kerja
+ + jumlah HOK
+
+
Lama Pemeliharaan
Jumlah Pembudidaya
Gambar 7 Causal loop diagram sub model produksi tambak (SM-PT).
64 + Nilai total hilang
[SM-PT]
Suku bunga DF
Discounted benefit
Discounted Cost
+
-
NPV mangrove
+
-
Kepiting Total Manfaat
Total Biaya
+
+
+ Manfaat langsung
+ Kayu Bakar
+
Modal kerja
+
+ Benur
Moker tangkap Benur
+
Moker tangkap kepiting
Moker tebang kayu
Gambar 8 Causal loop diagram sub model ekonomi mangrove (SM-EM).
S M-PT
+
+
Profit T ambak
+
-
Biaya
Manfaat +
+
(+)
Harga Jual
Harga Input
Gambar 9 Causal loop diagram sub model ekonomi tambak (SM-ET).
65
SM-PT +
Luas dayadukung
+
+
+
tambak semi intensif tambak tradisonal Tambak intensif
+ +
Total Manfaat semi int
+ Total Manfaat int
Total Manfaat trad + +
+
NPV semi Intensif NPV Intensif
NPV trad
+ +
+ Total NPV teknologi
Gambar 10 Causal loop diagram sub model tambak dengan tiga teknologi.
3.5 Verifikasi dan Validasi Model Tahapan verifikasi model sebagai pembuktian bahwa model komputer yang telah disusun pada tahap sebelumnya mampu melakukan simulasi dari model abstrak yang dikaji (Eriyatno 1999). Adapun tahapan yang dilakukan adalah tahap analisis perilaku model dan evaluasi model. Pada tahap analisis perilaku model, model simulasi komputer digunakan untuk menyatakan serta menentukan bagaimana semua peubah dalam model berperilaku terhadap waktu. Dalam model dinamik ini, yang akan diamati secara cermat adalah bagaimana informasi dari peubah-peubah model dalam sistem berperilaku terhadap semua titik pada jalur waktu. Informasi ini akan sangat berguna dalam proses pengujian atau evaluasi model dan mengestimasi kualitas luaran (output) dari operasi model tersebut. Pada tahap evaluasi model, berbagai uji harus dilakukan terhadap model yang telah dibangun untuk mengevaluasi atau menvalidasi suatu model.
66 Keabsahan suatu model dapat dilihat melalui proses secara iteratif berupa pengujian secara berturut-turut sebagai proses penyempurnaan model. Uji ini berkisar dari memeriksa konsistensi logis sampai membandingkan keluaran model dengan data pengamatan atau lebih jauh menguji secara statistik parameter yang digunakan di dalam simulasi model. 3.6 Batasan dan Pengukuran Beberapa batasan dan pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1 Budidaya perairan (akuakultur) yang berarti pengusahaan budidaya organisme akuatik termasuk ikan, moluska, krustase dan tumbuhan akuatik. Kegiatan
budidaya
menyiratkan
semacam
intervensi
dalam
proses
pemeliharaan untuk meningkatkan produksi, seperti penebaran yang teratur, pemberian pakan, perlindungan terhadap pemangsa (predator) pencegahan terhadap serangan penyakit dan sebagainya. 2 Tambak merupakan salah satu jenis habitat yang dipergunakan sebagai tempat untuk kegiatan budidaya air payau yang berlokasi di daerah pesisir. Secara umum tambak biasanya dikaitkan langsung dengan pemeliharaan udang windu, dan masih banyak spesies yang dapat dibudidayakan di tambak misalnya bandeng, nila, ikan kerapu, kakap putih dan sebagainya. 3 Pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu (Integrated Coastal Management) memiliki pengertian bahwa pengelolaan sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan pesisir dan lautan dilakukan melalui penilaian secara menyeluruh (Comprehensive assessment), merupakan tujuan dan sasaran, kemudian merencanakan serta mengelola segenap kegiatan pemanfaatannya guna mencapai pembangunan yang optimal dan berkelanjutan. Perencanaan dan pengelolaan tersebut dilakukan secara kontinyu dan dinamis dengan mempertimbangkan aspek sosial ekonomi-budaya dan aspirasi masyarakat pengguna wilayah pesisir (stakeholders), daya dukung lingkungan pesisir, serta konflik kepentingan dan pemanfaatan yang mungkin ada.
67 4 Pembangunan yang berkelanjutan adalah pembangunan
yang dapat
memenuhi kebutuhan generasi saat ini, tanpa mengorbankan kepentingan generasi yang akan datang untuk memenuhi kebutuhannya. 5
Pembangunan berwawasan lingkungan adalah upaya sadar dan berencana menggunakan
dan
mengelola
sumberdaya
secara
bijaksana
dalam
pembangunan yang terencana dan berkesinambungan untuk meningkatkan mutu hidup. 6
Daya dukung suatu kawasan perairan didefinisikan sebagai kemampuan dalam memproduksi biota (ikan/udang) dengan tidak menunjukan gejala perusakan kualitas air (Widigdo dan Pariwono 2003). Daya dukung merupakan populasi organisma akuatik yang dapat ditampung oleh suatu kawasan atau volume perairan yang ditentukan tanpa mengalami penurunan mutu (Turner 1988).
7
Ekosistem mangrove adalah komunitas vegetasi pantai tropis, yang didominasi oleh beberapa spesies pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur dan berpasir.
8
Manfaat langsung (Direct use value) adalah manfaat yang dapat diperoleh secara langsung dari ekosistem hutan mangrove, misalnya kayu bakar, tegakan pohon, arang kayu, sumberdaya perikanan sebagai penyedia umpan, pariwisata dan pendidikan.
9
Manfaat tidak langsung (Indirect use value) adalah manfaat yang diperoleh dari ekosistem secara tidak langsung, misalnya ekosistem mangrove sebagai pemecah gelombang, daerah pemijahan, asuhan dan mencari makan, sebagai penyimpan karbon.
10 Manfaat pilihan (Option value) adalah nilai yang menunjukan kesediaan seseorang individu untuk membayar demi kelestarian sumberdaya bagi pemanfaatan di masa depan, didekati dengan nilai keanekaragaman hayati (biodiversity) hutan mangrove Indonesia, dihitung berdasarkan nilai tukar rata-rata US $ terhadap rupiah (jual dan beli) pada saat penelitian (Dalam penelitian ini nilai manfaat pilihan tidak di hitung.
68 11 Nilai pasar yaitu digunakan untuk merupiahkan komoditas-komoditas yang langsung dapat dipasarkan. Pendekatan ini untuk menilai manfaat langsung ekosistem hutan mangrove, yaitu hasil hutan dan perikanan. 12 Harga bukan pasar (Non market price) yaitu pendekatan yang digunakan bila mekanisme pasar gagal memberikan nilai pada komponen sumberdaya yang diteliti, misalnya karena komponen tersebut belum memiliki pasar. Cara ini digunakan untuk merupiahkan nilai manfaat tidak langsung (MTL) ekosistem hutan mangrove. 13 Valuasi ekonomi digunakan untuk mengkuantifikasi manfaat keberadaan dari ekosistem yang diteliti. 14 Manfaat tidak langsung tambak dalam penelitian ini adalah manfaat yang diperoleh bukan dari aktivitas budidaya tambak (udang putih dan udang bintik). 15 Studi kasus. Dalam penelitian ini studi kasus adalah Desa Sebamban Baru, Kecamatan Sungai Loban, Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan. Di dalam judul studi kasus disebutkan hanya Kabupatennya saja dengan alasan mempersingkat judul agar lebih efisien.