16
3.
METODE PENELITIAN
3.1. Rancangan Penelitian Pola reproduksi ikan swanggi (Priacanthus tayenus) pada penelitian ini adalah tinjauan mengenai sebagian aspek reproduksi yaitu pendugaan ukuran pertama kali matang gonad, musim pemijahan, sifat pemijahan ikan swanggi. Pemijahan ikan swanggi dapat terjadi secara sebagian atau total. Maka untuk mengetahui hal tersebut dilakukan pengamatan faktor kondisi, Tingkat Kematangan Gonad (TKG), Indeks Kematangan Gonad (IKG), dan diameter telur. Pengamatan tersebut juga dilakukan untuk mengetahui potensi reproduksi. Ikan swanggi yang diamati merupakan ikan hasil tangkapan yang berasal dari Selat Sunda yang didaratkan di PPP Labuan Banten. 3.2. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan selama delapan bulan mulai Maret sampai dengan Oktober 2011. Waktu pengambilan contoh dilakukan satu kali setiap bulan. Ikan contoh diambil dari TPI (Tempat Pelelangan Ikan) Labuan, yaitu TPI Labuan 1 dan TPI Labuan 3 yang merupakan hasil tangkapan nelayan yang melaut di perairan Selat Sunda. Adapun peta lokasi penelitian terlihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Peta lokasi penangkapan ikan swanggi Sumber : Dinas Hidro-Oseanografi (2004)
17
3.3. Metode Kerja 3.3.1. Pengumpulan ikan contoh Pengambilan contoh ikan swanggi dilakukan dengan metode pengambilan contoh acak sederhana (PCAS). Pengambilan contoh acak sederhana merupakan suatu teknik dalam mengambil contoh yang paling sederhana dari suatu populasi, dengan asumsi semua contoh memiliki peluang yang sama untuk terambil, dan tiap anggota populasi bersifat homogen. 3.3.2. Analisis laboratorium 3.3.2.1.
Pengukuran panjang dan bobot ikan contoh
Ikan contoh yang telah diambil dari TPI Labuan, Banten selanjutnya diukur panjang totalnya dan ditimbang bobot tubuhnya. Pengukuran panjang total dilakukan dengan cara mengukur jarak antara ujung kepala terdepan (ujung rahang terdepan)
sampai
dengan
ujung
sirip
ekor
yang
paling
belakang
(Affandi et al. 2002). Pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan penggaris yangmemiliki skala terkecil 1 mm. selanjutnya dilakukan penimbangan bobot tubuh ikan dengan menggunakan timbangan digital yang memiliki skala terkecil 0.0001 gram. 3.3.2.2.
Pembedahan ikan contoh dan penimbangan gonad
Pembedahan ikan dilakukan dengan menggunakan alat bedah, yang dimulai dari bagian anus sampai dengan tutup insang. Pembedahan ikan ini dilakukan untuk mendapatkan gonad ikan swanggi. Seluruh gonad yang didapatkan kemudian dibersihkan dan dikeringkan menggunakan tisu, selanjutnya ditimbang dengan menggunakan timbangan digital. Namun pada bulan Mei terjadi kehilangan data bobot gonad sehingga besarnya nilai IKG bulan Mei tidak dapat diketahui. 3.3.2.3.
Penentuan jenis kelamin
Penentuan jenis kelamin ikan dilakukan setelah ikan dibedah, kemudian gonad diamati. Gonad ikan betina memiliki ciri-ciri pada gonad terlihat ada butir-butir telur, sedangkan gonad ikan jantan memiliki ciri-ciri permukaannya halus. Penentuan jenis kelamin ikan bertujuan untuk memperoleh nisbah kelamin, dengan
18 demikian dapat diduga keberhasilan pemijahan dengan melihat rasio jumlah antara ikan jantan dengan betina di perairan. 3.3.2.4.
Pengamatan struktur morfologis organ gonad
Tingkat kematangan dan perkembangan gonad ikan dapat ditentukan secara morfologis sesuai dengan Sivakami et al. (2001) seperti yang tercantum pada Tabel 2. Setelah dilakukan pengamatan morfologis, gonad TKG III sampai TKG VI diawetkan dengan menggunakan formalin 4%. Tabel 2. Perkembangan tingkat kematangan gonad (TKG) TKG I
Kondisi Tidak Masak
Morfologi Gonad Jantan Tipis berbentuk segitiga anterior runcing, ukuran gonad kecil, gonad belum berhasrat bereproduksi
II
Pemasakan I
Ukuran testes lebih besar, transparan, berbentuk segitiga. Jika diraba kasar. Membesar di ujung anterior
III
Pemasakan II
Testes berubah dari transparan ke warna putih kekuningan (cream), testes mulai membesar
IV
Masak I
Produk seksual masak, testes makin pejal, tebal, buram, dan kasar
V
Masak II
Testes berwarna keputihan, lunak, dan berbentuk segitiga
VI
Dewasa
VII
Tahap atresia
Testes berisi sperma sisa, ukuran lebih besar daripada TKG V, dengan warna keputihan, dan lunak Warna pudar, berkerut, ukuran menyusut
Sumber : Sivakami et al. (2001)
Morfologi Gonad Betina Ovari seperti benang, panjang sampai ke depan rongga tubuh, ukuran kecil, belum berhasrat reproduksi, warna merah muda terang, licin, transparan, dan berbentuk kupu-kupu Gonad kecil ukurannya, telur belum dapat dibedakan dengan mata biasa, berwarna kekuningan, sudah lebih besar dari TKG I Telur-telur dapat dibedakan oleh mata biasa pertambahan berat gonad berjalan dengan cepat, runcing dibagian posterior, penuh dibagian tengah, berwarna jingga cerah Gonad mencapai berat yang maksimum, tetapi produk seksual tersebut belum keluar bila perutnya ditekan, tak tembuh cahaya, jingga, tebal, kasar, sudah dapat diidentifikasi, ukuran membesar Produk seksual keluar bila perut ditekan perlahan, berat gonad turun dengan cepat dari awal pemijahan sampai selesai, lunak, ukuran membesar, mudah diidentifikasi Gonad seperti kantung kempis, dan berisi beberapa telur sisa, lebih lunak, berwarna merah pudar, mulai kisut Gonad berbentuk kecil, telur belum dapat dibedakan oleh mata biasa,ukuran menyusut, berwarna kemerahan
19 3.3.2.5.
Penghitungan jumlah telur
Penghitungan jumlah telur ovari dilakukan pada TKG III sampai TKG VI. Hal tersebut dikarenakan pada TKG I dan TKG II butir telur belum terlihat jelas dan belum dapat dipisahkan. Metode yang digunakan dalam menganalisis fekunditas yaitu metode gabungan (gravimetrik dan volumetrik). Metode gabungan dilakukan dengan menimbang gonad betina yang memiliki TKG III sampai TKG VI. Pengamatan pendahuluan terhadap butir telur diduga bahwa ukuran diameter telur yang dimiliki tidak sama, oleh karena itu contoh telur diambil berdasarkan tiga bagian berbeda yaitu sub gonad dibagian anterior, sub gonad bagian median, dan sub gonad bagian posterior, kemudian setiap sub gonad ditimbang bobotnya. Sub gonad contoh yang didapat diencerkan dalam cawan petri sampai 10 cc. Sebanyak 1cc dari contoh tersebut diambil menggunakan pipet tetes dan dipindahkan ke dalam cawan petri baru untuk dihitung jumlah telur dengan menggunakan jarum. 3.3.2.6.
Pengukuran diameter telur
Pengukuran diameter telur dilakukan pada telur yang telah mencapai TKG III sampai TKG VI. Contoh telur diambil berdasarkan tiga bagian berbeda yaitu sub gonad dibagian anterior, sub gonad bagian median, dan sub gonad bagian posterior. Contoh telur dari masing-masing sub gonad tersebut diambil secara acak sederhana sebanyak 50 butir, selanjutnya contoh telur disusun pada gelas obyek secara teratur, dan diamati di bawah mikroskop yang sudah dilengkapi dengan mikrometer okuler dengan perbesaran 4 x 10. Prosedur penelitian yang dimulai dari pengambilan ikan contoh, analisis laboratorium, serta pengumpulan data-data dasar dapat dilihat pada Gambar 3 yaitu diagram alir penelitian.
20
Ikan contoh Hubungan panjang dan bobot Pola pertumbuhan
Pengukuran panjang dan bobot Faktor kondisi Pembedahan ikan
Gonad ikan
Pengamatan dan pengukuran organ ikan
Penentuan jenis kelamin
Pengamatan struktur morfologi
Penimbangan bobot gonad
Nisbah kelamin
TKG
IKG
Perhitungan jumlah telur
Fekunditas
Potensi reproduksi
Kaitkan dengan waktu
Kaitkan dengan ukuran
Waktu pemijahan
Ukuran matang gonad
Pengukuran diameter telur
Sebaran diameter telur
Pola reproduksi
Kaitkan dengan tempat
Tempat pemijahan
Kesesuaian habitat
Keterangan : Tidak dikaji pada penelitian ini Gambar 3. Alur pikir tahapan penelitian secara sederhana
21 3.4. Analisis Data 3.4.1. Sebaran frekuensi panjang Data panjang yang diperoleh dari pengukuran panjang ikan ditabulasikan menjadi beberapa kelompok ukuran berdasarkan kelas ukuran panjang total ikan. Tujuan analisis data berdasarkan sidik frekuensi panjang untuk menentukan umur terhadap kelompok-kelompok panjang tertentu. Analisis tersebut bermanfaat dalam pemisahan suatu distribusi frekuensi panjang yang kompleks ke dalam sejumlah kelompok ukuran (Sparre & Venema 1999). Sebaran frekuensi panjang pada analisis pola reproduksi ini dilakukan untuk mempermudah dalam pengelompokan ukuran baik dalam analisis TKG, IKG, dan Faktor kondisi. Sehingga interpretasi terhadap kondisi biologis tersebut didasarkan pada selang kelas ukuran panjang. Frekuensi setiap selang kelas dan batas kelas panjang sebelumnya ditentukan terlebih dahulu. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui pergeseran modus setiap bulan, sehingga dapat diprediksi kecepatan pertumbuhan populasinya. Perhitungan secara matematis dilakukan dengan menggunakan bantuan software Ms. Excel, melalui perhitungan data analysis pada tools tersebut. Rumus matematis analisis sebaran frekuensi panjang berdasarkan ukuran panjang yaitu sebagai berikut (Walpole 1993): (1) Menentukan wilayah kelas, r = pb-pk (r = wilayah kelas, pb = panjang tertinggi, pk = panjang terpendek) (2) Menentukan jumlah kelas 1 + 3,32 log N (N = jumlah data) (3) Menghitung lebar kelas, L =
(L = lebar kelas, r = wilayah kelas)
(4) Memilih ujung bawah kelas interval (5) Menentukan frekuensi jumlah masing-masing selang kelas yaitu jumlah frekuensi dibagi jumlah total dikalikan 100. 3.4.2. Hubungan panjang bobot Analisis data hubungan panjang dan bobot dilakukan untuk mengetahui pola pertumbuhan ikan swanggi, sehingga dapat dilakukan analisis lanjut terhadap faktorfaktor yang mengakibatkan pola pertumbuhan bersifat isometrik atau allometrik.
22 Analisis data hubungan panjang bobot mengacu pada Effendi (2002) berdasarkan persamaan allometrik (allometric growth model), berikut adalah rumus matematisnya : W = aLb Keterangan : W : bobot tubuh ikan (gram) L : panjang tubuh ikan (mm) a : intersep b : slope (kemiringan) Nilai b digunakan untuk menduga pola pertumbuhan kedua parameter yang dianalisis. Adapun hipotesis yang digunakan adalah : (1) Bila b = 3 maka disebut isometrik (pertumbuhan panjang sama dengan pertubuhan berat). (2) Bila b ≠ 3 maka disebut allometrik, yaitu : b > 3 disebut allometrik positif (pertumbuhan berat lebih dominan) b < 3 disebut allometrik negatif (pertumbuhan panjang lebih dominan) Analisis hubungan panjang-bobot ini dilakukan dengan bantuan software Ms. Excel. 3.4.3. Faktor kondisi Faktor kondisi (K) adalah suatu keadaan yang menyatakan kemontokan ikan dan dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Effendie 2002) :
Keterangan : K(t,s,f) : faktor kondisi W : bobot tubuh ikan contoh (gram) L : panjang total ikan contoh (mm) a : konstanta : intercept b Effendie (1979) menyatakan apabila nilai K berkisar antara 2-4 menunjukkan bahwa badan ikan tersebut berbentuk agak pipih. Sedangkan nilai K yang berkisar antara 1-3 menunjukkan bahwa badan ikan tersebut berbentuk kurang pipih.
23 3.4.4. Nisbah kelamin Nisbah kelamin dihitung berdasarkan perbandingan antara jumlah jantan dan betina dari ikan contoh, sehingga dapat diketahui rasio keduanya. Analisis untuk mengetahui keseimbangan nisbah kelamin ikan jantan dan betina dirumuskan sebagai berikut (Effendie 2002) : Pj (%) =
x 100
Keterangan : Pj : nisbah kelamin (Jantan/betina) A : jumlah jenis ikan tertentu (Jantan/betina) B : jumlah total individu ikan yang ada (ekor) Rasio antara ikan jantan dan betina dari suatu populasi ikan tersebut kemudian diuji kembali dengan menggunakan uji Chi-square (X2) (Steel & Torrie 1993 in Adisti 2010), analisis ini dilakukan dengan bantuan software Ms. Excel, sehingga dapat diketahui keseimbangan populasi. Berikut adalah rumus dari uji Chi-square : Χ2 = Keterangan : Χ2 : nilai bagi peubah acak yang sebaran penarikan contohnya menghampiri sebaran Khi-Kuadrat oi : jumlah frekuensi ikan jantan dan betina yang teramati ei : jumlah frekuensi harapan dari ikan jantan dan betina Hipotesis yang digunakan adalah : H0 = 0 ; Proporsi jantan dan betina ideal di perairan H1 ± 0 ; Proporsi jantan dan betina tidak ideal di perairan 3.4.5. Indeks kematangan gonad Indeks kematangan gonad dapat diukur dengan membandingkan bobot gonad dengan bobot tubuh ikan (Effendie 2002) : IKG (%) = Keterangan : BG : bobot gonad (gram) BT : bobot tubuh
x 100
24 3.4.6. Penentuan ukuran ikan pertama kali matang gonad Pendugaan ukuran pertama kali ikan matang gonad dilakukan untuk mengetahui umur ikan swanggi di Selat Sunda pertama kali matang gonad. Pendugaan ini dilakukan dengan memisahkan kelompok belum matang gonad (TKG I, II, dan III) dan kelompok yang matang gonad (TKG V), kemudian dibuat grafik berdasarkan selang kelas. Metode lain untuk menduga ukuran pertama kali ikan matang gonad dapat dilakukan dengan pendekatan teoritis berdasarkan perhitungan 50% matang gonad dari proporsi pada kurva logistik (King 2006). Persamaan pada metode King tersebut adalah sebagai berikut : P=
Keterangan : P : proporsi matang gonad L : rata-rata panjang Lm : ukuran pertama kali matang gonad 3.4.7. Fekunditas Fekunditas ikan atau jumlah telur masak sebelum dikeluarkan saat ikan memijah dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Effendie 2002) berikut : F=
Keterangan : F : fekunditas gabungan (butir) G : berat gonad (gram) V : volume pengenceran (ml) X : jumlah telur tiap ml (butir) Q : berat telur contoh (gram) Fekunditas dapat dihubungkan dengan panjang tubuh maupun bobot tubuh (Effendie 2002). Hubungan antara fekunditas dengan panjang dapat dirumuskan sebagai berikut : F = aLb
25 Sedangkan hubungan fekunditas dengan bobot dirumuskan sebagai berikut : F = aWb Keterangan : F : fekunditas total (butir) a : konstanta b : konstanta L : bobot total ikan W : bobot total ikan