14
3.
3.1.
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Perairan Pulau Karya, Kepulauan Seribu yang
dilaksanakan pada bulan September 2010 sampai dengan Juli 2011.
Lokasi
pengamatan yang digunakan adalah daerah tranplantasi karang pada kedalaman 2 hingga 4 meter di Perairan Pulau Karya, Kepulauan Seribu (Gambar 1).
Gambar 1. Peta lokasi penelitian Pulau Karya, Kepulauan Seribu DKI Jakarta. 3.2.
Alat dan Bahan Alat dan bahan penelitian yang digunakan dalam pengamatan dan
pengambilan data pertumbuhan karang dapat dilihat pada Tabel 1. Peralatan Scuba digunakan untuk alat bantu pernafasan pada saat mengukur pertumbuhan karang. Penggaris yang digunakan terbuat dari bahan plastik untuk mencegah korosi. Setelah mengukur pertumbuhan karang data tersebut dicatat di kertas newtop. Kamera underwater digunakan untuk merekam objek.
15
Tabel 1. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian. No. Alat dan Bahan
Keterangan
1.
Peralatan SCUBA
Peralatan penyelaman
2.
Kamera underwater
Dokumentasi
3.
Kertas newtop dan sabak
Media pencatat data
Alat tulis (Pinsil, pulpen, penggaris, penghapus,
Pengukur panjang lebar
pengserut, cutter dan spidol)
karang dan pencatat data
5.
Global Positioning System (GPS)
Penentuan titik pengamatan
6.
Modul beton
Rak tempat fragmen
7.
Semen
Penempel fragmen
8.
Fragmen karang
Hewan percobaan
9.
Kabel tie dan tali nylon
Pengikat fragmen ke modul
4.
10. Laptop
Pengolah data
Tabel 2. Parameter fisika dan kimia perairan yang diamati dan alat yang digunakan No. Parameter
Satuan
Alat yang digunakan
Metode
1.
Suhu
0
Termometer raksa
In-situ
2.
Salinitas
0
Refraktometer
Ex-situ
3.
Kecerahan
0
Secchi disk
In-situ
4.
Kekeruhan
NTU
Turbidimeter
Ex-situ
5.
Kecepatan arus
m/s
6.
Kedalaman
M
Depth gauge
In-situ
mg/l
Spektrofotometer
Ex-situ
C /00 /0
Floating droudge dan stopwatch
In-situ
Nutrien 7.
(Ammonia, Ortofosfat, Nitrat)
Sediment trap, kertas 8.
Laju sedimentasi
2
mg/cm /hari
millipore,vacuum pump, Ex-situ timbangan analitik
16
Parameter fisika dan kimia perairan di ukur di Laboratorium Produktivitas Lingkungan, Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 3.3.
Metode Penelitian dan Analisa Data
3.3.1. Fragmen Karang dan Konstruksi Modul Fragmen karang yang digunakan pada penelitian ini adalah karang hasil budidaya yang digunakan untuk kegiatan perdagangan. Fragmen karang yang akan digunakan pada penelitian ini ditempelkan dengan cara diikatkan pada tiangtiang modul dengan menggunakan kabel tie lalu disemen agar kokoh dan tidak mudah lepas. Tiap modul terdiri dari enam fragmen karang transplan.
Gambar 2. Konstruksi modul serta fragmen karang transplantasi
Sumber: Dokumentasi pribadi Gambar 3. Contoh fragmen transplantasi karang genus Acropora nobilis dan Montipora altasepta.
17
3.3.2. Pengamatan Pertumbuan Karang Analisis data pertumbuhan panjang dan lebar karang dihitung dengan menggunakan penggaris dan kemudian data tersebut diolah dengan menggunakan perangkat lunak Microsoft Excel 2007. Untuk
menghitung
pencapaian
pertumbuhan
karang
yang
ditransplantasikan dilakukan dengan menggunakan rumus yang mengacu pada Ricker (1975) sebagai berikut: β = Lt-Lo Keterangan : β
= Pertambahan panjang/tinggi fragmen karang
Lt
= Rata-rata panjang/tinggi fragmen karang setelah bulan ke-t
Lo = Rata-rata panjang/tinggi fragmenkarang pada bulan ke-0 Untuk laju pertumbuhan karang yang ditransplantasikan, rumus yang digunakan adalah sebagai berikut (Ricker 1975):
Keterangan: α
= Laju pertambahan panjang atau lebar fragmen karang transplantasi
Li+1 = Rata-rata panjang atau tinggi fragmen pada waktu ke-i+1 Li
= Rata-rata panjang atau tinggi fragmen pada waktu ke-i
t i+1= Waktu ke-i+1 ti
= Waktu ke-i Tingkat kelangsungan hidup pada karang yang ditransplantasi dihitung
dengan menggunakan rumus yang mengacu pada Ricker (1975) sebagai berikut :
Keterangan : SR = Tingkat Kelangsungan Hidup (Survival Rate) Nt = Jumlah individu pada akhir penelitian No = Jumlah individu pada awal penelitian
18
3.3.3. Pengukuran Parameter Fisika Kimia Perairan Parameter fisika kimia perairan yang diambil meliputi suhu, salinitas, kecerahan, kekeruhan, kecepatan arus, kedalaman, nutrien (ammonia, ortofosfat, nitrat), dan laju sedimentasi. Pengukuran parameter fisika berupa suhu, kecepatan arus, kedalaman perairan, dan kecerahan perairan dilakukan secara langsung (in situ). Sedangkan salinitas, sedimentasi, kekeruhan, dan nutrien (ammonia, ortofosfat, dan nitrat) dilakukan secara tidak langsung (ex situ). Parameter suhu dilakukan dengan menggunakan thermometer air raksa dengan cara dicelupkan ke perairan kemudian dilihat nilai suhu perairannya, kecepatan arus dengan menggunakan floating droudge dan stopwatch dimana floating droudge dilempar keperairan dan dihitung menggunakan stopwatch.
Waktu dihitungsaat pertama kali floating
droudge menyentuh air sampai tali floating droudge menegang, kemudian nilai waktu tersebut dibagi dengan nilai miring (logaritma) dari jarak floating droudge terhadap kapal dan tinggi antar ujung tali saat floating droudge dijatuhkan dengan permukaan air. Parameter kecerahan menggunakan secchi diskdengan cara merataratakan nilai kedalaman saat secchi disk mulai menghilang/tidak terlihat dalam air (d1) dengan saat secchi disk mulai terlihat ketika diangkat (d2). Nilai kedalaman tersebut dibagi dua kemudian dikalikan 100 persen.
Pengukuran kedalaman
dengan melihat depth gauge pada peralatan SCUBA. Contoh air untuk pengukuran secara ex situ dilakukan dengan menggunakan botol contoh pada kedalaman 1-4 meter, kemudian air contoh disimpan dalam cool box yang diberi es batu lalu dianalisis di Laboratorium Produktivitas Lingkungan, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Salinitas diukur dengan hand refractometer. Kekeruhan dengan turbidimeter dan nutrient diukur dengan spektrofotometri. Laju sedimentasi diukur dengan cara menyaring partikel-partikel tersuspensi yang terdapat di dalam sediment trap dengan menggunakan kertas millipore dibantu dengan vacuum pump, lalu di oven pada suhu 1050C untuk mendapat berat kering partikel tersuspensi.